Top Banner
Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites LAPORAN PHARMACY CLERKSHIP (PRAKTEK KEPANITERAAN KLINIK)
73

237100501 case-bedah

Apr 12, 2017

Download

Education

homeworkping3
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 237100501 case-bedah

Get Homework/Assignment Done

Homeworkping.com

Homework Help

https://www.homeworkping.com/

Research Paper help

https://www.homeworkping.com/

Online Tutoring

https://www.homeworkping.com/

click here for freelancing tutoring sites

LAPORANPHARMACY CLERKSHIP

(PRAKTEK KEPANITERAAN KLINIK)

CASE REPORT STUDY BANGSAL BEDAH“KOLIK ABDOMEN DAN SUSP APPENDISITIS

KRONIK ”

Page 2: 237100501 case-bedah

Oleh:1. WINALDI FITRA S, S.Farm (1341012180)2. YESSI ELFITSYA, S.Farm (1341012185)

PROGRAM STUDI APOTEKER ANGKATAN IFAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALASPADANG

2014

Page 3: 237100501 case-bedah

BAB I

PENYUSUNAN INFORMASI DASAR

1.1 Data Pasien

Data UmumNo. MR : 14 20 3010 Ruangan : Rawat Inap BedahNama Pasien : Anisa Dokter yang merawat : dr. S,Sp.BAlamat : Ponpes al-hira aia

angek Jenis Kelamin : Perempuan Agama : IslamUmur : 15 tahun Pekerjaan : -Tinggi : -- Tgl Masuk : 06 Agustus 2014Berat : -- Tgl Keluar : 10 Agustus 2014

1.2 Anamnesa

Riwayat penyakit sekarang Pasien sakit perut sejak pagi tadi

Muntah 2 kali dari pagi

Perut terasa sakit sebelah kanan bawah

Mual

Nyeri BAK disangkal

Riwayat pengobatan -

Riwayat penyakit

sebelumnya

Radang usus 2 tahun yang lalu

Riwayat sosial dan

pekerjaan

-

Page 4: 237100501 case-bedah

1.3 Pemeriksaan Fisik dan Data Penunjang Lain

Vital sign

Tanggal

06/08 07/08 09/08 10/08 11/08

Tekanan Darah (mmHg) 110/80 110/80

Nafas (x/i) 20 -

Nadi (x/i) 82 82 84 84

Suhu ( 0C) 360 36,20 36,40 36,40

Turgor kulit

Page 5: 237100501 case-bedah

1.4 Data Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal

pemeriksaanPemeriksaan Normal Satuan Hasil

01/08/2014 Darah Hb 13,3- 17,2 g/dL 12,6

Leukosit 5000-10000 /pL 4,995

Hematokrit 37-43 (Pr) % 43,7

Trombosit 150-400.103 /µL 475000

Kimia

KlinikGDR < 200 mg/dL

1.5 Diagnosa

Kolik abdomen Q.C susp appendisitis kronik

1.6 Terapi

- Konsul dr.S.Sp,B

- Anjuran untuk di operasi dan di rawat

o Amoxicilin 3 X 1 Tab

o Ranitidin 2X 1 Tab

o PCT 3 x 1 Tab

Note dari IGD : telah di jelaskan pada pasien dan keluarga pasien

tentang kondisi pasien yang memerlukan tindakan operasi dan rawat

inap tapi pasien dan keluarga menolak dan tidaka akan menuntut

dokter dan rumah sakit jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

- Jawab konsul dr.S,Sp,B via phone

- IVFD RL 8 /kolf

- In.ranitidin 2 x1

- In,cefepune 2 x1

Page 6: 237100501 case-bedah

- Rawat bedah

1.7 Follow Up

Perjalanan penyakit pasien Instruksi dokter7/08-14 Kolik abdomen Q.c appendik Keluhan

- rasa nyeri sebelah kanan bawah

- mual

16.30 wib

OK

Keadaan pasien

8/08 -14

R/ IVFD 8/ kolf In.ranitidin 2x1 ap In.cefepine 2x1 ap

Rencana ok hari ini

R/Cefepine 2x1 Ketrolak 2x1 Ranitidin 2x1

Page 7: 237100501 case-bedah

1.8 Terapi Farmakologi

Nama obat DosisTanggal

29/06 30/06 01/07 02/07 03/07 04/07 05/07 06/07 07/07

IVFD RL 24 jam/kolf √ √ √ √ √ √ √ √ aff

Inj. Lasix 2x1 ampul (iv) √ √ √ aff

Inj. Lasix 1x1 ampul (iv) √ √ √ √ √

Inj. Ceftriaxone 1x2 g (iv) √ √ √ √ √ aff

ISDN 5 mg 3x1 (s.l) √ √ √ √ √ √ √ √ √

Miniaspri 80 mg 1x1 (p.o) √ √ √ √ √ √ √ √ √

Ulsidex 3x1 (p.o) √ √ √ √ √ √ √ √ √

Lansoprazol 1x1 (p.o) √ √ √ √ √ √ √ √ √

Biscor 10 mg 1x1 (p.o) √ √ √ √ √ √ √ √ √

Ambroxol 3x1 (p.o) √ √ √ √ √ √ √ √ √

Cefadroxil 2x1 (p.o) √ √ √ √

Spironolakton 2x1 (p.o) √ √ √

Metil prednisolon 4mg 1x1 (p.o) √ √

Diazepam 2 mg 1x1 (p.o) √

Page 8: 237100501 case-bedah

1.9 Obat Pulang

No. Nama Obat Dosis Durasi

1 Furosemid 40mg 1x1 5 hari

2 Aspilet 1x1 5 hari

3 KSR 1x1 5 hari

4 Diazepam 1x1 5 hari

5 Digoxin 1x1 5 hari

6 Cefadroxil 2x1 5 hari

Page 9: 237100501 case-bedah

BAB II

TINJAUAN RINGKAS PENYAKIT

2.1 Defenisi Congestif Heart Failure (CHF)

Congestif Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan

fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Dipiro, et.al, 2008).

2.2 Klasifikasi CHF

Menurut New York Heart Association (Mansjoer, 2001) klasifikasi

fungsional jantung ada 4 kelas, yaitu:

Kelas 1 : Penderita kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas

fisik. Aktivitas sehari-hari tidak menyebabkan keluhan.

Kelas 2 : Penderita dengan kelainan jantung yang mempunyai

aktivitas fisik terbatas. Tidak ada keluhan sewaktu

istirahat, tetapi aktivitas sehari - hari akan menyebabkan

lelah, berdebar, sesak nafas.

Kelas 3 : Penderita dengan aktivitas fisik yang sangat terbatas. Pada

keadaan istirahat tidak terdapat keluhan, tetapi aktivitas

fisik ringan saja akan menyebabkan lelah, berdebar, sesak

nafas.

Kelas 4 : Penderita yang tidak mampu lagi mengadakan aktivitas

fisik tanpa rasa terganggu,bahkan tanda-tanda angina

terdapat pada keadaan istirahat.

2.3 Etiologi CHF

Mekanisme yang mendasari terjadinya CHF meliputi gangguan kemampuan

kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari

Page 10: 237100501 case-bedah

curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah yang utama

terjadi adalah kerusakan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang

dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup

adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap konteraksi tergantung pada

tiga faktor : yaitu preload, konteraktilitas, afterload.

• Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung

dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot

jantung.

• Kontraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi

pada tingkat sel jantung dan kadar kalsium

• Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan

untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh

tekanan artriol.

Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor ini terganggu, maka curah

jantung berkurang (Brunner and Suddarth 2002).

2.4 Patofisiologi CHF

Penurunan kontraksi ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang

selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah (TD), dan penurunan volume

darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi

neurohurmoral. Vasokontriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan

meningkatkan tekanan darah, sedangkan peningkatan preload akan

meningkatkan kontraksi jantung. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi,

peninggian afterload, dan hipertensi disertai dilatasi jantung akan lebih

menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung yang tidak

terkompensasi. Dengan demikian terapi gagal jantung adalah dengan

vasodilator untuk menurunkan afterload venodilator dan diuretik untuk

menurunkan preload (Kabo & Karsim, 2002).

2.5 Tanda dan Gejala Utama

1) CHF Kronik

Meliputi: mual, edema , lemah,dan dyspnea.

Page 11: 237100501 case-bedah

2) CHF Akut

Meliputi: ansietas, peningkatan berat badan, nafas pendek, takikardi,

dyspnea, batuk, penurunan urin noutput, sakit kepala (Brunner and

Suddarth 2002)

2.6 Pemeriksaan penunjang

EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,

iskemia dan kerusakan pola.

ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,

ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.

Percobaan laboratorium

Terdiri dari tes darah dan tes urine

Teknik penggambaran

Sinar X dan ultrasound

Angiograf

2.7 Komplikasi

Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis

darah.

Syok Kardiogenik, akibat disfungsi nyata

Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Terapi Non Farmakologi

a. CHF Kronik

Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan

konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.

Diet pembatasan natrium

Page 12: 237100501 case-bedah

Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena

efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium

Olah raga secara teratur

b. CHF Akut

Oksigenasi (ventilasi mekanik)

2.8.2 Terapi Farmakologi

a. Diuretik

Gagal jantung disebabkan oleh meningkatnya natrium dan retensi cairan,

sering mengakibatkan kongestif paru-paru dan sistemik. Terapi diuretik

direkomendasikan pada semua pasien yang mengalami retensi cairan.

Terapi diuretik dapat mengatasi gejala pada apsien gagal jantung. Pasien

gagal jantung yang tidak mengalami retensi cairan tidak membutuhkan

terapi diuretik. Tujuan utama dari terapi diuretik adalah untuk mengurangi

gejala yang berhubungan dengan retensi cairan, meningkatkan toleransi

latihan dan meningkatkan kuallitas hidup, dan menurunkan resiko rawat

inap akibat gagal jantung. Terapi diuretik harus diperhatikan karena

kadang kala pemberian diuretik dapat mengakibatkan overdiuresis

sehingga dapat mengurangi output jantung dan dehidrasi. Terapi diuretik

biasanya diinisiasi dari dosis rendah pada pasien rawat jalan, penyesuaian

dosis berdasarkan gejala dan bobot badan karena penurunan bobot badan

dapat mengakibatkan retensi cairan atau menurunnya cairan tubuh.

Hipotensi atau perparahan fungsi ginjal (peningkatan kreatinin serum)

mengakibatkan berkurangnya cairan tubuh sehingga penurunan dosis

diuretik sangat diperlukan (Dipiro, et. al, 2008).

Diuretik Tiazid

Diuretik tiazid seperti hidroklortiazid menghambat reabsorbsi natrium dan

klorida pada tubulus distal (5% sampai 8% yang disaring). Tiazid

merupakan diuretik lemah dan jarang digunakan tunggal pada gagal

jantung. Diuretik tiazid dapat dikombinasi dengan diuretik loop untuk

mendapatkan diuresis yang efektif (Dipiro, et. al, 2008).

Page 13: 237100501 case-bedah

Diuretik Loop

Loop diuretik penting untuk menjaga elektrolit normal pada gagal jantung.

Loop diuretik bekerja dengan cara menghambat transpor Na-K-Cl pada

loop henle, dimana 20% - 25% natrium normal yang direabsorbsi. Karena

loop diuretik berikatan kuat dengan protein plasma, sehingga obat ini tidak

difltrasi di glomerulus. Diuretik loop mencapai tubulus melalui transpor

aktif. Penggunaan NSAID dan diet natrium dapat mengurangi efikasi

diuretik loop (Dipiro, et. al, 2008).

b. Beta Blocker

Terdapat banyak bukti dan penelitian klinik yang menyatakan bahwa beta

blocker dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat gagal jantung.

Panduan pengobatan kardiovaskuler Amerika menyarankan penggunaan

beta blocker pada pasien stabil dengan gagal jantung selama tidak

kontraindikasi atau tidak ditoleransi dengan penggunaan beta bloker.

Pasien harus menerima beta bloker bahkan jika gejala telah teratasi dengan

penggunaan diuretik dan ACE inhibitor. Pemberian beta bloker bersama

ACE inhibitor memberikan keuntungan yang lebih baik pada gagal

jantung dibandingkan dengan meningkatkan dosis kaptopril. Beta bloker

juga digunakan untuk mencegah berkembangnya penyakit gagal jantung.

Page 14: 237100501 case-bedah

Tiga beta bloker yang secara signifikan menurunkan mortalitas

dibandingkan plasebo adalah carvedilol, metoprolol dan bisoprolol. Beta

bloker menjadi standar terapi untuk pasien gagal jantung stadium I dan

stadium II. Perlu diinformasikan kepada pasien bahwa terapi beta bloker

diharapkan memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan

penyakit dan kemampuan bertahan hidup pasien walaupun hanya sedikit

atau tidak ada perbaikan gejala.

Mekanisme yang dapat menjelaskan efek beta bloker yang bervariasi

adalah efek antiaritmia, mengurangi kematian miosit dari katekolamin

yang mengakibatkan nekrosis atau apoptosis, mencegah ekspresi gen fetal,

meningkatkan fungsi sistolik ventrikel kiri, menurunkan kecepatan denyut

jantung dan stres dinding ventrikel secara teori dapat mengurangi

kebutuhan oksigen jantung, dan menghambat pelepasan renin plasma.

Komunikasi yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan sangat penting

untuk kesuksesan terapi. Pasien harus mengerti bahwa menerima dosis

target sangat penting untuk memaksimalkan keuntungan terapi. Pasien

harus mengerti bahwa efek dari beta bloker bisa saja tertunda dan gejala

gagal jantung bisa lebih parah selama masa pemberian dosis inisiasi.

Bahkan jika terjadi perparahan gejala, pasien harus mengerti bahwa beta

bloker memberikan keuntungan jangka panjang sehingga pasien harus

terus melanjutkan terapi.

Pada kesimpulannya, banyak data yang menyediakan bukti yang jelas

tentang perlambatan perkembengan penyakit, menurunkan kejadian rawat

Page 15: 237100501 case-bedah

inap akibat gagal jantung, meningkatkan kemampuan hidup pada gagal

jantung. Beta bloker juga memperlihat perbaikan kualitas hidup pasien

gagal jantung walaupun tidak terjadi universal. Berdasarkan data yang

data, beta bloker direkomendasikan sebagai standar terapi pada semua

pasien gagal jantung, tergantung pada tingkat keparahan penyakit (Dipiro,

et. al, 2008).

c. Antagonis Aldosteron

Spironolakton dan eplerenone merupakan antagonis aldosteron yang

bekerja menghambat reseptor mineralokortokoid, aldosteron sebagai

target. Di ginjal, antagonis aldosteron menghambat reabsorbsi natrium dan

ekskresi kalium. Di jantung, antagonis aldosteron menghambat matriks

ekstraseluler jantung dan deposisi kolagen yang secara teori

mengakibatkan fibrosis jantung dan remodeling ventrikel. Keuntungan

penggunaan antagonis aldosteron pada gagal jantung tidak hanya hasil dari

penghambatan kerja aldosteron pada jantung menghasilkan penghambatan

fibrosis kardiak yang dimediasi dengan aldosteron dan remodeling

ventrikuler. Pentingnya peran antagonis aldosteron adalah adalah pada

tahap proinflamatori dan stres oksidatif yang disebabkan oleh aldosteron.

Penelitian klinik menyatakan antagonis aldosteron pada gagal jantung

dihubungkan dengan resiko yang minimal. Penggunaan aldosteron

mengakibatkan hiperkalemia, 25% - 35% pasien rawat jalan yang diterapi

dengan aldosteron mengalami hiperkalemia dan 10% - 12% berkembang

menjadi hiperkelemia yang serius. Resiko hiperkalemia tergantung pada

dosis, dan menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat antagonis

aldosteron dapat dilakukan dengan menurunkan dosis (spironolakton 25

mg/hari dan eplerenone 50 mg/hari). Jadi dosis antagonis aldosteron

terbatas berhubung dengan efektifitas obat tapi mendapatkan resiko

hiperkalemia yang paling minimal (Dipiro, et. al, 2008).

Page 16: 237100501 case-bedah
Page 17: 237100501 case-bedah

BAB III

TINJAUAN OBAT

1. IVFD RINGER LAKTAT

Komposisi : Na laktat 3,1 g, NaCl 6 g, KCl 0.3 g, CaCl2 0.2 g,

air untuk injeksi ad 1000 mL.

Kelas Terapi : Elektrolit

Mekanisme Aksi : Merupakan larutan isotonik natrium klorida,

kalium klorida, kalsium klorida, dan natrium laktat

yang komposisinya mirip dengan cairan ektra

seluler, terdistribusi kedalam cairan intravaskuler

dan interstisial.

Dosis : 500-1000 mL IV, disesuaikan dengan kondisi

penderita.

Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada

dehidrasi.

Kontra Indikasi : Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati,

laktat asidosis.

Efek Samping : Panas, infeksi pada tempat penyuntikan,

thrombosis vena atau flebitis yang meluas dari

tempat penyuntikan, ekstravasasi.

Interaksi Obat : Tidak dicampurkan dengan larutan yang

Page 18: 237100501 case-bedah

mengandung fosfat.

Pemberian : Intravena, disesuaikan dengan kondisi penderita.

Peringatan : Jangan dicampur dengan larutan yang mengandung

fosfat.

2. MINIASPRI® (Asetosal)

Komposisi : Asetosal/aspirin

Kelas Terapi : Obat antiinflamasi dan antitrombus

Mekanisme Aksi : Menghambat sintesa prostagladin sehingga berefek

sebagai analgesik, antiinflmasi, dan penghambatan

agregasi trombosit.

Indikasi : Pengobatan demam, sakit kepala, nyeri ringan

sampai sedang, dan mengurangi resiko kematian

akibat stroke berulang dan angina yang terjadi

karena emboli trombosit.

Dosis : Dosis lazim 80-160 mg/ hari. Infark miokard s/d

300 mg/hari

Efek Samping

Kontraindikasi

Interaksi Obat

:

:

:

Pusing, tinnitus, dispepsia, gatal-gatal, ruam kulit,

dan anafilatik shock.

Hipersensitif terhadap golongan salisilat,

hemofilia, pendarahan lambung.

Dengan alkohol memperlama pendarahan, dengan

antasid dan kortikosteroid menurunkan kadar

aspirin, dengan antikoagulan oral dapat

memperlama pendarahan, dan aspirin dengan

sulfonilurea dapat menurunkan kadar glukosa

dengan cepat.

Page 19: 237100501 case-bedah

3. ISOSORBID DINITRAT(ISDN)

Komposisi : Isosorbid Dinitrat

Kelas Terapi : Vasodilating Agent

Dosis : sublingual 0,3-1 mg bila perlu diulang Oral

profilaksis ang, 2,6 – 2,8 mg 3 kali sehari atau 10

mg 2-3 kali sehari Infuse intra vena, 10-200

mcg/menit

Indikasi : profilaksis angina ; tambahan pada gagal jantung

kongesif

Kontra Indikasi : hipersensitif pada nitrat hipotensi, stenosis aorta,

tamponade jantung, perikardistis konstruktif,

stenosis mitral, anemia berat,trauma berat.

Efek Samping : sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing,

hipotensi postural, takikardia

Interaksi Obat : Efek dapat ditingkatkan oleh alkohol, sildenafil,

tadanafil, vardenafil.

Pemberian : Diberikan secara sublingual

Peringatan : gangguan hepar atau ginjal berat; hipotiriodisme,

malnutrisi, atau hipotermia; infark miokard yang

masih baru

4. LANSOPRAZOL

Page 20: 237100501 case-bedah

Komposisi : Lansoprazol

Kelas Terapi : Proton pump Inhibitor

Mekanisme Aksi : Lansoprazol merupakan penghambat pompa yang

selektif dan irreversible. Dalam lingkungan asam di

sel parietal lambung, lansoprazol dikonversi

menjadi turunan sulfenamid aktif yang terikat

dengan gugus sulfhidril dari (H+, K+)-ATPase,

yang juga dikenal sebagai pompa proton.

Hambatan lansoprazol pada (H+,K+)-ATPase

menyebabkan hambatan sekresi asam lambung.

Efek penghambatan ini terkait dengan dosis.

Dosis : Dosis dewasa: benign gastric ulcer: 30 mg sehari

pada pagi hari selama 8 minggu. Tukak duodenal:

30 mg sehari pada pagi hari selama 4 minggu; dosis

penjagaan 15 mg per hari. Tukak lambung atau

duodenal akibat NSAID: 30 mg sekali sehri selama

4 minggu, dilanjutkan 4 minggu lagi jika belum

sembuh total, profilaksis: 15-30 mg sekali sehari.

Zollinger-Ellison Syndrome atau kondisi

hipersekretori yang lain: dosis awal 60 mg sekali

sehari, dosis disesuaikan dengan respon, dosis

sehari 120 mg atau lebih dalam dua dosis terbagi.

Refluks gastroesofageal: 30 mg sehari pada pagi

hari selama 4 minggu, dilanjutkan 4 minggu lagi

jika belum sembuh total, profilaksis 15-30 mg

sehari. Dyspepsia akibat asam: 15-30 mg sehari

pada pagi hari selama 2-4 minggu. Dosis anak-

anak: refluks gastroesofageal, dyspepsia akibat

Page 21: 237100501 case-bedah

asam, tukak lambung dan duodenal termasuk tukak

akibat NSAID: anak dengan berat badan di bawah

30 kg: 0,5-1 mg/kg (maksimal 15 mg) sekali sehari

pada pagi hari. Penyesuaian dosis untuk pasien

dengan gangguan hati: 15 mg per oral sekali sehari

Indikasi : Benign gastric ulcer, tukak duodenal, tukak

lambung akibat NSAID, Zollinger-Ellison

Syndrome, refluks gastroesofageal, dan dyspepsia.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap lansoprazol

Efek Samping : Nyeri abdomen, diare, mual, sakit kepala,

kemerahan pada kulit. Efek samping yang lain

meliputi gatal, pausing, konstipasi, mual, muntah,

kembung, nyeri pada perut/ abdomen, mulut

kering. Efek samping yang serius yaitu retak pada

tulang panggul (hip fracture).

Interaksi Obat : Antacid dan sukralfat mengurangi bioavailabilitas

lansoprazol dan sebaiknya tidak diminum dalam

waktu 1 jam setelah pemberian lansoprazol.

Pemberian : Diberikan secara oral

Peringatan : Pada pasien dengan gangguan hati berat diperlukan

pengurangan dosis

5. ULSIDEX® (Sukralfat)

Komposisi : Sukralfat

Kelas Terapi : Antiulcer Agent

Page 22: 237100501 case-bedah

Mekanisme Aksi : Sukralfat bekerja dengan cara melindungi mukosa

dari serangan asam pepsin pada tukak lambung dan

duodenal setelah membentuk kompleks dengan

eksudat yang bersifat protein seperti albumin dan

fibrinogen pada lokasi tukak. Pada kondisi yang

lebih ringan, Sukralfat membentuk viscous

sehingga memberikan perlindungan pada

permukaan mukosa lambung dan duodenum.

Dosis : Dosis dewasa :

- Pengobatan Tukak duodenal : 1 gram per oral

sehari empat kali atau 2 gram sehari dua kali

selama 4-8 minggu.

- Perawatan Tukak duodenal : 1 gram per oral

sehari dua kali.

- Perawatan Tukak peptik : 1 gram per oral

sehari dua kali.

- Profilaksis tukak akibat stres : 1 gram secara

nasogastrik atau per oral setiap 6 jam.

Dosis anak-anak :

- Pengobatan Tukak duodenal : 40-80

mg/kg/hari secara oral dibagi setiap 6 jam atau

0,5 - 1 gram sehari empat kali.

- Perawatan Tukak duodena : (1 - 10 tahun) 1

gram per oral pada malam hari.

- Pengobatan Tukak peptik : 40-80 mg/kg/hari

secara oral dibagi setiap 6 jam atau 0,5 - 1

gram sehari empat kali.

- Profilaksis Tukak akibat stres untuk bayi, 40

mg/kg/hari secara nasogastrik atau per oral

dalam 4 dosis terbagi.

- Profilaksis Tukak akibat stres untuk anak-anak,

40-80 mg/kg/hari secara nasogastrik atau per

Page 23: 237100501 case-bedah

oral dalam 4 dosis terbagi, maksimum 4 g/hari.

Indikasi : Benign Gastric, tukak duodenal, gastritis kronis,

Profilaksis tukak akibat stress

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap produk sukralfat.

Efek Samping : Konstipasi (paling sering, sekitar 2%). mual,

muntah, kembung, mulut kering, gatal-gatal, sakit

kepala, insomnia, diare (sangat jarang, < 1%)

Interaksi Obat : Absorpsi obat berikut berkurang bila digunakan

bersamaan: (Utama : Ciprofloxacin, Cimetidine,

Ranitidin, Digoxin, Ketoconazole, Teofilin,

Fenitoin, Tetrasiklin; Sedang: Moxifloxacin,

Norfloxacin, Ofloxacin, Sparfloxacin, Warfarin),

Penggunaan obat-obatan tersebut di atas sebaiknya

dilakukan pada 2 jam sebelum atau sesudah

pemberian Sukralfat.

Pemberian : Diberikan secara oral

Peringatan : Antasida dapat digunakan sebagai tambahan pada

terapi dengan Sukralfat untuk mengurangi rasa

sakit, tetapi sebaiknya tidak diminum dalam waktu

30 menit sebelum atau setelah pemberian sukralfat.

Penderita gagal ginjal kronis dan pasien dialisis

dapat meningkatkan risiko akumulasi dan toksisitas

aluminium.

6. AMBROXOL

Komposisi : Ambroxol

Kelas Terapi : Mukolitik

Page 24: 237100501 case-bedah

Mekanisme Aksi : Ambroksol merupakan metabolit aktif N-desmethyl

dari mukolitik bromheksin. Mekanismenya belum

diketahui secara pasti, kemungkinan meningkatkan

kualitas dan menurunkan viskositas sekresi

tracheobronchial. Selain itu, kemungkinan juga

berperan sebagai ekspektoran, dengan

meningkatkan mucociary transport melalui

stimulasi motilitas silia. Ambroksol menstimulasi

sintesis dan sekresi surfaktan paru (sebagai

activator surfaktan).

Dosis : Oral: 60-120 mg per hari dalam 2-3 dosis terbagi.

Dapat juga diberikan secara inhalasi, injeksi atau

rectal

Indikasi : Terapi pada penyakit saluran pernafasan akut dan

kronik yabg disertai dengan sekresi bronkus yang

abnormal, terutama pada bronchitis kronik

eksaserbasi, asthmatic bronchitis dan bronchial

asthma.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap ambroxol

Efek Samping : Gangguan ringan pada saluran pencernaan, reaksi

alergi

Pemberian : Pemberian secara oral

Peringatan : Hamil dan Laktasi

7. LASIX® (Furosemid)

Komposisi : Furosemid

Kelas Terapi : Diuretik

Page 25: 237100501 case-bedah

Mekanisme Aksi : Inhibisi reabsorpsi natrium dan klorida pada jerat

Henle menaik dan tubulus ginjal distal,

mempengaruhi sistem kotranspor ikatan klorida,

selanjutnya meningkatkan ekskresi air, natrium,

klorida magnesium dan kalsium.

Dosis : Gagal jantung refraktori : Oral, i.v : dosis 8 g/hari

telah digunakan.

Pasien lanjut usia : Oral, I.M, I.V : Dosis awal : 20

mg/hari, ditingkatkan perlahan sampai mencapai

respon yang diharapkan. Penyesuaian dosis pada

gangguan ginjal : gagal ginjal akut; dosis tinggi

(lebih dari 1-3 g/hari melalui oral/i.v) telah

digunakan sebagai dosis awal untuk mencapai

respon yang diharapkan, dihindari untuk keadaan

oligouri.

Indikasi : Penanganan edema yang berhubungan dengan

gagal jantung koroner dan penyakit hati, diberikan

tunggal atau dalam kombinasi dengan

antihipertensi pada penanganan hipertensi.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap furosemid, atau komponen

lain dalam sediaan atau sulfonil urea, anuria, pasien

koma hepatik atau keadaan penurunan elektrolit

parah sampai keadaannya membaik.

Efek Samping : Hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis kronik,

hipotensi akut,serangan jantung (akibat pemberian

melalui I.V atau I.M), parethesias, vertigo, pusing,

Page 26: 237100501 case-bedah

kepala terasa ringan, sakit kepala, pandangan

kabur, demam, tidak bisa beristirahat,

hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalemia,

hipokloremia, alkalosis metabolik, hipokalsemia,

hipomagnasemia, hiponatremia, dermatitis

eksfoliatif, eritema multiform, purpura,

fotosensitifitas, urtikaria, rashm pruritusm

vaskulitis kutan, spasmus saluran urin, frekuensi

uriner, anemia aplastik (jarang), trombositopenia,

agranulositosis (jarang), anemia hemolitik, anemia,

leukopenia, anemia, gangguan pendengaran

(sementara atau permanen; pada pemberian I.M

atau I.V). tinitus, tuli sementara (pada pemberian

i.m atau i.v cepat), vaskulitis, alergi nefritis

intestinal, glikosuria, penurunan kecepatan filtrasi

dan aliran darah pada ginjal (karena overdiuresis),

kenaikan BUN sementara.

Interaksi Obat : Hipokalemia yang diinduksi oleh furosemid akan

menyebabkan toksisitas pada digoksin dan dapat

meningkatkan risiko aritmia dengan obat-obat yang

dapat meningkatkan interval QT dan beberapa

kuinolon (sparfloksasin, gatifloksasin dan

moksifloksasin). Risiko toksisitas litium dan

salisilat akan meningkat dengan adanya diuretik

loop. Efek hipotensi dan/atau efek lanjut pada

ginjal dari inhibitor ACE dan anti inflamasi non

steroid akan meningkat dengan adanya

hipovolemia yang diinduksi oleh furosemida, Efek

obat bloker adrenergik perifer atau bloker ganglion

dapat ditingkatkan oleh furosemid. Furosemid

dapat meningkatkan risiko toksisitas dengan agen

ototoksik lain (aminoglikosida, cis-platinum),

Page 27: 237100501 case-bedah

terutama pada pasien dengan disfungsi ginjal. Efek

sinergis diuretik lebih cenderung terjadi pada

penggunaan bersama obat antihipertensi lain dan

hipotensi dapat terjadi. Indometasin, aspirin,

fenobarbital, fenitoin dan antiinflamasi non steroid

dapat menurunkan efek natriuretik dan hipotensif

dari furosemid. Colestipol, kolestiramin dan

sukralfat akan menurunkan efek furosemid, beri

jarak pemberian 2 jam. Furosemid dapat

mengantagonis efek relaksan otot skeletal

(tubokurarin).Toleransi glukosa dapat diturunkan

oleh furosemid, perlu penyesuaian dosis obat

hipoglikemik.Metformin dapat menurunkan

konsentrasi furosemid.

Pemberian : Diberikan melalui injeksi

Peringatan : Diuretik loop adalah diuretik kuat, monitor dengan

ketat dan evaluasi dosis untuk mencegah

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, berikan

perhatian pada penggunaan bersama obat

nefrotoksik atau ototoksik, pasien yang tidak

diketahui hipersensitifitasnya terhadap sulfonamida

atau diuretik lain (kemungkinan adanya sensitifitas

silang; hindari penggunaan pada pasien dengan

riwayat reaksi berat).

8. DIAZEPAM

Komposisi : Diazepam

Kelas Terapi : Anticonvulsan, sedatif

Page 28: 237100501 case-bedah

Mekanisme Aksi : Berikatan dengan reseptor stereospesifik

benzodiazepin pada saraf GABA post-sinaps

dibeberapa tempat dalamsistem saraf pusat,

termasuk limbik, susunan retikular, menambah efek

penghambat GABA pada hasil eksibilitas

saraf.Dengan meningkatnya permeabilitas

membran saraf terhadap ion klorin. Pertukaran ion

klorida menyebabkan hiperpolarisasi dan stabilisasi

Dosis : Insomnia yang disertai ansietas, 5-15 mg sebelum

tidur

Indikasi : Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau

insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status

epileptikus, kejang demam, spasme otot.

Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, Sensitivitas silang dengan

benzodiazepin lain, pasien koma, depresi SSP yang

sudah ada sebelumnya, nyeri berat tak terkendali,

Kehamilan atau laktasi, Diketahui intoleran

terhadap alkohol atau glikol propilena (hanya

injeksi)

Efek Samping : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit kepala,

mimpi buruk dan efek amnesia.

Interaksi Obat : 1. Alkohol, antidepresan, antihistamin dan

analgesik opioid – pemberian bersama

mengakibatkan depresi SSP tambahan.

2. Simetidin, kontrasepsi oral, disulfiram,

fluoksetin, isoniazid, ketokonazol, metoprolol,

propoksifen, propranolol, atau asam valproat

Page 29: 237100501 case-bedah

dapat menurunkan metabolisme diazepam,

memperkuat kerja diazepam.

3. Diazepam yang diberikan secara oral akan

sangat cepat diabsorbsi setelah pamberian

metoclorpropamida secara intravena. Perubahan

motilitas dari gastrointestinal juga memberikan

pengaruh terhadap proses absorbsi.

Pemberian : Diazepam yang diberikan secara oral

9. BISCOR® (Bisoprolol Fumarat)

Komposisi : Bisoprolol Fumarat 5 mg

Kelas Terapi : β-bloker

Dosis : Awal 5 mg/hari, dapat ditingkatkan menjadi 10-20

mg/hari.

Indikasi : Hipertensi, sebagai monoterapi atau kombinasi

dengan antihipertensi lain. Gagal jantung ringan

sampai parah .

Kontra Indikasi : Syok kardiogenik, kelainan jantung, blok AV

derajat II atau III, sinus bradikardia

Efek Samping : Pusing, vertigo, sakit kepala, hipoestesia, ansietas,

mulut kering, bradikardia, palpitasi, hipotensi,

nyeri dada, gagal jantung, insomnia, depresi, sakit

perut, dispepsia, mual, muntah, diare, konstipasi,

nyeri otot, kram otot, tremor, ruam kulit, jerawat,

iritasi kulit, kulit kemerahan,, sakit mata, nyeri

telinga, penyakit gout, asma, letih.

Interaksi Obat : Obat golongan β-bloker, antagonis Ca (verapamil,

diltiazem) atau obat antimalaria seperti

Page 30: 237100501 case-bedah

disopiramid, rifampisin.

Pemberian : Diberikan secara oral setelah makan

10. SPIRONOLACTONE

Komposisi : Spironolactone 25 mg

Kelas Terapi : Diuretik

Mekanisme Aksi : Merupakan antagonis aldesteron yang bekerja

secara kompetitif dengsn aldesteron sehingga

menghambat reabsorpsi natrium dan klorid, serta

mengurangi ekskresi kalium di tubuli ginjal

Dosis : Dewasa : 25-200 mg/hari dalam dosis trbagi. Dapat

ditingkatkan

Indikasi : Hipertensi esensial, edema pada CHF, edema

akibat sirosis hati atau tanpa asietas dan edema

akibat sindrom nefrotik, serta dalam diagnosa

maupun pengobatan pada hiperaldosteronisme

primer.

Kontra Indikasi : Pasien gagal ginjal berat, hiperkalemia atau sensitif

terhadap spironolakton, hiponatremia, hamil dan

menyusui, tukak lambung dan penyakit Addison’s.

Efek Samping : Kejang, diare, mengantuk, sakit kepala,

moculopopular, urtikaria, kebingungan mental,

agranulositosis, impotensia, hiperkalemia dan

hiponatremia

Interaksi Obat : Dapat meghilangkan respon vaskuler noradrenalin.

Menghambat bersihan digoxin. Suplemen K atau

Page 31: 237100501 case-bedah

obat hemat kalium lainnya. Karbenoksolon.

Pemberian : Diberikan secara oral setelah makan

Peringatan : Gangguan fungsi hati

11. CEFADROXIL

Komposisi : Cefadroxil 500 mg

Kelas Terapi : Antibiotik Sefalosporin 1st

Dosis : Dewasa : 1-2 gram /hari terbagi dalam 2 dosis tiap

12 jam.

Anak: 25-50 mg/kgBB/hari.

Indikasi : Infeksi saluran nafas, kulit dan jaringan lunak, ISK

& infeksi kelamin, osteomielitis, artitis,

septikemia, peritonitis, sepsis puerperium.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sefalosporin

Efek Samping : Gangguan GI, reaksi hipersensitif

Interaksi Obat : Aminoglikosida, diuretik poten dan probenesid

Pemberian : Diberikan secara oral

Peringatan : Gangguan fungsi ginjal, kolitis, alergi penisilin.

12. CEFTRIAXONE

Komposisi : Ceftriaxon disodium setara dengan ceftriazone 1 g

Kelas Terapi : Antibiotik Sefalosporin 3th

Mekanisme Aksi : Bakterisidal dengan penghambatan sintesis

Page 32: 237100501 case-bedah

mukopeptida dalam dinding sel bakteri

Dosis : Dewasa dan anak >12 tahun: 1-2 g 1x1. Pada

infeksi berat dapat mencapai 4 g/hari

Anak <12 tahun: 20-50 mg/kg/hari

Indikasi : Infeksi yg disebabkan oleh patogen yang sensitif

terhadap ceftriaxone seperti saluran napas, infeksi

THT, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis,

infeksi tulang, sendi dan jaringan lunak, infeksi

intra abdominal, infeksi genital, dan infeksi pada

pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.

Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sefalosporin dan pada

pasien yang hipersensitif terhadap penisilin

kemungkinan reaksi alergi silang harus

diperhitungkan.

Efek Samping : Diare, mual, muntah, urtikaria, dermatitis, alergi,

udema, trombositopenia, anemia hemolitik, pusing,

sakit kepala, flebitis.

Interaksi Obat : Kombinasi dengan aminoglikosida dapat

menghasilkan efek adiktif atau sinergis, khususnya

pada infeksi berat yang disebabkan oleh

P.aeruginosa dan Streptococcus faecalis.

Pemberian : Diberikan secara iv

Peringatan : Pada pasien dengsn gangguan fungsi ginjal dan

hati yang berat, kadar plasma obat perlu dipantau.

Pada penggunaan jangka waktu yang lama profil

darah harus dicek secara teratur.

Page 33: 237100501 case-bedah

13. METIL PREDNISOLON

Komposisi : Metil prednisolon

Kelas Terapi : Glukokortikoid

Dosis : Oral: 2-40 mg/hari, Injeksi im, iv lambat, infus iv:

10-100 mg/hari

Indikasi : Pemakaian intra muskular digunakan pada indikasi

berikut: Gangguan endokrin, Penyakit

Rheumatoid. Sebagai terapi tambahan untuk

penggunaan jangka pendek pada terapi penyakit-

penyakit:Osteoarthritis pasca trauma, Gouty

arthritis akut. Penyakit-penyakit Kolagen, Pada

keadaan penyakit makin memburuk atau sebagai

terapi perawatan pada kasus-kasus:Systemic lupus

erythematosus, Systemic-dermatomyositis

(polymyositis). Penyakit-penyakit kulit tertentuE

rythema multiforme parah (Stevens-Johnson

syndrome).Mengendalikan kondisi alergi yang

parah yang tidak memberikan hasil yang memadai

pada terapi konvensional:Rhinitis yang disebabkan

alergi, Asma bronchial.

Kontra Indikasi : Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas

terhadap prednison atau komponen-komponen obat

lainnya.

Efek Samping : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,

Page 34: 237100501 case-bedah

Gangguan Muskuloskeletal, Gangguan

Pencernaan, Gangguan Dermatologis, Gangguan

Metabolisme, Gangguan Neurologis, Gangguan

Endokrin, Urtikaria dan reaksi alergi lain, reaksi

anafilaktik atau hipersensitivitas.

Interaksi Obat : Glikosida Jantung, diuretik, obat antidiabetik,

derivat kumarin, rifampisin, fenitoin, barbiturat,

aspirin, siklosporin, ketokonazol, troleandomisin.

Pemberian : Diberikan secara oral

Peringatan : Terapi jangka lama dapat menyebabakan katarak

subkapsular posterior, glaukoma dengan

kemungkinan terjadinya kerusakan saraf mata,

peningkatan infeksi virus dan jamur sekunder pada

mats.

14. DIGOXIN

Komposisi : Digoxin 0,25 mg

Kelas Terapi : Glikosida Jantung

Dosis : -Digitalis cepat (24-36 jam) :Dewasa: 4-6 tablet

diiikuti 1 tablet setelah interval yang adekuat

sampai dengan dicapai kompensasi. Anak: 25

mcg/kgBB, dapat ditingkatkan dengan interval s/d

kompensasi tercapai. Pemeliharaan: 10-20

mcg/kgBB/hari.

-Digitalis lambat (3-5 hari): 2-3 tab/hari dalam

Page 35: 237100501 case-bedah

dosis terbagi. Pemeliharaan :1-3 tab/hari.

Indikasi : Gagal jantung kongestif. Takikardia

supraventrikuler paroksimal

Kontra Indikasi : Takikardia ventrikular dan fibrilasi ventrikular.

Blok AV komplit dan derajat 2. Henti sinus, sinus

bradikardia berlebihan.

Efek Samping : Gangguan SSP dan GI

Interaksi Obat : Amfoterisin dan obat yangmenyebabkan

hipokalemia yang dapat meningkatkan toksisitas

digoksin.

Absorbpsi dihambat oleh antasida, kolestiramin,

kolestipol, neomisin, sulfasapazin.

Peningkatan resiko aritmia jantung dengan garam

Ca dan antiaritmia. Kadar serum ditingkatkan oleh

kuinidin.

Pemberian : Diberikan secara oral

15. KSR

Komposisi : Kalium Klorida 600 mg

Kelas Terapi : Suplement Kalium

Dosis : Bila garam kalium diberikan untuk mencegah

hipokalemia dosis kalium klorida 2 – 4 g (kira-

kira 25 – 50 mmol) tiap hari peroral dapat

Page 36: 237100501 case-bedah

diberikan pada pasien dengan diet normal.

Indikasi : Pencegahan hipokalemia spesifik, terutama untuk ;

1) Pada penggunaan digoksin atau obat-obatan

anti aritmia, hal ini karena kekurangan kalium

dapat menginduksi aritmia.

2) Pada pasien dengan hiperaldosteronis sekunder,

misalnya stenosis arteri ginjal, sirosis hati,

sindrom nefrotik dan gagal jantung yang berat.

3) Pada pasien yang banyak kehilangan kalium

melalui feses, seperti: diare kronik yang

berhubungan dengan intestinal malabsorpsi

atau penyalahgunaan laksatif.

Kalium juga diberikan untuk mengatasi

kekurangan kalium pada penderita lanjut usia

karena asupan kalium yang kurang memadai

Kontra Indikasi : Gagal ginjal , penyakit addison tidak diobati,

dehidrasi akut, hiparkalemia, gangguan saluran

cerna.

Efek Samping : Mual, muntah, sakit pinggang, dan diare

Interaksi Obat : Pemberian bersama ACE inhibitor, siklosporin,

diuretik hemat Kalium seperti spironolakton,

triamteren atau amilorik dapat meningkatkan

resiko hiperkalemia.

Pemberian : Diberikan secara oral

Peringatan : Pasien gagal ginjal harus mendapatkan perhatian

khusus, oleh karena resiko hiperkalemia

Page 37: 237100501 case-bedah
Page 38: 237100501 case-bedah

BAB IV

PEMBAHASAN

NoJENIS

PERMASAALAHANANALISA MASALAH

PERMASALAHAN YANG TERKAIT DENGAN OBAT

KOMENTAR / REKOMENDASI

1. Korelasi antara terapi obat-dengan penyakit

1. Adakah obat tanpa indikasi medis?

2. Adakah pengobatan yang tidak dikenal?

3. Adakah kondisi klinis yang tidak diterapi?dan apakah kondisi tersebut membutuhkan terapi obat ?

1. Ada permasaalahan : 1 , 2 , 3

2. Tidak ada permasaalahan.

Pengobatan yang dilakukan telah sesuai dengan tepat dan benar. Tidak ada obat yang diberikan tanpa indikasi dan obat yang diberikan telah tepat.

2. Pemilihan obat yang sesuai

1. Bagaimana pemilihan obat? Apakah sudah efektif dan merupakan obat terpilih pada kasus ini?

2. Apakah pemilihan obat tersebut relative aman?

3. Apakah terapi obat dapat ditoleransi oleh pasien?

1. Ada permasaalahan :1 , 2 , 3

2. Tidak ada permasaalahan.

Pemilihan obat telah tepat dan benar. Obat yang diberikan adalah relative aman untuk pasien.

3 Regimen dosis 1. Apakah dosis, frekwensi dan cara pemberian sudah mempertimbangkan efektifitas keamanan dan

1. Ada permasaalahan :1 , 2 , 3

2. Tidak ada permasaalahan.

Frekuansi dan cara pemberian sudah sesuai dengan keamanan dan kenyamanan pasien kecuali Metil prednisolon sebagai obat bronkitis pasien yang hanya diberikan selama 2 hari. Tetapi dosis masih harus disesuaikan dengan keadaan

Page 39: 237100501 case-bedah

kenyamanan serta sesuai dengan kondisi pasien?

2. Apakah jadwal pemberian dosis bisa memasikmalkan efek terapi, kepatuhan , meminimaIkan efek samping, interaksi obat, dan regimen yang komplek?

3. Apakah lama terapi sesuai dengan indikasi ?

hati pasien.

4 Duplikasi terapi 1. Apakah ada duplikasi terapi

1. Ada permasaalahan :1 2. Tidak ada

permasaalahan.

Adanya duplikasi terapi pada pasien tersebut dimana penggunaan obat anti ulcer yaitu lansoprazol dan sucralfat. Serta diuretik yaitu furosemid dan spironolakton. tetapi ini tidak masalah untuk meningkatkan kerja obat tersebut dan juga mekanisme kerjanya juga berbeda.

5 Alergi obat atau intoleran

1. Apakah pasien alergi atau intoleran terhadap salah satu obat (atau bahan kimia yang berhubungan dengan pengobatanya)?

2. Apakah pasien telah tahu yang harus dilakukan jika terjadi alergi serius?

1. Ada permasaalahan : 1 , 2

2. Tidak ada permasaalahan.

-

6 Efek merugikan obat 1. Apakah ada gejala/ permasaalahan medis yang

1. Ada permasaalahan :1

-

Page 40: 237100501 case-bedah

diinduksi obat? 2. Tidak ada permasaalahan.

7 Interaksi dan Kontraindikasi

1. Apakah ada interaksi obat dengan obat? Apakah signifikan secara kilnik?

2. Apakah ada interaksi obat dengan makanan? Apakah bermakna secara klinis?

3. Apakah ada interaksi obat dengan data laboratorium? Apakah ber-makna secara klinis?

4. Apakah ada pemberian obat yang kontra indikasi dengan keadaan pasien?

1. Ada permasaalahan :1 , 2 , 3, 4

2. Tidak ada permasaalahan.

1.

a. Aspirin + Bisoprolol : Aspirin menurunkan efek dari bisoprolol dengan bekerja farmakodinamik antagonis. Dan keduanya meningkatkan K serum.

b. Aspirin + Furosemid :Aspirin meningkatkan dan furosemid menurunkan K serum.

c. Spironolakton + Aspirin : Spironolakton dan aspirin meningkatkan K serum.

d. Spironolakton + Furosemid : Spironolakton meningkatkan dan furosemid K serum.

e. Bisoprolol + Spironolakton : Keduanya meningkatkan K serum.

f. Bisoprolol + Furosemid : Bisoprolol meningkatkan dan furosemid menurunkan K serum.

Signifikan. Diperlukan monitoring elektrolit ketat.

2. –

3. –

4. –

Page 41: 237100501 case-bedah

Kategori Drug Related Problems (Cipolle, 1998)

Kategori DRPs Penyebab DRPs Rekomendasi

Indikasi yang Tidak

Diterapi

Kondisi membutuhkan terapi obat

Kondisi membutuhkan kelanjutan terapi obat

Kondisi membutuhkan kombinasi obat

Kondisi dengan resiko tertentu dan butuh obat untuk mencegahnya

Obat dengan Indikasi

yang Tidak Sesuai

Tidak ada indikasi pada saat itu

Menelan obat dengan jumlah yang toksik

Kondisi akibat drug abuse

Lebih baik disembuhkan dengan non-drug therapy

Pemakaian multiple drug yang seharusnya cukup dengan single drug

Minum obat untuk mencegah efek samping obat lain

Obat Salah Kondisi menyebabkan obat tidak efektif Penggunaan metilprednisolon 4 mg 1x1 pada tanggal 6 dan 7 Juli digunakan sebagai obat

Alergi

Page 42: 237100501 case-bedah

bronkitis, akan tetapi frekuensi penggunaan obat kurang.

Obat yang bukan paling efektif untuk indikas

Faktor resiko yang dikontraindikasikan dengan obat

Efektif tapi bukan yang paling aman

Efektif tapi bukan yang paling murah

Refractory

Dosis Terlalu Rendah

Dosis obat terlalu rendah untuk menghasilkan respon

-

Kadar obat dalam darah dibawah kisaran terapi

Frekuensi pemberian, durasi dan cara pemberian obat pada pasien tidak tepat

Waktu pemberian profilaksis tidak tepat (misal antibiotik

profilaksis untuk pembedahan diberikan terlalu awal)

Reaksi Obat Tidak

Diinginkan

Pasien memiliki resiko mengalami efek samping obat Interaksi antara Digoxin, Aspilet, KSR dan Furosemid yang dapat menyebabkan Hiperkalemia.

Efek obat berubah akibat penggantian ikatan antara obat dengan protein atau oleh obat lain

Hasil laboratorium berubah karena obat

Bioavailabilitas obat berubah karena ada interaksi

Page 43: 237100501 case-bedah

dengan makanan maupun obat lain

Dosis Terlalu Tinggi

Dosis yang diberikan terlalu tinggi

-

Kadar obat dalam darah pasien melebihi kisaran terapi

Dosis obat dinaikkan terlalu cepat

Frekuensi pemberian, durasi terapi, dan cara pemberian obat

Kepatuhan

Pasien tidak menerima obat sesuai dengan regimen karena adanya medication error (prescribing, dispensing, administrasi, monitoring)

Keyakinan pasien dalam penggunaan obat kurang.

Tidak taat instruksi, berkaitan dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat

Harga obat mahal

Tidak memahami cara pemakaan obat yang benar

Keyakinan pasien dalam menggunakan obat

Page 44: 237100501 case-bedah

Seorang pasien datang dalam keadaan sadar ke UGD pada tanggal 29 Juni

2014 dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu dan semakin

menjadi sejak 1 hari yang lalu yang dipengaruhi oleh aktivitas, nyeri pada

dada dan bengkak pada kaki serta batuk. Setelah diperiksa pasien didiagnosa

mengalami CHF disertai DM tipe 2 baru. Dari UGD pasien diberikan terapi

injeksi lasix, injeksi ceftriaxone dan infus RL. Setelah diberikan tindakan di

IGD, pasien masuk bangsal interne. Pasien dipindahkan ke bangsal interne

dan terapi masih dilanjutkan dan diberikan tambahan terapi ISDN,

Miniaspri®, Ulsidex, Lansoprazol dan Ambroxol. Selama rawatan

ditambahkan pula Sprironolakton, Diazepam dan Metil Prednisolon. Dari

riwayat penyakit diketahui bahwa pasien alergi terhadap ranitidin dan gagal

jantung.

Kemudian dilakukan pemeriksaan darah rutin dan gula darah. Berdasarkan

hasil data laboratorium, GDS pasien > 200 mg/dl. Yang menandakan

adanya gangguan dengan gula darah yang menandakan penyakit diabetes,

dan leukosit yang sedikit meningkat yang menunjukkan adanya infeksi.

Pada saat masuk rumah sakit tekanan darah pasien adalah 160/100 mmHg,

ini menandakan pasien mengalami hipertensi, yang disebabkan oleh gagal

jantung yang dialami pasien. Adapaun diagnosa terakhir dari pasien ini

adalah Congestive Heart Failure Stage III-IV.

Selama pengobatan pasien diberikan RL untuk mengembalikan

keseimbangan elektrolit pasien, injeksi Lasix 2 x 1 ampul diberikan untuk

pengobatan udema dan dosis diturunkan menjadi 1 x 1 ampul karena udema

Page 45: 237100501 case-bedah

pasien yang telah berkurang. Injeksi Ceftriaxone diberikan sebagai

profilaksis dan mencegah infeksi mosokomial karena leukosit pasien yang

cendrung sedikit tinggi.

Nyeri dada serta hipertensi yang dialami pasien karena detak jantung pasien

cepat, sehingga menyebabkan kerja jantung tidak efektif memompa darah

keseluruh tubuh sehinga mengurangi asupan oksigen ke organ dan jaringan,

hal ini yang menyebabkan pasien merasa sesak nafas. Maka pasien diterapi

dengan Bisoprolol 10 mg 1x1, bisoprolol ini akan merelaksasikan otot

jantung. Miniaspri® digunakan sebagai trombolitik untuk mencegah

pembekuan darah dan melancarkan aliran darah di jantung dan paru-paru.

Keluhan pasien masuk RS adalah batuk, untuk menanganinya diberikan

ambroxol 3x1, namun sampai hari rawatan terakhir batuk pasien tidak

kunjung sembuh. Hal ini disebabkan gagal jantung yang dialami pasien.

Dari hasil pemeriksaan labor dinyatakan bahwa kadar glukosa pasien

berada diatas nilai normal yang mencapai 275, namun pasien tidak diberikan

terapi anti diabetik. Hal ini disebabkan gula darah pasien yang masih dapat

dikontrol secara non farmakologi dengan diet daging 1700 kal yang

dilakukan pasien.

Pada pengobatan ini pasien menggunakan injeksi ceftriaxone 1 x 2 gram

selama 5 hari dan pada saat pulang pasien tetap diberikan antibiotik.

Berdasarkan literatur waktu penggunaan ceftriaxone disini sudah sesuai,

dimana menurut literatur penggunaan ceftriaxone seharusnya 4-14 hari

untuk menghindari terjadinya toleransi terhadap antibiotika.

Page 46: 237100501 case-bedah

Adapun DRP (Drug Related Problem) yang pertama pada kasus ini adalah

adanya indikasi yang tidak diterapi yakni pasien telah mengalami susah

tidur dari tanggal 1 Juli 2014, namun obat ansietas Diazepam baru diberikan

pada tanggal 6 Juli 2014. Selain itu pasien mengalami gangguan lambung

yang dapat diakibatkan oleh penggunaan aspilet yang lama, namun pada

saat pulang tidak diberikan anti ulcerasi. Jadi direkomendasikan untuk

memberikan diazepam pada saat rawatan dan lansoprazol ataupun ulsidex

untuk obat pulang pasien.

DRP lain adalah pasien pulang masih dengan batuk dan tidak diberikan obat

pulang berupa obat batuk. Jadi direkomendasikan untuk memberikan pasien

obat batuk dengan dosis yang ditingkatkan atau mengganti mukolitik

lainnya.

DRP ketiga adalah penggunaan obat tanpa indikasi pada tanggal 6 dan 7 Juli

2014 dimana pasien diberikan metyl prednisolon 4mg 1x1. Dari diagnosa

terakhir diketahui bahwa pasien juga mengalami bronkitis sehingga

diberikan metyl prednisolon. Namun durasi pemakaian obat ini kurang

tepat. Obat ini diberikan dengan tappering off selama 12 hari.

DRP selanjutnya adalah interaksi obat yang terjadi pada obat yang dibawa

pulang pasien yaitu antara aspilet, digoxin, KSR dan furosemid. Dimana

aspilet, digoxin, dan KSR dapat meningkatkan kadar kalium serum pasien,

sedangkan hanya furosemid yang menurunkan kadar kalium serum,

sehingga dapat menyebabkan hiperkalemia. Jadi direkomendasikan pasien

melakukan cek elektrolit setiap melakukan kontrol.

Page 47: 237100501 case-bedah

Konseling

a. Selama Rawatan

Spironolakton : diminum pagi dan siang setelah makan 2 kali

sehari.

Cefadroxil : diminum dua kali sehari setiap 12 jam setelah makan.

ISDN 5mg: diminum tiga kali sehari setelah makan dibawah lidah,

jangan ditelan atau dikunyah.

Miniaspri 80mg : Diminum satu kali sehari setelah makan pada

pagi hari.

Ulsidex : diminum tiga kali sehari dua jam setelah makan.

Lansoprazol : diminum 1 jam sebelum makan satu kali sehari pada

pagi hari.

Biscor 10 mg: diminum satu kali sehari pada pagi hari setelah

makan

Ambroxol : diminum tiga kali sehari setelah makan.

Metil prednisolon 4mg: diminum satu kali sehari setelah makan

pada pagi hari

Diazepam 2mg : Diminum satu kali sehari setelah makan pada

malam hari.

b. Obat Pulang

Cefadroxil : merupakan antibiotik untuk mengatasi infeksi yang

dialami pasien. Obat ini diminum dua kali sehari setelah makan

setiap 12 jam. Obat ini harus dihabiskan. Bila pasien lupa minum

obat dan masih mendekati waktu minum obat, maka segerakan

minum ketika ingat. Namun jika telah mendekati waktu minum

berikutnya, maka tinggalkan, dan jangan menggandakan

mengkonsumsi obat pada periode berikutnya.

Furosemid : Obat ini merupakan diuretik yang dapat meningkatkan

pengeluaran BAK pasien dan megurangi menumpukkan cairan

pada jantung paru- paru dan jantung pasien. Obat ini diminum satu

kali sehari setelah makan pada pagi hari.

Page 48: 237100501 case-bedah

Aspilet : merupakan obat untuk mengencerkan darah pasien

sehingga dapat meringankan kerja jantung pasien. Obat ini

diminum satu kali sehari setelah makan pada pagi hari.

Digoksin : digunakan untuk menguatkan otot jantung pasien,

sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Obat ini diberikan

satu kali sehari setelah makan pada pagi hari.

KSR : diberikan satu kali sehari setelah makan.

Diazepam : diberikan untuk megatasi susah tidur yang dialami

pasien. Obat ini diminum satu kali sehari setelah makan pada

malam hari.

Jangan minum obat dengan susu atau kopi.

Pasien disarankan untuk membatasi asupan cairan

Hindari makanan yang berminyak dan pedas.

Kurangi stress.

Page 49: 237100501 case-bedah

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, L dan Suddarth, D. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical

Bedah. Jakarta: EGC

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., dan

Posey, L, W. 2008. Parmacotherapy A Pathophysiology Approach. ( 7th edition).

New York : Mc Graw Hill.

Mansjoer, Arief. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi III). Jakarta:

EGC

Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care

Practice, 73-95, Mc-Graw-Hill, New York