Top Banner
ASKEP SISTEM KARDIOVASKULER KELOMPOK I Maria Antonia V 201211068 Montania Dea R201211077 Maria Mierna 201211072 Ni Putu Prischa 201211082 Petra Angelia P 201211087 Reuni Fransiska 201211095 Rina Sulistyowati 201211099 Rafael Imelda 201211091 Riyanti Indri A 201211104 Sara Kurniawati 201211108 Silvia Nita A 201211112 Victoriana Dinata 201211117 Windy Kusumawati 201211121 Yohana Gilang 201211125 Yosenia Wulan 201211130 Yulius Yudas 201211134 PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES ST. ELISABETH SEMARANG
69

Askep Sistem Kardiovaskuler

Jan 27, 2016

Download

Documents

winda k

asuhan keperawatan kardiovaskuler
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep Sistem Kardiovaskuler

ASKEP SISTEM KARDIOVASKULER

KELOMPOK I

Maria Antonia V 201211068

Montania Dea R 201211077

Maria Mierna 201211072

Ni Putu Prischa 201211082

Petra Angelia P 201211087

Reuni Fransiska 201211095

Rina Sulistyowati 201211099

Rafael Imelda 201211091

Riyanti Indri A 201211104

Sara Kurniawati 201211108

Silvia Nita A 201211112

Victoriana Dinata 201211117

Windy Kusumawati 201211121

Yohana Gilang 201211125

Yosenia Wulan 201211130

Yulius Yudas 201211134

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES ST. ELISABETH SEMARANG

2014/2015

Page 2: Askep Sistem Kardiovaskuler

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler.Cardiac yang berarti

jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah.Sistem kardiovaskuler bertugas mengedarkan

darah ke seluruh tubuh dimana darah mengandung oksigen dan nutrisi yang diperlukan

sel/jaringan untuk metabolisme.Sistem kardiovaskuler juga membawa sisa metabolisme untuk

dibuang melalui organ-organ eksresi.

Sistem kardiovaskuler atau sistem sirkulasi adalah suatu sistem yang berfungsi untuk

mempertahankan kuantitas dan kualitas dari cairan yang ada diseluruh tubuh. Sistem

kardiovaskuler terdiri dari dua sistem, yaitu sistem jantung dan vasa darah. Sistem sirkulasi

darah dimulai dari jantung yang berfungsi untuk mempompa darah yang kemudian dialirkan

melalui aorta dan diteruskan ke cabang – cabang pembuluh darah. Sistem kardiovaskuler

berhubungan erat dengan darah dimana masing – masing darah memiliki tugas atau fungsi

sendiri – sendiri dan saling berkaitan satu sama lain.

Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.Jantung dibentuk oleh

organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan

kiri.Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.

Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari

kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung

memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung terletak diantar

kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada

kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.

Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat

memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak.Selain itu otot jantung juga

mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik.

Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya

adalah ventrikel.Pada orang awan atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan

bilik.

Page 3: Askep Sistem Kardiovaskuler

B.     Tujuan Penulisan

Ø  Tujuan Umum

Mengetahui secara umum tentang System Cardiovaskuler.

Ø  Tujuan Khusus

·         Untuk mengetahui asuhan keperawatan dalam System Cardiovaskuler

Page 4: Askep Sistem Kardiovaskuler

BAB II

ASKEP

KASUS 1

An. Dino usia 2 tahun saat ini dirawat dirumah sakit karena mengalami sianosis. Pasien mempunyai riwayat tetralogi of fallot. Dari hasil pemeriksaan TTV T=36,2C, RR=32x/menit,HR=115x/menit. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, ictus cordis tampak, terdengar bising systole. Hasil BGA PCO2 50% PO2 75%. Saat ini pasien mendapat terapi O2 11 liter/menit. Hasil echokardiografi overriding aorta dan hipertrofi ventrikel kanan terdapat. Akan dilakukan operasi dan ibu tampak cemas.

PENGKAJIAN KLINIK PADA PASIEN TOF

Namaperawat yang mengkaji : -

Unit :-

Kamar/ ruang :-

Tanggal/ waktumasuk RS :-

Tanggal/ waktupengkajian :-

Cara pengkajian :-

I. IdentitasKlien

Nama : An. Dino

JenisKelamin :laki-laki

Umur :2 th

Tempat/tgl lahir :-

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Status Perkawinan :-

Agama :-

Suku :-

Alamat :-

Dx :

I. Identitaspenanggungjawab

Nama :

Alamat :-

Hubungandenganklien :-

Page 5: Askep Sistem Kardiovaskuler

II. Riwayat penyakit : Tetra of flagi

III. Alasan masuk rumah sakit : pasien mengalami kebiruan dibadan

IV. KeluhanUtama :

V. Kebutuhan

a. Oksigen

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit :pasien menggunakan oksigen 11 liter permenit

b. Cairan

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit :

c. Nutrisi

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit :

d. EliminasiFekal

SebelumSakit : tidak terkaji

SaatSakit :

e. EliminasiUrin

Sebelumsakit : tidak terkaji

Saatsakit :

f. Aktivitas

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit :

g. Tidur

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit : tidak terkaji

h. Sexualitas

Sebelumsakit : tidak terkaji

Saatsakit : tidak terkaji

Page 6: Askep Sistem Kardiovaskuler

i. PrivasidanInteraksiSosial

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit : tidak terkaji

j. Pencegahan masalah kesehatan

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit : tidak terkaji

k. PromosiKesehatan

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit : tidak terkaji

VI. PemeriksaanFisik

A. keadaan sakit

pasien tampak sakit sedang

B. Tanda-tanda Vital

a) T=36,2C, RR=32x/menit,HR=15x/menit

b)

VII. PemeriksaanDiagnostik

Hasil Lab : Hasil BGA PCO2 50% PO2 75%.

VIII. Terapi

oksigen binasal 11 ltr/mnt

PENGKAJIAN LAINNYA

PENGERTIAN Tetralogi fallot (TOF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral  akibat adanya pirau kanan ke kiri.Dari banyaknya kasus kelainan jantung  serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan  yang tepat (Staf IKA, 2007). Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi Defek septum ventrikel, Stenosis pulmonal, Overriding aorta, dan Hipertrofi ventrikel kanan.

Page 7: Askep Sistem Kardiovaskuler

1.    Defek septum ventrikel : adanya lubang di sekat pemisah bilik kiri (ventrikel kiri) dengan bilik kanan (ventrikel kanan)2.    Stenosis pulmonal : penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan3.    Overriding Aorta : pembuluh darah utama yang keluar dari bilik kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan4.    Hipertrofi ventrikel kanan :,penebalan otot bilik kanan akibat kerja keras (karena jalan keluarnya terhambat) dan tekanan dalam rongga ini meningkat.Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.

B.    ETIOLOGIPada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor – factor tersebut antara lain :    Faktor Endogen1.    Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom2.    Anak yang lahir sebelumnya menderita  penyakit jantung bawaan3.    Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung  atau kelainan bawaan

Faktor eksogen : Riwayat  kehamilan  ibu1.    Sebelumnya  ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)2.    Ibu menderita penyakit infeksi :  Rubella3.    Pajanan terhadap sinar –XPara ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen  tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai

C.    PATOFISIOLOGITetralogi fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan“ yang terdiri dari defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat dari aorta). Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila overriding aorta melebihi  50 %, hendaknya dipikirkan  kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel kanan.Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan bagian yang paling esensial pada tetralogi fallot.Itulah sebabnya suatu defek septum ventrikel dan overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya, tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai tetralogi fallotBetapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi karena obstruksi infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, daerah didorong ke kiri masuk ke aorta,

Page 8: Askep Sistem Kardiovaskuler

sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal jantung kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemikSianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama.Berat ringanya sianosis ini tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan arah pirau interventrikuler.Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa pula sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian ituStenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-cabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries )

D.    TANDA DAN GEJALAa.    Sianosis sianosis. obstruksi meningkat disertai pertumbuhan yang semakin meningkat hipertropi infundibulum meningkat Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan b.    DispneaTerjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.c.    Serangan-serangan dispnea paroksimal (serangan-serangan anoksia biru) umum pada pagi hari.Semakin bertambah usia, sianosis bertambah berat

d.    Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembanganGangguan pada pertambahan tinggi badan terutama pada anak, keadaan gizi kurang dari kebutuhan normal, pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak, masa pubertas terlambat.e.    Denyut pembuluh darah normalJantung baisanya dalam ukuran normal, apeks jantung jela sterlihat, suatu getaran sistolis dapat dirasakan di sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal 3 dan 4.f.    Bising sistolikTerdengar keras dan kasar, dapat menyebar luas, tetapi intensitas terbesar pada tepi kiri tulang dada

E.    KOMPLIKASIKomplikasi dari gangguan ini antara lain :1.    Penyakit vaskuler pulmonel2.    Deformitas arteri pulmoner kanan3.    Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia4.    Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau sepsis5.    Gagal jantung kongestif  jika piraunya terlalau besar6.    Oklusi dini pada pirau7.    Hemotoraks8.    Sianosis persisten9.    Efusi pleura10.    Trombosis Pulmonal

Page 9: Askep Sistem Kardiovaskuler

11.    Anemia relative

F.    PEMERIKSAAN PENUNJANG1.    Pemeriksaan laboratoriumDitemukan  adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hg dan Ht normal atau rendah  mungkin menderita defisiensi besi.2.    RadiologisSinar  X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu. 3.    ElektrokardiogramPada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P  pulmonal4.    EkokardiografiMemperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru5.    KateterisasiDiperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah

G.    PENATALAKSANAANPada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :1.    Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah2.    Morphine  sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.3.    Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB  IV untuk mengatasi asidosis4.    Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian5.    Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya6.    Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative7.    Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru  bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.    Lakukan selanjutnya 1.    Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik2.    Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi3.    Hindari dehidrasi

Page 10: Askep Sistem Kardiovaskuler

KASUS 1

An. Dino usia 2 tahun saat ini dirawat dirumah sakit karena mengalami sianosis. Pasien mempunyai riwayat tetralogi of fallot. Dari hasil pemeriksaan TTV T=36,2C, RR=32x/menit,HR=115x/menit. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, ictus cordis tampak, terdengar bising systole. Hasil BGA PCO2 50% PO2 75%. Saat ini pasien mendapat terapi O2 11 liter/menit. Hasil echokardiografi overriding aorta dan hipertrofi ventrikel kanan terdapat. Akan dilakukan operasi dan ibu tampak cemas.

A.

DATA MASALAH KEPERAWATAN

ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN

DS : - DO: RR=32x/menitHR=115x/menitmengalami sianosisHasil BGA PCO2 50% PO2 75%.konjungtiva anemis

Gangguan pertukaran gas

Ventilasi perfusi Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi ditandai dengan RR=32x/menit,HR=115x/menit. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, ictus cordis tampak, terdengar bising systole. Hasil BGA PCO2 50% PO2 75%. Saat ini pasien mendapat terapi O2 11 liter/menit

TUJUAN dan KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONALISASI

Gangguan pertukaran gas

dapat teratasi setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24jam

dengan kriteria hasil :

1. Pasien tidak sianosis

2. APGAR skore

meningkat

3. Hasil GDA normal

4. Hasil pemeriksaan

Tanda-Tanda vital

normal

1. Monitor TTV ( HR,

RR, T )

2. Monitor keadaan

umum klien

1.Klien dengan

gangguan pertukaran gas

perlu dimonitor suara

nafasnya untuk mengetahui

adanya suara nafas tambahan

2. Klien dengan

gangguan pertukaran

gas perlu dimonitor

APGAR skore nya

untuk mengetahui

perubahan asfiksia

klien

3. Klien dengan

gangguan pertukaran

gas perlu dilakukan

Page 11: Askep Sistem Kardiovaskuler

3. Bantu ADL klien

4. Monitor suara nafas

klien

5. Monitor APGAR

skore klien

6. Lanjutkan kolaborasi

dengan dokter untuk

pemberian O₂ 4L/menit

7. Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemeriksaan GDA

8. Lanjutkan kolaborasi

dengan dokter untuk

pemberian cairan

pemberian O₂ 4L/menit untuk

mempertahankan

kebutuhan O₂ klien

4. Klien mengalami

asidosis respiratorik

jadi perlu dilakukan

pemeriksaan GDA

untuk mengetahui

5.

6. perubahan GDA

klien

7. Kolaborasi pemberian

cairan D10% 10 tetes

dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan

nutrisi klien

Page 12: Askep Sistem Kardiovaskuler

D10% 10 tetes/menit

Kasus 2

Bapak Dono (60 tahun) dirawat dirumah sakit dengan keluhan pusing, leher terasa kenceng. dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data TD 200/100 mmHg, nadi 100x/menit kuat, Spo2 94%, RR 20x/menit, S 37 derajat C . saat ini pasien mendapatkan terapi oksigen binasal 2 liter/ menit . pasien tampak lemah, dari hasil pengkajian pasien mengatakan suka makan makanan asin, pedas, dan makanan instan seperti mie dan sosis. dan mempunyai riwayat hipertensi dari ibunya. Pasien mengatakan mendapat obat penurun tensi tetapi tidak pernah diminum dan pasien tidak pernah kontrol ke pelayanan kesehatan karena tidak ada yang mengantar.

A. PENGKAJIAN

PENGKAJIAN KLINIK PADA PASIEN HIPERTENSI

Namaperawat yang mengkaji : -

Unit :-

Kamar/ ruang :-

Tanggal/ waktumasuk RS :-

Tanggal/ waktupengkajian :-

Cara pengkajian :-

II. IdentitasKlien

Nama : Sdr. D

JenisKelamin :laki-laki

Umur :60 th

Tempat/tgllahir :-

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Status Perkawinan :-

Agama :-

Suku :-

Alamat :-

Dx : hipertensi

Page 13: Askep Sistem Kardiovaskuler

III. Identitaspenanggungjawab

Nama :

Alamat :-

Hubungandenganklien :-

IV. Riwayat penyakit : hipertensi

V. Alasanmasukrumahsakit : pasien mengatakan pusing dan leher terasa kenceng

VI. KeluhanUtama : pasien mengatakan pusing

VII. Kebutuhan

l. Oksigen

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit :tidak terkaji

m. Cairan

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit :

n. Nutrisi

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit :

o. EliminasiFekal

SebelumSakit: tidak terkaji

SaatSakit :

p. EliminasiUrin

Sebelumsakit : tidak terkaji

Saatsakit :

q. Aktivitas

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit : aktivitas terganggu

r. Tidur

Sebelumsakit : tidak terkaji

Page 14: Askep Sistem Kardiovaskuler

SaatSakit : tidak terkaji

s. Sexualitas

Sebelumsakit : tidak terkaji

Saatsakit : tidak terkaji

t. PrivasidanInteraksiSosial

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit : tidak terkaji

u. Pencegahanmasalahkesehatan

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit : tidak terkaji

v. PromosiKesehatan

Sebelumsakit : tidak terkaji

SaatSakit : tidak terkaji

VIII. PemeriksaanFisik

C. keadaan sakit

pasien tampak sakit sedang

D. Tanda-tanda Vital

c) Tekanan Darah 200/100 mmHg

d) HR : 100x/menit

IX. PemeriksaanDiagnostik

-Hasil Lab :

X. Terapi

oksigen binasal 2 ltr/mnt

Page 15: Askep Sistem Kardiovaskuler

 Pengkajian lain

            Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan

pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui berbagai

permasalahan yang ada.

(Aziz Alimul. 2009 : h 85)

Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah

1.      Aktivitas istirahat

Gejala    :  Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup

Tanda    :  -  Frekuensi jantung meningkat

                                    -  Perubahan trauma jantung (takipnea)

2.      Sirkulasi

Gejala    :  Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit

screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.

Tanda    :  -  Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan

diagnosis

                 -    Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)

                 -    Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis

                 -    Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat

                 -    Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia

                 -    Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi

vertical kiri).

3.      Integritas ego

Gejala   :  Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat

mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan

dengan pekerjaan.

Tanda    :  Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang

meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat,

pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.

4.      Eliminasi

Gejala   :  Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

5.      Makanan/Cairan

Page 16: Askep Sistem Kardiovaskuler

       Gejala   :  Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,

tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat

pengguna diuretik.

Tanda    :  -  Berat badan normal atau obesitas

           -  Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)

           -  Kongestiva

           -  Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

6.      Neurosensori

                   Gejala    :  -  Keluhan pening/pusing

-    Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan

setelah beberapa jam)

           -  Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh

           -  Gangguan penglihatan

           -  Episode epistaksis

Tanda    :  -  Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau

memori.

7.      Nyeri/Ketidak nyamanan

Gejala    :  -    Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

                 -    Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi

                 -    Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya

                 -  Nyeri abdomen / massa

8.      Pernapasan

Gejala    :  -    Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja

                 -    Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum

Tanda    :  -    Distres respirasi

                 -    Bunyi nafas tambahan

                  -  Sianosis

9.      Keamanan

Gejala    :  -    Gangguan koordinas / cara berjalan

                 -    Hipotesia pastural

Tanda    :  -    Frekuensi jantung meningkat

                 -    Perubahan trauma jantung (takipnea)

Page 17: Askep Sistem Kardiovaskuler

10.  Pembelajaran/Penyebab

Gejala   :     Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM

B. PelaksanaanMedis, Gizi dan Farmakologi

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat

komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan

darah dibawah 140/90 mmHg.

- Penatalaksanaan

            Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan

jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap penyakit kardiovascular

dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.

            Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu : menurunkan

isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf

simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator.

(Arif Manjoer, 2001)

- Pencegahan

1.      Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol

2.      Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi

ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang

berlebihan.

3.      Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di kurangi)

4.      Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit 7

kali dalam seminggu.

5.      Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.

6.      Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang memiliki

riwayat penderita hipertensi.

7.      Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan stress.

(Bambang Sadewo, 2004)

- Pengobatan

- Jenis-jenis pengobatan :

1.      Arti hipertensi non Farmokologis

Page 18: Askep Sistem Kardiovaskuler

     Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution

treatmori of high blood preasure

a.       Tumpukan berat badan obesitas

b.      Konsumsi garam dapur

c.       Kurangi alkohol

d.      Menghentikan merokok

e.       Olaraga teratur

f.       Diet rendah lemak penuh

g.      Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah

2.      Obat anti hipertensi

a.       Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input

b.      Penyakit beta (B.Blocker)

c.       Antoganis kalsium

d.      Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)

e.       Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)

f.       Obat penyekar ben

g.      Vasodilatov

(Arif Mansjoer, 2001, 522)

3.      Perubahan gaya hidup

Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan

berbagai penyakit digeneratif lainnya.

·         Mengkurangi konsumsi garam

·         Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik

·         Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa

·         Menghentikan kebiasaan merokok

·         Menjaga kestabilan BB

Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.

- Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan

menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya

diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah

puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).

Page 19: Askep Sistem Kardiovaskuler

Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein urine

24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.

(Mansjoer Arif,2000 : 49)

- Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan

suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c). Penurunan berat badan

d). Penurunan asupan etanol

e). Menghentikan merokok

f). Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi

adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan

lain-lain

b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut

nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus

220–umur

c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan

d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a). Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda

mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti

kecemasan dan ketegangan.

b). Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau

kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh

menjadi rileks

Page 20: Askep Sistem Kardiovaskuler

d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit

hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah

komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga

mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1).

Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar

yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON

DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA,

1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat

ACE dapat digunakan sebagai

obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada

penderita(2).

Pengobatannya meliputi :

a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan

1) Dosis obat pertama dinaikan

2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa

blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh

1) Obat ke-2 diganti

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya

1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2) Re-evaluasi dan konsultasi

3. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik

antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan

kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan

adalah sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya

b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya

c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan

untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

d. Meyakinkan penderita/clien. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan

Page 21: Askep Sistem Kardiovaskuler

tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui

dengan mengukur memakai alat tensimeter

e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat    

mengukur tekanan darahnya di rumah

i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari

j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-

masalah yang mungkin terjadi

k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk

mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

        - Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali

pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

C. Analisa Data

Tgl/

jam

No DP Data fokus Problem Etiologi

1 Ds:

- pasien mengeluh

pusing, leher terasa

kenceng

- pasien mengatakan

mempunyai

riwayat hipertensi

dari ibunya

Do :

- TD 200/100

mmHg,

- nadi 100x/menit

kuat

- pasien tampak

lemah

Risiko

ketidakefektifan

perfusi jaringan

otak

Hipertensi

Page 22: Askep Sistem Kardiovaskuler

2 Ds :

- pasien mengatakan

suka makan

makanan asin,

pedas, dan

makanan instan

seperti mie dan

sosis

- Pasien

mengatakan

mendapat obat

penurun tensi tetapi

tidak pernah

diminum

- pasien tidak

pernah kontrol ke

pelayanan

kesehatan karena

tidak ada yang

mengantar.

Defisiensi

Pengetahuan

Keterbatasan

kognitif

Diagnosa Keperawatan

DP I : Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Hipertensi

DP II : Defisiensi Pengetahuan b.d Keterbatasan kognitif yang ditandai dengan pasien

mengatakan suka makan makanan asin, pedas, dan makanan instan seperti mie dan sosis, Pasien

mengatakan mendapat obat penurun tensi tetapi tidak pernah diminum, pasien tidak pernah

kontrol ke pelayanan kesehatan karena tidak ada yang mengantar.

Intervensi

Tgl/

Jam

No

DP

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Page 23: Askep Sistem Kardiovaskuler

1 ketidakefektifan perfusi

jaringan otak tidak terjadi

setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam dengan kriteria hasil:

- pasien tidak

mengeluh pusing

dan leher terasa

kenceng

- pasien tidak

tampak lemah

- TD normal 110-

120/70-80 mmHg

- HR mulai kembali

normal

60-100x/menit dan

irama teratur

1. Pantau KU

2. Monitor TTV ( TD,

HR,RR) setiap 6

jam sekali

3. pantau GCS

4. Berikan posisi head

up 30 derajat

5. anjurkan pasien

untuk menutup

mata jika kambuh

pusing

1. pasien dengan

resiko

ketidakefektifan

perfusi jaringan

otak akan resiko

mengalami

penurunan

kesadaran maka

perlu dipantau

2. Pasien dengan

hipertensi perlu

dipantau TD dan

HR agar dapat

mengetahui

perkembangan

penyakit tersebut

3. pasien dengan

resiko

ketidakefektifan

perfusi jaringan

otak dipantau

GCS dapat

melihat tingkat

kesadaran pasien

4. pasien dengan

hipertensi dengan

diberi kan head

up 30 derajat

dapat membantu

menurunkan TIK

dan meningkatkan

sirklasi darah ke

otak

5. pasien dengan

rasa pusing yang

terus menerus

dengan

dianjurkan

Page 24: Askep Sistem Kardiovaskuler

6. lakukan imobilisasi

7. lanjutkan

pemberian teraki

oksigen binasal 2

ltr/menit

8. kolaborasi dengan

dokter pemberian

manitol dan obat

antihipertensi

9. kolaborasi dengan

dokter pemberian

obat diuretik

menutup mata

saat kambuh

maka tekanan

berkurang dan

rasa pusing

berkurang

6. pasien dengan

hipertensi jika

dilakukan banyak

istirahan tidak

banyak

memaksan

jantung dan otak

segerabekerja

keras maka

dengan dilakukan

imobilasis dapat

membantu

memulihkan keb,

energi

7. pasien dengan

diberikan oksigen

dapat memenuhi

keb. oksigen yg

kurang membuat

kerja jantung

kembali normal

8. pasien dengan

hipertensi

diberikan manitol

untuk membantu

menurunkan TD

9. pasien dengan

diberikan diuretik

akan mengurangi

beban akibat

adanya

penumpukan

Page 25: Askep Sistem Kardiovaskuler

cairan sehingga

kerja jantung

tidak bekerja

keras

2 Defisiensi Pengetahuan

dapat teratasi setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24

jam dengan kriteria hasil:

- Pasien mengetahui

penyakitnya

- pasien mengetahui

cara perawatan

hipertensi dan

pantangan yang

harus dihindari

- pasien mengetahui

cara pencegahan

dan pengobatan

hipertensi

1. pantau

pengetahuan pasien

2. berikan posisi

senyaman pasien

( head up 30

derajat)

3. lakukan

komunikasi

terapeutik

4. lakukan

pendekatan pada

pasien dan

keluarga

5. Berikan lingkungan

yang kondusif

untuk belajar

1. dengan dipantau

maka kita akan

mengetahui

tingkat

pemahaman

pasien nantinya

2. dengan diberikan

posisi senyaman

pasien maka

pasien mampu

mendengarkan

materi dengan

baik

3. dengan dilakukan

komunikasi

terapeutik akan

membuat pasien

merasa nyaman

4. dengan dilakukan

pendekatan jadi

kita dapat

berkomunikasi

dengan baik

5. dengan diberikan

lingkungan yang

nyaman dapat

menciptakan

pembelajaran

Page 26: Askep Sistem Kardiovaskuler

6. berikan pendidikan

kesehatan tentang

cara perawatan dan

pencegahan

hipertensi

yang nyaman

sehingga

pelajaran dapat

ditangkap dengan

baik

6. pasien dengan

defisit

pengetahuan

dengan diberikan

pendidikan

kesehatan dapat

menambah

wawasan

A. Pengertian hipertensi atau tekanan darah tinggi Pengertian hipertensi atau tekanan darah tinggi - Penyakit yang dalam bahasa inggris disebut

hypertension ini adalah gangguan yang terjadi pada sistem peredaran darah sehingga tekanan

darah menjadi diatas normal. Karna itulah penyakit ini juga dikenal dengan nama tekanan darah

tinggi.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi umum di mana cairan darah dalam tubuh

menekan dinding arteri dengan cukup kuat hingga akhirnya menyebabkan masalah kesehatan,

seperti penyakit jantung. Tekanan darah ditentukan dengan jumlah darah yang dipompa jantung

dan jumlah resistensi terhadap aliran darah pada arteri Anda. Semakin banyak darah dipompa

jantung Anda dan arteri Anda menyempit, tekanan darah akan meningkat.

B. Tanda dan Gejala:

- Sakit kepala

- Perdarahan dari hidung

- Pusing

- Wajah kemerahan

- Kelelahan

C. Penyebab Hipertensi dan Faktor Risiko

- Hipertensi primer (esensial)

Untuk kebanyakan orang dewasa, tidak terdapat identifikasi penyebab dari tekanan darah tinggi.

Tipe tekanan darah tinggi ini, disebut hipertensi “essential” atau hipertensi primer, cenderung

berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun.

Page 27: Askep Sistem Kardiovaskuler

- Hipertensi sekunder

Beberapa orang mengalami hipertensi karena kondisi/gangguan yang merupakan penyebab

utama (underlying conditon). Tipe tekanan darah tinggi ini, disebut tekanan darah tinggi

sekunder, cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dari pada

hipertensi primer. Berbagai kondisi dan pengobatan dapat menyebabkan hipertensi sekunder,

termasuk di antaranya :

Masalah ginjal

Tumor “adrenal gland”

Pengobatan tertentu, seperti pil KB, obat-obat pilek, dekongestan, pereda nyeri dan

beberapa resep obat.

Kelainan tertentu pada pembuluh darah yang didapat sejak dilahirkan (congenital)

Obat-obatan illegal, seperti kokain dan “amphetamines”

Faktor resiko

Tekanan darah tinggi memeliki berepa faktor risiko, antara lain:

Usia. Resiko tekanan darah tinggi meningkat.

Ras. Tekanan darah tinggi

Latar belakang keluarga

Kelebihan berat badan atau obesitas.

Tidak aktif secara fisik. Denyut jantung orang-orang yang tidak aktif cenderung lebih

tinggi. Sehingga semakin keras jantung Anda harus bekerja dengan setiap kontraksi dan

semakin kuat gaya pada arteri Anda. Kekurangan aktivitas fisik juga meningkatkan risiko

kelebihan berat badan.

Merokok

Terlalu banyak garam (sodium) pada diet Anda. Terlalu banyak sodium pada diet Anda

dapat menyebabkan tubuh Anda menahan cairan yang meningkatkan tekanan darah.

Terlalu sedikit potasium pada diet Anda. Pottasium membantu menyeimbangkan jumlah

dari sodium di sel Anda. Terlalu sedikit vitamin D di dalam darah Anda. Vitamin D dapat

mempengaruhi enzim yang diproduksi oleh ginjal yang mempengaruhi tekanan darah

Anda.

Terlalu banyak minum alkohol

Stres

Kondisi kronik tertentu. Seperti, kolestrol tinggi, diabetes, penyakit ginjal, dan “sleep

apnea”.

Terkadang kehamilan juga berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.

Page 28: Askep Sistem Kardiovaskuler

KASUS 3

Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat memompakan

cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul dengan atau tanpa penyakit

jantung. Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik,

gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini dapat

menyebabkan kematian pada

pasien. Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal

jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal jantung kronis dekompensasi, serta

gagal jantung kronis.

Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat untuk mempermudah dalam pengenalan dan

penanganan gagal jantung. Sistem klasifikasi tersebut antara lain pembagian berdasarkan

Killip yang digunakan pada Infark Miokard Akut, klasifikasi berdasarkan tampilan klinis

yaitu klasifikasi Forrester, Stevenson dan NYHA.

Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada penderita infark miokard akut, dengan

pembagian:

- Derajat I : tanpa gagal jantung

- Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal paru, S3 galop dan

peningkatan tekanan vena pulmonalis

- Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan paru.

- Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah sistolik 90 mmHg) dan

vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan diaforesis)

Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan melihat tanda kongesti dan

kecukupan perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea, distensi vena juguler, ronki

basah, refluks hepato jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang berdeviasi ke kiri,

atau square wave blood pressure pada manuver valsava. Status perfusi ditetapkan berdasarkan

adanya tekanan nadi yang sempit, pulsus alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas dingin

dan penurunan kesadaran. Pasien yang mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak

disebut kering (dry). Pasien dengan gangguan perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak

disebut panas (warm). Berdasarkan hal tersebut penderita dibagi menjadi empat kelas, yaitu:

- Kelas I (A) : kering dan hangat (dry – warm)

- Kelas II (B) : basah dan hangat (wet – warm)

- Kelas III (L) : kering dan dingin (dry – cold)

Page 29: Askep Sistem Kardiovaskuler

- Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold)

B. Etiologi

Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi cukup penting

untung mengetahui penyebab dari gagal jantung, di negara berkembang penyakit arteri koroner

dan hipertensi merupakan penyebab terbanyak sedangkan di negara berkembang yang

menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit jantung katup dan penyakit jantung akibat

malnutrisi. Pada beberapa keadaan sangat sulit untuk menentukan penyebab dari gagal

jantung. Terutama pada keadaan yang terjadi bersamaan pada penderita. Penyakit jantung

koroner pada Framingham Study dikatakan sebagai penyebab gagal jantung pada 46% laki-

laki dan 27% pada wanita. Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga

merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain

itu berat badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga dikatakan

sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal jantung.

Hipertensi telah dibuktikan meningkat-kan risiko terjadinya gagal jantung pada

beberapa penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa

mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan

disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark

miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia

ventrikel. Ekokardiografi yang menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat

dengan perkembangan gagal jantung. Kardiomiopati didefinisikan sebagai penyakit pada otot

jantung yang bukan disebabkan oleh penyakit koroner, hipertensi, maupun penyakit jantung

kongenital, katup ataupun penyakit pada perikardial. Kardiomiopati dibedakan menjadi

empat kategori fungsional : dilatasi (kongestif), hipertrofik, restriktif dan obliterasi.

Kardiomiopati dilatasi merupakan penyakit otot jantung dimana terjadi dilatasi

abnormal pada ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan. Penyebabnya antara

lain miokarditis virus, penyakit pada jaringan ikat seperti SLE, sindrom Churg-Strauss dan

poliarteritis nodosa. Kardiomiopati hipertrofik dapat merupakan penyakit keturunan

(autosomal dominan) meski secara sporadik masih memungkinkan. Ditandai dengan adanya

kelainan pada serabut miokard dengan gambaran khas hipertrofi septum yang asimetris yang

berhubungan dengan obstruksi outflow aorta (kardiomiopati hipertrofik obstruktif).

Kardiomiopati restriktif ditandai dengan kekakuan serta compliance ventrikel yang buruk,

tidak membesar dan dihubungkan dengan kelainan fungsi diastolik (relaksasi) yang

menghambat pengisian ventrikel.

Penyakit katup sering disebabkan oleh penyakit jantung rematik, walaupun saat ini

sudah mulai berkurang kejadiannya di negara maju. Penyebab utama terjadinya gagal

jantung adalah regurgitasi mitral dan stenosis aorta. Regusitasi mitral (dan regurgitasi

Page 30: Askep Sistem Kardiovaskuler

aorta) menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis

aorta menimbulkan beban tekanan (peningkatan afterload).

Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan dihubungkan

dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada penderita hipertensi. Atrial

fibrilasi dan gagal jantung seringkali timbul bersamaan.

Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung akut

maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial fibrilasi). Konsumsi alkohol yang

berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot jantung alkoholik).

Alkohol menyebabkan gagal jantung 2 – 3% dari kasus. Alkohol juga dapat menyebabkan

gangguan nutrisi dan defisiensi tiamin. Obat – obatan juga dapat menyebabkan gagal

jantung. Obat kemoterapi seperti doxorubicin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat

menyebabkan gagal jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.

C. Tanda Dan Gejala

Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan bagian mana dari

jantung itu yang mengalami gangguan pemompaan darah, lebih jelasnya sebagai berikut :

1. Gagal jantung sebelah kiri ; menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru

(edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya sesak nafas hanya

dirasakan saat seseorang melakukan aktivitas, tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit

maka sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan aktivitas. Sedangkan

tanda lainnya adalah cepat letih (fatigue), gelisah/cemas (anxity), detak jantung cepat

(tachycardia), batuk-batuk serta irama degub jantung tidak teratur (Arrhythmia).

2. Sedangkan Gagal jantung sebelah kanan ; cenderung mengakibatkan pengumpulan darah

yang mengalir ke bagian kanan jantung. Sehingga hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki,

pergelangan kaki, tungkai, perut (ascites) dan hati (hepatomegaly). Tanda lainnya adalah mual,

muntah, keletihan, detak jantung cepat serta sering buang air kecil (urin) dimalam hari

(Nocturia).D. Penanganan

Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung

dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar

sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan

biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pad saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan

secar progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut

dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan

untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .

Page 31: Askep Sistem Kardiovaskuler

Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun

sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jngn sampai

memaksakan lrngan yng tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka.Kini telah

dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan

fisik.Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian

antikoagulansia mungkin diperlukan pad pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan

gejala.

E. Penatalaksanaan Medis, Pemeriksaan Diagnostik, Diet, Farmakologis, Intervensi

Komplementer

1) Penatalaksanaan medis

1. Perbaikan katup/penggantian katup dengan mitral valve replacement (MVR)

2. Diet rendah garam

3. Istirahat

4. Diit, diit jantung, makanan lunak, Pemberian digitalis, membantu kontraksi

jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan

curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan

diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau

terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer.

Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu

gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel

premature, bigemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan

takikardia atria proksimal

5. Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.

Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak mengganggu

istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin

pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretic, pasien juga

harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya

tanda-tanda dehidrasi

6. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati

depresi pernapasan

7. Pemberian oksigen

8. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan

pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi

impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.

2) Pemeriksaan diagnostic

Page 32: Askep Sistem Kardiovaskuler

Kegagalan jantung diagnosa khas berdasarkan temuan-temuan, tanda-tanda dan gejala klinis dan

diketahui. Factor-faktor pencetus, test diagnostic yang dilakukan antara lain:

a) Electrocardiogram (ECG)

Hipertrofi atrial atau ventricular, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola

mungkin terlihat dysritmia misalnya: tachycardia, fibrilasi atrial.

b) Sonogram

Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi atau struktur

katup atau area penurunan kontraktilitas ventrikel.

c) Scan jantung (multigooted adivisiton (MUGA))

Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan geraka dinding.

d) Kateterisasi jantung

Tekanan abnormal merupakan indikasi dna membantu membedakan gagal jantung sisi

kanan versus kiri dan stenosis katup atau insufisiensi juga mengkaji potensi arteri

koroner. Zat kontras disuntikkan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan

perubahan kontraktilitas.

e) Rontgent dada

Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau

hipertropi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan

tekanan pulmonal abnormal misalnya: pulgus pada pembesaran jantung kiri dapat

menunjukkan aneurisma ventrikel.

f) Enzim hepar

Meningkat dalam gagal atau kongesti hepar.

g) Elektrolit

Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.

h) Oksimetri nadi

Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika gagal jantung kiri akut memperburuk

PPOM atau gagal jantung kiri kronis.

i) AGD

Gagal ventrikel ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia

sengan peningkatan PCO2 akhir.

j) Kreatinin

Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal.

k) Albumin/transforin serum

Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan syntesis

dalam hepar yang mengalami kongesti.

l) HSD

Mungkin menentukan anemia, polysitemia atau perubahan kepekatan menandakan retensi

air mungkin meningkat, menunjukkan infark akut.

Page 33: Askep Sistem Kardiovaskuler

3). Diet

Pembatasan asupan garam, konsumsi alkohol, serta pembatasan asupan cairan perlu

dianjurkan pada penderita terutama pada kasus gagal jantung kongestif berat. Penderita juga

dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai efek yang positif terhadap otot skeletal,

fungsi otonom, endotel serta neurohormonal dan juga terhadap sensitifitas terhadap insulin

meskipun efek terhadap kelengsungan hidup belum dapat dibuktikan.

4). Farmakologis

Strategi terapi gagal jantung :

Memperbaiki kontraktilitas miokardial

( inotropik positif )

Menurunkan beban awal (preload)

Menurunkan beban akhir (afterload)

Memperbaiki kontraktilitas miokardial

GLIKOSIDA JANTUNG ( DIGOKSIN )

Digoksin berasal dari daun Digitalis lanata.Mekanisme : Meningkatkan influks

kalsium ke dalam sel miokardium --- menambah kontraktilitas jantung. Efek terapi

nampak setelah 1-2 jam (per oral)Efek maksimal dicapai max 6 jam setelah pemberian

oral.

Dosis :

- Dewasa : Emergency : 1-1.5 mg / hariMaintenance : 0.125-0.75 mg/hari

- Anak : Emergency : 0.025 mg/kg BB ,Maintenance : 0.01-0.02 mg/kg BB/hari

Sediaan : - Tablet 0.25 mg

- Ampul 0.25 mg/ml (1 ampul=2 ml)

AMRINONE

Menghambat degradasi cAMP --- enzym inhibitor (cAMP pembawa pesan

biokimia yang merangsang jantung)

Dosis :

I.V 5 mg/ml (1 ampul=20 ml)

DM : 10 mg/kg/24 jam

I.O : pemakaian bersama digitalis akan menambah efek inotropik

DOBUTAMIN

Page 34: Askep Sistem Kardiovaskuler

Meningkatkan produksi cAMP dengan stimulasi reseptor adrenergik ß 1

meningkatkan kontraktilitas jantung, meningkatkan curah jantung.

Menurunkan Beban Awal (preload)

Obat : NITROGLISERIN

Mekanisme : menurunkan tonus vena---alir balik vena ke jantung berkurang,

mendilatasi arteri koroner, meningkatkan penghantaran darah ke jantung

Menurunkan Beban Akhir (afterload)

Diuretika, ACE Inhibitor

Mekanisme : menurunkan volume darah dengan cara meningkatkan volume air yang

dieksresi ke dalam urin.

Hidralazin : merelaksasi arteriol

5). Intervensi komplementer

Kasus 3 :

Tuan Basuki (48th) di rawat di Unit Penyakit Jantung dengan diagnose medis gagal

jantung NHYA IV. Terdapat edema anasarka dan haluaran urine 30ml/jam.Pasien hanya

membuka mata saat dibangunkan kemudian tidur lagi. Pemeriksaan TTV : RR : 28 x/mnt, T: 36

C, HR : 122 x/mnt, Td: 100/80 mmHg. Terpasang O2 5 L/mnt dan infuse NaCl 15 tpm. Dari

pemeriksaan fisik didapatkan, bunyi jantung S3, suara paru krekels.Pasien terpasang

CVP.Pemeriksaan diagnostic rontgen didapatkan hasil kardiomegali dan edema

paru.Pemeriksaan EKG dengan hasil sinus takikardi.Pasien mendapat terapi Debutamine 20mcg,

Digoxin 4 tab/hari, nitrogliserin 15 mcg.

FORMAT PENGKAJIAN KLINIK

Nama perawat yang mengkaji : Maria Antonia

Unit :-

Ruang / kamar : -

Tanggal / waktu masuk RS :-

Tanggal waktu pengkajian :-

Cara pengkajian : Studi Dokumentasi

I. Identitas klien

Page 35: Askep Sistem Kardiovaskuler

Nama : Tn. B

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 48th

Tempat tanggal lahir : -

Pendidikan : -

Pekerjaan : -

Status perkawinan : -

Agama : -

Suku :-

Alamat : -

Diagnose medis : -

II. Identitas penanggung jawab

Nama : -

Alamat : -

Hubungan dengan klien : -

III. Riwayat keperawatan saat ini

Alasan masuk RS : -

Tindakan/terapi yang sudah diterima : . Terpasang O2 5 L/mnt dan infuse NaCl

15 tpm. Pasien terpasang CVP.

Keluhan utama : -

Keluhan penyerta : -

IV. Riwayat keperawatan masa lalu

Penyakit yang pernah diderita : -

Penyakit keturunan dalam keluarga : -

Operasi yang pernah dilakukan : -

Alergi : -

Imunisasi : -

Kebiasaan buruk : -

Obat-obatan : -

V. Kebutuhan Orem

a. Oksigenasi

Sesak nafas ? Menggunakan alat bantu ?

b. Cairan

Tanda dehidrasi ?turgor kulit ? frekuensi cairan masuk? Cairan keluar?

c. Nutrisi

Mual ?muntah? Pusing?Lemah ?nafsu makan ?

d. Eliminasi fekal

Frekuensi ?warna ?karakteristik ?diare? Konstipasi?

Page 36: Askep Sistem Kardiovaskuler

e. Eliminasi urin

Warna urin?Frekuensi?Karakteristik?Bau?

f. Aktivitas

Ambulasi?Eliminasi?Berpakaian?Mobilisasi?Ambulasi?

g. Tidur

Frekuensi tidur?Nyeri?Kelemahan?

h. Seksualitas

Jumlah keluarga?

i. Interaksi social

Hubungan dengan keluarga?Hubungan dengan tetangga?Hubungan dengan

lingkungan atau tempat kerja?

j. Pencegahan masalah keperawatan

Cara mencegah masalah ketika sakit?Olahraga?Mencuci tangan?Diit

seimbang?

k. Promosi kesehatan

Pernah mengikuti penyuluhan? Penyuluhan apa saja? Penyuluhan tentang

jantung/ gagal jantung?

VI. Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : somnolen

Antropometri

Berat Badan : 80 kg

Tinggi Badan : 170 cm

Tanda Vital

- Tekanan Darah : 100 / 80 mmHg

- Nadi : 122 x/menit, frekuensi teratur,

- Pernafasan : 28 x /menit

- Suhu : 360 C

- Spo2 : -

Head to toe

Dari pemeriksaan fisik didapatkan, bunyi jantung S3, suara paru krekels.

Terdapat edema anasarka dan haluaran urine 30ml/jam.

VII. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan diagnostic rontgen didapatkan hasil kardiomegali dan edema

paru.Pemeriksaan EKG dengan hasil sinus takikardi.

VIII. Terapi

Page 37: Askep Sistem Kardiovaskuler

Pasien mendapat terapi Debutamine 20mcg, Digoxin 4 tab/hari, nitrogliserin 15

mcg.

IX. Analisa data :

Data Fokus Masalah

keperawatan

Etiologi Diagnose keperawatan

Dx: -

Do:

- Td: 100/80 mmHg

- Dari pemeriksaan fisik

didapatkan, bunyi

jantung S3, suara paru

krekels.

- Pemeriksaan diagnostic

rontgen didapatkan

hasil kardiomegali dan

edema paru.

- Pemeriksaan EKG

dengan hasil sinus

takikardi.

- Terpasang O2 5 L/mnt

Intoleran

aktivitas

Ketidakseimbangan

antara suplay darah

dan kebutuhan

oksigen

Intoleran aktivitas

berhubungan dengan

ketidakseimbangan

antara suplay darah

dan kebutuhan oksigen

ke paru dan jantung

ditandai dengan data

TD menurun,

pemeriksaan fisik

didapatkan, bunyi

jantung S3, suara paru

krekels.Pemeriksaan

diagnostic rontgen

didapatkan hasil

kardiomegali dan

edema paru,

Pemeriksaan EKG

dengan hasil sinus

takikardi.Terpasang

O2 5 L/mnt

X. FORMAT PERENCANAAN :

Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasionalisasi

Intoleran aktivitas pada

Tn. B teratasi setelah

dilakukan tindakan 7x24

jam dengan criteria hasil :

- Tekanan darah normal

1. Monitor TTV per 8

jam

1. Gagal jantung dapat

menyebabkan perubahan TTV

terutama pada HR, TD dan

RR.

2. Pemeriksaan ekg merupakan

Page 38: Askep Sistem Kardiovaskuler

berada dalam kisaran

120/80 mmHg

- Respon jantung normal

saat beraktivitas ( HR

60-100 x/mnt)

- Perubahan EKG dari

takikardi >100

menjadi 60-100 x/mnt.

- Kesadaran

composmentis.

- Adl klien terpenuhi

- Hasil rontgen

menunjukkan

kardiomegali dan

edema paru berkurang.

2. Lanjutkan

pemeriksaan EKG

setiap pagi.

3. Lanjutkan terapi

pemberian nitrogliserin

15 mcg via oral

4. Lanjutkan terapi

pemberian oksigen 5

L/mnt

5. Lanjutkan terapi

pemberian Dobutamine

20 mcg via oral

6. Bantu ADL klien

7. Lanjutkan terapi

pemberian Digoxin 4

tablet / hari

rekam jantung untuk

mengetahui irama dan

gangguan pada jantung

terutama klien dengan gagal

jantung mempunyai gangguan

takikardi.

3. Nitrogliserin intravena atau

sublingual (dibawah lidah)

akan menyebabkan pelebaran

vena, sehingga mengurangi

jumlah darah yang melalui

paru-paru. Dapat mengurangi

sesak nafas dan mengurangi

keletihan

4. Kelemahan yang disebabkan

oleh karena kekurangan

oksigen dan suplay darah

dapat teratasi karena asupan

oksigen dari alat bantu nafas.

5. Dobutamine dapat

mempengauhi kontraktilitas

kerja jantung sehingga jantung

dapat berkontraksi kembali

dan dapat memenuhi asupan

darah ke otak.

6. Klien dengan gagal jantung,

memiliki ADL yang menurun

karena aktivitas dapat

mempengaruhi HR, sehingga

perlu di bantu untuk

mengurangi kenaikan HR.

7. Edema dapat dikurtangi

dengan cara diuretic yaitu

dengan dikelurakan lewat urin

klien sehingga dengan

pemberian digoxin dapat

membantu untuk

mengeluarkan cairan yang

Page 39: Askep Sistem Kardiovaskuler

8.

berada di paru dan jantung

untuk mengurangi edema.

8.

KASUS 4

Pengertian penyakit AMIa. Definisi

AMI adalah proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang, jika iskemia berlangsung dalam waktu yang lama maka akan menyebabkan Nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu, atau yang biasa dikenal dengan nama Infark Miokardium.

b. EtiologiSuplai oksigen ke miocard berkurang

Faktor pembuluh darah Faktor sirkulasi Faktor darah

Curah jantung yang meningkat Kebutuhan oksigen miocard meningkat

Kerusakan miocard Hipertropi miocard

Hipertensi diastolicFaktor biologis yang tidak bisa dirubah

Usia lebih dari 40 tahun Jenis kelamin Hereditas Ras

c. Tanda dan Gejala1. Nyeri

Mendadak dan terus menerus tidak mereda

Seperti tertusuk – tusuk, menjalar ke bahu dan kebawah menuju lengan kiri

Mulai secara spontan, menetap beberapa jam dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin

Menjalar ke leher dan rahang

Disertai dengan sesak napas, pucat, dingin dan pening, serta melayang,mual dan muntah

Page 40: Askep Sistem Kardiovaskuler

A. Penatalaksanaan Medis

Bagi pasien dengan penyakit Infark Miokard penatalaksanaan madis yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Rawat ICCU, puasa 8 jam2. Tirah baring, posisi semi fowler.3. Monitor EKG pasien untuk mengetahui aliran konduksi arus listrik di jantung pasien4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit5. Oksigen 2 – 4 lt/menit.6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg8. Bowel care : laksadin9. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infuse10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

d. Gizi

Kandungan garam (Sodium/Natrium)

Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam

mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk

pengontrolan diet sodium/natrium ini ;

- Jangan meletakkan garam diatas meja makan

- Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan

- Batasi konsumsi daging dan keju

- Hindari cemilan yang asin-asin

- Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium

Kandungan Potasium/Kalium

Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah,

Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah

dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita

tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam,

bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih.

Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam

membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).

e. Farmakologi

Page 41: Askep Sistem Kardiovaskuler

Pada poasien dengan penyakit Infark Miokard dapat diberikan terapi obat sebagai

berikut:

Anti angina ( nitrat organik, nitrocine, ISDN)

Untuk mengurangi nyeri dada (angina) yang dirasakan akibat dari komplikasi dari

penyakit jantung koroner

Antikoagulan : heparin

Untuk mengencerkan darah yang membeku dan menyumbat di pembuluh arteri

koroner

Trombolitik : streptokinase

Sebagai antikoagulan dan pengencer darah-rah yang mengalami pembekuan

Bowel care : laksadin

Sedatif :diazepam

Sebagai antikonvulsan jika pasien sampai mengalami kekejangan

Analgesik : Morphin atau Pethidine

Untuk mengurangi nyeri yang dirasakann oleh pasien

f. Masalah Keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas bd. Kecemasan, Hiperventilasi

Penurunan cardiac out put bd gangguan stroke volume (preload, afterload,

kontraktilitas)

Nyeri akut bd Agen injuri (fisik)

Intoleransi aktivitas b/d fatigue

Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurangnya informasi

Kasus 4

Tn. Juno (34 tahun) di rawat di bangsal penyakit dalam dengan diagnose medis AMI.

Pasien saat ini masih mengeluh dada terasa berat, nafas sesak, dan kadang nyeri muncul di dada

sebelah kiri menjalar ke punggung, Skala nyeri 8.Pasien mendapat terapi oksigenasi 5

ltr/mnt.Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/90 mmHg, nadi 100x/mnt, RR 22x/mnt,

S 37ᵒc. hasil pemeriksaan lab didapatkan Trop T meningkat, CKMB meningkat.Pasien

mendapatkan terapi obat Aspilet 3x300 mg dikunyah.Dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil

ST Elevasi.

FORMAT PENGKAJIAN KLINIK

Nama perawat yang mengkaji : Rafael Imelda Ayu

Page 42: Askep Sistem Kardiovaskuler

Unit :-

Ruang / kamar : -

Tanggal / waktu masuk RS :-

Tanggal waktu pengkajian :-

Cara pengkajian : Studi Dokumentasi

XI. Identitas klien

Nama : Tn. J

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 34th

Tempat tanggal lahir : -

Pendidikan : -

Pekerjaan : -

Status perkawinan : -

Agama : -

Suku :-

Alamat : -

Diagnose medis : -

XII. Identitas penanggung jawab

Nama : -

Alamat : -

Hubungan dengan klien : -

XIII. Riwayat keperawatan saat ini

Alasan masuk RS : -

Tindakan/terapi yang sudah diterima : . Terpasang O2 5 L/mnt dan laboratorium

T Trop T meningkat, terapi obat aspilet 3x300 mg dikunyah, pemeriksaan EKG.

Keluhan utama : nyeri

Keluhan penyerta : -

XIV. Riwayat keperawatan masa lalu

Penyakit yang pernah diderita : -

Penyakit keturunan dalam keluarga : -

Operasi yang pernah dilakukan : -

Alergi : -

Imunisasi : -

Kebiasaan buruk : -

Obat-obatan : -

XV. Kebutuhan Orem

Page 43: Askep Sistem Kardiovaskuler

a. Oksigenasi

Sesak nafas ? Menggunakan alat bantu ?

b. Cairan

Tanda dehidrasi ?turgor kulit ? frekuensi cairan masuk? Cairan keluar?

c. Nutrisi

Mual ?muntah? Pusing?Lemah ?nafsu makan ?

d. Eliminasi fekal

Frekuensi ?warna ?karakteristik ?diare? Konstipasi?

e. Eliminasi urin

Warna urin?Frekuensi?Karakteristik?Bau?

f. Aktivitas

Ambulasi?Eliminasi?Berpakaian?Mobilisasi?Ambulasi?

g. Tidur

Frekuensi tidur?Nyeri?Kelemahan?

h. Seksualitas

Jumlah keluarga?

i. Interaksi social

Hubungan dengan keluarga?Hubungan dengan tetangga?Hubungan dengan

lingkungan atau tempat kerja?

j. Pencegahan masalah keperawatan

Cara mencegah masalah ketika sakit?Olahraga?Mencuci tangan?Diit

seimbang?

k. Promosi kesehatan

Pernah mengikuti penyuluhan? Penyuluhan apa saja? Penyuluhan tentang

jantung/ gagal jantung?

XVI. Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis

Antropometri

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Tanda Vital

- Tekanan Darah : 140 / 90 mmHg

- Nadi : 100 x/menit

- Pernafasan : 22 x /menit

- Suhu : 370 C

- Spo2 : -

Page 44: Askep Sistem Kardiovaskuler

Head to toe

Dari pemeriksaan fisik didapatkan klien mengeluh nyeri skala 8, nyeri mencul didada

sebelah kiri menjalar ke punggung.

XVII. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan diagnostic

XVIII. Terapi

Pasien mendapat terapi aspilet 3x300 mg dikunyah.

ANALISA DATAI

Data Problem Etiologi

DS :

-mengeluh dada terasa berat,

- nafas sesak,

- kadang nyeri muncul di dada

sebelah kiri menjalar ke

punggung,

-Skala nyeri 8

DO :

-ttv : RR 22x/menit, HR

100x/menit,

S 37ᵒc

-Hasil EKG ST elevasi

Nyeri akut Agen cidera

biologis

DIAGNOSA KEPERAWATAN I:

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi ditandai denganmengeluh dada

terasa berat, nafas sesak, kadang nyeri muncul di dada sebelah kiri menjalar ke punggung, Skala

nyeri 8, ttv : RR 22x/menit, HR 100x/menit, S 37ᵒc ,Hasil EKG ST elevasi.

INTERVENSI I

Tujuan dan

Kriteria hasil

Intervensi Rasionalisasi

Nyeri akut dapat

teratasi setelah

dilakukan

tindakan 7x24

jam dengan

criteria hasil :

1.monitor TTV (TD dan RR) 1. pasien dengan nyeri

biasanya mengalami

perubahan tekanan darah dan

pernafasan sehingga perlu

dipantau.

2. pasien dengan nyeri perlu

Page 45: Askep Sistem Kardiovaskuler

1.skala nyeri

teratasi

2.RR

16-20x/menit

3.tidak terlihat

wajah menahan

sakit

4. hasil EKG

tidak ada ST

elevasi

2.monitor nyeri (PQRST)

3.ajarkan teknik relaksasi

4.dekatkan segala kebutuhan

pasien

5. monitor EKG klien

6. anjurkan klien untuk

melaporkan nyerinya dengan

segera

7. anjurkan klien untuk

membatasi pergerakannya

8.lanjutkan pemberian obat

aspilet 3x300 mg.

di kaji PQRST untuk

mengetahui perubahan skala

nyeri.

3. pasien dengan keluhan

nyeri perlu diberi teknik

relaksasi karena dapat

melancarkan peredaran darah

sehingga dapat merilekskan

bagian otot yang tegang

sehingga nyeri klien dapat

berkurang.

4. pasien dengan nyeri

aktifitasnya menjadi terbatas

sehingga perlu dibantu dalam

pemenuhan ADL

5.mengetahui ada tidaknya

kelainan pada jantung klien

6. mengetahui dan memantau

tingkat nyeri klien.

7. mengurangi nyeri Yang

klien rasakan karena

pergerakan dapat

memperparah rasa nyeri

8. dengan diberikan obat

aspilet dapat menurunkan

nyeri yang dirasakan klien.

ANALISA DATAIII

Data Problem Etiologi

DS : klien mengeluh

sesak nafas, dada

terasa berat.

DO : terpasang O2 5

liter per menit, RR

22x/ menit

Pola nafas tidak efektif Keletihan otot pernafasan

Page 46: Askep Sistem Kardiovaskuler

DIAGNOSAKEPERAWATAN II:Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

Keletihan otot pernafasan ditandaidengan terpasang O2 5 liter per menit, RR 22x/

menit.

INTERVENSI II

Tujuan dan

Kriteria Hasil

Intervensi Rasionalisasi

Pola nafas tidak

efektif dapat

teratasi setalah

dilakukan

tindakan 3x24

jam dengan

criteria hasil :

1.RR

16-20x/menit

2. klien tidak

mengeluh sesak

nafas.

3. tidak terpasang

O2

4. spO2 90-100%

1.monitor TTV (TD,RR,Nadi)

2. pantau saturasi klien (spO2)

3. ajarkan nafas dalam bila masih

memungkinkan

4.batasi aktivitas klien

5. beri posisi semi fowler

6. beri posisi knee chest

7.lanjutkan kolaborasi pemberian

O2 5 liter/mnt

8. kolaborasi dalam pemberian

vasodilator

1. mengetahui kelainan

dan perkembangan

hemodinamik pasien

2. klien dengan sesak

nafas perlu dipantau

saturasinya agar

mengetahui tindakan

selanjutnya

3. membantu pasien

agar dapat bernafas

normal

4. mengurangi resiko

klien sesak nafas

5. meluaskan lapangan

paru sehingga

mempermudah

masuknya O2 ke paru

6. aliran balik vena

sistematik berkurang

dan tahanan vasikuler

sistematik bertambah,

karena sebagian darah

berkumpul pada

ekstremitas bawah.

7.klien sesak nafas

sehingga diberikan O2

agar kebutuhan

oksigenasi klien

terpenuhi.

8. agar mengurangi

sesak nafas klien dan

pola jalan nafas klien

Page 47: Askep Sistem Kardiovaskuler

dapat efektif / tidak

sesak nafas lagi

BAB III

PENUTUP

Page 48: Askep Sistem Kardiovaskuler

A.    Kesimpulan

Sistem Cardiovaskuler merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahankan

kuantitas dan kualitas dari cairan yang ada diseluruh tubuh. Sistem kardiovaskuler terdiri dari

dua sistem, yaitu sistem jantung dan vasa darah. Sistem sirkulasi darah dimulai dari jantung yang

berfungsi untuk mempompa darah yang kemudian dialirkan melalui aorta dan diteruskan ke

cabang – cabang pembuluh darah. Sistem kardiovaskuler berhubungan erat dengan darah dimana

masing – masing darah memiliki tugas atau fungsi sendiri – sendiri dan saling berkaitan satu

sama lain.

Sistem kardiovaskular memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh

jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap

jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga

jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. Sistem kardiovaskular yang

berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons

seluruh aktivitas tubuh.Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar

aktivitas jaringan dapat terpenuhi.

Dari makalah ini kita bisa belajar apa saja masalah keperawatan yang akan timbul jika

terjadi masalah pada system kardiovaskuler dan bagaimana cara mengatasi dan penanganannya.

B.     Saran

Dilihat dari fungsi serta manfaatnya pada tubuh, tentulah jantung sangat berharga. Oleh

karena itu, untuk menjaga agar semua yang ada tidak rusak ataupun mengalami gangguan,

perbiasakanlah hidup sehat serta mengurangi kegiatan yang dapat membuat jantung bekerja lebih

cepat dari normalnya.

Di samping itu, kurangilah mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak

dan perbanyaklah mengkonsumsi buah serta makanan yan

DAFTAR PUSTAKA

Page 49: Askep Sistem Kardiovaskuler

Abhique, 2010.Sistem Kardiovaskuler. http://abhique.blogspot.com.Diakses pada tanggal 16 Februari 2010 pukul 20.43 WITA.

Angga, 2010.Fisiologi Kardiovaskular. www.blogsot.com. Diakses pada tanggal 16 Februari 2010 pukul 20.43 WITA.

Sloane , E., 1994, Anatomi dan Fisiologi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.Syaifuddin, 2002.Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Widya Medika, Jakarta.

Tambayong, J., 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperwatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Watson, R., 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.