Page 1
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bagian ini, penulis akan membahas variabel-variabel yang diteliti di
dalam penelitian ini, yaitu meliputi pelatihan kerja, motivasi dan kinerja karyawan.
2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu
organisasi atau perusahaan, di samping faktor lain seperti modal. Oleh karena itu
sumber daya manusia harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan
nama manajemen sumber daya manusia.
Sumber daya organisasi secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua
kelompok, yaitu sumber daya manusia (human resources), dan sumber daya non
manusia (non-human resources). Sumber daya manusia meliputi orang yang
berstatus sebagai anggota dalam organisasi yang masing masing memiliki peran dan
fungsi. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi yang melekat
keberadaannya pada seseorang yang meliputi potensi fisik dan non-fisik. Sedangkan
sumber daya manusia dalam konteks organisasi publik dipahami sebagai potensi
manusiawi yang melekat keberadaanya pada seorang pegawai yang terdiri atas
potensi fisik dan non fisik.
Potensi fisik adalah kemampuan fisik yang terakumulasi pada seorang
pegawai, sedangkan potensi non fisik adalah kemampuan seorang pegawai yang
terakumulasi baik dari latar belakang pengetahuan, inteligensia, keahlian
keterampilan, human relations.
Page 2
10
Menurut Hasibuan (2011, p.2) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Mangkunegara (2010, p.2) Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu
suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,
pengintergrasian, pemeliharaan dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
Menurut Sedarmayati (2009, p.13) Manajemen Sumber Daya Manusia
meliputi kebijakan dan praktik dan menentukan aspek “manusia” atau sumber daya
manusia dalam posisi manajemen termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi
penghargaan dan penilaian.
Sedangkan menurut Dessler (2010, p.4) Manajemen Sumber Daya Manusia
sebagai kebijakan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan karyawan atau aspek-
aspek yang terdapat dalam sumber daya manusia seperti posisi manajemen,
pengadaan karyawan atau rekrutmen, penyaringan, pelatihan, kompensasi dan
penilaian prestasi kerja karyawan.
Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengontrolan terhadap sumber daya manusia dalam organisasi untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efesien.
2.1.2 Tujuan dan Aktivitas Manajemn Sumber Daya Manusia
Menurut Sihotang (2007, p.13) tujuan-tujuan manajemen sumber daya
manusia tidak hanya terfokus pada pencapaian tujuan stakeholder terhadap
organisasi tetapi dapat dikelompokan pada empat macam tujuan dari manajemen
sumber daya manusia yaitu:
1. Tujuan Sosial Kemasyarakatan
Yang dimaksud dengan tujuan sosial masyarakat agar organisasi
bertanggung jawab secara sosial dan etik terhadap kebutuhan masyarakat.
Page 3
11
2. Tujuan Organisasional
Bagian manajemen sumber daya manusia dibentuk dengan dimaksud
membantu organisasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya. Bagian
sumber daya manusia dapat meningkatkan efektivitas organisasional dengan
cara:
a. Menyediakan tenaga kerja yang terlatih dan termotivasi dengan baik.
b. Mendayagunakan tenaga kerja secara efesien dan efektif.
c. Mengembangkan dan mempertahankan kualitas kehidupan kerja dengan
dicapainya kepuasan kerja di perusahaan.
d. Perilaku organisasi sesuai dengan peraturan dan undang-undang
ketenagakerjaan terhadap karyawannya terutama pelindungan terhadap
anak-anak para pekerja.
e. Mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan sumber daya manusia kepada
seluruh karyawan.
3. Tujuan Fungsional
Dimaksudkan untuk mempertahankan andil sumber daya manusia
pada tingkatan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Bagian manajemen
sumber daya manusia harus mampu melakukan pendekatan manajemen untuk
mempertahankan orang-orang terbaik perusahaan agar tidak meninggalkan
organisasi sampai pada usia pensiun dan juga harus berfungsi sebagai penguji
realitas bila manajer lini mengajukan gagasan baru untuk perluasan investasi
perusahaan.
4. Tujuan Pribadi Para Pekerja
Manajemen sumber daya manusia harus mampu mengidentifikasikan
pencapaian tujuan organisasi dengan perncapaian tujuan pribadi setiap orang
yang bekerja itu. Semakin maju organisasi maka semakin baik tingkatan
kesejahteraan setiap karyawan.
Menurut Harris dalam Yunarsih dan Suwanto (2008, p.6) menyatakan, fungsi
manajemen sumber daya manusia mencakup: planning (perencanaan), staffing
(penempatan), evaluating and compensating (pengevaluasian dan kompensasi),
Page 4
12
improving (pengembangan), maintaining effective employer-employer relationship
(mengatur hubungan yang efektif antar tenaga kerja).
2.1.3 Aktivitas Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Samsudin (2006, p.33-36) menyebutkan bahwa aktivitas
manajemen sumber daya manusia adalah kegiatan untuk menyediakan dan
mempertahankan tenaga kerja yang efektif dan berkualitas bagi organisasi atau
perusahaan. Diantaranya mencakup :
a. Perencanaan sumber daya manusia
b. Rekrutmen
c. Seleksi
d. Pelatihan dan pengembangan
e. Penilaian prestasi kerja
f. Kompensasi
g. Pemeliharaan keselamatan tenaga kerja
h. Hubungan karyawan
Menurut Rachmawati (2008, p.14-15), kegiatan atau aktivitas manajamen
sumber daya manusia secara umum adalah tindakan yang diambil untuk membentuk
satuan kerja yang efektif dalam suatu organisasi. Berbagai kegiatan tersebut antara
lain:
a. Persiapan dan penarikan
b. Seleksi
c. Pengembangan
d. Pemeliharaan
e. Penggunaan
Page 5
13
2.2 Pelatihan Kerja
Lingkungan strategis selalu berubah. Pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi nampaknya tidak akan pernah berhenti. Para pesaing, baik domestik
maupun mancanegara terus melakukan berbagai macam manuver dalam
mengembangkan bisnisnya. Para pelanggan terus menuntut diperolehnya produk
dengan kualitas yang makin baik. Para pemegang saham menuntu keuntungan yang
makin besar. Para karyawan menuntut makin baiknya tingkat kesejahteraan mereka.
Perubahan lingkungan strategis ini mengharuskan para manajer untuk terus berupaya
meningkatkan kinerja perusahaanya dengan melalui berbagai cara agar mampu
menghadapi tantangan tersebut, seperti mendesain pekerjaan sedemikian rupa agar
para karyawan dapat bekerja secara optimal dan melakukan perekrutan dan seleksi
secara ketat agar setiap posisi jabatan dapat diduduki oleh orang yang tepat dengan
mengoptimalkan sumber daya manusia internal maupun eksternal.
Namun demikian, upaya tersebut belumlah cukup, karena karyawan baru
atau karyawan yang menduduki posisi jabatan baru seringkali masih memerlukan
tambahan keterampilanagara dapat melaksanakan tugas tugasnya dengan efektif dan
efisien. Mereka ini masih memerlukan berbagai macam keterampilan agar mampu
berkinerja tinggi, sehingga kontribusinya terhadap perusahaan menjadi semakin
tinggi. Jenis jenis pelatihan karyawan baru atau bagi karyawan yang menduduki
posisi jabatan baru biasanya terdiri dari pelatiha-pelatihan yang bersifat teknis
operasional atau administratif, tergantung pada posisi jabatan masing masing
karyawan.
Dalam meningkatkan keterampilan karyawan, organisasi dapat
menyelenggarakan peltihan sendiri atau mengirimkan karyawan untuk berlatih di
lembaga-lembaga pelatihan yang dikelola pihak eksternal yang fokus
menyelenggarakan pelatihan pada bidang-bidang keterampilan tertentu.
Pelatihan tenaga kerja bagi suatu organisasi atau perusahaan merupakan
aktivitas yang cukup penting dilakukan, dimana hal ini akan dapat mempengaruhi
tingkat produktivitas kerja dan prestasi kerja bagi tenaga kerja itu sendiri, organisasi
atau perusahaan dimana tenaga kerja tersebut bekerja. Pelatihan tenaga kerja adalah
setiap usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggung jawabnya. Supaya efektif pelatihan biasanya harus
Page 6
14
mencakup pengalaman belajar, aktivitas-aktivitas yang terencana, dan didesain
sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan. Secara
ideal pelatihan harus didesain untuk mewujudkan tujuan tujuan organisasi, yang pada
waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan tujuan dari para pekerja secara
perorangan.
Menurut Rivai (2006, p.225) mengungkapkan bahwa pelatihan merupakan
wahana untuk membangun sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh
dengan tantangan.
Menurut Dessler (2011, p.280) pelatihan adalah proses mengajar
keterampilan yang dibutuhkan karyawan baru untuk melakukan pekerjaannya.
Menurut Malthis dan Jackson (2006, p.301) pelatihan adalah sebuah proses
di mana orang-orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu dalam pencapaian
tujuan organisasional.
Menurut Sikula dalam Sutrisno (2009, p.72) mengatakan bahwa pelatihan
merupakan proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis
dan terorganisir, yang mana tenaga kerja non manajerial mempelajari pengetahuan
dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu.
Dengan demikian pelatihan merupakan proses membantu para tenaga kerja
untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan
datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan,
pengetahuan, dan sikap yang layak. Jadi, dapat dikatakan pula bahwa latihan
berhubungan dengan efektivitas pekerjaan individu tenaga kerja dan hubungan antar
tenaga kerja yang dikembangkan guna memudahkan pencapaian tujuan perusahaan.
2.2.1 Tujuan dan Manfaat Pelatihan Kerja
Menurut Dessler (2009, p.110) tujuan pelatihan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
lebih cepat dan lebih efektif.
Page 7
15
2. Mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara
rasional.
3. Mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan
teman - teman karyawan dan manajemen (pimpinan).
Menurut Rivai dan Sagala (2010, p.217) manfaat pelatihan adalah:
1. Manfaat bagi karyawan
- Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan
masalah yang lebih efektif.
- Melalui pelatihan dan pengembangan, variabel pengenalan,
pencapaian prestasi, pertumbuhan, tanggung jawab dan kemajuan
dapat diinternalisasi dan dilaksanakan.
- Membantu karyawan mengatasi stres, tekanan, frustasi, dan konflik.
- Memberikan informasi tentang meningkatnya pengetahuan
kepemimpinan, keterampilan komunikasi dan sikap.
- Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan.
- Membantu karyawan mendekati tujuan pribadi sementara
meningkatkan keterampilan interaksi.
- Memenuhi kebutuhan personal peserta dan pelatihan.
- Memberikan nasihat dan jalan untuk pertumbuhan masa depan.
- Membangun rasa pertumbuhan dalam pelatihan.
- Membantu pengembangan keterampilan mendengar, bicara dan
menulis dengan latihan.
- Membantu menghilangkan rasa takut melaksanakan tugas baru.
2. Manfaat bagi perusahaan
- Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih
positif terhadap orientasi profit.
- Memperbaiki pengetahuan kerja dan keahlian pada semua level
perusahaan.
- Memperbaiki moral SDM
- Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan.
- Membantu menciptakan image perusahaan yang lebih baik.
- Mendukung otentisitas, keterbukaan dan kepercayaan.
Page 8
16
- Meningkatkan hubungan antara atasan dan bawahan.
- Membantu pengembangan perusahaan.
- Belajar dari peserta.
- Membantu mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan perusahaan.
- Memberikan informasi tentang kebutuhan perusahaan di masa depan.
- Perusahaan dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah yang
lebih efektif.
- Membantu pengembangan promosi dari dalam.
- Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kompetensi dan
pengetahuan perusahaan.
2.2.2 Metode Pelatihan
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk pelatihan dan
pengembangan. Menurut Handoko (2011, p.110) ada dua kategori pokok program
pelatihan dan pengembangan, yaitu:
A. Metode praktis (on the job training)
1. Rotasi Jabatan
Memberikan kepada karyawan pengetahuan kepada bagian – bagian organisasi
yang berbeda dan praktek berbagai macam ketrampilan manajerial.
2. Latihan Instruksi Pekerjaan
Petunjuk – petunjuk pengerjaan diberikan secara langsung pada pekerjaan dan
digunakan terutama untuk melatih para karyawan tentang cara pelaksanaan
pekerjaan mereka sekarang.
3. Magang (apprenticeships)
Merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang lebih
berpengalaman. Pendekatan ini dapat dikombinasikan dengan latihan“off the
job”.
Page 9
17
4. Coaching
Penyelia atau atasan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada karyawan
dalam pelaksanaan kerja rutin mereka. Hubungan penyelia dan karyawan sebagai
bawahan serupa dengan hubungan tutor – mahasiswa.
5. Penugasan Sementara
Penempatan karyawan pada posisi manajerial atau sebagai anggota panitia
tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan. Karyawan terlibat dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah – masalah organisasional nyata.
B. Off the job training
1. Metode Studi Kasus
Deskripsi tertulis suatu situasi pengambilan keputusan nyata disediakan. Aspek
– aspek organisasi terpilih diuraikan pada lembar kasus. Karyawan yang terlibat
dalam tipe latihan ini diminta untuk mengidentifikasikan masalah – masalah,
menganalisa situasi dan merumuskan penyelesaian – penyelesaian alternatif.
2. Role Playing
Teknik ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para karyawan untuk
memainkan berbagai peran yang berbeda.
3. Business Games
Suatu simulasi pengambilan keputusan skala kecil yang dibuat sesuai dengan
situasi kehidupan bisnis nyata. Para peserta memainkan ‘game’ dengan
memutuskan harga produk yang akan dipasarkan, berapa besar anggaran
pengiklanan, siapa yang akan tertarik, dan sebagainya.
4. Vestibule Training
Bentuk latihan ini bukan oleh atasan (penyelia). Tetapi oleh pelatih – pelatih
khusus. Area-area terpisah dibangun dengan berbagai jenis peralatan sama
seperti yang akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya.
Page 10
18
5. Latihan Laboratorium (Laboratory Training)
Suatu bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan untuk mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
6. Program-program Pengembangan Eksekutif
Organisasi bisa mengirimkan para karyawannya untuk mengikuti paket-paket
khusus yang ditawarkan atau bekerjasama dengan suatu lembaga pendidikan
untuk menyelenggarakan secara khusus suatu bentuk penataran, pendidikan atau
latihan sesuai kebutuhan organisasi
2.2.3 Indikator Pelatihan
Menurut Rivai (2009, p.226) dalam melakukan pelatihan ini ada beberapa
faktor yang berperan yaitu infrastruktur, peserta, materi (bahan), metode, tujuan
pelatihan, dan lingkungan yang menunjang. Metode pelatihan terbaik tergantung dari
berbagai faktor. Faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelatihan yaitu:
• Materi program yang dibutuhkan
• Prinsip-prinsip pembelajaran
• Ketetapan dan kesesuaian fasilitas
• Kemampuan dan preferensi peserta pelatihan
• Kemampuan dan preferensi instruktur pelatihan
2.3 Motivasi
Menurut Bittel & Newstrom dalam Kartika & Kaihatu (2012, p.102)
motivasi kerja merupakan proses yang menyebabkan seseorang berperilaku dengan
cara tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan yang sangat individu untuk
bertahan hidup, keamanan, pencapaian, kekuasaan, pertubumbuhan dan rasa harga
diri.
Menurut Morrison dalam Suwardi & Utomo (2011, p.77) memberikan
pengertian motivasi sebagai kecenderungan seseorang melibatkan diri dalam
kegiatan yang mengarah sasaran.
Page 11
19
Menurut George dan Jones dalam Virgana (2014, p.152) menyatakan bahwa
motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai dorongan psikologis dalam diri seseorang
yang menentukan arah perilaku seseorang dalam organisasi, tingkat upah, persistensi
dalam menghadapi rintangan.
Menurut Robbin dalam Brahmasari & Suprayetno (2008, p.125)
mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sebagai
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu
kebutuhan individual.
Menurut Kinlaw dalam Rivai (2006, p.455) motivasi adalah energi yang
mendorong karyawan untuk bekerja. Motivasi kerja berkaitan erat dengan upaya
yang dikeluarkan oleh karyawan dalam bekerja. Karyawan yang memiliki motivasi
kerja yang tinggi akan selalu mencoba melakukan yang terbaik serta bersedia
meluangkan waktu dan upaya ekstra untuk melakukan pekerjaannya. Sedangkan
karyawan yang memiliki motivasi kerja yang rendah adalah karyawan yang
seringkali tidak mau mencoba melakukan yang terbaik, serta jarang meluangkan
waktu dan upaya ekstra untuk melakukan pekerjaannya.
Berdasarkan definisi motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu dorongan untuk bertindak yang muncul karena diberikan oleh seseorang
kepada orang lain atau diri sendiri, dorongan tersebut bermaksud agar orang tersebut
menjadi individu yang lebih baik dari yang sebelumnya dalam mencapai tujuan.
2.3.1 Faktor yang mempengaruhi motivasi
Menurut Edy Sutrisno dalam Wardani (2009, p.4) motivasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat dibedakan atas faktor intern dan ekstern dari seseorang.
1. Faktor internal, meliputi keinginan untuk dapat hidup, keinginan untuk dapat
memiliki, keinginan untuk memperoleh penghargaan, keinginan untuk
memperoleh pengakuan dan keinginan untuk berkuasa.
Page 12
20
2. Faktor eksternal, meliputi kondisi lingkungan kerja, kompensasi yang
memadai, supervise yang baik adanya jaminan pekerjaan, adanya
penghargaan atas prestasi, peraturan yang fleksibel, status dan tanggung
jawab.
2.3.2 Prinsip – prinsip dasar penerapan strategi pemotivasi karyawan
Menurut Mangkuprawira (2009, p.57-58) prinsip – prinsip dasar penerapan
strategi motivasi karyawan, yaitu:
1. Penerapan kesepadanan kondisi karyawan dengan keahliannya. Karyawan
yang merasa cocok dengan posisi pekerjaannya akan lebih merasa puas
daripada apabila mendapat beban berlebihan atau jika pekerjaannya tidak
cocok dengan latar belakang keahliannya. Namun, karyawan yang belum
sepadan keahliannya dengan jenis pekerjaan perlu diberikan pelatihan-
pelatihan untuk menambah kemampuan kerjanya.
2. Perumusan konsep bekerja dengan tujuan yang jelas. Buatlah sedemikian
rupa tujuan yang ingin ditetapkan itu dapat dikelola, dilaksanakan, dan
dicapai oleh karyawan. Untuk itu, para karyawan seharusnya mengetahui
persis apa yang dapat diharapkan dari tujuan tersebut. Dengan demikian
biasanya karyawan akan termotivasi dalam bekerja secara sungguh-sungguh
untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Pemberian penghargaan. Penghargaan tidak selalu dalam bentuk uang. Pada
tahap tertentu uang bukan segalanya dalam memotivasi karyawan untuk
bekerja dengan baik. Unsur uang sifatnya berjangka pendek. Kedudukan uang
hanyalah untuk mencegah terjadi penurunan motivasi. Untuk itu perlu
dicaribentuk lain, misalnya pengembangan karir yang jelas dan pemberian
otonomi. Temukanlah unsur-unsur apa saja yang spesifik atau sebenarnya
dapat memotivasi karyawan secara individual.
4. Penciptaan lingkungan kerja yang nyaman. Lingkungan kerja yang nyaman
tidak saja dicirikan fasilitas kerja fisik (suhu ruangan, alat kerja, kursi-meja
kerja, dsb), tetapi juga non fisik seperti manajemen kepemimpinan yang
partisipatif dan hubungan sosial antar karyawan, disamping itu, diperlukan
komunikasi horizontal dan vertikal yang tidak kaku dibatasi oleh status atau
posisi pekerjaan.
Page 13
21
2.3.3 Proses Motivasi
Menurut Yusuf (2015, p.254-255) proses motivasi terdiri beberapa tahapan
proses, yaitu :
1. Apabila dalam diri manusia itu timbul suatu kebutuhan tertentu dan
kebutuhan tersebut belum terpenuhi, maka akan menyebabkan lahirnya
dorongan untuk berusaha melakukan kegiatan.
2. Apabila kebutuhan belum terpenuhi, maka seseorang kemudian mencari jalan
bagaimana caranya untuk memenuhi keinginannya.
3. Untuk mencapai tujuan prestasi yang diharapkan, maka seseorang harus
didukung oleh kemampuan, keterampilan maupun pengalaman dalam
memenuhi segala kebutuhan.
4. Melakukan evaluasi prestasi secara formal tentang keberhasilan dalam
mencapai tujuan yang dilakukan secara bertahap.
5. Seseorang akan bekerja lebih baik apabila mereka merasa bahwa yang
mereka lakukan dihargai dan diberikan suatu imbalan atau ganjaran.
6. Dari gaji atau imbalan yang diterima kemudian seseorang tersebut dapat
mempertimbangkan seberapa besar kebutuhan yang bisa terpenuhi dari gaji
atau imbalan yang mereka terima.
2.3.4 Teori motivasi
Menurut Titisari (2014, p.31) teori motivasi, yaitu:
Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar
pada pendapatan bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan,
yaitu :
a. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus,
istirahat, dan seks.
b. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi
juga mental, psikologi dan intelektual.
c. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs).
Page 14
22
d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercemin
dalam berbagai simbol-simbol status.
e. Aktualisasi diri (selft actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya
sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan)
kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggelompokannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal
pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi
kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan
manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan
individu unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi,
akan tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spritual.
Menurut Sutrisno (2009, p.128) teori motivasi, yaitu:
David McClelland dengan Teori Motivasi Prestasi
Teori kebutuhan yang dikemukan oleh David McClelland (1974), disebut
juga dengan teori motivasi prestasi. Menurut teori ini, ada tiga komponen dasar yang
dapat digunakan untuk motivasi orang bekerja, yaitu kebutuhan akan :
a. Need for achievement
Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar
kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini, berhubungan erat pekerjaan,
dan mengarahkan tingkah laku pada usaha mencapai prestasi tertentu.
b. Need for affiliation
Merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya
dengan orang lain. Hubungan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan
hubungan secara akrab dengan orang lain.
Page 15
23
c. Need for power
Kebutuhan untuk menguasai dan memengaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan
ini, menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memedulikan
perasaan orang lain. Lebih lanjut dijelaskan pada kehidupan sehari-hari.
2.3.5 Dimensi Indikator Motivasi
Menurut Kinlaw dalam Rivai (2006, p.455) menyebutkan bahwa dimensi yang
dapat mempengaruhi motivasi, yaitu:
1. Match
Karyawan memiliki suatu tugas yang sejalan dengan minat dan kebutuhan
kebutuhannya, maka karyawan akan lebih semangat dan terdorong untuk
menyelesaikan pekerjaannya dan mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Return
Karyawan menimbang dan menilai ganjaran extrinsik yang akan di peroleh
seperti upah gaji, keselamatan dan nilai nilai. Kemudian gajinya di
bandingkan dengan biaya yang dikeluarkan selama menyelesaikan tugas.
Kemungkinan sakit, kejenuhan yang mungkin timbul serta seberapa besar
usaha untuk menyelesaikan tugas tersebut, jika karyawan menilai bahwa
keuntungan yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas mashi lebih banyak
dari apa yang dia keluarkan maka ia terdorong melakukan tugas tersebut.
3. Expectation
Karyawan mempertimbangkan sejauh lingkungan kerja dalam
mempermudahnya dalam menyelesaikan tugas, individu akan melakukan
pertimbangan faktor apa saja yang akan memperlancar mereka dalam
menyelesaikan tugas.
Page 16
24
2.4 Kinerja Karyawan
Menurut Suwarto (2014, p.76) kinerja adalah tentang perilaku atau apa yang
dilakukan karyawan, bukan tentang apa yang dihasilkan atau diakibatkan dari kerja
mereka. Sistem manajemen kinerja secara khas mencakup pengukuran kinerja dan
hasil (yakni,bagaimana pengerjaannya dan apa hasil kerjanya). Kinerja bersifat
evaluatif (apakah membantu memajukan atau justru menghambat tujuan organisasi)
dan bersifat multi dimensional (yakni, diperlukan banyak perilaku untuk
menggambarkan kinerja karyawan).
Menurut Mangkunagara (2010, p.72) kinerja adalah hasil kerja baik secara
kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas
sesuai tanggung jawab yang diberikan.
Menurut Suparyadi (2015, p.299) kinerja karyawan pada dasarnya adalah
suatu upaya mengelola kompetensi karyawan yang dilakukan oleh organisasi secara
sistematik dan terus menerus agar karyawan tersebut memiliki tingkat kinerja yang
diharapkan oleh organisasi, yaitu mampu memberikan kontribusi yang optimal,
sehingga mampu mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mathis dan Jackson (2006, p.378) kinerja adalah apa yang dilakukan
atau tidak dilakukan oleh karyawan.
Menurut Kasmir (2016, p.182) kinerja adalah hasil kerja dan perilaku kerja
yang telah dicapai dalam menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang telah
diberikan dalam suatu periode tertentu.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah perbandingan antara hasil kerja karyawan dengan apa yang telah ia capai
dalam melaksanakan tugas tugasnya dalam suatu organisasi sebagai karyawan dalam
periode waktu tertentu, Kinerja juga merupakan salah satu penilaian terhadap
seorang karyawan dalam melaksanakan kewajibannya.
Page 17
25
2.4.1 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Menurut Mathis dan Jackson dalam Logahan, Tjoe dan Naga (2012, p.57)
faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja adalah: kemampuan
mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka
lakukan dan hubungan mereka dengan organisasi.
Menurut Gibson dalam Logahan, Tjoe dan Naga (2012, p.6) ada 3 faktor
yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu: (1) faktor individu: kemampuan,
keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan
demografi seseorang; (2) faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian,
motivasi dan kepuasan kerja; dan (3) faktor organisasi: struktur organisasi, desain
pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan.
Menurut Mangkunegara (2010, p.67) faktor yang memengaruhi kinerja antara
lain, yaitu:
• Human Performance = Ability + Motivation
• Motivation = Attitude + Situation
• Ability = Knowledge + Skill
(1) Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan realita (Knowledge + Skill). Artinya, pegawai yang mempunyai IQ di
atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah
mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
(2) Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi
(situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai
terarah untuk mencapai tujuan organisasi (satuan kerja).
Page 18
26
2.4.2 Dimensi dan Indikator Kinerja Karyawan
Menurut Mathis dan Jackson (2006, p.378) salah satu yang digunakan untuk
mengukur kinerja adalah dengan melihat dimensi-dimensi kinerja karyawan .
Dimensi-dimensi kinerja karyawan yaitu:
1. Kualitas (Quality)
Merupakan mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuruan
kualitatif mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan, yaitu seberapa
baik penyelesaian tugas yang karyawan mampu berikan untuk
perusahaan.
2. Kuantitas (Quantity)
Merupakan jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran
kuantitatif melibatkan perhitungan pengeluaran dari proses atau
pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah output yang di
hasilkan.
3. Ketepatan Waktu (Timeliness)
Karyawan dapat bekerja sesuai dengan standar waktu kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Dengan bekerja yang sesuai dengan standar
waktu yang telah ditentukan maka kinerja dari karyawan tersebut sudah
baik. Dengan timeliness yang merupakan suatu tingkatan yang
menunjukkan bahwa suatu pekerjaan dapat terselesaikan lebih cepat dari
waktu yang telah ditentukan maka kinerja karyawan tersebut sudah lebih
baik.
4. Kehadiran
Kehadiran karyawan dapat menjadi tolak ukur sebuah perusahaan dalam
mengetahui tingkat partisipasi karyawan pada perusahaan Karyawan
yang jumlah kehadirannya lebih banyak biasanya kinerja yang dilakukan
lebih baik dari pada karyawan yang jumlah kehadirannya sedikit.
Page 19
27
5. Kemampuan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama dapat menciptakan kekompakan sehingga
dapat meningkatkan rasa kerja sama antar karyawan.
2.5 Hubungan dan Pengaruh Antar Variabel
Penelitian ini meliputi variabel pelatihan kerja, motivasi dan kinerja
karyawan. Berdasarkan uraian mengenai variabel-variabel yang telah dijelaskan
sebelumnya maka, penulis akan mendefinisikan variabel-variabel tersebut sebagai
berikut.
Pelatihan Kerja bagi suatu organisasi atau perusahaan merupakan aktivitas
yang cukup penting dilakukan, dimana hal ini akan dapat mempengaruhi tingkat
produktivitas kerja dan prestasi kerja bagi tenaga kerja itu sendiri,organisasi atau
perusahaan dimana tenaga kerja tersebut bekerja. Pelatihan tenaga kerja adalah setiap
usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggung jawabnya. Supaya efektif pelatihan biasanya harus
mencakup pengalaman belajar, aktivitas-aktivitas yang terencana, dan didesain
sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan. Secara
ideal pelatihan harus didesain untuk mewujudkan tujuan tujuan organisasi, yang pada
waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan tujuan dari para pekerja secara
perorangan. Kinerja karyawan terdiri dari lima indikator yang menjadi dasar
pengukuran, yaitu 1) materi program yang dibutuhkan, 2) prinsip-prinsip
pembelajaran, 3) ketetapan dan kesesuaian fasilitas, 4) kemampuan dan preferensi
peserta pelatihan, 5) kemampuan dan preferensi instruktur pelatihan.
Motivasi adalah suatu dorongan untuk bertindak yang muncul karena
diberikan oleh seseorang kepada orang lain atau diri sendiri, dorongan tersebut
bermaksud agar orang tersebut menjadi individu yang lebih baik dari yang
sebelumnya dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan variabel pelatihan kerja,
variabel motivasi juga terdiri dari dimensi dan indikator yang mengukurnya, yaitu
dimensi yang pertama match dengan indikator tugas yang diberikan sejalan, minat
dan kebutuhan, dimensi yang kedua adalah return dengan indikator upah, gaji,
keselamatan kerja dan nilai-nilai. Dimensi yang terakhir adalah expectation dengan
Page 20
28
indikator faktor yang memperlancar penyelesaian kerja, lingkungan kerja dan rekan
kerja.
Kinerja karyawan merupakan perbandingan antara hasil kerja karyawan
dengan apa yang telah ia capai dalam melaksanakan tugas tugasnya dalam suatu
organisasi sebagai karyawan dalam periode waktu tertentu, Kinerja juga merupakan
salah satu penilaian terhadap seorang karyawan dalam melaksanakan kewajibannya.
Dalam pelaksanaannya, kinerja karyawan mengelola dan merencanakan apa yang
harus dilaksanakan oleh karyawan untuk bisa membantu perusahaan mencapai
tujuannya. Terdapat pula faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang,
antara lain dari segi kemampuan yang dimiliki oleh karyawan itu sendiri, motivasi
yang berasal dari karyawan itu sendiri, misalnya saja seperti motivasi untuk
memperoleh penghargaan serta juga dipengaruhi oleh faktor dukungan dari
organisasi terhadap kinerja karyawan. Variabel kinerja karyawan juga terdiri dari
indikator kualitas, kuantitas, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab.
Hubungan-hubungan yang terjadi antara variabel-variabel yang terkait
dengan tujuan penelitian dijelaskan sebagai berikut.
2.5.1 Pengaruh Pelatihan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Nawawi (2008, p.112) menyatakan bahwa pelatihan berarti proses
membantu karyawan untuk menguasai keterampilan khusus atau untuk memperbaiki
kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan. Setiap orang memiliki kemampuan
masing-masing, akan tetapi kemampuan (ability) yang dimiliki belum tentu sesuai
dengan spesifikasi yang dicari dan dibutuhkan oleh perusahaan, maka dari itu
penting bagi perusahaan untuk melaksanakan pelatihan agar karyawan tahu apa yang
seharusnya dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya menurut Nawawi (2008, p.112)
bahwa pelatihan kerja dapat berpengaruh pada partisipasi dan keterlibatan karyawan
maka dapat disimpulkan bahwa, pelatihan kerja memiliki pengaruh yang cukup besar
pada karyawan di sebuah organisasi dalam mencapai sebuah tujuan yang dengan kata
lain juga berpengaruh terjadap kinerja karyawan.
Page 21
29
Menurut Tukunimulongo (2009, p.10) hasil dari penelitian Effect of On The
Job Training on Employee Performance in Kenya: Case of Mumias Sugar Company
Limited. adalah adanya hubungan yang signifikan yang ditemukan antara pelatihan
karyawan dan kinerja yang dihasilkan mereka dalam menyelesaikan tugas yang
berbeda. Ditemukan bahwa karyawan yang telah mengambil pelatihan lebih mampu
dalam melaksanakan tugas yang berbeda dan sebaliknya. Pelatihan memiliki
hubungan langsung dengan kinerja karyawan.
2.5.2 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Winardi (2007) dalam Aruan (2013, p.566) menyatakan bahwa
problem inti motivasi yang berkaitan dengan manajer organisasi adalah bagaimana
cara merangsang sekelompok orang yang memiliki kebutuhan yang khas dan
kepribadian unik untuk bekerja sama menuju pencapaian sasaran-sasaran organisasi
mereka. Kaitan motivas dengan kinerja karyawan dapat diungkapkan sebagai hasil
dari interaksi antara motivasi kerja, kemampuan (abilities), dan peluang
(opportunities). Motivasi sendiri merupakan suatu dorongan kehendak yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Seperti yang dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa motivasi memiliki pengaruh
yang cukup besar tehadap kinerja karyawan di sebuah organisasi atau perusahaan.
Menurut Shahzadi, Javed, Pirzada, Nasreen, Khanam (2014, p.159) hasil dari
penelitian The Impact of Employee Motivation on Employee’s Performance in
Beverage Industry of Pakistan adalah bahwa signifikan dan positif ada hubungan
antara motivasi kerja dan kinerja karyawan. Hal ini juga menyimpulkan bahwa
intrinsik imbalan memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kinerja
karyawan dan motivasi karyawan. Pelajaran ini menyimpulkan bahwa efektivitas
pelatihan karyawan dirasakan memiliki hubungan negatif dengan motivasi. Itu juga
terbukti dari tanggapan mereka, mereka diberi kursus pelatihan tetapi pelatihan ini
tidak dilaksanakan oleh mereka dalam mengajar rutin mereka karena mereka
menganggap itu tidak efektif. Mereka tidak puas dengan pelatihan yang diberikan
kepada mereka dan ini mempengaruhi motivasi mereka untuk mengajar.
Page 22
30
2.5.3 Pengaruh Pelatihan Kerja dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Sikula dalam Sutrisno (2009, p.72) mengatakan bahwa pelatihan
merupakan proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis
dan terorganisir, yang mana tenaga kerja non manajerial mempelajari pengetahuan
dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu.
Menurut George dan Jones dalam Virgana (2014, p.152) menyatakan bahwa
motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai dorongan psikologis dalam diri seseorang
yang menentukan arah perilaku seseorang dalam organisasi, tingkat upah, persistensi
dalam menghadapi rintangan.
Menurut Khan (2012, p.84) hasil dari penelitian The Impact of Training and
Motivation on Performance of Employees adalah pelatihan memberikan kontribusi
besar terhadap kinerja karyawan dibandingkan dengan faktor lain seperti motivasi,
teknologi, perilaku manajemen, lingkungan kerja. Ada hubungan positif antara
kinerja karyawan, pelatihan dan motivasi. Studi ini menunjukkan bahwa pelatihan
dan motivasi memiliki dampak positif pada kinerja karyawan. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa organisasi memiliki pelatihan yang baik untuk karyawan dapat
meningkatkan kinerja karyawan. Semua organisasi yang ingin meningkatkan kinerja
karyawan mereka harus fokus pada pelatihan dan juga memotivasi karyawan untuk
mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi.
Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan kerja dan
motivasi memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. Pelatihan kerja dan motivasi
bertujuan sama yaitu untuk meningkatkan produktifitas karyawan.
Page 23
31
2.6 Model Penelitian
Di atas telah dijelaskan hubungan yang terjadi antara variabel yang satu
dengan yang lainnya. Berdasarkan pada hubungan-hubungan tersebut, secara garis
besar, peneliti menggambarkan hubungan antara variabel yang diteliti pada model
penelitian berikut ini.
Gambar 2.1 Model Penelitian
Sumber: Penulis (2016)
2.7 Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji guna memenuhi tujuan-tujuan di dalam penelitian
ini terdiri dari tiga buah hipotesis yang dijelaskan berikut ini.
• Pengujian tentang apakah pelatihan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan
pada McDonald’s cabang Cibubur
Hipotesis 1 :
Ho: Variabel pelatihan kerja tidak memiliki pengaruh terhadap variabel kinerja
karyawan pada McDonald’s cabang Cibubur
Pelatihan Kerja
Motivasi
Kinerja Karyawan
Page 24
32
Ha: Variabel pelatihan kerja memiliki pengaruh terhadap variabel kinerja
karyawan pada McDonald’s cabang Cibubur
• Pengujian tentang apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada
McDonald’s cabang Cibubur
Hipotesis 2 :
Ho: Variabel motivasi tidak memiliki pengaruh terhadap variabel kinerja
karyawan pada McDonald’s cabang Cibubur
Ha: Variabel motivasi memiliki pengaruh terhadap variabel kinerja karyawan
pada McDonald’s cabang Cibubur
• Pengujian tentang apakah pelatihan kerja dan motivasi berpengaruh terhadap
kinerja karyawan pada McDonald’s cabang Cibubur
Hipotesis 3 :
Ho: Variabel pelatihan kerja dan motivasi tidak memiliki pengaruh terhadap
variabel kinerja karyawan pada McDonald’s cabang Cibubur
Ha: Variabel pelatihan kerja dan motivasi memiliki pengaruh terhadap variabel kinerja karyawan pada McDonald’s cabang Cibubur.