BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2002:178). Sebab-sebab dari retensio plasenta : a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus atau b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena : a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva). b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritonium (plasenta akreta-perkreta) (Prawirohardjo, S. 2002:656-657). Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo,
2002:178).
Sebab-sebab dari retensio plasenta :
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika
lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva).
b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritonium
(plasenta akreta-perkreta) (Prawirohardjo, S. 2002:656-657).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena
salah penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian
bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inserasio plasenta)
(Prawirohardjo, S. 2002:656-657)
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan grandemultipara dengan
implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta
inkreta dan plasenta perkreta (Manuaba, 1GB. 1998 : 301).
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,
infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat
terjadi polip plasenta, dan dapat terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma.
Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu
diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti
perforasi dinding uterus, bahaya infeksi dan dapat terjadi inversio uteri.
Bidan sebagai tenaga terlatih di klinik terdepan sistem pelayanan
kesehatan dapat mengambil sikap dalam menghadapi “retensio plasenta”
sebagai berikut:
1. Sikap Umum Bidan
a. Memperhatikan keadaan umum penderita :
- Apakah anemis
- Bagaimana jumlah perdarahannya
- Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi dan suhu.
- Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri
b. Mengetahui keadaan plasenta
- Apakah plasenta dengan perdarahan
- Melakukan tes plasenta lepas
2. Sikap Khusus Bidan
a. Retensio plasenta dengan perdarahan
- langsung melakukan plasenta manual
b. Retensio plasenta tanpa perdarahan
- Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita, segera
memasang infus dan memberikan cairan
- Merujuk penderita ke pusat fasilitas cukup, untuk mendapatkan
penanganan yang lebih baik.
- Memberkan transfusi
- Proteksi dengan antibiotika
- Mempersiapkan plasenta manual dengan letargis dalam keadaan
pengaruh narkosa (Manuaba, IGB. 1998 : 300)
1.2 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu post partum
dengan retensio plasenta.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian untuk memperoleh data
subjektif dan data objektif
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah secara
teliti berdasarkan data yang benar
- Mahasiswa mampu mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial
yang mungkin dapat terjadi dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi
- Menilai adanya kebutuhan untuk intervensi segera atau tindakan
konsultasi atau kolaborasi berdasarkan kondisi klien
- Mahasiwa mampu membuat rencana tindakan berdasarkan diagnosa
atau masalah
- Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuai rencana yang
dibuat.
- Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Retensio Plasenta
2.1.1 Pengertian
Retensio plasenta adalah placenta belum lahir setengah jam setelah
janin lahir (Ilmu Kebidanan, 2002:656).
Retensio placenta adalah keadaan dimana plasenta tidak dapat lahir
setelah setengah jam kelahiran bayi (Subroto, 1987:346).
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir (pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal, 2002:178).
Jenis-jenis retensio plasenta :
a. Plasenta adhesive adalah : implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi
fisiologis
b. Plasenta akreta adalah : Implantasi jonjot korion plasenta
hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium
c. Plasenta inkreta adalah : implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.
d. Plasenta Prekreta adalah : implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata adalah : tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri disebabkan oleh konstriksi ostium
uteri (Sarwono, Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002:178).
Berdasarkan prognosa dan perawatannya, maka retensio plasenta dibagi :
1. Retensio plasenta tanpa perdarahan
Terjadi bila belum ada bagian plasenta yang lepas atau seluruh
plasenta malah sudah lepas dan plasenta terjepit dalam rahim.
2. Retensio plasenta dengan perdarahan
Menunjukkan bahwa sudah ada bagian plasenta yang sudah lepas,
sedangkan bagian lain masih melekat, sehingga kontraksi uterus tidak
sempurna (Subroto, 1987:347).
2.1.2 Etilogi
Sebab retensio plasenta ada 2:
1. Sebab fungsional
His yang kurang kuat (sebab utama) atau plasenta sulit lepas karena
tempat melekatnya kurang menguntungkan seperti disudut tuba atau
karena bentuknya luar biasa seperti plasenta membranosea.
2. Ukuran plasenta sangat kecil
(Sarwono, P. Ilmu Bedah Kebidanan. 2002:163)
Sebab retensio plasenta ada 2 :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Etiologi :
a) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesive)
b) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desi dua sampai miometrium sampai dibawah
peritonium (plasenta akreta perkreta)
2. Plasenta sah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar.
Etiologi : Tidak adanya usaha untuk melahirkan / karena salah penanganan
kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (Inkarserasio
plasenta) (Sarwono, P. Ilmu kebidanan. 2002:656-657)
Sebab Retensio Plasenta
1. Atonia uteri, sebagai lanjutan inertio yang sudah ada sebelumnya / yang terjadi
pada kala III
Misalnya partus lama, permukaan narkose dan sebagainya.
2. Pimpinan kala III yang salah
Memijat rahim yang tidak merata, pijatan sebelum plasenta lepas, pemberian
uterotonika dan sebagainya.
3. Kontraksi rahim yang hipertonik, yang menyebabkan konstriksion ring,
(bukan retraction ring), hour glass contraction.
4. Plasenta yang adhesive, sukar lepas karena plasenta yang lebar dan tipis
(plasenta yang prematur, immature atau plasenta membranacea)
5. Vili chorialis yang melekatnya lebih dalam :
a. Plasenta akreta
b. Plasenta increta
c. Plasenta perkreta
6. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta / sebagian plasenta sukat lepas:
a. plasenta fenestrata
b. Plasenta membranacea
c. Plasenta bilabata, plasenta succenturiota, plasenta spuria
(Subroto, 1987 : 347-348)
Dari berbagai sumber buku yang menyebutkan beberapa penyebab dari
retensio plasenta, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab retensio plasenta
adalah sebagai berikut :
1. HIS / usaha kontraksi uterus yang kurang kuat
2. Perlekatan plasenta pada dinding uterus, dimana semakin dalam plasenta
melekat pada dinding uterus maka sebakin besar usaha yang diperlukan untuk
mengeluarkannya.
3. Piampinan kala III yang salah
4. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta sukar lepas.
2.1.3 Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara
perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi. pada masa
retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek
kembali. peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang
berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut
otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum
terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa
menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah
hilang (TMA Chalik, 1998 : 166).
2.1.4 Tanda Dan Gejala
1. Separasi / Akreta Parsial
a. Konsistensi uterus kenyal
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedang – banyak
e. Tali pusat terjulur sebagian
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta lepas sebagian
h. Syok sering
2. Plasenta Inkarserata
a. Konsistensi uterus keras
b. TFU 2 jari bawah pusat
c. Bentuk uterus globular
d. Perdarahan sedang
e. Tali pusat terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta sudah lepas
h. Syok jarang
3. Plasenta Akreta
a. Konsistensi uterus cukup
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedikit / tidak ada
e. Tali pusat tidak terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta melekat seluruhnya
h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada
tali pusat.
(Prawirohardjo, S. 2002 : 178)
2.1.5 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi karena sebagai benda mati
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata
4. Terjadi polip palsenta
5. Terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma
6. Syok neurogenik
(Manuaba, IGB. 1998 : 300)
2.1.6 Diagnosa
Ibu post partum dengan retensio plasenta.
2.1.7 Penanganan
1. Bila tidak terjadi perdarahan : perbaiki keadaan umum penderita bila
perlu misal : infus atau transfusi, pemberian antibiotika, pemberian
antipiretika, pemberian ATS, bila kasus berasal dari luar Rumah Sakit
2. Bila terjadi perdarahan : lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta
dengan pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya
kuretase.
3. Cara untuk melahirkan plasenta :
a. Cara dari luar :
- dicoba mengeluarkan plasenta dengan cara normal :
1. Cara Calkins
Tangan kanan penolong meregangkan tali pusat sedang
tangan yang lain melakukan massage pada fundus uteri dan
mendorong ringan.
Dengan massage pada fundus uteri dan tarikan ringan,
maka plasenta dapat dilahirkan.
2. Cara Williams
3. Cara Dublin
b. Pengeluaran plasenta secara manual (dengan narkose)
Melahirkan plasenta dengan cara memasukkan tangan penolong ke
dalam cavum uteri, melepaskan dari insertio dan mengeluarkannya.
Semua tindakan intrauterin seperti palsenta manual harus
dilakukan narcose yang dalam.
c. Bila ostium uteri sudah demikian sempitnya, sehingga dengan
narkose yang dalampun tangan tak dapat masuk dapat dilakukan
hysterectomia untuk melahirkan plasentanya.
d. Bila plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta
increta/percreta, lakukan hysterectomia.
Tindakan pada retensio plasenta :
1. Pasang infus dan transfusi bila perlu
2. Kosongkan kandung seni
3. Periksa dari luar apakah tahap separasi telah terjadi, untuk
mengetahui ini dapat dipakai teknik : klien, kutaner/strasman.
4. Bila Plasenta telah lepas maka plasenta dapat dilahirkan secara :
- Calkins
- Brandt Andrew
5. Bila plasenta belum lepas maka plasenta dilahirkan secara manual.
(Subroto, 1987 : 348)
2.1.8 Planning
1. Sikap Umum Bidan
a. Memperhatikan keadaan umum penderita
- Apakah anemis
- Bagaimana jumlah perdarahannya
- Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi dan suhu
- Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri.
b. Mengetahui keadaan plasenta
- Apakah plasenta inkarserata
- melakukan tes plasenta lepas : metode kusnert, metode klein,
metode strassman, metode manuaba.
c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti
2. Sikap Khusus Bidan
a. Retensio plasenta dengan perdarahan
- Langsung melakukan plasenta manuaL
b. Retensio plasenta tanpa perdarahan
- Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera
memasang infus dan memberikan cairan.
- Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup untuk
mendapatkan penanganan yang lebih baik.
- Memberikan transfusi
- Proteksi dengan antibiotika
- Mempersiapkan plasenta manual dengan letargis dalam
keadaan pengaruh narkosa.
3. Upaya Preventif Rentensio Plasenta oleh Bidan
a. Meningkatkan penerimaan KB, sehingga memperkecil terjadi
retensio plasenta
b. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih
c. Pada waktu menolong persalinan kala III tidak diperkenankan
melakukan massage dengan tujuan mempercepat proses persalinan
plasenta karena massage yang tidak tepat waktu dapat
mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu pelepasan
plasnta.
(Manuaba, IGB. 1998 : 300)
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
DENGAN RETENSIO PLASENTA
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Data Subyektif
1. Biodata
Biodata ini meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku
bangsa, status perkawinan, penghasilan, alamat. Hal ini dikaji untuk
mempermudah menghubungi keluarga terdekat bila dibutuhkan,
mencegah kekeliruan antar sesama klien dan untuk mengetahui sosial
ekonomi klien.
2. Keluhan Utama
o Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh klien
sehingga menyebabkan timbulnya gangguan pada dirinya.
o Pada pasien dengan retensio plasenta ada 2 keluhan yaitu :
a. pasien dengan retensio plasenta tanpa perdarahan
b. pasien retensio plasenta dengan perdarahan
3. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mendapatkan data reproduksi klien meliputi : menarche,
HpHt, siklus haid, lama haid dan disminorhoe. Dari data tersebut
didapatkan status reproduksinya baik/ada kelainan.
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu.
Dikaji untuk mengetahui jumlah paritas, cara persalinan, penolong
persalinan, penyulit yang menyertai persalinan dan nifas yang lalu,
jumlah anak yang hidup, jumlah anak yang mati/keguguran, jenis
kelamin, BB, PB dan lama meneteki.
5. Riwayat Kehamilan.
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan ANC dan telah
mendapatkan berapa kali suntukan TT
6. Riwayat Persalinan Sekarang.
Dikaji untuk mengetahui cara persalinan, penolong persalinan, lama
persalinan, penyulit yang menyertai persalinan, serta lamanya
persalinan pada kala III plasenta belum lahir sampai dengan 30 menit
setelah bayi lahir dan teraba kontraksi uterus yang lembek dan pada
masalah plasenta yang belum keluar biasanya disertai :
- perdarahan yang lebih dari 500 cc
- ada juga yang tidak disertai perdarahan
7. Riwayat KB.
Dikaji untuk mengetahui kontrasepsi yang sudah dipakai dan rencana
kontrasepsi yang digunakan selanjutnya.
8. Riwayat Kesehatan.
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang pernah di derita atau sedang
diderita, baik itu dari penyakit keturunan maupun menular.
9. Riwayat Psikologi.
Dikaji untuk mengetahui status emosional ibu :
- kecemasan
- ketakutan
- kekhawatiran dengan masalah yang dihadapinya.
10. Latar Belakang Sosial Budaya
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat.
11. Pola Kehidupan sehari-hari.
1. Pola nutrisi
Dikaji untuk mengetahui jenis dan macam makanan yang di
konsumsi, jumlahnya dan frekuensinya.
2. Pola aktivitas
Dikaji untuk mengetahui jenis aktivitas yang dilakukan sehari-hari.
3. Pola istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu cukup istirahat. Normalnya
ibu waktu hamil istirahat 6-8 jam dalam sehari..
4. Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui apakah proses eliminasi biu sehari-hari
lancar, dan bagaimana frekuensi konsistensi dan warnanya.
2.2.1.2 Data Obyektif
1. Pemeriksaan tanda vital
- Pemeriksaan tanda vital dilakukan setiap kali dibutuhkan
berdasarkan keadaan klien.
- Pemeriksaan tanda vital berfungsi sebagai pemantau keadaan klien
yang mudah berubah bila terjadi gangguan pada fungsi organ.
- Pemeriksaan tanda vital pada pasien dengan Retensio Plasenta :
a. Pemeriksaan tanda vital pada px Retensio Plasenta yang
disertai perdarahan.
Nadi cepat 110 x/menit atau lebih
Pernapasan cepat 30 x/menit atau lebih
Muka tampak pucat, kulit basah
Tekanan darahnya turun sistole < 90 mmHg
Hb 8 gr % atau lebih
produksi urin < 30 cc/jam
b. Pemeriksaan tanda vital pada px Retensio Plasenta tidak ada
perdarahan
Nadi cepat 110 x/menit atau lebih
Pernapasan cepat 30 x/menit atau lebih
Muka px tidak pucat
Tekanan darahnya naik sistole > 90 mmHg
Hb 10 gr % atau lebih
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan sebagai data penunjang terhadap data
yang digunakan untuk mencari masalah pemeriksaan fisik yang
didapat akibat retensio plasenta.
a. Muka : keluar keringat dingin tampak pucat.
b. Mata : konjungtiva pucat
c. Mulut : bibir pucat, lidah pucat
d. Perut : - TFU tinggi pusat atau lebih
- kontraksi uterus lembek
e. Genetalia : - tampak tali pusat menjulur
- disertai perdarahan lebih dari 500 cc
- tidak disertai perdarahan
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang digunakan untuk memastikan diagnosa yang
telah ditegakkan dan digunakan untuk mencari penyebab timbulnya
masalah, didapatkan Hb kurang dari 11 gr /%.
2.2.2 Diagnosa
Perdarahan akibat retensio plasenta
Data Subyektif : ibu mengatakan telah melahirkan 30 menit yang lalu
dan plasenta belum lahir, keluar darah banyak
sesudah melahirkan.
Data Obyektif : Genetalia tampak tali pusat menjulur dan
perdarahan lebih dari 500 cc.
1. Masalah
a. Takut
Data Pendukung
- Data subyektif : klien mengatakan takut plasentanya belum
lahir dan keluar darah banyak.
- Data Obyektif : ibu tampak takut dan selalu bertanya tentang
keadaannya.
b. Nyeri perut
Data Pendukung
- Data subyektif : klien mengatakan perutnya mules.
- Data Obyektif : ibu tampak menahan sakit dan kontraksi
uterus baik.
2.2.3 Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang mungkin timbul pada kasus perdarahan post
partum akibat retensio plasenta :
1. Potensial Syok Hipovolemik
Data Pendukung
- Data subyektif : klien mengatakan keluar darah banyak setelah
bayi lahir, kepala pusing, mata berkurang-
kunang, badan keringatan.
- Data Obyektif : tensi sistole kurang dari 100 mmHg, nadi
lebih dari 100x/menit, muka keringatan,
kontraksi uterus lembek dan genetalia
keluar darah lebih dari 500 cc, akral teraba
dingin
2. Potensial Anemia
Data Pendukung
- Data subyektif : klien mengatakan pusing, mata berkunang-
kunang.
- Data Obyektif : muka pucat, conjungtiva pucat, bibir pucat,
keluar darah lebih dari 500 cc, Hb kurang
dari 11 gr %.
2.2.4 Tindakan Segera
2.2.4.1 Di BPS
- Diagnosis
- Stabilisasi
- Plasenta manual, untuk kasus adhesiva simpleks
- Uterotonika
- Antibiotika
- Rujuk untuk kasus berat
2.2.4.2 Di Rumah Sakit
- Diagnosis
- Stabilisasi
- Plasenta manual
- Histerektomi
- Tranfusi
- Uterotonika
- Antibiotika
- Kedaruratan
- Komplikasi
2.2.5 Planning
1. Berikan infus dari cairan isotonik / elektronik dengan kateter 18gr
Rasional : dengan diberikan cairan isotonik / elektronik dapat
meningkatkan volume sirkulasi secara cepat dan dapat
menyelamatkan kehidupan pasien.
2. Bantu dengan prosedur sesuai indikasi yaitu separasi manual dan
penglepasan plasenta.
Rasional : dengan melakukan separasi plasnta, uterus dapat
berkontraksi dengan baik dan perdarahan dapat
dihentikan.
3. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : oksitosin, metilergonovin malet
Rasional : dengan pemberian obat-obatan dapat membantu
meningkatkan kontraksi uterus, sehingga memudahkan