ASUHAN KEBIDANAN
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayahNya kepada kita semua terutama saya.
Asuhan kebidanan pada Ny T dengan Asfiksia di Ruang neonatus RSUD
Sidoarjo dapat menyelesaikan laporan ini
Ucapan terima kasih kami ucapkan karena berkat bimbingan,
bantuan beliau kami dapat menyusun asuhan kebidanan ini dan dapat
selesai sesuai waktunya, ucapan tersebut kami ucapkan kepada:
1. Direktur RSUD Sidoaarjo yang telah memberikan ijin dan
kesempatan pada kami mahasiswa akademi kebidanan Widyagama Husada
Malang untuk belajar dan melaksanakan praktek klinik lapangan
kebidanan 2. Direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang
3. Kepala ruangan neonatus RSUD Sidoaarjo4. Pembimbing lapangan
ruangan neonatus RSUD Sidoarjo5. Pembimbing akademi yang telah
memberi koreksi dan saran kepada kami
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan asuhan kebidanan ini
masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan
masukan guna sempurnanya laporan yang akan datang. Akhir kata
penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya
penyusun.
Malang, Juni 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
iiBAB I PENDAHULUAN
11.1 Latar Belakang
11.2 Tujuan Penulisan
11.3 Metode Penulisan
21.4 Sistematika Penulisan
2BAB II TINJAUAN TEORI
42.1 Konsep Neonatus
42.1.1 Pengertian neonatus
42.1.2 Klasifikasi bayi baru lahir
42.1.3 Perawatan segera setelah bayi lahir
42.1.4 Perawatan bayi dua pecan pertama
62.1.5 Perawatan bayi sehari-hari
72.1.6 Pemberian ASI
72.2 Konsep Asfiksia
92.2.1 Definisi
92.2.2 Etiologi
92.2.3 Patogenesis
92.2.4 Diagnosis
102.2.5 Penanganan
112.3 Konsep Asuhan Kebidanan
14BAB IIITINJAUAN KASUS
203.1 Pengkajian
203.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
233.3 Edentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
243.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
243.5 Intervensi
243.6 Implementasi
253.7 Evaluasi
25BAB IV PEMBAHASAN
27BAB V PENUTUP
285.1 Kesimpulan
285.2 Saran
28DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asfiksia neonnatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.Anamnesa
dan pemeriksaan fisik yang cermat biasanya dapat mengarah ke
diagnosa yang benar. Asfiksia neonatorum di sebabkan oleh hipoksia
janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktro yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau ssegera
setelah bayi lahir
Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan
bayi tidak di lakukan secara sempurna, tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul1.2
Tujuan
a. Tujuan Umum
Sebagai penerapan ilmu asuhan kebidanan yang telah kami peroleh
pada neonatus dengan asfiksia di aruang neonatus RSUD Sidoaarjo,
sehingga dapat memperluas dan memperbanyak pengetahuan sserta
keeeterampilan ,mengenai asuhan kebidanan pada bayi dengan
asfiksiab. Tujuan Khusus
Dengan di susunya laporan ini mehasiswa diharapkan dapat :
1. Melakukan pengakajian 2. Mengidentifikasi diagnosa dan
masalah
3. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera5. Menyusun rencana asuhan
kebidanan6. Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan7.
Mengavaluasi tindakan yang telah dilaaksanakan1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam suhan kebidanan ini memnggunakan metode
khusus dengan pendekatan deskriptif dengan tinjauan ksus melalui:a.
Wawancara
Komunikasi langsung yang bertujuan untuk mencari informasi guna
melengkapi data klien dengan cara berkomunikasi dengan klien maupun
keluarga klienb. ObservasiMengamati perilaku dan keadaan pasien
untuk memperoleh data tentang pasien
c. Studi DokumentasiMempelajari dan melengkapi data dengan jalan
mencatat status pasien, catatan perkembangan pasien dan
kasusnya
d. Studi Pustaka
Dari buku-buku penunjang
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.5 Latar Belakang
1.6 Tujuan Penulisan 1.7 Metode Penulisan
1.8 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI2.1 Konsep Neonatus2.3.1 Pengertian
neonatus2.3.2 Klasifikasi bayi baru lahir2.3.3 Perawatan segera
setelah bayi lahir2.3.4 Perawatan bayi dua pecan pertama2.3.5
Perawatan bayi sehari-hari2.3.6 Pemberian ASI
2.2 Konsep Asfiksia2.2.1 Definisi
2.2.2 Etiologi
2.2.3 Patogenesis
2.2.4 Diagnosis
2.2.5 Penanganan
2.3 PenangananBAB III TINJAUAN KASUS
3.8 Pengkajian3.9 Identifikasi Diagnosa dan Masalah3.10
Edentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
3.11 Identifikasi kebuuutuhan Segera
3.12 Intervensi3.13 Implementasi
3.14 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.3 Kesimpulan
5.4 Saran
DAFTAR PUSTAKABAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Neonatus2.1.1 Pengertian NeonatusNeonatus adalah bayi
usia 0 sampai 28 minggu
2.1.2 Klasifikasi bayi baru lahira. Bayi normal (sehat )
memerlukan perawatan biasab. Bayi gawat (ingat risu hany)
memerlukan penanganan khusus seperti adanya asfiksia dan
perdarahan(Mochtar Ruastam, 1998: 133)
2.1.3 Perawatan Segera Setelah Bayi LahirA. Persediaan di kamar
bersalinPerlengkapan yang diperluakan di kamar berslain adalah
:
Alat penghisap lendir Tabung oksigen dengan alat pemeri olssigen
kepada bayi
Untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu disediakan
larungoskop kecil, masker muka kecil, karma trakea, ventilator
kecil, untuk pernafasn buatan sselain itu perlu juga disediakan
obat-obatan sseperti larutan glukosa 40% larutan guhar hanas
natrikul 7,5% dengan alat suntikan, dan kalorfin sebagai anti dofun
terhaadap obat-obatan berasal dari morfin atau petidin yang mungkin
diberikan kepadaibu selama persalinan dan yang dapat menghilangkan
penekan pernafasan pasa bayi.
Alat pemotong dan penguat tali pusat serta obat antiseptic dan
kasa steril untuk perawatan tali pusat
Tanda pengenal yang sama dengan ibu
Tempat tidur bayi atau incubator yang selalu dalam keadaan
hangat, steril dan dilengkapi dengan kain atau selimut katun, hal
ini penting untuk mencegah bayi panas pada waktu di pindahkan dari
kamar bersalin ke tempat perawatan B. Pertolongan pada waktu bayi
lahir Mulailah melakukan membersihkan lendir pada saat kepala
keluar dengan membersihkan mulut, hidung dan mata dengan kapas atau
tissue steril Janin lahir di catat dengan stop watch
Lendir dihisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan kepal
lebih rendah dari kaki dalam posisi lebih sedikit ekstensi, supaya
lendir mudah keluar
Tali pusat diikat baik dan bekas luka di beri antiseptic
Segera setelah lahir dan seterusnya bayi sehat akan menangis
kuat, Bernafas dan menggerakkan tangan dan kainnya, kulit akan
berwarna kemerahan
Bayi dimandikan dan di bersihkan dengan air hangat dari lumuran
darah, air ketuban, mekolium, verniks kaseosa, ada pula yang dengan
minyak kelapa, minyak jaitun
Jangan lupa menilai bayi dengan nilai apgar
Bayi ditimbang berat badan dan diukur panjang badan lainnya
dicatat dalam status
Perawatan mata bayi : mata bayi dibersihkan, kemudian di berikan
obat untuk mencegah blenarrhoe
Metode crede:Dengan tetesan nitras argenti 1-2% sebanyak 2 tetes
pada masing-masing mata
Penicillin salep atau garamycin salep mata
Di periksa juga anus, genetalia eksterna, jenis kelamin
laki-laki di periksa adakah kimosis. Apakah des census testiculorum
telah lengkap di beberapa negara barat pada bayi laki-laki segera
di lakukan sirkumsisi, apalagi kalao fimosis Bayi akhirnya di
perlihatkan kepada ibunya dan ayah dan keluarga yang
mendampinginya
(Rustam Muchtar, 1998: 134)
C. Penilaian bayi baru lahirKlasifikasi klinik
Nilai 7-10: Bayi normal
Nilai 4-6: Bayi asfiksia ringan sedang
Nilai 0-3: Bayi asfiksia berat
Sistem penilaian apgar
NILAI
Tanda012
Pulse rate
(frekuensi nadi)Tidak adaLambat < 100x/mnt> 100x/mnt
Desperation
(usaha nafas)Tidak adaLambat tidak teraturMengangi dengan
keras
Activity
(fokus otot)LemahFreni pada ekstremitasBergerak dengan aktif
Grimance
(reaksi rangsangan)Tidak adaMeringisMenangis dengan sangat
keras
Apzreance
(warna kulit)Biru pucatMerah muda, ekstremitas biruSeluruhnya
merah muda
Note : NA 1 menit >/ = tidak perlllu resositas
NA 1 menit 4-6 bagian dan masuk ventilation
NA 1 menit 0-3 lakukan intukasi
(Helen Varney 1999: 275)
D. Perawatan bayi 2 pekan pertama Kebersihan
1. Kencing dan berak harus dibersihkan popok di ganti
2. Tempat tidur dan pakaian harus bersih dan hangat
Menyusukan bayi
1. 12 jam pertama kali bayi puasa
2. kemudian harus diteteki
Makanan tambahan kalau ASI kurang
Cara memndaikan dan cara merawat tali pusats(Rustam Muchtar,
1998: 134)
E. Perawatan bayi sehari-hari Mata bayi harus selalu di periksa
untuk melihat tanda-tanda infeksi, mata dapat di bersihkan dengan
air steril atau air garam fisiologik
Mulut diperiksa untuk melihat kemungkinan infeksi
kandidat-kandidatis merupakan suatu penyakit andemik di daerah
tempat perawatan bayi. Bila ditemukan segera diobati dengan larutan
gentian violet 1% dengan larutan nystatin yang langsung di teteskan
kemulut bayi.
Kulit terutama dilipat-lipatan (paha, leher, belakang telinga,
ketiak) harus selalu kering dan bersih dari verniks kasesoa oleh
karena verniks kasaseo merupakan media yang baik untuk
fulokokus
Tali pusat : pada umumnya tali pusat akan pupus pada waktu bayi
berumur 6-7 hari, bila tali pusat belum lepas maka setiap mandi
tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan Kain popok harus
segera diganti setiap kalibasah karena air kencing dan tinja pantat
bayi harus dibersihkan dengan air steril dan dikeringkan Sebelum
tali pusat lepas, sebaiknya bayi diseka saja dengan air steril
(Sarwono, 2002 : 257-258)
F. Pemberian ASIWalaupun ASI belum keluar sebaiknya anak di
teteki 12 jam setelah lahir. Maksudnya sebagai latihan untuk ibu
dan anak dan menyusukan anak merupakan rangsangan untuk produksi
ASI. Pada dua hari pertama bayi hanya dapat colostrom sedikit. Bayi
yang cukup bulan diteteki 4 jam sedangkan bayi premature harus
diminumkan tiap 3 jam
(Bag. Ohggu. Fk. UNPAD : 336)
G. Keuntungan pemberian ASI
1. Memberikan ASI sesuai dengan tugas ibu, sehingga dapat
meningkatkan martabat wanita dan sekaligus meningkatkan kualitas
DIN
2. ASI telah disiapkan mulai kehamilan hingga sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi
3. Bayi mempunyai kelebihan dan susunan kimia. Komposisi
biologis dan mempunyai substansia spesifik untuk bayi
4. ASI setiap saat diberikan pada bayi dengan stelisasi yang
terjamin
5. ASI dapat disimpan selama 8 jam tanpa perubahan apapun
sedangkan susu botol hanya cukup 4 botol
6. Karena bersifat spesifik maka pertumbuhan bayi baik dan
terhindar daari beberapa penyakit tertentu
7. Ibu yang siap memberikan ASI mempunyai keuntungan
Terjadi biotasi amenarea, dapat bertindak sebagai metode KB
Mempercepat terjadinya involusi uterus
Pemberian ASI mengurangi kejadian karsmoma mamae
Melalui pemberian ASI kasih sayang ibu terhadap bayi lebih baik
sehingga menumbuhkan hubungan batin lebih sempurna
8. Bayi mengukur sendiri rasa laparnya sehingga metode pemberian
ASI dengan jalan call freeding(Manuaba, 1998 : 58)
H. Kerugian pemberian ASI1. Waktu pemberian tidak terjadwal
tergantung bayinya
2. Kesiapan ibu untuk memberi ASI setiap saat3. Mendapat
kesulitan bagi ibu untuk bekerja diluar rumah(Manuaba, 1998 :
58)
2.2 Konsep Asfiksia2.2.1 Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah di lahirkan
(Rustam Mochtar.1998 : 427)
Aspeksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2
yang enimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut(Manuaba.
1999 : 319)
Asfiksia adalah keadaan bayi dimaan bayi tidak dapat ssegera
Bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir
(Sarwono. 1999 : 709)
2.2.2 Etiologia. Faktor-faktor dari pihak janin1. Gangguan
aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
2. Defresi pernaafasan karena otot-otot anastesi/ anas getika
yang diberikan pada ibu, perdarahan intra kranias dan kelianan
bawaan
b. Faktor-faktor dari pihak ibu
1. Gangguan his : hipertani dan tetani
2. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan : placenta
previa
3. Hipertensi pada eklampsia4. Gangguan mendadak pada placenta :
solusio placenta
(Sarwono. 199 : 710)
2.2.3 Patogenesis Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2
bertambah, timbullah rangsangan terhadap N. vagul ssehingga bunyi
jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini berlangsung,
maka N. vagul tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini
rangsangan dari IV sunpatikus. Djj lebih cepat akhirnya irreguce
dan menghilang. Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut
jantung janin yang lebih cepat 160 kali permenit atau kurang dari
100 kalim permenit, halus dan irreguner , serta aadanya pengeluaran
mekonium
Kekurangan O2 jangan merangsang usus, sehingga mekonium keluar
sebagai tanda janin dalam asfeksia
Jika Djj normal dan ada mekoniium : janin mulai asfiksia
Jika Djj kurang dari 160 kali permenit jam ada mekonium : janin
sedang asfiksia
Jika Djj kurang dari 100 kali permenit dan ada mekoniium : janin
dalam keadaan gawat
Janin akan mengadakan pernafasan intra uteri, dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam
paru. Bron kus tersumbat dan terjadi antelentasisi, bila janin
lahir alveni tidak berkembang
(Mochat, Rustam. 1998: 428)
2.2.4 DiagnosisUntuk dapat mengatakan diagnosis gawat janin
dapat di tetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :a.
Denyut jantung
Denyut jantung janin normal antara 120-160 kali permenit terjadi
gawat janin menimbulkan perubahan denyut jantung janin
Meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan
Mungkin jumlah sama dengan normal tapi tidak teratur
Jumlah menurun dibawah 100 kali permenit apalagi di sertai irama
yang tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menujukkan gawat janin.
Karena terjadi rangsangan nervous X, sehingga peristaltic usus
meningkat dan sfingter ani membuka
c. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh
darah janin, darah ini diperiksa phnya adanya asodosis menyebabkan
turunya pHApabila pH itu turun dibawah 7,2 hal itu dianggap
ssebagai tanda bahaya
(Manuaba, 1998 : 320)
2.2.5 PenangananPrinsip dasar yang perlu diingat dalam resultasi
ini adalah :
1. Menciptakan lingkungan yang baik dan mengusahakan tetap
bebasnya jalan nafas
2. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi dengan
usaha pernafasan buatan
3. Memperbaiki aridosis yang terjadi
4. Menjaga agar peredaran darah tetap baik
Tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi dapat dibagi 2
golongan yaitu:
1. Tindakan umum
Tindakan ini dikerjakan setiap bayi tanpa memandang nilai apgar.
Segera setelah bayi lahir, diusahakan agar bayi mendapat pemanasan
yang baik. Harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas dari
tubuhnya, penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar dan untuk
mengeringkan tubuh bayi mengurangi evaporasi.Bayi diletakkan dengan
kepala lebih rendah dan pengisapan saluran pernafasan bagian atas
segera dilakukan. Harus dikerjakan dengan hati-hati untuk
menghindarkan timbulnya kerusakan-kerusakan kukosa jalan nafas.
Spaasmus laring, atau kolaps paru-paru. Bila bayi belum ada usaha
untuk menangis, rangsangan terhadapnya harus segera dilakukan hal
ini dapat berupa rangsangan nyeri dengan cara memukul kedua telapak
kaki, menekan tendon Achilles, atau pada bayi bayi tertentu diberi
suntikan vitamin K
2. Tindakan khususTindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum
di selenggarakan tanpa hasil.
Prosedur yang disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timbul
pada bayi, yang di Nyatakan oleh tinggi-rendahnya nilai apgar.
a. Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)
Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan
langkah utama adalah memperbaiki ventilasi paru-paru dengan
memberikan O2 secara tekanan langsung dan berulang-ulang. Cara yang
terbaik adalah melakukan intubasi endrotakel dan setelah kateter di
masukkan ke dalam trakea. O2 diberikan dengan tekanan tidak lebih
dari 30 ml air. Tekanan positif dikerjakan dengan meniupkan udara
yang telah dipercaya dengan O2 melalui kateter tadi. Untuk mencapai
tekanan 30 ml air peniiupan dapat dilakukan dengan kekuatan kurang
lebih 1/3 -1/2 dari tiupan maksimal yang dapat dikerjakan.Secara
ideal nafas buatan harus dilakukan terlebih dahulu memasang
monometer. Untuk mendapatkan tekanan positif yang lebih aman dan
efektif dapat menggunakan pompa resusitasi, dihubungkan dengan
kateter trakea. Kemudian udara dengan O2 dipompa secara teratur
dengan memperhatikan gerakan-gerakan dinding toraks, bila bayi
sudah memperlihatkan pernafasan spontan, kateter trakea segera
dikeluarkan
Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yang
membutuhkan perbaikan segera karena itu, bikar bonas natrikus 7,5%
harus segera diberikan dengan dosis 2-4 ml/kg berat badan.
Disamping itu glukosa 40% diberikan pula dengan dosis 1-2 ml/kg
berat badan. Obat-obat ini harus diberikan secara berhati-hati dan
perlahan-lahan.
Untuk menghindari efek samping obat pemberian harus dienceerkan
dengan air steril atau kedua obat diberikan bersama-sama dalam satu
semprit melalui pembuluh darah ambillikus dan apabila peroposan
spontan tidak timbul krekuensi jantung menurun maka pemberian
obat-obat lain sserta message jantung sebaiknya segera di lakukan.
Message jantung di kerjakan dengan melakukan penekanan diatas
tulang dada secara teratur 80-100 kali permenit3. Asfiksia ringan
sedang (nilai apgar 4-6)Dapat dicoba melakukan rangsangan untuk
menimbulkan reflek. Hal ini dikerjakan selama 30-60 deti setelah
penilaian menurut apgar 1x menit. Bila dalam waktu tersebut
pernafasan tidak timbul pernafasan buatan harus segera di mulai
dengan cara pertama melakukan pernafasan mulut ke mulut, cara yang
kedua dengan memasukkan pipa kehidung dan O2 dialirkan dengan
kecepatan 1-2 liter dalam 2 manit.Agar saluran nafas bebas bayi
diletakkan dengan kepala dalam darso flexi. Secara teratur di
gerakan membuka dan menutup lubang hidung dan mulut disertai dagu
keatas dan kebawah denga frekuensi 20x semenit. Pernafasan ini
dihentikan bila setelah 1-2 menit tidak juga di capai hasil yang di
harapkan dan segera di lakukan pernafasan buatan dengan tekanan
posistif secara tidak langsung
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan
I Pengkajian Data
Tanggal:
Jam:
Tempat:
A. Data Subyektif1. Biodata
Nama bayi, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, nama orang tua,
umur orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, agama.
Untuk memudahkan identifikasi pasien
2. Keluahan Utama
Berisi keluhan yang tampak dirasa oleh klien atau bayi di ambil
dari orang tua atau keluarga yang lain bahwa bayi tidak langsung
menagis dan sesak setelah lahir3. Riwayat kehamilan dan
persalinan
a. Riwayat prenatalHamil berapa, apakah ada komplikasi, selama
kehamilan yang dapat mempengaruhi bayi baru lahir seperti kala II
lama, premature, KPD, hidramnion, berapa kali ANC, ada keluhan
selama hamil atau tidakmendapatkan suntikan TT atau tidak,
mengkonsumsi jamu-jamuan atau tidak. Bagaimana pola makan ibu
pantangan yang dilakukan selama hamil serta HPHTb. Riwayat
natalBiasanya terjadi pada persalinan premature, Kpd, infeksi, kala
II lama persalinan dengan tindakan. AS < 7
c. Riwayat post natal
Untuk mengetahui perdarahan post partum, TTV pada ibu TFU pada
bayi mengopservasi TTV dan infeksi tali pusat4. Riwayat penyakit
keluarga
Untuk mengetahui dalam keluarga apakah ada yang menderita
penyakit menular, menahun seperti DM, jantung, TBC, hipertensi dan
hepatitis5. Pola Kebiasaan
a. Pola nutrisi
Pada bayi dengan asfiksia pola nutrisi terganggu karena biasanya
pada bayi asfiksia harus di puasakanb. Pola eliminasiUntuk
mengetahui pengeluaran defekasi urine terjadi 24 jam pertama
setelah melahirkan, konsistensi, warna, sedangkan urine warna,
produksi beberapa cc (produksi normal urine pada neonatus 50-300
cc/ jam, 1-2 cc/ kg BB atau jam)
c. Pola istirahat
Untuk mengetahui pola keadaan fisiologis bayi lebih banyak tidur
sekitar 16 sampai 20 jam
d. Pola aktifitas
Bayi kelihatan lemas dan tidak menangis
6. Riwayat psikososialUntuk mengetahui kesiapan keluarga
menerima anggota baru dan kesanggupan ibu menerima dan merawat
anggota baru
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Tanda-tanda vitalSuhu: < 36oCNadi: < 100 x/menit
Pernafasan: < 20 x/menit / lambat tidak teratur2. Pemeriksaan
Fisik
Muka : Simetris atau tidak, warna kulit
Hidung: Simetris atau tidak, kemungkinan ada pernafasan cuping
hidung
Mulut: Adakah labioskisis dan labios palatoskisis, reflek
menghisap berkurang
Dada: Adanya gerak retraksi dada
Abdomen: Bagaimana keadaan tali pusat, adakah perdarahan tali
pusat dan tanda-tanda infeksi
Genetalia: Pada perempuan apakah lakia mayora sudah menutupi
labia minora dan pada laki-laki apakah testis sudah turun
Anus: Adakah lubang anus, apakah keluar mekonium
Ekstremitas: Tonus otot lemah, warna biru
3. Pemeriksaan neorologis Reflek moro / terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak khususnya dengan jari dan
tangan maka akan menimbulkan gerak terkejut Reflek rooting atau
mencariApabila pipi bayi disentuh dengan jari maka ia akan
menolehkan kepalanya mencari sentuhan Reflek menghisap/ sucking
reflekApabila bayi diberi dot/ putting susu di mulutnya maka ia
akan berusaha menghisap
Reeflek menggenggam
Apabila telapak tangan disentuh dengan jari pemeriksa maka bayi
akan berusaha menggenggam jari pemeriksa
Glabella reflek
Bayi disentuh pada US glabella atau pangkal hidung dengan jari
tangan pemeriksa maka ia akan mengerutkan keningnya atau
mengedipkan mata
Gland reflek
Bayi disentuh pada lipatan kanan dan kiri dengan jari tangan
maka ia akan berusaha mengangkat kedua pahanya
Conjuntiva madibularis reflek
Apabila diberi rangsangan mulai pangkal kelopak mata ke atas
kemudian membentuk garis lurus menuju mandi bulaaris. Bayi akan
menutup mata dan membuka disertai reflek mengangkat pipi
4. Pemeriksaan antropometriBB
: normalnya 2500-4000 gram
PB
: normalnya 48-50 cm
Lingkar kepala: normalnya 33-35 cm
LILA
: normalnya 11 cm
a. Diameter sub occifito bregmatika
: N = 9,5 cm
b. Diameter sub occifito frontalis
: N = 11 cm
c. Diameter fronta occipitalis
: N = 12 cm
d. Diameter mento bregmatika
: N = 13,5 cm
e. Diameter sub mento bregmatika
: N = 9,5 cm
f. Diameter bi parietalis
: N = 9 cm
g. Diameter bi temporalis
: N = 8 cmII. Identifikasi Diagnosa dan MasalahDx:Bayi Usia .
hari dengan asfiksiaDs:Nadi : < 100x/ menit (normalnya 120 160
x/menit)
Suhu: < 36oC (normalnya 36-37,5oC)RR: < 20x/ menit
(normalnya 20-40x/menit)AS: < 4-6 (asfiksia sedang)
Masalah : gangguan pemenuhan kebutuhan O2
Ds: -
Do: Nadi : < 100x/ menit
Bayi sesak nafasTonus otot lemah
Ekstremitas biruIII. Antisipasi Masalah Potensial Kematian
Apneu
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera- Melakukan resusitasi
V. IntervensiDx
: By .. Usia ..hari dengan asfiksiaTujuan
: Bayi tumbuh dan berkembang secara optimal dan tidak menderita
suatu penyakit apapun tanpa komplikasi
Kriteria hasil: KU: Baik
Bayi sehat
Suhu normal 36-37oC
Nadi normal 120-160x / menit
RR normal 20-40x/ menit
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R/ Ibu dan keluarga lebih kooperatif
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ Mencegah terjadinya infeksi
3. Lakukan observasi TTV
R/ Untuk mendeteksi adanya kelainan lebih dini
4. Berikan dexamithason 1 ampul
R/ bayi segera dapat menangis
5. Berikan pernafasan buatan/ resusitasiR/ Agar bayi dapat
bernafas secara spontan
6. Lakukan message jantung
R/ Memacu kerja jantung
7. Kolaborasi dengan dokter
R/ Melakukan fungsi dependen
Intervensi masalah
1. Lakukan penekanan jalan nafas dengan penghisapan lendir bayi
dengan slem swivker
R/ Jalan nafas dapat terbuka sehingga bayi lebih nyaman dalam
asfiksia
2. Lakukan resusitasiR/ Agar bayi bernafas dengan spontan
3. Tempatkan bayi pada incubator
R/ Mencegah terjadinya hipotermi
VI. ImplementasiSesuai dengan intervensi
VII. Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian DataTanggalpengkajian : 11-06-2007
Jam : 09.00 WIBTempat pengkajian : Di RSUD Sidoarjo (ruang
neonatus)Tanggal MRS
: 11-06-2007
Jam : 07.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama bayi:Bayi Ny TTanggal lahir: 10-06-2007Umur: 1 hariJenis
kelamin: laki-laki
Alamat: Sidomojo KrianNama orang tua
Nama ibu: Ny. T
Umur: 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan: SMP
Pekerjaan: IRT
Suku/bangs : Jawa
Nama suami: Tn. Z
Umur: 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan: SMPPekerjaan: Swasta
Suku/bangs : Jawa
Alamat: Sidomojo Krian
2. Keluhan Utama
Keluhan ibu bayinya 1 hari lahir dengan tidak menagis3. Riwayat
kehamilan dan persalinan
a. Riwayat prenatal
Ibu mengatakan hamil kedua, selama hamil ibu tidak sedang
mengidap penyakit menular seperti DM, hepatitis, asma hipertensi
ataupun TBC. Ibu memeriksakan kehamilannya tiap bulan di bidan.
Sselama trimester I dan II ibu tidak merasakan keluhan apapun, pada
trimester III ibu merasakan sakit pada punggungnya. Ibu tidak
mendapatkan suntikan TT pada waktu hamil dan ibu tidak mengkonsumsi
jamu-jamuan. Pola makan ibu teratur tidak ada makanan pantangan
selama hamilb. Riwayat natal
Ibu mnegatakan usia kehamilannya 9 bulan. Ibu melahirkan jam
06.30 WIB kala II 15 jam, jenis perslainan normal spontan, AS :
2-4, BB : 3500, PB : 50 cm, denyut nadi kurang dari 100x/menit, RR
: lambat / tidak teratur suhu 36,5 derajat Celsius, ketuban jernih,
letak kepala ditolong oleh bayic. Riwayat post natal
Nadi: 96 x/menitSuhu: 36,5oC
RR: lambat/ tidak teratur
Tidak ada infeksi tali pusatd. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular, menahun seperti DM, jantung, TBC, hipertensi dan
hepatitis
e. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi
Bayi setelah lahir di beri makanan pendamping ASI karena ASI
kurang, bayi di beri makanan pendamping ASI 15-30 cc tiap jam 2.
Pola eliminasi
BAK: 6-7 x/ hari warna jernihBAB: 2-3 x/menit konsisten
lembek
3. Pola istirahat
Bayi lebih banyak tidur sekitar 16 jam4. Pola aktifitas
Bayi lemahf. Riwayat psikososial
Ibu dan keluarga sangat senang dengan kehadiran bayinyaB. Data
Obyektif
1. Keadaan umum
Keadaan umum: lemah, tidak langsung menangis
Tanda-tanda vital
Suhu: 36,5oC
Nadi: 96 x/menit
Pernafasan: 40 x/menit / lambat tidak teratur2. Pemeriksaan
Fisik
Kepala: Caput succedaneum (-), chepal hematoma (-)
Muka : Warna merah mudaMata: Konjungtiva tidak pucat, tidak ada
perdarahan dan sclera tidak uterus
Hidung: Simetris atau tidak ada sekret, pernafasan cuping hidung
lemah
Mulut: Labioskisis (-) dan labios palatoskisis (-), reflek
menghisap (+)Dada: Simetris, gerak retraksi dada (-), tidak ada
massa, tidak ada ronchi, whezingAbdomen: Simetris, tidak ada
perdarahan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda infeksi
Genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora
Anus: Ada lubang anus, keluar mekonium
Ekstremitas atas : Simetris, jumlah jari tangan lengkap
Ekstremitas bawah : Simetris jumlah jari lengkap, polidaktil (-),
sindaktil (-)3. Pemeriksaan neorologis
a. Reflek moro / terkejut
Saat bayi diberi sentuhan mendadak khususnya dengan jari dan
tangan maka akan menimbulkan gerak terkejut
b. Reflek rooting atau mencari
Saat bayi disentuh dengan jari maka ia akan menolehkan kepalanya
mencari sentuhan
c. Reflek menghisap/ sucking reflek
Saat bayi diberi dot/ putting susu di mulutnya maka ia akan
berusaha menghisap
d. Reeflek menggenggam
Bayi tidak dapat menggenggam karena keadaan umum bayi lemahe.
Glabella reflek
(-)f. Gland reflek
(-)4. Pemeriksaan antropometri
BB
: 3500 gram
PB
: 51 cm
Lingkar kepala: 35 cm
LILA
: 12cm
5. Pemeriksaan penunjang
GDA: 104
II. Identifikasi Diagnosa dan MasalahDiagnosa: Bayi T Usia 1
hari dengan asfiksia
Ds:-Do: Suhu: 36,5oC
Nadi: 96 x/menit
Pernafasan: 40 x/menit
AS
: 4-6III. Antisipasi Masalah Potensial
Kematian
Apneu
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera Melakukan resusitasi
V. IntervensiDiagnosa
: Bayi T Usia 1 hari dengan asfiksiaTujuan
: Bayi tumbuh dan berkembang secara optimal dan tidak menderita
suatu penyakit apapun tanpa komplikasi
Kriteria hasil: KU: Baik
Bayi sehat
Suhu normal
Nadi normal
RR normal
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R/ Ibu dan keluarga lebih kooperatif
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ Mencegah terjadinya infeksi
3. Lakukan observasi TTV
R/ Untuk mendeteksi adanya kelainan lebih dini
4. Berikan dexamethason 1 ampul
R/ bayi segera dapat menangis
5. Berikan pernafasan buatan/ resusitasiR/ Agar bayi dapat
bernafas secara spontan
6. Lakukan message jantung
R/ Memacu kerja jantung
7. Kolaborasi dengan dokter
R/ Melakukan fungsi dependenVI. Implementasi1. Melakukan
pendekatan pada ibu dan keluarga
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3. Melakukan observasi TTV
4. Memberikan dexamithason 1 ampul
5. Memberikan pernafasan buatan/ resusitas
a. Menghangatkan bayib. Rangsangan tantis
c. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi
d. Pompa resusitasi di hubungkan dengan kateter trakea, kemudian
udara dengan oksigen di pompakan secara teratur dengan
memperhatikan gerakan-gerakan dinding toraks
6. Melakukan message jantung di kerjakan dengan melakukan
penekanan diatas tulang dada secara teratur 80-100x /menit.
Tindakan ini dilakukan berselingan dengan nafas buatan yaitu setiap
5 kali massage jantung diikuti dengan saatu kali pembuatan nafas
buatan7. Melakukan kolaborasi dengan dokter SP-A agar mendapatkan
penanganan yang lebih lanjutVII. Evaluasi
Tanggal : 11-06-007
Jam : 10.00 WIB
Dx: By Ny T usia 1 hari dengan asfiksia sedang
S
: -
O: Suhu: 36,5oC
Nadi: 96 x/menit
Pernafasan: 40 x/menitA:Bayi Ny T Usia 1 hari dengan asfiksia
sedang
P: Lanjutkan intervensi
- Observasi TTv
- Berikan dexamitason 1 ampul
- Kolaborasi dengan dokter
Catatan perkembangan
Tanggal : 12-06-007
Jam : 08.30 WIB
Dx: By Ny T usia 2 hari dengan asfiksia sedang
S: -
O: Keadaan umum: sedang
Suhu
: 36,5oC
Nadi
: 120 x/menit
Pernafasan: 80 x/menit
A: Bayi Ny T Usia 2 hari dengan asfiksia
P: Lanjutkan intervensi
- Observasi TTV
- Berikan dexamitason 1 ampul
- Kolaborasi dengan dokter
Tanggal : 1306-007
Jam : 12.00 WIB
Dx: By Ny T usia 3 hari dengan asfiksia
S
: -
O: Suhu: 36,5oC
Nadi: 120x/menit
Pernafasan: 80 x/menit
A: Bayi Ny T Usia 3 hari dengan asfiksia P: - Bayi boleh
pulang
- Kontrol 1 minggu lagiBAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kasus yang diambil oleh penulis tidak banyak terdapat
kesenjangan dengan teori. Penulis melakukan asuhan kebidanan pada
bayi Ny. T di ruang neonatur RSUD sidoarjo tanggal 10-06-2007
dengan asfiksia. Penulis memberikan asuhankebidanan dengan
memperhatikan setiap gejala dan keluhan yang terjadi secar optimal,
sehingga diharapkan tidak terjadi masalah lain yang lebih parah.
Dari kasus ini telah ditemukan. Pengkajian data
Pada pengkajian data baik pada tinjauan pustaka maupun kasus
tidak ditemukan kesenjangan Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Pada identifikasi diagnosa dan masalah baik pada tinjauan
pustaka maupun kasus tidak ditemukan kesenjangan
Antisipasi masalah potensial
Pada antisipasi masalah potensial baik pada tinjauan pustaka
maupun kasus tidak ditemukan kesenjangan
Identifikasi kebutuhan segera
Pada identifikasi kebutuhan segera baik pada tinjauan pustaka
maupun kasus tidak ditemukan kesenjangan
Intervensi
Pada tinjauan pustaka maupun kasus tidak ditemukan kesenjangan
karena dilakukan sesungguhnya.
I. Implementasi
Pada tinjauan teori tidak dijelaskan tetapi pada tinjauan kasus
dijelaskanJ. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses asuhan kebidananBAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan pembuatan asuhan kebidanan pada bayi dengan sfiksia
neonatus di RSUD Sidoarjo maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam melakukan suatu asuhan kebidanan sangat diperlukan
pengetahuan, keterampilan dan ketelitian sebagai seorang bidan
dalam melakukan pengkajian kasus sehingga didapatkan data subyektif
dan obyektif yang akurat.5.2 Saran
Diharapkan masyarakat ikut serta dalam pemantasuan BBL agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Serta meningkatkan
pengetahuan tentang masalah kesehatan melalui tugas
kesehatan.DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obtetri. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta.
YBP-SP
Syaifuddin, Abdul Hari, 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI Ny T USIA 1 HARI DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RUANG NEONATUS RSUD SIDOARJO
OLEH
TRIAS ANDRIYANI
05.04.44
AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2007PAGE 30