Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang seggama. Kanker serviks adalah suatu peristiwa tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim (Wijaya,2010). Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering dijumpai di Indonesia, baik diantara kanker pada perempuan, maupun pada semua jenis kanker (Onkologi klinis FKUI, 2011). Kanker serviks merupakan kanker yang menduduki peringkat kedua yang paling sering diderita wanita di dunia. Di seluruh dunia setiap tahun terdapat sekitar 500.000 kasus baru atau 5,0% dari seluruh kasus baru tumor ganas. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. 1
56

bab 1,2,3.docx

Nov 18, 2015

Download

Documents

Bono Pazio
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN

B. LatarBelakangKanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang seggama. Kanker serviks adalah suatu peristiwa tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim (Wijaya,2010). Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering dijumpai di Indonesia, baik diantara kanker pada perempuan, maupun pada semua jenis kanker (Onkologi klinis FKUI, 2011). Kanker serviks merupakan kanker yang menduduki peringkat kedua yang paling sering diderita wanita di dunia. Di seluruh dunia setiap tahun terdapat sekitar 500.000 kasus baru atau 5,0% dari seluruh kasus baru tumor ganas. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun. Di Indonesia sendiri yang merupakan salah satu negara berkembang, diketahui bahwa kanker serviks merupakan kanker dengan angka tertinggi yang menyebabkan kematian pada perempuan, di mana setip harinya ditemukan 41 kasus dan 20 kematian sekaligus (Depkes, 2010). Angka ini setiap harinya dipastikan akan semakin naik, dan salah satu faktor yang menyebabkan kenaikan ini adalah seringnya keterlambatan dalam diagnosis, sehingga pasien kebanyakan datang ke poli kesehatan dalam kondisi lanjut. Keadaan ini kerap terjadi karena rendahnya tingkat pengetahuan akan deteksi dini kanker serviks (Depkes, 2010). Di samping itu, adanya keterbatasan sumber daya, sarana dan prasarana juga turut menjadi penyebab meningkatnya kematian akibat kanker tersebut. Menurut data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penyakit kanker serviks ini juga telah merenggut lebih dari 250.000 perempuan di dunia dan terdapat lebih 15.000 kasus kanker serviks baru, yang kurang lebih merenggut 8000 kematian di Indonesia setiap tahunnya (Diananda, 2009). Selanjutnya data pada Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa frekuensi kanker serviks adalah 76,2% diantara kanker genikologi. Secara ilmu, kanker serviks sesungguhnya dapat diobati jika seorang pasien belum mencapai stadium lanjut, namun tentunya dengan mengetahui terlebih dahulu apakah pasien sudah terinfeksi atau tidak dengan melakukan deteksi secara dini.Menurut (Sukaca,2009) Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dini kanker serviks ini antara lain metode Pap Smear, IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat), Thin Prep, Kolposkopi, Vikografi, dan Papnet (komputerisasi).Diantara banyak metode pemeriksaan tersebut, salah satu metode yang sering digunakan adalah pap smear. Hal ini dikarenakan pemeriksaan pap smear memiliki sensitivitas 88% dan spesifisitas 50%, sehingga pemeriksaan pap smear dianggap cukup efektif sebagai deteksi dini untuk kanker serviks (Purwoto Dan Nuranna 2009).Departement kesehatan sendiri sesungguhnya menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20 - 60 tahun harus melakukan papsmear paling tidak setiap lima tahun.Pap smear pada dasarnya merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan mengunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pemeriksaan pap smear bertujuan untuk mendeteksi sel-sel yang tidak normal yang dapat berkembang menjadi kanker servik. Sedangkan wanita yang dianjurkan pemeriksaan pap smear ini adalah wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual, biasanya wanita dalam masa usia subur,karena tingkat seksualnya lebih tinggi sehingga lebih tinggi resiko kanker serviks bagi mereka. Namun tidak menutup kemungkinan juga untuk wanita yang tidak mengalami aktivitas seksual yang tinggi untuk memeriksakan diri (Sukaca, 2009). Namun, sampai saat ini pemeriksaan dini mendeteksi kanker serviks di Indonesia masih belum mendapat prioritas bagi kaum wanita (MKI, 2007) dalam Martini (2013 : 2).Hingga saat ini, tidak semua wanita sadar bahwa pap smear merupakan hal penting untuk dilakukan, padahal bahaya kanker merupakan salah satu penyebab terbesar kematian seorang wanita. Rendahnya pap smear pada wanita ini dipengaruhi oleh banyak hal, seperti yang dikemukan oleh Candraningsih (2011) dalam penelitian Martini (2013 : 4), yang mengemukakan bahwa wanita usia subur enggan untuk diperiksa karena kurangnya pengetahuan tentang pap smear, rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks kepada tenaga kesehatan, serta sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk melakukan pemeriksaan pap smear. Meutia (2008) dalam Fadilla (2012) juga menyatakan bahwa rendahnya pap smear disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya yaitu terbatasnya akses screening dan pengobatan, serta masih banyak wanita di Indonesia yang kurang mendapat informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker serviks karena tingkat ekonomi rendah dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang tentang pap smear.

Masalah lain dalam usaha skrining kanker serviks ialah keengganan wanita diperiksa karena malu. Penyebab lain ialah kerepotan, keraguan akan pentingnya pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria atau pun bidan dan kurangnya dorongan keluarga terutama suami (dalam Rina dan Fitria, 2012).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martini dan Fadilla tersebut, ditemukan kesamaan bahwa ternyata salah satu penyebab rendahnya pap smear adalah karena minimnyanya pengetahuan yang dimiliki oleh wanita. Padahal, pengetahuan merupakan salah satu hal penting yang wajib dimiliki oleh wanita, apa lagi pada era globalisasi ini, di mana akses pengetahuan begitu mudah untuk dijangkau kapan pun dan di mana pun.Dimana Makna Pengetahuan Menurut (Notoatmojo 2003), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu .pengetahuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Ineternal meliputi jasamani dan rohani,sedangkan eksternal meliputi pendidikan,paparan media massa dan status ekonomi (notoatmojo 2003), .Di samping itu, sesungguhnya tingginya tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh wanita usia subur tentang kanker serviks sejatinya akan dapat membentuk sikap positif mereka terhadap pentingnya perilaku pap smear, karena hal ini merupakan salah satu faktor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Pada akhirnya, dengan tingginya tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh wanita usia subur, maka akan menimbulkan kepercayaan diri mereka tentang pentingnya perilaku pap smear, atau deteksi dini kanker serviks.Dari gambaran permasalahan yang telah di kemukakan di atas, peneliti merasa penting untuk mengetahui gambaran pengetahuan pap smear, dan tertarik untuk melakukan penelitian di wilayah Kecamatan Bangkinang dengan subjek penelitian adalah adalah wanita usia subur organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang .

B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas,maka peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur Organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang.

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan pap smear pada wanita usia subur organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang.

B. Ruang Lingkup Penelitian ini menjelaskan mengenai gambaran pengetahuan pap smear pada wanita usia subur organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang. Pengetahuan merupakan variabel independen (bebas), sedangkan pap smear merupakan variabel dependen (terikat). Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode survey analitik dan desain penelitian cross sectional. Populasi dan sampel yang dijadikan subjek pada penelitian ini adalah wanita usia subur organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang dengan periode penelitian November 2014.

B. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, khususnya jurusan Kedokteran mengenai gambaran pengetahuan pap smear pada wanita usia subur. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi wanita usia subur organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang untuk mengetahui sejauh mana gambaran pengetahuan pap smear pada wanita usia subur Kecamatan Bangkinang. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan dan motivasi untuk memahami betapa pentingnya melakukan pemeriksaanpap smear sebagai deteksi dini kanker serviks. Serta bagi penyedia pelayanan kesehatan diharapkan untuk dapat terus meningkatkan strategi pelayanan kesehatan terhadap pemeriksaan pap smear, baik dalam bentuk sosialisasi maupun edukasi agar dapat menurunkan tingkat resiko kanker serviks.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

C. Tinjauan Pustaka 1. Pap Smear a. Definisi Pap SmearMenurut Wijaya (2010), pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat. Sedangkan menurut Fitria (2007), pap smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Pap smear sering juga disebut Pap test, ditemukan pertama sekali oleh dokter yang bernama George N papanicolau pada tahun 1928, sehingga dinamakan pap smear yest (Depkes, 2007). Riano (2006) menyatakan bahwa pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada sel.

b. Tujuan Pap SmearMenurut Sukaca (2009), tujuan tes pap smear adalah sebagai berikut : 1) Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker. 2) Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks. 3) Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks. 4) Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.5) Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam.6) Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks.

c. Manfaat Pap SmearMenurut Lestadi (2009), manfaat pap smear adalah sebagai berikut : 1) Evaluasi sitohormonalPenilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan pap smear yang bahan pemeriksaanya adalah sekret vagina yang berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.2) Mendiagnosis peradangan Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat didiagnosa dengan pemeriksaan pap smear. Baik peradangan akut maupun kronis. Sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan organisme penyebabnya. Walaupun kadang-kadang ada pula organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan pap smear.3) Identifikasi organisme penyebab peradangan Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang sebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ tersebut. Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pap smear, sehingga berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat diperkirakan organisme penyebabnya. 4) Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasif)Pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker leher rahim. Pap smaer yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik sitologi tidak dapat mengantikan diagnostik histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnosik sitologi kanker leher rahim harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim, sebelum dilakukan tindakan sebelumya. 5) Memantau hasil terapi Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher rahim yang telah diobati dengan radiasi, memantau adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi, memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim yang telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau konisasi.

d. Waktu Pap SmearMenurut Sukaca (2009), adapun waktu untuk melakukan pap smear secara teratur adalah sebagai berikut :1) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.2) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV (Human Papilloma Virus) atau kutil kelamin.3) Setiap tahun untuk wanita yang berumur diatas 35 tahun.4) Setiap tahun untuk wanita yang mengunakan pil KB.5) Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker, jika 3 kali berturut-turut hasil pap smear menunjukan negatif. 6) Setahun sekali bagi wanita yang berumur 40-60 tahun.7) Sesudah 2x pap tes hasilnya negative dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita yang resiko tinggi harus lebih sering menjalakan pap tes.8) Sering mungkin jika hasil pap smear menunjukan abnormal sesering mungkin setelah penilain dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks. e. Pengelompokan Pap SmearMenurut Sukaca (2009), pengelompokan atau Pengklasifikasian pap smear adalah sebagai berikut :1) Kelas I Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1 tahun lagi. 2) Kelas II Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, terkadang disertai dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik ringan. Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatanya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan. 3) Kelas III Kelas III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat, periksa ulang dilakukan setelah pengobatan.4) Kelas IV Dikelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas. 5) Kelas V Ditemukan sel-sel ganas.

f. Pendeteksian Pap Smear Menurut Sukaca (2009), hal-hal penting yang harus diperhatikan saat melakukan pap smear adalah sebagai berikut : 1) Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum menstruasi sebelumnya. 2) Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai aktivitas seksualnya. 3) Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum pengambialn bahan pemeriksaan. 4) Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelumnya. 5) Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang pemeriksaan pap smear.

2. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), ringkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif meliputi enam tingkatan, yaitu sebagai berikut :

1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu sruktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian tehadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian di dasarkan pada suatu kritiria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah sebagai berikut : 1) Faktor internal, meliputi :a) Jasmani Faktor jasmani diantaranya adalah keadaan indera seseorang.

b) Rohani Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi efektif dan konatif individu. 2) Faktor Eksternal, meliputi : a) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan merasa peroleh dari gagasan tersebut. b) Paparan media massa Melalui bermacam-macam media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar informasi, media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. c) Status ekonomi Tingkat status ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan. Dimana dalam mempengaruhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini juga berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan sekunder. d) Hubungan sosial Manusia adalah mahkluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. e) Pengalaman Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembanganya, misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalaman karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut.

3. Wanita Usia Subur a. Definisi Wanita Usia Subur Menurut Ekasari (2009), wanita usia subur adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Sedangkan menurut BKKBN (2003), wanita usia subur adalah wanita yang berusia antara 15 - 49 tahun yang berada dalam masa reproduksi dan mulai ditandai dengan timbulnya haid yang pertama kali (menarche) dan diakhiri dengan masa menopouse. Usia subur wanita berlangsung lebih cepat daripada pria. Puncak kesuburannya ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an tahun prosentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40 tahun, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 tahun wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui (Suparyanto, 2011).

b. Kejadian Dalam Masa Subur Wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil setiap bulannya secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungnya. Kejadian ini disebut menstruasi atau haid. Menurut Prawirohardjo (2005), adapun siklus mentruasi sendiri dibedakan menjadi tiga masa, yaitu sebagai berikut : 1) Masa haid, selama dua sampai delapan hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah (minimum). 2) Masa proliferasi, sampai hari keempat belas. Pada waktu itu endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari ke-12 dan ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi. 3) Masa sekresi, hari ke-14 sampai ke-28. Masa masa sesudah ovulasi yang berlangsung hari ke-14 sampai hari ke-28 pada masa ini korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Masa ini untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibuahi.

4. Kanker Serviks a. Definisi Kanker Serviks Menurut Sukaca (2009), kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks. Sedangkan menurut Diananda (2008) kanker serviks atau kanker pada mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).

b. Gejala Kanker ServiksMenurut Share (2008), pada awalnya perjalanan penyakit dari kanker leher rahim dapat berupa lesi prakanker. Perubahan prakanker ini biasanya tidak menimbulkan gejala dan tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul atau pap smear. Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Pada saat ini dapat timbul gejala seperti gangguan menstruasi, perdarahan vagina, serta keputihan. Jika kanker berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-gejala seperti : 1) Berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kelelahan. 2) Nyeri panggul, punggung dan tungkai. 3) Keluar air kemih dan tinja dari vagina. 4) Patah tulang. Menurut Sukaca (2009), pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita tidak mengalami gejala atau tanda yang khas. Namun sering ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :1) Keluar cairan encer dari vagina (keputihan). 2) Pendarahan setelah senggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal. 3) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause. 4) Pada masa invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah. 5) Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis. 6) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di bagian pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.7) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

c. Fakror-Faktor Timbulnya Kanker Serviks Menurut Sukaca (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker leher rahim dibagi menjadi tiga faktor, yaitu : 1) Faktor resiko, meliputi : a) MakananAda beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatakan resiko terjadinya displasia ringan dan sedang. Makanan yang mungkin juga meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks pada wanita adalah makanan yang rendah Beta karoten, Retinol (vitamin A), Vitamin C, dan Vitamin E. Sedangkan makanan yang dapat berkhasiat dalam pencegahan kanker adalah bahan-bahan antioksidan seperti : advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat, vitamin E, vitamin C dan beta karoten juga mempunyai khasiat antioksidan yang kuat.b) Gangguan sistem kekebalanWanita yang terkena gangguan kekebalan tubuh atau kondisi imunosupresi (penurunan kadar kekebalan tubuh) dapat terjadi peningkatan terjadinya kanker leher rahim. Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi ganas).

c) Pemakaian kontrasepsi Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Pil KB dapat memberikan efek negatif pada kanker leher rahim sebab tugas pil KB adalah mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dilalui sperma.d) RasRas juga dapat menyebabkan resiko kanker leher rahim sebab pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-Amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi.e) Polusi udaraPolusi udara ternyata dapat juga memicu penyakit kanker leher rahim. Sumber dari polusi udara ini disebabkan oleh dioksin. Zat dioksin ini merugikan tubuh. Sumber dioksin berasal dari beberapa faktor antara lain : pembakaran limbah padat dan cair, pembakaran sampah, asap kendaraan bermotor, asap hasil industri kimia, kebakaran hutan dan asap rokok.f) Pemakaian DES Pemakaian DES (dietilstilbestrol) adalah untuk wanita hamil. Yang bertujuan untuk mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970). Ini sebenarnya dapat memicu kanker leher rahim.g) Golongan ekonomi lemah Golongan ekonomi lemah menjadi resiko terkena kanker leher rahim karena golongan ekonomi lemah tidak mampu melakukan pap smear secara rutin. Pengetahuan mereka mengenai resiko kanker leher rahim juga sangat minim. Oleh sebab itu mereka banyak terjangkit penyakit ini.h) Terlalu sering membersihkan vagina Membersihkan vagina terlalu sering ternyata berdampak tidak baik. Terlalu sering menggunakan antiseptik untuk mencuci vagina dapat memicu kanker serviks. Dengan mencuci vagina terlalu sering maka dapat menyebabkan iritasi pada serviks dan iritasi ini akan merangsang terjadinya perubahan sel yang akhirnya berubah menjadi kanker.2) Faktor individu, meliputi : a) HPV (Human Papillomavirus) Penelitian baru-baru ini memperlihatkan bahwa infeksi HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim. Hal ini terdeteksi menggunakan penelitian molecur. Pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV merupakan penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi ganas).

b) Faktor etologik Penelitian saat ini memang memfokuskan virus sebagai penyebab penting kanker leher rahim. Sebab infeksi protozoa, jamur dan bakteri tidak potensial onkogenik. Tidak semua virus memang dapat menyebabkan kanker. Namun paling tidak dikenal kurang lebih dari 150 juta jenis virus diduga memegang peranan penting dalam kejadian kanker pada binatang. Sepertiganya diantaranya adalah golongan virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel.c) Herpes Simpleks Virus (HVS) tipe-2 Pada awal tahun 1970 herpes simpleks tipe 2 banyak dibicarakan, lantaran sebagai timbulnya kanker serviks atau kanker leher rahim. Namun ternyata virus tersebut tidak berperan besar dalam timbulnya kanker serviks. Virus ini hanya diduga sebagai faktor pemicu terjadinya kanker. Atau dianggap sama dengan karsinogen kimia atau fisik.d) Perubahan fisiologik epitel serviksJaringan epitel pada serviks ada dua jenis yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumnar. Kedua epitel tersebut dibatasi oleh sambungan skuamosa-kolumnar (SSK). Namun letaknya menyesuaikan umur, aktivitas seksual dan paritas.

e) Perubahan neoplastik epitel serviks Proses terjadinya kanker serviks begitu erat dengan proses metaplasia. Akibat pH rendah maka bahan-bahan pemicu kanker dapat bermutasi dan dapat mengubah sel aktif metaplasia. Ini menimbulkan sel-sel berpotensi ganas.f) Merokok Tembakau adalah bahan pemicu karsiogenik yang paling baik. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nittrosamines. Wanita perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.g) Penggunaan celana ketat Kondisi lingkungan vulva dan vagina dapat diakibatkan karena pemakaian celana dalam yang ketat. Terutama jika bahan celana itu terbuat dari kain yang dapat menghambat pernafasan daerah vulva dan vagina misalnya nilon. Sebetulnya secara umum tidak ada dampak langsung dari pemakaian celana ketat atau legging terhadap kesehatan alat reproduksi perempuan. Dampak tersebut akan bisa muncul jika digunakan terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

h) Umur Menopause memang akan dialami semua wanita. Pada masa itu sering terjadi perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker mulut rahim (serviks). Semakin tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran, proses tersebut tidak terjadi pada suatu alat saja tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lanjut lebih banyak kemungkinan jatuh sakit, atau mudah mengalami infeksi.i) Paritas Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup atau viable. Paritas berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim dan dapat berkembang menjadi keganasan.j) Usia wanita saat menikah Dalam kenyataannya menikah dini mempunyai beberapa resiko. Selain kurangnya kesiapan mental juga mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda, sel-sel rahim masih belum matang. Sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma. Dengan segala macam perubahannya dan jika belum matang ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dengan sel yang mati maka kelebihan sel ini bisa berubah sifat menjadi sel kanker.3) Faktor pasangan, meliputi : a) Hubungan seksual pada usia muda Faktor resiko ini merupakan faktor utama. Sebab semakin muda seseorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resiko untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar dari pada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.b) Pasangan seksual lebih dari satu (Multipatner Sex) Perilaku bergonta-ganti pasangan akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papiloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.

5. Gambaran Pengetahuan Pap Smear Wanita Usia Subur Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mendeteksi secara dini kanker serviks adalah dengan metode pap smear,yaitu merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat. Namun, oleh karena rendahnya jumlah wanita usia subur dalam melakukan pap smear, maka menyebabkan hingga saat ini kejadian kanker serviks terus meningkat. Padahal bila wanita usia subur melakukan pap smear secara dini, dipastikan hal tersebut akan dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat wanita usia subur dalam melakukan pap smear adalah karena kurangnya pengetahuan. Pengetahuan ini dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor internal yang meliputi jasmani dan rohani, serta faktor eksternal, seperti pendidikan, paparan media massa, status ekonomi, hubungan sosial dan pengalaman. Secara umum, dapat dipastikan bahwa seseorang yang memiliki pendidikan tinggi, paparan media massa yang luas, status ekonomi yang cukup, hubungan sosial yang baik, serta pengalaman yang diperoleh, maka orang tersebut akan memiliki pengetahuan yang lebih ketimbang dengan mereka-mereka yang berpendidikan rendah, status soasial ekonomi lemah, serta kurangnya pengalaman.

B. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagan 2.1 Kerangka Konsep

Pap Smear

Pengetahuan

C. HIPOTESIS / PERTANYAAN PENELITIANBagaimana gambaran tingkat pengetahuan Wanita usia subur yang dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kelompok yaitu pengetahuan Baik, Cukup dan Kurang, pada organisasi Dharma Wanita tentang pemeriksaan Pap Smear sebagai upaya pencegahan terhadap kankerserviks (l eher Rahim ).

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bangkinang dengan periode penelitian November 2014.

B. Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode survey analitik dan desain penelitian cross sectional. Menurut Sugiyono (2011), penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.Sedangkan survey cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional VariabelVariabelDefinisi operasionalAlat ukurHasil ukurSkala pengu- kuran

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan repsonden yang didefiniskan sebagai jenjang pendidikan terkahir yang dijalanani sampai tamat

Kuesioner

RendahSedang Tinggi

Ordinal

PengetahuanHasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Kuesioner

KurangSedangBaik

Ordinal

Definisi operasional 3.1Pengetahuan merupakan apa yang diketahui repsonden mengenai pengertian ,manfaat, sasaran, dan petunjuk pemeriksaan pap smear .Pengukuran tingkat pengetahuan responden mengenai pap smear berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan responden pada kuesioner,dengan menggunakan sistem skoring,menurut (Arikunto 2007),peneilaian terhadap pengetahuan responden mengenai pap smear yang dinilai dari 11 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skoring 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah dan 0 untuk yang tidak tahu.skor nya adalah sebagai berikut :a) Skor 9-11: Baikb) Skor 5-8: Sedangc) Skor 0-4: KurangTingkat pendidikan merupaka tingkat pendidikan responden yang didefinisikan sebagai jenjang pendidikan terakhir yang dijalani sampai tamattingkat pendidikan dikategorikan menjadi :a) Rendah (Smp kebawah )b) Sedang (Sma)c) Tinggi (S1 atau strata yang setara diatas nya )

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2011 : 119), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Berdasarkan definisi tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang sebanyak 100 orang.

2. Sampel Menurut Sugiyono (2011 : 120), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Surakhman seperti dikutip Ridwan (2009 : 91) menyarankan bahwa apabila ukuran populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi kurang atau sama dengan dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita usia subur organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang sebanyak 100 orang.

E. Pengukuran dan Pengamatan Variabel PenelitianPengukuran dan pengamatan variabel dilakukan dengan metode komputerisasi program SPSS, di mana pengukuran dan pengamatan tersebut adalah berdasarkan dengan variabel penelitian.

F. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, dimana di dalam kuesioner disediakan dua alternatif jawaban yang diukur dengan menggunakan skala Guttman. Dengan skala pengukuran Guttman ini nantinya akan di dapat jawaban yang tegas, seperti ya atau tidak, benar atau salah, ataupun pernah atau tidak pernah(Sutrisno Hadi 2003).Kuesioner disini menggunakan kuesioner dari skripsi Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009

2. Studi Kepustakaan Dalam penelitian ini, peneliti mempelajari literatur-literatur melalui buku-buku referensi, jurnal ilmiah, artikel, dan bahan-bahan publikasi lainnya yang mendukung dalam penelitian ini (Umi Narimawati 2007 : 79).

G. Analisis Data Analisis data diperoleh dengan dua cara, yaitu univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen (bebas), yaitu pengetahuan, dan variabel dependen (terikat), yaitu pap smear.BAB IVHASIL PENELITIANA. Deskripsi Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Organisasi Dharma Wanita persatuan kecamatan Bangkinang.yang berlokasi di jalan etnan boyak no 56 A,Kecamatan bangkinang. Dharma Wanita adalah sebuah organisasi yang beranggotakan istri Pegawai Negeri Sipil (PNS).Dharma Wanita ditetapkan pada tanggal 7 Desember 1999 pada sebuah rapat nasional.Tujuan utama dari pendirian Dharma Wanita adalah meningkatkan kualitas sumber daya anggota keluarga PNS untuk mencapai kesejahteraan nasional.Dharma Wanita Persatuan Kecamatan Bangkinang memiliki anggota 100 orang. Organisasi yang beranggotakan kaum perempuan ini memiliki visi "Menjadi organisasi istri PNS yang kukuh, bersatu, dan mandiri", sedangkan misinya adalah "Mensejahterakan anggota melalui bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bisang sosial budaya". Sebagai organisasi yang diusung untuk tujuan bersama, Dharma Wanita memiliki tugas pokok yaitu "Membina anggota, memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai pihak, serta meningkatkan kepedulian sosial dan melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian serta berbudi pekerti luhur".Anggota organisasi Dharma Wanita adalah semua istri PNS di Indonesia yang meliputi istri PNS, istri pejabat negara bidang pemerintahan, istri pensiunan dan janda PNS, istri pegawai BUMN atau BUMD, istri pensiunan atau janda pegawai BUMN atau BUMD, istri kepala perwakilan Indonesia di luar negeri, istri perangkat pemerintah desa, istri TNI, istri POLRI, dan pensiunan PNS wanita

B. Analisis UnivariatSampel diperoleh pada 4 November 2014 sebanyak 100 wanita usia subur. Pada penelitian ini diperoleh hasil distribusi frekuensi gambaran pengetahuan terhadap Pap Smear bagi wanita usia subur yang tergabung dalam organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pap Smear Menurut Usia, Dan Pendidikan Pada Wanita Usia Subur Yang Tergabung Dalam Organisasi Dharma Wanita Kecamatan Bangkinang.

VariabelFrekuensi%

Pengetahuan Tentang Pap Smear

Kurang1414

Sedang Baik66206620

Total 100100

Usia

< 20 tahun00

20 35 tahun7575

> 35 tahun 2525

Total 100100

Pendidikan

Rendah Menengah242242

Tinggi 5656

Total 100100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa frekuensi wanita usia subur yang masih kurang pengetahuannya tentang pap smear sebesar 14% kemudian yang pengetahuannya tentang Pap Smear ada pada kategori sedang sebesar 66% dan yang pengetahuannya tentang pap smear tergolong baik sebesar 20%. Frekuensi responden menurut usia adalah diatas usia antara 20-35 tahun sebesar 75%, dan usia diatas 35 tahun sebesar 25%. Frekuensi responden menurut tingkat pendidikan adalah pada pendidikan rendah sebesar 2% saja, responden berpendidikan menengah sebesar 42% dan responden dengan pendidikan tinggi sebesar 56%.

1