Top Banner

of 28

ANATOMI.docx

Oct 30, 2015

Download

Documents

-
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

1. ANATOMI-FISIOLOGI HIDUNG, SINUS PARANASALIS

ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNGANATOMI HIDUNG

Ada 3 struktur penting dari anatomi hidung, yaitu :Dorsum Nasi (Batang Hidung)Bagian kaudal dorsum nasi merupakan bagian lunak dari batang hidung yang tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras menghubungkan antara kulit dengan perikondrium pada kartilago alaris. Bagian kranial dorsum nasi merupakan bagian keras dari batang hidung yang tersusun oleh os nasalis kanan & kiri dan prosesus frontalis ossis maksila.

Septum NasiFungsi septum nasi antara lain menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi dua kavum nasi. Bagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan yaitu kartilago quadrangularis. Bagian posterior septum nasi tersusun oleh lamina perpendikularis os ethmoidalis dan vomer. Kelainan septum nasi yang paling sering kita temukan adalah deviasi septi.

Kavum NasiAda 6 batas kavum nasi, yaitu :1. Batas medial kavum nasi yaitu septum nasi.2. Batas lateral kavum nasi yaitu konka nasi superior, meatus nasi superior, konka nasi medius, meatus nasi medius, konka nasi inferior, dan meatus nasi inferior.3. Batas anterior kavum nasi yaitu nares (introitus kavum nasi).4. Batas posterior kavum nasi yaitu koane.5. Batas superior kavum nasi yaitu lamina kribrosa.6. Batas inferior kavum nasi yaitu palatum durum.

1. Hidung LuarHidung luar berbentuk piramid dengan bagian bagiannya dari atas ke bawah: 1. Pangkal hidung (bridge)2. Dorsum nasi 3. Puncak hidung 4. Ala nasi 5. Kolumela 6. Lubang hidung (nares anterior)Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris. Kerja otot otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh : Superior : os frontal, os nasal, os maksila Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor dan kartilago alaris minor Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi fleksibel.Perdarahan: 1. A. Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A. Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna). 2. A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A. Maksilaris interna, cabang dari A. Karotis interna)3. A. Angularis (cabang dari A. Fasialis) Persarafan : 1. Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N. Infratroklearis) 2. Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)

2. Kavum NasiDengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial media. Batas batas kavum nasi : 1. Posterior : berhubungan dengan nasofaring 2. Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus sfenoidale dan sebagian os vomer 3. Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal, bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum. 4. Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan (dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna = kolumela. 5. Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid. Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari tulang etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang terpisah. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus sfeno-etmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid. Kadang kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini. Perdarahan : Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama sama arteri.Persarafan : 1. Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus yaitu N. Etmoidalis anterior 2. Posterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.

3. Mukosa Hidung

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet. Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat obatan. Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epithelium). Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung dengan pendarahan serta persarafannya, serta fisiologi hidung. Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagian dari atas ke bawah : pangkal hidung, (bridge), dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela, dan lubang hidung.

FISIOLOGI HIDUNG1. Sebagai jalan nafas Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.2. Pengatur kondisi udara (air conditioning) Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara : a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C. 3. Sebagai penyaring dan pelindung Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh : a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi b. Silia c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia. d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime. 4. Indra penghirup Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat. 5. Resonansi suara Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau. 6. Proses bicara Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara. 7. Refleks nasal Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SINUS PARANASALIS

ANATOMI

Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung : sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila kanan dan kiri (antrium highmore) dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing.Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior.Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk.Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.Fungsi sinus paranasal adalah : Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak. Sebagai pengatur udara (air conditioning). Peringan cranium. Resonansi suara. Membantu produksi mukus.

Sinus Maksilaris Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I. Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus maxillae. Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa. Berhubungan dengan :a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.b. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar.c. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.

Sinus Ethmoidalis Terbentuk pada usia fetus bulan IV. Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15 cellulae, dindingnya tipis. Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan mata Berhubungan dengan :a. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa. Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial (meningitis, encefalitis dsb).b. Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma.c. Nervus Optikus.d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.

Sinus Frontalis Sinus ini dapat terbentuk atau tidak. Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis. Volume pada orang dewasa 7cc. Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media). Berhubungan dengan :a. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta.b. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta.c. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.

Sinus Sfenoidalis Terbentuk pada fetus usia bulan III. Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis. Volume pada orang dewasa 7 cc. Berhubungan dengan :a. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii.b. Glandula pituitari, chiasma n.opticum.c. Tranctus olfactorius.d. Arteri basillaris brain stem (batang otak)

RHINORREADefinisi RhinorreaRhinorea merupakan istilah kedokteran yang berarti hidung berair. Rhinorea berasal dari bahasa yunani, yakni rhinos yang berarti hidung, dan rhoia yang berarti suatu aliran sehingga diartikan suatu aliran yang berasal dari hidung. Rhinorea bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala yang jarang berdiri sendiri.Penyebab RhinorreaRhinorea dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut : Adanya infeksi virus dan atau bakteri pada mukosa saluran nafas atas, terutama mukosa hidung. Adanya allergen, terutama allergen inhalant yang mengiritasi mukosa hidung, asap rokok, cuaca dingin, dan sebagainya. Adanya partikel/benda asing seperti biji-bijian, manik-manik pada cavum nasi. Trauma mekanik pada mukosa hidung ataupun trauma pada kepala.

Patomekanisme RhinorreaRhinorea secara umum terjadi karena adanya reaksi inflamasi yang terjadi karena adanya infeksi dari virus dan ataupun bakteri, partikel/benda asing, serta trauma pada mukosa hidung. Seperti yang kita ketahui, hal-hal tersebut akan menyebabkan reaksi inflamasi yang mengakibatkan pelepasan mediator-mediator kimiawi. Pelepasan mediator-mediator tersebut akan mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah, meningkatkan permeabilitas kapiler, dan meningkatkan sekresi dari sel-sel goblet yang terdapat pada mukosa hidung.Pada rhinorre yang disebabkan oleh allergen, akan terjadi hipersensitifitas tipe 1 yang mana akan mengeluarkan mediator-mediator kimia yang memiliki efek sama seperti reaksi inflamasi, yang pada akhirnya juga meningkatkan sekresi dari sel-sel goblet. Trauma pada kepala akan mengakibatkan rhinorea cairan serebrospinal.Rhinorrea dapat klasifikasikan berdasarkan jenis cairannya, yakni : mucus, seromukus, dan purulent. Berikut beberapa penyakit dengan jenis cairan rhinorea yang dihasilkannya :RINITISRinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin, hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis.Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua: Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.

RHINITIS AKUTDEFINISIRhinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejala-gejala rhinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum malaise dan suhu tubuh naik.

ETIOLOGI DAN PREDISPOSISIEtiologiEtiologi ada 2 jenis mikroorganisme yang menimbulkan rhinitis akut:1.Virus ditentukan oleh Kruse tahun 19142.Bakteri terutama Haemophylus Influensa, Steptococcus, Pneumococcus, dan sebagainya.Pertama kali terjadi invasi virus yang merusak pertahanan mukosa, kemudian bakteri mengadakan infeksi sekunder. Penularan lewat droplet infeksi dan kontak langsung dengan penderita. Di samping virulensi , faktor predisposisi memegang peranan penting.Predisposisi1.Faktor luar (enviroment)a. Pengaruh atmosfer yaitu angin, suhu udara, humidity, hujan dan sebagainya. Humudity optimal 45%, terlalu kering misalnya salju. Mukosa kering, terlalu lembab, keringat banyak, berangin-angin, kedinginan. Common cold virus hidup lebih baik pada humidity tinggi.b. Ventilasi ruangan kurang yaitu ruangan kecil, tertutup, penuh orang-orang sakit, serumah ketularan.c. Debu dan gas.d. Yang terpenting adalah faktor dingin atau perubahan temperatur dari panas ke dingin yang mendadak, karena dingin menimbulkan reflex vasokonstrinsik iskemia jaringan, daya tahan terhadap infeksi menurun.2Faktor dalama.daya tahan tubuh yang menurun- kelelahan, bekerja terlalu keras, belajar sampai larut malam- kurang makanan bergizi- defisiensi vitamin A, C, dan Db.daya tahan lokal cavum nasi- alergi hidung- obstruksi nasi kronis contoh adenoid, septum deviasi3.Penyakit excanthemataRhinit akut merupkan gejala prodromal misalnya morbili, variola, varecolla, dan scarlet fever.

PATOLOGIPada stadium permulaan terjadi vasokonstrinsik yang akan diikuti vasodilatasi, udem dan meningkatnya aktifitas kelenjar seromucious dan goblet sel, kemudian terjadi infiltrasi leukosit dan desguamasi epitel. Secret mula-mula encer, jernih kemudian berubah menjadi kental dan lekat (mukoid) berwarna kuning mengandung nanah dan bakteri (makopurulent). Toksin yang berbentuk terbentuk terserap dalam darah dan lymphe, menimbulkan gejala-gejala umum. Pada stadium resolusi terjadi proliferasi sel epithel yang telah rusak dan mukosa menjadi normal kembali.

GAMBARAN KLINIS1.Stadium prodromal, pada hari pertama- rasa panas dan kering pada cavum nasi- bersin-bersin- hidung buntu- pilek encer jernih seperti airPemeriksaan (rhinoscopia anterior/RA) cavum nasi sempit, terdapat secret serous dan mukosa udem dan hyperemi2.Stadium akut, hari kedua sampai keempat- bersin-bersin berkurang- obstruksi nasi bertambah, akibat obstruksi nasi akut terjadi hyposmia, gangguan gustateris, rasa makanan tidak enak- pilek kental kuning- badan tak enak, sumer-sumer Pemeriksaan cavum nasi lebih sempit, secret mukopurulent. Mukosa lebih udem hyperemis3.Stadium Penyembuhan (resolusi) hari Kelima sampai ketujuhGejala-gejala ditas berkurang (udem dan hyperemis berkurang, obstruksi berkurang, secret berkung dan mongering) kadang-kadang rhinitis akut didahului gejala nasopharingitis (disamping itu ada gejala lain menyertai yaitu pharyngitis akut dan laryngitis akut. Sehingga timbul gejala panas, batuk, dan pilek. Tetapi adanya pharyngitis atau laryngitis akut tidak selalu didahului oleh rhinitis akut. Dapat pharyngitis timbul dulu atau laryngitis dulu, jadi manifestasi penyakit dapat dimulai dimana-mana (hidung, pharing, laryng)DIAGNOSA BANDINGRhinitis akut pada stadium prodromal mempunyai gejala yang mirip dengan syndrome alergi yaitu: bersin-bersin, rhinorea dan obstruksi nasi. Perbedaannya:Rhinitis AkutSyndrome alergi

Waktu dan gejala1-2 hari (prodromal)Lama berminggu-minggu, bulan, tahun, semusim.Berulang-ulang: pagi sakit, siang sembuh, besoknya kumat lagi

Sifat secretMengental sesudah 3-4 hariEncer terus

Gejala UmumAda (panas, Malaise)Tidak ada

AlergenTidak adaAda (anamnesa, skin tes pada rhinitis allergen)

TERAPI1.LokalTetes hidung sel HCl Ephedrin 1% dalam glucose 5% tau P.Z berfungsi melebarkan cavum nasi, meatus dan propilaksis terhadap sinusitis2.Umuma.Hindari tubuh kedinginan-mandi air hangat-makan hangat-pakaian hangat, jangan terbuka-tidur memakai selimut-jangan berangin-angin/kipas angin-lantai dingin memakai sandalb.Systemik dengan acetosal-sebagai analgetik dan antipiretik-mempunyai efek Cortison anti radang menghilangkan odema, cara kerja merangsang cortex adrenalis memproduksi cortisone-keuntungan lain dapat dipakai untuk pencegahan segera, minum asetosal sesudah kedinginan/kehujanan yaitu setengah jam sesudah kedinginan, sesudah 2 jam tidak ada efek lagi. -asetosal dapat menghangatkan badan karena menimbulkan vasodilatasi perifer

PROPILAKSIS1.hindari kontak dengan penderita 2.meningkatkan daya tahan tubuh dengan hindari kelelahan dan diet bergizi3.hidari dingin dengan minum asetosal4.rumah sakit dengan sinar ultra violet membunuh virusKOMPLIKASI1.Otitis media akut2.Sinusitis paranasalis3.Infeksi traktus respiratorius bagian bawah seperti laring, tracho bronchitis, pneumonia4.Akibat tidak langsung pada penyakit-penyakti lain yaitu jangung dan asma bronchial

PROGNOSARhinitis akut merupakan self limiting disease umumnya sembuh dalam 7 -10 hari. Tapi dapat lebih lama 3 minggu bila ada pharingitis, laryngitis atau komplikasi lain.

Rinitis KronisYang termasuk dalam rinitis kronis adalah rinitis hipertrofi, rinitis sika (sicca) dan rintis spesifik. Meskipun penyebabnya bukan radang, kadang-kadang rinitis alergi, rinitis vasomotor dan rinitis medikamentosa dimasukkan juga dalam rinitis kronis.

1. Rinitis Hipertrofia. DefinisiRinitis hipertrofi dapat timbul akibat infeksi berulang dalam hidung dan sinus, atau sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor. Proses infeksi dan iritasi yang kronis akan dapat menyebabkan hipertrofi konka nasalis. Septum deviasi juga dapat menyebabkan penyakit ini secara kontralateral. Gejala utama rinitis hipertrofi adalah hidung tersumbat. Keadaan ini memerlukan tindakan koreksi karena pengobatan dengan medikamentosa saja sering tidak memberi hasil yang memuaskan. Tindakan yang paling ringan seperti kauter sampai pemakaian laser dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan hidung tersumbat akibat hipertrofi konka.b. GejalaGejala utama adalah sumbatan hidung. Sekret biasanya banyak, mukopurulen dan sering ada keluhan nyeri kepala. Pada pemeriksaan akan ditemukan konka yang hipertrofi, terutama konka inferior. Permukaannya berbenjol-benjol ditutupi oleh mukosa yang juga hipertrofi.

Akibatnya saluran udara sangat sempit. Sekret mukopurulen yang banyak biasanya ditemukan di antara konka inferior dan septum, dan di dasar rongga hidung.

RINITIS ATROFIRinitis atropi merupakan infeksi hidung kronik, yang ditandai oleh adanya atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka. Secara klinis mukosa hidung menghasilkan sekret yang kental dan cepat mengering sehingga terbentuk krusta yang berbau busuk.Wanita lebih sering terkena, terutama usia dewasa muda. Sering ditemukan pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan sanitasi lingkungan yang buruk. Pada pemeriksaan histopatologi tampak metaplasia epitel torak bersilia menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, silia menghilang, lapisan submukosa menjadi lebih tipis, kelenjar-kelenjar berdegenerasi atau atrofi.EtiologiBanyak teori mengenai etiologi dan patogenesis rinitis atrofi dikemukakan, antara lain:1. Infeksi oleh kuman spesifik. Yang sering ditemukan adalah spesies Klebsiela, terutama Klebsiela ozaena. Kuman lainnya yang juga seing ditemukan adalah Stafilokokus, Streptokokus dan pseudomonas aeruginosa.2. Defisiensi FE.3. Defisiensi vitamin A.4. Sinusitis kronik.5. Kelainan hormonal.6. Penyakit kolagen, yang termasuk penyakit autoimun.Gejala dan tanda klinisKeluhan biasanya berupa napas berbau, ada ingus kental berwarna hijau, asa kerak (krusta) hijau, ada gangguan penghidu, sakit kepala dan hidung merasa tersumbat.Pada pemeriksaan hidung didapatkan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media menjadi hipotrofi atau atrofi, ada sekret purulen dan kusta berwarna hijau. Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan histopatologik yang berasal dari biopsi konka media, pemeriksaan mikrobiologi dan uji resistensi kuman dan tomografi komputer (CT scan) sinus paranasal.PengobatanOleh karena etiologinya multifaktoral, maka pengobatannya belum ada yang baku. Pengobatan ditujukan untuk mengatasi etiologi dan menghilangkan gejala. Pengobatan yang diberikan dapat bersifat konservatif atau kalau tidak dapat menolong dilakukan pembedahan.Pengobatan konservatif. Diberikan anti-biotika berspektrum luas atau sesuai dengan uji resistensi kuman,dengan dosis yang adekuat. Lama pengobatan bervariasi tergantung dari hilangnya tanda klinis berupa sekret purulen kehijauan. Untuk membantu menghilangkan bau busuk akibat proses infeksi serta sekret purulen dan krusta, dapat dipakai obat cuci hidung. Larutan yang digunakan adalah larutan garam hipertonik. Larutan tersebut harus diencerkan dengan perbandingan 1 sendok makan larutan dicampur 9 sendok makan air hangat. Larutan dihirup (dimasukkan) ke dalam rongga hidung dan dikeluarkan lagi dengan menghembuskan kuat-kuat atau yang masuk melalui nasofaring dikeluarkan melalui mulut, dilakukan 2 kali sehari. Jika sukar mendapatkan larutan di atas dapat dilakukan pencucian rongga hidung dengan 100 cc air hangat yang dicampur dengan 1 sendok makan (15cc) larutan Betadin, atau larutan garam dapur setengah sendok teh dicampur segelas air hangat. Dapat diberikan vitamin A 3x50.000 unit dan preparat Fe selama 2 minggu.Pengobatan operatif. Jika dengan pengobatan konservatif tidak ada perbaikan, maka dilakukan operasi. Teknik operasi antara lain operasi penutupan lubang hidung atau penyempitan lubang hidung dengan implantasi atau dengan jabir osteoperiosteal. Tindakan ini diharapkan akan mengurangi turbulensi udara dan pengeringan sekret, inflamasi mukosa berkurang, sehingga mukosa akan kembali normal. Penutupan rongga hidung dapat dilakukan pada nares anterior atau pada koana selama 2 tahun. Untuk menutup koana dipakai flap palatum.Akhir-akhir ini bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF) sering dilakukan pada kasus rinitis atrofi. Dengan melakukan pengangkatan sekat-sekat tulang yang mengalami osteomielitis, diharapkan infeksi tereradikasi, fungsi ventilasi dan drainase sinus kembali normal, sehingga terjadi regenerasi mukosa.

RHINITIS ALERGIDefinisiRhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (Von Pirquet,1986).

Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh Ig E.

EtiologiBerdasarkan cara masuknya alergen penyebab rhinitis alergi ini yaitu :a. Alergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan. Seperti tungau debu rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatanh, rerumputan, serta jamur.

b. Alergen ingestan, yang masuk ke saluran cerna. Seperti makanan,misalnya susu sapi, telur, coklat, ikan laut, kepiting, dan kacang-kacangan.c. Alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan. Misalnya penisilin dan sengatan lebah.d. Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa. Misalnya bahan komestik dan perhiasan.

Klasifikasia. Rhinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis)Rhinitis ini hanya ada di negara yang mempunyai 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari (pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu dikenal dengan rinokonjungtivitis. Hal ini disebabkan gejala klinik yang tampak ialah gejala pada hidung dan mata (mata merah, gatal disertai lakrimasi).b. Rhinitis alergi sepanjang tahun (perennial).Gejala pada penyakit ini timbul intermiten atau terus menerus, tanpa variasi musim. Penyebab yang paling sering adalah alergen inhalan (pada orang dewasa) dan alergen ingestan. Alergen inhalan utama adalah alergen dalam rumah dan diluar rumah. Alergen ingestan sering merupakan penyebab pada anak-anak dan biasanya disertai dengan gejala alergen yang lain, seperti urtikaria, gangguan pencernaan.

Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi WHO Initiative ARIA tahun 2001, yaitu :a. Berdasarkan sifat berlangsungnya : Intermiten (kadang-kadang), bila gejala kurang dari 4 minggu. Persisten/menetap, bila gejala lebih dari 4 minggu.b. Berdasarkan ukuran tingkat berat ringannya penyakit : Ringan, bila tidak ditemukannya gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lainnya yang mengganggu. Sedang-berat, bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.

PatofisiologiSatu macam alergen dapat merangsang lebih dari satu organ sasaran, sehingga memberi gejala campuran. Dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi antara lain :a. Respon primer

Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen. Reaksi ini bersifat bon spesifik. Bila antigen tidak berhasil seluruhnya dihilangkan reaksi berlanjut menjadi respon sekunder.b. Respon sekunderReaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai 3 kemungkinan yaitu sistem imunitas seluler atau hormonal atau keduannya dibangkitkan. Bila antigen berhasil dieliminasi maka reaksi selesai. Namun bila antigen masih ada atau memang sudah ada defek dari sistem imunologik maka reaksi ini berlanjtu menjadi respon tertier.c. Respon tertierReaksi imunologik yang terjadi ini tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat bersifat sementara atau menetap tergantung daya eliminasi antigen oleh tubuh.

Gell dan Coombs mengklasifikasikan reaksi ini atas 4 tipe, yaitu :1. Reaksi anafilaksis2. Reaksi sitotoksik3. Reaksi kompleks imun4. Reaksi tuberculin

Rhinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi atau tahap alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu : Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC)Reaksi ini berlangsung sejak kontak dengan allergen sampai 1 jam setelahnya. Pada kontak pertama dengan allergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai APC akan menagkap allergen yang menempel dipermukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA kelas II membentuk kompleks peptide MHC kelas IIyang kemudian dipresentasikan pada sel T helper (Th 0). Kemudian APC akan melepaskan sitokin seperti IL 1 yang akan mengaktifkan Th 0 untuk berproliferasi menjadi Th 1 dan Th 2. Th 2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL 3, IL 4,IL 5, dan IL 13. IL 4 dan IL 13 diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan memproduksi immunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah masuk menuju jaringan dan diikat oleh reseptor IgE dipermukaan sel manosit atau basofil sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitasi terpapar dengan allergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat allergen spesifik dan terjadilah degranulasi mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yaitu histamine. Selain histamine dikeluarkan jufga mediator lainya seperti Leukotrien D4, Prostaglandin D2, Leukotrien C4, bradikinin, dan berbagai sitokin.

Histamine akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Selain itu menyebabkan kelenjar mucus dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid.

Pada RAFC, sel mastosit akan melepaskan molekul kemotatik yang menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Repon ini akan tetap berjalan dengan gejala yang akan berlangsung dan mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan. Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL)Reaksi ini berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan berlangsung sampai 24-48 jam. Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti IL 3, IL 4, Il 5, dan Granulocyte Macrophag Colony Stimulating Factor, dan ICAM 1 pada secret hidung.

Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya. Pada fase iniselain factor spesifik, iritasi oleh factor non spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi.

1. Diagnosaa. AnamnesaAnamnesa sangatlah penting. Hamper 50% diagnose dapat ditegakan dari anamnesa saja. Gejala khas dari rhinitis alergi ini adalah terdapatnya serangan bersin berulang. Bersin ini terutama merupakan gejala pada RAFC dan kadang pada RAFL. Gejala lain adalah keluar rinore yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidug dan mata gatal, kadang disertai dengan banyak air mata yang keluar.b. Pemeriksaan FisikPada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya secret encer yang banyak. Pemeriksaan nasoendoskopi bias dilakukan bila fasilitas tersedia. Gejala spesifik lainnya pada anak yaitu terdapat bayangan gelap di daerah bawah mata karena statis vena sekunder akibat obstruksi hidung (allergic shiner).

Selain itu akan tampak anak menggosok-gosok hidungnya dengan punggung tangan dikarenakan gatal (allergic salute). Keadaan menggosok hidung ini kelamaan akan mengakibatkan timbul garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah (allergic crease). Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid). Dinding posterior faring tampak granuler dan edema serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue).c. Pemeriksaan Penunjang In vitroHitung eosinofil dalam darah tepi yang dapat meningkat atau normal. Begitu pula dilakukan pemeriksaan IgE yang sering kali menunjukan nilai normal kecuali bila ada tanda alergi lebih dari satu macam penyakit. Pemeriksaan berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi.

Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukan kemungkinan alergi inhalan. Namun jika basofil > 5 sel / ppl mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN akan menunjukan adanya infeksi bakteri. In vivoAllergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukil kulit, uji intrakutan yang tunggal atau berseri ( SET / Skin End-point Titration). SET dilakukan untuk allergen inhalan dengan menyuntikkan allergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Untuk alergi makanan, uji kulit yang dilakukan yaitu Provocative Dilutional Food Test (IPDFT), namun sebagai gold standar yaitu dengan diet eliminasi dan provokasi

Penatalaksanaana. Terapi ideal yaitu dengan menghindari kontak dengan menghindari kontak dengan allergen penyebabnya dan eliminasi.b. Medikamentosa Antihistamin yang digunakan yaitu antagonis histamine H-1 yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target. Antihistamin dibagi menjadi 2 golongan yaitu :i. Golongan antihistamin generasi 1Bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sawar darah otak dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. Yang termasuk kelompok obat ini yaitu difenhidramin, prometasin dan klorferinamin, sedangkan yang dapat diberikan secara topical adalah azelastin.ii. Golongan antihistamin generasi 2Bersifat lifopobik, sehingga sulit menembus sawar darah otak. Selain itu bersifat selektif mengikat reseptor H-1 perifer dan tidak mempunyai efek kolinergik, antiadrenergik, dan efek pada SSP minimal. Golongan ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : Kelompok pertama, astemisol dan terfenadin yang punya efek kardiotoksik. Kelompok kedua, loratadin, setirisin, fexofenadin, desloratadin, dan levosetirisin.c. OperatifTindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti atau multiple outfractured, inferior turbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25%.d. ImunoterapiDilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan. Tujuan imunoterapi adalah pembentukan IgG blocking antibody dan penurunan IgE. Ada 2 cara yang dilakukan yaitu intradermal dan sublingual

2. KomplikasiKomplikasi rhinitis alergi yang sering antara lain :a. Polip HidungBeberapa penelitian mendapatkan bahwa alergi hidung merupakan salah satu factor penyebab terbentuknya Polip hidung dan kekambuhan polip hidung.b. Otitis Media Efusi yang sangat residif, terutama pada anak-anak.c. Sinusitis Paranasal

RINITIS VASOMOTOR

Gangguan vasomotor hidung ialah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang tdisebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimaptis.Kelainan ini mempunyai gejala mirip dengan rhinitis alergi. Etiologi yang pasti belum diketahui, tetapi diduga sebagai akibat gangguan fungsi vasomotor. Oleh karena itu kelainan ini disebut juga vasomotor catarrh, atau vasomotor rinorrhea, nasal vasomotor instability, atau juga non specific allergic rhinitis.Saraf otonom mokosa hidung berasal dari n. vidianus yang mengandung serat saraf simpatis dan serat saraf parasimpatis. Rangsangan pada saraf parasimpatis menyebabkan dilatasi pembuluh dalam konka serta meningkatkan permeabilitas kapiler dan sekresi kelenjar. Sedangkan rangsangan pada serat saraf simpatis menyebabkan efek sebaliknya.Bagaimana tepatnya saraf otonom ini bekerja belum diketahui dengan pasti, tetapi hipotalamus bertindak sebagai penerima impuls eferen, termasuk rangsangan emosional dari pusat yang lebih tinggi.Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti eomsi, posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-faktor tadi tidak dirasakan sebagai gangguan oleh individu tersebut.Pada pasien rhinitis vasomotor, mekanisme pengaturan ini hiperaktif dan cenderung saraf parasimpatis lebih aktif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor1. Oabt-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti ergotamin, chlorpromazine, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.2. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang tinggi dan bau yang merangsang.3. Fator endokrin, seperti kehamilan, pubertas, pemakaian pil kontrasepsi dan hipotiroidisme.4. Faktor psikis, seperti rasa cemas, tegang.

PATOFISIOLOGIBeberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menerangkan patofisiologi rinitis vasomotor :1. Neurogenik (disfungsi sistem otonom)Serabut simpatis hidung berasal dari korda spinalis segmen Th 1-2, menginervasi terutama pembuluh darah mukosa dan sebagian kelenjar. Serabut simpatis melepaskan ko-transmiter nonadrenalin dan neuropeptida Y yang menyebabkan vasokonstriksi dan penurunan sekresi hidung. Tonus simpatis ini berfluktuasi sepanjang hari yang menyebabkan adanya peningkatan tahanan rongga hidung yang bergantian setiap 2-4 jam. Keadaan ini disebut sebagai "siklus nasi". Dengan adanya siklus ini, seseorang akan mampu untuk dapat bernafas dengan tetap normal melalui rongga hidung yang berubah-ubah luasnya.Serabut saraf parasimpatis berasal nukleus salivatori superior menuju ganglion sfenopalatina superior menuju ganglion sfenopalatina dan membentuk n.Vidianus, kemudian menginervasi pembuluh darahdan terutama kelenjar eksokrin. Pada rangsangan akan terjadi pelepasan ko-transmiter asetilkolin dan vasoaktif intestinal paptida yang menyebabkan peningkatan sekresi hidung dan vasodilatasi, sehingga terjadi kongesti hidung.Bagaimana tepatnya saraf otonom ini bekerja belumlah diketahui dengan pasti, tetapi mungkin hipotalamus bertindak sebagai pusat penerima impuls eferen, teermasuk rangsangan emosional dari pusat yang lebih tinggi. Dalam keadaan hidung normal, persarafan simpatis lebih dominan. Rhinitis vasomotor diduga sebagai akibat dari ketidakseimbangan impuls saraf otonom dimukosa hidung yang berupa bertambahnya aktivitas sistem parasimpatis.2. NeuropeptidaPada mekanisme ini terjadi disfungsi hidung yang diakibatkan oleh meningkatnya rangsangan terhadap saraf sensori serabut C di hidung. Adanya rangsangan abnormal saraf sensoris ini akan diikuti dengan peningkatan pelepasan neuropeptida seperti substance P dan calcitonin gene-related protein yang menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan sekresi kelenjar. Keadaan ini menerangkan terjadinya peningkatan respon pada hiper-reaktifitas hidung.3. Nitrik OksidaKadar nitrik oksida (NO)yang tinggi dan persisten dilapisan epitel hidung dapat menyebabkan terjadinya kerusakan atau nekrosis epitel, sehingga rangsangan non spesifik berinteraksi langsung ke lapisan sub epitel. Akibatnya terjadi peningkatan reaktifitas serabut trigeminal dan recruitment refleks vaskular dan kelenjar mukosa hidung.4. TraumaRinitis vasomotor dapat merupakan komplikasi jangka panjang dari trauma hidung melalui mekanisme neurogenik dan/atau neuropeptida.

GEJALA KLINISUntuk memahami gejala yang timbul pada rhinitis vasomotor perlu diketahui apa yang dimaksud siklus nasi, yaitu kemampuan untuk dapat bernafas dengan tetap normal melalui rongga hidung yang berubah-ubah luasnya

Gejala yang didapat pada rhinitis vasomotor adalah hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung pada posisi pasien. Selaian itu terdapat rinorea yang mucus atau serus, kadang-kadang agak banyak. Keluhan ini jarang disertai dengan bersin, dan tidak terdapat rasa gatal di mata.Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga oleh karena asap rokok dan sebagainya.Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini dibedakan dalam 3 golongan, yaitu :1. Golongan bersin (sneezers), gejala biasanya memberikan respon yang baik dengan terapi antihistamin dan glukokortikosteroid topical2. Golongan rhinorea (runners), gejala dapat diatasi dengan pemberian anti kolinergik topikal.3. Golongan tersumbat (blockers), kongesti umumnya memberikan respon yang baik dengan terapi glukokortikosteroid topikal dan vasokonstriktor oral.Prognosis pengobatan golongan obstruksi lebih baik daripada golongan rinorea. Oleh karena golongan rinorea mirip dengan rhinitis alergi, perlu anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk menegakkan diagnosanya.

DIAGNOSADalam anamnesis dicari faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor, dan disingkirkan kemungkinan rhinitis alergi.Pada pemerikasaan rinoskopi anterior tampak gambaran klasik berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau berwarna merah tua (karakteristik), tetapi dapat pula pucat. Hal ini dapat dibedakan dengan rhinitis alergi. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol (tidak rata). Pada rongga hidung terdapat secret mukoid, biasanya sedikit. Tetapi pada golongan rinorea sekret yang ditemukan ialah serosa dan banyak jumlahnya.Pemerikasaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis alergi. Kadang-kadang ditemukan eosinofil pada sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah sedikit. Tes kulit biasanya ngatif. Bila pada tes ini hasilnya positif, biasanya hanya kebetulan.

TERAPIPengobatan pada rhinitis vasomotor bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan gejala yang menonjol.Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam:1. Menghindari penyebab2. Pengobatan simtomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral, diatermi, kauterisasi konka yang hipetrofi dengan memakai larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat. Dapat juga diberikan kortikosteroid topikal, misalnya budesonid, dua kali sehari dengan dosis 100-200 mikrogram sehari. Dosisi dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogra sehari. Hasilnya akan terlihat setelah pemakaian paling sedikit selama 2 minggu.Saat ini terdapat kortikosteroid topikal baru dalam larutan aqua seperti flutikason propionate dengan pemakaian cukup 1x / hari dengan dosis 200 mcg.3. Operasi, dengan cara bedah-beku, elektrokauter atau konkotomi konka inferior.4. Neurektomi n. vidianus , yaitu pemotongan n. vidianus, bila dengan cara diatas tidak memberikan hasil. Operasi ini tidak mudah, dapat menimbulkan komplikasi seperti sinusitis, diplopia, buta, gangguan lakrimalis, neuralgia, atau anastesi infra orbita dan anestesi palatum