Transcript
Invaginasi
ABSTRAK
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang
dewasa. Invaginasi pada anak biasanya bersifat idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2–12 bulan, dan lebih banyak pada anak laki–
laki.
Invaginasi ialah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk ke dalam usus berikutnya.
Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. Bagian usus yang
masuk disebut intussusceptum dan bagian yang menerima intussuscepturn dinamakan
intussuscipiens. Oleh karena itu, invaginasi disebut juga intussusception. Pemberian nama
invaginasi bergantung hubungan antara intussusceptum dan intussuscipiens, misalnya ileo-
ileal menunjukkan invaginasi hanya melibatkan ileum saja. Ileo-colica berarti ileum sebagai
intussusceptum dan colon sebagai intussuscipiens. Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-
ileo-colica, jejuno-ileal, colo-colica, dan appendical-colica. Ileo-colica yang paling banyak
ditemukan (75%), ileo- ileo colica 15%, lain-lain 10%, paling jarang tipe appendical Colica.
Invaginasi sering dijumpai pada umur 3 bulan–2 tahun, paling banyak 5-9 bulan,
prevalensi penyakit diperkirakan 1-2 penderita di antara 1000 kelahiran hidup. Anak laki-laki
lebih banyak daripada perempuan, 3:1. Pada umur 5-9 bulan sebagian besar belum diketahui
penyebabnya.
Gejala klinik berupa sakit perut bagian atas, defekasi darah dan lendir, muntah-muntah,
bayi tampak pucat dan berkeringat dingin yang sering disertai dehidrasi dan shock terutama
pada kasus lanjut.
Pemeriksaan radiologis berupa foto polos abdomen memperlihatkan tanda-tanda
obstruksi usus halus, kadang-kadang tampak sebagai bayangan menyerupai sosis di bagian
tengah abdomen. Pemeriksaan USG menunjukkan doughnat sign atau pseudokidney sign.
Dengan barium enema tampak defek pengisian barium yg konveks, barium akan terhenti
sementara, bayangan per mobil (coiled spring appearance) apabila barium melingkari
intususeptum. Refluks kontras ke dalam ileum adalah tanda satu-satunya bahwa reduksi telah
berhasil.
Radiologi Page 1
Invaginasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
orang dewasa. Invaginasi pada anak biasanya bersifat idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2–12 bulan, dan lebih
banyak pada anak laki–laki.
Invaginasi ialah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk ke dalam usus
berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya.
Bagian usus yang masuk disebut intussusceptum dan bagian yang menerima
intussuscepturn dinamakan intussuscipiens. Oleh karena itu, invaginasi disebut juga
intussusception. Pemberian nama invaginasi bergantung hubungan antara
intussusceptum dan intussuscipiens, misalnya ileo-ileal menunjukkan invaginasi hanya
melibatkan ileum saja. Ileo-colica berarti ileum sebagai intussusceptum dan colon
sebagai intussuscipiens. Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileo colica, colo-colica
dan appendical-colica. Ileo-colica yang paling banyak ditemukan (75%), ileo- ileo
colica 15%, lain-lain 10%, paling jarang tipe appendical Colica.
Invaginasi sering dijumpai pada umur 3 bulan–2 tahun, paling banyak 5-9 bulan,
prevalensi penyakit diperkirakan 1-2 penderita di antara 1000 kelahiran hidup. Anak
laki-laki lebih banyak daripada perempuan, 3:1. Pada umur 5-9 bulan sebagian besar
belum diketahui penyebabnya.
Penderita biasanya bayi sehat, menetek, gizi baik dan dalam pertumbuhan
optimal. Ada yang menghubungkan terjadinya invaginasi karena gangguan peristaltik,
10% didahului oleh pemberian makanan padat dan diare. Diare dan invaginasi
dihubungkan dengan infeksi virus, karena pada pemeriksaan tinja dan kelenjar limfa
mesenterium, terdapat adenovirus bersama-sama invaginasi. Invaginasi pada umur 2
tahun ke atas, biasanya bersama-sama Divertikel Meckel, polip, hemangioma dan
Radiologi Page 2
Invaginasi
limfosarkoma. Infeksi parasit sering juga menyertai invaginasi anak umur 2 tahun ke
atas.
Ada perbedaan etiologi yang mencolok antara anak-anak dan dewasa, pada anak-
anak etiologi terbanyak adalah idiopatik yang mana lead point-nya tidak ditemukan
sedangkan pada dewasa penyebab terbanyak adalah keadaan patologik intra lumen oleh
suatu neoplasma baik jinak maupun ganas sehingga pada saat operasi lead point-nya
dapat ditemukan.
1.2 TUJUAN
a. Mengetahui etiologi invaginasi
b. Mengetahui klasifikasi invaginasi
c. Mengetahui gambaran klinis invaginasi
d. Mengetahui pemeriksaan dan diagnosis invaginasi
e. Mengetahui penatalaksanaan invaginasi
Radiologi Page 3
Invaginasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ETIOLOGI
Menurut kepustakaan 90-95% terjadi pada anak di bawah 1 tahun akibat idiopatik.
Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dinding ileum terminal berupa
hipertrofhi jaringan limfoid (plaque payer) akibat infeksi virus (limfadenitis) yang
mengkuti suatu gastroenteritis atau infeksi saluran nafas. Keadaan ini menimbulkan
pembengkakan bagian intusupseptum, edema intestinal dan obstruksi aliran vena à
obstruksi intestinal à perdarahan. Penebalan ini merupakan titik permulaan invaginasi.
Pada anak dengan umur >2 tahun disebabkan oleh tumor seperti limpoma, polip,
hemangioma dan Divertikel Meckeli. Penyebab lain akibat pemberian anti spasmolitik
pada diare non-spesifik. Pada umur 4-9 bulan terjadi perubahan diet makanan dari cair
ke padat, perubahan pola makan dicurigai sebagai penyebab invaginasi.
Invaginasi pada anak-anak umur kurang dari 1 tahun, tidak dijumpai kelainan
yang jelas sebagai penyebabnya, sehingga digolongkan sebagai invantile idiophatic
intususeption. Sedangkan pada anak-anak umur >2 tahun dapat dijumpai kelainan pada
usus sebagai penyebabnya, misalnya Divertical Meckel, hemangioma, polip. Pada orang
tua sangat jarang dijumpai kasus invaginasi (Tumen 1964; kume GA et al, 1985; Ellis
1990), serta tidak banyak tulisan yang membahas tentang invaginasi pada orang tua
secar rinci.
Penyebab terjadinya invaginasi bervariasi, diduga tindakan masyarakat tradisional
berupa pijat perut serta tindakan medis pemberian obat anti-diare juga berperan pada
timbulnya invaginasi. Infeksi rotavirus yang menyerang saluran pencernaan anak
dengan gejala utama berupa diare juga dicurigai sebagai salah satu penyebab invaginasi.
Keadaan ini merupakan keadaan gawat darurat akut di bagian bedah dan dapat terjadi
pada semua umur. Insiden puncaknya pada umur 4–9 bulan, hampir 70% terjadi pada
umur dibawah 1 tahun dimana laki-laki lebih sering dari wanita kemungkinan karena
peristaltic lebih kuat.
Perkembangan invaginasi menjadi suatu iskemik terjadi oleh karena penekanan
dan penjepitan pembuluh-pembuluh darah segmen intususeptum usus atau mesenterial.
Radiologi Page 4
Invaginasi
Bagian usus yang paling awal mengalami iskemik adalah mukosa. Ditandai dengan
produksi mucus yang berlebih dan bila berlanjut akan terjadi strangulasi dan laserasi
mukosa sehingga timbul perdarahan. Campuran antara mucus dan darah tersebut akan
keluar anus sebagai suatu agar-agar jeli darah (red currant jelly stool).
Keluarnya darah per-anus sering mempersulit diagnosis dengan tingginya
insidensi disentri dan amubiasis. Ketiga gejala tersebut disebut sebagai trias invaginasi.
Iskemik dan distensi sistem usus akan dirasakan nyeri oleh pasien dan ditemukan pada
75% pasien. Adanya iskemik dan obstruksi akan menyebabkan sekuestrisasi cairan ke
lumen usus yang distensi dengan akibat lanjutnya adalah pasien akan mengalami
dehidrasi, lebih jauh lagi dapat menimbulkan syok. Mukosa usus yang iskemik
merupakan port de entry intravasasi mikroorganisme dari lumen usus yang dapat
menyebabkan pasien mengalami infeksi sistemik dan sepsis.
Intususepsi pada dewasa kausa terbanyak adalah keadaan patologi pada lumen
usus, yaitu suatu neoplasma baik yang bersifat jinak dan atau ganas, seperti apa yang
pernah dilaporkan ada perbedaan kausa antara usus halus dan kolon sebab terbanyak
intususepsi pada usus halus adalah neoplasma yang bersifat jinak (Diverticle Meckel’s,
polip) 12/25 kasus sedangkan pada kolon adalah bersifat ganas (adenocarsinoma) 14/16
kasus. Etiologi lainnya yang frekuensinya lebih rendah seperti tumor extra lumen seperti
lymphoma, diare, riwayat pembedahan abdomen sebelumnya, inflamasi pada apendiks
juga pernah dilaporkan, intususepsi terjadi pada penderita AIDS, pernah juga dilaporkan
karena trauma tumpul abdomen yang tidak dapat diterangkan kenapa itu terjadi dan
idiopatik.
Perbedaan dalam etiologi merupakan hal utama yang membedakan kasus yang
terjadi pada bayi atau anak-anak penyebab intususepsi tidak dapat diketahui pada kira-
kira 95% kasus. Sebaliknya 80% dari kasus pada dewasa mempunyai suatu penyebab
organik, dan 65% dari penyebabnya ini berupa tumor baik benigna maupun maligna.
Oleh karenannya banyak kasus pada orang dewasa harus ditangani dengan
anggapan terdapat keganasan. Insidensi tumor ganas lebih tinggi pada kasus yang hanya
mengenai kolon saja (Cohn 1976).
Berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya intususepsi pada dewasa
pada intinya adalah gangguan motilitas usus terdiri dari dua komponen yaitu satu
bagian usus yang bergerak bebas dan satu bagian usus lainya yang terfiksir atau kurang
Radiologi Page 5
Invaginasi
bebas dibandingkan bagian lainnya, karena arah peristaltik adalah dari oral ke anal
sehingga bagian yang masuk ke lumen usus adalah yang arah oral atau proksimal,
keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus, pada keadaan khusus dapat
terjadi sebaliknya yang disebut retrograd intususepsi pada pasien pasca
gastrojejunostomi.
Akibat adanya segmen usus yang masuk ke segmen usus lainnya akan
menyebabkan dinding usus yang terjepit sehingga akan mengakibatkan aliran darah
menurun dan keadaan akhir adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus.
Perubahan patologik yang diakibatkan intususepsi terutama mengenai
intususeptum. Intususepien biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan pada
intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi dari
intususepien, dan juga karena terganggunya aliran darah sebagai akibat penekanan dan
tertariknya mesenterium. Edema dan pembengkakan dapat terjadi.
Pembengkakan dapat sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi.
Adanya bendungan menimbulkan perembesan (ozing) lendir dan darah ke dalam lumen.
Ulserasi pada dinding usus dapat terjadi. Sebagai akibat strangulasi tidak jarang terjadi
gangren. Gangren dapat berakibat lepasnya bagian yang mengalami prolaps.
Pembengkakan dari intisuseptum umumnya menutup lumen usus. Akan tetapi tidak
jarang pula lumen tetap patent, sehingga obstruksi komplit kadang-kadang tidak terjadi
pada intususepsi (Tumen 1964).
Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik partial
maupun total dan strangulasi (Boyd, 1956). Hiperperistaltik usus bagian proksimal yang
lebih mobil menyebabkan usus tersebut masuk ke lumen usus distal. Usus bagian distal
yang menerima (intussucipient) ini kemudian berkontraksi, terjadi edema. Akibatnya
terjadi perlekatan yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasi.
Radiologi Page 6
Invaginasi
II
II.2 KLASIFIKASI
Intususepsi dibedakan dalam 4 tipe :
1. Enterik usus halus ke usus halus
2. Ileosekal valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke sekum dan menarik
ileum di belakangnya. Valvula tersebut merupakan apex dari intususepsi.
3. Kolokolika kolon ke kolon.
4. Ileokoloika ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke kolon.
Radiologi Page 7
Invaginasi
II.3 GAMBARAN KLINIS
Manifestasi penyakit mulai tampak dalam waktu 3-24 jam setelah terjadi
invaginasi. Gejala-gejala sebagai tanda-tanda obstruksi usus yaitu nyeri perut, muntah
dan perdarahan. Nyeri perut bersifat serangan setiap 15-30 menit, lamanya 1-2 menit. Di
antara 2 serangan, bayi kelihatan sehat. Perut berbentuk Scaphoid.
Serangan nyeri sudah dapat ditemukan pada anak kurang 1 tahun (60,7%), 81,8%
pada umur 1-2 tahun dan 91% pada umur lebih 2 tahun. Pada anak besar lebih 2 tahun,
nyeri perut merupakan gejala yang menyolok, biasanya nyeri disusul oleh muntah. Pada
bayi kecil muntah dapat sebagai gejala pertama. Muntah mula-mula terdiri atas sisa-sisa
makanan yang ada dalam lambung, kemudian berisi empedu. Sebanyak 95,5% gejala
muntah terjadi pada anak berumur kurang dari 2 tahun. Timbulnya muntah dapat tejadi 3
jam pertama setelah berlangsungnya penyakit, masing-masing 73% pada umur kurang 2
tahun dan 52% pada umur lebih 2 tahun. Gejala muntah lebih sering pada invaginasi usus
halus bagian atas jejunum dan ileum daripada ileo-colica.
Setelah serangan kolik yang petama, tinja masih normal, kemudian disusul oleh
defekasi darah bercampur lendir (currant jelly stool). Yang berasal dari intususeptum
yang terbendung, tertekan atau sesudah mengalami strangulasi. Bila invaginasi disertai
strangulasi harus diingat kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi. Pada 59%
penderita, perdarahan terjadi dalam waktu 12 jam. Darah lendir berwarna segar pada awal
penyakit, kemudian berangsur-angsur bercampur jaringan nekrosis, disebut terry stool
oleh karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah.
II.4 DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN
Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan
pemeriksaan rontgen dengan barium enema.
Pada pemeriksaan perut dapat teraba sausage shape pada 24% penderita. Suatu
massa dengan lekukan dan posisinya mengikuti garis usus colon ascendens sampai ke
Radiologi Page 8
Invaginasi
sigmoid dan rektum. Massa tumor sukar diraba bila berada di belakang hati atau pada
dinding yang tegang.
Perkusi pada tempat invaginasi terkesan suatu rongga kosong. Bising usus
terdengar meninggi selama serangan kolik, menjadi normal kembali di luar serangan.
Colok dubur memperlihatkan darah lendir dan kadang-kadang teraba pseudo-portio bila
invaginasi sudah mencapai recto-sigmoid.
A. Pemeriksaan Fisik :
Obstruksi mekanis ditandai Darm Steifung dan Darm Countur.
Teraba massa seperti sosis di daerah subcostal yang terjadi spontan.
Nyeri tekan (+)
Dance sign (+) kekosongan pada kuadran kanan bawah karena masuknya sekum
pada kolon ascenden.
RT : pseudoportio(+), lender darah (+) sensasinya seperti portio vagina akibat
invaginasi usus yang lama.
B. Radiologis :
Foto polos perut dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri.
Posisi lateral dekubitus kiri ialah posisi penderita yang dibaringkan dengan bagian
kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk
mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya perforasi.
Gambaran X-ray pada invaginasi ileo-coecal memperlihatkan daerah bebas
udara yang fossa iliaca kanan karena terisi massa. Pada invaginasi tingkat lanjut
kelihatan air fluid level.
Radiologi Page 9
Invaginasi
B.1 Foto polos abdomen
Pemeriksaan foto polos abdomen awal kemungkinan masih normal dan
untuk foto polos berikutnya mungkin menunjukkan berkurang/menghilangnya
udara usus. Dijumpainya tanda obstruksi, dilatasi dan massa di kuadran tertentu
dari abdomen menunjukkan dugaan kuat suatu invaginasi.
Radiologi Page 10
Invaginasi
1
2
3
Radiologi Page 11
Invaginasi
4
Tanda obstruksi (+) : Distensi, Air fluid level, Herring Bone (gambaran plika circularis
usus) à DAH.
B.2 Colon In loop berfungsi sebagai :
Diagnosis cupping sign, letak invaginasi
Terapinya reposisi dengan tekanan tinggi, bila belum ada tanda2 obstruksi
dan kejadian <24 jam
Reposisi dianggap berhasil bila setelah rectal tube ditarik dari anus barium
keluar bersama feses dan udara. Pada orang dewasa diagnosis pre-operatif
keadaan intususepsi sangatlah sulit, meskipun pada umumnya diagnosis pre-
operatifnya adalah obstruksi usus tanpa dapat memastikan kausanya adalah
intususepsi, pemerikasaan fisik saja tidaklah cukup sehingga diagnosis
memerlukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan radiologi (barium enema,
ultra sonography dan computed tomography), meskipun umumnya diagnosisnya
didapat saat melakukan pembedahan.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat yang khas dan
pemeriksaan fisik. Pada penderita dengan intususepsi yang mengenai kolon,
barium enema mungkin dapat memberi konfirmasi diagnosis. Mungkin akan
Radiologi Page 12
Invaginasi
didapatkan obstruksi aliran barium pada apex dari intususepsi dan suatu
cupshaped appearance pada barium di tempat ini.
Ketika tekanan ditingkatkan, sebagian atau keseluruhan intususepsi
mungkin akan tereduksi. Jika barium dapat melewati tempat obstruksi, mungkin
akan diperoleh suatu coil spring appearance yang merupakan diagnostik untuk
intususepsi. Jika salah satu atau semua tanda-tanda ini ditemukan, dan suatu
masa dapat diraba pada tempat obstruksi, diagnosis telah dapat ditegakkan
(Cohn 1976).
Mendiagnosis intususepsi pada dewasa sama halnya dengan penyakit
lainnya yaitu melalui :
Anamnesis , pemeriksaan fisik ( gejala umum, khusus dan status lokalis
seperti diatas).
Pemeriksaan penunjang ( Ultra sonography, Barium Enema dan Computed
Tomography)
Radiologi Page 13
Invaginasi
B.3 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
Penggunaan ultrasonografi sebagai alat diagnostic pada intususepsi, dan
dipergunakan secara luas dengan sensitivitas dan spesifitas 100%.
Penemuan bermakna termasuk donut sign terlihat pada potongan tranversal dan
pseudo-kidney sign pada potongan longitudinal.
Gambar : Pseudokidney pada USG abdomenGambar : USG abdomen pada pasien invaginasi
Radiologi Page 14
Invaginasi
II.5 PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan adalah :
1. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Menghilangkan peregangan usus dan muntah dengan selang nasogastrik.
3. Antibiotika.
4. Laparotomi eksplorasi.
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan
diberikan, jika pertolongan kurang dari 24 jam dari serangan pertama, maka akan
memberikan prognosa yang lebih baik.
Penatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak
dahulu mencakup dua tindakan :
1. Reduksi hidrostatik
Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan kateter
dengan tekanan tertentu. Pertama kali keberhasilannya dikemukakan oleh Ladd tahun
1913 dan diulang keberhasilannya oleh Hirschprung tahun 1976
2. Reduksi manual (milking) dan reseksi usus
Pasien dengan keadaan tidak stabil, didapatkan peningkatan suhu, angka lekosit,
mengalami gejala berkepanjangan atau ditemukan sudah lanjut yang ditandai dengan
distensi abdomen, feces berdarah, gangguan sistema usus yang berat sampai timbul
shock atau peritonitis, pasien segera dipersiapkan untuk suatu operasi. Laparotomi
dengan incisi transversal interspina merupakan standar yang diterapkan di RS. Dr.
Sardjito. Tindakan selama operasi tergantung kepada penemuan keadaan usus, reposisi
manual dengan milking harus dilakukan dengan halus dan sabar, juga bergantung
kepada ketrampilan dan pengalaman operator. Reseksi usus dilakukan apabila pada
kasus yang tidak berhasil direduksi dengan cara manual, bila viabilitas usus diragukan
Radiologi Page 15
Invaginasi
atau ditemukan kelainan patologis sebagai penyebab invaginasi. Setelah usus direseksi
dilakukan anastomose “end to end” apabila hal ini memungkinkan, bila tidak mungkin
maka dilakukan exteriorisasi atau enterostomi.
Terapi intususepsi pada orang dewasa adalah pembedahan. Diagnosis pada saat
pembedahan tidak sulit dibuat. Pada intususepsi yang mengenai kolon sangat besar
kemungkinan penyebabnya adalah suatu keganasan, oleh karena itu ahli bedah
dianjurkan untuk segera melakukan reseksi, dengan tidak usah melakukan usaha
reduksi. Pada intususepsi dari usus halus harus dilakukan usaha reduksi dengan hati-
hati. Jika ditemukan kelainan telah mengalami nekrose, reduksi tidak perlu dikerjakan
dan reseksi segera dilakukan .Pada kasus-kasus yang idiopatik, tidak ada yang perlu
dilakukan selain reduksi. Tumor benigna harus diangkat secara lokal, tapi jika ada
keragu-raguan mengenai keganasan, reseksi yang cukup harus dikerjakan.
1. Pre-operatif
Penanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti penangan
pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan umum seperti rehidrasi
dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit elektroli
2. Durante Operatif
Penanganan secara khusus adalah melalui pembedahan laparotomi, karena
kausa terbanya intususepsi pada dewasa adalah suatu keadaan neoplasma maka
tindakan yang dianjurkan adalah reseksi anastosmose segmen usus yang terlibat
dengan memastikan lead pointnya, baik itu neoplasma yang bersifat jinak maupun
yang ganas.
Tindakan manual reduksi tidak dianjurkan karena risiko :
1. Ruptur dinding usus selama manipulasi
2. Kemungkinan iskemik sampai nekrosis pasca operasi
3. Kemungkinan rekurensi kejadian intususepsi
Radiologi Page 16
Invaginasi
4. Ileus yang berkepanjangan akibat ganguan otilitas
5. Pembengkakan segmen usus yang terlibat
Batas reseksi pada umumnya adalah 10cm dari tepi–tepi segmen usus yang
terlibat, pendapat lainnya pada sisi proksimal minimum 30cm dari lesi, kemudian
dilakukan anastosmose end to end atau side to side.
Pada kasus-kasus tertentu seperti pada penderita AIDS, lesi/lead pointnya tidak
ditemukan maka tindakan reduksi dapat dianjurkan, begitu juga pada kasus retrograd
intususepsi pasca gastrojejunostomi tindakan reduksi dapat dibenarkan, keadaan lainya
seperti intususepsi pada usus halus yang kausanya pasti lesi jinak tindakan reduksi dapat
dibenarkan juga, tetapi pada pasien intususepsi tanpa riwayat pembedahan abdomen
sebelumnya sebaiknya dilakukan reseksi anastosmose .
3. Pasca Operasi
Hindari Dehidrasi
Pertahankan stabilitas elektrolit
Pengawasan akan inflamasi dan infeksi
Pemberian analgetika yang tidak mempunyai efek menggangu motilitas usus
Pada invaginasi usus besar dimana resiko tumor ganas sebagai penyebabnya adalh
besar, maka tidak dilakukan reduksi (milking) tetapi langsung dilakukan reseksi.
Sedangkan bila invaginasinya pada usus halus reduksi boleh dicoba dengan hati-hati ,
tetapi bila terlihat ada tanda necrosis, perforasi, oedema, reduksi tidak boleh dilakukan,
maka langsung direseksi saja (Elles, 90). Apabila akan melakukan reseksi usus halus
pada invaginasi dewasa hendaknya dipertimbangkan juga sisa usus halus yang
ditinggalkan, ini untuk menghindari / memperkecil timbulnya short bowel syndrom.
Gejala short bowel syndrom menurut Schrock, 1989 adalah:
» adanya reseksi usus yang etensif » diarhea » steatorhe » malnutrisi
Radiologi Page 17
Invaginasi
Apabila usus halus yang tersisa 3 meter atau kurang akan menimbulkan gangguan
nutrisi dan gangguan pertumbuhan. Jika usus halus yang tersisa 2 meter atau kurang
fungsi dan kehidupan sangat terganggu. Dan jika tinggal 1 meter maka dengan nutrisi
prenteralpun tidak akan adequat. (Schrock, 1989).
Penatalaksanaan Barium Enema
Masukan oral dihentikan, penderita diberi cairan intravena dan selanjutkan dilakukan
reposisi usus. Bergantung pada keadaan penderita, reposisi dilakukan dengan operasi atau
barium enema. Pada operasi, reposisi secara manual dan hasilnya langsung diketahui.
Reposisi barium diikuti oleh X-ray. Mula-mula tampak bayangan barium bergerak berbentuk
cupping pada tempat invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik sebesar ¾ - 1 meter air, barium
didorong ke arah.proksimal. tekanan hidrostatik tidak boleh melewati 1 meter air dan tidak
boleh dilakukan pengurutan atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisis
hidrostatik. Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum terminalis. Pada
saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang diberikan per os akan keluar melalui dubur.
Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring appearance.
Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium pada haustra sepanjang bekas tempat
invaginasi.
Sejak 1876, barium enema sudah dipergunakan untuk pengobatan invaginasi dan
hasilnya memuaskan. Hanya sedikit kemungkinan terjadi perforasi walaupun usus telah
mengalami gangren, asal tekanan hidrostatik tidak melebihi 1 meter. Demikian pula lamanya
perawatan pada reposisi barium lebih pendek daripada operasi. Sebaliknya dengan reduksi
manual pada operasi ternyata lebih bersifat traumatik, sehingga lebih mudah terjadi ruptur
usus. dengan kelebihan yang disebut tadi, di Skandinavia reposisi barium lebih banyak
digunakan. Survival rate 55%, masing-masing 81% pada umur kurang 1 tahun dan 15% pada
usia kurang 3 bulan Kadang-kadang reposisi barium tidak berhasil, misalnya pada umur
kurang 3 bulan dan invaginasi ileo-ileal. Bayangan kontras dalam bentuk cupping tidak
mencapai ileum terminalis sehingga memerlukan operasi.
Radiologi Page 18
Invaginasi
Jika reposisi konservatif ini tidak berhasil, terpaksa diadakan reposisi operatif. Sewaktu
oprasi akan dicoba reposisi manual dengan mendorong invaginatum dari oral kearah sudut
ileosaecal. Dorongan dilakukan dengan hati-hati tanpa tarikan dari bagian proksimal.
Operasi dini tanpa terapi barium dikerjakan bila terjadi perforasi, peritonitis dan tanda-
tanda obstruksi. Keadaan ini biasanya pada invaginasi yang sudah berlangsung 48 jam.
Demikian pula pada kasus-kasus relapse. Invaginasi berulang 11% setelah reposisi barium
dan 3% pada operasi tanpa reseksi usus. Bisanya reseksi dilakukan jika aliran darah tidak
pulih kembali setelah dihangatkan dengan larutan fisiologik. Usus yang mengalami invaginasi
nampak kebiruan. Pada perawatan ke-2 kali, dikerjakan operasi tanpa barium enema.
Radiologi Page 19
Invaginasi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Invaginasi merupakan suatu keadaan masuknya usus bagian proksimal ke usus
bagian distal. Terjadi pada kelompok anak usia 4-12 bulan, dan pada kelompok anak usia
di atas 2 tahun, dengan berbagai macam penyebab. Salah satu segmen usus yang paling
tersering pada kasus invaginasi adalah mengenai segmen ileo-colica. Gejala klinis yang
bisa ditemukan sebagai Trias Invaginasi, antara lain nyeri perut tiba-tiba yang hilang
timbul dengan onset 10-20 menit, BAB berlendir dan berdarah, bagian atas perut yang
penuh dan bagian bawah yang kosong (Dance Sign). Keadaan umum pasien biasanya
berupa perut kembung disertai mual dan muntah.
Pemeriksaan penunjang invaginasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan
Radiologis, antara lain :
1. Foto Polos 3 Posisi, dapat ditemukannya tanda obstruksi (+), distensi (+), Air Fluid
Level, Herring Bone (gambaran plica circularis usus).
2. Barium Enema, tampak defek pengisian barium yang konveks (Coiled Spring).
3. USG, tampak doughnut sign / pseudokidney.
4. Colon In Loop, tampak cupping sign.
Diagnosis banding invaginasi adalah Hirsprung Disease. Trias Hirsprung antara lain
perut distensi, muntah hijau, mekonium terlambat >24 jam. Pemeriksaan radiologi
dengan barium enema, akan tampak zona transisi (Mouse Tail Appereance).
Radiologi Page 20
Invaginasi
Hirsprung Invaginasi
SARAN
Diagnosis banding untuk invaginasi antara lain adalah Hirsprung Disease dan Stenosis Ileum. Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penegakkan diagnosis invaginasi selain untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Radiologi Page 21
top related