Askep Depresi
Post on 04-Dec-2015
67 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Neurotik ialah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional, karena
tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar. Gejalanya yaitu kecemasan
yang dirasakan secra langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme pertahanan
psikologis dan kemudian munculah gejala-gejala subyektif yang mengganggu.
Psikoneurosa atau lebih populer disingkat dengan neurosa adalah sekelompok
reaksi psikis yang ditandai secara khas dengan unsur kecemasan dan secara sadar
diekspresikan dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri. Pada
psikoneurosa tidak terjadi disorganisasi kepribadian yang serius dalam kaitannya
dengan realitas eksternal dan biasanya penderita memiliki sejarah hidup penuh
kesulitan dan tekanan-tekanan batin dan peristiwa yang luar biasa. Gangguan
neurotik dilatarbelakangi oleh tekanan emosi, konflik, dan frustrasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat bahwa neurotik merupakan suatu bentuk perilaku maladaptif
karena adanya tekanan-tekanan psikologik sebagai faktor penyebab yang
mendasar.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan neurotic?
1.2.2. Apasaja factor penyebab dari gangguan neurotic?
1.2.3. Apasaja gejala dari gangguan neurotic?
1.2.4. Apasaja aspek-aspek kecenderungan neurotic?
1.2.5. Apasaja klasifikasi gangguan neurotic?
1.2.6. Bagaimana penatalaksanaan pada gangguan neurotic?
1.2.7. Bagaimana terapi farmakologi pada gangguan neurotic?
1.2.8. Bagaimana terapi Non-Farmakologi pada gangguan neurotic?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari neurotic
1.3.2. Untuk mengetahui factor penyebab dari neurotic
1.3.3. Untuk mengetahui gejala dari gangguan neurotic
1.3.4. Untuk mengetahui aspek-aspek kecenderungan dari neurotic
1.3.5. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan neurotic
1
1.3.6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada gangguan neurotik
1.3.7. Untuk mengetahui terapi farmakologi pada gangguan neurotic
1.3.8. Untuk mengetahui terapi Non-Farmakologi pada gangguan neurotic
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Neurotik
Neurotik merupakan jenis gangguan mental yang paling ringan, gejalanya
membuat distres yang tidak dapat diterima oleh penderitanya, dan individu sadar
kalau dirinya bermasalah namun tidak tahu bagaimana mengatasinya. Gangguan
neurotik dalam Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ)
adalah gangguan mental yang tidak mempunyai dasar organik, individu
mempunyai insight, dan hubungan dengan realitanya tidak terganggu. Gejalanya
yaitu kecemasan yang dirasakan secara langsung atau diubah oleh berbagai
mekanisme pertahanan psikologis dan kemudian muncullah gejala-gejala
subyektif yang mengganggu.
Gangguan neurotik dilatarbelakangi oleh tekanan emosi, konflik, dan
frustrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa neurotik merupakan suatu bentuk
perilaku maladaptif karena adanya tekanan-tekanan psikologik sebagai faktor
penyebab yang mendasar. Menurut Chaplin (2002) neurotik merupakan suatu
penyakit mental yang lunak, dicirikan dengan tanda-tanda:
a) wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat-sifat kesukarannya,
b) konflik-konflik batin,
c) reaksi-reaksi kecemasan’
d) kerusakan parsial atau sebagian pada struktur kepribadiannya,
e) seringkali, tetapi tidak selalu ada, disertai pobia, gangguan pencernaan, dan
tingkah laku obsesif kompulsif.
Neurosa adalah kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tak
dapat diselesaikannya suatu konflik sadar. Kecemasan yg timbul dirasakan secara
langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme pertahanan psikologik (defence-
mechanism) dan muncullah gejala-gejala subjektif lain yang mengganggu. Namun
sering kali banyak masyarakat beranggapan, gangguan neurotik itu tidak
berbahaya. Padahal banyak penelitian membuktikan sebagian besar masyarakat
yang menderita gangguan neurotik dan tidak menyadarinya bisa berakibat terkena
gangguan psikiotik. Proses terjadinya gangguan neurotik ini sendiri berawal dari
gangguan psikologi kemudian berubah menjadi gangguan fisik bagi penderita.
3
2.2. Faktor-faktor Penyebab Neurotik
Sebab-sebab timbulnya gangguan neurotik, adalah:
2.2.1.Tekanan-tekanan sosial dan tekanan kultural yang sangat kuat, yang
menyebabkan ketakutan yang disertai dengan kecemasan dan ketegangan-
ketegangan dalam batin sendiri yang kronis berat sifatnya. Sehingga orang
yang bersangkutan mengalami mental breakdown.
2.2.2. Individu mengalami banyak frustrasi, konflik-konflik emosional dan konflik
internal yang serius, yang sudah dimulai sejak kanak-kanak.
2.2.3. Individu sering tidak rasional sebab sering memakai defence mechanism
yang negatif dan lemahnya pertahanan diri secara fisik dan mental.
2.2.4.Pribadinya sangat labil tidak imbang dan kemauannya sangat lemah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab gangguan
neurotik bisa berasal dari individu itu sendiri, seperti keterbatasan individu dalam
menghadapi masalahnya, gagalnya individu untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi. Penyebab lainnya berasal dari luar individu, seperti adanya tekanan-
tekanan sosial dan tekanan kultural yang sangat kuat, adanya pengaruh lingkungan
yang buruk. Semua itu bisa menyebabkan ketakutan yang disertai dengan
kecemasan, ketegangan batin, frustrasi, konflik-konflik emosional, individu
menggunakan mekanisme pertahanan diri yang negatif, yang bisa mengakibatkan
gangguan mental. Gangguan mental itu adalah perilaku individu yang neurotik.
2.3. Gejala-gejala Neurotik
Walaupun penderita neurotik menujukkan berbagai gejala, namun pada
umumnya ditunjukkan oleh adanya gambaran diri yang negatif, cenderung merasa
kurang mampu dan merasa rendah diri. Gejala utamanya adalah kecemasan, selain
itu perasaan depresi juga dapat ditemui pada penderita neurotik, pada umumnya
sering terlihat murung. Gejala lain dari neurotik adalah individu menjadi sangat
perasa, penyesuaian diri yang salah, kesulitan konsentrasi atau dalam mengambil
keputusan.
Orang yang mengalami gangguan neurotik ditandai oleh:
a) Anxiety, sebagai simbol rasa takut, gelisah, rasa tidak aman, tidak mampu,
mudah lelah, dan kurang sehat.
4
b) Depressive Fluctuations, tanda mudah tertekan, susah, suasana hati muram,
mudah kecewa.
c) Emosional Sensitivity, sangat perasa, tidak mampu menyesuaikan secara baik
emosi dan sosialnya serta labil. Mudah tersinggung dan banyak melakukan
mekanisme pertahanan diri.
2.3.1.Gejala Utama:
a) Afek depresif
b) Kehilangan minat dan kegembiraan
c) Berkurangnya energi, mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
2.3.2.Gejala Tambahan:
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e) Gagasan/perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan terganggu
2.4. Aspek-aspek Kecenderungan Neurotik
Aspek-aspek yang merupakan ciri gejala gangguan neurotic adalah:
2.4.1.Tender-Mindedness.
Adanya keinginan yang berlebihan untuk mendapat perlindungan, menyukai
kelembutan, ramah, sangat sensitif, sentimentil, artistik, imajinatif, suka
berkhayal, sering bertindak yang tidak praktis serta berperilaku yang
tujuannya menarik perhatian dengan mencari pertolongan.
2.4.2.Depressiveness.
Adanya gejala depresi, mudah merasa tertekan, menarik diri, muram,
pemalu, tidak komunikatif, sering terlihat diam, cenderung pesimis dan sulit
beradaptasi dengan situasi baru.
2.4.3.Submissivenes.
Sangat patuh, pasrah, mudah dipengaruhi dan sangat tergantung. Tidak ada
dorongan untuk menonjolkan diri atau menarik perhatian serta takut
membuat masalah dengan orang lain.
5
2.4.4.Anxiety.
Mudah cemas, takut dan tegang, mudah merasa bersalah, mudah distimulasi,
emosinya tidak matang dan tidak stabil, daya tahan terhadap frustrasi
rendah, sering merasa kesepian dan sering menunjukkan perilaku
hipokondriasis.
2.5. Klasifikasi Neurotik
NEROSA GEJALA UTAMA DINAMIKA DASAR
1. Cemas Kecemasan yang
“mengambang bebas”,
biasanya dengan
serangan-serangan
akut
Menangani ancaman
internal dan external,
dengan represi yang
sederhana. Kecemasan
belum “terikat” atau
terawasi oleh pembelaan
ego.
2. Konversi Menyerupai penyakit
organik, dapat
mencakup berbagai
gejala sensorik,
motorik atau penyakit
somatik
Menjadi sakit untuk
melarikan diri dari
keadaan stres yang
menimbulkan kecemasan
3. Disosiasi Amnesia, fague,
kepribadian ganda.
Melarikan diri dari konflik
yang menimbulkan
kecemasan, dengan
mengisolasi atau
mendisosiasi ujung-ujung
yang berlawanan
mengenai konflik;
umpamanya dalam reaksi
fague, konflik antara
melawan dan menarik diri
6
dipecahkan dengan
menjadi amnesik dan
melarikan diri.
4. Fobik Ketakutan irasional
yang disadari oleh
individu, tetapi
menimbulkan
kecemasan bila tidak
dituruti
Reaksi defensif atau
ketakutan bersyarat tetap
untuk melindungi dirinya
sendiri dari stres yang
menimbulkan kecemasan,
dengan melakukan salah-
pindah kecemasan itu dari
bahaya yang sebenarnya
ke suatu aspeknya yang
berhubungan secara
simbolik yang kemudian
melindungi penderitaan
terhadap keharusan
menghadapi keadaan
stres itu sendiri
5. Obsesif-
kompulsif
Impuls atau pikiran
irasional yang tetap
dan yang disadari oleh
individu, tetapi dapat
dihindari olehnya.
Reaksi-reaksi pembelaan
yang melindungi individu
terhadap ancaman internal
dan external, dengan
kegiatan, pembentukan
reaksi, isolasi substitusif
mngenai keinginan yang
menimbulkan kecemasan
dan lepas dari dasar
afektifnya; melawan
ketakutan, dengan
tindakan-tindakan
kompulsif dan dengan
7
“mengatur” keadaan
secara obsesif sedemikian
rupa sehingga segala
sesuatu dapat diawasi dan
tidak akan terjadi
kesalahan apa-apa.
6. Depresif Perasaan kesal, putus
asa, celaan diri sendiri
Putus asa yang hebat
karena kegagalan diluar
bersama sebagian
kecemasan yang
ditimbulan oleh kegagalan
itu dihilangkan oleh
menghukum diri sendiri.
7. Neurastenik Perasaan lemah, lelah,
kurang minat, keluhan
badaniah
Melindungi diri sendiri
terhadap kecemasan yang
ditimbulkan oleh keadaan
hidup yang menyenangkan
dan individu merasa
terperangkap. Menyatakan
keputusasaan, merasa
terlalu lelah dan sakit
untuk meneruskan
perlawanan atau usaha.
8. Depersonali
sasi
Perasaan
ketidakwajaran dan
keasingan terhadap
dirinya, tubuh dan
lingkungannya yang
biasa disadari oleh
individu
Melindungi diri terhadap
kecemasan yang
ditimbulkan oleh
pengalaman-pengalaman
waktu kanak-kanak yang
tidak dapat dikuasai oleh
represi; suatu penyelesaian
8
primitif dan darurat
dengan keguncangan
kebiasaan tentang
tubuhnya.
9. Hipokondrik Perasaan cemas
tentang adanya
penyakit pada
berbagai bagian
tubuh.
Rasa bermusuhan terhadap
orang lain tidak dapat
diselesaikan sehingga
fokus perhatiannya pada
kelemahan tubuhnya
sendiri
2.6. Penatalaksanaan Neurotik
2.6.1.Menurunkan atau menghilangkan gejala gangguan neurotic
2.6.2.Mengambalikan fungsi utama tubuh
2.6.3.Meminimalkan resiko relaps atau rekurens
a) Penderita Gagal Menerima Obat.
Penderita gagal menerima obat dapat disebabkan oleh:
1. Penderita tidak menerima pengaturan obat yang sesuai sebagai akibat
kesalahan medikasi (medication error) berupa kesalahan peresepan,
dispensing, cara pemberian atau monitoring yang dilakukan.
2. Penderita tidak mematuhi aturan yang direkomendasikan dalam
penggunaan obat
3. Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena ketidakpahaman
4. Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena tidak sesuai
dengan keyakinan tentang kesehatannya.
5. Penderita tidak mampu menebus obat dengan alasan ekonomi.
b) Indikasi Farmakoterapi
Pelaksanaan farmakoterapi ditujukan untuk pasien:
1. Neurotik sedang atau berat
2. Mempunyai gambaran melankolik atau psikotik
3. Dahulu pernah mengidap neurotic
4. Mempunyai respon positif terhadap pengobatan neurotik dimasa lalu
9
5. Kegagalan pendekatan terapi psikologi
2.7. Terapi Farmakologi
Jenis G3 Obat lini
pertama
Dosis Obat Lini
Kedua
Alternatif
Gangguan
kecemasan
umum
Venlafaxin
Paroksetin
Escitalopram
75mg/hari
20mg/hari
10mg/hari
Benzodiazepin
Imipramin
Buspiron
Hidroksizin
Gangguan
kepanikan
Fluoksamin
Fluoksetin
20mg/hari
20mg/hari
Imipramin
Klomipramin
Alprazolam
Klonazepam
Fenelzin
Gangguan
kecemasan
social
Paroksetin
Sertralin
Venlafaxin XR
20mg/hari
50mg/hari
37,5/75mg/hari
Citalopram
Escitalopram
Fluvoxamin
Klonazepam
Busipron
Gabapentin
Fenelzin
Contoh Resep :
a) Nama Obat : Cipralex
b) Komposisi : Escitalopram
c) Indikasi : Pengobatan Pada episode depresi mayor, gangguan panic
dengan atau tanpa agoraphobia
d) Kontra Indikasi : Penggunaan bersama MAOI
e) Dosis : 10mg 1 x/hari. Maks 20mg/hari
f) Peringatan : Gejala paradoksial, kejang, riwayat mania atau hipomania,
diabetes, gangguan psikiatrik lain, usia lanjut dan pasien sirosis.
g) Efek Samping : Penurunan nafsu makan dan libido, insomnia, somnolen,
pusing sinusitis, mual,diare, konstipasi, keringat berlebihan, gangguan
ejakulasi, impotensi, lemah, panas.
h) Interaksi obat : MAO non selektif, moklobemid, selegilin, tramadol,
sumatriptan, bupropion, omeprazole, flueksetin, metoprolol, antidepresan atau
antipsikotik.
2.8. Terapi Non-Farmakologi
2.8.1.Olahraga Teratur
10
2.8.2.Asupan Diet Berimbang
2.8.3.Hindari minum alcohol atau menggunakan narkoba dan pengobatan yang
tidak dianjurkan
2.8.4.Tidur yang cukup
2.8.5.Bersabar dan bersikap baik pada diri sendiri
2.8.6.Curhat
2.8.7.Lakukan rutinitas
2.8.8.Hindari lembur
2.8.9.Melakukan psikoterapi
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini, penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn.
U dengan harga diri rendah yang menggunakan pendekatan proses keperawatan
yaitu pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pada klien dengan diagnosa medis skizoprenia paranoid di ruang Perkutut Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta mulai dilaksanakan dari tanggal 20-22
Juli 2010 dengan nomor register 01-36-63 klien masuk Rumah Sakit pada tanggal
03 Juli 2010, berdasarkan data status medis klien.
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
Klien bernama Tn. U usia 34 tahun, dengan jenis kelamin laki-laki,
status perkawinan duda dengan satu orang anak perempuan, baru satu bulan
bercerai dengan istrinya. Klien beragama Islam, suku bangsa Betawi,
pendidikan terakhir klien tamat SMP, alamat rumah klien di Jl. Sawah Baru
RT/RW 001/011, No. 4 Kelurahan Rawa Badak, Kec. Guja, Jakarta Utara.
Sumber informasi dari klien dan reka medic keperawatan.
3.1.2.Alasan Masuk
Alasan klien masuk Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, klien
diantar oleh ibu kandungnya karena klien sering marah-marah tanpa sebab
kurang lebih satu tahun, bicara kacau dan pernah berobat alternatif namun
tidak ada perubahan. Klien mengatakan pernah mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk bunuh diri dan melihat bayangan setiap detik berupa
perempuan cantik.
3.1.3.Faktor Predisposisi
Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, dan baru
pertama kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Klien
mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan,
tindakan kriminal, tetapi klien mengatakan sering mengalami kekerasan
verbal dalam keluarga yaitu orang tua klien, perasaan saat itu klien sangat
sedih dan menganggap dirinya bandel sehingga pantas untuk di marahi oleh
12
orang tuanya. Masalah keperawatannya adalah : harga diri rendah, koping
keluarga inefektif.
Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa
selain klien hingga saat ini. Pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan adalah perceraian yang dialami klien dengan istri pertama
pada usia 19 tahun perasaan klien saat itu kecewa karena istri pertamanya
tidak mau ikut pindah ke Jakarta dan ingin tetap tinggal di Sukabumi. Klien
pernah memakai narkotika pada saat SMP selama kurang lebih tiga tahun.
Alasan memakai narkotika ingin menghilangkan stress di rumah, karena
sering dimarahi orang tuanya, yang dianggap kurang mengerti perasaannya
dan dicap bandel. Masalah keperawatannya adalah: harga din rendah,
koping keluarga inefektif.
3.1.4.Pemeriksaan Fisik
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data tekanan darah :
110/60 mmHg, suhu:36,8°C, RR:21 x/menit, TB:170 cm, BB:61 cm, klien
mengatakan bahwa badannya sehat, tidak mengeluh menderita fisik, klien
terlihat tenang dan kooperatif. Saat klien sedih dan tanpa kegiatan, tekanan
darah klien turun menjadi 100/60 mmHg. Masalah keperawatannya adalah :
Harga Diri Rendah.
3.1.5.Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
= Meninggal
= Klien
13
= Orang yang tinggal serumah
= Putus hubungan/ Cerai
= Garis Pernikahan
= Garis keturunan
Klien mengeluh di dalam keluarga sering dikekang oleh ibunya dan
terlalu mengatur klien karena bandel, ia cenderung lebih dekat dengan
kawan sekolahnya, sementara ia jarang berbagi, berkeluh kesah kepada
keluarganya. Ayah klien meninggal saat klien masih duduk di bangku
SMP. Komunikasi dengan ayah klein juga kurang baik sama seperti ibu
klien, sampai saat ini klien masih merasa kurang nyaman, cemas jika
teringat pengalaman masa lalu bersama orang tuanya. Sejak bercerai
tahun 1997, klien menikah lagi dikaruniai satu orang anak perempuan
yang saat ini berumur empat tahun. Klien cerai untuk yang kedua kalinya
pada bulan Juni 2010 (satu bulan yang lalu), anak dibawa oleh mantan
istrinya. Saat ini klien sering mengeluh tentang anaknya, ia merasa sedih,
khawatir tidak bisa membahagiakan anaknya. Masalah keperawatannya
adalah:koping keluarga inefektif, harga diri rendah, ketidakberdayaan.
b. Konsep Diri
Gambaran diri klien adalah klien mengatakan ia menyukai seluruh
anggota tubuhnya, klien merasa sedih tidak bisa melihat anak
kandungnya, dan ingin sekali merawatnya namun ia merasa tidak mampu
karena kondisinya saat ini. Klien merasa bahwa dirinya adalah seorang
laki-laki, usia 34 tahun, yang mempunyai hobi membaca buku dan
mengaji. Klien kehilangan perannya sebagai ayah dan kepala keluarga,
klien merasa dirinya telah gagal sebagai kepala keluarga, tidak mempu
menjadi ayah bagi anaknya. Ideal diri klien, klien mengatakan ingin
meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi namun karena
masalah ekonominya saat ini, mimpi tersebut belum bisa terwujud,
sehingga klien merasa sedih, putus asa, klien juga merasa tidak punya
apa-apa lagi karena hartanya habis untuk membayar hutang istrinya.
Harga diri, klien merasa malu karena saat ini ia sudah tidak bekerja lagi
sebagai sales, dan merasa malu karena sekarang dirawat di rumah sakit
14
jiwa dan ingin segera pulang. Klien sedih tidak mampu melunasi hutang,
malu pada teman-teman dan kehrarganya. Masalah keperawatannya
adalah: Harga Diri Rendah, ketidakberdayaan.
c. Hubungan Sosial
Klien mengatakan orang yang sangat berarti terhadap dirinya adalah
kawan sekolahnya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Klien tidak
mau berinteraksi dengan tetangganya, malas bicara dengan orang lain
karena banyak hutang. Klien kesulitan berhubungan dengan orang lain
karena merasa disepelekan, direndahkan dan curiga setiap kali ada orang
yang datang padanya mempunyai maksud untuk menagih hutang
sehingga klien lebih memilih membatasi pergaulan dan mengurung diri
di kamar. Masalah keperawatannya adalah : Isolasi sosial.
d. Spiritual
Klien mengatakan beragama Islam, kegiatan ibadah klien yaitu ikut
pengajian tiap sabtu sore, sekitar jam 15.00 sampai maghrib.
3.1.6.Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien sudah rapi, penggunaan pakaian sesuai. Klien
mengatakan bahwa ia mandi pagi dengan sabun, shampoo dan gosok gigi
begitu pula dengan sore hari, klien mengatakan baju gantinya ada di
ruang Elang, ruangan sebelumnya klien pernah dirawat. Kuku klien
bersih dan pendek. Tidak ditemukan masalah keperawatan.
b. Pembicaraan
Klien terlihat diam jika tidak di ajak bicara tetapi mau di ajak
berinteraksi dengan teman/pasien lain. Klien sulit untuk menentukan
topik pembicaraan, tidak mampu memulai pembicaraan. Masalah
keperawatannya adalah : Isolasi Sosial.
c. Aktivitas Motorik
Klien terlihat lesu, tidak melakukan kegiatan yang bermanfaat, hanya
duduk, jalan mondar-mandir, namun terlihat tenang tidak menunjukan
kegelisahan. Masalah keperawatannya adalah : Isolasi Sosial
d. Alam Perasaan
15
Klien mengatakan bahwa ia merasa sedih karena tidak bisa bertemu dan
merawat anaknya yang tidak dia temui sejak enam bulan yang lalu. Klien
merasa khawatir dengan keadaan anaknya karena belum pernah dijenguk
anaknya selama dirawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
Klien merasa sedih karena belum boleh pulang ke rumah, masih dirawat
di Rumah Sakit Jiwa. Hal lain yang membuat klien merasa sedih adalah
hutang yang bertumpuk, tidak tahu bagaimana pemecahan masalahnya
sebagai kepala keluarga. Merasa gagal karena tidak bisa mencari jalan
keluar untuk keluarga. Mata klien terlihat berkaca-kaca ketika ditanya
tentang pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Masalah
Keperawatannya adalah : Harga diri rendah, Ketidakberdayaan.
e. Afek
Klien terlihat sedih ketika ditanya tentang masa lalu yang tidak
menyenangkan, perkataan dan sikap sudah sesuai, emosi stabil. Tidak
ditemukan masalah keperawatan.
f. Interaksi Selama Wawancara
Inetraksi selama wawancara terhadap klien, kontak mata dapat
dipertahankan dankooperatif, suara pelan dan lambat. Masalah
keperawatannya adalah : Harga Diri Rendah.
g. Persepsi Halusinasi
Klien pernah mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan di
tahun 2008 sebelum akhirnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan dan masuk ke ruang Elang. Selama diruang Perkutut, klien
mengaku tidak ada lagi muncul bayangan dan suara halusinasi tersebut.
Klien juga telah menerapkan cara yang telah diajarkan oleh perawat
ruangan Elang sebelumnya untuk menghilangkan halusinasi. Masalah
keperawatannya adalah : Resiko gangguan sensori persepsi:halusinasi.
h. Proses Pikir
Pembicaraan klien sudah sesuai dengan stimulus/ pertanyaan perawat,
sehingga tidak ditemukan masalah keperawatan.
i. Isi Pikir
16
Isi pikir klien sudah sesuai dengan kenyataan, jadi tidak ditemukan
masalah keperawatan.
j. Tingkat Kesadaran
Kesadaran klien Compos Mentis, tidak ada tanda-tanda bahwa klien
disorientasi, klien sudah dapat mengenal waktu, tempat dan orang sesuai
dengan keadaan yang sebenamya. Tidak ditemukan masalah
keperawatan.
k. Memori
Klien dapat bercerita tentang masa lalunya, klien juga dapat menjawab
dan ingat tentang cara menghilangkan halusinasi yang telah diajarkan
oleh perawat ruangan Elang sebelumnya, klien dapat berkenalan dengan
baik dan benar. Tidak ditemukan masalah keperawatan.
l. Tingkat Konsentrasi Berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan mau menjawab setiap pertanyaan
perawat, mampu menjumlahkan hitungan sederhana dengan benar. Tidak
ditemukan masalah keperawatan.
m. Kemampuan Penilaian
Klien dapat mengambil keputusan sederhana dengan diingatkan. Masalah
keperawatannya adalah : Harga Diri Rendah.
n. Daya Tilik Diri
Klien mengatakan bahwa ia dirawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan karena halusinasi dengar dan lihat, tapi saat ini klien
mengatakan halusinasi sudah tidak ada. Tidak ditemukan masalah
keperawatan.
3.1.7.Kebutuhan Persiapan Pulang
Klien mampu untuk memenuhi, menyediakan kebutuhan sehari-hari
seperti makan, mandi, berpakaian dengan diingatkan/ bantuan minimal.
Klien dapat BAB/BAK secara mandiri. Klien tidur siang selama satu jam
(13.00-14.00 WIB), tetapi kadang-kadang tidak tidur siang. Sementara klien
tidur malam selama enam sampai delapan jam (21.00-05.00 WIB),
terkadang susah tidur malam karena tidak betah berada di Rumah Sakit
Jiwa, ingin pulang ke rumah. Klien mengatakan bahwa tidak ada kegiatan
17
yang dilakukan sebelum dan sesudah tidur. Klien dapat minum obat secara
teratur, tapi kadang-kadang masih diingatkan. Untuk pemeliharaan
kesehatannya, klien perlu perawatan lanjut dan dukungan dari tim
kesehatan, keluarga dan masyarakat dimana ia tinggal, guna untuk
mengatasi masalah kesehatan jiwanya saat ini. Klien mengatakan bahwa
sebelum cerai, ia bekerja sebagai sales dan mengatur keuangan keluarganya
untuk kegiatan klien di dalam rumahnya. Sementara kegiatan di luar
rumahnya, klien mengatakan sering bepergian karena tuntutan pekerjaannya
sebagai sales. Masalah keperawatannya adalah Harga Diri Rendah.
3.1.8.Mekanisme Koping
Klien mengatakan bahwa jika ia ada masalah, bercerita pada kawan
sekolahnya, tapi klien terkadang menyimpan masalahnya sendiri, klien
cenderung tertutup pada keluarganya, klien juga pernah mendengar bisikan
halusinasi yang menyuruhnya bunuh diri. Masalah keperawatannya adalah
Isolasi Sosial, Resiko Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi.
3.1.9.Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan dukungan kelompok yaitu klien merasa malu apabila rekan
kerjanya meremehkannya. Masalah berhubungan dengan lingkungan yaitu
klien stress apabila tidak ada yang mau di ajak bicara dengannya. Masalah
dengan pendidikan klien yaitu klien tidak mampu melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi karena masalah keuangannya
saat ini. Masalah dengan pekerjaan klien yaitu klien sudah tidak bekerja lagi
sebagai sales karena ada masalah dengan istrinya sebelum akhirnyabercerai.
Masalah dengan perumahan, klien mengaku ingin punya rumah sendiri, saat
ini, klien mengaku pernah banyak hutang. Klien mengatakan bahwa tidak
menemukan kendala dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Masalah
lainnya, klien tidak dapat bertemu anak kandungnya, karena anaknya tinggal
bersama mantan istrinya, dan belum pernah menjenguk klien. Masalah
keperawatannya adalah : Harga diri rendah.
3.2. Analisa Data
Nama klien :Tn. U
Ruangan :Perkutut
18
No RM :01 36 63
Tgl/Pukul :20 Juli 2010/14.00 WIB
Tgl Pukul Data Masalah
20
Juli
201
0
14.0 WIB Ds:
Klien sangat sedih dan
menganggap dirinya bandel
sehingga pantas untuk di
marahi oleh orang tuanya.
Klien sering mengeluh
tentang anaknya, ia merasa
sedih, khawatir tidak bisa
membahagiakan anaknya.
Klien merasa dirinya telah
gagal sebagai kepala
keluarga, tidak mampu
menjadi ayah bagi anaknya.
Klien mengatakan ingin
meneruskan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi
namun karena masalah
ekonominya saat ini, mimpi
tersebut belum bisa
terwujud, sehingga klien
merasa
sedih, putus asa.
Klien merasa malu karena
saat ini ia sudah tidak
bekerja lagi sebagai sales.
Klien merasa malu karena
sekarang diirawat di rumah
sakit jiwa dan ingin segera
pulang.
Harga diri rendah
19
Klien sedih tidak mampu
melunasi hutang, malu pada
teman-teman dan keluarga
nya.
Klien merasa malu apabila
rekan kerjanya meremehkan
nya.
Klien mengaku ingin punya
rumah sendiri, karena saat ini
klien masih tinggal di rumah
orang tuanya.
Do:
Klien terlihat matanya
berkaca-kaca ketika ditanya
tentang pengalaman masa
lalu yang tidak
menyenangkan.
Saat klien sedih dan tanpa
kegiatan, tekanan darah klien
turun menjadi 100/60
mmHg.
Saat berinteraksi dengan
perawat suara klien pelan
dan lambat.
Ds:
Klien tidak mau berinteraksi
dengan tetangganya, malas
bicara dengan orang lain
karena banyak hutang.
Klien kesulitan berhubungan
dengan orang lain karena
merasa disepelekan dan
Isolasi Sosial
20
direndahkan.
Klien merasa curiga setiap
kali ada orang yang datang
padanya mempunyai maksud
untuk menagih hutang
sehingga klien lebih memilih
membatasi pergaulan dan
mengurung diri di kamar.
Do:
Klien sulit untuk
menentukan topic
pembicaraan dan tidak
mampu memulai
pembicaraan.
Klien terlihat lesu, tidak
melakukan kegiatan yang
bermanfaat, hanya duduk,
jalan mondar-mandir, namun
terlihat tenang tidak
menunjukan kegelisahan.
Ds:
Klien mengeluh di dalam
keluarga sering dikekang
oleh ibunya dan terlalu
mengatur klien karena
bandel, ia cenderung lebih
dekat dengan kawan
sekolahnya, sementara ia
jarang berbagi, berkeluh
kesah kepada keluarganya.
Klien pernah memakai
narkotika pada saat SMP
Koping keluarga inefektif
21
selama kurang lebih tiga
tahun. Alasan memakai
narkotika ingin
menghilangkan stress di
rumah, karena sering
dimarahi orang tuanya, yang
dianggap kurang mengerti
perasaannya.
Klien masih merasa kurang
nyaman, cemas jika teringat
pengalaman masa lalu
bersama orang tuanya.
Klien kurang pengetahuan
tentang penyakitnya saat ini,
fisik, sistem pendukung,
koping, obat- obatan, faktor
presipitasi yang berhubungan
tentang kesehatannya saat
ini.
Do:
Selama dalam pengkajian
klien belum pernah di jenguk
keluarganya.
Ds:
Klien mengatakan pernah
melihat bayangan dan
mendengar bisikan
halusinasi yang
menyuruhnya bunuh diri
pada tahun 2008.
Klien mengatakan bahwa
cara menghilangkan
Resiko Gangguan Sensori
Persepsi:Halusinasi
Ketidakberdayaan
22
halusinasi tersebut dengan
cara yang telah diajarkan
oleh perawat ruang Elang
sebelumnya.
Do:
Klien terlihat sering
melamun dan suka
menyendiri
Ds:
Klien merasa sedih tidak bisa
melihat anak kandungnya,
dan ingin sekali merawatnya
namun ia merasa tidak
mampu karena kondisinya
saat ini.
Klien merasa tidak punya
apa-apa lagi karena hartanya
habis untuk membayar
hutang istrinya.
Klien kehilangan perannya
sebagai ayah dan kepala
keluarga, klien merasa
dirinya telah gagal sebagai
kepala keluarga.
Do:
Klien tampak matanya
berkaca-kaca ketika ditanya
tentang pengalaman masa
lalu yag tidak
menyenangkan.
23
3.3. Diagnosa Keperawatan
3.3.1.Harga diri rendah
3.3.2. Isolasi social
3.3.3.Ketidakberdayaan
3.3.4.Koping Keluarga Inefektif
3.3.5.Resiko Gagguan Persepsi Sensori : Halusinasi
3.4. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan
3.4.1.Diagnosa Keperawatan I:Harga Diri Rendah
a. Data subyektif :
Klien mengatakan ingin meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi namun karena masalah ekonominya saat ini, mimpi tersebut belum
bisa terwujud, sehingga klien merasa sedih, putus asa. Klien sangat sedih
dan menganggap dirinya bandel sehingga pantas untuk dimarahi oleh
orang tuanya. Klien merasa dirinya telah gagal sebagai kepala keluarga,
tidak mampu menjadi ayah bagi anaknya. Klien merasa malu karena saat
ini ia sudah tidak bekerja lagi sebagai sales, sekarang dirawat di rumah
sakit jiwa dan ingin segera pulang. Klien sedih tidak mampu melunasi
hutang, malu pada teman-teman dan keluarganya, merasa malu apabila
rekan kerjanya meremehkannya. Klien mengaku ingin punya rumah
sendiri, karena saat ini klien masih tinggal di rumah orang tuanya.
b. Data Obyektif :
Klien terlihat matanya berkaca-kaca ketika ditanya tentang pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan. Saat klien sedih ketidakberdayaan
dan tanpa kegiatan, tekanan darah klien turun menjadi 100/60 mmHg.
Saat berinteraksi dengan perawat suara klien pelan dan lambat.
c. Tujuan Umum :
Klien memiliki harga diri positif
d. Tujuan Khusus (TUK)
1) Tujuan Khusus 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
- Kriteria Hasil:
Setelah tiga kali pertemuan klien menunjukan tanda-tanda percaya
kepada perawat:ekspresi wajah cerah, menunjukan rasa senang,
24
kontak mata positif, mau berjabat tangan, menyebutkan nama,
menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat,
dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
- Rencana Tindakan:
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama
lengkap klien dan nama panggilan yang disukainya, jelaskan tujuan
pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada klien dan
perhatian kebutuhan dasar klien.
2) Tujuan Khusus 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
- Kriteria Hasil:
Setelah tiga kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, keluarga dan
lingkungan yang dimiliki klien.
- Rencana Tindakan:
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,
setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif,
utamakan memberi pujian yang realistik.
3) Tujuan Khusus 3: Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
- Kriteria Hasil:
Setelah tiga kali pertemuan klien dapat menilai kemampuan yang
dapat digunakan.
- Rencana Tindakan:
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit, diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4) Tujuan Khusus 4:
Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
25
- Kriteria Hasil:
Setelah tiga kali pertemuan klien dapat membuat rencana kegiatan
sehari-hari.
- Rencana Tindakan:
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan meliputi kegiatan mandiri, dengan bantuan
sebagian, ataupun yang membutuhkan bantuan total. Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien, berikan contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5) Tujuan Khusus 5:
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
- Kriteria Hasil:
Setelah tiga kali pertemuan klien dapat melakukan kegiatan sesuai
kondisi sakit dan kemampuannya.
- Rencana Tindakan:
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan, beri pujian atas keberhasilan klien, diskusikan
kemungkinan pelaksanaan di rumah.
e. Pelaksanaan
1) SP 1 (TUK 1 – TUK 4)
Pada hari selasa tanggal 20 Juli 2010 pukul 11.00-11.15 WIB,
dilakukan SP 1: Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
kemampuan/ hal positif yang ada pada klien. Mengidentifikasi
kemampuan positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai
kemampuan positif yang masih dapat digunakan, membantu klien
memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klein,
memberikan reinforcement yang positif, menganjurkan klien
memasukkan kegiatan ke dalam jadwal harian klien.
2) SP 2 (TUK 5)
Pada hari rabu tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.00-14.10 WIB,
dilakukan SP 2: Membaca al-qur'an yaitu dengan menanyakan apakah
26
sudah ada yang pernah mengajarkan tentang cara membaca al-qur'an,
menanyakan apakah ada manfaat dari membaca al-qur'an yang sudah
diajarkan, mengidentifikasi cara klien membaca al-qur'an dan alat apa
yang dibutuhkan, memberikan penjelasan tentang cara membaca al-
qur'an, memberikan kesempatan kepada klien mempraktekan cara
membaca al-qur'an sesuai yang telah dilatih, memberikan
reinforcement yang positif, menganjurkan klien untuk memasukan
kegiatan tersebut ke dalam jadwal harian klien
f. Evaluasi
1) SP 1 (TUK 1 – TUK 4)
- Evaluasi Subyektif:
Klien mengatakan kegiatan yang disenangi adalah membaca buku
dan al-qur'an, klien mengatakan ingin dilatih membaca al-qur'an.
- Evaluasi Objektif:
Kontak mata dapat dipertahankan, klien bicara perlahan-lahan.
- Analisa:
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan positifnya.
- Perencanaan tindak lanjut perawat:
Melatih klien membaca al-qur'an.
- Perencanaan tindak lanjut klien:
Memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian klien ingin dilatih
membaca al-qur'an.
2) SP 2 (TUK 5)
- Evaluasi Subyektif:
Klien mengatakan akan membaca al-qur'an setiap sore, klien
mengatakan manfaat membaca al-qur'an adalah merupakan
tuntunan hidup yang membuat hati jadi tenang.
- Evaluasi Objektif:
Kontak mata dapat dipertahankan, klien terlihat bersemangat
membaca al-qur'an.
- Analisa:
Klien dapat membaca al-qur'an dengan lancar.
27
- Perencanaan tindak lanjut perawat:
Melatih klien membaca buku yang digemarinya.
- Perencanaan tindak lanjut klien:
Memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian klien, membaca al-
qur'an sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
28
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Neurotik merupakan jenis gangguan mental yang paling ringan, gejalanya
membuat distres yang tidak dapat diterima oleh penderitanya, dan individu sadar
kalau dirinya bermasalah namun tidak tahu bagaimana mengatasinya. Gangguan
neurotik dilatarbelakangi oleh tekanan emosi, konflik, dan frustrasi. Penyebab
timbulnya ganguan tersebut adalah adanya tekanan-tekanan social, individu yang
mengalami banyak frustrasi, individu yang sering berfikir tidak rasional dan
pribadinya yang sangat labil.
Orang yang mengalami gangguan neurotik ditandai dengan ansietas,
depressive fluctuations dan emosional sensitivity. Dengan gejala utama yaitu afek
depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi, mudah lelah
dan menurunnya aktivitas. Sedangakn gejala tambahannya yaitu berupa
konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang
suram dan pesimistis, gagasan/perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh
diri, tidur dan nafsu makan terganggu.
Penatalaksanaan medis yang dilakukan yaitu dengan menurunkan atau
menghilangkan gejala gangguan neurotic, mengambalikan fungsi utama tubuh,
dan meminimalkan resiko relaps atau rekurens. Sedangkan Non-farmakologis
yaitu dengan olahraga teratur, asupan diet berimbang, menghindari minum
alcohol atau menggunakan narkoba dan pengobatan yang tidak dianjurkan, tidur
yang cukup, bersabar dan bersikap baik pada diri sendiri, curhat, lakukan rutinitas,
hindari lembur dan melakukan psikoterapi.
4.2. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan gangguan neurotik. Dan
dengan terselesainya makalah ini, semoga dapat membantu segala pihak
khususnya para perawat dan calon perawat dalam menjalankan asuhan
keperawatan yang berhubungan dengan suatu kasus seperti gangguan depresi dan
lain-lain, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada kliennya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani Syuhaimie. 2000. Aspek Spiritual Dalam Keperawatan.
Jakarta: Widya Medikal
L, Sheila. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC
Stuart,Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC
Townsend,MaryC. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Jakarta:EGC
30
top related