Top Banner
ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL BETAWI SARI JAHE (BIR PLETOK) (Studi Kasus: Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan) Anita Andriany PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN /AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M / 1429 H
75

ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Nov 22, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL BETAWI

SARI JAHE (BIR PLETOK)

(Studi Kasus: Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, Kelurahan Srengseng

Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan)

Anita Andriany

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN /AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M / 1429 H

Page 2: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL BETAWI

SARI JAHE (BIR PLETOK)

(Studi Kasus: Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, Kelurahan Srengseng

Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan)

Anita Andriany

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN /AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M / 1429 H

Page 3: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL

BETAWI SARI JAHE (BIR PLETOK) (Studi Kasus: Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan)

OLEH :

Anita Andriany

103092029628

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian / Agribisnis

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN /AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN

TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2009 M / 1430 H

Page 4: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …
Page 5: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

MANAPUN

Jakarta, Februari 2009

Anita Andriany

103092029628

Page 6: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

RINGKASAN

ANITA ANDRIANY, Analisis Pendapatan Usaha Minuman Tradisional Betawi

(Bir Pletok) (Studi Kasus : Skala Rumah TAngga Ayu Lestari, Kelurahan

Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan). (Di bawah bimbingan

MUDATSIR NAJAMUDDIN dan LILIS IMAMAH ICHDAYATI)

Indonesia telah lama dikenal sebagai negara terkaya kedua dalam

keanekaragaman hayati. Manfaat keanekragaman hayati bagi manusia sangat

beragam seperti sebagai obat, kosmetik, pengharum, penyegar, pewarna dan

beberapa manfaat lainnya. Indonesia memiliki beragam tanaman yang bisa

dijadikan tanaman obat-obatan. Salah satu jenis tanaman obat adalah jahe. Produk

ini juga memiliki prospek ekonomi yang cukup baik, karena banyak digunakan

sebagai bahan baku makanan dan minuman. Banyak sekali minuman yang terbuat

dari jahe yaitu bandrek, sekoteng, dan bir pletok. Bir pletok merupakan salah satu

minuman trasdisional yang berasal dari Jakarta. Salah satu usaha kecil yang

membuat minuman sari jahe (bir pletok) adalah Skala Rumah Tangga Ayu

Lestari. Industri Rumah Tangga Ayu Lestari memiliki prospek untuk

dikembangkan menjadi usaha minuman tradisional yang besar dikarenakan

Industri Rumah Tangga Ayu Lestari merupakan salah satu industri kecil yang ada

di Jakarta yang tetap melestarikan minuman tradisional dari Betawi (Jakarta).

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui pendapatan usaha minuman

tradisional Betawi sari jahe (bir pletok) di Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, (2)

Menganalisis keberlanjutan usaha usaha minuman tradisional Betawi sari jahe (bir

pletok) di Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dengan menggunakan R/C rasio, B/C

rasio, BEP (Break Even Point), dan PP (Payback Periode).

Penelitian dilakukan di Industri Rumah Tangga Ayu Lestari Kelurahan

Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi

dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Skala Rumah Tangga Ayu

Lestari merupakan salah satu usaha rumah tangga yang tetap melestarikan

minuman tradisional dari Betawi (Jakarta). Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk mengetahui data pendapatan

usaha pada skala rumah tangga dilakukan dengan teknik wawancara kepada

pemilik usaha tersebut.

Total produksi minuman sari jahe (bir pletok) dalam satu bulan yang

diproduksi oleh Skala Rumah Tangga Ayu Lestari adalah 3.300 botol dengan

harga jual Rp 8.000,- per botol. Pendapatan yang diperoleh Skala Rumah Tangga

Ayu Lestari dalam satu bulan produksi untuk pembuatan minuman sari jahe (bir

pletok) adalah sebesar Rp 5.726.625,-. Nilai R/C rasio atas biaya total yang

diperoleh Industri Rumah Tangga Ayu Lestari adalah 1,27 dengan memiliki nilai

rasio tersebut, maka setiap Rp. 100.000,- yang dikeluarkan akan memperoleh

manfaat sehingga akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 127.000,-, dengan

demikian usaha pembuatan minuman sari jahe yang dilakukan Industri Rumah

Page 7: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Tangga Ayu Lestari secara keseluruhan menguntungkan dan layak untuk

dijalankan. Nilai B/C rasio atas biaya total yang diperoleh Industri Rumah Tangga

Ayu Lestari adalah 0,27, maka setiap Rp. 100.000,- yang dikeluarkan akan

memperoleh pendapatan sebesar RP. 27.000,- dengan demikian usaha pembuatan

minuman sari jahe yang dilakukan Industri Rumah Tangga Ayu Lestari secara

keseluruhan menguntungkan untuk dijalankan. Break Even Point (BEP) produksi

pada Industri Rumah Tangga Ayu Lestari adalah 2.584 botol. Break Even Point

(BEP) harga per botol pada Industri Rumah Tangga Ayu Lestari dalam pembuatan

minuman sari jahe (bir pletok) adalah Rp. 6.264,- Industri Rumah Tangga Ayu

Lestari akan mengalami payback periode (PP) selama 9 bulan 13 hari (dengan

bangunan) dan 21 hari (tanpa bangunan).

Page 8: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan begitu

banyak nikmat-Nya, terutama nikmat Iman dan Islam serta nikmat sehat wal

afiat,sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Sholawat serta

salam tidak lupa penulis panjatkan kepada baginda besar kita Nabi Muhammad

SAW ”sang pemimpin umat” yang telah membawa kita dari zaman kegelapan

hingga zaman terang benderang ini. Akhirnya tidak terasa selesai juga penulisan

skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN

TRADISIONAL BETAWI SARI JAHE (BIR PLETOK) (Studi Kasus: Skala

Rumah Tangga Ayu Lestari, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan

Jagakarsa, Jakarta Selatan)” sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar

sarjana pertanian.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya dan penghargaan setinggi-tinggi kepada seluruh pihak yang telah banyak

membantu dalam keberhasilan penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, ayah (Alm.) Haryadi dan Mama Mari Iriani, yang

telah mendidik dan membesarkan serta memberikan kesempatan kepada

penulis untuk dapat melanjutkan studi hingga tingkat perguruan tinggi. Seiring

doa penulis panjatkan kepada kedua orang tua tercinta.

“Rabbighfirli wa liwaa lidayya warham huma kama robbayani shoghiro”

2. Pakde, Bude dan kakak-kakak sepupu di tajur Bogor yang telah mendoakan

dan mensupport penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. I

3. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat

melanjutkan studi di Fakultas Sains dan Teknologi dan telah mengesahkan

karya tulis ini sebagai skripsi.

4. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agribisnis dan dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya serta begitu sabar dan ikhlas membimbing penulis.

Page 9: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

5. Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin, MMA selaku dosen pembimbing I yang telah

begitu banyak merelakan waktu dan pikirannya untuk dapat memberikan

bimbingannya kepada penulis.

6. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan

waktu dan pemikirannya demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Eny Dwiningsih, S.TP, M.Si, selaku dosen penguji II yang telah

memberikan kritik dan sarannya demi tercapai hasil yang lebih baik lagi dalam

skripsi ini.

8. Terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuan baik perizinan, waktu,

tenaga dan data-data yang diperlukan serta fasilitas-fasilitas yang diberikan

selama penelitian.

9. Dosen-dosen di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu selama penulis menuntut

ilmu dan untuk segala kritik, saran serta motivasi kepada penulis.

10. Staf-staf bagian administrasi UIN Jakarta baik pihak Universitas maupun

pihak Fakultas dan Jurusan yang telah membantu kelancaran administrasi

yang diperlukan.

11. Pimpinan dan Pengelola perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi yang

telah memberikan kemudahan fasilitas buku-buku dan skripsi yang dijadikan

referensi dalam penulisan skripsi ini.

12. “The Special One” Syauqie Muharrom (kiki), yang telah banyak menemani

dalam suka dan duka serta memberikan motivasi untuk selesainya skripsi ini.

13. Sahabat-sahabatku Agribisnis angkatan 2003 yang telah menemani perjalanan

studiku di kampus tercinta.

Akhirnya penulis menyadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kata

sempurna, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pembaca.

Jakarta, Februari 2009

Penulis

Page 10: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori ........................................................................ 5

2.1.1. Definisi Tanaman Obat ............................................... 5

2.1.2. Minuman Tradisional Betawi ...................................... 6

2.1.3. Agribisnis Jahe ............................................................. 6

2.1.3.1. Agribisnis Hulu (up strean-off agribusiness).. 8

2.1.3.2. Usahatani (on farm agribusiness) ................... 92.1.3.3. Agribisnis Hilir (down stream-off farm

agribusiness)................................................... 13

2.1.3.4. Sarana Pendukung (Supporting Institution) .... 13

2.1.3.5. Tata Niaga Jahe ............................................... 14

2.1.4. Usaha Kecil .................................................................. 15

2.1.4.1. Pengertian Usaha Kecil ................................... 15

2.1.4.2. Karakteristik Usaha Kecil ............................... 16

2.1.5. Biaya ............................................................................ 17 2.1.6. Pendapatan .................................................................. 18

2.1.7. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya

(R/C rasio) .................................................................... 19

2.1.8. Analisis Keuntungan dan Biaya (B/C rasio) ............... 20

2.1.9. Titik Pulang Pokok (Break Even Point) ....................... 20 2.1.10. Payback Periode ........................................................... 21

2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual .............................................. 21

Page 11: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 23

3.2. Data dan Sumber Data ............................................................ 23

3.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 23

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ……………………....

3.4.1. Pendapatan Usaha .......................................................... 24

3.4.1.1. Penyusutan ........................................................ 26

3.4.2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C rasio) .. 27

3.4.3. Analisis Keuntungan dan Biaya (B/C rasio) .................. 27

3.4.4. Break Even Point (BEP) ................................................ 28

3.4.5. Payback Periode ............................................................ 28

3.5. Definisi Operasional ................................................................ 29

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1. Sejarah Skala Rumah Tangga Ayu Lestari ............................. 31

4.2. Lokasi dan Keadaan Skala Rumah Tangga Ayu Lestari.......... 32

4.3. Struktur Organisasi Skala Rumah Tangga Ayu Lestari ......... 33

4.4. Kegiatan Produksi Perusahaan ................................................ 33

4.5. Saluran Pemasaran Pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari ... 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Biaya .......................................................................... 39

5.1.1. Biaya Investasi ............................................................. 39

5.1.2. Biaya Produksi ............................................................ 40

5.1.2.1. Biaya Variabel............................................... 41

5.1.2.2. Produksi ....................................................... 45

5.1.2.3. Biaya Tetap .................................................. 46

5.1.2.4. Biaya Total ................................................... 48

5.2. Penerimaan Usaha .................................................................... 48

5.3. Pendapatan .............................................................................. 49

5.4. Analisis R/C rasio .................................................................... 50

5.5. Analisis B/C rasio .................................................................... 51

5.6. Break Even Point (BEP) .......................................................... 52

Page 12: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

5.7. Payback Periode ....................................................................... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan .............................................................................. 55

6.2. Saran.......................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57

LAMPIRAN.................................................................................................... 60

Page 13: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Sistem Agribisnis ..................................................................................... 7

2. Rantai Tata Niaga Jahe untuk Pasar Lokal .............................................. 14

3. Rantai Tata Niaga Jahe untuk Pasar Ekspor ............................................ 15

4. Kerangka Pemikiran Konseptual.............................................................. 22

5. Saluran Pemasaran Pada Industri Rumah Tangga Ayu Lestari ............... 38

Page 14: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

DAFTAR GAMBAR

1. Sistem Agribisnis .................................................................................... 23

2. Rantai Tata Niaga Jahe untuk Pasar Lokal ............................................. 25

3. Rantai Tata Niaga Jahe untuk Pasar Ekspor ........................................... 26

4. Kerangka Pemikiran Konseptual............................................................. 33

5. Saluran Pemasaran Pada Industri Rumah Tangga Ayu Lestari .............. 50

Page 15: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia terkenal sebagai negara tropis yang kaya flora dan fauna.

Negara ini memiliki 30.000 jenis flora dari 40.000 jenis flora yang tumbuh di

dunia, Indonesia sebagai negara terkaya kedua dalam hal keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tak hanya digunakan sebagai bahan

pangan ataupun untuk dinikmati keindahannya saja, tetapi juga bermanfaat

sebagai bahan untuk mengobati berbagai penyakit. Manfaat keanekaragaman

hayati bagi manusia sangat beragam seperti sebagai obat, kosmetik, pengharum,

penyegar, pewarna dan beberapa manfaat lainnya.

Selanjutnya dikatakan Indonesia memiliki banyak ragam tanaman yang

bisa dijadikan tanaman obat-obatan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh

IPTEKnet yang bekerja sama dengan CODATA ICSUD pada tahun 2002 tercatat

terdapat 263 jenis tanaman yang berfungsi sebagai tanaman obat (IPTEKNET,

2007: 1).

Didukung besarnya manfaat dan khasiat dari tanaman obat tersebut

sehingga jumlah permintaan akan produk jamu dan minuman kesehatan

berkembang secara pesat. Pasar jamu dan minuman kesehatan di Indonesia sangat

besar dengan omzet diperkirakan sekitar Rp 7,2 triliun per tahun yang diisi oleh

sekitar 129 industri besar dan sekitar 1.037 anggota berupa Industri Kecil Obat

Tradisional (IKOT) yang terdaftar dalam Gabungan Pengusaha Jamu (GP-Jamu),

termasuk industri rumah tangga dan pengecer. Untuk memperluas pasar dari

Page 16: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

produk jamu dan minuman kesehatan maka dilakukan ekspor ke berbagai negara.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat bahan alam Indonesia (GP

Jamu), negara tujuan ekspor yaitu Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Vietnam,

Hongkong, Taiwan, Afrika Selatan, Nigeria, Arab Saudi, Timur Tengah, Rusia

dan Cili (Bank Indonesia, 2007: 1).

Salah satu jenis tanaman obat adalah jahe (Zingiber offincanale) yang

mengandung zat aktif zingeron. Jahe merupakan komoditas pertanian yang

dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai kalangan dan salah satu

komoditi ekspor yang handal menambah devissa negara. Pemasaran jahe

Indonesia ke luar negeri dalam bentuk segar, kering maupun olahan. Produk ini

juga memiliki prospek ekonomi yang cukup baik, karena banyak digunakan

sebagai bahan baku makanan dan minuman (Harmono dan Andoko, 2005: 1).

Jahe dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa

pada makanan dan minuman, sebagai bahan campuran pada industri obat dan

jamu tradisional. Banyak sekali minuman yang terbuat dari jahe yaitu bandrek,

sekoteng, dan bir pletok. Bir pletok merupakan salah satu minuman tradisional

yang berasal dari Jakarta. Birpletok adalah minuman alami yang terbuat dari jahe

merah, kapulaga, pandan, dan aneka rempah lainnya. Rasanya pedas, hangat dan

melegakan tenggorokan. Sangat bermanfaat untuk mengatasi asma, batuk pilek,

masuk angin, pegal-pegal. Kontra indikasi:penderita darah tinggi dan gangguan

maag kronis (BPTP, 2005 :1).

Orang Betawi memanfaatkan jahe sebagai salah satu bahan untuk

pembuatan bir pletok. Meskipun dinamakan bir, namun bir pletok ini tidak

2

Page 17: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

mengandung alkohol. Jaman dahulu orang Betawi menghidangkan bir pletok

sebagai cara menandingi kolonial Belanda yang gemar memanfaatkan bir dalam

perjamuan (BPTP, 2005: 1). Salah satu usaha industri yang membuat minuman

sari jahe (bir pletok) adalah Skala Rumah Tangga Ayu Lestari. Skala Rumah

Tangga Ayu Lestari memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi industri

minuman tradisional yang besar dikarenakan Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

merupakan satu-satunya skala usaha kecil yang ada di Jakarta yang tetap

melestarikan minuman tradisional dari Betawi (Jakarta). Pendapatan bagi dunia

usaha sangat penting untuk melanjutkan usaha yang dijalankan terutama bagi

industri rumah tangga dan khususnya bagi Skala Rumah Tangga Ayu Lestari.

Oleh karena itu diperlukan penelitian di perusahaan tersebut untuk membantu

pemilik usaha dalam membuat analisa pendapatan, penerimaan dan pengeluaran

usaha minuman sari jahe (bir pletok) dalam satu bulan.

1.2. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah

dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Berapa pendapatan usaha minuman tradisional Betawi sari jahe (bir pletok)

di Skala Rumah Tangga Ayu Lestari?

2. Sejauh mana prospek keberlanjutan usaha minuman tradisional Betawi sari

jahe (bir pletok) di Skala Rumah Tangga Ayu Lestari?

3

Page 18: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka secara

umum bertujuan :

1. Mengetahui pendapatan usaha minuman tradisional Betawi sari jahe (bir

pletok) di Skala Rumah Tangga Ayu Lestari.

2. Menganalisis keberlanjutan usaha usaha minuman tradisional Betawi sari

jahe (bir pletok) di Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dengan menggunakan

R/C rasio, B/C rasio, BEP (Break Even Point), dan PP (Payback Periode).

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Perusahaan, hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada pemilik

usaha dalam melakukan perencanaan dan pengaturan keuangan usaha.

2. Peneliti, hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang telah diperoleh

selama kuliah dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Jakarta.

3. Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah

wawasan serta sebagai bahan informasi atau rujukan untuk penelitian

berikutnya.

4

Page 19: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Tanaman Obat

Menurut Siswanto (2004: 7), tumbuhan obat adalah seluruh spesies

tumbuhan yang diketahui atau dipercaya berkhasiat obat, dan dapat

dikelompokkan menjadi :

1. Tumbuhan obat tradisional yaitu spesies tumbuhan yang dapat diketahui

dan dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah

digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

2. Tumbuhan obat modern yaitu spesies tumbuhan yang secara alamiah telah

dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat

dan penggunaanya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

3. Tumbuhan obat potensial yaitu tumbuhan yang digunakan mengandung

senyawa dan bioaktif yang berkhasiat obat tapi belum dapat dibuktikan

secara alamiah, medis atau penggunaanya sebagai bahan obat tradisional

sulit ditelusuri.

Menurut BPS (2000: 1), tanaman obat didefinisikan sebagai tanaman yang

bermanfaat sebagai obat-obatan yang dikonsumsi dari berbagai tanaman

berupa daun, bunga, buah umbi (rimpang) atau akar. Sementara itu definisi

tanaman obat Indonesia menurut Departemen Kesehatan RI dalam Siswanto

(2004: 8), tercantum dalam SK Menkes N0. 149/Menkes/IV/1978 sebagai

berikut :

Page 20: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

a. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat

tradisional atau jamu.

b. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula

bahan baku.

c. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman

tersebut digunakan sebagai obat.

2.1.2. Minuman Tradisional Betawi

Minuman dan Makanan Tradisional Betawi adalah minuman dan makanan

yang terbuat dari bahan yang berasal dari sumber lokal dan memiliki citra rasa

yang relatif yang sesuai dengan selera masyarakat setempat yang berasal dari

Jakarta. Minuman sehat diartikan sebagai minuman yang dapat meningkatkan

fungsi fisiologis tubuh seperti menghilangkan stress, menurunkan kandungan

kolesterol, menigkatkan sistem pertahanan tubuh mencegah kanker, membantu

meningkat fungsi otak dan sebagainya disamping memiliki rasa dan aroma yang

enak serta kandungan gizi yang sesuai dengan peruntukkannya (BPTP, 2005: 5)

2.1.3. Agribisnis Jahe

Menurut Arsyad dalam Firdaus (2008: 7) menyatakan agribisnis adalah

suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata

rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan

pertanian dalam arti luas. Rahim dan Hastuti (2007: 89) menjelaskan bahwa

agribisnis (agribusiness) berasal dari kata agri (agriculture) dan bisnis (usaha

komersial). Downey dan Erickson (1987: 5) membagi agribisnis menjadi tiga

6

Page 21: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

sektor yang saling tergantung secara ekonomis, yaitu sektor masukan (input),

produksi (farm), dan sektor keluaran (output). Sektor masukan menyediakan

perbekalan kepada para pengusaha tani untuk dapat memproduksi hasil tanaman

dan ternak. Termasuk ke dalam masukan ini adalah bibit, pupuk, bahan kimia,

mesin pertanian, bahan bakar, dan banyak perbekalan lainnya. Sektor usahatani

memproduksi hasil tanaman dan hasil ternak yang diproses dan disebarkan kepada

konsumen akhir oleh sektor keluaran. Menurut Krisnamurthi (2000: 2), agribisnis

merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif yang terdiri dari beberapa

subsistem, yaitu (1) subsistem pengadaan sarana produksi pertanian; (2) subsistem

produksi usahatani; (3) subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian

(agroindustri); (4) subsistem pemasaran hasil pertanian; dan (5) subsistem

kelembagaan penunjang kegiatan pertanian. Subsistem kedua dan sebagian dari

subsistem pertama dan ketiga di atas merupakan on-farm agribusiness, sedangkan

subsistem lainnya merupakan off-farm agribusiness seperti terlihat pada Gambar 2

di bawah ini.

Agribisnis hulu

(up stream-off farm agribusiness)

Saprodi pertanian

Usahatani (on farm agribusiness)

Budidaya

Agribisnis hilir (down stream-off farm

agribusiness)

Pemasaran

Supporting Institution

(pendukung)

Gambar 1. Sistem Agribisnis (Sumber: Krisnamurthi, 2000; 3)

7

Page 22: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Agribisnis mencakup banyak sektor, seperti sektor tanaman pangan,

hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Jahe (Zingiber

officinale) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari

India sampai Cina. Klasifikasi botani tanaman jahe sebagai berikut (Harmono,

2005: 3):

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Keluarga : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber officinale.

Menurut Rahim dan Hastuti (2007: 193), tahap dalam sistem agribisnis

terdiri dari empat tahap yaitu agribisnis hulu, usahatani, agribisnis hilir dan sarana

pendukung. Tahap dalam sistem agribisnis secara lebih rinci dijabarkan dalam

sub-bab di bawah ini.

2.1.3.1.Agribisnis Subsistem Hulu (up stream-off farm agribusiness)

Menurut Rahim dan Hastuti (2007: 193), agribisnis subsistem hulu

merupakan bagian pengadaan saprodi (sarana produksi) pertanian seperti

benih/bibit, pupuk, pestisida, peralatan, dan sarana lain. Secara umum, sarana

produksi yang digunakan dalam agribisnis jahe untuk menunjang kegiatan

usahataninya (budidaya) terdiri dari benih/bibit jahe, pupuk, pestisida, dan

peralatan seperti cangkul, polibag, sprayer, dan plastik sungkup.

8

Page 23: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

2.1.3.2.Usahatani (on farm agribusiness)

Menurut Harmono (2005: 18), proses dalam budidaya jahe harus melalui

beberapa tahap, yaitu tahap pembibitan, pengolahan lahan dan penanaman,

pemeliharaan tanaman (penjarangan dan penyulaman, pemangkasan, pemupukan),

dan panen. Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan budidaya jahe yaitu

kesesuaian syarat tumbuh yang dikehendaki seperti tanah, suhu udara, curah

hujan, intensitas cahaya matahari, kelembaban, dan ketinggian tempat.

Tanah yang serasi atau memenuhi syarat untuk tanaman jahe ialah tanah

yang subur, banyak mengandung humus, serta mempunyai derajat keasaman tanah

(pH) berkisar antara 4,3-7,4. Umumnya tanah yang baik untuk pertumbuhan jahe

adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. Suhu udara yang baik

bagi tanaman jahe adalah suhu harian yang berkisar antara 20-35ºC yang diikuti

oleh cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak

kurang dari 70%. Tanaman jahe tidak tahan terhadap kekeringan, sehingga curah

hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/tahun. Jahe dapat tumbuh di dataran

rendah pada 100 m dpl sampai di ketinggian lebih dari 1.000m dpl

Benih yang digunakan harus jelas asal usulnya, sehat dan tidak tercampur

dengan varietas lain. Rimpang yang akan digunakan untuk benih harus sudah tua

minimal berumur 10 bulan. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu

dan mencangkul tanah sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-

sisa tanaman yang sukar lapuk. Jarak tanam 60 cm x 40 cm. Pemupukan

dilakukan sebanyak 4 kali pemupukan susulan. Pemupukan 30 HST (hari setelah

tanam), 60 HST, 90 HST, dan 120 HST. Pemeliharaan terdiri dari penyiangan

9

Page 24: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

gulma, penyulaman dan pembumbunan. Penyiangan setelah umur 4 bulan.

Penyulaman dilakukan pada umur 1 – 1,5 bulan setelah tanam. Pembumbunan

dilakukan pada saat telah terbentuk rumpun dengan 4 - 5 anakan. Panen untuk

konsumsi dimulai pada umur 6 sampai 10 bulan. Tetapi, rimpang untuk benih

dipanen pada umur 10 - 12 bulan. Cara panen dilakukan dengan membongkar

seluruh rimpangnya menggunakan garpu, cangkul, kemudian tanah yang

menempel dibersihkan.

Menurut Harmono (2005: 3), Secara umum jahe dipasarkan dalam dua

bentuk, yaitu jahe segar dan olahan. Jahe segar adalah jahe yang dipanen,

dibersihan dari akar dan tanah yang melekat kemudian dijual. Sementara itu, jahe

olahan bisa berupa jahe kering, bubuk jahe, minyak jahe dan oeloresin jahe.

Dalam proses pengolahan jahe, pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah

jadi termasuk kandungan senyawa yang berperan dalam performansinya, harus

tetap diperhatikan karena berkaitan dengan hasil akhir olahan. Setelah panen,

rimpang harus segera dicuci dan dibersihkan dari tanah yang melekat. Pencucian

disarankan menggunakan air yang bertekanan, atau dapat juga dengan merendam

jahe dalam air, kemudian disikat secara hati-hati. Setelah pencucian jahe ditiriskan

dan diangin-anginkan dalam ruangan yang berventilasi udara yang baik, sehingga

air yang melekat akan teruapkan. Kemudian jahe dapat diolah menjadi berbagai

produk atau langsung dikemas dalam karung plastik yang berongga dan siap untuk

diekspor.

Dari jahe dapat dibuat berbagai produk yang sangat bermanfaat dalam

menunjang industri obat tradisional, farmasi, kosmetik dan makanan/minuman.

10

Page 25: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Ragam bentuk hasil olahannya, antara lain berupa simplisia, oleoresin, minyak

atsiri dan serbuk. Berikut ini salah satu pengolahan jahe yaitu sari jahe (bir

pletok).

Menurut BPPT (2005: 13), cara pembuatan bir pletok harus mempunyai

standar prosedur operasional (SPO). Standar prosedur operasional (SPO) terdiri

dari SPO bir pletok cair, SPO sterilisasi, SPO pembotolan bir pletok.

a. SPO bir pletok cair

1. Rempah-rempah dicuci dari kotoran.

2. Bagian yang busuk dibuang.

3. Rempah-rempah dikecilkan ukurannya. Khususnya jahe diiris tipis.

4. Semua bahan ditimbang sesuai formula

5. Didihkan air sampai suhu mencapai 95-105° C

6. Masukkan semua bahan-bahan tersebut kecuali kayu secang dan gula.

Panci harus ditutup.

7. Biarkan rebusan selama 30 menit.

8. Masukkan kayu secang. Biarkan sampai warna air rebusan menjadi merah

selama 3-5 menit.

9. Angkat semua bahan dari air rebusan.

10. Air rebusan disaring dengan menggunakan kain saring (sebaiknya

digunakan dengan ukuran 150 mesh

11. Tambahkan gula kedalam air rebusan yang telah disaring,

12. Rebus kembali sampai mendidih selama 3-5 menit. Air rebusan disaring

lagi dengan menggunakan saring (150 mesh)

11

Page 26: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

13. Bir pletok siap disajikan atau dilakukan pembotolan.

b. SPO sterilisasi

1. Bagian luar dan bagian dalam botol dicuci dengan sabun dan sikat sampai

bersih dari semua kotoran.

2. Bersihkan tutup botol dari kotoran yang menempel.

3. Tutup botol diperiksa apakah berkarat atau tidak

4. Apabila berkarat jangan digunakan.

5. Botol diisi dengan iar sampai penuh

6. Botol tersebut bersama dengan tutup botol yang akan digunakan direbus

pada air mendidih (95-105° C) selama 45-60 menit

7. Angkat botol dan tutup botol dari air rebusan. Buang air yang ada didalam

botol. Kemudian tiriskan botol dengan posisi terbalik. Botol yang telah

kering siap untuk digunakan.

c. SPO pembotolan bir pletok

1. Tuang bir pletok kedalam bool tetapi jangan samapi penuh. Sisakan kira-

kira 10% dari volume botol.

2. Botol ditutup dengan menggunakan alat pengepres (alat penutup botol)

3. Balikkan botol untuk memeriksa apakah penutupan sudah baik atau belum.

Apabila masih terjadi perembesan berarti penutupan belum benar. Buka

kembali tutup botol dan lakukan penutupan ulang dengan menggunakan

tutup botol yang baru. Periksa kembali apakah penuutupan sudah baik

atau belum.

12

Page 27: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

4. Lakukan proses sterilisasi dengan cara merebus botol tadi pada suhu

minimal 80° C selama 30 menit. Air dalam panci harus memnuhi stengah

sampai tiga perempat botol.

5. Angkat dan tiriskan botol dengan posisi terbalik. Apabila terjadi

perembesan, maka proses 3 dan 4 harus diiulang kembali

6. Biarkan sampai dingin.

7. Lakukan pelabelan dan penyegelan botol.

8. Simpan bir pletok dengan posisi normal (tidak terbalik).

9. Bir pletok siap dipasarkan.

2.1.3.3.Agribisnis Subsistem Hilir (down stream-off farm agribusiness)

Rahim dan Hastuti (2007: 194), agribisnis subsistem hilir merupakan

kegiatan yang terdiri dari atas agroindustri (pengolahan hasil-hasil pertanian) dan

pemasaran agribisnis. Pada agribisnis jahe, secara umum jahe dapat diolah

menjadi jahe segar dan jahe olahan.

2.1.3.4. Sarana Pendukung (Supporting Institution)

Menurut Harmono (2005: 90), sarana pendukung dalam agribisnis jahe di

Indonesia belum dimiliki sehingga perlu dibentuk Organisasi Jahe Indonesia

untuk memfasilitasi dan memperjuangkan kepentingan industri jahe Indonesia

dalam mewujudkan sistem dan usaha agribisnis jahe yang berdaya saing,

berkerakyatan dan berkelanjutan.

13

Page 28: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

2.1.3.5. Tata Niaga Jahe

Menurut Harmono (2005: 20) Tata niaga jahe terdiri atas tiga pihak yang

terlibat didalamnya, yaitu produsen, perantara, dan konsumen. Produsen adalah

petani yang menanam jahe; perantara adalah pedagang pengumpul, pedagang

besar dan eksportitr; serta konsumen adalah masyarakat pengguna dan industri

yang memerlukan jahe, baik dalam bentuk segar maupun olahan. Secara umum

tata niaga jahe dibagi menjadi dua, yaitu tata niaga jahe untuk pasar lokal dan tata

niaga jahe untuk pasar ekspor.

a. Tata Niaga untuk Pasar Lokal

Menurut Harmono (2005: 20) Rantai tata niaga untuk jahe yang dijual di

pasar lokal terdiri atas petani, pedagang pengumpul, pedagang antar kecamatan,

pedagang besar, pedagang eceran dan konsumen.

Petani Pedagang

pengumpul Pedagang

antar

kecamatan

Pedagang

besar

Konsumen Pedagang

eceran

Gambar 2. Rantai Tata Niaga Jahe untuk Pasar Lokal.

b. Tata Niaga untuk Pasar Ekspor

14

Page 29: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Rantai tata niaga jahe untuk pasar ekspor terdiri dari petani, pedagang

pengumpul, pedagang antar kecamatan, eksportir dan konsumen.

Petani Pedagang

pengumpul

Pedagang antar

kecamatan

Konsumen Eksportir

Gambar 3. Rantai Tata Niaga Jahe untuk Pasar Ekspor.

2.1.4. Industri Kecil atau Usaha Kecil (UK)

2.1.4.1. Pengertian Usaha Kecil

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995 dalam

Anoraga dan Sudantoko (2002: 330) pengertian usaha kecil adalah kegiatan

ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau

hasil penjualan tahunan atau kepemilkan sebagaimana diatur dalam undang-

undang. Kriteria usaha kecil dalam undang-undang tersebut tercantum dalam

paada pasal 5 ayat 1, sebagai berikut:

1. Memliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau;

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu

milyar rupiah)

3. Milik Warga Negara Indonesia

15

Page 30: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perushaan

yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak

langsung dengan usaha menengah atau usaha besar;

5. Berbentuk usaha orang-perorangan, badan usha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang pertama dan kedua,

nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang

diatur dengan peraturan pemerintah.

Menurut BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM dalam Guk Seta (2007:

1) menggolongkan suatu usaha sebagai usaha kecil jika memiliki omset kurang

dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha menengah, batasannya adalah usaha yang

memiliki omset antara Rp 1 sampai dengan Rp 50 milyar per tahun.

2.1.4.2. Karakteristik Usaha Kecil

Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002: 225-226) secara umum sektor

usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti

kaedah administrasi pembukuan standar. Kadang kala pembukuan tidak

diperbarui, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya.

2. Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.

3. Modal terbatas.

4. Pengalaman manjerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.

5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu

menekan biaya mencapai titik efisien jangka panjang.

16

Page 31: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta deversifikasi pasar sangat terbatas.

7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,

mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan

dana di pasar modal, sebuah perusahaan haarus mengikuti sistem administrasi

standar dan harus transparan.

Menurut BPS dalam Adiningsih (2008: 5), BPS juga membagi jenis IKM

(Industri Kecil Menengah) berdasarkan besarnya jumlah pekerja, yaitu: (a)

kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja di bawah 3 orang termasuk

tenaga kerja yang tidak dibayar, (b) usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja

sebanyak 5 - 9 orang, (c) usaha menengah, sebanyak 20-99 orang.

2.1.5. Biaya

Menurut Mulyadi (2002: 8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi

yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan

terjadi untuk tujuan tertentu. Adapun biaya menurut Niswonger (1992: 732)

adalah jumlah yang terpakai atau jasa yang digunakan dalam proses menghasilkan

pendapatan.

Biaya tetap adalah biaya-biaya yang harus dibayar oleh penjual

sederhananya karena mereka ada dalam usaha tersebut. (Revino, 2006: 66). Biaya

tetap adalah biaya yang nilainya tetap tidak tergantung volume usaha serta tidak

mempengaruhi hasil akhir yang ingin diperoleh dari usaha ini (Mulyono, 2002:

147). Biaya tetap merupakan biaya-biaya yang dalam batas-batas tertentu tidak

berubah apabila tingkat kegiatan produksi berubah (Rasyaf, 1993: 256).

17

Page 32: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Biaya tidak tetap (variabel) merupakan biaya yang berubah secara

langsung dan berbanding lurus terhadap jumlah produksi suatu produk (Revino,

2006: 65). Biaya variabel adalah biaya yang secara langsung berkaitan dengan

jumlah tanaman yang diusahakan dan dengan input variabel yang dipakai, seperti

penyiangan, pupuk, tenaga kerja tidak tetap, bibit, dan sebagainya (Mahekam dan

Malcolm, 1991: 93). Biaya variabel merupakan besar kecilnya biaya yang

dikeluarkan tergantung pada kapasitas produksi yang bersangkutan (Rasyaf, 2000:

18), sedang menurut Usry (2004: 59) biaya variabel sebagai biaya yang secara

total menigkat terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun terhadap

penurunan dalam aktivitas.

Menurut Usry (2004: 61) untuk merencanakan, menganalisis,

mengendalikan, atau mengevaluasi biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda,

biaya tetap dan biaya variabel harus dipisahkan.

2.1.6. Pendapatan

Menurut Soemarso (2002: 274), pendapatan adalah peningkatan jumlah

aktiva atau penurunan kewajiban yang timbul dari penyerahan baang atau jasa

atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode. Menurut Niswonger (1992:

197), pendapatan dari penjualan adalah seluruh total tagihan kepada

pelanggan atas barang yang dijual, baik secara tunai maupun secara kredit.

Pendapatan yaitu pertambahan harta diluar tambahan investasi yang

mengakibatkan modal bertambah. Pendapatan usaha yaitu pendapatan yang

diperoleh dari hasil usaha pokok perusahaan(untuk perusahaan dagang

18

Page 33: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

penjualan), sedangkan pendapatan diluar usaha yaitu pendapatan yang

diperoleh dari bukan usaha pokok perusahaan (diluar poko usaha).

Jadi pendapatan merupakan seluruh total tagihan kepada pelanggan atau

barang yang dijual, baik secara tunai maupun secara kredit yang diperoleh

dari hasil usaha pokok perusahaan (untuk perusahaan dagang penjualan) yang

mengakibatkan peningkatan jumlah aktiva atau pertambahan harta diluar

tambahan investasi yang mengakibatkan modal bertambah atau penurunan

kewajiban yang timbul dari penyerahan baranga atau jasa atau aktivitas usaha

lainnya dalam suatu periode.

2.1.7. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

Rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio) menunjukkan berapa besarnya

penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam

produksi usaha. Dengan kata lain analisis rasio atas biaya produksi dapat

digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha. Artinya

dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah usaha

menguntungkan atau tidak (Harmono,2005: 67).

Tingkat pendapatan usaha dapat diukur menggunakan analisis imbangan

penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) yang didasarkan pada perhitungan

secara finansial. Analisis ini menunjukkan besar penerimaan usaha yang akan

diperoleh pengusaha untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

usaha. Jika R/C ratio meningkat menunjukkan peningkatan penerimaan. Usaha

dikatakan layak jika R/C ratio bernilai lebih besar dari satu (R/C > 1) yang artinya

19

Page 34: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan

yang lebih besar daripada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan usaha

menguntungkan. Bila R/C ratio bernilai lebih kecil dari satu (R/C < 1) yang

artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan

penerimaan yang lebih kecil daripada tambahan biaya atau secara sederhana

kegiatan usaha mengalami kerugian.

2.1.8. Analisis Keuntungan dan Biaya (B/C Ratio)

Analisis B/C ratio adalah perbandingan antara tingkat keuntungan atau

pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha

dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari nol

(0), semakin besar nilai B/C maka semakin besar pula manfaat yang akan

diperoleh dari usaha tersebut (Rahardi dan Hartono, 2003: 69)

Menurut Rasyaf (1991: 155) bahwa hasil penjualan yang mampu menutupi

biaya-biaya dan pajak maka keuntungan atau pendapatan yang diperoleh

merupakan keuntungan bersih, maka usaha tersebut menguntungkan dan layak

untuk dilanjutkan

2.1.9. Titik Pulang Pokok (Break Even Point)

Analisis pulang pokok adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan

seperti jumlah produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan serta

pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya (Umar, 1997:202).

20

Page 35: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

BEP (break even point) modal merupakan titik impas usaha. Dari nilai

BEP diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak

memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian (Wiryanta, 2002:79).

Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume produksi dan BEP harga

produksi.

2.1.10. Payback Periode

Payback Periode adalah masa pengembalian modal, artinya lama periode

waktu untuk mengembalikan modal investasi. Cepat atau lambatnya sangat

tergantung pada sifat aliran kas masuknya jika aliran kas masuknya besar atau

lancar maka proses pengembalian modal akan lebih cepat dengan asumsi modal

yang digunakan tetap atau tidak ada penambahan modal selama umur proyek

(Sofyan, 2002:18).

2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual

Industri Rumah Tangga Ayu Lestari melakukan usaha pembuatan

minuman berupa sari jahe. Dalam melakukan proses produksi minuman tersebut

mengeluarkan biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dari

produk yang dihasilkan, produk tersebut dijual dan akan menghasilkan

penerimaan. Kemudian hasil penjualan produk minuman sari jahe tersebut

merupakan penerimaan yang didapat maka akan dianalisis usaha minuman

tersebut. Indikator dari usaha tersebut berupa Pendapatan Usaha, R/C rasio, R/C

Rasio, Payback Period (PP), dan Break Even Point (BEP). Berdasarkan uraian di

21

Page 36: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

atas maka gambaran kerangka pemikiran konseptual dalam penelitian ini sebagai

berikut:

Bir Pletok

Biaya Produksi : - Biaya Tetap

- Biaya Variabel

Penerimaan

Pendapatan Usaha

R/C Rasio

B/C Rasio

BEP (Break Even Point)

PP (Payback Period)

Kelanjutan Usaha

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual

22

Page 37: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Skala Rumah Tangga Ayu Lestari Jalan Setu

Babakan Rt 09 Rw 08 Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,

Ciganjur Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive) berdasarkan informasi dari BPTP (Badan Pengolahan dan Teknologi

Pangan) dan merupakan salah satu usaha rumah tangga minuman sari jahe (bir

pletok). Penelitian dilakukan dalam waktu dua bulan yaitu bulan

Oktober - November 2008.

3.2. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

data kuantitatif. Sumber datanya berasal dari data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara

langsung dengan pemilik usaha Skala Rumah Tangga Ayu Lestari. Data Sekunder

diperoleh dari Departemen Pertanian, dan lembaga-lembaga terkait atau dari

pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua metode yaitu

pengamatan/teknik observasi, wawancara/interview. Pengamatan/teknik

Page 38: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

observasi yaitu dengan mengamati secara langsung objek penelitian sehingga

dapat diperoleh gambaran yang nyata tentang segala aktivitas pembuatan

minuman sari jahe (bir pletok). Wawancara atau interview yaitu melakukan tanya

jawab secara langsung dengan pemilik Industri Rumah Tangga Ayu Lestari.

Pengumpulan data menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner.

3. 4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif

dan kuantitaf. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat kegiatan pembuatan

minuman sari jahe dan hal yang terkait akan diuraikan secara deskriptif. Analisis

kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi. Analisis ini bertujuan untuk

menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca, dalam penelitian ini

analisis data meliputi Pendapatan Usaha, R/C Ratio, B/C Rasio, Break Even Point

(BEP), dan Payback Period (PP).

Data yang telah terkumpul melalui tahapan-tahapan pengeditan,

pengolahan dan penyusunan dalam bentuk tabulasi sehingga data tersebut siap

untuk dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu

kalkulator dan program Microsoft Excel.

3. 4. 1. Analisis Pendapatan

Menurut Soeharjo dan Patong (1973:45), pendapatan dibedakan menjadi

pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas

biaya tunai adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang benar-benar

24

Page 39: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

dikeluarkan, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah selisih antara

penerimaan dikurangi dengan total biaya.

Analisis pendapatan usaha dilakukan terhadap biaya kegiatan produksi

dari awal pembuatan hingga pengemasan yang dilakukan dalam satu bulan.

Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui nilai pendapatan yang diperoleh

Industri Rumah Tangga Ayu Lestari. Metode perhitungan pendapatan usaha

minuman sari jahe (bir pletok) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Metode Perhitungan Pendapatan Usaha Minuman Sari Jahe (Bir

Pletok)

Uraian

Jumlah

Fisik

Harga

Satuan

(Rp)

Nilai

(Rp)

A. Arus Penerimaan

1. Produk yang dihasilkan (Qy)

2. Harga satuan produksi (Py)

3. Total Penerimaan (Y)

(1)

(2)

(1x2)=(3) B. Arus Pengeluaran

1. Biaya Tetap

• Upah tenaga kerja (b1)

• PBB (b2)

• Penyusutan Peralatan dan bangunan (b3)

Total Biaya Tetap (BT)

(4)

(7)

(10)

(5)

(8)

(11)

(4x5)=( (6)

(7x8)=( (9)

(10x11)=( (12)

(6)+(9)+(12)=(13)

2. Biaya Variabel

• Listrik

• Air

• Telepon

• ..............

Total Biaya Variabel (BV)

(14)

(17)

(20)

(15)

(18)

(21)

(14x15)=(16)

(17x18)=( (19)

(20x21)=( (22)

(16)+(19)+(22)=(23)

TOTAL SELURUH PENGELUARAN (TC) (13+23)=(24) PENDAPATAN (∏) (3-24) R/C RATIO (3)/(24) Sumber : Hernanto, 1989 (dimodifikasi)

25

Page 40: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Berdasarkan Tabel di atas maka dapat dibuatkan rumus matematika

sebagai berikut ini:

Perhitungan penerimaan sebagai berkut:

Y = Qy . Py

dimana :

Y = penerimaan usaha

Qy = produk yang dihasilkan

Py = harga jual produk yang dihasilkan

Perhitungan pengeluaran sebagai berikut:

TC = BT + BV

dimana :

TC = biaya total

BT = biaya tetap

BV = biaya variabel

Perhitungan pendapatan adalah sebagai berikut:

∏ = TC – Y

dimana :

∏ = pendapatan

TC = biaya total

Y = penerimaan usaha

3.4.1.1. Penyusutan

Menurut Suratiyah (2006: 35), untuk memperhitungkan penyusutan pada

dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut

dapat memberikan manfaat bagi suatu usaha. Salah satu cara yang dapat

26

Page 41: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

digunakan untuk memperhitungkan nilai penyusutan sekaligus digunakan dalam

penelitian ini adalah metode garis lurus. Formula yang biasa digunakan adalah:

Penyusutan = Harga beli – Nilai sisa Umur Ekonomis

3.4.2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

Menurut Soeharjo dan Patong (1986:79), R/C (Revenue Cost Ratio) adalah

pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut. Analisa ini

digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha.

Jika nilai R/C ratio di atas satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh

manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah. . Secara sistemastis R/C rasio

dapat dirumuskan sebagai berikut:

R/C ratio = Total Penerimaan Penjualan Produk

Total Biaya

Analisis ini digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan dari

usahatani. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C rasio lebih

besar dari satu (R/C > 1), hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai rupiah yang

dikeluarkan dalam produksi akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan

yang diperoleh.

3.4.3. Analisis Keuntungan dan Biaya (B/C Ratio)

Analisis keuntungan dan biaya (B/C Ratio) adalah perbandingan antara

tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu

usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari

nol, semakin besar nilai B/C maka semakin besar nilai manfaat yang akan

27

Page 42: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

diperolehh dari usaha tersebut (Rahardi dan Hartono, 2003: 69). Secara matematis

ditulis :

B/C ratio = Total Keuntungan / Laba

Total Biaya

3.4.4. Break Even Point (BEP)

Menurut Wiryanta (2002:79), BEP (break even point) merupakan titik

impas usaha. Dari nilai BEP diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa

suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian.

Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume produksi dan BEP harga

produksi. Dirumuskan sebagai berikut :

BEP volume produksi (botol) = Total Biaya

Harga Penjualan

BEP harga produksi (Rp/botol) = Total Biaya

Total Produksi

3. 4. 5. Payback Periode

Menurut Sofyan (2002:19), teknik payback periode digunakan untuk

menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha akan kembali jika

alternatif aliran kas yang didapat dari usaha yang diusulkan akan kembali, maka

alternatif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang

terbaik.

Menurut Lukman (2004:444), payback periode adalah perhitungan atau

penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutup nilai investasi suatu

28

Page 43: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

proyek dengan menggunakan aliran kas yang dihasilkan oleh proyek tersebut.

Perhitungan payback periode untuk suatu proyek yang mempunyai pola aliran kas

yang sama dari tahun ke tahun dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Payback Periode = Nilai Investasi Aliran Kas

3. 5. DEFINISI OPERASIONAL

x 1 tahun

1. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli segala

keperluan yang dibutuhkan sebelum memulai suatu usaha.

2. Biaya produksi adalah penjumlahan dari dua jenis biaya yaitu biaya tetap

dan biaya variabel.

3. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh Industri Rumah Tangga

Ayu Lestari selama proses produksi yang besarnya tidak dipengaruhi oleh

banyaknya produksi yang dihasilkan.

4. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Industri Rumah

Tangga Ayu Lestari yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya produksi

yang dihasilkan.

5. Biaya total merupakan penjumlahan total biaya tetap dan total biaya

variabel.

6. Penerimaan merupakan hasil produksi dikali dengan harga jual.

7. Pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya total.

8. R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi

selama satu bulan.

9. B/C Ratio adalah perbandingan antara pendapatan dengan biaya produksi

29

Page 44: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

selama satu bulan.

10. BEP (break even point) adalah titik pertemuan antara biaya dan

penerimaan dimana usaha tidak mengalami rugi atau untung.

11. PP (Payback Periode) adalah perbandingan antara investasi yang

dikeluarkan dengan pendapatan usaha yang diperoleh.

12. Penyusutan adalah pengurangan harga beli dengan nilai sisa kemudian

hasil tersebut dibandingkan dengan umur ekonomis dimana nilai sisa

diasumsikan sama dengan nol.

30

Page 45: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

BAB IV

GAMBARAN UMUM USAHA

SKALA RUMAH TANGGA AYU LESTARI

4.1. Sejarah Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

Pada awalnya Ayu Lestari merupakan kelompok usaha wanita. Kelompok

tersebut terdiri para ibu-ibu yang tinggal di Setu Babakan. Tujuan terbentuknya

kelompok ini untuk membantu keuangan keluarga dan meningkatkan pengetahuan

dan wawasan. Ketua kelompok tersebut adalah Ibu Rosmayanti. Kelompok usaha

wanita terbentuk pada tahun 1997.

Menurut Ibu Rosmayanti, nama Ayu Lestari mempunyai arti yaitu Ayu

artinya cantik dan Lestari arti berkesinambungan. Sehingga dari nama tersebut

tersirat harapan bahwa usaha yang dijalankan oleh sekelompok wanita cantik ini

dapat berkesinambungan. Kelompok usaha Ayu Lestari telah melakukan

kerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat Ekonomi Universitas

Pancasila. Bentuk kerjasama tersebut berupa pelatihan manajemen, pelatihan

administrasi usaha dan kesediaan lembaga ini sebagai fasilitator dalam

peminjaman modal berbentuk kredit tanpa agunan kepada pihak lain.

Kerjasama lain juga dilakukan dengan pihak Dinas Pertanian DKI Jakarta

dalam bentuk penyuluhan usaha pertanian. Penyuluhan usaha pertanian tersebut

berbentuk pelatihan cara pembuatan minuman sari jahe (bir pletok) yang

merupakan minuman tradisional Betawi pada tahun 1998. Tetapi pada tahun 2000

kelompok Ayu Lestari bubar dikarenakan anggota kelompok tersebut mempunyai

kesibukan masing-masing. Tetapi Ibu Rosmayanti tetap menjalankan usaha ini

sendiri sebagai bentuk kepedulian dalam melestarikan kebudayaan Betawi

Page 46: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Menurut Ibu Rosmayanti, sejarah minuman tradisional Betawi yaitu bir

pletok berawal pada masa penjajahan Belanda. Pada waktu itu, banyak tentara

Belanda yang gemar minum-minuman keras yang beralkohol yaitu bir. Menurut

tentara tersebut minuman bir bermanfaat untuk menghangatkan tubuh pada waktu

malam hari yang dingin. Masyarakat Betawi pada waktu itu ingin juga ikut

minum-minuman tersebut tetapi takut dosa karena mengandung alkohol.

Kemudian untuk menandingi tentara Belanda tersebut, masyarakat Betawi

membuat minuman sejenis yang terbuat dari berbagai jenis rempah-rempah yang

bermanfaat dapat menghangatkan tubuh. Minuman ini berkhasiat menurunkan

gejala masuk angin, kelelahan, mengatasi sariawan bahkan reumatik

Harapan pemilik dari usaha pembuatan minuman sari jahe (bir pletok)

adalah semoga usaha yang dijalankan lebih maju pada masa yang akan datang dan

menjadikan minuman sari jahe (bir pletok) menjadi minuman yang sangat

bermanfaat dan dikenal masyarkat luas.

4.2. Lokasi Usaha dan Keadaan Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

Sejak tahun 1998 dan sampai saat ini Industri Rumah Tangga Ayu Lestari

terletak di Jalan Setu Babakan Rt 09 Rw 08 Kelurahan Srengseng Sawah,

Kecamatan Jagakarsa, Ciganjur Jakarta Selatan. Batas wilayah lokasi penelitian

ini adalah sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan, sebelah selatan

berbatasan dengan Kelurahan Ciganjur, sebelah barat berbatasan dengan

Kelurahan Jati Baru, Desa Krukut dan Jawa Barat, sebelah timur berbatasan

dengan Kelurahan Lenteng Agung dan Kelurahan Serengseng Sawah.

32

Page 47: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Perusahaan ini berupa skala rumah tangga yang memiliki luas banguan 40

m² yang terdiri dua ruangan yaitu ruangan kantor yang berukuran 2 m x 4 m yang

berfungsi sebagai ruang kerja pengelola dan ruangan produksi sekaligus gudang

yang berukuran 8 m x 4 m.

4.3. Struktur Organisasi Usaha Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

Dalam Skala Rumah Tangga Ayu Lestari tidak mempunyai struktur

organisasi. Dalam struktur organisasi ini, pemilik merangkap sebagai pengelola.

Semua keputusan dalam kegiatan usaha merupakan wewenang pemilik mulai dari

belanja bahan baku, meramu bahan baku, pengemasan dan pemasaran hasil

produk. Pemilik dalam menjalankan kegiatan usaha minuman sari jahe (bir pletok)

dibantu oleh dua orang tenaga kerja.

Pimpinan merupakan pemilik sekaligus sebagai pengelola adalah

Rosmayanti pemegang posisi puncak, yang memiliki tugas untuk mengevaluasi

pemasukan dan pengeluaran keuangan serta sebagai pengambil keputusan dalam

kegiatan usaha. Pada tenaga kerja pertama dipegang oleh Endang yang memiliki

tugas belanja bahan baku, produksi, dan pengemasan. Pada tenaga kerja kedua

dipegang oleh Imas yang memiliki tugas belanja bahan baku, produksi, dan

pengemasan.

4.5. Kegiatan Produksi Perusahaan

Kegiatan yang dilakukan pada usaha pembuatan minuman sari jahe (bir

pletok) diantaranya:

33

Page 48: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

1. Persiapan bahan

Tujuan persiapan bahan adalah agar proses pembuatan minuman sari jahe

berjalan dengan lancar. Bahan yang disiapkan adalah rempah-rempah, jahe, gula

pasir dan botol. Rempah-rempah terdiri dari kayu secang, kayu manis, kapulaga,

lada hitam, cabe jawa, biji pala, daun pandan, daun jeruk purut, cengkeh, kayu

mesoyi dan serai. Perlakuan persiapan pada masing-masing bahan berbeda-beda

yaitu:

a. Rempah-rempah

Rempah-rempah yang digunakan adalah adalah kayu secang sebanyak 2,7

persen, kayu manis sebanyak 1,1 persen, kapulaga sebanyak 1,6 persen, lada

hitam sebanyak 1,1 persen, cabe jawa sebanyak 1,1 persen, biji pala sebanyak 1,1

persen, daun pandan sebanyak 1,4 persen, cengkeh sebanyak 0,5 persen, kayu

mesoyi sebanyak 0,5 persen, daun jeruk sebanyak 0,5 persen dan serai

sebanyak1,4 persen. Rempah-rempah yang sudah tersedia dicuci dan dibersihkan.

Tujuan dari pencucian adalah menghilangkan kotoran yang menempel

dengan air yang mengalir. Setelah rempah-rempah dicuci kemudian dilakukan

penyortiran. Tujuan penyortiran rempah-rempah yang sudah dibersihkan adalah

untuk memisahkan bahan baku yang berkualitas bagus dengan kualitas jelek. Cara

penyortiran dengan cara manual yaitu memisahkan rempah-rempah yang baik

dengan yang jelek. Setelah rempah-rempah selesai disortir, selanjutnya dilakukan

proses penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan tujuan agar kualitas sari

jahe sesuai yang telah ditentukan. Penimbangan menggunakan timbangan kue

34

Page 49: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

yang sering digunakan ibu rumah tangga. Rempah-rempah yang telah selesai

ditimbang kemudian siap untuk digunakan.

b. Jahe

Jahe yang sudah tersedia dicuci dan dibersihkan. Tujuan dari pencucian

adalah menghilangkan kotoran yang menempel dengan air yang mengalir. Setelah

jahe dicuci kemudian dilakukan penyortiran. Tujuan penyortiran jahe yang sudah

dibersihkan adalah untuk memisahkan bahan baku yang berkualitas bagus dengan

kualitas jelek. Cara penyortiran dengan cara manual yaitu memisahkan jahe yang

baik dengan yang jelek Setelah jahe selesai disortir, selanjutnya dilakukan proses

penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan tujuan agar kualitas sari jahe sesuai

dosis yang telah ditentukan. Penimbangan menggunakan timbangan kue yang

sering digunakan ibu rumah tangga. Jahe yang ditimbang sebanyak 32,6 persen.

Jahe yang telah selesai ditimbang kemudian dilakukan pengirisan. Tujuan

pengirisan adalah agar sari-sari yang terdapat dalam jahe dapat keluar secara

maksimal. Jahe yang telah diiris siap untuk digunakan untuk membuat minuman

sari jahe.

c. Gula Pasir

Gula pasir yang digunakan terlebih dahulu ditimbang. Penimbangan

dilakukan dengan tujuan agar memperoleh kadar gula yang tepat untuk

memberikan rasa manis yang ditentukan. Penimbangan menggunakan timbangan

kue. Jahe yang ditimbang sebanyak 54,3 persen.

35

Page 50: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

d. Botol

Botol-botol yang digunakan adalah botol bekas. Botol tersebut direndam

selama 30 menit dalam ember berisi air bersih. Tujuan perendaman adalah supaya

kotoran-kotoran yang menempel di dalam dan di luar botol dapat dengan mudah

dibersihkan. Setelah itu botol tersebut dicuci dengan menggunakan spons, sikat

botol dan sabun yang telah dicairkan dengan air.

Tujuan pencucian adalah menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel

di dalam dan di luar botol. Cara pencucian adalah spons direndam dalam sabun

yang telah dicairkan kemudian spons tersebut digosok-gosokkan di luar badan

botol dan sikat botol dimasukkan ke dalam botol untuk membersihkan bagian

dalam botol dengan cara sikat tersebut dinaikkan diturunkan. Setelah botol

tersebut sudah bersih kemudian botol dicuci bersih dengan air yang mengalir.

Botol yang sudah bersih kemudian botol tersebut dilakukan perebusan.

Tujuan perebusan adalah mensterilisasikan botol dari kuman dan virus agar botol

tersebut aman digunakan. Botol yang sudah bersih kemudian botol tersebut diisi

air sampai penuh. Setelah itu, botol dimasukkan ke dalam panci yang berisi air

setinggi setengah dari tinggi botol. Dalam satu panci berisi 15 botol. Perebusan

dilakukan selama 30 menit dengan menggunakan kompor gas. Setelah 30 menit,

botol tersebut dikeluarkan dari dalam panic dengan menggunakan lap bersih dan

air yang ada dalam botol tersebut dituang ke dalam ember. Air tersebut dapat

digunakan untuk mensterilisasi botol yang berikutnya. Botol yang telah

disterilisasikan kemudiankan ditiriskan agar botol benar-benar kering dari sisa-

sisa air yang berada di dalam botol. Dan botol siap untuk digunakan.

36

Page 51: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

2. Perebusan

Setelah persiapan bahan selesai, selanjutnya dilakukan proses perebusan.

Perebusan dilakukan dengan tujuan agar sari-sari bahan baku dapat keluar secara

maksimal. Jahe direbus di dalam panci berisi air sebanyak 63 liter pada

suhu 100° C selama 30 menit. Setelah 30 menit, masukkan rempah-rempah lain ke

dalam rebusan jahe tersebut. Rempah-rempah tersebut direbus selma 30 menit.

Kemudian gula pasir dimasukkan sebanyak 54,34 persen, larutkan gula tersebut

dalam rebusan air yang berisi jahe dan rempah-rempah.

3. Penyaringan

Setelah dilakukan perebusan, air rebusan jahe tersebut dilakukan

penyaringan. Tujuan dari penyaringan adalah menyaring ampas dari rebusan jahe

dan rempah. Penyaringan menggunakan saringan kotak berukuran 40 cm x 60 cm

dan lubang kain saringan dengan ukuran 150 mesh

4. Pengisian Ke Dalam Botol dan Penutupan

Pengisian dilakukan setelah air rebusan sari jahe tersebut disaring. Air sari

jahe diisi ke dalam botol berukuran 630 ml. Kemudian botol berisi sari jahe di

tutup dengan tutup botol lalu botol tersebut dilakukan sterilisasi. Sterilisasi

dilakukan selama 30 menit.

5. Pengemasan dan Penyimpanan

Pengemasan dilakukan setalah sterilisasi botol yang berisi air sari jahe

diangkat dari dalam botol dan kemudian botol tersebut tidak panas lagi.

Pengemasan yang dilakukan adalah penempelan label dan penyegelan tutup botol.

37

Page 52: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Setelah pengemasan selesai, botol tersebut ditaruh ke dalam krat yang telah

disediakan.

4.6. Saluran Pemasaran

Pemasaran sebagai kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau

menyampaikan hasil produksi dari perusahaan ke konsumen. Industri Rumah

Tangga Ayu Lestari dalam menjalani usaha produksi minuman tradisional betawi

sari jahe (bir pletok) dikelola Ibu Rosmayanti memiliki dua jalur pemasaran. Jalur

pemasarannya meliputi beberapa pelanggan yang berada di Setu Babakan dan

konsumen yang membeli langsung datang ke perusahaan. Berikut ini saluran

pemasaran pada Industri Rumah Tangga Ayu Lestari terdapat pada Gambar 6.

Pengecer Konsumen

Industri Rumah

Tangga Ayu

Lestari

Konsumen

Gambar 5. Saluran Pemasaran pada Industri Rumah Tangga Ayu Lestari

Berdasarkan Gambar 5 di atas, diketahui Industri Rumah Tangga Ayu

Lestari hanya memiliki dua jalur pemasaran. Jalur pertama, Ayu Lestari

memasarkan produknya ke pengecer lalu dari pengecer dijual lagi kepada

konsumen. Jalur kedua, Ayu Lestari langsung memasarkan produknya kepada

konsumen. Pemasaran yang dilakukan di Industri Rumah Tangga Ayu Lestari

38

Page 53: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

tidak mengenal waktu artinya pada waktu libur produksi tetap melakukan

penjualan produk ke konsumen.

39

Page 54: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Biaya Produksi Usaha Pembuatan Minuman Sari Jahe

Biaya produksi pembuatan minuman Sari Jahe (Bir Pletok) pada Skala

Rumah Tangga Ayu Lestari menggambarkan besarnya penggunaan input-input

produksi dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama proses berlangsung.

Input produksi meliputi bahan baku, kemasan, tenaga kerja, peralatan dan bahan

bakar gas dan kompor gas.

5.1.1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli segala

keperluan yang dibutuhkan sebelum memulai suatu usaha. Biaya investasi yang

dikeluarkan oleh Skala Rumah Tangga Ayu Lestari adalah bangunan dan

pengadaan peralatan usaha berupa timbangan, panci, alat pres tutup botol, kompor

gas, saringan bulat dan kotak, ember besar, krat besar dan kecil, meja dan kursi

kantor, dan kipas angin. Berikut ini komponen biaya investasi pada Skala Rumah

Tangga Ayu Lestari terdapat pada Tabel 2.

Page 55: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Tabel 2. Komponen dan Biaya Investasi Pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

Pada Tahun 2008

No.

Komponen Biaya Investasi

Jumlah

(Rp) Prosentase

(%) 1. Bangunan 50.000.000 92,25 2. Mesin press tutup botol 375.000 0,69

3. Kompor gas 450.000 0,83 4. Ember bulat 240.000 0,44 5. Saringan bulat 11.000 0,02 6. Saringan kotak 170.000 0,26 7. Krat besar 1.000.000 1,84 8. Krat kecil 500.000 0,92 9. Panci 600.000 1,10

10. Timbangan 150.000 0,27

11. Meja dan kursi kantor 500.000 0,92 12. Kipas angin 200.000 0,36

Total biaya investasi 54.196.000 Sumber: Data Primer Industri Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

Berdasarkan Tabel 2 di atas, total biaya investasi yang dikeluarkan oleh

Skala Rumah Tangga Ayu Lestari yaitu sebesar Rp 54.196.000,-. Biaya investasi

terbesar adalah biaya bangunan sebesar Rp 50.000.000,- (92,25 %). Hal ini

dikarenakan bangunan tersebut merupakan bangunan permanen dan digunakan

sebagai tempat produksi dan ruangan kantor. Biaya bangunan merupakan modal

sendiri. Biaya terbesar kedua adalah biaya peralatan usaha sebesar Rp 3.121.000,-

(7,75 %). Biaya peralatan digunakan untuk membeli semua peralatan yang

digunakan untuk menjalankan usaha.

5.1.2. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam

proses jahe menjadi sari jahe. Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dalam proses

produksi mengeluarkan biaya-biaya yang diperlukan dalam satu tahun produksi

40

Page 56: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

yang berasal modal sendiri. Biaya produksi usaha pembuatan Sari Jahe (Bir

Pletok) terdiri dari biaya variabel (variable cost), dan biaya tetap (fixed cost).

5.1.2.1. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya sangat tergantung pada jumlah

produksi. Tergolong biaya variabel pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

meliputi biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya kemasan, biaya bahan bakar

kompor, biaya listrik dan biaya transportasi.

a. Biaya Tenaga Kerja

Usaha pembuatan minuman sari jahe (bir pletok) yang terdapat pada Skala

Rumah Tangga Ayu Lestari menggunakan tenaga kerja pria dan tenaga kerja

wanita luar keluarga. Hari kerja Senin sampai dengan Minggu selama tujuh jam

per hari, yaitu pukul 07.00 – 14.00. Tenaga kerja pada Skala Rumah Tangga Ayu

Lestari berjumlah dua orang dengan sistem upah harian. Upah tenaga kerja yang

berlaku pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari sebesar Rp 50.000,- per hari atau

sekitar Rp 1.500.000,- per bulan. Sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk semua

tenaga kerja adalah sebesar Rp 3.000.000,- per bulan. Tenaga kerja dalam

keluarga yang digunakan yaitu Rosmayanti yang merupakan pemilik dan tenaga

kerja tetap sekaligus pimpinan industri tersebut. Biaya tenaga kerja tetap per bulan

sebesar Rp 2.000.000,-.

b. Biaya Bahan Baku

41

Page 57: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Biaya bahan baku adalah biaya yang digunakan untuk membeli bahan

baku untuk pembuatan minuman sari jahe (bir pletok). Jenis bahan baku untuk

pembuatan minuman sari jahe (bir pletok) pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis Bahan Baku untuk Pembuatan Minuman Sari Jahe (Bir Pletok)

Dalam Satu Bulan Produksi Pada Industri Rumah Tangga Ayu Lestari.

No.

Jenis Bahan

Baku

Kebutuhan/

bulan

(kg)

Harga

(Rp/kg)

Jumlah

(Rp)

1. Jahe 180 6.500 1.170.000

2. Kayu secang 15 25.000 375.000 3. Gula pasir 300 6.300 1.890.000 4. Kayu manis 6 35.000 210.000 5. Kapulaga 9 190.000 1.710.000 6. Lada hitam 6 120.000 720.000 7. Cabe jawa 6 95.000 570.000 8. Biji pala 6 110.000 660.000 9. Daun pandan 7,5 4.000 30.000

10. Daun jeruk purut 3 170.000 510.000 11. Cengkeh 3 160.000 480.000 12. Kayu Mesoyi 3 2.500 7.500

13. Serai 7,5 6.000 45.000

TOTAL 8.362.500 Sumber : Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

Bahan baku minuman sari jahe (bir pletok) ini terdiri dari bahan baku

utama dan bahan penunjang. Bahan baku yang paling banyak digunakan yaitu

jahe dan gula pasir. Hal ini dikarenakan bahan baku tersebut merupakan bahan

baku utama. Bahan baku penunjang adalah kayu secang, kayu manis, kapulaga,

lada hitam, cabe jawa, biji pala, daun pandan, cengkeh, kayu mesoyi, daun jeruk

dan serai. Bahan baku tersebut dibeli di pasar tradisional di daerah Pasar Minggu.

Pembelian bahan baku tersebut, ada yang dibeli mingguan dan bulanan. Bahan

42

Page 58: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

baku yang dibeli mingguan adalah jahe, daun jeruk purut, serai, dan daun pandan.

Bahan baku yang dibeli bulanan adalah kayu secang, kayu manis, kapulaga, lada

hitam, cabe jawa, biji pala, cengkeh, dan kayu mesoyi. Total biaya bahan dalam

satu bulan produksi sejumlah Rp. 8.362.500,-.

c. Biaya Kemasan

Biaya kemasan terdiri dari botol, tutup botol, segel dan label. Total Biaya

kemasan keseluruhan sebesar Rp. 6.105.000,-. Harga kemasan tersebut masing-

masing adalah Rp. 700,- per botol, Rp. 350,- per tutup botol, Rp. 100,- per segel,

dan Rp. 700,- per label. Botol yang digunakan diperoleh dari penadah barang

bekas (botol) yang mengantarkan langsung ke Skala Rumah Tangga Ayu Lestari.

Tutup botol dan segel dibeli di toko kimia di daerah Jatinegara. Label yang

digunakan dipesan di percetakan setiap bulan. Tutup botol, segel dan label dibeli

setiap bulan sebanyak 2000 buah

d. Biaya Transportasi

Biaya transportasi digunakan untuk biaya ongkos naik kendaraan umum

untuk membeli bahan baku dan biaya kemasan sebesar Rp 25.000,- per minggu.

Bahan baku yang dibeli per bulan yaitu kayu secang, kayu manis, kayu mesoyi,

lada hitam, cengkeh, kapulaga, biji pala dan cabe jawa. Hal ini dikarenakan bahan

tersebut awet dan tahan lama karena dalam bentuk kering. Sedangkan bahan baku

yang dibeli per minggu yaitu jahe, daun jeruk purut, daun pandan dan gula pasir.

43

Page 59: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

e. Biaya Bahan Bakar

Bahan bakar kompor yang digunakan adalah gas. Dalam sebulan

menggunakan 10 buah tabung gas ukuran besar. Harga gas per tabung adalah

Rp. 75.000,-. Jadi biaya bahan bakar setiap bulan sebesar Rp 750.000,-. Bahan

bakar ini digunakan untuk memasak sari jahe (bir pletok) dan mensterilisasi botol

yang akan digunakan.

f. Biaya Listrik

Biaya yang harus dibayarkan oleh Industri Rumah Tangga Ayu Lestari

untuk membayar listrik adalah Rp 30.000,- per bulan. Hal ini dikarenakan hanya

menggunakan dua buah lampu untuk diruangan produksi dan kantor dan satu buah

kipas angin yang digunakan dari jam 07.00 sampai 14.00 (jam kerja).

g. Total Biaya Variabel

Total biaya variabel merupakan penjumlahan dari komponen-komponen

dari biaya variabel pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari. Berikut ini Tabel 4

merupakan komponen biaya variabel pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

dalam satu bulan produksi pada tahun 2008.

44

Page 60: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

No.

Komponen Biaya Variabel Biaya

(Rp) Prosentase

(%) 1. Bahan Baku 8.362.500 40,65 2. Tenaga kerja 5.000.000 24,31 3. Kemasan 6.105.000 29,68

4. Transportasi 100.000 0,6 5. Bahan Bakar Kompor 750.000 4,55 6. Listrik 30,000 0,18

Total Biaya Variabel 20.347.500 100

Tabel 4. Komponen dan Biaya Variabel Pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari Dalam Satu Bulan Produksi Pada Tahun 2008.

Sumber : Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

Tabel 4 menunjukan bahwa total biaya variabel yang harus dikeluarkan

oleh Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dalam satu bulan produksi adalah sebesar

Rp. 20.347.500,-. Biaya variabel terbesar yang harus dikeluarkan oleh Industri

Rumah Tangga Ayu Lestari adalah biaya bahan baku sebesar

Rp. 8.362.500,- (54,48%).

5.1.2.2. Produksi

Produksi yang dihasilkan oleh Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

bervariasi tergantung dari permintaan konsumen. Berikut ini produksi dan

penjualan selama satu bulan produksi.

45

Page 61: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Tabel 5. Jumlah Produksi, Penjualan dan Persediaan Selama Satu Bulan Produksi Pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

Tanggal Produksi

(botol) Penjualan

(botol) Sisa

(botol) Stok

(botol) 19 Nopember 2008 110 35 75 75 20 Nopember 2008 107 60 47 122 21 Nopember 2008 115 10 105 227 22 Nopember 2008 105 56 49 276 23 Nopember 2008 112 90 32 298 24 Nopember 2008 107 0 107 405 25 Nopember 2008 114 62 52 457

TOTAL 770 313 457

RATA-RATA/

HARI

110

45

65

65

RATA-RATA/

BULAN

3300

1350

1950

1950

Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

Berdasarkan Tabel diatas diketahui total produksi selama satu minggu

sebanyak 770 botol atau rata-rata per hari sebanyak 110 botol atau dalam satu

bulan produksi sebanyak 3300 botol. Total penjualan selama satu minggu

sebanyak 313 botol atau rata-rata per hari sebanyak 45 botol atau dalam satu bulan

produksi sebanyak 1350 botol. Stok produksi pada Industri Rumah Tangga Ayu

Lestari diperlukan dikarenakan minuman sari jahe (bir pletok) mempunyai daya

tahan lama selama tujuh bulan, saat libur poduksi industri tersebut tetap

melakukan penjualan dan mengalami fluktuasi penjualan.

5.1.2.3. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang

besarnya tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan. Tergolong

46

Page 62: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

No

Uraian

Umur

Ekonomis Jumlah

(Unit) Harga

Satuan

(Rupiah)

Nilai

(Rupiah)

Penyusutan

(bulan)

Persentase

(%)

1. PBB 125.000 125.000 10.417 1,95 2. Bangunan 20 tahun 1 buah 50.000.000 50.000.000 208.333 77,99 3. Mesin Press Tutup Botol 2 tahun 3 buah 125.000 375.000 10.417 1,95 4. - Kompor Gas 2 tahun 2 buah 225.000 450.000 18.750 3,51

5. - Ember Bulat 2 tahun 2 buah 120.000 240.000 10.000 1,87 6. - Saringan Bulat 2 tahun 1 buah 11.000 11.000 458 0,09 7. - Saringan Kotak 2 tahun 1 buah 170.000 170.000 7.083 1,33 8. - Krat Besar 2 tahun 10 buah 100.000 1.000.000 8.333 1,56 9. - Krat Kecil 2 tahun 10 buah 50.000 500.000 4.167 0,78

10. - Panci 2 tahun 4 buah 150.000 600.000 12.500 2,34 11. - Timbangan 2 tahun 1 buah 150.000 150.000 6.250 1,17 12. - Meja dan Kursi Kantor 2 tahun 1 buah 500.000 500.000 20.833 3,89 13 - Kipas Angin 2 tahun 1 buah 200.000 200.000 8.333 1,56

TOTAL Rp. 325.875 100

biaya tetap pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari meliputi biaya PBB, biaya

penyusutan bangunan, dan biaya penyusutan peralatan. Nilai sisa diasumsikan

sama dengan nol. Gambaran mengenai biaya tetap disajikan pada Tabel 6

Tabel 6. Komponen dan Biaya Tetap Pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

Dalam Satu Bulan Produksi Pada Tahun 2008

Sumber : Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

Tabel 6 menunjukkan bahwa biaya yang terbesar dari biaya tetap yang

harus dikeluarkan oleh Skala Rumah Tangga Ayu Lestari adalah biaya untuk

penyusutan bangunan adalah sebesar Rp. 208.333,- (77,99 %). Biaya penyusutan

bangunan diperlukan untuk digunakan perbaikan sarana bangunan yang rusak.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk PBB(Pajak Bumi dan Bangunan) adalah

Rp. 10.417,- (1,95 %). Biaya yang harus dikeluarkan untuk penyusutan peralatan

adalah sebesar dan Rp. 107.124,-. Dalam Skala Rumah Tangga Ayu Lestari,

peralatan yang mengalami penyusutan antara lain timbangan, panci, alat pres

tutup botol, kompor gas, saringan bulat dan kotak, ember besar, krat besar dan

47

Page 63: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

kecil, meja kantor, dan kipas angin. Berdasarkan hasil analisa biaya tetap, maka

biaya tetap harus yang dikeluarkan oleh Skala Rumah Tangga Ayu Lestari adalah

sebesar Rp. 325.875,-.

5.1.2.4. Biaya Total

Biaya total merupakan penjumlahan total biaya tetap dan total biaya

variabel. Gambaran mengenai total biaya produksi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Komponen Total Biaya Usaha Pembuatan Minuman Sari Jahe (Bir

Pletok) Pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari Dalam Satu Bulan

Produksi Pada Tahun 2008

No. Komponen Biaya Biaya

(Rp) 1. Biaya Variabel 20.347.500 2. Biaya Tetap 325.875

Total Biaya Produksi 20.673.375

Sumber : Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

Tabel 7 menunjukan bahwa total biaya produksi yang harus dikeluarkan

oleh Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dalam satu bulan produksi adalah sebesar

Rp. 20.673.375,-. Biaya ini meliputi biaya tetap, yaitu sebesar

Rp. 325.875,- dan biaya variabel sebesar Rp. 20.347.500,-. Biaya yang paling

besar proporsinya adalah biaya variabel yaitu sebesar Rp. 20.347.500. Hal ini

dikarenakan biaya bahan baku merupakan komponen utama dari pembuatan

minuman sari jahe (bir pletok).

5.2. Penerimaan Usaha

48

Page 64: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Penerimaan usaha merupakan hasil produksi dikali dengan harga jual.

Besarnya penerimaan usaha pembuatan minuman sari jahe (bir pletok) dalam satu

tahun produksi. Harga jual minuman sari jahe (bir pletok) per botol adalah Rp

8.000. Berikut ini Tabel 8 mengenai penerimaan usaha pembuatan minuman sari

jahe (bir pletok) pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari.

Tabel 8. Penerimaan Usaha Pembuatan Minuman Sari Jahe (Bir Pletok) Pada

Skala Rumah Tangga Ayu Lestari Dalam Satu Bulan Produksi Tahun

2008

Uraian Nilai (Rp)

Produksi (botol):

- Penjualan : 45 botol x 30 hari = 1.350

- Stok : 65 botol x 30 hari = 1.950

3.300

Harga (Rp/botol) 8.000

Penerimaan (Rp/bulan) 26.400.000

Sumber : Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

Tabel 8 menunjukkan hasil produksi minuman sari jahe (bir pletok) yang

dihasilkan oleh Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dalam satu bulan produksi

adalah sebanyak 3.300 botol. Harga jual bir pletok per botol adalah Rp 8.000,-.

Hasil penerimaan yang diterima oleh Industri Rumah Tangga Ayu Lestari dalam

satu bulan produksi adalah Rp. 26.400.000,-.

5.3. Pendapatan

Pendapatan usaha pembuatan minuman sari jahe (bir pletok) merupakan

selisih antara nilai produksi (penerimaan) dengan biaya total yang dikeluarkan.

Gambaran mengenai pendapatan usaha pembuatan minuman sari jahe (bir pletok)

pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari disajikan pada Tabel 9.

49

Page 65: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Tabel 9. Pendapatan Usaha Pembuatan Minuman Sari Jahe (Bir Pletok) Pada

Skala Rumah Tangga Ayu Lestari Dalam Satu Bulan Produksi Tahun

2008

Uraian Jumlah

Penerimaan :

Minuman Sari Jahe (Bir Pletok) (A)

Rp. 26.400.000

Total Biaya Variabel

Total Biaya Tetap

Total Biaya Produksi (B)

Rp 20.347.500

Rp. 325.875

Rp. 20.673.375

Jumlah Pendapatan (A-B) Rp. 5.726.625

Sumber : Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

Tabel 9 menunjukkan bahwa penerimaan pada Skala Rumah Tangga Ayu

Lestari Ayu Lestari dalam satu bulan produksi adalah sebesar Rp. 26.400.000,-.

Total biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh Industri Rumah Tangga Ayu

Lestari untuk pembuatan minuman Sari Jahe (Bir Pletok) adalah sebesar

Rp. 20.673.375,-. Pendapatan yang diterima dari hasil penjualan minuman Sari

Jahe (Bir Pletok) pada Industri Rumah Tangga Ayu Lestari adalah sebesar

Rp. 5.726.625,-.

5.4. Analisis R/C

Nilai R/C rasio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya

produksi selama satu bulan. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan

Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, nilai R/C rasio atas biaya total yang diperoleh

adalah sebesar 1,27. Hal ini menunjukkan bahwa dengan R/C rasio sebesar 1,27,

berarti untuk setiap Rp 100.000,- biaya yang dikeluarkan, maka Skala Rumah

50

Page 66: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Tangga Ayu Lestari telah memberikan penerimaan sebesar Rp 127.000,-. Dengan

R/C rasio sebesar 1,27, maka kondisi usaha minuman sari jahe (bir pletok) pada

Skala Rumah Tangga Ayu Lestari layak untuk dijalankan. Hasil analisis R/C rasio

dalam satu bulan produksi pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari terdapat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Analisis R/C Rasio Dalam Satu Bulan Produksi Pada Skala

Rumah Tangga Ayu Lestari

Uraian Nilai

Penerimaan

Minuman Sari Jahe (Bir Pletok) (A)

Rp 26.400.000

Total Biaya Produksi (B) Rp 20.673.375

R/C rasio (A/B) 1,27

Sumber : Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

5.5. Analisis B/C

Nilai B/C rasio adalah perbandingan antara pendapatan dengan biaya

produksi selama satu bulan. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan

Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, nilai B/C rasio atas biaya total yang diperoleh

adalah sebesar 0,27. Hal ini menunjukkan bahwa dengan B/C rasio sebesar 0,27,

berarti untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka Industri Rumah

Tangga Ayu Lestari akan memperoleh keuntungan atau pendapatan sebesar Rp.

27.000,-. Dengan B/C rasio sebesar 0,27, maka kondisi usaha minuman sari jahe

(bir pletok) pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari menguntungkan untuk

dijalankan. Hasil analisis B/C rasio dalam satu bulan produksi pada Skala Rumah

Tangga Ayu Lestari terdapat pada Tabel 11.

51

Page 67: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Tabel 11. Hasil Analisis B/C Rasio Dalam Satu Bulan Produksi Pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

Uraian Nilai

Pendapatan

Minuman Sari Jahe (Bir Pletok) (A)

Rp 5.726.625

Total Biaya Produksi (B) Rp 20.673.375

B/C rasio (A/B) 0,27

Sumber : Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

5.6. Break Even Point (BEP)

Analisis Break Even Point (BEP) dimaksudkan untuk mengetahui titik

impas dari usaha pembuatan minuman sari jahe (bir pletok) pada Skala Rumah

Tangga Ayu Lestari. BEP adalah titik pertemuan antara biaya dan penerimaan

dimana usahatani tidak mengalami rugi atau untung. BEP dibagi menjadi dua

yaitu BEP produksi dan BEP harga. BEP produksi adalah membagi total biaya

yang dikeluarkan oleh Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dalam usaha pembuatan

minuman sari jahe (bir pletok) dengan harga jual sari jahe (bir pletok), sedangkan

BEP harga adalah membagi total biaya yang dikeluarkan oleh Skala Rumah

Tangga Ayu Lestari dengan total minuman sari yang diproduksi. Analisis BEP

usaha pembuatan minuman sari jahe (bir pletok) Skala Rumah Tangga Ayu

Lestari terdapat pada Tabel 12.

52

Page 68: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Tabel 12. Hasil Analisis BEP Usaha Pembuatan Minuman Sari Jahe (Bir Pletok) pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari Dalam Satu Bulan Produksi

Pada Tahun 2008

Uraian Nilai (Rp) Total Biaya (Rp) (A) 20.673.375 Harga Jual (Rp/botol) (B) 8.000 Total Minuman Sari Jahe (Bir Pletok)

yang diproduksi (botol) (C)

3.300

BEP Produksi (A/B) (botol) 2.584

. BEP Harga (A/C) (Rp/botol) 6.264 Sumber : Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

Berdasarkan hasil analisis Tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa nilai

BEP produksi pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari sebesar 2.584 botol artinya

usaha pembuatan minuman sari jahe (bir pletok) pada perusahaan tersebut tidak

untung dan tidak rugi pada level output 2.584 botol perusahaan baru akan mulai

mendapat keuntungan jika output lebih besar 2.584 botol. Skala Rumah Tangga

Ayu Lestari mendapat keuntungan dari selisih produksi yang dihasilkan sejumlah

716 botol. BEP harga sebesar Rp. 6.264,- artinya usaha pembuatan minuman sari

jahe (bir pletok) pada perusahaan tersebut tidak untung dan tidak rugi pada harga

Rp. 6.264,- dan baru akan mulai mendapat keuntungan jika harga jual lebih besar

dari itu sehingga Skala Rumah Tangga Ayu Lestari mendapat keuntungan dari

selisih harga jual per botol yang dijual adalah Rp 1.736 per botol. Skala Rumah

Tangga Ayu Lestari dalam berusaha satu bulan sudah mendapatkan keuntungan

BEP produksi sejumlah 716 botol dan BEP harga sebesar Rp. 1.736 per botol.

5.7. Payback Periode (PP)

53

Page 69: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Analisis PP pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dimaksudkan untuk

menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha akan kembali. PP

adalah perbandingan antara investasi yang dikeluarkan dengan pendapatan usaha

yang diperoleh. Analisis payback periode usaha pembuatan minuman sari jahe (bir

pletok) pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Analisis Payback Periode Pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari

Dalam Satu Bulan Produksi Pada Tahun 2008

Jumlah (Rp)

Uraian Tanpa Bangunan Dengan Bangunan

Biaya Investasi (Rp) (A) 4.196.000 54.196.000 Pendapatan (Rp) (B) . 5.726.625 5.726.625 Payback Periode (bulan)

(A/B)

0,73

9,46

Sumber : Data Primer, Skala Rumah Tangga Ayu Lestari, 2008

Berdasarkan hasil payback periode pada Tabel di atas, dapat diketahui

bahwa usaha pembuatan minuman Sari Jahe (Bir Pletok) akan mengalami

payback periode pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari yaitu selama 9 bulan

13 hari (dengan bangunan) artinya modal yang dikeluarkan untuk investasi pada

Skala Rumah Tangga Ayu Lestari akan kembali modal pada bulan ke-9 setelah

usaha tersebut berjalan dan selama 21 hari (tanpa bangunan) artinya modal yang

dikeluarkan untuk investasi peralatan pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari akan

kembali modal pada hari ke-21 setelah usaha tersebut berjalan.

54

Page 70: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Pendapatan yang diperoleh Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dalam

pembuatan minuman sari jahe (bir pletok) adalah sebesar Rp. 5.726.625

dalam satu bulan produksi.

2. Nilai R/C ratio atas biaya total yang diperoleh Skala Rumah Tangga Ayu

Lestari adalah 1,27 dengan memiliki nilai Ratio tersebut, maka setiap

Rp. 100.000,- yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat sehingga

penerimaan yang diperoleh sebesar Rp. 127.00,-, dengan demikian usaha

pembuatan minuman sari jahe yang dilakukan Skala Rumah Tangga Ayu

Lestari secara keseluruhan menguntungkan dan layak untuk dijalankan.

Nilai B/C ratio atas biaya total yang diperoleh Skala Rumah Tangga Ayu

Lestari adalah 0,27 dengan memiliki nilai Ratio tersebut, maka setiap Rp.

100.000,- yang dikeluarkan akan memperoleh pendapatan sebesar Rp.

27.000, dengan demikian usaha pembuatan minuman sari jahe yang

dilakukan Skala Rumah Tangga Ayu Lestari secara keseluruhan

menguntungkan untuk dijalankan. Break Even Point (BEP) produksi pada

Skala Rumah Tangga Ayu Lestari adalah 2.584 botol. Break Even Point

(BEP) harga per botol pada Skala Rumah Tangga Ayu Lestari dalam usaha

pembuatan minuman sari jahe (bir pletok) adalah Rp 6.264. Skala Rumah

Page 71: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Tangga Ayu Lestari akan mengalami payback periode (PP) selama 9 bulan

13 hari (dengan bangunan) dan 21 hari (tanpa bangunan).

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat menyarankan :

Skala Rumah Tangga Ayu Lestari sebaiknya dikembangkan dengan

melalui pemasaran ditingkatkan. Pemasaran dilakukan kerjasama dengan toko

swalayan, warung jamu, supermarket, dsb. Hal ini dikarenakan perusahaan

mempunyai prospek yang bagus karena dalam satu bulan produksi sudah

mengalami keuntungan.

56

Page 72: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. Regulasi Dalam Revitalisassi Usaha Kecil Dan Menengah Di

Indonesia. 2007: 1halaman. http://www.news.org, 28 Februari 2009, pk.

18.30 WIB.

Adilwilaga, A. Ilmu Usahatani di Indonesia. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1975)

Anoraga, P. & J. Sudantoko. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil.

(Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

Ashari, S. Hortikultura : Aspek Budidaya. .(Jakarta: UI Press, 1995).

Bank Indonesia. Jamu. 2007: 1 halaman. http://www.bi.go.id, 20 Oktober 2008,

pk. 19.30 WIB.

Badan Pengolahan dan Teknologi Pertanian. Teknologi Pengolahan Bir Pletok.

(Jakarta: Deptan, 2005)

Downey dan Erickson. Akuntansi Biaya. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)

Firdaus. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: PT Penebar Swadaya, 2008)

Guk Seta. Definisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), 2008: 1halaman.

http://www.news.org, 28 Februari 2009, pk. 18.35 WIB.

Harmono & Agus Andoko. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. (Jakarta:

Agromedia Pustaka, 2005).

Hernanto, F. Ilmu Usahatani.. (Jakarta: Penebar Swadaya,1989).

IPTEK. Jamu. 2007: 1halaman. http://www.iptek.net.id, 20 Oktober 2008, pk.

18.30 WIB.

IPTEK. Jahe. 2007: 1halaman. http://www.iptek.net.id, 20 Oktober 2008, pk.

18.35 WIB.

Krisnamurthi, Bayu. Pengertian dan Ruang Lingkup Agribisnis. (Bogor:

Laboratorium Ekonomi dan Manajemen Agribisnis IPB,2000).

Lipsey, Richard G. et. all. Pengantar Mikro Ekonomi. Diterjemahkan oleh A. Jaka

Wasana Kirbrandoko (Jakarta: Binapura Aksara, 1995).

Page 73: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Lukman, Syamsudin. Manajemen Keuangan Perusahaan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)

Makeham, J. P. dan R. L. Malcom. Manajemen Usahatani Daerah Tropis.

Diterjemahkan oleh Basilius B. Teku (Jakarta: LP3ES, 1991).

Mubyarto. Pengantar Ekonomi Pertanian. (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES

Indonesia, 1995)

Mulyadi. Akuntansi Biaya. Ed. Ke-5. (Yogyakarta: Aditya Media, 2002)

Mulyono, Subangkit. Memelihara ayam Buras Berorientasi Agribisnis (Jakarta:

PT. Penebar Swadaya, 2002)

Niswonger, Rollin dkk. Prinsip-prinsip Akuntansi (Jakarta: Erlangga, 1992)

Paimin. Budidaya, Pengolahan dan Perdagangan Jahe. (Jakarta: Penebar

Swadaya, 2008)

Rahardi, F. & Rudi Hartono. Agribisnis Peternakan. (Jakarta: Penebar Swadaya,

2003).

Rahim, Astuti dan Diah Retno Dwi Hastuti. Pengantar, Teori dan Kasus

Ekonomika Pertanian. (Jakarta: PT Penebar Swadaya, 2007)

Rasyaf, Muhammad. Memasarkan Hasil Peternakan. (Jakarta: PT Penebar

Swadaya, 2000)

Revino. Purchasing Suatu Pengantar. (Jakarta: Djambatan, 2006)

Siswanto, Yuli Widiyastuti. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat. (Jakarta:

Penebar Swadaya, 2004).

Soeharjo, A dan Dahlan Patong. Sendi-sendi Pokok Usahatani. (Bogor:

Departemen Ilmu-Ilmu Sosial ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut

Pertanian Bogor, 1973).

Soekartawi, A. Soeharjo, J.L., Dillon and J.B., Hardaker. Ilmu Usahatani dan

Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Cetakan Kedua. (Jakarta:

UI Press, 1986).

Sofyan, Hanafi. Perdagangan Berjangka Ekonomi. (Jakarta: Gramedia, 2002).

Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar. Ed. Ke-4. (Jakarta, PT. Rineka Cipta,

2002).

Page 74: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …

Sutrisno, Koswara. Jahe dan Hasil Olahan. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994)

Suratiyah, Ken. Ilmu Usahatani. Cet. 1. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2006).

Tim Lentera. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah. (Jakarta: Agromedia Pustaka,

2002)

Tjakrawilaksana, A. Usahatani. (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983).

Umar, Husein. Metodetologi Penelitian. (Jakarta: Gramedia, 1997)

Usry, Carter. Akuntansi Biaya. Ed. Ke-13.(Jakarta: PT Penebar Swadaya, 2004)

Wiryanta, Bernadinus T. Wahyu. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan. Cet. 1.

(Jakarta: AgroMedia Pustaka, 2002).

23

Page 75: ANALISIS PENDAPATAN USAHA MINUMAN TRADISIONAL …