PERBANDINGAN KERAGAAN ( PERFORMANCE ) INDUSTRI MANISAN PALA MENURUT SKALA USAHA Dl DESA DRANIAGA. KEGAMATAN DWAMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh SONNY LlSTON PANGARIBUAN A 22.0220 JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANlAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN EOFOR 1992
86
Embed
Perbandingan Keragaan (Performance) Industri Manisan …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/30865/A92slp.pdf · perbandingan keragaan ( performance ) industri manisan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERBANDINGAN KERAGAAN ( PERFORMANCE ) INDUSTRI MANISAN PALA MENURUT SKALA USAHA Dl DESA
DRANIAGA. KEGAMATAN DWAMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
fonnance) Industri Manisan Pala Menurut Skala Usaha di Desa Dra-
maga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Diba-
wah bimbingan MANGARA TAMBUNAN).
Industri manisan pala merupakan salah satu agroindustri yang mengolah hasil
pertanian sebagai bahan baku @uah pala masak) yang berlokasi di pedesaan (idus-
txialisasi pedesaan).
Untuk m e l h a k a n industrialisasi pedesaan, perlu diiakukan pernilihan ska-
la usaha agroindustri yang sesuai untuk dikembangkan dengan membandingkan
ketiga skda usaha (rumahtangga, kecil, dan sedang dan besar) dalam hal keragaan
(efisiensi dan produktivitas) sehingga dapat diestimasi skala usaha yang mempunyai
potensi terbaik untuk diiembangkan.
Tujuan praktek lapangan adalah untuk melihat dan mengetahui secara lang-
sung keadaan industri manisan pala, rnenganalisis dan membandingkan keragaan
(efisiensi dan produktivitas) industri manisan pala menurut skala usaha, dan menga-
nalisis dan mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan
industri manisan pala di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.
Kegunaan praktek lapangan adalah memberikan informasi mengenai kera-
gaan (efisiensi dan produktivitas) masiog-masing skala usaha dan kendala-kendala
yang dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala, sebagai pertimbangan da-
lam pengembangan industri manisan pala bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dan
sebagai keterangan awal atau pembandiig bagi penelitian-penelitian lain yang berhu-
bungan dengan industri manisan pala.
Hipotesa yang diuji adalah : semakin besar skala usaha industri manisan pala
maka semakin tinggi keragaan atau pegomwlce (R-C rufio, efisiensi ekonomi, upah
rata-rata, produktivitas tenaga kerja dan modal tetap, dan intensitas faktor produksi),
clan skala usaha industri manisan pala yang mempunyai potensi terbaik untuk dikem-
bangkan di Kabupaten Daerah Tigkat 11 Bogor adalah skala usaha sedang dan besai.
Responden yang dipilih sebagai contoh dengan metode sensus adalah 38
pengusaha industri manisan pala yang terdii dari 10 pengusaha industri rumahtang-
ga, 24 pengusaha industri kecil, dan empat pengusaha industri sedang d m besar.
Industri manisan pala merupakan jenis sentra industri yang berdasarkan jum-
lah pekerja dikelompokkan menjadi skala usaha rumahtangga dengan tiga orang
peke rja, kecil dengan tujuh orang peke rja, dan sedang dan besar dengan 25 orang
pekerja.
R-C ratio industri manisan pala yang paling besar dirnililri skala usaha kecil,
kemudian berturut-turut adalah skala usaha sedang dan besar, dan ymg paling ren-
dah adalah skala usaha rumahtangga.
Semakin besar skala usaha industri manisan pala maka semakin rendah pemi-
likan efisiensi ekonomi dan intensitas faktor produksi.
Semakin besar skala usaha maka semakin tinggi pemilikan produktivitas dan
upah rata-rata tenaga kerja, dan produktivitas modal tetap.
Skala usaha industri manisan pala yang mempunyai potensi terbaik untuk di-
kembangkan di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor tergantung pada tujuan yang
ingin dicapai, yaitu skala usaha rumahtangga untuk meningkatkan nilai tambah, kecil
untuk meningkatkan pendapatan, dan sedang dan besar untuk meningkatkan penye-
rapan dan produktivitas tenaga kerja.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala
adalah kemampuan manajemen dan penguasaan modal yang rendah, dan perbedaan
tujuan antara p e m e ~ t a h setempat dengan pengusaha.
Melihat masing-masing skala usaha mempunyai potensi pengembangan terba-
ik, maka pengembangan industri manisan pala di Kabupaten Daerab Tingkat II Bo-
gor disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dibutuhkan peningkatan peranan koperasi sebagai lemhaga pemerintah yang
terdapat di desa, terutarna dalam penyediaan gula dan pemasaran produk (menggan-
tikan peranan pdagang perantara).
Agar tujuan pemerintah setempat dan pengusaha dapat sejalan, maka diperlu-
kan penyampaian informasi yang lebih baik dan lebih jelas dari pihak pemerintah
setempat kepada para pengusaha industri manisan pala.
PERBANDINGAN KERAGAAN (PERFORMWC INDUSTRI a MANEAN PALA MENURUT SKALA USAHA I DESA DRAMAGA, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN
BOGOR, JAWA BARAT
Oleh :
SONNY LISTON PANGARIBUAN
A 22.0220
S K R I P S I
Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANXAN
P A D A
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKUETAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 9 9 2
P E R N Y A T A A N
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SRIPSI IN1 BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG
BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH
PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, 30 Se tember 1992 9
sonny ~isgon Pangaribuan
NRP. A 22.0220
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : PERBANDINGAN KERAGAAN (PERFORHAI?CE) IN- DUSTRI MAHISAN PALA MENURUT SKALA USAHA DI DESA DRAMAGA, KECAMATAN D m G A , KA- BUPATEH BOGOR, JAWA BARAT
Nama Mahasiswa : Sonny Liston Pangaribuan
N R P : A 22.0220
Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya
DITERIMA SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR
SARJANA PERTANIAN
Bogor, 30 September 1992
Xengetahui : Menyetujui :
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Mangara Tambunan
NIP. 130 345 010
Penulis dilahirkan di Perdagangan, Kabupateu Simalunyn, Sumatera
Utara pada tanggal 10 Maret 1967 dari Ayah Jones S. Pangaribuan dan Ihu
Anna Th. Hutapea.
Pada tahun 1979, lulus dari Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Kristen
"WUAYA" Jakarta, tahun 1982 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Yayasan
Pendidikan Kristen "WIJAYAn Jakarta, dan tahun 1985 lulus dari Sekolah
Menengah Atas Negeri 32 Jakarta.
Diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1985 melalui Seleksi
Penenmaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru), tahun 1987 memili Program Studi
Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, dan tahun 1992 dinyatakan lulus pada sidang
ujian tanggal 30 September 1992.
Dalam rangka perencanaan dan pembuatan skripsi ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini menyampaikan ucapan
terima kasih pang tidak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Wangara Tambunan, selaku dosen pembim-
bing dan penguji.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro dan Bapak Ir. Hermanto
Siregar, M. Xc., selaku dosen penguji.
3. Prof. Dr. Ir. Rudolf sinaga dan Bapak Ir. T. Hana-
fiah, M. D.
4. Kepala Pemerintahan Kecamatan dan Desa Dramaga.
7. staf pengajar dan pegawai, dan rekan-rekan di Jurusan
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
8. Para sahabat.
Bogor, 30 September 1992
I
Sonny Liston Pangaribuan
NRP. A 22.0220
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena berkat Kasih dan
Penyertaanhlya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
"PERBANDINGAN =RAGAAN (PERFORMANCE) INDUSTRI
MANISAN PALA MENURUT SKALA USAEL4 DI DESA DRAMAGA,
KECAMATAN DRAMAGA, KABWATEN BOGOR, JAWA BARAT"
ini, yang merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Perta-
nian pada Jurusan Dmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogoc
Penulii menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehiigga kritik dan saran yang mernbangun sangat diharapan dari berbagai
pihak guna perbaikan pada turban-tulin lebii lanjut.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, 30 September 1992
sonny s is ton Pangaribuan
NRP. A 22.0220
DAPTAR TABEL .................................... DAFTAR GAMBAR ................................... PFNDAWLUAN .....................................
Latar Belakang .............................. Perumusan Hasalah .......................... Tujuan dan Kegunaan Praktek Lapangan .......
KERANGKA PEEIIKIRAN .............................. Sektor Industri dalam Konsep Industrialisasi .............................. Pedesaan
........ Keragaan (Performance) Agroindustri
Biaya Produksi ............................. Intensitas Faktor Produksi ................. Produk dan Penerimaan ....................... Pendapatan dan Hilai Tambah ................ Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Pengem-
METODE PRAKTEK LAPANGAN ......................... Waktu dan Lokasi Praktek Lapangan .......... Penarikan Contoh ........................... Pengumpulan Data ........................... Analisis Data .............................. Penqujian Hipotesa dan ~enarikan Kesimpulan
Halaman
ix
xii
........... GAHBARAN UMUM L O W 1 PRAKTEK LAPANGAN
Keadaan Umum Desa Dramaga .................. Keadaan Alam .......................... Keadaan Penduduk ...................... Keadaan Pertanian ..................... Keadaan Industri Hanisan Pala .........
Keadaan Responden (Pengusaha Industri Uanis- .............................. an Pala)
................... Identitas Responden
... Proses dan Pamasaran Hasil Produksi
KASIL DAN PEWBAEASAN ............................ Jenis dan Skala Usaha ...................... Produk dan ~enerimaan ...................... Biaya Produksi ............................. ~endapatan.dan Hilai Tambah ................ Keragaan (Performance) Industri Uanisan Pala
Potensi Pengembangan dan Kendala yang Diha- dapi Industri Uanisan Pala ...........
KESIMPULAH DAN SARAN ............................. Kesimpulan ................................. saran ......................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................
viii
26
26
26
26
29
30
Halaman
Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang Terserap pada Sektor Industri di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor ................... Sumbangan Industri Pengolahan menurut Skala Usaha terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor Tahun 1984-1989 Atas Dasar Harga Ber- laku ...................................... Hatiks Potensi Pengembangan Agroindustri
Jumlah Penduduk Desa Dramaga Menurut Umur dan Jenis Kelamin ......................... Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Mata Pencaharian ............................... Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Ting- kat Pendidikan ............................ Luas dan Hasil Pemanfaatan Areal Pertanian di Desa dranaga ........................... Tempat Tinggal Respondan menurut Skala Usaha ..................................... Penerimaan Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ............................... Biaya Variabel Industri Manisan Pala menu- rut Skala Usaha ........................... Biaya Angkut Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ............................... Jumlah Tenaga Kerja Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha ....................... Struktur Biaya Tenaga Kerja Industri Manis- ...... an Pala menurut Skala Usaha ;........ Biaya Langsung Industri Manisan Pala menu- rut Skala Usaha ...........................
15. Nilai Modal eta^ Industri Manisan Pala me- nurut Skala Usaha .........................
16. Biaya Produksi Industri Manisan Pala menu- rut Skala Usaha ...........................
17. Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Manis- an Pala menurut Skala Usaha ...............
18. Keragaan (Performance) Industri Manisan Pa- la menurut Skala Usaha ....................
19. Matriks Potensi Pengembangan Industri Ma- nisan Pala ................................
1. Data Identitas Responden Industri Rumah- tangga ....................................
2. Data Identitas Responden Industri Sedang dan Besar .................................
3. Data Identitas Responden Industri Kecil ... 4. Data Keadaan Responden Industri Rumahtangga
5. Data Keadaan Responden Industri Sedang dan Besar .....................................
6. Data Xeadaan Responden Industri Xecil ..... 7. Data Biaya Langsung Responden Industri Ru-
mahtangga ................................. 8. Data Biaya Langsung Responden Industri Be-
dang dan Besar ............................ 9. Data Biaya Langsung Responden ~ndustri
Xecil ...................................... lo. Data Nilai Modal Tetap Responden Industri
Rumahtangga ............................... 11. Data Nilai Modal Tetap Responden Industri
Sedang dan Besar ..........................
12. Data Nilai nodal Tetap Responden Industri Kecil .....................................
13. Data Penerimaan Responden 1ndustr.i Rumah- tangga ....................................
1 Data Penerimaan Responden Industri Sedang dan Besar .................................
15. Data Penerimaan Responden Industri Kecil .. 16. Contoh Perhitungan ........................
Momor Teks
1. Skema Hasil Olahan Bagian Buah Pala ....... 2. Xurva Isoquant Pemakaian Hodal dan Tenaga
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) mengamanatkan
bahwa untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang dalam
meletakkan Landasan pembangunan ekonomi yang kuat menje-
lang era tinggal landas (pada Pelita VI) dimana terdapat
kemampuan dan kekuatan sektor industri yang maju didukung
kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, pada Peli-
ta V prioritas dititikberatkan pada :
a. sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan
dan meningkatkan produksi pertanian .l,ain, dan
b. sektor industri, khususnya industri yang menghasilkan
komoditi ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga
kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan indus-
tri yang dapat menghasilkan roesin-mesin industri.
Pada Pelita V sektor industri berkembang secara man-
tap dan tumbuh dengan lebih dari 12 persen dan peningkatan
produksi sektor pertanian sebesar 2.8 persen . Jumlah penduduk ~ndonesia terus meninqkat yaitu 90
juta orang (tahun 1961), 119 juta orang (tahun 1971) , 147
juta orang (tahun 1980) , dan 179 juta orang (tahun 1990) . Hal ini juga menunjukkan pertambahan angkatan kerja.
l) Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Repu- blik Indonesia, 16 Agustus 1991.
Menurut urutan dunia, dengan jumlah penduduk sebesar 179
juta orang (tahun 1990) dan laju pertumbuhan 1.97 persen
per tahun (tahun 1980-1990), Indonesia menempati urutan
kelima setelah Cina, India, Rusia, dan Amerika Serikat
(Biro Pusat Statistik, 1991).
Bertolak dari kenyataan bahwa industri dan penduduk
negara berkembang di Asia (Indonesia, India, Malaysia, dan
.Philipha) terkonsentrasi di pedesaan dan pertanian (Tam-
bunan, 1992), maka industri yang perlu dikembangkan adalah
yang berlokasi di pedesaan (industrialisasi pedesaan).
Pengembangan industrialisasi pedesaan akan mendorong
perluasan dan pemerataan kesempatan kerja, peningkatan ni-
lai ekspor dan nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja,
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup ma-
syarakat pedesaan dan petani (Direktorat Jenderal Industri
Kecil, 1989).
Menurut Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah
Tingkat I1 Bogor, tahun 1991 di Kabupaten Daerah Tingkat
I1 Bogor terdapat 6 372 unit usaha industri yang terkelom-
pok ke dalam lima kategori utama, yaitu : industri pa-
ngan, sandang dan kulit, bahan bangunan, kerajinan umum,
dan industri logam, yang mampu menyerap 16 257 orang
tenaga kerja (Tabel 1) . Salah satu industri pangan (pengolahan hasil pertani-
an) adalah industri manisan pala yang memiliki kegiatan
mengolah buah pala (Myristica sp.) sebagai bahan baku
untuk menghasilkan produk-produk seperti yang disajikan
pada Gambar 1.
Tabel 1 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang Terserap pada Sektor Industri di Kabu- paten Daerah Tingkat I1 Bogor
J u m l a h No. Kategori jenis industri
Unit Usaha Tenaga Kerja
buah orang
1. Industri pangan 1 335 2 805 2. Industri sandang dan kulit 1 025 4 072 3. Industri bahan bangunan 712 2 846 4. Industri kerajinan umum 2 300 4 709 5. Industri logam 1 000 1 825
T o t a l 6 372 16 257
Sumber : diolah dari hasil data sentra industri Kabupaten Bogor tahun 1991. Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah :~ingkat I1 Bogor (1992).
Diolah i a d i D a ~ a t membanaun
maniean .......... i n d u s t r i fruit sa lade ..... i n d u s t r i
. Daging buah s i m p ............ i n d u s t r i 'elli ............ i n d u s t r i i( e m .............. i n d u s t r i chutney .......... i n d u e t r i
...... P u l i 1- minyak f u l i i n d u s t r i ....... I ..... bungkilnya i n d u e t r i
o l eo res in ;... i n d u e t r i mentega f u l i ..... i n d u e t r i
..................... . B i j i t Tempurung i n d u s t r i
makanan makanan makanan makanan makanan makanan
makanan pakan makanan
kosmetik
..... ...... minyak pala i n d u s t r i makanan i n d u s t r i makban
o leores in ....... i n d u e t r i makanan menteaa ~ a l a .... i n d u s t r i koemetik
Sumber : Rismunandar (1990).
Gambar 1 Skema Hasil Olahan Bagian Buah Pala
Perurnusan Masalah
Agar sektor pertanian dan industri secara berkesinam-
bungan dapat mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan
kerja, peningkatan nilai tambah, dan penyerapan tenaga
kerja sehingga meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
masyarakat pedesaan (Direktorat Jenderal Industri Kecil,
1989), maka diversifikasi perekonomian dalam bentuk agro-
industri yang mendukung industrialisasi pedesaan merupakan
keharusan untuk dilaksanakan (Simatupang, 1990).
Industri kecil dan rumahtangga memberikan sumbangan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Daerah Tingkat I1 Bogor pada industri pengolahan yang le-
bih kecil daripada industri sedang dan besar (Tabel 2).
Hal ini berhFungan dengan efisiensi dan produktivitas.
Oleh sebab itu,.perlu penelaahan dengan membandingkan ke-
ragaan (efisiensi dan produktivitas) skala usaha rumah-
tangga, kecil, dan sedang dan besar tersebut dan meng-
identifikasi keqdala-kendala yang dihadapi, sehingqa dapat
diestimasi skala usaha yang berpotensi untuk dikembangkan.
Tuiuan dan Keeunaan Praktek La~anean
Tujuan praktek lapangan ini terbagi menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum adalah untuk melihat dan mengetahui se-
cara langsung keadaan industri manisan pala.
Tabel 2 Sumbangan Industri Pengolahan menurut Skala Usaha terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor Tahun 1984-1989 Atas Dasar Harga Berlaku
Skala Usaha Industri Pengolahan Tahun
Sedang dan Besar Keoil dan Rumah Tangga
............... juta rupiah ...............
Keterangan :
- angka di dalam kurung ) menunjukkan pelsen laju pertumbuhan
- *) angka sementara
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daarah (Bappeda) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor (1990) .
Tujuan khusus adalah :
a. menganalisis dan membandingkan keragaan (efisiensi
dan produktivitas) industri manisan pala menurut skala
usaha, dan
b. menganalisis dan mengidentifikasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala di
Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.
Kegunaan praktek lapangan ini adalah :
a. memberikan informasi mengenai keragaan (efisiensi dan
produktivitas) masing-maeing ekala usaha dan kendala-
kendala yang dihadapi dalam pongembangan industri ma-
nisan pala,
b. sebagai pertimbangan dalam pengembangan industri ma-
nisan pala bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dan
c. sebagai keterangan awal dan atau pembanding bagi pene-
litian-penelitian lain yang berhubungan dengan indus-
tri manisan pala.
~ektor Industri dalam Konseo Industrialisasi Pedesaan
Berdasarkan jumlah pekerja, skala usaha sektor indus-
tri dikategorikan menjadi tiga kelompok (Biro Pusat Sta-
tistik, 1991), yaitu :
a. industri rumahtangga dengan 1-4 orang pekerja,
b. industri kecil dengan 5-19 orang pekerja, dan
c. industri sedang dan besar dengan lebih dari atau sama
dengan 20 orang pekerja.
Menurut kenyataan bahwa sebagian besar penduduk Indo-
nesia tinggal di pedesaan maka pengembangan ketiga katego-
ri sektor industri tersebut tidak terlepas dari konsep in-
dustrialisasi pedesaan yang berdasarkan kerangka pemikiran
Kuswartojo (1989), Mandagi (19891, Tambunan (1989), dan
White (1989), didefinisikan sebagai alat untuk mencapai
pembangunan pedesaan yang diselenggarakan dengan teknik,
cara, dan pola kerja pedesaan untuk menggerakkan pertum-
buhan ekonomi, meningkatkan daya serap tenaga kerja, dan
mengurangi jumlah penduduk miskin di pedesaan dengan me-
ngembangkan aktivitas-aktivitas ekonomi yang produktif da-
naga kerja dan modal tetap, dan intensitas faktor pro-
duksi), dan
b. Skala usaha industri manisan pala yang mempunyai po-
tensi terbaik untuk dikembangkan di Kabupaten Daerah
Tingkat I1 Bogor adalah skala usaha sedang dan besar.
METODE PRAKTEK LAPANGAN
Waktu dan Z,nkasi Prnktek La~anean
Praktek lapangan dilaksanakan tanggal 15 Juli 1992
sampai tanggal 3 gustu us 1992 di Desa Dramaga, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.
Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive
technical sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa indus-
tri manisan pala terbesar di Kabupaten Bogor adalah di De-
sa Dramaga yaitu 45 unit usaha (menurut Kantor Kecamatan
Dramaga) dibandingkan 88 unit usaha di Kabupaten Bogor
(menurut Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor).
Penarikan Contoh
Dari 45 u+t usaha industri manisan pala tersebut, 38
unit usaha kontinu berproduksi sepanjang tahun dan tujuh
unit usaha bersifat musiman yang hanya berproduksi pada
saat liburan dan hari raya.
Dari 38 unit usaha yang kontinu berproduksi sepanjang
tahun tersebut, semua dijadikan responden (metode sensus)
yang terbagi menurut skala usaha , yaitu 1 0 unit usaha
skala usaha rumahtangga, 24 unit usaha skala usaha kecil,
dan empat unit usaha skala usaha sedang dan besar.
Pengunladan Data . ;.
Data-data yang dikumpulkan dalam praktek lapangan ini
adalah data-data primer dan sekunder. Data-data primer
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden
mempergunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah di-
persiapkan dan pengamatan langsung terhadap responden.
Data-data sekunder diperoleh dari instansi terkait seper-
ti Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor, kantor
Kecamatan Dramaga, kantor Desa Dramaga, dan kantor Statis-
tik Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kuali-
tatif dengan mqmpergunakan tabulasi.
Analisis kuantitatif diperqunakan untuk menqhitung
biaya langsung, biaya variabel, nilai penyusutan, peneri-
maan (nilai produk-produk yang dijual) , pendapatan, nilai tambah, dan keragaan (performance) masing-masing skala
usaha industri manisan pala. Kemudian dari hasil perhi-
tungan (analisis kuantitatif) dilakukan analisis kualita-
tif dengan mempergunakan tabulasi.
Biaya langsung terdiri dari biaya variabel, biaya
angkut, dan biaya tenaga kerja (upah dan gaji) (Doll dan
- Orazem, 1984, Hernanto, 1989, dan Voerman, 1989) yang se- cara sederhana dituliskan :
dimana :
DC : biaya langsung (Rp) , TVC : biaya variabel total (Rp), !R4rabC : biaya angkut total (Rp) , dan 'I'wL : biaya tenaga kerja total (Rp).
. ,
Secara sederhana, biaya variabel dituliskan :
TVC = TCxrm +
dimana :
TVC TCxrm TCxhm
biaya variabel total (Rp), nilai bersih bahan baku (Rp), biaya pembelian bahan penolong total (Rp), jumlah bahan baku yang diperguna- kan (satuan unit), harga bahan baku yang dipergunakan (Rp per satuan unit), jumlah masing-masing bahan peno- long yang dipergunakan (satuan unit), harga masing-masing bahan penolong yang dipergunakan (Rp per satuan unit), dan jenis- jenis bahan penolong yang dipergunakan, j = 1, 2, 3 , ..., m.
Tanah dan bangunan dinilai berdasarkan nilai sewa
yang berlaku. Peralatan dan mesin-mesin dinil~i ber-
dasarkan nilai penyusutan (Doll dan Orazem, 1984), menggu-
nakan metode garis lurus (stright line method) dengan
asumsi bahwa peralatan dan mesin-mesin tidak dapat diper-
gunakan setelah melampaui umur ekonomis. Dalam ha1 ini,
rumus yang dipergunakan untuk menghitung penyusutan
adalah :
dimana :
D : nilai penyusutan (Rp per satuan wak- tu) r
Pt : harga beli (Rp) , Pa : harga akhir (Rp), dan T : umur ekonomis peralatan dan mesin-
mesin (satuan waktu) .
Penerimaan atau nilai produk yang dijual tergantung
pada jumlah dan harga masing-masing produk yang dijual
(Doll dan Orazem, 1984.). Secara matematis, penerimaan
dituliskan :
dimana :
"YS : nilai produk-produk yang dijual
atau penerimaan (Rp) , ysi : jumlah masing-masing produk yang
dijual (satuan unit) , Pysi : harga masing-masing produk yang
dijual (Rp per satuan unit), dan i : jenis-jenis produk yang dijual,
i = 1, 2, 3, ..., n.
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan
- biaya produksi yang secara sederhana dihitung dengan per-
samaan :
dimana :
I : pendapatan (Rp), : n i l a i produk-produk yang d i j u a l a tau
'YS penerimaan (Rp), dan PC : biaya produksi (Rp) . ,....
N i l a i tambah (value added) merupakan s e l i s i h an ta ra
penerirnaan dan biaya produksi d i l ua r biaya tenaga ker ja ,
yang dihitung dengan persamaan :
VA = Vy8 - (PC - TWL)
dimana :
VA : n i l a i tambah (Rp) , : n i l a i produk-produk yang d i j u a l a tau
Vys penerimaan ( ~ p ) , PC : biaya produksi (Rp), dan TWL : biaya tenaga ker ja (Rp).
Keragaan iperformance) yang diukur 'adalah :
Penerimaan (Rp) R-C r a t i o =
Biaya produksi (Rp)
Ni la i Tambah (Rp) E f i s i e n e i Ekonomi ( % ) = x 100 %
Biaya Produkei (Rp)
Biaya Tenaga Kerja (Rp) Upah Rata-rata (Rp per HOK) =
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
N i l a i Tambah (Rp) Produktivitas Tenaqa Kerja (Rp per HOK) =
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
N i l a i Tambah (Rp) Produktivitas Modal Tetap =
N i l a i Modal Tetap (Rp)
Nilai Modal Tetap (Rp) In t ens i t a s Faktor Produksi (Rp per HOK) =
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
Skala usaha agroindustri yang mempunyai potensi ter-
baik untuk dikembangkan adalah memiliki kemampuan dalam
penyerapan tenaga kerja yang paling tinggi (paling rendah
dalam pemilikan intensitas fakor produksi), dan menghasil-
kan nilai tambah, pendapatan, dan produktivitas tenaga
kerja yang paling tinggi, yang dianalisis berdasarkan ma-
triks potensi pengembangan agroindustri (Tabel 3 ) .
Tabel 3 Matriks Potensi Pengembangan Agroindus- tri
S k a l a U s a h a No. K r i t e r i a -
Rumahtangga Kecil Sedang dan Besar n-10 n=24 n=4
I. Nila i Tambah (Xp/Kg) a b
2. Pendapatan (Rp/Kg) d e
3. Jumlah Tenaga Kerja (HOK) 9 h
4. In tens i tas Paktor Produksi
(RP/HOK) j k
5. Produktivitas Tenaga K e r j a m n
-- -
Keterangan :
a, b, c, ... , o adalah nilai masing-masing kriteria
Pen~uiian Hipotesa dan Penarikan Kesimuulan
Pengujian hipotesa dan penarikan kesimpulan berdasar-
kan hasil analisa kuantitatif dan kualitatif tersebut.
Hipotesa pertama, yaitu : semakin besar skala usaha
industri manisan pala maka semakin tinggi keragaan atau
Penduduk angkatan ker ja (berumur 10-54 tahun) sebe- ..
sar 5 361 orang atau 65.04 persen dari jumlah penduduk,
dan penduduk yang memiliki pekerjaan adalah 1 461 orang
atau 27.25 persen dari angkatan kerja.
Dari 1 461 orang yang bekerja, 28.47 persen bekerja
sebagai karyawan (pegawai negeri sipil, pegawai negeri
ABRI, dan swasta), 20.67 persen bekerja sebagai buruh,
15.95 persen bekerja di sektor industri, 12.80 persen be-
kerja di sektor pertanian, 11.90 pers.en pedagang, 4.59
persen bekerja di bidang jasa dan angkutan, 3.08 persen
bekerja di bidang pertukangan, 2.40 persen pensiunan, dan
Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Mata Pencaharian
Nomor Mata Pencaharian Tenaga Kerja Persen
Karyawan : a. pegawai negeri sipil b. pegawai negeri ABRI c. swasta
Buruh
Industri
Pertanian
Pedagang
Jasa dan angkutan
Pertukangan
Pensiunan
~emulurig
orang
J u m l a h 1 461 100.00
Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).
Dari seluruh penduduk Desa Dramaga, 5 079 orang
(61.62 persen) mendapat pendidikan, 1 164 orang (14.12
persen) belum mendapat pendidikan, dan 2 000 orang (24.26
persen) tidak mendapat pendidikan (Potensi Desa Dramaga,
1991).
Dari 5 079 orang yang mendapat pendidikan, 39.95 per-
sen tidak tamat SD atau sederajat, 35.93 persen tamat SD
atau sederajat, 18.00 persen tamat SMP atau sederajat,
5.63 persen tamat SMA atau sederajat, ddn 0.49 persen ta-
mat Akademi atau Universitas (Tabel 6).
Tabel 6 Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan J u m l a h Persen - -- -
. . orang . . Tidak tamat SD atau sederajat. 2 029 Tamat SD atau sederajat 1 825 Tamat SMP atau sederajat 9 14 Tamat SMA atau sederajat 286 Tamat Akademiatau Universitas 2 5
T o t a l 5 079 100.00
Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).
Keadaan Pertanlap
Areal pertanian di Desa Dramaga dimanfaatkan untuk
menanam empat jenis tanaman, yaitu padi dan palawija yang
terdiri dari padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat,
kacang tanah, dan kedelai, sayur-sayuran yang terdiri dari
tomat, kacang panjang, buncis, lombok, dan ketimun, buah-
buahan yang terdiri dari pisang dan papaya, clan perkebunan
yang terdiri dari kelapa dan cengkeh. Luas dan hasil pe-
manfaatan areal pertanian di Desa Dramaga, disajikan pada
Tabel 7.
Keadaan pertanian tersebut didukung oleh ketersediaan
irigasi setengah teknis yang mampu mengairi areal seluas
Tabel 7 Luas dan Hasil Pemanfaatan Areal Per- tanian di Desa Dramaga
No. Pemanfaatan L u a s H a s i l
hektar ton/musim panen
1. Padi dan palawija : a. padi 61.50 602.70 b. jagung 2.00 1.60 c. ketela pohon 3.00 45.00 d. ketela rambat 2.00 10.00 e. kacang tanah 1.00 0.80 f. kedelai 1-00 1.50
2. Sayur-sayuran : a. tomat 0.20 b. kacang panjang 1.00 c. buncis 0.30 d. lombok 0.15 e. ketimun 2.00
3. Buah-buahan : a. pisang b. pepaya
4 . Perkebunan : a. kelapa 0.50 2.00 b. cengkeh 0.50 0.25
Sumber : .Potensi Desa Dramaga (1991).
35.00 Ha, irigasi sederhana yang mampu mengairi areal se-
luas 28.00 Ha, dan irigasi tadah hujan yang mampu mengairi
areal seluas 3.00 Ha.
Keadaan Indnstri Mnnisnn P&
Desa Dramaga merupakan penghasil manisan pala terbe-
sar di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor dimana terdapat
45 unit usaha (pengusaha) (menurut Kantor Kecamatan
Dramaga) dibandingkan 88 unit usaha yang terdapat di Kabu-
paten Daerah ~ingkat I1 Bogor (Cabang Dinas Perindustrian
Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor).
Pengusaha manisan pala di Desa Dramaga sudah ada
sejak jaman Belanda yang membuat manisan pala hanya pada
waktu tertentu (menjelang hari raya dan ada hajatan) (me-
nurut keterangan Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Dae-
rah Tingkat I1 Bogor).
Menurut beberapa keterangan yang diperoleh di Desa
Dramaga, industri manisan pala mulai dikomersialkan pada
tahun 1962 oleh Ibu Iyar dan Bapak Rojak, dimana bahan
baku dibeli di Pasar Anyar yang berasal dari Desa Ciapus,
Taman Sari, dan Ciawi, dan pemasaran hasil dilakukan de-
ngan mendatangi rumah-rumah penduduk. Sekitar tahun 1965,
pemasaran mula; memasuki toko . Akan tetapi , karena pemi- lik toko masih ragu terhadap permintaan manisan pala ter-
sebut, pemasaran dilakukan dengan sistem 'titip jual'.
Beberapa tahun kemudian, karena melihat prospek pemasaran
yang baik (permintaan terus meningkat) , maka pembayaran
mulai dilakukan secara kontan. Keberhasilan kedua pengu-
saha tersebut menyebabkan perkembangan industri manisan di
Desa Dramaga cukup pesat, hingga tahun 1991 mencapai 45
pengusaha (unit usaha).
Buah pala (sebagai bahan baku) berasal dan tumbuh di
lereng Gunung Salak yang berbuah sepanjang tahun tanpa me-
ngenal musim. Hal ini mendukung ketersediann bahiin baku
industri manisan pala sehingga para pengusaha dapat mem-
pertahankan profesi tersebut, bahkan menjadi mata pencaha-
rian sebagian penduduk Desa Dramaga.
Melihat perkembangan jumlah unit usaha dan penyerapan
tenaga kerja industri manisan pala tersebut, Cabang Dinas
Perindustrian Kabupaten Daerah Tingkat 11 Bogor, pada ta-
hun 1984 memperkenalkan produk ini kepada pemerintah de-
ngan mengikutsertakan pengusaha pada pameran di berbagai
tempat, dan pada tahun 1986 melakukan pembinaan berupa
pendidikan dan latihan teknik produksi.
Keadaan Responden (Penpusaha Industri Manisan Pala)
Identitas Resaonden
Tempat tipggal responden terpusat di sekitar Pasar
Dramaga (terletak di 11TlO/RW03), yaitu': RT06/RW02 satu
orang pengusaha, RT07/RW03 sembilan orang pengusaha,
RT09/RW03 satu orang pengusaha, RT10/RW03 16 orang pengu-
saha), RT11/RW04 lima orang pengusaha, RT12/RW04 dua
orang pengusaha, dan RT13/RW04 tiga orang pengusaha
(Tabel 8).
Usaha industri manisan pala merupakan mata pencahari-
an pokok 31 orang pengusaha (81.58 persen) dan pakerjaan
sampingan untuk menambah penghasilan bagi tujuh orang
pengusaha (18.42 persen) dengan beban tanggungan bervaria-
si antara dua sampai delapan orang.
Tabel 8 Tempat Tinggal Responden menurut Skala Usaha
Tingkat pendidikan responden adalah delapan orang
pengusaha (21.05 persen) tidak bersekolah, 24 orang pengu-
saha (63.16 persen) SD atau sederajat, lima orang pengusa-
ha (13.16 persen) SMP atau sederajat, dan satu orang peng-
usaha (2.63 persen) SMA atau sederajat.
Dari seluruh responden, hanya 15 orang pengusaha
(39.47 persen) yang menjadi anggota (anggota biasa) kope-
rasi dan empat orang pengusaha (10.53 persen) yang berpar-
tisipasi dalam pemerintahan desa.
Skala Uaaha
Rumah Tangga Kecil Sedang dan B e s a r
J u m l a h
Proses dan Pemasaran Hasil Produksi
Buah pala yang sudah masak setelah dicuci dalam gen-
tong, dikupas dengan menggunakan pisau baja, kemudian di-
rendam dalam larutan garam 1.50 persen selama satu malam
agar daging buah pala menjadi lunak sehingga dapat dipi-
sahkan dari biji dan cempra.
Pada saat pemisahan dari biji dan cempra, daging
buah pala disayat dan dibentuk sesuai dengan keinginan
(misal : bentuk mawar) dengan menggunakan pisau baja.
n
10 24
4
38
RT / RW
06/02
1 - - 1
07/03
3 5 1
9
09/03
- - 1
1
10/03
4 12 - 16
11/04
1 2 2
5
12/04 13/04
2 -
3
Daging buah yang sudah dibentuk digunakan untuk mem-
buat manisan pala kering dan basah (produk akhir), sedang-
kan biji dan cempra dikumpulkan untuk dijual ke produsen
lain yang sudah mampu mengolah biji pala dan cempra (pro-
duk antara) . Untuk membuat manisan pala kering, mula-mula daging
buah pala yang sudah dibentuk direndam dalam larutan na-
trium bisulfit 0.035 persen dalam gentong selama 10 menit
sambil diaduk (pada saat mengaduk dipergunakan snrung ta-
ngan), kemudian dibilas dengan air bersih dalam bak cuci
untuk menghilangkan bau sulfit (juga mempergunakan sarung
tangan), lalu ditiriskan dengan mepergunakan tanggok.
Setelah bersih, dimasukkan ke dalam gentong yang berisi
larutan gula, diaduk hingga rata, dan direndam selama satu
malam agar cJula meresap.
Setelah direndam satu malam dalam larutan gula, da-
ging buah pala tersebut dijemur di atas tanggok yang sudah
ditadah nampan untuk menampung air gula. Setelah agak ke-
ring, dilumuri sepuhan yang telah diencerkan (jika meng-
inginkan manisan berwarna) , ditaburi gula , kemudian di j e-
mur kembali hinqga daging buah jenuh gula dan dilapisi
kristal-kristal gula. Jika tidak ada sinar matahari, pe-
ngeringan dilakukan dengan menempatkan daging buah yang
sudah ditaburi gula pada ebeg, kemudian dimasukkan ke da-
lam oven dan dibakar selama 1-2 hari. Setelah kering,
manisan pala kering, dibungkus plastik berdasarkan berat
yang diinginkan pengusaha, dan siap dipasarkan.
Untuk membuat manisan pala basah, daging buah yang
sudah kering direndam dalam larutan gula 65 persen selama
satu malam, ditiriskan, kemudian direndam lagi dalam la-
rutan gula 65 persen selama satu malam hingga menjadi ma-
nisan pala basah. Setelah menjadi manisan pala basah, di-
bungkus plastik berdasarkan berat yang diinginkan pengusa-
ha, dan siap dipasarkan.
Biji dan cempra setelah terpisah dari daging buah,
dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari atau oven.
Proses pengeringan ini dilakukan bersama-sama dengan pro-
ses pengeringan pembuatan manisan pala. Setelah kering,
biji dan cempra dijual kepada produsen yang sudah mampu
mengolah lebih'lanjut biji dan cempra tersebut.
Untuk satu kali proses produksi manisan pala kering
dan basah, dibutuhkan waktu satu minggu yang dilakukan di
dalam dan halaman rumah, tidak mempergunakan bangunan khu-
sus. Modal usaha berasal dari modal sendiri dan pinjaman
dari Koperasi Simpan Pinjam.
Dari seluruh responden, 25 orang pengusaha memproduk-
si manisan pala kering, biji pala kering, dan cempra , dan
13 orang pengusaha memproduksi manisan pala kering, manis-
an pala basah, biji pala kering, dan cempra.
Pemasaran hasil produksi adalah 18 orang pengusaha
(47.37 persen) menjual sendiri ke toko-toko atau langsung
ke konsumen di daerah Bogor, Jakarta, Tangerang, Ciawi,
Cisarua, Puncak, Cipanas, Cianjur, dan Bandung, dan pro-
duksi 20 orang pengusaha (52.63 persen) dibeli pedagang
pengumpul dengan datang langsung ke Desa Dramaga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis dan Skala Usaha
Jenis usaha industri manisan pala adalah sentra in-
dustri yang dicirikan oleh pengelompokan unit-unit usaha
pada daerah yang berdekatan dalam menghasilkan produk-
produk yang sama (bersifat homogen).
Menurut jumlah pekerja, skala usaha industri manisan
pala dikategorikam ke dalam tiga kelompok, yaitu :
a. rumahtangga dengan tiga orang pekerja,
b. kecil dengan tujuh orang pekerja, dan
c. sedang dan besar dengan 25 orang pekerja.
Produk yang dihasilkan industri manisan pala adalah
produk utama sebagai produk akhir yaitu manisan pala ke-
ring dan basah, dan produk sampingan sebagai produk antara
yaitu biji pala kering dan cempra.
Manisan pala kering dan basah barhubbngan kompetisi
karena jika volume manisan pala kering ditingkatkan maka
volume manisan pala basah harus diturunkan, sedangkan pro-
duk utama dan sampingan berhubungan komplemen karena jika
volume pala kering dan basah ditingkatkan maka volume biji
pala kering dan cempra juga meningkat.
Harga penjualan produk-produk adalah manisan pala ke-
ring dan basah Rp 1 600-1 950(Kg jika dibeli pedagang
perantara dan Rp 2 000-2 250/Kg jika dijual langsung ke
toko-toko, biji pala kering Rp 600-1 000/Kg, dan cempra
Rp 1 600-2 000/Kg. Volume penjualan produk per tahun in-
dustri manisan pala menurut skala usaha adalah industri
rumahtangga 1 961.85 Kg, industri kecil 7 325.67 Kg, dan
industri sedang dan besar 42 006.25 Kg.
Penerimaan industri manisan pala per tahun menurut
skala usaha adalah : rumah tangga Rp 4 033 305, kecil
Rp 13 698 896, dan sedang dan besar Rp 77 625 000 (Tabel
9). Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin tinggi
penerimaan karena semakin besar volume penjualan produk.
Tabel 9 Penerimaan Industri Manisan Pala menu- rut Skala .Usaha
Penerimaan .
Manisan kering Manisan basah Biji kering C e m p r a
S k a l a U s a h a
T o t a l
- Rumahtangga
n = 10
3 607 500 385 000 33 725 7 080
4 033 305
.............. Rp/tahun ................ I I
K e c i 'i n = 24
13 297 396 269 271 109 373 22 856
- Sedang dan Besar
n = 4
70 093 750 6 718 750 675 000 137 500
13 698 896 77 625 000
Biaya variabel terdiri dari pembelian bahan baku (bu-
ah pala yang sudah masak) dan penolong (gula, garam, na-
trium bisulfit untuk pengawet, sepuhan untuk pewarna,
plastik untuk membungkus, dan minyak tanah untuk bahan
bakar mengoven) . Biaya variabel industri manisan pala per tahun
menurut skala usaha adalah : rumahtangga Rp 2 283 180,
kecil Rp 8 739 360, dan sedang dan besar Rp 53 288 438
(Tabel 10). Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin
tinggi biaya variabel karena semakin tinggi biaya pembeli-
an bahan baku dan penolong.
Tabel 10 Biaya Variabel Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha
Skala Usaha
Biaya angkut industri manisan pala per tahun menurut
skala usaha adalah : rumahtangga Rp 50 000, kecil
Rp 289 917, dan sedang dan besar Rp 2 125 000 (Tabel 11).
Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin tinggi biaya
angkut karena semakin luas daerah pemasaran yang ditandai
Rumahtangga Kecil Sedang dan Besar
n
10 24 4
Bahan Baku I I .............. Rp/tahun .............. Bahan Penolong
2 283 180 8 739 360
53 288 438
311 250 1 062 917 6 187 500
Jumlah
1 971 930 7 676 443 47 100 938
Tabel 11 Biaya Angkut Industri Manisan Pala me- nurut Skala Usaha
oleh semakin mahal biaya angkut per volume penjualan
produk . Ada enam jenis kegiatan dalam proses produksi manisan
pala, yaitu mengupas, mengiris, membentuk, mengaduk, me-
ngeringkan dan membungkus. Mengupas, mengiris, dan mem-
bentuk, dilakukan tenaga kerja wanita yang berasal dari
dalam dan luar keluarga dengan upah borongan (untuk ketiga
kegiatan terse&t) bervariasi antara Rp 3.50-4.00/buah pa-
Skala Usaha
Rumahtangga Kecil Sedang dan Besar
la, dimana satu orang mampu melakukan kegiatan tersebut
untuk 200-300 buah pala per hari. Mengaduk, mengeringkan
dan membungkus dilakukan tenaga kerja dalam keluarga
dengan upah per hari yaitu pria Rp 3 000, wanita Rp 2 500,
dan anak-anak Rp 1 000, dan luar keluarga dengan upah
harian bervariasi antara Rp 1000-2 000 (tidak dibedakan
upah pria, wanita, atau anak-anak).
Pencurahan hari kerja per tahun industri manisan pala
menurut skala usaha adalah : rumahtangga 531 HOK (283 HOK
tenaga kerja dalam keluarga dan 248 HOK tenaga kerja luar
keluarga), kecil 813 HOK (250 HOK tenaga kerja dalam
n
10 24 4
Biaya Angkut
Rp/tahun %/Kg
50 000 25.49 289 917 39.58
2 125 000 50.59 -
keluarga dan 563 HOK tenaga kerja luar keluarga), dan se-
dang dan besar 3 189 HOK (489 HOK tenaga kerja dalam kelu-
arga dan 2 700 HOK tenaga kerja luar keluarga) (Tabel 12).
Tabel 12 Jumlah Tenaga Kerja Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha
Skala Usaha
Tenaga Kerja Rumahtangga K e c i 1 Sedang dan Besar
n=10 n=24 n=4
P r i a 135 (1) 113 (1) 350 ( 2 ) Wanita Dalam Keluarga Anak 140 (1) 103 (1) 120 ( 1)
34 (1 1.9 ( - ) Jumlah 2 8 1 250 (31 489 ( 3)
P r i a Wanita Luar Keluarga llnak 2 473 ( 4 1 800 (19
- -) - ( - Jumlah 248 (1) 563 (4) 2 700 {22)
P r i a 135 (1) 203 (1) 1 250 ( 5) Wanita T o t a l Anak 388 (2 ) 576 ( 5 ) 1 920 (20)
Jumlah 34 (1)
(-) 813 (7 ) 531 ( 3 )
~eteranga; :
Angka di dalam kurung ) menunjukkan banyak pekerja (orang) .
Biaya tenaga kerja industri manisan pala per ta-
hun menurut skala usaha adalah : rumahtangga Rp 943 730,
kecil Rp 1 503 024, dan sedang dan besar Rp 6 787 500
(Tabel 13). Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin
tinggi biaya tenaga kerja karena semakin banyak tenaga
kerja yang dipergunakan.
Hal lain yang terlihat dari Tabel 12 adalah bahwa te-
naga kerja wanita mempunyai curahan kerja per tahun yang
paling besar, yaitu 1 920 HOK dibandingkan tenaga kerja
Tabel 13 Struktur Biaya Tenaga Kerja Industri Hanisan Pala menurut Skala Usaha
Tenaga K e r j a Rumahtangga K e c i 1 Sedang dan Besar n=lO n=24 n=4
P r i a 405 000 337 500 1 050 000 Wanita Dalam Xeluarga 350 000 241 667 318 750
Efisiensi ekonomi terbesar dimiliki skala usaha ru-
mahtangga, yaitu 41.78 (setiap rupiah biaya langsung skala
usaha rumahtangga menghasilkan nilai tambah 41.78 rupiah),
skala usaha kecil memiliki efisiensi ekonomi 40.67 (setiap
rupiah biaya langsung skala usaha kecil menghasilkan nilai
tambah sebesar 40.67 rupiah), dan skala usaha sedang dan
besar memiliki efisiensi ekonomi terendah yaitu 34.88
(setiap rupiah biaya langsung skala usaha sedang dan besar
menghasilkan nilai tambah sebesar 34.88 rupiah) (Tabel
18). Jadi, skala usaha rumahtangga lebih efisien memper-
gunakan input variabel dan tenaga kerja dalam proses
produksi dan alat transportasi dalam pemasaran produk
dibandingkan skala usaha kecil dan sedang dan besar.
Produktivitas tenaga kerja terbesar dimiliki skala
usaha sedang dan besar yaitu Rp 6 496.00/HOK (pencurahan
kerja setiap Hari Orang Kerja skala usaha sedang dan besar
menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 6 496.001, kemudian
skala usaha kecil Rp 5 454.18 (pencurahan kerja setiap
Hari Orang Kerja skala usaha kecil menghasilkan nilai
tambah sebesar Rp 5 454.00), dan yang paling rendah ada-
lah skala usaha rumahtangga Rp 2 769.001HOK (pencurahan
kerja setiap Hari Orang Kerja skala usaha rumahtangga
menghasilkan 2ilai tambah sebesar Rp 2 769.00) (Tabel
18). Hal ini disebabkan upah rata-rata yang diberikan
skala usaha sedang dan besar kepada setiap HOK adalah yang
paling besar yaitu Rp 2 019.751HOK sehingga memberikan
insentif bagi para pekerja, kemudian skala usaha kecil
Rp 1 865.18/HOK, dan yang paling rendah adalah skala usaha
rumahtangga Rp 1 781.671HOK (Tabel 18).
Upah rata-rata skala usaha sedang dan besar adalah
Rp 2 230/HKP, Rp 2 064/HKW, dan Rp 1 974/HKA, skala usaha
kecil Rp 2 021/HKP, Rp 1 7 9 7 / ~ ~ ~ , dan Rp 1 700/HKA, dan
skala usaha rumahtangga Rp 3 000/HKP, Rp 1 350/HKW, dan
Rp 1 700/HKA. Jika dibandingkan dengan upah rata-rata sub
sektor industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau
di Indonesia (Rp 3 672/HKP dan Rp 1 621/HXW), hanya tenaga
kerja wanita pada skala usaha kecil dan sedang dan besar
yang memiliki upah lebih dari upah rata-rata tersebut.
Hal ini disebabkan permintaan terhadap tenaga kerja wanita
pada skala usaha sedang dan besar dan kecil sangat tinggi
karena lebih teliti dan tekun dalam kegiatan mengupas,
mengiris, membentuk, dan membungkus, sehingga upah tenaga
kerja juga lebih tinggi.
Jika dibandingkan dengan upah rata-rata industri
pengolahan di Jawa Barat (Rp 2 976/HKP dan Rp 2 217/HKW),
hanya tenaga kerja pria pada skala usaha rumahtangga yang
melebihi upah rata-rata tersebut. Hal ini disebabkan ska-
la usaha rumahtangga mayoritas mempergunakan tenaga kerja
dalam keluarga'dalam proses produksi, dan tenaga kerja
pria lebih berperan sehingga upah juga lebih tinggi.
Skala usaha industri manisan pala yang memiliki pro-
duktivitas modal tetap tertinggi adalah sedang dan besar
yaitu 57.17 (setiap rupiah nilai modal tetap skala usaha
sedang dan besar memberikan kontribusi 57.17 rupiah kepada
nilai tambah yang dihasilkan), produktivitas modal tetap
skala usaha kecil 16.01 (setiap rupiah nilai modal tetap
skala usaha kecil memberikan kontribusi 16.01 rupiah kepa-
da nilai tambah yang dihasilkan) dan rumahtangga 6.28
(setiap rupiah nilai modal tetap skala usaha rumahtangga
memberikan kontribusi 6.28 rupiah kepada nilai tambah yang
Tabel 18 Keragaan (Performance) ~ndustri Manis- an Pala menurut Skala Usaha
S k a l a U s a h a No. A s p e k
Rumahtangga K e c i 1 Sedang dan Besar n=10 n=24 n=4
1. Volume penjualan produk (Kgftahun)
2. Penerimaan (RpfKg)
3. Biaya Produksi (Rp/Kg)
4. Pemakaian tenaga k e r j a (HOKfKg)
5. Biaya tenaga k e r j a (RpfKg)
6. N i l a i modal t e t a p f R ~ f K 9 )
7. Pendapatan (RpfKg)
9. Keragaan (per- f ormance) :
- R-C r a t i o
- E f i s i e n s i ekonomi ( a )
- Produkt iv i tas tenaga k e r j a
(RPIHOK)
- Upah r a t a - r a t a (RPIHOK)
- Produkt iv i tas modal t e t a p
- I n t e n s i t a s f a k t o r ' produksi
(RpfHOK)
dihasilkan) (Tabel 18). Jadi, semakin besar skala usaha
maka semakin tinggi kontribusi setiap rupiah nilai modal
tetap kepada nilai tambah yang dihasilkan yang disebabkan
semakin besar modal tetap yang dipergunakan dalam proses . .
produksi . Skala usaha industri manisan pala yang memiliki in-
tensitas faktor produksi tertinggi adalah rumahtangga
yaitu Rp 440.59/HOK. Hal ini berarti bahwa dalam proses
produksi, penggunaan satu HOK (Aari Orang Kerja) pada
skala usaha rumahtangga setara dengan modal tetap senilai
Rp 440.59. Skala usaha kecil memiliki intensitas faktor
produksi Rp 340.64/HOK (dalam proses produksi, penggunaan
satu HOK pada skala usaha kecil setara dengan modal tetap
senilai Rp 340.641, dan sedang dan besar Rp 113.63/HOK
(dalam proses'produksi, penggunaan satu HOK pada skala
usaha sedang dan besar setara dengan modal tetap senilai
Rp 113.63) (Tabel 18) . Jadi, semakin besar skala usaha
maka semakin rendah intensitas faktor produksi atau sema-
kin bersifat padat karya (semakin banyak tenaga kerja yang
dipergunakan daripada modal tetap).
Potensi Pengembanean dan Kendala vane dihadaai Industri Mullisan Pala
Dari matriks potensi pengembangan berdasarkan kemam-
puan dalam penyerapan tenaga kerja, menghasilkan nilai
tambah, pendapatan, dan produktivitas tenaga kerja, yang
disajikan pada Tabel 19, bahwa pada industri manisan pala,
Tabel 19 Matriks potensi Pengembangan Industri Manisan Pala
Keterangan :
*) mqmpuny i potensi pengembangan yang pa- ling ba?k
No.
1.
2.
3.
4.
5 .
skala usaha rumahtangga mempunyai potensi pengembangan
terbaik jika bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah,
skala usaha kecil mempunyai potensi pengembangan terbaik
jika bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, dan skala
usaha sedang dan besar mempunyai potensi pengembangan ter-
baik jika bertujuan untuk meningkatkan penyerapan dan pro-
duktivitas tenaga kerja. Jadi, masing-masing skala usaha
mempunyai keunggulan sehingga skala usaha yang mempunyai
potensi terbaik untuk dikembangkan tergantung pada tujuan
yang ingin dicapai.
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri
manisan pala adalah kemampuan manajemen yang rendah (di-
tandai oleh ketidakmampuan pengusaha dalam memasarkan pro-
duk sehingga produk dibeli oleh para pedagang perantara
Kri.ter i a
Nilai Tambah (Rp/Kg)
Pendapatan (Rp/Kg)
Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
Intensitas Faktor Produksi (RP/HOK)
Produktivitas Tenaga Kerja (Rp/HOK)
S k a l a U s a h a
Rumahtangga n=10
747.63*)
266.58
531
440.59
2 769.00
K e c i 1 n=24
599.96
394.79*)
813
340.64
5 454.18
Sedang dan Besar n=4
519.68
358.10
3 189*)
113.63*)
6 496.00*)
dan pengadaaan bahan penolong terutama gula) dan kemampuan
modal yang rendah (ditandai oleh penguasaan modal pada ke-
tiga skala usaha di bawah Rp 625 000 yang merupakan klasi-
fikasi industri skala usaha keail).
Pemerintah setempat (dalam ha1 ini pihak Kecamatan
Dramaga) telah berusaha untuk meningkatkan mutu produk de-
ngan pembentukan kelompok (satu kelompok terdiri dari 20
pengusaha) uji mutu dan pemberian label pada produk yang
dihasilkan. Tetapi langkah yang ditempuh pihak kecamatan
tersebut belum mendapat tanggapan dari para pengusaha,
bahkan menganggap ha1 tersebut sebagai tambahan biaya yang
harus dikeluarkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari praktek lapangan yang telah dilakukan, diperoleh
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Industri manisan pala merupakan jenis sentra industri
yang berdasarkan jumlah pekerja dikelompokkan menjadi
skala usaha rumahtangga dengan tiga orang pekerja,
kecil dengan tujuh orang pekerja, dan sedang dan besar
dengan 25 orang pekerja.
2. R-C ratio industri manisan pala yang paling besar di-
miliki skala usaha kecil, kemudian berturut-turut ada-
lah skala usaha sedang dan besar, dan yang paling
rendah adalah skala usaha rumahtangga.
3. Semakin besar skala usaha industri manisan pala maka
semakin rendah pemilikan efisiensi ekonomi dan inten-
sitas faktor produksi.
4 . Semakin besar skala usaha maka semakin tinggi pemilik-
an produktivitas dan upah rata-rata tenaga kerja, dan
produktivitas modal tetap.
5. Skala usaha industri manisan pala yang mempunyai
potensi terbaik untuk dikembangkan di Kabupaten Daerah
~ingkat 11 Bogor tergantung pada tujuan yang ingin
dicapai, yaitu skala usaha rumahtangga untuk mening-
katkan nilai tambah, skala usaha kecil untuk mening-
katkan pendapatan, dan skala usaha sedang dan besar
untuk meningkatkan penyerapan dan produktivitas tenaga
kerja.
6. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan in-
dustri manisan pala adalah kemampuan manajemen dan
penguasaan modal yang rendah, dan perbedaan tujuan an-
tara pemerintah setempat dengan pengusaha.
Melihat masing-masing skala usaha industri manisan
pala mempunyai potensi pengembangan terbaik maka
pengembangan industri manisan pala di Kabupaten Daerah
Tingkat I1 Bogor disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Dibutuhkan peningkatan peranan koparasi sebagai lem-
baga pemerintah yang terdapat di desa, terutama dalam
penyediaan gula dan pemasaran produk (menggantikan peranan
pedagang perantara) . Agar tujuan pemerintah setempat dan pengusaha dapat
sejalan, maka diperlukan penyampaian informasi yang lebih
baik dan lebih jelas dari pihak pemerintah setempat kepada
para pengusaha industri manisah pala.
Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor. 1990. Produk Domestik Re- gional Bruto (PDRB) Kabupaten Bogor Tahun 1984-1989. Cabang Perwakilan Biro Pusat Statistik. Kantor Sta- tistik Kabupaten Bogor.
Biro Pusat Statistik. 1991. ~tatistika Indonesia 1990.
Bishop, C. E., and W. D. Toussaint. 1964. Agricultural Economic Analysis. John Willey and Sons, Inc. New Y ork .
Boulding, K. E. 1955. Economic Analysis. Harper and Brothers. New York.
Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor. 1992. Data Sentra Industri Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor Ta- hun 1991. Bogor.
Daniati, E. 1990. Keragaan Industri Kecil dan Rumah Tangga Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bandung. Skripsi. Program Studi Ekonami Pertanian dan Sumberdaya. Ju- rusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Direktorat ~enderal Industri Kecil. 1989. Program Pe- ngembangan.1ndustri Pedesaan di Indonesia, Departemen Perindustrian. Jakarta.
Doll, J. P., and F. Orazem. 1984. Production Economics Theory with Applications. John Willey and Sons, Inc. New York.
Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hidayati, E. S. 1992. Analisa Ef isiensi Ekonomi dan Ke- ragaan Industri Pengolahan Pisang di Kabupaten Ci- anjur, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmtl-ilmu Sosi- a1 Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, 1nstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Irawan dan Suparmoko. 1988. Ekonomi Pembangunan. Liber- ty. Yogyakarta.
Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat. 1991. Penduduk Ja- wa Barat Hasil Sensus Penduduk 1990.
Kuswartoyo, T. 1989. Kebijaksanaan Perwilayahan Industri dan Aglomerasi Industrialisasi Pedesaan di Jawa Barat. Makalah Disampaikan pada Simposium Industri- alisasi Pedesaan 18-19 Desember 1989. Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Mandagi, J. W. P. Mengkaji Sumber-sumber Pembanqunan Me- nuju Tahapan Lepas Landas di Wilayah Sulawesi Utara. Makalah Disampaikan pada Simposium Indusitrialisasi Pedesaan 18-19 Desember 1989. Pusat Studi Pembangun- an Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Rahardjo, M. D. 1986. Transformasi Pertanian, Industri- alisasi, dan Kesempatan Kerja. UI-Press. Jakarta.
Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga Tanaman Pala. Penebar Swadaya. Jakarta.
Saleh, I. A. 1986. Industri Kecil, Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. LP3ES. Jakarta.
Simatupang, P. 1990. Penelitian Menunjang Pengembangan Agroindustri di Indonesia. Pembahasan dan Penyusunan Program Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian, Sukabumi, '18-20 Juni 1990. Badan Penelitian dan Pe- ngembangari.pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.
., E. Pasandaran, F. Kasryno, dan A. Zulham. 1990. Agroindustri Faktor Penunjang Pembangunan Per- tanian di Indonesia. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Bidang Penelitian dan Pengembangan Pertanian, De- partemen Pertanian. Bogor.
Soekartawi, A. Soeharjo, J. L. Dillon, dan J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengem- bangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.
Sumodiningrat, G., dan M. Kuncoro. 1990. Strategi Pemba- ngunan Pertanian dan Industri : Mencari Pola Simbio- sis. Dalam Prisma No. 2, Tahun XIX. LP3ES. Jakar- ta.
Tambunan, M. 1989. Industrialisasi Pedesaan (IP) dalam Perspektif Ekonomi Nasional. Makalah Disampaikan pa- da Simposium Industrialisasi Pedesaan 18-19 Desember 1989. Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
. 1992. Industrialisasi Pedesaan dalam Pemba- ngunan Jangka Panjang (PJP 11). Pusat Studi Pemba-
, ngunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Voerman, C. M. 1989. Analisis Pendapatan Usaha Industri Kecil Manisan Pala (Studi Kasus pada Sentra Industri Kecil Manisan Pala Desa Dramaga, Kec. Ciomas, Kab. Bogor). Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
White, B. 1989. Agroindustri, Industrialisasi Pedesaan, dan Transformasi Pedesaan. Makalah Disampaikan pada Simposium Industrialisasi Pedesaan 18-19 Desember 1989. Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
T a b e l Lampiran 1 Data Identitas Responden In- dustri Rumahtangga
T a b e l Lampiran z Data Identitas Responden In- dustri Sedang dan Besar
1. Peneriman (Rp/tohm) = (a) + (b) + ( c ) + (d) : 4 407 300 a. Manisan pala kering (Rpltahm) : 2 437 500 b. Manisan pala basah (Rp/tahm) : 1 950 000 c. B i j i pals kering (Rpltahm) : 16 WO d. C q r a (Rp/tahm) 3 800
3. Biaya produksi (Rp/tahm) = (e) + (f) + (9) + (h) : 2 984 117 e. Biaya variebel (Rp/tahm) : 1 679 550 f. Biaya angkut (Rp/tahm) 9. Biaya tenaga kerja (Rpltahm) : 1 000 000 h. Wilai nodal tetap (Rpltahm) : 304 567
4. Pendapatan : - (Rp/tahm) = (1) - (3) : 1423183
5. Biaya produksi d i Luar biaya tmaga kerja (Rp/tahm) = (3) - (9) : 1 984 117
6. Y i la i t h h : - (Rp/tahm) = (1) - (5) : 2423183