Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan
lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya
tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah
tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons,
handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi
akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin
normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal
pada yang anemia.
Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta,
kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan.
Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian,
kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya
tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia
dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri.
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.—Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan
dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan
sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah
melahirkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga
sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai
ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya
mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap
100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post
partum.
Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta
lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari
dinding uterus karena, Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva), Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga
terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta). Sehingga dilakukan tindakan manual plasenta.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan retensio plasenta.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada ibu bersalin dengan retensio
plasenta
2. Merumuskan diagnosa serta masalah yang terjadi pada ibu bersalin dengan retensio
plasenta
3. Mengidentifikasi diagnosa potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan dan rasionalnya
6. Melaksanakan rencana tindakan
7. Melakukan evaluasi atau follow up
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik klinik program D IV Bidan Klinik Kampus Sutomo Surabaya ini dilaksankan
pada tanggal 17-30 Desember 2011 di Puskesmas Banyu Urip Surabaya.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir baik dengan bantuan atau tanpa
bantuan. (manuaba. 1989 : 1).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari ibu. (bagian obgyn fk Unpad Bandung. 1983 : 221).
Persalianan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir. (sarwono. 2001).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
1. Persalinan spontan
Bila persalian berlangsung dangan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir
2. Persalian buatan.
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps
atau dilakukan opersai SC.
3. Persalianan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
rangsangan, misalnya dengan pemberian pitocin atau prostaglandin atau pemecahan
ketuban.
Istilah yang berkaitan dengan UK dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut :
1. Partus immaturus
Partus yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu dan lebih dari 20 minggu,
dengan berat janin 500 – 999 gram.
2. Partus prematurus
Partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm, berat janin 1000 – 2499
gram, usia kehamilan antara 28 – 37 minggu.
3. Partus maturus / aterm
Partus yang terjadi antara usia kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat janin 2500 gram
atau lebih.
4. Partus post maturus / serotinus
Partus yang terjadi pada kehamilan lebih dari 42 minggu
5. Abortus
Penghentian kehamilan sebelum janin viable, berat janin 500 gram atau UK dibawah 20
minggu.
Istilah – istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan adalah :
1. Gravida : wanita yang hamil.
2. Primigravida : wanita yang hamil untuk pertama kali.
3. Para : wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat viable.
4. Primipara : seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm sebanyak 1 kali.
5. Multipara : seorang wanita yang pernah bayi yang viable sebanyak beberapa kali.
6. Grandemultipara : wanita yang pernah melahirkan janin aterm sebanyak lebih dari 5
kali.
2.2. Etiologi atau penyebab terjadinya persalinan
Penyebab persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah teori-teori yang
kompleks, antara lain faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh
prostaglandin, pengaruh pada tekanan di syaraf dan nutrisi.
2.2.1. teori ketegangan otot rahim
1. otot rahim mempunyai kekuatan maksimal utnuk meregang.
2. setelah melwati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
3. pada kehamilan ganda dapat terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu dan inpartu
2.2.2. teori penurunan progesteron
1. Proses penuaan plasenta terjadi mulai UK 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan
ikat, pembuluh darah, mengalami penyempitan dan buntu.
2. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim sensitif terhadap
oksitosin
3. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tersebut.
2.2.3. teori oksitosin
1. oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis post posterior
2. perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitifitas otot rahim,
sehingga terjadi braxtin hicks
3. Menurunyya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat
meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai
2.2.4. teori prostagalandin
1. konsentrasi prostaglandin meningkat sejak UK 15 minggu, dikeluarkan oleh desidua
2. pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim, sehingga
hasil konsepsi dikeluarkan
3. prostaglandin dianggap pemicu terjadinya persalinan
2.2.5. teori hipotalamus – pituitri dan glandula suprarenalis
1. teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencephalus, sering terjadi kelambatan
persalinan karena tidak kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamic. Teori
ini dikemukakan liggin 1973.
2. malpar tahun 1993, mengankat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci lebih
lama.
3. pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan malnutrisi janin induksi misalnya
persalinan
4. dari percobaan tersebut disimpulkan bahwa ada hubungan antara hipotalamus pituitri
dengan mulainya persalinan
5. glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan. (manuaba .1998:159)
2.3. tanda – tanda persalinan
2.3.1. tanda – tanda permulaan persalinan
1. beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaan menjadi
lebih enteng (lightening). Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida, terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP yang disebabkan :
- kontraksi braxton hicks
- ketegangan dinding perut
- ketegangan ligamentum rotundum
- gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi ke PAP dirasakan ibu hamil :
- terasa ringan di bagian atas, rasa sesak berkurang
- di bagian bawah terasa sesak
- terjadi kesulitan saat berjalan
- sering miksi
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga
P, yaitu : power, passage, passenger. Pada multipara gambarannya tidak jelas karena
kepala janin baru masuk PAP menjelang persalinan.
1. Terjadinya his persalinan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks, kontraksi ini dapat
dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu, kontraksi
braxton hicksterjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua kehamilan,
pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering. Sebagai his palsu, sifat his permulaan atau
palsu adalah :
- Rasa nyeri ringan di bagian bawah
- Datangnya tidak teratur
- Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
- Durasinya pendek
- Tidak bertambah bila beraktivitas
2. Perut lebih melebar, karena fundus uteri turun
3. Terjadi pengeluaran lendir dimana lendir penutup serviks dilepaskan
2.3.2. tanda – tanda persalinan
1. timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat :
- punggung terasa sakit yang menjalar ke depan
- sifatnya teratur, interval makin pendek, kekuatan makin besar
- mempunyai pengaruh terhadap pendataran atau pembukaan serviks
- makin beraktifitas kekuatan makin bertambah
2. pengeluaran lendir dan darah
- pendarahan dan pembukaan
- pembukaan menyababkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas
- terjadi pendarahan karena kapiler pembuluh darah yang pecah
3. pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan penegluaran
cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks ( perlunakan serviks,
perdarahan serviks, dan pembukaan serviks )
2.4. faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
2.4.1. power
Adalah tenaga atau kekuatan ibu untuk mengejan, tenaga ini serupa dengan tenaga
kita waktu BAB, tetapi jauh lebih kuat lagi. Tanpa mengajan anak tidak dapat keluar
seperti pada pasien yang lumpuh otot – otot perutnya, maka persalianan harus dibantu
dengan forceps. Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong
anak keluar selain his terutama disebabkan oleh kontraksi dinding otot perut yang
menyebabkan tekanan intraabdominal yang meningkat. Ibu melakukan kontraksi
involunter secara bersamaan. Untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi involunter yang disebut kekuatan primer menandai mulainya persalinan.
Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong yang disebut
kekuatan sekunder yang membesarkan kekuatan kontraksi involunter.
Adapun power saat melahirkan disebabkan oleh :
- HIS
- Kontraksi otot dinding rahim
- Kontraksi disfragma pelvis atau kekuatan mengejan
- Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum
2.4.1.1. kontraksi uterus
Kontraksi persalinan merupakan kontraksi otot – otot rahim miometrium akibat
pengaruh hormon oksitosin. Kontraksi uterus disebabkan karena otot – otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat – sifat kontraksi simetris, fundus
dominan diikuti relaksasi. (manuaba.1998)
Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih
pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan tentang amnion kearah
SBR (segmen bawah rahim) dan serviks.
2.4.1.2. tenaga meneran
Adanya tenaga yang timbul saat persalinan akan dimulai. Hal ini disebabkan saat
kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu refleks yang mengakibatkan pasien
menutup glotisnya, mengkonsumsikan otot – otot perutnya dan menekan diafragma ke
bawah. Tenaga meneran ini hanya dapat berhasil kalau pembukaan sudah lengkap dan
paling efektif waktu kontraksi rahim.
Cara meneran yang baik adalah ketika kepala janin sudah masuk PAP, ketuban sudah
pecah (bila belum, harus dipecahkan lebih dahulu) his akan timbul lebih sering dan
merupakan tenaga pendorong janin, disamping itu harus dipimpin meneran pada waktu
ada his dan beristirahat diantara kedua his, ada 2 macam meneran yaitu :
- Ibu dalam posisi berbaring, merangkul kedua pahanya sampai baku siku, kepalanya
sedikit diangkat, sehingga dagu mendekati dadanya dan ibu dapat melihat perutnya.
- Sikap seperti diatas, tapi bidan dalam posisi miring kiri atau kanan tergantung pada
letak punggung. Hanya satu kaki dirangkul yakni kaki yang berada diatas. (sarwono,
2005 : 14)
Cara meneran yang tidak baik adalah bila kepala bayi belum masuk PAP, pembukaan
belum lengkap, ketuban belum pecah, tidak ada HIS tetapi ibu disuruh atau dipimpin
meneran.
2.4.2. passanger
Adalah penumpang yang meliputi janin, plasenta, selaput ketuban harus dilahirkan
melalui jalan lahir. Karena itu, plasenta dan selaput ketuban dianggap sebagai penumpang.
2.4.2.1. janin
1. berat
Bayi wanita 3,4 Kg dan bayi pria 3,5 Kg, berat bayi normal adalah > 2500
gram sampai < 4000 gram
2. panjang
Rata – rata panjang bayi 50 cm, panjang bayi normal > 45 cm sampai < 55 cm.
Bila ada panjang bayi yang kurang atau melebihi panjang bayi normal, maka
dicurigai ada penyimpangan kromosom
3. ukuran kepala janin
ukuran kepala janin penting untuk mengetahui apakah kepala janin bisa
melewati jalan lahir tanpa penyulit. Selain itu ukuran kepala janin penting untuk
mengetahui resiko terjadinya CPD yang dapat mempersulit proses persalinan,
adapun ukuran kepala janin sebagai berikut :
- ukuran kepala diameter janin
a. diameter oksipito frontalis : 12 cm
b. diameter mento oksipito : 13,5 cm
c. diameter sub oksipito : 9,5 cm
d. diameter biparietalis : 9,25 cm
e. diameter bitemporalis : 8 cm
- ukuran askum forensia (keliling)
a. sirkum forensia fronto oksipoitalis : 34 cm
b. sirkum forensia suboksipito bregmatika : 32 cm
c. sirkum forensia mento oksipitalis : 35 cm
- bidang
a. plan fronto oksipitalis : 34 cm
b. plan maxilo parietalis : 35 cm
c. plan tralteo parietalis : 34 cm
4. letak janin
Hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang
(punggung ibu). Letak janin normal adalah membujur dengan kepala di bawah
5. presentasi
Bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati PAP presentasi
bayi yang normal adalah suboksipito bregmatika
2.4.2.2. air ketuban dan selaput ketuban
Ruangan yang dilapisi selaput janin (selaput ketuban) berisiair ketuban (liquor
amnii).
1. Volume
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 cc – 1500 cc
bila < 1000 cc disebut oligihydramnion, namun bila volume > 1500 cc disebut
polihydramnion
2. Bentuk
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas, amis, berasa manis. Bila
air ketuban berwarna hijau atau keruh mengindikasikan adanya ketidaknormalan
3. Komposisi
Terdiri atas 98 % air, sisanya albumin seperti sel – sel epitel, rambut lanugo,
verniks caseosa, dan garam – garam organik. Kadar protein kira – kira 2,6 gram/l
terutama albumin
4. Diproduksi oleh
Kencing janin, transudasi dari epitel amnion, asal campuran (mixed oksigen)
sekresi dari epitel amnion
5. Cara mengenali air ketuban
a. Dengan kertas lakmus
b. Makroskopis (bau amis, adanya lanugo, rambut serviks)
c. Mikroskopis (rambut dan lanugo)
d. Laboratorium (kadar urea atau ureum rendah dibanding kadar urea dalam
urin)
6. Perbedaan air ketuban dengan air kencing
- Air ketuban bersifat alkalis, baunya air, berwarna putih kekeruhan
- Air kencing bersifat asam, baunya pesing dan jernih
7. Faal air ketuban
a. Memungkinkan anak bergerak bebas dan tumbuh dengan bebas ke segala
jurusan karena tekanan pada anak sama pada semua bagiannya. Hal ini
sangat penting karena seandainya anak tertekan oleh alat sekitarnya maka
pertumbuhan tentu terganggu
b. Untuk melindungi anak terhadap pukulan – pukulan dari luar dan ibu
terhadap gerakan – gerakan anak. Kalau air ketuban berkurang, pergerakan
anak dirasakan nyeri oleh ibu
c. Mempertahankan suhu yang tetap bagi anak
d. Waktu persalinan membuka serviks dengan mendorong selaput janin ke
dalam ostium uteri. Bagian selaput anak yang diatas ostium uteri yang
menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban ini yang membuka serviks
Air ketuban terus – menerus diganti, artinya dibuat tapi juga dialirkan,
hidarmnion misalnya dapat terjadi karena pembuatan berlebihan atau
pengaliran tidak sempurna.
2.4.2.3. plasenta (uri)
Plasenta adalah alat transportasi darah, nutrisi, O2, sisa buangan dari ibu
kepada janin. Plasenta berbentuk bundar, ukurannya 15 x 20 cm, tebal 2,5 cm
– 3 cm. Berat plasenta 500 gram. Plasenta terbentuk pada minggu ke – 16
dimana desidua parietalis dan desidua kapsularis menjadi satu. Implantasi
plasenta terjadi pada fundus depan atau belakang.
Fungsi plasenta :
a. Alat nutritif untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
b. Alat pembuangan sisa metabolisme
c. Alat pernafasan janin
d. Hormon pertumbuhan dan pemberian ASI\
e. Alat penyalur antibodi ke tubuh janin
f. Sebagai barier atau filter
Antara plasenta dan janin dihubungkan oleh tali pusat. Panjangnya 25 –
60 cm diameter 1 – 2,5 cm. Terdiri dari dua buah arteri umbillikalis dan 1
buah vena umbilikalis.
2.4.3. passage way (jalan lahir)
Jalan lahir meliputi bagian keras yaitu tulang panggul dan bagian lunak yaitu otot –
otot panggul
2.4.3.1. bentuk panggul
a. Ginekoid : panggul ideal, bulat 45 %
b. Android : panggul pria, segitiga 15 %
c. Antropoid : lonjong seperti telur 35 %
d. Platipoid : panggul picak, menyempit arah muka belakang 15 %
2.4.3.2. bagian – bagian panggul
1. bagian keras yang dibentuk 4 tulang
- 1 buah tulang kelangkang (os. sacrum)
- 2 buah tulang pangkal paha (os. coxae)
- 1 buah tulang tungging (os. cocygis)
2. Bagian lunak : diafragma pelvis dibentuk oleh :
a. Pars. Muskularis levator ani, terdiri :
- M. Pubococygis dari os pubis ke septum anococygeus
- M. Iliococygeus dari arkus tendinalis M. Levator ani ke os. Cocygis
dan septum anococygeum
- M. Ischiococygis dari spina ischiadika ke pinggir os. Sacrum dan os.
Cocygeus
b. Pars. Membranosa
Hiataus urogenitalis
- Terletak antara kedua M. Pubococygis
- Berbentuk segitiga
Diafragma urogenitalis
- Menutupi hiatus urogenitalis
- Dibagian depannya ditembus oleh uretra dan vagina
c. Regio perineum
Merupakan bagian permukaan PBP, terbagi menjadi :
- Bagian anal (sebelah belakang), terdapat M. Sfingter ani
eksternum yang mengelilingi anus dan liang senggama bagian
bawah
- Regio urogenitalis, terdapat M. Ischiokavernosus dan M.
Transversus perinei superfulalis
2.4.3.3. Fungsi panggul wanita
1. Bagian keras
a. Panggul besar (pelvis mayor), menyangga isi abdomen
b. Panggul kecil (pelvis minor), membentuk jalan lahir dan tempat alat
genitalia
2. Bagian lunak
a. Membentuk lapisan dalam jalan lahir
b. Menyangga alat genitalia agar tetap dalam posisi normal saat hamil
atau nifas
c. Saat persalinan berperan dalam proses pelahiran dan kala uri
2.4.3.4.Ukuran panggul
1. PAP
Merupakan bulatan oval dengan panjang ke samping dan dibatasi oleh :
- Promontorium
- Sayap os. Sacrum
- Linea terminalis kanan dan kiri
- Ramus superior os. Pubis kanan dan kiri
- Pinggir atas symphysis pubis
Pada PAP, ditentukan tiga ukuran penting : ukuran muka belakang
(konjugata vera), ukuran lintang (diameter transversal) dan ukuran serong
(diameter obliqua)
- Konjugata vera
Panjangnya kurang lebih 11 cm, tidak dapat diukur secara langsung,
tetapi ukurannya dihitung melalui pengukuran konjugata diagonalis.
Panjang konjugata diagonalis = antar promontorium dan tepi bawah
sympisis. Konjugata obstetrika = adalah ukuran antara promontorium
dengan tonjolan symphysis pubis.
- Ukuran melintang
Jarak antara kedua linea terminalis 12,5 cm
- Ukuran obliqua
Jarak antara artikulasio sacro illiaka menuju tuberkulum pubikum
yang bertentangan. Kedua ukuran ini tidak dapat diukur pada wanita
yang masih hidup.
2. Bidang luas panggul
Bidang terluas dalam panggul wanita melintang antara pertengahan
sympisis menuju pertemuan tulang belakang (os. sacrum) kedua dan
ketiga. Ukuran muka belakangnya 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5
cm. Dalam proses persalinan bidang ini tidak menimbulkan kesukaran.
3. Bidang sempit panggul
Bidang sempit panggul mempunyai ukuran terkecil jalan lahir
membentang setinggi tepi bawah simpisis menuju kedua spina ischiadika
dan memotong tulang kelangkang (os.sacrum) setinggi 1 – 2 cm daitas
ujungnya. Ukuran muka belakangnya 11,5 cm dan ukuran melintangnya 10
cm. Bidang ini merupakan titik putar diantara PAP menuju PBP. Pada
kesempitan PBP bidang ini mengalami panyempitan.
4. Pintu bawah panggul
PBP bukan merupakan 1 bidang tapi terdiri dari dua segitiga, dengan dasar
yang sama, segitiga depan = dasarnay tuberosis ischiadika dibatasi orkus
pubis, segitiga belakang = dasarnya tuberosis ischiadika dibatasi oleh
ligamentum sacro tuberosum kanan dan kiri
- Ukuran muka belakang
Tepi bawah simpisis menuju ujung tulang kelangkang 11,5 cm
- Ukuran melintang
Jarak antara kedua tuberosis ischiadika kana dan kiri 10,5 cm
- Diameter sagitalis posterior
Ujung tulang kelangkang ke pertengahan ukuran melintang 7,5 cm
2.4.4. Psikis
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu bersalin meliputi :
2.4.4.1. kecemasan mengakibatkan peningkatan hormon seks yang terdiri dari :
a. Benodorphin
b. Adeno cos eritrocopin
c. Cortisol
d. Epineprin
Hormon tersebut mempengaruhi otot – otot halus uterus yang dapat
mengakibatkan penurunan kontraksi uterus sehingga menimbulkan distosia.
2.4.4.2. kegelisahan atau ketakutan dan respon endokrin akan mengakibatkan
a. Retensia Na
b. Ekskresi K
Sehingga dapat mempengaruhi sekresi epinephrin dan dapat menghambat
aktivitas miometrium.
2.4.5. Penolong
Peran penolong selama persalinan memberiakn pengaruh pada ibu yang bersalin
untuk melayani proses persalinan yang sebaik – baiknya.
2.5. Tahapan persalinan
2.5.1. kala I (kala pembukaan)
Merupakan kala yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga psien masih
dapat berjalan – jalan. Kala 1 persalinan terdiri atas fase :
1. Fase laten
Fase ini pembukaannya sangat lambat dari 0 – 3 cm, mengambil waktu kurang
lebih 8 jam. Pada fase ini kontraksi mulai teratur tetapi lamanya antara 20 – 30 detik.
2. Fase aktif
Pada fase aktif pembukaan lebih cepat, frekuensi dan lama kontraksi uterus
mulai meningkat lagi secar bertahap. Kontraksi dianggap kuat atau memadai jika
terjadi 3 x atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih, fase
ini dibagi menjadi :
a. Fase akselerasi atau percepatan dari pembukaan 3 – 4 cm dicapai 2 jam
b. Fase kemajuan maksimal dari pembukaan 4 – 9 cm, selama 2 jam
c. Fase deselerasi dari pembukaan 9 – 10 cm selama 2 jam.
Jadi lamanya kala I untuk primi 12 jam dan multi 8 jam, unutk mngetahui
apakah persalinan dalam kala I berjalan sebagaimana mestinya atau tidak, sebagai
pegangan kita ambil kemajuan pembukaan 1 cm/jam (multi) dan 2 cm/jam (primi),
meskipun ketentuan ini belum mutlak benar.
2.5.2. Kala II atau pengusiran
Gejala – gejala kala II adalah :
1. His menjadi lebih kuat, kontrkasinya selama 50 – 100 detik datang tiap 2 – 3
menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya
cairan yang kekuningan secara sekonyong – konyong dan banyak. Ada kalanya
ketuban pecah dalam kala I dan selaput janin dapat robek sebelum persalinan
mulai.
2. Pasien mulai mengejan
3. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai dasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga, rektum terbuka, di puncak his bagian kecil
dari kepala nampak dalam vulva tetapi hilang lagi waktu his berhenti, kejadian ini
disebut kepala membuka pintu. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus
sampai lingkaran terbesar dari kepala terpegang oleh vulva, sehingga tidak
mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun – ubun telah lahir dan subokdiput
ada dibawah simpisis, saat ini disebut juga keluar pintu, karena pada his
berikutnya ekstensi, keluar ubun – ubun besar, dahi, mulut pada komisura
posterior.
Pada sat ini, pada primigravida biasanya tak dapat menahan regangan yang
kuat, sehingga robek pada pinggir depannya. Setelah kepala lahir ia jatuh ke bawah
dan kemudian terjadi putaran paksi luar sehingga kepala melintang, sekarang vulva
menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak
keluar lendir dan cairan pada his berikutnya, lahir bahu belakang dulu kemudian bahu
depan, disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral. Sesuai dengan paksi
jalan lahir, sesudah anak lahir sering keluar susu air ketuban yang tidak keluar waktu
air ketuban pecah, kadang – kadang bercampur darah. Lamanya kala II (primi)
kurang lebih 50 menit dan (multi) kurang lebih 20 menit.
2.5.3. Kala III atau pelepasan uri
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti kurang lebih 5 – 10 menit, tetapi
setelah beberapa menit timbul lagi. His ini dinamakan his pelepasan uri yang terletak
pada SBR atau bagian atas vagina. Tanda – tanda pelepasan uri :
1. Uterus menjadi bundar
2. Perdarahan yang sekonyong – konyong, agak banyak (fisiologis jika > 500 cc)
3. Memanjangnya tali pusat yang lahir
4. Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim, ia juga lebih mudah digerakkan
2.5.4. Kala IV atau observasi
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 ajm pertama. Observasi yang dilakukan :
- Tingkat kesadaran pasien
- Pemeriksaan TTV
- Kontraksi uterus
- Terjadinya perdarahan
2.6. Mekanisme persalinan
Yang paling sering kita jumpai ialah presentasi belakang kepala dan kebanyakan
presentasi ini masuk ke dalam PAP dengan sutura sagitalis melintang. Anak dan
terutama bagian depan anak akan melakukan gerakan – gerakan tertentu.
Gerakan utama itu :
1. Turunnya kepala
2. Fleksi
3. Putar paksi dalam
4. Ekstensi
5. Putar paksi luar
6. Ekspulsi
2.6.1. turunnya kepala
Turunnya kepala dibagi :
1. Masuknya kepala dalam PAP
Masuknya kepala dalam PAP pada primigravida sudah terjadi bulan terajhir
kehamilan. Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan, kalau sutura sagitalis mendekati simfisis dan os.parietal
belakang lebih rendah dari os.parietal depan.
2. Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk kedalam
rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya
majunya kepala sam masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan
dengan gerakan yang lain ialah fleksi, putar paksi dalam, dan ekstensi. Yang
menyebabkan masuknya kepala ialah :
- Tekanan cairan intrauterin
- Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
- Kekuatan mengejan
- Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim
2.6.2. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga ubun – ubun
kecil jauh lebih rendah dari ubun – ubun besar. Keuntungan dari tertambahnya
fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang kebih kecil melalui jalan lahir, diameter
suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan suboksipito frontalis, fleksi ini
disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir PAP, serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
2.6.3. Putar paksi dalam
Putar paksi dalam ialah pemutaran dari bagian depan, sedemikian rupa
sehingga bagian bawah / terendah dari bagian depan memutar ke depan ke
bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah
daerah ubun – ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan
bawah simpisis. Putar paksi dalam mutlak untuk kelahiran kepala karena putar
paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya untuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Putar paksi dalam tidak terjadi sendiri, tetapi selalu bersamaan dengan
majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke H III, kadang –
kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul, sebab putar paksi dalam :
1. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagianterendah dari
kepala
2. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang palinag sedikit
terdapat sebelah depan atas, dimana terdapat hiatus genitalis antara M.
Levator ani kiri dan kanan
2.6.4. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada PBP mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya, kalau tidak terjadi ekstensi, kepala
akan tertekan perineum dan menembusnya. Pada kepala bekerja dua kekuatan,
yang satu masuknya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul
yang menolaknya keatas, resultannya ialah kekuatan kearah depan atas setelah
suboksiput tertekan pada pinggir bawah simpisis maka yang dapat maju karena
kekuatan tersebut diatas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka
lahirlah pada pinggir atas perineum ubun – ubun besar, dahi, hidung, mulut,
dagu dengan gerakan ekstensi.
2.6.5. Putar paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kearah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi pada putar
paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran resusitasi. Selanjutnya putaran ini
dilanjutkan hingga kepala belakang berhadapan denga tuber ischiadikum
sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya
dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari PBP.
2.6.6. Ekspulsi
Setelah putar paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisi dan
menjadi hipomoglion untuk kelahiran bahu belakang, kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan
lahir.
2.7. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama untuk penggunaan partograf
adalah :
- Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
- Mendeteksi adanya proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus
lama.
- Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medika mentosa yang diberikan.
Pemeriksaan laboratorium membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medis ibu bersalin dan BBL
Partograf harus dilakukan :
- Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan dan merupakan elemen
penting dalam asuhan persalinan
- Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat
- Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat, dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam kesejahteraan jiwa mereka.
Petugas harus mencatat kondisi janin sebagai berikut :
1. DJJ dicatat tiap ½ jam
2. Air ketuban = catat warna air ketuban tiap pemeriksaan vagina
U : selaput utuh
J : selaput pecah, air ketuban jernih
M : air ketuban bercampur mekonium
D : air ketuban bercampur darah
K : kering
3. Perubahan bentuk kepala janin (molding / moulage)
0 : sutura pisah
1 : pertemuan 2 tulang tengkorak yang tepat atau bersesuain
2 : sutura tumpang tindih, tapi dapat dipisahkan
3 : sutura tumpang tindih, tak dapat dipisahkan
4. Pembukaan mulut rahim atau serviks. Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang
( X )
5. Penurunan kepala janin sesuai palpasi WHO
6. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima
7. Jam, catat ajm sesungguhnya
8. Kontraksi dicatat setiap ½ jam, dihitung dalam 10 menit dan lamanya kontraksi
dalam hitungan
- < 20 detik
- Antara 20 dan 40 detik
- > 40 detik
9. Oksigen
10. Obat yang diberikan
11. Nadi catat setiap 30 menit ditandai titik ( . )
12. Tekanan darah dicatat setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah
13. Suhu badan dicatat tiap 2 jam
2.2 Konsep Retensio Plasenta
1. Pengertian
q Retensio Plasenta
adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi
karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi polip
plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma (Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, hal. 300).
q Retensio Plasenta
adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta liingga atau melebihi waktu
30 menit setelah bayi lahir (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002:178).
q Retensio Plasenta
adalah plasenta belum labir 1/2 jam sesudah anak lahir (Obstetri Patologi, hal. 234).
2. Jenis-Jenis Retensio Plasenta
1. Plasenta Adhesiva
adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta Akreta
adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga memasuki sebagian lapisan
miornetrium.
3. Plasenta Inkreta
adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miornetnum.
4. Plasenta Perlireta
adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5. Plasenta Inkarserata
adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh kontriksi osteuni
uteri.
a. Tanda-tanda lepasnya plasenta menurut Yanti (2010:193) mencakup beberapa atau
semua hal dibawah ini :
i. Perubahan bentuk tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat.
ii. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld) .
iii. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar dibantu oleh gaya grafitasi.
Menurut Manuaba (1998:183), selama proses persalinan terjadi kontraksi otot
rahim yang disertai retraksi artinya panjangnya otot rahim tidak kembali pada panjang
semula, sehingga plasenta terlepas dari implantasinya yaitu:
1. Secara Schultze
Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta lahir diikuti oleh
pengeluaran darah.
2. Secara Duncan
Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan dan diikuti oleh
pelepasan plasentanya.
Untuk membuktikan plasenta telah lepas dapat dilakukan pemeriksaan menurut Manuaba
(1998: 183):
1. Perasat Kustener
a. tali pusat dikencangkan
b. tangan ditekankan di atas simfisis, bila tali pusat masuk kembali berarti
plasenta belum lepas
2. Perasat Klien
Pasien disuruh mengejan, sehingga tali pusat ikut serta turun/memanjang. Bila
mengejan dihentikan dapat terjadi:
- tali pusat tertarik kembali, berarti plasenta belum lepas
- tali pusat tetap di tempat, berarti plasenta sudah lepas
3. Perasat Strasman
Tali pusat dikencangkan dan rahim diketok-ketok, bila getarannya sampai
pada tali pusat berarti plasenta belum lepas.
4. Perasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan kanan
memegang dan mengencangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik berlawanan, dapat
terjadi:
- tarikan tersa berat dan tali pusat tidak memanjang, berarti plasenta belum lepas
- tarikan tersa ringan (mudah) dan tali pusat memanjang, berarti tali pusat telah
lepas.
Plasenta dikeluarkan dengan tindakan manual bila terjadi:
1. perdarahan > 400 cc sampai 500 cc
2. terjadi retensio plasenta
3. bersamaan dengan tindakan yang disertai narkosa
4. terdapat anamesa perdarahan habitualis
3. Etiologi
1. Fungsional
q His kurang kuat
q Plasenta sulit terlepas, karena
tempatnya : insersi di sudut tuba
bentuknya : plasenta membranacea, plasenta anularis
ukurannya : plasenta yang sangat kecil
2. Patolog – Anatomis
Plasenta akreta, plasenta inkreta dan plasenta perkreta (Obstetri Patologi, hal 236).
4. Retensio Plasenta dan Plasenta Manual
Plasenta manual merupakan tindakan operasional kebidanan untuk melahirkan plasenta.
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :
1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta
akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta.
2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
3. Retensio plasenta tanpa perdarahan diperkirakan :
q Darah penderita terlalu banyak hilang.
q Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi.
q Kernungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
4. Plasenta manual dengan segera dilakukan :
q Terdapat riwayat perdarahan post partum berulang.
q Terjadi perdarahan post partum melebihi 400cc.
q Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
q Plasenta belum lahir setelah menunggu 1/2 ja
5. Plasenta Manual
Teknik
q Sebaiknya dengan narkosa-untuk mengurangi sakit dan menghindari syok.
q Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna, tangan kanan dimasukkan secara obstetris
sampai mencapai tepi plasenta dengan menelusuri tali pusat.
q Tepi plasenta dilepaskan dengan bagian ulnar tangan kanan sedangkan tangan kiri
menahan fundus uteri sehingga tidak terdorong ke atas.
q Setelah seluruh plasenta dapat dilepaskan maka tangan dikeluarkan bersama dengan
plasenta.
q Dilakukan eksplerasi untuk mencari sisa plasenta atau membrannya.
q Kontraksi uterus ditimbulkan dengan memberikan uterotonika.
q Perdarahan diobservasi.
6. Komplikasi Tindakan Plasenta Manual
Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
Terjadi perforasi uterus.
q Terjadi infeksi : terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke dalam
rongga rahim.
q Terjadi perdarahan karena atonia uteri.
Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan :
q Memberikan uterotonika intramuskular atau intravena.
q Memasang tamporiade uterovaginal.
q Memberikan antibiotika.
q Memasang infus.
q Persiapan transfusi darah.
(Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan, hal : 302 - 303).
7. Skema Penatalaksanaa Retensio Plasenta
(Manuaba, Ida. “Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan”, Jakarta, EGC. 1998, Hal. 303)
RETENSIO PLASENTA
Belum lahir setelah ½ jam bayi lahir
Sikap Bidan :
q Evaluasi sebabnyaq Konsultasi dengan : puskesmas & dokterq Merujuk ke : puskesmas atau rumah sakit
Indikasi Plasenta Manual :
q Perdarahan 400 ccq Riwayat retensio plasenta
berulangq Tindakan dengan narkosaq Sejarah habitual HPP (berulang)
Komplikasi :
q Antonia uteriq Perforasiq Perdarahan terusq Tamponade gagalSegera merujuk penderita ke rumah sakit
Retensio Plasenta tanpa Perdarahan :
q Perdarahan terlalu banyakq Keseimbangan bekuan darah di tempat
plasenta lepas.Perlekatan erat
Persiapan merujuk penderita
q Infus cairan penggantiq Petugas untuk pertolongan darurat.q Keluarga untuk donor darah.
Tindakan di rumah sakit :
q Perbaikan keadaan umum - Infus – transfusi- Antibiotika
q Tindakan plasenta manualq Atau histerektomi.
Konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta
Pengkajian
Tanggal : jam : oleh :
I. Data subjektif
I.1. Identitas ( MKB tanggal : ... )
Nama ibu : Nama suami :
- Menurut ( christina. 1993 : 4 ), nama penderita dan suaminya ditanyakan untuk
mengenal dan memanggil penderita luar.
Umur ibu : Umur suami :
- Menurut ( christina. 1993 : 84 ), kehamilan yang pertama kali yang baik antara
usia 19 – 35 tahun dimana otot masih bersifat sangat elastis dan mudah
direnggang tetapi menurut pengalaman, penderita umur 25 – 35 tahun masih
mudah untuk melahirkan sehingga ada yang mengubah pendapat diatas, jadi
melahirkan tidak saja umur 19 – 25 tahun, primi tua dikatakan mulai umur 35
tahun.
Agama ibu : Agama suami :
- Menurut ( Depkes RI. 1995 : 14 ) dinyatakan untuk mngetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien, dengan diketahui agama pasien
akan memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan untuk melaksanakan
asuhan kebidanan.
Suku / bangsa :
- Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi kesehatan
pasien.
Pendidikan
- Menurut ( Depkes RI. 1995 : 14 ) untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu atau
taraf kemampuan berfikir ibu, sehingga bidan bisa menyampaikan penyuluhan
KIE pada pasien lebih mudah.
Pekerjaan
- Menurut ( Christina. 1993 : 85 ) yang ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri
untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi penderita agar
nasehat yang diberikan sesuai.
Penghasilan
- Untuk mengetahui keadaan ekonomi yang mempengaruhi perilaku kesehatan
pasien.
Alamat
- Menurut ( Christina. 1993: 85 ) untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan
diperlukan bila mengadakan kunjungan ke ibu.
Telepon
- Untuk memudahkan dalam berkomunikasi
I.2. Keluhan utama
- Ibu mengatakan kontraksi yang semakin lama semakin sering dan bertahan lama
- Ibu merasakan nyeri yang melingkar dari punggung memancar ke pusat bagian
depan
- Keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir
- Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong – konyong dari jalan lahir jika
ketuban sudah pecah
( obstetric fisiologis. 1983: 28 )
I.3. Riwayat menstruasi
- Menarche
Menurut ( Rustam mochtar. 1998: 86 ), menarche terjadi pada usia 12 – 16 tahun
- Siklus haid
Menurut ( Sarwono. 1999: 103 ) panjang siklus haid yang biasa pada wanita ialah
25 – 32 hari
- Lama haid
Menurut ( Salmah. 2006: 19 ), lama haid biasanya berlangsung 3 – 5 hari
- Teratur atau tidak
- Sifat darah
Menurut ( FK UNPAD. 1998: 78 ), darah haid berwarna merah, encer, tidak
membeku, terkadang membeku jika banyak.
- Dismenorhea
- Flour albus
Sedikit ( sedang banyak atau tidak gatal, tidak bau, warna (putih, bening),
kekentalan (kental, encer) ).
- HPHT
Menurut ( Pusdiknas. 1993: 63 ) bila haid pertama haid terakhir diketahui, maka
dapat memperhitungkan usia kehamilan dan kapan perkiraan persalinan
- Tafsiran persalinan
I.4. Riwayat obstetri yang lalu
No. Kehamilan Penyulit Anak Nifas KB Ket
Su
am
i
ke
-
U
K
pen
yul
it
je
ni
s
pen
olo
ng
te
mp
at
peny
ulit
L
/P
BB
/
PB
Hidup
/mati
la
ma
pen
yul
it
I.5. Riwayat kehamilan ini
Pasien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan ke ... dan UK ... minggu,
keluhan pada trimester I ..., trimester II ..., trimester III ..., pasien kontrol kehamilan
ANC di ..., ... kali
Pergerakan anak pertama kali pada UK ... minggu, dan gerak janin terakhir pada
jam ...
Imunisasi TT sebanyak ... kali, status emosional ...
HE yang sudah didapat ...
I.6. Riwayat kesehatan klien atau pasien
I.6.1. Jantung
Menurut Sarwono. 2005: 431 – 432, tanda dan gejala adanya penyakit jantung
yang berat ( dekompensasi kordis ) yaitu bising diastolik, persistolik, bising
jantung yang nyaring terutama bisa disertai thrill.
I.6.2. Diabetes
Tanda dan gejala diabetes yang mudah dikenali adalah 3 P yaitu : polydypshia,
polyphagia, polyuri.
I.6.3. Asma
Menurut Sarwono. 2005: 490, gejala asma biasanya penderita mengeluh napas
pendek, berbunyi, sesak, batuk – batuk
I.6.4. TBC
Menurut Sarwono. 2005: 491. Tanda dan gejala penyakit TBC adalah batuk –
batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan
menurun, kadang – kadang batuk darah dan sakit di dada.
I.6.5. Hepatitis
Menurut Sarwono. 2005: 503. Hepatitis virus dapat terjadi pada setiap kehamilan
dan mempunyai pengaruh buruk pada janin dan ibu.
I.6.6. Ginjal
Menurut Rustam mohtar. 1998: 164 – 169 ditandai dengan fatigue, gagal tumbuh,
pucat, lidah kering, polyuri, hipertensi, proteinuria, nokturia.
I.6.7. Hipertensi
Menurut Manuaba. 1998: 72. Gemeli juga dipengaruhi faktor keturunan selain
bangsa, umur, paritas.
I.7. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga
I.7.1. Jantung : tidak / ya
I.7.2. DM : tidak / ya
I.7.3. Asma : tidak / ya
I.7.4. Hepatitis : tidak / ya
I.7.5. TBC : tidak / ya
I.7.6. Ginjal : tidak / ya
I.7.7. Gemeli : tidak / ya
I.7.8. Hipertensi : tidak / ya
I.8. Pola kehidupan sehari – hari
I.8.1. Pola nutrisi
Pasien mengatakan makan terakhir pada tanggal ..., jam ..., yang terdiri dari ... dan
terakhir minum pada tanggal ... jam ... berapa ...
I.8.2. Pola eliminasi
Pasien mengatakan terakhir BAB pada tanggal ..., jam ...
BAK terakhir tanggal ..., jam ...
I.8.3. Pola istirahat
Pasien mengatakan tidur atau istirahat ..., jam ..., pada malam hari dan selama ...
jam pada siang hari.
I.8.4. Pola aktivitas
Aktivitas apa yang dikerjakan pasien sehari – harinya
I.8.5. Pola kebiasaan
- Minuman beralkohol
Menurut Thrisbooth, 2006: 39. Alkohol akan mengakibatkan abortus, prematur,
BBLR, lahir mati, gangguan mental, FAS ( Fetal Alcohol Syndrome )
- Merokok
Menurut Thrisbooth, 2006: 41. Merokok akan mengakibatkan BBLR, prematur,
hipoksia janin, abortus dan lahir mati
- Narkoba
Narkoba bisa menyebabkan cacat bawaan, kelainan pertumbuhan mental dan
BBLR
- Jamu – jamuan
Jamu – jamuan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
- Obat – obatan
- Binatang peliharaan
Merpati, kucing, kelinci, anjing yang memungkinkan membawa Toxoplasma virus
II. Data objektif
II.1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik / jelek
Kesadaran : compos mentis dengan tanda ada atau tidaknya timbal balik selama
komunikasi
Tanda – tanda vital
- Tekanan darah : antara 110 / 70 – 140 / 90 mmHg
- Nadi : menurut Depkes RI. 1994: 11, nadi normal antara 80 –
110x/menit
- Suhu : normal antara 36 0 C – 37 0 C
- RR : menurut Robert Priharjo, 1996: 76. Pernapasan normal 18 –
24x/ menit
Pengukuran
- BB : menurut Salmah dkk, 2006. Peningkatan BB total adalah 12,5
kg
- TB : menurut Depkes RI, 1994: 10. Ibu hamil dengan tinggi badan
kurang dari 145 cm, kemungkinan panggul sempit
- Lila : menurut Depkes RI, 1994: 10, lila kurang dari 23,5 cm
merupakan indikator kuat untuk status gizi ibu yang kurang
II.2. Pemeriksaan fisik
II.2.1. Inspeksi
- Rambut : menurut Depkes RI, 2000: 19. Rambut yang normal tidak mudah
dicabut. Apabila mudah dicabut menandakan kurang gizi atau kelainan tertentu.
- Muka : menurut Depkes RI. 2000: 19
Oedem : tidak ada Conjungtiva : merah muda
Pucat : tidak ada Sklera : putih
- Mulut : Bibir : tidak pucat
Karies : tidak ada
- Leher : menurut Manuaba, 1998: 140
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
Bendungan vena jugularis : tidak ada
- Dada : menurut Manuaba, 1998: 103
Payudara : bentuk : simetris
Areola : hyperpigmentasi
Colostrum : ada / tidak ada
Menurut Sarwono, 2005: 95, hamil 12 minggu keatas keluar colostrum yang
berasal dari kelenjar asinus yang mulai berekskresi
- Abdomen : menurut Sarwono, 2005: 97 – 98
Linea alba : ada
Striae livide : ada / tidak ada
Striae albican : ada / tidak ada
Bekas SC : ada / tidak ada
- Genetalia : Oedema : ada / tidak ada
Bartholini : ada / tidak ada
Varices : ada / tidak ada
Pembesaran kelj. Skene : ada / tidak ada
Menurut Sarwono, 1999 : 24 – 25 adanya adanya hipervaskularisasi
mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah agak kebiruan, tanda chadwick
pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak, keadaan ini
dalam batas normal ( tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak gatal )
- Anus : hemoroid : ada / tidak ada
- Ekstremitas : atas : simetris : ya / tidak
Bawah : simetris : ya / tidak
Oedem : ya / tidak
Varices : ya / tidak
Menurut Manuaba 1998 : 208, varices merupakan pembesaran dan pelebaran
pembuluh darah vena yang sering dijumpai, pada ibu hamil disekitar vulva, vagina,
paha, dan tungkai bawah.
Menurut Pusdiknas, 2000 : 37 – 38, oedem tungkai, terjadi akibat sirkulasi vena
terganggu akibat tekanan uterus yang membesar vena – vena panggul
II.2.2. Palpasi
Leopold I : menurut Rustam mohtar, 1998 : 52
Menurut Spleiberg
Umur kehamilan Tinggi fundus uteri
22 – 28 minggu
28 minggu
30 minggu
32 minggu
34 minggu
36 minggu
38 minggu
40 minggu
24 – 25 cm diatas simfisis
26,7 cm diatas simfisis
29,5 – 30 cm diatas simfisis
29,5 – 30 cm diatas simfisis
31 cm diatas simfisis
32 cm diatas simfisis
33 cm diatas simfisis
37, 7 cm diatas simfisis
Leopold II : pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang teraba
bagian keras dan memanjang seperti papan.
Leopold III : menentukan bagian terbawah janin dan apakah bagian terbawah janin
sudah masuk PAP atau belum
Leopold IV : menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk ke dalam
PAP
Menurut WHO, penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan)
(buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal, 2002: N10)
Periksa luar Periksa dalam Keterangan
= 5/5 Kepala diatas PAP
Mudah digerakkan
= 4/5 H I – H II Sulit digerakkan dan
bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
= 3/5 H II- H III Bagian terbesar kepala
belum masuk PAP
= 2/5 H III + Bagian terbesar kepala
sudah masuk PAP
= 1/5 H III – H IV Kepala di dasar panggul
= 0/5 H IV Di perineum
TBJ : rumus johnson tausak
BB = ( MO – 12 ) x 155 gram
Ket : BB : berat badan janin
MD : jarak simfisis – fundus uteri
II.2.3.Auskultasi
Menurut Salmah, dkk, 2006 : 147. DJJ harus diantara 110 – 160x/ menit
II.2.4.Perkusi
Reflek patela : +/ +
Menurut Depkes RI, 2000 : 20. Normal jika tungkai bawah akan bergerak sedikit
ketika tendon diketuk. Bila gerakannya berlebihan dan cepat maka hal ini
merupakan tanda pre–eklampsia.
Menurut Pusdiknas, 1993: 68. Bila refleks patella negatif, kemungkinan pasien
mengalami kekurangan B1.
II.2.5.Pemeriksaan dalam VT
Untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan melakukan pemeriksaan langsung
pada jalan lahir.
Tanggal : jam : oleh :
1. Perineum : elastis
2. Effacement : 0 – 100 %
3. Pembukaan : 1 – 10 cm ( evaluasi tiap 4 jam )
Pada primigravida pembukaan pada fase laten 1 cm /
jam
Pada multigravida pembukaan pada fase laten 2 cm /
jam
4. Ketuban : utuh / sudah pecah
5. Air ketuban : jernih
6. Presentasi : kepala
7. Hodge : I – III
8. Denominotor : UUK depan
III. Assesment
III.1. Diagnosa
G... PAPIAH, usia kehamilan minggu, hidup / mati, tunggal / ganda, letak...
intrauterin / ekstrauterin, keadaan jalan lahir... , keadaan ibu dan janin ... inpartu kala I
fase ... / kala II
III.2. Masalah
III.3. Diagnosa potensial : tidak ada
III.4. Masalah potensial : tidak ada
IV. Planning
IV.1. Kala I
IV.1.1. Tujuan : untuk mengetahui batasan waktu normal pembukaan 0 sampai
lengkap 10 cm, pada primigravida tidak boleh melebihi 12 jam pada multigravida
tidak melebihi 8 jam.
IV.1.2. Kriteria hasil
IV.1.2.1.Keadaan ibu
- KU : baik kesadaran : compos mentis
- TTV : S : 36 – 37 0 C RR : 16 – 24 x/menit
N : 76 – 88 x/menit TD : 110/70 mmHg sampai 120/80 mmHg
- Pada fase laten berlangsung hingga 8 jam
- Kontraksi mulai teratur, lamanya sekitar 20 – 40 detik atau lebih 40 detik
- Pada primigravida kala I berlangsung kira – kira 12 jam, sedangkan pada
multigravida berlangsung kira – kira 8 jam
- Pembukaan 1 cm/jam (primigravida) dan 2 cm/jam (multigravida)
IV.1.2.2. Keadaan janin
- DJJ normal : 110 x/menit sampai 160x/menit
- Terjadi penurunan kepala janin, tidak terjadi moulage
IV.1.3. Rencana kala I fase aktif
Kala 1 fase laten
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga
R/ informasi yang jelas mengopyimalkan asuhan yang diberikan
2. Jaga privasi ibu dengan menutup tirai, tidak menghadirkan orang tanpa
setahu ibu dan membuka bagian tubuh ibu seperlunya
R/ memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dan dapat mempercepat
proses persalinan
3. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan
R/ dapat membantu mempercepat pembukaan serviks
4. Anjurkan ibu untuk miring ke kiri / posisi yang nyaman
R/ posisi miring kekiri mencegah tertekan vena cava inferior sehingga
memperlancar sirkulasi darah ibu
5. Penuhi kebutuhan makan, minum dan support
R/ memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu memberikan rasa aman dan
nyaman ibu
6. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin selama
persalinan sedikitnya tiap 2 jam
R/ kandung kemih yang penuh dapat menghambat penurunan kepala janin
7. Observasi fase laten
TD setiap 4 jam, suhu tiap 2 jam, nadi tiap 30 menit, DJJ tiap 60 menit,
kontrkasi tiap 60 menit, pembukaan serviks tiap 4 jam, penurunan kepala
tiap 4 jam
R/ dengan observasi secara tepat kemajuan persalinan dapat diketahui
sesegera mungkin
Kala I fase aktif
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga
R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan
2. Jaga privasi ibu dengan menutup tirai, tidak menghadirkan orang tanpa
setahu ibu dan membuka bagian tubuh ibu seperlunya
R/ memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dan dapat mempercepat
proses persalinan
3. Bantu ibu mengatasi kecemasannya dengan memberi dukungan dan
mengajari ibu untuk menarik napas panjang saat ada kontraksi
R/ napas panjang dapat membantu ibu menjadi rileks dan tidak takut dalam
menjalani persalinan
4. Anjurkan ibu untuk miring ke kiri / posisi yang nyaman
R/ posisi miring kekiri mencegah tertekan vena cava inferior sehingga
memperlancar sirkulasi darah ibu
5. Penuhi kebutuhan makan, minum dan support
R/ memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu memberikan rasa aman dan
nyaman ibu
6. Anjurkan ibu untuk BAK secara rutin selama persalinan setiap 2 jam
R/ kandung kemih yang penuh dapat menghalangi turunnya kepala janin
7. Siapkan partus set dan obat – obatan yang diperlukan
R/ kelengkapan dan persiapan alat – alat persalinan dapat mengurangi
keteledoran yang dapat terjadi
8. Observasi kala aktif pada lembar partograf
TD setiap 4 jam, suhu tiap 2 jam, nadi tiap 30 menit, DJJ tiap 60 menit,
kontrkasi tiap 60 menit, pembukaan serviks tiap 4 jam, penurunan kepala
tiap 4 jam
R/ dengan menggunakan lembat partograf, kemajuan persalinan dapat
diketahui sesegera mungkin dan komplikasi dapat diketahui serta
menghindari adanya keterlambatan merujuk
9. Libatkan keluarga atau suami dalam proses persalinan
R/ asuhan sayang ibu dalam melibatkan suami atau keluarga dapat
memberikan dukungan pada ibu sehingga persalinan lancar
10. Apabila pembukaan lengkap dan tanda gejala kala II muncul, sedangkan
obat keluarga dan diri, kemudian segera pimpin persalinan
R/ pimpinan persalinan yang benar dapat memperlancar proses persalinan
IV.2. Kala II
IV.2.1. Tujuan : proses dimulai dari mengejan pada pembukaan lengkap sampai bayi
lahir tidak boleh lebih dari 1 jam dan 2 jam primi
IV.2.2. Kriteria hasil : lama persalinan kurang dari 1 jam (multi) dan 2 jam (primi)
bayi lahir spontan belakang kepala, keadaan ibu dan bayi baik
Keadaan ibu : 1. Keadaan umum
2. Tekanan darah 110/70 mmHg – 140/90 mmHg
3. Suhu : 36 – 37 0 C
4. Nadi : 80 – 110x/menit
5. RR : 16 – 24x/menit
Keadaan bayi : A – S = 7 – 10
Skor APGAR 0 1 2
Warna Biru / pucat Tubuh merah jambu,
ekstremitas kebiruan
Seluruh tubuh
merah jambu
DJJ Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Refleks Tidak ada Menyeringai Bersin, batuk atau
menarik kaki
Aktivitas Tidak ada / lemas Ekstremitas sedikit fleksi Gerak aktif
Pernafasan Tidak ada Pernafasan lemah, dan
tidak teratur atau
menangis lemah
Menangis kuat,
pernafasan kuat dan
teratur
Nilai APGAR dilakukan pada menit 1 dan menit ke – 5
- Menit ke – 1 : menggambarkan tindakan yang akan dilakukan
- Menit ke – 2 : menilai prognosis
IV.2.3. Rencana kala II
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/ informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan yang diberikan
2. Pimpin persalinan saat ada his, maksimal selama 2 jam pembukaan lengkap
R/ pada primipara kala II harus berlangsung minimal 2 jam
3. Berikan dukungan dan pendampingan ibu
R/ membuat ibu merasa lebih aman dan nyaman sehingga dapat mempercepat
persalinan
4. Berikan minum diantara 2 his / kontraksi
R/ mencegah dehidrasi dan memberikan tambahan energi
5. Diskusikan pada ibu untuk memilih posisi meneran yang nyaman
R/ posisi yang benar dan nyaman mempercepat proses persalinan
6. Anjurkan pada ibu cara meneran yang baik dan efisiensi mengikuti dorongan
alamiah
R/ memperlancar proses persalinan
7. Anjurkan ibu untuk beristirahat atau relaksasi sakit tidak ada his
R/ relaksasi yang benar dapat menhemat tenaga ibu
8. Observasi sesuai partograf
R/ untuk menilai keadaan janin dan ibu
Langkah – langkah memimpin persalinan
1. Letakkan handuk bersih ( untuk mengeringkan bayi ) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm
2. Letakkan kain bersih yang dilipat 1 / 3 bagian dibawah bokong ibu
3. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat dan bahan
4. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Lahirnya kepala
1. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal
2. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yangs sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong diantara dua klem tersebut
3. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
1. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya badan dan tungkai
1. Setelah kedua bahu lahir, geser tanagn ke bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
2. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas nerlanjut ke punggung,
bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki ( memasukkan telunjuk
diantara kaki dan pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari –
jari lainnya )
Setelah bayi lahir
1. Lakukan penilaian ( selintas ) :
- Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap – megap lakukan langkah
resusitasi
2. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihakan verniks ganti handuk bersih dengan handuk atau
kain yang kering, biarkan bayi diatas perut ibu
3. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
( hamil tunggal )
4. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
5. Dalam waktu 1 menit, setelah bayi lahir suntikkan oksitosin 10 unit IM (intra
muskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
6. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem sekitar 3 cm dari
pusat bayi, mendorong isi tali pusat kearah distal ibu jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
7. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
- Dengan 1 tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit ( lindungi perut ibu ) dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut
- Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada 1 sisi kemudian
melingkarkan kembali bengang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
8. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
9. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
4.3. Kala III
4.3.1. Tujuan : untuk menghasilkan kontraksi yang efektif saat penderita lahir
sehingga dapat memperlancar dan memperpendek waktu pada kala III serta
mengurangi perdarahan dalam waktu 30 menit
4.3.2. Kriteria hasil :
1. Plasenta lahir lengkap tidak lebih dari 30 menit
2. Kontraksi uterus baik keras (globuler)
3. Jumlah perdarahan < 500 cc
4. TTV : N : 80 – 110 x/menit
S : 36 0 C – 37 0 C
RR : 16 – 24 x/menit
TD : 110/70 mmHg – 140/90 mmHg
4.3.3. Rencana kala III
Lakukan penatalaksnaan aktif persalinan kala III
1. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva
2. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simpisis
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorso kranial)
secara hati – hati (untuk mencegah inversio uterus). Jika plasenta tidak
lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
4. Lakukan penegangan dan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai den kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap
lakukan tekanan dorso kranial)
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5
– 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
- Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
a. Beri dosis ulanganoksitosin 10 unit IM
b. . Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau
terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual
Langkah-langkah plasenta manual:
-Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar
lantai.
-Secara obstetric masukkan satu tangan (punggung tangan ke
bawah) kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian
bawah.
-Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan
fundus uteri.
-Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
-Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari
merapat ke pangkal jari telunjuk).
-Melepas Plasenta dari Dindig Uterus
-Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah
-Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila
dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat
dengan punggung tangan menghadap ke atas.
-Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara
plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap
ke dinding dalam uterus.
-Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding
tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah
telapak tangan kanan.
-Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser
ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat
dilepaskan.
5. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan
- Jiak selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakuakn eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari –
jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal
Rangsangan taktil (masase) uterus
6. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir. Lakukan masase uterus
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras)
Menilai perdarahan
7. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban yang lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus
8. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang
menimbulkan paerdarahan aktif segera lakukan penjahitan
4.4. Kala IV
4.4.1. tujuan : setelah 2 jam PP tidak terjadi komplikasi
4.4.2. kriteria hasil
1. perdarahan < 500 cc
2. kontraksi uterus keras
3. TFU 1 – 2 jari bawah pusat
4. TTV : TD : 110/70 – 120/80 mmHg
N : 60 – 80 x/menit
S : 36,5 – 38 0 C
RR : 16 – 24 x/menit
4.4.3. Rencana kala IV
1. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dantidak terjadi perdarahan
pervaginam
2. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini
dalam waktu 30 – 60 menit, menyusu pertamanya berlangsung selama
10 – 15 menit. Bayi cukup menyusu dan satu payudara
- Biarkan bayi berada di dada ibu selama i jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
3. Setelah 1 jam lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri tetea mata
antibiotik profilaksis dan vitamin K, 1 mg IM di paha kiri anterolateral
4. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi hepatitis B
di paha kanan anterolateral
- Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu – waktu bisa
disusukan
- Letakkan 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
Evaluasi
5. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
- 2 - 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
- Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk penatalaksanaan atonia uteri
6. Anjurkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
7. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilanghan darah
8. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk teman yang tidak normal
9. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40
– 60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37, 5 0 C)
Kebersihan dan keamanan
10. Tempatkan peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dokumentasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didokumentasi
11. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
12. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering
Lembar observasi kala IV
Jam
ke
waktu TD N S TFU Kontraksi
uterus
Kandung
kemih
perdarahan
I
II
Berikan HE tentang
1. Tanda bahaya kala IV diantaranya
a. Perdarahan hebat dan tiba – tiba dari vagina
b. Tinggi fundus uteri melebihi pusat dan kontraksi lunak
c. Badan panas ( T > 380 C)
d. Nyeri perineum yang menetap
2. Kelebihan nutrisi
3. Kebutuhan istirahat
4. Mobilisasi dini
V. Implementasi
Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang dibuat dan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien (prioritas)
VI. Evaluasi
Digunakan untuk mengukur keberhasilan tindakan yang dilakukan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
top related