Perbandingan Keragaan (Performance) Industri Manisan …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/30865/A92slp.pdf · perbandingan keragaan ( performance ) industri manisan
Post on 07-Feb-2018
243 Views
Preview:
Transcript
PERBANDINGAN KERAGAAN ( PERFORMANCE ) INDUSTRI MANISAN PALA MENURUT SKALA USAHA Dl DESA
DRANIAGA. KEGAMATAN DWAMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
Oleh
SONNY LlSTON PANGARIBUAN
A 22.0220
JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANlAN
F A K U L T A S PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN EOFOR
1 9 9 2
SONNY LISTON PANGARIBUAN. Perbandingan Keragaan (Per-
fonnance) Industri Manisan Pala Menurut Skala Usaha di Desa Dra-
maga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Diba-
wah bimbingan MANGARA TAMBUNAN).
Industri manisan pala merupakan salah satu agroindustri yang mengolah hasil
pertanian sebagai bahan baku @uah pala masak) yang berlokasi di pedesaan (idus-
txialisasi pedesaan).
Untuk m e l h a k a n industrialisasi pedesaan, perlu diiakukan pernilihan ska-
la usaha agroindustri yang sesuai untuk dikembangkan dengan membandingkan
ketiga skda usaha (rumahtangga, kecil, dan sedang dan besar) dalam hal keragaan
(efisiensi dan produktivitas) sehingga dapat diestimasi skala usaha yang mempunyai
potensi terbaik untuk diiembangkan.
Tujuan praktek lapangan adalah untuk melihat dan mengetahui secara lang-
sung keadaan industri manisan pala, rnenganalisis dan membandingkan keragaan
(efisiensi dan produktivitas) industri manisan pala menurut skala usaha, dan menga-
nalisis dan mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan
industri manisan pala di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.
Kegunaan praktek lapangan adalah memberikan informasi mengenai kera-
gaan (efisiensi dan produktivitas) masiog-masing skala usaha dan kendala-kendala
yang dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala, sebagai pertimbangan da-
lam pengembangan industri manisan pala bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dan
sebagai keterangan awal atau pembandiig bagi penelitian-penelitian lain yang berhu-
bungan dengan industri manisan pala.
Hipotesa yang diuji adalah : semakin besar skala usaha industri manisan pala
maka semakin tinggi keragaan atau pegomwlce (R-C rufio, efisiensi ekonomi, upah
rata-rata, produktivitas tenaga kerja dan modal tetap, dan intensitas faktor produksi),
clan skala usaha industri manisan pala yang mempunyai potensi terbaik untuk dikem-
bangkan di Kabupaten Daerah Tigkat 11 Bogor adalah skala usaha sedang dan besai.
Responden yang dipilih sebagai contoh dengan metode sensus adalah 38
pengusaha industri manisan pala yang terdii dari 10 pengusaha industri rumahtang-
ga, 24 pengusaha industri kecil, dan empat pengusaha industri sedang d m besar.
Industri manisan pala merupakan jenis sentra industri yang berdasarkan jum-
lah pekerja dikelompokkan menjadi skala usaha rumahtangga dengan tiga orang
peke rja, kecil dengan tujuh orang peke rja, dan sedang dan besar dengan 25 orang
pekerja.
R-C ratio industri manisan pala yang paling besar dirnililri skala usaha kecil,
kemudian berturut-turut adalah skala usaha sedang dan besar, dan ymg paling ren-
dah adalah skala usaha rumahtangga.
Semakin besar skala usaha industri manisan pala maka semakin rendah pemi-
likan efisiensi ekonomi dan intensitas faktor produksi.
Semakin besar skala usaha maka semakin tinggi pemilikan produktivitas dan
upah rata-rata tenaga kerja, dan produktivitas modal tetap.
Skala usaha industri manisan pala yang mempunyai potensi terbaik untuk di-
kembangkan di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor tergantung pada tujuan yang
ingin dicapai, yaitu skala usaha rumahtangga untuk meningkatkan nilai tambah, kecil
untuk meningkatkan pendapatan, dan sedang dan besar untuk meningkatkan penye-
rapan dan produktivitas tenaga kerja.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala
adalah kemampuan manajemen dan penguasaan modal yang rendah, dan perbedaan
tujuan antara p e m e ~ t a h setempat dengan pengusaha.
Melihat masing-masing skala usaha mempunyai potensi pengembangan terba-
ik, maka pengembangan industri manisan pala di Kabupaten Daerab Tingkat II Bo-
gor disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dibutuhkan peningkatan peranan koperasi sebagai lemhaga pemerintah yang
terdapat di desa, terutarna dalam penyediaan gula dan pemasaran produk (menggan-
tikan peranan pdagang perantara).
Agar tujuan pemerintah setempat dan pengusaha dapat sejalan, maka diperlu-
kan penyampaian informasi yang lebih baik dan lebih jelas dari pihak pemerintah
setempat kepada para pengusaha industri manisan pala.
PERBANDINGAN KERAGAAN (PERFORMWC INDUSTRI a MANEAN PALA MENURUT SKALA USAHA I DESA DRAMAGA, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN
BOGOR, JAWA BARAT
Oleh :
SONNY LISTON PANGARIBUAN
A 22.0220
S K R I P S I
Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANXAN
P A D A
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKUETAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 9 9 2
P E R N Y A T A A N
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SRIPSI IN1 BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG
BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH
PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, 30 Se tember 1992 9
sonny ~isgon Pangaribuan
NRP. A 22.0220
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : PERBANDINGAN KERAGAAN (PERFORHAI?CE) IN- DUSTRI MAHISAN PALA MENURUT SKALA USAHA DI DESA DRAMAGA, KECAMATAN D m G A , KA- BUPATEH BOGOR, JAWA BARAT
Nama Mahasiswa : Sonny Liston Pangaribuan
N R P : A 22.0220
Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya
DITERIMA SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR
SARJANA PERTANIAN
Bogor, 30 September 1992
Xengetahui : Menyetujui :
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Mangara Tambunan
NIP. 130 345 010
Penulis dilahirkan di Perdagangan, Kabupateu Simalunyn, Sumatera
Utara pada tanggal 10 Maret 1967 dari Ayah Jones S. Pangaribuan dan Ihu
Anna Th. Hutapea.
Pada tahun 1979, lulus dari Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Kristen
"WUAYA" Jakarta, tahun 1982 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Yayasan
Pendidikan Kristen "WIJAYAn Jakarta, dan tahun 1985 lulus dari Sekolah
Menengah Atas Negeri 32 Jakarta.
Diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1985 melalui Seleksi
Penenmaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru), tahun 1987 memili Program Studi
Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, dan tahun 1992 dinyatakan lulus pada sidang
ujian tanggal 30 September 1992.
Dalam rangka perencanaan dan pembuatan skripsi ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini menyampaikan ucapan
terima kasih pang tidak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Wangara Tambunan, selaku dosen pembim-
bing dan penguji.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro dan Bapak Ir. Hermanto
Siregar, M. Xc., selaku dosen penguji.
3. Prof. Dr. Ir. Rudolf sinaga dan Bapak Ir. T. Hana-
fiah, M. D.
4. Kepala Pemerintahan Kecamatan dan Desa Dramaga.
5. Orang tua dan adik-adik.
6 . Inang Hutadjulu, Tante Erika, Kak Tiur, Ida, Edu, dan
wi.
7. staf pengajar dan pegawai, dan rekan-rekan di Jurusan
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
8. Para sahabat.
Bogor, 30 September 1992
I
Sonny Liston Pangaribuan
NRP. A 22.0220
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena berkat Kasih dan
Penyertaanhlya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
"PERBANDINGAN =RAGAAN (PERFORMANCE) INDUSTRI
MANISAN PALA MENURUT SKALA USAEL4 DI DESA DRAMAGA,
KECAMATAN DRAMAGA, KABWATEN BOGOR, JAWA BARAT"
ini, yang merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Perta-
nian pada Jurusan Dmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogoc
Penulii menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehiigga kritik dan saran yang mernbangun sangat diharapan dari berbagai
pihak guna perbaikan pada turban-tulin lebii lanjut.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, 30 September 1992
sonny s is ton Pangaribuan
NRP. A 22.0220
DAPTAR TABEL .................................... DAFTAR GAMBAR ................................... PFNDAWLUAN .....................................
Latar Belakang .............................. Perumusan Hasalah .......................... Tujuan dan Kegunaan Praktek Lapangan .......
KERANGKA PEEIIKIRAN .............................. Sektor Industri dalam Konsep Industrialisasi .............................. Pedesaan
........ Keragaan (Performance) Agroindustri
Biaya Produksi ............................. Intensitas Faktor Produksi ................. Produk dan Penerimaan ....................... Pendapatan dan Hilai Tambah ................ Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Pengem-
bangan Agroindustri ................... ................................... Hipotesa
METODE PRAKTEK LAPANGAN ......................... Waktu dan Lokasi Praktek Lapangan .......... Penarikan Contoh ........................... Pengumpulan Data ........................... Analisis Data .............................. Penqujian Hipotesa dan ~enarikan Kesimpulan
Halaman
ix
xii
........... GAHBARAN UMUM L O W 1 PRAKTEK LAPANGAN
Keadaan Umum Desa Dramaga .................. Keadaan Alam .......................... Keadaan Penduduk ...................... Keadaan Pertanian ..................... Keadaan Industri Hanisan Pala .........
Keadaan Responden (Pengusaha Industri Uanis- .............................. an Pala)
................... Identitas Responden
... Proses dan Pamasaran Hasil Produksi
KASIL DAN PEWBAEASAN ............................ Jenis dan Skala Usaha ...................... Produk dan ~enerimaan ...................... Biaya Produksi ............................. ~endapatan.dan Hilai Tambah ................ Keragaan (Performance) Industri Uanisan Pala
Potensi Pengembangan dan Kendala yang Diha- dapi Industri Uanisan Pala ...........
KESIMPULAH DAN SARAN ............................. Kesimpulan ................................. saran ......................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................
viii
26
26
26
26
29
30
Halaman
Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang Terserap pada Sektor Industri di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor ................... Sumbangan Industri Pengolahan menurut Skala Usaha terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor Tahun 1984-1989 Atas Dasar Harga Ber- laku ...................................... Hatiks Potensi Pengembangan Agroindustri
Jumlah Penduduk Desa Dramaga Menurut Umur dan Jenis Kelamin ......................... Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Mata Pencaharian ............................... Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Ting- kat Pendidikan ............................ Luas dan Hasil Pemanfaatan Areal Pertanian di Desa dranaga ........................... Tempat Tinggal Respondan menurut Skala Usaha ..................................... Penerimaan Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ............................... Biaya Variabel Industri Manisan Pala menu- rut Skala Usaha ........................... Biaya Angkut Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ............................... Jumlah Tenaga Kerja Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ....................... Struktur Biaya Tenaga Kerja Industri Manis- ...... an Pala menurut Skala Usaha ;........ Biaya Langsung Industri Manisan Pala menu- rut Skala Usaha ...........................
15. Nilai Modal eta^ Industri Manisan Pala me- nurut Skala Usaha .........................
16. Biaya Produksi Industri Manisan Pala menu- rut Skala Usaha ...........................
17. Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Manis- an Pala menurut Skala Usaha ...............
18. Keragaan (Performance) Industri Manisan Pa- la menurut Skala Usaha ....................
19. Matriks Potensi Pengembangan Industri Ma- nisan Pala ................................
1. Data Identitas Responden Industri Rumah- tangga ....................................
2. Data Identitas Responden Industri Sedang dan Besar .................................
3. Data Identitas Responden Industri Kecil ... 4. Data Keadaan Responden Industri Rumahtangga
5. Data Keadaan Responden Industri Sedang dan Besar .....................................
6. Data Xeadaan Responden Industri Xecil ..... 7. Data Biaya Langsung Responden Industri Ru-
mahtangga ................................. 8. Data Biaya Langsung Responden Industri Be-
dang dan Besar ............................ 9. Data Biaya Langsung Responden ~ndustri
Xecil ...................................... lo. Data Nilai Modal Tetap Responden Industri
Rumahtangga ............................... 11. Data Nilai Modal Tetap Responden Industri
Sedang dan Besar ..........................
12. Data Nilai nodal Tetap Responden Industri Kecil .....................................
13. Data Penerimaan Responden 1ndustr.i Rumah- tangga ....................................
1 Data Penerimaan Responden Industri Sedang dan Besar .................................
15. Data Penerimaan Responden Industri Kecil .. 16. Contoh Perhitungan ........................
Momor Teks
1. Skema Hasil Olahan Bagian Buah Pala ....... 2. Xurva Isoquant Pemakaian Hodal dan Tenaga
Xerja ..................................... LaroDil-an
1. Peta Desa Dramaga ................'.......-•
Latar Belakang
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) mengamanatkan
bahwa untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang dalam
meletakkan Landasan pembangunan ekonomi yang kuat menje-
lang era tinggal landas (pada Pelita VI) dimana terdapat
kemampuan dan kekuatan sektor industri yang maju didukung
kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, pada Peli-
ta V prioritas dititikberatkan pada :
a. sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan
dan meningkatkan produksi pertanian .l,ain, dan
b. sektor industri, khususnya industri yang menghasilkan
komoditi ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga
kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan indus-
tri yang dapat menghasilkan roesin-mesin industri.
Pada Pelita V sektor industri berkembang secara man-
tap dan tumbuh dengan lebih dari 12 persen dan peningkatan
produksi sektor pertanian sebesar 2.8 persen . Jumlah penduduk ~ndonesia terus meninqkat yaitu 90
juta orang (tahun 1961), 119 juta orang (tahun 1971) , 147
juta orang (tahun 1980) , dan 179 juta orang (tahun 1990) . Hal ini juga menunjukkan pertambahan angkatan kerja.
l) Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Repu- blik Indonesia, 16 Agustus 1991.
Menurut urutan dunia, dengan jumlah penduduk sebesar 179
juta orang (tahun 1990) dan laju pertumbuhan 1.97 persen
per tahun (tahun 1980-1990), Indonesia menempati urutan
kelima setelah Cina, India, Rusia, dan Amerika Serikat
(Biro Pusat Statistik, 1991).
Bertolak dari kenyataan bahwa industri dan penduduk
negara berkembang di Asia (Indonesia, India, Malaysia, dan
.Philipha) terkonsentrasi di pedesaan dan pertanian (Tam-
bunan, 1992), maka industri yang perlu dikembangkan adalah
yang berlokasi di pedesaan (industrialisasi pedesaan).
Pengembangan industrialisasi pedesaan akan mendorong
perluasan dan pemerataan kesempatan kerja, peningkatan ni-
lai ekspor dan nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja,
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup ma-
syarakat pedesaan dan petani (Direktorat Jenderal Industri
Kecil, 1989).
Menurut Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah
Tingkat I1 Bogor, tahun 1991 di Kabupaten Daerah Tingkat
I1 Bogor terdapat 6 372 unit usaha industri yang terkelom-
pok ke dalam lima kategori utama, yaitu : industri pa-
ngan, sandang dan kulit, bahan bangunan, kerajinan umum,
dan industri logam, yang mampu menyerap 16 257 orang
tenaga kerja (Tabel 1) . Salah satu industri pangan (pengolahan hasil pertani-
an) adalah industri manisan pala yang memiliki kegiatan
mengolah buah pala (Myristica sp.) sebagai bahan baku
untuk menghasilkan produk-produk seperti yang disajikan
pada Gambar 1.
Tabel 1 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang Terserap pada Sektor Industri di Kabu- paten Daerah Tingkat I1 Bogor
J u m l a h No. Kategori jenis industri
Unit Usaha Tenaga Kerja
buah orang
1. Industri pangan 1 335 2 805 2. Industri sandang dan kulit 1 025 4 072 3. Industri bahan bangunan 712 2 846 4. Industri kerajinan umum 2 300 4 709 5. Industri logam 1 000 1 825
T o t a l 6 372 16 257
Sumber : diolah dari hasil data sentra industri Kabupaten Bogor tahun 1991. Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah :~ingkat I1 Bogor (1992).
Diolah i a d i D a ~ a t membanaun
maniean .......... i n d u s t r i fruit sa lade ..... i n d u s t r i
. Daging buah s i m p ............ i n d u s t r i 'elli ............ i n d u s t r i i( e m .............. i n d u s t r i chutney .......... i n d u e t r i
...... P u l i 1- minyak f u l i i n d u s t r i ....... I ..... bungkilnya i n d u e t r i
o l eo res in ;... i n d u e t r i mentega f u l i ..... i n d u e t r i
..................... . B i j i t Tempurung i n d u s t r i
makanan makanan makanan makanan makanan makanan
makanan pakan makanan
kosmetik
..... ...... minyak pala i n d u s t r i makanan i n d u s t r i makban
o leores in ....... i n d u e t r i makanan menteaa ~ a l a .... i n d u s t r i koemetik
Sumber : Rismunandar (1990).
Gambar 1 Skema Hasil Olahan Bagian Buah Pala
Perurnusan Masalah
Agar sektor pertanian dan industri secara berkesinam-
bungan dapat mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan
kerja, peningkatan nilai tambah, dan penyerapan tenaga
kerja sehingga meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
masyarakat pedesaan (Direktorat Jenderal Industri Kecil,
1989), maka diversifikasi perekonomian dalam bentuk agro-
industri yang mendukung industrialisasi pedesaan merupakan
keharusan untuk dilaksanakan (Simatupang, 1990).
Industri kecil dan rumahtangga memberikan sumbangan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Daerah Tingkat I1 Bogor pada industri pengolahan yang le-
bih kecil daripada industri sedang dan besar (Tabel 2).
Hal ini berhFungan dengan efisiensi dan produktivitas.
Oleh sebab itu,.perlu penelaahan dengan membandingkan ke-
ragaan (efisiensi dan produktivitas) skala usaha rumah-
tangga, kecil, dan sedang dan besar tersebut dan meng-
identifikasi keqdala-kendala yang dihadapi, sehingqa dapat
diestimasi skala usaha yang berpotensi untuk dikembangkan.
Tuiuan dan Keeunaan Praktek La~anean
Tujuan praktek lapangan ini terbagi menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum adalah untuk melihat dan mengetahui se-
cara langsung keadaan industri manisan pala.
Tabel 2 Sumbangan Industri Pengolahan menurut Skala Usaha terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor Tahun 1984-1989 Atas Dasar Harga Berlaku
Skala Usaha Industri Pengolahan Tahun
Sedang dan Besar Keoil dan Rumah Tangga
............... juta rupiah ...............
Keterangan :
- angka di dalam kurung ) menunjukkan pelsen laju pertumbuhan
- *) angka sementara
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daarah (Bappeda) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor (1990) .
Tujuan khusus adalah :
a. menganalisis dan membandingkan keragaan (efisiensi
dan produktivitas) industri manisan pala menurut skala
usaha, dan
b. menganalisis dan mengidentifikasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala di
Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.
Kegunaan praktek lapangan ini adalah :
a. memberikan informasi mengenai keragaan (efisiensi dan
produktivitas) masing-maeing ekala usaha dan kendala-
kendala yang dihadapi dalam pongembangan industri ma-
nisan pala,
b. sebagai pertimbangan dalam pengembangan industri ma-
nisan pala bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dan
c. sebagai keterangan awal dan atau pembanding bagi pene-
litian-penelitian lain yang berhubungan dengan indus-
tri manisan pala.
~ektor Industri dalam Konseo Industrialisasi Pedesaan
Berdasarkan jumlah pekerja, skala usaha sektor indus-
tri dikategorikan menjadi tiga kelompok (Biro Pusat Sta-
tistik, 1991), yaitu :
a. industri rumahtangga dengan 1-4 orang pekerja,
b. industri kecil dengan 5-19 orang pekerja, dan
c. industri sedang dan besar dengan lebih dari atau sama
dengan 20 orang pekerja.
Menurut kenyataan bahwa sebagian besar penduduk Indo-
nesia tinggal di pedesaan maka pengembangan ketiga katego-
ri sektor industri tersebut tidak terlepas dari konsep in-
dustrialisasi pedesaan yang berdasarkan kerangka pemikiran
Kuswartojo (1989), Mandagi (19891, Tambunan (1989), dan
White (1989), didefinisikan sebagai alat untuk mencapai
pembangunan pedesaan yang diselenggarakan dengan teknik,
cara, dan pola kerja pedesaan untuk menggerakkan pertum-
buhan ekonomi, meningkatkan daya serap tenaga kerja, dan
mengurangi jumlah penduduk miskin di pedesaan dengan me-
ngembangkan aktivitas-aktivitas ekonomi yang produktif da-
lam kelompok-kelompok ativitas basis (pertanian, pertam-
bangan, konstruksi (bangunan), listrik dan air minum,
transportasi dan komunikasi, pemerintah dan keamanan, dan
jasa) dan non-basis (industri manufaktur, perdagangan,
hotel dan restoran, bank dan lembaga keuangan lain, clan
housing dan dwellings) yang saling berkaitan secara dina-
mis dan berkesinambungan.
Faktor penentu lokasi sangat penting dalam pengem-
bangan industrialisasi pedesaan yang berbeda untuk setiap
daerah yang dicirikan menurut jumlah dan etnik penduduk,
sumberdaya alam, budaya, tingkat pendidikan, sifat pereko-
nomian, dan prasarana yang dimiliki (Tambunan, 1989).
Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, dengan me-
makai kerangka pemikiran Saleh (1986) dan White (1989), .
dapat dibagi beberapa jenis industri yang dikembangkan un-
tuk industrialisasi pedesaan, yaitu :
a. industri lokal, yaitu jenis industri yang tergantung
pada pasar yang terbatas dan lokasi yang tersebar de-
ngan skala usaha kecil dan rumahtangga, dan mempergu-
nakan sebagian besar tenaga kerja keluarga dan sarana
transportasi sederhana,
b. industri mandiri, yaitu kelompok industri kecil dan
rumahtangga yang sudah mampu mengadopsi teknologi semi
modern,
c. sentra industri, yaitu jenis industri yang dari segi
satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk
suatu pengelompokan yang terdiri dari kumpulan unit
usaha untuk menghasilkan barang sejenis,
d. industri yang mengandalkan pasaran lokal, yait.u jenis
industri yang ditentukan ketereediaan pasaran lokal
untuk produk-produk yang dihasilkan,
e. industri yang berdasarkan sumberdaya baku lokal, yai-
tu jenis industri yang ditentukan ketersediaan bahan
baku, dan
f. industri yang mengandalkan tenaga kerja angkatan ker-
ja terampil dan semi terampil dengan upah murah.
Keraeaan (Performance) Aproindustri
Ukuran keragaan (performance) agroindustri terdiri
dari : R-C ratio, efisiensi ekonomi, upah rata-rata dan
produktivitas tenaga kerja, produktivitas modal tetap, dan
intensitas faktor produksi 2).
Semakin besar skala usaha, maka semakin tinggi R-C
ratio, efisiensi ekonomi, upah rata-rata dan produktivitas
tenaga kerja, produktivitas modal tetap, dan intensitas
faktor produks{ (Rahardjo, 1986).
Untuk memperoleh ukuran keragaan tersebut, diperlukan
infonuasi mengenai biaya produksi, produk dan penerimaan,
jumlah tenaga kerja, dan pendapatan dan nilai tambah.
Biaya produksi didefinisikan sebagai akibat yang
dikenakan dalam mengorganisir dan menyelenggarakan proses
produksi (Doll dan Orazem, 1984), ynng digolongkan menjadi
2 ) ~ . Tambunan dan Ekawati S . Wahyuni. 1992. Beberapa Konsepsi Keragaan (Performance) In- dustri. Sebuah Ringkasan. Hal. 5.
biaya langsung (biaya variabel, biaya angkut, dan biaya
tenaga kerja) dan biaya tidak langsung atau nilai modal
tetap (tanah, bangunan, alat-alat dan mesin-mesin) (Doll
dan Orazem, 1984, Hernanto, 1989, dan Voerman, 1989).
Biaya variabel adalah biaya yang berubah bila produk
yang dihasilkan berubah, tergantung pada jumlah dan harga
masing-masing input variabel yang dipergunakan dalam pro-
ses produksi, dan terdiri dari biaya pembelian bahan baku
(bahan pokok dalam proses produksi) dan penolong (bukan
bahan pokok tetapi diperlukan dalam proses produksi) (Doll
dan Orazem, 1984, dan Voerman, 1989).
Biaya angkut adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha
dalam penggunaan sarana transportasi pada pengiriman pro-
duk dari daerah penghasil ke pemakai (Voerman, 1989).
Biaya tenaga kerja adalah upah dan gaji yang dibayar-
kan pengusaha kepada para pekerja, baik yang berasal dari
dalam maupun luar keluarga (Doll dan Orazem, 1984, dan
Voerman, 1989).
Tenaga kerja (man-power) adalah penduduk usia kerja
(di Indonesia berumur lebih dari 10 tahun) yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap
tenaga kerja mereka dan berpartisipasi dalam aktivitas
tersebut (Biro Pusat Statistik, 1991).
Tenaga kerja diukur dengan Hari Orang Kerja (HOK),
yaitu lama orang bekerja dalam satu hari (Soekartawi,
Soeharjo, Dillon, dan Hardaker, 1986) yang terdiri dari :
a. Hari ~erja Pria (HKP), yaitu lama pria dewasa (berumur
lebih dari atau sama dengan 17 tahun) bekerja dalam
satu hari, dengan konversi terhadap HOK adalah :
1 HKP = 1.0 HOK,
b. Hari Kerja Wanita (HKW), yaitu lama wanita dewasa
(berumur lebih dari atau sama dengan 17 tahun) bekerja
dalam satu hari, dengan konversi terhadap HOK adalah :
1 HKW = 0.8 HOK, dan
c. Hari Kerja Anak (HKA), yaitu lama anak-anak pria dan
wanita (berumur 10-16 tahun) bekerja dalam satu hari,
dengan konversi terhadap HOK adalah : 1 HKA = 0.5
HOK . Tenaga kerja sebagai faktor produksi (Soekartawi, et
dl, 1986) mempunyai ciri khusus yaitu tidak dapat hilang
atau berkurang'jika dipakai, bahkan bernilai semakin ting-
gi jika semakin sering dipakai' (Irawan dan Suparmoko,
1988), dan bertujuan untuk mendapatkan balas jasa berupa
upah atau gaji sebagai harga tenaga kerja tersebut sehing-
ga penawaran tenaga kerja tergantung pada tinggi rendah
tingkat upah dan gaji (semakin tinggi upah dan gaji maka
semakin tinggi jumlah penawaran tenaga kerja) (Saleh,
1986, dan Irawan dan Suparmoko, 1988).
Dilihat dari sudut nilai, upah dibedakan antara upah
nominal (berupa uang), upah tetapan, dan upah real (kemam-
puan upah nominal untuk membeli barang dan jasa) ; dan
dilihat dari cara pengupahan, dikelompokkan ke dalam tiga
golongan, yaitu menurut waktu (per jam, per hari, per
minggu, dan per bulan) , upah borongan (per satuan kegiat-
an), dan upah premi (berdasarkan perbandingan tertentu,
misal persentase bagi hasil) (Hidayati, 1992).
Di Indonesia, upah rata-rata tenaga kerja sub sektor
industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau adalah
Rp 3 672/HKP dan Rp 1 621/HKW, dan industri pengolahan di
Jawa Barat Rp 2 976/Hl@ dan Rp 2 217/HKW (Biro Pusat Sta-
tistik, 1991).
Intensitas Faktor Produksi 3,
Untuk mengetahui bagaimana sifat perusahaan dalam pe-
makaian faktor produksi, dipergunakan ukuran intensitas
faktor produksi, yaitu perbandinqan relatif faktor produk-
si yang dipergdnakan dalam proses produksi yang diukur de-
ngan kemiringan garis melalui pusat sumbu pada kurva iso-
quant (kombinasi faktor produksi yang dapat dipilih untuk
menghasilkan produk yang sama). Kondisi optimal adalah
titik perpotongan antara garis isoquant dan i s o c o s t .
Jika faktor produksi yang dipergunakan adalah modal
(C) dan tenaga kerja (L) maka intensitas faktor produksi
adalah rasio antara penggunaan modal dan tenaga kerja
yang secara grafis disajikan pada Gambar 2.
3)~. Tambunan dan Ekawati S. Wahyuni. Op cit. Hal 3-4.
Capital
C2
0 1 L a Labour
Keterangan : Ic : garis isocost Iq : garis isoquant
Gambar 2 Kurva Isoquant Pemakaian Modal dan Te- naga Kerja
Dari Gambar 2 tersebut terlihat bahwa :
a. Proses produksi A1 lebih intensif modal (padat modal)
karena pemakaian modal (C1) relatif lebih besar diban-
dingkan tenaga kerja (L1), dan
b. Proses produksi A2 lebih intensif tenaga kerja (padat
karya) karena pemakaian tenaga kerja (L2) relatif le-
bih besar dibandingkan modal (C2).
Produk dan Penerimaan
Produk adalah barang dan jasa yang dihasilkan proses
produksi dalam suatu perode tertentu dengan mengalokasikan
semua faktor produksi yang dimiliki. Tidak,semua produk
mempengaruhi penerimaan perusahaan. Penerimaan perusahaan
berasal dari produk yang dijual (Doll dan Orazem, 1984).
Hubungan antar produk dapat berupa produk yang bersa-
ing (jika jumlah produk Pang satu bertambah maka jumlah
produk yang lain akan berkurang), produk komplemen (jika
jumlah produk yang satu ditambah maka jumlah produk yang
lain juga bertambah) , produk suplemen ( j ika jumlah produk
yang satu bertambah tidak mengakibatkan perubahan jumlah
produk yang lain), produk bersama (jika produk-produk di-
produksi secara serentak dalam serangkaian proses produksi
atau proses gabungan) (Bishop dan Toussaint, 1964, dan
Doll dan Orazem, 1984), produk sampingan (produk-produk
yang secara relatif bernilai lebih rendah yang diproduksi
bersama produk lain yang secara relatif bernilai lebih
tinggi) dan kolproduk (produk-produk yang diproduksi pada
saat yang sama tetapi tidak dari opera'si pengolahan yang
sama atau tidak berasal dari bahan baku yang sama) (Voer-
man, 1989).
Berdasarkan sifat penggunaan, produk-produk dibagi
menjadi produk antara (produk suatu perusahaan digunakan
sebagai input pada proses produksi perusahaan lain) dan
produk akhir (produk yang langsung dapat dikonsumsi) (Doll
dan Orazem, 1984).
Penda~atan dan Nilai Tambah
Dalam melaksanakan proses produksi, tujuan yang ingin
dicapai suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lain.
Secara umum, tujuan-tujuan tersebut meliputi kepuasan;
penjualan, dan pendapatan maksimum (Boulding, 1955, Bishop
dan Toussaint, 1964, dan Doll dan Orazem, 1984).
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan
biaya produksi, dan nilai tambah atau value added merupa-
kan selisih antara penerimaan dan biaya produksi diluar
biaya tenaga kerja (Simatupang, Pasandaran, Kasryno, dan
Zulham, 1990).
Pada pendapatan, terdapat tiga keadaan yang ditemui
(Doll dan Orazem, 1984 dan Voerman, 1989), yaitu :
a. jika nilai produk-produk yang dijual lebih besar dari-
pada biaya groduksi, disebut untung atau laba (pro-
fit), dan perusahaan terua berproduksi,
b. jika nilai produk-produk yang dijual sama dengan biaya
produksi , disebut impas (zero profit) , perusahaan da- pat tens berproduksi atau tutup, dan
c. jika nilai produk-produk yang dijual lebih kecil dari-
pada biaya produksi, disebut rugi (losses), dan peru-
sahaan disarankan untuk tutup.
Kendala-kendala vane Dihadapi dalam Pengemhanean Agroindustri
Tujuan industrialisasi pedesaan (termasuk agroindus-
tri) adalah meningkatkan kesempatan kerja, produktivitas
pekerja (tenaga kerja), nilai tambah, dan pendapatan (Di-
rektorat Jenderal Industri Kecil, 1989, White, 1989, dan
Sumodiningrat dan Kuncoro, 1990), sehingga skala usaha
agroindustri yang berpotensi untuk dikembangkan adalah
yang memenuhi tujuan-tujuan tersebut.
Menurut Rahardjo (1986), semakin besar skala usaha
maka semakin tinggi kemampuan menyerap tenaga kerja, sema-
kin tinggi dalam menghasilkan nilai tambah dan pendapatan,
dan pemilikan produktivitas tenaga kerja.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam,.,lingkup manajemen
dalam eng gem bang an sektor industri menurut Raharjo (1986)
terdiri dari :
a. dari segi penawaran, masalah utama adalah pengelolaan
produksi , dan
b. dari segi permintaan, masalah utama adalah pemasaran.
Kedua segi tersebut dapat dibagi menjadi dua lingkup
permasalahan, yaitu lingkup internal (permasalahan yang
mampu dipecahkan pengusaha), dan eksternal (permasalahan
yang disebabkan faktor luar yang tidak dapat diatasi atau
dipecahkan pengusaha).
Yang termasuk permasalahan internal dalam pengelolaan
produksi (dari segi penawaran) adalah masalah mutu tenaga
kerja, teknik produksi, pengelolaan keuangan, pembukuan
dan administrasi, pengembangan dan penciptaan disain
atau model-model baru, pembagian kerja diantara pekerja,
pemilihan bahan baku dan produk yang dihasilkan dalam
berbagai kombinasi, memelihara dan memperbaiki barang-ba-
rang investasi, penggunaan barang investasi baru, penga-
turan tataruang kerja, menentukan harga dan menekan ongkos
produksi, dan mengatur persediaan dalam musim-musim yang
berganti, dan pemasaran (dari segi permintaan) adalah tek-
nik dan sarana pemasaran, disain produk, penentuan harga,
dan standar produk. Yang termasuk permasalahan eksternal
dalam pengelolaan produksi (dari segi penawaran) adalah
ketersediaan bahan baku, perkembangan teknologi, jumlah
dan komposisi angkatan kerja, dan perkreditan, dan pema-
saran (dari segi permintaan) adalah luas pasar, selera
Ironsumen, persaingan antar pengusaha, persaingan dengan
industri yang lebih besar, dominasi pedagang perantara,
sistem tataniaga, peraturan pemerintah, peraturan negara i lain, dan peraturan industri pemakai.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan
agroindustri adalah kemampuan manajemen (pengadaan bahan
baku dan penolong, pengelolaan perusahaan, dan pemasaran
produk) (Voerman, 1989), pehggunaan teknologi tradisional,
Clan penguasaan modal yang rendah (Daniarti, 1990).
Hipotesa yang akan diuji adalah :
a. Semakin besar skala usaha industri manisan pala maka
semakin tinggi keragaan atau performance (R-C ratio,
efisiensi ekonomi, upah rata-rata, produktivitas te-
naga kerja dan modal tetap, dan intensitas faktor pro-
duksi), dan
b. Skala usaha industri manisan pala yang mempunyai po-
tensi terbaik untuk dikembangkan di Kabupaten Daerah
Tingkat I1 Bogor adalah skala usaha sedang dan besar.
METODE PRAKTEK LAPANGAN
Waktu dan Z,nkasi Prnktek La~anean
Praktek lapangan dilaksanakan tanggal 15 Juli 1992
sampai tanggal 3 gustu us 1992 di Desa Dramaga, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive
technical sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa indus-
tri manisan pala terbesar di Kabupaten Bogor adalah di De-
sa Dramaga yaitu 45 unit usaha (menurut Kantor Kecamatan
Dramaga) dibandingkan 88 unit usaha di Kabupaten Bogor
(menurut Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor).
Penarikan Contoh
Dari 45 u+t usaha industri manisan pala tersebut, 38
unit usaha kontinu berproduksi sepanjang tahun dan tujuh
unit usaha bersifat musiman yang hanya berproduksi pada
saat liburan dan hari raya.
Dari 38 unit usaha yang kontinu berproduksi sepanjang
tahun tersebut, semua dijadikan responden (metode sensus)
yang terbagi menurut skala usaha , yaitu 1 0 unit usaha
skala usaha rumahtangga, 24 unit usaha skala usaha kecil,
dan empat unit usaha skala usaha sedang dan besar.
Pengunladan Data . ;.
Data-data yang dikumpulkan dalam praktek lapangan ini
adalah data-data primer dan sekunder. Data-data primer
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden
mempergunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah di-
persiapkan dan pengamatan langsung terhadap responden.
Data-data sekunder diperoleh dari instansi terkait seper-
ti Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor, kantor
Kecamatan Dramaga, kantor Desa Dramaga, dan kantor Statis-
tik Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kuali-
tatif dengan mqmpergunakan tabulasi.
Analisis kuantitatif diperqunakan untuk menqhitung
biaya langsung, biaya variabel, nilai penyusutan, peneri-
maan (nilai produk-produk yang dijual) , pendapatan, nilai tambah, dan keragaan (performance) masing-masing skala
usaha industri manisan pala. Kemudian dari hasil perhi-
tungan (analisis kuantitatif) dilakukan analisis kualita-
tif dengan mempergunakan tabulasi.
Biaya langsung terdiri dari biaya variabel, biaya
angkut, dan biaya tenaga kerja (upah dan gaji) (Doll dan
- Orazem, 1984, Hernanto, 1989, dan Voerman, 1989) yang se- cara sederhana dituliskan :
dimana :
DC : biaya langsung (Rp) , TVC : biaya variabel total (Rp), !R4rabC : biaya angkut total (Rp) , dan 'I'wL : biaya tenaga kerja total (Rp).
. ,
Secara sederhana, biaya variabel dituliskan :
TVC = TCxrm +
dimana :
TVC TCxrm TCxhm
biaya variabel total (Rp), nilai bersih bahan baku (Rp), biaya pembelian bahan penolong total (Rp), jumlah bahan baku yang diperguna- kan (satuan unit), harga bahan baku yang dipergunakan (Rp per satuan unit), jumlah masing-masing bahan peno- long yang dipergunakan (satuan unit), harga masing-masing bahan penolong yang dipergunakan (Rp per satuan unit), dan jenis- jenis bahan penolong yang dipergunakan, j = 1, 2, 3 , ..., m.
Tanah dan bangunan dinilai berdasarkan nilai sewa
yang berlaku. Peralatan dan mesin-mesin dinil~i ber-
dasarkan nilai penyusutan (Doll dan Orazem, 1984), menggu-
nakan metode garis lurus (stright line method) dengan
asumsi bahwa peralatan dan mesin-mesin tidak dapat diper-
gunakan setelah melampaui umur ekonomis. Dalam ha1 ini,
rumus yang dipergunakan untuk menghitung penyusutan
adalah :
dimana :
D : nilai penyusutan (Rp per satuan wak- tu) r
Pt : harga beli (Rp) , Pa : harga akhir (Rp), dan T : umur ekonomis peralatan dan mesin-
mesin (satuan waktu) .
Penerimaan atau nilai produk yang dijual tergantung
pada jumlah dan harga masing-masing produk yang dijual
(Doll dan Orazem, 1984.). Secara matematis, penerimaan
dituliskan :
dimana :
"YS : nilai produk-produk yang dijual
atau penerimaan (Rp) , ysi : jumlah masing-masing produk yang
dijual (satuan unit) , Pysi : harga masing-masing produk yang
dijual (Rp per satuan unit), dan i : jenis-jenis produk yang dijual,
i = 1, 2, 3, ..., n.
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan
- biaya produksi yang secara sederhana dihitung dengan per-
samaan :
dimana :
I : pendapatan (Rp), : n i l a i produk-produk yang d i j u a l a tau
'YS penerimaan (Rp), dan PC : biaya produksi (Rp) . ,....
N i l a i tambah (value added) merupakan s e l i s i h an ta ra
penerirnaan dan biaya produksi d i l ua r biaya tenaga ker ja ,
yang dihitung dengan persamaan :
VA = Vy8 - (PC - TWL)
dimana :
VA : n i l a i tambah (Rp) , : n i l a i produk-produk yang d i j u a l a tau
Vys penerimaan ( ~ p ) , PC : biaya produksi (Rp), dan TWL : biaya tenaga ker ja (Rp).
Keragaan iperformance) yang diukur 'adalah :
Penerimaan (Rp) R-C r a t i o =
Biaya produksi (Rp)
Ni la i Tambah (Rp) E f i s i e n e i Ekonomi ( % ) = x 100 %
Biaya Produkei (Rp)
Biaya Tenaga Kerja (Rp) Upah Rata-rata (Rp per HOK) =
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
N i l a i Tambah (Rp) Produktivitas Tenaqa Kerja (Rp per HOK) =
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
N i l a i Tambah (Rp) Produktivitas Modal Tetap =
N i l a i Modal Tetap (Rp)
Nilai Modal Tetap (Rp) In t ens i t a s Faktor Produksi (Rp per HOK) =
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
Skala usaha agroindustri yang mempunyai potensi ter-
baik untuk dikembangkan adalah memiliki kemampuan dalam
penyerapan tenaga kerja yang paling tinggi (paling rendah
dalam pemilikan intensitas fakor produksi), dan menghasil-
kan nilai tambah, pendapatan, dan produktivitas tenaga
kerja yang paling tinggi, yang dianalisis berdasarkan ma-
triks potensi pengembangan agroindustri (Tabel 3 ) .
Tabel 3 Matriks Potensi Pengembangan Agroindus- tri
S k a l a U s a h a No. K r i t e r i a -
Rumahtangga Kecil Sedang dan Besar n-10 n=24 n=4
I. Nila i Tambah (Xp/Kg) a b
2. Pendapatan (Rp/Kg) d e
3. Jumlah Tenaga Kerja (HOK) 9 h
4. In tens i tas Paktor Produksi
(RP/HOK) j k
5. Produktivitas Tenaga K e r j a m n
-- -
Keterangan :
a, b, c, ... , o adalah nilai masing-masing kriteria
Pen~uiian Hipotesa dan Penarikan Kesimuulan
Pengujian hipotesa dan penarikan kesimpulan berdasar-
kan hasil analisa kuantitatif dan kualitatif tersebut.
Hipotesa pertama, yaitu : semakin besar skala usaha
industri manisan pala maka semakin tinggi keragaan atau
performance (R-C ratio, efisiensi ekonomi, upah rata-rata,
produktivitas tenaga kerja dan modal tetap, dan intensitas
f aktor produksi) , diu j i dengan menganalisis dan memban-
dingkan keragaan (performance) masing-masing skala usaha
industri manisan pala.
Hipotesa kedua, yaitu : skala usaha industri manisan
pala yang mempunyai potensi terbaik untuk dikembangkan di
Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor adalah skala usaha se-
dang dan besar,, diuji dengan mempergunakan matriks potensi
pengembangan. .
Dari hasil dan pembahasan, dan pengujian hipotesa,
ditarik kesimpulan.
GAMBARAN UMlUM LOKASI PRAK'IXK LAPANGAN
&eadaan Umum Desa Dramaeq
Desa Dramaga meliputi 3 dusun, 6 RW, dan 22 RT, mem-
punyai luas 120.50 Ha dengan topografi dataran yang terdi-
ri dari sawah dan ladang (67.40 Ha), perumahan dan peka-
rangan (46.50 Ha) , kuburan (3.00 Ha) , empang (2.00 Ha) , industri (1.50 Ha), dan tanah wakaf (0.10 Ha), dengan ba-
tas-batas wilayah sebelah Timur dengan Desa Margajaya dan
Ciherang, sebelah Selatan dan Barat dengan Desa Sinarsari,
dan sebelah Utara dengan Desa Babakan.
Letak Desa Dramaga dari pusat-pusat kota adalah ibu-
kota Kabupaten Bogor (Cibinong) : 30 Km, ibukota Kotama-
dya Bogor (~ogor) : 8 Km, ibukota Psopinsi Jawa Barat
(Bandung) : 128 Km, dan ibukota negara Republik Indone-
sia (Jakarta) : 60 Km.
Jumlah penduduk Desa Dramaga adalah 8 243 orang
(1 535 Kepala Keluarga) yang terdiri dari 4 177 orang
(50.67 persen) laki-laki dan 4 066 orang (49.33 persen)
perempuan (Tabel 4) dengan rasio seks 102.73. Jika diban-
dingkan luas wilayah, kepadatan penduduk adalah 68 orang/
Ha.
Tabel 4 Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Umur dan Jenis Kelamin
- - -
U m u r Laki-laki Perempuan J u m l a h
tahun .................. orang ..................
Total 4 177 4 066 8 243 (50.67 %) (49.33 %) (100.00 %)
Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).
Penduduk angkatan ker ja (berumur 10-54 tahun) sebe- ..
sar 5 361 orang atau 65.04 persen dari jumlah penduduk,
dan penduduk yang memiliki pekerjaan adalah 1 461 orang
atau 27.25 persen dari angkatan kerja.
Dari 1 461 orang yang bekerja, 28.47 persen bekerja
sebagai karyawan (pegawai negeri sipil, pegawai negeri
ABRI, dan swasta), 20.67 persen bekerja sebagai buruh,
15.95 persen bekerja di sektor industri, 12.80 persen be-
kerja di sektor pertanian, 11.90 pers.en pedagang, 4.59
persen bekerja di bidang jasa dan angkutan, 3.08 persen
bekerja di bidang pertukangan, 2.40 persen pensiunan, dan
Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Mata Pencaharian
Nomor Mata Pencaharian Tenaga Kerja Persen
Karyawan : a. pegawai negeri sipil b. pegawai negeri ABRI c. swasta
Buruh
Industri
Pertanian
Pedagang
Jasa dan angkutan
Pertukangan
Pensiunan
~emulurig
orang
J u m l a h 1 461 100.00
Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).
Dari seluruh penduduk Desa Dramaga, 5 079 orang
(61.62 persen) mendapat pendidikan, 1 164 orang (14.12
persen) belum mendapat pendidikan, dan 2 000 orang (24.26
persen) tidak mendapat pendidikan (Potensi Desa Dramaga,
1991).
Dari 5 079 orang yang mendapat pendidikan, 39.95 per-
sen tidak tamat SD atau sederajat, 35.93 persen tamat SD
atau sederajat, 18.00 persen tamat SMP atau sederajat,
5.63 persen tamat SMA atau sederajat, ddn 0.49 persen ta-
mat Akademi atau Universitas (Tabel 6).
Tabel 6 Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan J u m l a h Persen - -- -
. . orang . . Tidak tamat SD atau sederajat. 2 029 Tamat SD atau sederajat 1 825 Tamat SMP atau sederajat 9 14 Tamat SMA atau sederajat 286 Tamat Akademiatau Universitas 2 5
T o t a l 5 079 100.00
Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).
Keadaan Pertanlap
Areal pertanian di Desa Dramaga dimanfaatkan untuk
menanam empat jenis tanaman, yaitu padi dan palawija yang
terdiri dari padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat,
kacang tanah, dan kedelai, sayur-sayuran yang terdiri dari
tomat, kacang panjang, buncis, lombok, dan ketimun, buah-
buahan yang terdiri dari pisang dan papaya, clan perkebunan
yang terdiri dari kelapa dan cengkeh. Luas dan hasil pe-
manfaatan areal pertanian di Desa Dramaga, disajikan pada
Tabel 7.
Keadaan pertanian tersebut didukung oleh ketersediaan
irigasi setengah teknis yang mampu mengairi areal seluas
Tabel 7 Luas dan Hasil Pemanfaatan Areal Per- tanian di Desa Dramaga
No. Pemanfaatan L u a s H a s i l
hektar ton/musim panen
1. Padi dan palawija : a. padi 61.50 602.70 b. jagung 2.00 1.60 c. ketela pohon 3.00 45.00 d. ketela rambat 2.00 10.00 e. kacang tanah 1.00 0.80 f. kedelai 1-00 1.50
2. Sayur-sayuran : a. tomat 0.20 b. kacang panjang 1.00 c. buncis 0.30 d. lombok 0.15 e. ketimun 2.00
3. Buah-buahan : a. pisang b. pepaya
4 . Perkebunan : a. kelapa 0.50 2.00 b. cengkeh 0.50 0.25
Sumber : .Potensi Desa Dramaga (1991).
35.00 Ha, irigasi sederhana yang mampu mengairi areal se-
luas 28.00 Ha, dan irigasi tadah hujan yang mampu mengairi
areal seluas 3.00 Ha.
Keadaan Indnstri Mnnisnn P&
Desa Dramaga merupakan penghasil manisan pala terbe-
sar di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor dimana terdapat
45 unit usaha (pengusaha) (menurut Kantor Kecamatan
Dramaga) dibandingkan 88 unit usaha yang terdapat di Kabu-
paten Daerah ~ingkat I1 Bogor (Cabang Dinas Perindustrian
Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor).
Pengusaha manisan pala di Desa Dramaga sudah ada
sejak jaman Belanda yang membuat manisan pala hanya pada
waktu tertentu (menjelang hari raya dan ada hajatan) (me-
nurut keterangan Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Dae-
rah Tingkat I1 Bogor).
Menurut beberapa keterangan yang diperoleh di Desa
Dramaga, industri manisan pala mulai dikomersialkan pada
tahun 1962 oleh Ibu Iyar dan Bapak Rojak, dimana bahan
baku dibeli di Pasar Anyar yang berasal dari Desa Ciapus,
Taman Sari, dan Ciawi, dan pemasaran hasil dilakukan de-
ngan mendatangi rumah-rumah penduduk. Sekitar tahun 1965,
pemasaran mula; memasuki toko . Akan tetapi , karena pemi- lik toko masih ragu terhadap permintaan manisan pala ter-
sebut, pemasaran dilakukan dengan sistem 'titip jual'.
Beberapa tahun kemudian, karena melihat prospek pemasaran
yang baik (permintaan terus meningkat) , maka pembayaran
mulai dilakukan secara kontan. Keberhasilan kedua pengu-
saha tersebut menyebabkan perkembangan industri manisan di
Desa Dramaga cukup pesat, hingga tahun 1991 mencapai 45
pengusaha (unit usaha).
Buah pala (sebagai bahan baku) berasal dan tumbuh di
lereng Gunung Salak yang berbuah sepanjang tahun tanpa me-
ngenal musim. Hal ini mendukung ketersediann bahiin baku
industri manisan pala sehingga para pengusaha dapat mem-
pertahankan profesi tersebut, bahkan menjadi mata pencaha-
rian sebagian penduduk Desa Dramaga.
Melihat perkembangan jumlah unit usaha dan penyerapan
tenaga kerja industri manisan pala tersebut, Cabang Dinas
Perindustrian Kabupaten Daerah Tingkat 11 Bogor, pada ta-
hun 1984 memperkenalkan produk ini kepada pemerintah de-
ngan mengikutsertakan pengusaha pada pameran di berbagai
tempat, dan pada tahun 1986 melakukan pembinaan berupa
pendidikan dan latihan teknik produksi.
Keadaan Responden (Penpusaha Industri Manisan Pala)
Identitas Resaonden
Tempat tipggal responden terpusat di sekitar Pasar
Dramaga (terletak di 11TlO/RW03), yaitu': RT06/RW02 satu
orang pengusaha, RT07/RW03 sembilan orang pengusaha,
RT09/RW03 satu orang pengusaha, RT10/RW03 16 orang pengu-
saha), RT11/RW04 lima orang pengusaha, RT12/RW04 dua
orang pengusaha, dan RT13/RW04 tiga orang pengusaha
(Tabel 8).
Usaha industri manisan pala merupakan mata pencahari-
an pokok 31 orang pengusaha (81.58 persen) dan pakerjaan
sampingan untuk menambah penghasilan bagi tujuh orang
pengusaha (18.42 persen) dengan beban tanggungan bervaria-
si antara dua sampai delapan orang.
Tabel 8 Tempat Tinggal Responden menurut Skala Usaha
Tingkat pendidikan responden adalah delapan orang
pengusaha (21.05 persen) tidak bersekolah, 24 orang pengu-
saha (63.16 persen) SD atau sederajat, lima orang pengusa-
ha (13.16 persen) SMP atau sederajat, dan satu orang peng-
usaha (2.63 persen) SMA atau sederajat.
Dari seluruh responden, hanya 15 orang pengusaha
(39.47 persen) yang menjadi anggota (anggota biasa) kope-
rasi dan empat orang pengusaha (10.53 persen) yang berpar-
tisipasi dalam pemerintahan desa.
Skala Uaaha
Rumah Tangga Kecil Sedang dan B e s a r
J u m l a h
Proses dan Pemasaran Hasil Produksi
Buah pala yang sudah masak setelah dicuci dalam gen-
tong, dikupas dengan menggunakan pisau baja, kemudian di-
rendam dalam larutan garam 1.50 persen selama satu malam
agar daging buah pala menjadi lunak sehingga dapat dipi-
sahkan dari biji dan cempra.
Pada saat pemisahan dari biji dan cempra, daging
buah pala disayat dan dibentuk sesuai dengan keinginan
(misal : bentuk mawar) dengan menggunakan pisau baja.
n
10 24
4
38
RT / RW
06/02
1 - - 1
07/03
3 5 1
9
09/03
- - 1
1
10/03
4 12 - 16
11/04
1 2 2
5
12/04 13/04
2 -
3
Daging buah yang sudah dibentuk digunakan untuk mem-
buat manisan pala kering dan basah (produk akhir), sedang-
kan biji dan cempra dikumpulkan untuk dijual ke produsen
lain yang sudah mampu mengolah biji pala dan cempra (pro-
duk antara) . Untuk membuat manisan pala kering, mula-mula daging
buah pala yang sudah dibentuk direndam dalam larutan na-
trium bisulfit 0.035 persen dalam gentong selama 10 menit
sambil diaduk (pada saat mengaduk dipergunakan snrung ta-
ngan), kemudian dibilas dengan air bersih dalam bak cuci
untuk menghilangkan bau sulfit (juga mempergunakan sarung
tangan), lalu ditiriskan dengan mepergunakan tanggok.
Setelah bersih, dimasukkan ke dalam gentong yang berisi
larutan gula, diaduk hingga rata, dan direndam selama satu
malam agar cJula meresap.
Setelah direndam satu malam dalam larutan gula, da-
ging buah pala tersebut dijemur di atas tanggok yang sudah
ditadah nampan untuk menampung air gula. Setelah agak ke-
ring, dilumuri sepuhan yang telah diencerkan (jika meng-
inginkan manisan berwarna) , ditaburi gula , kemudian di j e-
mur kembali hinqga daging buah jenuh gula dan dilapisi
kristal-kristal gula. Jika tidak ada sinar matahari, pe-
ngeringan dilakukan dengan menempatkan daging buah yang
sudah ditaburi gula pada ebeg, kemudian dimasukkan ke da-
lam oven dan dibakar selama 1-2 hari. Setelah kering,
manisan pala kering, dibungkus plastik berdasarkan berat
yang diinginkan pengusaha, dan siap dipasarkan.
Untuk membuat manisan pala basah, daging buah yang
sudah kering direndam dalam larutan gula 65 persen selama
satu malam, ditiriskan, kemudian direndam lagi dalam la-
rutan gula 65 persen selama satu malam hingga menjadi ma-
nisan pala basah. Setelah menjadi manisan pala basah, di-
bungkus plastik berdasarkan berat yang diinginkan pengusa-
ha, dan siap dipasarkan.
Biji dan cempra setelah terpisah dari daging buah,
dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari atau oven.
Proses pengeringan ini dilakukan bersama-sama dengan pro-
ses pengeringan pembuatan manisan pala. Setelah kering,
biji dan cempra dijual kepada produsen yang sudah mampu
mengolah lebih'lanjut biji dan cempra tersebut.
Untuk satu kali proses produksi manisan pala kering
dan basah, dibutuhkan waktu satu minggu yang dilakukan di
dalam dan halaman rumah, tidak mempergunakan bangunan khu-
sus. Modal usaha berasal dari modal sendiri dan pinjaman
dari Koperasi Simpan Pinjam.
Dari seluruh responden, 25 orang pengusaha memproduk-
si manisan pala kering, biji pala kering, dan cempra , dan
13 orang pengusaha memproduksi manisan pala kering, manis-
an pala basah, biji pala kering, dan cempra.
Pemasaran hasil produksi adalah 18 orang pengusaha
(47.37 persen) menjual sendiri ke toko-toko atau langsung
ke konsumen di daerah Bogor, Jakarta, Tangerang, Ciawi,
Cisarua, Puncak, Cipanas, Cianjur, dan Bandung, dan pro-
duksi 20 orang pengusaha (52.63 persen) dibeli pedagang
pengumpul dengan datang langsung ke Desa Dramaga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis dan Skala Usaha
Jenis usaha industri manisan pala adalah sentra in-
dustri yang dicirikan oleh pengelompokan unit-unit usaha
pada daerah yang berdekatan dalam menghasilkan produk-
produk yang sama (bersifat homogen).
Menurut jumlah pekerja, skala usaha industri manisan
pala dikategorikam ke dalam tiga kelompok, yaitu :
a. rumahtangga dengan tiga orang pekerja,
b. kecil dengan tujuh orang pekerja, dan
c. sedang dan besar dengan 25 orang pekerja.
Produk yang dihasilkan industri manisan pala adalah
produk utama sebagai produk akhir yaitu manisan pala ke-
ring dan basah, dan produk sampingan sebagai produk antara
yaitu biji pala kering dan cempra.
Manisan pala kering dan basah barhubbngan kompetisi
karena jika volume manisan pala kering ditingkatkan maka
volume manisan pala basah harus diturunkan, sedangkan pro-
duk utama dan sampingan berhubungan komplemen karena jika
volume pala kering dan basah ditingkatkan maka volume biji
pala kering dan cempra juga meningkat.
Harga penjualan produk-produk adalah manisan pala ke-
ring dan basah Rp 1 600-1 950(Kg jika dibeli pedagang
perantara dan Rp 2 000-2 250/Kg jika dijual langsung ke
toko-toko, biji pala kering Rp 600-1 000/Kg, dan cempra
Rp 1 600-2 000/Kg. Volume penjualan produk per tahun in-
dustri manisan pala menurut skala usaha adalah industri
rumahtangga 1 961.85 Kg, industri kecil 7 325.67 Kg, dan
industri sedang dan besar 42 006.25 Kg.
Penerimaan industri manisan pala per tahun menurut
skala usaha adalah : rumah tangga Rp 4 033 305, kecil
Rp 13 698 896, dan sedang dan besar Rp 77 625 000 (Tabel
9). Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin tinggi
penerimaan karena semakin besar volume penjualan produk.
Tabel 9 Penerimaan Industri Manisan Pala menu- rut Skala .Usaha
Penerimaan .
Manisan kering Manisan basah Biji kering C e m p r a
S k a l a U s a h a
T o t a l
- Rumahtangga
n = 10
3 607 500 385 000 33 725 7 080
4 033 305
.............. Rp/tahun ................ I I
K e c i 'i n = 24
13 297 396 269 271 109 373 22 856
- Sedang dan Besar
n = 4
70 093 750 6 718 750 675 000 137 500
13 698 896 77 625 000
Biaya variabel terdiri dari pembelian bahan baku (bu-
ah pala yang sudah masak) dan penolong (gula, garam, na-
trium bisulfit untuk pengawet, sepuhan untuk pewarna,
plastik untuk membungkus, dan minyak tanah untuk bahan
bakar mengoven) . Biaya variabel industri manisan pala per tahun
menurut skala usaha adalah : rumahtangga Rp 2 283 180,
kecil Rp 8 739 360, dan sedang dan besar Rp 53 288 438
(Tabel 10). Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin
tinggi biaya variabel karena semakin tinggi biaya pembeli-
an bahan baku dan penolong.
Tabel 10 Biaya Variabel Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha
Skala Usaha
Biaya angkut industri manisan pala per tahun menurut
skala usaha adalah : rumahtangga Rp 50 000, kecil
Rp 289 917, dan sedang dan besar Rp 2 125 000 (Tabel 11).
Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin tinggi biaya
angkut karena semakin luas daerah pemasaran yang ditandai
Rumahtangga Kecil Sedang dan Besar
n
10 24 4
Bahan Baku I I .............. Rp/tahun .............. Bahan Penolong
2 283 180 8 739 360
53 288 438
311 250 1 062 917 6 187 500
Jumlah
1 971 930 7 676 443 47 100 938
Tabel 11 Biaya Angkut Industri Manisan Pala me- nurut Skala Usaha
oleh semakin mahal biaya angkut per volume penjualan
produk . Ada enam jenis kegiatan dalam proses produksi manisan
pala, yaitu mengupas, mengiris, membentuk, mengaduk, me-
ngeringkan dan membungkus. Mengupas, mengiris, dan mem-
bentuk, dilakukan tenaga kerja wanita yang berasal dari
dalam dan luar keluarga dengan upah borongan (untuk ketiga
kegiatan terse&t) bervariasi antara Rp 3.50-4.00/buah pa-
Skala Usaha
Rumahtangga Kecil Sedang dan Besar
la, dimana satu orang mampu melakukan kegiatan tersebut
untuk 200-300 buah pala per hari. Mengaduk, mengeringkan
dan membungkus dilakukan tenaga kerja dalam keluarga
dengan upah per hari yaitu pria Rp 3 000, wanita Rp 2 500,
dan anak-anak Rp 1 000, dan luar keluarga dengan upah
harian bervariasi antara Rp 1000-2 000 (tidak dibedakan
upah pria, wanita, atau anak-anak).
Pencurahan hari kerja per tahun industri manisan pala
menurut skala usaha adalah : rumahtangga 531 HOK (283 HOK
tenaga kerja dalam keluarga dan 248 HOK tenaga kerja luar
keluarga), kecil 813 HOK (250 HOK tenaga kerja dalam
n
10 24 4
Biaya Angkut
Rp/tahun %/Kg
50 000 25.49 289 917 39.58
2 125 000 50.59 -
keluarga dan 563 HOK tenaga kerja luar keluarga), dan se-
dang dan besar 3 189 HOK (489 HOK tenaga kerja dalam kelu-
arga dan 2 700 HOK tenaga kerja luar keluarga) (Tabel 12).
Tabel 12 Jumlah Tenaga Kerja Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha
Skala Usaha
Tenaga Kerja Rumahtangga K e c i 1 Sedang dan Besar
n=10 n=24 n=4
P r i a 135 (1) 113 (1) 350 ( 2 ) Wanita Dalam Keluarga Anak 140 (1) 103 (1) 120 ( 1)
34 (1 1.9 ( - ) Jumlah 2 8 1 250 (31 489 ( 3)
P r i a Wanita Luar Keluarga llnak 2 473 ( 4 1 800 (19
- -) - ( - Jumlah 248 (1) 563 (4) 2 700 {22)
P r i a 135 (1) 203 (1) 1 250 ( 5) Wanita T o t a l Anak 388 (2 ) 576 ( 5 ) 1 920 (20)
Jumlah 34 (1)
(-) 813 (7 ) 531 ( 3 )
~eteranga; :
Angka di dalam kurung ) menunjukkan banyak pekerja (orang) .
Biaya tenaga kerja industri manisan pala per ta-
hun menurut skala usaha adalah : rumahtangga Rp 943 730,
kecil Rp 1 503 024, dan sedang dan besar Rp 6 787 500
(Tabel 13). Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin
tinggi biaya tenaga kerja karena semakin banyak tenaga
kerja yang dipergunakan.
Hal lain yang terlihat dari Tabel 12 adalah bahwa te-
naga kerja wanita mempunyai curahan kerja per tahun yang
paling besar, yaitu 1 920 HOK dibandingkan tenaga kerja
Tabel 13 Struktur Biaya Tenaga Kerja Industri Hanisan Pala menurut Skala Usaha
Tenaga K e r j a Rumahtangga K e c i 1 Sedang dan Besar n=lO n=24 n=4
P r i a 405 000 337 500 1 050 000 Wanita Dalam Xeluarga 350 000 241 667 318 750
15 000 57 813 37 500 Jumlah 770 000 636 980 1 406 250
P r i a - 72 917 1 737 500 Wanita Luar Keluarga hak 173 750 793 127 - 3 643 750 - - Jumlah 173 750 866 044 5 381 250
P r i a 405 000 410 417 2 787 500 Wanita T o t a 1 523 750 1 034 794 3 962 500
15 000 57 813 37 500 Jumlah 943 750 1 503 024 6 787 500
pria (1 250 HOK) dan anak (19 HOK), yang disebabkan tenaga
kerja wanita lebih teliti dalam melakukan proses produksi
dalam ha1 mengupas, mengiris, membentuk, dan membungkus
dibandingkan tenaga kerja pria dan anak sehingga permin-
taan terhadap tenaga kerja wanita lebJh tinggi,
Biaya langsung per tahun masing-masing skala usaha
industri manisan pala, yaitu : rumahtangga Rp 3 276 930,
kecil Rp 10 532 301, dan sedang dan besar Rp 62 200 938
(Tabel 14).
Biaya tidak langsung atau nilai modal tetap induatri.
manisan pala terdiri dari nilai tanah dan bangunan, dan
alat-alat yang dipergunakan. Tanah dan bangunan dinilai
berdasarkan harga sewa yang berlaku di Desa Dramaga.
Harga sewa tanah adalah Rp 1 500lmeter persegi/tahun.
Tabel 14 Biaya Langsung Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha
Variabel Angkut Tenaga Kerja
T o t a l
Biaya Langsung
Harga sewa bangunan adalah Rp 50 000/tahun untuk luas
bangunan 0-50 meter persegi, Rp 75 000/tahun untuk luas
bangunan 50-75 meter persegi, Rp 100 000/meter persegi
untuk luas bangunan lebih dari 75-100 meter persegi, dan
Rp 150 000/tahun untuk luas bangunan lebih dari 100 meter
persegi. AlaD-alat yang dipergunakan adalah kompor
(Rp 6 000/buah dengan umur ekonomis satu tahun), oven
(biaya pembuatan Rp 75 000/buah dengan umur ekonomis 25
tahun), gentong besar (Rp 7 000/buah dengan umur ekonomis
15 tahun), gentong kecil (Rp 4 000/buah dengan umur ekono-
mis 10 tahun), bak cuci besar (Rp 5 000/buah dengan umur
ekonomis 10 tahun), bak cuci kecil (Rp 2 500/buah dengan
umur ekonomis 10 tahun), nampan (Rp 2 000/buah dengan umur
ekonomis satu tahun), tampah (Rp 500/buah dengan umur
ekonomis satu tahun), sarung tangan (Rp 1 500/buah dengan
umur ekonomis tiga bulan), timbangan (nilai dihitung
S k a l a U s a h a
Sedang dan Besar n = 4
Rumahtangga n = 10
X e c i.i n = 24
berdasarkan nilai tera Rp 5 000/tahun), ebeg (Rp 350/buah
dengan umur ekonomis satu tahun), ayakan atau tanggok
(Rp 3 OOD/buah dengan umur ekonomis satu tahun), dan pi-
sau baja (Rp 200/buah dengan umur ekonomis dua bulan).
Nilai modal tetap industri manisan pala per tahun me-
nurut skala usaha adalah : rumahtangga Rp 233 390, kecil
Rp 274 513 dan sedang dan besar Rp 381 796 (Tabel 15).
Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin tinggi nilai
modal tetap karena tanah dan bangunan semakin luas dan se-
makin banyak alat-alat yang dipergunakan dalam proses
produksi .
Tabel 15 Nilai Modal Tetap Industri Manisan Pa- la menurut Skala Usaha
Dari biaya langsung dan nilai modal tetap, dapat
dihitung biaya produksl industri manisan pala menu-
rut skala usaha per tahun, yaitu : rumahtangga
Rp 3 510 320, kecil Rp 10 806 814, dan sedang dan besar
Rp 62 582 734 (Tabel 16).
Skala Usaha,
Rumahtangga Kecil Sedang dan Besar
n Tanah Alat
10 24 4
Bangunan Total I I I ............. Rp/tahun .............
:.57 500 69 792 75 000
I 58 140 72 158 158 671
117 750 132 563 148 125
Tabel 16 Biaya Produksi Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha
atan dan Nilai Tambah
Biaya Produksi
Biaya langsung Nilai modal
tetap
T o t a l
Pendapatan industri manisan pala per tahun menurut
skala usaha adalah : rumahtangga Rp 522 985, kecil
Rp 2 892 082, dan sedang dan besar Rp 15 042 266, dan ni-
lai tambah industri manisan pala per tahun menurut skala
usaha adalah : rumahtangga Rp 1 466 737, kecil
Rp 4 395 106, dan sedang dan besar Rp 21 829 766 (Tabel
17).
Pendapatan industri manisan pala pada ketiga skala
usaha mempunyai nilai lebih besar dari no1 (mendapat keun-
tungan) sehingga dapat terus berproduksi.
Kera~aan (Perfortnnrtce) Xndustri Manisan Pala
S k a l a U s a h a
Skala usaha kecil memiliki R-C ratio yang paling
tinggi, yaitu 1.27 (setiap rupiah biaya produksi skala
usaha kecil menghasilkan penerimaan 1.27 rupiah), skala
Rumahtangga n = 10
............... 3 276 930
233 390
3 510 320
K e c i 1 n = 24
Rp/tahun
10 532 301
274 513
10 806 814
Sedang dan Besar n = 4
................ 62 200 938
381 796
62 582 734
Tabel 17 Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha
Skala Usaha I n 1 Pendapatan Nilai Tambah
usaha sedang dan besar memiliki R-C ratio 1.24 (setiap
rupiah biaya produksi skala usaha sedang dan besar mengha-
silkan penerimaap 1.24) rupiah, dan skala usaha rumahtang-
ga memiliki .R-C ratio yang terkecil, yaitu 1.15 (setiap
rupiah biaya produksi skala usaha rumahtangga menghasilkan
penerimaan 1.15 rupiah) . (Tabel 18). Jadi, skala usaha ke-
cil lebih mampu mengalokasikan faktor produksi yang dimi-
liki dalam bentuk biaya produksi sehingga dapat menghasil-
Rumahtangga 10 Kecil 2 4 Sedang dan Besar 4
kan penerimaan dengan R-C ratio yang paling tinggi, kemu-
dian berturut-turut skala usaha sedang dan besar dan skala
522 295 1 466 735 2 892 082 4 395 106 15 042 266 21 829 '766
usaha rumahtangga.
Efisiensi ekonomi terbesar dimiliki skala usaha ru-
mahtangga, yaitu 41.78 (setiap rupiah biaya langsung skala
usaha rumahtangga menghasilkan nilai tambah 41.78 rupiah),
skala usaha kecil memiliki efisiensi ekonomi 40.67 (setiap
rupiah biaya langsung skala usaha kecil menghasilkan nilai
tambah sebesar 40.67 rupiah), dan skala usaha sedang dan
besar memiliki efisiensi ekonomi terendah yaitu 34.88
(setiap rupiah biaya langsung skala usaha sedang dan besar
menghasilkan nilai tambah sebesar 34.88 rupiah) (Tabel
18). Jadi, skala usaha rumahtangga lebih efisien memper-
gunakan input variabel dan tenaga kerja dalam proses
produksi dan alat transportasi dalam pemasaran produk
dibandingkan skala usaha kecil dan sedang dan besar.
Produktivitas tenaga kerja terbesar dimiliki skala
usaha sedang dan besar yaitu Rp 6 496.00/HOK (pencurahan
kerja setiap Hari Orang Kerja skala usaha sedang dan besar
menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 6 496.001, kemudian
skala usaha kecil Rp 5 454.18 (pencurahan kerja setiap
Hari Orang Kerja skala usaha kecil menghasilkan nilai
tambah sebesar Rp 5 454.00), dan yang paling rendah ada-
lah skala usaha rumahtangga Rp 2 769.001HOK (pencurahan
kerja setiap Hari Orang Kerja skala usaha rumahtangga
menghasilkan 2ilai tambah sebesar Rp 2 769.00) (Tabel
18). Hal ini disebabkan upah rata-rata yang diberikan
skala usaha sedang dan besar kepada setiap HOK adalah yang
paling besar yaitu Rp 2 019.751HOK sehingga memberikan
insentif bagi para pekerja, kemudian skala usaha kecil
Rp 1 865.18/HOK, dan yang paling rendah adalah skala usaha
rumahtangga Rp 1 781.671HOK (Tabel 18).
Upah rata-rata skala usaha sedang dan besar adalah
Rp 2 230/HKP, Rp 2 064/HKW, dan Rp 1 974/HKA, skala usaha
kecil Rp 2 021/HKP, Rp 1 7 9 7 / ~ ~ ~ , dan Rp 1 700/HKA, dan
skala usaha rumahtangga Rp 3 000/HKP, Rp 1 350/HKW, dan
Rp 1 700/HKA. Jika dibandingkan dengan upah rata-rata sub
sektor industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau
di Indonesia (Rp 3 672/HKP dan Rp 1 621/HXW), hanya tenaga
kerja wanita pada skala usaha kecil dan sedang dan besar
yang memiliki upah lebih dari upah rata-rata tersebut.
Hal ini disebabkan permintaan terhadap tenaga kerja wanita
pada skala usaha sedang dan besar dan kecil sangat tinggi
karena lebih teliti dan tekun dalam kegiatan mengupas,
mengiris, membentuk, dan membungkus, sehingga upah tenaga
kerja juga lebih tinggi.
Jika dibandingkan dengan upah rata-rata industri
pengolahan di Jawa Barat (Rp 2 976/HKP dan Rp 2 217/HKW),
hanya tenaga kerja pria pada skala usaha rumahtangga yang
melebihi upah rata-rata tersebut. Hal ini disebabkan ska-
la usaha rumahtangga mayoritas mempergunakan tenaga kerja
dalam keluarga'dalam proses produksi, dan tenaga kerja
pria lebih berperan sehingga upah juga lebih tinggi.
Skala usaha industri manisan pala yang memiliki pro-
duktivitas modal tetap tertinggi adalah sedang dan besar
yaitu 57.17 (setiap rupiah nilai modal tetap skala usaha
sedang dan besar memberikan kontribusi 57.17 rupiah kepada
nilai tambah yang dihasilkan), produktivitas modal tetap
skala usaha kecil 16.01 (setiap rupiah nilai modal tetap
skala usaha kecil memberikan kontribusi 16.01 rupiah kepa-
da nilai tambah yang dihasilkan) dan rumahtangga 6.28
(setiap rupiah nilai modal tetap skala usaha rumahtangga
memberikan kontribusi 6.28 rupiah kepada nilai tambah yang
Tabel 18 Keragaan (Performance) ~ndustri Manis- an Pala menurut Skala Usaha
S k a l a U s a h a No. A s p e k
Rumahtangga K e c i 1 Sedang dan Besar n=10 n=24 n=4
1. Volume penjualan produk (Kgftahun)
2. Penerimaan (RpfKg)
3. Biaya Produksi (Rp/Kg)
4. Pemakaian tenaga k e r j a (HOKfKg)
5. Biaya tenaga k e r j a (RpfKg)
6. N i l a i modal t e t a p f R ~ f K 9 )
7. Pendapatan (RpfKg)
9. Keragaan (per- f ormance) :
- R-C r a t i o
- E f i s i e n s i ekonomi ( a )
- Produkt iv i tas tenaga k e r j a
(RPIHOK)
- Upah r a t a - r a t a (RPIHOK)
- Produkt iv i tas modal t e t a p
- I n t e n s i t a s f a k t o r ' produksi
(RpfHOK)
dihasilkan) (Tabel 18). Jadi, semakin besar skala usaha
maka semakin tinggi kontribusi setiap rupiah nilai modal
tetap kepada nilai tambah yang dihasilkan yang disebabkan
semakin besar modal tetap yang dipergunakan dalam proses . .
produksi . Skala usaha industri manisan pala yang memiliki in-
tensitas faktor produksi tertinggi adalah rumahtangga
yaitu Rp 440.59/HOK. Hal ini berarti bahwa dalam proses
produksi, penggunaan satu HOK (Aari Orang Kerja) pada
skala usaha rumahtangga setara dengan modal tetap senilai
Rp 440.59. Skala usaha kecil memiliki intensitas faktor
produksi Rp 340.64/HOK (dalam proses produksi, penggunaan
satu HOK pada skala usaha kecil setara dengan modal tetap
senilai Rp 340.641, dan sedang dan besar Rp 113.63/HOK
(dalam proses'produksi, penggunaan satu HOK pada skala
usaha sedang dan besar setara dengan modal tetap senilai
Rp 113.63) (Tabel 18) . Jadi, semakin besar skala usaha
maka semakin rendah intensitas faktor produksi atau sema-
kin bersifat padat karya (semakin banyak tenaga kerja yang
dipergunakan daripada modal tetap).
Potensi Pengembanean dan Kendala vane dihadaai Industri Mullisan Pala
Dari matriks potensi pengembangan berdasarkan kemam-
puan dalam penyerapan tenaga kerja, menghasilkan nilai
tambah, pendapatan, dan produktivitas tenaga kerja, yang
disajikan pada Tabel 19, bahwa pada industri manisan pala,
Tabel 19 Matriks potensi Pengembangan Industri Manisan Pala
Keterangan :
*) mqmpuny i potensi pengembangan yang pa- ling ba?k
No.
1.
2.
3.
4.
5 .
skala usaha rumahtangga mempunyai potensi pengembangan
terbaik jika bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah,
skala usaha kecil mempunyai potensi pengembangan terbaik
jika bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, dan skala
usaha sedang dan besar mempunyai potensi pengembangan ter-
baik jika bertujuan untuk meningkatkan penyerapan dan pro-
duktivitas tenaga kerja. Jadi, masing-masing skala usaha
mempunyai keunggulan sehingga skala usaha yang mempunyai
potensi terbaik untuk dikembangkan tergantung pada tujuan
yang ingin dicapai.
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri
manisan pala adalah kemampuan manajemen yang rendah (di-
tandai oleh ketidakmampuan pengusaha dalam memasarkan pro-
duk sehingga produk dibeli oleh para pedagang perantara
Kri.ter i a
Nilai Tambah (Rp/Kg)
Pendapatan (Rp/Kg)
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
Intensitas Faktor Produksi (RP/HOK)
Produktivitas Tenaga Kerja (Rp/HOK)
S k a l a U s a h a
Rumahtangga n=10
747.63*)
266.58
531
440.59
2 769.00
K e c i 1 n=24
599.96
394.79*)
813
340.64
5 454.18
Sedang dan Besar n=4
519.68
358.10
3 189*)
113.63*)
6 496.00*)
dan pengadaaan bahan penolong terutama gula) dan kemampuan
modal yang rendah (ditandai oleh penguasaan modal pada ke-
tiga skala usaha di bawah Rp 625 000 yang merupakan klasi-
fikasi industri skala usaha keail).
Pemerintah setempat (dalam ha1 ini pihak Kecamatan
Dramaga) telah berusaha untuk meningkatkan mutu produk de-
ngan pembentukan kelompok (satu kelompok terdiri dari 20
pengusaha) uji mutu dan pemberian label pada produk yang
dihasilkan. Tetapi langkah yang ditempuh pihak kecamatan
tersebut belum mendapat tanggapan dari para pengusaha,
bahkan menganggap ha1 tersebut sebagai tambahan biaya yang
harus dikeluarkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari praktek lapangan yang telah dilakukan, diperoleh
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Industri manisan pala merupakan jenis sentra industri
yang berdasarkan jumlah pekerja dikelompokkan menjadi
skala usaha rumahtangga dengan tiga orang pekerja,
kecil dengan tujuh orang pekerja, dan sedang dan besar
dengan 25 orang pekerja.
2. R-C ratio industri manisan pala yang paling besar di-
miliki skala usaha kecil, kemudian berturut-turut ada-
lah skala usaha sedang dan besar, dan yang paling
rendah adalah skala usaha rumahtangga.
3. Semakin besar skala usaha industri manisan pala maka
semakin rendah pemilikan efisiensi ekonomi dan inten-
sitas faktor produksi.
4 . Semakin besar skala usaha maka semakin tinggi pemilik-
an produktivitas dan upah rata-rata tenaga kerja, dan
produktivitas modal tetap.
5. Skala usaha industri manisan pala yang mempunyai
potensi terbaik untuk dikembangkan di Kabupaten Daerah
~ingkat 11 Bogor tergantung pada tujuan yang ingin
dicapai, yaitu skala usaha rumahtangga untuk mening-
katkan nilai tambah, skala usaha kecil untuk mening-
katkan pendapatan, dan skala usaha sedang dan besar
untuk meningkatkan penyerapan dan produktivitas tenaga
kerja.
6. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan in-
dustri manisan pala adalah kemampuan manajemen dan
penguasaan modal yang rendah, dan perbedaan tujuan an-
tara pemerintah setempat dengan pengusaha.
Melihat masing-masing skala usaha industri manisan
pala mempunyai potensi pengembangan terbaik maka
pengembangan industri manisan pala di Kabupaten Daerah
Tingkat I1 Bogor disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Dibutuhkan peningkatan peranan koparasi sebagai lem-
baga pemerintah yang terdapat di desa, terutama dalam
penyediaan gula dan pemasaran produk (menggantikan peranan
pedagang perantara) . Agar tujuan pemerintah setempat dan pengusaha dapat
sejalan, maka diperlukan penyampaian informasi yang lebih
baik dan lebih jelas dari pihak pemerintah setempat kepada
para pengusaha industri manisah pala.
Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor. 1990. Produk Domestik Re- gional Bruto (PDRB) Kabupaten Bogor Tahun 1984-1989. Cabang Perwakilan Biro Pusat Statistik. Kantor Sta- tistik Kabupaten Bogor.
Biro Pusat Statistik. 1991. ~tatistika Indonesia 1990.
Bishop, C. E., and W. D. Toussaint. 1964. Agricultural Economic Analysis. John Willey and Sons, Inc. New Y ork .
Boulding, K. E. 1955. Economic Analysis. Harper and Brothers. New York.
Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor. 1992. Data Sentra Industri Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor Ta- hun 1991. Bogor.
Daniati, E. 1990. Keragaan Industri Kecil dan Rumah Tangga Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bandung. Skripsi. Program Studi Ekonami Pertanian dan Sumberdaya. Ju- rusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Direktorat ~enderal Industri Kecil. 1989. Program Pe- ngembangan.1ndustri Pedesaan di Indonesia, Departemen Perindustrian. Jakarta.
Doll, J. P., and F. Orazem. 1984. Production Economics Theory with Applications. John Willey and Sons, Inc. New York.
Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hidayati, E. S. 1992. Analisa Ef isiensi Ekonomi dan Ke- ragaan Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Ci- anjur, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmtl-ilmu Sosi- a1 Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, 1nstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Irawan dan Suparmoko. 1988. Ekonomi Pembangunan. Liber- ty. Yogyakarta.
Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat. 1991. Penduduk Ja- wa Barat Hasil Sensus Penduduk 1990.
Kuswartoyo, T. 1989. Kebijaksanaan Perwilayahan Industri dan Aglomerasi Industrialisasi Pedesaan di Jawa Barat. Makalah Disampaikan pada Simposium Industri- alisasi Pedesaan 18-19 Desember 1989. Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Mandagi, J. W. P. Mengkaji Sumber-sumber Pembanqunan Me- nuju Tahapan Lepas Landas di Wilayah Sulawesi Utara. Makalah Disampaikan pada Simposium Indusitrialisasi Pedesaan 18-19 Desember 1989. Pusat Studi Pembangun- an Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Rahardjo, M. D. 1986. Transformasi Pertanian, Industri- alisasi, dan Kesempatan Kerja. UI-Press. Jakarta.
Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga Tanaman Pala. Penebar Swadaya. Jakarta.
Saleh, I. A. 1986. Industri Kecil, Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. LP3ES. Jakarta.
Simatupang, P. 1990. Penelitian Menunjang Pengembangan Agroindustri di Indonesia. Pembahasan dan Penyusunan Program Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian, Sukabumi, '18-20 Juni 1990. Badan Penelitian dan Pe- ngembangari.pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.
., E. Pasandaran, F. Kasryno, dan A. Zulham. 1990. Agroindustri Faktor Penunjang Pembangunan Per- tanian di Indonesia. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Bidang Penelitian dan Pengembangan Pertanian, De- partemen Pertanian. Bogor.
Soekartawi, A. Soeharjo, J. L. Dillon, dan J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengem- bangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.
Sumodiningrat, G., dan M. Kuncoro. 1990. Strategi Pemba- ngunan Pertanian dan Industri : Mencari Pola Simbio- sis. Dalam Prisma No. 2, Tahun XIX. LP3ES. Jakar- ta.
Tambunan, M. 1989. Industrialisasi Pedesaan (IP) dalam Perspektif Ekonomi Nasional. Makalah Disampaikan pa- da Simposium Industrialisasi Pedesaan 18-19 Desember 1989. Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
. 1992. Industrialisasi Pedesaan dalam Pemba- ngunan Jangka Panjang (PJP 11). Pusat Studi Pemba-
, ngunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Voerman, C. M. 1989. Analisis Pendapatan Usaha Industri Kecil Manisan Pala (Studi Kasus pada Sentra Industri Kecil Manisan Pala Desa Dramaga, Kec. Ciomas, Kab. Bogor). Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
White, B. 1989. Agroindustri, Industrialisasi Pedesaan, dan Transformasi Pedesaan. Makalah Disampaikan pada Simposium Industrialisasi Pedesaan 18-19 Desember 1989. Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
T a b e l Lampiran 1 Data Identitas Responden In- dustri Rumahtangga
T a b e l Lampiran z Data Identitas Responden In- dustri Sedang dan Besar
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur
tahun
65 50 75 60 50 45 55 36 48 49
Partisipasi d a l a Pererintahan Desa
1 2 3 4
No
Alamat
RIP/RW
06/02 07/03 07/03 07/03 10/03 10/03 10/03 10/03 11/04 12/04
Alamat Umur
tahun
33 40 42 39
Pendi- dikan
- SD - - SD SD SD SD SD SD
Partisipasi dalar Pererintahan Desa
- - - - - - - - - -
J d a h Tanggungan
orang
3 4 3 2 5 2 5 6 6 6
Pendi- dikan
RT/RW
07/03 09/03 11/04 11/04
Keanggotaan dalam KUD
- - biasa -
- biasa -
- - -
Jurlah Tanggungan
SHP SD
S W SD
Xeanggotaan dalam KUD
orang
5 6 3 6
biasa - biasa biasa
Tabel Lampiran 3 Data Identitas Responden In- dustri Kecil
07/03 SD 07/03 - 07/03 SD 07/03 - 07/03 SD 10103 SPO 10/03 SUP 10/03 SD 10/03 SD 10/03 SD 10103 SD 10/03 SD 10/03 SUP 10/03 - 10/03 SD 10/03 SD 10/03 SUA 11/04 - 11/04 SD 12/04 SD 12/04 SD 13/04 SD 13/04 - 13/04 SD
orang
Keanggotaan Partisipani dalan dalam Parerintahan D e s a t-
biasa - - - -
biasa - - - -
biasa -
biasa biana - biasa biana - biasa -
- biasa biana -
- - - - - - - - - - - -
Sekretarix R T l O - - -
Ka. Eansip Desa - Anggota Eansip -
- - - -
Tabel Lampiran 4 Data Keadaan Responden Indua- tri Rumahtangga
Pekerjaan Status 7: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1977 1978 1971 1973 1978 1976 1985 1991 1972 1980
- - - - - - - -
karpauan Xetua R!l'
orang
4 4 2 4 3 2 4 3 4 4
Jumlah pekerja
- pedagang pedagang petani pedagang - pegawai kenek karyawan supir
=P =P =P =P =P =P -P =P t p mp
Pemasarar
Keterangan :
400 635 360 400 320 360 260 390 380 400
mp = mata pencaharian tp = tambahan penghaailan pp = pedagang perantara
PP Bogor
PP PP PP
Jakar ta PP
Jakar ta PP PP
Tabel Lampiran 5 Data Xeadaan Responaen Indus- tri Bedang dan Besar
Didi- Pekerjaan Pekerjaan Status ["[rikanl sebelumnTa / lain 1 industrj
1
2
Jumlah pekerja Pemasaran I I
3 4
1987
1989
Ciawi, Puncak,
Jakarta Jakar ta
Cianjur,
,
1989 1980
Keterangan :
mp = mata pencaharian
orang
pedagang
supi r
HOK
supir pedagang
-
- mP
mP
- - mP mP
Tabel Lampiran 6 Data Xeadaan Responden Indus- tri Kecil
Pekerjaan Pekerjaan Status Jumlah Pemasaran sebelurnpa I lain 1 indus t r i I I pedag-g pedagang - pedagang
supir gum - supir
pedagang karpawan
supir buruh
~edagang pedag-g
supir
karpawan kaqawan pedagang hansip ~edagang - pedagang hansip
buruh - - - 12~1198~ 1 bt* 1 I 1 23 1976 24 1991 supir supir
I
Keterangan :
orang
7 11 6 8 8 10 7 8 7 7 8 7 7 6 11.
9 8 6 7 6 9
7 7 7
mp = mata pencaharian tp = tambahan penghasilan pp = pedagang perantara
EOK 1 810 905 900 860 445 840 325 375 540 530
2 200 820 490 590
1 360
725 405 405 490 870
1 020
9 50 940
1 220
PP Bogor PP PP
Bogor Bogor PP
~ o g o r PP PP PP
Bogor Bogor
PP Bogor,
Jakar ta Bogor Bogor PP
Bogor PP
Jakarta, Tangerang
PP PP PP
Tabel Lampiran 7 Data Biaya Langsung Responden Industri Rumahtangga
Tabel Lampiran 8 Data Biaya Langsung Responden Industri Sedang dan Besar
Yo
1 2 3
4
Biaya Anakut
Rpltahm
1 500 000 1 250 000 2 500 000 3 250 000
B i a y a V a r i a b a l B i n y e T e n s g o K e r j e
Wan baku J u m I a h Q l r m keiwrgn bahan penolong L w r kelusrgo
-
J u m I a h
84 846 250 29 960 000 38 602 500 59 745 000
I I
....................................+.. I
......................................... 10 000 000 3 500 000 3 750 000 7 500 000
7 925 000 5 900 000 5 275 000 8 050 000
825 000 400 000 750 000
3 650 000
74 846 250 26 460 000 34 852 500 52 450 000
7 100 000 5 500 000 4 525 000 4 400 000
Tabel Lampiran 9 Data Biaya Langsung Responden Industri Xecil ,
Yo
2 100 000 662 000 200 000
400 000 400 000
1 200 000 550 000 625 000 400 000
500 000 200 000 500 000 650 000 500 000
2 200 000
400 000 525 000 575 000
1 050 000 600 000
450 000
I
I
800 000 m 000 950 000 530 000 500 000 240 000 187 500
1 750 000 800 000
2 150 000 1 600 000 525 000 600 000 a 0 000 490 000
375 000 687 500 175 000
1 400 000
1 050 000 1 300 000 1 050 000 2 450 000
B i a y a V a r i a b e L
........................................ Rp/tohm .......................................
-
Biaya Angkut
bahan baku
B i a y a T e n a g a K e r j a
I I
bahan penolcfq J u m I a h J u m L a h dalarn kcluarga
I I
Luar keluarga
Tabel Lampiran 10 Data Nilai Modal Tetap Res- ponden Industri Rumahtangga
Tabel Lampiran 11 Data Nilai Modal Tetap Res- ponden Industri Sedang dan Besar
Tabel Lampiran 12 Data ~ i l a i nodal Tetap Res- ponden Industri Kecil
Tabel Lampiran 13 Data Penerimaan Responden In- dustri R-htangga
Tabel Lampiran 14 Data Penerimaan Responden In- dustri Bedang dan Besar .
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Manisan pala kering
...-.-.............. 2 437 500 5 000 000 1 575 000 2 125 000 5 250 000 3 487 500 2 700 000 3 750 000 4 750 000 5 000 000
Jumlah
...................... 110 575 000
55 545 000 57 475 000 86 900 000
No
1 2 3 4
Manisan pala basah
1 9 5 0 000 - 1 050 000
850 000 - - - - - -
Wanisan pala kerinq
...................... 92 500 000 5 0 000 000 56 875 000 8 1 000 000
Biji pala kering
Rpltahun
16 000 5 0 000 25 000 25 000 50 000 25 000 2 1 250 25 000 50 000 50 000
Xanisan pala basah
16 875 000 5 000 000 - 5 000 000
cempra
..................... 3 800
10 000 5 000 5 000
10 000 5 000 7 000 5 000
10 000 10 000
Jumlah
4 407 300 5 060 000 2 655 000 3 050 000 5 310 000 3 517 500 2 728 250 3 780 000 4 810 000 5 060 000
Biji pala kering
Rpltahun
1 000 000 450 000 500 000 750 000
200 000 100 000 100 000 150 000
Tabel Lampiran 15 Data Peneriaaan Responden In- dustri Kecil
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 0 11 12 1 3 14 1 5 1 6 17 1 8 1 9 2 0 2 1 22 23 24
ani is an pala kering
..................... 5 000 000
22 000 000 16 500 000 19 800 000 1 0 250 000
5 625 000 5 550 000 5 625 000
14 250 000 9 000 000
2 8 050 500 22 500 000 17 325 000
9 250 000 22 550 000 11 000 000
7 525 000 10 000 000
6 750 000 15 000 000' 22 500 000
9 500 000 11 400 000 12 187 500
Manisan pala basah
1 5 0 0 000 - - - - - - - - - - - 400 000
1 000 000 - - - - 1 125 000 - - 2 437 500 - -
Biji pala kering
Rpltahun
50 000 200 000 105 000 120 000
90 000 50 000 60 000 35 000
150 000 50 000
255 000 250 .000 105 000 100 000 135 000
75 000 50 000
150 000 50 000
135 000 160 000
80 000 80 000 90 000
cempra
1 0 000 40 000 27 000 30 000 19 500 1 0 000 1 0 200
8 500 30 000
8 500 59 100 5 0 000 30 000 20 000 29 250 15 000 1 0 000 15 000 1 0 000 30 000 32 000 i7 000 18 000 19 500
Jumlah
..................... 6 560 000
22 240 000 16 560 000 19 950 000 10 359 500
5 685 000 5 620 200 5 668 500
14 430 000 9 058 500
28 364 100 22 800 000 17 860 000 10 370 000 22 714 250 11 090 000
7 585 000 10 165 000
7 935 000 15 165 000 22 692 000 12 034 500 11 498 000 12 297 000
Tabel Lampiran 16 Contoh Perhitungan
W m Pengusaha : mi Skala Usaha : Runohtangaa
1. Peneriman (Rp/tohm) = (a) + (b) + ( c ) + (d) : 4 407 300 a. Manisan pala kering (Rpltahm) : 2 437 500 b. Manisan pala basah (Rp/tahm) : 1 950 000 c. B i j i pals kering (Rpltahm) : 16 WO d. C q r a (Rp/tahm) 3 800
3. Biaya produksi (Rp/tahm) = (e) + (f) + (9) + (h) : 2 984 117 e. Biaya variebel (Rp/tahm) : 1 679 550 f. Biaya angkut (Rp/tahm) 9. Biaya tenaga kerja (Rpltahm) : 1 000 000 h. Wilai nodal tetap (Rpltahm) : 304 567
4. Pendapatan : - (Rp/tahm) = (1) - (3) : 1423183
5. Biaya produksi d i Luar biaya tmaga kerja (Rp/tahm) = (3) - (9) : 1 984 117
6. Y i la i t h h : - (Rp/tahm) = (1) - (5) : 2423183
(1) 7. R-C ra t i o = -
',(3)
(6) 8. Efisiensi ek-i ( X ) = - x 100 X
(3)
9. Junlah tmaga kerja (HOYltahm)
(6) 10. Produktivitas tenaga kerja (Rp/tahm) = -
( 9 )
(6) 11. Produktivitas nodal tetap = -
(h)
(h) 12. lntensitas faktor produksi (RpIHOK) = -
( 9 )
(g) 13. Upah rata-rata (RplHOY) = -- : . 2 500
(9) I
Skala 1 : 6 000 Desa Sinarsari /
Gambar Lampiran 1 Peta Desa Dramaga -
top related