Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Data sensus penduduk jumlah populasi lanjut usia 60 tahun keatas di dunia terus bertambah, pada tahun 1950 sebanyak 13 juta (4 % dari total populasi), tahun 2000 sebanyak 16 juta (7, 2% dari total populasi) dan terus bertambah berkisar 8 juta setiap tahunnya,diperkirakan pada tahun 2025 menjadi 41, 5 juta (13, 6% dari total populasi) dan pada tahun 2050 sebanyak 79, 6 juta (23, 7% dari total populasi) (U.S Census Bureau, 2002). Proses menua tidak dapat dihindari dari kehidupan. Indonesia saat ini termasuk lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usia (lansia), yaitu mencapai 18,04 juta jiwa pada 2010 atau mencapai 9,6 persen (Republika, 2012). Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011 sekitar 24 juta jiwa atau hampir 10 persen jumlah penduduk (Kompas, 2012). Adapun di Kabupaten Sleman jumlah penduduk pra lansia (45-59 tahun) sejumlah 53.146 jiwa dan penduduk lansia (>60 tahun) ada 55.967 jiwa, dari total penduduk sebanyak 1.090.567 jiwa (Dinkes, 2011). Jumlah penduduk lansia
68

MAKALAH DEPRESI

Feb 17, 2016

Download

Documents

Ahid Safitra

Gerontik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH DEPRESI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan bagian dari anggota keluarga dan

anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

peningkatan usia harapan hidup. Data sensus penduduk jumlah populasi lanjut

usia 60 tahun keatas di dunia terus bertambah, pada tahun 1950 sebanyak 13 juta

(4 % dari total populasi), tahun 2000 sebanyak 16 juta (7, 2% dari total populasi)

dan terus bertambah berkisar 8 juta setiap tahunnya,diperkirakan pada tahun 2025

menjadi 41, 5 juta (13, 6% dari total populasi) dan pada tahun 2050 sebanyak 79,

6 juta (23, 7% dari total populasi) (U.S Census Bureau, 2002).

Proses menua tidak dapat dihindari dari kehidupan. Indonesia saat ini

termasuk lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usia (lansia),

yaitu mencapai 18,04 juta jiwa pada 2010 atau mencapai 9,6 persen (Republika,

2012). Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011 sekitar 24 juta jiwa atau

hampir 10 persen jumlah penduduk (Kompas, 2012). Adapun di Kabupaten

Sleman jumlah penduduk pra lansia (45-59 tahun) sejumlah 53.146 jiwa dan

penduduk lansia (>60 tahun) ada 55.967 jiwa, dari total penduduk sebanyak

1.090.567 jiwa (Dinkes, 2011). Jumlah penduduk lansia yang tinggi perlu

mendapat perhatian serius di bidang kesehatan karena lansia rentan terhadap

penyakit.

Keberadaan lansia yang semakin meningkat akan menimbulkan berbagai

macam masalah yang muncul seperti masalah fisik, psikologis, dan sosial akibat

proses degeneratif yang muncul dengan seiring bertambahnya usia, sehingga akan

menjadi tantangan bagi lansia dan lingkunganya. Semua orang akan mengalami

masa tua atau lanjut usia yang secara alami tidak dapat dihindarkan. The National

Od Peoples Welfore Council mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan

umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni depresi mental, gangguan

pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai/sikap berjalan, gangguan

pada sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, kecemasan,

Page 2: MAKALAH DEPRESI

dekompensasi kordis, diabetes mellitus, osteomalasia dan hipoteriodisme serta

gangguan defekasi (Nugroho, 2008).

Perubahan pada lansia ini salah satunya adalah terjadi perubahan psikologi

seperti terjadinya depresi. Depresi ini merupakan gangguan mental yang sering

diderita para lanjut usia Sejumlah studi melaporkan data yang menunjukkan

bahwa depresi pada orang lanjut usia dapat berkaitan dengan status ekonomi yang

rendah, kematian pasangan, penyakit fisik yang juga sedang ada, serta isolasi

sosial. Studi lain menunjukkan angka lanjut usia kurang terdiagnosa dan tidak

diobati, terutama mungkin oleh dokter umum. Tidak dikenalinya depresi pada

orang lanjut usia 4 dapat terjadi karena gangguan lebih sering muncul dengan

keluhan somatik pada kelompok usia yang sudah tua dibanding dengan kelompok

usia yang lebih muda. Lebih jauh lagi, diskriminasi terhadap usia dapat

mempengaruhi dan membuat mereka lebih menerima gejala depresif sebagai hal

yang normal.

Pada pasien lanjut usia (Kaplan & Sadock, 2010). menerima gejala

depresif sebagai hal yang normal pada pasien lanjut usia (Kaplan & Sadock,

2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Octaviana di Panti Sosial Tresna

Werdha Mulia Dharma Kab. Raya, Kalimantan Barat tahun 2012 terdapat depresi

yaitu 10 orang (38,46) dari 26 orang lasia yaitu, Normal 61,54%, Ringan 38,46%,

Berat 0. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, 2011.

Bahwa prevalensi dipanti Werdha Magelang yang mengalami depresi

38,5% dari 52 orang lansia yaitu 26,9 % depresi ringan, 9,6 % depresi sedang dan

1,9 % depresi berat). Hasil penelitian Sari, 2012 tingkat depresi lansia di Panti

Sosial Werdha Budhi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur sebesar 40,6%, depresi

ringan 25,9% dan depresi berat 14,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Marta,

2012 depresi pada lansia di Panti Werdha Sosial Tresna Budi Mulia 4, Jakarta

Selatan 41,3% dar 26 orang. Hasil dari data diatas membuat peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran depresi pada lansia.

Page 3: MAKALAH DEPRESI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Depresi

2.1.1.Definisi Depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk

perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,

kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).

Maslim berpendapat bahwa depresi adalah suatu kondisi yang dapat

disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik

neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP

(terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2002).

Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang

ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya

penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari

seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu (Kaplan,

2010).

2.1.2. Jenis- jenis Depresi

Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26):

1. Menurut gejalanya

Depresi neurotic

Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang

menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya

seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya

Page 4: MAKALAH DEPRESI

kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih.

Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus

merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau ketakutan yang abnormal

seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita delusi atau halusinasi.

Depresi psikotik

Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang

berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.

Psikosis depresi manik

Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai

gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini

menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat

diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan

gambaran ini disebut 'mania'.

Pemisahan diantara keduanya

Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya

berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku orang

tersebut.

2. Menurut Penyebabnya

Depresi reaktif

Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti

kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan.

Depresi endogenus

Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor

lain.

Depresi primer dan sekunder

Page 5: MAKALAH DEPRESI

Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan

penyakit fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi 'sekunder')

dengan depresi yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini (depresi 'primer').

Penggolongan ini lebih banyak digunakan untuk penelitian tujuan perawatan.

3. Menurut arah penyakit

Depresi tersembunyi

Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat bilamana

depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak dapat

diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang nyata atau

hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat diterangkan seperti wanita

lanjut usia yang suka mengutil.

Berduka

Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap

suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu

menerima kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang

menimpa, menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan

penyesuaian kembali.

Depresi pascalahir

Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan emosional

dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih labil

dan mereka merasa sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu berlangsung

selama satu atau dua hari kemudian berlalu.

Depresi dan manula

Page 6: MAKALAH DEPRESI

Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi. Namun,

kadang-kadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh

seperti penglihatan atau pendengaran yang terganggu. Oleh karena itu, sangatlah

penting untuk mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada orang

tua.

2.1.3. Etiologi Depresi

Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan

dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial.

a. Faktor Biologi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin

biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic

acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan

cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood.

Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan

epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien

bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran

mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi

(Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal

tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti

Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson,

adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin,

seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan,

2010).

Disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis

neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter amin

biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin.

Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin

biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-

Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik

Page 7: MAKALAH DEPRESI

sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid,

dan aksis hormone pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling

banyak diteliti (Landefeld et al, 2004).

Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental

pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada

sistem umpan balik kortisol di sistem limpik atau adanya kelainan pada sistem

monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010).

Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan

marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan

organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh system limbik.

Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi

CRH (Landefeld, 2004).

Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen

berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin

seperti MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan

antioksidan juga merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002).

Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter. Sistem saraf pusat

mengalami kehilangan secara selektif pada sel – sel saraf selama proses menua.

Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama rentang

hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel

di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius

(Lesler, 2001).

Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang

penurunan aktivitas dari noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam

otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-

an tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999).

b. Faktor Genetik

Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko diantara

anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat

Page 8: MAKALAH DEPRESI

(unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum.

Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar

monozigot (Davies, 1999).

Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan

secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan

kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga

dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.

c. Faktor Psikososial

Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah

kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010).

Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan

mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan.

Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi,

kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi

diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010)

Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri,

kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial,

kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999).

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan

dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang,

teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan,2010).

Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang

menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari

episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan

memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa

kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor

lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah

kehilangan pasangan (Kaplan, 2010).

Page 9: MAKALAH DEPRESI

Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang

dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung

lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan

depresi (hardywinoto, 1999).

Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada

individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai

resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan

paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif)

mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010).

Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan

bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010).

Dalam upaya untuk mengerti depresi, SigmudFreud sebagaimana dikutip

Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan

melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi

diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud

percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk

melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita

atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda

dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan

orang yang berkabung tidak demikian. Kegagalan yang berulang. Dalam

percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara

berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk

menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada

manusia yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip

(Kaplan,2010).

Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu,

menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup,

penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif

tersebut menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010)

2.1.4. Faktor Pencetus

Page 10: MAKALAH DEPRESI

Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam

perasaan (Sundeen,Stuart,1998:260):

Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan,

termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau

harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep

kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat

penting.

Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai

pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap

masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan

menyelesaikan masalah.

Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi

perkembangan depresi, terutama pada wanita.

Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai

penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan

keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam

perasaan.

2.1.5. Gambaran Klinis

Depresi pada lansia adalah proses patoligis, bukan merupakan proses normal

dalam kehidupan. Umumnya orang-orang akan menanggulanginya dengan

mencari dan memenuhi rasa kebahagiaan.Bagaimanapun,lansia cenderung

menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi. Gejala umumnya,banyak

diantara mereka muncul dengan menunjukkan sikap rendah diri, dan

biasanya sulit untuk didiagnosa (Evans, 2000).

Perubahan Fisik

Penurunan nafsu makan.

Gangguan tidur.

Kelelahan dan kurang energy

Agitasi.

Page 11: MAKALAH DEPRESI

Nyeri, sakit kepala, otot keran dan nyeri, tanpa penyebab

fisik.

Perubahan Pikiran

Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan

konsentrasi dan sulit mengungat informasi.

Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar.

Kurang percaya diri.

Merasa bersalah dan tidak mau dikritik.

Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi

ataupun delusi.

Adanya pikiran untuk bunuh diri.

Perubahan Perasaan

Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan

melakukan hubungan suami istri.

Merasa bersalah, tak berdaya.

Tidak adanya perasaan.

Merasa sedih.

Sering menangis tanpa alas an yang jelas.

Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.

Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari

Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan.

Menghindari membuat keputusan.

Menunda pekerjaan rumah.

Penurunan aktivitas fisik dan latihan.

Penurunan perhatian terhadap diri sendiri.

Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.

Tanda dan gejala depresi lainnya :

Gangguan alam perasaan pervasive

Page 12: MAKALAH DEPRESI

Kesedihan,kehilangan semangat

Menangis

Ansietas,serangan panic

Murung

Iritabilitas

Pernyataan merasa sedih,

“blue”,tertekan,rendah,atau susah” dan perasaan

bahwa tidak ada satupun yang menyenangkan

paranoia

Gangguan persepsi diri,lingkungan,masa depan

Menarik diri dari aktivitas-aktivitas biasa

Penurunan gairah seks

Ketidakmampuan mengekspresikan kesenangan

Perasaan tidak berharga

Ketakutan yang tidak beralasan

Pendekatan diri kembali pada kegagalan kecil

Delusi

Halusinasi(durasi singkat)

Kritik yang ditujukan pada diri sendiri dan orang

lain

Pasif

Vegetative

Penigkatan atau penurunan gerakan tubuh

Mondar-mandir,meremas-remas tangan,menarik

atau mengusap rambut,tubuh,ataupun pakaian

Sulit tidur,terus terjaga,terbangun dini hari

Penurunan atau terkadang penigkatan nafsu makan

Penurunan atau terkadang peningkatan berat badan

Keletihan

Terpaku pada kesehatan fisik,terutama ketakutan

terhadap kanker

Page 13: MAKALAH DEPRESI

Ketidakmampuan berkonsentrasi,berpikir

jernih,atau membuat keputusan

Bicara lambat,berhenti sejenak sebelum

menjawab,penurunan jumlah bicara,bicara rendah

atau monoton

Berpikir tentang kematian

Bunuh diri atau upaya bunuh diri

Konstipasi

Takikardia

2.1.6. Derajat Depresi dan Penegakan Diagnosis

Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III

(Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD

10 (International Classification Diagnostic10).Gangguan depresi dibedakan dalam

depresi berat, sedang, dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta

dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang (Maslim,2000).

Gejala Utama :

• Perasaan depresif

• Hilangnya minat dan semangat

• Mudah lelah dan tenaga hilang

Gejala Lain

• Konsentrasi dan perhatian menurun

• Harga diri dan kepercayaan diri menurun

• Perasaan bersalah dan tidak berguna

• Pesimis terhadap masa depan

• Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri

• Gangguan tidur

• Gangguan nafsu makan

• Menurunnya libido

Page 14: MAKALAH DEPRESI

Tingkat

Depresi

Gejala

Umum

Gejala

Lain

Fungsi Keterangan

Ringan 2 2 Baik -

Sedang 2 3-4 Terganggu Nampak

distress

Berat 3 >4 Sangat

terganggu

Sangat

distress

Table.1 Penggolongan Depresi Menurut ICD-10 (Soejono

dkk,2007)

2.1.7. Pengelolaan Depresi Pada Usia Lanjut (FKUI,2000:60 - 76)

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada usia lanjut :

a. Obat-obatan

Beberapa jenis obat seperti digoksin, L-dopa, steroid, penyekat beta dan anti

hipertensi lainnya, pemberian benzodiazepin jangka panjang, fenobarbiton, dan

pemakaian neuroleptik jangka lama dapat mengakibatkan depresi.

b. Neurobiologik

Perubahan neuroendokrinologik seperti hormon, neurotransmiter (serotonin,

dopamin, dll) menyebabkan usia lanjut rentan terhadap depresi. Depresi pada usia

lanjut dapat diakibatkan oleh proses neurodegeneratif, misalnya depresi sebagai

gejala dari demensia.

c. Psikososial

Kepribadian pasien sebelum sakit turut berperan dalam manifestasi gejala

depresi, misalnya orang yang pencemas semasa mudanya ketika

Page 15: MAKALAH DEPRESI

mengalami depresi di usia lanjut memperlihatkan gambaran depresi

neurotik yang menyolok.

Dukungan sosial yang buruk, kapasitas membina keakraban yang lemah

juga berperan dalam terjadinya depresi.

Berbagai peristiwa kehidupan seperti kematian pasangan, problem

keuangan yang berat, pindah rumah, peringatan peristiwa sedih, anak yang

cacat menanjak dewasa, dan sebagainya lebih sering terjadi pada pasien-

pasien usia lanjut dengan depresi dibandingkan dengan usia lanjut yang

sehat.

2.1.8. Penatalaksanaan Depresi Pada usia Lanjut

1. Terapi fisik

a. Obat

Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan jenis

antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan terhadap

berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan dosis separuh

dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.

Antidepresan trisiklik Yang bersifat sedatif : Amitriptilin dan Dotipin , Sedikit

bersifat sedatif : Imipramin, Nortriptilin dan Protriptilin , Antidepresan yang lebih

baru Bersifat sedatif : Trasodon dan bersifat Kurang sedatif : Maprotilin dan

Flukfosamin.

b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri

atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan aman.

ECT diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat nginap, unilateral untuk

mengurangi confusion/memory problem.Terapi ECT diberikan sampai ada

perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan untuk

mencegah kekambuhan.

2. Terapi Psikologik

Page 16: MAKALAH DEPRESI

a. Psikoterapi

Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan

bersama-sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan psikodinamik

maupun kognitif behavioursama keberhasilannya. Meskipun mekanisme

psikoterapi tidak sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan

terapis dalam proses terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih

nyaman, lebih mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri.

b. Terapi kognitif

Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu

negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan

sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut

dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan

secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas

tertentu terapi kognitif bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir.

c. Terapi keluarga

Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi,

sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan

mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi

dependen pada orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang

depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan

memperbaiki sikap / struktur dalam keluarga yang menghambat proses

penyembuhan pasien.

d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)

Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik

secara langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau

melalui tape recorder.Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari.

Untuk menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.

Page 17: MAKALAH DEPRESI

e. terapi tertawa

terapi tertawa dapat memunculkan respon relaksasi sehingga dapat

memberikan pemijatan halus di kelenjar-kelenjar didalam tubuh, menurunkan

kortisol dalam darah serta mengembalikan hormon secukupnya. Sistem

neurotransmitter serotonin dan norepinefrin normalnya menimbulkan dorongan

bagi area limbik dalam otak untuk memperkuat rasa nyaman seseorang,

menciptakan rasa bahagia, nafsu makan baik dan keseimbangan psikomotor. Hal

ini lah yang mendukung bahwa kekurangan serotonin dapat menimbulkan depresi.

Prosedur terapi tertawa :

Teknik Tawa Yoga, misalnya :

(1) Tawa Bersemangat : Dalam tawa bersemangat, orang tertawa sambil

mengangkat tangan keatas dan tertawa penuh semangat. Peserta tidak terus -

menerus mengangkat tangan ke atas selama tawa bersemangat, angkat tangan

keatas selama beberapa saat lalu turunkan dan angkat lagi. Diakhir tawa semangat,

koordinator mulai tepuk tangan dan mendaraskan Ho-Ha Ha-Ha-Ha sebanyak 5-6

kali.

(2) Tawa Singa : Tawa ini diambil dari dari postur yoga yang disebut simba

mudra (postur singga). Dalam postur singa, lidah dijulurkan keluar sepenuhnya

dan mulut dibuka lebar-lebar. Dengan mata terbuka lebar, peserta mengacungkan

tangan seperti cakar singa dan mengaum seperti singga, lalu tertawa dari perut.

Tawa singa merupakan latihan yang sangat baik untuk otot – otot wajah, lidah dan

kerongkongan. Latihan ini menyingkirkan rasa takut atau malu bagus untuk

memperkuat kerongkongan. Tawa singa memperbaiki pasokan darah ke kelenjar

tiroid.

(3) Tawa Bersenandung : Dalam jenis tawa ini, bibir dikatupkan dan peserta

berusaha tertawa saat mengeluarkan suara senandung hmmmmmm…. Yang

bergema diseluruh kepala. Peserta dapat terus saling pandang, sambil membuat

beberapa gerakan yang saling merangsang tawa. Mereka bisa saling berjabat

Page 18: MAKALAH DEPRESI

tangan atau melakukan gerakan apa pun yang bersifat main-main. Beberapa orang

juga menyebutkanya tawa burung dara.

(4) Tawa Bertahap : Tawa ini dilakukan pada akhir sesi. Semua peserta di minta

untuk mendekat ke koordinator. Tawa bertahap di mulai dengan tersenyum dan

melihat sekeliling, saling pandang. Secara perlahan dn bertahap intensitas tawa

semakin ditingkatkan dan kemudian para peserta secara bertahap mulai tertawa

penuh semangat. Tawa ini sangat menyenangkan dan mudah menular.

Teknik Tawa Bermain-Main, misalya :

(1) Tawa Satu Meter : Tawa ini bersifat main-main dan meniru cara kita

mengukur panjang satu meter. Tawa ini dilakukan dengan menggerakkan satu

tangan sepanjang bentangan lengan kita yang lain (seperti gerakan merentangkan

busur untuk melepaskan anak panah).

(2) Tawa Milk Shake : Tawa milk shake adalah variasi tawa baru, dimana para

peserta diminta berpura-pura memegang gelas yang berisi susu atau kopi dan

sesuai aba-aba koordinator, susu dituang dari gelas yang satu ke gelas yang lain

sambil mendaraskan.

(3) Tawa Bantahan : Tawa ini merupakan jenis tawa yang bersifat bersaing antar

dua kelompok yang dipisahkan oleh sebuah jarak. Kedua kelompok saling

pandang dan mulai tertawa dengan menudingkan jari telunjuk mereka kepada para

anggota kelompok lain.

(4) Tawa Ponsel : Jenis tawa ini juga dikenal dengan tawa HP, tawa ini sangat

menyenangkan dan bersifat main-main. Para peseerta berura-pura memegang HP

dan mencoba tertawa, sambil membuat berbagai gerakan dan berkeliling untuk

bertemu dengan orang-orang yang berbeda dan tertawa seolah-olah mereka

sungguh-sungguh menikmatinya.

Page 19: MAKALAH DEPRESI

(5) Tawa Ayunan : Jenis tawa ini menarik karena mengandung banyak siakp

main-main. Semua peserta bergerak kebelakang sejauh dua meter untuk

memperluas lingkaran

Teknik Tawa Berdasarkan Nilai, misalnya :

(1) Tawa Sapaan : Tawa sapaan ini dilakukan ddengan cara para peserta saling

mendekat dan menyapa satu sama lain dengan gerakan tertentu, sambil tertawa

dengan nada menengah dan tetap menjaga kontak mata ketika bergerak keliling

dan berrtemu dengan orang yang berbeda. Orang bisa berjabat tangan dan

memandang mata orang yang disapa sambil tertawa pelan.

(2) Tawa Penghargaan : Ini adalah tawa berdasarkan nilai dimana koordinator

mengingatkan para peserta mengenai betapa pentingnya menghargai orang lain.

Dalam tawa jenis ini. Ujung jari telunjuk dihubungkan dengan ujung ibu jari

sehingga di gerakkan ke depan dan ke belakang dengan cepat sambil memandang

peserta lain dan tertawa denngan sangat lembut, seolah-olah anda memberikan

penghargaan kepada sesama anggota kelompok.tawa ini diikuti dengan

pendarasan Ho Ho Ha Ha Ha dan tepuk tangan.

(3) Tawa Memaafkan/ Meminta Maaf : Tawa ini adalah tawa berdasarkan nilai

dimana tawa ini memiliki pesan yaitu jika anda bertengkar dengan seseorang,

anda harus minta maaf. Dalam tawa memaafkan peserta memegang kedua cuping

telinga, dengan menyilangkan lengan dan kemudian berlutut lalu tertawa.

MODEL BARU SESI TERAPI TERTAWA

Ada 15 langkah model baru sesi terapi tertawa : Lama : 20-30 menit (maksimum)

setiap putaran tawa berlangsung selama 30-40 detik, diikuti dengan tepuk tangan

dan latihan ho ho ha ha ha.

Page 20: MAKALAH DEPRESI

f. terapi musik

Penelitian ini menggunakan lagu keroncong dengan suara yang dibuat tidak

terlalu keras sehingga tidak mengganngu kenyamanan responden. Sesuai

mekanisme yang dijelaskan oleh Atwater diatas, gelombang alfa tercipta pada

korteks cerebri melalui hubungan kortikal dengan thalamus. Gelombang ini

merupakan hasil dari osilasi umpan balik spontan dalam sistem talamokortikal

(Guyton & Hall, 2006). Perubahan gelombang otak menjadi gelombang otak alfa

akan menyebabkan peningkatan serotonin. Serotonin adalah suatu

neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap peristiwa lapar dan perubahan

mood. Serotonin dalam tubuh kemudian diubah menjadi hormon melatonin yang

memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh yang pada akhirnya depresi yang

dirasakan oleh responden dapat menurun sebagai akibat dari perubahan mood.

7. Dukungan Keluarga dalam Kaitannya dengan Depresi Pada Lansia

Keluarga memainkan suatu peranan yang signifikan dalam kehidupan pada

hampir semua orang lanjut usia (lansia). Ketika keluarga tidak menjadi bagian

kehidupan seseorang yang telah lansia, umumnya menyebabkan orang tersebut

tidak mempunyai tempat tinggal, atau ada masalah-masalah yang telah

berlangsung lama dan keterasingan. Sebaliknya, kepercayaan yang umum, ketika

orang lansia akan membutuhkan bantuan keluarga menyediakan sekurang-

kurangnya 80% dukungan / bantuan. Dibandingkan dengan "kenyamanan di hari

tua", keluarga saat ini menyediakan kepedulian yang lebih luas selama periode

waktu yang lama (Schmall, Pratt, 1993).

Walaupun anak yang telah dewasa adalah suatu sumber utama yang memberi

bantuan terhadap orangtua yang lansia, beberapa trend demografi dan sosial

mempunyai akibat / impak yang signifikan pada kemampuan anggota keluarga

dalam menyediakan dukungan. Hal ini tidak berarti bahwa keluarga bertanggung

jawab atas timbulnya depresi pada seseorang namun sudah jelas bahwa banyak

Page 21: MAKALAH DEPRESI

masalah depresi berkisar di seputar kesulitan dalam cara anggota keluarga saling

berkomunikasi dan saling berhubungan.

2.2. Dukungan Sosial

2.2.1. Pengertian

Batasan dukungan sosial adalah sebagai jumlah kontak dengan orang lain,

yang dapat dipertahankan seseorang dalam jaringan sosial, atau luas pergaulan

yang dimiliki dan dipertahankan seseorang dalam jaringan sosial. Definisi lainnya

lebih menekankan aspek psikologik, yaitu perasaan menjadi bagian atau

terhitungnya individu dalam jaringan sosial atau rasa puas individu atas hubungan

yang dipertahankan dengan orang lain dalam jaringan sosial (Kaplan, 2010).

Menurut Ismanto, (1999), dukungan sosial adalah persepsi seseorang bahwa

dirinya disenangi, dihargai, dan menjadi bagian dari masyarakat.

2.2.1 Jenis- jenis Dukungan sosial

Menurut House sebagaimana dikutip oleh Smet (1994) ada empat jenis

dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informasional.

a. Dukungan Emosional

Dukungan ini meliputi ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap

seseorang misalnya umpan balik dan penegasan (Smet, 1994).

Pada saat stress, orang akan menderita secara emosional dan dapat

mengalami depresi, kesedihan, ataupun kecemasan. Pada saat seperti ini, teman

atau keluarga dapat memberikan dukungan emosional dengan meyakinkan orang

tersebut bahwa dia adalah orang yang berharga yang sangat diperhatikan oleh

lingkungannya. Kehangatan dan kepedulian yang diberikan oleh orang lain, akan

memungkinkan orang yang mengalami stres, menghadapinya lebih tenang

(Taylor, 1995).

b. Dukungan Penghargaan

Page 22: MAKALAH DEPRESI

Dukungan penghargaan yang umumnya diberikan melalui ungkapan

penghormatan (penghargaan) akan hal – hal yang positif yang dimiliki seseorang,

dukungan untuk maju atau persetujuan atas gagasan atau perasaan individu dan

perbandingan positif orang itu dengan orang lain, orang – orang yang kurang

mampu atau yang lebih buruk keadaanya (menambah penghargaan diri) (Smet,

1994).

Adanya penghargaan diri dihubungkan dengan keberhasilan seseoorang saat

menghadapi keadaan tertentu, misalnya saat dimana harus mengambil keputusan,

reaksi ketika menerima bantuan dan coping pada saat terjadi peristiwa buruk

dalam hidupnya. Kemungkinan yang penting dari mekanisme ini adalah perasaan

diterima dan dihargai oleh orang lain (Wills, 1985).

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental meliputi penyediaan dukungan material seperti

pelayanan, bantuan finansial atau barang (Taylor, 1995). Hubungan antara

dukungan instrumentral dan kesehatan dapat diterangkan dengan jelas melalui

satu pengertian yaitu seseorang mempunyai kebutuhan instrumental tertentu dan

orang lain dapat menolongnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Wills, 1985).

d. Dukungan Informatif

Dukungan informatif ini mencakup pemberian nasihat-nasihat, petunjuk,

saran, atau umpan balik (Smet, 1994). Keluarga atau teman dapat memberikan

dukungan informatif dengan memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan

untuk menghadapi masalah.

2.3. Dukungan sosial dan depresi pada lansia

Depresi pada lanjut usia dapat terjadi simptom yang kompleks yang

disebabkan oleh gangguan fisik maupun kognitif dan stresor dari luar Dukungan

sosial sangat dibutuhkan para lanjut usia dalam menyesuaikan diri menghadapi

stresor psikososial terutama stresor yang berhubungan dengan kehilangan. Dari

populasi lanjut usia, sekitar 60-80%, diperkirakan dalam kondisi tidak berdaya

dan membutuhkan pertolongan keluarga,untuk keperluan sehari – hari yang

Page 23: MAKALAH DEPRESI

bermakna. Hampir semua populasi lanjut usia lebih membutuhkan dukungan

emosional daripada finansial (Osterweill dkk, 2000).

Dukungan sosial yang kurang sering dihubungkan dengan sindroma depresi.

Pattern menyebutkan bahwa subjek yang dilaporkan tidak mempunyai seseorang

untuk menceritakan masalah atau perasaan pribadinya, tidak mempunyai

seseorang untuk meminta pertolongan dalamm kondisi kritis, tidak ada seseorang

untuk diminta nasihat dalam mengambil keputusan penting, dan tidak ada

seseorang dalam hidup mereka yang membuat mereka merasa dicintai dan

diperhatikan ternyata lebih mudah menderita depresi (Pattern, 2002).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEPRESI

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK  PADA NY. S

DENGAN DEPRESI DI SUB UNIT PERLINDUNGAN SOSIAL

TRESNA WERDHA SUKMA RAHARJA

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Page 24: MAKALAH DEPRESI

1. Nama : Ny. S

2. Umur                           : 75 tahun

3. Alamat                       : Palembang

4. Pendidikan                  : SPR

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Suku                            : Jawa

7. Agama                         : Islam

8. Status Perkawinan : Menikah (Janda)

9. Tanggal Pengkajian : 01 April 2015

2. Status Kesehatan Saat ini

a. Nutrisi : Klien makan 3x sehari dengan menu seadanya,

nafsu makan

baik, porsi makan habis

b. Cairan dan elektrolit : Klien minum ± 3 – 4 gelas perhari (± 1000 cc)

c. Eliminasi : Klien BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi feces

padat lunak,

warna feces kuning kecoklatan.

Klien BAK 3-4 x sehari, warna urine kuning jernih

(±1000cc)

d. Aktivitas : Klien mengalami kesulitan dalam bersosialisasi

dengan orang

lain karena klien tidak merasa nyaman dengan

kehadiran orang lain, sering marah sendiri ,

tidak memperdulikan orang lain, merasa sedih dan

menangis sendiri, Merasa terganggu dengan

kegiatan sekitar.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Nutrisi : Klien makan 3x sehari dengan menu seadanya,

nafsu makan

baik, porsi makan habis

Page 25: MAKALAH DEPRESI

b. Cairan dan elektrolit : Klien minum ± 3 – 4 gelas perhari (± 1000 cc)

c. Eliminasi : Klien BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi feces

padat lunak,

warna feces kuning kecoklatan.

Klien BAK 3-4 x sehari, warna urine kuning jernih

(±1000cc)

d. Aktivitas : Klien mampu bersosialisasi dengan baik di

lingkungan sekitar

dan memiliki teman untuk berbagi cerita.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan suaminya tidak memilki riwayat penyakit apapun.

5. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

1. Tekanan darah             : 130/80 mmHg

2. Nadi                            : 70 kali/menit

3. Suhu                            : 36.0 oC

4. Respirasi                      : 16 kali/menit

5. Berat badan                 : 52kg

6. Pemeriksaan Fisik

. TINJAUAN SISTEMJelaskan tentang kondisi sistem-sistem dibawah ini yang terdapat pada klien

Keadaan umum : Keadaan klien secara umum baik , namun terlihat menyimpan

kesedihan. integumen

1. Turgor : elastis (-) / penurunan elastisitas kulit2. Warna Kulit : Sawo matang3. Penyakit kulit : Tidak ditemukan adanya penyakit kulit4. Kebersihan : Ditemukan adanya Hiperpigmentasi pada

Kulit terutama pada wajah dan Ekstremitas

Kepala1. Bentuk : Simetris2. Warna Rambut : Hitam, Keputih – putihan

Page 26: MAKALAH DEPRESI

3. Kebersihan : Cukup bersih tidak terdapat ketombe4. Ekspresi Wajah : Terlihat klien menyimpan kesedihan

Mata

1. Bentuk : Simetris , terdapat lingkaran hitam di bawah mata

2. Penglihatan : Terdapat gangguan melihat jarak jauh3. Pupil : Isokor4. Sklera : Ikterik (-)5. Konjugtiva : Anemis (+)

Telinga

1. Bentuk : Simetris2. Pendengaran : Pendengaran cukup baik3. Kebersihan : Cukup bersih, tidak terdapat serumen

berlebihan

Hidung1. Bentuk : Simetris2. Penciuman              :Tidak terdapat gangguan penciuman, dapat

membedakan bau

Mulut dan tenggorokan

1. Gigi : Jumlah gigi tidak lengakap2. Bibir : Mukosa mulut lembab3. Kebersihan  : Cukup bersih

Leher

1. Bentuk : Simetris2. Gerakan : Gerakan klien terbts dikarnakan penurunan tonus otot3. Kebersihan : Cukup bersih, tidak ditemukan adanya distensi vena

jugularis.

Sistem pernafasan

1. Bentuk dada : Simetris2. Frekuensi pernapasan : 26x/menit3. Suara napas : Vesikuler, tidak terdenagr ronchi

dan weezing4. Perkusi : Terdengar resonance5. Auskultasi : Terdengar vesikular

Page 27: MAKALAH DEPRESI

Sistem kardiovaskuler

1. Frekuensi Nadi : 70x/menit2. Irama Jantung : Tidak terdapat abnormalisasi  bunyi

jantung3. Oedema perifer : Tidak ditemukan adanya Oedema Perifer

Abdomen1. Bentuk : Simetris2. Keadaan : Lemas – datar3. Nyeri : Nyeri (-) pada abdomen4. Bising Usus : Bising usus normal, 12x/mnt5. Hati : Tidak terasa adanya pembesaran hati

Sistem perkemihan :

BAK 3-4 x sehari, warna urine kuning jernih (±1000cc)

Sistem muskuloskeletal :

Kedua kaki Ibu S tampak sejajar dan sama besar dan panjang. Tidak tampak adanya kifosis dan scoliosis. Kemampuan mengubah posisi baik, kekuatan otot tangan pada saat meremas agak lemah

Sistem saraf

1. Aktivitas motorik : Aktivitas motorik klien lambat2. Nervus I (Olfactorius) : Ibu M dapat membedakan bau dari minyak

kayu putih dan minyak wangi/parfum.

3. Nervus II (Opticus) : Ibu M sudah tidak dapat melihat jauh tulisan, orang

dan benda-benda yang kecil, tapi Ibu M tidak menggunakan bantuan kacamata.

4. Nervus III, IV, V (Oculomotoris, Trochlearis, Abdusen)5. Nervus V (Trigeminus) : Sensasi sensorik kulit wajah klien baik,

dapat merasakan goresan kapas pada pipi kanan.

6. Nervus VII (Facialis) : Ibu M dapat, menggerakan alis dan mengerutkan dahi

7. Nervus VIII (Vestibulococlear) : Fungsi keseimbangan baik8. Nervus IX, X (Glasopharingeus, Vagus) : Reflek menelan baik9. Nervus XI (Accesorius) : Ibu M dapat menggerakkan

kedua bahunya dan menggerakkan kepalanya

10. Nervus XII : Ibu S dapat berbicara dengan jelas dan lidah berfungsi

Page 28: MAKALAH DEPRESI

baik11. Tonus otot : Tonus otot klien menurun seiring dengan

pertambahan usia

Sistem endokrin : Tidak mempunyai penyakit gula dan gondok Extremitas

1. Atas : Aktivitas atau pergerakan klien mengalami penurunan  dikarenakan adanya penurunan tonus otot

2.Bawah : Aktivitas atau pergerakan klien Mengalami penurunan dikarenakan Penurunan tonus otot

7. Pengkajian Psikososial & Spiritual

1. Psikososial

Klien hanya berdiam dan sering menyendiri dan tidak mau berkumpul dengan

orang lain disekitarnya dan klien jarang berkomunikasi dengan klien lainnya

walaupun duduk bersampingan. Klien mengatakan tidak dapat bersosialisasi

dengan baik, ia merasa kurang semangat, klien mengatakan ia sudah putus asa

menjalani hidup ia merasa sulit mengungkapkan apa yang dirasakan, malas

bicara, dan lebih suka menyendiri setelah ditinggal suami.

2. Identifikasi masalah emosional apakah klien mengalami susah tidur? Ya apakah klien merasa gelisah? Ya apakah klien sering murung atau menangis sendiri? Ya apakah klien sering was-was atau khawatir? Tidak

Penjelasan pertanyaan diatas : Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 11 kali dalam 1 bulan? Ya Ada masalah atau banyak pikiran? Ya Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain? Tidak Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Tidak

Page 29: MAKALAH DEPRESI

Cenderung mengurung diri? Ya

2. Spiritual

Ny. S beragama Islam, dan mengatakan kurang menjalankan ibadah sholat lima

waktu,ia hanya menjalankan sholat 3 waktu. Selain itu jarang mengikuti pengajian

minggguan yang diadakan di panti.

8. Pengkajian Fungsional Klien

1. Katz index

No

.

Kegiatan Mandiri Bantuan

Sebagian

Bantuan

Penuh

1. Mandi

2. Berpakaian

3. Ke Kamar Kecil

4. Berpindah Tempat

5. BAK/BAB

6. Makan/Minum

Ny. S dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau

bantuan aktif dari orang lain.

2. Barthel index

No

.

Kegiatan Dengan

Bantuan

Mandiri

1. Makan 0 10

2. Minum 0 10

3. Berpindah dari kursi roda ke tempat 0 15

Page 30: MAKALAH DEPRESI

tidur/sebaliknya

4. Personal toilet (cuci muka, gosok gigi,

menyisir rambut)0 5

5. Keluar masuk toilet (menyeka tubuh,

menyiram, mencuci baju)0 10

6. Mandi 0 15

7. Jalan-jalan di permukaan datar 0 5

8. Naik turun tangga 0 10

9. Memakai baju 0 10

10. Kontrol BAK 0 10

11. Kontrol BAB 0 10

12. Olahraga / latihan 0 10

13. Rekreasi / pemanfaatan waktu luang 0 10

Jumlah 0 130

Kesimpulan:

Jumlah skor 130 = mandiri

9. Pengkajian Status Mental

Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)

Benar Salah No. Pertanyaan

1. Tanggal berapa hari ini?

2. Hari apa sekarang?

3. Apa nama tempat ini?

4. Dimana alamat anda?

5. Berapa umur anda?

6. Kapan anda lahir?

7. Siapa presiden Indonesia sekarang?

8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

Page 31: MAKALAH DEPRESI

9. Siapa nama ibu anda?

10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari setiap

angka baru, semua secara berurutan

10 Jumlah

Total Skor:

Salah : 6             Benar: 4

Hasil:

Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh

Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan

Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang

10. Pengkajian Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental

No. Aspek Kognitif Nilai Mhs Nilai Klien Kriteria

1. Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan benar

Tahun

Musim

Tanggal

Hari

Bulan

2. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar

Page 32: MAKALAH DEPRESI

Negara Indonesia

Propinsi Sumsel

Kota Palembang

Panti

wisma

3. Registrasi 3 3 Pemeriksa mengatakan nama 3

objek selama 1 detik kemudian

klien mengulang nama objek

tersebut

Objek gelas

Objek piring

Objek sendok

4. Perhatian &

Kalkulasi

5 1 Minta klien untuk memulai dari

angka 100 kemudian dikurangi

7 sampai 5 tahap

100

93

86

79

72

5. Mengingat 5 0 Minta klien untuk menyebutkan

atau mengulang ketiga objek

pada no.3

Objek gelas

Objek piring

Objek sendok

Page 33: MAKALAH DEPRESI

6. Bahasa 9 5 Tunjukkan pada klien suatu

benda (2 objek) tanyakan

namanya!

Objek tas

Objek selimut

Minta klien untuk mengulang

kata berikut:

Tak ada jika

Dan atau

Tetapi

(bila benar nilai 1)

Minta klien untuk mengikuti

perintah berikut:

Ambil kertas di tangan

anda

Lipat dua

Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk

hal berikut (bila aktifitas sesuai

perintah nilai 1)

Tutup mata anda

Perintahkan pada klien menilai

satu kalimat dan menyalin

gambar:

Tulis satu kalimat

Page 34: MAKALAH DEPRESI

Menyalin gambar

Total Nilai 15

Interpretasi hasil :

24-30 : tidak ada gangguan kognitif

13-23 : gangguan kognitif sedang

0-17 gangguan kognitif berat

11. Pengkajian Keseimbangan Untuk Klien Lanjut Usia

No. Pengkajian Keseimbangan Skor

Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

1. Keseimbangan saat bangun ke kursi 1

2. Keseimbangan saat duduk ke kursi 1

3. Menahan dorngan pada sternum (pemeriksaan

mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3

kali)

1

4. Mata tertutup 0

5. Perputaran leher 0

6. Membungkuk 1

Komponen Gaya Berjalan atau Gerakan

1. Klien berjalan ketempat yang ditentukan 1

2. Ketinggian langkah kaki 0

Page 35: MAKALAH DEPRESI

3. Kontinuitas langkah kaki kesimetrisan langkah 1

4. Kesimetrisan langkah 1

5. Penyimpangan jalur pada saat terbalik 1

Jumlah skor 8

Interpestasi hasil :

0-5 : resiko jatuh rendah

6-10 : resiko jatuh sedang

11-15 : resiko jatuh tinggi

ANALISA DATA

No. Data Kemungkinan Penyebab Masalah

1. DS:

Klien mengatakan

putus asa tidak

berdaya, tidak

berharga, ia merasa

kurang semangat.

klien mengatakan ia

sudah putus asa

menjalani hidup, ia

merasa sulit

mengungkapkan apa

yang dirasakan, malas

bicara, dan lebih suka

menyendiri setelah

Proses menua

Perasaan kehilangan

(cucu meninggal dunia)

Sedih kronis

Gangguan alam

perasaan : koping

individu

maladaptive

Page 36: MAKALAH DEPRESI

ditinggal suami.

DO:

Klien tampak sedih

Klien tampak

menangis

klien sering melamun

Klien sering

menyendiri

Kontak mata dengan

pengkaji berkurang

sering

mengungkapkan kata

menyalahkan diri

sendiri.

2. DS:

Klien mengatakan :

tidur kira-kira 5 jam

sehari yaitu dari

20.00-01.00

susah tidur pada

malam hari

tidurnya tidak pulas

dan sering terbangun

pukul 01.00 dini hari

saat terbangun, Ny. S

teringat saat kematian

cucunya sehingga

Ny.S tidak dapat tidur

kembali sampai pagi

proses menua

mengalami stressor

(kehilangan cucu)

Koping maladaptive

Gangguan Alam perasaan

Gangguan pola

Gangguan pola

tidur

Page 37: MAKALAH DEPRESI

tidak pernah dan sulit

untuk tidur siang

sering merasa malas karena kurang tidur

DO :

terdapat lingkaran

hitam di bawah mata

Ny. S

wajah tampak lesu

dan kelelahan

saat menjawab

pertanyaan pengkaji,

klien tampak tidak

konsentrasi

sering tidak ada

kontak mata dengan

pengkaji

tidur/istirahat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan alam perasaan b.d koping individu maladaptive Ny.S Di Panti Sosial

Tresna Werdha Sukma Raharja.

2. Gangguan pola tidur b.d depresi Ny. S Di Panti Sosial Tresna Werdha Sukma

Raharja.

D. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan

Nama : Ny.S

Umur :75 Tahun

Tgl N Diagnosa Perencanaan Rasionalisasi

Page 38: MAKALAH DEPRESI

o.

d

x

Keperawatan Tujuan Kriteria

hasil

Intervensi

20

Mei

2013

1 1. Gangguan alam perasaan b.d koping individu maladaptive Ny.S Di Panti Sosial Tresna Werdha Sukma Raharja.

Setelah di

lakukan

tindaka

keperawatan

1x24 jam

lansia tidak

terjadi

gangguan

alam

perasaan:

depresi

kriteria

hasil :- Klien

menunjuk

kan tanda

– tanda

percaya

kepada

perawat.

- Klien

mampu

mengguna

kan

koping

adaptif

yang baik.

1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

3. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu

4. Kaji sistem pendukung keyakinan

5. Diskusikan tentang obat

1. Membangun motivasi pada lansia.

2. Individu lebih percaya diri

3. Lansia tidak merasa sendiri

4. Meningkatkan nilai spiritual lansia

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat Untuk memberi pemahaman kepada lansia tentang obat

Page 39: MAKALAH DEPRESI

20

Mei

2013

2Gangguan pola

tidur b.d

depresi Ny. S

Di Panti Sosial

Tresna Werdha

Sukma Raharja

Setelah

diberikan

asuhan

keperawatan

2 x 24 jam

diharapkan

pasien bisa

tidur nyenyak

-Klien

mengident

ifikasi

teknik –

teknik

untuk

memperm

udah

tidur.

-Klien

menjelask

an factor

– factor

penghamb

at atau

pencegah

tidur.

-Klien

melaporka

n

keseimba

ngan yang

optimal

antara

aktivitas

dan

istirahat

-Klien

mengungk

apkan rasa

segar

1. Bersama klien mengidentifikasi gangguan pola tidur

2. Diskusikan cara-cara utuk memenuhi kebutuhan tidur 

3. Anjurkan pasien untuk memilih cara yang sesuai dengan kebutuhannya

4. Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur.

1. Untuk mengetahui apa saja penyebab gangguan pola tidur pada pasien

2. Mempermudah pasien untuk memperoleh kebutuhan tidur yang baik

3. Cara-cara yang sesuai dapat mempermudah pasien

4. Agar pasien dapat kualitas tidur yang baik

Page 40: MAKALAH DEPRESI

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa

Keperawatan

Implementasi Evaluasi Paraf

1 Tanggal : 20 Mei 2013

Jam : 09.00 WIB

1) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

2) Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.(Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

3) Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut)

4) Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama)

5) Diskusikan tentang obat (Bantu menggunakan obat

Tanggal : 20 Mei

2013

Jam :14.00

WIB

S : klien mampu

mengungkapkan

perasaan

O : Klien sudah

menunjukkan

tanda

– tanda

percaya kepada

perawat

A : Masalah

teratasi sebagian

P :

Periksa TTV klienKaji dan kerahkan

sumber-sumber internal individu.

Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu

Ns.Yunita

Indriani

Page 41: MAKALAH DEPRESI

dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu), Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan)

Kaji sistem pendukung keyakinan

2 Tanggal : 03 Agustus

2015

Jam : 09.45 WIB

1) Mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur pada klien

2) Diskusikan cara-cara utuk memenuhi kebutuhan tidur dengan klien

3) Anjurkan pasien untuk memilih cara yang sesuai dengan kebutuhannya

4) Berikan lingkungan yang nyaman bagi klien untuk meningkatkan tidur.

Tanggal : 03

Agustus 2015

Jam :14.45

WIB

S : Klien

mengatakan masih

belum bisa tidur

lelap

O : Lingkaran

hitam dibawah

mata klien sudah

sedikit hilang

A: Masalah teratasi sebagian

P:  Diskusikan cara-

cara utuk memenuhi kebutuhan tidur dengan klien

Anjurkan pasien untuk memilih cara yang sesuai dengan kebutuhannya

Berikan lingkungan yang nyaman bagi klien untuk

Ns.

Yunita

Indriani

Page 42: MAKALAH DEPRESI

meningkatkan tidur.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Menurut penelitian yang dilakukan Christianto Mikhaline, Rita Hafizah,

dan Ariyani Pradana Dewi, : 2015 tentang Pengaruh Terapi Tertawa

Terhadap Penurunan Skor Depresi pada Lanjut Usia

Penurunan skor depresi pada lansia dalam penelitian ini bervariasi, hal ini

dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat konsentrasi dan fokus responden

selama mengikuti terapi di setiap tahap terapi tertawa (Iting, Pasaribu &

Kasra, 2012). Menurut (Moh Sholeh dalam Iting dkk, 2012) menyatakan bahwa

seorang yang mempunyai pandangan negatif tentang dirinya, dunia, dan masa

depan, tidak akan mudah keluar dari situasi penuh tekanan yang membuatnya

depresi. Hasil dari penelitian ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan

Iting, Pasaribu & Kasra (2012), yang menyatakan hasil dari terapi tertawa efektif

menurunkan gejala depresi pada lansia hal ini diketahui berdasarkan analisa

kuantitatif yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada

skor gejala depresi pada lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi tertawa,

maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara skor depresi

sebelum dan skor depresi sesudah dilakukan terapi Tertawa yang berarti bahwa

ada pengaruh terapi Tertawa terhadap skor depresi pada lansia di panti Graha

Werdha Marie Joseph Kota Pontianak, dengan kata lain bahwa terapi Terawa

adalah pilihan pengobatan yang berguna dan hemat biaya untuk menurunkan

gejala serta skor depresi pada lansia. Tertawa dalam 5-10 menit dapat

merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami

tubuh dan juga mentaninin. Ketiga zat ini merupakan zat baik untuk otak sehingga

kita bisa merasa lebih senang. Adapun manfaat paling penting di dalam tertawa

Page 43: MAKALAH DEPRESI

adalah bahwa tertawa bisa mengendalikan kesehatan mental seseorang (Astuti,

2011). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dr. Lee Berk,

seorang imunolog dari Loma Linda University di California USA pada tahun

2008 bahwa tertawa bisa mengurangi peredaran dua hormon dalam tubuh, yaitu

efinefrin dan kortisol, yang bisa mengalangi proses penyembuhan penyakit baik

fisik maupun mental, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal

Geriatrics dan Gerontology International, para peneliti menemukan terapi tawa

bisa mengatasi depresi pada individu (Kataria dalam Iting dkk, 2012). Terapi

tertawa (laughter therapy) mampu menghambat sekresi Adenocorticotropic

Hormon (ACTH) dan kortisol (Simanungkalit dalam Yani., 2014). Terapi

tertawa (laughter therapy) mengakibatkan detak jantung menjadi lebih cepat,

tekanan darah meningkat dan kadar oksigen dalam darah akan bertambah akibat

nafas bertambah cepat, menurunkan sekresi ACTH dan kadar kortisol dalam

darah, sekresi ACTH yang menurun akan merangsang peningkatan produksi

serotonin dan endorfin otak yang mengakibatkan perasaan yang nyaman rileks,

dan senang (Kataria dalam Yani., 2014). Rasa bahagia yang ditimbulkan dari

terapi tertawa (laughter therapy) mampu menjadi persepsi dari pengalaman

sensasi yang menyenangkan. Sensasi ini disimpan di dalam sistem syaraf dan

mampu menimbulkan mekanisme koping yang positif. Mekanisme koping yang

positif mampu menjadikan impuls yang positif pula, sehingga menjadi koping

yang adaptif dan dapat menurunkan depresi pada lansia (Yani, 2014).

4.2 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ira Alvionita : 2014 Pengaruh

Terapi Tertawa Terhadap Depresi Pada Lansia

Hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan skor depresi pada saat

pre-test pada kedua kelompok, sedangkan pada saat post-test terdapat perbedaan

nilai signifikansi yaitu 0,003 (p < 0,05) dengan nilai Z yaitu -3,004 (Z tabel > Z

hitung) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terapi tertawa

dapat mempengaruhi tingkat depresi pada lansia di Dusun Jomegatan,

Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa ada

pengaruh yang signifikan dari terapi tertawa terhadap depresi pada lansia. Hal ini

Page 44: MAKALAH DEPRESI

didukung oleh penelitian Nurgraheni (2007) yang meneliti tentang “Pengaruh

Terapi Tertawa Tehadap Depresi Pada Usia Lanjut Di Wirosaban, RW XIV

Surosutan, Umbulharjo, Yogyakarta” dan penelitian Hae-Jin., et al. (2011)

dengan judul “Effects of Laughter Therapy on Depression, Cognition and Sleep

Among The Community-Dwelling Elderly” Depresi merupakan masalah

kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia. Gejala yang sering muncul adalah

sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan

merupakan kebiasaannya sehari-hari, sering merasa lelah, capek, lemas, mudah

terjadi marah, dan daya konsentrasi berkurang. Menurut Ibrahim faktor sosial

seperti kehilangan kerabat dekat, kehilangan pekerjaan, serta kehilangan

pendapatan dapat menjadi pemicu depresi pada lansia. Hal ini terjadi pda lansia

yang tinggal di dusun Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul yang merupakan

tidak memiliki pekerjaan, janda / duda dan kehilangan pendapatan. Keadaan

seperti itu meyebabkan lansia sulit tidur, hilangnya semangat, kegelisahan, dan

produktifitas menurun sehingga timbul gejala-gejala depresi Terapi relaksasi yang

dikemukakan oleh Gilliland, James dan Bowman pada tahun 1994 yang dapat

digunakan untuk mengurangi depresi. Relaksasi ini bermanfaat untuk merilekskan

seluruh otot-otot tubuh, menumbuhkan rasa nyaman dan membangun atau

memperbaiki

perasaan dan kondisi kejiwaan dari lansia. Menurut Setyoadi dan Kushariyadi

terapi tertawa merupakan salah satu terapi relaksasi yang berguna untuk

memperlancar peredaran darah, sehingga bisa menghilangkan stress. Tehnik

terapi tertawa inilah yang dipilih menjadi intervensi yang diberikan kepada

kelompok perlakuan pada penelitian ini.

Menurut Purwanto, terapi tertawa dapat memunculkan respon relaksasi sehingga

dapat memberikan pemijatan halus di kelenjar-kelenjar didalam tubuh,

menurunkan kortisol dalam darah serta mengembalikan hormon secukupnya.

Sistem neurotransmitter serotonin dan norepinefrin normalnya menimbulkan

dorongan bagi area limbik dalam otak untuk memperkuat rasa nyaman seseorang,

menciptakan rasa bahagia, nafsu makan baik dan keseimbangan psikomotor. Hal

ini lah yang mendukung bahwa kekurangan serotonin dapat menimbulkan depresi.

Page 45: MAKALAH DEPRESI

4.3 Menurut penelitian yang dilakukan oleh sri eko porbowinoto dan

kartinah : 2011, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Perubahan Tingkat

Depresi Pada Lansia

Pemberian musik keroncong dapat mempengaruhi gelombang otak menuju

gelombang otak yang diinginkan. Prinsip pemberian terapi musik keroncong

adalah dengan memberikan suara yang berbeda tempo irama lagu, dan dapat

mempengaruhi telinga dan otak kemudian akan menangkap selisih dari perbedaan

frekuensi tersebut kemudian mengikutinya sebagai gelombang otak. Mekanisme

ini disebut dengan FFR (Frequency Following Response) dan terjadi di dalam

otak, tepatnya di dua superior olivary nuclei. FFR didefinisikan sebagai

penyesuaian frekuensi gelombang otak oleh karena respon dari stimulus auditori

dan mendorong perubahan gelombang otak secara keseluruhan serta tingkat

kesadaran (Atwater, 2009). Penelitian ini menggunakan lagu keroncong dengan

suara yang dibuat tidak terlalu keras sehingga tidak mengganngu kenyamanan

responden. Sesuai mekanisme yang dijelaskan oleh Atwater diatas, gelombang

alfa tercipta pada korteks cerebri melalui hubungan kortikal dengan thalamus.

Gelombang ini merupakan hasil dari osilasi umpan balik spontan dalam sistem

talamokortikal (Guyton & Hall, 2006). Perubahan gelombang otak menjadi

gelombang otak alfa akan menyebabkan peningkatan serotonin. Serotonin adalah

suatu neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap peristiwa lapar dan

perubahan mood. Serotonin dalam tubuh kemudian diubah menjadi hormon

melatonin yang memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh yang pada

akhirnya depresi yang dirasakan oleh responden dapat menurun sebagai akibat

dari perubahan mood. Hormon melatonin diproduksi secara alami dalam tubuh

apabila matahari sudah mulai tenggelam (mendekati senja). Namun, hormon

melatonin ini produksinya secara alami dalam tubuh juga semakin menurun

seiring dengan bertambahnya usia (Guyton & Hall, 2006).

Page 46: MAKALAH DEPRESI

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y.2014.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jilid 2.Jakarta : TIM

Stanley, Mickey.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC

Azizah, L.M.2011.Keperawatan Lanjut Usia.Yogyakarta : Graha Ilmu

Nugroho, Wahjudi.2000.Keperawatan Gerontik Edisi Ke-2.Jakarta : EGC

Watson, Ronger.2003.Perawatan Lansia Edisi Ke-3.Jakarta : EGC

Mikhaline, C. (2015). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Skor Depresi Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Panti Graha Werdha Marie Joseph Kota Pontianak. ProNers, 3(1).

Lilik Ma’rifatul Azizah, M. (2014). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Lanjut Usia. Jurnal Keperawatan Bina Sehat, 10(2).

PURBOWINOTO, S. E. (2011). Pengaruh Terapi Musik terhadap Perubahan Tingkat Depresi pada Lansia di PSTM Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).