BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia. Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri. Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan
lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya
tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah
tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons,
handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi
akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin
normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal
pada yang anemia.
Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta,
kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan.
Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian,
kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya
tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia
dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri.
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.—Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan
dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan
sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah
melahirkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga
sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai
ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya
mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap
100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post
partum.
Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta
lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari
dinding uterus karena, Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva), Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga
terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta). Sehingga dilakukan tindakan manual plasenta.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan retensio plasenta.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada ibu bersalin dengan retensio
plasenta
2. Merumuskan diagnosa serta masalah yang terjadi pada ibu bersalin dengan retensio
plasenta
3. Mengidentifikasi diagnosa potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan dan rasionalnya
6. Melaksanakan rencana tindakan
7. Melakukan evaluasi atau follow up
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik klinik program D IV Bidan Klinik Kampus Sutomo Surabaya ini dilaksankan
pada tanggal 17-30 Desember 2011 di Puskesmas Banyu Urip Surabaya.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir baik dengan bantuan atau tanpa
bantuan. (manuaba. 1989 : 1).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari ibu. (bagian obgyn fk Unpad Bandung. 1983 : 221).
Persalianan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir. (sarwono. 2001).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
1. Persalinan spontan
Bila persalian berlangsung dangan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir
2. Persalian buatan.
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps
atau dilakukan opersai SC.
3. Persalianan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
rangsangan, misalnya dengan pemberian pitocin atau prostaglandin atau pemecahan
ketuban.
Istilah yang berkaitan dengan UK dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut :
1. Partus immaturus
Partus yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu dan lebih dari 20 minggu,
dengan berat janin 500 – 999 gram.
2. Partus prematurus
Partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm, berat janin 1000 – 2499
gram, usia kehamilan antara 28 – 37 minggu.
3. Partus maturus / aterm
Partus yang terjadi antara usia kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat janin 2500 gram
atau lebih.
4. Partus post maturus / serotinus
Partus yang terjadi pada kehamilan lebih dari 42 minggu
5. Abortus
Penghentian kehamilan sebelum janin viable, berat janin 500 gram atau UK dibawah 20
minggu.
Istilah – istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan adalah :
1. Gravida : wanita yang hamil.
2. Primigravida : wanita yang hamil untuk pertama kali.
3. Para : wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat viable.
4. Primipara : seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm sebanyak 1 kali.
5. Multipara : seorang wanita yang pernah bayi yang viable sebanyak beberapa kali.
6. Grandemultipara : wanita yang pernah melahirkan janin aterm sebanyak lebih dari 5
kali.
2.2. Etiologi atau penyebab terjadinya persalinan
Penyebab persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah teori-teori yang
kompleks, antara lain faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh
prostaglandin, pengaruh pada tekanan di syaraf dan nutrisi.
2.2.1. teori ketegangan otot rahim
1. otot rahim mempunyai kekuatan maksimal utnuk meregang.
2. setelah melwati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
3. pada kehamilan ganda dapat terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu dan inpartu
2.2.2. teori penurunan progesteron
1. Proses penuaan plasenta terjadi mulai UK 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan
ikat, pembuluh darah, mengalami penyempitan dan buntu.
2. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim sensitif terhadap
oksitosin
3. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tersebut.
2.2.3. teori oksitosin
1. oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis post posterior
2. perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitifitas otot rahim,
sehingga terjadi braxtin hicks
3. Menurunyya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat
meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai
2.2.4. teori prostagalandin
1. konsentrasi prostaglandin meningkat sejak UK 15 minggu, dikeluarkan oleh desidua
2. pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim, sehingga
hasil konsepsi dikeluarkan
3. prostaglandin dianggap pemicu terjadinya persalinan
2.2.5. teori hipotalamus – pituitri dan glandula suprarenalis
1. teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencephalus, sering terjadi kelambatan
persalinan karena tidak kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamic. Teori
ini dikemukakan liggin 1973.
2. malpar tahun 1993, mengankat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci lebih
lama.
3. pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan malnutrisi janin induksi misalnya
persalinan
4. dari percobaan tersebut disimpulkan bahwa ada hubungan antara hipotalamus pituitri
dengan mulainya persalinan
5. glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan. (manuaba .1998:159)
2.3. tanda – tanda persalinan
2.3.1. tanda – tanda permulaan persalinan
1. beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaan menjadi
lebih enteng (lightening). Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida, terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP yang disebabkan :
- kontraksi braxton hicks
- ketegangan dinding perut
- ketegangan ligamentum rotundum
- gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi ke PAP dirasakan ibu hamil :
- terasa ringan di bagian atas, rasa sesak berkurang
- di bagian bawah terasa sesak
- terjadi kesulitan saat berjalan
- sering miksi
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga
P, yaitu : power, passage, passenger. Pada multipara gambarannya tidak jelas karena
kepala janin baru masuk PAP menjelang persalinan.
1. Terjadinya his persalinan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks, kontraksi ini dapat
dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu, kontraksi
braxton hicksterjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua kehamilan,
pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering. Sebagai his palsu, sifat his permulaan atau
palsu adalah :
- Rasa nyeri ringan di bagian bawah
- Datangnya tidak teratur
- Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
- Durasinya pendek
- Tidak bertambah bila beraktivitas
2. Perut lebih melebar, karena fundus uteri turun
3. Terjadi pengeluaran lendir dimana lendir penutup serviks dilepaskan
2.3.2. tanda – tanda persalinan
1. timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat :
- punggung terasa sakit yang menjalar ke depan
- sifatnya teratur, interval makin pendek, kekuatan makin besar
- mempunyai pengaruh terhadap pendataran atau pembukaan serviks
- makin beraktifitas kekuatan makin bertambah
2. pengeluaran lendir dan darah
- pendarahan dan pembukaan
- pembukaan menyababkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas
- terjadi pendarahan karena kapiler pembuluh darah yang pecah
3. pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan penegluaran
cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks ( perlunakan serviks,
perdarahan serviks, dan pembukaan serviks )
2.4. faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
2.4.1. power
Adalah tenaga atau kekuatan ibu untuk mengejan, tenaga ini serupa dengan tenaga
kita waktu BAB, tetapi jauh lebih kuat lagi. Tanpa mengajan anak tidak dapat keluar
seperti pada pasien yang lumpuh otot – otot perutnya, maka persalianan harus dibantu
dengan forceps. Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong
anak keluar selain his terutama disebabkan oleh kontraksi dinding otot perut yang
menyebabkan tekanan intraabdominal yang meningkat. Ibu melakukan kontraksi
involunter secara bersamaan. Untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi involunter yang disebut kekuatan primer menandai mulainya persalinan.
Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong yang disebut
kekuatan sekunder yang membesarkan kekuatan kontraksi involunter.
Adapun power saat melahirkan disebabkan oleh :
- HIS
- Kontraksi otot dinding rahim
- Kontraksi disfragma pelvis atau kekuatan mengejan
- Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum
2.4.1.1. kontraksi uterus
Kontraksi persalinan merupakan kontraksi otot – otot rahim miometrium akibat
pengaruh hormon oksitosin. Kontraksi uterus disebabkan karena otot – otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat – sifat kontraksi simetris, fundus
dominan diikuti relaksasi. (manuaba.1998)
Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih
pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan tentang amnion kearah
SBR (segmen bawah rahim) dan serviks.
2.4.1.2. tenaga meneran
Adanya tenaga yang timbul saat persalinan akan dimulai. Hal ini disebabkan saat
kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu refleks yang mengakibatkan pasien
menutup glotisnya, mengkonsumsikan otot – otot perutnya dan menekan diafragma ke
bawah. Tenaga meneran ini hanya dapat berhasil kalau pembukaan sudah lengkap dan
paling efektif waktu kontraksi rahim.
Cara meneran yang baik adalah ketika kepala janin sudah masuk PAP, ketuban sudah
pecah (bila belum, harus dipecahkan lebih dahulu) his akan timbul lebih sering dan
merupakan tenaga pendorong janin, disamping itu harus dipimpin meneran pada waktu
ada his dan beristirahat diantara kedua his, ada 2 macam meneran yaitu :
- Ibu dalam posisi berbaring, merangkul kedua pahanya sampai baku siku, kepalanya
sedikit diangkat, sehingga dagu mendekati dadanya dan ibu dapat melihat perutnya.
- Sikap seperti diatas, tapi bidan dalam posisi miring kiri atau kanan tergantung pada
letak punggung. Hanya satu kaki dirangkul yakni kaki yang berada diatas. (sarwono,
2005 : 14)
Cara meneran yang tidak baik adalah bila kepala bayi belum masuk PAP, pembukaan
belum lengkap, ketuban belum pecah, tidak ada HIS tetapi ibu disuruh atau dipimpin
meneran.
2.4.2. passanger
Adalah penumpang yang meliputi janin, plasenta, selaput ketuban harus dilahirkan
melalui jalan lahir. Karena itu, plasenta dan selaput ketuban dianggap sebagai penumpang.
2.4.2.1. janin
1. berat
Bayi wanita 3,4 Kg dan bayi pria 3,5 Kg, berat bayi normal adalah > 2500
gram sampai < 4000 gram
2. panjang
Rata – rata panjang bayi 50 cm, panjang bayi normal > 45 cm sampai < 55 cm.
Bila ada panjang bayi yang kurang atau melebihi panjang bayi normal, maka
dicurigai ada penyimpangan kromosom
3. ukuran kepala janin
ukuran kepala janin penting untuk mengetahui apakah kepala janin bisa
melewati jalan lahir tanpa penyulit. Selain itu ukuran kepala janin penting untuk
mengetahui resiko terjadinya CPD yang dapat mempersulit proses persalinan,
adapun ukuran kepala janin sebagai berikut :
- ukuran kepala diameter janin
a. diameter oksipito frontalis : 12 cm
b. diameter mento oksipito : 13,5 cm
c. diameter sub oksipito : 9,5 cm
d. diameter biparietalis : 9,25 cm
e. diameter bitemporalis : 8 cm
- ukuran askum forensia (keliling)
a. sirkum forensia fronto oksipoitalis : 34 cm
b. sirkum forensia suboksipito bregmatika : 32 cm
c. sirkum forensia mento oksipitalis : 35 cm
- bidang
a. plan fronto oksipitalis : 34 cm
b. plan maxilo parietalis : 35 cm
c. plan tralteo parietalis : 34 cm
4. letak janin
Hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang
(punggung ibu). Letak janin normal adalah membujur dengan kepala di bawah
5. presentasi
Bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati PAP presentasi
bayi yang normal adalah suboksipito bregmatika
2.4.2.2. air ketuban dan selaput ketuban
Ruangan yang dilapisi selaput janin (selaput ketuban) berisiair ketuban (liquor
amnii).
1. Volume
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 cc – 1500 cc
bila < 1000 cc disebut oligihydramnion, namun bila volume > 1500 cc disebut
polihydramnion
2. Bentuk
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas, amis, berasa manis. Bila
air ketuban berwarna hijau atau keruh mengindikasikan adanya ketidaknormalan
3. Komposisi
Terdiri atas 98 % air, sisanya albumin seperti sel – sel epitel, rambut lanugo,
verniks caseosa, dan garam – garam organik. Kadar protein kira – kira 2,6 gram/l
terutama albumin
4. Diproduksi oleh
Kencing janin, transudasi dari epitel amnion, asal campuran (mixed oksigen)
sekresi dari epitel amnion
5. Cara mengenali air ketuban
a. Dengan kertas lakmus
b. Makroskopis (bau amis, adanya lanugo, rambut serviks)
c. Mikroskopis (rambut dan lanugo)
d. Laboratorium (kadar urea atau ureum rendah dibanding kadar urea dalam
urin)
6. Perbedaan air ketuban dengan air kencing
- Air ketuban bersifat alkalis, baunya air, berwarna putih kekeruhan
- Air kencing bersifat asam, baunya pesing dan jernih
7. Faal air ketuban
a. Memungkinkan anak bergerak bebas dan tumbuh dengan bebas ke segala
jurusan karena tekanan pada anak sama pada semua bagiannya. Hal ini
sangat penting karena seandainya anak tertekan oleh alat sekitarnya maka
pertumbuhan tentu terganggu
b. Untuk melindungi anak terhadap pukulan – pukulan dari luar dan ibu
terhadap gerakan – gerakan anak. Kalau air ketuban berkurang, pergerakan
anak dirasakan nyeri oleh ibu
c. Mempertahankan suhu yang tetap bagi anak
d. Waktu persalinan membuka serviks dengan mendorong selaput janin ke
dalam ostium uteri. Bagian selaput anak yang diatas ostium uteri yang
menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban ini yang membuka serviks
Air ketuban terus – menerus diganti, artinya dibuat tapi juga dialirkan,
hidarmnion misalnya dapat terjadi karena pembuatan berlebihan atau
pengaliran tidak sempurna.
2.4.2.3. plasenta (uri)
Plasenta adalah alat transportasi darah, nutrisi, O2, sisa buangan dari ibu
kepada janin. Plasenta berbentuk bundar, ukurannya 15 x 20 cm, tebal 2,5 cm
– 3 cm. Berat plasenta 500 gram. Plasenta terbentuk pada minggu ke – 16
dimana desidua parietalis dan desidua kapsularis menjadi satu. Implantasi
plasenta terjadi pada fundus depan atau belakang.
Fungsi plasenta :
a. Alat nutritif untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
b. Alat pembuangan sisa metabolisme
c. Alat pernafasan janin
d. Hormon pertumbuhan dan pemberian ASI\
e. Alat penyalur antibodi ke tubuh janin
f. Sebagai barier atau filter
Antara plasenta dan janin dihubungkan oleh tali pusat. Panjangnya 25 –
60 cm diameter 1 – 2,5 cm. Terdiri dari dua buah arteri umbillikalis dan 1
buah vena umbilikalis.
2.4.3. passage way (jalan lahir)
Jalan lahir meliputi bagian keras yaitu tulang panggul dan bagian lunak yaitu otot –
otot panggul
2.4.3.1. bentuk panggul
a. Ginekoid : panggul ideal, bulat 45 %
b. Android : panggul pria, segitiga 15 %
c. Antropoid : lonjong seperti telur 35 %
d. Platipoid : panggul picak, menyempit arah muka belakang 15 %
2.4.3.2. bagian – bagian panggul
1. bagian keras yang dibentuk 4 tulang
- 1 buah tulang kelangkang (os. sacrum)
- 2 buah tulang pangkal paha (os. coxae)
- 1 buah tulang tungging (os. cocygis)
2. Bagian lunak : diafragma pelvis dibentuk oleh :
a. Pars. Muskularis levator ani, terdiri :
- M. Pubococygis dari os pubis ke septum anococygeus
- M. Iliococygeus dari arkus tendinalis M. Levator ani ke os. Cocygis
dan septum anococygeum
- M. Ischiococygis dari spina ischiadika ke pinggir os. Sacrum dan os.
Cocygeus
b. Pars. Membranosa
Hiataus urogenitalis
- Terletak antara kedua M. Pubococygis
- Berbentuk segitiga
Diafragma urogenitalis
- Menutupi hiatus urogenitalis
- Dibagian depannya ditembus oleh uretra dan vagina
c. Regio perineum
Merupakan bagian permukaan PBP, terbagi menjadi :
- Bagian anal (sebelah belakang), terdapat M. Sfingter ani
eksternum yang mengelilingi anus dan liang senggama bagian
bawah
- Regio urogenitalis, terdapat M. Ischiokavernosus dan M.
Transversus perinei superfulalis
2.4.3.3. Fungsi panggul wanita
1. Bagian keras
a. Panggul besar (pelvis mayor), menyangga isi abdomen
b. Panggul kecil (pelvis minor), membentuk jalan lahir dan tempat alat
genitalia
2. Bagian lunak
a. Membentuk lapisan dalam jalan lahir
b. Menyangga alat genitalia agar tetap dalam posisi normal saat hamil
atau nifas
c. Saat persalinan berperan dalam proses pelahiran dan kala uri
2.4.3.4.Ukuran panggul
1. PAP
Merupakan bulatan oval dengan panjang ke samping dan dibatasi oleh :
- Promontorium
- Sayap os. Sacrum
- Linea terminalis kanan dan kiri
- Ramus superior os. Pubis kanan dan kiri
- Pinggir atas symphysis pubis
Pada PAP, ditentukan tiga ukuran penting : ukuran muka belakang
(konjugata vera), ukuran lintang (diameter transversal) dan ukuran serong
(diameter obliqua)
- Konjugata vera
Panjangnya kurang lebih 11 cm, tidak dapat diukur secara langsung,
tetapi ukurannya dihitung melalui pengukuran konjugata diagonalis.
Panjang konjugata diagonalis = antar promontorium dan tepi bawah
sympisis. Konjugata obstetrika = adalah ukuran antara promontorium
dengan tonjolan symphysis pubis.
- Ukuran melintang
Jarak antara kedua linea terminalis 12,5 cm
- Ukuran obliqua
Jarak antara artikulasio sacro illiaka menuju tuberkulum pubikum
yang bertentangan. Kedua ukuran ini tidak dapat diukur pada wanita
yang masih hidup.
2. Bidang luas panggul
Bidang terluas dalam panggul wanita melintang antara pertengahan
sympisis menuju pertemuan tulang belakang (os. sacrum) kedua dan
ketiga. Ukuran muka belakangnya 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5
cm. Dalam proses persalinan bidang ini tidak menimbulkan kesukaran.
3. Bidang sempit panggul
Bidang sempit panggul mempunyai ukuran terkecil jalan lahir
membentang setinggi tepi bawah simpisis menuju kedua spina ischiadika
dan memotong tulang kelangkang (os.sacrum) setinggi 1 – 2 cm daitas
ujungnya. Ukuran muka belakangnya 11,5 cm dan ukuran melintangnya 10
cm. Bidang ini merupakan titik putar diantara PAP menuju PBP. Pada
kesempitan PBP bidang ini mengalami panyempitan.
4. Pintu bawah panggul
PBP bukan merupakan 1 bidang tapi terdiri dari dua segitiga, dengan dasar
yang sama, segitiga depan = dasarnay tuberosis ischiadika dibatasi orkus
pubis, segitiga belakang = dasarnya tuberosis ischiadika dibatasi oleh
ligamentum sacro tuberosum kanan dan kiri
- Ukuran muka belakang
Tepi bawah simpisis menuju ujung tulang kelangkang 11,5 cm
- Ukuran melintang
Jarak antara kedua tuberosis ischiadika kana dan kiri 10,5 cm
- Diameter sagitalis posterior
Ujung tulang kelangkang ke pertengahan ukuran melintang 7,5 cm
2.4.4. Psikis
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu bersalin meliputi :
2.4.4.1. kecemasan mengakibatkan peningkatan hormon seks yang terdiri dari :
a. Benodorphin
b. Adeno cos eritrocopin
c. Cortisol
d. Epineprin
Hormon tersebut mempengaruhi otot – otot halus uterus yang dapat
mengakibatkan penurunan kontraksi uterus sehingga menimbulkan distosia.
2.4.4.2. kegelisahan atau ketakutan dan respon endokrin akan mengakibatkan
a. Retensia Na
b. Ekskresi K
Sehingga dapat mempengaruhi sekresi epinephrin dan dapat menghambat
aktivitas miometrium.
2.4.5. Penolong
Peran penolong selama persalinan memberiakn pengaruh pada ibu yang bersalin
untuk melayani proses persalinan yang sebaik – baiknya.
2.5. Tahapan persalinan
2.5.1. kala I (kala pembukaan)
Merupakan kala yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga psien masih
dapat berjalan – jalan. Kala 1 persalinan terdiri atas fase :
1. Fase laten
Fase ini pembukaannya sangat lambat dari 0 – 3 cm, mengambil waktu kurang
lebih 8 jam. Pada fase ini kontraksi mulai teratur tetapi lamanya antara 20 – 30 detik.
2. Fase aktif
Pada fase aktif pembukaan lebih cepat, frekuensi dan lama kontraksi uterus
mulai meningkat lagi secar bertahap. Kontraksi dianggap kuat atau memadai jika
terjadi 3 x atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih, fase
ini dibagi menjadi :
a. Fase akselerasi atau percepatan dari pembukaan 3 – 4 cm dicapai 2 jam
b. Fase kemajuan maksimal dari pembukaan 4 – 9 cm, selama 2 jam
c. Fase deselerasi dari pembukaan 9 – 10 cm selama 2 jam.
Jadi lamanya kala I untuk primi 12 jam dan multi 8 jam, unutk mngetahui
apakah persalinan dalam kala I berjalan sebagaimana mestinya atau tidak, sebagai
pegangan kita ambil kemajuan pembukaan 1 cm/jam (multi) dan 2 cm/jam (primi),
meskipun ketentuan ini belum mutlak benar.
2.5.2. Kala II atau pengusiran
Gejala – gejala kala II adalah :
1. His menjadi lebih kuat, kontrkasinya selama 50 – 100 detik datang tiap 2 – 3
menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya
cairan yang kekuningan secara sekonyong – konyong dan banyak. Ada kalanya
ketuban pecah dalam kala I dan selaput janin dapat robek sebelum persalinan
mulai.
2. Pasien mulai mengejan
3. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai dasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga, rektum terbuka, di puncak his bagian kecil
dari kepala nampak dalam vulva tetapi hilang lagi waktu his berhenti, kejadian ini
disebut kepala membuka pintu. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus
sampai lingkaran terbesar dari kepala terpegang oleh vulva, sehingga tidak
mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun – ubun telah lahir dan subokdiput
ada dibawah simpisis, saat ini disebut juga keluar pintu, karena pada his
berikutnya ekstensi, keluar ubun – ubun besar, dahi, mulut pada komisura
posterior.
Pada sat ini, pada primigravida biasanya tak dapat menahan regangan yang
kuat, sehingga robek pada pinggir depannya. Setelah kepala lahir ia jatuh ke bawah
dan kemudian terjadi putaran paksi luar sehingga kepala melintang, sekarang vulva
menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak
keluar lendir dan cairan pada his berikutnya, lahir bahu belakang dulu kemudian bahu
depan, disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral. Sesuai dengan paksi
jalan lahir, sesudah anak lahir sering keluar susu air ketuban yang tidak keluar waktu
air ketuban pecah, kadang – kadang bercampur darah. Lamanya kala II (primi)
kurang lebih 50 menit dan (multi) kurang lebih 20 menit.
2.5.3. Kala III atau pelepasan uri
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti kurang lebih 5 – 10 menit, tetapi
setelah beberapa menit timbul lagi. His ini dinamakan his pelepasan uri yang terletak
pada SBR atau bagian atas vagina. Tanda – tanda pelepasan uri :
1. Uterus menjadi bundar
2. Perdarahan yang sekonyong – konyong, agak banyak (fisiologis jika > 500 cc)
3. Memanjangnya tali pusat yang lahir
4. Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim, ia juga lebih mudah digerakkan
2.5.4. Kala IV atau observasi
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 ajm pertama. Observasi yang dilakukan :
- Tingkat kesadaran pasien
- Pemeriksaan TTV
- Kontraksi uterus
- Terjadinya perdarahan
2.6. Mekanisme persalinan
Yang paling sering kita jumpai ialah presentasi belakang kepala dan kebanyakan
presentasi ini masuk ke dalam PAP dengan sutura sagitalis melintang. Anak dan
terutama bagian depan anak akan melakukan gerakan – gerakan tertentu.
Gerakan utama itu :
1. Turunnya kepala
2. Fleksi
3. Putar paksi dalam
4. Ekstensi
5. Putar paksi luar
6. Ekspulsi
2.6.1. turunnya kepala
Turunnya kepala dibagi :
1. Masuknya kepala dalam PAP
Masuknya kepala dalam PAP pada primigravida sudah terjadi bulan terajhir
kehamilan. Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan, kalau sutura sagitalis mendekati simfisis dan os.parietal
belakang lebih rendah dari os.parietal depan.
2. Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk kedalam
rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya
majunya kepala sam masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan
dengan gerakan yang lain ialah fleksi, putar paksi dalam, dan ekstensi. Yang
menyebabkan masuknya kepala ialah :
- Tekanan cairan intrauterin
- Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
- Kekuatan mengejan
- Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim
2.6.2. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga ubun – ubun
kecil jauh lebih rendah dari ubun – ubun besar. Keuntungan dari tertambahnya
fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang kebih kecil melalui jalan lahir, diameter
suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan suboksipito frontalis, fleksi ini
disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir PAP, serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
2.6.3. Putar paksi dalam
Putar paksi dalam ialah pemutaran dari bagian depan, sedemikian rupa
sehingga bagian bawah / terendah dari bagian depan memutar ke depan ke
bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah
daerah ubun – ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan
bawah simpisis. Putar paksi dalam mutlak untuk kelahiran kepala karena putar
paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya untuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Putar paksi dalam tidak terjadi sendiri, tetapi selalu bersamaan dengan
majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke H III, kadang –
kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul, sebab putar paksi dalam :
1. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagianterendah dari
kepala
2. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang palinag sedikit
terdapat sebelah depan atas, dimana terdapat hiatus genitalis antara M.
Levator ani kiri dan kanan
2.6.4. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada PBP mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya, kalau tidak terjadi ekstensi, kepala
akan tertekan perineum dan menembusnya. Pada kepala bekerja dua kekuatan,
yang satu masuknya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul
yang menolaknya keatas, resultannya ialah kekuatan kearah depan atas setelah
suboksiput tertekan pada pinggir bawah simpisis maka yang dapat maju karena
kekuatan tersebut diatas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka
lahirlah pada pinggir atas perineum ubun – ubun besar, dahi, hidung, mulut,
dagu dengan gerakan ekstensi.
2.6.5. Putar paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali kearah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi pada putar
paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran resusitasi. Selanjutnya putaran ini
dilanjutkan hingga kepala belakang berhadapan denga tuber ischiadikum
sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya
dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari PBP.
2.6.6. Ekspulsi
Setelah putar paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisi dan
menjadi hipomoglion untuk kelahiran bahu belakang, kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan
lahir.
2.7. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama untuk penggunaan partograf
adalah :
- Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
- Mendeteksi adanya proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus
lama.
- Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medika mentosa yang diberikan.
Pemeriksaan laboratorium membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medis ibu bersalin dan BBL
Partograf harus dilakukan :
- Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan dan merupakan elemen
penting dalam asuhan persalinan
- Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat
- Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat, dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam kesejahteraan jiwa mereka.
Petugas harus mencatat kondisi janin sebagai berikut :
1. DJJ dicatat tiap ½ jam
2. Air ketuban = catat warna air ketuban tiap pemeriksaan vagina
U : selaput utuh
J : selaput pecah, air ketuban jernih
M : air ketuban bercampur mekonium
D : air ketuban bercampur darah
K : kering
3. Perubahan bentuk kepala janin (molding / moulage)
0 : sutura pisah
1 : pertemuan 2 tulang tengkorak yang tepat atau bersesuain
2 : sutura tumpang tindih, tapi dapat dipisahkan
3 : sutura tumpang tindih, tak dapat dipisahkan
4. Pembukaan mulut rahim atau serviks. Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang
( X )
5. Penurunan kepala janin sesuai palpasi WHO
6. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima
7. Jam, catat ajm sesungguhnya
8. Kontraksi dicatat setiap ½ jam, dihitung dalam 10 menit dan lamanya kontraksi
dalam hitungan
- < 20 detik
- Antara 20 dan 40 detik
- > 40 detik
9. Oksigen
10. Obat yang diberikan
11. Nadi catat setiap 30 menit ditandai titik ( . )
12. Tekanan darah dicatat setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah
13. Suhu badan dicatat tiap 2 jam
2.2 Konsep Retensio Plasenta
1. Pengertian
q Retensio Plasenta
adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi
karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi polip
plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma (Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, hal. 300).
q Retensio Plasenta
adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta liingga atau melebihi waktu
30 menit setelah bayi lahir (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002:178).
q Retensio Plasenta
adalah plasenta belum labir 1/2 jam sesudah anak lahir (Obstetri Patologi, hal. 234).
2. Jenis-Jenis Retensio Plasenta
1. Plasenta Adhesiva
adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta Akreta
adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga memasuki sebagian lapisan
miornetrium.
3. Plasenta Inkreta
adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miornetnum.
4. Plasenta Perlireta
adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5. Plasenta Inkarserata
adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh kontriksi osteuni
uteri.
a. Tanda-tanda lepasnya plasenta menurut Yanti (2010:193) mencakup beberapa atau
semua hal dibawah ini :
i. Perubahan bentuk tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat.
ii. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld) .
iii. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar dibantu oleh gaya grafitasi.
Menurut Manuaba (1998:183), selama proses persalinan terjadi kontraksi otot
rahim yang disertai retraksi artinya panjangnya otot rahim tidak kembali pada panjang
semula, sehingga plasenta terlepas dari implantasinya yaitu:
1. Secara Schultze
Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta lahir diikuti oleh
pengeluaran darah.
2. Secara Duncan
Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan dan diikuti oleh
pelepasan plasentanya.
Untuk membuktikan plasenta telah lepas dapat dilakukan pemeriksaan menurut Manuaba
(1998: 183):
1. Perasat Kustener
a. tali pusat dikencangkan
b. tangan ditekankan di atas simfisis, bila tali pusat masuk kembali berarti
plasenta belum lepas
2. Perasat Klien
Pasien disuruh mengejan, sehingga tali pusat ikut serta turun/memanjang. Bila
mengejan dihentikan dapat terjadi:
- tali pusat tertarik kembali, berarti plasenta belum lepas
- tali pusat tetap di tempat, berarti plasenta sudah lepas
3. Perasat Strasman
Tali pusat dikencangkan dan rahim diketok-ketok, bila getarannya sampai
pada tali pusat berarti plasenta belum lepas.
4. Perasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan kanan
memegang dan mengencangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik berlawanan, dapat
terjadi:
- tarikan tersa berat dan tali pusat tidak memanjang, berarti plasenta belum lepas
- tarikan tersa ringan (mudah) dan tali pusat memanjang, berarti tali pusat telah
lepas.
Plasenta dikeluarkan dengan tindakan manual bila terjadi:
1. perdarahan > 400 cc sampai 500 cc
2. terjadi retensio plasenta
3. bersamaan dengan tindakan yang disertai narkosa