BAB I PENDAHULUAN
B. LatarBelakangKanker serviks adalah kanker yang terjadi pada
leher rahim daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang seggama. Kanker serviks adalah suatu peristiwa tumbuhnya
sel-sel tidak normal pada leher rahim (Wijaya,2010). Kanker serviks
merupakan kanker yang paling sering dijumpai di Indonesia, baik
diantara kanker pada perempuan, maupun pada semua jenis kanker
(Onkologi klinis FKUI, 2011). Kanker serviks merupakan kanker yang
menduduki peringkat kedua yang paling sering diderita wanita di
dunia. Di seluruh dunia setiap tahun terdapat sekitar 500.000 kasus
baru atau 5,0% dari seluruh kasus baru tumor ganas. Dari data Badan
Kesehatan Dunia (WHO), diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun
penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena
kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. Di Indonesia sendiri
yang merupakan salah satu negara berkembang, diketahui bahwa kanker
serviks merupakan kanker dengan angka tertinggi yang menyebabkan
kematian pada perempuan, di mana setip harinya ditemukan 41 kasus
dan 20 kematian sekaligus (Depkes, 2010). Angka ini setiap harinya
dipastikan akan semakin naik, dan salah satu faktor yang
menyebabkan kenaikan ini adalah seringnya keterlambatan dalam
diagnosis, sehingga pasien kebanyakan datang ke poli kesehatan
dalam kondisi lanjut. Keadaan ini kerap terjadi karena rendahnya
tingkat pengetahuan akan deteksi dini kanker serviks (Depkes,
2010). Di samping itu, adanya keterbatasan sumber daya, sarana dan
prasarana juga turut menjadi penyebab meningkatnya kematian akibat
kanker tersebut. Menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI),
penyakit kanker serviks ini juga telah merenggut lebih dari 250.000
perempuan di dunia dan terdapat lebih 15.000 kasus kanker serviks
baru, yang kurang lebih merenggut 8000 kematian di Indonesia setiap
tahunnya (Diananda, 2009). Selanjutnya data pada Rumah Sakit
Dr.Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa frekuensi kanker serviks
adalah 76,2% diantara kanker genikologi. Secara ilmu, kanker
serviks sesungguhnya dapat diobati jika seorang pasien belum
mencapai stadium lanjut, namun tentunya dengan mengetahui terlebih
dahulu apakah pasien sudah terinfeksi atau tidak dengan melakukan
deteksi secara dini.Menurut (Sukaca,2009) Beberapa metode yang
dapat dilakukan untuk mendeteksi dini kanker serviks ini antara
lain metode Pap Smear, IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat),
Thin Prep, Kolposkopi, Vikografi, dan Papnet
(komputerisasi).Diantara banyak metode pemeriksaan tersebut, salah
satu metode yang sering digunakan adalah pap smear. Hal ini
dikarenakan pemeriksaan pap smear memiliki sensitivitas 88% dan
spesifisitas 50%, sehingga pemeriksaan pap smear dianggap cukup
efektif sebagai deteksi dini untuk kanker serviks (Purwoto Dan
Nuranna 2009).Departement kesehatan sendiri sesungguhnya
menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20 - 60 tahun harus
melakukan papsmear paling tidak setiap lima tahun.Pap smear pada
dasarnya merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan
dinding leher rahim dengan mengunakan mikroskop, yang dilakukan
secara cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau
serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pemeriksaan pap smear
bertujuan untuk mendeteksi sel-sel yang tidak normal yang dapat
berkembang menjadi kanker servik. Sedangkan wanita yang dianjurkan
pemeriksaan pap smear ini adalah wanita yang telah aktif melakukan
hubungan seksual, biasanya wanita dalam masa usia subur,karena
tingkat seksualnya lebih tinggi sehingga lebih tinggi resiko kanker
serviks bagi mereka. Namun tidak menutup kemungkinan juga untuk
wanita yang tidak mengalami aktivitas seksual yang tinggi untuk
memeriksakan diri (Sukaca, 2009). Namun, sampai saat ini
pemeriksaan dini mendeteksi kanker serviks di Indonesia masih belum
mendapat prioritas bagi kaum wanita (MKI, 2007) dalam Martini (2013
: 2).Hingga saat ini, tidak semua wanita sadar bahwa pap smear
merupakan hal penting untuk dilakukan, padahal bahaya kanker
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian seorang wanita.
Rendahnya pap smear pada wanita ini dipengaruhi oleh banyak hal,
seperti yang dikemukan oleh Candraningsih (2011) dalam penelitian
Martini (2013 : 4), yang mengemukakan bahwa wanita usia subur
enggan untuk diperiksa karena kurangnya pengetahuan tentang pap
smear, rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi
serviks kepada tenaga kesehatan, serta sumber informasi dan
fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk melakukan
pemeriksaan pap smear. Meutia (2008) dalam Fadilla (2012) juga
menyatakan bahwa rendahnya pap smear disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya yaitu terbatasnya akses screening dan pengobatan, serta
masih banyak wanita di Indonesia yang kurang mendapat informasi dan
pelayanan terhadap penyakit kanker serviks karena tingkat ekonomi
rendah dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang tentang pap
smear.
Masalah lain dalam usaha skrining kanker serviks ialah
keengganan wanita diperiksa karena malu. Penyebab lain ialah
kerepotan, keraguan akan pentingnya pemeriksaan, kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan, takut terhadap
kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa
sakit pada pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria atau
pun bidan dan kurangnya dorongan keluarga terutama suami (dalam
Rina dan Fitria, 2012).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Martini dan Fadilla tersebut, ditemukan kesamaan bahwa ternyata
salah satu penyebab rendahnya pap smear adalah karena minimnyanya
pengetahuan yang dimiliki oleh wanita. Padahal, pengetahuan
merupakan salah satu hal penting yang wajib dimiliki oleh wanita,
apa lagi pada era globalisasi ini, di mana akses pengetahuan begitu
mudah untuk dijangkau kapan pun dan di mana pun.Dimana Makna
Pengetahuan Menurut (Notoatmojo 2003), pengetahuan adalah merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu .pengetahuan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan
internal. Ineternal meliputi jasamani dan rohani,sedangkan
eksternal meliputi pendidikan,paparan media massa dan status
ekonomi (notoatmojo 2003), .Di samping itu, sesungguhnya tingginya
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh wanita usia subur tentang
kanker serviks sejatinya akan dapat membentuk sikap positif mereka
terhadap pentingnya perilaku pap smear, karena hal ini merupakan
salah satu faktor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks. Pada akhirnya, dengan tingginya tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh wanita usia subur, maka akan menimbulkan kepercayaan
diri mereka tentang pentingnya perilaku pap smear, atau deteksi
dini kanker serviks.Dari gambaran permasalahan yang telah di
kemukakan di atas, peneliti merasa penting untuk mengetahui
gambaran pengetahuan pap smear, dan tertarik untuk melakukan
penelitian di wilayah Kecamatan Bangkinang dengan subjek penelitian
adalah adalah wanita usia subur organisasi Dharma Wanita Kecamatan
Bangkinang .
B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas,maka
peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul Gambaran
Pengetahuan Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur Organisasi
Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang.
B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran pengetahuan pap smear pada wanita usia subur
organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang.
B. Ruang Lingkup Penelitian ini menjelaskan mengenai gambaran
pengetahuan pap smear pada wanita usia subur organisasi Dharma
Wanita Kecamatan Bangkinang. Pengetahuan merupakan variabel
independen (bebas), sedangkan pap smear merupakan variabel dependen
(terikat). Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian
kuantitatif dengan metode survey analitik dan desain penelitian
cross sectional. Populasi dan sampel yang dijadikan subjek pada
penelitian ini adalah wanita usia subur organisasi Dharma Wanita
Kecamatan Bangkinang dengan periode penelitian November 2014.
B. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan dan
ilmu pengetahuan, khususnya jurusan Kedokteran mengenai gambaran
pengetahuan pap smear pada wanita usia subur. Selain itu,
penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti
lain yang hendak melakukan penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi
wanita usia subur organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang
untuk mengetahui sejauh mana gambaran pengetahuan pap smear pada
wanita usia subur Kecamatan Bangkinang. Selain itu, penelitian ini
juga diharapkan dapat memberikan masukan dan motivasi untuk
memahami betapa pentingnya melakukan pemeriksaanpap smear sebagai
deteksi dini kanker serviks. Serta bagi penyedia pelayanan
kesehatan diharapkan untuk dapat terus meningkatkan strategi
pelayanan kesehatan terhadap pemeriksaan pap smear, baik dalam
bentuk sosialisasi maupun edukasi agar dapat menurunkan tingkat
resiko kanker serviks.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
C. Tinjauan Pustaka 1. Pap Smear a. Definisi Pap SmearMenurut
Wijaya (2010), pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan
sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang
dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat.
Sedangkan menurut Fitria (2007), pap smear adalah suatu tes yang
aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk
mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada sel-sel leher
rahim. Pap smear sering juga disebut Pap test, ditemukan pertama
sekali oleh dokter yang bernama George N papanicolau pada tahun
1928, sehingga dinamakan pap smear yest (Depkes, 2007). Riano
(2006) menyatakan bahwa pap smear test adalah suatu metode
pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian
diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang
terjadi pada sel.
b. Tujuan Pap SmearMenurut Sukaca (2009), tujuan tes pap smear
adalah sebagai berikut : 1) Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel
yang akan menjadi kanker. 2) Untuk mengetahui normal atau tidaknya
sel-sel di serviks. 3) Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada
serviks. 4) Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus
urogenital dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual.5) Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang
terdapat hanya pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi
bagian dalam.6) Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker
serviks.
c. Manfaat Pap SmearMenurut Lestadi (2009), manfaat pap smear
adalah sebagai berikut : 1) Evaluasi sitohormonalPenilaian hormonal
pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan pap smear
yang bahan pemeriksaanya adalah sekret vagina yang berasal dari
dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.2) Mendiagnosis
peradangan Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat
didiagnosa dengan pemeriksaan pap smear. Baik peradangan akut
maupun kronis. Sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel
yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan organisme
penyebabnya. Walaupun kadang-kadang ada pula organisme yang tidak
menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan pap smear.3) Identifikasi
organisme penyebab peradangan Dalam vagina ditemukan beberapa macam
organisme/kuman yang sebagian merupakan flora normal vagina yang
bermanfaat bagi organ tersebut. Pada umumnya organisme penyebab
peradangan pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pap
smear, sehingga berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut,
dapat diperkirakan organisme penyebabnya. 4) Mendiagnosis kelainan
prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim dini atau
lanjut (karsinoma/invasif)Pap smear paling banyak dikenal dan
digunakan adalah sebagai alat pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi
prakanker atau kanker leher rahim. Pap smaer yang semula dinyatakan
hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah
diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker leher rahim
yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96%
terapi didiagnostik sitologi tidak dapat mengantikan diagnostik
histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti
setiap diagnosik sitologi kanker leher rahim harus dikonfirmasi
dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim,
sebelum dilakukan tindakan sebelumya. 5) Memantau hasil terapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan
endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher
rahim yang telah diobati dengan radiasi, memantau adanya kekambuhan
pada kasus kanker yang telah dioperasi, memantau hasil terapi lesi
prakanker atau kanker leher rahim yang telah diobati dengan
elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.
d. Waktu Pap SmearMenurut Sukaca (2009), adapun waktu untuk
melakukan pap smear secara teratur adalah sebagai berikut :1)
Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau
belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.2) Setiap
6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau
pernah menderita infeksi HPV (Human Papilloma Virus) atau kutil
kelamin.3) Setiap tahun untuk wanita yang berumur diatas 35
tahun.4) Setiap tahun untuk wanita yang mengunakan pil KB.5) Setiap
2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun atau untuk
wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker, jika
3 kali berturut-turut hasil pap smear menunjukan negatif. 6)
Setahun sekali bagi wanita yang berumur 40-60 tahun.7) Sesudah 2x
pap tes hasilnya negative dengan interval 3 tahun dengan catatan
bahwa wanita yang resiko tinggi harus lebih sering menjalakan pap
tes.8) Sering mungkin jika hasil pap smear menunjukan abnormal
sesering mungkin setelah penilain dan pengobatan prakanker maupun
kanker serviks. e. Pengelompokan Pap SmearMenurut Sukaca (2009),
pengelompokan atau Pengklasifikasian pap smear adalah sebagai
berikut :1) Kelas I Pada kelas I identik dengan normal smear,
pemeriksaan ulang 1 tahun lagi. 2) Kelas II Pada kasus II
menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, terkadang disertai
dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik
ringan. Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatanya
disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang bernanah maka akan
dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan. 3) Kelas III Kelas
III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat, periksa
ulang dilakukan setelah pengobatan.4) Kelas IV Dikelas IV telah
ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas. 5) Kelas V
Ditemukan sel-sel ganas.
f. Pendeteksian Pap Smear Menurut Sukaca (2009), hal-hal penting
yang harus diperhatikan saat melakukan pap smear adalah sebagai
berikut : 1) Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan
sebelum menstruasi sebelumnya. 2) Pasien harus memberikan
sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai aktivitas seksualnya. 3)
Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum
pengambialn bahan pemeriksaan. 4) Pembilasan vagina dengan bahan
kimia tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelumnya. 5) Hindarilah
pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang pemeriksaan pap
smear.
2. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Menurut Notoatmojo
(2003), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindaraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), ringkat
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif meliputi enam
tingkatan, yaitu sebagai berikut :
1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi
(application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya.4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan
untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu sruktur organisasi,
dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat mengambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian tehadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
di dasarkan pada suatu kritiria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat
membandingkan antara anak yang cukup gizi, dapat menanggapi
terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab
ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut
Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yang dimiliki seseorang adalah sebagai berikut : 1) Faktor
internal, meliputi :a) Jasmani Faktor jasmani diantaranya adalah
keadaan indera seseorang.
b) Rohani Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis,
intelektual, psikomotor, serta kondisi efektif dan konatif
individu. 2) Faktor Eksternal, meliputi : a) Pendidikan Tingkat
pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan
tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap
informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang
mungkin akan merasa peroleh dari gagasan tersebut. b) Paparan media
massa Melalui bermacam-macam media baik cetak maupun elektronik
berbagai informasi dapat diterima, sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar informasi,
media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki
seseorang. c) Status ekonomi Tingkat status ekonomi dapat
mempengaruhi pengetahuan. Dimana dalam mempengaruhi kebutuhan
primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan
lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi
rendah. Hal ini juga berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan sekunder.
d) Hubungan sosial Manusia adalah mahkluk sosial dimana dalam
kehidupan saling berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi.
Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media. e) Pengalaman Pengalaman seseorang tentang
berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
perkembanganya, misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan
mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat
memperluas pengalaman karena dari berbagai kegiatan-kegiatan
tersebut.
3. Wanita Usia Subur a. Definisi Wanita Usia Subur Menurut
Ekasari (2009), wanita usia subur adalah wanita yang keadaan organ
reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun.
Sedangkan menurut BKKBN (2003), wanita usia subur adalah wanita
yang berusia antara 15 - 49 tahun yang berada dalam masa reproduksi
dan mulai ditandai dengan timbulnya haid yang pertama kali
(menarche) dan diakhiri dengan masa menopouse. Usia subur wanita
berlangsung lebih cepat daripada pria. Puncak kesuburannya ada pada
rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan
95% untuk hamil. Pada usia 30-an tahun prosentasenya menurun hingga
90%. Sedangkan memasuki usia 40 tahun, kesempatan hamil berkurang
hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 tahun wanita hanya punya
maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat
reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui
(Suparyanto, 2011).
b. Kejadian Dalam Masa Subur Wanita dewasa yang sehat dan tidak
hamil setiap bulannya secara teratur mengeluarkan darah dari alat
kandungnya. Kejadian ini disebut menstruasi atau haid. Menurut
Prawirohardjo (2005), adapun siklus mentruasi sendiri dibedakan
menjadi tiga masa, yaitu sebagai berikut : 1) Masa haid, selama dua
sampai delapan hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan
pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah (minimum). 2) Masa
proliferasi, sampai hari keempat belas. Pada waktu itu endometrium
tumbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi.
Antara hari ke-12 dan ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari
ovarium yang disebut ovulasi. 3) Masa sekresi, hari ke-14 sampai
ke-28. Masa masa sesudah ovulasi yang berlangsung hari ke-14 sampai
hari ke-28 pada masa ini korpus rubrum menjadi korpus luteum yang
mengeluarkan progesteron. Masa ini untuk mempersiapkan endometrium
menerima telur yang dibuahi.
4. Kanker Serviks a. Definisi Kanker Serviks Menurut Sukaca
(2009), kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi
pada serviks, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat
melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan merupakan sebuah tumor
ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks. Sedangkan menurut
Diananda (2008) kanker serviks atau kanker pada mulut rahim adalah
kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
b. Gejala Kanker ServiksMenurut Share (2008), pada awalnya
perjalanan penyakit dari kanker leher rahim dapat berupa lesi
prakanker. Perubahan prakanker ini biasanya tidak menimbulkan
gejala dan tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani
pemeriksaan panggul atau pap smear. Gejala biasanya baru muncul
ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan
menyusup ke jaringan sekitarnya. Pada saat ini dapat timbul gejala
seperti gangguan menstruasi, perdarahan vagina, serta keputihan.
Jika kanker berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-gejala
seperti : 1) Berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan,
kelelahan. 2) Nyeri panggul, punggung dan tungkai. 3) Keluar air
kemih dan tinja dari vagina. 4) Patah tulang. Menurut Sukaca
(2009), pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita
tidak mengalami gejala atau tanda yang khas. Namun sering ditemukan
gejala-gejala sebagai berikut :1) Keluar cairan encer dari vagina
(keputihan). 2) Pendarahan setelah senggama yang kemudian dapat
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal. 3) Timbulnya perdarahan
setelah masa menopause. 4) Pada masa invasif dapat keluar cairan
berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan
darah. 5) Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan
kronis. 6) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di bagian pinggang ke
bawah, kemungkinan terjadi hidronefosis. Selain itu, bisa juga
timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.7) Pada stadium lanjut, badan
menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi
kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.
c. Fakror-Faktor Timbulnya Kanker Serviks Menurut Sukaca (2009),
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker leher rahim
dibagi menjadi tiga faktor, yaitu : 1) Faktor resiko, meliputi : a)
MakananAda beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi
asam folat dapat meningkatakan resiko terjadinya displasia ringan
dan sedang. Makanan yang mungkin juga meningkatkan resiko
terjadinya kanker serviks pada wanita adalah makanan yang rendah
Beta karoten, Retinol (vitamin A), Vitamin C, dan Vitamin E.
Sedangkan makanan yang dapat berkhasiat dalam pencegahan kanker
adalah bahan-bahan antioksidan seperti : advokat, brokoli, kol,
wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat, vitamin E, vitamin C
dan beta karoten juga mempunyai khasiat antioksidan yang kuat.b)
Gangguan sistem kekebalanWanita yang terkena gangguan kekebalan
tubuh atau kondisi imunosupresi (penurunan kadar kekebalan tubuh)
dapat terjadi peningkatan terjadinya kanker leher rahim. Pada
wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti
transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat)
pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas
menjadi ganas).
c) Pemakaian kontrasepsi Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka
waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko kanker leher
rahim sebanyak 2 kali. Pil KB dapat memberikan efek negatif pada
kanker leher rahim sebab tugas pil KB adalah mencegah kehamilan
dengan cara menghentikan ovulasi dan menjaga kekentalan lendir
servikal sehingga tidak dilalui sperma.d) RasRas juga dapat
menyebabkan resiko kanker leher rahim sebab pada ras Afrika-Amerika
kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika
hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-Amerika memiliki angka kejadian
yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor
sosioekonomi.e) Polusi udaraPolusi udara ternyata dapat juga memicu
penyakit kanker leher rahim. Sumber dari polusi udara ini
disebabkan oleh dioksin. Zat dioksin ini merugikan tubuh. Sumber
dioksin berasal dari beberapa faktor antara lain : pembakaran
limbah padat dan cair, pembakaran sampah, asap kendaraan bermotor,
asap hasil industri kimia, kebakaran hutan dan asap rokok.f)
Pemakaian DES Pemakaian DES (dietilstilbestrol) adalah untuk wanita
hamil. Yang bertujuan untuk mencegah keguguran (banyak digunakan
pada tahun 1940-1970). Ini sebenarnya dapat memicu kanker leher
rahim.g) Golongan ekonomi lemah Golongan ekonomi lemah menjadi
resiko terkena kanker leher rahim karena golongan ekonomi lemah
tidak mampu melakukan pap smear secara rutin. Pengetahuan mereka
mengenai resiko kanker leher rahim juga sangat minim. Oleh sebab
itu mereka banyak terjangkit penyakit ini.h) Terlalu sering
membersihkan vagina Membersihkan vagina terlalu sering ternyata
berdampak tidak baik. Terlalu sering menggunakan antiseptik untuk
mencuci vagina dapat memicu kanker serviks. Dengan mencuci vagina
terlalu sering maka dapat menyebabkan iritasi pada serviks dan
iritasi ini akan merangsang terjadinya perubahan sel yang akhirnya
berubah menjadi kanker.2) Faktor individu, meliputi : a) HPV (Human
Papillomavirus) Penelitian baru-baru ini memperlihatkan bahwa
infeksi HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim. Hal ini
terdeteksi menggunakan penelitian molecur. Pada 99,7% wanita dengan
karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV merupakan penyebab mutasi
neoplasma (perubahan sel normal menjadi ganas).
b) Faktor etologik Penelitian saat ini memang memfokuskan virus
sebagai penyebab penting kanker leher rahim. Sebab infeksi
protozoa, jamur dan bakteri tidak potensial onkogenik. Tidak semua
virus memang dapat menyebabkan kanker. Namun paling tidak dikenal
kurang lebih dari 150 juta jenis virus diduga memegang peranan
penting dalam kejadian kanker pada binatang. Sepertiganya
diantaranya adalah golongan virus DNA. Pada proses karsinogenesis
asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel
tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel.c) Herpes
Simpleks Virus (HVS) tipe-2 Pada awal tahun 1970 herpes simpleks
tipe 2 banyak dibicarakan, lantaran sebagai timbulnya kanker
serviks atau kanker leher rahim. Namun ternyata virus tersebut
tidak berperan besar dalam timbulnya kanker serviks. Virus ini
hanya diduga sebagai faktor pemicu terjadinya kanker. Atau dianggap
sama dengan karsinogen kimia atau fisik.d) Perubahan fisiologik
epitel serviksJaringan epitel pada serviks ada dua jenis yaitu
epitel skuamosa dan epitel kolumnar. Kedua epitel tersebut dibatasi
oleh sambungan skuamosa-kolumnar (SSK). Namun letaknya menyesuaikan
umur, aktivitas seksual dan paritas.
e) Perubahan neoplastik epitel serviks Proses terjadinya kanker
serviks begitu erat dengan proses metaplasia. Akibat pH rendah maka
bahan-bahan pemicu kanker dapat bermutasi dan dapat mengubah sel
aktif metaplasia. Ini menimbulkan sel-sel berpotensi ganas.f)
Merokok Tembakau adalah bahan pemicu karsiogenik yang paling baik.
Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon
heterocyclic nittrosamines. Wanita perokok memiliki resiko 2 kali
lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang
tidak merokok. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks
adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.g) Penggunaan celana ketat Kondisi
lingkungan vulva dan vagina dapat diakibatkan karena pemakaian
celana dalam yang ketat. Terutama jika bahan celana itu terbuat
dari kain yang dapat menghambat pernafasan daerah vulva dan vagina
misalnya nilon. Sebetulnya secara umum tidak ada dampak langsung
dari pemakaian celana ketat atau legging terhadap kesehatan alat
reproduksi perempuan. Dampak tersebut akan bisa muncul jika
digunakan terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
h) Umur Menopause memang akan dialami semua wanita. Pada masa
itu sering terjadi perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim.
Pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk
menderita kanker mulut rahim (serviks). Semakin tua umur seseorang
akan mengalami proses kemunduran, proses tersebut tidak terjadi
pada suatu alat saja tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian
tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lanjut lebih banyak
kemungkinan jatuh sakit, atau mudah mengalami infeksi.i) Paritas
Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan
bayi yang dapat hidup atau viable. Paritas berbahaya adalah dengan
memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan
terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan
sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan
melalui jalan normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan
sel abnormal dari epitel pada mulut rahim dan dapat berkembang
menjadi keganasan.j) Usia wanita saat menikah Dalam kenyataannya
menikah dini mempunyai beberapa resiko. Selain kurangnya kesiapan
mental juga mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan
sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda, sel-sel
rahim masih belum matang. Sel-sel tersebut tidak rentan terhadap
zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma. Dengan segala macam
perubahannya dan jika belum matang ketika ada rangsangan sel yang
tumbuh tidak seimbang dengan sel yang mati maka kelebihan sel ini
bisa berubah sifat menjadi sel kanker.3) Faktor pasangan, meliputi
: a) Hubungan seksual pada usia muda Faktor resiko ini merupakan
faktor utama. Sebab semakin muda seseorang perempuan melakukan
hubungan seks, semakin besar resiko untuk terkena kanker serviks.
Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan
seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih
besar dari pada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.b)
Pasangan seksual lebih dari satu (Multipatner Sex) Perilaku
bergonta-ganti pasangan akan meningkatkan penularan penyakit
kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papiloma
virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker
serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih. Di samping
itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor
pendamping.
5. Gambaran Pengetahuan Pap Smear Wanita Usia Subur Kanker
serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim daerah organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mendeteksi secara dini
kanker serviks adalah dengan metode pap smear,yaitu merupakan suatu
metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan
menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit,
serta hasil yang akurat. Namun, oleh karena rendahnya jumlah wanita
usia subur dalam melakukan pap smear, maka menyebabkan hingga saat
ini kejadian kanker serviks terus meningkat. Padahal bila wanita
usia subur melakukan pap smear secara dini, dipastikan hal tersebut
akan dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks. Salah satu
faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat wanita usia subur dalam
melakukan pap smear adalah karena kurangnya pengetahuan.
Pengetahuan ini dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor internal
yang meliputi jasmani dan rohani, serta faktor eksternal, seperti
pendidikan, paparan media massa, status ekonomi, hubungan sosial
dan pengalaman. Secara umum, dapat dipastikan bahwa seseorang yang
memiliki pendidikan tinggi, paparan media massa yang luas, status
ekonomi yang cukup, hubungan sosial yang baik, serta pengalaman
yang diperoleh, maka orang tersebut akan memiliki pengetahuan yang
lebih ketimbang dengan mereka-mereka yang berpendidikan rendah,
status soasial ekonomi lemah, serta kurangnya pengalaman.
B. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini adalah
sebagai berikut : Bagan 2.1 Kerangka Konsep
Pap Smear
Pengetahuan
C. HIPOTESIS / PERTANYAAN PENELITIANBagaimana gambaran tingkat
pengetahuan Wanita usia subur yang dalam penelitian ini dibagi
dalam 3 kelompok yaitu pengetahuan Baik, Cukup dan Kurang, pada
organisasi Dharma Wanita tentang pemeriksaan Pap Smear sebagai
upaya pencegahan terhadap kankerserviks (l eher Rahim ).
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di
Kecamatan Bangkinang dengan periode penelitian November 2014.
B. Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan jenis penelitian
kuantitatif dengan metode survey analitik dan desain penelitian
cross sectional. Menurut Sugiyono (2011), penelitian kuantitatif
merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.Sedangkan survey cross
sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak
berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang
sama.
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional
VariabelVariabelDefinisi operasionalAlat ukurHasil ukurSkala pengu-
kuran
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan repsonden yang didefiniskan sebagai jenjang
pendidikan terkahir yang dijalanani sampai tamat
Kuesioner
RendahSedang Tinggi
Ordinal
PengetahuanHasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
2003).
Kuesioner
KurangSedangBaik
Ordinal
Definisi operasional 3.1Pengetahuan merupakan apa yang diketahui
repsonden mengenai pengertian ,manfaat, sasaran, dan petunjuk
pemeriksaan pap smear .Pengukuran tingkat pengetahuan responden
mengenai pap smear berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan
responden pada kuesioner,dengan menggunakan sistem skoring,menurut
(Arikunto 2007),peneilaian terhadap pengetahuan responden mengenai
pap smear yang dinilai dari 11 pertanyaan yang diajukan kepada
responden dengan skoring 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk
jawaban yang salah dan 0 untuk yang tidak tahu.skor nya adalah
sebagai berikut :a) Skor 9-11: Baikb) Skor 5-8: Sedangc) Skor 0-4:
KurangTingkat pendidikan merupaka tingkat pendidikan responden yang
didefinisikan sebagai jenjang pendidikan terakhir yang dijalani
sampai tamattingkat pendidikan dikategorikan menjadi :a) Rendah
(Smp kebawah )b) Sedang (Sma)c) Tinggi (S1 atau strata yang setara
diatas nya )
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2011 :
119), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.
Berdasarkan definisi tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah
wanita usia subur organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang
sebanyak 100 orang.
2. Sampel Menurut Sugiyono (2011 : 120), sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Surakhman
seperti dikutip Ridwan (2009 : 91) menyarankan bahwa apabila ukuran
populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100, maka pengambilan
sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran
populasi kurang atau sama dengan dari 1000, ukuran sampel
diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi. Sampel
dalam penelitian ini adalah wanita usia subur organisasi Dharma
Wanita Kecamatan Bangkinang sebanyak 100 orang.
E. Pengukuran dan Pengamatan Variabel PenelitianPengukuran dan
pengamatan variabel dilakukan dengan metode komputerisasi program
SPSS, di mana pengukuran dan pengamatan tersebut adalah berdasarkan
dengan variabel penelitian.
F. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kuesioner Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan
adalah kuesioner tertutup, dimana di dalam kuesioner disediakan dua
alternatif jawaban yang diukur dengan menggunakan skala Guttman.
Dengan skala pengukuran Guttman ini nantinya akan di dapat jawaban
yang tegas, seperti ya atau tidak, benar atau salah, ataupun pernah
atau tidak pernah(Sutrisno Hadi 2003).Kuesioner disini menggunakan
kuesioner dari skripsi Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai
Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009
2. Studi Kepustakaan Dalam penelitian ini, peneliti mempelajari
literatur-literatur melalui buku-buku referensi, jurnal ilmiah,
artikel, dan bahan-bahan publikasi lainnya yang mendukung dalam
penelitian ini (Umi Narimawati 2007 : 79).
G. Analisis Data Analisis data diperoleh dengan dua cara, yaitu
univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk
mendapatkan gambaran mengenai distribusi frekuensi responden.
Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing
variabel independen (bebas), yaitu pengetahuan, dan variabel
dependen (terikat), yaitu pap smear.BAB IVHASIL PENELITIANA.
Deskripsi Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Organisasi
Dharma Wanita persatuan kecamatan Bangkinang.yang berlokasi di
jalan etnan boyak no 56 A,Kecamatan bangkinang. Dharma Wanita
adalah sebuah organisasi yang beranggotakan istri Pegawai Negeri
Sipil (PNS).Dharma Wanita ditetapkan pada tanggal 7 Desember 1999
pada sebuah rapat nasional.Tujuan utama dari pendirian Dharma
Wanita adalah meningkatkan kualitas sumber daya anggota keluarga
PNS untuk mencapai kesejahteraan nasional.Dharma Wanita Persatuan
Kecamatan Bangkinang memiliki anggota 100 orang. Organisasi yang
beranggotakan kaum perempuan ini memiliki visi "Menjadi organisasi
istri PNS yang kukuh, bersatu, dan mandiri", sedangkan misinya
adalah "Mensejahterakan anggota melalui bidang pendidikan, bidang
ekonomi, dan bisang sosial budaya". Sebagai organisasi yang diusung
untuk tujuan bersama, Dharma Wanita memiliki tugas pokok yaitu
"Membina anggota, memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan,
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, menjalin hubungan kerjasama
dengan berbagai pihak, serta meningkatkan kepedulian sosial dan
melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota agar menjadi
manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian
serta berbudi pekerti luhur".Anggota organisasi Dharma Wanita
adalah semua istri PNS di Indonesia yang meliputi istri PNS, istri
pejabat negara bidang pemerintahan, istri pensiunan dan janda PNS,
istri pegawai BUMN atau BUMD, istri pensiunan atau janda pegawai
BUMN atau BUMD, istri kepala perwakilan Indonesia di luar negeri,
istri perangkat pemerintah desa, istri TNI, istri POLRI, dan
pensiunan PNS wanita
B. Analisis UnivariatSampel diperoleh pada 4 November 2014
sebanyak 100 wanita usia subur. Pada penelitian ini diperoleh hasil
distribusi frekuensi gambaran pengetahuan terhadap Pap Smear bagi
wanita usia subur yang tergabung dalam organisasi Dharma Wanita
Kecamatan Bangkinang. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Pap Smear Menurut Usia, Dan Pendidikan Pada Wanita Usia Subur Yang
Tergabung Dalam Organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang.
VariabelFrekuensi%
Pengetahuan Tentang Pap Smear
Kurang1414
Sedang Baik66206620
Total 100100
Usia
< 20 tahun00
20 35 tahun7575
> 35 tahun 2525
Total 100100
Pendidikan
Rendah Menengah242242
Tinggi 5656
Total 100100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa frekuensi
wanita usia subur yang masih kurang pengetahuannya tentang pap
smear sebesar 14% kemudian yang pengetahuannya tentang Pap Smear
ada pada kategori sedang sebesar 66% dan yang pengetahuannya
tentang pap smear tergolong baik sebesar 20%. Frekuensi responden
menurut usia adalah diatas usia antara 20-35 tahun sebesar 75%, dan
usia diatas 35 tahun sebesar 25%. Frekuensi responden menurut
tingkat pendidikan adalah pada pendidikan rendah sebesar 2% saja,
responden berpendidikan menengah sebesar 42% dan responden dengan
pendidikan tinggi sebesar 56%.
1