Top Banner
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Secara umum ikan mas mempunyai sifat-sifat umum sebagai hewan omnivora (pemakan segala) (Gambar 1). Menurut Amri dan Khairuman (2002), berdasarkan penggolongan ikan mas dapat dipaparkan sebagai berikut: Phyllum : Chordata Subphyllum : Vertebrata Superclass : Pisces Class : Osteichthyes Subclass : Actinopterigii Ordo : Cypriniformes Subordo : Cyprinoidea Family : Cyprinidae Subfamily : Ciprinidae Genus : Cyprinus Species : Cyprinus carpio Gambar 1. Ikan Mas
18

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

Feb 17, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Mas

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Secara umum ikan mas mempunyai sifat-sifat umum sebagai hewan omnivora

(pemakan segala) (Gambar 1). Menurut Amri dan Khairuman (2002), berdasarkan

penggolongan ikan mas dapat dipaparkan sebagai berikut:

Phyllum : Chordata

Subphyllum : Vertebrata

Superclass : Pisces

Class : Osteichthyes

Subclass : Actinopterigii

Ordo : Cypriniformes

Subordo : Cyprinoidea

Family : Cyprinidae

Subfamily : Ciprinidae

Genus : Cyprinus

Species : Cyprinus carpio

Gambar 1. Ikan Mas

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

6

Ikan mas mempunyai ciri-ciri antara lain bentuk badan agak memanjang pipih

kesamping (compressed), mulut berada di ujung tengah (terminal) dan lunak,

mempunyai sungut dua pasang, jari-jari sirip punggung (dorsal) yang kedua

mengeras seperti gergaji. Letak antara kedua sirip punggung dan perut

bersebrangan, sirip dada (pectoral) terletak dibelakang tutup insang (operculum).

Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergerigi.

Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) sebanyak

tiga baris berbentuk geraham (Pribadi, 2002).

Menurut Narantaka (2012), Ikan mas memiliki beberapa ciri-ciri yaitu sebagai

berikut:

Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil) serta

dihiasi dua pasang sungut. Selain itu di dalam mulut terdapat gigi kerongkongan.

Dua pasang sungut ikan mas terletak di bibir bagian atas, tetapi kadang-kadang

satu pasang sungut rudimenter atau tidak berfungsi.

Gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) terdiri dari tiga baris yang berbentuk

geraham.

Sirip punggung (dorsal) berbentuk memanjang dan terletak di bagian permukaan,

berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Bagian belakang sirip

punggung memiliki jari-jari keras, sedangkan di bagian akhir berbentuk gerigi.

Sirip dubur (anal) bagian belakang juga memiliki jari-jari keras dengan bagian

akhir berbentuk gerigi seperti halnya sirip punggung.

Sirip ekor berbentuk cagak dan berukuran simetris, memanjang sampai ke

belakang tutup insang.

Sisik ikan mas berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran

(cycloid) yang terletak beraturan.

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

7

Gurat sisi atau garis rusuk (linea lateralis) ikan mas berada pada pertengahan

badan dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang

pangkal ekor.

Perut ikan berukuran besar (big belly).

Gerakan ikan agak lambat dan cukup jinak

2.1.2 Habitat

Ikan Mas menyukai tempat hidup berupa perairan tawar yang airnya tidak

terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras. Ikan ini hidup dengan baik di daerah

dengan ketinggian 150-600 m dpl (di atas permukaan laut) dengan suhu berkisar

antara 25-300C (Amri dan Khairuman, 2002). Menurut Narantaka (2012), habitat

utama ikan mas adalah dalam air tawar. Namun ikan dapat juga hidup di daerah

muara sungai yang airnya payau berdasarkan sifat ikan mas ini, masyarakat di

beberapa daerah telah mencoba membudidayakan ikan mas di dalam tambak yang

airnya payau dengan kadar garam atau salinitas air payau antara 20-30 ppt.

Menurut Bachtiar (2002), kandungan oksigen untuk pembesaran ikan mas

yaitu lebih dari 5 mg/l, ikan mas mas mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan

kandungan oksigen terlarut dalam perairan yang ditempatinya dan tahan terhadap

perubahan fisik lingkungan, seperti adanya proses seleksi, penampungan,

penimbangan, atau pengangkutan.

2.1.3 Kebiasaan Makan

Jika dilihat dari kebiasaan makannya, Ikan Mas tergolong ikan omnivora,

karena ikan ini merupakan ikan yang bisa memakan berbagai jenis makanan, baik

yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Meskipun demikian, pakan

utamanya adalah yang berasal dari tumbuhan di dasar perairan dan daerah tepian

(Amri dan Khairuman, 2002). Menurut Narantaka (2012), makanan ikan mas yang

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

8

hidupnya di alam perairan bebas sangat bervariatif. Ikan mas menyantap hampir

semua jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik

sehingga hewan ini digolongkan sebagai hewan omnivora. Makanan utama ikan

mas berupa tumbuhan kecil di dasar dan daerah tepian perairan, seperti sungai,

danau dan lain-lain.

Ikan mas merupakan jenis ikan pemakan segala atau bisa disebut omnivora.

Ikan mas biasa memakan tumbuhan dan juga jasad hewan yang berada di dasar

perairan ataupun kolam. Selain itu, ikan mas biasa memakan protozoa dan

zooplankton. Ikan mas ini juga biasa mencari makanan dipinggiran kolam. Kebiasan

ikan mas lainnya yaitu sering mengaduk dasar perairan dengan tujuan mencari

makanan contohnya cacing dan lain sebagainya (Santoso, 1993).

2.1.4 Laju pertumbuhan spesifik

Pertumbuhan ikan merupakan perubahan ikan, baik bobot badan maupun

panjang dalam waktu tertentu. Dalam badan ikan, energi dan protein yang berasal

dari makanan berperan untuk pemeliharaan hidupnya, yaitu untuk tumbuh

berkembang dan bereproduksi. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi

setelah energi yang tersedia digunakan untuk metabolisme, untuk pencernaan, serta

untuk aktivitas ikan (Yuliana, 2001). Pertumbuhan bisa dipengaruhi oleh faktor luar

dan dalam. Faktor luar seperti pH, oksigen, suhu, CO2, ammonia dan kepadatan.

Faktor dalam seperti umur, berat, seks, keturunan dan penyakit (Yandes et al.,

2003).

Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya berat dan panjang

organisme yang bisa dilihat dalam satuan waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi

oleh perairan. Perairan dengan kualitas yang baik pada sistem akuaponik dengan

sirkulasi air pada wadah pemeliharaan dan juga pada wadah pemeliharaan tanaman

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

9

ini mampu menjaga kualitas air dengan cara penyerapan racun oleh tanaman.

Sehingga ikan dapat tumbuh dengan baik karena perairan yang mendukung untuk

pertumbuhan ikan tersebut (Mulqan et al., 2017).

Pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan,

kualitas air dan umur. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

yaitu amonia, karena semakin tinggi tingkat konsentrasi amonia maka akan

menghambat pertumbuhan ikan. Pada sistem akuaponik, feses ikan dan sisa pakan

merupakan limbah yang banyak mengandung racun. Air limbah tersebut kemudian

dimanfaatkan oleh tanaman sebagai sumber nutrisi. Pada akuaponik ini sistem

hidroponik memiliki peran sebagai filter untuk lingkungan hidup ikan terutama dalam

menjaga kualitas air yang baik. Kualitas air yang baik ini menunjang peningkatkan

pertumbuhan ikan (Zidni et al., 2013).

2.1.5 Padat Tebar dan Kelangsungan Hidup Ikan

Padat tebar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan dalam persaingan pakan, ruang gerak,

dan konsumsi oksigen. Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai parameter

untuk mengetahui toleransi dan kemampuan hidup ikan dalam suatu populasi

dengan melihat mortilitas ikan. Kelangsungan hidup atau kelangsungan hidup ikan

adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup di awal dan akhir pembesaran. Faktor

yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yaitu kualitas benih, pakan, padat

penebaran, kualitas air, hama dan penyakit. Baik buruknya kualitas air pada

budidaya sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan

(Effendi, 1997).

Menurut Marlina dan Rakhmawati (2016), kelangsungan hidup ikan

merupakan presentase ikan yang hidup pada awal budidaya dan akhir budidaya.

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

10

Cara mendapatkan nilai kelangsungan hidup yang tinggi ini yaitu dengan cara

manajemen pemeliharaan yang baik. Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi

beberapa faktor yaitu persaingan dalam mendapatkan makanan, padat tebar,

penyakit dan kualitas air. Pada budidaya ikan sistem akuaponik didapatkan hasil

nilai kelangsungan hidup sebesar 92%. Pada budidaya ikan tanpa sistem akuaponik

didapatkan hasil nilai kelangsungan hidup sebesar 74%.

Menurut Widiastuti (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan

hidup ikan yaitu padat tebar, kualitas benih, kualitas air dan pakan. Padat tebar yang

tinggi bisa mengakibatkan turunnya kualitas air, karena disebabkan oleh tingginya

amonia yang berasal dari sisa pakan dan feses dari ikan. Kualitas air yang menurun

ini mengakibatkan turunnya nafsu makan ikan. Apabila terjadi pada waktu yang lama

akan menyebabkan rendahnya tingkat kelangsungan hidup ikan.

Menurut Primashita (2017), padat tebar ikan pada sistem akuaponik dengan

wadah akuarium menggunakan perbandingan 50 ekor/50 liter sehingga didapatkan

perbandingan 1 : 1 atau 1 ekor/liter. Padat penebaran ini berhubungan dengan

pertumbuhan ikan dan kelangsungan hidup. Semakin tinggi kepadatan ikan maka

pertumbuhan akan menurun. Maka dari itu, cara mencegahnya yaitu dengan

menyesuaikan daya dukung lingkungan. Faktor-faktor yang mendukung yaitu

kualitas air dan pakan. Kualitas air yang baik dan ketersediaan pakan yang

mencukupi ini dapat mendukung peningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup

ikan.

Kepadatan ikan yang tinggi akan menurunkan kualitas air. Padat tebar yang

terlalu tinggi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan, terjadinya persaingan

dalam ruang gerak, kelangsungan hidup ikan yang rendah dan bisa mengakibatkan

tingkat produksi ikan rendah (Diansari, 2013). Padat tebar ikan mas berkisar 10-200

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

11

ekor/m2. Pada padat tebar 50 ekor/m2 ini menghasilkan pertumbuhan yang tinggi,

sedangkan pada kepadatan 100 ekor/m2 juga menghasilkan pertumbuhan yang baik

dan kelangsungan hidup yang baik (Zidni et al., 2013).

Menurut Arisanti et al. (2013), padat penebaran yang tinggi akan

mempercepat turunnya kualitas air dan meningkatkan resiko kematian bagi ikan.

Kepadatan ikan yang tinggi akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan

hidup ikan karena terjadi persaingan dalam memperoleh makanan dan juga

persaingan untuk mendapatkan oksigen didalam perairan. Meningkatnya kepadatan

ikan maka akan diikuti dengan meningkatnya jumlah pakan, sehingga akan

menurunkan kualitas air yang disebabkan oleh sisa pakan ikan yang tidak termakan.

Padat tebar ikan mas dengan kepadatan 10 ekor/10 liter mendapatkan hasil

pertumbuhan yang baik dan menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 87%,

sedangkan menggunakan padat tebar 20 ekor/10 liter juga mendapatkan hasil

pertumbuhan yang cukup baik dan menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 78%.

2.2 Sistem Akuaponik

Teknologi akuaponik merupakan teknologi kombinasi akuakultur dan

hidroponik yang bertujuan untuk memelihara ikan dan tanaman dalam satu sistem

yang saling terhubung. Limbah yang dihasilkan oleh ikan seperti feses dan sisa

pakan, mengandung amoniak (NH3) yang dioksidasi menjadi ammonium (NH4) dan

ammonium (NH4) akan digunakan sebagai nutrisi untuk tanaman. Kemudian air yang

dialirkan dari media pemelihaaraan dibersihkan oleh tanaman sehingga dapat

digunakan kembali oleh ikan (Wahap, 2010). Interaksi antara ikan dan tanaman

menghasilkan lingkungan yang ideal untuk tumbuh sehingga lebih produktif dari

metode tradisional.

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

12

Pada teknologi akuaponik, air dari media pemeliharaan ikan yang kaya akan

nutrisi digunakan untuk menyuburkan tanaman. Nutrisi tersebut berasal dari feses

dan sisa pakan yang merupakan kontaminan menyebabkan racun pada media

pemeliharaan. Hal tersebut dimanfaatkan oleh tanaman yang berfungsi sebagai

biofilter. Amonia akan dioksidasi menjadi ammonium lalu diubah menjadi menjadi

nitrit oleh bakteri yang kemudian nitrit dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri di

perairan. Nitrat akan diserap dan digunakan sebagai pupuk atau nutrisi oleh

tanaman sehingga kualitas air kembali bersih dan baik untuk ikan (Diver, 2006).

Pada teknologi akuaponik tidak menggunakan media tanah sebagai media

tumbuhnya sehingga perannya digantikan oleh beberapa jenis media tanam antara

lain sekam, rockwool, spons, serbuk kayu, pasir, kerikil, pecahan genting dan

sebagainya. Media tanam yang digunakan pada wadah akuaponik adalah batu krikil

yang merupakan media organik. Secara prinsip media akuaponik dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu media organik dan media anorganik. Media

organik umumnya berasal dari makhluk hidup yang telah mengalami proses untuk

dijadikan media tanam. Media organik dipandang lebih unggul dibandingkan dengan

media anorganik karena media organik telah mampu menyediakan unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu media organik memiliki struktur pori yang baik

untuk resirkulasi udara (Diver, 2006).

Menurut Jangkaru (2002), menjelaskan kelebihan dari sistem resirkulasi

akuaponik adalah sebagai berikut:

Volume air yang dibutuhkan tidak terlalu besar;

Sistem resilkulasi menggunakan tempat/wadah yang ukurannya terbatas;

Pertumbuhan ikan terjaga;

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

13

Produksi meningkat;

Waktu pemeliharaan singkat;

Kualitas air selalu terjaga;

Kuantitas air terjaga;

Sisa makanan dan kotoran hasil metabolisme yang mengendap didasar dapat

dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan tanaman dan pemeliharaan ikan.

Kelemahan menggunakan sistem resirkulasi pada sistem akuaponik adalah

pada kebutuhan listrik secara terus menerus untuk menggerakkan mesin air. Apabila

kondisi air buruk dan tingkat keasaman meningkat dapat mengakibatkan kematian

ikan.

2.2.1 Jenis Tanaman

a. Klasifikasi dan Morfologi Kangkung

Klasifikasi tanaman kangkung (Gambar 2) menurut Wiliams (2004) sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomea

Spesies : Ipomea reptans Poir

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

14

Gambar 2. Kangkung

Kangkung merupakan tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan

ditanam sebagai bahan pangan. Kangkung dapat tumbuh dengan baik di dataran

rendah maupun tinggi, terutama pada lahan terbuka. Batang berbentuk bulat

panjang, berbuku-buku dan banyak mengandung air. Batang kangkung tumbuh

keatas dengan banyak percabangan. Kangkung memiliki sistem perakaran tunggang

dan bercabang menyebar ke segala arah. Bentuk daun menyerupai hati, ujung daun

runcing atau tumpul berwarna hijau kelam, bagiang bawah daun berwarna hijau

muda, kangkung dapat berbuah dan berbiji dan juga memiliki bunga berwarna putih

dan berbentuk seperti terompet (Rukmana, 1994). Daun kangkung jika kekurangan

air, pertumbuhan akan terhambat dan batangnya menjadi keras, tanaman kangkung

juga memiliki toleransi tinggi terhadap zat beracun (Kohar et al., 2004).

Daun kangkung berdasarkan klasifikasinya termasuk ke dalam kelas II, yaitu

hijauan segar. Hijauan segar yaitu segala macam hijauan yang bisa dimakan oleh

ternak dan masih dalam keadaan segar. Hijauan tersebut meliputi hijauan yang

langsung dimakan oleh ternak, maupun hijauan yang dipotong kemudian diberikan

kepada ternak (Setyono et al., 2004).

Pada sistem akuaponik kangkung dapat menyerap zat pencemar dalam

perairan. Kangkung dapat mengurangi pencemaran limbah pada budidaya.

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

15

Kangkung juga dapat meningkatkan kualitas oksigen terlarut dan menurunkan CO2

bebas di perairan, sehingga tanaman ini dapat pula digunakan sebagai alternative

untuk mengurangi limbah yang telah dihasilkan oleh budidaya ikan dengan sistem

akuaponik (Effendi, 2003).

b. Habitat dan Penyebaran

Kangkung merupakan tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan

ditanam sebagai bahan pakan. Kangkung dapat tumbuh dengan baik di dataran

rendah maupun dataran tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik terutama

pada lahan terbuka seperti areal persawahan dan juga pekarangan rumah.

Kangkung dapat ditanam di daerah yang beriklim lembab dan juga panas.

Pembudidayaan kangkung perlu pupuk untuk mengoptimalkan hasil panen dan

pertumbuhan kangkungnya (Rukmana, 1994).

Menurut Setyono et al. (2004), daerah penyebaran kangkung ini pada mulanya

berasal dari India kemudian Malaysia dan sebagian kecil di Australia.

Perkembangan tanaman kangkung selanjutnya yaitu hampir diseluruh daerah Asia

Tenggara. Kangkung adalah tumbuhan yang dapat hidup pada daerah tropis.

Kangkung juga banyak ditanam di daerah Jawa khususnya Jawa Barat dan

sekitarnya.

Kangkung merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak diminati oleh

masyarakat Indonesia. Kangkung berasal dari negara India yang kemudian

menyebar ke Malaysia, Myanmar, China, Australia, Indonesia dan beberapa negara

di Afrika. Di negara Indonesia sendiri kangkung dapat tumbuh dan berkembang

dimanapun dengan syarat tercukupi kebutuhan terhadap cahaya matahari yang

digunakan untuk fotosintesis dan media yang terbuka serta cukup air (Rukmana,

1994).

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

16

c. Manfaat Tanaman Kangkung Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Menurut Mullen (2003), kangkung adalah tanaman yang dapat hidup didaerah

dataran tinggi maupun rendah. Pada sistem akuaponik, bakteri yang terdapat dalam

media tumbuh tanaman dan wadah pemeliharaan ikan akan mengubah limbah hasil

metabolisme dan sisa pakan ikan menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh kangkung.

Air yang kaya nutrisi dari wadah pemeliharaan di salurkan ke tanaman untuk

dimanfaatkan sebagai pupuk. Sehingga pada resirkulasi sistem akuaponik akan

terjadi simbiosis yang saling menguntungkan bagi tanaman maupun ikan.

Menurut Nugroho dan Sutrisno (2008), tanaman kangkung yang digunakan

pada sistem akuaponik ini dapat menjaga kualitas air. Tanaman kangkung memiliki

kemampuan untuk menyerap ammonium (NH4) hasil dari oksidasi amoniak (NH3).

Kangkung termasuk tanaman dengan akar yang tidak terlalu kuat. Tanaman dengan

akar yang tidak terlalu kuat ini merupakan salah satu syarat dalam sistem akuaponik

dalam proses penyerapan unsur hara yang berlebih dalam wadah pemeliharaan

ikan.

Menurut Diver (2006), faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan dan

kelangsungan hidup yaitu kualitas air dan pakan. Kualitas air yang baik dan

ketersediaan pakan yang mencukupi ini dapat mendukung peningkatan

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pada sistem akuaponik, manfaat

tanaman kangkung ini dapat memanfaatkan unsur-unsur limbah budidaya ikan yaitu

ammonia yang berasal dari sisa pakan yang tidak dikonsumsi oleh ikan dan sisa

metabolisme ikan yaitu feses. Sehingga kualitas air dapat terjaga ketika

dikembalikan ke wadah pemeliharaan ikan dan akan mendukung pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan.

Page 13: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

17

Kegunaan atau manfaat dari tanaman kangkung pada teknologi akuaponik

yaitu mampu menyerap racun yang berasal dari pemeliharaan ikan. Kandungan

racun umumnya berbentuk Amonia. Amonia merupakan hal yang dapat

menghambat pertumbuhan dan menurunkan presentase kelangsungan hidup. Pada

budidaya sistem akuaponik menggunakan tanaman kangkung ini dengan kepadatan

30 rumpun tanaman memiliki hasil pertumbuhan yang baik dan presentase

kelangsungan hidup yang tinggi yaitu sebesar 91% (Putra et al. 2011).

Tanaman kangkung yang digunakan pada sistem akuaponik yaitu memiliki

tinggi kisaran 5-10 cm. Sebelum dipakai, tanaman kangkung disemai terlebih

dahulu. Waktu penyemaian kangkung yaitu selama 12- 14 hari. Penelitian yang

dilakukan memakai tanaman kangkung dengan kepadatan 10, 20,30 dan tanpa

tanaman kangkung. Pada perlakuan sebanyak 30 rumpun ini menunjukkan hasil

tertinggi pada daya penyerapan hasil limbah dari budidaya. Perlakuan padat tebar

tanaman kangkung ini menunjukkan adanya perbedaan daya penyerapan terhadap

limbah budidaya didalam perairan tersebut pada tiap perlakuan yang berbeda

(Dauhan et al., 2014).

Pengaturan jarak tanaman ini sangat penting diperhatikan. Dengan mengatur

jarak tanaman dengan baik maka tanaman mampu memanfaatkan lingkungan untuk

mendukung pertumbuhannya. Jarak yang ideal bagi tanaman kangkung yaitu 10 cm

tiap rumpun pada sistem akuaponik. (Nugroho dan Sutrisno, 2008). Padat tebar

tanaman akan mempengaruhi persaingan dalam menggunakan unsur hara didalam

sistem akuaponik. Pada sistem akuaponik dengan padat tebar kangkung 30 rumpun

pada wadah yang berisi 14 liter air mendapatkan hasil pertumbuhan yang baik bagi

ikan dan presentase kelangsungan hidup ikan yang tinggi yaitu 93% sedangkan

Page 14: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

18

hasil terendah pada perlakuan tanaman kangkung 10 rumpun yaitu sebesar 82%

(Sulistyono et al., 2013).

2.3 Kualitas Air

Menurut Boyd (1982), kualitas air memegang peranan penting dalam bidang

perikanan terutama untuk kegiatan budidaya. Kualitas air berperan sebagai faktor

kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme

dan tanaman air yang nilainya ditentukan dalam kisaran tertentu.

2.3.1 Suhu

Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting. Hal

ini disebabkan kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktifitas

biologis dan fisiologis di dalam ekosistem air sangat dipengaruhi oleh suhu (Barus,

2001). Menurut Effendi (2003), terjadinya perubahan suhu akan mempengaruhi

proses fisika, kimia dan biologi badan air. Peningkatan suhu dapat menurunkan

kelarutan gas dalam air dan meningkatkan kecepatan metabolisme serta respirasi

orgnisme akuatik. Suhu optimum untuk budidaya ikan air tawar adalah 25 – 27oC.

Menurut Irianto (2005), ikan mempunyai derajat toleransi terhadap suhu

dengan kisaran tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi

pakan dan resistensi terhadap pennyakit. Ikan akan mengalami stress apabila

terpapar pada suhu di luar kisaran toleransi. Suhu tinggi akan mengakibatkan

gangguan kesehatan misalnya stress yang ditandai tubuh lemah dan tingkah laku

abnormal. Suhu juga mempengaruhi kehidupan organisme. Pada suhu rendah akan

mengakibatkan ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri

pathogen akibat melemahnya sistem imun.

Page 15: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

19

2.3.2 Derajat Keasaman (pH)

Menurut Djarijah (2005), derajat keasaman (pH) merupakan hal yang sangat

berpengaruh pada kehidupan organisme diperairan. Bagi organisme perairan

khususnya ikan mampu tumbuh dengan baik pada nilai ph yang optimum. Nilai pH

optimum untuk mendukung perkembangan ikan mas adalah 7-7,8. Jika pH terlalu

rendah maka akan bersifat asam yang dapat mengganggu kehidupan ikan mas. Jika

pH tinggi maka akan bersifat basa yang juga dapat mengganggu kehidupan ikan

mas.

Derajat keasaman adalah istilah dari pH. Derajat keasaman ini dapat

melambangkan keasaman atau kebasaan dari perairan tersebut. Derajat keasaman

(pH) juga sangat mempengaruhi kualitas perairan. Sebagian besar organisme

perairan lebih menyukai pH mendekati netral. Derajat keasaman (pH) yang paling

cocok untuk budidaya ikan mas adalah berkisar 7-8,5. Pada kisaran tersebut

merupakan kisaran (pH) yang dapat menunjang keberhasilan dari budidaya

(Cahyono, 2001).

2.3.3 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor yang sangat penting dalam

ekosistem air, terutama dibutuhkan untuk proses respirasi bagi organisme akuatik.

Selain itu, oksigen dibutuhkan ikan untuk katabolisme yang menghasilkan energi

yang dibutuhkan dalam berbagai aktifitas organisme seperti berenang, bereproduksi

dan pertumbuhan. Jumlah oksigen yang dikonsumsi ikan sangat tergantung pada

laju metabolisme, suhu lingkungan, jumlah volume air dan padat penebaran (Irianto,

2005).

Menurut Kordi dan Tancung (2007), kandungan oksigen terlarut berubah-ubah

dalam siklus harian. Pada pagi hari kandungan oksigen terlarut rendah dan akan

Page 16: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

20

semakin tinggi pada siang hari. Sedangkan pada malam hari saat tidak terjadi

fotosintesis, maka konsentrasi oksigen menurun. Jumlah oksigen yang diperlukan

bakteri dalam penguraian bahan organik tergantung dari kosentrasi dan banyaknya

jumlah bahan organik yang terdapat di dalam media. Rendahnya kadar oksigen

terlarut dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan,

bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Menurut Irianto (2005), pada dasarnya konsentrasi oksigen terlarut 5 mg/l

merupakan kandungan kandungan oksigen terlarut yang dianjurkan bagi organisme

perairan. Kandungan oksigen terlarut yang rendah 3-4 mg/l akan menyebabkan ikan

menjadi stres.

2.3.4 TAN (Total Ammonia Nitrogen)

Menurut Kordi dan Tancung (2007), amonia merupakan salah satu limbah

yang berasal dari sisa metabolisme ikan yang terlarut dalam air berupa feses dan

sisa makanan ikan yang tidak termakan dan mengendap didasar perairan. Amonia

merupakan salah satu bentuk nitrogen anorganik yang berbahaya bagi

kelangsungan hidup ikan. Semakin tinggi konsentrasi amonia, maka akan

menghambat proses pertumbuhan ikan. Amonia terdiri dari dua bentuk yaitu

ammonium (NH4+) dan ammoniak yang tidak terionisasi (NH3). Total kedua senyawa

tersebut biasa disebut Total Ammonia Nitrogen (TAN). Sifat toksik pada amonia

dapat membahayakan kualitas air pada media budidaya ikan yang akan

berpengaruh pada pertumbuhan ikan. Salah satu metode yang dapat mencegah

masalah buruknya kualitas air adalah akuaponik dengan kangkung yang berperan

dalam penyerapan limbah.

Amonia pada media budidaya merupakan salah satu penyebab penurunan

kualitas perairan yang dapat berakibat pada kegagalan produksi budidaya ikan.

Page 17: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

21

Limbah budidaya ikan yang merupakan hasil aktifitas metabolisme ikan ini banyak

mengandung amonia. Sumber utama amonia dalam air yaitu hasil perombakan

bahan organik, sumber bahan organik yang terbesar dalam budidaya adalah pakan.

Sebagian besar pakan akan digunakan oleh ikan untuk proses pertumbuhan, namun

sebagian lagi akan diekskresikan dalam bentuk kotoran padat dan ammonia terlarut

dalam air (Sulistyono, 2013).

2.3.5 Nitrit

Nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak pada

perairan alami. Kadar Nitrit (NO2) lebih kecil daripada nitrat (NO3) karena nitrit (NO2)

ini bersifat tidak stabil jika terdapat oksigen. Kadar nitrit (NO2) yang optimum

diperairan yaitu antara 0.,01 – 1,0 mg/liter. Nitrit (NO2) merupakan senyawa yang

dihasilkan oleh suatu proses oksidasi ammonium. Sifat dari nitrit (NO2) ini tidak

stabil pada kondisi aerob (Samsundari, 2013).

Menurut Effendi (2003), nitrit adalah bentuk terionisasi dari asam nitrat

(HNO2). Senyawa nitrit yang berlebih yang terdapat dalam suatu perairan akan

menyebabkan turunnya kemampuan darah organisme perairan untuk mengikat

oksigen. Nitrit ini akan beraksi dengan hemoglobin yang akan menyebabkan

tingginya tingkat kematian dari ikan. Nitrit hasil dari oksidasi ammonia ini juga

merupakan senyawa nitrogen yang dapat membahayakan kehidupan ikan bila

jumlahnya tinggi dalam suatu perairan. Kandungan nitrit dalam suatu perairan

berkisar antara 0,05-0,5 mg/liter. Keberadaan nitrit di dalam perairan

menggambarkan berlangsungnya proses biologi perombakan bahan organik yang

memiliki kadar oksigen terlarut (DO) rendah.

Page 18: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi ...

22

2.3.6 Nitrat

Nitrat merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air dan bersifat

stabil. Senyawa nitrat dihasilkan dari proses oksidasi yang sempurna di perairan.

Nitrifikasi adalah proses oksidasi amonia menjadi ammonium lalu menjadi nitrit dan

nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen. Nitrat bisa digunakan untuk

mengelompokan tingkat kesuburan perairan (Effendi, 2003).

Senyawa nitrat yaitu senyawa nitrogen yang merupakan senyawa yang

stabil. Senyawa ini bisa berasal dari buangan industri. Secara alamiah kadar nitrat

ini relatif rendah, namun kadar ini bisa menjadi tinggi pada air tanah di daerah-

daerah yang diberi pupuk yang mengandung nitrat. Nitrat ini merupakan zat polutan,

sehingga diperlukan suatu proses dengan tujuan menghilangkan kedua senyawa

tesebut. Maka dari itu setelah proses nitrifikasi, dilanjutkan dengan proses

denitrifikasi, yang merupakan proses yang merubah unsur nitrit dan nitrat menjadi

gas nitrogen (N2). Gas nitrogen (N

2) adalah produk akhir dari proses pengolahan

limbah amonia secara keseluruhan (Marsidi dan Herlambang, 2002).