REFLEKSI KASUS BAYI PRETERM + SMK + GANGGUAN NAPAS + SEPSIS NEONATORUM OLEH: NAMA : MUH. FURQON FAHLULY NO. STAMBUK : G 501 08 049 PEMBIMBING : dr. KARTIN AKUNE, Sp. A DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK – RSUD UNDATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
REFLEKSI KASUS
BAYI PRETERM + SMK + GANGGUAN NAPAS
+ SEPSIS NEONATORUM
OLEH:
NAMA : MUH. FURQON FAHLULY
NO. STAMBUK : G 501 08 049
PEMBIMBING : dr. KARTIN AKUNE, Sp. A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK – RSUD UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
JULI 2013
PENDAHULUAN
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan
sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. (1,2).
Prematuritas dibedakan atas dua yaitu prematuritas murni dan bayi dismatur.
Prematuritas murni merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan
masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan
1800 -2000 gram. Sedangkan bayi dismatur merupakan bayi dengan berat badan lahir
tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah sembilan bulan dengan
berat badan tidak mencapai 2500 gram(2,3,4).
Gangguan nafas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penting
sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa
neonatus. Di Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2010,
sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan saluran nafas. Gangguan
napas dapat disebabkan oleh kelainan paru seperti pnemonia, kelainan jantung yaitu
penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium, kelainan susunan saraf pusat akibat
yaitu asfiksia, perdarahan otak, kelainan metabolik yaitu hipoglikemia, asidosis
metabolik, hernia diafragmatika, dan kelainan lain seperti Sindrom Aspirasi
Mekonium, “Transient tachypnea of the Newborn “ dan Penyakit Membran Hialin (5,6).
Sepsis adalah sindrom klinis dari penyakit sistemik, satu bulan pertama
kelahiran yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa. Peningkatan
kejadian secara dramatis sampai mencapai 300 dari 1000 kelahiran bayi hidup adalah
pada bayi dengan berat badan lahir rendah, toksemia, fetal distres, aspirasi
mekonium, ibu dengan infeksi traktus urinarius atau endometrium, kebanyakan pada
ibu dengan demam singkat selama partus.
Berikut ini akan dibahas refleksi kasus mengenai bayi prematur + SMK +
gangguan nafas + sepsis neonatorum, pada bayi yang dirawat di ruangan Perinatologi
Rumah Sakit Umum Daerah UNDATA Palu Sulawesi Tengah.
2
KASUS
IDENTITAS
Nama : By. Ny. IRA
Tanggal Lahir : 17 April 2013
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
ANAMNESIS
Seorang bayi laki-laki masuk rumah sakit rujukan dari RSUD Pemerintah
Kabupaten Mamuju Utara, umur 4 jam, berat badan 1850 gram, panjang badan 49
cm, masuk rumah sakit tanggal 17 April 2013 jam 18.30 WITA dengan sesak napas.
Bayi laki-laki lahir di Puskesmas secara spontan dengan bantuan bidan. Saat
dilahirkan, bayi tidak langsung menangis dan beberapa saat kemudian bayi
mengalami sesak nafas, merintih dan sianosis sehingga segera dibawa ke rumah
sakit.
Ketuban berwarna putih keruh dan APGAR Score 4-6. Usia kehamilan belum
cukup bulan (prematur), Riwayat penyakit yang diderita ibu(-) dan riwayat konsumsi
obat-obatan (-). Ibu sering memeriksakan kehamilan di Puskesmas dan satu kali
pemeriksaan di dokter praktek.
Hamil yang pertama kalinya (G1, P0, A0),
PEMERIKSAAN FISIK
18 April 2013
Berat Badan : 1850 gram Lingkar Kepala : 29 cm Lingkar Perut : 24 cm
Panjang Badan : 39 cm Lingkar Dada : 25 cm Lingkar Lengan : 9 cm
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau air
ketuban yang berbau dapat mengakibatkan pneumonia bakterialis atau sepsis
6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium yang kemungkinan terjadi
akibat aspirasi mekonium(1).
Faktor penyebab terjadinya gangguan nafas :
1. Kelainan paru : Pnemonia 2. Kelainan jantung : Penyakit Jantung Bawaan, Disfungsi miokardium 3. Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat : Asfiksia, Perdarahan otak 4. Kelainan metabolik : Hipoglikemia, Asidosis metabolik 5. Kelainan Bedah : Pneumotoraks, Fistel Trakheoesofageal, Hernia
diafragmatika 6. Kelainan lain : Sindrom Aspirasi Mekonium, “Transient tachypnea
of the Newborn“ dan Penyakit Membran Hialin(3).
16
Penyebab gangguan nafas menurut masa gestasi :1. Pada Bayi Kurang Bulan :
a. Penyakit Membran Hialin b. Pneumonia c. Asfiksia d. Kelainan atau Malformasi Kongenital
2. Pada Bayi Cukup Bulan : a. Sindrom Aspirasi Mekonium b. Pneumonia c. ”Transient Tachypnea of the Newborn ”d. Asidosis metabolike. Kelainan atau Malformasi Kongenital(4)
Tabel 1.1., Klasifikasi gangguan nafas menurut WHO (2,4)
Frekuensi napas Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi
> 60 kali/menit Dengan Sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi.
Gangguan napas berat Atau > 90 kali/ menit Dengan Sianosis sentral atau tarikan dinding dada
atau merintih saat ekspirasi.
Atau < 30 kali/ menit Dengan Atau tanpa
Gejala lain dari gangguan napas.
60-90 kali/menit Dengan Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi Gangguan
napas sedang
Tetapi Tanpa Sianosis sentral
Atau > 90 kali/ menit Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.
60-90 kali/menit Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.
Gangguan napas ringan
60-90 kali/menit Dengan Sianosis sentral Kelainan jantung kongenital Tetapi Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih.
Terapi yang dapat diberikan untuk gangguan nafas
A. Manajemen secara umum yaitu :
17
1. Pasang jalur infus intravena Dekstrosa 5% berdasarkan kebutuhan cairan
perhari
2. Pantau selalu tanda vital
3. Jaga patensi jalan napas dan memberikan oksigen 2-3 liter/menit
4. Jika bayi mengalami apnea:
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
5. Bila terjadi kejang potong kejang
6. Segera periksa kadar glukosa darah(9)
B. Manajemen Spesifik Untuk Gangguan Nafas
Gangguan Napas Sedang
1. Memberian O2 2-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih sesak
dapat diberikan O2 4-5 liter/menit dengan sungkup
2. Bayi jangan diberikan minum (di puasakan).
3. Berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi
kemungkinan besar sepsis(8)
Gangguan Napas Ringan
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), Terutama terjadi pada bayi
aterm setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan
sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Langkah – langkah pengobatan :
1. Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam. Bila dalam
pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala sepsis
lainnya, terapi untuk kemungkinan besar sepsis
2. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak, berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum.
3. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan
napas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30–60
kali/menit.
18
4. Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap
antara 30-60 kali/menit, tidak ada tanda-tanda sepsis, dan tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan(1,8)
Gangguan Napas Berat :
1. Siapkan rujukan ke RS Rujukan
2. Stabilisasi sebelum merujuk
3. Rujukan disertai petugas yg mahir resusitasi
4. Perhatikan Jalan napas dan Oksigenasi selama transportasi(3,4)
Dalam menegakkan diagnosis sepsis pada neonatus digunakan pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui adanya proses inflamasi seperti jumlah leukosit, laju
endap darah, C-reaktif protein (CRP), tumor nekrosis α dan Interleukin 1 dan 6.
Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinal) serta uji resistensi,
pelaksanaan pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan pada bayi yang
menderita kejang, kesadaran menurun, klinis sakit tampak makin berat dan kultur
darah positip. Pemeriksaan radiologi dilakukan atas indikasi. Pada kasus ini,
ditemukan adanya leukositosis sementara pemeriksaan penunjang lainnya tidak
dilakukan.
Pasien harus mendapat pengobatan yang tepat dalam waktu yang segera tanpa
harus menunggu hasil kultur darah. Hasil kultur darah positif terkadang dapat
dikarenakan faktor kontaminasi dan hasil kultur darah negatif belum tentu
menyingkirkan sepsis. Sepsis merupakan keadaan stress yang dapat mengakibatkan
perubahan metabolik tubuh. Pada sepsis terjadi hipermetabolisme, hiperglikemia,
resistensi insulin, lipolisis, dan katabolisme protein. Pada keadaan sepsis kebutuhan
energi meningkat, hal ini juga yang mungkin menyebabkan bayi pada kasus ini
rentan mengalami hipoglikemia.
Pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil
pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh, tidak toksik, dapat
menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam otak yang memisahkan darah
dari jaringan otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan
19
ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau
sefalasporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.
Tabel 1.1 Dosis antibiotik untuk sepsis
Prinsip pengobatan sepsis neonatorum pada kasus ini adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan
intravena termasuk kebutuhan nutrisi.
Pemberian antibiotik pada kasus ini yaitu sefotaksim sesuai dengan dosis
berat badan beguna untuk mengatasi agen penyebab infeksi. Sedangkan pemberian
kortikosteroid yaitu dexamethasone 0.5 mg/kgBB/hari selain sebagai anti inflamasi
kortikosteroid berguna membantu pematangan paru.
Manajemen pada kasus ini, hari ke-I diberikan :
Oksigen 1,5 L/menit, maintenance 1 L/menit.
Hal ini bertujuan untuk mengatasi sianosis dan menjamin suplai O2 pada bayi
Infus Dextrosa 5 % 12 tetes/menit.
20
Antibiotik Cara Pemberian Dosis dalam mg
Hari 1-7 Hari 8+
Ampisilin IV, IM 50 mg/kg setiap 12 jam
50mg/kg setiap 8jam
Ampisilin utk meningitis
IV 100mg/kg setiap 12 jam
100mg/kg setiap 8jam
Sefotaksim IV, IM 50mg/kg setiap 12 jam
50 mg/kg setiap 8 jam
Sefotaksim utk meningitis
IV 50mg/kg setiap 6 jam
50 mg/kg setiap 6 jam
Gentamisin IV, IM < 2 kg
4mg/kg sekali sehari
3,5mg/kg setiap 12 jam
2 kg
5mg/kg sekali sehari
3,5mg/kg setiap 12 jam
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya hipoglikemia pada bayi
Injeksi Cefotaxime 2 x 97.5 mg/ IV
Injeksi Dexametason 3 x 0,5mg/IV
Injeksi Gentamisin 2 x 3.9 mg/IV
Hal ini bertujuan mengatasi terjadinya sepsis pada bayi
Rawat inkubator
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi
Trophic Feeding
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pada bayi
Hari ke-II diberikan :
Oksigen 1 L secara intermiten.
Infus Dextrosa 5 % 12 tetes/menit.
Injeksi Cefotaxime 2 x 97.5 mg/ IV
Injeksi Dexametason 3 x 0,5mg/IV
Injeksi Gentamisin 2 x 3.9 mg/IV
Observasi Tanda Tanda Vital
Pada hari ke-3 dan ke-4 bayi sudah tidak didapatkan tanda – tanda gangguan
nafas, bayi sudah bisa minum ASI dengan baik dan ibu telah diajarkan perawatan
metode kanguru (PMK).
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe N.S., Supriatno B., 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. ed I.
pp: 286-90. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
2. Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku Ajar
Neonatologi. ed I. pp: 127-137. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI., 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jilid 3. pp: 1124-5. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
4. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI., 2012. Gangguan Nafas Pada Bayi Baru
Lahir. Palu. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD UNDATA.
5. Lubis., 2004. Sari Pediatri, Vol. 6, pp: 81-84. Jakarta. Badan Penerbit IDAI
6. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan Penerbit
IDAI
7. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I, ed 15.
pp: 589-598. Jakarta. EGC
8. Klaus M.H, & Fanaroff A.A., 1998. Penatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi ed 4.
pp: 274-276. Jakarta. EGC
9. Akune Kartin. 2002. Buku Kumpulan Laporan Kasus Neonatologi. Bagian Ilmu