6 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Situ Menurut Suryadiputra (2005), Situ dikategorikan sebagai salah satu jenis lahan basah (umumnya berair tawar) berukuran relatif kecil, dengan sistem perairan yang tergenang. Situ dapat terbentuk secara alami dan secara buatan. Situ yang terbentuk secara buatan yaitu berasal dari dibendungnya suatu cekungan sedangkan Situ alami terbentuk karena kondisi topografi yang memungkinkan terperangkapnya sejumlah air. Wilayah Jabotabek merupakan kawasan yang memiliki banyak Situ baik yang terbentuk secara alami maupun buatan. Keberadaan Situ sangat penting dalam menjaga kelestarian sumberdaya air dan keseimbangan ekosistem. Situ-Situ memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting diantaranya adalah sebagai daerah resapan air tanah, peredam banjir, mencegah intrusi air laut, irigasi, kegiatan perikanan, dan tandon air/ reseirvoir (Suryadiputra 2005). Ekosistem Situ memiliki berbagai fungsi dan manfaat bagi makhluk hidup. Fungsi dan manfaat tersebut antara lain: fungsi ekologis (habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan, pengatur fungsi hidrologis, menjaga sistem, dan proses-proses alami) dan manfaat ekonomis (penghasil berbagai jenis sumber daya alam bernilai ekonomis, penghasil energi, sarana wisata, dan olah raga serta sumber air) serta manfaat sosial budaya. 2.2. Morfometri Danau Morfometri adalah suatu metoda pengukuran dan analisa secara kuantitatif dimensi-dimensi fisik suatu badan perairan misalnya danau. Analisa-analisa limnologi suatu danau sering memerlukan pengetahuan atau data-data morfometri secara detail seperti data kedalaman, luasan atau area permukaan bentuk kontur dasar, dan volume air pada masing-masing strata. Sedangkan kondisi sempadan danau dapat juga digunakan dalam menganalisa sifat-sifat kimia, fisika dan biologi suatu perairan tawar. Parameter-parameter morfometri biasanya diperlukan untuk menilai atau mengetahui ada tidaknya erosi pada danau, menghitung beban atau total kandungan unsur hara, massa bahan-bahan kimia, kandungan panas, stabilitas panas,
16
Embed
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Situ - repository.ipb.ac.id · dasar, dan volume air pada masing ... (sebagian) keluar dari sistem perairan. d. Respirasi tumbuhan ... menyebabkan penurunan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Situ
Menurut Suryadiputra (2005), Situ dikategorikan sebagai salah satu jenis
lahan basah (umumnya berair tawar) berukuran relatif kecil, dengan sistem perairan
yang tergenang. Situ dapat terbentuk secara alami dan secara buatan. Situ yang
terbentuk secara buatan yaitu berasal dari dibendungnya suatu cekungan sedangkan
Situ alami terbentuk karena kondisi topografi yang memungkinkan terperangkapnya
sejumlah air.
Wilayah Jabotabek merupakan kawasan yang memiliki banyak Situ baik
yang terbentuk secara alami maupun buatan. Keberadaan Situ sangat penting dalam
menjaga kelestarian sumberdaya air dan keseimbangan ekosistem. Situ-Situ
memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting diantaranya adalah sebagai daerah
resapan air tanah, peredam banjir, mencegah intrusi air laut, irigasi, kegiatan
perikanan, dan tandon air/ reseirvoir (Suryadiputra 2005). Ekosistem Situ memiliki
berbagai fungsi dan manfaat bagi makhluk hidup. Fungsi dan manfaat tersebut
antara lain: fungsi ekologis (habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan,
pengatur fungsi hidrologis, menjaga sistem, dan proses-proses alami) dan manfaat
ekonomis (penghasil berbagai jenis sumber daya alam bernilai ekonomis, penghasil
energi, sarana wisata, dan olah raga serta sumber air) serta manfaat sosial budaya.
2.2. Morfometri Danau
Morfometri adalah suatu metoda pengukuran dan analisa secara kuantitatif
dimensi-dimensi fisik suatu badan perairan misalnya danau. Analisa-analisa
limnologi suatu danau sering memerlukan pengetahuan atau data-data morfometri
secara detail seperti data kedalaman, luasan atau area permukaan bentuk kontur
dasar, dan volume air pada masing-masing strata. Sedangkan kondisi sempadan
danau dapat juga digunakan dalam menganalisa sifat-sifat kimia, fisika dan biologi
suatu perairan tawar. Parameter-parameter morfometri biasanya diperlukan untuk
menilai atau mengetahui ada tidaknya erosi pada danau, menghitung beban atau total
kandungan unsur hara, massa bahan-bahan kimia, kandungan panas, stabilitas panas,
7
dan berbagai indeks tingkat kesuburan perairan. Aspek morfometri dapat dibedakan
menjadi dimensi permukaan (surface dimension), dan dimensi bawah permukaan
(subsurface dimension). Dimensi permukaan terdiri dari panjang maksimum,
panjang maksimum efektif, lebar maksimum, lebar maksimum efektif, lebar rata-
rata, shore line, shore line development index, luas permukaan, insolusity. Dimensi
bawah permukaan terdiri dari kedalaman maksimum, kedalaman relatif, kedalaman
rata-rata, kedalaman median, kedalaman kuartil, volume, dan perkembangan volume
danau (Hakanson 1981 in Hoerunnisa 2004). Nilai-nilai parameter morfometri yang
akurat/tetap dari sebuah danau jarang ditemukan karena kedalaman maupun luas
permukaan suatu perairan selalu berubah. Perubahan ini diantaranya dapat
disebabkan oleh perubahan iklim, peristiwa vulkanis, peristiwa geologis, erosi dan
sedimentasi (Wetzel 1983).
2.3. Sedimentasi Danau
Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh aliran, dan
diendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya melambat atau terhenti. Proses
ini dikenal dengan sedimentasi atau pengendapan. Sedimen hasil erosi terjadi
sebagai akibat proses pengolahan tanah yang tidak memenuhi kaidah-kaidah
konservasi pada daerah tangkapan air di bagian hulu. Kandungan sedimen pada
hampir semua sungai meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian,
kehutanan, konstruksi, dan pertambangan.
Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari
erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang dapat diukur pada periode waktu
dan tempat tertentu. Hal ini biasanya diperoleh dari pengukuran padatan
tersuspensi di dalam perairan danau. Berdasarkan pada jenis dan ukuran partikel-
partikel tanah serta komposisi bahan, sedimen dapat dibagi atas beberapa
klasifikasi yaitu gravels (kerikil), medium sand (pasir), silt (lumpur), clay
(liat), dan dissolved material (bahan terlarut). Ukuran partikel memiliki
hubungan dengan kandungan bahan organik sedimen. Sedimen dengan ukuran
partikel halus memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sedimen dengan ukuran partikel yang lebih kasar.
8
Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang, sehingga
memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan
organik ke dasar perairan. Pada sedimen kasar, kandungan bahan organik biasanya
rendah karena partikel yang halus tidak mengendap. Selain itu, tingginya kadar
bahan organik pada sedimen dengan ukuran butir lebih halus disebabkan oleh
adanya gaya kohesi (tarik menarik) antara partikel sedimen dengan partikel
mineral, pengikatan oleh partikel organik, dan pengikatan oleh sekresi lendir
organisme (Scribd 2010).
2.4. Siklus karbon
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara
biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi. Dalam siklus ini terdapat empat
reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran (lihat Gambar 3).
Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk
pula freshwater system, dan material non-hayati organik seperti karbon tanah),
lautan termasuk karbon anorganik terlarut, biota laut hayati dan non-hayati, serta
sedimen termasuk bahan bakar fosil (Wikipedia 2009).
Gambar 3. Siklus karbon di alam. (www.wikipedia.com).