Transcript
i
KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR
FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG
DAN UPAYA SOLUSINYA
(TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial (S.Sos.I)
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
Disusun oleh:
MUHAMMAD ARIF PURNOMO NIM : 1103086
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2009
ii
SKRIPSI
KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR
FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG
DAN UPAYA SOLUSINYA
(TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)
Disusun Oleh :
MUHAMMAD ARIF PURNOMO NIM : 1103086
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 23 Desember 2009
Dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji Ketua Sidang, Anggota Penguji Dekan Penguji I Drs. H. M Zain Yusuf, M.M Drs.Ali Murtadho, M.Pd NIP. 19530909 198203 1003 NIP. 1969018 199503 1001 Sekretaris Sidang Penguji II Komarudin, M.Ag Safrudin, M.Ag NIP. 19680413 200003 1001 NIP. 19751203 200312 1002 Pembimbing I Pembimbing II Prof. Hj. Ismawati, M.Ag Komarudin, M.Ag NIP. 19480705 196705 2001 NIP. 19680413 200003 1001
iii
MOTTO
Ingatlah, hanya mengingat Allah-lah hati menjadi tentram
Q.S. Ar Radu: 28
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan kepada:
Almamater tercinta Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Ibunda terkasih ( Siti Muhimah ), Ayahanda tersayang ( Akhyadi ), yang telah
memberikan kasih sayang yang tak ternilai harganya Adik-adikku ( Rina & alfan ) yang kadang nyebelin. Teman teman pondok yang selalu kompak, yang senantiasa memberikan semangat,
suka humor, serta support dalam penyelesaian Skripsi.
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya
sendiri, serta di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi atau di lembaga
pendidikan lainya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun
yang belum / tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar
pustaka.
Semarang, 30 November 2007 Muhammad Arif Purnomo NIM: 1100086
vi
ABSTRAKSI
Semester akhir adalah situasi yang mencemaskan, diaman mahasiswa harus segera menyelesaikan penyusunan skripsi sebelum batas akhir kuliah. Namun penyusunan skripsi tidak semudah yang dibayangkan, banyak kendala atau kesulitan-kesulitan yang dilami dalam penyusunan skripsi baik bersifat internal maupun eksternal, sehingga mahasiswa semester akhir mengalami kecemasan.
Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: 1. Faktor-faktor penyebab kecemasan pada mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2. Mencari upaya solusi menggatasi kecemasan mahasiswa semester akhir. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif analisis. Data diperoleh dari pengamatan, wawancara, angket, dan dokumentasi.
Penyebab kecemasan pada mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang di sebabkan berbagai hal. Faktor penyebab tersebut dapat di golongkan menjadi dua faktor, antara lain faktor internals dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu Kesulitan dalam menyusun skripsi, mengkonsep skripsi menyusun judul, teknik penulisan, isi dan metode penelitian, Kemampun dalam penyusunan skripsi, Kesulitan menghafal juz ama, Mahasiswa yang terlena berorganisasi,dan biaya pembuatan skripsi.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berhubungan dengan birokrasi kampus yang rumit, seperti hafalan juz Amma, dosen pembimbing yang sulit ditemui, proses bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang lama dan hanya memberikan sedikit waktu untuk bimbingan, dalam memberikan bimbingan kurang jelas, tidak terjadinya koordinasi yang baik antara pembimbing I dengan II, dan ketika melakukan bimbingan seringnya dosen pembimbing lebih berperan sebagai penguji awal dari pada sebagai patner diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan solusi yang pasti, dosen penguji yang terkenal sulit, dosen pengampu juz Amma yang sulit ditemui dan harus benar-benar fasih, belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan pekerjaan, serta kenyataan alumni IAIN yang masih nganggur, kuliyah sambil bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat menyelesaikan skrips dan deadline masa penulisan skripsi. Solusi penanganan kecemasan mahasiswa semester akhir dengan Bimbingan Dan Konseling Islam.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahir Rahmannir Rahim
Segala puji syukur hanya milik Allah, yang maha pengasih lagi maha
penyayang serta maha pemurah, karena hanya dengan rahmat dan pertolonganya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KECEMASAN
MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN
WALISONGO SEMARANG DAN UPAYA SOLUSINYA (TINJAUAN
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM).
Sholawat serta salam tak lupa mudah mudahan tercurahkan kepada
Nabi Muhammad sang revolusioner, yang telah berjasa membawa kita hingga
sampai pada jaman pencerahan, masa yang penuh dengan kemenangan,
pendidikan. Sehingga kita mampu hidup dalam abad modern serta berbudaya ini. Penulis menyadari, tersusunya skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, dan melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil.M.A selaku Rektor IAIN Walisongo
2. Bapak Drs.H. M. Zain Yusuf,M.M, selaku Dekan Fakultas Dakwah
3. Ibu. Hj. Mahmudah, M.Pd selaku dosen wali yang senantiasa
mengarahkan dan membimbing dalam proses perkuliahan.
4. Ibu Prof. Hj.Ismawati, M.Ag, selaku pembimbing I dan Bapak
Komarudin, M.Ag, selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan
pandangan serta arahannya
5. Segenap Staf akademik yang senantiasa membantu pnyusunan skripsi
Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan
yang lebih dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga skripsi ini dapat
membawa manfaat sekaligus menambah wawasan pengetahuan kita.
Semarang, November 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL..................................... i
PENGESAHAN......................................ii
MOTTO..................................iii
PERSEMBAHAN........................ iv
PERNYATAAN............................. v
ABSTRAKSI......................... vi
KATA PENGANTAR.............................. vii
DAFTAR ISI.........................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian.................................................................5
1.3.2. Manfaat penelitian
1.3.2.1. Secara Teoritis........................................................6
1.3.2.2. Secara Praktis.........................................................6
1.4. Tinjauan Pustaka................................................................................6
1.5. Metode penelitian
1.5.1. Jenis Penelitian....................................................................8
1.5.2. Batasan Oprasional..............................................................8
1.5.3. Sumber dan Jenis Data......................................................10
1.5.3.1. Sumber Data........................................................10
1.5.3.2. Jenis Data.............................................................11
1.5.3.3. Pourposive Sample...............................................11
ix
1.5.4. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengamatan.................................................................12
b. Wawancara..................................................................12
c. Angket.........................................................................12
d. Dokumentasi................................................................13
1.5.5. Teknik analisis Data...........................................................13
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi...........................................................14
BAB II KECEMASAN, BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
2.1. Kecemasan Dan Bimbingan Dan Konseling Islam.
2.1.1. Pengertian Kecemasan............................................................17
2.1.2. Gejala-gejala Kecemasan........................................................22
2.1.3. Tingkat-Tingkat Kecemasan...................................................24
2.1.4. Faktor Penyebab Kecemasan..................................................27
2.1.5. Terapi Penggulangan Kecemasan...........................................29
2.2. Bimbingan Dan Konseling Islam.
2.2.1. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam........................32
2.2.2. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam..............................34
2.2.3. Fungsi Bimbingan Dan Konseling Islam...............................34
2.2.4. Urgensi Bimbingan dan konseling Islam...............................36
BAB III FENOMENA KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR
FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG DAN
UPAYA SOLUSINYA
3.1. Fenomena Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang..............................................................39
3.2. Faktor-Faktor Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang................................................42
3.3. Beberapa Solusi Yang Telah Dilakukan..........................................44
x
BAB IV ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN
MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN
WALISONGO DAN UPAYA SOLUSINYA (TINJAUAN
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)
4.1. Faktor Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang........................................................................46
4.2. Analisis Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.................................48
4.3. Solusi Faktor Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang................................................53
4.3. Tinjauan Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap Faktor
Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang Dan Upaya Solusinya....................................56
BAB V PENUTUP
5.1. KESIMPULAN.............................................................................59
5.2. SARAN-SARAN..........................................................................60
5.3. PENUTUP.....................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
xi
BIODATA PENULIS Nama : Muhammad Arif purnomo
Nim : 1103086
Fakultas / Jurusan : Dakwah / Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Tempat Tgl. Lahir : Magelang, 08 Desember 1984
Alamat : Ds. Weron, Rt:08. Rw: I, Desa Sawangargo, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang
Jenjang Pendidikan :
1. SDN Sawangargo (lulus tahun1997)
2. SLTP N 2 Salaman (lulus tahun 2000)
3. MAN Purworejo (lulus tahun 2003)
4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang (lulus tahun 2009)
Demikian biodata penulis, dan dibuat dengan sebenar benarnya.
Semarang, 26 Desember 2009
Muhammad Arif Purnomo 1103086
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semester akhir bagi mahasiswa merupakan situasi penentu kelulusan.
Di samping pembuatan skripsi, mahasiswa semester akhir harus mulai
merancang karir dan masa depannya. Setelah lulus nanti akan ke mana,
melanjutkan kuliah S-2 atau bekerja. Skripsi adalah syarat mengikuti ujian
akhir dan merupakan penentu bagi lulus tidaknya mahasiswa. Demi kelulusan
tersebut, mahasiswa bekerja keras untuk menyelesaikan skripsinya. Namun
pada kenyataannya penyusunan skripsi tidak semudah yang dibayangkan.
Banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam penyusunan skripsi.
Penyebabnya adalah tidak semua mahasiswa mempunyai kemampuan dalam
menyusun skripsi dan kemampuan akademis yang memadai.
Penyusunan skripsi dirasakan oleh sebagian mahasiswa sulit dan
mengancam. Kesulitan tersebut karena ketidakmampuan mahasiswa untuk
menyusun skripsi dan bahkan ketika berhubungan kepada pihak fakultas,
pembimbing, atau birokrasi dalam penyelenggaran skripsi yang begitu rumit,
sehingga mahasiswa merasa terancam kalau sampai batas waktu yang telah
ditentukan belum selesai ia akan dikeluarkan dari Perguruan Tinggi yang
bersangkuatan.
Di samping itu mahsiswa juga harus mulai memikirkan dan
menentukan arah kehidupanya, baik secara materi maupun sosial. Ke mana ia
harus melangkah dan mencari pekerjaan. Sedangkan untuk mencari pekerjaan
2
sulit. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja
(Depnaker) terdapat 70.000 lulusan perguruan tinggi menganggur tiap tahun
(Bukhori, 2008: 1).
Kesulitan menyusun skripsi, cemas atau khawatir terhadap masa
depan adalah wajar dan banyak dijumpai dikalangan mahasiswa. Kesulitan
menyusun skripsi dan kecemasan mahasiswa tehadap masa depan bisa
bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal yaitu kesulitan yang
bersumber dari individu itu sendiri, misalkan: kesulitan dalam penyusunan
skripsi, seperti: kesulitan dalam menyusun perumusan masalah, menyusun
judul, mengkonsep isi skripsi, teknik penulisan, isi dan metode penelitian
yang digunakan, dan mencari sumber data, serta kesulitan dalam
menuangkan tulisan kedalam naskah skripsi, biaya pembuatan skripsi dan
kesibukan berorganisasi. Sedangkan faktor eksternal (Lingkungan) adalah
kesulitan yang dipengaruhi dari luar individu, antara lain: birokrasi kampus,
dosen pembimbing, dosen penguji, dosen pengampu juz amma, belum
jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di tuju, kuliyah sambil
bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat menyelesaikan skripsi, dan
deadline masa penulisan skripsi yang semakin mepet.
Kesulitan dalam menyusun skripsi dan cemas terhadap lapangan
pekerjaan merupakan gejala psikologis yang dihadapi seseorang tatkala
seseorang tidak mampu mengatasi permasalahannya. Setiap orang pasti
pernah merasakan kesulitan yang membedakan adalah tingkat dan derajat
kesulitan. Kesulitan pada masing-masing orang tidak sama (Nur, 2008: 1).
3
Pada kadar yang tinggi kesulitan dapat membuat individu mengalami
ketertekanan atau konflik batin yang pada akhirnya dapat meningkatkan stres
pada individu. Gejala stres bisa datang kapan saja dan di mana saja pada
setiap individu. Dari stres yang ringan sampai dengan stres yang paling berat
apabila dirasakan secara terus-menerus maka akan dapat mempengaruhi
fungsi dari berbagai system organ tubuh manusia. Manifestasi dari perasaan
stres yang berkepanjangan dapat berubah menjadi kecemasan atau anxietas
(Nur, 2008: 1).
Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki
nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan
bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat
mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008). Mahasiswa cemas biasanya
mengalami kegelisahan, mudah lelah, sulit konsentrasi, mudah tersingung,
ketegangan otot dan ganguan tidur (http://www.google.co.id/kecemasan),
mahasiswa mengalami kecemasan bisa berpengaruh buruk terhadap kuliah,
ujian dan terlebih pada tahap megerjakan skripsi.
Kecemasan (anxietas) diartikan penjelmaan dari berbagai proses emosi
yang bercampur baur, terjadi manakala seseorang sedang mengalami
tekanan-tekanan atau ketegangan (stres), seperti perasaan (frustasi) dan
pertentangan batin (konflik) (Prasetyono, 2007: 11). Dengan kata lain,
kecemasan merupakan kepedihan emosional yang terjadi karena ada perasaan
takut, atau terancam oleh mara bahaya (Fayed, 2009: 13). Sedangkan
4
Kecemasan atau anxietas menurut Hawari (2001: 19). adalah gangguan alam
perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih
tetap dalam batas-batas normal.
Dalam Islam kecemasan (Khauf) menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani
ialah bilamana hati seorang yang beriman tiada merasa aman dan tenang
( http://id.shvoong.com). Sedangkan menurut Ibnu Al Qayim (dalam Syukail,
2004: 15) kecemasan adalah perasaan yang tidak disukai ada dalam hati dan
perasaan tersebut berkaitan dengan sesuatu yang terjadi pada masa yang akan
datang. Sumber cemas ada di hati. Rasulullah SAW. bersabda:
,
Artinya: ketauhilah dalam jasad manusia ada mudhoh (segumpal darah), apabila kondisinya baik, baik pula semua jasad, apabila kondisinya memburuk, akan buruk pula semua jasad, mudhoh itu adalah hati (Hadis Riwayat Al Bukhori) (AlQorni, 2003: vi)
Mahasiswa yang mengalami cemas dikarenkan di hatiya tiada merasa
aman, tenang, malu, takut, terancam, konfik batin, tegang, tidak berdaya dan
segan bertemu dengan orang lain (Shaleh, 2005: 175). Di sinilah perlunya
dakwah bagi penderita kecemasan agar mampu meminimalisir dan mengatasi
kecemasan yang dialami. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman
keagamaan untuk mengubah pandangan hidup, sikap batin, dan prilaku umat
5
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariah
untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat (Munir, et.al, 2006:21).
Dakwah terhadap penderita kecemasan yaitu dengan memberikan
pemahaman keagamaan berupa tuntunan hidup yang sesuai dengan syariah
Islam, sehingga terbebas dari rasa cemas. Kegiatan dakwah ini sebagai solusi
untuk mengatasi kecemasan dengan pendekatan Bimbingan dan Konseling
Islam.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis bermaksud melakukan
penelitian dan mengangkat menjadi judul skripsi : KECEMASAN
MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN
WALISONGO SEMARANG DAN UPAYA SOLUSINYA (TINJAIAN
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM) .
1.2. Perumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang tersebut diatas muncul pertanyaan
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan kecemasan mahasiswa
semester akhir?
2. Bagaimanakah solusi mengatasi kecemasan bagi mahasiswa semester
akhir ditinjau dari Bimbingan dan Koseling Islam?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan penelitian :
6
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang hendak
dicapai adalah untuk mensdiskripsikan faktor-faktor penyebab
kecemasan mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN
Walisogo Semarang dan upaya solusinya ditinjau dari Bimbingan dan
Konseling Islam.
1.3.2. Manfaat penelitian :
1.3.2.1. Secara teoritis :
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
keilmuan bimbingan dan konseling Islam di Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang tentang faktor-faktor
penyebab kecemasan mahasiswa, tingkatan kecemasan,
gejala-gejala kecemasan, dan upaya solusinya.
b. Memperluas cakrawala pengetahuan tentang faktor-faktor
penyebab kecemasan mahasiswa, tingkatan kecemasan,
gejala-gejala kecemasan, dan upaya solusinya bagi peneliti
khususnya dan mahasiswa Fakultas Dakwah pada
umumnya.
1.3.2.2. Secara praktis :
a. Secara praktis penelitian ini dapat menambah wawasan
tentang faktor-faktor penyebab, gejala dan tingkatan
kecemasan mahasiswa semester akhir beserta solusinya.
7
b. Apabila mahasiswa mengalami kecemasan, mahasiswa
dapat mengenali gejalanya dan mengatasi kecemasan
tersebut.
1.4. Tinjauan Pustaka
Di bawah ini akan penulis uraikan penelitian-penelitian yang
berkaitan dengan penelitian yang akan penulis teliti. Penelitian yang
dilakukan oleh Imam Sholikin (1102028) dengan judul Hubungan Kontrol
Diri Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa
Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2006-2007.
Dalam penelitian tersebut membahas signifikasi kontrol diri dengan
kecemasan dalam menghadapi dunia kerja pada mahasiswa akhir Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Semakin tinggi kontrol diri mahasiswa
semakin rendah tingkat kecemasanya dalam menghadapi dunia kerja. Begitu
sebaliknya semakin rendah kontrol diri mahasiswa semakin tinggi tingkat
kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja. Dan terdapat peran
penting fungsi bimbingan dan koseling Islam dalam menumbuhkan kontrol
diri yang efektif bagi masasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang.
Penelitian Baidi Bukhori dengan judul: Kecemasan Mahasiswa
Semester Akhir IAIN Walisongo Dalam Menghadapi Sempitnya Pekerjaan
Ditinjau Dari Kematangan Beragama, Latar Belakang Fakultas, dan Jenis
Kelamin. Penelitian ini memuat adanya hubungan negatif yang signifikan
antara kematangan beragama dan kecemasan mahasiswa semester akhir
8
dalam menghadapi sempitnya lapangan pekerjaan antara mahasiswa Fakultas
Tarbiyah, Syariah, Dakwah dan Usuludin. Dan ada perbedaan yang
signifikan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.
Sekripsi yang berjudul: Hububngan Antara Membaca Al-Quran
Dengan Kecemasan (Sebuah Tinjauan Psikologi). Yang diteliti olah Siti
Nur Khasanah (4102058). Penelitian ini mengkaji apakah dengan membaca
Al-Quran dapat menurunkan kecemasan seseorang. Penelititian tersebut
menyimpulkan bahwa Al-Quran ditinjau secara psikologi dapat menurunkan
kecemasan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini membahas faktor-faktor
penyebab kecemasan, tingkatan kecemasan, gejala-gejala kecemasan yang
dialami mahasiswa dan upaya solusinya. Dan menurut penulis penelitian itu
belum pernah dilakukan.
1.5. Metode Penelitian
1.5.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kulitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih
positifistik yang bertitik tolak dari fakta sosial yang ditarik dari
realitas objektif disamping asumsi tertulis lainya (Moleong, 2004: iii).
Pelelitian ini menggunkan pendekatan Bimbingan dan Konseling
Islam sehingga permasalahan sosial individu dapat diketahui secara
rinci, baik penyebab dan kemungkinan solusinya. Dengan sepesifikasi
9
penelitian diskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan datadata,
menganalisis dan mengimpretasikanya (Narbuko, 2005: 44).
1.5.2. Definisi Operasional
Batasan oprasional akan penulis awali dengan pengertian
kecemasan. Dalam bukunya Prasetyono (2007: 11) kecemasan
diartikan penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur
baur, terjadi manakala seseorang sedang mengalami tekanan-tekanan
atau ketegangan (stres), seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan
batin (konflik).
Kecemasan merupakan kepedihan emosional yang terjadi
karena ada perasaan takut, atau terancam oleh mara bahaya (Fayed,
2009: 13). Dalam Shahab (2002: 26) menurut Imam Al-Ghazali, was-
was (kecemasan) adalah pikiran yang datang tiba-tiba atau lintasan
pikiran yang menyeru kepada keburukan, sangat tercela dan berakibat
kemalangan kepada si empunya. Menurut Ibnu Al Qayim (dalam
Syukail, 2004: 15) kecemasan adalah perasaan yang tidak disukai ada
dalam hati dan perasaan tersebut berkaitan dengan sesuatu yang
terjadi pada masa yang akan datang.
Menurut hemat penulis kecemasan adalah penjelmaan dari
berbagai proses emosi berupa pikiran-pikiran atau perasaan tentang
situasi yang tidak menyenangkan, belum jelas (belum pasti), bahkan
10
mengancam dan bercampur baur, terjadi manakala seseorang sedang
mengalami tekanan-tekanan atau ketegangan (stres), seperti perasaan
(frustasi) dan pertentangan batin (konflik).
Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan mahasiswa
semester akhir terdiri dari faktor internal (individu) dan faktor
eksternal (lingkungan). Faktor internal (individu) yaitu faktor yang
berasal dari kontribusi biologis seperti keturunan, sebab-sebab kondisi
dan penyakit fisik, sedangkan kontribusi psikologis berupa emosi
yang ditekan, konflik internal, marah, dan frustasi. Dan faktor
eksternal (lingkungan) yaitu faktor yang berasal dari kontribusi sosial
berupa peristiwa atau situasi hidup dan pengalaman anda dengan
keluarga, sahabat, rekan kerja dan masyarakat luas, ekonomi, problem
dari orang tua dan lingkungan tempat tinggal. Dalam penelitian ini,
mahasiswa semester akhir adalah mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo angkatan 2002 sampai angkatan 2004 (semester X, XII
dan XIV) dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif.
1.5.3. Sumber dan Jenis Data
1.5.3.1. Sumber penelitian terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Sumber primer yaitu sumber data yang diperoleh dari
mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
angkatan 2002 sampai 2004.
11
2. Sumber sekunder yaitu sumber data dari bahan bacaan,
seperti buku, makalah, dan surat kabar (Nasution,
2003:143). Sumber data sekunder dari buku-buku yang
membahas kecemasan dan bimbingan dan konseling
Islam.
1.5.3.2. Penelitian ini menggunakan dua jenis data antara lain:
1. Data primer.
Data primer berupa data yang diperoleh dari responden
mengenai faktor penyebab kecemasan, tingkat kecemasan
yang dialami mahasiswa semester akhir dan upaya solusi
yang telah dilakukan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Data sekunder.
Data sekunder tersebut meliputi data-data mengenai
pengertian kecemasan, tingkatan kecemasan, gejala-
gejala kecemasan, faktor penyebab kecemasan dan
bimbingan dan konseling Islam.
1.5.4. Porposive Sample
Dalam penelitian ini menggunakan sampel yang digunalan
adalah porposive sample atau sanpel bertujuan. Sampel dalam
penelitian ini untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari
pelbagai macam sumber, dengan tujuan untuk mencari kekhususan
12
yang ada dalam rumusan konteks yang unik dan utuk menggali
informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling
bola salju, yaitu mulai dari satu menjadi makin lama makin banyak
(Moleong, 2004: 224).
1.5.5. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengamatan
Pengamatan adalah pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sitematik gejala
gejala yang diselidiki (Narbuko, dkk, 2005: 44). Dalam penelitian
ini pengamatan dilakukan untuk mengamati gejala-gejala yang
dialami ataupun peristiwa yang dialami mahasiswa semester akhir,
untuk mengetahui siapa saja yang mengalami gejala kecemasan.
b. Wawancara ( interviu )
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian
yang berlangsun secara lesan dalam mana dua orang atau lebih
bertap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atau keteranganketerangan (Narbuko, dkk, 2005: 44).
Obyek wawancara adalah mahasiswa fakultas dakwah dari
jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Bimbingan dan Penyuluhan
Islam dan Menejemen Dakwah angkatan 2002, 2003 dan 2004.
13
Wawancara digunakan untuk mencari faktor penyebab kecemasan
mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.
a. Angket (Kuesioner)
Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan
rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang
akan diteliti (Narbuko, 2003: 76). Metode ini digunakan untuk
menggali data yang berkaitan dengan tingkat kecemasan yang
dialami mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai halhal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sbagainya (Arikunto,
2002: 206). Pengumpulan data dengan teknik ini untuk mencari
dan mendapatkan informasi berkaitan dengan pengertian, gejala-
gejala, tingkatan kecemasan, faktor-faktor yang menyebabkan
kecemasan dan bimbingan dan konseling Islam.
c. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis
data dengan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif ini
14
digunakan untuk mengambarkan sifat suatu keadaan yang sementara
berjalan pada saat penelitian ini dilakukan dan memeriksa sebab
sebab dari suatu gejala tertentu (Sevila, dkk, 993,71). Kemudian
dianalisis dengan melakukan pemeriksaan secara konseptual atas
suatu peryataan, sehingga dapat diperoleh kejelasan arti yang
terkandung dalam peryataan tersebut (Sudarto, 1997, 60). Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nawawi, Dkk (1996: 73)
bahwa: metode diskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan mengambarkan keadaan objek penelitian pada
saat sekarang berdasarkan fakta yang nampak, dalam hal ini tidak
banyak penyajian data secara deskriptif, tetapi data yang terkumpul di
olah dan ditafsirkan.
Langkahlangkah yang peliti gunakan untuk menganalisis
data yang telah terkumpul adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mendiskripsikan data yang telah diperoleh, mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan mahasiswa semester
akhir dan menghitung proentase tingkat kecemasan mahasiswa
semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang,
dengan rumus sebagai berikut:
p = f / n X 100%
Keterangan: p = prosentase pada suatu kelas tertentu. f = frekuensi pada kelas variasi yang bersangkutan. n = jumlah frekuensi dari seluruh kelas (Surakhmad, 1992:252).
15
2. Setelah dideskripsikan, tahap selanjutnya adalah menganalisis
data deskriptif tersebut guna mencari faktor-faktor yang
menyebabkan kecemasan dan solusi yang tepat.
d. Sistematika Penulisan
Dalam rangka menguraikan pembahasan masalah diatas,
peneliti berusaha menyusun kerangka penelitian secara sistematis
agar pembahasan lebih terarah dan mudah difahami serta uraian yang
disajikan mampu menjawab permasalahan yang sudah dirumuskan
sehingga tercapai tujuan tujuan yang diharapkan.
Sebelum menginjak bab pertama, penulis awali dengan
halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman
peryataan, abstraksi, kata pengatar, dan daftar isi.
Bab Pertama adaah pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
Bab Dua adalah landasan teori yang menjelaskan Kecemasan
dan Bimbingan dan Konseling Islam. Kecemasan Mahasiswa
Semester Akhir dibagi menjadi tiga sub bab yaitu Pengertian
Kecemasan, Ciri-Ciri Kecemasan, Tingkat-Tingkat Kecemasan, Dan
Faktor Penyebab Kecemasan. Sedangkan Bimbingan dan Konseling
16
Islam diperinci menjadi: pengertian Bimbingan dan Konseling Islam,
tujuan dan fungsinya.
Bab Tiga adalah menggambarkan Fenomena Kecemasan
Mahasiswa Semester Akhir dan Faktor-faktor Penyebabnya. Bab tiga
ini dibagi menjadi tiga sub, antara lain: Fenomena Kecemasan
Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang, Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester
Akhir, Dan Beberapa Solusi Yang Telah Dilakukan.
Bab Empat adalah Analisis Faktor-Faktor Penyebab
Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir. Di dalam bab empat dibahas
Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang, Analisis Faktor-faktor penyebab
kecemasan mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang, Solusi Faktor Penyebab Kecemasan
Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, dan
Tinjuan Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap faktor penyebab
kecemasan dan upaya solusinya.
Bab Lima adalah penutup. Bab ini memuat kesimpulan dan
saran-saran serta dicantumkan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan
biodata.
17
BAB II
KECEMASAN, BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
2.1. Kecemasan
2.1.1. Pengertian Kecemasan.
Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah anxiety
neurosis. Kata anxiety diambil dari kataangst yang berarti
ketakutan yang tidak perlu. Pada mulanya Freud mengartikan
anxietas ini sebagai transformasi lepasnya ketegangan seksual yang
menumpuk melalui sistem saraf otonom dengan menggunakan saluran
pernafasan. Kemudian anxietas ini diartikan sebagai perasaan takut
atau khawatir yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi.
Akhirnya anxietas diartikan sebagai suatu respon terhadap situasi
yang berbahaya (http:// Cemas dan Hipertensi.com/fk Unhas/Faisal).
Dalam Lubis (1993: 78), kecemasan diartikan penghayatan
emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan antisipasi
malapetaka yang akan datang. Tingkatannya bervariasi dari perasaan
cemas dan gelisah yang ringan sampai ketakutan yang amat berat.
Dapat dibandingkan dengan perasaan takut dan terancam, tetapi
seringkali tanpa adanya alasan atau penyebab yang sepadan.
Sementara itu, Djumhana mendefinisikan kecemasan
sebagai ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan
cemas muncul apabila seseorang berada dalam keadaan diduga akan
18
merugikan dan mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu
menghadapinya. Dengan demikian, rasa cemas sebenarnya suatu
ketakutan yang diciptakan oleh diri sendiri, yang dapat ditandai
dengan selalu merasa khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum
terjadi (Bustaman, 2001: 156). Sejalan dengan itu dalam Kartono,
mengatakan bahwa kecemasan adalah semacam kegelisahan-
kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, dan
mempunyai ciri yang mengazab pada seseorang. Lebih lanjut
dikatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak
menyenangkan ditandai dengan ketakutan. Perasaan takut itu timbul
karena adanya ancaman atau gangguan terhadap suatu objek yang
masih abstrak dan juga takut yang bersifat subjektif yang hal ini
ditandai dengan perasaan tegang, khawatir dan sebagainya (Nur,
2001: 17).
Perasaan cemas ditandai oleh rasa ketakutan yang tidak
jelas, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik,
seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan
sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan
cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama (Nur, 2001: 17).
Dalam praktek sehari-hari anxietas sering dikenal dengan
istilah perasaan cemas, perasaan bingung, was-was, bimbang dan
sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada kondisi
normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi
19
patologik (Nur, 2001: 17). Hawari juga menjelaskan bahwa
kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,
kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batasbatas normal (Hawari, 2001: 19). Dapat didefinisikan
pula, kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi yang
bercampur baur, yang terjadi mana kala seseorang sedang mengalami
berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stres) disertai frustasi dan
pertentangan batin (Prastyono, 2007: 11).
Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau
keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan
segera terjadi. Banyak hal yang harus dicemaskan misalnya,
kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, relasi internasional, dan kondisi
lingkungan adalah beberapa hal yang dapat menjadi sumber
kekhawatiran, adalah normal, bahkan adaptif, untuk cemas mengenai
aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut
mendorong seseorang untuk melakukan pemeriksaan medis secara
reguler atau memotivasi kita untuk belajar menjelang ujian.
Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi
kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai
dengan proporsi ancaman (Nevid, et.al, 2003: 163).
20
Kecemasan digunakan sebagai state atau trait anxienty.
State anxienty adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi
tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxienty
beragam dalam hal intensitas dan waktu (contohnya, mengikuti ujian,
kencan pertama, pertandingan sepak bola). Keadaan ini ditentukan
oleh perasaan ketegangan yang subyektif (Clerq, 1994: 49). Trait
anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil dan
mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan
sebagai ancaman yang disebut sebagai Anxienty pronoses
(kecenderungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk
merasakan berbagai macam keadaan sebagai keadaan yang
membahayakan atau mengancam, dan cenderung untuk menanggapi
dengan reaksi kecemasan (Clerq,1994: 49).
Sejauh ini kata cemas sering juga digunakan sebagai
pengganti kata takut dalam arti khusus, yaitu takut akan hal yang
objeknya kurang jelas. Kecemasan diartikan sebagai ketakutan
terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaaan cemas biasanya
muncul bila berada dalam suatu keadaan yang diduga akan merugikan
dan dirasakan mengancam diri manusia, dimana manusia merasa tidak
berdaya mengahadapinya, Padahal sebenarnya apa yang dicemaskan
itu belum tentu terjadi (Nur, 2001: 20).
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (1994), kecemasan
adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan
21
merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,
perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta
dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Pada kadar yang
rendah, kecemasan membantu individu untuk bersiaga mengambil
langakah-langkah mencegah bahaya atau untuk memperkecil dampak
bahaya tersebut. Kecemasan sampai pada taraf tertentu dapat
mendorong meningkatnya performa (Fauziah danWiduri, 2005: 73).
Misalnya, cemas mendapat IP buruk membuat seorang mahasiswa
belajar keras dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. Kecemasan
semacam ini disebut sebagai facilitating anxienty. Namun apabila
kecemasan sangat besar, justru akan sangat mengganggu. Misalnya
kecemasan berlebihan saat akan ujian skripsi justru membuat
seseorang mahasiswa mengalami blocking dan tidak bisa menjawab
pertanyaan ujian (Nur, 2001: 20).
Pandangan psikologi terhadap masalah kecemasan ini
cukup beraneka ragam. Teori-teori tentang kecemasan banyak
dikembangkan, karena dalam pandangan psikologi kecemasan
dianggap sebagai penyebab utama dari berbagai gangguan kejiwaan.
Kecemasan tarafnya bermacam-macam, mulai dari kecemasan yang
paling ringan sampai yang paling berat. Mulai dari kecemasan yang
sifanya normal sampai kecemasan yang merupakan gejala gangguan
kejiwaan (Bustaran, 1995: 156).
22
Sedangkan dalam Islam kecemasan (Khauf) menurut Al-
Bantani ialah bilamana hati seorang yang beriman tiada merasa aman
dan tenang ( http://id.shvoong.com). Perasaan cemas (was-was)
berupa pikiran yang datang tiba-tiba atau lintasan pikiran yang
menyeru kepada keburukan, sangat tercela dan berakibat kemalangan
kepada si empunya (Shahab, 2002: 26). Sedangkan menurut Al-
Qayim (dalam Syukail, 2004: 15) kecemasan adalah perasaan yang
tidak disukai ada dalam hati dan perasaan tersebut berkaitan dengan
sesuatu yang terjadi pada masa yang akan datang.
2.1.2. Gejala-gelaja Kecemasan.
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya
perasaaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas
dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat
berbeda-beda pada masing-masing orang (Fauziah dan Widuri, 2005:
74). Menurut Dennis dan Christine (dalam Sholikin, 2007: 31) ciri-ciri
kecemasan meliputi reaksi fisik, pemikiran, prilaku, dan suasana
hati.ciri-ciri kecemasan tersebut antara lain:
1. Reaksi Fisik: Telapak tangan berkeringat, otot tegang,
jantung berdegup kencang, pipi merona, pusing-pusing.
2. Pemikiran: Memikirkan bahaya secara berlebihan,
menganggap diri tidak mampu mengatasi masalah,
tidak menganggap penting bantuan yang ada, khawatir
dan berpikir hal yang buruk.
23
3. Perilaku: Menghindari situasi saat kecemasan biasa
terjadi, meninggalkan situasi saat kecemasan mulai
terjadi, mencoba melakukan banyak hal secara
sempurna atau mencoba mencegah bahaya.
4. Suasana hati: Gugup, jengkel, cemas, panik.
Menurut Daradjad (2001: 21) gejala-gejala kecemasan
meliputi dua hal, yakni gejala yang bersifat fisik dan gejala yang
bersifat mental. Gejala fisik meliputi: ujung-ujung jari terasa dingin,
pencernakan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran,
tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak
dan sebagainya. Gejala mental antara lain: sangat takut, merasa akan
ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian,
tidak berdaya/rendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak
tenteram, ingin lari dari kenyataan hidup dan sebagainya. Sedangkan
menurut Hawari (1997: 55) Gejala-gejala kecemasan antara lain :
1. Cemas, takut, khawatir.
2. Firasat buruk
3. Takut akan fikiranya sendiri.
4. Mudah tersinggung.
5. Tegang, tidak bisa istirhat dengan tenang.
6. Gelisah, mudah terkejut.
7. Gangguan tidur dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.
8. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
24
9. Jantung berdebar-debar, dada sesak, nafas pendek.
10. Gangguan pencernaan.
11. Nyeri otot, pegel linu, kaku, perasaan seperti di tusuk-tusuk,
keringat, badan panas atau dingin.
12. Mulut kering, sukar menelan seolah-olah ada benda yang
menyumbat kerongkongan.
2.1.3. Tingkat-Tingkat Kecemasan.
Kecemasan diidentifikasi menjadi 4 tingkat (level) yaitu;
ringan, sedang, berat, dan panik (Frisch, Stuart & Laraia, 1998,
disadur dari Peplau, 1963).
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lapang persepsinya. Individu melihat, mendengar,
dan memegang secara lebih dibanding sebelumnya. Kecemasan
jenis ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
perkembangan dan kreativitas. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang presepsi meningkat,
kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan
tingkah laku sesuai situasi.
25
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang hanya
berfokus pada persoalan yang sedang, melibatkan penyempitan
dari lapangan persepsi sehingga individu kurang melihat,
mendengar dan menggenggam. Individu menahan beberapa area
terpilih tetapi dapat menyelesaikan jika diarahkan. Manifestasi
yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat,
kecepatan denyut jantung dan pernafasan meningkat,
keteganagan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi,
lahan presepsi menyempit, mampu belajar tapi tidak maksimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan
terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan,
mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan
menangis.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat ditandai oleh penurunan lapang
persepsi. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang khusus
dan detail dan tidak berfikir tentang hal-hal lain. Semua tingkah
laku pada pengurangan kecemasan, dan memerlukan banyak
bimbingan untuk berfokus pada area yang lain. Manifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala,
tidak dapat tidur, sering kencing, diare, palpilasi, lahan presepsi
26
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada diri
sendiri dan keingginan untuk menghilangkan kecemasan sangat
tinggi, perasaan tidak berdaya, binggung dan disorientasi.
d. Panik
Panik berhubungan dengan perasaan takut, ketakutan,
dan teror. Karena kehilangan kontrol/kendali secara lengkap,
individu tidak dapat melakukan sesuatu, walaupun dengan
bimbingan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi
peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsinya menyimpang, dan
kehilangan pikiran yang rasional. Panik adalah pengalaman
yang menakutkan dan melemahkan. Seseorang yang panik tidak
dapat berfungsi atau berkomunikasi secara efektif. Manifestasi
pada orang yang panik adalah susah bernafas, dilantasi pupil,
palpilasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat
berespon terhadap perintah yang sderhana, berteriak, menjerit
mengalami halusinasi dan delusi. Tingkat kecemasan ini tidak
dapat berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terbatas
sebab pertentangan dengan kehidupan. Panik dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan kelelahan dan kematian
(Hartoyo, 2004: 6).
27
2.1.4. Faktor Penyebab Kecemasan
Secara garis besar kecemasan dapat ditimbulkan oleh dua
sebab. Pertama, Perasaan cemas yang timbul dari apa yang ada pada
diri sendiri seperti rasa takut, terkejut, perasaan bersalah/berdosa,
merasa terancam, dan sebagainya. Kedua, perasaan cemas yang
terjadi diluar kesadaran dan tidak mampu menghindari dari perasaan
yang tidak menyenangkan itu (Prasetyono, 2007: 12). Thalis (dalam
Tresnowaty, 2004: 4) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah faktor individual dan faktor
lingkungan. Faktor individual antara lain meliputi: kepribadian,
kondisi fisik, perkembangan, kematangan, kondisi psikologis,
keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup, kebermaknaan
hidup, dan keseimbangan dalam berfikir (Bukori, 2008: 16). Adapun
yang termasuk faktor dari lingkungan antara lain keadaan sosial,
ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya (Daradjat, 2001: 9).
Durand dan Barlow (2006: 161-164), mengatakan penyebab
kecemasan berkaitan dengan kontribusi biologis, kontribusi psikologis
dan kontribusi sosial. Ada juga yang menggolongkan menjadi empat
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pola dasar yang
menunjukkan reaksi rasa cemas yaitu : lingkungan, emosi yang
ditekan, sebab-sebab fisik, keturunan (Ramaiah, 2003: 11-12).
Kecemasan merupakan akibat dari ketidakmampuan
seseorang dalam menghindari setiap kesukaran-kesukaran yang
28
menghadangnnya. Itu merupakan awal atau faktor-faktor yang
menyebabkan gangguan kejiwaan (neurose)1 dan penyakit jiwa
(psychose)2 (Nur, 2008: 27). Dengan ringkas dapat dilatakan, bahwa
cemas itu timbul karena orang tidak mampu menyesuikan diri dengan
dirinya, dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya (Daradjat, 1983:
28).
Menurut Karn Horney sebab terjadinya cemas ada 3 macam:
a. Tidak adanya kehangatan dalam keluarga dan perasaan anak bahwa
ia dibenci, tidak disayangi dan dimusuhi.
b. Perlakuan yang diterima anak dalam keluarga, misalnya orang tua
terlalu otoriter, keras, tidak adil, sering mungkir janji, tidak
menghargai anak dan suasana keluarga yang penuh dengan
pertentangan dan permusuhan.
c. Lingkungan yang penuh pertentangan dan kontradiksi, dimana
terdapat faktor yang menyebabkan tekanan. Perasaan dan frustasi,
penipuan, pengkhianatan, kedengkian dan sebagainya (Daradjat,
1993: 26).
Menurut Iskandar (1998), faktor yang memengaruhi
kecemasan dibagi menjadi dua (2) yaitu faktor internal ( faktor yang
1 Neorose (neurosis) yaitu gangguan kejiwaan yang dalami individu masih dalam kondisi
normal atau ringan. Seperti kecemasan, depresi yaitu ketegangan pada syaraf otonom karena adanya stimuli yang menekan yang dapat menyebabkan ketegangan.
2 Psychose (psikosis) yaitu gangguan kejiwaan yang dialami individu dimana individu mengalami disorientasi, perilaku menyimpang, kepribadian terganggu dan sulit untuk dikendalikan. Gangguan psikosis adalah gangguan jiwa berat atau kronis seperti skizofrenia.
29
bersumber dari individu itu sendiri ) dan eksternal (faktor yang
dipengaruhi dari luar individu ). Faktor internal dari kecemasan
berangkat dari pandangan psikoanalisis yang berpendapat bahwa
sumber dari kecemasan itu bersifat internal dan tidak disadari.
Menurut Freud (dalam Atkinson 1993), kecemasan merupakan akibat
dari konflik yang tidak disadari antara implus dengan kendala yang
ditetapkan oleh ego dan superego. Menurut Atkinson (1993)
kecemasan lebih ditimbulkan oleh faktor eksternal dari pada faktor
intrenal. Seorang yang mengalami kecemasan merasa bahwa dirinya
tidak dapat mengendalikan situasi kehidupan yang bermacam-macam
sehingga perasaan cemas hampir selalu hadir.
2.1.5. Terapi Penaggulangan Kecemasan
Dalam psikiatri penaggulangan kecemasan dikenal bentuk
terapi yang disebut terapi holistik. Terapi holistik adalah bentuk
terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan hanya
kepada bentuk ganguan jiwa saja, melainkan juga mencakup aspek-
aspek lain dari pasien. Menurut Hawari terapi penangulanggan stres,
kecemasan dan deperesi dapat diberikan terapi yang meliputi :
a. Psikotrapi Psikiatrik
Bentuk terapi ini menganut asas psikiatri dengan tujuan
mengembalikan kepercayaan diri (self confidence) dan
memperkuat fungsi ego. Biasanya berupa wawancara atau
konsultasi, pasien dapat mengemukakan secara bebas dengan
30
jaminan kerahasiaan segala permasalahan, konflik dan uneg-
uneg yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap
kecemasan.
b. Psikotrapi Keagamaan
Terapi keagamaan dengan memberikan pemikiran-pemikiran
Islam yang mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan
di dunia ini bebas dari rasa cemas, tegang dan depresi. Terapi
keagamaan ini dapat berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb
(http://www.integral.sch.id/).
c. Psikofarmaka
Psikofarmaka (farmakoterapi) adalah terapi dengan obat anti
depresen dan harus sesuai dosis yang tepat. Dalam pemberian
obat anti depresen harus hati-hati terhadap penggunaan obat
secara berlebihan, hal ini dikarenakan penggunaan obat anti
depresen secara berlebihan dapat menyebabkan overdosis.
Pemberian ukuran obat anti depresen harus disesuaikan dengan
penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan. Penggunaan obat
sebaiknya jika gejala-gejala kecemasan semakin kuat.
d. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi dengan memberikan jenis obat-
obatan yang ditujukan kepada keluhan-keluhan yang dialami.
31
Jenis obat-obatab yang diberikan sesuai denagan keluhan-
keluhan atau sakit yang dirasakan saat penderita merasa
kecemasan, misalkan sakit perut obat yang diberikan obat sakit
perut.
e. Terapi Relaksasi
Cara yang dapat ditempuh dengan melakukan teknik relaksasi
dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan,
usahakanlah menemukan kenyamanan selama 30 menit
(http://www.pikirdong.org). Terapi ini berawal dari pengarann dari
instruktur kemudian sampai penderita kecemasan merasa mampu
melakukannya sendiri dan merasa nyaman.
f. Terapi Prilaku.
Terapi prilaku digunakan untuk menghilangkan berbagai bentuk
dan gejala kecemasan dengan jalan melatih diri menghadapinya,
baik sedikit demi sedikit, maupun secara langsung dan frontal
menghadapinya (Batsman, 2001: 157). Penderita kecemasan
dihadapkan pada suatu bayangan dari suatu daftar yang telah
ditentukan lebih dahulu dari situasi, objek / kondisi yang
membuat ada cemas, yang kemudian dihubungkan dengan
situasi-situasi yang menyenangkan, sehingga perasaan panderita
kecemasan merasa nyaman dan senang setelah situasi
kecemasan berubah menjadi kesenangan.
32
Selain itu, beraneka ragam terapi dikembangkan para ahli
guna mengatasi rasa cemas itu, di antaranya latihan relaksasi, terapi
tingkah laku dan sebagainya (Bastman, 2001: 157).
2.2. Bimbingan Dan Konseling Islam
2.2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan berasal dari kata Inggris guidance, dari asal
kata guide yang diartikan menunjukkan jalan (showing the way);
memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk
(giving instuktion); mengatur (regulation); mengarahkan (governing);
memberi nasehat (giving advince) (W.S.Winkel, et.al, 2004: 27).
Bimbingan menurut Crow and Crow:
Guidance is assistance made available by personally qualified and adequately trained men or women to an individual of any age to help him manage his own life activiyies, develop his own points of view, make his own decision, and carry his own burdens (Winkel, et.al, 2004: 27)
Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan yang
terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat
mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Quran dan Hadis Rasulullah ke dalam diri,
sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran
dan Hadits (Hellen, 2005: 15). Sedangkan konseling dalam kamus
bahas inggris Counseling dikaitkan dengan kata Counsel yang
diartikan sebagai berikut:
33
1. Nasehat (to obtain counse );
2. Anjuran (to give counsel);
3. Pembicaraan (to take gounsel) (Bakran, et.al,
2004:179).
Konseling Islam adalah merupakan suatu usaha
membanatu individu dalam menanggulangi penyimpangan
perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga kembali
menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi dan berfungsi
untuk menyembah/ mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhinya
tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia
dan dengan alam (Hellen, 2005: 21).
Menurut hemat penulis Bimbingan Dan Konseling Islam
adalah usaha pemberian bantuan berupa nasehat kepada individu
secara terarah dan sistematis untuk mengembangkan potensi(fitrah
beragama), menangulangi penyimpangan perkembangan fitrah
beragama sehingga menyadari peranannya sebagai khalifah di muka
bumi, menyembah/ mengabdi kepada Allah SWT sehingga tercipta
kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia dan
dengan alam sesuai ajaran Al-Quran dan Al-Hadits.
34
2.2.2. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam
1). Tujuan Umum
Membantu individu mewujutkan dirinya menjadi
manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup dunia dan
akherat.
2). Tujuan Khusus
a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
dihadapi.
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik atau yang telah baik, agar tetap baik
atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber
masalah bagi dirinya dan orang lain (Faqih, 2001: 36-37).
2.2.3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam
Menurut Faqih (2001: 37) Fungsi Bimbingan Dan Konseling
Islam antara lain:
1. Fungsi preventif
Yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya
masalah bagi dirinya.
2. Fungsi kuratif atau korektif
Yaitu membantu individu memecahkam masalah yang sedang
dihadapi atau dialamiya.
35
3. Fungsi preservatif, fungsi ini bertujuan untuk membantu individu
menjaga situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung
masalah) menjadi baik (terpecahkan), serta kebaikan itu mampu
bertahan lama. Dalam hal ini lebih berorientasi pada pemahaman
individu mengenai keadaan dirinya, baik berupa kelebihan
maupun kekurangan yang ada pada individu serta situasi dan
kondisinya
4. Fungsi devlopmental atau pengembangan.
Yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
lebih baik, sehingga tidak memungkinkanya menjadi sebab
munculnya masalah baginya.
Dalam Hellen (2005: 56-57) fungsi bimbingan dan konseling
adalah sebagai berikut:
a. Fungsi pemahaman.
Yaitu fungsi yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu
oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan peserta didik.
b. Fungsi pencegahan.
Yaitu fungsi yang menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya
peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul
yang akan dapat mengaggu, menghambat atau pun menimbulkan
36
kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
c. Fungsi pengentasan.
Fungsi pengentasan dipakai sebagai penganti istilah kuratif atau
fungsi teraupeutik dengan arti pengogatan atau penyembuhan.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
Yaitu fungsi yang akan menghasilkan terpeliharanya dan
terkembangkanya berbagai potensi dan kondisi positif peserta
didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap
dan berkelanjutan.
e. Fungsi advokasi.
Yaitu fungsi yang akan menghasilkan advokasi atau pembelaan
terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembagan seluruh
potensi secara maksimal.
2.2.4. Urgensi Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam Penurunan
Kecemasan
Bimbingan dan konseling Islam dalam penurunan
kecemasan sangat penting. Terbuki Orang yang mengalami
kecemasan membutuhkan bimbingan dan konseling sehingga orang
tersebut mampu meminimalisir tingkat kecemasan, mengetahui
gejala-gejalanya, dan mengatasi faktor penyebabnya. Kecemasan
adalah gangguan alam perasaan tidak disukai yang ada dalam hati
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
37
mendalam berupa pikiran-pikiran atau perasaan tentang situasi yang
tidak menyenangkan. Bila perasaan cemas menyerang seseorang,
kemampuan berpikirnya, semangat kerja dan belajarnya menurun,
bahkan mungkin hilang. Selain itu kemauan untuk beribadah
mengendor dan keinginan untuk bergaul akan lenyap (Daradjat,
1994: 20). Selain itu orang yang cemas biasanya mengalami
kegelisahan, mudah lelah, sulit konsentrasi, mudah tersingung,
ketegangan otot, dan ganguan tidur. Kecemasan dengan intensitas
yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi,
tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru
malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap
keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Orang yang
mengalami kecemasan bertingkat, dari kecemasan ringan, kecemasan
sedang, kecemasan berat, dan panik.
Perasaan cemas, gelisah dan bimbang adalah penyakit
psikis (kejiwaan), yang cara penyembuhannya berasal dari diri
sendiri (Sukur, 2003: 215). Disinilah urgensi bimbingan dan
konseling Islam. Dengan bimbingan dan konseling Islam orang yang
mengalami kecemasan dibimbing, diarahkan agar menyadari apa
yang dialami, kemudian dapat mengatasi faktor penyebab kecemasan,
sehingga orang tersebut bebas dari rasa cemas, dan kembali
kekehidupan biasa.
38
Sesuai dengan fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
yaitu fungsi preventif (pencegahan) dan kuratif (pemecahan masalah)
mampu membantu mengatasi faktor penyebab kecemasan, mengurai
persoalan yang dihadapi, mengatasi gejala-gejala kecemasan yang
dialami, dan pada akhirnya terselasaikan segala persoalan hidup.
39
BAB III
FENOMENA KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR
FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA SOLUSINYA
3.1. Fenomena Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang
Kecemasan merupakan hal yang wajar di alami bagi siapa
saja, termasuk mahasiswa semester akhir. Kecemasan ini muncul karena
dianggap ada kesulitan atau kendala yang dirasakan oleh mahasiswa baik
itu bersifat internal maupun eksternal. Kendala yang bersifat internal
bersumber dari individu bersangkutan dan kendala yang bersifat eksternal
berasal dari luar individu. Penyebab kecemasan Mahasiswa semester
akhir dapat digolongkan menjadi tiga sebab, yaitu berupa problem-
problem kehidupan yang dialami mahasiswa semester akhir, pengalaman
masa lalu mahasiswa sebelumya dan situasi yang dihadapi saat menyusun
skripsi. Kecemasan sangat beragam dari yang ringan, sedang, berat dan
panik.
Dari hasil observasi ditemukan 34 mahasiswa yang
mengalami kecemasan. Sedangkan rekapitulasi hasil angket tingkat
kecemasan mahasiswa semester akhir (angkatan 2002, 2003 dan 2004)
40
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang mengalami
kecemasan tingkat ringan dan sedang sebagai berikut:
a. Mahasiswa yang mengalami kecemasan ringan berjumlah 19 mahasiswa
dari 34 mahasiswa yang mengalami kecemasan.
b. Mahasiswa yang mengalami kecemasan sedang berjumlah 15 mahasiswa
dari 34 jumlah mahasiswa.
Dari data tersebut dapat dilihat tingkat kecemasan yang dialami
mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo berada pada tingkat
kecemasan ringan dan sedang. Prosentase tingkat kecemasan mahasiswa
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang sebagai berikut:
a. Tingkat kecemasan ringan: 19/34 X 100% = 55.9 %.
b. Tingkat kecemasan sedang: 15/34 X 100% = 44.1 %.
Dari hasil angket tersebut diatas mengambarkan mahasiswa
Fakultas Dakwah yang mengalami kecemasan bertingkat dari tingkat
kecemasan ringan, sedang tidak sanpai tingkat berat dan panik.
Mahasiswa Fakultas Dakwah yang sedang cemas baik dalam keadaan
tingkat ringan maupun sedang mengalami gejala-gejala kecemasan,
sebagai berikut:
a. Kecemasan ringan.
Gejala-gejala kecemasan ringan, sebagai berikut: masih memiliki
kesadaran yang tinggi untuk segera menyelesaikan skripsi, tetap
41
termotivasi untuk menyelesaiakan skripsi, dan tetap berusaha
menyusun skripsi sampai batas akhir.
b. Kecemasan sedang.
gejala-gejala kecemasan sedang, antara lain: jantung berdenyut
kencang, bicara dengan folune tinggi, kemampuan konsentrasi
menurun, mudah lupa dan menangis.
Selain gejala-gejala tersebut masih ada gejala lain, yaitu:
cemas, khawatir, merasa kelelahan, tidak nafsu makan, mudah marah,
gugup, tegang, gelisah, mudah terseinggung, merasa pusing, bingung dan
sulit tidur. Kondisi tersebut menyebabkan mahasiswa semester Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo tidak dapat berkonsentrasi menyusun skripsi,
tidak dapat mengungkapkan ide dan menuangkannya dalam skripsi.
Kecemasan merupakan respon terhadap suatu ancaman yang
sebenarnya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual
sebagai akibat dari problem-problem kehidupan yang semakin banyak,
pengalaman masa lalu dan situasi yang dihadapi. Problem-problem
kehidupan yang dialami mahasiswa semester akhir dapat bersumber dari
persoalan pribadi dan juga persoalan dari institusi atau lingkungan
sekitar. Pengalaman masa lalu juga dapat berupa pengalaman yang
dialami oleh mahasiswa terdahulu dalam proses penyusunan skripsi.
Sedangkan situasi yang dihadapi mahasiswa semester akhir berupa
hambatan-hambatan yang dialaminya dalam proses penyusunan skripsi.
42
Terkadang mahasiswa semester akhir tidak menyadari dan bersikap cuek
terhdap kecemasan yang dialaminya dan pasrah. Selain itu ada mahasiswa
yang menunggu sampai semester akhir, dengan alasan jika sudah sampai
semester akhir persyaratan kelulusan dipermudah (Wawancara: Tri, 16-
06-2009).
3.2. Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Faktor penyebab mahasiswa semester akhir mengalami
kecemasan (stresor) dapat di golongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor
Internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang bersumber dari
individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang
dipengaruhi dari luar individu. Faktor-faktor penyebab kecemasan tersebut
antara lain:
a. Faktor internal.
1. Kendala / kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusunan
skripsi, seperti: kesulitan dalam menyusun perumusan masalah,
menyusun judul, mengkonsep isi skripsi, teknik penulisan, isi dan
metode penelitian yang digunakan, dan mencari sumber data, serta
kesulitan dalam menuangkan tulisan kedalam naskah skripsi
(Wawancara, Ali, 16-06-2009).
2. Biaya pembuatan skripsi (ekonomi keluarga yang pas-
pasan)(Wawancara, Ali, 16-06-2009).
43
3. Mahasiswa yang terlena berorganisasi sehingga skripsinya
terbengkelai (Observasi, 03-03-2009).
4. Selain faktor internal tersebut ada mahasiswa yang pesimis, malas-
malasan, dan tidak bersemangat (Observasi, 03-03-2009).
b. Faktor eksternal.
1. Birokrasi kampus, misalnya: syarat kelulusan harus melalui
beberapa syarat yang rumit, salah satunya adalah seperti hafalan
juz Amma (Wawancara, Anita, 16-06-2009).
2. Dosen pembimbing. Dalam proses bimbingan pembimbing sulit
ditemui, proses bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang
lama (Wawancara, Ansori, 16-07-2009), dan hanya memberikan
sedikit waktu untuk bimbingan, dalam memberikan bimbingan
kurang jelas (Wawancara, Kumaeroh, 17-05-2009), tidak
terjadinya koordinasi yang baik antara pembimbing I dengan II,
dan ketika melakukan bimbingan seringnya dosen pembimbing
lebih berperan sebagai penguji awal dari pada sebagai patner
diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan
solusi yang pasti (Wawancara, Ansori, 16-07-2009).
3. Dosen penguji, penguji yang terkenal sulit membuat mahasiswa
ketakutan sebelum ujian berlangsung (Wawancara, Kumaeroh, 22-
06-2009).
44
4. Dosen pengampu juz Amma, Antara pengampu yang satu dengan
yang lain berbeda-beda, ada yang mudah dan ada yang harus
benar-benar fasih (Wawancara: Agus, 16-06-2009). Terkadang
dosen pengampu juz Amma sulit ditemui (Wawancara: Ali, 16-06-
2009) dan jarang ke kampus.
5. Belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di
tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan pekerjaan,
serta kenyataan alumni IAIN yang masih nganggur juga menjadi
penyebab mahasiswa mengalami kecemasan terhadap masa depan
mereka (Wawancara, Sohi, 16-06-2009).
6. Kuliyah sambil bekerja (Wawancara, Ali, 16-06-2009), tuntutan
dari orang tua agar cepat menyelesaikan skrips (Wawancar, Amal,
16-07-2009) dan deadline masa penulisan skripsi seperti batas
akhir pendaftaran ujian komprehensif maupun ujian munakosah
(Wawancara, Kamal, 16-06-2009).
3.3. Beberapa Solusi Yang Telah Dilakukan
Solusi yang telah dilakukan oleh pihak fakultas dalam
menanggulangi kecemasan mahasiswa semester akhir adalah dengan
memberikan bimbingan dan konseling. Bimbingan yang dilakukan oleh
pihak fakultas yaitu bimbingan skripsi dengan menunjuk dosen
pembimbing. Dosen pembimbing merupakan dosen yang sesuai dengan
kompetensinya ditunjuk oleh ketua jurusan atas nama PD I untuk
45
memberikan bimbingan dalam penyusunan usulan (proposal) skripsi dan
skripsi (Buku Panduan penulisan skripsi, Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo). Pembimbing terdiri dari dua dosen pembimbing. Pembimbing
satu membidangi sub materi dan pembimbing dua membidangi tata tulis
dan metodhologi penelitian. Proses bimbingan beragam, ada yang mulai
bimbingan dari pembimbing satu kemudian setelah disetujui baru
melanjutkan bimbingan ke pembimbing dua dan sebaliknya. Selain itu
pihak Fakultas Dakwah membuat pengumuman dan menghimbau semua
mahasiswa semester akhir terutama semester XIII / XIV untuk segera
berkonsultasi dan menghadap Pembantu Dekan I, dengan tujuan untuk
mengetahui persoalan yang dihadapi mahasiswa semester akhir,
menggetahui hambatan dan kesulitan yang dialami dalam penyusunan
skripsi, serta alasan mengapa sampai sekarang belum lulus. Pembantu
Dekan I memberikan konseling dengan memberi nasehat dan
menganjurkan agar segera menyelesaiakan skripsi. Pembantu Dekan I juga
memberikan motivasi dan dorongan kepada mahasiswa semester akhir
untuk segera menyelesaikan skripsinya, sehingga dapat lulus sebelum
batas akhir kuliah (wawancara: Ali Murtadho, 29-11-2009).
46
BAB IV
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN
MAHASISWA SEMESTER DAN UPAYA SOLUSINYA
(TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)
4.1. Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Faktor penyebab kecemasan (stresor) mahasiswa semester
akhir dapat di golongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor Internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang bersumber dari individu itu
sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang dipengaruhi dari luar
individu. Faktor-faktor penyebab kecemasan tersebut antara lain:
a. Faktor internal.
1. Kendala / kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusunan
skripsi, seperti: kesulitan dalam menyusun perumusan masalah,
menyusun judul, mengkonsep isi skripsi, teknik penulisan, isi dan
metode penelitian yang digunakan, dan mencari sumber data, serta
kesulitan dalam menuangkan tulisan kedalam naskah skripsi.
2. Biaya pembuatan skripsi (ekonomi keluarga yang pas-pasan).
3. Mahasiswa yang terlena berorganisasi.
4. Selain faktor internal tersebut ada mahasiswa yang pesimis, malas-
malasan, dan tidak bersemangat.
47
b. Faktor eksternal.
1. Birokrasi kampus, misalnya: syarat kelulusan harus melalui
beberapa syarat yang rumit, salah satunya adalah seperti hafalan
juz Amma.
2. Dosen pembimbing. Dalam proses bimbingan pembimbing sulit
ditemui, proses bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang
lama dan hanya memberikan sedikit waktu untuk bimbingan,
dalam memberikan bimbingan kurang jelas, tidak terjadinya
koordinasi yang baik antara pembimbing I dengan II, dan ketika
melakukan bimbingan seringnya dosen pembimbing lebih berperan
sebagai penguji awal dari pada sebagai patner diskusi, pembimbing
hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan solusi yang pasti..
3. Dosen penguji, penguji yang terkenal sulit membuat mahasiswa
ketakutan sebelum ujian berlangsung.
4. Dosen pengampu juz Amma, Antara pengampu yang satu dengan
yang lain berbeda-beda, ada yang mudah dan ada yang harus
benar-benar fasih. Terkadang dosen pengampu juz Amma sulit
ditemui, dan jarang ke kampus.
5. Kuliyah sambil bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat
menyelesaikan skrips, dan deadline masa penulisan skripsi seperti
48
batas akhir pendaftaran ujian komprehensif maupun ujian
munakosah.
6. Belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di
tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan pekerjaan,
serta kenyataan alumni IAIN yang masih nganggur juga menjadi
penyebab mahasiswa mengalami kecemasan terhadap masa depan
mereka.
4.2. Analisis Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Kecemasan adalah sinyal yang menyadarkan seseorang untuk
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan guna mengatasi ancaman. Dalam Kaplan,
dkk (1994) kecemasan merupakan respon terhadap suatu ancaman (stresor)
yang dihadapi. Stresor tersebut berupa problem-problem kehidupan yang
semakin banyak, pengalaman masa lalu dan situasi yang dihadapi.
Dalam penyusunan skripsi mahasiswa pastilah mempunyai rasa
cemas karena manusia mempunyai hati dan perasaan. Bentuk kecemasannya
berupa ketidakpastian apakah ia mampu menyusun, dan menyelesaikan
skripsi sebelum batas akhir kuliah. Tingkat kecemas yang dialami berbeda-
beda pada setiap mahasiswa, namun cemas akan sangat mempengaruhi
konsentrasi dan daya pikir mahasiswa. Mahasiswa yang mengalami
kecemasan menurut Daradjad (2001:21) akan cenderung minder, takut,
49
gugup, dan bahkan ketika kecemasan dirasakan secara mendalam maka bisa
membuat mahasiswa tertekan. Pada kondisi ini lah yang menyebabkan
mahasiswa tidak mampu menyelesaikan skripsi sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya. Mahasiswa tidak bisa berkonsentrasi penuh, perasaan
gugup, minder melakukan bimbingan dan merasa pusing, sehingga
mahasiswa tidak dapat berpikir dan menuangkan ide dalam penyusunan
skripsi.
Setiap mahasiswa selalu mempunyai keinginan untuk segera
diwisuda. Dapat segera menyelesaikan skripsi, namun dalam kenyataannya
proses penyusunan skripsi tidak semudah yang diharapkan, banyak kesulitan
/ kendala yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dapat membuat
mahasiswa menjadi tertekan dan akhirnya memunculkan perasaan cemas.
Salah satu faktor yang bisa menyebabkan kecemasan dalam penyusunan
skripsi adalah adanya suatu kesulitan atau hambatan yang dirasakan
mahasiswa baik itu bersifat internal maupun eksternal.
Kesulitan internal adalah kendala/kesulitan yang dialami mahasiswa
dalam penyusunan skripsi yang bersumber dari diri sendiri seperti
merumuskan masalah, mengkonsep isi skripsi, mencari data atau sumber-
sumber yang terkait, dan menuangkan tulisan ke dalam naskah skripsi.
Dengan kata lain kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusun skripsi
terletak pada penyusunan metodologi penelitian. Mahasiswa tidak begitu
paham tentang metodhologi penelitian, dan kebanyakan mahasiswa dalam
menyusun metodologi hanya melihat dan mencocokan metodologi penulisan
50
yang sudah pernah di tulis dalam skripsi yang sudah ada, dan belum tentu
tepat. Kesulitan dalam penyusunan metodhologi penelitian tersebut membuat
mahasiswa semester akhir mengalami ketertekanan atau konflik batin (Nur,
2008:2) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kecemasan.
Selain itu kesulitan internal yang dihadapi mahasiswa dalam
penyusunan skripsi adalah biaya pembuatan skripsi. Banyak dari mahasiswa
yang ekonominya di bawah rata-rata, sehingga mahasiswa harus segera
menyelesaikan skripsi karena semakin lama maka akan semakin banyak
biaya yang dibutuhkan. Ada juga mahasiswa yang terlena berorganisasi serta
faktor internal mahasiswa yang lain seperti: pesimis, malas-malasan, dan
menunda-nunda dalam menyusun skripsi. Rasa pesimis, malas-malasan dan
menunda-nunda dalam penyusunan skripsi merupakan akibat dari kesulitan-
kesulitan atau hambatan-hambatan yang dialami mahasiswa semester akhir.
Mahasiswa semester akhir yang kesulitan dalam penyusunan skripsi akan
merasa pesimis, apakah ia mampu menyelesaikan skripsi. Selain rasa
pesimis, mahasiswa semester akhir juga akan malas-malasan bahkan akan
menunda-nunda penyusunan skripsi dikarenakan mengalami hambatan-
hambatan dalam proses penyusunan skripsi.
Kecemasan mahasiswa semester akhir bukan hanya dipengaruhi oleh
faktor internal, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Banyak
mahasiswa cemas ketika berurusan dengan birokrasi, menghadapi dosen
pembimbing, dan penguji merasa keselitan. Pada birokrasi misalnya, syarat
kelulusan harus melalui beberapa syarat yang rumit, sehingga mahasiswa
51
harus membagi pikirannya untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang
sudah sangat menguras otak dan sekaligus menyelesaikan syarat-syarat
kelulusan diterapkan fakultas yang lain. Syarat-syarat kelulusan yang
dianggap sulit oleh mahasiswa salah satunya adalah hafalan juz ama. Apabila
persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka kelulusan akan tertunda, terutama
pada angkatan 2002, dan 2003 juz Amma menjadi syarat mengikuti ujian
komprehensif.
Kesulitan juga dirasakan mahasiswa penyusun skripsi pada saat
berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Di dalam konsultasi harusnya
terjadi suatu pertukaran pikiran antara pembimbing dengan mahasiswa untuk
mendapatkan nasehat, dan saran yang sebaik-baiknya. Namun dalam
pelaksanaanya sering dosen pembimbing sulit untuk ditemui, hanya
memberikan sedikit waktu untuk bimbingan, dalam memberikan bimbingan
kurang jelas, bimbingan lama, tidak terjadinya koordinasi yang baik antara
pembimbing I dengan II, dan ketika melakukan bimbingan seringnya dosen
pembimbing lebih berperan sebagai penguji awal dari pada sebagai patner
diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan solusi
yang pasti. Situasi-situasi (Ibrahim, 2003) seperti inilah yang akhirnya dapat
menimbulkan kecemasan mahasiswa pada saat mau melakukan bimbingan
skripsi dan membuat mahasiswa trauma bimbingan kembali.
Selain faktor tersebut belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa
depan) yang akan di tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan
pekerjaan, serta kenyataan alumni IAIN yang masih menganggur juga
52
menjadi penyebab mahasiswa mengalami kecemasan terhadap masa depan
mereka, ditambah kuliyah sambil bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat
menyelesaikan skripsi dan deadline masa penulisan skripsi menambah
tingkat kecemasan mahasiswa semester akhir.
Dari dari sekian faktor penyebab ada beberapa faktor yang dominan
menyebabkan mahasiswa semester akhir mengalami kecemasan, antara lain:
syarat mengikuti ujian komprehensif yaitu hafalan juz Amma. Bagi
mahasiswa menghafal juz 30, dari surat ama sampai surat an nas sangat
berat. Hafalan ini lah yang menghambat mengikuti ujian komprehensif
maupun proses pengajuan skripsi. Bagi mahasiswa yang belum hafal juz
Amma menyebabkan mahasiswa malas mengajukan atau pun mengerjakan
skripsi dikarenakan syarat mengikuti ujian komprehensif harus selesai
menghafal juz Amma, sehingga skripsi pun terbengkelai.
Selain hafan juz Amma, faktor yang dominan menyebabkan
mahasiswa semester akhir cemasa yaitu proses bimbingan itu sendiri. Proses
bimbingan dipengaruhi oleh kebijaksanaan pembimbing dalam proses
bimbingan skripsi. Bimbingan skripsi memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan bimbingan skripsi yaitu mahasiswa dibimbing oleh dua dosen
pembimbing dengan yang masing-masing membidangi aspek substasi materi
dan metodologi dan tata tulis, skripsi mahasiswa dikoreksi, diarahkan dan
diberi masukan mengenai materi skripsi, metodologi dan tata tulis sehingga
mahasiswa tidak bingung bagaimana menyusunnya. Sedangkan kekurangan
bimbingan skripsi yaitu bimbingan hanya terfokus pada materi, metodologi
53
dan tata tulis, pada hal mahasiswa semester akhir butuh motivasi dan arahan
dalam proses pembuatan skripsi, ada pembimbing yang sulit ditemui, proses
bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang lama, dan hanya
memberikan sedikit waktu untuk bimbingan, tidak terjadinya koordinasi
yang baik antara pembimbing I dengan II, dan ketika melakukan bimbingan
seringnya dosen pembimbing lebih berperan sebagai penguji awal dari pada
sebagai patner diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa
memberikan solusi yang pasti.
4.3. Solusi Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang.
Dari analisis faktor penyebab kecemasan tersebut, menurut hemat
penulis solusi yang tepat untuk mengatasi kecemasan mahasiswa semester
akhir adalah sebagai berikut:
a. Psikotrapi Keagamaan
Terapi keagamaan dengan memberikan pemikiran-pemikiran Islam yang
mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan di dunia ini bebas
dari rasa cemas, tegang dan depresi (http://www.integral.sch.id/).
Mahasiswa yang mengalami kecemasan diberikan pemahaman tentang
ajaran-ajaran Islam yang menguatkan mental sehingga mahasiswa
semester akhir tetap termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi.
Terapi keagamaan ini dapat berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
54
sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah
keagamaan, kajian kitab suci dan sebagainya.
b. Psikotrapi Psikiatrik
Bentuk terapi ini menganut asas psikiatri dengan tujuan mengembalikan
kepercayaan diri (self confidence) dan memperkuat fungsi ego. Biasanya
berupa wawancara atau konsultasi, pasien dapat mengemukakan secara
bebas dengan jaminan kerahasiaan segala permasalahan, konflik dan
uneg-uneg yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap
kecemasan (Hawari, 2001:68). Mahasiswa semester akhir dituntun untuk
menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan ia merasa cemas, dan
memotivasi agar kepercayaan diri meningkat, sehingga mahasiswa
semester akhir segera menyelesaikan skripsi.
c. Terapi Prilaku.
Terapi prilaku digunakan untuk menghilangkan berbagai bentuk dan
gejala kecemasan dengan jalan melatih diri menghadapinya, baik sedikit
demi sedikit, maupun secara langsung dan frontal menghadapinya
(Batsman, 2001: 157). Mahasiswa semester akhir diarahkan, dan
diberikan motivasi agar sedikit demi sedikit mampu mengatasi gejala-
gejala kecemasan, sehingga mahasiswa tidak merasa cemas, dan mampu
menyelesaiakan skripsi sebelum batas kuliah.
Selain terapi tersebut diatas kecemasan dapat diatasi dengan
bimbingan dan koseling Islam sebagai solusi untuk mengatasi kecemasan
55
mahasiswa semester akhir. Bimbingan dan konseling Islam merupakan
turunan dari dakwah bil-qaul (Basit, 2006:76). Dakwah adalah usaha
peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup,
sikap batin, dan prilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi
sesuai dengan tuntutan syariah untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan
akherat (Munir, et.al, 2006:21). Mahasiswa yang mengalami kecemasan
diberikan pemahaman keagamaan berupa tuntunan hidup yang sesuai dengan
syariah Islam. Pemahaman keagamaan berupa tuntunan hidup diberikan
dengan bimbingan dan koseling Islam. Bimbingan dan konseling Islam
adalah usaha pemberian bantuan berupa nasehat kepada individu secara
terarah dan sistematis untuk mengembangkan potensi (fitrah beragama),
menangulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama sehingga
menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi, menyembah/
mengabdi kepada Allah SWT sehingga tercipta kembali hubungan yang baik
dengan Allah, dengan manusia dan dengan alam sesuai ajaran Al-Quran dan
Al-Hadits. Mahasiswa semester akhir diberikan bimbingan dan koseling
Islam dengan memberikan nasehat dan diarahkan agar mampu mengenali
gejala-gejala, dan mengatasi faktor penyebab kecemasan, sehingga
mahasiswa mampu menyusun dan menyelesaikan skripsi tepat pada
waktunya.
56
4.4. Tinjauan Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap Faktor Penyebab
Kecemasan Dan Upaya Solusinya
Orang yang mengalami kecemasan biasanya mengalami kegelisahan,
mudah lelah, sulit konsentrasi dan mudah tersingung, sehingga dapat
mengganggu kondisi fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Bila
perasaan cemas menyerang seseorang, kemampuan berpik
top related