Top Banner
i KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG DAN UPAYA SOLUSINYA (TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Disusun oleh: MUHAMMAD ARIF PURNOMO NIM : 1103086 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009
76

2. dp

Oct 19, 2015

Download

Documents

wahyura

df
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • i

    KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR

    FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG

    DAN UPAYA SOLUSINYA

    (TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)

    SKRIPSI

    Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial (S.Sos.I)

    Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

    Disusun oleh:

    MUHAMMAD ARIF PURNOMO NIM : 1103086

    FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG 2009

  • ii

    SKRIPSI

    KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR

    FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG

    DAN UPAYA SOLUSINYA

    (TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)

    Disusun Oleh :

    MUHAMMAD ARIF PURNOMO NIM : 1103086

    Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 23 Desember 2009

    Dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat

    Susunan Dewan Penguji Ketua Sidang, Anggota Penguji Dekan Penguji I Drs. H. M Zain Yusuf, M.M Drs.Ali Murtadho, M.Pd NIP. 19530909 198203 1003 NIP. 1969018 199503 1001 Sekretaris Sidang Penguji II Komarudin, M.Ag Safrudin, M.Ag NIP. 19680413 200003 1001 NIP. 19751203 200312 1002 Pembimbing I Pembimbing II Prof. Hj. Ismawati, M.Ag Komarudin, M.Ag NIP. 19480705 196705 2001 NIP. 19680413 200003 1001

  • iii

    MOTTO

    Ingatlah, hanya mengingat Allah-lah hati menjadi tentram

    Q.S. Ar Radu: 28

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini aku persembahkan kepada:

    Almamater tercinta Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Ibunda terkasih ( Siti Muhimah ), Ayahanda tersayang ( Akhyadi ), yang telah

    memberikan kasih sayang yang tak ternilai harganya Adik-adikku ( Rina & alfan ) yang kadang nyebelin. Teman teman pondok yang selalu kompak, yang senantiasa memberikan semangat,

    suka humor, serta support dalam penyelesaian Skripsi.

  • v

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya

    sendiri, serta di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

    memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi atau di lembaga

    pendidikan lainya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun

    yang belum / tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar

    pustaka.

    Semarang, 30 November 2007 Muhammad Arif Purnomo NIM: 1100086

  • vi

    ABSTRAKSI

    Semester akhir adalah situasi yang mencemaskan, diaman mahasiswa harus segera menyelesaikan penyusunan skripsi sebelum batas akhir kuliah. Namun penyusunan skripsi tidak semudah yang dibayangkan, banyak kendala atau kesulitan-kesulitan yang dilami dalam penyusunan skripsi baik bersifat internal maupun eksternal, sehingga mahasiswa semester akhir mengalami kecemasan.

    Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: 1. Faktor-faktor penyebab kecemasan pada mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2. Mencari upaya solusi menggatasi kecemasan mahasiswa semester akhir. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif analisis. Data diperoleh dari pengamatan, wawancara, angket, dan dokumentasi.

    Penyebab kecemasan pada mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang di sebabkan berbagai hal. Faktor penyebab tersebut dapat di golongkan menjadi dua faktor, antara lain faktor internals dan faktor eksternal.

    Faktor internal yaitu Kesulitan dalam menyusun skripsi, mengkonsep skripsi menyusun judul, teknik penulisan, isi dan metode penelitian, Kemampun dalam penyusunan skripsi, Kesulitan menghafal juz ama, Mahasiswa yang terlena berorganisasi,dan biaya pembuatan skripsi.

    Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berhubungan dengan birokrasi kampus yang rumit, seperti hafalan juz Amma, dosen pembimbing yang sulit ditemui, proses bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang lama dan hanya memberikan sedikit waktu untuk bimbingan, dalam memberikan bimbingan kurang jelas, tidak terjadinya koordinasi yang baik antara pembimbing I dengan II, dan ketika melakukan bimbingan seringnya dosen pembimbing lebih berperan sebagai penguji awal dari pada sebagai patner diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan solusi yang pasti, dosen penguji yang terkenal sulit, dosen pengampu juz Amma yang sulit ditemui dan harus benar-benar fasih, belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan pekerjaan, serta kenyataan alumni IAIN yang masih nganggur, kuliyah sambil bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat menyelesaikan skrips dan deadline masa penulisan skripsi. Solusi penanganan kecemasan mahasiswa semester akhir dengan Bimbingan Dan Konseling Islam.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahir Rahmannir Rahim

    Segala puji syukur hanya milik Allah, yang maha pengasih lagi maha

    penyayang serta maha pemurah, karena hanya dengan rahmat dan pertolonganya

    penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KECEMASAN

    MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN

    WALISONGO SEMARANG DAN UPAYA SOLUSINYA (TINJAUAN

    BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM).

    Sholawat serta salam tak lupa mudah mudahan tercurahkan kepada

    Nabi Muhammad sang revolusioner, yang telah berjasa membawa kita hingga

    sampai pada jaman pencerahan, masa yang penuh dengan kemenangan,

    pendidikan. Sehingga kita mampu hidup dalam abad modern serta berbudaya ini. Penulis menyadari, tersusunya skripsi ini tidak lepas dari bantuan

    berbagai pihak, dan melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

    kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil.M.A selaku Rektor IAIN Walisongo

    2. Bapak Drs.H. M. Zain Yusuf,M.M, selaku Dekan Fakultas Dakwah

    3. Ibu. Hj. Mahmudah, M.Pd selaku dosen wali yang senantiasa

    mengarahkan dan membimbing dalam proses perkuliahan.

    4. Ibu Prof. Hj.Ismawati, M.Ag, selaku pembimbing I dan Bapak

    Komarudin, M.Ag, selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan

    pandangan serta arahannya

    5. Segenap Staf akademik yang senantiasa membantu pnyusunan skripsi

    Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan

    yang lebih dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga skripsi ini dapat

    membawa manfaat sekaligus menambah wawasan pengetahuan kita.

    Semarang, November 2009

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN

    JUDUL..................................... i

    PENGESAHAN......................................ii

    MOTTO..................................iii

    PERSEMBAHAN........................ iv

    PERNYATAAN............................. v

    ABSTRAKSI......................... vi

    KATA PENGANTAR.............................. vii

    DAFTAR ISI.........................viii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang....................................................................................1

    1.2. Rumusan Masalah...............................................................................5

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1. Tujuan Penelitian.................................................................5

    1.3.2. Manfaat penelitian

    1.3.2.1. Secara Teoritis........................................................6

    1.3.2.2. Secara Praktis.........................................................6

    1.4. Tinjauan Pustaka................................................................................6

    1.5. Metode penelitian

    1.5.1. Jenis Penelitian....................................................................8

    1.5.2. Batasan Oprasional..............................................................8

    1.5.3. Sumber dan Jenis Data......................................................10

    1.5.3.1. Sumber Data........................................................10

    1.5.3.2. Jenis Data.............................................................11

    1.5.3.3. Pourposive Sample...............................................11

  • ix

    1.5.4. Teknik Pengumpulan Data

    a. Pengamatan.................................................................12

    b. Wawancara..................................................................12

    c. Angket.........................................................................12

    d. Dokumentasi................................................................13

    1.5.5. Teknik analisis Data...........................................................13

    1.6. Sistematika Penulisan Skripsi...........................................................14

    BAB II KECEMASAN, BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

    2.1. Kecemasan Dan Bimbingan Dan Konseling Islam.

    2.1.1. Pengertian Kecemasan............................................................17

    2.1.2. Gejala-gejala Kecemasan........................................................22

    2.1.3. Tingkat-Tingkat Kecemasan...................................................24

    2.1.4. Faktor Penyebab Kecemasan..................................................27

    2.1.5. Terapi Penggulangan Kecemasan...........................................29

    2.2. Bimbingan Dan Konseling Islam.

    2.2.1. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam........................32

    2.2.2. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam..............................34

    2.2.3. Fungsi Bimbingan Dan Konseling Islam...............................34

    2.2.4. Urgensi Bimbingan dan konseling Islam...............................36

    BAB III FENOMENA KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR

    FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG DAN

    UPAYA SOLUSINYA

    3.1. Fenomena Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah

    IAIN Walisongo Semarang..............................................................39

    3.2. Faktor-Faktor Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas

    Dakwah IAIN Walisongo Semarang................................................42

    3.3. Beberapa Solusi Yang Telah Dilakukan..........................................44

  • x

    BAB IV ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN

    MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN

    WALISONGO DAN UPAYA SOLUSINYA (TINJAUAN

    BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)

    4.1. Faktor Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo Semarang........................................................................46

    4.2. Analisis Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir

    Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.................................48

    4.3. Solusi Faktor Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas

    Dakwah IAIN Walisongo Semarang................................................53

    4.3. Tinjauan Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap Faktor

    Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo Semarang Dan Upaya Solusinya....................................56

    BAB V PENUTUP

    5.1. KESIMPULAN.............................................................................59

    5.2. SARAN-SARAN..........................................................................60

    5.3. PENUTUP.....................................................................................61

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    BIODATA PENULIS

  • xi

    BIODATA PENULIS Nama : Muhammad Arif purnomo

    Nim : 1103086

    Fakultas / Jurusan : Dakwah / Bimbingan dan Penyuluhan Islam

    Tempat Tgl. Lahir : Magelang, 08 Desember 1984

    Alamat : Ds. Weron, Rt:08. Rw: I, Desa Sawangargo, Kecamatan

    Salaman, Kabupaten Magelang

    Jenjang Pendidikan :

    1. SDN Sawangargo (lulus tahun1997)

    2. SLTP N 2 Salaman (lulus tahun 2000)

    3. MAN Purworejo (lulus tahun 2003)

    4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang (lulus tahun 2009)

    Demikian biodata penulis, dan dibuat dengan sebenar benarnya.

    Semarang, 26 Desember 2009

    Muhammad Arif Purnomo 1103086

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Semester akhir bagi mahasiswa merupakan situasi penentu kelulusan.

    Di samping pembuatan skripsi, mahasiswa semester akhir harus mulai

    merancang karir dan masa depannya. Setelah lulus nanti akan ke mana,

    melanjutkan kuliah S-2 atau bekerja. Skripsi adalah syarat mengikuti ujian

    akhir dan merupakan penentu bagi lulus tidaknya mahasiswa. Demi kelulusan

    tersebut, mahasiswa bekerja keras untuk menyelesaikan skripsinya. Namun

    pada kenyataannya penyusunan skripsi tidak semudah yang dibayangkan.

    Banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam penyusunan skripsi.

    Penyebabnya adalah tidak semua mahasiswa mempunyai kemampuan dalam

    menyusun skripsi dan kemampuan akademis yang memadai.

    Penyusunan skripsi dirasakan oleh sebagian mahasiswa sulit dan

    mengancam. Kesulitan tersebut karena ketidakmampuan mahasiswa untuk

    menyusun skripsi dan bahkan ketika berhubungan kepada pihak fakultas,

    pembimbing, atau birokrasi dalam penyelenggaran skripsi yang begitu rumit,

    sehingga mahasiswa merasa terancam kalau sampai batas waktu yang telah

    ditentukan belum selesai ia akan dikeluarkan dari Perguruan Tinggi yang

    bersangkuatan.

    Di samping itu mahsiswa juga harus mulai memikirkan dan

    menentukan arah kehidupanya, baik secara materi maupun sosial. Ke mana ia

    harus melangkah dan mencari pekerjaan. Sedangkan untuk mencari pekerjaan

  • 2

    sulit. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja

    (Depnaker) terdapat 70.000 lulusan perguruan tinggi menganggur tiap tahun

    (Bukhori, 2008: 1).

    Kesulitan menyusun skripsi, cemas atau khawatir terhadap masa

    depan adalah wajar dan banyak dijumpai dikalangan mahasiswa. Kesulitan

    menyusun skripsi dan kecemasan mahasiswa tehadap masa depan bisa

    bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal yaitu kesulitan yang

    bersumber dari individu itu sendiri, misalkan: kesulitan dalam penyusunan

    skripsi, seperti: kesulitan dalam menyusun perumusan masalah, menyusun

    judul, mengkonsep isi skripsi, teknik penulisan, isi dan metode penelitian

    yang digunakan, dan mencari sumber data, serta kesulitan dalam

    menuangkan tulisan kedalam naskah skripsi, biaya pembuatan skripsi dan

    kesibukan berorganisasi. Sedangkan faktor eksternal (Lingkungan) adalah

    kesulitan yang dipengaruhi dari luar individu, antara lain: birokrasi kampus,

    dosen pembimbing, dosen penguji, dosen pengampu juz amma, belum

    jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di tuju, kuliyah sambil

    bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat menyelesaikan skripsi, dan

    deadline masa penulisan skripsi yang semakin mepet.

    Kesulitan dalam menyusun skripsi dan cemas terhadap lapangan

    pekerjaan merupakan gejala psikologis yang dihadapi seseorang tatkala

    seseorang tidak mampu mengatasi permasalahannya. Setiap orang pasti

    pernah merasakan kesulitan yang membedakan adalah tingkat dan derajat

    kesulitan. Kesulitan pada masing-masing orang tidak sama (Nur, 2008: 1).

  • 3

    Pada kadar yang tinggi kesulitan dapat membuat individu mengalami

    ketertekanan atau konflik batin yang pada akhirnya dapat meningkatkan stres

    pada individu. Gejala stres bisa datang kapan saja dan di mana saja pada

    setiap individu. Dari stres yang ringan sampai dengan stres yang paling berat

    apabila dirasakan secara terus-menerus maka akan dapat mempengaruhi

    fungsi dari berbagai system organ tubuh manusia. Manifestasi dari perasaan

    stres yang berkepanjangan dapat berubah menjadi kecemasan atau anxietas

    (Nur, 2008: 1).

    Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki

    nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan

    bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat

    mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan

    (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008). Mahasiswa cemas biasanya

    mengalami kegelisahan, mudah lelah, sulit konsentrasi, mudah tersingung,

    ketegangan otot dan ganguan tidur (http://www.google.co.id/kecemasan),

    mahasiswa mengalami kecemasan bisa berpengaruh buruk terhadap kuliah,

    ujian dan terlebih pada tahap megerjakan skripsi.

    Kecemasan (anxietas) diartikan penjelmaan dari berbagai proses emosi

    yang bercampur baur, terjadi manakala seseorang sedang mengalami

    tekanan-tekanan atau ketegangan (stres), seperti perasaan (frustasi) dan

    pertentangan batin (konflik) (Prasetyono, 2007: 11). Dengan kata lain,

    kecemasan merupakan kepedihan emosional yang terjadi karena ada perasaan

    takut, atau terancam oleh mara bahaya (Fayed, 2009: 13). Sedangkan

  • 4

    Kecemasan atau anxietas menurut Hawari (2001: 19). adalah gangguan alam

    perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang

    mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

    realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih

    tetap dalam batas-batas normal.

    Dalam Islam kecemasan (Khauf) menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani

    ialah bilamana hati seorang yang beriman tiada merasa aman dan tenang

    ( http://id.shvoong.com). Sedangkan menurut Ibnu Al Qayim (dalam Syukail,

    2004: 15) kecemasan adalah perasaan yang tidak disukai ada dalam hati dan

    perasaan tersebut berkaitan dengan sesuatu yang terjadi pada masa yang akan

    datang. Sumber cemas ada di hati. Rasulullah SAW. bersabda:

    ,

    Artinya: ketauhilah dalam jasad manusia ada mudhoh (segumpal darah), apabila kondisinya baik, baik pula semua jasad, apabila kondisinya memburuk, akan buruk pula semua jasad, mudhoh itu adalah hati (Hadis Riwayat Al Bukhori) (AlQorni, 2003: vi)

    Mahasiswa yang mengalami cemas dikarenkan di hatiya tiada merasa

    aman, tenang, malu, takut, terancam, konfik batin, tegang, tidak berdaya dan

    segan bertemu dengan orang lain (Shaleh, 2005: 175). Di sinilah perlunya

    dakwah bagi penderita kecemasan agar mampu meminimalisir dan mengatasi

    kecemasan yang dialami. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman

    keagamaan untuk mengubah pandangan hidup, sikap batin, dan prilaku umat

  • 5

    yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariah

    untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat (Munir, et.al, 2006:21).

    Dakwah terhadap penderita kecemasan yaitu dengan memberikan

    pemahaman keagamaan berupa tuntunan hidup yang sesuai dengan syariah

    Islam, sehingga terbebas dari rasa cemas. Kegiatan dakwah ini sebagai solusi

    untuk mengatasi kecemasan dengan pendekatan Bimbingan dan Konseling

    Islam.

    Berdasarkan latar belakang di atas penulis bermaksud melakukan

    penelitian dan mengangkat menjadi judul skripsi : KECEMASAN

    MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN

    WALISONGO SEMARANG DAN UPAYA SOLUSINYA (TINJAIAN

    BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM) .

    1.2. Perumusan Masalah

    Setelah melihat latar belakang tersebut diatas muncul pertanyaan

    sebagai berikut :

    1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan kecemasan mahasiswa

    semester akhir?

    2. Bagaimanakah solusi mengatasi kecemasan bagi mahasiswa semester

    akhir ditinjau dari Bimbingan dan Koseling Islam?

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1. Tujuan penelitian :

  • 6

    Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang hendak

    dicapai adalah untuk mensdiskripsikan faktor-faktor penyebab

    kecemasan mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN

    Walisogo Semarang dan upaya solusinya ditinjau dari Bimbingan dan

    Konseling Islam.

    1.3.2. Manfaat penelitian :

    1.3.2.1. Secara teoritis :

    a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

    keilmuan bimbingan dan konseling Islam di Fakultas

    Dakwah IAIN Walisongo Semarang tentang faktor-faktor

    penyebab kecemasan mahasiswa, tingkatan kecemasan,

    gejala-gejala kecemasan, dan upaya solusinya.

    b. Memperluas cakrawala pengetahuan tentang faktor-faktor

    penyebab kecemasan mahasiswa, tingkatan kecemasan,

    gejala-gejala kecemasan, dan upaya solusinya bagi peneliti

    khususnya dan mahasiswa Fakultas Dakwah pada

    umumnya.

    1.3.2.2. Secara praktis :

    a. Secara praktis penelitian ini dapat menambah wawasan

    tentang faktor-faktor penyebab, gejala dan tingkatan

    kecemasan mahasiswa semester akhir beserta solusinya.

  • 7

    b. Apabila mahasiswa mengalami kecemasan, mahasiswa

    dapat mengenali gejalanya dan mengatasi kecemasan

    tersebut.

    1.4. Tinjauan Pustaka

    Di bawah ini akan penulis uraikan penelitian-penelitian yang

    berkaitan dengan penelitian yang akan penulis teliti. Penelitian yang

    dilakukan oleh Imam Sholikin (1102028) dengan judul Hubungan Kontrol

    Diri Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa

    Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2006-2007.

    Dalam penelitian tersebut membahas signifikasi kontrol diri dengan

    kecemasan dalam menghadapi dunia kerja pada mahasiswa akhir Fakultas

    Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Semakin tinggi kontrol diri mahasiswa

    semakin rendah tingkat kecemasanya dalam menghadapi dunia kerja. Begitu

    sebaliknya semakin rendah kontrol diri mahasiswa semakin tinggi tingkat

    kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja. Dan terdapat peran

    penting fungsi bimbingan dan koseling Islam dalam menumbuhkan kontrol

    diri yang efektif bagi masasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo Semarang.

    Penelitian Baidi Bukhori dengan judul: Kecemasan Mahasiswa

    Semester Akhir IAIN Walisongo Dalam Menghadapi Sempitnya Pekerjaan

    Ditinjau Dari Kematangan Beragama, Latar Belakang Fakultas, dan Jenis

    Kelamin. Penelitian ini memuat adanya hubungan negatif yang signifikan

    antara kematangan beragama dan kecemasan mahasiswa semester akhir

  • 8

    dalam menghadapi sempitnya lapangan pekerjaan antara mahasiswa Fakultas

    Tarbiyah, Syariah, Dakwah dan Usuludin. Dan ada perbedaan yang

    signifikan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.

    Sekripsi yang berjudul: Hububngan Antara Membaca Al-Quran

    Dengan Kecemasan (Sebuah Tinjauan Psikologi). Yang diteliti olah Siti

    Nur Khasanah (4102058). Penelitian ini mengkaji apakah dengan membaca

    Al-Quran dapat menurunkan kecemasan seseorang. Penelititian tersebut

    menyimpulkan bahwa Al-Quran ditinjau secara psikologi dapat menurunkan

    kecemasan.

    Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah

    dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini membahas faktor-faktor

    penyebab kecemasan, tingkatan kecemasan, gejala-gejala kecemasan yang

    dialami mahasiswa dan upaya solusinya. Dan menurut penulis penelitian itu

    belum pernah dilakukan.

    1.5. Metode Penelitian

    1.5.1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

    Penelitian kulitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih

    positifistik yang bertitik tolak dari fakta sosial yang ditarik dari

    realitas objektif disamping asumsi tertulis lainya (Moleong, 2004: iii).

    Pelelitian ini menggunkan pendekatan Bimbingan dan Konseling

    Islam sehingga permasalahan sosial individu dapat diketahui secara

    rinci, baik penyebab dan kemungkinan solusinya. Dengan sepesifikasi

  • 9

    penelitian diskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan

    pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan datadata,

    menganalisis dan mengimpretasikanya (Narbuko, 2005: 44).

    1.5.2. Definisi Operasional

    Batasan oprasional akan penulis awali dengan pengertian

    kecemasan. Dalam bukunya Prasetyono (2007: 11) kecemasan

    diartikan penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur

    baur, terjadi manakala seseorang sedang mengalami tekanan-tekanan

    atau ketegangan (stres), seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan

    batin (konflik).

    Kecemasan merupakan kepedihan emosional yang terjadi

    karena ada perasaan takut, atau terancam oleh mara bahaya (Fayed,

    2009: 13). Dalam Shahab (2002: 26) menurut Imam Al-Ghazali, was-

    was (kecemasan) adalah pikiran yang datang tiba-tiba atau lintasan

    pikiran yang menyeru kepada keburukan, sangat tercela dan berakibat

    kemalangan kepada si empunya. Menurut Ibnu Al Qayim (dalam

    Syukail, 2004: 15) kecemasan adalah perasaan yang tidak disukai ada

    dalam hati dan perasaan tersebut berkaitan dengan sesuatu yang

    terjadi pada masa yang akan datang.

    Menurut hemat penulis kecemasan adalah penjelmaan dari

    berbagai proses emosi berupa pikiran-pikiran atau perasaan tentang

    situasi yang tidak menyenangkan, belum jelas (belum pasti), bahkan

  • 10

    mengancam dan bercampur baur, terjadi manakala seseorang sedang

    mengalami tekanan-tekanan atau ketegangan (stres), seperti perasaan

    (frustasi) dan pertentangan batin (konflik).

    Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan mahasiswa

    semester akhir terdiri dari faktor internal (individu) dan faktor

    eksternal (lingkungan). Faktor internal (individu) yaitu faktor yang

    berasal dari kontribusi biologis seperti keturunan, sebab-sebab kondisi

    dan penyakit fisik, sedangkan kontribusi psikologis berupa emosi

    yang ditekan, konflik internal, marah, dan frustasi. Dan faktor

    eksternal (lingkungan) yaitu faktor yang berasal dari kontribusi sosial

    berupa peristiwa atau situasi hidup dan pengalaman anda dengan

    keluarga, sahabat, rekan kerja dan masyarakat luas, ekonomi, problem

    dari orang tua dan lingkungan tempat tinggal. Dalam penelitian ini,

    mahasiswa semester akhir adalah mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo angkatan 2002 sampai angkatan 2004 (semester X, XII

    dan XIV) dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif.

    1.5.3. Sumber dan Jenis Data

    1.5.3.1. Sumber penelitian terdiri dari dua jenis yaitu :

    1. Sumber primer yaitu sumber data yang diperoleh dari

    mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang

    angkatan 2002 sampai 2004.

  • 11

    2. Sumber sekunder yaitu sumber data dari bahan bacaan,

    seperti buku, makalah, dan surat kabar (Nasution,

    2003:143). Sumber data sekunder dari buku-buku yang

    membahas kecemasan dan bimbingan dan konseling

    Islam.

    1.5.3.2. Penelitian ini menggunakan dua jenis data antara lain:

    1. Data primer.

    Data primer berupa data yang diperoleh dari responden

    mengenai faktor penyebab kecemasan, tingkat kecemasan

    yang dialami mahasiswa semester akhir dan upaya solusi

    yang telah dilakukan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo

    Semarang.

    2. Data sekunder.

    Data sekunder tersebut meliputi data-data mengenai

    pengertian kecemasan, tingkatan kecemasan, gejala-

    gejala kecemasan, faktor penyebab kecemasan dan

    bimbingan dan konseling Islam.

    1.5.4. Porposive Sample

    Dalam penelitian ini menggunakan sampel yang digunalan

    adalah porposive sample atau sanpel bertujuan. Sampel dalam

    penelitian ini untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari

    pelbagai macam sumber, dengan tujuan untuk mencari kekhususan

  • 12

    yang ada dalam rumusan konteks yang unik dan utuk menggali

    informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul.

    Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling

    bola salju, yaitu mulai dari satu menjadi makin lama makin banyak

    (Moleong, 2004: 224).

    1.5.5. Teknik Pengumpulan Data

    a. Pengamatan

    Pengamatan adalah pengumpulan data yang dilakukan

    dengan cara mengamati dan mencatat secara sitematik gejala

    gejala yang diselidiki (Narbuko, dkk, 2005: 44). Dalam penelitian

    ini pengamatan dilakukan untuk mengamati gejala-gejala yang

    dialami ataupun peristiwa yang dialami mahasiswa semester akhir,

    untuk mengetahui siapa saja yang mengalami gejala kecemasan.

    b. Wawancara ( interviu )

    Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian

    yang berlangsun secara lesan dalam mana dua orang atau lebih

    bertap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi

    atau keteranganketerangan (Narbuko, dkk, 2005: 44).

    Obyek wawancara adalah mahasiswa fakultas dakwah dari

    jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Bimbingan dan Penyuluhan

    Islam dan Menejemen Dakwah angkatan 2002, 2003 dan 2004.

  • 13

    Wawancara digunakan untuk mencari faktor penyebab kecemasan

    mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.

    a. Angket (Kuesioner)

    Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan

    rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang

    akan diteliti (Narbuko, 2003: 76). Metode ini digunakan untuk

    menggali data yang berkaitan dengan tingkat kecemasan yang

    dialami mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo.

    b. Dokumentasi

    Dokumentasi yaitu mencari data mengenai halhal atau

    variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

    prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sbagainya (Arikunto,

    2002: 206). Pengumpulan data dengan teknik ini untuk mencari

    dan mendapatkan informasi berkaitan dengan pengertian, gejala-

    gejala, tingkatan kecemasan, faktor-faktor yang menyebabkan

    kecemasan dan bimbingan dan konseling Islam.

    c. Teknik Analisis Data

    Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis

    data dengan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif ini

  • 14

    digunakan untuk mengambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

    berjalan pada saat penelitian ini dilakukan dan memeriksa sebab

    sebab dari suatu gejala tertentu (Sevila, dkk, 993,71). Kemudian

    dianalisis dengan melakukan pemeriksaan secara konseptual atas

    suatu peryataan, sehingga dapat diperoleh kejelasan arti yang

    terkandung dalam peryataan tersebut (Sudarto, 1997, 60). Hal ini

    sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nawawi, Dkk (1996: 73)

    bahwa: metode diskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah

    yang diselidiki dengan mengambarkan keadaan objek penelitian pada

    saat sekarang berdasarkan fakta yang nampak, dalam hal ini tidak

    banyak penyajian data secara deskriptif, tetapi data yang terkumpul di

    olah dan ditafsirkan.

    Langkahlangkah yang peliti gunakan untuk menganalisis

    data yang telah terkumpul adalah sebagai berikut :

    1. Peneliti mendiskripsikan data yang telah diperoleh, mengenai

    faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan mahasiswa semester

    akhir dan menghitung proentase tingkat kecemasan mahasiswa

    semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang,

    dengan rumus sebagai berikut:

    p = f / n X 100%

    Keterangan: p = prosentase pada suatu kelas tertentu. f = frekuensi pada kelas variasi yang bersangkutan. n = jumlah frekuensi dari seluruh kelas (Surakhmad, 1992:252).

  • 15

    2. Setelah dideskripsikan, tahap selanjutnya adalah menganalisis

    data deskriptif tersebut guna mencari faktor-faktor yang

    menyebabkan kecemasan dan solusi yang tepat.

    d. Sistematika Penulisan

    Dalam rangka menguraikan pembahasan masalah diatas,

    peneliti berusaha menyusun kerangka penelitian secara sistematis

    agar pembahasan lebih terarah dan mudah difahami serta uraian yang

    disajikan mampu menjawab permasalahan yang sudah dirumuskan

    sehingga tercapai tujuan tujuan yang diharapkan.

    Sebelum menginjak bab pertama, penulis awali dengan

    halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman

    peryataan, abstraksi, kata pengatar, dan daftar isi.

    Bab Pertama adaah pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar

    belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

    tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

    Bab Dua adalah landasan teori yang menjelaskan Kecemasan

    dan Bimbingan dan Konseling Islam. Kecemasan Mahasiswa

    Semester Akhir dibagi menjadi tiga sub bab yaitu Pengertian

    Kecemasan, Ciri-Ciri Kecemasan, Tingkat-Tingkat Kecemasan, Dan

    Faktor Penyebab Kecemasan. Sedangkan Bimbingan dan Konseling

  • 16

    Islam diperinci menjadi: pengertian Bimbingan dan Konseling Islam,

    tujuan dan fungsinya.

    Bab Tiga adalah menggambarkan Fenomena Kecemasan

    Mahasiswa Semester Akhir dan Faktor-faktor Penyebabnya. Bab tiga

    ini dibagi menjadi tiga sub, antara lain: Fenomena Kecemasan

    Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo

    Semarang, Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester

    Akhir, Dan Beberapa Solusi Yang Telah Dilakukan.

    Bab Empat adalah Analisis Faktor-Faktor Penyebab

    Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir. Di dalam bab empat dibahas

    Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas

    Dakwah IAIN Walisongo Semarang, Analisis Faktor-faktor penyebab

    kecemasan mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo Semarang, Solusi Faktor Penyebab Kecemasan

    Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, dan

    Tinjuan Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap faktor penyebab

    kecemasan dan upaya solusinya.

    Bab Lima adalah penutup. Bab ini memuat kesimpulan dan

    saran-saran serta dicantumkan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan

    biodata.

  • 17

    BAB II

    KECEMASAN, BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

    2.1. Kecemasan

    2.1.1. Pengertian Kecemasan.

    Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah anxiety

    neurosis. Kata anxiety diambil dari kataangst yang berarti

    ketakutan yang tidak perlu. Pada mulanya Freud mengartikan

    anxietas ini sebagai transformasi lepasnya ketegangan seksual yang

    menumpuk melalui sistem saraf otonom dengan menggunakan saluran

    pernafasan. Kemudian anxietas ini diartikan sebagai perasaan takut

    atau khawatir yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi.

    Akhirnya anxietas diartikan sebagai suatu respon terhadap situasi

    yang berbahaya (http:// Cemas dan Hipertensi.com/fk Unhas/Faisal).

    Dalam Lubis (1993: 78), kecemasan diartikan penghayatan

    emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan antisipasi

    malapetaka yang akan datang. Tingkatannya bervariasi dari perasaan

    cemas dan gelisah yang ringan sampai ketakutan yang amat berat.

    Dapat dibandingkan dengan perasaan takut dan terancam, tetapi

    seringkali tanpa adanya alasan atau penyebab yang sepadan.

    Sementara itu, Djumhana mendefinisikan kecemasan

    sebagai ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan

    cemas muncul apabila seseorang berada dalam keadaan diduga akan

  • 18

    merugikan dan mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu

    menghadapinya. Dengan demikian, rasa cemas sebenarnya suatu

    ketakutan yang diciptakan oleh diri sendiri, yang dapat ditandai

    dengan selalu merasa khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum

    terjadi (Bustaman, 2001: 156). Sejalan dengan itu dalam Kartono,

    mengatakan bahwa kecemasan adalah semacam kegelisahan-

    kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, dan

    mempunyai ciri yang mengazab pada seseorang. Lebih lanjut

    dikatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak

    menyenangkan ditandai dengan ketakutan. Perasaan takut itu timbul

    karena adanya ancaman atau gangguan terhadap suatu objek yang

    masih abstrak dan juga takut yang bersifat subjektif yang hal ini

    ditandai dengan perasaan tegang, khawatir dan sebagainya (Nur,

    2001: 17).

    Perasaan cemas ditandai oleh rasa ketakutan yang tidak

    jelas, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik,

    seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan

    sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan

    cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama (Nur, 2001: 17).

    Dalam praktek sehari-hari anxietas sering dikenal dengan

    istilah perasaan cemas, perasaan bingung, was-was, bimbang dan

    sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada kondisi

    normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi

  • 19

    patologik (Nur, 2001: 17). Hawari juga menjelaskan bahwa

    kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan

    perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

    berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,

    kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih

    dalam batasbatas normal (Hawari, 2001: 19). Dapat didefinisikan

    pula, kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi yang

    bercampur baur, yang terjadi mana kala seseorang sedang mengalami

    berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stres) disertai frustasi dan

    pertentangan batin (Prastyono, 2007: 11).

    Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau

    keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan

    segera terjadi. Banyak hal yang harus dicemaskan misalnya,

    kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, relasi internasional, dan kondisi

    lingkungan adalah beberapa hal yang dapat menjadi sumber

    kekhawatiran, adalah normal, bahkan adaptif, untuk cemas mengenai

    aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut

    mendorong seseorang untuk melakukan pemeriksaan medis secara

    reguler atau memotivasi kita untuk belajar menjelang ujian.

    Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi

    kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai

    dengan proporsi ancaman (Nevid, et.al, 2003: 163).

  • 20

    Kecemasan digunakan sebagai state atau trait anxienty.

    State anxienty adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi

    tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxienty

    beragam dalam hal intensitas dan waktu (contohnya, mengikuti ujian,

    kencan pertama, pertandingan sepak bola). Keadaan ini ditentukan

    oleh perasaan ketegangan yang subyektif (Clerq, 1994: 49). Trait

    anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil dan

    mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan

    sebagai ancaman yang disebut sebagai Anxienty pronoses

    (kecenderungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk

    merasakan berbagai macam keadaan sebagai keadaan yang

    membahayakan atau mengancam, dan cenderung untuk menanggapi

    dengan reaksi kecemasan (Clerq,1994: 49).

    Sejauh ini kata cemas sering juga digunakan sebagai

    pengganti kata takut dalam arti khusus, yaitu takut akan hal yang

    objeknya kurang jelas. Kecemasan diartikan sebagai ketakutan

    terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaaan cemas biasanya

    muncul bila berada dalam suatu keadaan yang diduga akan merugikan

    dan dirasakan mengancam diri manusia, dimana manusia merasa tidak

    berdaya mengahadapinya, Padahal sebenarnya apa yang dicemaskan

    itu belum tentu terjadi (Nur, 2001: 20).

    Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (1994), kecemasan

    adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan

  • 21

    merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,

    perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta

    dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Pada kadar yang

    rendah, kecemasan membantu individu untuk bersiaga mengambil

    langakah-langkah mencegah bahaya atau untuk memperkecil dampak

    bahaya tersebut. Kecemasan sampai pada taraf tertentu dapat

    mendorong meningkatnya performa (Fauziah danWiduri, 2005: 73).

    Misalnya, cemas mendapat IP buruk membuat seorang mahasiswa

    belajar keras dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. Kecemasan

    semacam ini disebut sebagai facilitating anxienty. Namun apabila

    kecemasan sangat besar, justru akan sangat mengganggu. Misalnya

    kecemasan berlebihan saat akan ujian skripsi justru membuat

    seseorang mahasiswa mengalami blocking dan tidak bisa menjawab

    pertanyaan ujian (Nur, 2001: 20).

    Pandangan psikologi terhadap masalah kecemasan ini

    cukup beraneka ragam. Teori-teori tentang kecemasan banyak

    dikembangkan, karena dalam pandangan psikologi kecemasan

    dianggap sebagai penyebab utama dari berbagai gangguan kejiwaan.

    Kecemasan tarafnya bermacam-macam, mulai dari kecemasan yang

    paling ringan sampai yang paling berat. Mulai dari kecemasan yang

    sifanya normal sampai kecemasan yang merupakan gejala gangguan

    kejiwaan (Bustaran, 1995: 156).

  • 22

    Sedangkan dalam Islam kecemasan (Khauf) menurut Al-

    Bantani ialah bilamana hati seorang yang beriman tiada merasa aman

    dan tenang ( http://id.shvoong.com). Perasaan cemas (was-was)

    berupa pikiran yang datang tiba-tiba atau lintasan pikiran yang

    menyeru kepada keburukan, sangat tercela dan berakibat kemalangan

    kepada si empunya (Shahab, 2002: 26). Sedangkan menurut Al-

    Qayim (dalam Syukail, 2004: 15) kecemasan adalah perasaan yang

    tidak disukai ada dalam hati dan perasaan tersebut berkaitan dengan

    sesuatu yang terjadi pada masa yang akan datang.

    2.1.2. Gejala-gelaja Kecemasan.

    Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya

    perasaaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas

    dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat

    berbeda-beda pada masing-masing orang (Fauziah dan Widuri, 2005:

    74). Menurut Dennis dan Christine (dalam Sholikin, 2007: 31) ciri-ciri

    kecemasan meliputi reaksi fisik, pemikiran, prilaku, dan suasana

    hati.ciri-ciri kecemasan tersebut antara lain:

    1. Reaksi Fisik: Telapak tangan berkeringat, otot tegang,

    jantung berdegup kencang, pipi merona, pusing-pusing.

    2. Pemikiran: Memikirkan bahaya secara berlebihan,

    menganggap diri tidak mampu mengatasi masalah,

    tidak menganggap penting bantuan yang ada, khawatir

    dan berpikir hal yang buruk.

  • 23

    3. Perilaku: Menghindari situasi saat kecemasan biasa

    terjadi, meninggalkan situasi saat kecemasan mulai

    terjadi, mencoba melakukan banyak hal secara

    sempurna atau mencoba mencegah bahaya.

    4. Suasana hati: Gugup, jengkel, cemas, panik.

    Menurut Daradjad (2001: 21) gejala-gejala kecemasan

    meliputi dua hal, yakni gejala yang bersifat fisik dan gejala yang

    bersifat mental. Gejala fisik meliputi: ujung-ujung jari terasa dingin,

    pencernakan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran,

    tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak

    dan sebagainya. Gejala mental antara lain: sangat takut, merasa akan

    ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian,

    tidak berdaya/rendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak

    tenteram, ingin lari dari kenyataan hidup dan sebagainya. Sedangkan

    menurut Hawari (1997: 55) Gejala-gejala kecemasan antara lain :

    1. Cemas, takut, khawatir.

    2. Firasat buruk

    3. Takut akan fikiranya sendiri.

    4. Mudah tersinggung.

    5. Tegang, tidak bisa istirhat dengan tenang.

    6. Gelisah, mudah terkejut.

    7. Gangguan tidur dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.

    8. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

  • 24

    9. Jantung berdebar-debar, dada sesak, nafas pendek.

    10. Gangguan pencernaan.

    11. Nyeri otot, pegel linu, kaku, perasaan seperti di tusuk-tusuk,

    keringat, badan panas atau dingin.

    12. Mulut kering, sukar menelan seolah-olah ada benda yang

    menyumbat kerongkongan.

    2.1.3. Tingkat-Tingkat Kecemasan.

    Kecemasan diidentifikasi menjadi 4 tingkat (level) yaitu;

    ringan, sedang, berat, dan panik (Frisch, Stuart & Laraia, 1998,

    disadur dari Peplau, 1963).

    a. Kecemasan Ringan

    Kecemasan ringan berhubungan dengan kehidupan

    sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

    meningkatkan lapang persepsinya. Individu melihat, mendengar,

    dan memegang secara lebih dibanding sebelumnya. Kecemasan

    jenis ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

    perkembangan dan kreativitas. Manifestasi yang muncul pada

    tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang presepsi meningkat,

    kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan

    tingkah laku sesuai situasi.

  • 25

    b. Kecemasan Sedang

    Kecemasan sedang memungkinkan seseorang hanya

    berfokus pada persoalan yang sedang, melibatkan penyempitan

    dari lapangan persepsi sehingga individu kurang melihat,

    mendengar dan menggenggam. Individu menahan beberapa area

    terpilih tetapi dapat menyelesaikan jika diarahkan. Manifestasi

    yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat,

    kecepatan denyut jantung dan pernafasan meningkat,

    keteganagan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi,

    lahan presepsi menyempit, mampu belajar tapi tidak maksimal,

    kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan

    terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan,

    mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan

    menangis.

    c. Kecemasan Berat

    Kecemasan berat ditandai oleh penurunan lapang

    persepsi. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang khusus

    dan detail dan tidak berfikir tentang hal-hal lain. Semua tingkah

    laku pada pengurangan kecemasan, dan memerlukan banyak

    bimbingan untuk berfokus pada area yang lain. Manifestasi yang

    muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala,

    tidak dapat tidur, sering kencing, diare, palpilasi, lahan presepsi

  • 26

    menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada diri

    sendiri dan keingginan untuk menghilangkan kecemasan sangat

    tinggi, perasaan tidak berdaya, binggung dan disorientasi.

    d. Panik

    Panik berhubungan dengan perasaan takut, ketakutan,

    dan teror. Karena kehilangan kontrol/kendali secara lengkap,

    individu tidak dapat melakukan sesuatu, walaupun dengan

    bimbingan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi

    peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk

    berhubungan dengan orang lain, persepsinya menyimpang, dan

    kehilangan pikiran yang rasional. Panik adalah pengalaman

    yang menakutkan dan melemahkan. Seseorang yang panik tidak

    dapat berfungsi atau berkomunikasi secara efektif. Manifestasi

    pada orang yang panik adalah susah bernafas, dilantasi pupil,

    palpilasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat

    berespon terhadap perintah yang sderhana, berteriak, menjerit

    mengalami halusinasi dan delusi. Tingkat kecemasan ini tidak

    dapat berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terbatas

    sebab pertentangan dengan kehidupan. Panik dalam jangka

    waktu yang lama dapat menyebabkan kelelahan dan kematian

    (Hartoyo, 2004: 6).

  • 27

    2.1.4. Faktor Penyebab Kecemasan

    Secara garis besar kecemasan dapat ditimbulkan oleh dua

    sebab. Pertama, Perasaan cemas yang timbul dari apa yang ada pada

    diri sendiri seperti rasa takut, terkejut, perasaan bersalah/berdosa,

    merasa terancam, dan sebagainya. Kedua, perasaan cemas yang

    terjadi diluar kesadaran dan tidak mampu menghindari dari perasaan

    yang tidak menyenangkan itu (Prasetyono, 2007: 12). Thalis (dalam

    Tresnowaty, 2004: 4) mengatakan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi kecemasan adalah faktor individual dan faktor

    lingkungan. Faktor individual antara lain meliputi: kepribadian,

    kondisi fisik, perkembangan, kematangan, kondisi psikologis,

    keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup, kebermaknaan

    hidup, dan keseimbangan dalam berfikir (Bukori, 2008: 16). Adapun

    yang termasuk faktor dari lingkungan antara lain keadaan sosial,

    ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya (Daradjat, 2001: 9).

    Durand dan Barlow (2006: 161-164), mengatakan penyebab

    kecemasan berkaitan dengan kontribusi biologis, kontribusi psikologis

    dan kontribusi sosial. Ada juga yang menggolongkan menjadi empat

    faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pola dasar yang

    menunjukkan reaksi rasa cemas yaitu : lingkungan, emosi yang

    ditekan, sebab-sebab fisik, keturunan (Ramaiah, 2003: 11-12).

    Kecemasan merupakan akibat dari ketidakmampuan

    seseorang dalam menghindari setiap kesukaran-kesukaran yang

  • 28

    menghadangnnya. Itu merupakan awal atau faktor-faktor yang

    menyebabkan gangguan kejiwaan (neurose)1 dan penyakit jiwa

    (psychose)2 (Nur, 2008: 27). Dengan ringkas dapat dilatakan, bahwa

    cemas itu timbul karena orang tidak mampu menyesuikan diri dengan

    dirinya, dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya (Daradjat, 1983:

    28).

    Menurut Karn Horney sebab terjadinya cemas ada 3 macam:

    a. Tidak adanya kehangatan dalam keluarga dan perasaan anak bahwa

    ia dibenci, tidak disayangi dan dimusuhi.

    b. Perlakuan yang diterima anak dalam keluarga, misalnya orang tua

    terlalu otoriter, keras, tidak adil, sering mungkir janji, tidak

    menghargai anak dan suasana keluarga yang penuh dengan

    pertentangan dan permusuhan.

    c. Lingkungan yang penuh pertentangan dan kontradiksi, dimana

    terdapat faktor yang menyebabkan tekanan. Perasaan dan frustasi,

    penipuan, pengkhianatan, kedengkian dan sebagainya (Daradjat,

    1993: 26).

    Menurut Iskandar (1998), faktor yang memengaruhi

    kecemasan dibagi menjadi dua (2) yaitu faktor internal ( faktor yang

    1 Neorose (neurosis) yaitu gangguan kejiwaan yang dalami individu masih dalam kondisi

    normal atau ringan. Seperti kecemasan, depresi yaitu ketegangan pada syaraf otonom karena adanya stimuli yang menekan yang dapat menyebabkan ketegangan.

    2 Psychose (psikosis) yaitu gangguan kejiwaan yang dialami individu dimana individu mengalami disorientasi, perilaku menyimpang, kepribadian terganggu dan sulit untuk dikendalikan. Gangguan psikosis adalah gangguan jiwa berat atau kronis seperti skizofrenia.

  • 29

    bersumber dari individu itu sendiri ) dan eksternal (faktor yang

    dipengaruhi dari luar individu ). Faktor internal dari kecemasan

    berangkat dari pandangan psikoanalisis yang berpendapat bahwa

    sumber dari kecemasan itu bersifat internal dan tidak disadari.

    Menurut Freud (dalam Atkinson 1993), kecemasan merupakan akibat

    dari konflik yang tidak disadari antara implus dengan kendala yang

    ditetapkan oleh ego dan superego. Menurut Atkinson (1993)

    kecemasan lebih ditimbulkan oleh faktor eksternal dari pada faktor

    intrenal. Seorang yang mengalami kecemasan merasa bahwa dirinya

    tidak dapat mengendalikan situasi kehidupan yang bermacam-macam

    sehingga perasaan cemas hampir selalu hadir.

    2.1.5. Terapi Penaggulangan Kecemasan

    Dalam psikiatri penaggulangan kecemasan dikenal bentuk

    terapi yang disebut terapi holistik. Terapi holistik adalah bentuk

    terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan hanya

    kepada bentuk ganguan jiwa saja, melainkan juga mencakup aspek-

    aspek lain dari pasien. Menurut Hawari terapi penangulanggan stres,

    kecemasan dan deperesi dapat diberikan terapi yang meliputi :

    a. Psikotrapi Psikiatrik

    Bentuk terapi ini menganut asas psikiatri dengan tujuan

    mengembalikan kepercayaan diri (self confidence) dan

    memperkuat fungsi ego. Biasanya berupa wawancara atau

    konsultasi, pasien dapat mengemukakan secara bebas dengan

  • 30

    jaminan kerahasiaan segala permasalahan, konflik dan uneg-

    uneg yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap

    kecemasan.

    b. Psikotrapi Keagamaan

    Terapi keagamaan dengan memberikan pemikiran-pemikiran

    Islam yang mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan

    di dunia ini bebas dari rasa cemas, tegang dan depresi. Terapi

    keagamaan ini dapat berupa kegiatan ritual keagamaan seperti

    sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,

    ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb

    (http://www.integral.sch.id/).

    c. Psikofarmaka

    Psikofarmaka (farmakoterapi) adalah terapi dengan obat anti

    depresen dan harus sesuai dosis yang tepat. Dalam pemberian

    obat anti depresen harus hati-hati terhadap penggunaan obat

    secara berlebihan, hal ini dikarenakan penggunaan obat anti

    depresen secara berlebihan dapat menyebabkan overdosis.

    Pemberian ukuran obat anti depresen harus disesuaikan dengan

    penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan. Penggunaan obat

    sebaiknya jika gejala-gejala kecemasan semakin kuat.

    d. Terapi somatik

    Terapi somatik adalah terapi dengan memberikan jenis obat-

    obatan yang ditujukan kepada keluhan-keluhan yang dialami.

  • 31

    Jenis obat-obatab yang diberikan sesuai denagan keluhan-

    keluhan atau sakit yang dirasakan saat penderita merasa

    kecemasan, misalkan sakit perut obat yang diberikan obat sakit

    perut.

    e. Terapi Relaksasi

    Cara yang dapat ditempuh dengan melakukan teknik relaksasi

    dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan,

    usahakanlah menemukan kenyamanan selama 30 menit

    (http://www.pikirdong.org). Terapi ini berawal dari pengarann dari

    instruktur kemudian sampai penderita kecemasan merasa mampu

    melakukannya sendiri dan merasa nyaman.

    f. Terapi Prilaku.

    Terapi prilaku digunakan untuk menghilangkan berbagai bentuk

    dan gejala kecemasan dengan jalan melatih diri menghadapinya,

    baik sedikit demi sedikit, maupun secara langsung dan frontal

    menghadapinya (Batsman, 2001: 157). Penderita kecemasan

    dihadapkan pada suatu bayangan dari suatu daftar yang telah

    ditentukan lebih dahulu dari situasi, objek / kondisi yang

    membuat ada cemas, yang kemudian dihubungkan dengan

    situasi-situasi yang menyenangkan, sehingga perasaan panderita

    kecemasan merasa nyaman dan senang setelah situasi

    kecemasan berubah menjadi kesenangan.

  • 32

    Selain itu, beraneka ragam terapi dikembangkan para ahli

    guna mengatasi rasa cemas itu, di antaranya latihan relaksasi, terapi

    tingkah laku dan sebagainya (Bastman, 2001: 157).

    2.2. Bimbingan Dan Konseling Islam

    2.2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

    Bimbingan berasal dari kata Inggris guidance, dari asal

    kata guide yang diartikan menunjukkan jalan (showing the way);

    memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk

    (giving instuktion); mengatur (regulation); mengarahkan (governing);

    memberi nasehat (giving advince) (W.S.Winkel, et.al, 2004: 27).

    Bimbingan menurut Crow and Crow:

    Guidance is assistance made available by personally qualified and adequately trained men or women to an individual of any age to help him manage his own life activiyies, develop his own points of view, make his own decision, and carry his own burdens (Winkel, et.al, 2004: 27)

    Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan yang

    terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat

    mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya

    secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang

    terkandung dalam Al-Quran dan Hadis Rasulullah ke dalam diri,

    sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran

    dan Hadits (Hellen, 2005: 15). Sedangkan konseling dalam kamus

    bahas inggris Counseling dikaitkan dengan kata Counsel yang

    diartikan sebagai berikut:

  • 33

    1. Nasehat (to obtain counse );

    2. Anjuran (to give counsel);

    3. Pembicaraan (to take gounsel) (Bakran, et.al,

    2004:179).

    Konseling Islam adalah merupakan suatu usaha

    membanatu individu dalam menanggulangi penyimpangan

    perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga kembali

    menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi dan berfungsi

    untuk menyembah/ mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhinya

    tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia

    dan dengan alam (Hellen, 2005: 21).

    Menurut hemat penulis Bimbingan Dan Konseling Islam

    adalah usaha pemberian bantuan berupa nasehat kepada individu

    secara terarah dan sistematis untuk mengembangkan potensi(fitrah

    beragama), menangulangi penyimpangan perkembangan fitrah

    beragama sehingga menyadari peranannya sebagai khalifah di muka

    bumi, menyembah/ mengabdi kepada Allah SWT sehingga tercipta

    kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia dan

    dengan alam sesuai ajaran Al-Quran dan Al-Hadits.

  • 34

    2.2.2. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam

    1). Tujuan Umum

    Membantu individu mewujutkan dirinya menjadi

    manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup dunia dan

    akherat.

    2). Tujuan Khusus

    a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.

    b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

    dihadapi.

    c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

    dan kondisi yang baik atau yang telah baik, agar tetap baik

    atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber

    masalah bagi dirinya dan orang lain (Faqih, 2001: 36-37).

    2.2.3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

    Menurut Faqih (2001: 37) Fungsi Bimbingan Dan Konseling

    Islam antara lain:

    1. Fungsi preventif

    Yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya

    masalah bagi dirinya.

    2. Fungsi kuratif atau korektif

    Yaitu membantu individu memecahkam masalah yang sedang

    dihadapi atau dialamiya.

  • 35

    3. Fungsi preservatif, fungsi ini bertujuan untuk membantu individu

    menjaga situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung

    masalah) menjadi baik (terpecahkan), serta kebaikan itu mampu

    bertahan lama. Dalam hal ini lebih berorientasi pada pemahaman

    individu mengenai keadaan dirinya, baik berupa kelebihan

    maupun kekurangan yang ada pada individu serta situasi dan

    kondisinya

    4. Fungsi devlopmental atau pengembangan.

    Yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan

    situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi

    lebih baik, sehingga tidak memungkinkanya menjadi sebab

    munculnya masalah baginya.

    Dalam Hellen (2005: 56-57) fungsi bimbingan dan konseling

    adalah sebagai berikut:

    a. Fungsi pemahaman.

    Yaitu fungsi yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu

    oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan

    pengembangan peserta didik.

    b. Fungsi pencegahan.

    Yaitu fungsi yang menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya

    peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul

    yang akan dapat mengaggu, menghambat atau pun menimbulkan

  • 36

    kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses

    perkembangannya.

    c. Fungsi pengentasan.

    Fungsi pengentasan dipakai sebagai penganti istilah kuratif atau

    fungsi teraupeutik dengan arti pengogatan atau penyembuhan.

    d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan.

    Yaitu fungsi yang akan menghasilkan terpeliharanya dan

    terkembangkanya berbagai potensi dan kondisi positif peserta

    didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap

    dan berkelanjutan.

    e. Fungsi advokasi.

    Yaitu fungsi yang akan menghasilkan advokasi atau pembelaan

    terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembagan seluruh

    potensi secara maksimal.

    2.2.4. Urgensi Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam Penurunan

    Kecemasan

    Bimbingan dan konseling Islam dalam penurunan

    kecemasan sangat penting. Terbuki Orang yang mengalami

    kecemasan membutuhkan bimbingan dan konseling sehingga orang

    tersebut mampu meminimalisir tingkat kecemasan, mengetahui

    gejala-gejalanya, dan mengatasi faktor penyebabnya. Kecemasan

    adalah gangguan alam perasaan tidak disukai yang ada dalam hati

    ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang

  • 37

    mendalam berupa pikiran-pikiran atau perasaan tentang situasi yang

    tidak menyenangkan. Bila perasaan cemas menyerang seseorang,

    kemampuan berpikirnya, semangat kerja dan belajarnya menurun,

    bahkan mungkin hilang. Selain itu kemauan untuk beribadah

    mengendor dan keinginan untuk bergaul akan lenyap (Daradjat,

    1994: 20). Selain itu orang yang cemas biasanya mengalami

    kegelisahan, mudah lelah, sulit konsentrasi, mudah tersingung,

    ketegangan otot, dan ganguan tidur. Kecemasan dengan intensitas

    yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi,

    tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru

    malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap

    keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Orang yang

    mengalami kecemasan bertingkat, dari kecemasan ringan, kecemasan

    sedang, kecemasan berat, dan panik.

    Perasaan cemas, gelisah dan bimbang adalah penyakit

    psikis (kejiwaan), yang cara penyembuhannya berasal dari diri

    sendiri (Sukur, 2003: 215). Disinilah urgensi bimbingan dan

    konseling Islam. Dengan bimbingan dan konseling Islam orang yang

    mengalami kecemasan dibimbing, diarahkan agar menyadari apa

    yang dialami, kemudian dapat mengatasi faktor penyebab kecemasan,

    sehingga orang tersebut bebas dari rasa cemas, dan kembali

    kekehidupan biasa.

  • 38

    Sesuai dengan fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

    yaitu fungsi preventif (pencegahan) dan kuratif (pemecahan masalah)

    mampu membantu mengatasi faktor penyebab kecemasan, mengurai

    persoalan yang dihadapi, mengatasi gejala-gejala kecemasan yang

    dialami, dan pada akhirnya terselasaikan segala persoalan hidup.

  • 39

    BAB III

    FENOMENA KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR

    FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG

    FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA SOLUSINYA

    3.1. Fenomena Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah

    IAIN Walisongo Semarang

    Kecemasan merupakan hal yang wajar di alami bagi siapa

    saja, termasuk mahasiswa semester akhir. Kecemasan ini muncul karena

    dianggap ada kesulitan atau kendala yang dirasakan oleh mahasiswa baik

    itu bersifat internal maupun eksternal. Kendala yang bersifat internal

    bersumber dari individu bersangkutan dan kendala yang bersifat eksternal

    berasal dari luar individu. Penyebab kecemasan Mahasiswa semester

    akhir dapat digolongkan menjadi tiga sebab, yaitu berupa problem-

    problem kehidupan yang dialami mahasiswa semester akhir, pengalaman

    masa lalu mahasiswa sebelumya dan situasi yang dihadapi saat menyusun

    skripsi. Kecemasan sangat beragam dari yang ringan, sedang, berat dan

    panik.

    Dari hasil observasi ditemukan 34 mahasiswa yang

    mengalami kecemasan. Sedangkan rekapitulasi hasil angket tingkat

    kecemasan mahasiswa semester akhir (angkatan 2002, 2003 dan 2004)

  • 40

    Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang mengalami

    kecemasan tingkat ringan dan sedang sebagai berikut:

    a. Mahasiswa yang mengalami kecemasan ringan berjumlah 19 mahasiswa

    dari 34 mahasiswa yang mengalami kecemasan.

    b. Mahasiswa yang mengalami kecemasan sedang berjumlah 15 mahasiswa

    dari 34 jumlah mahasiswa.

    Dari data tersebut dapat dilihat tingkat kecemasan yang dialami

    mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo berada pada tingkat

    kecemasan ringan dan sedang. Prosentase tingkat kecemasan mahasiswa

    Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang sebagai berikut:

    a. Tingkat kecemasan ringan: 19/34 X 100% = 55.9 %.

    b. Tingkat kecemasan sedang: 15/34 X 100% = 44.1 %.

    Dari hasil angket tersebut diatas mengambarkan mahasiswa

    Fakultas Dakwah yang mengalami kecemasan bertingkat dari tingkat

    kecemasan ringan, sedang tidak sanpai tingkat berat dan panik.

    Mahasiswa Fakultas Dakwah yang sedang cemas baik dalam keadaan

    tingkat ringan maupun sedang mengalami gejala-gejala kecemasan,

    sebagai berikut:

    a. Kecemasan ringan.

    Gejala-gejala kecemasan ringan, sebagai berikut: masih memiliki

    kesadaran yang tinggi untuk segera menyelesaikan skripsi, tetap

  • 41

    termotivasi untuk menyelesaiakan skripsi, dan tetap berusaha

    menyusun skripsi sampai batas akhir.

    b. Kecemasan sedang.

    gejala-gejala kecemasan sedang, antara lain: jantung berdenyut

    kencang, bicara dengan folune tinggi, kemampuan konsentrasi

    menurun, mudah lupa dan menangis.

    Selain gejala-gejala tersebut masih ada gejala lain, yaitu:

    cemas, khawatir, merasa kelelahan, tidak nafsu makan, mudah marah,

    gugup, tegang, gelisah, mudah terseinggung, merasa pusing, bingung dan

    sulit tidur. Kondisi tersebut menyebabkan mahasiswa semester Fakultas

    Dakwah IAIN Walisongo tidak dapat berkonsentrasi menyusun skripsi,

    tidak dapat mengungkapkan ide dan menuangkannya dalam skripsi.

    Kecemasan merupakan respon terhadap suatu ancaman yang

    sebenarnya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual

    sebagai akibat dari problem-problem kehidupan yang semakin banyak,

    pengalaman masa lalu dan situasi yang dihadapi. Problem-problem

    kehidupan yang dialami mahasiswa semester akhir dapat bersumber dari

    persoalan pribadi dan juga persoalan dari institusi atau lingkungan

    sekitar. Pengalaman masa lalu juga dapat berupa pengalaman yang

    dialami oleh mahasiswa terdahulu dalam proses penyusunan skripsi.

    Sedangkan situasi yang dihadapi mahasiswa semester akhir berupa

    hambatan-hambatan yang dialaminya dalam proses penyusunan skripsi.

  • 42

    Terkadang mahasiswa semester akhir tidak menyadari dan bersikap cuek

    terhdap kecemasan yang dialaminya dan pasrah. Selain itu ada mahasiswa

    yang menunggu sampai semester akhir, dengan alasan jika sudah sampai

    semester akhir persyaratan kelulusan dipermudah (Wawancara: Tri, 16-

    06-2009).

    3.2. Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas

    Dakwah IAIN Walisongo Semarang

    Faktor penyebab mahasiswa semester akhir mengalami

    kecemasan (stresor) dapat di golongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor

    Internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang bersumber dari

    individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang

    dipengaruhi dari luar individu. Faktor-faktor penyebab kecemasan tersebut

    antara lain:

    a. Faktor internal.

    1. Kendala / kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusunan

    skripsi, seperti: kesulitan dalam menyusun perumusan masalah,

    menyusun judul, mengkonsep isi skripsi, teknik penulisan, isi dan

    metode penelitian yang digunakan, dan mencari sumber data, serta

    kesulitan dalam menuangkan tulisan kedalam naskah skripsi

    (Wawancara, Ali, 16-06-2009).

    2. Biaya pembuatan skripsi (ekonomi keluarga yang pas-

    pasan)(Wawancara, Ali, 16-06-2009).

  • 43

    3. Mahasiswa yang terlena berorganisasi sehingga skripsinya

    terbengkelai (Observasi, 03-03-2009).

    4. Selain faktor internal tersebut ada mahasiswa yang pesimis, malas-

    malasan, dan tidak bersemangat (Observasi, 03-03-2009).

    b. Faktor eksternal.

    1. Birokrasi kampus, misalnya: syarat kelulusan harus melalui

    beberapa syarat yang rumit, salah satunya adalah seperti hafalan

    juz Amma (Wawancara, Anita, 16-06-2009).

    2. Dosen pembimbing. Dalam proses bimbingan pembimbing sulit

    ditemui, proses bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang

    lama (Wawancara, Ansori, 16-07-2009), dan hanya memberikan

    sedikit waktu untuk bimbingan, dalam memberikan bimbingan

    kurang jelas (Wawancara, Kumaeroh, 17-05-2009), tidak

    terjadinya koordinasi yang baik antara pembimbing I dengan II,

    dan ketika melakukan bimbingan seringnya dosen pembimbing

    lebih berperan sebagai penguji awal dari pada sebagai patner

    diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan

    solusi yang pasti (Wawancara, Ansori, 16-07-2009).

    3. Dosen penguji, penguji yang terkenal sulit membuat mahasiswa

    ketakutan sebelum ujian berlangsung (Wawancara, Kumaeroh, 22-

    06-2009).

  • 44

    4. Dosen pengampu juz Amma, Antara pengampu yang satu dengan

    yang lain berbeda-beda, ada yang mudah dan ada yang harus

    benar-benar fasih (Wawancara: Agus, 16-06-2009). Terkadang

    dosen pengampu juz Amma sulit ditemui (Wawancara: Ali, 16-06-

    2009) dan jarang ke kampus.

    5. Belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di

    tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan pekerjaan,

    serta kenyataan alumni IAIN yang masih nganggur juga menjadi

    penyebab mahasiswa mengalami kecemasan terhadap masa depan

    mereka (Wawancara, Sohi, 16-06-2009).

    6. Kuliyah sambil bekerja (Wawancara, Ali, 16-06-2009), tuntutan

    dari orang tua agar cepat menyelesaikan skrips (Wawancar, Amal,

    16-07-2009) dan deadline masa penulisan skripsi seperti batas

    akhir pendaftaran ujian komprehensif maupun ujian munakosah

    (Wawancara, Kamal, 16-06-2009).

    3.3. Beberapa Solusi Yang Telah Dilakukan

    Solusi yang telah dilakukan oleh pihak fakultas dalam

    menanggulangi kecemasan mahasiswa semester akhir adalah dengan

    memberikan bimbingan dan konseling. Bimbingan yang dilakukan oleh

    pihak fakultas yaitu bimbingan skripsi dengan menunjuk dosen

    pembimbing. Dosen pembimbing merupakan dosen yang sesuai dengan

    kompetensinya ditunjuk oleh ketua jurusan atas nama PD I untuk

  • 45

    memberikan bimbingan dalam penyusunan usulan (proposal) skripsi dan

    skripsi (Buku Panduan penulisan skripsi, Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo). Pembimbing terdiri dari dua dosen pembimbing. Pembimbing

    satu membidangi sub materi dan pembimbing dua membidangi tata tulis

    dan metodhologi penelitian. Proses bimbingan beragam, ada yang mulai

    bimbingan dari pembimbing satu kemudian setelah disetujui baru

    melanjutkan bimbingan ke pembimbing dua dan sebaliknya. Selain itu

    pihak Fakultas Dakwah membuat pengumuman dan menghimbau semua

    mahasiswa semester akhir terutama semester XIII / XIV untuk segera

    berkonsultasi dan menghadap Pembantu Dekan I, dengan tujuan untuk

    mengetahui persoalan yang dihadapi mahasiswa semester akhir,

    menggetahui hambatan dan kesulitan yang dialami dalam penyusunan

    skripsi, serta alasan mengapa sampai sekarang belum lulus. Pembantu

    Dekan I memberikan konseling dengan memberi nasehat dan

    menganjurkan agar segera menyelesaiakan skripsi. Pembantu Dekan I juga

    memberikan motivasi dan dorongan kepada mahasiswa semester akhir

    untuk segera menyelesaikan skripsinya, sehingga dapat lulus sebelum

    batas akhir kuliah (wawancara: Ali Murtadho, 29-11-2009).

  • 46

    BAB IV

    ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN

    MAHASISWA SEMESTER DAN UPAYA SOLUSINYA

    (TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)

    4.1. Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas

    Dakwah IAIN Walisongo Semarang

    Faktor penyebab kecemasan (stresor) mahasiswa semester

    akhir dapat di golongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor Internal dan

    faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang bersumber dari individu itu

    sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang dipengaruhi dari luar

    individu. Faktor-faktor penyebab kecemasan tersebut antara lain:

    a. Faktor internal.

    1. Kendala / kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusunan

    skripsi, seperti: kesulitan dalam menyusun perumusan masalah,

    menyusun judul, mengkonsep isi skripsi, teknik penulisan, isi dan

    metode penelitian yang digunakan, dan mencari sumber data, serta

    kesulitan dalam menuangkan tulisan kedalam naskah skripsi.

    2. Biaya pembuatan skripsi (ekonomi keluarga yang pas-pasan).

    3. Mahasiswa yang terlena berorganisasi.

    4. Selain faktor internal tersebut ada mahasiswa yang pesimis, malas-

    malasan, dan tidak bersemangat.

  • 47

    b. Faktor eksternal.

    1. Birokrasi kampus, misalnya: syarat kelulusan harus melalui

    beberapa syarat yang rumit, salah satunya adalah seperti hafalan

    juz Amma.

    2. Dosen pembimbing. Dalam proses bimbingan pembimbing sulit

    ditemui, proses bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang

    lama dan hanya memberikan sedikit waktu untuk bimbingan,

    dalam memberikan bimbingan kurang jelas, tidak terjadinya

    koordinasi yang baik antara pembimbing I dengan II, dan ketika

    melakukan bimbingan seringnya dosen pembimbing lebih berperan

    sebagai penguji awal dari pada sebagai patner diskusi, pembimbing

    hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan solusi yang pasti..

    3. Dosen penguji, penguji yang terkenal sulit membuat mahasiswa

    ketakutan sebelum ujian berlangsung.

    4. Dosen pengampu juz Amma, Antara pengampu yang satu dengan

    yang lain berbeda-beda, ada yang mudah dan ada yang harus

    benar-benar fasih. Terkadang dosen pengampu juz Amma sulit

    ditemui, dan jarang ke kampus.

    5. Kuliyah sambil bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat

    menyelesaikan skrips, dan deadline masa penulisan skripsi seperti

  • 48

    batas akhir pendaftaran ujian komprehensif maupun ujian

    munakosah.

    6. Belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di

    tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan pekerjaan,

    serta kenyataan alumni IAIN yang masih nganggur juga menjadi

    penyebab mahasiswa mengalami kecemasan terhadap masa depan

    mereka.

    4.2. Analisis Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir

    Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang

    Kecemasan adalah sinyal yang menyadarkan seseorang untuk

    memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan

    seseorang mengambil tindakan guna mengatasi ancaman. Dalam Kaplan,

    dkk (1994) kecemasan merupakan respon terhadap suatu ancaman (stresor)

    yang dihadapi. Stresor tersebut berupa problem-problem kehidupan yang

    semakin banyak, pengalaman masa lalu dan situasi yang dihadapi.

    Dalam penyusunan skripsi mahasiswa pastilah mempunyai rasa

    cemas karena manusia mempunyai hati dan perasaan. Bentuk kecemasannya

    berupa ketidakpastian apakah ia mampu menyusun, dan menyelesaikan

    skripsi sebelum batas akhir kuliah. Tingkat kecemas yang dialami berbeda-

    beda pada setiap mahasiswa, namun cemas akan sangat mempengaruhi

    konsentrasi dan daya pikir mahasiswa. Mahasiswa yang mengalami

    kecemasan menurut Daradjad (2001:21) akan cenderung minder, takut,

  • 49

    gugup, dan bahkan ketika kecemasan dirasakan secara mendalam maka bisa

    membuat mahasiswa tertekan. Pada kondisi ini lah yang menyebabkan

    mahasiswa tidak mampu menyelesaikan skripsi sesuai dengan kemampuan

    yang dimilikinya. Mahasiswa tidak bisa berkonsentrasi penuh, perasaan

    gugup, minder melakukan bimbingan dan merasa pusing, sehingga

    mahasiswa tidak dapat berpikir dan menuangkan ide dalam penyusunan

    skripsi.

    Setiap mahasiswa selalu mempunyai keinginan untuk segera

    diwisuda. Dapat segera menyelesaikan skripsi, namun dalam kenyataannya

    proses penyusunan skripsi tidak semudah yang diharapkan, banyak kesulitan

    / kendala yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dapat membuat

    mahasiswa menjadi tertekan dan akhirnya memunculkan perasaan cemas.

    Salah satu faktor yang bisa menyebabkan kecemasan dalam penyusunan

    skripsi adalah adanya suatu kesulitan atau hambatan yang dirasakan

    mahasiswa baik itu bersifat internal maupun eksternal.

    Kesulitan internal adalah kendala/kesulitan yang dialami mahasiswa

    dalam penyusunan skripsi yang bersumber dari diri sendiri seperti

    merumuskan masalah, mengkonsep isi skripsi, mencari data atau sumber-

    sumber yang terkait, dan menuangkan tulisan ke dalam naskah skripsi.

    Dengan kata lain kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusun skripsi

    terletak pada penyusunan metodologi penelitian. Mahasiswa tidak begitu

    paham tentang metodhologi penelitian, dan kebanyakan mahasiswa dalam

    menyusun metodologi hanya melihat dan mencocokan metodologi penulisan

  • 50

    yang sudah pernah di tulis dalam skripsi yang sudah ada, dan belum tentu

    tepat. Kesulitan dalam penyusunan metodhologi penelitian tersebut membuat

    mahasiswa semester akhir mengalami ketertekanan atau konflik batin (Nur,

    2008:2) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kecemasan.

    Selain itu kesulitan internal yang dihadapi mahasiswa dalam

    penyusunan skripsi adalah biaya pembuatan skripsi. Banyak dari mahasiswa

    yang ekonominya di bawah rata-rata, sehingga mahasiswa harus segera

    menyelesaikan skripsi karena semakin lama maka akan semakin banyak

    biaya yang dibutuhkan. Ada juga mahasiswa yang terlena berorganisasi serta

    faktor internal mahasiswa yang lain seperti: pesimis, malas-malasan, dan

    menunda-nunda dalam menyusun skripsi. Rasa pesimis, malas-malasan dan

    menunda-nunda dalam penyusunan skripsi merupakan akibat dari kesulitan-

    kesulitan atau hambatan-hambatan yang dialami mahasiswa semester akhir.

    Mahasiswa semester akhir yang kesulitan dalam penyusunan skripsi akan

    merasa pesimis, apakah ia mampu menyelesaikan skripsi. Selain rasa

    pesimis, mahasiswa semester akhir juga akan malas-malasan bahkan akan

    menunda-nunda penyusunan skripsi dikarenakan mengalami hambatan-

    hambatan dalam proses penyusunan skripsi.

    Kecemasan mahasiswa semester akhir bukan hanya dipengaruhi oleh

    faktor internal, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Banyak

    mahasiswa cemas ketika berurusan dengan birokrasi, menghadapi dosen

    pembimbing, dan penguji merasa keselitan. Pada birokrasi misalnya, syarat

    kelulusan harus melalui beberapa syarat yang rumit, sehingga mahasiswa

  • 51

    harus membagi pikirannya untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang

    sudah sangat menguras otak dan sekaligus menyelesaikan syarat-syarat

    kelulusan diterapkan fakultas yang lain. Syarat-syarat kelulusan yang

    dianggap sulit oleh mahasiswa salah satunya adalah hafalan juz ama. Apabila

    persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka kelulusan akan tertunda, terutama

    pada angkatan 2002, dan 2003 juz Amma menjadi syarat mengikuti ujian

    komprehensif.

    Kesulitan juga dirasakan mahasiswa penyusun skripsi pada saat

    berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Di dalam konsultasi harusnya

    terjadi suatu pertukaran pikiran antara pembimbing dengan mahasiswa untuk

    mendapatkan nasehat, dan saran yang sebaik-baiknya. Namun dalam

    pelaksanaanya sering dosen pembimbing sulit untuk ditemui, hanya

    memberikan sedikit waktu untuk bimbingan, dalam memberikan bimbingan

    kurang jelas, bimbingan lama, tidak terjadinya koordinasi yang baik antara

    pembimbing I dengan II, dan ketika melakukan bimbingan seringnya dosen

    pembimbing lebih berperan sebagai penguji awal dari pada sebagai patner

    diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan solusi

    yang pasti. Situasi-situasi (Ibrahim, 2003) seperti inilah yang akhirnya dapat

    menimbulkan kecemasan mahasiswa pada saat mau melakukan bimbingan

    skripsi dan membuat mahasiswa trauma bimbingan kembali.

    Selain faktor tersebut belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa

    depan) yang akan di tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan

    pekerjaan, serta kenyataan alumni IAIN yang masih menganggur juga

  • 52

    menjadi penyebab mahasiswa mengalami kecemasan terhadap masa depan

    mereka, ditambah kuliyah sambil bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat

    menyelesaikan skripsi dan deadline masa penulisan skripsi menambah

    tingkat kecemasan mahasiswa semester akhir.

    Dari dari sekian faktor penyebab ada beberapa faktor yang dominan

    menyebabkan mahasiswa semester akhir mengalami kecemasan, antara lain:

    syarat mengikuti ujian komprehensif yaitu hafalan juz Amma. Bagi

    mahasiswa menghafal juz 30, dari surat ama sampai surat an nas sangat

    berat. Hafalan ini lah yang menghambat mengikuti ujian komprehensif

    maupun proses pengajuan skripsi. Bagi mahasiswa yang belum hafal juz

    Amma menyebabkan mahasiswa malas mengajukan atau pun mengerjakan

    skripsi dikarenakan syarat mengikuti ujian komprehensif harus selesai

    menghafal juz Amma, sehingga skripsi pun terbengkelai.

    Selain hafan juz Amma, faktor yang dominan menyebabkan

    mahasiswa semester akhir cemasa yaitu proses bimbingan itu sendiri. Proses

    bimbingan dipengaruhi oleh kebijaksanaan pembimbing dalam proses

    bimbingan skripsi. Bimbingan skripsi memiliki kelebihan dan kekurangan.

    Kelebihan bimbingan skripsi yaitu mahasiswa dibimbing oleh dua dosen

    pembimbing dengan yang masing-masing membidangi aspek substasi materi

    dan metodologi dan tata tulis, skripsi mahasiswa dikoreksi, diarahkan dan

    diberi masukan mengenai materi skripsi, metodologi dan tata tulis sehingga

    mahasiswa tidak bingung bagaimana menyusunnya. Sedangkan kekurangan

    bimbingan skripsi yaitu bimbingan hanya terfokus pada materi, metodologi

  • 53

    dan tata tulis, pada hal mahasiswa semester akhir butuh motivasi dan arahan

    dalam proses pembuatan skripsi, ada pembimbing yang sulit ditemui, proses

    bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang lama, dan hanya

    memberikan sedikit waktu untuk bimbingan, tidak terjadinya koordinasi

    yang baik antara pembimbing I dengan II, dan ketika melakukan bimbingan

    seringnya dosen pembimbing lebih berperan sebagai penguji awal dari pada

    sebagai patner diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa

    memberikan solusi yang pasti.

    4.3. Solusi Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo Semarang.

    Dari analisis faktor penyebab kecemasan tersebut, menurut hemat

    penulis solusi yang tepat untuk mengatasi kecemasan mahasiswa semester

    akhir adalah sebagai berikut:

    a. Psikotrapi Keagamaan

    Terapi keagamaan dengan memberikan pemikiran-pemikiran Islam yang

    mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan di dunia ini bebas

    dari rasa cemas, tegang dan depresi (http://www.integral.sch.id/).

    Mahasiswa yang mengalami kecemasan diberikan pemahaman tentang

    ajaran-ajaran Islam yang menguatkan mental sehingga mahasiswa

    semester akhir tetap termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi.

    Terapi keagamaan ini dapat berupa kegiatan ritual keagamaan seperti

  • 54

    sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah

    keagamaan, kajian kitab suci dan sebagainya.

    b. Psikotrapi Psikiatrik

    Bentuk terapi ini menganut asas psikiatri dengan tujuan mengembalikan

    kepercayaan diri (self confidence) dan memperkuat fungsi ego. Biasanya

    berupa wawancara atau konsultasi, pasien dapat mengemukakan secara

    bebas dengan jaminan kerahasiaan segala permasalahan, konflik dan

    uneg-uneg yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap

    kecemasan (Hawari, 2001:68). Mahasiswa semester akhir dituntun untuk

    menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan ia merasa cemas, dan

    memotivasi agar kepercayaan diri meningkat, sehingga mahasiswa

    semester akhir segera menyelesaikan skripsi.

    c. Terapi Prilaku.

    Terapi prilaku digunakan untuk menghilangkan berbagai bentuk dan

    gejala kecemasan dengan jalan melatih diri menghadapinya, baik sedikit

    demi sedikit, maupun secara langsung dan frontal menghadapinya

    (Batsman, 2001: 157). Mahasiswa semester akhir diarahkan, dan

    diberikan motivasi agar sedikit demi sedikit mampu mengatasi gejala-

    gejala kecemasan, sehingga mahasiswa tidak merasa cemas, dan mampu

    menyelesaiakan skripsi sebelum batas kuliah.

    Selain terapi tersebut diatas kecemasan dapat diatasi dengan

    bimbingan dan koseling Islam sebagai solusi untuk mengatasi kecemasan

  • 55

    mahasiswa semester akhir. Bimbingan dan konseling Islam merupakan

    turunan dari dakwah bil-qaul (Basit, 2006:76). Dakwah adalah usaha

    peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup,

    sikap batin, dan prilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi

    sesuai dengan tuntutan syariah untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan

    akherat (Munir, et.al, 2006:21). Mahasiswa yang mengalami kecemasan

    diberikan pemahaman keagamaan berupa tuntunan hidup yang sesuai dengan

    syariah Islam. Pemahaman keagamaan berupa tuntunan hidup diberikan

    dengan bimbingan dan koseling Islam. Bimbingan dan konseling Islam

    adalah usaha pemberian bantuan berupa nasehat kepada individu secara

    terarah dan sistematis untuk mengembangkan potensi (fitrah beragama),

    menangulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama sehingga

    menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi, menyembah/

    mengabdi kepada Allah SWT sehingga tercipta kembali hubungan yang baik

    dengan Allah, dengan manusia dan dengan alam sesuai ajaran Al-Quran dan

    Al-Hadits. Mahasiswa semester akhir diberikan bimbingan dan koseling

    Islam dengan memberikan nasehat dan diarahkan agar mampu mengenali

    gejala-gejala, dan mengatasi faktor penyebab kecemasan, sehingga

    mahasiswa mampu menyusun dan menyelesaikan skripsi tepat pada

    waktunya.

  • 56

    4.4. Tinjauan Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap Faktor Penyebab

    Kecemasan Dan Upaya Solusinya

    Orang yang mengalami kecemasan biasanya mengalami kegelisahan,

    mudah lelah, sulit konsentrasi dan mudah tersingung, sehingga dapat

    mengganggu kondisi fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Bila

    perasaan cemas menyerang seseorang, kemampuan berpik