BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-nursadiyah...diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh,
Post on 18-Mar-2019
224 Views
Preview:
Transcript
7BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Anak Usia 0-1 Tahun
1. Pengertian
Perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap,
perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih
tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran (Wong, 2008).
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2002) Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh,
organ–organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Dengan demikian, aspek
perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan
fungsi dari masing–masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan
berfungsinya jantung untuk memompa darah, kemampuan untuk
bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan,
bicara, memungut benda–benda disekelilingnya, serta kematangan emosi
dan social anak. Tahap perkembangan awal akan menentukan tahap
perkembangan selanjutnya (Nursalam, 2005).
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan merupakan pertambahan kematangan fungsi dari masing–
masing bagian tubuh. Dengan demikian, perkembangan berperan penting
dalam kehidupan manusia.
2. Ciri–ciri perkembangan
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2002) perkembangan
merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang berkelanjutan,
teratur dan saling terkait. Seperti pertumbuhan, perkembanganpun
mempunyai ciri–ciri tertentu sebagai suatu pola yang tetap walaupun
variasinya sangat luas.
Ciri–ciri perkembangan adalah :
Perkembangan melibatkan perubahan
Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka
setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan
sistem reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan organ
kelamin, perkembangan intelegesia menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran
tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri
baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu.
Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang
anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia berdiri. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu :
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju kearah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (garakan
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut
proksimodistal.
Perkembangan memiliki tahap yang berurutan :
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola teratur dan berurutan,
tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mambuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam
kecepatan yang berbeda-beda. Kaki dan tangan berkembang pesat
pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin
berkembang pesat pada masa lainnya.
Perkembangan berkorelasi dengan pertumbahan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembanganpun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi
dan lain-lain.
B. Perkembangan Motorik
1. Pengertian
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian
gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf,
otot, otak, dan spinal cord. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak
akan tetap tidak berdaya. Akan tetapi kondisi ketidakberdayaan tersebut
berubah secara cepat.
Pada masa bayi usia 0-1 tahun perkembangan terjadi secara cepat.
Pada usia tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola
mata untuk mengikuti suatu objek, membedakan sesorang dengan benda,
senyum naluri dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang
yang cukup mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini.
Pada usia tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan
menoleh ke kanan-kiri saat telungkup. Setelah usia lima bulan, anak
mampu membalikkan badan dari posisi terlentang ke telungkup dan
sebaliknya. Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar posisi
telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia
sembilan bulan, anak bergerak merayap/merangkak , dan mampu duduk
sendiri tanpa bantuan (Nursalam, 2005).
2. Macam-macam perkembangan motorik
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik
kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh. Contohnya menggerakkan
kedua lengan dan kaki sama mudahnya, menegakkan kepala saat
telungkup, berjalan dengan berpegangan dan sebagainya. Sedangkan
motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan
untuk belajar dan berlatih. Misalnya, bereaksi melihat kearah sumber
cahaya, meraih benda yang terjangkau, memindahkan benda kesatu
tangan ke tangan yang lain dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut
sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal (Arfan.2008 ;
Suherman. 2000).
C. Perkembangan Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar
atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh. Contohnya kemampuan
duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya (Arfan, 2008).
Disebut motorik kasar bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian
besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh
otot otot yang lebih besar. Anak yang sering berlatih gerakan kasar akan
meningkatkan tingkat keluwesan, kecermatan, dan kecepatan. Sehingga
secara bertahap seorang anak akan bertambah terampil dan mahir melakukan
gerakan gerakan yang diperlukan guna penyesuaian dirinya.
Pada usia 1 bulan, anak dapat menolehkan kepala dari satu sisi ke sisi
yang lain dalam posisi prone. Usia 2 bulan ketika prone anak dapat
mengangkat hampir 45 derajat dari dataran meja, usia 3 bulan anak mampu
mempertahankan kepala lebih tegak ketika duduk, namun masih ,merunduk
ke depan, usia 4 bulan kepala anak hampir tidak lagi terjuntai ketika ditarik
ke posisi duduk usia 5 bulan ketika duduk anak mampu mempertahankan
kepala tetapi tegak dan kuat. Usia 6 bulan anak dapat berguling dari posisi
terlentang ke posisi telungkup. Usia 7 bulan anak dapat duduk tegak
sementara. Usia 8 bulan, anak duduk mantap tanpa ditopang. Usia 9 bulan
anak dapat merangkak dengan tangan dengan lutut. Usai 10 bulan ketika
berdiri anak mangangkat satu kaki untuk melangkah. Usia 11 bulan ketika
duduk, anak menoleh kebelakang untuk mengambil sebuah benda. Usia 12
bulan anak dapat berjalan dengan satu tangan dipegangi menjelajah dengan
baik (Wong, 2008).
1. Faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan motorik kasar anak
menurut Soetjiningsih, 1995 :
Faktor Genetik
Pengaruh genetik ini bersifat heredo-konstitusional yang berarti
bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor
keturunan. Secara mudah dikatakan bahwa seorang anak akan besar
dan tinggi bila ayah dan ibunya juga besar dan tinggi. Faktor
herediter akan berpengaruh pada cepat pertumbuhan, kematangan
penulangan, gizi, dan alat seksual dan saraf.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan pranatal
Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada
waktu sedang hamil, lebih sering meghasilkan bayi BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) atau lahir mati dan jarang
menyebabkan cacat bawaan.
Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula
dengan posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan
talipes,dislokasi panggul dan palsi fasialis.
Toksin
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap
zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide,
phenition, obat-obat anti kanker, dan lain sebagainya dapat
menyebabkan kelainan bawaan.
Infeksi
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan
adalah TORCH (Toxolasmosis, Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes simplex). Sedangkan infeksi yang lainnya juga dapat
menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria,
polio, dan campak.
Faktor lingkungan post natal
Lingkungan biologis, antara lain :
Ras/suku bangsa
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/suku
bangsa. Bangsa kulit putih/ras mempunyai pertumbuhan
somatik lebih tinggi dari pada bangsa asia.
Jenis kelamin
Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan
anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti
mengapa demikian.
Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena itu
anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi.
Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan
kepribadian anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus.
Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh
kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan
orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga
untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan
(food security) keluarga.
Perawatan kesehatan dasar
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak
sakit, tetapi pemeriksaan kiesehatan yang menimbang anak
secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada tumbuh
kembang anak. Oleh karena itu pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secara
komprehensif, yang mencakup aspek-aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Kepekaan terhadap penyakit
Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak
terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan
cacat atau kematian. Dianjurkan sebelum anak berumur
satu tuhun sudah mendapat imunisasi BCG, polio 4 kali,
DPT 3 kali, Hepatitis B 3 kali, dan Campak.
Lingkungan fisik, antara lain:
Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah.
Musim kemarau yang panjang/adanya bencana alam
lainnya, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak
antara lain sebagai gagalnya panen, sehingga banyak anak
yang kurang gizi.
Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peranan yang cukup dominan
dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan
anak dan tumbuh kembangnya.
Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya
radiasi.
Lingkungan psikososial, diantaranya :
Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh
kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah
dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan
dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi.
Stres
Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, rendah diri,
nafsu makan menurun, dan lain sebagainya.
2. Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar Anak.
Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk
membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal/sesuai
dengan yang diharapakan. Tindakan ini meliputi berbagai aktifitas untuk
merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak, kemandirian dan
sosialisasi. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip
bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih dan sayang.
Bidang kemampuan perkembangan yang dipantau dan distimulasi :
a. Kemampuan bergaul dan mandiri.
b. Kemampuan berbicara, bahasa, dan kecerdasan.
c. Kemampuan gerak kasar.
d. Kemampuan gerak halus.
Bayi umur 0-1 Tahun :
Tugas perkembangan :
Dapat menggerakkan kedua tangan dan kaki sama mudahnya.
Menegakkan kepala pada saat telungkup.
Ketika di dudukkan dapat bertahan dengan kepala tegak.
Berjalan dengan berpegangan.
(Suherman, 2000).
3. Tahap-Tahap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 0-1 Tahun.
Bagian Kepala
Ocular melakukan gerakan : 4 minggu
Menegakkan kepala :
Dalam posisi tengkurap : 1 bulan.
Dalam posisi duduk : 4 bulan.
Bagian Batang Tubuh
Membalik :
Dari mirirng ke terlentang : 2 bulan
Dari terlentang ke miring : 4 bulan
Duduk :
Menarik ke posisi duduk : 4 bulan
Dengan bantuan : 5 bulan
Tanpa bantuan : 9 bulan
Tangan
Gerakan bertahan : 2 minggu
Menggenggam dan menjangkau : 4 bulan
Memegang dan menggenggam : 5 bulan
Memungut benda denga ibu jari : 8 bulan
Kaki
Mengesot : 6 bulan
Merangkak : 7 bulan
Maju perlahan : 9-10 bulan
Berdiri :
Dengan bantuan : 8 bulan.
Tanpa bantuan : 10 bulan.
Berjalan :
Dengan bantuan : 11 bulan.
Tanpa bantuan : 12-14 bulan.
(Hurlock, 2008).
4. Denver Developmental Screening Test
DDST adalah salah satu dari metode skining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST
memenuhi semua persyartan yang diperlukan untuk metode skrining
yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan
dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang
pernah dilakukan ternyata DDST sacara efektif dapat
mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah
yang menglami keterlambatan perkembangan, dan “Fallow up”
selanjutnya ternyata 85 % dari kelompok DDST abnormal mengalami
kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa
DDST tidak dapat mengidentifikasikan lebih separoh anak dengan
kelainan bicara. Frankenburg melakukan revisi dan restandarisasi
kembali DDST dan juga tugas perkembangan pada sektor bahasa
ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST tersebut dinamakan
Denver II (Soedjaningsih, 1995).
Aspek perkembangan yang dinilai.
Frunkenburg dkk (1981), menyatakan bahwa ada 4 parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
berdasarkan DDST, yaitu :
Perilaku sosial (Personal social)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus (Fine motor adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.
Bahasa ( Language)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
Gerakan motorik kasar ( Gross motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Setiap tugas (kemampuan) digambarkan dalam bentuk kotak
persegi panjang horisontalyang berurutan menurut umur, dalam
lembar DDST. Pada umumnya pada waktu tes, tugas yang perlu
diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara 25-30
tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar
15-20 menit saja.
Alat yang digunakan
Alat peraga : benang wol merah, manik-manik, kubus warna merah-
kuning-hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tennis, bel
kecil, kertas dan pensil.
Lembar formulir DDST
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya.
Prosedur DDST
Terdiri dari 2 tahap, yaitu : 1) Tahap pertama, secara periodik
dilakukan pada semua anak yang berusia 3-6 bulan; 9-12 bulan; 18-24
bulan; 3 tahun; 4 tahun; 5 tahun. 2) Tahap kedua, dilakukan pada yang
dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap perkembangan
pada tahap pertama.kemudian dilanjutakan dengan evaluasi diagnostik
yang lengkap.
Tahap pemeriksaan DDST
Tentukan usia anak pada saat pemeriksaan.
Tarik garis pada lembar formulir denver II sesuai dengan usia yang
telah ditentukan.
Lakukan penilaian pada anak tiap komponen dengan batasan garis
yang ada mulai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus dan
personal sosial dengan kriteria penilaian yaitu : a) lulus (Passed =
P) adalah jika seorang dapat melakukan tugas perkembangan
yang terdapat dalam pemeriksaan Denver II ; b) gagal ( Fail = F)
adalah jika seorang tidak mampu/gagal dalam melakukan tugas
perkembangan yang terdapat dalam pemeriksaan Denver II.
Tentukan hasil penilaian apakah normal atau abnormal :
Abnormal, hasil pemeriksaan disebut abnormal apabila: 1)
Terdapat 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih; 2)
Dalam 1 sektor atau lebih terdapat 2 atau lebih keterlambatan
PLUS 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan.
Normal, apabila minimal hanya 1 keterlambatan dalam 1 sektor
dari 4 sektor yang ada.
Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, usia usia anak
perlu ditetapakan terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30
hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam
perhitungan usia kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama
dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas (Soedjiningsih, 1995).
Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor, jika
terdapat R maka tugas perkembangan. Cukup ditanyakan pada orang
tuanya, apabila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan diatas
sesuai petunjuk dibalik formulir DDST.
D. Imunisasi
1. Pengertian
Menurut Hidayat (2008) dan Sutrasno (2009) Imunisasi merupakan
usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan
vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga
untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan dengan
menggunakan produk biologis (bakteri, virus, toxoid) yang
dilemahkan/dimatikan yang menimbulkan kekebalan specific secara aktif
terhadap penyakit tertentu (Depkes RI, 2009).
Departemen Kesehatan RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah
suatu usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang
sehingga dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu
(Tawi,2008).
Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibody, yang
dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun ( toxin disebut
sebagai antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein
kuman protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk ke
dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat
anti terhadap racun kuman yang disebut dengan antibodi (Sukarmin,
2009).
2. Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebalan pada
bayi dan anak dari berbagai penyakit, diharapkan anak atau bayi tetap
tumbuh dalam keadaan sehat. Pada dasarnya semua orang perlu
dimunisasi, terutama orang-orang yang beresiko tinggi terkena penyakit.
Oleh karena itu, anak-anak diharuskan mendapat lima imunisasi dasar
terhadap tujuh macam penyakit yaitu TBC, Difteri, Tetanus, Batuk Rejan,
Polio, Campak, dan Hepatitis. Dengan diberikannya imunisasi dasar
lengkap akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga
mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut.
Tetapi, jika anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya
akan tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut.
Bila kuman bahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak
mampu melawan kuman tersebut sehingga bisa sakit berat, cacat, atau
meninggal. Berikut ini macam imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
antara lain :
Imunisasi BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi
BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier
(pada seluruh lapangan paru). Penyakit TBC merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh sejenis bakteri yang berbentuk batang yang disebut
mycobacterium tuberculosis. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang
mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Vaksin ini berasal dari
bakteri, bentnknya beku, kering seperti campak, kalau sudah dilarutkan
harus segera digunakan maksimal 3 jam, mudah rusak jika terkena
matahari langsung, sehingga kemasanya terbuat dari botol yang berwarna
gelap.
Jumlah pemberian Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster).
Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang
dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati,
hingga memerlukan pengulangan (Khasanah,2004). Imunisasi BCG tidak
boleh diberikan pada kondisi seorang anak yang menderita penyakit kulit
yang berat atau menahun dan tidak boleh diberikan pada anak yang sedang
menderita TBC. Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul
tidak seperti imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi tidak menyebabkan
demam. Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan
kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian
pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini
akan sembuh dengan sendirinya secara spontan.
Imunisasi Polio
Imunisasi merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomylitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan
pada anak. Poliomelitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio
type 1, 2, 3. Penyakit ini ditularkan orang ke orang melalui fekal-oral-
route. Ketika virus masuk kedalam tubuh, partikel virus akan dikeluarkan
dalam feses selama beberapa minggu. Gaya hidup dengan sanitasi yang
kurang akan meningkatkan kemungkinan terserang poliomylitis.
Kebanyakan poliomilitis tidak menunjukkan gejala apapun. Infeksi
semakin parah jika virus masuk dalam sistem aliran darah. Kurang dari 1%
virus masuk pada sistem saraf pusat, akan tetapi virus lebih menyerang
dan menghancurkan sistem saraf motorik, hal ini menimbulkan otot dan
kelumpuhan.
Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot, dan
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Imunisasi dasar polio
diberikan empat kali (Polio I,II,III,IV) dengan interval tidak kurang dari
empat minggu. Bibit yang menyebabkan polio adalah virus. Vaksin yang
digunakan oleh banyak negara adalah vaksin hidup (yang telah
dilemahkan), vaksin ini berbentuk cair, kemasanya sebanyak 1cc atau 2 cc
dalam flakon yang dilengkapi dengan pipet untuk menetes vaksin.
Pemberian secara oral sebanyak dua tetes langsung dari botol ke mulut
bayi dengan tanpa menyentuh mulut bayi, diberikan sebanyak empat kali.
Vaksin polio oral ini sangat mudah rusak jika terkena panas dibandingkan
dengan vaksin yang lainnya.
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg
dalam bentuk cair. Penyakit hepatitis merupakan penyakit peradangan atau
infeksi liver pada manusia, yang disebabkan oleh virus. Virus hepatitis B
ditemukan di dalam cairan tubuh orang yang terjangkit termasuk darah,
ludah, dan air mani. Virus hepatitis ditularkan melalui kontak dengan
cairan tubuh (darah, air liur, air mani) penderita penyakit ini, atau dari ibu
ke anak pada saat melahirkan. Gejala mirip flu, yaitu hilangnya nafsu
makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam,
urine menjadi kuning, sakit perut. Pemberian imunisasi hepatitis adalah 3
kali. Efek samping dari pemberian vaksin Hepatitis B adalah reaksi lokal
seperti rasa sakit, kemerahan, dan pembengkakan disekitar tempat
penyuktikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah dua hari. Pemberian vaksin Hepatitis B tidak boleh diberikan
kepada penderita hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya
seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada
penderita infeksi berat yang disertai kejang (Hidayat.2005 ; Achmadi.2006
; Proverawati.2010 ; Sukarmin.2009).
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit dipteri. Imunisasi DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya yang akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(toksoid) (Hidayat.2005 ; Samik.2002). Imunisasi DPT, bertujuan untuk
mencegah 3 penyakit sekaligus, yaitu Difteri, Pertusis, Tetanus.
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphteria, yang ditemukan di mulut, tenggorokan dan
hidung. Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama
saluran napas bagian atas. Penularan bisa karena kontak langsung dengan
penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena
adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri. Penderita akan
mengalami beberapa gejala, seperti demam lebih kurang 38 oC, mual,
muntah, sakit waktu menelan dan terdapat pseudomembran putih keabu-
abuan di faring, laring, atau tonsil, tidak mudah lepas dam mudah
berdarah, leher membengkak seperti leher sapi disebabkan karena
pembengkakan kelenjar leher dan sesak napas disertai bunyi (stridor).
Pertusis, merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman
Bordetella Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin yang menyebabkan
ambang rangsang batuk menjadi rendah sehingga bila terjadi sedikit saja
rangsangan akan batuk yang hebat dan lama. Serangan batuk lebih sering
malam hari, batuk beruntun dan pada akhir batuk menarik nafas panjang
terdengar suara “hup” (whoop) yang khas, biasanya disertai muntah. Batuk
bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itu pertusis disebut dengan “batuk
seratus hari”. Pada stadium pemulaan yang disebut stadium kataralis yang
berlangsung 1-2 minggu, gejala belum jelas. Penderita menunjukkan
gejala demam, pilek, batuk yang makin lama makin keras. Pada stadium
selanjutnya disebut stadium paroksismal, baru timbul gejala khas berupa
batuk lama atau hebat, didahului dengan menarik nafas panjang disertai
dengan bunyi “whoop”, stadium ini berlangsung 4-8 minggu. Akibat
batuk yang berat dapat terjadi pedarahan selaput lendir mata (conjungtiva)
atau pembengkakan di sekitar mata (oedema periorbital). Pada
pemeriksaan laboratorium asupan lendir tenggorokan terdapat kuman
pertusis.
Tetanus, merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman
Clostridium Tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup
pada lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen). Tetanus dapat
menyerang bayi dan dewasa. Pada bayi penularan disebabkan karena
pemotongan tali pusar tanpa alat yang steril atau dengan cara tradisional
dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi
spora kuman tetanus. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi
karena luka yang kotor atau luka yang terkontaminasi spora kuman
tetanus. Penderita akan mengalami kejang-kejang baik pada tubuh maupun
otot mulut sehingga mulut tidak bisa dibuka, pada bayi air susu ibu tidak
bisa masuk, selanjutnya penderita mengalami kesulitan menelan dan
kekakuan leher dan tubuh. Tetanus disebabkan oleh bakteri yang berada di
tanah, debu, dan kotoran hewan, tetanus tidak dapat ditularakan dari satu
orang ke orang lain. Tetanus adalah penyakit yang menyerang sistem saraf
dan sering kali menyebabkan kematian.
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi
intramuskuler. Suntikan diberikan pada paha tengah luar atau subkutan
dalam dengan dosis 0,5 cc. Pemberian vaksin DPT dilakukan 3 kali mulai
bayi umur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi
diberikan 3 kali karena pemberian pertama antibodi dalam tubuh masih
sangat rendah, pemberian kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga
diperoleh cukupan antibodi. Pemberian imunisasi DPT memberikan efek
samping ringan dan berat, efek ringan seperti terjadi pembengkakan dan
nyeri pada tempat penyuntikan serta demam, sedangkan efek berat bayi
menangis hebat karena kesakitan selama kurang lebih empat jam,
kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini
sangat menular yang bersifat akut dan menular lewat udara melalui sistem
pernapasan, terutama pada percikan ludah (atau cairan yang keluar ketika
seseorang bersin, batuk, atau berbicara) dengan seorang penderita. Gejala
panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal
infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul
ruam makulopaluler warna kemerahan.Vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan, kemasan dalam flakon adalah berbentuk gumpalan-gumpalan
yang beku dan kering untuk kemudian dilarutkan dalam 5 cc cairan.
Potensi vaksin yang sudah dilarutakan akan cepat menurun, vaksin ini
mudah rusak oleh panas. Pemberian imunisasi campak adalah satu kali.
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang mengalami
immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon
imun kerana leukimia, dan limfoma.
3. Jadwal Imunisasi
Tabel 2.1 :
Jenis
VaksinUmur pemberian imunisasi
Bulan
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18
BCG
POLIO 0 1 2 3 4
HEPATITIS
B1 2 3
DPT 1 2 3 4
CAMPAK 1
Sumber : Depkes RI, Progam Pengembangan Imunisasi
E. Status Gizi
1. Pengertian
Menurut Supariasa dkk (2001) Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan
dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Sedangkan menurut
Almetsier (2003) Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara
status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.
Sedangkan menurut Gibson (1990) menyatakan status gizi adalah
keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat
gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.
2. Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi sesuai buku rujukan Standar Deviasi (SD)
menurut WHO (Supariasa, 2001) yaitu :
BB/U (Berat Badan menurut Umur)
Gizi buruk : < -3 SD
Gizi kurang : -3 SD sampai <-2 SD
Gizi baik : -2 SD sampai +2 SD
Gizi lebih : >+2 SD
TB/U (Tinggi Badan menurut Umur)
Normal : -2 SD sampai +2SD
Rendah : <-3 SD
BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan)
Kurus sekali : <-3 SD
Kurus : -3 SD sampai <-2 SD
Normal : -2 SD sampai +2 SD
Gemuk : >+2 SD
Untuk anak usia 0-1 Tahun dalam penilaian status Gizi menggunakan
BB/U karena lebih mudah dan lebih cepat dimengerti, baik untuk mengukur
status Gizi akut/kronis, dan dapat mendeteksi kegemukan.
3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan
UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang meliputi
beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik
penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah.
Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional
(Depkes, 2000). Penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit
infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya
disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak
yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau
demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang
makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan
mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan maupun
penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.
Kedua, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam
jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah
kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi
lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan
dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.
Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan,
pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat
ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan
keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan
pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan,
dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan
(Akhmadi, 2009).
4. Penilaian Status Gizi
Penilaian Status gizi dibagi 2 :
Penilaian Status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu:
Antropometri
Secara umum antoprometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Antoprometri secara umum digunakan untuk
melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat
Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan
Berat menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Berat Badan merupakan salah satu antropometri yang
memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak). Karena
massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak
misalnya, nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi, maka BB merupakan antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antara intake dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal
terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang
lebih cepat/ lebih lambat dari keadaan normal.
Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/
U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional
status).
Kelebihan indeks BB/U yaitu :
Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
Baik untuk mengukur status gizi akut/kronis
Sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
Dapat mendeteksi kegemukan (Over Weight)
Kekurangan indeks TB/U yaitu :
Dapat mengakibatkan intrepretasi status gizi yang keliru bila terdapat
edema maupun asites.
Memerlukan data yang akurat terutama untuk anak usia dibawah 5
tahun.
Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian
atau gerakan anak pada saat penimbangan.
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan menurut antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbyhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tidak
seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh difisiensi zat gizi
terhadap TB akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Kelebihan TB/U :
Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
Ukuran panjang dapat dibuat sendiri.
Kelemahan TB/U :
Tinggi badan tidak cepat naik, tidak mungkin untuk turun.
Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak,
sehingga diperlukan 2 orang untuk melakukannya.
Ketepatan umur sulit didapat
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Pada tahun 1996
Julliefe telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status
gizi. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap
umur.
Kelebihan indeks BB/TB :
Tidak memerlukan data umur.
Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus)
Kelemahan indeks BB/TB :
Membutuhkan dua macam alat ukur.
Pengukuran relatif lebih lama.
Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama
bila dilakukan oleh kelompok non professional.
Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang tentang
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak dibawah kulit lingkar lengan
atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan
atas merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana dan
mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan professional.
Lingkar lengan atas sebagaimana dangan berat badan merupakan
parameter yang labil, dan dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena
itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat ini,
perkembanagn lingkar lengan atas yang besarnya hanya terlihat pada
tahun pertama kehidupan (5,4 cm), sedangkan pada umur 2 (dua) tahun
sampai 5 (lima) tahun sangat kecil yaitu, kurang lebih 1,5 cm pertahun
dan kurang sensitive untuk anak usia selanjutnya (Jelliefe, 1996 dalam
Supariasa, 2001).
Kelebihan indeks LLA/U :
Indikator yang baik.
Alat ukur murah, sangat ringan dan dapat dibuat sendiri.
Kekurangan indeks LLA/U yaitu :
Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat.
Sulit untuk menentukan ambang batas.
Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak terutama anak usia 2
sampai 5 tahun.
Standar Deviasi Unit (SD)
Standar Deviasi Unit disebut juga Z-Skor, WHO menyarankan
menggunakan cara ini untuk meneliti dan memantau pertumbuhan.
Waterlaw juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan
hasil pengukuran pertumbuhan atau Growth Monitoring.
Rumus Perhitungan Z-Skor :
Z-Skor : Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk,
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat dari pada jaringan epitel (superficial ephiteliel
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symtomp) atau riwayat penyakit.
Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain:
darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
atatus gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan
dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of
nigh blidnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Penilaian Status Gizi secara tidak langsung
Survey Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga
dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhuungan dengan gizi. Penggunaan
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi (Supariasa, 2001).
F. Kerangka Teori
Faktor internal yang mempengaruhi
Perkembangan anak :
Genetika
Pengaruh Hormon
Faktor eksternal yang mempengaruhi
Perkembangan anak :
Pranatal
Gizi
Toksin
Infeksi
Kelainan imunologi
Psikologi ibu Perkembangan
Post Natal motorik kasar
Lingkungan biologis
Jenis kelamin
Umur
Gizi
Perawatan kesehatan dasar
Kepekaan terhadap penyakit
- imunisasi
Lingkungan fisik
Cuaca
Sanitasi
Radiasi
Lingkungan psikososial
Stimulasi
Stres
Skema 2.1 :
Sumber : Soetjiningsih,1995 dan IDAI,2002.
Kerangka teori faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan
anak.
G. Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
Kelengkapan imunisasi dasar
Perkembangan motorik
kasar
Status gizi
Skema 2.2 :
Kerangka Konsep Penelitian.
H. Variabel Penelitian
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel Dependen
(terikat) dan variabel Independen (bebas)
Variabel Dependent (Terikat) adalah perkembangan motorik kasar anak.
Yang dimaksud dengan variabel dependen adalah variabel yang
nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah perkembangan motorik kasar.
Variabel Independen (Bebas) adalah kelengkapan imunisasi dasar dan status
gizi.
Yang dimaksud variabel independen adalah variabel yang akan
menentukan atau mempengaruhi terhadap variabel dependen. Variabel
dalam penelitian ini adalah kelengkapan imunisasi dasar dan status gizi.
I. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan kelengkapan imunisasi dasar dengan perkembangan
motorik kasar anak usia 0-1 tahun di Desa Jolotundo Kecamatan Lasem
Kabupaten Rembang.
2. Ada hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia
0-1 tahun di Desa Jolotundo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang.
top related