MAKALAH PENILAIAN KERAGAAN TERNAKBagian-Bagian Tubuh Sapi.
Penilaian : Frame, Dairy Characters, Body Capacity, Udder, Feet and
LegsOleh :Kelompok 7Dimas200110100xxxTian 200110110144Wina
Mardani200110110181M. Alfin 200110110183Arry 200110110xxxHandi
200110110227
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS
PADJADJARANSUMEDANG2014IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangJudging atau
penilaian sapi perah menyangkut pengamatan untuk menghubungkan
antara tipenya sebagai sapi perah dan fungsi produksi seekor sapi
dengan karakteristik yang baik akan menampilkan produksi susu dan
lemak susu untuk jangka waktu yang panjang (Blakely dan Bade,
1994). Ternak yang sehat dapat dipilih dengan melakukan penilaian
melalui pandangan dari samping, belakang, dan depan atas ternak
tersebut, untuk mengetahui bahwa ternak dalam kondisi sehat, maka
perlu perlu diketahui karakteristik ternak yang sehat.
Karakteristik tersebut meliputi, keadaan mata dan kulitnya normal,
pergerakannya tidak kaku, tingkah laku dan nafsu makan normal,
pengeluaran kotoran dan urine tidak sulit, tidak ada gangguan dalam
berjalan dan berdiri, serta memiliki respirasi dan sirkulasi darah
yang normal (siregar, 1995)Memilih ternak berdasarkan visual
berarti kita memilih ternak berdasarkan sifat-sifat yang tampak.
Dalam cara ini memilih bibit hampir sama dengan seleksi untuk
tujuan produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut
dengan judging. Judging pada ternak dalam arti yang luas adalah
usaha yang dilakukan untuk menilai tingkatan ternak yang memiliki
karakteristik penting untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan dalam
arti sempit adalah referensi untuk pemberian penghargaan tertentu
dalam suatu kontes (santoso, 2004). Kapasitas badan diperhatikan
dalam ukuran perut yang dalam, lebar dan panjang yang ditopang
dengan kuat oleh tulang rusuk yang tangguh dengan lingkar dada yang
besar. Sistem mamae harus besar, melekat dengan mantap sehingga
dapat bertahan lama waktu diperah. Ambingnya besar, lunak dan
lentur yang menunjukkan kelenjar susu yang aktif dan jumlahnya
banyak disamping besarnya penampungan susu. Pembuluh vena darah
harus menonjol karena jumlah darah yang dibutuhkan untuk produksi
susu sangat besar (Blakely dan Bade, 1994). Penilaian sapi perah
dilakukan dengan menggunakan kartu penilaian universal yang berisi
aspek general appeareance, dairy character, body capacity dan
mammary system dengan total nilai sebesar 100 (santoso,
2011).Ternak perah merupakan komoditas ternak yang mempunyai
kemampuan khusus untuk menghasilkan air susu dari bahan baku berupa
hijauan yang mempunyai kandungan energi atau protein tinggi.
Kemampuan ini dapat ditunjukkan pada saat laktasi yaitu setelah
ternak tersebut beranak. Kemampuan produksi yang lebih dapat
dilakukan dengan upaya antara lain dengan seleksi agar diperoleh
ternak yang mempunyai kemampuan genetis, melakukan perbaikan
pemeliharaan atau perbaikan pakan, pencegahan dan pemberantasan
penyakit.Susu merupakan salah satu bahan makanan alami yang
sempurna. Susu merupakan sumber makanan utama bagi semua hewan
mamalia yang terlahir dan bagian penting dalam makanan manusia.
Komposisinya yang mudah tercerna dengan kandungan protein, mineral
dan vitamin yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber bahan
makanan yang fleksibel. 1.2. Identifikasi Masalah1. Bagaimana
kerangka atau keadaan umum sapi perah.2. Bagaimana karakter susu
sapi perah.3. Bagaimana kapasitas tubuh sapi perah.4. Bagaimana
ambing sapi perah.5. Bagaimana kaki dan kaki belakang sapi
perah.1.3. Maksud dan Tujuan1. Mengetahui kerangka atau keadaan
umum sapi perah.2. Mengetahui karakter susu sapi perah.3.
Mengetahui kapasitas tubuh sapi perah.4. Mengetahui ambing sapi
perah.5. Mengetahui kaki dan kaki belakang sapi
perah.IIPEMBAHASANKriteria penilaian dalam kontes sapi perah
didasarkan atas penilaian bentuk luar sapi perah. Dua metode
penilaian bentuk luar sapi perah, yaitu:Penilaian berdasarkan empat
sifat utama, meliputi: Penampilan umumgeneral appearance30%Karakter
sapi perahdairy character20%Kapasitas tubuhbody capacity20%Sistem
perambinganmammary system30%Metode ini lebih bersifat kualitatif
dengan penilaian (score) untuk masing-masing bagian dari sifat
utama, selanjutnya nilai tersebut dijumlahkan dan dikalikan nilai
pembobotannya. Jumlah nilai dari keempat sifat utama menentukan
klasifikasi dari sapi perah yang dinilai, penilaian akhir
dicerminkan dalam bentuk angka dan dimasukkan ke dalam klasifikasi
sebagai berikut:Excellentnilai90 100Very goodnilai85 95Good
plusnilai80 84Goodnilai75 79Fairnilai65 74Poornilai50 64Dalam
pelaksanaannya, penilai akan mempertimbangkan juga faktor-faktor
seperti: umur, masa laktasi, masa kering, tingkat produksi, dan
kebuntingan.Judging adalah penilaian maupun seleksi sapi perah
menyangkut pengamatan guna menghubungkan antara tipe sebagai sapi
perah yang baik dengan fungsi produksi susunya (Blakely dan Bade,
1998). Penilaian judging menggunakan kartu skor yang disebut The
Dairy Cow Unified Score Card, dimana kartu ini dibagi menjadi empat
bagian utama, yaitu penampilan umum, sifat perah, kapasitas badan,
dan sistem mamae (Williamson dan Payne, 1993).Sapi perah yang
bentuk luarnya bagus adalah pada bagian tubuh berbentuk segitiga
yang menunjukan memproduksi susu yang tinggi, kepala yang panjang,
sempit dan tak banyak daging, mata yang besar dan bersinar,
sedangkan pada leher panjang, tipis dengan lipatan kulit yang halus
dan gelambir kecil (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Penampilan
umum memberikan gambaran tentang karakteristik bangsa serta sifat
kebetinaan yang dimiliki oleh sapi perah (Williamson dan Payne,
1993).Sapi perah yang baik perlu memiliki alat-alat tubuh yang
besar termasuk perut guna mencernakan makanan yang banyak yang
diperlukan untuk menghasilkan susu yang banyak (Syarief dan
Sumoprastowo, 1990). Penilaian judjing sapi perah ada empat, antara
lain General Appearance, Dairy Character, Body Cappacity, dan
Mammary System (Blakely dan Bade, 1998). Berlatar belakang hubungan
beberapa sifat dengan produktivitas sapi perah, sifat-sifat
tersebut diantaranya kualitas ambing (puting, seimbang, kuat tidak
terlalu jatuh, bersih), kekuatan penopang ambing, kaki (tidak
terlalu berdempetan, tidak menyentuh ambing, normal), ukuran badan
(tidak terlalu gemuk dan terlalu kurus), leher dan kepala yang
mencirikan sapi perah secara genetik. hal ini menjadikan ilmu
penilaian terhadap kualitas sapi perah sangat berkembang.Proses
penilaian (judging) berupa :1.Pengamatan/analisa2.Evaluasi
(penilaian) dan membandingkan3.Keputusan berdasarkan kepentingan
praktis4.Pemaparan disertai alasan yang jelas5.Mempertahankan
argumen dengan pilihan yang kuatPada judging sapi perah ada empat
macam bagian yang dinilai yaitu : Frame (15%), dairy strength
(25%), rear feets and legs (20%), Udder (40%). Penguraiannya
sebagai berikut :
A.Frame-Rump (5 Poin), Harus panjang dan luas di seluruh. Tulang
pin harus sedikit lebih rendah dari tulang pinggul dengan lebar
yang baik, harus lebar. Vulva harus vertical dan anus tidak boleh
tersembunyi. Ekor kepala harus sedikit di atas dan rapi antara
tulang pin.- Front End (5poin), konstitusi yang baik dengan kaki
depan lurus, lebar, dan tepat. Bahu dan siku terlihat tegas
terhadap dada. -Backi / Loin (2 poin), harus lurus dan kuat, dengan
pinggang yang luas, kuat.-Strength (2 poin), harus tinggi termasuk
panjang di tulang kaki dengan Pola seluruh struktur tubuh. Pinggul
harus relative proporsional.-Karakteristik Breed (1 poin),
Menunjukkan gaya keseluruhan dan keseimbangan. Kepala harus
feminin, rapi, moncong sedikit luas, lubang hidung terbuka besar
dan rahang yang kuat. -Skor sempurna 15.B.Dairy strength-Ribs (8
poin): Lebar terpisah. Tulang rusuk lebar, datar, dalam, dan miring
kearah belakang. -Dada (6 poin): Jauh dan luas lantai menunjukkan
kapasitas untuk organ vital, sedikit kedepan tulang rusuk. -Barrel
(4 poin): Panjang, dengan kedalaman yang baik dan lebar, meningkat
kearah belakang dengan sayap yang agak mendalam.-Paha (2 poin):
Bersandar, masuk kedalam serta datar dan lebar dilihat dari
belakang. -Leher (2 poin): Panjang, ramping, dan blending mulus
kebahu; rapi tenggorokan, dewlap, dan Sandung lamur. -Withers (2
poin): Sharp chine menonjol. -Kulit (1 poin): Tipis, longgar, dan
lentur.
C. Body CapacityMengacu pada kapasitas yang berhubungan dengan
kerangka tubuh. Sapi dengan body capacity yang bagus memiliki
lingkar dada dan lingkar perut yang luas. Saat menilai ternak ada
tiga dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu panjang badan, lebar
dan dalam dada sapi.D.UdderAmbing merupakan kelenjar kulit yang
ditumbuhi bulu, kecuali pada puting, empat saluran susu yang
terpisah bersama menuju ambing (Blakely dan Bade, 1998). Ambing
terdiri atas dua bagian yaitu bagian sebelah kanan dan bagian
sebelah kiri yang dipisahkan oleh selaput pemisah yang tebal dan
terletak memanjang badan sapi dan membantu melekatkannya ambing
pada tempatnya (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).Berat dan
kapasitasnya naik sesuai dengan bertambahnya umur, setelah sapi
mencapai umur 6 tahun, berat dan kapasitas ambing tidak akan naik
lagi (Blakely dan Bade, 1998). Bagian ambing dibagi atas kuartir
depan dan kuartir belakang yang dibatasi oleh jaringan pengikat
yang tipis dan tiap perempatan ambing itu mempunyai saluran tempat
keluarnya air susu yang disebut saluran puting (Syarief dan
Sumoprastowo, 1990).Bagian ambing terbagi atas kuartir depan dan
belakang yang dibatasi oleh jaringan pengikat dan mempunyai saluran
keluarnya air susu yang disebut puting, rongga puting melebar ke
arah rongga ambing (udder sistern) (Syarief dan Sumoprastowo,
1990). Berat ambing tergantung umur, masa laktasi, banyaknya air
susu di dalam ambing dan faktor genetis. Kapasitas terbesar pada
laktasi yang ke dua dan tiga (Blakely dan Bade, 1998).Dua kuartir
depan biasanya berukuran 20% lebih kecil dari kuartir ambing bagian
belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan yang lainnya.
Lebih lanjut dikatakan bahwa sapi perah adalah suatu jenis sapi
yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu, contohnya
adalah Ayshire, Guernsey dan Friesian Holstein (Blakely dan Bade,
1998). Sapi betina dapat berproduksi dengan baik pada umur dua
tahun dan bobot badannya sekitar 225-300 kg tergantung dari jenis
dan bangsa sapinya. Idealnya lama laktasi normal adalah 305 hari
dengan 60 hari masa kering tergantung dengan proses kebuntingan dan
masa perkawinannya kembali (Williamson dan Payne, 1993). Ambing
pada sapi dara secara anatomi sama dengan ambing pada sapi laktasi
terutama pada kenampakan secara eksterior. Perbedaannya terletak
pada ukuran ambing dan anatomi bagian dalamnya, yaitu belum
sempurnanya kerja dari sel-sel penghasil susu. Ambing pada sapi
dara terdiri dari banyak lemak dengan jaringan lobula alveoler yang
sedikit dan pada sapi laktasi sebaliknya, dimana saluran-saluran
tumbuh keluar dari saluran interlabuler. Pengganti tenunan lemak
kemudian membentuk lobula alveoler (Blakely dan Bade, 1998). Sapi
betina yang telah mencapai dewasa kelamin, maka esterogen
merangsang perkembangan sistem duktus yang besar. Siklus estrus
yang berulang, menyebabkan perkembangan jaringan kelenjar susu
lebih cepat. Bila sapi dara telah mengalami beberapa kali siklus
estrus, maka folikel berkembang menjadi corpus luteum dan
memproduksi hormon progesteron, yang menyebabkan perkembangan
sistem labula alveoler. Kelenjar mammae atau ambing pada sapi
terdiri dari empat bagian. Tiap bagian apabila dilihat dari segi
jaringan kelenjarnya merupakan suatu kesatuan yang terpisah dan
tidak dapat diuraikan lagi (Frandson, 1996). Masing-masing bagian
dari ambing tersebut merupakan kesatuan sendiri-sendiri. Pemisahan
ambing menjadi dua bagian ke arah ventral yang ditandai dengan
adanya kerutan longitudinal pada lekukan intermammae. Parenkim dari
kelenjar mamae dalam beberapa hal mirip dengan jaringan paru-paru,
atau dengan kata lain mirip dengan setandan anggur, dengan alveoli
sebagai buah anggurnya, dengan berbagai tingkat duktus digambarkan
sebagai batangnya. Alveoli merupakan struktur utama untuk produksi
susu (Frandson, 1996). Perbandingan kelenjar susu atau organ yang
berperan dalam laktasi susu dengan kelenjar lemak pada usia
kebuntingan ketiga bulan pertama belum terlihat jelas bila
dibandingkan pada usia kebuntingan keempat dimana saluran-saluran
dan inter lobuler tumbuh keluar dan mengganti tenunan lemak
kemudian membentuk lobulus alveoler yang diikuti oleh penebalan
jaringan ikat (Blakely dan Bade, 1998).Produksi air susu untuk sapi
PFH adalah berkisar 2500 liter/laktasi. Produksi susu ini
dipengaruhi oleh faktor iklim, penyakit, perkembangan sapi, pakan
dan pengelolaan. Lebih lanjut dikatakannya juga bahwa iklim
mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap produksi
susu (Frandson, 1996). Rongga ambing terdapat 8-12 saluran air susu
yang besar dan bercabang-cabang ke dalam seluruh bagian jaringan
kelenjar, yang mengalirkan air susu dari alveolus ke dalam
udder-sistern. Tiap jaringan kelenjar air susu terdiri dari
sekelompok bagala (lobe-le) yang dipisahkan satu dengan yang
lainnya oleh jaringan pengikat yang berwarna putih berkilat.
Sedangkan warna kelenjar susu itu sendiri adalah merah jambu
(Syarief dan Sumoprastowo, 1990).Pengeluaran susu diatur oleh urat
saraf dan hormon. Sapi induk pertama membutuhkan rangsangan sewaktu
anak sapi menyusui, tekanan pertama dari anak sapi pada puting susu
merupakan suatu rangsangan. Satu kali rangsangan dibentuk sistem
saraf akan menyampaikan pesan pada grandula pituitaria posterior
yang mana selanjutnya akan mengeluarkan hormon yang dikenal sebagai
oksitosin. Hormon ini disirkulasikan dalam darah dibawa ke jaringan
ambing, dan diprakarsai proses pengeluaran air susu, karena hormon
berada dalam sirkulasi hanya dalam periode yang pendek (4 menit),
lebih cepat pemerahan dilaksanakan maka pemerahan menjadi lebih
efisien (Williamson dan Payne, 1993). Rangsangan pada ambing
mengahasilkan impuls saraf ke otak kemudian otak mengaktifkan
pituitaria posterior. Pituitaria posterior mengeluarkan hormon
oksitosin ke dalam aliran darah ketika darah mengalir ke ambing
sehingga air susu keluar (Blakely dan Bade, 1998).Ambing harus
besar. Ini menandakan adanya sejumlah jaringan sekresi susu. Namun
sebaiknya tidak mengandung jaringan yang non produktif yang dapat
membatasi ruang jaringan sekresi susu untuk memproduksi susu.
Jaringan tersebut dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk
ambing yang signifikan setelah pemerahan. Ambing harus baik
perlekatannya pada perut untuk mencegah terjadinya luka pada ambing
dan agar mudah beradaptasi dengan penggunaan alat mesin perah
modern. Ambing belakang (rear udder) harus tinggi dan lebar.
Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang, panjangnya
sedang melekat pada perut. Puting harus seragam ukurannya. Tepat
melekat pada ambing sehingga memudahkan pemerahan.-Kedalaman ambing
(10 poin): kedalaman moderat relative terhadap hock dengan
kapasitas yang baik. Pertimbangan diberikan kenomor laktasi dan
usia. -Belakang ambing (9 poin): Lebar dan tinggi, melekat erat
dengan lebar seragam dari atas kebawah dan sedikit dibulatkan.
-Teat Penempatan (5 poin): tepat ditempatkan di bawah setiap
kuartal, plumb dan spasi dengan benar. -Udder Sumbing (5 poin):
ligament atau urat suspensori yang kuat dan ditunjukkan seperti
kurang jelas-Fore ambing (5 poin): Tegas melekat dengan panjang,
sedang dan kapasitas yang cukup. -Dot (3 poin): Bentuk silinder;
ukuran seragam dengan panjang menengah dan diameter; tidak pendek
maupun tidak panjang. -Ambing Balance dan Tekstur (3 poin): ambing
yang terlihat dari samping terlihat baik. Quarters merataE. Rear
Feet and legsKaki harus lurus, kuat, cukup lebar untuk menyangga
ambing yang lebih besar, serta memiliki sudut yang tepat untuk
melangkah.-Gerakan (5 poin): Penggunaan kaki dan kaki belakang,
termasuk panjang dan arah langkah. Ketika berjalan secara alami,
langkah yang harus panjang dan cairan dengan kaki belakang hampir
menggantikan kaki depan. -Kaki belakangi-Side View (3 poin):
terlihat agak sedikit ike hock.-Kaki depan Rear View (3 poin):
Lurus, lebar dengan kaki pada tempat yang baik. -Kaki (3 poin):
sudut mencuram dan tumit agak mendalam dengan singkat, jari-jari
kaki baik-bulat tertutup. -Thurl Posisi (2 poin): dekat ditengah
antara pinggul dan tulang pin. -Hocks (2 poin): fleksibilitas serta
tidak ada masalah jika bengkak. -Tulang (1 poin): Flat dan bersih
dan terlihat baik.-Pasterns (1 poin): Pendek dan kuat dengan
fleksibel, memiliki sudut tegak moderat.
IIIKESIMPULAN
Pada judging sapi perah ada empat macam bagian yang dinilai
yaitu : Frame (15%), dairy strength (25%), rear feets and legs
(20%), Udder (40%). Penguraiannya sebagai berikut :1. Penampilan
umumterdiri dari: sifat khas bangsa (warna, kepala, ukuran),
tinggi, bagian depan, punggung, kaki dan kuku.2. Sifat perah (Dairy
character)terdiri dari: bentuk baji, leher, pundak, rusuk, paha,
dan kulit3. Kapasitas badan (body capacity)terdiri dari: dalam
dada, crop (penuh), lipat paha4. Ambing (mamary system)terdiri dari
ambing depan, ambing belakang, penopang ambing, puting,
keseimbangan, simetris, dan kualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Alimuddin, Akhmad. 2012. Judging and Body Condition Score Sapi
Perah FH.
Http://Kumpulancerpenversiakhmadalimuddin.Blogspot.Com/2012_12_01_Archive.Html.
Diunduh pada Tahun 2014.
Ammi, Sabir. 2014. Sapi Perah.
Http://Sabirammi.Blogspot.Com/2014/05/Sapi-Perah.Html. Diunduh pada
Tahun 2014.
Anonim :
Http://Arifmbahesti.Blogspot.Com/2010/01/Laporan-Laporan.Html
Anonim :
Http://Patisewubahurekso.Blogspot.Com/2012/03/Body-Condition-Score-
Bcs.Html
Blakely, J dan Bade, Dh. 1994. Ilmu Peternakan Edisi ke 4.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh
Bambang Srigandono). Edmonson, A.J., I.J. Lean, L.D. Weaver, T.
Farver and G. Webster. 1989. A Body Condition Scoring Chart for
Holstein Dairy Cows. J. Dairy Sci. 72: 68 70.
Frandson. R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada
University Press. Yogjakarta.
Harianto, Bagus, dan Erif Kemal Syarif. 2011. Buku Pintar
Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Pt Agromedia Pustaka. Jakarta.
Ismail, Risman. 2012. Seleksi Sapi Perah.
Http://Rismanismail2.Wordpress.Com/2012/01/07/Seleksi-Sapi-Perah/.
Diunduh pada Tahun 2014.
Santosa, Bambang Agus. 2004. Buku Petunjuk Praktikum Produksi
Ternak Perah Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang.
Sapi, Dunia. 2010. Ciri Sapi Perah Unggul.
Http://Duniasapi.Com/Id/Resep/91-Ciri-Sapi-Perah-Unggul.Html.
Diunduh pada Tahun 2014.
Siregar, M. S. 1995. Jenis Tehnik Pemeliharaan dan Analisis
Usaha Sapi Perah. Swadaya, Jakarta.
Syarief, M.Z dan Sumoprastowo. 1990. Teknik Pemeliharaan Sapi
Perah. Kanisius, Yogyakarta.
Usman, Arif. 2010. Laporan-Laporan.
Http://Arifmbahesti.Blogspot.Com/2010/01/Laporan-Laporan.Html.
Diunduh pada Tahun 2014.
Utama, Dicky Tri. 2011. Penilaian Sapi Perah.
Http://Dickyutama.Blogspot.Com/2011/06/Penilaian-Sapi-Perah.Html.
Diunduh pada Tahun 2014.
Williamson, G dan Payne, W. J. A. 1993. Pengantar Peternakan di
Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
1. Frame Rump
Shoulder
Back
Body Capacity
Dairyness
2. Rear legs and Feet Rear Leg
Feet
3. Udder
Rear Udder
Teats
Judging Card
Judging Score