Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemik yang
berarti hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non
infeksi, sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran
penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Epidemiologi mencakup
studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit
tersebut. Dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit
tersebut.
Epidemiologi memiliki batasan yang mencakup 3 elemen seperti penyakit,
populasi dan pendekatan ekologi. Epidemiologi menjawab pertanyaan mengenai
siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena
penyakit, di mana penyebaran atau terjadinya penyakit, dan kapan penyebaran
atau terjadinya penyakit tersebut. Jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan
ini merupakan faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu penyakit.
Untuk megetahui penjabaran khusus mengenai penyebab, distribusi, dan
akibat dari suatu penyakit maka dapat dipelajari melalui penelitian epidemiologi
( deskriptif, analitik dan eksperimental ). Dimana dalam setiap penelitian tersebut
memiliki klasifikasi masing – masing. Penelitian ini ditentukan oleh 3 faktor
utama yaitu orang, tempat dan waktu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan epidemiologi (deskriptif, analitik, dan
eksperimental) ?
2. Apa saja bentuk penelitian dari masing-masing epidemiologi tersebut ?
3. Bagaimana hubungan karakteristik orang, tempat, dan waktu terhadap
epidemiologi (deskriptif, analitik dan eksperimental) ?
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari epidemiologi (deskriptif, analitik, dan
eksperimental)
2. Mengetahui jenis-jenis penelitian dari epidemiologi (deskriptif, analitik,
dan eksperimental)
3. Mengetahui kombinasi karakteristik orang, tempat, dan waktu terhadap
epidemiologi (deskriptif, analitik dan eksperimental)
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif adalah ilmu yang mempelajari distribusi
(penyebaran) penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu,
seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat
tinggal dan sebagainya, serta waktu.
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :
a. Menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat
diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
b. Memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
c. Mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan
terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis epidemiologi
deskriptif dibagi 2 yaitu :
a. Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series)
b. Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series),
Studi Potong Lintang (Cross-Sectional)
Adapun ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut :
a. Bertujuan untuk menggambarkan
b. Tidak terdapat kelompok pembanding
c. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam
asumsi
d. Hasil penelitiannya berupa hipotesis
e. Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam
Hasil penelitian deskriptif dapat digunakan untuk :
a. Menyusun perencanaan pelayanan kesehatan
b. Menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah
dilaksanakan
c. Bahan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
3
d. Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara
wilayah atau satu wilayah dalam waktu yang berbeda.
Epidemiologi deskriptif dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Case report
Case report (laporan kasus) merupakan studi kasus yang bertujuan
mendeskripsikan manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis kasus.
Case report mendeskripsikan cara klinis mendiagnosis dan memberi terapi
kepada kasus, dan hasil klinis yang diperoleh. Selain tidak terdapat kasus
pembanding, hasil klinis yang diperoleh mencerminkan variasi biologis
yang lebar dari sebuah kasus, sehingga case report kurang andal (reliabel)
untuk memberikan bukti empiris tentang gambaran klinis penyakit.
b. Case series
Case series merupakan studi epidemiologi deskriptif tentang serangkaian
kasus, yang berguna untuk mendeskripsikan spektrum penyakit,
manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis kasus. Desain studi ini
lemah untuk memberikan bukti kausal, sebab pada case series tidak
dilakukan perbandingan kasus dengan non-kasus. Case series dapat
digunakan untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji dengan desain
studi analitik.
c. Cross-sectional
Penelitian cross-sectional digunakan untuk mengidentifikasi hubungan
antara penyakit dan penyebab yang mungkin seperti halnya dalam
penelitian kasus control maupun kohort. Hanya saja, dalam penelitian
cross-sectional, baik variable tergantung maupun variabel independen
(hasil dan paparan) keduanya diukur pada saat yang bersamaan (point
time approach) yaitu di masa sekarang. Jadi, penelitian ini lebih
merupakan potret pada suatu waktu dari yang diamati. Bentuk paling
sederhana dari sebuah survey di populasi adalah pengukuran prevalensi
penyakit pada satu waktu.
4
Kegunaan dari penelitian crosssectional ini antara lain :
a. Survei nasional multi tujuan (Riskesdas atau riset kesehatan dasar
Indonesia), misalnya untuk mempelajari tren faktor risiko atau gejala,
identifikasi penyebab penyakit, dan evaluasi kebutuhan kesehatan.
b. Mengetahui prevalensi penyakit
c. Penelitian etiologi penyakit, khususnya yang tidak memiliki onset (tanggal
mulai gejala) yang jelas, misalnya pada penyakit bronkhitis kronis.
Keuntungan dari penelitian cross-sectional adalah relative murah, dapat
dilakukan dalam skala waktu yang cepat, dapat mengidentifikasi kasus-kasus
kronis (dan selamat). Kelemahannya adalah kurangnya informasi tentang
dimensi waktu. Kasus yang gejala penyakitnya hanya berumur pendek atau
yang telah meninggal tidak lama setelah onset (tanggal mulai gejala) penyakit,
menjadi kurang mungkin diketahui pada saat survey.
Epidemiologi deskriptif mengevaluasi semua keadaan yang berada di sekitar
seseorang yang dapat mempengaruhi sebuah kejadian kesehatan. Yang menjadi
fokus dalam epidemiologi deskriptif ini adalah frekuensi dan pola. Frekuensi
digunakan untuk menilai tingkat kejadian, sedangkan pola dapat digunakan untuk
membantu epidemiologi analitik menunjukkan faktor risiko. Penelitian deskriptif
berfokus pada pertanyaan who (siapa saja yang terkena/terpengaruhi), when
(kapan mereka terpengaruhi), dan where (dimana mereka terpengaruhi).
1. WHO (Orang)
Salah satu tahap dasar dari investigasi epidemiologi adalah menghitung
jumlah orang pada kejadian kesehatan dengan menggunakan perhitungan risiko
atau rate yang membandingkan kasus dengan populasi. Selain masalah jumlah,
pertanyaan “siapa” juga terkait dengan karakteristik dari orang-orang tersebut. Hal
ini disebabkan karena manusia memiliki beberapa perbedaan ciri baik yang
melekat (misalnya jenis kelamin, ras, usia), yang didapat (contohnya gizi,
kekebalan), maupun berbeda dalam kondisi sosial ekonomi (misalnya pekerjaan,
pendidikan, tempat tinggal). Oleh karena, itu epidemiologi menjelaskan deskripsi
dari variabel-variabel “orang” tersebut.
5
Umur
Umur adalah faktor yang paling penting diantara variabel orang lainnya.
Hal ini karena umur mempengaruhi kemungkinan seorang manusia untuk
terpajan (contohnya, anak-anak sekolah yang terpajan pada penyakit yang
timbul pada masa kanak-kanak dan orang dewasa yang terpajan pada
penyakit akibat kerja), status imun (contohnya, bayi dengan sistem imun
yang kurang berkembang; setelah masa dewasa maka resistansinya akan
menurun terhadap beberapa infeksi) serta kondisi fisik dan mental
(contohnya, setelah dewasa orang secara umum lebih cenderung sering
jatuh daripada saat mereka masih muda).
Jenis Kelamin
Pria mempunyai rate insidens yang lebih tinggi untuk beberapa kondisi
dan penyakit dibandingkan wanita (contohnya, infeksi HIV), namun para
wanita juga memiliki rate insidens tertinggi daripada penyakit lainnya
(contohnya, kanker payudara).
Status Sosioekonomik
Variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang seperti kelas
sosial, pekerjaan, gaya hidup, tingkat pendidikan, dan penghasilan
memengaruhi status gizi, akses ke pelayanan kesehatan, dan kondisi
lingkungan sekitar serta kondisi kerja. Semua hal tersebut memengaruhi
kerentanan atau resistansi seseorang terhadap penyakit dan risiko
keterpajanan terhadap berbagai macam agens dan cedera fisik.
Kelompok Ras dan Etnik
Perbedaan agama dan budaya dapat memengaruhi risiko keterpajanan
seseorang terhadap berbagai macam agens, seperti jenis makanan yang
dimakan dan cara memasaknya.
Variabel Genetik
Variabel yang berhubungan dengan komposisi genetik dapat memengaruhi
kerentanan terhadap beberapa penyakit, seperti sickle-cell, Tay-Sachs dan
sarkoma Kaposi.
6
Variabel Keluarga
Contoh: jumlah anggota keluarga, usia melahirkan, pendidikan ibu,
pengaturan jarak kehamilan, dan lain-lain.
Perilaku, misalnya penyalahgunaan narkoba, shift kerja, makan dan pola
olahraga.
Variabel lain
Seperti: Golongan darah, paparan faktor lingkungan tertentu, status
kekebalan, status imunisasi.
2. WHEN (Waktu)
Yang dimaksud dengan waktu disini merupakan waktu tahun, atau hal yang
terjadi pada waktu tertentu, setiap hari atau setiap jam. Pembuatan gambaran
kejadian penyakit dari waktu ke waktu akan membantu dalam melihat tren dan
mengevaluasi program atau kebijakan tertentu dengan mengetahui apakah telah
terjadi kenaikan atau penurunan kasus. Sebagai contoh, penyakit demam berdarah
lebih sering muncul di musim hujan sama halnya dengan penyakit leptospirosis
atau bahkan flu, dan kecelakaan lebih sering terjadi di masa liburan. Pengukuran
prevalensi pada periode waktu tertentu akan dapat membantu upaya pencegahan.
3. WHERE (Tempat)
Bergantung pada kejadian penyakit yang diteliti, tempat dapat
dikarakterisasikan sebagai tempat lahir, tempat tinggal, sekolah, unit rumah sakit,
tempat bekerja, restoran dan lain-lain. Tempat dapat juga didefinisikan dalam
lingkup politik seperti Negara, Negara bagian, kota, provinsi, atau distrik; atau
tempat dalam lingkup alami, seperti gunung, lembah, atau batas daerah aliran air.
Deskripsi mengenai tempat dari kejadian kesehatan tersebut merupakan hal yang
penting untuk menunjukkan adanya perbedaan geografis ataupun untuk melihat
seberapa luas perkembangan penyakit. Beberapa penyakit yang dihubungkan
dengan tempat penyakit tersebut pertama kali ditemukan, seperti penyakit Lyme
pada suatu kota di daerah Connecticut.
7
2.1.1 Karakteristik Individu yang berhubungan dengan faktor
Perbedaan sifat/keadaan karakteristik individu dapat dipengaruhi oleh berbagai
sifat karakteristik tertentu seperti:
a. Usia
Variabel usia merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate
mortalitas yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan usia. Usia termasuk
variabel penting dalam mempelajari suatu masalah kesehatan karena:
1. Berkaitan dengan daya tahan tubuh
Pada umumnya daya tahan tubuh orang dewasa lebih kuat daripada bayi
dan anak-anak.
2. Berkaitan dengan ancaman terhadap kesehatan
Orang dewasa yang karena pekerjaannya ada kemungkinan menghadapi
ancaman penyakit lebih berat dari pada anak-anak.
3. Berkaitan dengan kebiasaan hidup
Dibandingkan anak-anak, orang dewasa yang karena kebiasaan hidupnya
ada kemungkinan terkena penyakit akibat kesalahan kebiasaan hidup
tersebut.
Adanya perbedaan penyebaran penyakit di setiap kelompok usia disebabkan oleh:
1. Adanya faktor tertentu pada kelompok usia tersebut yang menyebabkan
mereka mudah terserang. Misalnya, campak pada anak-anak.
Kesimpulannnya anak-anak tidak mempunyai kekebalan terhadap campak.
2. Adanya faktor tertentu pada kelompok usia lain yang menyebabkan
mereka sulit terserang. Misalnya campak jarang ditemkan pada orang
dewasa. Kesimpulannnya orang dewasa mempunyai kekebalan terhadap
campak.
3. Adanya peristiwa tertentu yang pernah dialami oleh kelompok umur
tertentu. Misalnya TBC paru banyak ditemukan pada penduduk berumur
20 tahun ke atas. Kesimpulannya imunisasi BCG baru berjalan baik sejak
20 tahun yang lalu.
Hubungan umur dengan mortalitas
8
Walaupun secara umum kematian dapat terjadi pada setiap golongan usia
namun frekunsi kematian pada setiap golongan usia berbeda-beda, yaitu kematian
tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun dan kematian terendah terletak
pada golongan umur 15-25 tahun dan akan meningkat lagi pada umur 40 tahun ke
atas.
Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum kematian akan
meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini disebabkan berbagai faktor, yaitu
pengalaman terpapar oleh faktor penyebab penyakit, faktor pekerjaan,
pengetahuan risiko penyakit, kebiasaan hidup atau terjadinya perubahan dalam
kekebalan.
Hubungan Usia dengan Morbiditas
Suatu penyakit dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur,
tetapi ada penyakit-penyakit tertentu yang lebih banyak menyerang golongan usia
tertentu. Penyakit-penyakit kronis mempunyai kecendrungan meningkat dengan
bertambahnya umur, sedangkan penyakit-penyakit akut tidak mempunyai suatu
kecendrungan yang jelas.
Anak berumur 1-5 tahun lebih banyak terkena infeksi saluran pernapasan
bagian atas (ISPA). Ini disebabkan perlindungan kekebalan yang diperoleh dari
ibu yang melahirkannya hanya sampai pada 6 bulan pertama setelah melahirkan,
sedangkan setelah itu kekebalan menghilang dan ISPA mulai menunjukkkan
peningkatan.
Sebelum ditemukan vaksin, banyak terjadi penyakit pada anak-anak berumur
muda, tetapi setelah program imunisasi dijalankan, umur penderita bergeser ke
umur yang lebih tua. Penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung
koroner, dan karsinoma lebih banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia,
sedangkan penyakit kelamin, AIDS, kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat
terlarang banyak terjadi pada golongan usia produktif yaitu remaja dan dewasa.
Hubungan antara usia dan penyakit tidak hanya pada frekuensinya saja, tetapi
pada tingkat beratnya penyakit, misalnya stapilococcus dan eschericia coli akan
menjadi lebih berat bila menyerang bayi daripada golongan umur lain karena bayi
masih sangat rentan terhadap infeksi.
9
Hubungan Tingkat Perkembangan Manusia Dengan Morbiditas
Sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya manusia senantiasa mengalami
perubahan baik fisik maupun psikis. Secara garis besar, perkembangan manusia
secara alamiah dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase bayi dan anak-anak,
fase remaja dan dewasa muda, fase dewasa dan lanjut usia. Dalam setiap fase
perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan dalam pola distribusi dan
frekuensi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan terjadinya perubahan dalam
kebiasaan hidup, kekebalan, dan faal.
b. Jenis Kelamin
Hubungan Penyakit dengan Jenis Kelamin
Setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan,
tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan
perempuan. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor keturunan yang terkait
dengan jenis kelamin dan faktor lingkungan ( pekerjaan, kebiasaan hidup,
kesadaran berobat, perbedaan kemampuan atau kriteria diagnostik beberapa
penyakit, genetika atau kondisi fisiologis ). Penyakit-penyakit yang lebih banyak
menyerang perempuan dari pada laki-laki antara lain:
1. Tireotoksikosis 6. Karsinoma Uterus
2. Diabetes mellitus 7. Karsinoma Mamame
3. Obesitas 8. Karsinoma Serviks
4. Kolesisitis 9. Kista Ovari
5. Rematoid arthritis 10. Adneksitis
Penyakit-penyakit yang lebih banyak menyerang laki-laki daripada
perempuan antara lain:
1. Penyakit jantung koroner 5. Karsinoma Penis
2. Infark miokard 6. Orsitis
3. Karsinoma paru 7. Hipertrofi Prostat
4. Hernia inguinalis 8. Karsinoma Prostat
c. Suku Bangsa
10
Suku bangsa atau golongan etnik adalah sekelompok manusia dalam suatu
populasi yang memiliki kebiasaan atau sifat biologis yang sama. Pada umumnya
penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan faktor genetik
atau faktor lingkungan, misalnya:
1. Penyakit sickle cell anemia
2. Hemofilia
3. Kelainan biokimia sperti glukosa 6 fosfatase
4. Karsinoma lambung
Disamping ketiga fakor yang telah diuraikan di atas terdapat pula faktor-faktor
lain yang berkaitan dengan variabel “orang”, yaitu:
Sosial ekonomi
Budaya/agama
Pekerjaan
Status marital
Golongan darah
Infeksi alamiah
Kepribadian
d. Sosial ekonomi
Terdapatnya perbedaan penyebaran masalah kesehatan dipengaruhi oleh dua
faktor:
1. Perbedaan kemampuan ekonomi dalam mencegah atau mengobati penyakit.
2. Perbedaan sikap hidup dan perilaku yang dimiliki.
Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang menggambarkan tingkat
kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur - unsur seperti
pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan tempat tinggal yang mempengaruhi
frekuensi distribusi penyakit tertentu, misalnya TBC, infeksi akut gastrointestinal,
ISPA, anemia, melnutrisi, dan penyakit parasit yang banyak terdapat pada
penduduk golongan sosial ekonomi rendah. Penyakit jantung koroner, hipertensi,
obesitas, kadar kolesterol tinggi, dan infark miokard yang banyak terdapat pada
penduduk golongan sosial ekonomi yang tinggi.
e. Budaya/agama
11
Dalam beberapa hal terdapat hubungan antara kebudayaan masyarakat atau agama
dengan frekuensi penyakit tertentu, misalnya:
1. Balanitis, karsinoma penis banyak terdapat pada orang yang tidak
melakukan sirkumsisi disertai dengan higiene perorangan yang jelek.
2. Trisinensis jarang terdapat pada orang Islam dan orang Yahudi karena
mereka tidak memakan babi.
3. Kelainan fungsi hati jarang ditemukan pada pemeluk agama islam karena
ajaran agama islam tidak membenarkan meminum alkohol.
f. Pekerjaan
Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distribusi
penyakit. Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan
dengan berbagai suasana dan lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan fisika, panas, bising, dan kimia seperti pekerja pabrik
asbes yang banyak menderita karsinoma paru dan gastrointestinal serta
mesotelioma, sedangkan fibrosis paru banyak terdapat pada pekerja yang terpapar
oleh silikon bebas, atau zat radioaktif seperti petugas di bagian radiologi dan
kedokteran nuklir.
Pekerja di bidang pertambangan, konstruksi bangunan atau pertanian, dan
pengemudi kendaraan bermotor mempunyai risiko yang lebih besar untuk
mengalami trauma atau kecelakaan dibandingkan dengan pekerja kantor.
Pada dasarnya hubungan antara pekerjaan dengan masalah kesehatan disebabkan
oleh:
1. Adanya risiko pekerjaan
Setiap pekerjaan mempunyai risiko tertentu dan karena itulah macam penyakit
yang dideritanya akan berbeda pula. Misalnya buruh berisiko lebih besar terkena
penyakit silikosis, situasi pekerjaan yang penuh tekanan merupakan faktor yang
berperan pada timbulnya hipertensi dan ulkus lambung.
2. Adanya seleksi alamiah dalam memilih pekerjaan
Seseorang yang bertubuh lemah secara naluriah menghindari macam pekerjaan
fisik yang berat, demikian sebaliknya yang bertubuh kuat.
3. Adanya perbedaan status sosial ekonomi
12
Perbedaan pekerjaan menyebabkan perbedaan status sosial ekonomi sehigga
menyebabkan perbedaan penyakit yang dideritanya.
g. Status Marital
Hubungan status marital dengan morbiditas dikaitkan dengan faktor psikis,
emosional, dan hormonal atau berkaitan dengan kehidupan seksual, kehamilan,
melahirkan, dan laktasi.Lebih banyak ditemukan perempuan yang tidak menikah
dibandingkan dengan perempuan yang menikah, sebaliknya karsinoma serviks
lebih banyak ditemukan pada perempuan yang menikah daripada yang tidak
menikah atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering berganti pasangan.
Kehamilan dan persalinan merupakan merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia
dan praeklamsia yang dapat menyebabkan kematian ibu..
h. Golongan Darah ABO
Golongan darah juga dapat mempengaruhi insidensi suatu penyakit, misalnya
orang-orang dengan golongan darah A meningkatkan risiko terserang karsinoma
lambung, sedangkan golongan darah O lebih banyak terkena ulkus duodeni.
i. Status Perkawinan
Angka kematian yang tinggi ditunjukkan kepada orang – orang yang tidak kawin
di bandingkan dengan orang – orang yang sudah kawin. Hal ini disebabkan karena
kecenderungan orang – orang yang tidak kawin kurang sehat ( perbedaan dalam
gaya hidup ) yang berhubungan dengan penyebab penyakit tertentu.
j. Besarnya Keluarga
Banyaknya jumlah anggota keluarga menetukan tingkat kesehatan seseorang. Di
dalam keluarga yang besar dan miskin, penghasilan keluarga harus digunakan
oleh banyak orang. Contoh : karena besarnya tanggungan, sebuah keluarga harus
tinggal berdesak – desakan di sebuah rumah yang luasnya terbatas. Hal ini
memudahkan penularan penyakit di kalangan anggota keluarga tersebut.
2.1.2 Karakteristik Tempat
13
Hal – hal yang mempengaruhi pola penyakit di suatu daerah dengan batas-
batas alam ialah keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur,
kelembaban , turun hujan, ketinggian di atas permukaan laut, keadaan tanah,
sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat
kemajuan ekonomi, pendididkan ,industry, pelayanan kesehatan, tradisi yang
menghambat pembangunan, sosial budaya yang tidak menguntungkan
perkembangan kesehatan dan sifat – sifat biologis ( ada tidaknya vektor penyakit,
genetika )
Pentingnya peranan tempat dalam mempelajari perjalanan penyakit karena
pengetahuan tentang tempat atau lokasi KLB atau lokasi penyakit- penyakit
endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran
berbagai penyakit di suatu wilayah sehingga dari keterangan yang diperoleh akan
diketahui:
a. Jumlah dan jenis masalah kesehatan yang ditemukan di suatu daerah.
b. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan di
suatu daerah.
c. Keterangan tentang faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan di
suatu daerah.
Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan:
1. Geografis
Ditentukan berdasarkan alamiah, administratif atau fisik, institusi, dan
instansi. Dengan batas alamiah dapat dibedakan negara yang beriklim
tropis, subtropis, dan negara dengan empat musim. Hal ini penting
karena dengan adanya perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan
dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi penyakit maupun jenis
penyakit. Dari batas administratif dapat ditentukan batas provinsi,
kabupaten, kecamatan atau desa dengan sungai, jalan kereta api,
jembatan dan lainnya sebagai batas fisik.
14
2. Batas institusi
Dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan lainnya sesuai dengan
timbulnya masalah kesehatan.
Contoh kejadian penyakit berdasarkan tempat yaitu:
TBC, pada daerah penduduk padat dengan sosial ekonomi
rendah
Cholera, pada daerah penduduk padat dengan linkungan jelek
Asbestosis, pada pekerja pabrik asbes.
Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat, secara umum terdiri dari:
a. Penyebaran satu wilayah
Masalah kesehatan hanya ditemukan di satu wilayah saja. Batasan
wilayah yang dimaksudkan tergantung dari sistem pemerintahan yang
dianut. Misalnya satu kecamatan saja, satu kelurahan saja, dsb.
Pembagian menurut wilayah yang sering dipergunakan adalah desa dan
kota.
b. Penyebaran beberapa wilayah
Penyebaran beberapa wilayah tergantung dari sistem pemerintahan
yang dianut. Misalnya beberapa kecamatan saja, beberapa kelurahan
saja, dsb.
c. Penyebaran satu negara (nasional)
Masalah kesehatan ditemukan di semua wilayah negara tersebut.
d. Penyebaran beberapa negara (regional)
Masalah kesehatan dapat menyebar ke beberapa negara. Masuk atau
tidaknya suatu penyakit ke suatu negara dipengaruhi oleh faktor:
1. Keadaan geografis negara tersebut dalam arti apakah ditemukan
keadaan-keadaan geografis tertentu yang menyebabkan suatu
penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.
2. Hubungan komunikasi yang dimiliki, dalam arti apakah letak
negara tersebut berdekatan dengan negara yang terjangkit
penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara, hubungan
15
antar penduduk, apakah negara tersebut terbuka untuk penduduk
yang berkunjung dan menetap, dsb.
3. Peraturan perundangan yang berlaku, khususnya dalam bidang
kesehatan.
e. Penyebaran banyak negara (internasional)
Masalah kesehatan ditemukan di banyak negara, yang pada saat ini
dengan kemajuan sistem komunikasi dan transportasi amat sering
terjadi.
2.1.3 Karakteristik Waktu
Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan ketika
melakukan analisis morbiditas dalam studi epidemiologi karena pencatatan dan
laporan insidensi dan prevalensi penyakit didasarkan pada waktu, apakah
mingguan, bulanan atau tahunan.
Selain itu dengan catatan dan laporan morbiditas dapat diketahui perubahan-
perubahan kejadian dan prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan
untuk menyusun perencanaan dan penanggulangan masalah kesehatan.
Pengetahuan tentang penyebaran masalah kesehatan menurut waktu akan
membantu kita dalam memahami:
a. Kecepatan perjalanan penyakit
Jika suatu penyakit menyebar dengan pesat berarti perjalanan penyakit tersebut
berlangsung cepat.
b. Lama terjangkitnya suatu penyakit
Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat diketahui dari penyebaran penyakit
menurut waktu, yakni dengan memanfaatkan keterangan tentang waktu
terjangkitnya penyakit dan keterangan tentang waktu lenyapnya penyakit
tersebut.
Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu:
a. Sifat penyakit yang ditemukan
16
Secara umum, penyakit infeksi lebih cepat menyebar. Hal yang berperan adalah
sifat bibit penyakit yang ditemukan dibedakan atas patogenisiti, virulensi,
antigenisiti, dan infektiviti.
b. Keadaan tempat terjangkitnya penyakit
Untuk penyakit infeksi keadaan yang paling penting adalah yang menyangkut
ada tidaknya reservoir bibit penyakit, jika dikaitkan dengan keadaan tempat
terjangkitnya penyakit disebut dengan nama environmental reservoir yakni
lingkungan alam di sekitar manusia.
c. Keadaan penduduk
Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh keadaan
penduduk, baik yang menyangkut ciri-ciri manusianya dan ataupun yang
menyangkut jumlah dan penyebaran penduduk tersebut.
d. Keadaan pelayanan kesehatan yang tersedia
Jika keadaan pelayanan kesehatan baik, maka penyebaran masalah kesehatan
dapat dicegah sehingga waktu terjangkitnya penyakit dapat diperpendek.
Fluktuasi insiden penyakit yang diketahui terdiri dari:
a. Variasi Jangka Pendek
1. Sporadis
Kejadian ini berlangsung singkat, umumnya berlangsung di beberapa
tempat, dan pada waktu pengamatan masing-masing kejadian tidak saling
berhubungan.
2. Endemis
Penyakit menular yang terus menerus terjadi di suatu tempat.
3. Pandemis
Penyakit yang menularke beberapa negara atau seluruh benua. Misalnya:
Flu (1914), Kholera (1940), AIDS (1980), SARS (2003).
4. Epidemis
Naiknya kejadian suatu penyakit yang berlangsung secara cepat dan
dalam jumlah yang melebihi kejadian yang diperkirakan.
Fluktuasi jangka pendek memberikan petunjuk bahwa :
17
Penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan.
Waktu inkubasi rata – rata pendek
b. Variasi Berkala
Kecendrungan sekuler (secular trend)
Kecendrungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit atau KLB
dalam waktu yang lama. Kecendrungan sekuler dapat terjadi pada penyakit
menular maupun penyakit infeksi nonmenular. Misalnya, terjadinya
pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang tidak menular yang
terjadi di negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir.
Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam
penilaian keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit.
Kecendrungan sekuler juga dapat digunakan unuk mengetahui perubahan
yang terjadi pada kematian.
Dalam mempelajari kecendrungan sekuler tentang kematian, harus
dikaitkan dengan sejauh mana perubahan insiden dan sejauh mana perubahan
tersebut menggambarkan kelangsungan hidup penderita. Angka kematian
akan sejalan dengan angka insiden (insidence rate) pada penyakit yang fatal
dan bila kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya karsinoma
paru-paru, karena memenuhi kriteria di atas.
b. Variasi siklik
Variasi siklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun,
tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya epidemi campak biasanya
berulang setelah 2-3 tahun kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada
penyakit menular.
c. Variasi musim
Variasi musim ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan
prevalensi penyakit yang terjadi dalam 1 tahun ( sesuai dengan perubahan
musim ). Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas, variasi musim sangat
penting dalam menganalisis data epidemiologi tentang kejadian luar biasa
untuk menentukan peningkatan insidensi suatu penyakit yang diakibatkan
18
variasi musim atau memang terjadinya epidemi. Bila adanya variasi musim
tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang
timbulnya KLB.
Penyakit-penyakit yang mempunyai variasi musim antara lain: diare,
influenza, dan tifus abdominalis.
d. Variasi random
Variasi random diartikan sebagai terjadinya epidemi yang tidak dapat
diramalkan sebelumnya, misalnya epidemi yang terjadi karena adanya
bencana alam seperti banjir dan gempa bumi.
2.1.4 Kombinasi Karakteristik Orang, Tempat, dan Waktu
Frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan (khususnya penyakit) pada
umumnya bermacam-macam menurut karateristik orang (person), tempat (place)
dan waktu (time). Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota
dan pedesaan, faktor-faktor diatas perlu diperhatikan. Hal lain yang perlu
diperhatikan selanjutnya ialah akibat perpindahan ke kota atau ke desa terhadap
pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri. Migrasi antar desa membawa
akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang
bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.
2.2 Epidemiologi Analitik
Epidemiologi yang tidak hanya menggambarkan besarnya masalah kesehatan,
tetapi mencari faktor yang menyebabkan masalah kesehatan tersebut di
masyarakat. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir
(mengestimasi) besarnya hubungan atau pengaruh paparan terhadap penyakit.
Tujuan epidemiologi analitik :
a. Menentukan faktor risiko/ faktor pencegah/ kausa/ determinan penyakit,
b. Menentukan faktor yang mempengaruhi prognosis kasus;
c. Menentukan efektivitas intervensi untuk mencegah dan mengendalikan
penyakit pada populasi.
d. Dua asumsi melatari epidemiologi analitik. Pertama, keadaan kesehatan dan
penyakit pada populasi terjadi secara sistematis yang dipengaruhi oleh faktor
risiko/ kausa/ faktor pencegah/ faktor protektif. Kedua, faktor risiko atau
19
kausa tersebut dapat diubah sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan
penyakit pada level individu dan populasi. Jenis Penelitian Analitik :
1. Case control
Merupakan rancangan pengamatan epidemiologis untuk
mempelajari hubungan serta besarnya risiko yang dapat terajadi, antara
tingkat keterpaparan dengan kejadian penyakit. Dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan
penyebabnya. Pengamatan ini “menoleh kebelakang” yakni dimulai
dengan mengidentifikasi kelompok dengan penyakit/efek (kasus) dan
kelompok tanpa penyakit (kontrol), kemudian dilihat kebelakang faktor
risikonya.
Rancangan penelitian kasus kontrol dilakukan untuk membantu
menentukan apakah sebuah paparan/ karakteristik tertentu berhubungan
dengan sebuah outcome . Selain untuk menentukan hubungan yang
bersifat causal (penyebab), penelitian kasus control juga memiliki potensi
untuk mencari hubungan yang bersifat non-causal misalnya karena adanya
chance (kesempatan) atau pengaruh faktor lain yang berhubungan dengan
baik paparan maupun outcome penyakit.
Subyek yang didiagnosis menderita sakit (kasus ) adalah insiden
(kasus Baru) .
Beberapa contoh dari penelitian kasus kontrol adalah sebagai berikut :
Paparan Diethylstilbestrol dan risiko adenokarsinoma serviks dan vagina,
Hubungan antara tampon penyerap dan kejadian sindroma syok toksik
Kelebihan rancangan kasus control adalah sebagai berikut :
Memungkinkan meneliti penyakit-penyakit yang jarang terjadi
Memungkinkan meneliti penyakit yang memiliki masa laten yang lama
antara paparan dan manifestasi klinis.
Dapat dilaksanakan pada periode waktu yang singkat
Dapat meneliti beberapa hal sekaligus yang memiliki potensi sebagai
penyebab penyakit
20
Skema :
Terpapar ( E )
Kasus ( Penyakit + )
Tidak Terpapar ( E )
Terpapar ( E )
Kasus ( Penyakit - )
. Tidak Terpapar ( E )
Kekurangan rancangan kasus control, seperti:
Kemungkinan adanya bias recall karena informasi mengenai paparan
diperoleh dari riwayat dahulu berdasarkan wawancara.
Validasi dari informasi mengenai adanya paparan bisa jadi sulit untuk
dilakukan, informasinya tidak lengkap, atau bahkan tidak memungkinkan.
Secara umum tidak lengkap ( Generally incomplete control of extraneous
variables ).
Pemilihan kontrol yang tepat bisa jadi merupakan hal yang sulit.
2. Kohort
Penelitian kohort merupakan pengamatan epidemiologis untuk
mempelajari hubungan serta besarnya risiko, antara tingkat keterpaparan
dengan kejadian penyakit. Desain kohort ini merupakan desain prospektif
(melihat ke masa yang akan datang). Dalam penelitian prospektif, paparan
diukur sekarang dan hasilnya (sakit atau tidak) diukur di masa yang akan
datang.
Pengambilan data dimulai dari populasi atau kelompok subyek
yang bebas dari penyakit yang terbagi atas terpapar dan tidak terpapar,
kemudian diikuti sepajang waktu atau periode tertentu untuk melihat ada
atau tidaknya efek pada subyek tersebut ( apakah ia menderita sakit atau
tidak) .Dalam urutan tingkat kekuatan hubungan sebab akibat penelitian
21
ini berada dibawah penelitian Eksperimen namun lebih kuat dari cross
sectional dan Case Control.
Keuntungan dari penelitian kohort antara lain:
Informasi mengenai paparan subyek lengkap, termasuk pengendalian mutu
data dan pengalaman sebelumnya.
Memberikan urutan waktu yang jelas antara paparan dan penyakit.
Terdapat kesempatan untuk meneliti beberapa outcome sekaligus yang
terkait dengan paparan tertentu.
Memungkinkan perhitungan angka insidensi (absolute risk) dan RR
(relative risk).
Metodologi dan hasil penelitian mudah dipahami oleh kalangan non-ahli
epidemiologi.
Memungkinkan meneliti paparan-paparan yang relatif jarang didapatkan.
Kekurangan rancangan Kohort seperti:
Kurang sesuai untuk penyakit-penyakit yang jarang terjadi karena
dibutuhkan subyek dalam jumlah yang besar.
Tidak sesuai apabila terdapat waktu yang cukup panjang antara paparan
dan manifestasi klinis penyakit. Meskipun demikian, hal ini dapat diatasi
dengan model penelitian cohort retrospektif (historical cohort)
Pola paparan dapat mengalami perubahan selama penelitian tersebut
dilaksanakan. Sebagai contoh, seumpama ketika kita meneliti mengenai
paparan berupa kontrasepsi oral, dapat terjadi perubahan komposisi selama
pelaksaan penelitian yang mempengaruhi hasilnya menjadi kurang
relevan.
Upaya untuk mempertahankan tingkat follow up yang tinggi (jumlah
subyek yang bisa dilakukan follow up) bisa jadi merupakan hal yang sulit.
Rancangan kohort cukup mahal untuk dilaksanakan karena dibutuhkan
jumlah subyek yang besar.
Data baseline selain dari faktor paparan mungkin hanya sedikit karena
banyaknya subyek menjadikan tidak mungkin untuk dilakukan wawancara
yang lama.
22
2.3 Epidemiologi Eksperimental
Perbedaan utama antara penelitian analitik dengan penelitian intervensi
adalah bahwa dalam penelitian analitik, peneliti hanya mengamati status paparan
seseorang, sedangkan dalam intervensi peneliti melakukan intervensi untuk
mengubah status paparan seseorang untuk menentukan apakah yang akan terjadi
bila hal ini dilakukan.
Dengan kata lain, peneliti melakukan percobaan sehingga penelitian
intervensi memiliki nama lain yaitu penelitian eksperimental. Bukti-bukti
eksperimental dapat meyakinkan hubungan kausal, jika perubahan variabel bebas
(faktor risiko) selalu diikuti oleh perubahan variabel terikat (outcome).
Berdasarkan Karakter Subyek Penelitiannya, Eksperimen dlm Epidemiologi
dibedakan menjadi 3 macam :
a. Uji Klinis
b. Eksperimen Lapangan
c. Intervensi Komunitas.
Jenis penelitian tersebut analog dengan dua jenis penelitian analitik yaitu
kohort dan penelitian ekologi. Dalam sebuah uji klinis, unit penelitian adalah
individu dan peneliti melakukan intervensi dengan mengubah status paparan
individu. Dalam uji komunitas, unit studi adalah kelompok atau populasi dan
peneliti melakukan intervensi dengan mengubah status paparan dari seluruh
kelompok atau populasi orang. Dalam penelitian eksperimental, hal yang perlu
dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai penyebab terjadinya
suatu luaran / output / penyakit, adalah diuji kebenarannya dengan percobaan atau
eksperimental. Eksperimental juga dapat dilakukan di laboratorium, tetapi
disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga
eksperimental sewajarnya dilakukan di masyarakat. Bentuk eksperimental lain
yang sering dilakukan adalah berkaitan dengan pengaruh intervensi penyuluhan
terhadap perubahan pengetahuan tentang suatu masalah kesehatan.
Penelitian eksperimental dalam Epidemiologi pada umumnya hanya menerapkan
Jenis Intervensi yang bersifat :
1. Preventif (Profilaktif)
23
2. Promotif
3. Terapeutik.
Penelitian eksperimental merupakan penelitian dimana peneliti melakukan
kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada objek atau sasaran yang diteliti.
Dengan demikian pada penelitian eksperimental, peneliti dapat mengatur
perlakuan sesuai dengan keinginananya serta dapat mengamati proses kejadian
secara langsung baik pada individu maupun pada kelompok. Secara garis besarny,
dikenal dua macam penelitian eksperimental yakni :
Penelitian Eksperimental murni (dengan randomisasi)
Penelitian eksperimental murni merupakan penelitian eksperimental yang
sering dilakukan di laboratorium maupun di klinik dengan menggunakan
randomisasi yaitu setiap individu dalam penelitian tersebut mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih dalam kelompok kasus atau control.
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain penelitian laboratorium
untuk uji hipotesis tentang penyebab dan factor resiko, percobaan klinik
(clinical trial) termasuk uji coba pengobatan pencegahan dan intervensi
klinik. Disamping itu dapat pula dilakukan untuk intervensi pada
kelompok komunitas tertentu dalam menentukan resiko tinggi (high risk
group) serta untuk menilai berbagai kegiatan klinik dalam komunitas
tertentu.
Eksperimental Semu
Eksperimental semu (quasy exsperimental) merupakan penelitian
eksperimental tanpa menggunakan randomisasi. Bila pada penelitian
eksperimental murni kita lebih banyak menggunakan binatang percobaan
maka pada eksperimental semu dapat dilakukan terhadap kelompok
populasi tertentu yang merupakan satu kesatuan unit yang tidak dapat
dipisahkan. Bentuk penelitian ini antara lain intervensi komunitas, uji coba
bentuk pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat, analisis biaya
pelaksanaan usaha kesehatan pada kelompok penduduk tertentu dan
sebagainya. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh dapat dibandingkan
dengan keadaan kelompok lainnya atau dengan kelompok penduduk yang
sama sebelum percobaan dilakukan.
24
Contoh Soal :
1. Untuk merencanakan pelayanan kesehatan menurut kelompok usia bagi suatu
penyakit dalam populasi, yang perlu diperhatikan adalah:
A. Jumlah kasus absolut dalam tiap kelompok usia
B. Jumlah kasus relatif dalam tiap kelompok usia
C. A) dan B) benar
D. A) dan B) salah
2. Rasio tingkat mortalitas pria : wanita pada kelompok usia 15-44 tahun
umumnya adalah:
A. Lebih kecil dari satu
B. Sama dengan satu
C. Lebih besar dari satu
D. Semuanya salah
3. Pengaruh faktor ras terhadap sebaran penyakit dapat terjadi melalui :
A. Kaitan dengan faktor genetik
B. Kaitan dengan faktor budaya
C. Kaitan dengan faktor religi
D. Semua benar
4. Parameter terbaik untuk menentukan status sosial-ekonomi ialah:
A. Tingkat penghasilan responden
B. Tingkat pengeluaran responden
C. Tingkat kepemilikan responden
D. Lingkungan hidup responden
5. Penyakit-penyakit berikut terutama atau hanya didapatkan dibeberapa wilayah
tertentu di indonesia,kecuali :
A. Malaria
25
B. Demam berdarah dengue
C. Skistosomasis
D. Goiter
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Epidemiologi deskriptif adalah Ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran)
penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur,
jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal
dan sebagainya, serta waktu.
2. Epidemiologi deskriptif dibagi menjadi 3, yaitu Case report, Case series, Cross-
sectional.
3. Penelitian deskriptif berfokus pada who,when,where.
26
4. Pada penelitian deskriptif karakteristik yang berhubungan dengan faktor adalah
usia, jenis kelamin,suku bangsa, sosial ekonomi, budaya/agama,pekerjaan,
status marital dan golongan darah.
5. Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat, secara umum terdiri dari:
Penyebaran satu wilayah
Penyebaran beberapa wilayah
Penyebaran satu negara (nasional)
Penyebaran beberapa negara (regional)
Penyebaran banyak negara (internasional)
6. Penyebaran masalah kesehatan menurut waktu dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu :
Sifat penyakit yang ditemukan
Keadaan tempat terjangkitnya penyakit
Keadaan penduduk
Keadaan pelayanan kesehatan yang tersedia
7. Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang tidak hanya menggambarkan
besarnya masalah kesehatan, tetapi mencari faktor yang menyebabkan
masalah kesehatan tersebut di masyarakat.
8. Di dalam epidemiologi ada penelitian analitik terbagi menjadi 2 metode
penelitian,yaitu rancangan Case Control dan Kohort
9. Epidemiologi eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan dengan
memberikan intervensi yang bertujuan untuk mengubah status paparan
seseorang dalam menentukan apakah yang akan terjadi bila hal ini dilakukan.
10. Berdasarkan Karakter Subyek Penelitiannya, Eksperimen dalam Epidemiologi
dibedakan menjadi 3 macam :
Uji Klinis
Eksperimen Lapangan
Intervensi Komunitas
11. Secara garis besarnya, dikenal dua macam penelitian eksperimental yakni :
Eksperimental murni (dengan randomisasi)
Eksperimental Semu
27
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk makalah ini adalah untuk menggunakan
setiap penelitian epidemiologi hendaknya dipertimbangkan sesuai dengan objek
yang akan diteliti agar mendapatkan hasil yang efektif, efisien dan sesuai dengan
yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Ridwan. 2011. Modul Epidemiologi Dasar. Makassar. Universitas
Hasanuddin
Azwar, azrul.1999. Pengantar Epidemologi. Jakarta: Binarupa Aksara
Budiarto, eko dkk. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Kasjomo, Subaris Heru dkk. 2008. Intisari Epidemiologi. Jakarta: Mitra Cendikia
Press.
28
Mutiara, Erna , dkk. Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil dan Pengetahuan
terhadap Sikap Ibu tentang Kehamilan Risiko Tinggi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai
Kabupaten Langkat, Jurnal Gizi , Kesehatan Reproduksi dan
Epidemiologi, 1 ( 2012), 3.
http :// jurnal.usu.ac.id/
Noor, Frieda Ani, dkk. 2012. Buku Ajar Dasar – Dasar Epidemiologi. Banjarbaru.
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
Nurani, Dian Sari, dkk. Gambaran Epidemiologi Kasus Campak di Kota Cirebon
Tahun 2004 -2011, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1 ( 2012 ) , 3 – 8.
http ://eprints.undip.ac.id
Nurbeti, Maftuhah, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Kompetensi
Dokter Umum. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.
Suhartono. Kasus Sutet Di Indonesia: Kajian Dari Aspek Epidemiologi ,
Penelitian Kesehatan 36 ( 2008 ) , 9.
http : // ejournal.litbang.depkes.go.id
Susilowati, Tuti. Faktor – Faktor Resiko yang Berpengaruh terhadap kejadian
HIV dan AIDS di Semarang dan Sekitarnya, (2010), 3.
http : // e- journal.akbid-purworejo.ac.id
Tyas Anggarini, Merry. Hubungan anatara Usia saat Timbulnya Menarche
Dengan Usia saat Terjadinya Menopause Wanita Di Kecamatan Kartasura, 5-6.
http : // Jurnal.unimus.ac.id
29
Indeks
A
AIDS · 9, 18anemia · 11antigenisiti · 17Asbestosis · 15
B
Balanitis · 12BCG · 8
C
case report · 3, 4
Case report · 4, 28case series · 3, 4Case series · 4, 28Cholera · 15Cross-sectional · 4Cross-Sectional · 3
D
determinan · 1, 20Diabetes melitus · 10diare · 19
30
E
Eksperimen Lapangan · 24, 29Eksperimental semu · 26Endemis · 18environmental reservoir · 17epidemiologi · 1, 2, 3, 4, 5, 16, 19, 20, 22, 23, 28,
29Epidemiologi analitik · 20, 28Epidemiologi deskriptif · 3, 4, 5, 28Epidemis · 18eschericia coli · 9exposure · 8
F
fibrosis paru · 12
G
gastrointestinal · 11, 12glukosa 6 fosfatase · 11
H
Hemofilia · 11Hernia inguinalis · 10hipertensi · 9, 11, 12hipotesis · 3, 4, 20, 25HIV · 6
I
imunisasi · 7, 8, 9infark miokard · 11Infark miokard · 10infektiviti · 17influenza · 19intervensi · 20, 24, 25, 26, 29Intervensi Komunitas · 24, 29ISPA · 9, 11
J
jantung koroner · 9, 10, 11
K
karsinoma · 9, 12, 13, 19Karsinoma lambung · 11Karsinoma paru · 10KLB · 14, 18, 19Kolesisitis · 10
L
laktasi. · 13leptospirosis · 7Lyme · 7
M
manifestasi klinis · 4, 22, 23mesotelioma · 12migrasi · 20mobilitas geografis · 20morbiditas · 4, 8, 10, 16, 19Morbiditas · 9, 10mortalitas · 4, 8, 9, 10, 18, 19, 26
O
obesitas · 11Obesitas · 10
P
Pandemis · 18patogenisiti · 17penelitian ekologi · 24penelitian eksperimental · 24, 25, 26, 29perjalanan klinis · 4prevalensi · 5, 7, 16, 18, 19Preventif · 25prognosis · 4, 20Promotif · 25
R
radiologi · 12Rematoid arthritis · 10risk · 8, 23, 25
31
S
sarkoma Kaposi · 6sickle cell anemia · 11sickle-cell, · 6silikon · 12silikosis · 12sirkumsisi · 12Sporadis · 17stapilococcus · 9Status Marital · 13
T
Tay-Sachs · 6TBC · 8, 11, 15Terapeutik · 25tifus abdominalis. · 19time series · 3Tireotoksikosis · 10
Trisinensis · 12
U
Uji Klinis · 24, 29ulkus lambung · 12
V
vaksin · 9Variasi musim · 19Variasi random · 19Variasi siklik · 19virulensi · 17
Z
zat radioaktif · 12
32
top related