WAKTU PAPARAN LISTRIK DALAM MEDIA BERSALINITAS 3 PPT DAN KELANGSUNGAN HIDUP SERTA PERTUMBUHAN BENIH IKAN MASKOKI MUTIARA Carassius auratus PADA SISTEM RESIRKULASI RIZKY ARMANSYAH SKRIPSI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
69
Embed
WAKTU PAPARAN LISTRIK DALAM MEDIA BERSALINITAS 3 PPT …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59495/6/C10rar.pdf · DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN ... Mikrobiologi (2007/2008),
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
WAKTU PAPARAN LISTRIK DALAM MEDIABERSALINITAS 3 PPT DAN KELANGSUNGAN HIDUP
SERTA PERTUMBUHAN BENIH IKAN MASKOKI MUTIARACarassius auratus PADA SISTEM RESIRKULASI
RIZKY ARMANSYAH
SKRIPSI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
WAKTU PAPARAN LISTRIK DALAM MEDIA BERSALINITAS 3 PPT
TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH
IKAN MASKOKI MUTIARA Carassius auratus PADA SISTEM
RESIRKULASI
adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalan Daftar Pustaka dibagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
RIZKY ARMANSYAH
C14051746
RINGKASAN
RIZKY ARMANSYAH. C14051746. Waktu paparan listrik dalam mediabersalinitas 3 ppt dan kelangsungan hidup serta pertumbuhan ikan MaskokiMutiara Carassius auratus pada sistem resirkulasi. Dibimbing oleh KUKUHNIRMALA dan AGUS PRIYADI.
Beberapa kendala dalam usaha budidaya ikan hias maskoki mutiaradiantranya adalah pertumbuhannya yang relatif lambat dan keterbatasan air bersih.Salah satu strateginya ialah dengan melalui pendekatan lingkungan yaitu denganmemanfaatkan media pemeliharaan bersalinitas dan paparan medan listrik dalamsistem resirkulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lamawaktu pemaparan medan listrik 0, 2, 4, dan 6 menit dengan voltase 10 voltterhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan Maskokimutiara ukuran S (2-4 cm) yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt denganmenggunakan sistem resirkulasi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2009 dihanggar 2, Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Depok. Ikan dipelihara dalamakuarium berukuran 20 x 30 x 20 cm3 dengan volume air 6 liter dan ketinggian airaktif 10 cm dengan kepadatan 2 ekor/ liter. Ikan uji yang digunakan adalah ikanmaskoki mutiara dengan ukuran panjang rata-rata 4,11±0,05 cm dan bobot rata-rata 2.89±0,05 gram/ekor. Sebelum diberi perlakuan ikan diadaptasikan terlebihdahulu dengan salinitas 3 ppt selama tujuh hari. Pemberian paparan medan listrikdilakukan selama 0, 2, 4, dan 6 menit sebelum ikan diberi pakan dilakukan setiaphari sebanyak 3 kali yaitu pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Rancangan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4perlakuan, yaitu Kontrol (tanpa paparan medan listrik atau 0 menit), P (paparanselama 2 menit), Q (paparan selama 4 menit), R (paparan selama 6 menit) danmasing-masing 3 kali ulangan. Sampling atau pengamatan dilakukan sepuluh harisekali. Parameter yang diamati diantaranya tingkat kelangsungan hidup,pertumbuahan bobot harian, pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang mutlak,rasio PU/PT, efisiensi pakan, kualitas air dan kualitas warna ikan. Pada perlakuan4 menit dengan paparan medan listrik 10 volt diperoleh data kelangsungan hidup,laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjangmutlak, rasio PU/PT, dan efisiensi pakan yang tertinggi, yaitu: 100±0%;1,3±0,12%; 4,83±0,36 gram/ekor; 1,3±0,1 cm; 2,72±0,61; dan 37,9±4,2%. Mediapemeliharaan benih ikan maskoki bersalinitas 3 ppt yang diberi pemaparan aruslistrik 10 volt selama 0, 2, 4, dan 6 menit dengan menggunakan sistem resirkulasisebelum pemberian pakan, tidak memberikan pengaruh yang nyata padakelangsungan hidup. Akan tetapi memberikan pengaruh nyata dalam kinerjapertumbuhan ikan maskoki ukuran S (2-4 cm). Kinerja pertumbuhan terbaikdiperoleh pada perlakuan 4 menit. Dalam hal ini pertumbuhan panjang mutlaksebesar 1,3±0,1 cm dan laju pertumbuhan bobot harian sebesar 1,3±0,12%.
WAKTU PAPARAN LISTRIK DALAM MEDIABERSALINITAS 3 PPT DAN KELANGSUNGAN HIDUP
SERTA PERTUMBUHAN BENIH IKAN MASKOKI MUTIARACarassius auratus PADA SISTEM RESIRKULASI
RIZKY ARMANSYAH
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan padaFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010
Judul : Waktu Paparan Listrik dalam Media Bersalinitas 3 ppt
Fitriyanti atas kasih sayang, do’a dan dukungan semangat baik moril dan
materi.
7. Pak Asep, Pak Sunar, Mba Santy, Mas Angga, Mas Hasan, Mas Danio,
Ibu Susi dan Staf Laboratorium Kualitas Air (BRBIH), Rinal, Pak Jajang,
Kang Abe, Pak Marijanta, Mba Yuli, Marsandre Jatilaksono dan Khaefah
atas bantuan dan dukungan yang diberikan.
8. Ozy, Faisal, Firman, dan Yundha dari Universitas Brawijaya atas
kebersamaan dan dukungannya.
9. Teman-teman BDP 42, kakak kelas BDP 41 dan BDP 40, adik kelas BDP
43 dan BDP 44, serta teman-teman dari Diploma IPB angkatan 44 dan 45
atas persahabatan dan bantuan yang telah diberikan selama ini.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khusunya bagi penulis dan juga
bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berkaitan dengan tulisan ini.
Amiin.
Bogor, Februari 2010
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 11 November 1987, adalah anak pertama
dari dua bersaudara dari ayah bernama Alm. Izwar Arsyad dan ibu R. Netty
Nuniati. Pendidikan formal yang di lalui penulis yaitu TK. Ananda Jakarta, SDN
Sukmajaya I Depok, SLTPN 4 Depok, SMUN 2 Depok. Pada Tahun 2005,
Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut
Pertanian Bogor di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi
Teknologi dan Manajemen Akuakultur melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru).
Selama kuliah Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu
Himpunan Mahasiswa Akuakultur sebagai staf dari divisi kewirausahaan (2006-
2008). Selain itu Penulis juga pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Dasar-dasar
Mikrobiologi (2007/2008), dan Fisika Kimia Perairan (2008/2009). Dalam usaha
menambah wawasan tentang akuakultur Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang
Pembenihan Ikan hias Botia di Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH), Depok,
Jawa Barat pada bulan Juli – Agustus 2008. Tugas akhir di perguruan tinggi
Penulis selesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul “Waktu Paparan
Listrik dalam Media Bersalinitas 3 ppt dan Kelangsungan Hidup serta
Pertumbuhan Ikan Maskoki Mutiara Carassius auratus pada Sistem
Resirkulasi”.
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL xiDAFTAR GAMBAR xiiDAFTAR LAMPIRAN xiii
I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan 3
II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Biologi Ikan Maskoki 42.2 Respon Ikan Terhadap Medan Listrik 42.3 Elektroreseptor Pada Ikan 52.4 Sifat Listrik dalam Air 52.5 Efek medan Listrik terhadap Jaringan Hidup 72.6 Salinitas dan Osmoregulasi 82.7 Pencernaan 92.8 Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup 102.9 Kualitas Air 11
2.9.1 Suhu 112.9.2 pH 112.9.3 Oksigen Terlarut 122.9.4 Daya Hantar Listrik 122.9.5 Alkalinitas 132.9.6 Kesadahan 132.9.7 Amonia 142.9.8 Nitrit 15
2.10 Sistem Resirkulasi 152.10.1 Filter Mekanik 162.10.2 Filter Biologi 16
III. BAHAN DAN METODE3.1 Waktu dan Tempat 183.2 Rancangan Percobaan 183.3 Alat dan Bahan Penelitian 183.4 Prosedur Penelitian 19
3.4.1 Persiapan wadah 193.4.2 Media Pemeliharaan Ikan 193.4.3 Pengadaptasian dan Pemeliharaan Ikan Uji 203.4.4 Pemberian Perlakuan 20
3.5 Parameter yang Diamati 213.5.1 Parameter Biologi 213.5.2 Parameter Kualitas Air 23
3.6 Analisa Data 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil 26
4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) 264.1.2 Pertumbuhan Bobot 274.1.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian (SGR) 284.1.4 Pertumbuhan Panjang 294.1.5 Pertumbuhan Panjang Mutlak 304.1.6 Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Total Tubuh
(PU/PT) 314.1.7 Efisiensi Pemberian Pakan 324.1.8 Kualitas Air 33
4.2 Pembahasan 34
V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan 415.2 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42LAMPIRAN 46
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Klasifikasi Perairan Berdasarkan Nilai Kesadahan 14
2. Parameter Uji yang Diamati Pada Setiap Perlakuan Hingga Akhir
Pemeliharaan Ikan Maskoki Mutiara Carrasius auratus 33
3. Kisaran Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan benih Ikan
Maskoki Mutiara Carrasius auratus Pada Setiap Perlakuan
Selama Pemeliharaan 33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Denah Susunan Akuarium Percobaan 18
2. Skema Susunan Alat Percobaan 21
3. Histogram Tingkat Kelangsungan (%) Benih Ikan Maskoki Mutiara
Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan . 26
4. Grafik pertumbuhan Bobot (gram) Benih Ikan Maskoki Mutiara
Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan 27
5. Histogram Laju Pertumbuhan Bobot Harian (%) Benih Ikan Maskoki
Mutiara Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan 28
6. Histogram Pertumbuhan Panjang (cm) Benih Ikan Maskoki Mutiara
Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan 29
7. Histogram Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) Benih Ikan Maskoki
Mutiara Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan 30
8. Histogram Rasio (PU/PT) Benih Ikan Maskoki Mutiara Pada Setiap
Perlakuan Selama Pemeliharaan 31
9. Histogram Efisiensi Pemberian Pakan Benih Ikan Maskoki Mutiara
Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan . 32
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) 47
2. Laju Pertumbuhan Bobot Harian (SGR) 47
3. Pertumbuhan Bobot 48
4. Pertumbuhan Panjang Mutlak (PM) 49
5. Data Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Tubuh (PU/PT) 51
6. Efisiensi Pemberian Pakan 51
7. Kualitas Air 52
8. Total Penerimaan 55
9. Kualitas Warna 56
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Maskoki Mutiara merupakan jenis ikan Mas yang mempunyai tubuh
bulat dengan kepala kecil dan ekor lebar. Ikan ini berasal dari daratan Cina,
namun di Indonesia, sudah lama dapat dibudidayakan. Ikan maskoki paling
digemari pemelihara ikan hias karena tingkahnya yang sangat mengemaskan dan
warnanya yang ceria. Namun dibalik semua kelebihan itu, sebenarnya masih ada
satu faktor lain yang sangat khusus melekat pada ikan Maskoki. Ikan Maskoki
dipercaya memberikan keberuntungan, kesejahteraan, kemakmuran, kerukunan,
dan bahkan menghindari pemiliknya dari segala macam bahaya (Anonim, 2007).
Berdasarkan hasil wawancara pribadi, harga benih Maskoki Mutiara ukuran M (5-
7 cm) bisa mencapai harga Rp 2.000 – 5.000/ekor bila dijual ke pengumpul,
sedangkan induk yang sudah matang gonad harganya dapat mencapai Rp
250.000,-/ sepasang dan untuk indukan yang belum matang gonad harganya dapat
mencapai Rp 75.000, /sepasang. Pemasaran ikan ini selain di dalam negeri juga
merupakan jenis ikan yang di eksport dan harganya pun cukup tinggi. Dengan
cara pemeliharaan yang tepat disertai ketekunan diharapkan bisa mendapat
penghasilan yang lumayan [http://www.aagos.ristek.go.id 20juli 2009].
Hal inilah yang membuat para pembudidaya selalu berusaha meningkatkan
kualitas dan kuantitas benih. Namun, dalam pemeliharaan ikan Maskoki masih
banyak ditemui masalah, salah satunya adalah pertumbuhannya yang relatif
lambat karena untuk mencapai ukuran M, ML dan L masih memerlukan waktu
selama 3 bulan dengan kepadatan yang rendah (wawancara pribadi).
Pendekatan-pendekatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan diantaranya adalah pendekatan nutrisi, fisiologi dan lingkungan.
Pendekatan dengan nutrisi dan fisiologi telah banyak dilakukan. Namun,
pendekatan lingkungan dengan memanfaatkan medan listrik pada media
pemeliharaan yang menggunakan sistem resirkulasi belum pernah dilakukan.
Menurut Itegin dan Gunay (1993) dalam Sitio (2008), medan listrik dapat
menimbulkan efek pada jaringan hidup. Mekanisme interaksi medan listrik
dengan benda hidup berupa induksi arus listrik pada jaringan biologi. Induksi
Data hasil penelitian pengaruh lama waktu paparan listrik sebsar 10 volt
pada media bersalinitas 3 ppt yang dilakukan selama 40 hari pemeliharaan ikan
Maskoki Mutiara terhadap pertumbuhan panjang, pertumbuhan bobot, dan
efisiensi pakan menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada perlakuan 4 menit
terhadap kontrol (0 menit). Namun tidak memberikan hasil yang berbeda nyata
pada parameter kelangsungan hidup dan rasio panjang usus terhadap panjang total
tubuh.
Ikan dapat merespon arus listrik karena memiliki organ electroreceptor.
Secara umum, electroreceptor merupakan pengembangan dan modifikasi gurat
sisi atau Lateral line. Menurut Albert dan Crampton (2006), Electroreceptor
merupakan sensor. Pada indera pendengaran, informasi dari elektrosensori diatur
menggunakan waktu dan frekuensi isyarat. Pada indera penglihatan, informasi
dari elektrosensori ditransmisikan hampir secara langsung. Pada indera
penciuman, rasa, dan pendengaran intensitas yang dirasakan dari rangsangan
elektrik meningkat dengan semakin dekatnya jarak dengan sumber rangsangan.
Sedangkan pada indera peraba, input dari elektrosensori menyampaikan informasi
tentang bentuk dan tekstur elektrik dari objek pada lingkungan sekitar.
Menurut Fathony (2004), medan dan arus listrik pada frekuensi rendah
apabila berinteraksi dengan jaringan biologik dapat menyebabkan efek fisiologik
maupun psikologik. Menurut Nair (1989) dalam Rasmawan (2009), mekanisme
interaksi medan listrik dengan benda hidup berupa induksi medan dan juga arus
listrik pada jaringan biologi. Induksi pada benda hidup disebabkan adanya
muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya cairan seperti darah,
getah bening, syaraf, dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkan oleh
muatan-muatan dan aliran arus listrik. Jika tubuh menyerap intensitas medan
listrik dan magnetik yang relatif cukup, maka hal ini akan merangsang sistem
syaraf dan otot-otot dalam tubuh. Hal inilah yang menyebabkan kinerja dari
sistem pertumbuhan ikan Maskoki dapat meningkat lebih cepat bila dibandingkan
dengan pemeliharaan biasa. Namun, ikan juga dapat mengalami stress jika
pengunaan arus listriknya berlebihan karena Fathony (2004) menyatakan arus
listrik pada intensitas yang rendah pun, akan berpengaruh pada aktivitas modulasi
di dalam otak maupun sifat syaraf.
Laju pertumbuhan dapat dilihat dari dua parameter yaitu laju pertumbuhan
harian dan panjang mutlak. Analisa data (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%
(p<0,05) data laju pertumbuhan harian dan panjang mutlak memberikan hasil
yang berbeda nyata. Uji Tuckey menunjukkan bahwa antara perlakuan 4 menit
yang nilainya masing-masing sebesar 1,30±0,12 dan 1,30±0,10 memberikan hasil
yang berbeda nyata pada kontrol (0 menit) yang nilainya masing-masing sebesar
0,73±0,14 dan 0,73±0,17. Namun, perlakuan 4 menit dan kontrol tidak
memberikan hasil yang berbeda nyata pada perlakuan 2 menit dan perlakuan 6
menit. Nilai pada perlakuan 2 menit masing-masing sebesar 1,25±0,09 dan
1,04±0,27, pada perlakuan 6 menit masing-masing sebesar 1,13±0,23 dan
1,02±0,09.
Berdasarkan penelitian Rasmawan (2009), media bersalinitas 3 ppt diduga
merupakan media yang isoosmotik bagi ikan gurame yang merupakan ikan yang
hidup di air tawar. Hal ini didukung dengan penelitian Arista (2001) yang
menggunakan ikan uji Maskoki jenis Tosa dan dengan media bersalinitas 3 ppt,
menduga bahwa penambahan salinitas pada media pemeliharaan dapat
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi, sehingga
ikan dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
penggunaan media bersalinitas 3 ppt pada ikan maskoki mutiara dan beranggapan
bahwa media ini juga merupakan media yang isoosmotik bagi ikan Maskoki
Mutiara, bisa dikatakan masih relevan. Pada keadaan non-isoosmotik, energi yang
berasal dari makanan akan digunakan untuk proses osmoregulasi, setelah itu baru
akan digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Sedangkan bila keadaannya
isoosmotik, energi yang digunakan untuk osmoregulasi akan digunakan untuk
pertumbuhan, karena kondisi konsentrasi cairan dan garam dalam tubuh seimbang
dengan media. Hal ini berdampak pada pertumbuhan ikan maskoki yang cukup
meningkat.
Efisiensi pemberian pakan menunjukkan jumlah pakan yang dapat
dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan. Nilai efisiensi pakan
benih ikan maskoki mutiara yang dipelihara selama 40 hari berkisar antara
26,12±5,17-37,9±4,2%. Dari analisa data (ANOVA) pada selang kepercayaan
95% (p<0,05), menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan. Dari hasil
uji lanjut Tuckey atau beda nyata jujur pada selang kepercayaan 95%
(p<0,05),dapat dilihat bahwa perlakuan 4 menit berbeda nyata dengan kontrol 0
menit, namun kontrol dan perlakuan 4 menit tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan 2 dan 6 menit terhadap nilai efisiensi pemberian pakan benih ikan
maskoki mutiara. Dari hasil penelitian menunjukkan, nilai efisiensi pemberian
pakan tertinggi diperoleh dari perlakuan 4 menit sebesar 37,9±4,2% dan nilai
terendah pada kontrol (0 menit) sebesar 26,12±5,17%. Nilai efisiensi pemberian
pakan yang masih relatif rendah ini diduga bahwa pemberian arus listrik sebelum
pemberian pakan dapat membuat usus berkontraksi dan memberikan efek untuk
menambah nafsu makan sehingga ikan menjadi cepat lapar karena setelah diberi
aliran listrik ikan menjadi agresif dan terus-menerus bergerak keatas sambil
menghadapkan mulutnya kepermukaan air seakan-akan sedang meminta
makanan. Namun, karena nafsu makannya bertambah, ikan malah terus-menerus
makan dan berakibat ikan lebih cepat mengeluarkan kotoran. Diduga kotoran yang
keluar ini sari-sari makanannya belum sempat terserap sempurna namun sudah
terlanjur keluar karena banyaknya makanan yang masuk. Hal ini dikarenakan ikan
maskoki tidak memiliki lambung seperti hewan lain, melainkan langsung melalui
usus untuk menyerap gizi yang diperlukan, maka ditilik dengan teliti, dapat
ditemukan bahwa ikan Maskoki sering makan sambil membuang kotoran juga
(Anonim, 2007). Pemberian pakan dihentikan setelah ikan tenang dan kembali ke
dasar akuarium.
Analisa data (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% (p<0,05) data rasio
PU/PT tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Dari hasil penelitian pada
ikan maskoki mutiara yang bersifat omnivora diperoleh data rasio PU/PT yang
berkisar antara 1,98-2,72 dimana angka 1,98 diperoleh dari sampling awal dan
nilai rasio panjang usus terhadap terhadap panjang total tubuh (PU/PT) di akhir
pemeliharaan pada perlakuan 4 menit cenderung lebih tinggi daripada PU/PT pada
kontrol dan perlakuan 2 dan 6 menit yaitu sebesar 2,72±0,3. Pada perlakuan 2
menit besar rasionya adalah 2,4±0,38, pada perlakuan 6 menit rasionya sebesar
2,19±0,45 sedangkan yang terendah ada pada kontrol yaitu sebesar 2,07±0,35. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Opuszynki dan Shireman (1995) dalam Aini (2008)
yang menyatakan, rasio panjang usus terhadap panjang tubuh (PU/PT ) ikan
omnivora 1,3-4,2.
Pemberian medan listrik memberikan pengaruh pada amplitude dan
frekuensi kontraksi otot polos pada usus halus kelinci (Nurhandayani, 2005). Otot
polos pada usus halus merupakan unit tunggal dimana sekelompok otot polos
saling berhubungan melalui gap junction (Hill dan Wyse,1989 dalam Rasmawan,
2009) ketika sejumlah kecil otot polos terstimulasi secara elektrik, kontraksi
menyebar ke sel-sel tetangga melalui gap junction, memungkinkan sel yang
berbatasan untuk berkomunikasi dan mengkoordinasi aktivitasnya (Schmidt dan
Nielsen, 1997 dalam Rasmawan, 2009). Salah satu perubahan fisis selama terjadi
kontraksi pada usus adalah perubahan tegangan dan panjang (Goenarso, 2003
dalam Suarga, 2006).
Tingkat kelangsungan hidup benih ikan Maskoki Mutiara yang dipelihara
selama 40 hari berkisar antara 95,84±4,81-100±0%. Dari analisa data (ANOVA)
pada selang kepercayaan 95% (p<0,05), diperoleh hasil bahwa kontrol (0 menit)
dan perlakuan (2, 4, dan 6 menit) tidak berbeda nyata terhadap tingkat
kelangsungan hidup benih ikan Maskoki Mutiara. Dari histogram tingkat
kelangsungan hidup ikan maskoki mutiara, nilai tertinggi diperoleh kontrol (0
menit) dan perlakuan 4 menit sebesar 100±0%. Hal ini diduga selain dari media
yang isotonik arus listrik yang diberikan tidak terlalu meningkatkan keagresifan
dari ikan maskoki dalam penyerangan terhadap ikan lain namun hanya pada nafsu
makannya saja.
Ikan Maskoki Mutiara merupakan ikan yang bersifat lebih senang
mengumpul dalam kawanannya (Schooling) dan tingkat keagresifannya tidak
terlalu tinggi. Oleh karena itu, walaupun arus listrik dapat meningkatkan
keagresifan ikan namun hal ini tidak terlalu mempengaruhi terhadap tingkat
kelangsungan hidup ikan Maskoki Mutiara yang memang bersifat schooling.
Selain itu, salinitas juga meningkatkan status kesehatan ikan dan meningkatkan
daya tahan ikan terhadap penyakit maupun stres akibat kondisi lingkungan
(Wedemeyer, 1996). Hal ini didukung oleh Parjito (1998) yang menunjukkan
bahwa peningkatan salinitas sebesar 3 ppt dapat meningkatkan kelangsungan
hidup ikan Nilem Osteochillus hasselti.
Salinitas juga dapat digunakan sebagai kontrol penyakit saat toleransi ikan
yang dibudidayakan lebih tinggi daripada parasit (Watanabe, 2000). Misalnya
pada budidaya ikan channel catfish yang diberi garam 2 ppt dapat menurunkan
parasit Ichthyophthirius multifilis (Johnson, 1976 dalam Arista, 2001). Hal ini,
dapat dilihat dari ikan hasil penelitian sama sekali tidak menunjukkan gejala sakit
yang disebabkan oleh parasit. Berbeda dengan budidaya tradisional yang rawan
parasit. Parasit yang ditemukkan pada saat pengematan adalah argulus.
Dari hasil pengukuran kualitas air pada pemeliharaan ikan Maskoki
Mutiara selama penelitian (Tabel 3). Suhu pada media pemeliharaan sebesar 27,2
- 28,4oC. Kisaran suhu ini dapat dikatakan optimal bagi ikan Maskoki Mutiara.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Lesmana (2001), Ikan yang bersifat
omnivora ini hidup baik pada suhu 19-28oC dengan suhu optimal 24-28oC.
Sedangkan nilai pH pada media pemeliharan berkisar antara 7,5-8, nilai pH 8 ini
hanya diperoleh pada awal pemeliharaan setelah itu nilai ini menurun dan tetap
pada angka 7,5. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lesmana (2001), kisaran pH
yang diinginkan untuk ikan maskoki antara 7,0-7,5.
Dari hasil pengukuran NH3 pada media pemeliharan berkisar antara 0,006-
0,026 ppm. Nilai suhu dan pH mempengaruhi kosentrasi amonia tidak terionisasi.
Nilai ini masih dapat ditoleransi oleh ikan karena menurut Sawyer dan Mc Carty
(1978) dalam Effendi (2000) kadar NH3 diperairan tawar sebaiknya tidak
melebihi 0,02 mg/L.
Kadar oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharaan berkisar antara
7,09-7,54 mg/l O2. Konsentrasi oksigen yang dapat mendukung kehidupan
organisme akuatik adalah mendekati atau diatas 3 ppm (Pescod, 1973 dalam Sitio,
2008). Berdasarkan literatur diatas nilai kisaran DO ini masih sangat layak
sehingga tingkat kelangsungan hidup ikan masih dapat terjaga.
Sawyer dan McCarty (1978) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa
diperairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/l. Hasil pengukuran nitrit pada media
pemeliharaan berkisar 0,012-0,026 ppm. Kadar ini masih sangat rendah sehingga
tidak membahayakan ikan yang dipelihara selama penelitian.
Daya hantar listrik (DHL) adalah gambaran kemampuan air dalam
menghantarkan listrik (Effendi, 2003). Kemampuan air dipengaruhi oleh ion-ion
terlarut yang terkandung didalam suatu perairan. Menurut Boyd (1982), nilai daya
hantar listrik mengindikasikan derajat relatif dari salinitas. Air tawar lebih
bervariasi dalam hal proporsi ion-ion utamanya, sehingga nilai konduktivitas
biasanya tidak berbanding lurus dengan nilai salinitasnya. Nilai konduktivitas
digunakan untuk mengestimasi nilai kadar salinitas pada air tawar (Swingel, 1969
dalam Boyd, 1982). Faktor yang mempengaruhi daya hantar listrk air tawar
adalah suhu, partikel-partikel tersuspensi dan terlarut (Sternin et al., 1972 dalam
Sitio, 2008). Perairan laut memiliki nilai DHL yang sangat tinggi karena
banyaknya garam-garam terlarut didalamnya. (APHA, 1976 dalam Effendi,
2003). APHA (1976); Mackereth et al. (1989) dalam Effendi (2003),
menyebutkan bahwa reaktivitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion-ion terlarut
sangat berpengaruh terhadap nilai DHL. Asam, basa, dan garam merupakan
penghantar listrik atau konduktor yang baik. Oleh karena itu, nilai-nilai
konduktivitas yang terukur merefleksikan konsentrasi ion yang terlarut dalam air.
Menurut Wedemeyer (1996) alkalinitas adalah jumlah total dari
konsentrasi bahan yang bersifat alkali (basa) yang larut dalam air. Menurut
Stickney (1979), alkalinitas perairan dalam budidaya diupayakan berada pada
kisaran 30-200 mg/l walaupun pada perairan dengan alkalinitas yang lebih tinggi
atau lebih rendah masih sering digunakan untuk budidaya. Dari hasil pengukuran
alkalinitas pada media pemeliharaan berkisar antara 22,66-45,31 ppm CaCO3.
Nilai tersebut masih ada yang dibawah 30 ppm CaCO3. Namun, menurut Stickney
(1979), walaupun pada perairan dengan alkalinitas yang lebih tinggi atau lebih
rendah masih sering digunakan untuk budidaya. Oleh karena itu, nilai alkalinitas
yang demikian masih dapat digunakan untuk budidaya.
Kesadahan total adalah konsentrasi logam berion divalen dalam air (Boyd,
1982). Kesadahan yang baik untuk perikanan adalah lebih besar dari 20 mg/L
CaCO3 (Boyd, 1982), dan Stickney (1979) memberikan kisaran antara 20-150
mg/L CaCO3, sedangkan untuk keperluan budidaya intensif sebaiknya kesadahan
ada pada kisaran 50-200 mg/L CaCO3 (Wedemeyer, 1996). Dari hasil pengukuran
kesadahan pada media pemeliharaan berkisar antara 435,12-699,3 ppm CaCO3.
Nilai ini >300 mg/l CaCO3 termasuk dalam kategori yang sangat sadah.
Pada penelitian ini, ikan dipelihara dari ukuran S (2-4 cm) hingga
mencapai ukuran M (5-7 cm). Berdasarkan ukuran pasar, ikan yang dipanen
terdiri dari dua ukuran. Ukuran S (2-4 cm) dengan harga Rp. 1000,-/ekor dan
ukuran M (5-7) dengan harga Rp. 2000,-/ekor. Berdasarkan hasil analisis
penerimaan (Lampiran 8), menunjukkan nilai penerimaan yang lebih banyak pada
perlakuan 4 menit yaitu sebesar Rp. 88.000,- dan yang paling sedikit adalah
kontrol (0 menit) yaitu sebesar Rp. 69.000,-. Harga ikan yang dijual merupakan
harga yang terendah yang ditawarkan oleh pasar, hal ini dikarenakan warna dari
ikan Maskoki hasil penelitian ini terlihat lebih pudar bila dibandingkan dengan
ikan Maskoki yang dibudidayakan dengan cara tradisional (Lampiran 9).
Perbandingan ini dilakukan karena antara kontrol dan perlakuan tidak memiliki
perbedaan dalam hal warna sehingga untuk mengetahui apakah ikan hasil
penelitian memiliki kualitas warna yang baik atau tidak, maka dilakukan
perbandingan dengan ikan hasil budidaya tradisional. Penurunan kualitas warna
ini disebabkan oleh kurangnya intensitas cahaya pada tempat penelitian. Tempat
penelitian berada diruang tertutup yang minim cahaya, lampu yang ada hanya
digunakan pada saat memberi makan dan perlakuan, dan selebihnya dimatikan.
Sedangkan menurut hasil wawancara pribadi, ikan Maskoki ini sangat
membutuhkan cahaya untuk membentuk pigmentasi warna yang baik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data perlakuan ini, tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada kelangsungan hidup. Namun, masih memberikan efek baik pada
kelangsungan hidup ikan maskoki.
Perlakuan ini memberikan pengaruh nyata pada kinerja pertumbuhan.
Pertumbuhan terbaik diperoleh pada perlakuan 4 menit. Dalam hal ini
pertumbuhan panjang mutlak dan laju pertumbuhan bobot harian yaitu masing-
masing sebesar 1,3±0,1 cm dan 1,3±0,12%.
5.2 Saran
1. Penelitian ini dapat diterapkan pada ikan-ikan yang bersifat nocturnal
(aktif pada malam hari atau dalam keadaan gelap), mempunyai sifat
schooling dan tingkat agresifitasnya rendah.
2. Untuk ikan hias yang menggunakan cahaya untuk membentuk pigmentasi
warna seperti ikan Maskoki, disarankan untuk menggunakan pencahayaan
yang optimal sehingga warna yang ditimbulkan pun menjadi lebih baik.
3. Penelitian ini masih dapat dilanjutkan dengan penentuan persentase pakan
yang optimal dan efisien serta pemberian arus listrik pada saat sebelum
dan sesudah pemberian pakan yang dimaksudkan untuk menambah nafsu
makan pada awal dan mengefektifkan penyerapan sari-sari makanan
setelah pakan dikonsumsi dengan menggunakan media bersalinitas 3 ppt
dan paparan medan listrik 10 volt selama 4 menit pada sistem resirkulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Budidaya Ikan Gurami. Jakarta: Direktorat Bina Produksi,Direktorat Jendral Perikanan. Bagian Proyek Diversisifikasi dan Gizi SubSektor Perikanan TA. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Anonim. 2005. Budidaya Ikan Maskoki. http://www.aagos.ristek.go.id (20juli2009)
Anomim. 2007. Menjaring Hoki Melalui Maskoki. d’fishes Majalah Ikan HiasIndonesia Edisi IV. Jakarta.
Anonim. 2008. Ikan Maskoki Mutiara. http://en.wikipedia.org/wiki/Goldfish (19Juli 2009)
Affandi, R. 1993. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Gurame Osphronemusgouramy. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Jilid 1 Volume2.
Aini, Y. 2008. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Pada Media Bersalinitas 3 pptDengan Paparan Medan Listrik. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan.Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Albert, J. S. and W. G. R. Crampton. 2006. Electroreception and Electrogenesis.In: Evans, H and J. B. Claiborne. The Physiology of Fishes Third Edition.CRC Taylor and Francais. Boca Raton. London. New York..
Arista, F. 2001. Pengaruh Salinitas 3 ppt dan Kesadahan Moderat terhadapProduksi Ikan Hias Maskoki Carrasius auratus Lin. di dalam SistemResirkulasi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan IlmuKelautan. Institut Pertanian Bogor.
Aryana, I. N. 1980. Studi Electrical Fishing dan KemungkinanPengembangannya. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture ElsevierScience Publishshing Company Inc., New York.
Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Pond Aquaculture. Birmingham PublishingCo, Alabama.
Daelami, D. A. S. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta:Penebar Swadaya.
Dewi, E. S. 2006. Pengaruh Salinitas 0, 3, 6, 9, dan 12 ppt Terhadap Pertumbuhandan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame Ukuran 3-6 cm. Skripsi.Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.
Edmonson, W, T. and G. G. Winberg. 1971. A Manual on Methods for TheAssesment of Secondary Productivy and Fresh Water.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Effendie, H. 2000. Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumberdaya danLingkungan Perairan. Bogor. Jurusan Sumberdaya Perairan, FakultasPerikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Fathony, M. 2004. Radiasi Elektromagnetik dari Alat Elektronik dan Efeknyabagi Kesehatan. Http://www.tempo.co.id./medika/arsip/092001/pus-3.htm.(5 Februari 2010).
Gemawaty, N. 2006. Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran LPada Padat Tebar 20, 40, dan 60 Ekor/Liter dalam Sistem Resirkulasi.Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas PerikananDan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Huisman, E. A. 1987. Principles of Fish Production. Departemen of Fish Cultureand Wageningen Agricultural University, Wageningen. Netherlands.
Hoar, W. S and D. J Randall. 1971. Fish Physiology Volume V Sensory Systemand Electric Organ. New York. Academy Press. London.
Lesmana, D. S. dan Iwan D. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer.Jakarta: Penebar Swadaya.
Nurhandayani, E. 2005. Perubahan Kontraksi Otot Longitudinal Usus HalusKelinci Akibat Paparan Medan Listrik dan Magnet Secara in vitro. Skripsi.Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Institut Pertanian Bogor.
Parjito. 1998. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan NilemOsteochillus hasselti dalam Salinitas yang berbeda. Skripsi. JurusanBudidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. InstitutPertanian Bogor.
Rahmadani, D. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan GurameOsphronemus gouramy, Lac. Ukuran 3,14 cm Yang Dipelihara Dalam PadatPenebaran yang Berbeda dalm Akuarium Sistem Resirkulasi. Skripsi.Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.
Rasmawan. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemus gouramyLac. Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt DenganPaparan Medan Listrik. Skripsi. Program Studi Teknologi dan ManajemenAkuakultur. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut PertanianBogor.
Ratih, T. D. 2006. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan DanKelangsungan Hidup Benih Ikan Balashark Balantiocheilus melanopterus,BLKR. Di Dalam Sistem Resirkulasi. Skripsi. Program Studi TeknologiDan Manajemen Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan. FakultasPerikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Sitio, S. 2008. Pengaruh Medan Listrik pada Media Pemeliharaan Bersalinitas 3ppt Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan GurameOsphronemus gouramy Lac. Skripsi. Program Studi Teknologi danManajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. InstitutPertanian Bogor.
Slembrouck, J. O. Komarudin, Maskur dan M. Legendre. 2005. Petunjuk TeknisPembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius djambal. IRD-PRPB. Jakarta.
Solehudin, M. A. 2006. Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi UkuranM Dengan Padat Tebar 25, 50, 75, Dan 100 Ekor/Liter Dalam SistemResirkulasi. Skripsi. Program Studi Teknologi Dan Manajemen Akuakultur.Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.
Steel RGD and Torrie JH. 1982. Principle and Procedures of Statistics ABiometrical Approach Second Edition. CRC press, Boca Ratio, Florida.
Stickney, R. R. 1979. Principle of Warmwater Aquaculture. Jhon Willy and SonsInc. New York.
Suarga, C. 2006. Efek Medan Magnet Terhadap Kontraksi Usus Halus KelinciSecara in vitro. Skripsi. Departemen Fisika. Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
Suharyanto. 2003. Kajian Respon Udang Galah Terhadap Kejutan Listrik ArusBolak-balik Dalam Tanki Percobaan Skala Laboratorium. Tesis. ProgramPascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Watanabe, W. D. 2000. Salinity Dalam R. R. Stickney. Encyclopedia ofAquaculture. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Wedemeyer, G. A. 1996. Physiology of Fish Intensive Culture System.International Thompson Publishing. Chapman and Hall. New York.
Yandes, Z. 2003. Pengaruh Lanjut Pemberian Pakan Berselulosa Tinggi TerhadapEfisiensi Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan Benih Ikan GurameOsphronemus gouramy, Lac. Tesis. Program Pasca Sarjana. InstitutPertanian Bogor.
Zonneveld, N., E. A. Huisman, and J. H. Boon.1991. Prinsip-prinsip BudidayaIkan. PT Gramedia Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)Data SR Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan
UlanganPerlakuan
0 menit 2 menit 4 menit 6 menit
1 100 91,67 100 100
2 100 100 100 91,67
3 100 91,67 100 100
4 100 100 100 100
Rata-Rata 100±0 95,84±4,81 100±0 97,92±4,17
Tabel Sidik RagamSumber Keragaman JK DB KT F hitung P F tabel