Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Nanny, 2010. Hal 102). Asfiksia neonatorum akan terjadi apabila saat lahir bayi mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O 2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persedian O 2 dan dalam menghilangkan CO 2 . Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu atau kelainan pada ibu saat kehamilan. (Wiknjosastro, H. Hal 109 ) Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia (World Health Organization) bahwa setiap tahunnya, kira-kira 1
43

Makalah Kasus Asfiksia Sedang

Mar 08, 2023

Download

Documents

Gayeta Febiola
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru

lahir  yang mengalami gagal bernapas secara spontan

dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak

dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan

zat asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami

asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat

hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,

kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi

kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan

(Nanny, 2010. Hal 102).

Asfiksia neonatorum akan terjadi apabila saat lahir

bayi mengalami gangguan pertukaran gas dan transport

O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam

persedian O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini

dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu

atau kelainan pada ibu saat kehamilan. (Wiknjosastro,

H. Hal 109 )

Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia

(World Health Organization) bahwa setiap tahunnya, kira-kira

1

Page 2: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami

asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian

meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian

bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia

dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL

yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia

adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia

(27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain

dan kelainan kongenital (JNPK-KR 2008 hal.143).

Di Indonesia angka kematian neonatal sebesar 25 per

1000 kelahiran hidup. Dan hasil Survey Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 penyebab

utama kematian neonatal dini adalah Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) sebanyak (35%), Asfiksia (33,6%), dan

Tetanus (31,4%). Angka tersebut cukup memberikan

kontribusi yang cukup besar terhadap morbiditas dan

mortalitas bayi baru lahir.

([email protected]).

Menurut data Depkes tahun 2010, penyebab langsung

kematian bayi disebabkan BBLR (28%), asfiksia (12%),

tetanus (10%), masalah pemberian makanan (10%),

infeksi (6%), gangguan hematologik (5%) dan lain-lain

(27%). (cetak.kompas.com)

2

Page 3: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

Berbagai upaya yang aman dan efektif  untuk mencegah

dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir

adalah pelayanan antenatal berkualitas, asuhan

persalinan normal,  dan pelayanan kesehatan neonatal

oleh tenaga profesional. Untuk menurunkan kematian

BBL  karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan

keterampilan  manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.

Kemampuan dan keterampilan ini di gunakan setiap kali

menolong persalinan.

Sehubungan dengan masih tingginya kejadian asfiksia

yang ditemukan serta besarnya resiko yang ditimbulkan

sehingga penulis termotivasi untuk membahas tentang

asfiksia sedang.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Memberikan Asuhan Kebidanan kepada bayi dengan

asfiksia.

b. Mampu memberikan asuhan kebidanan secara

menyeluruh kepada bayi dengan asfiksia dengan

manajemen Varney dan pendokumentasian dengan

metode SOAP.

2. Tujuan Khusus

3

Page 4: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

a. Mampu melakukan pengkajian pada bayi Ny.W dengan

asfiksia   sedang.

b. Mampu melakukan interprestasi data dasar untuk

menentukan diagnosa, masalah dan kebutuhan pada

bayi Ny.W dengan asfiksia   sedang.

c. Mampu membuat rencana asuhan secara menyeluruh

secara tepat dan rasional pada bayi Ny.W dengan

asfiksia ringan.

4

Page 5: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. BAYI BARU LAHIR

1. Definisi

a. Saifuddin, (2002)

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama

satu jam pertama kelahiran.

b. Menurut Donna L. Wong, (2003)

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia

4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi

38 – 42 minggu.

c. Menurut Dep. Kes. RI, (2005)

5

Page 6: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu

dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

d. Menurut M. Sholeh Kosim, (2007)

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara

2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung

menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat

bawaan) yang berat.

2. Masa bayi baru lahir (Neonatal) dibagi menjadi 2

bagian, yaitu :

a. Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat

kelahiran sampai 15 dan 30 menit setelah

kelahiran.

b. Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan

pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu

kedua dari kehidiupan pascamatur.

3. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir

a. Berat badan 2500 – 4000 gram

b. Panjang badan 48 – 52 cm

c. Lingkar dada 30 – 38 cm

d. Lingkar kepala 33 – 35 cm

e. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit

6

Page 7: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

f. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit

g. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan

sub kutan cukup

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala

biasanya telah sempurna

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genitalia

1).Perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora

2).Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah

ada

k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan

baik

l. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan

sudah baik

m. Reflek graps atau menggenggan sudah baik

n. 1Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan

4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada

Bayi Baru Lahir

a. Peredaran darah

Terjadinya penutupan foramen ovale pada atrium dan

penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-

7

Page 8: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

paru dengan aorta akibat perubahan tekanan pada

seluruh sistem pembuluh darah pada saat tali pusat

dipotong dan pernafasan pertama.

b. Pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu

tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan

adanya perubahan suhu lingkungan. Pada lingkungan

dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil

merupakan hasil penggunaan lemak cokelat untuk

memproduksi panas.Lemak coklat akan habis dalam

waktu singkat dengan adanya stress dingin. 

c. Metabolisme glukosa

Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan

turun dalam waktu cepat (1 s/d 2 jam). Koreksi

dapat dilakukan dengan cara:

1).Melalui penggunaan ASI.

2).Melalui penggunaan cadangan glikogen.

3).Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain

terutama lemak.

d. Perubahan gastrointestinal

Setelah lahir, bayi cukup bulan akan mulai

menghisap dan menelan. Namun hubungan bagian bawah

esophagus dan lambung belum sempurna sehingga

8

Page 9: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

menyebabkan gumoh. Kapasitas lambung sangat

sedikit dan sangat terbatas, kurang dari 30 cc

untuk bayi cukup bulan.Kapasitas lambung ini akan

bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya

bayi.  

e. Perubahan kekebalan tubuh

Sistem Imunitas belum matang sehingga menyebabkan

bayi baru lahir rentan terhadap berbagai infeksi

dan alergi. Kekebalan alami yang terdapat pada

tubuh bayi baru lahir antara lain :

1).Perlindungan oleh kulit membrane mukosa.

2).Fungsi saringan saluran nafas.

3).Pembentukan koloni mikroba oleh lingkungan asam

lambung, juga sel darah merah membantu membunuh

mikroorganisme asing namun pada bayi baru lahir

system ini belum matang sehingga belum mampu

melokalisasi dan memerangi infeksi.

5. Penanganan Segera Bayi Baru Lahir

Menurut JNPK – KR / POGI, APN, (2007) penanganan

segera aman dan bersih untuk bayi baru lahir adalah :

a. Pencegahan Infeksi

9

Page 10: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

1).Cuci tangan dengan saksama sebelum dan sesudah

bersentuhan bayi

2).Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani

bayi yang belum dimandikan

b. Melakukan Penilaian

1).Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa

kesulitan

2).Apakah bayi bergerak aktif

c. Pencegahan Kehilangan Panas (Mekanisme Kehilangan Panas)

1).Evaporasi, Penguapan cairan ketuban pada

permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri

karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera

dikeringkan.

2).Konduksi, Kehilangan panas tubuh melalui kontak

langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang

dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang

temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan

menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan

di atas benda – benda tersebut

3).Konveksi, Kehilangan panas tubuh terjadi saat

bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin,

co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara

dari kipas angin, hembusan udara melalui

ventilasi, atau pendingin ruangan.

10

Page 11: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

4).Radiasi, Kehilangan panas yang terjadi karena

bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang

mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu

tubuh bayi, karena benda – benda tersebut

menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun

tidak bersentuhan secara langsung).

d. Membebaskan Jalan Nafas nafas

Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan

menangis spontan segera setelah lahir, apabila

bayi tidak langsung menangis, penolong segera

membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai

berikut :

1).Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat

yang keras dan hangat.

2).Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu

sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak

menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit

tengadah ke belakang.

3).Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan

bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa

steril.

4).Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali

atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan

kasar.

11

Page 12: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

5).Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat

penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen

dengan selangnya harus sudah ditempat

6).Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

7).Memantau dan mencatat usaha bernapas yang

pertama (Apgar Score)

8).Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam

hidung atau mulut harus diperhatikan.

e. Merawat tali pusat

1).Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu

dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik

tali pusat pada puntung tali pusat.

2).Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung

tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk

membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.

3).Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi

tingkat tinggi

4).Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut

dengan handuk atau kain bersih dan kering.

5).Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat

bayi dengan menggunakan benang disinfeksi

tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat

(disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan

12

Page 13: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem

tali pusat tertentu.

6).Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan

benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan

pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian

tali pusat pada sisi yang berlawanan.

7).Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan

di dalam larutan klonin 0,5%

8).Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan

kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi

tertutup dengan baik. (Dep. Kes. RI, 2002)

f. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap

suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari

luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru

lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi

merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur

yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil.

Suhu bayi harus dicatat (Prawiroharjo, 2010).

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur

tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat

kedinginan jika kehilangan panas tidak segera

dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas

(hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau

13

Page 14: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau

tidak diselimuti mungkin akan mengalami

hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang

relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir

rendah sangat rentan terhadap terjadinya

hipotermia.

Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu

dengan :

1).Keringkan bayi secara seksama

2).Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih,

kering dan hangat

3).Tutup bagian kepala bayi

4).Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan

bayinya

5).Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan

pakaian

6).Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep.

Kes. RI, 2002)

g. Pencegahan infeksi

1).Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena

defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal

14

Page 15: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per

oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi

beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral

dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.

2).Memberikan obat tetes atau salep mata

Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia

(penyakit menular seksual) perlu diberikan obat

mata pada jam pertama persalinan, yaitu

pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau

tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya

diberikan 5 jam setelah bayi lahir. Perawatan

mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat

dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan

tali pusat (Prawirohardjo, 2012)

h. Identifikasi bayi

1).Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi

bayi perlu di pasang segera pasca persalinan.

Alat pengenal yang efektif harus diberikan

kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus

tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.

2).Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus

selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di

kamar bersalin dan di ruang rawat bayi

15

Page 16: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

3).Alat yang digunakan, hendaknya kebal air,

dengan tepi yang halus tidak mudah melukai,

tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas

4).Pada alat atau gelang identifikasi harus

tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal lahir,

nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap

ibu

5).Di setiap tempat tidur harus diberi tanda

dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor

identifikasi. (Saifudin,, 2002)

B. ASFIKSIA

1. Definisi

a. Saifuddin, 2002, hal 347

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif,

penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini

berlangsung jauh dapat mengakibatkan kerusakan

otak atau kematian

b. Sarwono, 2007, hal 709

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi

tidak dapat segera bernafas secara spontan dan

teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh

16

Page 17: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini

berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul

dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah

bayi lahir.

c. JNPK-KR, 2008, hal 144

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas

secara spontan dan teratur setelah lahir.

Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat

janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.

Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu,

tali pusat atau masalah pada bayi selama atau

sesudah persalinan.

d. Jitowiyono, Sugeng, 2010, hal 71

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir

tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur

segera setelah lahir.

e. Manuaba, I. B. G, 2010 cetakan ke II, hal 421

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak menangis

setelah lahir yang tidak dapat bernafas spontan

dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan

makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat

buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan

tindakan perawatan terhadap bayi asfiksia adalah

17

Page 18: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang

sebagian besar terjadi pada waktu persalinan. 

2. Etiologi

Hipoksia janin yang dapat menyebabkan

asfiksia  neonatorum terjadi karena gangguan

pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin

sehingga terjadi gangguan dalam persediaan O2 dan

dalam menghilangkan CO2. Gangguan Ini dapat

berlangsung secara menahun akibat kondisi atau

kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara

mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam

persalinan. (Wiknjosastro, 2010, hal.709).

Hipoksia janin dapat merupakan akibat dari :

a. Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat

hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung

sianosis gagal pernafasan, atau keracunan

karbonmonoksida

b. Tekanan darah ibu yang rendah akibat hipotensi,

yang dapat merupakan komplikasi anestesi spinal

atau akibat kompresi vena cava dan aorta pada

uterus gravid

c. Relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian

plasenta akibat adanya tetani uterus, yang

18

Page 19: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

disebabkan oleh pemberian oksitosin berlebih-

lebihan

d. Pemisahan plasenta prematur

e. Sirkulasi darah melalui tali pusat terhalang

akibat adanya kompresi atau pembentukan simpul

pada tali pusat

f. Vasokonstriksi pembuluh darah oleh kokain

g. Insufisiensi plasenta karena berbagai sebab,

termasuk toksemia dan pasca maturitas. (Nelson,

2000, hal 581)

3. Patofisiologi

Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu,

janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia

jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan

biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada

kejadian asfiksia.

Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah,

timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga

DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat. Jika

kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus

tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini

rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ

19

Page 20: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan

menghilang.

Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan

bila kita periksa kemudian terdapat banyak air

ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat

dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli

tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut,

gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai

menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang

secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode

apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan

pernafasan yang dalam, denyut jantung terus

menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan

bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin

lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu

sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung,

tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus

menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap

rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya

pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi

jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan

pemberian tidak dimulai segera. (Aziz, 2010)

4. Tanda Gejala Serta Diagnosa

20

Page 21: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

a. Asfiksia ringan

1).Takipnea dengan napas >60x/menit

2).Bayi tampak sianosis

3).Adanya retraksi sela iga

4).Bayi merintih

5).Adanya pernapasan cuping hidung

6).Bayi kurang aktif

7).Dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil

ronchi, rales, dan wheezing positif

b. Asfiksia sedang

1).Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali

permenit.

2).Usaha napas lambat

3).Adanya pernapasan cuping hidung

4).Adanya retraksi sela iga

5).Tonus otot dalam keadaan baik/lemah

6).Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan

yang diberikan namun tampak lemah

7).Bayi tampak sianosis

8).Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna

selama proses persalinan

c. Asfiksia berat

1).Frekuensi jantung kecil, yaitu <40x/menit

2).Tidak ada usaha na Adanya retraksi sela igaas

21

Page 22: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

3).Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada

4).Bayi tidak dapit memberikan reaksi jika diberi

rangsangan

5).Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu

6).Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut

sebelum atau sesudah persalinan.

5. Klasifikasi

a. Asfiksia Ringan

Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak

memerlukan tindakan istimewa.

b. Asfiksia Sedang

Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan

terlihat frekuensi detak jantung lebih dari

100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,

sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

c. Asfiksia Berat

Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus

otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang

pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada

22

Page 23: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi

jantung  fetus menghilang tidak lebih dari 10

menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung

menghilang post partum  pemeriksaan fisik sama

asfiksia berat (Kamarullah, 2005).

Cara menilai tingkatan APGAR score menurut Utomo

(2006) adalah dengan :

1). Menghitung frekuensi jantung.

2). Melihat usaha bernafas.

3). Menilai tonus otot.

4). Menilai reflek rangsangan.

5). Memperlihatkan warna kulit.

Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan

tingkat derajat asfiksia yang dialami bayi:

Tanda tanda

vitalNilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Appearance(warnakulit)

Seluruhtubuhbiruatauputih

TubuhkemerahanEkstermitas biru

Seluruh tubuhkemerah-merahan

Pulse(Frekuensijantung)

Tidakada

< 100 x/menit > 100 x/ menit

Grimance(reflek) Tidak

adaMenyeringai

Batuk/Bersin/Menangis

23

Page 24: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

Activity(tonus otot)

TidakAdaGerakan

Fleksiekstremitas(Lemah)

Fleksi kuat,gerak aktif

Respiration(pernapasan)

Tidakada

Lambatatau tidakteratur(Merintih)

Menangis kuatatau keras

Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-

1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit  masih

kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit

sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk

menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir

dan  menentukan prognosis, bukan untuk memulai

resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik

setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1

menit seperti penilaian skor Apgar) Sumber :

Utomo, (2006).

6. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru LahirAspek yang sangat penting dari resusitasi bayi

baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan

yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan

tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien

akan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan

24

Page 25: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan

lanjutan.

Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata

ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :

a. Penafasan

b. Denyut jantung

c. Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan

memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai

jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan

menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau

pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar

pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi

dengan tekanan positif (VTP).

7. Penatalaksanaan Medis

Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi

sesuai tingkatan asfiksia, antara lain :

a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)

1).Bayi dibungkus dengan kain hangat

2).Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir

pada hidung kemudian mulut.

3).Bersihkan badan dan tali pusat.

4).Lakukan observasi tanda vital dan apgar score

dan masukan ke dalam inkubator.

25

Page 26: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)

1).Bersihkan jalan napas.

2).Berikan oksigen 2 liter per menit.

3).Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki

apabila belum ada reaksi,bantu pernapasan dengan

melalui masker (ambubag).

4).Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih

sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%sebanyak

6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan

melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan,

untuk mencegah tekanan intra kranial meningkat.

c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)

1).Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui

lambubag.

2).Berikan oksigen 4-5 liter per menit.

3).Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal

Tube).

4).Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal

Tube).

5).Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih

sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%

sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.

8. Penatalaksanaan Asfiksia

a. Langkah awal

26

Page 27: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

1). Mencegah kehilangan panas, termasuk

menyiapkan tempat yang kering dan hangat untuk

melakukan pertolongan.

2). Memposisikan bayi dengan baik, (kepala

bayi setengah tengadah/sedikit ekstensi atau

mengganjal bahu bayi dengan kain)

3). Bersihkan jalan nafas dengan alat

penghisap yang tersedia Bersihkan jalan nafas

dengan ketentuan sebagai berikut :

a).Bila air ketuban jernih (tidak bercampur

mekonium), hisap lendir pada mulut baru pada

hidung.

b).Bila air ketuban bercampur dengan mekonium,

mulai mengisap lendir setelah kepala lahir

(berhenti seberi tar untuk menghisap lendir

di mulut dan hidung). Bila bayi menangis,

nafas teratur, lakukan asuhan bayi barn

lahir normal. Bila bayi mengalami depresi,

tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk

membersihkan jalan nafas dengan jalan

membuka mulut lebar-lebar dan menghisap

lendir lebih dalam secara hati-hati.

c).Menilai bayi dengan melihat usaha nafas,

denyut jari tung dan warna kulit kemerahan,

27

Page 28: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila

bayi tidak menangis atau megap-megap, warna

kulit biru atau pucat denyut jari tung

kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah

resusitasi.

b. Langkah resusitasi

1). Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat

resusitasi (baton resusitasi dan sungkup muka)

telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test

untuk baton dan sungkup muka)

2). Cuci tangan dan gunakan sarung tangan

sebelum memegang atau memeriksa bayi

3). Selimuti bayi dengan kain yang kering dan

hangat kecuali muka dan dada bagian atas,

kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang

hangat.

4). Periksa ulang posisi bayi dan pastikan

kepala berada dalam posisi tengadah

5). Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung

dan mulut sehingga terbentuk

6). semacam tautan sungkup dan wajah.

7). Tentukan balon resusitasi dengan dua jari

atau dengan semua jari tangan (tergantung pada

ukuran balon resusitasi)

28

Page 29: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

8). Lakukan pengujian pertautan dengan

melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan

periksa gerakan dinding dada

9). Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan

dinding dada mengembang maka lakukan ventilasi

dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau

tersedia oksigen guna udara ruangan)

10). Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40

kali per 60 detik, dengan tekanan yang tepat

sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama

ventilasi

11). Bila dinding dada tidak naik-turun dengan

baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat.

12). Bila dinding dada tidak naik, periksa

ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi

kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang

Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60

detik kemudian lakukan penilaian segera tentang

upaya bernafas spontan dan warna kulit:

a). Bila frekwensi nafas normal (30-60

x/menit), hentikan ventilasi, lakukan kontak

kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi

barn lahir (menjaga bayi tetap hangat, mulai

29

Page 30: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

memberikan ASI dm1 dan mencegah infeksi dan

imunisasi)

b). Bila bayi belum bernafas spontan ulangi

lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60

detik kemudian lakukan penilaian ulang.

c). Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60

x/menit) hentikan ventilasi lakukan kontak

kulit it lakukan asuhan normal bayi barn

lahir.

d). Bila bayi bernafas, tetapi terlihat

retraksi dinding dada, lakukan ventilasi

dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)

e). Bila bayi tidak bernafas, megap-megap,

teruskan bantuan pernafasan dengan

ventilasi.

f). Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan

menilai usaha bernafas denyut jari tung dan

warna kulit

g). Jika bayi tidak bernafas secara teratur

setelah ventilasi 2-3 menit, rujuk ke

fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko

tinggi.

h). Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak

ada perbaikan frekwensi denyut jari tung

30

Page 31: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

bayi setelah ventilasi selama 20 menit,

hentikan ventilasi, bayi dinyatakan

meninggal (jelaskan kepada keluarga bahwa

upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan

emosional pada keluarga.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada tanggal 23 Juli 2010 pukul 15.10 Ny. W

didampingi suamianya melahirkan bayi ke-2nya di Rumah

Sakit Ibu dan Anak Kasih Bunda. Data subjektif yang

diperoleh dari klien, klien bernama Ny. W umur 24 tahun,

suku/bangsa Indonesia, Agama Islam, pendidikan terakhir

31

Page 32: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

SMA, sebagai ibu Rumah Tangga, dan beralamat di desa Suka

Senang. Sedangkan suaminya benama Tn. A umur 28 tahun,

suku/bangsa Indonesia, Agama Islam, pendidikan terakhir

SMA, bekerja sebagai karyawan swasta, dan beralamat di

desa Suka Senang. Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit

selama kehamilan dan tidak mempunyai kebiasaan seperti

mengkonsumsi jamu/obat obatan ataupun merokok.

Pada data objektif yang diperoleh yaitu jenis

persalinan normal dengan ketuban pecah spontan berwarna

hijau dengan jumlah ± 1000cc, tidak ada komplikasi selama

persalinan, keadaan bayi waktu lahir tidak menangis,

warna kulit kebiruan, frekuensi jantung 80x/menit, reflek

lemah, tonus otot lemah dan pernapasan lambat. a/s 5.

Pada saat pemeriksaan fisik didapatkan keadaan bayi

sedang dengan suhu 36,0oc, nadi 138x/menit, BB 3200gr dan

panjang badan 50cm. sedangkan pada pemeriksaan fisik

secara sistematis didapatkan hasil kepala tidak ada cepal

hematoma dan caput, ubun ubun tidak ada cekungan dan

benjolan, muka tidak ada kelainan, mata simetris dan

tidak ada perdarahan kornea dan strabismus, telinga

normal dan lekukan terlihat jelas, mulut normal tidak ada

labioskizis, palatoskizis dan gnatoskizis, namun bibir

tampak sianosis, hidung normal terdapat sekret dan

terdapat pernapasan cuping hidung, leher tidak terdapat

32

Page 33: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

pembesaran kelenjar getah bening, dada terdapat retraksi,

tali pusat normal tidak ada infeksi ataupun perdarahan,

punggung tidak terdapat spina bifida, ekstremitas tampak

sianosis, genitalia normal dengan labia mayor menutupi

labia minor, anus normal dengan mekonium sudah keluar.

Reflex lemah. Lingkar kepala DMO 31cm, DFO 30cm, SOB

31cm, Lingkar dada 32cm, dan Lingkar lengan atas 8cm.

Dari hasil pemeriksaan diatas dapat disimpulkan

bahwa diagnosa bayi Ny.W adalah bayi lahir cukup bulan

sesuai masa kehamilan 39 minggu 5 hari dengan asfiksia

sedang. Dan masalah potensialnya adalah asfiksia berat.

Maka asuhan yang diberikan pada bayi Ny.W adalah

penatalaksanaan resusitasi pada asfiksia sedang yaitu

dengan langkah awal mencegah kehilangan panas dengan bayi

terbungkus menggunakan kain bersih dan kering, termasuk

menyiapkan tempat yang kering dan hangat untuk melakukan

pertolongan, memposisikan bayi dengan baik (kepala bayi

setengah tengadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu

bayi dengan kain), dan bersihkan jalan nafas dengan alat

penghisap yang tersedia, selanjutnya langkah resusitasi

pada asfiksia sedang yaitu rangsang pernapasan dengan

menepuk telapak kaki apabila belum ada reaksi, bantu

pernapasan dengan ambubag, bila bayi bernafas, tetapi

terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan

33

Page 34: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

menggunakan O2 2liter/menit, dan bila bayi sudah mulai

bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat

7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan

melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk

mencegah tekanan intra kranial meningkat.

Setelah dilakukannya tindakan diatas, lakukan

penilaian apgar skor yang ke 2. Dan hasil yang didapat

bayi menangis kuat, frekuensi jantung 98x/menit,

pernapasan 37x/menit, warna kulit kemerahan dan tonus

otos masih tampak lemah. a/s 7. Dengan apgar skor 7 maka

bayi Ny.W didiagnosa asfiksia ringan, bayi dianggap

sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari tinjauan kasus yang telah dibahas di atas tidak

ditemukan perbedaan antara teori dengan kasus bayi Ny. W.

34

Page 35: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

Diagnosa asfiksia sedang yang diberikan kepada bayi Ny.W

ditegakkan atas dasar kesamaan teori tentang asfiksia

sedang dengan hasil pemeriksaan terhadap bayi Ny.W yang

telah dipaparkan dalam teori sebelumnya, yaitu :

No

.Kasus Teori

1 Pukul 15.10 WIB bayi

lahir spontan tidak

menangis

Asfiksia adalah keadaan bayi

tidak menangis setelah lahir

yang tidak dapat bernafas

spontan dan teratur, sehingga

dapat menurunkan O2 dan makin

meningkatkan CO2 yang

menimbulkan akibat buruk

dalam kehidupan lebih lanjut.

(Manuaba, I. B. G, 2010

cetakan ke II, hal 421)2 a. Keadaan bayi waktu

lahir tidak

menangis, warna

kulit kebiruan,

frekuensi jantung

80x/menit, reflek

lemah, tonus otot

lemah dan

Tanda gejala Asfiksia Sedang

(Skor APGAR 0-3)

1. Frekuensi jantung menurun

menjadi 60-80 kali

permenit.

2. Usaha napas lambat

3. Adanya pernapasan cuping

hidung

35

Page 36: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

pernapasan lambat.

a/s 5.

b. Pada pemeriksaan

fisik

1). Bibi

r tampak

sianosis

2). Hidu

ng terdapat

sekret dan

terdapat

pernapasan

cuping hidung

3). Dada

terdapat

retraksi

4). Ekst

remitas tampak

sianosis

5). Refl

ex lemah

4. Adanya retraksi sela iga

5. Tonus otot dalam keadaan

baik/lemah

6. Bayi masih bisa bereaksi

terhadap rangsangan yang

diberikan namun tampak

lemah

7. Bayi tampak sianosis

8. Tidak terjadi kekurangn

oksigen yang bermakna

selama proses persalinan

(Dewi, 2011)

3 Penatalaksanaan

resusitasi pada

Langkah awal penatalaksanaan

Asfiksia :

36

Page 37: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

asfiksia sedang yaitu

dengan langkah awal

mencegah kehilangan

panas dengan bayi

terbungkus

menggunakan kain

bersih dan kering,

termasuk menyiapkan

tempat yang kering

dan hangat untuk

melakukan

pertolongan,

memposisikan bayi

dengan baik (kepala

bayi setengah

tengadah/sedikit

ekstensi atau

mengganjal bahu bayi

dengan kain), dan

bersihkan jalan nafas

dengan alat penghisap

yang tersedia,

selanjutnya langkah

resusitasi pada

1). Mencegah kehilangan

panas, termasuk menyiapkan

tempat yang kering dan

hangat untuk melakukan

pertolongan.

2). Memposisikan bayi dengan

baik, (kepala bayi setengah

tengadah/sedikit ekstensi

atau mengganjal bahu bayi

dengan kain)

3). Bersihkan jalan nafas

dengan alat penghisap yang

tersedia Bersihkan jalan

nafas

Asfiksia sedang (Apgar score

4-6)

1). Bersihkan jalan napas.

2). Berikan oksigen 2 liter

per menit.

3). Rangsang pernapasan

dengan menepuk telapak kaki

apabila belum ada

reaksi,bantu pernapasan

dengan melalui masker

37

Page 38: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

asfiksia sedang yaitu

rangsang pernapasan

dengan menepuk

telapak kaki apabila

belum ada reaksi,

bantu pernapasan

dengan ambubag, bila

bayi bernafas, tetapi

terlihat retraksi

dinding dada, lakukan

ventilasi dengan

menggunakan oksigen

2liter/menit, dan

bila bayi sudah mulai

bernapas tetapi masih

sianosis berikan

natrium bikarbonat

7,5%sebanyak 6cc.

Dextrosa 40% sebanyak

4cc disuntikan

melalui vena

umbilikus secara

perlahan-lahan, untuk

mencegah tekanan

(ambubag).

4). Bila bayi sudah mulai

bernapas tetapi masih

sianosis berikan natrium

bikarbonat 7,5%sebanyak

6cc. Dextrosa 40% sebanyak

4cc disuntikan melalui vena

umbilikus secara perlahan-

lahan, untuk mencegah

tekanan intra kranial

meningkat.

38

Page 39: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

intra kranial

meningkat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

39

Page 40: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

Asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran antara

O2 dan CO2, adapun gangguan tersebut dapat terjadi

selama prenatal, intranatal dan postnatal. Diagnosis

asfiksia tidak hanya dlihat dari pengkajian fisik dan

pemeriksaan penunjang, namun riwayat selama prenatal,

intranatal dan postnatal pun perlu dikaji. Untuk

perawatan pada bayi dengan asfiksia perlu ditingkatkan

karena bayi dengan asfiksia akan mengalami penurunan

fungsi organ karena hipoksemia, apalagi kondisi

tersebut dipengaruhi juga bahwa bayi masih dalam tahap

adaptasi terhadap kehidupan ekstrauterin yang tentunya

organ – organnya pun masih belum berfungsi maksimal.

Asfiksia diklasikfikasikan menjadi 3 yaitu asfiksia

ringan, asfiksia sedang, dan asfiksia berat. Dari

masing masing klasifikasi mempunyai tanda dan gejala

yang berbeda, namun kita juga dapat menentukan

klasifikasinya berdasarkan apgar skor.

Kasus asfiksia harus ditangani dengan cepat dan

tepat karena memberi dampak yang sangat buruk terhadap

kelangsungan hidup bayi, yang dapat dilakukan dengan

cara heart massage atau menekan dan melepas dada bayi

dan resusitasi terhadap asfiksia berat serta pemberian

O2 secara hati-hati.

40

Page 41: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

Dari kasus dapat disimpulkan bahwa bayi Ny. W

didiagnosa asfiksia dengan klasifikasi asfiksia sedang

yang didasari dari tanda dan gelaja yang terdapat pada

bayi serta skor apgar yang didapatkan serta

penyebabnya yaitu ketuban yang bercampur mekonium.

Maka dari itu dibutuhkan tindakan segera untuk

menangani bayi Ny. W yaitu dengan tindakan resusitasi

untuk meningkatkan skor apgar. Apabila tidak segera

dilakukan tindakan terhadap bayi Ny. W maka akan

menyebabkan masalah potensial atau masalah yang lebih

buruk lagi bagi kondisi bayi yaitu asfiksia berat.

B. Saran

1. Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat lebih memperdalam teori

atau bahasan mengenai asfiksia neonatorum, agar

nantinya dapat dengan mudah memberi asuhan dan

melakukan penatalaksanaan terhadap kasus bayi dengan

asfiksia di lahan praktek.

2. Bidan/Tenanga Kesehatan

Dalam penanganan kasus asfiksia perlunya bidan dapat

mengenal tanda-tanda atau gejala asfiksia sedini

mungkin dengan observasi yang lebih jelas pada

tanda-tanda vital agar dapat mengantisipasi

41

Page 42: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

kemungkinan yang terjadi pada ibu dan janin sebelum

ibu melahirkan.

3. Klien

Bagi ibu hamil agar memeriksakan dirinya secara dini

dan teraturuntuk mendeteksi adanya gangguan dalam

kehamilan sehingga petugas dapat melakukan tindakan

yang tepat.

4. Institusi

Bagi institusi pendidikan khusunya institusi

pendidikan kesehatan di harapkan dapat meningkatkan

mutu dan sarana pendidikan agar mendpatkan tenaga

kesehatan yang berkualitas dan professional.

5. Pemerintah

Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam pelayanan

kesehatan masyarakat di harapkan dapat menyediakan

fasilitas pelayanan kesehatan yang merata yang dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat di pelosok

misalnya penyediaan bidan desa

Daftar Pustaka

42

Page 43: Makalah Kasus Asfiksia Sedang

Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta

Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.

Jakarta: Salemba Medika

Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. 2011. Angka Kematian Bayi. Jakarta:

Pusdiknakes

Rahayu, Sri Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan neonatus.

Jakarta: Salemba Medika

Sarwono Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC

43