PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP TINGKAT NYERI SAAT … · 2019-06-14 · membuat zat anti dengan mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, ... tetanus, difteri, pertusis, polio,
Post on 23-Jul-2019
238 Views
Preview:
Transcript
PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP
SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN
DI DESA SANGGUNG SUKOHARJO
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
PROGRAM STUDI S
STIKES KUSUMA HUSADA
PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP TINGKAT NYERI
SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN
DI DESA SANGGUNG SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Lingga Liwa Ati
NIM. ST14 035
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
NYERI
SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan Judul “PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP TINGKAT NYERI
SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN DI DESA
SANGGUNG SUKOHARJO”.
Dalam penyusunan Skipsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ns. Atiek Murharyati M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep selaku pembimbing I yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya
skripsi ini.
4. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya skripsi
ini.
5. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat baik moral, material dan spiritual untuk menyelesaikan
pendidikan.
6. Adik- adik saya yang selalu mendengar keluh kesah dan memberikan
semangat kepada saya.
7. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta, khususnya kelompok 6 dan berbagai pihak yang tidak
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
ABSTRAK ............................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusam Masalah ................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Imunisasi ............................................................................... 7
2.2 Nyeri ...................................................................................... 12
2.3 Kompres Es ........................................................................... 17
2.4 Keaslian penelitian ................................................................. 20
2.5 Kerangka Teori ..................................................................... 23
2.6 Kerangka Konsep ................................................................... 24
2.7 Hipotesis Penelitian ............................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 25
3.2 Populasi dan Sampel .............................................................. 26
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 26
3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............ 27
3.5 Alat Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data .................... 27
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................. 30
3.7 Etika Penelitian ...................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat ................................................................... 34
4.2 Analisa Bivariat ..................................................................... 35
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ........................................................ 36
5.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok
Perlakuan .............................................................................. 36
5.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan
Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan .............. 38
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 40
6.2 Saran....................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Keaslian Penelitian 20
3.1 Rancangan Penelitian 25
3.2 Variabel Definisi dan Skala Penelitian 27
4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Kelompok
Kontrol Dan Kelompok Perlakuan di
Desa Sanggung Sukoharjo 34
4.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol
dan Kelompok Perlakuan di Desa Sanggung
Sukoharjo 35
4.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah
Dilakukan Perlakuan pada Kelompok Kontrol
dan Kelompok Perlakuan 35
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Oucher Scale 16
2.2 NRS (Numerical Rating Scale) 17
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
Lampiran 1 F.01 Usulan topik penelitian
Lampiran 2 F.02 Pernyataan Pengajuan Judul
Lampiran 3 F.03 Pernyataan Pergaantian Judul
Lampiran 4 F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 5 F.05 Lembar Oponen
Lampiran 6 F.06 Lembar Audience
Lampiran 7 F.07 Pengajuan ijin penelitian
Lampiran 8 Surat Persetujuan
Lampiran 9 Lembar Observasi
Lampiran 10 Skala FLACC
Lampiran 11 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 12 Hasil Uji independent t test
Lampiran 13 Lembar Konsultasi
Lampiran 14 SOP Kompres Es Untuk Imunisasi
Campak
Lampiran 15 Surat Persetujuan Narasumber
Lampiran 16 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari
Kampus
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Lingga Liwa Ati
Pengaruh Kompres Es Terhadap Tingkat Nyeri saat Imunisasi Campak
pada Bayi Usia 9 Bulan di Desa Sanggung Sukoharjo
Abstrak
Bayi yang mendapat imunisasi campak akan mengalami nyeri yang dapat
menimbulkan kecemasan yang berlebihan bahkan trauma, maka dari itu perlu
dilakukan tindakan atraumatic care seperti kompres es untuk menurunkan nyeri
sehingga tidak akan timbul kecemasan yang berlebihan bahkan trauma. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat
imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasi
exsperiment post-test only with non-equivalent control group design yang
dilakukan di Desa Sanggung Sukoharjo. Teknik pengambilan menggunakan total
sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai P value < 0,000 (P value<0,05),
artinya ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak
pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo. Kompres es terbukti sebagai
cara yang efektif, mudah dan hemat yang dapat dilakukan untuk menurunkan
tingkat nyeri terutama nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.
Kompres es dapat meningkatkan endorphin dan menekan produksi prostalglandin
sehingga dapat meningkatkan ambang batas nyeri.
Kata Kunci: Imunisasi, Nyeri, Kompres Es,
Daftar Pustaka: 37 (2007- 2015)
NURSING GRADUATE STUDY PROGRAM
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Lingga Liwa Ati
The Effect of Ice Application on Pain Level during Measles Immunization in
9-Month Infants in Sanggung Village of Sukoharjo
ABSTRACT
Infants receiving measles immunization will develop pain potentially
generating excessive worry even trauma; for that reason, there should be an
atraumatic care like ice application to reduce pain to prevent excessive worry and
even trauma. This research aimed to find out the effect of ice application on pain
level during measles immunization in 9-month infants.
This study was a quantitative research using quasi-experiment post-test
only with non-equivalent control group design conducted in Sanggung Village of
Sukoharjo. The sampling technique used was total sampling one, with 30
respondents.
The result of research showed that P-value < 0.000 (P value<0.05),
meaning that there was an effect of ice application on pain level during measles
immunization in 9-month infants in Sanggung Village of Sukoharjo. Ice
application proved to be an effective, simple and economic way of reducing pain
level, particularly during measles immunization in 9-month infants. Ice
application could increase endorphin level and suppress prostaglandin production
thereby increasing pain threshold.
Keywords: Immunization, Pain, Ice Application
References: 37 (2007- 2015)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk memberikan kekebalan
pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk
membuat zat anti dengan mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat,
2008). Menurut Kemenkes (2010) imunisasi juga terbukti mampu
mengurangi angka kematian pada anak karena penyakit yang disebabkan
karena infeksi seperti campak, tetanus, difteri, pertusis, polio, hepatitis B
dan TBC. Imunisasi juga merupakan salah satu program pemerintah yang
dijalankan untuk mensukseskan program Millenium Development Goals
(MDGs) yang ditetapkan setelah Konferensi Tingkat Tinggi Milenium
Perserikatan Bangsa Bangsa bulan September tahun 2000.
Data dari Unicef (2013) menyatakan di tahun 2012 presentasi
pelaksanaan imunisasi secara global mencapai 83% dan tidak mengalami
perkembangan dari tahun 2010. Asia Tenggara pada tahun 2011 menjadi
benua dengan tingkat presentasi pelaksanaan imunisasi tertinggi
dibandingkan dengan benua lain yaitu mencapai 91% dan tingkat
keberhasilan pencapaian pelaksanaan imunisasi meningkat ditahun 2012
mencapai 95% (WHO, 2013). Tingkat pelaksanaan imunisasi di Indonesia
menurut data dari Ditjen PPPL Kemenkes RI (2014) hanya mencapai 48,4%.
Bali menduduki peringkat teratas dengan 62; sedangkan Maluku Utara
dengan 17,7%, Jawa Tengah menduduki peringkat ke-4 dengan 56,6%
setelah DKI Jakarta dan Bangka Belitung.
Sukoharjo menduduki peringkat pertama dengan presentasi
pelaksanaan imunisasi tertinggi di Jawa Tengah yaitu mencapai 70,1%
(Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013). Presentasi pelaksanaan di Kecamatan
Gatak khusus untuk imunisasi campak menurut Dinkes Kabupaten
Sukoharjo (2014) mencapai 93,44% dan menduduki peringkat ke-8 diantara
12 Kecamatan yang ada di Sukoharjo.
Imunisasi pada masa bayi dan anak-anak merupakan sumber nyeri
dan penderitaan paling utama yang dapat menimbulkan kecemasan dan
trauma tidak hanya pada anak namun juga dapat terjadi pada keluarga
(Razek & El-Dein, 2009). Kecemasan dan trauma yang ditimbulkan dari
nyeri imunisasi harus segera diminimalkan karena dapat memperbesar
potensi anak mengalami fobia terhadap jarum dan tindakan medis serta
dapat juga menimbulkan ketidakpatuhan terhadap pelayanan kesehatan
dimasa mendatang (Schechter et al, 2007).
Atraumatic care merupakan cara untuk meminimalkan kecemasan
dan trauma pada anak terutama nyeri yang disebabkan oleh injeksi imunisasi
(Lory, 2009 dalam Ismanto, 2015). Atraumatic care pada anak selain untuk
meminimalkan kecemasan dan trauma juga merupakan tindakan yang
bertujuan untuk mengurangi distress psikologis pada keluarga terutama
orang tua yang mendampingi anak (Subandi, 2012). Atraumatic care yang
diterapkan dengan benar juga dapat meminimalkan trauma berkepanjangan
yang biasanya terbawa sampai dewasa sehingga akan terjadi ketidak patuhan
terhadap pelayanan kesehatan selanjutnya (Taddio et al, 2010).
Atraumatic care mempunyai banyak metode yang dapat diterapkan
salah satu metode dalam atraumatic care adalah dengan ice application atau
biasa disebut dengan kompres es. Menurut penelitian Jose & Umarani
(2013) kompres es terbukti dapat menurunkan persepsi nyeri pada anak usia
toodler saat dilakukan imunisasi. Intensitas nyeri yang ditimbulkan dari
tindakan pengambilan darah vena pada anak yang dirawat di Rumah Sakit
terbukti mengalami penurunan setelah dilakukan tindakan kompres es
(Kiran et al, 2013). Pemberian kompres es juga terbukti dapat menurunkan
tingkat kecemasan pada anak pra-sekolah yang akan dilakukan pemasangan
infus di rumah sakit (Sulistiyani, 2009).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November
2015 di Puskesmas Gatak didapatkan bahwa bidan desa yang melakukan
imunisasi disetiap daerahnya menyatakan bahwa kendala yang dialami di
lapangan selama ini adalah rasa takut dan cemas pada bayi dan ibu atau
keluarga yang mendampingi selama proses imunisasi berlangsung. 4 dari 5
ibu yang mendampingi bayi yang diimunisasi menyatakan bahwa takut dan
tidak tega bila melihat anaknya menangis saat di imunisasi. 3 dari 5 ibu juga
menyatakan bahwa tidak mau membantu memegang bagian tubuh bayi saat
imunisasi dikarenakan bayi akan menangis histeris saat diimunisasi.
Bidan desa juga menyatakan bahwa selama ini belum ada Standar
Operasional Prosedur resmi untuk pelaksanaan atraumatic care guna
mengurangi kecemasan, tangisan serta persepsi nyeri pada bayi yang
diimunisasi. Bidan desa sering melakukan teknik distraksi (guide imagery)
pada bayi dengan mengatakan bahwa ada hewan atau sesuatu yang menarik
disisi yang lain (membuat bayi menoleh membelakangi bagian yang
diimunisasi), bidan desa juga menyembunyikan jarum suntik yang akan
digunakan untuk imunisasi. Hal tersebut sering dilakukan sebelum bidan
desa melakukan imunisasi kepada bayi. Beberapa bayi yang mengalami
kecemasan atau menangis histeris biasanya akan tetap diberikan imunisasi
dan akan diberikan ASI atau susu formula setelah dilakukan imunisasi.
Sampai saat ini belum ada intervensi khusus yang dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri serta respon tangisan histeris yang ditimbulkan saat
imunisasi berlangsung selain teknik distraksi (guide imagery) dan pemberian
ASI atau susu formula, tidak pula dilakukan tindakan atraumatic care
seperti kompres es. Fenomena inilah yang membuat penulis tertarik untuk
meneliti tentang pengaruh kompres es terhadap nyeri akibat imunisasi
campak pada bayi usia 9 bulan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, penulis
tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompres es terhadap tingkat
nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh kompres es terhadap tingkat
nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat nyeri pada kelompok
kontrol dan pada kelompok perlakuan yang telah diberikan
perlakuan kompres es .
2. Untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri pada kelompok
kontrol dan pada kelompok perlakuan yang telah diberikan
perlakuan kompres es.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
Diharapkan dengan penelitian ini penulis dapat menambah
ilmu tentang pengaruh atraumatic care khususnya dengan kompres
es terhadap nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.
Serta diharapkan dapat menambah pengalaman dalam penerapan
atraumatic care khususnya kompres es diluar institusi rumah sakit.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan penelitian ini institusi pendidikan dapat
menambah reverensi ilmu dalam pengajaran atraumatic care dan
dapat memperdalam serta mengajarkan berbagai macam teknik-
teknik baru dalam atraumatic care kepada seluruh mahasiswa dan
mahasiswi keperawatan.
1.4.3 Bagi Perawat atau Bidan
Diharapkan dengan penelitian ini perawat atau bidan dapat
lebih menerapkan atraumatic care khususnya teknik kompres es
dalam setiap perawatan yang diberikan terutama saat imunisasi
campak.
1.4.4 Bagi Puskesmas
Diharapkan dengan penelitian ini dapat dijadikan rujukan
untuk membantu puskesmas pada umumnya dan tim pelaksana
imunisasi pada khususnya untuk menentukan kebijakan-kebijakan
dalam meningkatkan pelayanan yang berhubungan dengan
penerapan atraumatic care pada bayi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Imunisasi
2.1.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi
dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah penyakit seperti penyakit TBC,
Hepatitis, campak, difteri, pertusis, tetanus dan lain-lain (Hidayat,
2008). Pemindahan atau transfer antibodi tertentu secara pasif dapat
juga dikatakan sebagai imunisasi (Ranuh, 2014).
2.1.2 Tujuan Imunisasi
Tujuan utama imunisasi menurut Kemenkes (2010) adalah
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang
sangat potensial menimbulkan wabah dan kematian terutama pada
balita dan anak. Tujuan lain dari imunisasi menurut Dwienda et al
(2014) yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu dan
untuk mengurangi resiko cacat ataupun kematian apabila di masa
mendatang anak mengalami penyakit tertentu.
7
2.1.3 Jenis Imunisasi
Imunisasi mempunyai beberapa jenis. Jenis imunisasi dapat
dilihat berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuhnya dan
dapat dilihat dari waktu pemberiannya.
1. Dilihat dari proses atau mekanisme pertahanan tubuhnya
Imunisasi apabila dilihat dari proses atau mekanisme
pertahanan tubuhnya dikelompokkan menjadi dua jenis (Hidayat,
2008) yaitu:
a. Imunisasi Aktif
Pemberian imunisasi aktif ini akan memacu reaksi
imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan
humoral serta dihasilkannya cell memory. Apabila imunisasi
aktif ini berhasil, ketika tubuh terjadi infeksi maka tubuh secara
cepat dapat merespon. Imunisasi aktif yang diberikan berasal
dari bakteri atau virus yang dilemahkan sehingga vaksin ini
mempunyai kemungkinan dapat menyebabkan penyakit ringan
atau biasa disebut sebagai kejadian ikutan (Ranuh, 2014).
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan imunisasi dengan pemberian
zat (immunoglobulin) yang berupa virus atau bakteri yang
virulensinya telah dihilangkan (Ranuh, 2014).
2. Dilihat dari waktu pemberiannya
Imunisasi apabila dilihat dari waktu pemberiannya juga
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (Oktarni, 2015):
a. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar merupakan imunisasi yang harus
dilakukan pada usia balita dimana imunisasi mencakup
hepatitis B, campak, polio, dan DPT yang dilakukan secara
berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
b. Imunisasi Penguat/ Booster
Imunisasi penguat atau biasa disebut imunisasi Booster
merupakan imunisasi yang dilakukan dengan tujuan untuk
menambah tingkat kekebalan protektif vaksin sehingga tingkat
respon imun protektif tetap tinggi. Imunisasi penguat biasanya
dilakukan pada anak usia sekolah dan remaja.
2.1.4 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Imunisasi tidak dapat mencegah semua penyakit yang timbul
pada balita dan anak, hanya penyakit yang dapat menyebabkan
kematian dan kecacatan secara permanen saja yang saat ini dapat
dicegah dengan imunisasi, antara lain (Soedjatmiko, 2009):
1. Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B yang disebabkan oleh virus hepatitis
B merupakan penyakit yang menyerang sel-sel hati, penyakit ini
dapat dicegah dengan pemberian vaksin hepatitis B.
2. Polio
Penyakit polio merupakan penyakit yang menyerang
pusat syaraf otot sehingga menyebabkan kelumpuhan otot dan
kecacatan yang menetap. Polio disebabkan oleh virus polio dan
dapat dicegah dengan vaksin polio.
3. Tubercolusis (TBC)
Penyakit tubercolusis atau biasa disebut TBC merupakan
penyakit yang menyerang kelenjar getah bening, otak, paru-paru
dan tulang. TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberkolusa.
TBC dapat dicegah dengan imunisasi BCG.
4. Difteri
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Corrynaebacterium diphteriae. Bakteri ini akan menyerang
saluran nafas atas serta dapat melumpuhkan otot jantung dan
serabut syaraf. Difteri dapat dicegah dengan imunisasi DPT dan
DT.
5. Pertusis
Pertusis biasa disebut dengan batuk rejan. Pertusis
disebabkan oleh Bordetella pertusis. Bakteri ini akan menyerang
saluran nafas atas. Pertusis dapat dicegah dengan imunisasi DPT.
6. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh
Clostridium tetani. Penyakit tetanus dapat dicegah dengan
imunisasi DPT.
7. Campak
Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus campak golongan Paramicovirus. Penyakit campak
dapat dicegah dengan imunisasi campak. Menurut Permenkes no
42 tahun 2013 pemberian imunisasi campak dilakukan dalam 2
kali pemberian yaitu pada saat bayi usia 9 bulan sebagai imunisasi
dasar kemudian diberikan juga pada usia 2 tahun sebagai
imunisasi lanjutan.
2.1.5 Kontra Indikasi Imunisasi
Pemberian imunisasi tidak dapat diberikan kepada setiap
bayi, balita dan anak-anak, ada beberapa kriteria yang tidak dapat
diberikan imunisasi, antara lain pada bayi, balita atau anak yang
sedang dalam kondisi imun yang menurun seperti pada anak yang
mengalami demam dan flu, anak dengan imunokompromais,
pengobatan kortikosteroid , infeksi HIV dan anak dengan penyakit
kronis lainnya juga tidak dianjurkan menerima imunisasi (Oktarni,
2015).
2.2 Nyeri
2.2.1 Pengertian Nyeri
Nyeri menurut International Association For Study of Pain
dalam Saputra (2013) dapat dikatakan sebagai sensori subjektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau menggambarkan
kondisi terjadi kerusakan.
2.2.2 Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
berdasarkan durasi dan berdasarkan tempatnya (Asmadi, 2008).
1. Berdasarkan durasi
Nyeri apabila dilihat berdasarkan durasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan dalam waktu
yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan dan daerah
nyeri diketahui dengan jelas. Nyeri akut juga dapat diartikan
sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang dialami oleh anak yang diakibatkan oleh
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.Contoh dari nyeri
akut adalah nyeri yang diakibatkan oleh injeksi (Hockenberry
& Wilson, 2007).
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang dirasakan lebih dari
enam bulan atau bahkan terjadi selama bertahun-tahun.
2. Berdasarkan tempatnya
Nyeri apabila dibedakan berdasarkan tempatnya dapat
dibedakan menjadi empat yaitu:
a. Pheriperal pain
Pheriperal pain adalah nyeri yang terasa pada
permukaan tubuh misalnya pada bagian tubuh yang dilakukan
injeksi.
b. Deep pain
Deep pain adalah nyeri yang terasa pada permukaan
tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ visceral.
c. Refered pain
Refered pain adalah nyeri dalam yang disebabkan
karena penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang
ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri.
d. Central pain
Central pain adalah nyeri yang terjadi karena
perangsangan pada system saraf pusat.
2.2.3 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri menurut Andarmoyo (2013), stimulus nyeri
pertama kali akan diterima oleh nosiseptor mekanis dan stimulus nyeri
akan diubah menjadi aktivitas listrik yang akan dihantarkan oleh
serabut syaraf A delta dan serabut syaraf C melalui syaraf aferen
menuju ke Sistem Syaraf Pusat (SSP). SSP yang menerima impuls nyeri
ini adalah cornus dorsalis yang berada pada medulla spinalis. Cornus
dorsalis di anggap juga sebagai gerbang nyeri karena didalam cornus
dorsalis terdapat jaras askenden, apabila jaras askenden aktif atau
terbuka maka impuls nyeri akan diterima serta ambang nyeri akan
mengalami penurunan sehingga seseorang dapat merasakan nyeri dan
dapat menimbulkan respon nyeri.
2.2.4 Respon nyeri
Prasetyo (2010) menyatakan bahwa hanya seseorang yang
mengalami nyeri yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri
yang dirasakan. Respon nyeri pada setiap individu dapat dipengaruhi
oleh usia, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, pengalaman
terdahulu, gaya koping, dukungan keluarga dan dukungan sosial
(Andarmoyo, 2013).
2.2.5 Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah
nyeri yang dirasakan oleh seseorang, yang dapat dideskripsikan
melalui skala-skala tertentu yang disesuaikan dengan kondisi individu
(Tamsuri, 2007). Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa skala nyeri
pada bayi dapat diukur dengan FLACC, anak-anak dapat diukur
dengan menggunakan skala Oucher, sedangkan untuk mengukur skala
nyeri pada orang dewasa dapat menggunakan skala numerik.
1. Skala FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability)
Skala FLACC merupakan skala nyeri yang dapat digunakan
untuk mengukur nyeri pada anak usia >2 bulan sampai 7 tahun
dengan menggunakan respon tubuh sebagai bahan penilaiannya
(Renovaldi, Novayelinda & Rahmalia, 2010). Skala FLACC
merupakan skala yang menilai respon dari wajah (nilai 0= tidak
ada perubahan ekspresi wajah, 1=meringis/menarik diri/tidak
tertarik, 2= rahang terkatup/dagu gemetar), kaki (nilai 0= tidak ada
perubahan gerakan kaki, 1=kaki cemas/gelisah/tegang,
2=menendang/menarik kaki), aktivitas (nilai 0=tidak ada
perubahan aktivitas, 1= menggeliat/ tegang, 2= melengkung/kaku/
menyentak), tangisan (nilai 0=tidak menangis,
1=mengerang/merintih, 2=menangis dengan berteriak/menangis
dengan mengeluh) dan konsolabilitas (0=normal, 1=mudah
dialihkan dengan sentuhan/pelukan/diajak bicara, 2=sulit untuk
dihibur atau dibuat nyaman). Skala ini akan menunjukkan nilai 0-
10 dengan kriteria 0 berarti tidak nyeri, 1-3 berarti nyeri ringan, 4-
6 nyeri berat dan 7-10 nyeri berat sekali (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2014).
2. Skala Oucher
Skala Oucher merupakan skala khusus yang digunakan
untuk mengukur skala nyeri pada anak-anak. Skala ini terdiri dari
skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak
yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi
sebelah kanan untuk anak-anak yang lebih kecil.
Gambar 2.1 Oucher Scale
Sumber: Beyer, Villaruel & Denyes (2009).
Keterangan :
0-29 : sedikit nyeri
30- 69 : nyeri sedang
70-99 : nyeri berat
100 : nyeri yang sangat berat
3. Skala Numerik (Numerical Rating Scales)
Skala numeric (Numerical Rating Scales) merupakan skala
yang digunakan untuk mengukur nyeri pada anak usia sekolah
yang tidak mengalami gangguan komunikasi, remaja dan orang
dewasa. Skala ini menggunakan skala dari 0-10 untuk
menunjukkan tingkat nyeri yang dialami.
Sumber : Andarmoyo (2013).
2.3 Kompres Es
2.3.1 Pengertian Kompres Es
Kompres es merupakan suatu tindakan pemeliharaan suhu
tubuh yang dilakukan menggunakan es balok dengan ukuran kecil
dengan tujuan untuk mengebalkan rasa sakit dan menghentikan
perdarahan (Asmadi, 2008). Kompres es dapat juga diartikan sebagai
Gambar 2.2 NRS (Numerical Rating Scales)
10
Nyeri Sangat
Hebat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak Nyeri
tindakan menempelkan atau melilitkan kumpulan es ke atas permukaan
kulit dengan batas sebuah kain agar tidak menimbulkan rasa yang
terlalu dingin.
2.3.2 Manfaat Kompres Es
Kompres es mempunyai manfaat yang bermacam- macam,
antara lain dapat menurunkan suhu tubuh, mencegah meluasnya
peradangan, mengurangi kongesti, mengurangi perdarahan setempat
serta dapat mengurangi nyeri (Asmadi, 2008).
2.3.3 Mekanisme Kerja Kompres Es
Kompres es yang dilakukan pada sumber nyeri terutama
nyeri superfisisal seperti nyeri yang diakibatkan oleh tusukan jarum
dapat menurunkan produksi prostalglandin sehingga sensitivitas
reseptor nyeri berkurang dan menghambat proses inflamasi (Muttaqin,
2008). Kompres es dapat memacu produksi endoprin yang berguna
memblokir stimulus hantaran nyeri dan dapat memberikan perasaan
nyaman serta mengalihkan fokus perhatian dari stimulus nyeri (Hall &
Stockert, 2007). Kompres es yang dilakukan pada area kulit juga dapat
membuat kulit menurunkan respon nyeri oleh karena adanya pelepasan
endorphin, sehingga dapat memblokir transmisi serabut syaraf sensori
A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga menurunkan transmisi
nyeri pada serabut C dan delta A sehingga gerbang sinaps menutup
transmisi impuls nyeri (Sulistiyani, 2009).
2.3.4 Kontraindikasi Pemberian Kompres Es
Kontraindikasi pemberian kompres es antara lain pada
penderita dengan:
1. Luka terbuka
Seseorang dengan luka terbuka tidak boleh diberikan
kompres es karena dapat mengurangi aliran darah ke luka terbuka
sehingga akan meningkatkan kerusakan jaringan.
2. Menderita raynoud disease
Raynoud disease merupakan suatu keadaan yang
menyerang pembuluh darah pada ekstremitas ketika terjadi dingin
dan stess. Pemberian kompres es pada penderita raynoud disease
dapat meningkatkan spasme arteri.
2.4 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Nama
Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil
Penelitian
Jisy Jose &
Umarani
(2013)
Effect of ice
application in
reducing pain
perception of
toodlers during
immunization
− Desain penelitian
yang digunakan
adalah quasi
eksperimental.
− Penelitian
dilakukan di klinik
imunisasi.
− Sampel dipilih
dengan
menggunakan
teknik convenience
sampling dan
dibagi menjadi
Kompres es
terbukti dapat
meminimalisir
nyeri imunisasi
pada anak usia
toodler.
kelompok kontrol
dan kelompok
eksperimen.
− Sampel terdiri dari
60 anak berusia
15-18 bulan.
− Sampel pada
kelompok
eksperimen
diberikan kompres
es (es dibungkus
kain katun)
sebelum dilakukan
imunisasi,
kompres dilakukan
disekitar area
penusukan selama
30 diikuti dengan
istirahat selama 60
detik dan diulang
dua kali kemudian
dilakukan
imunisasi.
− Tingkat nyeri
diamati dan diukur
menggunakan
FLACC Behavior
Pain Assessment
Scale.
− Kelompok control
dilakukan
imunisasi tanpa
diberikan kompres
es.
Navjot
Kiran,
Sukhjit
Kaur dan
Marwaha
(2013)
Effect of ice pack
applicationat the site
prior to venipuncture
on intensity of pain
among children
− Sampel berjumlah
100 yang diambil
secara random dan
dibagi kedalam
kelompok kontrol
dan kelompok
perlakuan.
− Kompres es
dilakukan dengan
cara kantong es
yang dilapisi kain
flannel diletakkan
Kompres es
terbukti murah,
aman dan
mampu
mengurangi
tingkat nyeri
pada anak usia
pra sekolah
yang dilakukan
prosedur
±5cm di sekitar
area penusukan
yang dilakukan
sekitar 3 menit.
− Alat ukur
menggunakan
FLACC Behavior
Pain Assessment
Scale.
pengambilan
darah vena.
Gusgus
Ghraha
Ramdhanie
(2013)
Perbedaan dampak
penggunaan EMLA
dan kompres dingin
terhadap tingkat
nyeri anak usia
sekolah saat tindakan
pungsi venadi RSU
Dr. Slamet Garut
− Merupakan quasi
eksperimen
− Rancangan
penelitian posttest
only dengan 1
kelompok
diberikan EMLA
dan 1 kelompok
diberikan kompres
dingin.
− Pendekatan
sampling yang
dipakai adalah
non-probabilitas
dengan metode
consecutive
sampling dengan
jumlah sampel 50
anak usia sekolah.
− Alat ukur
menggunakan
wong baker pain
rating scale
− Kompres es
diberikan 3 menit
sebelum dilakukan
pungsi vena.
Pemberian
EMLA dan
kompres dingin
sama-sama
dapat
menurunkan
tingkat nyeri
pada anak usia
sekolah yang
dilakukan
tindakan pungsi
vena.
Endah
Sulistiyani
(2009)
Pengaruh pemberian
kompres es batu
terhadap tingkat
nyeri pada anak usia
pra-sekolah yang
dilakukan prosedur
pemasangan infus di
RSUP Dr.
− Penelitian
menggunakan
quasi-eksperimen
dengan rancangan
nonequivalent
control group after
only design
− 32 anak dalam
kelompok kontrol
Kompres es
terbukti dapat
menurunkan
nyeri pada
prosedur
pemasangan
infuse pada
anak pra
Ciptomangunkusumo
Jakarta
dan 32 kelompok
perlakuan
− Pengumpulan data
menggunakan 1
kuisioner dan
observasi
menggunakan
skala wong baker
pain faces
sekolah
2.5 Kerangka Teori
Sumber: Andarmoyo (2013), Hall & Stockert (2007), Saputra Lyndon (2013).
Keterangan:
: Tidak diteliti
: Diteliti
: Berpengaruh diteliti
Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri yang
sangat berat
Imunisasi
Nyeri
Imunisasi
Faktor yang
mempengaruhi
nyeri:
1. Usia
2. jenis kelamin
3. kebudayaan,
makna nyeri
4. perhatian
5. ansietas
6. pengalaman
terdahulu
7. gaya koping
Intervensi untuk
mengurangi nyeri:
1. Farmakologis
2. Non Farmakologis
a. Relaksasi nafas
dalam
b. Distraksi
c. Guide imagery
d. Kompres
hangat
e. Kompres es
2.6 Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis Penelitian
Ha : Ada pengaruh pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri saat
imunisasi campak pada anak usia 9 bulan.
Ho : Tidak ada pengaruh pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri
saat imunisasi campak pada anak usia 9 bulan.
Nyeri imunisasi
sebelum diberikan
kompres es
Pemberian
kompres es
Nyeri imunisasi
setelah
diberikan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan desain quasi exsperiment post-test only with non-equivalent
control group design. Quasi exsperiment post-test only with non-equivalent
control group design merupakan metode penelitian dimana peneliti tidak
dapat sepenuhnya mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi
jalannya eksperimen, sampel yang digunakan pada metode ini tidak boleh
diambil secara acak, desain ini menggunakan kelompok kontrol dan hanya
akan dilakukan pengukuran hasil setelah dilakukan perlakuan (Sugiyono,
2015).
Kelompok Perlakuan Post-test
A X OX-A
B Y OY-B
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Keterangan:
X : diberikan perlakuan kompres es
Y : tidak diberikan perlakuan kompres es
OX-A : tingkat nyeri setelah diberikan perlakuan kompres es
pada kelompok perlakuan
OY-B : tingkat nyeri pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan perlakuan kompres es
24
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dalam
penelitian ini adalah bayi usia 9 bulan yang menjalani vaksin campak
yang berjumlah 30 bayi yang telah di data pada bulan November.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya akan
diteliti (Siswanto, 2012). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dengan teknik Nonprobability sampling with total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sujarweni dan
endrayanto, 2012). Penelitian ini menggunakan 30 sampel.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2015
yang dibagi menjadi 2 tahap pertemuan yaitu pada pukul 09.00 WIB
(untuk kelompok perlakuan) dan pukul 15.00 WIB (untuk kelompok
kontrol) di Desa Sanggung, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap yang meliputi
penyusunan proposal, pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian
dari bulan Juni sampai Februari tahun 2015.
3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur
Indikator
Penilaian
Skala
Data
Variabel
Independen:
Kompres es
Tindakan
menempelkan
es (1 balok
kecil sesuai
cetakan) yang
dilapisi kain
pada
permukaan
kulit selama 3-
5 menit
sebelum
imunisasi
Lembar
observasi
1 = tidak diberi
kompres es
2 = diberi
kompres es
Nominal
Variabel
Dependen:
Nyeri
Persepsi rasa
yang
menyakitkan
dan tidak
diinginkan saat
dan setelah
imunisasi
Skala
FLACC
(Face, Leg,
Activity, Cry,
Consolability)
Dimulai dari
angka 0 (tidak
ada nyeri)
sampai angka
10 (nyeri
sangat berat)
Rasio
Tabel 3.2 Variabel, definisi dan skala penelitia
34
3.5 Alat Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
1. Nyeri
Alat penelitian yang digunakan untuk mengukur nyeri yaitu
skala FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability) . Skala ini
digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri yang terjadi setelah
dilakukan perlakuan.
2. Kompres Es
Kompres es akan dilakukan segera sebelum dilakukan
imunisasi. Es batu yang berbentuk balok kecil akan di masukkan ke
dalam plastik tipis dan dilapisi dengan kain katun lalu dikompreskan
pada area yang akan di imunisasi selama 3-5 menit. bayi yang
diberikan kompres es dan yang tidak diberikan akan dicatat dalam
lembar observasi.
3.5.2 Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas adalah uji yang dilakukan pada instrument
penelitian untuk mengetahui kesamaan antara alat ukur dan objek yang
diukur (Sugiyono, 2015). Uji Reabilitas adalah uji yang dilakukan untuk
membuktikan bahwa alat ukur tersebut dapat menunjukkan hasil yang
sama apabila digunakan pada obyek yang sama dalam waktu yang berbeda
(Sugiyono, 2015).
35
Uji validitas pada FLACC dilakukan dengan metode conten
validity. Conten validity merupakan metode yang dilakukan dengan cara
menanyakan kepada orang yang dianggap ahli dan mengetahui tentang
FLACC, yaitu dilakukan kepada dosen pembimbing utama dan dosen
pembimbing pendamping yang menyatakan bahwa FLACC cukup valid
dan reliable untuk digunakan sebagai alat ukur nyeri pada bayi usia 9
bulan.
3.5.3 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap,
yaitu:
1. Peneliti datang ke tempat penelitian kemudian memperkenalkan diri.
2. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta
kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian.
3. Peneliti membagi bayi yang datang pada pukul 09.00 WIB menjadi
kelompok perlakuan dan bayi yang datang pada pukul 15.00 WIB
menjadi kelompok kontrol.
4. Peneliti memberikan perlakuan pada kelompok perlakuan dengan cara
memberikan kompres es pada bayi dan meminta keluarga bayi untuk
memegang kompres es secara mandiri. Prosedur pengompresan
dilakukan pada area deltoid tangan yang akan dilakukan imunisasi.
Setelah 3-5 menit peneliti meminta keluarga yang memegang kompres
36
untuk menghentikan proses mengompres. Kelompok kontrol tidak
diberikan perlakuan kompres es dan hanya dilakukan imunisasi seperti
biasa dimana bidan akan memberikan teknik distraksi.
5. Dilakukan imunisasi pada bayi.
6. Peneliti mengukur nyeri dengan melakukan observasi selama ±3 menit
dimulai saat imunisasi berlangsung.
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Editing merupakan kegiatan memeriksa data yang didapat
dari hasil jawaban kuisioner maupun instrument (Siswanto, 2012).
Editing dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa
hasil dari alat yang digunakan untuk mengukur nyeri.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan menyederhanakan data huruf
menjadi data dalam bentuk angka sehingga dapat diolah menggunakan
software pengolah data statistik (Siswanto, 2012). Kelompok kontrol
diberi kode 1 dan kelompok perlakuan diberi kode 2. Variabel yang
disederhanakan dalam penelitian ini adalah tingkat nyeri.
37
3. Tabulating
Tabulating merupakan proses menyusun dan menghitung
data hasil pengkodean, kemudian dibuat tabel agar mudah terbaca
(Siswanto, 2012). Proses tabulating data meliputi:
a. Mempersiapkan tabel dengan kolom dan baris yang telah disusun
dengan cermat sesuai kebutuhan.
b. Menghitung banyaknya frekuensi untuk setiap kategori hasil
pengukuran
c. Menyusun distribusi dan tabel frekuensi dengan tujuan agar data
dapat tersusun dengan rapi, mudah dibaca dan dianalisis.
4. Proccesing
Processing merupakan pengolahan data yang dilakukan
dengan program atau software komputer (Siswanto, 2012). Processing
dalam penelitian ini menggunakan aplikasi software pengolah data.
5. Cleaning
Cleaning merupakan proses terakhir melihat dan mengoreksi
data untuk meminimalkan kesalahan, cleaning juga sering disebut
pembersihan data (Siswanto, 2012).
38
3.6.2 Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk
mendeskripsikan variabel penelitian dengan membuat tabel distribusi
frekuensi atau untuk mendeskripsikan data ditampilkan dalam proporsi
atau persentase dan tabel (Hidayat, 2008). Tujuan dari analisis
univariat adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti (Dahlan, 2008). Analisa univariat dalam
penelitian ini adalah nyeri yang akan dimasukkan kedalam bentuk
tabulasi minimum, maximum, mean, median dan standar deviasi
untuk menarik sebuah kesimpulan.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui
interaksi antar variabel tersebut, baik bersifat komparatif, asosiatif
ataupun korelatif. Terdapat uji parametrik dan non parametrik pada
analisa bivariat (Dahlan, 2008). Uji normalitas data pada penelitian ini
menggunakan Saphiro Wilk karena sampel berjumlah kurang dari 50.
Hasil data yang telah diperoleh telah diuji normalitas menggunakan
39
teknik Saphiro Wilk dengan hasil kelompok kontrol p> 0,05 (0,215>
0,05) dan kelompok perlakuan p> 0,05 (0,070> 0,05 dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, maka akan dilakukan uji
independent t test.
Interpretasi uji independent t test apabila nilai p < 0,05 maka
Ho ditolak, Ha diterima artinya ada pengaruh pemberian kompres es
terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan
dan apabila nilai p >0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak artinya tidak
ada pengaruh pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri saat
imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.
3.7 Etika Penelitian
3.7.1 Anonimity
Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan dalam penelitian
ini. Peneliti tidak akan mencantumkan nama pada lembar pengumpulan
data. Penulis akan mecantumkan inisial dan member nomor pada lembar
observasi.
3.7.2 Confidentiality
Semua informasi data yang didapat dari sampel penelitian dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
disajikan dalam hasil penelitian.
40
3.7.3 Informed Consent
Informed consent ditujukan pada seluruh orang tua, didalam
inform consent dijelaskan bahwa anak akan menjadi responden penelitian,
pada lembar Informed Consent juga akan dijelaskan mengenai tujuan,
manfaat dan harapan peneliti terhadap responden.
3.7.4 Justice
Setiap responden harus diperlakukan adil dan peneliti memastikan
distribusi keuntungan dan kerugiannya terdistribusi rata. Peneliti tidak
boleh membeda-bedakan jenis kelamin ataupun dari bentuk fisik pada
responden.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat
4.1.1 Karakteristik Responden
Hasil penelitian dari 30 responden yang terdiri dari 15 responden
pada kelompok kontrol dan 15 responden pada kelompok perlakuan
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Kelompok Kontrol Dan
Kelompok Perlakuan di Desa Sanggung Sukoharjo
Jenis Kelamin Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
frekuensi % frekuensi %
Laki-laki 9 60 5 33,3
Perempuan 6 40 10 66,7
Jumlah 15 100 15 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan bahwa distribusi
frekuensi jenis kelamin pada kelompok kontrol yang berjumlah 15
responden lebih banyak laki-laki yaitu 9 responden (60%) sedangkan
pada kelompok perlakuan yang berjumlah 15 responden distribusi
frekuensi jenis kelamin lebih banyak perempuan yaitu 10 responden
(66,7%).
41
4.1.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Tabel 4.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Perlakuan di Desa Sanggung Sukoharjo (N=30)
Mean Median
nilai SD
Min Max
Kel. Kontrol 4,60 4,00 1 9 1,993
Kel. Perlakuan 2,33 2,00 1 4 0,976
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat digambarkan bahwa nilai mean,
median, maximum dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar
pada kelompok kontrol yaitu nilai mean 4,60, nilai median 4,00, nilai
maximum 9 dan standar deviasi 1,993. Nilai minimum dari kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan sama yaitu 1.
4.2 Analisa Bivariat
4.2.1 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan pada
Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan
Tabel 4.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan (N=30)
Nyeri P Value
Mean Std. deviasi
Kelompok Kontrol 4,60 1,993 0,000
Kelompok Perlakuan 2,33 0,976
Berdasarkan tabel 4.4 dapat digambarkan bahwa P value < 0,05
(0,000<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima sehingga ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat
imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo.
43
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah bayi berusia 9 bulan yang
mendapat imunisasi campak. Hal ini sesuai dengan Permenkes no. 42 tahun
2013 yang menyebutkan bahwa pemberian imunisasi campak pertama kali
dilakukan pada bayi usia 9 bulan sebagai imunisasi dasar.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kelompok kontrol yang berjumlah
15 responden lebih banyak laki-laki yaitu 9 responden (60%) sedangkan pada
kelompok perlakuan yang berjumlah 15 responden lebih banyak perempuan
yaitu 10 responden (66,7%). Distribusi frekuensi jenis kelamin pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak sama, karena menurut
peneliti jenis kelamin tidak mempengaruhi respon nyeri terutama pada bayi
usia 9 bulan. Hal ini sesuai dengan Andarmoyo (2013) bahwa jenis kelamin
bukan merupakan faktor yang mempengaruhi respon nyeri pada seseorang.
5.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Hasil penelitian diketahui bahwa nilai mean, median, nilai maximum
dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada kelompok kontrol yaitu
nilai mean 4,60, nilai median 4,00, nilai maximum 9 dan standar deviasi
1,993. Nilai minimum dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sama
yaitu 1. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat nyeri dalam
43
44
kelompok kontrol yang tidak diberikan kompres es lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok perlakuan yang diberikan kompes es. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa setiap bayi yang diberi imunisasi campak melalui
injeksi akan mengalami nyeri, walaupun tingkatannya berbeda-beda.
Menurut Hockenberry & Wilson (2007) injeksi dapat diartikan sebagai
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang dialami
oleh anak yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan.
Kerusakan jaringan kulit menurut Andarmoyo (2013) merupakan
stimulus nyeri yang dapat diterima oleh nosiseptor mekanis kemudian
stimulus nyeri akan diubah menjadi aktivitas listrik yang akan dihantarkan
oleh serabut syaraf A delta dan serabut syaraf C melalui syaraf aferen menuju
ke sistem syaraf pusat (SSP). SSP yang menerima impuls nyeri ini adalah
cornus dorsalis yang berada pada medulla spinalis, Cornus dorsalis di anggap
juga sebagai gerbang nyeri karena didalam cornus dorsalis terdapat jaras
askenden, apabila jaras askenden aktif atau terbuka maka impuls nyeri akan
diterima serta ambang nyeri akan mengalami penurunan sehingga seseorang
dapat merasakan nyeri dan dapat menimbulkan respon nyeri.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Asmadi (2007) yang menyatakan
bahwa salah satu manfaat dari kompres es adalah mengurangi nyeri. Kompres
es bila diberikan pada sumber nyeri seperti tusukan jarum dapat menurunkan
produksi prostalglandin sehingga sensitivitas reseptor nyeri berkurang
(Muttaqin, 2008). Menurut Hall & Stocker (2007) kompres es dapat memacu
45
produksi endoprin yang berguna memblokir stimulus hantaran nyeri sehingga
dapat mengalihkan perhatian dari stimulus nyeri.
5.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan Pada
Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan
Hasil analisis pada penelitian yang di uji menggunakan independent t
test menunjukkan nilai P value < 0,05 (0,000<0,05) yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima sehingga ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri
saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo.
Penelitian ini sejalan dengan teori penelitian lain yang menyatakan bahwa
kompres es terbukti dapat meminimalkan nyeri imunisasi pada anak usia
toodler (Jose & Umarini, 2013). Kompres es mempunyai efek pengurang
respon nyeri yang sama seperti penggunaan EMLA (Eutentic Micture of
Local Anesthetics) pada anak usia sekolah yang dilakukan prosedur pungsi
vena (Ramdhanie, 2013).
Kompres es dapat membuat kulit menurunkan respon nyeri oleh
karena adanya pelepasan endorphin, sehingga dapat memblokir transmisi
serabut syaraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga
menurunkan transmisi nyeri pada serabut C dan delta A sehingga gerbang
sinaps menutup transmisi impuls nyeri (Sulistiyani, 2009). Penelitian
Sulistiyani (2009) membuktikan bahwa kompres es merupakan metode
efektif dan efisien bila digunakan sebagai stimulasi kulit, terutama pada anak
usia pra sekolah yang dilakukan pemasangan infus.
46
Stimulus nyeri yang terjadi karena imunisasi campak akan diterima
dan dilanjutkan oleh jaras-jaras nyeri, namun apabila dilakukan kompres es
maka kemampuan jaras-jaras nyeri untuk menerima dan melanjutkan
stimulus nyeri akan berkurang (Ball & Blinder, 2003 dalam Sulistiyani,
2009). Menurut penelitian Kiran, Kaur & Marwaha (2013) kompres es
merupakan metode murah, aman dan mampu mengurangi rasa nyeri saat
dilakukan pengambilan darah vena pada anak usia pra sekolah.
Kelompok kontrol yang tidak diberikan kompres es tetap
mendapatkan imunisasi hanya dengan prosedur seperti biasa yaitu bidan akan
memberikan teknik distraksi dan berusaha menyembunyikan jarum suntik
dari bayi yang akan di imunisasi. Pelaksanaan imunisasi kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan dalam penelitian ini dibuat se-alami mungkin
sehingga suasana lingkungan diharapkan tidak akan mempengaruhi hasil dari
penelitian.
47
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian, pengolahan data dan analisa data dapat
disimpulkan:
1. Nilai mean, median dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada
kelompok kontrol yaitu nilai mean 4,60, nilai median 4,00 dan standar
deviasi 1,993. Nilai tingkat nyeri maksimum pada kelompok kontrol yang
ditemukan adalah 9 dan pada kelompok perlakuan 4. Nilai minimum pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1.
2. Nilai P = 0,000 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada
bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan
beberapa saran, antara lain:
1. Bagi Perawat, Bidan atau Pelaksana Imunisasi
Diharapkan perawat, bidan atau pelaksana imunisasi dapat selalu
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
imunisasi. Pelaksana imunisasi diharapkan dapat mengaplikasikan
metode kompres es untuk menurunkan tingkat nyeri saat imunisasi.
47
48
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan penelitian ini, masyarakat khususnya
masyarakat di Desa Sanggung Sukoharjo dapat menerapkan teknik
kompres es dalam imunisasi selanjutnya secara mandiri, sehingga ibu
atau yang mendampingi bayi saat imunisasi tidak akan merasa cemas
akan rasa sakit yang akan ditimbulkan dari imunisasi khususnya
imunisasi campak.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan bacaan dan
reverensi belajar khususnya tentang cara menurunkan tingkat nyeri
dengan menggunakan kompres es sehingga dapat membantu
meningkatkan mutu dalam pembelajaran untuk menghasilkan perawat
yang lebih profesional, inovatif, terampil dan bermutu.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian
ini, seperti melakukan pengamatan jangka panjang berkaitan dengan
adakah efek samping yang ditimbulkan dari kompres es khususnya pada
imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.
49
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz
Media. Jogjakarta. Hal 36.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta. Hal 77.
Beyer Judith E, Villaruel Antonia M, Denyes Mary J. 2009. The Oucher: User’s
Manual and Technical Report. http://www.oucher.org/the_scales.html.
Diakses pada 15 Juni 2015.
Dahlan, Sopiyudin M. 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan
Deskriptif, Bivariat dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan
Menggunakan SPSS, Edisi 4. Salemba Medika. Jakarta.
Dinkes Kabupaten Sukoharjo. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014. Sukoharjo.
Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2013. Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2010/dokumen/2014/SDK/
Mibangkes/BUKU_SAKU_TH2013.pdf. Diakses pada 15 Juni 2015.
Ditjen PPPL Kemenkes RI. 2014. Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. www.depkes.go.id /download.php?
file=download/...%20Des%2014.pdf, diakses pada 15 Juni 2015.
Dwienda Octa, Maita Liva, Saputri E. Maya, Yulviana Rina. 2014. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah untuk
Para Bidan. Deepublish. Yogyakaarta. Hal 91-92.
Hall Amy, Stockert A. Patricia. 2007. Basic Nursing: Essentials for Practice.
Mosby Elsevier. Canada. Hal: 841-843.
Hidayat A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk
Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta. Hal 54-55.
Hockenberry, MJ. Wilson D. 2007. Wongs Nursing Care of Infant and Children
Edisi 8. Mosby Elsevier. St Louis.
Ikatan Dokter Anak Indonesia . 2014. Penilaian Nyeri Dan Sedasi Pada Bayi dan
Anak. http://picunicu.org/wpcontent/uploads/2014/09/2_penilaian_nyeri_
dan_sedasi_pada_bayi_dan_anak-hari_kushartono.pdf. Diakses Pada 1
Desember 2015.
50
Ismanto, Y. A, Marniaty, R., Onibala F. 2015. Pengaruh Penerapan Atraumatic
Care Terhadap ResponKecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi
Di Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado Dan Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. E-Journal Keperawatan 3(2): 1-9.
Jose Jisy, Umarani. 2013. Effect Of Ice Application in Reducing Pain Perception
Of Toodlers During Immunization. International Journal of Recent
Scientific Research 4(5): 630-633.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 482/Menkes/SK/ IV/2010.
2010. Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Kiran Navjot, Kaur Sukhjit, Marwaha. 2013. Effect of Ice Application at the Site
Prior to Venipuncture on Intensity of Pain Among Children. Nursing and
Midwifery Research Journal 9(4): 160-167.
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika. Jakarta. Hal: 525.
Oktarni, S. Rika. 2015. Panduan Lengkap Posyandu untuk Bidan dan Kader
Posyandu. Jakarta. Hal: 91.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 42 Tahun 2013.
Penyelenggaraan Imunisasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu.
Yogyakarta. Hal 50.
Ramdhanie, G. G. 2013. Perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres
dingin terhadap tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi
venadi RSU Dr. Slamet Garut. Program Magister Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Anak Fakultas Ilmi Keperawatan Universitas
Indonesia. Jakarta.
Ranuh G, Hadinegoro S. R. S., Suyitno H., Kartasasmita C. B., Ismoedijanto,
Soedjatmiko. 2014. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun
2014. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. Hal: 131-
132.
Razek A. A, El-Dein N.A.Z. 2009. Effect of Breast-Feeding on Pain Relief During
Infant Immunization Injections. International Journal of Nursing Practice
15: 99-104.
51
Renovaldi D., Novayelinda R., Rahmalia S. 2010. Perbandingan Validitas Alat
Ukur Nyeri Antara Self- Report Pain Scale dan Observational Paint Scale
Pada Nyeri Akut Anak 3 sampai 7 Tahun. JOMP SIK 1(2): 1-10.
Saputra Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Bina Rupa Aksara
Publisher. Tangerang. Hal: 210.
Schechter, L. N, Zempsky, T. W, Cohen, L. L, McGrath, J. P, McMurtry, M. C,
Bright, S. N. 2007. Pain reduction during pediatric immunization:
Evedence Based review and recommendation. Pediatrics 119(5): e1184-
e1198.
Siswanto Viktorianus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Soedjatmiko. 2009. Cara Praktis Membentuk Anak Sehat, Tumbuh Kembang
Optimal, Kreatif dan Cerdas Multipel. Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Hal: 102-104.
Subandi, A. 2012. Pengaruh Pemasangan Spalk Bermotif Terhadap Tingkat
Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama Prosedur Injeksi Intra Vena Di
Rumah Sakit Wilayah Cilacap. Tesis. Program Magister Ilmu
Keperawatan Anak Universitas Indonesia. Jakarta.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2015. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sujarweni V. Wiratma, endrayanto Poly. 2012. Statistika untuk Penelitian. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Sulistiyani Endah. 2009. Pengaruh Pemberian Kompres Es Batu Terhadap
Tingkat Nyeri Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Dilakukan Prosedur
Pemasangan Infus Di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Tesis. Program Magister Ilmu Keperawatan Anak Universitas
Indonesia. Jakarta.
Taddio Anna, Appleton Mary, Chambers, C, Dubay Vinita, Hallperin Scoot.
2010. Reducing Pain Of Childhood Vaccination: An Evidence-based
Clinical Practice Guideline. Canadian Medical Association or its
Licensors 182(18): e843-e855.
Tamsuri A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Buku Kedokteran : EGC.
Jakarta
top related