SISTEM INFORMASI UNTUK BISNIS
BAB I. Introduction
BAB II. Sistem Informasi dan peningkatan daya saing (chapter 2 McLeod dan Marakas)
2.1 Globalisasi dan Perdagangan Bebas
2.2 Persiangan Pasar Domestik dan International
2.3 Porters Value Chain
2.4 Strategi Korporasi, Strategi Bisnis, dan Strategi Fungsional
2.5 Keunggulan Bersaing
2.6 Sistem Informasi dalam menciptakan keunggulan bersaing
BAB III. Perkembangan SI (Kasus)
BAB IV. Sistem Informasi Mgt (bag hub sim dgn proses kepetusan, dll)
BAB V. Pendekatan Sistem
BAB VI. Perancangan Sistem Informasi Management (SDLC, Phase development, protyping, RAD, Objek oriented)
BAB VII. Data base & DBMS
BAB VIII. Perancangan Data Base
BAB IX. E-Commerce
BAB X. SI untuk Bisnis.
10.1 SI utk Keuangan
10.2 SI utk Pemasaran
10.3 SI utk SDM
10.4 SI utk Operasi
10.5 SI Entreprise
BAB XI. Proyek Pengembangan SI
BAB XII. Human Computer Interaction
BAB. XIII. Cloud Computing
BAB XIV. Penelitian-penilitan dibidang S
BAB I
PENDAHULUAN.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang terjadi pada Negara maju maupun Negara
berkembang telah mendorong pertumbuhan bisnis diberbagai bidang baik sektor
manufaktur maupun sektor jasa. Pertumbuhan tersebut membawa berbagai dampak
baik dampak positif maupun dampak negatif. Dan dampak positif dapat berupa
diantaranya peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kualitas hidup,
penyebaran penduduk dan sebagainya. Dampak negatif dapat berupa diantaranya
persaingan yang semakin tajam, pertumbuhan yang tidak terkendali serta dampak
negatif terhadap kehidupan sosial dan budaya.
Perkembangan yang diuraikan diatas merupakan suatu perkembangan yang tidak bisa
dihindarkan akan tetapi harus dikelola dengan baik agar supaya perkembangan tersebut
memberikan kontribusi positif pada bangsa dan Negara. Perkembangan diatas perlu
disikapi oleh perusahaan dan maupun organisasi dengan baik agar supaya perusahaan/
organisasi dapat bertahan hidup dan berkembang dengan memanfaatkan kesempatan-
kesempatan yang muncul dalam perkembangan tersebut.
Sistem informasi merupakan sebuah alat yang dapat memberikan kemampuan kepada
perusahaan untuk bertahan hidup dan berkembang.
1.1 GLOBALISASI SERTA PENGARUHNYA PADA BISNIS
Globalisasi merupakan sebuah konsep yang banyak dibicarakan dan mulai
diterapkan pada dua decade terakhir ini. Globalisasi merupakan sebuah usaha untuk
membentuk dunia tanpa pembatas yang dapat meningkatkan interaksi antar bangsa.
Globalisasi dapat mendorong pertumbuhan interaksi antar bangsa yang dapat berupa
peningkatan arus informasi, peningkatan arus barang, peningkatan lalu lintas manusia
dan sebagainya. Globalisasi merupakan kecenderungan dunia yang tidak bisa ditolak.
Berkaitan dengan globalisasi Negara-negara ASEAN telah menandatangani perjanjian
perdagangan bebas ( AFTA dan CAFTA ) yang berlaku sejak tahun 2010. Perdagangan
bebas tersebut mewajibkan Negara-negara yang terlibat untuk menurunkan bea masuk
menjadi 0 %.
Globalisasi dalam bentuk perdagangan bebas mendorong kelancaran arus barang
dan jasa antar negara mengingat bahwa hambatan viskal yang biasa terjadi pada
perbatasan negara diturunkan atau dihilangkan .
Fenomena diatas memberikan dampak positif maupun negatif berupa :
1. persaingan pada pasar domestik meningkat dengan tajam mengingat bahwa barang
impor maupun barang lokal membanjiri pasar domestik.
2. Konsumen dihadapkan pada pilihan barang dan jasa yang lebih beragam sehingga
mereka dapat membeli barang atau jasa yang sesuai dengan kebutuhannya.
3. Peluang bisnis menjadi semakin luas mengingat bawa para pengusaha dapat
melakukan bisnis diberbagai negara tanpa mengalami banyak hambatan.
Dampak negatif maupun positif diatas dapat diatasi dan dapat dimanfaatkan guna
penggunaan bisnis. Apabila para pengusaha dapat meningkatkan daya saing
perusahaannya melalui penciptaan produk atau jasa dengan karakteristik sebagai
berikut :
1. Kualitas produk barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan komsumen.
2. Harga yang terjangkau sesuai dengan daya beli dari segmen pasar yang dituju.
3. Waktu penyerahan produk barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan.
Sistem informasi merupakan sebuah sistem yang dapat memberikan dukungan
terhadap usaha penciptaan daya saing diatas. Hubungan tersebut dapat terjadi karena
sistem informasi dapat memiliki kemampuan menyediakan informasi bagi para pimpinan
perusahaan sehingga mereka dapat mengelola perusahaan sehingga dapat menciptakan
produk barang atau jasa dengan karakteristik diatas.
Penerapan sistem informasi produksi seperti dalam bentuk MRP ( Material
Requirement Planning ) dan ERP ( Enterprice Resources Planning ) merupakan contoh-
contoh sistem informasi yang dapat mendukung sistem manajemen perusahaan dalam
meningkatkan daya saingnya.
penerapan sistem diatas dapat meningkatkan koordinasi dan pengendalian sistem
produksi sehingga dapat tercipta produk barang atau jasa yang berkualitas, harga yang
terjangkau dan waktu penyerahan yang tepat
1.2 Siklus hidup bisnis.
Setiap perusahaan yang mengelola suatu bisnis akan menyadari bahwa bisnis yang
dikelolanya mengikuti suatu siklus hidup yang berjalan secara alamiah keberlangsungan
hidup dari perusahaannya sangat tergantung kepada kemampuan perusahaan tersebut
bereaksi terhadap berbagai fenomena yang muncul pada siklus hidup bisnisnya.
Pada dasarnya terdapat lima siklus bisnis yang akan diikuti sebagai berikut :
1. Tahap pengembangan ide bisnis.
Pada tahap ini seorang pengusaha mengamati peluang bisnis yang ada serta berpikir
kreatif mengembangkan berbagai alternative bisnis yang potensial dan layak untuk
dikembangkan.
Alternatif bisnis tersebut selanjutnya dikaji secara teknis maupun finansial dan dipilih
alternatif terbaik. Pengkajian kelayakan bisnis dilakukan dengan mempertimbangkan
berbagai aspek diantaranya : aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial dan aspek
sosial.
2. Tahap perancangan pada fasilitas bisnis .
Pada tahap ini dirancang berbagai fasilitas yang dibutuhkan dalam menjalankan
alternatif bisnis yang telah dipilih pada tahap pertama. Fasilitas bisnis yang dimaksud
meliputi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu bisnis,
misalnya bangunan, mesin, peralatan dan sebagainya. Perancangan fasilitas harus
didasarkan kepada rencana tingkat kapasitas yang rencanakan dimana kapasitas harus
direncanakan berdasarkan tingkat permintaan konsumen akan barang atau jasa yang
akan dibuat. Hal ini dimaksudkan agar supaya tidak terjadi kondisi kelebihan kapasitas
atau kekurangan kapasitas.
Kelebihan kapasitas merupakan suatu kondisi dimana kemampuan produksi suatu
perusahaan lebih besar dari pada tingkat permintaan. Kondisi ini menimbulkan
kapasitas menganggur yang pada gilirannya menimbulkan kerugian berupa biaya tetap
yang harus dibayar. Kekurangan kapasitas merupakan kondisi dimana kemampuan
produksi perusahaan lebih kecil dari pada tingkat permintaan. Kondisi ini
menimbulkan permintaan yang tidak dapat dipenuhi sehingga menimbulkan kerugian
berupa hilangnya nama baik dan hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan.
3. Tahap pembangunan fasilitas bisnis.
Pada tahap ini dilakukan pembangunan terhadap berbagai fasilitas bisnis yang
dibutuhkan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Pada tahap ini diharapkan
seluruh fasilitas bisnis yang dibutuhkan dapat diselesaikan dengan kualitas, biaya dan
waktu yang sesuai dengan rencana.
4. Tahap operasi bisnis.
Pada tahap ini fasilitas bisnis di operasikan secara optimal untuk memenuhi
permintaan konsumen yang muncul. Operasi bisnis harus berjalan didasarkan kepada
perancangan operasi yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Disamping
itu perlu dilakukan penjadwalan operasi agar supaya sumber daya yang ada dapat
digunakan secara optimal. Perancangan operasi bisnis harus dimonitor dan
dikendalikan secara rutin agar supaya pelaksanaan operasi dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana. Pengendalian operasi ini harus dilaksanakan dengan mekanisme yang
baik dan didasarkan kepada informasi operasi yang akurat relevan dan tepat waktu.
5. Tahap evaluasi bisnis.
Pada tahap ini dilakukan evaluasi tahap bisnis yang telah berjalan. Evaluasi ditujukan
untuk melihat apakah bisnis telah berjalan sesuai dengan keinginan dari para stake
holder yang meliputi para pemilik perusahaan mapun para konsumen. Evaluasi bisnis
harus dilakukan secara berkala agar supaya bisnis berjalan pada koridor yang
diharapkan oleh para stake holder. Hasil evaluasi bisnis selanjutnya digunakan sebagai
dasar dalam merumuskan strategi pengembangan bisnis dimasa depan.
1.3 Peran sistem informasi dalam siklus bisnis.
Siklus bisnis yang telah diterangkan diatas harus berjalan dengan baik sehingga bisnis
dapat berkembang. Didalam siklus bisnis tersebut perlu dilakukan banyak tindakan dan
keputusan yang tepat sesuai dengan karakteristik setiap siklus bisnis. Tindakan ataupun
keputusan yang harus diambil akan memiliki kualitas yang baik apabila pengambil
keputusan atau tindakan memiliki 3 aspek sebagai berikut :
1. Memiliki informasi yang akurat relevan dan tepat waktu .
Akurat artinya informasi tidak mengandung tingkat kesalahan yang tinggi, semakin
rendah tingkat kesalahan semakin akurat suatu informasi.
relevan artinya informasi memiliki kaitan yang erat dengan masalah yang dihadapi.
tepat waktu artinya informasi tersedia tepat pada waktu keputusan atau tindakan akan
diambil.
2. Toleransi terhadap resiko.
Pengambilan tindakan dan pengambilan keputusan akan menimbulkan berbagai
dampak positif maupun negatif. Atau dengan kata lain pengambilan tindakan atau
pengambilan keputusan akan menimbulkan resiko sebagai konsekwensi dari tindakan
atau keputusan tersebut.
Seorang pimpinan harus berani mengambil tindakan atau keputusan. Meskipun
terdapat resiko yang akan muncul seorang pimpinan harus mampu mengambil
keputusan dengan memperhitungkan resiko-resiko yang mungkin muncul. Apabila
resiko yang mungkin muncul diperkirakan lebih kecil dibandingkan dengan manfaat
yang dapat diperoleh dari suatu keputusan atau tindakan, maka keputusan ataupun
tindakan tersebut dapat diambil. Sebaliknya bila resiko lebih besar dari pada manfaat
yang dapat diperoleh dari suatu tindakan atau keputusan maka keputusan jangan
diambil.
3. Kemampuan menggunakan model keputusan.
Suatu keputusan atau tindakan dapat berkualitas baik apabila diambil dengan suatu
model yang cocok dengan masalah yang dihadapi. Dengan demikian maka seorang
pimpinan harus berusaha mempelajari dan memahami berbagai model keputusan yang
cocok dengan masalah dan karakteristik pekerjaan yang ditangani.
Ketiga siklus bisnis yang telah diterangkan diatas dapat berjalan dengan baik
apabila para pimpinan suatu bisnis dapat mengambil tindakan atau keputusan yang tepat
sesuai dengan karkteristik masalah dan pekerjaan yang timbul pada siklus yang
bersangkutan.
Keputusan pada setiap siklus dapat berkualitas baik apabila pimpinan bisnis memiliki
ketiga aspek yang telah diterangkan diatas, dengan demikian maka sistem informasi
memiliki peran yang sangat strategis dalam mendorong agar siklus bisnis diatas dapat
berjalan dengan baik. Peran dari sistem informasi terutama dalam menyediakan informasi
yang akurat, relevan dan tepat waktu.
Agar supaya sistem informasi dapat berperan secara epektif maka informasi yang
dihasilkan harus sesuai dengan karakteristik dari siklus yang bersangkutan. Hal ini berarti
bahwa informasi yang dikeluarkan oleh suatu sistem informasi berbeda untuk setiap
siklus. Informasi yang perlu disediakan pada setiap siklus adalah sebagai berikut :
1. Pada tahap pengembangan ide bisnis seorang pimpinan membutuhken informasi
tentang berbagai peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan. Secara glogbal informasi
tersebut berkaitan dengan :
a. Profil investasi, perkembangan dan peluang investasi di suatu daerah.
b. Pertumbuhan ekonomi regional, rasional dan lokal.
c. Pertumbuhan dan penyebaran penduduk.
d. Profil dan pertumbuhan bisnis.
e. Berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan biaya, baik biaya material,
tenaga kerja, energi dan sebagainya.
f. Perkembangan teknologi.
g. Ketersediaan sumber daya alam.
h. Informasi tentang biaya-biaya yang dibutuhkan dalam melakukan investasi
misalnya biaya administrasi inestasi, harga tanah, harga bahan baku, harga energi,
upah tenaga kerja dan biaya utilitas lainnya
2. Pada tahap perancangan fasilitas bisnis dilakukan perancangan kapasitas bisnis yang
akan dibentuk serta kebutuhan sarana dan prasarana. Pada tahap ini dibutuhkan
berbagai data dan informasi yang berkiatan dengan perkiraan tingkat permintaan atas
produk atau jasa yang akan dihasilkan serta berbagai informasi tentang fasilitas bisnis
yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Secara rinci informasi yang
dibutuhkan pada tahap ini adalah :
a. Permintaan potensial atas produk atau jasa yang akan dibuat.
b. Perusahaan atau industri yang telah beroperasi dan menyediakan produk atau jasa
yang sama.
c. Kapasitas dan volume penjualan dari perusahaan sejenis.
d. Peralatan dan mesin yang dibutuhkan dalam mengoperasikan suatu bisnis.
e. Ketersediaan bahan baku dan bahan pembantu.
f. Ketersediaan tenaga kerja.
3. Pada tahap pembangunan fasilitas bisnis dilakukan pembangunan berbagai fasilitas
bisnis berupa gedung perkantoran, pabrik dan sebagainya. Disamping itu pada tahap
ini dilakukan pembelian dan pemasangan mesin dan peralatan yang dibutuhkan.
Pembangunan fasilitas bisnis harus dikendalikan dengan baik agar supaya
pembangunan dapat terlaksana sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, biaya yang
telah dianggarkan dan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Informasi merupakan dasar yang penting didalam melakukan proses pengendalian
pembangunan fasilitas bisnis, informasi yang dibutuhkan pada tahap ini merupakan
informasi yang berkaitan dengan kemajuan pekerjaan. Informasi tersebut meliputi :
a. informasi tentang kemajuan pekerjaan dilihat dari sudut waktu dan biaya.
b. Informasi tentang kualitas pekerjaan yang dikaitkan dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
c. Biaya yang telah dikeluarkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
d. Masalah- masalah yang muncul dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. Pada tahap pengoperasian bisnis, fasilitas bisnis digunakan untuk menghasilkan produk
atau jasa, pada tahap ini dibutuhkan berbagai informasi yang berhubungan dengan
perencanaan operasi dan pengendalian operasi. secara lebih rinci informasi yang
dibutuhkan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Informasi tentang permintaan dan pesanan yang perlu dipenuhi.
b. Persediaan bahan baku, barang setengah jadi maupun barang jadi.
c. Biaya-biaya yang dibutuhkan serta biaya-biaya yang dikeluarkan dalam operasi
bisnis.
d. Tenaga kerja, mesin dan sumber daya lainnya yang tersedia.
e. Jumlah jam tenaga kerja, jam mesin dan sumber daya lainnya yang digunakan dalam
operasi bisnis.
f. Pelaksanaan dan hasil operasi bisnis.
5. Pada tahap evaluasi bisnis, dilakukan evaluasi terhadap pelaksaan bisnis untuk
mengetahui apakah fasilitas yang dimiliki dapat memenuhi permintaan konsumen.
Pada tahap ini dibutuhkan informasi tentang kemampuan operasi bisnis dan
permintaan konsumen.
1.4 faktor-faktor penghambat penerapan sistem informasi.
Penerapan sistem informasi pada umumnya tidak selalu berjalan dengan baik,
banyak contoh di Indonesia sistem informasi sudah dirancang dengan baik akan tetapi
menemui kegagalan dan penerapannya. Kegagalan tersebut membawa dampak yang cukup
berat bagi organisasi mengingat bahwa kegagalan tersebut menimbulkan dua dampak yang
cukup besar bagi organisasi. Kedua dampak tersebut adalah :
1. Keterlambatan didalam mengambil tindakan atau keputusan sebagai akibat dari tidak
tersedianya informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.
2. Biaya pengembangan sistem, biaya pengadaan perangkat keras dan biaya pengadaan
perangkat lunak menjadi sia-sia
Pengadaan perangkat lunak dan pengadaan perangkat keras merupakan kegiatan yang
tidak sulit dilakukan. Bila anggaran sudah tersedia pengadaan perangkat keras maupun
perangkat lunak biasanya dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Penentuan kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak.
2. Penentuan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak.
3. Pemilihan vendor yang dapat dilaksanakan melalui penunjukan langsung atau tender.
4. Instalasi perangkat keras dan perangkat lunak serta melakukan testik.
5. Pelatihan para pelaksana dan pengguna.
Kegiatan-kegiatan diatas tidak sulit dilakukan dan dapat berjalan dalam waktu yang
relatif singkat. Akan tetapi kegiatan-kegiatan diatas akan menjadi sia-sia apabila penerapan
sistem informasi menemui kegagalan.
Berdasarkan uraian diatas maka didalam pengembangan sistem informasi keberhasilan
penerapan sistem informasi merupakan aspek yang sangat penting. Dengan demikian maka
perlu diketahui dengan jelas faktor-faktor yang menghambat penerapan sistem informasi
dan perlu dirumuskan langkah-langkah untuk mengatasi faktor-faktor penghambat.
Pada dasarnya terdapat tiga faktor pokok yang dapat menyebabkan kegagalan
penerapan sistem informasi. Faktor tersebut meliputi :
1. Rendahnya kemampuan sumber daya manusia dalam menggunakan sistem informasi.
Penerapan suatu sistem informasi banyak membutuhkan penggunaan perangkat-
perangkat teknologi informasi yang hanya dapat dioperasikan oleh orang-orang yang
memiliki kemampuan menggunakannya. dengan demikian maka ketidak mampuan
orang-orang didalam menggunakan perangkat-perangkat teknologi informasi akan
menyebabkan gangguan terhadap operasi sistem informasi. Pelatihan yang intensif
perlu dilakukan agar supaya orang-ornag memiliki kemampuan yang cukup untuk
menggunakan perangkat-perangkat teknologi informasi yang pada gilirannya akan
mendorong keberhasilan penerapan sistem informasi. pelatihan yang dimaksud harus
mengandung minimal materi-materi sebagai berikut :
a. Sosialisasi tentang manfaat yang diperoleh dari penerapan sistem informasi.
b. Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan.
c. Cara menggunakan perangkat keras dan lunak dimana materi ini harus diikuti
dengan praktek.
2. Rendahnya kehandalan teknologi informasi yang digunakan.
Perangkat keras maupun perngkat lunak yang tersedia dipasar memiliki tingkat
kehandalan yang berbeda. Tingkat kehandalan berhubungan langsung dengan biaya
makin tinggi tingkat kehandalan makin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. Apabila
anggaran tersedia secara terbatas maka biasanya perusahaan/organisasi berusaha
menyediakan perangkat-perangkat teknologi informasi dengan tingkat kehandalan
yang terbatas. Kondisi ini akan mengganggu operasi sistem informasi karena sering
timbul gangguan teknis. Oleh karena itu agar supaya penerapan sistem informasi dapat
berhasil maka organisasi atau perusahaan perlu menyediakan anggaran yang cukup
untuk mengembangkan dan menerapkan sistem informasi secara berhasil.
3. Komitmen pimpinan puncak.
Penerapan suatu sistem informasi pada dasarnya merupakan sebuah perubahan, baik
perubahan metoda kerja, maupun perubahan organisasi dan manajemen. Perubahan
selalu menimbulkan penolakan dari orang-orang yang terkena perubahan tersebut.
Sebagai contoh penerapan sebuah sistem informasi pada perusahaan besar di
Indonesia gagal karena para pegawainya tidak mau menggunakan sistem tersebut.
Perubahan pada sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik apabila memperoleh
dukungan dari pimpinan puncak yang selalu memberikan dorongan secara terus
menerus kepada pegawai untuk berubah. Komitmen pimpinan puncak yang lemah
dapat menimbulkan kegagalan suatu proses perubahan.
Penerapan sistem informasi hanya dapat berhasil bila didukung oleh komitmen
pimpinan puncak yang kuat. Komitmen pimpinan yang lemah dapat menurunkan
tingkat keberhasilan penerapan suatu sistem informasi.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperoleh komitmen pimpinan
puncak yang kuat adalah sebagai berikut :
a. Melakukan sosialisasi sistem informasi kepada pimpinan puncak melalui diskusi,
seminar dan sebagainya.
b. Melakukan pengoperasian sistem informasi bersamaan dengan sistem
manual/sistem lama sehingga dapat ditunjukan keunggulan dari sistem informasi
yang akan diterapkan dibandingkan dengan sistem manual/sistem lama
c. Studi banding ( Benchmark ) kepada perusahaan atau organisasi lain yang telah
berhasil menerapkan sistem informasi.
Ketiga langkah diatas selalu dikaitkan dengan dukungan sistem informasi terhadap
kinerja perusahaan/organisasi. Pimpinan puncak merupakan orang yang paling
bertangung jawab terhadap pencapaian tujuan perusahaan/organisasi, oleh karena itu
bila sistem informasi memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian tujuan maka
komitmen pimpinan puncak akan dapat diperoleh.
BAB II
Sistem Informasi Dan Peningkatan Daya Saing
Pada masa sekarang hampir seluruh perusahaan memasuki era pasar bersaing (
high competitive market ). Dengan demikian perusahaan perlu memilikistrategi yang tepat
agar dapat berkembang dan bertahan hidup. Menghadapi era persaingan tersebut sistem
informasi memiliki peran yang pentin dalam perumusan dan implementasi serta evaluasi
strategi dari suatu perusahaan.
2.1 Globalisasi dan Perdagangan Bebas.
Benih-benih globalisasi sebenarnya telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu,
adanya perdagangan antar suatu negara dengan negara yang lain, salah satunya dapat
dilihat dari terbentuknya jalur sutra dimana saat itu pedagang-pedagang dari India saling
bertransaksi dengan pedagang di Tiongkok. Namun baru pada abad ke 20 globalisasi
benar-benar terasa dan menyebar dengan cepat seiring dengan perkembangan teknologi
industri, transportasi dan informasi.
Globalisasi menghilangkan batas-batas antar negara sehingga dunia ini dipandang sebagai
sebuah kesatuan yang tidak ada lagi batasan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya,
globalisasi pada akhirnya akan memunculkan perdagangan bebas. Perusahaan-perusahaan
harus berpikir pada tingkat global untuk dapat bersaing di pasar. Saat ini banyak dijumpai
produk-produk luar negri masuk ke Indonesia, bahkan tidak hanya produk, jasa bahkan
budaya asing pun kini dapat masuk dengan mudah ke Indonesia. Musik pop Korea Selatan
atau yang saat ini dikenal dengan sebutan K-pop sukses menembus pasar global dan
mampu bersaing dengan musik pop Amerika yang telah mendominasi dunia. Keberhasilan
K-pop memasuki pasar global salah satunya disebabkan oleh perkembangan teknologi
internet.
Perusahaan-perusahaan lokal tidak hanya bersaing dengan perusahaan lokal lainnya akan
tetapi juga harus bersaing dengan perusahaan asing. Berbagai macam produk baik asing
maupun lokal saling bersaing dipasar untuk memikat para konsumen. Tidak hanya produk,
keahlian pun kini tidak mengenal batas, tenaga-tenaga ahli dari luar negri kini memasuki
pasar tenaga kerja domestik, begitu pula sebaliknya kini seorang profesor asal Indonesia
dapat mengajar diluar negri jika ia memenuhi syarat.
Saat ini dunia dibentuk oleh sebuah arus yang melintasi berbagai negara, arus tersebut
secara drastik terus meningkat dan dapat berupa orang, sumberdaya finansial, barang-
barang, atau budaya (Ritzer and Malone, 2001). Globalisasi merupakan sebuah fenomena
multidimensi yang tidak hanya melibatkan berbagai faktor ekonomi akan tetapi melibatkan
pula budaya, ideologi, politik dan berbagai hal lainnya (Prasad dan Prasad, 2006). Oleh
karena itu globalisasi sering kali menjadi latar belakang pemikiran diberbagai bidang, tidak
hanya ekonomi akan tetapi juga hubungan internasional, politik, teknologi informasi dan
sebagainya.
Perkembangan teknologi industri memungkinkan suatu perusahaan untuk dapat
menjual barangnya ke negara lain. Kemajuan teknologi komputer, robot dan berbagai
mesin industri telah menciptakan sebuah perusahaan yang mampu memproduksi
produknya untuk pemenuhan pasar tidak hanya domestik akan tetapi mampu juga
memenuhi permintaan luar negri. Tekanan persaingan domestik juga dapat mendorong
sebuah perusahaan untuk menjual produknya ke luar negri.
Kemajuan teknologi transportasi memungkinkan perdagangan lintas negara
menjadi lebih cepat, aman, dan relatif lebih murah. Hal ini Membuat jarak antar negara
menjadi semakin dekat dan semakin dekat lagi. Jika dilihat dari semua perkembangan
teknologi manusia saat ini, peran teknologi informasi tidak dapat dianggap kecil dalam
mendorong percepatan perdagangan bebas saat ini. Dalam sehari berjuta-juta informasi
melintas melalui berbagai media seperti telefon dan internet dan diantaranya adalah
informasi-informasi yang berkaitan dengan pedagangan global. Perdagangan bebas
dilakukan atas kerjasama beberapa negara, setiap negara yang terhimpun dalam kerjasama
tersebut secara sebagian atau keseluruhan menghapuskan biaya masuk dan peraturan-
peraturan seperti sertifikasi untuk negara asal suatu produk dibuat agar terhindar dari
eksploitasi bebasnya biaya masuk tersebut (Janssen, 2013). Salah satu contoh perdagangan
bebas adalah kerjasama ekonomi negara-negara Eropa untuk membentuk European Union
(EU), menurut Wim Janssen (2013) pada sebuah workshop, terdapat beberapa faktor yang
melatar belakangi pembentukan EU diantaranya adalah berbagai masalah dan perbedaan
sepanjang sejarah negara-negara di Eropa, adanya keingingan negara-negara Eropa untuk
dapat mengkontrol industri-industri berat milik Jerman akibat perang dunia ke-dua,
bertambahnya negara yang bergabung dalam negara Eropa sejak tahun 1990, penyatuan
Jerman dan pembentukan mata uang Euro.
Wacana pembentukan perdagangan bebas di wilayah Asia Tenggara kini mulai
menghangat, ide pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) semakin sering dibahas
dalam berbagai kesempatan baik seminar, workshop, forum di-internet dan direncanakan
akan diterapkan pada tahun 2015. Menghadapi MEA, perusahaan-perusahaan lokal harus
dapat meningkatkan kemampuan bersaingnya. Sistem informasi dapat meningkatkan
kemampuan bersaing suatu perusahaan salah satunya dengan menciptakan nilai (value)
bagi konsumen sehingga memiliki daya saing dipasar dan diharapkan dapat menjadi
sebuah superior customer value.
2.2 Persaingan Pasar Domestik dan International
Sebuah perusahaan, layaknya seorang individu, ia berada dalam sebuah lingkungan
yang saling mempengaruhi. Bagaimana seseorang dapat bertahan bergantung pada
bagaimana ia bereaksi terhadap lingkungannya, demikian juga dengan perusahaan.
Perusahaan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dan keberlangsungan perusahaan
tersebut bergantung pada bagaimana perusahaan tersebut merespon lingkungannya.
Raymond Mc Leod, Jr dan George P. Schell dalam bukunya Management Information System
menuliskan delapan faktor lingkungan yang harus diperhatikan oleh perusahaan.
Delapan faktor tersebut adalah pemerintah, komunitas global, pelanggan, pesaing,
pemegang saham atau pemilik, serikat pekerja, pemasok, dan komunitas keuangan.
Lingkungan perusahaan dapat berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang
lain, lingkungan perusahaan bank bisa jadi berbeda dengan lingkungan industri
manufaktur namun secara umum kedelapan model lingkungan perusahaan dapat mewakili
hampir semua perusahaan.
gambar 2.1
Model Lingkungan Perusahaan
Pemerintah
Komunitas Global
Komunitas Keuangan
Pelanggan
Pesaing
Pemegang Saham
Serikat Pekerja
PemasokPerusahaan
berikut ini diberikan uraian dan beberapa contoh interaksi antara lingkungan dengan
perusahaan :
1. Pemerintah seringkali membuat peraturan-peraturan yang harus diikuti oleh
perusahaan, selain itu pemerintah dapat pula memberikan bantuan dalam berbagai
bentuk seperti informasi dan dana.
2. Komunitas Global merupakan elemen-elemen yang berada pada area geografis
tempat perusahaan melaksanakan aktifitasnya. Perusahaan harus memperhatikan
masyarakat global dalam menjalankan operasinya dengan memperlihatkan
tanggung jawab terhadap lingkungan hidup, menghasilkan produk dan jasa yang
memberikan benefit bagi kehidupan manusia, dan menjalankan usahanya dengan
memperhatikan nilai-nilai etika.
3. Pelanggan dapat berbentuk perusahaan lain ataupun individu-individu. Pelanggan
merupakan mereka yang membeli produk atau jasa yang dihasilkan.
4. Pesaing merupakan perusahaan-perusahaan lain yang juga berusaha mencari
keuntungan dari pasar yang sama.
5. Pemegang saham adalah individu-individu pemilik perusahaan yang telah
menginvestasikan uangnya kedalam perusahaan.
6. Serikat pekerja adalah pekerja-pekerja, baik yang terampil maupun tidak, yang
tergabung kedalam sebuah organisasi pekerja.
7. Pemasok menyediakan berbagai kebutuhan bagi perusahaan sehingga perusahaan
dapat beroperasi. Pemasok menyediakan pula informasi tentang barang atau jasa
yang diberikan kepada perusahaan.
8. Komunitas keuangan merupakan lembaga-lembaga keuangan yang menyimpan
uang perusahaan, menyediakan pinjaman yang dibutuhkan oleh perusaahaan,
memberikan jaminan terhadap asset perusahaan, serta mengelola keuangan
perusahaan. Komunitas keuangan dapat berupa bank, perusahaan asuransi,
lembaga penjamin simpanan dan sebagainya.
Berbagai informasi mengalir dari lingkungan ke perusahaan tersebut, informasi dapat
mengalir dua arah atau bersifat satu arah. Informasi hanya mengalir dari lingkungan-
lingkungan yang memang berhubungan seperti informasi keuangan akan mengalir dari
perusahaan ke pemegang saham akan tetapi informasi mengenai mesin tidak akan
mengalir ke pemegang saham. Informasi-informasi dari lingkungan perusahaan sangat
diperlukan oleh suatu perusahaan sehingga perusahaan tersebut dapat mengambil
keputusan-keputusan untuk merespon lingkungannya. Kenaikan bahan bakar minyak
(BBM) yang ditetapkan oleh pemerintah merupakan salah satu informasi penting yang
berasal dari lingkungan perusahaan yaitu pemerintah. Informasi mengenai kenaikan BBM
akan memicu berbagai tindakan dari perusahaan untuk mengatasi kejadian tersebut
diantaranya dapat berupa peningkatan efektifitas dan efisiensi perusahaan.
Kebutuhan akan informasi dan koordinasi akan meningkat bagi perusahaan multinasional.
Perusahaan multinasional (Multinational corporation/MNC), memiliki aktifitas bisnis yang
bersifat lintas Negara, lintas pasar maupun lintas produk. Umumnya perusahaan
multinasional memiliki sekelompok anak perusahaan dimana anak perusahaan-anak
perusahaan tersebut dapat tersebar diberbagai penjuru dunia, masing-masing anak
perusahaan dapat pula memiliki sasaran, kebijakan dan prosedurnya sendiri (McLeod,
Schell, 2008). Akibat induk perusahaan dengan anak perusahaan yang terpisah secara
geografis menyebabkan semakin pentingnya arus informasi antara induk dan anak
perusahaan, juga arus informasi perusahaan dengan lingkungannya. Perusahaan MNC
harus menghadapi berbagai ketidakpastian dari lingkungannya, menurut McLeod (2008)
ketidakpastian tersebut muncul karena adanya perbedaan antara jumlah informasi yang
dibutuhkan dan jumlah informasi yang telah dimiliki oleh perusahaan dalam melakukan
suatu pekerjaan. Menurutnya eksekutif-eksekutif perusahaan MNC sebagian besar telah
mengetahui pentingnya teknologi informasi untuk mengatasi pengaruh lingkungan
perusahaannya.
Koordinasi menjadi satu hal yang penting untuk dapat bersaing dalam pasar global.
Berbagai koordinasi antar anak perusahaan atau antara anak perusahaan dengan induk
perusahaannya dilakukan untuk dapat memberikan pelayan yang baik bagi konsumennya.
Kemajuan teknologi informasi telah mempermudah koordinasi bagi perusahaan-
perusahaan multinasional. Perusahaan dapat saling berbagi informasi dengan
menggunakan jaringan internet, email menjadi salah satu layanan yang sangat penting
untuk saling berkiriman informasi. rapat kini dapat dilakukan menggunakan video
conference, sehingga dapat lebih cepat dan menghemat biaya. berbagai konten digital
dapat dikirim melalui jaringan internet sehingga dapat meningkatkan kecepatan dan
kelancaran penyampaiannya. Sistem informasi yang terintegrasi dapat mendukung
berbagai aktifitas bisnis sehingga memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan
seperti pengurangan biaya operasional, berbagi ilmu pengetahuan, fleksibilitas, dan
berbagai keuntungan lainnya (Porter’s Value Chain 1980)
Value bagi perusahaan merupakan suatu faktor yang amat penting untuk dapat
bersaing. Nilai atau value itulah yang membedakan sebuah perusahaan dengan perusahaan
lain, sebuah produk dengan produk yang lainnya. Nilai yang dibentuk dalam sebuah iPhone
berbeda dengan nilai yang terbentuk dalam Galaxy (Smartphone produksi Samsung). Pada
kasus iPhone dan Galaxy, keduanya merupakan sebuah contoh persaingan yang saat ini
sedang hangat-hangatnya. Jika dilihat sebenarnya kedua gadget tersebut memiliki value
atau nilai tersendiri yang diciptakan, dikomunikasikan, dan disebarkan oleh masing-
masing perusahaan yaitu Apple sebagai pemilik iPhone dan Samsung sebagai pemilik
Galaxy.
Baik produk maupun jasa pada dasarnya memberikan value kepada konsumen atau
dengan perkataan lain dalam pemebelian sebuah produk atau jasa konsumen memperoleh
value dari produk atau jasa tersebut. Bank memiliki produk yang relatif sama, secara garis
besar sebuah bank jika dilihat dari segi produk yang ditawarkan tidaklah berbeda dengan
bank lainnya. Meskipun demikian value yang ditawarkan oleh masing-masing bank
berbeda, sehingga konsumen memiliki preferensi terhadap sebuah bank dibandingkan
dengan bank yang lainnya. Konsumen akan menganalisis value dari produk atau jasa yang
akan dia beli dengan membandingkan benefit yang diberikan produk atau jasa tersebut
terhadap biaya yang dia keluarkan. Biaya tidak harus berarti uang akan tetapi berbagai
faktor yang dikeluarkan oleh konsumen tersebut dapat berupa tenaga, waktu, dan
sebagainya.
Michael Porter dalam bukunya Competitive Advantage tahun 1980 mengembangkan
konsep value chain yaitu serangkaian aktifitas-aktifitas yang dapat menciptakan dan
membangun value pada setiap prosesnya. Menurut Porter, value yang diberikan oleh
sebuah perusahaan merupakan gabungan semua value yang dibentuk dalam semua
aktifitas disebuah perusahaan.
Sebuah perusahaan dapat dilihat sebagai sebuah sistem dimana sistem tersebut
dibentuk oleh sub-sub sistem yang saling mempengaruhi. Rangkaian aktifitas sebuah
perusahaan dari mulai input, proses hingga output dan juga berbagai aktifitas
pendukungnya merupakan rangkaian sistem yang perlu diperhatikan dan dilakukan untuk
dapat menciptakan produk atau jasa yang memiliki nilai. Porter membagi aktifitas-aktifitas
tersebut kedalam dua aktifitas besar yaitu aktifitas utama (primary activities) dan aktifitas
pendukung (support activities). Aktifitas utama merupakan kegiatan-kegiatan utama yang
vital bagi perusahaan dalam menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage),
dan aktifitas pendukung merupakan aktifitas yang membantu aktifitas utama sebuah
perusahaan agar berjalan dengan baik.
Menurut Porter, aktifitas utama terdiri dari:
1. Inbound logistic yang meliputi recieving, gudang, inventory control dan lain-lain
2. Operation, merupakan aktifitas yang memproses input menjadi output
3. Outbound logistic, merupakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan agar produk atau jasa
dapat mencapai konsumen
4. Marketing and Sales merupakan berbagai aktifitas yang dilakukan agar konsumen yang
ingin membeli produk, memperoleh informasi mengenai produk, dan kegiatan
penjualan lainnya.
5. Service merupakan aktifitas-aktifitas yang dilakukan untuk mempertahankan value
pada produk atau jasa yang telah dibeli pelanggan yang meliputi customer support,
perbaikan, dan sebagainya.
Gambar 2.2
elemen-elemen dari kegiatan utama
Aktifitas pendukung terdiri dari:
1. Pembelian merupakan fungsi bisnis yang terlibat dalam berbagai pembelian bahan
baku dan berbagai material lainnya yang digunakan untuk aktifitas-aktifitas
perusahaan dalam menciptakan nilai
2. Teknologi merupakan berbagai aktifitas perusahaan untuk mendukung aktifitas utama
melalui penggunaan teknologi, termasuk diantaranya process automation, penelitian
dan pengembangan dan sebagainya.
Kegiatan utama
3. Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
perekrutan,pengembangan sumberdaya manusia, gaji karyawan, dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan sumberdaya manusia perusahaan tersebut.
4. inprastruktur perusahaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan perusahaan dan menghubungkan berbagai bagian dalam
perusahaan seperti departemen keuangan, hukum, perencanaan, hubungan masyarakat
dan sebagainya.
Sistem informasi dapat memberikan nilai tambah disemua aktifitas baik aktifitas utama
maupun aktifitas pendukung yang dilakukan perusahaan. Beberapa contoh pembentukan
nilai pada aktifitas utama misalnya pembangunan sistem just-in-time yang terotomatisasi,
peningkatan efektifitas dan efisiensi pada kegiatan operasi, percepatan koordinasi dengan
para distributor, pemberian berbagai informasi mengenai pasar, atau pembangunan
manajemen hubungan pelanggan (Custumer Relationship Management ). Beberapa contoh
pembentukan nilai pada aktifitas pendukung misalnya pembangunan jaringan intranet
sehingga koordinasi antar departemen dapat dilakukan dengan lebih cepat, percepatan
proses perekrutan dengan membantu proses analisis calon pegawai, penggunaan extranet
dengan perusahaan rekanan, penggunaan ecommerce untuk mempercepat transaksi data
dengan supplier, dan sebagainya.
2.3 Strategi Korporasi, Strategi Bisnis, dan Strategi Fungsional
Sebuah perusahaan memilik tujuan yang ingin dicapai pada masa mendatang. Tujuan
yang didefinisikan dengan baik harus memuilki karakteristik sebagai berikut :
1. terukur artinya tujuan harus dapat dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur tingkat
pencapaiannya. Tujuan yang menyatakan secara kuantitatif merupakan tuuan yang
terukur. Apabila tujuan sulit dinyatakan secara kuantitatif maka tujuan harus dapat
dijabarkan menjadi indikator yang terukur. Contoh, tujuan peningkatan peluang pasar
menjadi 30% merupakan tujuan yang dapat diukur., sedangkan tujuan pembangunan
manusia di suatu daerah bukan tujuan yang terukur sehingga perlu dijabarkan menjadi
indicator terukur yaitu daya beli, tingkat kesehatan dan pendidikan.
2. Realistik artinya tujuan harus sesuai dengan kemampuan perusahaan untuk
mencapainya. Contoh, sebuah sekolah pada tahun 2013 memperoleh nilai tujuan
nasional rata-rata 5,1. Sekolah tersebut pada tahun 2017 menetukan perolehan nilai
ujian nasional rata-rata 6, tujuan ini cukup realistik.
3. Menantang artinya tujuan harus dapat membangkitkan motivasi kerja bagi seluruh
pegawai maupun pimpinan perusahaan. Tujuan yang terlalu mudah dicapai cenderung
tidak membangkitkan semanngat kerja dan tidak mendorong usaha perubahan. Contoh,
sebuah sekolah pada tahun 2013 memperoleh nilai ujina nasional rata-rata sebesar 5,1
bila sekolah tersebutmenentukan target perolehan nilai ujian nasional rata-rata pada
tahun 2017 sebesar 5,2 maka tujuan ini tidak menantang. Target perolehan nilai ujian
nasioanl rata-rata sebesar 6 dipandang cukup menantang dan realistik.
4. Terkait dengan jangka waktu arinya tujuan harus memiliki jangkawaktu
pencapaiannya. Tujuan jangka panjag merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam
kurun waktu 15 sampai dengan 25 tahun mendatang. Tujuan jangka menengah
merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 sampai 15 tahun
mendatang, sedangkan tujuan jangka pendek merupakan tujuan yang ingin dicapai
dalam kurun waktu 1 sampai dengan 5 tahun mendatang.
Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan perlu dirumuskan strategi yang bersifat
menyeluruh dan terpadu. Strategi pada dasarnya merupakan rumusan langkah global yang
perlu dilakukan dimasa datangguna mencapai tujuan
Pada umumnya suatu perusahaan membagi strategi kedalam tiga tingkatan yaitu strategi
korporasi, strategi bisnis, dan strategi fungsional. Strategi korporasi dan strategi bisnis
ditetukan oleh dewan direktur (Board of Director) dan pimpinan puncak ( Chief Exekutive
Officer / CEO ), sedangkan strategi fungsional disusun oleh manajer tingkat divisi. Mereka
bertanggungjawab menterjemahkan strategi korporasi dan strategi bisnis ke tingkat divisi.
Strategi fungsional disusun oleh manajer-manajer di fungsi bisnis seperti marketing,
produksi, sumberdaya manusia, dan keuangan. Dalam kata lain strategi fungsional
diturunkan dari strategi bisnis dan strategi bisnis diturunkan dari strategi korporasi.
Gambar 2.3 hubungan strategi korporasi bisnis dan fungsional
Pada tingkat korporasi, strategi diarahkan untuk menganalisis bisnis yang akan
dijalankan atau keberlangsungan bisnis yang sedang dijalankan. Dua pendekatan yang
dapat dilakukan pada tingkat strategi korporasi ini adalah strategi portofolio seperti
penggunaan BCG matriks atau strategi utama seperti strategi pertumbuhan, strategi
kestabilan dan strategi penghematan.
keuangan
Gambar 2.4 Matriks BCG
Matriks BCG dikembangkan oleh Boston Consulting Grup, matriks tersebut
dimaksudkan agar perusahaan dapat menganalisis posisi unit bisnis yang sedang
dijalankan, berdasarkan besar atau kecilnya pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan
pasar maka posisi unit bisnis dapat diletakan disalah satu kuadran, apakah Question mark,
Star, Cash Cow, atau Dogs. Penggunaan matriks BCG dapat membantu perusahaan untuk
mempelajari apakah operasi dari setiap unit bisnis yang ada perlu dikembangkan,
diteruskan, atau dihentikan.
Strategi ditingkat bisnis dimaksudkan agar bisnis mampu bersaing dengan pesaingnya.
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan pada strategi tingkat bisnis
?Pangsa Pasar Relatif
Tingkat Pertumbuhan Pasar
diantaranya adalah apa yang telah dikemukakan oleh Porter bahwa ada tiga jenis strategi
yang dapat diterapkan untuk tingkat bisnis yaitu:
1. Cost leadership, perusahaan berusaha menjadikan produknya termurah dipasaran
dengan cara melakukan berbagai efektifitas dan efisiensi dalam semua aktifitas
bisnisnya. Perusahaan tersebut percaya bahwa dengan memberikan harga termurah ia
dapat memenangkan persaingan.
2. Diferensiasi, strategi ini memungkinkan perusahaan memperoleh pangsa pasar yang
besar dengan cara membedakan diri dengan para pesaing lainnya.
3. Fokus, perusahaan yang melakukan strategi fokus maka ia akan hanya memfokuskan
diri pada satu jenis bisnis saja sehingga segala sumberdaya yang ia miliki akan
dikonsentrasikan pada bisnis tersebut.
Strategi fungsional dilakukan jika ada kesamaan pasar atau sumber dengan pesaing
misalkan Coca Cola dengan Pepsi yang memiliki pasar yang sama.Strategi ini seringkali
dikenal juga sebagai strategi aksi dan reaksi. Oleh karena itu persaingan ditingkat ini
seringkali terlihat dengan jelas seperti iklan-iklan yang diluncurkan oleh Coca Cola dan
iklan-iklan yang dikeluarkan oleh Pepsi.
Strategi fungsional merupakan pula rumusan strategi pada fungsi bisnis perusahaan
yang meliputi pemasaran, operasi, sumber daya manusia dan keuangan. Sehingga
perusahaan akan memiliki 4 macam strategi fungsional yaitu strategi pemasaran, strategi
operasi, strategi SDM dan strategi keuangan. Strategi fungsional pada umumnya ditujukan
untuk melaksanakan strategi bisnis.
2.4 Keunggulan Bersaing.
Suatu perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing agar dapat berkembang dan
sukses. Sebelum perusahaan memasuki persaingan, perusahaan akan menganalisis dahulu
pasar yang akan dimasuki pada tingkatan mikro lalu berdasarkan analisis tersebut
perusahaan menyusun strategi agar dapat unggul dibandingkan kompetitornya. Five forces
factor model yang dikembangkan oleh Porter merupakan sebuah alat analisis untuk melihat
tingkat persaingan disebuah pasar atau market.
Gambar 2.5 Five Forces dari Porter
Persaingan dalam industri sejenis perlu dipelajari oleh suatu perusahaan sehingga
perusahaan tersebut dapat memahami karakteristik persaingan dalam industri tersebut.
Karakteristik persaingan dalam jasa telekomunikasi akan berbeda dengan persaingan
dalam industri perbankan. Pemahaman mengenai persaingan dalam industri yang digeluti
akan membantu dalam menyusun strategi untuk menghadapi persaingan tersebut.
Pendatang baru akan muncul jika pasar yang ada dianggap menarik dan barier entry pasar
tersebut rendah misalkan usaha jasa warnet hanya membutuhkan modal 100 juta maka
akan banyak bermunculan warnet-warnet baru, berbeda dengan industri baja yang
membutuhan investasi milyaran. Perusahaan perlu mewaspadai kemunculan dari pesaing
baru sehingga dapat mengambil keputusan-keputusan untuk menghadapi pesaing baru.
Semakin banyak pendatang baru yang masuk kedalam persaingan akan menyebabkan
tingkat persaingan menjadi semakin ketat, perusahaan harus dapat mencari cara agar
dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat tersebut.
Produk subtitusi adalah produk-produk pengganti yang dapat dibeli oleh pelanggan
jika terjadi perubahan pada kondisi pasar. Kenaikan harga daging sapi yang terlampau
tinggi akan menyebabkan pelanggan beralih dengan mengkonsumsi lebih banyak ayam
atau ikan. Mahalnya harga bahan bakar akan menyebabkan industri beralih menggunakan
bahan bakar jenis lain, solar atau batubara misalnya.
Kekuatan tawar menawar pelanggan, apakah mudah untuk menarik pelanggan? apakah
pelanggan mudah menjadi pelanggan yang loyal? Kekuatan tawar-menawar pelanggan
salah satunya dapat dilihat dari kemampuan konsumen untuk beralih kepesaing, jika
mudah beralih maka kekuatan tawar menawar konsumen dalam pasar tersebut tinggi.
Kekuatan tawar menawar pelanggan yang tinggi mampu mendorong perusahaan-
perusahaan untuk saling bersaing dalam memberikan harga produk
Kekuatan tawar-menawar pemasok. Perusahaan sangat membutuhkan pemasok, semakin
banyak pemasok bahan baku bagi perusahaan maka kekuatan tawar menawar dari
pemasok menjadi rendah karena perusahaan dengan mudah pindah ke pemasok yang lain.
Sebaliknya jika pemasok bahan baku tersebut tidak banyak maka pemasok memiliki daya
tawar lebih tinggi sehingga dapat menetapkan harga lebih tinggi bahkan mampu
menentukan perusahaan mana yang ingin pasok.
Model five forces yang dikembangkan oleh Porter dapat pula menjadi alat analisis
apakah suatu pasar atau market menarik untuk dimasuki atau tidak. Persaingan yang
sangat ketat, posisi tawar pelangan dan konsumen yang tinggi, banyaknya produk
pengganti dan mudahnya pesaing baru untuk memasuki pasar tersebut tentunya akan
menyebabkan pasar tersebut kurang menarik. Ke-lima faktor itu pula yang menyebabkan
timbulnya persaingan dalam sebuah sektor industri.
Perusahaan harus memiliki sesuatu yang menyebabkan ia memiliki keunggulan bersaing
sehingga pelanggan akan membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan
tersebut daripada membeli produk atau jasa dari pesaingnya.
Sistem informasi telah terbukti mampu memberikan keunggulan dalam persaingan.
Penggunaan website dengan basis data dapat memberikan keunggulan bagi perusahaan
yaitu dengan menjangkau pasar yang lebih luas, transaksi online dengan mudah dan
website yang dinamis. Otomatisasi oleh sistem informasi dapat memberikan keunggulan
dalam hal kecepatan dan ketepatan misalnya proses evaluasi pinjaman ke sebuah bank
akan memberikan keunggulan pada bank tersebut dari segi pelayanan. Proses perekrutan
pegawai baru dapat menggunakan sistem informasi sehingga dapat diperoleh pegawai
baru yang berpotensi dan cocok dengan kebutuhan perusahaan. Proses manufaktur dapat
dilakukan dengan lebih efektif dan efisien dengan menggunakan sistem informasi dari
mulai pemilihan pemasok bahan baku hingga kontrol kualitas produk. Penggunaan sistem
informasi juga dapat membantu pengambilan keputusan dalam kegiatan promosi misalkan
pemilihan media promosi, waktu promosi dilakukan, dan sebagainya.
BAB III
Perkembangan sistem informasi.
Sistem informasi berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi informasi.
Dengan demikian berbicara tentang perkembangan sistem informasi harus selalu dikaitkan
dengan perkembangan teknologi informasi.
Pada era sebelum teknologi informasi berkembang, sistem informasi sering dikaitkan
dengan aliran kertas kerja dimana informasi mengalir secara manual melalui kertas,
sejalan dengan perkembangan dengan teknologi informasi, informasi dihasilkan dan
mengalir dengan dukungan komputer.
3.1 periode pengembangan sistem informasi.
sistem informasi berkembang secara bertahap melalui periode-periode berikut ini :
1. Periode awal pengembangan komputer
Perang dunia ke II yang berlangsung tahun 1939 – 1945 merupakan perang yang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan perang yang sebelumnya. Perang dunia ke
II merupakan perang yang berbasis pada teknologi, artinya : negara-negara yang
terlibat perang menggunakan teknologi dalam melawan musuhnya. Dengan demikian
negara yang terlibat perang berlomba mengembangkan teknologi perang untuk dapat
mengungguli lawan. Pada masa itu ditemukan berbagai teknologi maju yang ditujukan
untuk berperang seperti teknologi kendaraan lapis baja, teknologi bom dan teknologi
persenjataan lainnya. Komputer dikembangkan pada waktu itu dengan tujuan dapat
digunakan oleh pihak militer dalam mempercepat perhitungan dengan data yang
berjumlah banyak.
2. Periode pengembangan sistem informasi pengolahan data transaksi.
Setelah perang dunia ke II selesai, semua temuan teknologi dicoba dimanfaatkan untuk
kepentingan masyarakat luas. Teknologi perang yang semula ditujukan untuk
membunuh manusia, dirubah menjadi teknologi yang bermanfaat bagi manusia.
Pembangkit listrik tenaga nuklir, kedokteran nuklir merupakan contoh penerapan
teknologi nuklir bagi kepentingan manusia.
Demikian pula komputer yang semula digunakan untuk kepentingan militer, setelah
perang dunia ke II selesai, komputer dicoba dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat luas. Biro sensus penduduk Amerika serikat merupakan lembaga yang
pertama kali menggunakan komputer untuk kepentingan sipil. Lembaga ini
menggunakan komputer untuk mengolah data sensus penduduk yang pada mulanya
diolah secara manual.usaha diatas memberikan hasil yang sangat menggembirakan
yaitu berupa waktu penyelesaian pengolahan data sensusyang jauh lebih cepat dari
sebelumnya. Usaha ini dianggap sebagai usaha terobosan teknologi pada waktu itu
Keberhasilan penggunaan komputer diatas menarik minat para pengusaha dan
pimpinan perusahaan untuk memanfaatkan komputer dibidang bisnis. Pada waktu itu
komputer dipandang sebagai sebuah alat canggih yang mampu mengolah data dalam
jumlah banyak secara cepat, sehinggakomputer dicoba digunakan untuk mengolah data
transaksi yang umumnya berjumlah banyak dan perlu diolah secara cepat. Dengan
demikian sistem informasi yang pertama muncul adalah sistem pengolahan data
transaksi atau sering juga disebut pengolahan data elektronik (Electronik Data
Processing).
Sistem ini memiliki pkus pada pengolahan data transaksi, artinya : sistem ini dibangun
dengan tujuan meng otomasikan proses pengolahan data manual sehingga kecepatan
proses menjadi sangat tinggi dan kapasitas pengolahan data menjadi sangat besar.
Sistem ini sangant mendukung pekerjaan-pekerjaan pengolahan data pada level
operasional.
Pada awal perkembangan sistem ini komputer yang digunakan merupakan komputer
dengan jenis Main Frame yang umumnya memiliki dimensi besar besar dan harga yang
sangat mahal. Bahasa programman yang pada waktu digunakan umumnya adalah
Assembler yang merupakan bahasa yang sulit digunakan oleh masyarakat umum.
Dengan kendala diatas sistem informasi ini pada awal perkembangannya sulit diterima
oleh masyarakat luas. Akan tetapi dengan teknologi informasi baik teknologi perangkat
keras maupun teknologi perangkat lunak serta perkembangan teknologi komunikasi
dan internet maka aplikasi dari sistem ini menjadi semakin luas misalnya hampir
seluruh Bank di Indonesia menggunakan sistem ini untuk meningkatkan daya saingnya.
Ajungan Tunai Mandiri, internet banking, SMS banking dan sebagainya merupakan
contoh-contoh pemanfaatan sistem ini bagi masyarakatluas.
Sistem ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi yang rinci dan
informasi yang bersifat Agregat. Kedua jenis informasi tersebut sangant bermanfaat
bagi perusahaan dalam melakukan fungsi pengawasan dan pengendalian. Sebagai
contoh pusat pengkajian analisis transaksi keuangan ( PPATK ) menggunakan sistem ini
untuk melacak transaksi keuangan yang mencurigakan.
3. Periode sistem informasi manajemen
Sistem informasi data transaksi yang dijelaskan diatas sampai dengan periode tahun
1970-1980 masih banyak terkendala oleh beberapa faktor diantaranya :
a. Faktor teknologi perangkat lunak yang masih dirasakan mahal dan sulit digunakan
b. Teknologi perangkat lunak yang masih belum sepenuhnya ramah terhadap
pengguna
c. Kemampuan para pengguna yang masih rendah dalam penggunaan teknologi
informasi
d. Budaya masyarakat yang belum mendukung pada penggunaan teknologi informasi
Kendala-kendala diatas menyebabkan tidak banyak diperoleh perkembangan didalam
penggunaan teknologi informasi bagi kepentingan bisnis.
Menjelang tahun 1980 dikembangkan komputer berkelas Micro (
komputer/desktop/personal komputer ) yang memiliki kecil dan dijual dengan harga
yang murah. Pada awal perkembangannya komputer jenis ini memilki kapasitas
memori utama yang kecil ( hanya dalam satuan kilo byte ) dean memilikinkecepatan
proses yang rendah. Akan tetapi pada periode berikutnya komputer jenis ini memilki
kapasitas memori utama yang semakin besar dan memiliki kecepatan proses semakin
tinggi. Perkembangan tersebut membawa dampak komputer jenis ini dapat diterima
oleh masyarakat luas, pengguna dari komputer jenis ini dari waktu ke waktu semakin
banyak data statistik menunjukan bahwa terjadi peralihan pengguna komputer jenis
Main frame dan komputer jenis mini beralih menjadi pengguna koputer jenis micro. Hal
ini berarti bahwa jumlah komputer jenis Main frame dan jumlah pengguna komputer
jenis mini cenderung menurun, sedangkan dilain pihak jumlah pengguna komputer
jenis moicro cenderung meningkat atau dalam perkataan lain komputer jenis mocro
memperoleh penerima yang sangat luas oleh masyarakat.
Persamaan dengan perkembangan diatas, teknologi perangkat lunak mengetahui
kemajuan pula. Dimana teknologi tersebut menjadi semakin ramah pada pengguna dan
semakin luas cakupan fungsinya. Kedua perkembangan diatas baikdari segi perangkat
keras maupunperangkat lunak mendorong penggunaan komputer semakin luas
dibidang bisnis. Para manajer perusahaan menjadi semakin terdorong untuk
menggunakan komputer dalam pekerjaan-pekerjaan manajerial. Perkembangan ini
pada gilirannya mendorong munculnya sistem informasi manajemen.
Berbeda dengan sistem sebelumnya, sistem informasi manajemen berfokus pada
informasi. Artinya sistem ini tidak hanya ditujukan untuk mempercepat proses
pengolahan data, akan tetapi ditujukan pula untuk mempermudah dan mendukung
para manajer dan melaksanakan fungsi manajerial.
Sistem informasi manajemen dibangun untuk mendukung pekerjaan para manajer,
baik yang berada pada tingkat pimpinan puncak ( Top management ) pimpinan madiga
( Midlle management ) maupun pimpinan lini pertama ( Lower management ).
Pada periode perkembangan sistem ini berkembang pula teknologi basis data yang
merupakan teknologi yang lebih maju dari pada sistem file yang banyak digunakan
pada waktu itu. Teknologi basis data dapat digunakan untuk membuat basis data yang
terpadu dengan minimal duplikasi,berbarengan dengnan hal ini muncul pula perangkat
lunak yang beroperasi pada basis data (DBMS) seperti : SQL, ORACLE, ACESS dan
sebagainya.
Sistem informasi manajemen sangat didukung oleh perkembangan basis data,
artinya, efektivitas SIM menjadi semakin tinggi apabila didukung oleh basis data.
Sistem informasi manajemen harus dapat menghasilkan sekurang-kurangnya dua
macam informasi, yaitu, informasi yang bersifat periodik dan informasi yang bersifat
insidentil. Informasi yang bersifat periodik merupakan informasi yang dihasilkan
secara berkala. Misalnya, informasi/laporan mingguan dan sebagainya. Informasi ini
umumnya digunakan oleh manajer untuk melakukan fungsi pengendalian, mengingat
bahwa informasi ini berisi tenteng peforma serta transaksi yang telah terjadi pada
masa masa lalu seperti misalnya pelaporan produksi, laporan pelaksanan proyek dan
sebagainya.
Sedangkan informasi insidentil merupakan informasi yang dibutuhkan oleh para
manajer sewaktu-waktu. Informasi ini dihasilkan atas permintaan paramanajer, contoh,
informasi ini adalah permintaan manajer atas bidata seorang pegawai atau beberapa
pegawai karena manajer harus mengambil keputusan yang terkait dengan seorang
atau beberapa pegawai.
4. Periode pengembangan sistem otomasi perkantoran
Pada era tahun 1980, komputer jenis mikro masih bersifat berdiri sendiri ( stand
alone ) artinya, komputer tersebut tidak dapat berhubungan dengan komputer lain.
Sebuah komputer tidak dapat menyampikan data maupun informasi ke komputer lain,
pada perkembangan berikutnya dikembangkan teknologi jaringan komputer yang
dapat membuat sebuah komputer berhubungan dengan komputer lain, atau perkataan
lain sebuah komputer dapat menyampikan data maupun informasi ke komputer lain.
Pada awal perkembangannya teknologi ini hanya dapat menghubungkan komputer-
komputer yang memiliki jarak berdekatan sehingga jaringan yang terbentuk masih
bersifat lokal ( local area network ). Akan tetapi setelah berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi maka jaringan yang dapat dibentuk semakin luas.
Teknologi jaringan tersebut mendorong munculnya sistem otomasi perkantoran, pada
sekitar tahun 1980 sistem ini berfokus kepada otomasi pekerjaan perkantoran. Sistem
ini dioperasikann melalui sebuah jaringan baik yang bersifat lokal maupun luas.
Pekerjaan-pekerjaan perkantoran yang dapat didukung oleh sistem ini diantaranya
adalah :
a. Pekerjaan surat menyurat.
Pada sistem tradisional, surat menyurat dilakukan secara manual dengan
mengetiknya, menandatanganinya serta mengirimkannya dengan menggunakan
tenaga manusia. Pada Sistem ini surat diketik dengan menggunakan komputer dan
dikirim secara elektronik tepat tujuan.
b. Pekerjaan pengarsipan surat.
Pada sistem tradisional, surat masuk maupun keluar disimpan dalam lemari arsip.
Sedangkan dalam sistem otomasi perkantoran surat masuk mupun keluar disimpan
secara elektronik dan dapat dicari dengan aturan tertentu secara cepat
c. Penyimpanan data kantor.
Pada sistem tradisional, data kantor seperti alamat, nomor telefon, bio data
pegawai, barang infentaris dan sebagainya disimpan dalam buku-buku khusus.
Sedangkan dalam otomasi perkantoran data tersebut disimpan dalam data base
kantor sehingga mudah disimpan, ditemukan kembali, dirubah dan sebagainya.
d. Pengolahan data pimpinan.
Dalam sistem tradisional agenda kegiatan pimpinan ditulis secara manual diatas
sebuag white board. Sehingga pimpinan dapat melihat agenda tersebut dikantornya.
Dalam sistem otomasi perkantoran seorang petugas dapat melayani agenda
kegiatan dari sejumlah pimpinan petugas tersebut. Mengelola agenda pimpinan
dengan memasukan data agenda kedalam file masing-masing pimpinan
5. Periode pengembangan sistem pendukung keputusan.
Pengembangan sistem ini didorong oleh kemajuan dibidang teknologi pernagkat keras
yaitu dikembangkannya komputer yang dapat dibawa kemana-mana ( portable )
seperti laptop, notebook dan sejenisnya. Kemajuan teknologi ini membuat para
manajer/pimpinan dapat bekerja dengan komputer dimanapun dia berada. Hal ini
bahwa para manajer dapat memperolah dukungan dari komputer dimanapun dia
berada, disamping itu pada waktu yang bersamaan berkembang pula teknologi
software yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi para manajer untuk
berinteraksi dengan komputer. Hal ini sangat mendukung para manajer didalam
proses pengambilan keputusannya karena sering sekali para manajer harus melakukan
berbagai percobaan untuk memperolah keputusan yang memuaskannya ( trial and
error ). Berbarengan dengan perkembangan diatas muncul pula kemajuan dibidang
keputusan yaitu dikembangkannya model-model keputusan yang bersifat sistematik.
Sistem pendukung keputusan pada dasarnya memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Berfokus kepada pemberian bantuan dan dukungan kepada para manajer dalam
proses pengambilan keputusan. Hal ini bahwa sistem ini dapat mempermudah para
manajer dalam proses pengambilan keputusannya.
b. Membantu para manajer didalam proses pengambilan keputusan yang kurang ter
struktur. Dalam masalah keputusan tidak ter struktur pada umumnya para manajer
harus dibantu oleh berbagai masalah keputusan yang sistematik, namun diberikan
pula fasilitas untuk melakukan percobaan-percobaan. Sehingga para manajer dapat
menggunakan institusinya untuk memperoleh solusi yang memuaskannya.
c. Sistem ini harus dapat memberikan alternative solusi serta penilaian terhadap
alternative tersebut, sehinnga para manajer dapat mudah mengambil keputusan.
d. Sistem ini harus bersifat fleksibel dan dapat beradaptasi terhadap perubahan pada
dasarnya masalah keputusan bersifat dinamis. Artinya dapat mengurangi
perubahan dari waktu ke waktu. Dinamika tersebut disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya :
i. Perubahan teknologi lingkungan ekonomi, lingkungan social dan sebagainya.
Contoh : pada era tahun 1950- an keputusan pemberian mesin tidak perlu
banyak mempertimbangkan efesiensi penggunaan bahan bakar. Akan tetapi
seiring dengan peningkatan harga bahan bakar dan kelangkaan bahan bakar
maka pada jaman sekarang keputusan pembelian masih harus
mempertimbangkan efesiensi penggunaan bahan bakar. Hal ini terlihat pada
jaman sekarang orang lebih mnyenangi mobil –mobil kecil yang hemat bahan
bakar.
ii. Perubahan pemangku jabatan.
Bila terjadi perubahan pemangku jabatan, maka pemangku jabatan yang baru
belum tentu cocok dengan cara pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
pemangku jabatan lama. Hal ini berate bahwa bila seorang pemangku jabatan
menggunakan sebuah sistem oendukung keputusan kemudian pemangku
jabatan tersebut diganti oleh pejabat yang lain maka diperlukan usaha
modifikasi terhadap sistem pendukung keputusan yang ada agar cook dengan
pemangku jabatan yang baru.
e. Keputusan manajerial pada dasarnya merupakan kombinasi dari informasi dan
model keputusan. Dengan demikian maka sistem pendukung keputusanharus
dapat memberikan informasidan model keputusan yang sesuai dengan masalah
keputusan yang dihadapi oleh manajemen.
Dalam usaha memenuhi kebutuhan diatas maka sistem pengambilan keputusan
harus memiliki 3 komponen pokok yaitu :
i. Basis data yaitu : kumpulan file yang menyimpan data yang dibutuhkan
dalam proses pengambilan keputusan seorang manajer. Database ini harus
dirancang dengan baik agar supaya tersusun file-file yang terintegrasi dan
tidak banyak memiliki duplikasi.
ii. Basis model yaitu : suatu kumpulan software yang dapat digunakan untuk
mengolah data menjadi informasi yang dapat membantu para manajer
dalam mengambil keputusannya. Software tersebut dibangun berdasarkan
model-model keputusan yang bersifat kualitatifdan rasional dan
berorientasi pada proses pengambilan keputusan manajer.
iii. Sistem dialog yaitu : software yang memudahkan para manajer dalam
menggunakan sistem pendukung keputusan pada umumnya. Sistem dialog
ini membuat tampilan dilayar yang berbentuknmenu pilihan yang dapat
dipilih oleh para manajer sesuai dengan kebutuhannya.
6. Periode pengembangan sistem pakar
Sistem ini didorong oleh kemajuan dibidang keilmuan intelegence buatan ( aktivitas
vicial intelegence ). Disamping itu sistem ini didorong pula oleh munculnya rekayasa
pengetahuan ( knowledge engineering ) yang merupakan teknik eksplorasi
pengetahuan yang digunakan oleh seorang pakar dalam mengkaji suatu masalah. Hasil
eksplorasi selanjutnya dapat disusun menjadi sebuah kumpulan kaidah, aturan metoda
maupun prosedur yang sistematik.
Karakteristik dari sistem ini adalah sebagai berikut :
a. Sistem ini berfokus kepada proses sistem inference
Proses inference adalah proses mengambil kesimpulan dan rekomendasi
berdasarkan sekumpulan data. Contoh, seorang dokter sebagai pakar kesehatan
akan mengambil data pasien baik secara visual maupun menggunakan alat medis.
Berdasarkan data pasien yang dikumpulkannya, dokter tersebut menarik
kesimpulan penyakit yang diderita pasien serta membuat rekomendasi obat yang
harus diminum dan perlakuan medis yang perlu dilakukan. Dokter diatas
melakukan proses inference terhadap data pasien yang dimilikinya.
b. Proses inference dilakukan oleh seorang pakar dengan mengguanakan knowledge
yang dimiikinya. Knowledge tersebut dibangun melalui pendidikan, pengalaman dan
pelatihan yang mungkin membutuhkan wkatu yang lama. Contoh : seorang dokter
membutuhkan waktu hampir 15 tahun untuk memiliki knowledge sebagai ahli
medis, rekayasa knowledge dapat digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi
knowledge. Seorang pakar menjadi sekumpulan kaidah aturan dan metode yang
sistematik. Meskipun diakui bahwa tidak semua knowledge dapat di eksplorasi
dengan cara diatas. Bila rakayasa knowledge berhasil melakukan eksplorasi
terhadap knowledge seorang pakar maka hasil eksplorasi tersebut dapat
ditranformasikan menjadi sebuah perangkat lunak, perangkat lunak tersebut
selanjutnya dapat dipasang pada sebuah komputer sehingga komputer dapat
melakukan proses inference seperti layaknya seorang pakar.
c. Sistem pakar ini merupakan bagian dari inteligencia artvicial ( artivicial
intelegence ) yang pada saat ini mengalami pertumbuhan cukup besar.
7. Sistem iinformasi eksekutif.
Sistem informasi eksekutif merupakan sistem informasi yang khusus dibuat untuk para
eksekitif ( pimpinan puncak ) sistem ini berkembang didorong oleh beberapa aspek
diantaranya :
a. Penyebaran lokasi bisnis
Pada jaman sekarang banyak lembaga pemerintah maupun perusahaan yang
memiliki kegiatan-kegiatan yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia maupun
di Negara lain. Contoh : pertamina memiliki unit organisasi yang tersebar diseluruh
daerah Indonesia, para eksekutif/pimpinan puncak pada umumnya berkedudukan
di Jakarta atau di kota besar dipulau jawa, para eksekutif tersebut memilki
kewajiban untuk mengontrol kegiatan-kegiatan yang berjalan diseluruh unit
bisnisnya, mengngat bahwa sorang pimpinan puncak memiliki kewajiban :
i. Memimpin seluruh kegiatan sebuah organisasi agar supaya organisasi atau
perusahaan dapat bertahan hidup dan berkembang
ii. Memimpin organisasi atau perusahaan dalam beradaptasi dengan perubahan
lingkungan, seorang pimpinan puncak dapat menontrol kegiatan seluruh unit
organisasi apabila pimpinan tersebut memperolah informasi tentang kegiatan
dari unit yang bersangkutan
b. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat mendorong kelancaran
arus komunikasi dan lalu lintas data/ informasi secara baik artinya suatu unit
organisasi yang berada pada daerah yang sangat jauh dapat mengirim data dan
informasi ke kantor pusat yang berada di Jakarta atau kota-kota lain dipulau jawa,
hal ini berarti bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat
mendukung fungsi control yang dilakukan oleh manajemen puncak dengan cara
menyediakan data dan informasi secara Realtime meskipun data dan informasi
tersebut dikirim dari unit-unit yang berada pada lokasi sangat jauh.
Sistem informasi eksekutif pada dasarnya memiliki karakteritik sebagi berikut :
i. Menyediakan informasi tentang kinerja strategis organiasi secara kofrehensif
ii. Menyediakan fasilitas untuk melihat data rinci apabila kinerja strategi
organisasi mengalami masalah
3.1beberapa kasus dalam penerapan sistem informasi
dalam usaha memperjelas gambaran sistem informasi yang telah dijelaskan
sebelumnya maka berikut ini akan diuraikan beberpa kasus dalam penerapan sistem
informasi.
1. Kasus Penerapan sistem informasi pengolahan data transaksi disebuah supermarket.
Sebuah supermarket besar menerapkan sistem iformasi pengolahan data transaksi
untuk mengelola data transaksi penjualan. Proses yang terjadi dalam sistem ini adalah
sebagi berikut :
a. Konsumen memilih barang yang akan dibelinya kemudian membawanya kekasir.
Dia kemudian meletakkan barang tersebut dimeja kasir.
b. Kasir membacakan barcode yang ditempel pada barang yang akan dibeli dengan
menggunakan sebuah scanner.
c. Scanner mennyampaikan secara elektronik barcode yang dibacanya ke kompter
yang digunakan oleh kasir.
d. Komputer menggunakan barode tersebut sebagai nomor identifikasi barang untuk
mencari data barang dalam basis data barang. Komputer akan mengetahui nama
barang dan harga satuan kemudian komputer menyimpan data tersebut didalam
memori utamanya.
e. Setelah semua barang dibaca oleh scanner maka memori utama komputer
memiliki seluruh data barang yang dibeli. Selanjutnya komputer mengolah data
barang serta mencetak daftar barang. Daftar barang tersebut berisi kode barang,
nama barang, harga satuan serta jumlah total harga yang harus dibayar oleh
konsumen.
f. Konsumen memberikan sejumlah uang kepada kasir sesuai dengan total harga
yang tertera pada daftar barang.
g. Kasir menerima uang dan komputer mencatat uang yang telah diterima.
Penerpan sistem informasi diatas telah memberikan banyak manfaat bagi konsumen
maupun supermarket. Manfaat bagi konsumen adalah sebagai berikut :
i. Sistem ini memberikan kecepatan pelayanan kepada konsumen, sehingga
konsumen tidak perlu lama menunggu.
ii. Sistem ini memberikan rasa aman bagi konsumen karena perhitungan total
harga dilakukan oleh komputer yang terjamin ketelitiannya. Pengalaman
dilapangan menunjukan bahwa perhitungan total harga yang dilakukan
secara manual sering menimbulkan kesalahan.
iii. Sistem ini mencetak daftar barang yang dibeli, sehingga konsumen dapat
memeriksa kesesuaian antara daftar barang dengan barang yang
diperolehnya. disamping itu daftar barang dapat pula digunakan oleh
konsumen untuk memajukan klaim apabila barang yang diperolehnya tidak
sesuai dengan daftar barang.
iv. Berdasarkan poin a, b dan c diatas sistem ini dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen akan pelayanan yang diberikan oleh supermarket.
Manfaat bagi supermarket adalah sebagai berikut :
a. Sistem ini dapat membantu kasir dalam melakukan pekerjaannya. Kasir tidak
perlu lagi melihat daftar harga, menghitung secara menual dan mencatat uang
yang masuk dan barang yang keluar.
b. Sistem ini dapat mendukung manajemen persediaan dari supermarket.
Supermarket merupakan sebuah took serba ada artinya, konsumen memiliki
presepsi bahwa supermarket merupakan tempat dimana barang-barang selalu
tersedia dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu manajemen persediaan
memiliki peran yang penting dalam menjamin ketersediaan barang. Sistem
informasi ini dapat menyajikan informasi tentang barang yang keluar, posisi
stok barang, barang yang termasuk kategori bergerak cepat atau bergerak
lambat. informasi ini dapat mendukung manajemen persediaan yang baik.
c. Sistem informasi ini dapat memberikan informasi tentang uang masuk secara
rinci, dengan demikian maka sistem informasi ini memberikan dukungan kepada
pengelolaan keuangan.
d. Mengingat bahwa sistem ini dapat menimbulkan kepuasan konsumen seperti
diuraikan diatas, maka sistem ini dapat menyembuhkan kesetiaan konsumen (
Customer Loyalty )
2. Kasus penerapan sistem otomasi perkantoran disebuah perusahaan
Penerapan sistem otomasi perkantoran banyak diterapkan diperusahaan, lembaga
pemerintahan maupun lembaga pendidikan dibeberapa Negara maju diantaranya
Negara-negara eropa, amerika serikat, jepang, Australia dan korea. Penerapan
sistem diatas telah terbukti memberikan banyak manfaat diantaranya peningkatan
efesiensi kerja, ketepatan informasi, kemudahan pelaksanaan pekerjaan kantor dan
ketepatan pengambilan keputusan. Sistem ini banyak digunakan untuk kegiatan
surat menyurat, kegiatan peng arsipan surat, pengelolaan data kantor dan
pengelolaan agenda kegiatan serta pengolahan data kantor.
Melihat manfaat dari sistem diatas maka banyak organisasi di Indonesia
mencoba menerapkannya, akan tetapi banyak organisasi yang menemui kegagalan.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan kegagalan tersebut serta langkah
strstegis untuk mengatasinya diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan dalam mengoperasikan sistem otomasi perkantoran.
Banyak para pegawai yang tidak memiliki kemampuan mengoperasikan
komputer sehingga mereka menjadi enggan menggunakan sistem ini. Oleh
karena itu keberhasilan penerapan sistem ini perlu diawali dengan pelatihan
para pegawai dalam mengoperasikan sistem.
b. Kehandalan teknologi informasi yang digunakan.
Seperti telah diuraikan sebelumnya sistem otomasi perkantoran membutuhkan
perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan komputer. Ketidak handalan
teknologi informasi yang digunakan dapat menyebabkan hambatan terhadap
operasi sistem ini. Dengan demikian maka perlu dibuat rancangan kebutuhan
perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan komputer dan disediakan dana
yang cukup untuk mengadakan kebutuhan tersebut. Disamping itu perlu pula
disediakan dana untuk pemeliharaan dan pengembangan agar supaya
perangkat-perangkat diatas dapat beroperasi dengan baik.
c. Komitmen pimpinan yang rendah.
Penerapan sisitem ini pada dasarnya merupakan perubahan dalam cara kerja
yang pada mulanya bersifat manual berubah menjadi pekerjaan kantor yang
diotomasikan dengan dukungan komputer.
Perubahan selalu mendapat tantangan dari pegawai yang sudah terbiasa dengan
cara kerja lama. Perubahan dianggap oleh pegawai sebagai suatu ancaman
terhadap kenyamanan kerja yang dirasakannya ( comport zone ) usaha untuk
mendorong perubahan membutuhkan komitmen yang kuat dari pimpinan agar
supaya tantangan terhadap perubahan tersebut dapat diatasi. Komitmen
pimpinan yang rendah dapat menyebabkan kegagalan dari sistem ini. Upaya
untuk meningkatkan komitmen pimpinan dapat dilakukan melalui cara yang
telah diterangkan pada bab I sebelumnya.
d. Budaya kerja yang tidak kondusif terhadap penerapan sistem otomasi
perkantoran.
Penerapan sistem otomasi perkantoran dapat berjalan dengan baik apabila para
pegawai memiliki budaya yang kondusif terhadap sistem ini. Elemen budaya
yang sangat mempengaruhi keberhasilan sistem ini adalah budaya tepat waktu
dan disiplin. Kedua elemen ini akan mendorong para pegawai untuk disiplin
memasukan data, mengolah data, membuat dan mengarsipkan surat dengan
tepat waktu. Demikian pula kedua elemen budaya ini dapat mendorong para
pimpinan untuk disiplin membuka filenya secara tepat waktu. Kedua elemen
budaya diatas pada kebanyakan organisasi di indonesia umumnya berada pada
kondisi yang lemah. Dengan demikian maka perlu dilakukan usaha-usaha
merubah budaya agar supaya penerapan sistem otomasi perkantoran dapat
berjalan dengan baik. Perubahan budaya yang dimaksud perlu dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan yang terencana secara sistematik.
3.2latihan pemecahan masalah sistem informasi.
Dalam usaha mendalami berbagai jenis sistem informasi yang telah diterangkan
sebelumnya maka berikut ini diberikan beberapa soal yang berguna untuk melatih
kemampuan awal dalam merancang dan menerpkan sistem informasi.
1. Soal sistem informasi manajemen
Soal ini ditunjukan untuk memberikan kemampuan untuk membedakan antara data
dan informasi.
Sebuah perusahaan memiliki 1000 orang pegawai. Direktur SDM perusahaan tersebut
sering kali membutuhkan informasi tentang sekelompok pegawai yang berguna untuk
mengambil kebijakan dibidang sumber daya manusia. Perusahaan tersebut telah
memiliki basis data pegawai yng berisi biodata pegawai. Data yang telah disimpan
pada basis data tersebut meliputi :
a. Nama pegawai
b. Nomor induk pegawai
c. Alamat
d. Tanggal lahir
e. Terhitung mulai tanggal
f. Pendidikan
g. Pelatihan yang telah diikuti
h. Golongan/pangkat
i. Unit kerja
j. Status keluarga
k. Jumlah anak
l. Nilai kinerja
m. Nilai toefl
n. Pelanggaran disiplin
o. Penghargaan yang diterima
p. Golongan darah
Rumuskanlah empat buah informasi kepegawaian yang dapat diperoleh dari biodata
diatas serta rumuskan pula kebijakan kepegawaian yang dapat diambil berdasarkan
informasi tersebut. Rumusan ini hendaknya dapat dipaparkan dalam tabelsebagai
berikut :
Tabel 3.1Rumusan informasi dan kebijakan kepegawaian
NO INFORMASI CONTOH KEBIJAKAN
2. Soal sistem pendukung keputusan.
Soal ini ditujukan untuk melatih kemampuan merumuskan kebutuhan data dan model
keputusan.
Sebuah perusahaan memiliki 2000 orang pegawai. Direksi perusahaan tersebut
membutuhkan sebuah sistem pendukung keputusan yang dapat membantunya dalam
mengambil keputusan promosi jabatan. Direksi telah menunjuk sebuah tim konsultan
guna membangun sistem tersebut. Tim konsultan telah berhasil merancang proses
kebutuhan yang perlu dilakukan dalam promosi jabatan. Proses tersebut meliputi
tahap-tahp sebagai berikut :
a. Tahap identifikasi jabatan kosong.
Sebuah jabartan akan kosong bila :
i. Pemangku jabatan memasuki usia pension
ii. Masa jabata telah selesai
b. Tahap penentuan kandidat yang dapat dipromosikan pada jabatan kosong
Seorang pegawai dapat menjadi kandidat apabila memenuhi sarat sebagai berikut:
i. Berusia diatas 30 tahun.
ii. Telah bekerja minimal 5 tahun.
iii. Memiliki pendidikan yang sesuai dengan persyaratan jabatan.
iv. Tidak memiliki catatan pelanggaran disiplin.
c. Tahap seleksi kandidat.
Seleksi kandidat didasarkan atas nilai dengan bobot masing-masing sebagai
berikut :
i. Nilai tes kompetensi yang bergerak dari 0 – 100 dengan bobot 0,5
ii. Nilai tes psikologi yang bergerak dari 0 -100 dengan bobot o,2
iii. Nilai kinerja yang bergerak dari 0 – 100 dengan bobot 0,3
Sistem pendukung keputusan harus dapat melakukan ketiga tahap diatas
serta memberikan informasi tentang jabatan kosong, nama-nama kandidat serta
urutan kandidat untuk setiap jabatan kosong berdasarkan ketiga nilai diatas dimana
urutan pertama adalah kandidat terbaik.
Guna membangun sistem pendukung keputusan diatas, rumuskanlah data yang
perlu disimpan dalam basis data serta rumuskan pula cara mengolah data yang
dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat model base.
Rumusan tersebut harus dipaparkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.2Rumusan data dan model
NO DATA CARA PENGOLAHAN DATA
3. Soal sistem pakar.
Sebuah perusahaan besar memiliki bisnis dibidang jasa perhotelan dan telah memiliki
citra yang cukup baik. Perusahaan tersebut memiliki lima buah hotel berbintang yang
berlokasi di lima ibu kota provinsi di Indonesia. Kelima hotel tersebut dikelola secara
mandiri dibawah seorang pimpinan general manajer. Pengelola hotel masing-masing
diberi kewenangan tertentu untuk memanaje operasi hotel, pemasaran hotel dan
keuangan hotel. Pengelolaan sumber daya manusia dikelola secara terpusat oleh
induk perusahaan. Perusahaan induk mengendalikan kegiatan hotel papa level
strstegis.
Direksi perusahaan induk sedang mempertimbangkan mengembangkan sistem pakar
dibidang keuangan yang dapat mengolah data keuangan terutama data neraca dan
data pernyataan laba rugi. Sistem pakar diharapkan dapat berfungsi untuk
mengevaluasi kondisi keuangan setiap hotel serta memberikan rekomendasi tindakan
yang perlu dilakukan agar kondisi keuangan berada pada kondisi yang baik.
Mengingat bahwa pengembangan sistem pakar membutuhka biaya yang sangat mahal
direkdsi ingin mengetahui manfaat yang dapat diperoleh dari sistem tersebut.
Rumuskanlah empat buah manfaat pokok yang dapat diperoleh dari sistem pakar
diatas.
4. Soal sistem informasi eksekutif.
Sebuah perusahaan kontraktor besar memiliki lima kantor cabang pada lima Negara
yang berbeda. Setiap kantor cabang berfungsi untuk mencari dan memperoleh proyek
dan menyelesaikannya sesuai dengan konterk. Setiap cabang memiliki sejumlah
pegawai tetap yang dikelola secara terpusat dan memiliki sejumlah pegawai tidak
tetap terutama pegawai lapangan. Direksi perusahaan induk memiliki kewajiban
untuk mengelola dan mengendalikan seluruh kantor cabang agar dapat berkinerja
secara baik terutama dalam bidang keuangan, operasi, pemasaran dan sumber daya
manusia.
Mengingat jarak yang sangat jauh direksi perusahaan induk bermaksud akan
mengembangkan sistem informasi eksekutif yang dapat mendukung direksi dalam
melakukan kewajiban diatas. Sistem ini akan didukung oleh teknologi informasi dan
teknologi telekomunikasi yang tersedia. Rumuskanlah karakteristik dari sistem
informasi eksekutif yang harus dibangun meliputi :
a. Informasi strategis yang harus dihasilkan oleh sistem informasi eksekutif.
b. Konfigurasi global dari sistem tersebut
BAB IV
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Sistem informasi manajemen merupakan sebuah sistem informasi yang paling penting Dalam
informasi bisnis. mengingat bahwa banyak keputusan-keputusan manajerial yang harus didasarkan
kepada sistem ini Keputusan manajerial merupakan keputusan yang memberikan dampak yang penting
dalam pengembangan bisnis dan kelangsungan hidup bisnis. Oleh karena itu sebuah organisasi harus
dengan seksama merancang dan mengimplementasikan sistem ini. terdapat banyak definisi tentang
sistem informasi manajemen yang dapat ditemukan dari berbagai literatur :
1.
2.
3.
Berdasarkan kajian tentang definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi
manajemen merupakan sebuah sistem yang berfungsi mengolah data untuk menjadi informasi bagi para
manajer dalam mengambil keputusan yang terkait dengan proses manajemen
4.1 PENGERTIAN SISTEM
Dalam usaha memahami sistem informasi manajemen maka perlu dikenali makna dari kata
sistem, sistem adalah suatu kumpulan elemen baik elemen abstrak maupun elemen konkrit yang
memiliki ciri sebagai berikut :
1. Sistem memiliki tujuan tertentu yang dapat bersifat tujuan tunggal maupun tujuan ganda
2. Sistem memiliki elemen-elemen yang berinteraksi satu sama lainnya dalam usaha mencapai
tujuan.
Secara umum sistem memiliki dua elemen dasar yaitu :
1. Elemen organisasi yaitu elemen-elemen yang kondisinya tidak berubah dalam jangka waktu
yang lama. Misalnya bangunan, mesin, manusia dan sebagainya
2. Elemen bergerak : yaitu elemen yang dapat diubah dari waktu ke waktu. Misalnya : stock
barang, aliran barang informasi dan sebagainya
Elemen organisasi dan elemen bergerak dapat berhubungan satu dengan laninnya sehingga
berbentuk sebuah sistemSistem informasi manajemen merupakan sebuah sistem mengingat bahwa
sistem ini memiliki elemen organiasi berupa perangkat keras, perangkat lunak dan manusia ( brain
ware ). Sistem ini memiliki pula elemen bergerak berupa data dan informasi. kedua elemen diatas
saling berhubungan berbentuk sebuah sistem yang dapat dipaparkan dalam gambar berikut :
Gambar . 4.1 gambaran sistem
Data administrator useroperator
Perangkat lunakPerangkat keras
Sistem administrator programmer
Berdasrkan pemahaman sistem diatas maka sistem informasi manajemen harus memiliki sifat
keterpaduan baik secara fungsional maupun oprasional dari seluruh komponen-komponen diatas. Pola
pikir sistem ini perlu diterapkan baik dalam tahap perancangan sistem informasi maupun dalam tahap
implementasi maupun tahap pemeliharaan sistem.
4.2 Sistem informasi manajemen dan proses keputusan
Sistem informasi manajemen memiliki kaitan erat dengan proses keputusan. Suatu keputusan
dapat diambil secara baik dan tepat apabila didukung oleh sistem informasi yang relevan.
Uraian diatas didukung oleh suatu pemikiran bahwa keputusan yang tepat dapat dihasilkan bila dimiliki
3 aspek penting sebagai berikut :
1. Informasi yang akurat tepat waktu dan relevan.
a. Informasi akurat mengandung arti bahwa Informasi tidak banyak mengandung
kesalahan. Keputusan yang didasarkan kepada informasi yang salah akan menyebabkan
keputusan yang salah
b. Tepat waktu artinya informasi diberikan/disediakan secara lengkap pada waktu
keputusan akan diambil. Keterlambatan informasi dapat mendorong keterlambatan
keputusan.
c. Relevansi artinya Suatu informasi harus relevan dengan keputusan masalah yang akan
diambil. Informasi yang tidak relevan akan menyebabkan keputusan tidak dapat
dilakukan.
2. Toleransi terhadap resiko.
Suatu keputusan selalu mengundang resiko baik resiko dengan skala besar maupun resiko
dengan skala kecil. Contoh, keputusan suatu investasi baik berjangka panjang maupun pendek
dapat memiliki resiko kegagalan berupa kerugian dan dapat pula menimbulkan keberhasilan
berupa keuntungan. Seorang pengambil keputusan tidak dibenarkan takut dengan resiko
sehingga tidak berani mengambil keputusan.
Manajer yang takut pada resiko keputusan tidak akan dapat mengembangkan organisasi yang
dipimpinnya. Akan tetapi seorang manajer tidak boleh mengambil keputusan secara nekad,
manajer harus mampu memperhitungkan resiko dari satu keputusan. Apabila manfaat yang
dapat diperoleh dari suatu keputusan lebih besar dari resiko maka keputusan dapat diambil.
sedangkan bila resiko suatu keputusan lebih besar dari manfaat yang diperoleh maka sebaiknya
keputusan ditunda dan dilakukan usaha-usaha untuk menekan resiko. Bila usaha tersebut
berhasil maka dapat diambil keputusan.
3. Teknik pengambilan keputusan.
Pada dasarnya terdapat dua teknik pengambilan keputusan yaitu :
a. Teknik pengambilan keputusan rasional yaitu teknik pengambilan keputusan yang bersifat
sitematik sering kali matematik. Pada jaman sekarang telah dikembangkan berbagai model
matematik yang dapat membantu manajer dalam mengambil keputusan secara rasional.
b. Teknik pengambilan keputusan intuitive. Teknik ini merupakan teknik pengambilan
keputusan yang berdasarkan pada intuisi manajer. Dengan demikian kualitas keputusan
sangat ditentukan oleh ketajaman intuisi dari seorang manajer. Pada dasarnya intuisi
seorang dapat dibentuk melalui pengalaman.
Berdasarkan uraian diatas seorang manajer harus dapat menguasai kedua teknik
tersebut agar dapat mengambil keputusan yang berkualitas. Ketidak mampuan manajer dalam
menguasai teknik-teknik tersebut akan mendorong timbulnya keputusan yang salah, pada
beberapa masalah keputusan manajer sering kali harus memadukan kedua teknik tersebut
dengan baik sehingga penguasaan kedua teknik diatas menjadi sangat penting.
Sistem informasi manajemen menyediakan informasi bagi para manajer agar dapat mengambil
keputusan yang berkualitas. Mengingat bahwa keputusan berkualitas membutuhkan informasi, toleransi
terhadap resiko dan kemampuan mengambil keputusan maka sistem informasi manajemen harus
berperan terutama dalam penyediaan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
4.3 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN PROSES MANAJEMEN
Terdapat beberapa definisi manajemen yang dapat ditemukan dalam beberapa literature
diantaranya :
K O S O N G
Berdasarkan difinisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha untuk
mencapai tujuan dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien dan efektif.
Usaha mencapai tujuan pada dasarnya merupakan sebuah proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian (Shernom Horn 2000…).
Berkaitan dengan usaha mencapai tujuan di atas manajer memiliki peran utama sebagai berikut ( Stoner
19…)
1. Manajer berperan dalam hubungan interpersonal.
Manajer memiliki peran berhubungan dengan orang lain, baik dengan atasan, bawahan maupun
pihak luar.
Berkaitan dengan ini terdapat 3 sub peran yaitu:
a. Peran mewakili unit organisasi yang di pimpinnya.
Manajer harus berhubungan dengan orang lain mewakili unit yang di pimpinnya dan
berbicara atas nama unit tersebut.
b. Peran sebagai pimpinan.
Manajer harus memimpin bawahan, dengan demikian dia harus dapat memotivasi,
mengarahkan, memberikan inspirasi dan petunjuk ke bawahannya.
c. Berperan sebagai penghubung.
Manajer harus berperan menghubungkan unit yang di pimpinnya dengan unit lain yang
memiliki kaitan.
2. Manajer berperan dalam bidang informasi.
Manajer harus berperan dalam penyampaian informasi terhadap pihak – pihak lain yang
membutuhkan. terdapat 3 sub peran beerkaitan dengan hal ini yaitu sebagai berikut :
a. Peran dalam monitoring.
Manajer harus melakukan monitoring terhadap pekerjaan bawahan serta
memimpin pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan hasil
monitoring.
b. Peran dalam penyampaian informasi.
Manajer berperan dalam menyampaikan informasi tentang kegiatan – kegiatan
dari unit yang di pimpinnya kepada pihak – pihak lain yang membutuhkan.
d. Berperan sebagai juru bicara.
Manajer harus berperan menyampaikan kebijakan dan keputusan perusahaan kepada
bawahan sehingga dapat dimengerti oleh bawahan. Disamping itu manajer harus
menyampaikan pula aspirasi atau masukan dari bawahan kepada pimpinan perusahaan.
3. Manager berperan sebagai pengambil keputusan.
Manager harus berperan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan unit yang di pimpinnya sesuai dengan kewenangannya. Berkaitan dengan ini terdapat
empat sub peran sebagai berikut:
a. Peran sebagai agen perubahan.
Manager harus dapat memutuskan perubahan – perubahan yang perlu di
lakukan dalam unit yang di pimpinnya dengan selalu memperhatikan peluang
yang ada dan kemampuan yang dimiliki.
Perubahan yang di maksud adalah perubahan yang menuju kepada perbaikan
dan kemajuan.
b. Peran dalam bidang alokasi sumber daya.
Seorang manajer harus memutuskan alokasi sumber daya yang dibutuhkan
dalam melaksanakan suatu kegiatan. Keputusan ini harus di dasarkan pada
pertimbangan efesiensi dan efektifitas agar tercapai optimalisasi penggunaan
sumber daya.
c. Peran dalam mengatasi gangguan terhadap pekerjaan .
Manajer harus mengambil keputusan dan tindakan yang diperlukan untuk
mengatasi gangguan maupun penyimpangan dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan. Keputusan ini di ambil agar supaya tujuan organisasi dapat di capai.
d. Peran dalam bidang negosiasi
Manajer harus melakukan negosiasi dengan pihak lain misal dalam alokasi dana
dan sumber daya ataupun dalam penentuan target. Dalam negosiasi tersebut
perlu diambil keputusan bersama yang dapat dijadikan acuan dalam
melaksanakan pekerjaan.
Dari ke tiga peran di atas , peran sebagai pengambil kepututsan merupakan peran paling penting
dalam proses manajemen. Hal ini mengandung arti bahwa dalam melakukan proses manajemen perlu
diambil keputusan secara tepat dan baik.
Seperti telah diuraikan sebelumnya suatu keputusan akan berkualitas bila didasarkan pada
informasi yang relevan akurat dan tepat waktu. informasi tersebut dihasilkan oleh suatu sistem
informasi manajemen. Dengan demikian maka sistem informasi manajemen memiliki hubungan yang
erat dengan proses pengambilan keputusan dan proses manajemen. Hubungan tersebut di paparkan
dalam gambar …1 di bawah ini
MANAJER SEBAGAI PENGAMBIL KEPUTUSAN
KEPUTUSAN PROSES MANAJEMEN TUJUAN
INFORMASI + MODEL
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Gambar 4.1Hubungan sistem informasi manajemen, keputusan & proses manajemen
Gambar diatas menunjukan bahwa manajer sebagai pengambilan keputusan harus dapat
mengambil keputusan. agar supaya proses manajemen dapat berjalan dengan baik sehingga tujuan
dapat dicapai. Keputusan harus berdasarkan pada informasi yang akurat relevan dan tepat waktu serta
dilakukan dengan teknik cara yang tepat. Hal tersebut dapat mendorong keputusan berkualitas. Sistem
informasi manajemen menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh para manajer sehingga dapat
mengambil keputusan dibidang manajer yang berkualitas.
4.4 INFORMASI YANG DIBUTUHKAN DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Didalam praktek sering terjadi informasi yang dihasilkan oleh sebuah sistem informasi
manajemen tidak digunakan dalam proses pengambilan keputusan. sehingga terjadi usaha pembuatan
informasi yang tidak berguna, atau dalam kata lain invisiensi dalam sistem informasi. Kondisi ini dapat
dihindarkan apabila sistem informasi manajemen dirancang untuk menghasilkan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan suatu proses pengambilan keputusan. Dengan demikian maka perlu dikaji dengan
seksama bagaimana proses pengambilan keputusan dilakukan serta informasi yang dibutuhkan.
Terdapat banyak pemikiran tentang proses pengambilan keputusan, diantaranya proses
pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Herbert Simon (Davis 1985) sebagai berikut :
1. Intelegence Yaitu menemukan masalah. hal ini biasanya dilakukan dengan membandingkan
kondisi yang ingin dicapai dengan kondisi yang telah dicapai.
2. Design Yaitu proses merancang alternatif solusi. Langkah ini biasanyan dilakukan dengan
mengetahui penyebab masalah dan mencari informasi tentang bantuan yang dapat diperoleh
untuk memecahkan masalah
3. Memilih solusi yang tebaik. Hal ini dilakukan dengan cara menilai setiap alternatif solusi
berdasarkan kriteria yang telah dikembangkan sebelumnya.
4. Penerapan solusi terbaik. Setelah diperoleh solusi terbaik maka dilakukan penerapan solusi
tersebut.
Keempat tahap diatas dapat berjalan dengan baik bila didukdung oleh informasi yang relevan
dengan tahap tersebut. Hal ini dipaparkan dalam gambar berikut :
Gambar 4.2
Sistem informasi manajemenDan tahap-tahap keputusan
Gambar diatas menunjukan bahwa supaya informasi dapat digunakan dalam proses keputusan
maka perlu diketahui kebutuhan informasi dari setiap tahap pengambilan keputusan. berikut ini
diberikan ilustrasi tentang penentuan informasi bagi setiap tahap keputusan. Ilustrasi ini
SIM
INFORMASI
INTELEGENCE
DESIGN
PEMILIHAN
PENERAPAN
menggambarkan bagaimana seorang ayah yang menginginkan seorang anaknya mecapai ranking terbaik
di kelasnya, dan dia harus mengambil keputusan dan tindakan agar keinginan tersebut dapat dicapai.
Dalam upaya merumuskan keputusan dan tidakannya ayah tersebut membutuhkan informasi yang
relevan.
Tabel 4.1
Ilustrasi Identifikasi kebutuhan informasi
Berdasrkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa informasi yang dibutuhkan pada setiap
tahap adalah sebagai berikut :
1. Pada tahap intelegence ayah tersebut membutuhkan informasi
tentang nilai-nilai yang diraih oleh anaknya untuk setiap mata
pelajaran.
2. Pada tahap design ayah tersebut harus bertanya kepada guru, wali
kelas dan teman-teman anaknya serta anaknya sendiri untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan raihan nilai yang jelek.
Disamping itu ayah tersebut perlu pula mencari informasi dari
berbagai sumber baik guru, orang tua murid, media cetak maupun
teman-temannya tentang bantuan yang dapat diperoeh untuk
mengatasi masalah kemajuan belajar anaknya. Berdasarkan
informasi diatas ayah tersebut dapat menemukan tiga alternatif
solusi yaitu menggunakan jasa les privat, memasukkan anak yang
bersangkutan pada bimbingan belajar dan menangani sendiri
dirumah.
3. Pada Tahap pemilihan alternatif, perlu ditentukan terlebih dahulu
criteria yang akan digunakan untuk memilih alternatif. Apabila ayah
tersebut menggunakan kriteria biaya dan effektivitas guna memilih
satu dari tiga alternatif diatas maka ayah tersebut membutuhkan
informasi tentang biaya yang dibutuhkan oleh setiap alternatif dan
besarnya effektivitas yang dapt diperoleh dari setiap alternatif.
4. Pada tahap penerapan solusi, alternatif yan telah dipilih pada tahap
pemilihan alternatif diterapkan an dievaluasi. Apabila ayah diatas
memilih alternatif bimbingan belajar maka ayah tersebut akan
membawa anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar, dan
selanjutnya ayah tersebut mengevaluasi sejauhmana effektivitas
dari bimbingan belajar. Informasi yang dibutuhkan ayah tersebut
adalah informasi yang dapat digunakan sebagai dasar evaluasi
diantaranya informasi tentang pelaksanaan proses belajar
mengajar, dan informasi tentang nilai-nilai ulangan / tes / ujian yang
diperoleh oleh anak tersebut.
4.5 karakteristik informasi menurut tingkat manajemen.
Setiap organisasi memiliki tingkat manajemen yang berbeda, dan setiap tingkat manajemen
memiliki fungsi yang berbeda. Tinkat manajemen tersebut mamiliki kaitan satu dengan yang lainnya dan
apabila dapat diwujudkan keterpaduan antara tingkat manajemen tersebut maka tujuan organisasi
dapat dicapai secara evektif. Terdapat tiga tingkatan manajemen dalam organisasi ( shernom horn, 2000
) sebagai berikut :
1. Tingkat manajemen puncak
Tingkat manajemen ini meliputi para pimpinan tertinggi dalam organisasi. Tingkatan ini
umumnya terdiri para direksi, general manajer, kepala divisi dan sebagainya. Tingkatan
manajemen ini merupakan pengendali dari semua kegiatan organisasi, fungsi utama dari
tingkatan manajemen ini adalah sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan organisasi
b. Menetapkan tujuan organisasi, strategi organisasi serta kebijakan organisasi
secara menyeluruh
c. Memberikan pengarahan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan organisasi
agar tujuan dapat dicapai secara efektif.
2. Tingkat manajemen Madya
Tingkat manajemen ini meliputi para pimpina menengah yang pada umumnya meliputi para
kepala departemen, para manajer kepala departemen dan sebaginya. Tingkat manajemen ini
harus menjadi perantara antara tingkat manajemen puncak dengan tingjat manajemen lini
pertama. Fungsi ini sangat penting karena keputusan dan kebijakan yang diambil oleh tingkat
manajemen puncak harus dijabarkan oleh tingkat manajemen madya menjadi rencana atau
langkah-langkah yang bersifat oprasional. Fungsi dari tingkat manajemen ini adalah sebagai
berikut :
a. Menjabarkan rencana strategi dan kebijakan organisasi menjadi rencana aksi
b. Menyiapkan sumber daya untuk melaksanakan rencana aksi tersebut
c. Mengkoordinasikan unity-unit organisasi yang saling terkait dalam melaksanakan rencana
aksi.
d. Melakukan pengendalian terhadap rencana aksi
3. Tingkat manajemen lini pertama
Tingkat manajemen ini merupakan tingkat manajemen yang terendah. Level ini meliputi kepala
seksi, supervisor dan sebaginya. Tingkat manajemen ini membawahi langsung para pelaksana.
Fungsi dari tingkat manajemen ini adalah sebagai berikut :
a. Memimpin pelaksanaan rencana aksi
b. Memimpin dan mengawasi para pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya
c. Mengarahkan dan membantu para pelaksana dalam memecahkan masalah yang muncul
dalam pekerjaannya.
Dalam melakasanakan fungsi diatas para manajer pada setiap level harus memiliki keterampilan
manajerial agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi diatas dengan baik. Terdapat tiga keterampilan
manajerial ( stoner. …. ) sebagai berikut :
1. Keterampilan teknis, yaitu keterampilan dalam menggunakan pengetahuan teknis, metoda atau
prosedur dalam melaksanakan suatu pekerjaan, misalnya seorang akuntan menggunakan
teknik-teknik rasio keuangan dalam melakukan analisis keuangan sebuah peruasahaan.
2. Keterampilan konseptual, yaitu keterampilan memandang suatu pekerjaan atau masalah
sebagai suatu sistem yang terpadu sehingga mampu mengantisipasi dampak dari masalah yang
terjadi pada suatu unit terhadap unit yang lain, misalnya seorang manajer dapat mengantisipasi
dampak dari kenaikan harga barang atau kelangkaan barang terhadap proses produksi,
marketing dan keuangan. Keterampilan ini sangat penting bagi manajer karena manajer mampu
mengambil keputusan dengan mempertimbamgkan berbagai aspek secara terpadu.
3. Keterampilan menangani manusia, yaitu keterampilan berhubungan dengan orang lain baik
sebagai atasan, bawahan, maupun rekan kerja, misalnya seorang manajer harus mampu
berkomunikasi dengan atasan, mengarahkan dan memotivasi bawahan serta bekerja sama
dengan manajer sebagai rekan kerjanya.
Perbedaan fungsi-fungsi manajer yang telah diuraikan diatas memberi dampak kepada komposisi
keterampilan manjerial yang dibutuhkan oleh setiap tingkat menejemen yang berbeda. Tingkat
manajemen puncak pada umumnya membutuhkan keterampilan konseptual yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat manajemen lainnya. Tingkat manajemen ini membutuhkan keterampilan
teknis yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat manajemen dibawahnya. Sebaliknnya tingkat
manajemen lini pertama mambutuhkan keterampilan teknis yang lebih tinggi daripada tingkat
diatasnya. Sebaliknya tingkat manajemen ini membutuhkan keterampilan konseptual yang lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat manajemen diatasnya.
Komposisi keterampilan manajerial yang dibutuhkan oleh setiap tingkat manajemen diperlihatkan
dalam gambar berikut ini ( stoner …. )
MANAJEMEN PUNCAK MANAJEMEN MADYA MANAJEMEN LINI PERTAMA
GAMBAR 4.3
Ketrampilan manajerial pada setiap tingkat manajemen
Perbedaan fungsi dari ketiga funsgi diatas membawa pengaruh pula terhadap masalah
keputusan manajerial yang dihadapi. Pimpinan puncak harus dapat mengkaji masalah yang dihadapinya
secara komrehensif dan memiliki pandangan yang luas serta berjangka panjang. Hal ini perlu
diperhatikan mengingat bahwa keputusan manajemen puncak memiliki dampak yang luas, menyeluruh
dan berjangka panjang. Masalah keputusan yang dihadapi pada umumnya bersifat insidentil dan terjadi
dengan tingkat frekwensi yang rendah. Masalah keputusan pada tingkat ini disebut dengan masalah
keputusan strategis.
Keputusan strategis ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. masalah keputusan yang jarang dihadapi
2. sulit dirumuskan algoritma pemecahan masalah
disamping keputusan strategis terdapat pula keputusan oprasional yang memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Masalah keputusan merupakan masalah yang sering dihadapai.
2. Algoritma pengambilan keputusan dapat dirumuskan dengan jelas.
KETRAMPILAN KONSEPTUAL
KETERAMPILAN MANUSIA
KETRAMPILAN TEKNIS
KETERAMPILAN MANUSIA
KETRAMPILAN KONSEPTUAL
KETRAMPILAN TEKNIS
KETRAMPILAN KONSEPTUAL
KETERAMPILAN MANUSIA
KETRAMPILAN TEKNIS
Perbedaan fungsi, dan keterampilan manajerial diatas menyebabkan terjadinya perbedaan
komposisi masalah keputusan yang dihadapi oleh pera manajer. Tingkat manajemen puncak pada
umumnya mengahadapi masalah keputusan strategis lebih banyak dari pada masalah keputusan
oprasional. sebaliknya tingkat manajemen lini pertama menghadapi masalah keputusan oprasional jauh
lebih banyak daripada masalah keputusan strategis. Gambar dibawah ini memperlihatkan komposisi
masalah keputusan bagi setiap tingkat manajemen.
Manajemen puncak Manajemen madya manajemen lini pertama
Gambar 4.4
Komposisi masalah keputusan bagi setiap tingkat manajemen
uraian diatas menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan dari setiap tingkat manajemen
ditinjau dari sudut fungsi, kemampuan manajerial dan masalah keputusan yang dihadapi. Perbedaan
diatas memberikan dampak terhadap karakteristik informasi yang dibutuhkan. Hal ini mengandung arti
bahwa suatu tingkat manajemen membutuhkan informasi yang berbeda karakteristiknya dibandingkan
dengan tingkat manajemen yang lain.
Karakteristik informasi yang dibutuhkan meliputi aspek berikut ini :
1. bidang yang dijelaskan
KEPUTUSAN STRATEGIS
KEPUTUSAN OPRASIONAL
KEPUTUSAN STRATEGIS
KEPUTUSAN OPRASIONAL
KEPUTUSAN STRATEGIS
KEPUTUSAN OPRASIONAL
informasi dapat menjelaskan bidang masalah yang spesifik dan sempit, informasi dapat pula
menjelaskan bidang masalah yang luas serta menyeluruh meliputi seluruh aspek dalam
organisasi. Informasi tentang pemeliharaan mesin yang berisi tentang tanggal pelaksanaan
pemeliharaan mesin, kegiatan yang dilakukan, serta sparepart yang digunakan merupakan
contoh informasi dengan bidang masalah yang spesifik dan sempit. Sedangkan informasi neraca
pada akhir tahun merupakan contoh informasi dengan bidang masalah yang luas dan
menyeluruh.
2. Tingkat kesalahan yang dimiliki.
Informasi dapat memiliki tingkat kesalahan yang kecil dapat pula memiliki tingkat kesalahan
yang besar. Informasi tentang pengeluaran uang yang ditulis dengan bilangan dua digit
dibelakang koma merupakan informasi dengan tingkat kesalahan yang rendah, sedangkan
informasi pengeluaran uang yang ditulis dengan bilangan ribuan merupakan informasi dengan
tingkat kesalahan tertentu.
3. Periode yang dijelaskan.
Informasi dapat menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu dan informasi dapat
pula menjelaskan perkiraan-perkiraan pada masa mendatang. Informasi tentang volume
penjualan yang terjadi pada tahun lalu merupakan informasi yang menjelaskan kejadian masa
lalu. Sedangkan ramalan penjualan merupakan informasi tentang periode masa mendatang.
4. Umur informasi
Umur informasi adalah selang waktu antara timbulnya suatu kejadian dengan diterimanya
informasi tentang kejadian tersebut oleh pengguna. Laporan harian tentang absensi pegawai
yang diterima oleh kepala seksi merupakan informasi dengan umur pendek. Sedangkan laporan
volume penjualan yang terjadi dalam satu tahun diterima oleh komisaris perusahaan merupakan
informasi dengan umur panjang.
5. Kerincian informasi
Informasi dapat bersifat rinci dapat pula bersifat global. Informasi tentang transaksi penjualan
pada sebuah supermarket merupakan informasi rinci, sedangkan laporan laba rugi dari
supermarket tersebut merupakan informasi global.
Ketiga tingkat manajemen diatas membutuhkan informasi dengan karakteristik berbeda.
Gambar-gambar berikut ini menjelaskan perbedaan tersebut.
Bila ditinjau dari sudut bidang yang dijelaskan tingkat menejemen lini pertama lebih banyak
membutuhkan informasi dengan bidang masalah yang sempit, sedangkan tingkat manajemen puncak
lebih membutuhkan informasi dengan bidang masalah yang luas. Gambar berikut ini memperlihatkan
karaktristik tersebut
Manajemen puncak manajemen madya manajemen lini pertama
Gambar 4.5Komposisi informasi yang berkaitan dengan bidang masalah
Bila ditinjau dari tingkat kesalahan yang dimiliki, tingkat manajemen lini pertama sangat
membutuhkan informasi dengan tingkat kesalahan yang kecil sedangkan tingkat manajemen puncak
mentolelir informasi dengan kesalahan tertentu. Gambar berikut menjelaskan karakteristik tersebut.
INFORMASI DGN BIDANG YG LUAS
INFORMASI DGN BIDANG SEMPIT
INFORMASI DGN BIDANG YG LUAS
INFORMASI DGN BIDANG SEMPIT
INFORMASI DGN BIDANG YG LUAS
INFORMASI DGN BIDANG SEMPIT
INFORMASI DGN KESALAHAN TERTENTU
INFORMASI DGN KESALAHAN TERTENTU
INFORMASI DGN KESALAHAN TERTENTU
INFORMASI DGN KESALAHAN KECIL
Manajemen puncak Manajemen madya Manajemen lini pertama
Gambar 4.6
Komposisi informasi menurut tingkat kesalahan
Bila ditinjau dari sudut periode yang dijelaskan tingkat manajemen lini pertama lebih banyak
membutuhkan informasi yang menjelaskan tentang kejadian-kejadian yang terjadi dimasa lalu.
Sedangkan tingkat manajemen puncak lebih banyak membutuhkan informasi yang menjelaskan
perkiraan-perkiraan masa mendatang. Gambar berikut menjelaskan komposisi informasi dengan
karakteristik diatas yang dibutuhkan oleh tingkat manajemen yang berbeda.
Manajemen puncak Manajemen madya Manajemen lini pertama
Gambar 4.7
Komposisi informasi menurut periode yang dijelaskan
Bila ditinjau dari sudut umur informasi, tingkat manajemen lini pertama lebih banyak
membutuhkan informasi yang berumur pendek sedangkan tingkat manajemen puncak lebih banyak
membutuhkan informasi dengan umur panjang. Komposisi dari informasi dengan karakteristik diatas
berdasarkan tingkat manajemen dapat diperlihatkan dalam gambar berikut ini
INFORMASI DGN KESALAHAN KECIL
INFORMASI DGN KESALAHAN KECIL
INFORMASI DGN KESALAHAN KECIL
INFORMASI TENTANG PERKIRAAN MASA
MENDATANG
INFORMASI TENTANG MASA LALU
INFORMASI TENTANG PERKIRAAN MASA
MENDATANG
INFORMASI TENTANG MASA LALU
INFORMASI TENTANG PERKIRAAN MASA MENDATANG
INFORMASI TENTANG MASA LALU
Manajemen puncak Manajemen madya Manajemen lini pertama
Gambar 4.8Komposisi informasi menurut umur
Bila ditinjau dari sudut keterincian informasi maka tingkat manajemen lini pertama lebih banyak
membuthkan informasi yang rinci, sedangkan tingkat manajemen puncak lebih banyak membutuhkan
informasi yang bersifat agregat. Komposisi pada informasi berdasarkan karakteristik diatas yang
dibutuhkan oleh tingkat manajemen yang berbeda diperlihatkan dalam gambar berikut ini.
Manajemen puncak Manajemen madya Manajemen lini pertama
Gambar 4.9Komposisi informasi menurut keterincian
4.6 komponen-komponen sistem informasi manajemen
INFORMASI DGN UMUR PANJANG
INFORMASI DGN UMUR PENDEK
INFORMASI DGN UMUR PANJANG
INFORMASI DGN UMUR PENDEK
INFORMASI DGN UMUR PANJANG
INFORMASI DGN UMUR PENDEK
INFORMASI AGREGAT
INFORMASI RINCI
INFORMASI AGREGAT
INFORMASI RINCI
INFORMASI AGREGAT
INFORMASI RINCI
Pada dasarnya terdapat 7 (tujuh ) komponen pokok dalam sistem informasi manajemen yaitu
sebagai berikut :
1. Komponen manusia, yang terdiri dari pengguna, operator, sistem analis, pengelola data,
programmer.
2. Komponen basis data, yang berfungsi menyimpan data dengan suatu tatanan tertentu sehingga
data mudah disimpan dan ditemukan kembali.
3. Komponen perangkat lunak, yang berfungsi mengolah data yang ada dalam basis data menjadi
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Terdapat dua macam perangkat lunak pokok yang
dibutuhkan yaitu :
a. Perangkat lunak yang dapat mengolah data menjadi informasi/laporan yang dibutuhkan
secara periodik
b. Perangkat lunak yang dapat mengolah data menjadi informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna secara insidentil sesuai dengan kebutuhan.
4. Sumber data,yaitu sumber dimana data berasal dikumpulkan dan dikirimksn ke basis data.
Pengiriman data dapat dilakukan secara offline maupun online.
5. Komponen perangkat keras yaituperangkat komputer. Perangkat media penyimpanan data,
perangkat komunikasi dan alat bantu lainnya yang dibutuhkan.
6. Prosedur dan manual yaitu berupa berbagai prosedur dan manual yang dibutuhkan agar sistem
informasi manajemen dapat beroperasi dengan baik. Beberapa prosedur dan manual yang
dibutuhkan diantaranya : prosedur pengambilan data, prosedur pemasukan data manual,
pengoperasian sistem informasi manajemen.
7. Sistem pengolahan basis data yang merupakan perangkat lunak yang dapat berfungsi sebagai
berikut :
a. Melindungi basis data dari kerusakan dan dari pihak-pihak yang tidak berwenang untuk
menggunakan basis data
b. Memberikan fasilitas untuk menggunakan data dalam basis data secara tepat
c. Memelihara basis data agar selalu mengandung data yang sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Fungsi-fungsi pemeliharaan basis data meliputu diantaranya funsi pemasukan
data, funsi perbaikan data, fungsi penghapusan data dan sebagainya.
Komponen-komponen diatas pada dasarnya saling berhubungan satu sama lainnya membentuk
suatu sistem. Hubungan antara komponen-komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.10Hubungan antara komponen-komponen sistem informasi manajemen
` PROSEDUR DAN MANUAL
KOMPONEN MANUSIA
KOMPONEN PERANGKAT LUNAK
KOMPONEN PERANGKAT KERAS
SUMBER DATA
SISTEM PENGOLAHAN BASIS DATA
BASIS DATA
BAB 5.
Pendekatan Sistem
Konsep Sistem
Konsep sistem merupakan dasar dari pengembangan sistem informasi dan teknologi, oleh karena itu konsep-konsep sistem yang umum akan dipelajari di bab ini. Menurut O'brien dan Marakas, konsep sistem membantu kita untuk memahami teknologi, aplikasi, pengembangan dan manajemen pada perusahaan.
Teknologi, berupa rangkaian sistem pengolahan informasi yang menggunakan berbagai perangkas keras komputer, perangkat lunak, data dan juga berbagai teknologi komunikasi.
Aplikasi, penggunakan berbagai aplikasi elektronik yang dilakukan untuk menghubungkan berbagai sistem informasi perusahaan-perusahaan sehingga sistem informasi tersebut dapat terhubung satu dengan lainnya.
Pengembangan, berbagai metode untuk mengintegrasikan teknologi informasi kedalam bisnis mulai dari perencanaan hingga implementasinya.
Manajemen, pengelolaan berbagai teknologi informasi untuk peningkatan business value dan juga keamanan dari sistem informasi perusahaan.
Istilah sistem sering kali digunakan sehari-hari bahkan kita pun sebenarnya termasuk kedalam sistem misalkan mahasiswa yang merupakan bagian dari sistem pendidikan. Namun apa itu sistem?
Sistem menurut O'brien dan Marakas adalah serangkaian komponen (subsistem) yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang sama dengan mengubah input menjadi output melalui proses yang terorganisir, dimana komponen-komponen yang saling berhubungan tersebut memiliki batasan yang jelas.
Sistem dapat diamati dalam aktifitas kita sehari-hari seperti sistem pendidikan yang telah disebutkan sebelumnya dimana memiliki komponen-komponen seperti mahasiswa, dosen, dan universitas dimana masing-masing komponen tersebut saling berhubungan dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama serta terjadi berebagai proses transformasi dari input menjadi output. Sistem juga dapat diamati di alam seperti sistem tata surya, ekosistem laut, sistem penceranaan dalam tubuh kita dan sebagainya.
Dalam sebuah perusahaan, masing-masing fungsi bisnis dapat dilihat sebagai suatu sistem dimana terdiri dari banyak subsistem. Seorang manajer harus dapat melihat perusahaannya sebagai rangkaian dari subsistem yang saling berinteraksi pada unit bisnis yang ia kelola, dimana didalamnya terdapat aliran informasi yang mengalir, juga terdapat hubungan atasan dan bawahan, dan berbagai aktifitas-aktifitas input proses dan output yang terjadi didalamnya. Pemecahan masalah dengan pendekatan sistem dapat dilakukan jika manajer telah mampu melihat perusahaannya sebagai sebuah sistem dan bagaimana subsistem-subsistem didalam saling berinteraksi untuk mencapai sebuah tujuan.
Menurut McLeod, pendekatan sistem memiliki tiga tahapan utama yang pada masing-masing tahapan tersebut memiliki langkah-langkah. Tiga tahapan tersebut adalah tahap persiapan, tahap definisi dan tahap solusi.
Tahap Persiapan
Tahap pertama dalam pendekatan sistem yaitu tahap persiapan, pada tahap ini perusahaan harus dilihat sebagai suatu sistem, lingkungan sistem perusahaan harus dipelajari dan identifikasi subsistem-subsistem yang ada dalam perusahaan.
Perusahaan sebagai sistem. Seorang manajer yang ingin memecahkan masalah menggunakan pendekatan sistem harus dapat melihat perusahaannya sebagai sebuah sistem. Sebuah model dapat dibangun untuk memudahkan pengamatan.
Mempelajari lingkungan perusahaan. Suatu perusahaan atau organisasi berinteraksi dengan lingkungannya seperti pemerintah, pesaing, konsumen dan sebagainya. Unsur-unsur lingkungan tersebut perlu dipelajari sehingga posisi perusahaan dalam lingkungannya dapat diketahui.
Identifikasi subsistem perusahaan. Manajer perlu mengidentifikasi subsistem yang ada dalam perusahaannya, umumnya yang termudah adalah dengan melihat fungsi-fungis bisnis sebagai sebuah sistem yang terpisah sehingga subsistem-subsistem dapat teridentifikasi.
Tahap I: Persiapan
Tahap Definisi
Tahap selanjutnya dalam pendekatan sistem adalah tahap definisi diaman pada tahap ini terdiri dari dua langkah yaitu melanjutkan dari tingkat sistem ke tingkat subsistem dan analisis bagian-bagian sistem dalam urutan tertentu.
Langkah pertama merupakan analisis top-down dimana manajer akan melihat dahulu pada sistem yang menjadi tanggung jawabnya kemudian dilanjutkan dengan analisis dari atas ke bawah secara hierarki. Tujuannya adalah mencari pada tingkat mana penyebab terjadinya masalah muncul.
Langkah berikutnya pada tahap kedua ini menurut McLeod adalah menganalisis bagian-bagian sistem dalam sebuah urutan tertentu. Urutannya adalah evalusi standar, membandingkan output terhadap standar, mengevaluasi manajemen, evaluasi proses informasi, evaluasi input dan sumberdaya input, evaluasi proses, dan evaluasi output.
Tahap II: Definisi
1. Evaluasi Standar.
Standar-standar yang ada dalam sebuah perusahaan dievaluasi apakah standar tersebut dapat dicapai, realitas, terukur, dan apakah standar tersebut dapat mengukur kinerja sistem yang baik. Standar kinerja bagi suatu sistem dapat berupa rencana, anggaran, kuota dan lain-lain.
2. Membandingkan Output Terhadap Standar.
Langkah berikutnya adalah membandingkan output yang diperoleh dengan standar yang ada, jika ouput dapat memenuhi standar maka manajer dapat mengevaluasi ulang standar yang telah ada namun jika sistem tidak memenuhi standar maka manajer harus dapat mengidentifikasi penyebabnya.
3. Mengevaluasi Manajemen
Evaluasi manajemen dapat dilakukan dengan melihat apakah manajemen telah sesuai kuantitas dan kualitas yang diharapkan, jumlah manajer yang tersedia, keahlian dan kemampuan manajer-manajer, dan sebagainya yang berkaitan dengan manajemen.
4. Evaluasi Proses Informasi
Jika terdapat kesulitan dalam memperoleh informasi maka perlu dirancang dan diimplementasikan sistem informasi yang memadai dan sesuai kebutuhan.
5. Evaluasi Input dan Sumberdaya Input.
Evaluasi dilakukan pada sistem fisik pada bagian input sebuah sistem seperti dok penerima, gudang, kontrol kualias, dan sebagainya.
6. Evaluasi Proses
Melakukan evaluasi terhadap proses transformasi dari input menjadi output dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses. Upaya yang dapat dilakukan adalah misalkan dengan penggunaan perangkat komputer, robot, dan sebagainya.
7. Evaluasi Output.
Mengevaluasi berbagai sarana fisik sistem yang digunakan untuk output seperti gudang barang jadi, personel, mesin-mesin pengiriman, armada truk dan sebagainya.
Tujuh langkah diatas adalah upaya manajer dalam menganalisis bagian-bagian sistem dimulai dari sistem konseptual hingga sistem fisik. Diharapkan manajer dapat menemukan dimana letak permasalahan sehingga masalah dapat dipecahkan.
Tahap Solusi.
Terdapat lima langkah dalam tahap solusi yaitu identifikasi solusi alternatif, evaluasi solusi alternatif, memilih solusi terbaik, implementasi, dan tindaklanjut solusi.
1. Identifikasi Solusi Alternatif
Berbagai alternatif solusi dibangun untuk memecahkan masalah yang telah didefiniskan pada tahap definisi sebelumnya.
2. Evaluasi Solusi Alternatif.
Alternatif-alternatif yang telah dibangun kemudian dievaluasi menggunakan kriteria yang sama untuk tiap alternatif sehingga dapat diperoleh sejauh mana sebuah alternatif dapat memecahkan
permasalahan yang ada. Evaluasi dari alternatif alternatif yang ada dapat dilihat dengan menganalisis keuntungan dan kerugian dari tiap alternatif.
3. Memilih Solusi Terbaik.
Menurut Henry Mintzberg, untuk memilih solusi terbaik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
Analisis, secara sistematis melakukan evalusi terhadap alternatif solusi dengan mempertimbangkan berbagai konsekuensi yang dapat timbul dari tiap solusi dan hubungannya dengan tujuan dari organisasi, misalkan dengan memberikan penjelasan keuntungan dan kerugian penerapan solusi.
Pertimbangan (judgment). Menggunakan pertimbangan dari manajer berdasarkan intuisi dan pengalamannya.
Negoisasi. Menggunakan proses negoisasi dengan pihak-pihak yang terkait untuk memilih alternatif solusi.
4. Implementasi.
Penerapan dari solusi yang dianggap terbaik
5. Tindaklanjut Solusi
Setelah implementasi, manajer dan pihak-pihak yang terkait hendaknya melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa solusi yang telah diimplementasi tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Proses pendekatan sistem dapat diulang-ulang untuk mengidentifikasi kembali masalah dan mencari solusi terhadap masalah yang muncul.
Tahap Solusi
BAB VI. Perancangan Sistem Informasi Management
Information system development saat ini tidak hanya seputar penulisan program atau kode-kode syntax untuk menyelesaikan masalah akan tetapi telah meluas dan menjadi kompleks sehingga dibutuhkan pula berbagai kelompok kerja atau team seperti arsitek sistem, analisis
sistem, programer, tester dan user. Team-team tersebut harus dapat bekerja sama sehingga sistem informasi yang diinginkan dapat tercapai.
Berbagai metoda untuk mengelola berbagai kebutuhan dalam pengembangan sistem informasi dikembangkan diantaranya yaitu: Waterfall, Prototyping, Rapid Application Development, dan Phase Development. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, developer sistem informasi hendaknya dapat memilih mana metode yang paling sesuai pada saat akan mengembangkan sistem informasi dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti sumberdaya yang dimilikinya, besar skala sistem informasi yang akan dikembangkan, kemampuan perusahaan dan sebagainya.
Waterfall.
Metode waterfall atau air terjun terkadang disebut juga metode System Development Life Cycle tradisional. Seperti namanya yaitu air terjun yang turun dari atas ke bawah, metode ini terdiri dari tahapan-tahapan (sequences) pengerjaan dimana output bagi tahap sebelumnya akan menjadi input bagi tahap selanjutnya sehingga jika pekerjaan pada satu tahap harus selesai lebih dahulu sebelum tahap selanjutnya dimulai.
Tahapan pada metode waterfall ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Analisis.
Pada tahap ini merupakan tahap terpenting yaitu melakukan analisis awal dengan memahami berbagai kebutuhan pengguna sistem informasi yang akan dikembangkan, selain itu berbagai alternatif solusi diajukan untuk memecahkan masalah juga kelebihan dan keuntungan dari berbagai alternatif solusi yang diajukan. Analisis dilakukan juga terhadap fungsi-fungsi yang ingin dicapai, performansi dari sistem informasi yang ingin dicapai, integrasi dengan lingkungan. Hasil tahap ini adalah spesifikasi formal secara garis besar yang selanjutnya digunakan pada tahap berikutnya.
2. Tahap Desain.
Menjelaskan berbagai fitur dan proses operasi dari aplikasi yang diingikan kedalam bentuk yang lebih detail termasuk mengenai layout dari tampilan, berbagai aturan, process diagram, dan dokumentasi lainnya.
3. Tahap Impelementasi
Pengerjaan pemograman
4. Tahap Integrasi dan Testing.
Pada tahap ini aplikasi sistem informasi diuji dan diperiksa kembali dari berbagai error, bugs, dan sebagainya.
5. Tahap Instalasi.
Tahap ini aplikasi sistem informasi diterapkan di perusahaan, atau jika software maka tahap ini software mulai diproduksi untuk dijual.
6. Tahap Maintenance
Selama aplikasi berjalan masih banyak yang perlu dilakukan sehingga sistem informasi yang diinginkan dapat tercapai. Perubahan, koreksi, penambahan dan sebagainya kerap kali muncul meskipun sistem telah berjalan. Langkah ini merupakan langkah penting dalam pengembangan sistem informasi.
Waterfall
Website adalah salah satu sistem informasi yang saat ini banyak digunakan. Misalkan sebuah perusahaan ingin membuat web dan meminta web developer untuk membangun website tersebut. Web developer akan mencoba mengidentifikasi kebutuhan kliennya dengan menggunakan berbagai cara, salah satu yang umum digunakan adalah melalui wawancara.
Analisis
Desain
Implementasi
Integrasi dan Testing
Instalasi
Maintenance
Setelah kebutuhan perusahaan tersebut teridentifikasi maka selanjutnya web developer akan mendesain terlebih dahulu tampilan website, layout, proses diagram dan sebagainya berdasarkan kebutuhan klien yang telah ia peroleh sebelumnya. Tahap desain tersebut dapat dilakukan menggunakan berbagai media, dari mulai sketsa di kertas, guntingan kertas hingga menggunakan desain berbasis komputer.
Selanjutnya tahap implementasi dimana programer, web designer, database developer dan berbagai keahlian lainnya bergabung untuk menyelesaikan pekerjaan pembuatan website tersebut. Setelah website berhasil dibangun maka dilakukan testing mencari kesalahan yang mungkin terjadi, apakah letak gambar telah sesuai, link berjalan dengan baik, website tampil sempurna diberbagai browser dan sebagainya. Tahap selanjutnya adalah membuka akses dari website untuk dapat diakses oleh para pengguna web, dan terakhir adalah maintenance melakukan berbagai upaya agar website yang telah dibuat memiliki performansi yang baik.
Keunggulan Metode Waterfall
1. Metode waterfall memiliki urutan pengerjaan yang jelas sehingga mudah dipahami baik oleh pihak pengembang maupun oleh klien.
2. Berusaha meminimalkan pemborosan waktu dan tenaga dengan penekanan pada tahap analisis dan desain.
3. Peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan mudah pada tahap desain dengan mengkoreksi berbagai kemungkinan kesalahan sebelum tahap berikutnya.
Kerugian:
1. Sulitnya menangkap kebutuhan klien atau end user karena seringkali end user tidak bener-benar mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan, lebih kepada apa yang ingin mereka lihat.
2. Sulitnya mengestimasi dengan baik waktu dan biaya yang dibutuhkan.
3. Sering kali hanya cocok untuk pengerjaan sistem informasi yang sudah stabil dan end user dapat dengan jelas mengidentifikasi kebutuhannya.
Prototyping.
Prototype (prototipe) adalah salah satu metode yang sebelumnya sering digunakan dibidang industri manufaktur. Sebelum sebuah produk diproduksi secara besar-besaran, prototype dari produk tersebut dibuat terlebih dahulu kemudian diperbaiki terus menerus hingga diperoleh
hasil yang sesuai keinginan dan baru kemudian diproduksi secara massal. Hal tersebut salah satunya dilakukan untuk menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sehingga dapat meminilisir resiko kerugian yang muncul. Perusahaan seperti mobil sering membuat prototype terlebih dahulu sebelum meluncurkan mobil yang benar-benar jadi.
Pada pembuatan software atau aplikasi sistem informasi metode prototype juga dapat digunakan. Naumann dan Jenkins mendefinisikan prototype adalah sebuah sistem yang menampilkan fitur-fitur penting pada sistem yang akan dikembangkan. Sebuah prototipe memang sengaja dibuat tidak lengkap untuk kemudian dimodifikasi, ditambahkan, atau dikurangi. Sebagai contoh jika saat pembuatan sebuah website menggunakan metode prototipe maka prototipe website yang dibuat mungkin hanya berupa halaman index saja dimana konten dari website tersebut belum terisi, gambar masih menggunakan gambar-gambar seadanya, akan tetapi fitur-fitur dari website yang diinginkan dan dianggap penting oleh klien sudah berfungsi misalnya jika klien menginginkan fitur slideshow untuk gambar maka fitur tersebut sudah berfungsi meskipun bisa jadi gambar yang digunakan masih seadanya. Atau dapat juga hanya berupa sketsa yang menunjukkan layout dari website yang akan dibangun untuk memberikan gambaran layout dari website yang akan dibangun.
Contoh Web Prototipe Menggunakan Sketsa
Menurut McLeod terdapat dua jenis prototyping yaitu evolutionary prototype dan requirements prototype. Pada evolutionary prototype, prototype yang dikerjakan terus
Tidak
Ya
Prototype Digunakan
Membangun Prototype
Identifikasi Kebutuhan
Apakah Prototype Diterima?
menerus direvisi dan diperbaiki hingga sistem jadi dan berfungsi sempurna sesuai dengan keinginan pengguna/klien untuk kemudian dilanjutkan ke tahap produksi. Requirement prototype sedikit berbeda karena penekanannya pada fungsi-fungsi yang ada di prototype tersebut karena pengguna mengalami kesulitan untuk menjelaskan keinginannya. Fitur-fitur ditambahkan pada prototype sehingga pengguna akan mampu menjelaskan keinginannya akan sistem yang baru.
Perbedaan antara evolutionary prototype dengan requirement prototype akan terlihat dengan jelas pada langkah-langkah pengerjaannya. Evolutionary prototype memiliki empat langkah pengerjaan yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna dapat diidentifikasi dengan cara melakukan wawancara dengan pengguna sehingga apa yang mereka inginkan dapat diketahui.
2. Membangun prototype. Sebuah prototype dibangun berdasarkan data-data yang diperoleh pada tahap identifikasi.
3. Menentukan apakah prototype dapat diterima. Pengembang mempresentasikan prototype yang telah dikembangkan ke pengguna untuk mengetahui apakah prototype yang dikerjakan telah memuaskan kebutuhan pengguna. Jika tidak maka identifikasi kebutuhan pelanggan kembali dilakukan.
4. Prototype digunakan. Jika tahap sebelumnya ternyata prototype telah sesuai dengan keinginan pengguna maka prototype digunakan sebagai sistem baru.
Evolutionary Prototype
Tidak
Prototype Digunakan
Membangun Prototype
Identifikasi Kebutuhan
Apakah Prototype Diterima?
Koding Sistem Baru
Testing Sistem Baru
Apakah Sistem Baru Diterima?
Pada requirement prototype tahap-tahap satu, dua dan tiga pada evolutionary prototype masih sama akan tetap pada saat protoype diterima maka langkah berikutnya adalah:
4. Koding sistem baru, berdasarkan prototype yang masih berupa fungsi-fungsi dasar sesuai keinginan pengguna, pengembang melakukan pengkodean untuk sistem baru
5. Testing sistem baru, sistem baru diuji
6. Menentukan apakah sistem baru dapat diterima atau tidak, pengembang mendemonstrasikan sistem baru ke pengguna, jika ditolak maka langkah empat dan lima diulang.
7. Sistem baru digunakan, jika sistem baru telah lolos tahap ke enam maka sistem baru dapat digunakan.
Requirement Protoype
Ya
Keunggulan Prototype.
Penggunaan prototype memiliki beberapa keunggulan dalam penggunaannya, yaitu:
1. Prototype dapat mempermudah komunikasi antara pengguna dan pengembang sistem. Baik pengguna dan pengembang dapat menggunakan prototype sebagai wadah untuk komunikasi sehingga apa yang diinginkan oleh pengguna dapat dipahami dengan baik oleh pihak pengembang.
2. Penentuan kebutuhan pengguna adalah hal yang cukup rumit karena umumnya pengguna bukanlah orang yang benar-benar paham mengenai teknologi sistem informasi. Prototype dapat mempermudah pengembang untuk memahami kebutuhan pengguna.
3. Dengan menggunakan prototype, pengguna menjadi aktif terlibat dalam pengembangan sistem sehingga revisi, koreksi, perbaikan dapat dilakukan dengan cepat.
4. Waktu serta tenaga yang diperlukan lebih sedikit
Kekurangan Prototype.
Prototype juga memiliki kekurangan sehingga penggunaan metode prototype harus memperhatikan juga kekurangan-kekurangan yang dapat muncul yaitu:
1. Meskipun dikatakan bahwa protoyping menggunakan waktu dan tenaga yang lebih sedikit akan tetapi dapat terjadi justru prototyping memakan waktu yang lebih lama karena pengguna terus menerus mengubah-ubah prototype yang telah diajukan. Iterasi prototyping harus dibatasi hingga 3 atau 4 kali saja.
2. Permasalah yang dapat muncul tidak terlihat pada prototype akan tetapi bisa saja muncul saat sistem yang sudah jadi berjalan. Pada tahap prototype bisa jadi kesalahan tidak ada akan tetapi setelah sistem yang sempurna dijalankan beberapa kesalahan dapat saja muncul.
3. Prototype dapat berkembang menjadi terlalu rumit karena ruanglingkup dari sistem yang akan dibangun keluar dari rencana awal.
Rapid Application Development (RAD)
RAD dikembangkan oleh James Martin, menurutnya Rapid Application Development (RAD) merupakan sebuah development lifecyle yang dirancang untuk memberikan hasil lebih cepat serta kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan metoda lifecycle tradisional lainnya. Dengan menggunakan metode ini sebuah perusahaan dapat membuat sebuah sistem baru, software atau aplikasi lebih cepat dengan menggunakan berbagai teknik pengembangan aplikasi yang telah teruji dan juga metodologi yang telah baku.
RAD menggunakan berbagai teknik dan peralatan untuk mengembangkan sistem informasi diantaranya adalah menggunakan program yang dapat membantu proses desain dan koding menjadi otomatis. Kualitas juga meningkat dengan otomisasi koding karena kesalahan koding yang bersifat human error dapat diminimalisir.
Tahap yang digunakan dalam RAD sebenarnya sama dengan tahap waterfall atau SDLC tradisional akan tetapi terdapat penggabungan beberapa langkah dalam waterfall sehingga lebih singkat. RAD juga menggunakan prototyping dan melibatkan pengguna akan tetapi berbeda dengan metode prototyping yang hanya melibatkan pengguna pada saat pembuatan prototype pada RAD pengguna dilibatkan lebih jauh, dari tahap awal hingga akhir.
Aspek Penting Dalam RAD.
Rapid application development memiliki empat aspek penting yaitu metodology, people, managemen dan tools. Dikarenakan tujuan dari RAD adalah membangun sistem dengan cepat dan meningkatkan kualitas maka ke-empat aspek tersebut harus dipenuhi, jika tidak maka tujuan dari RAD sulit tercapai.
1. Metodology.
RAD menggabungkan beberapa tahapan dalam SDLC traditional sehingga lebih cepat dan juga menggunakan evolutionary prototyping. Berbagai program yang dapat membantu dalam pembuatan software juga digunakan secara intensif untuk mengurangi proses koding.
Tahapan yang digunakan dalam RAD adalah:
1. Requirements Planning, dimana pada tahap ini merupakan tahap pendefinisian kebutuhan sistem yang akan dikembangkan guna mendukung aktifitas bisnis dengan mendiskusikan berbagai hal yang terkait misalnya kebutuhan pengguna, cakupan dari pekerjaan, persyaratan dari sistem dan sebagainya.
2. User Design, membangun prototype dari komponen-komponen penting sistem yang akan dibangun. Selama tahap ini pengguna terus menerus terlibat dengan pihak pengembang sehingga pengguna dapat memahami, memodifikasi dan pada akhinya dapat menyetujui prototype yang dibuat.
3. Construction phase, pada tahap ini keterlibatan pengguna dikurangi meskipun demikian pengguna masih memegang peranan yang cukup penting pada tahap ini. Tahap ini sama dengan tahap implementasi pada SDLC tradisional atau waterfall akan tetapi seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, pengguna masih ikut dilibatkan pada tahap ini sehingga pengguna dapat mengusulkan perubahan atau perbaikan sepanjang kemajuan pekerjaan pengembangan sistem.
4. Cutover phase, merupakan tahap akhir dimana termasuk juga pengujian sistem, pelatihan bagi pengguna, konversi data, dan implementasi dari sistem yang dikembangkan.
2. People.
Faktor people atau dapat disebut faktor manusia sangat mempengaruhi keberhasilan metode RAD yang unggul dalam kecepatan. Keterlibatan orang-orang dengan keahlian yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan RAD, mereka adalah orang-orang yang sangat terlatih dan memiliki motivasi yang tinggi serta mampu memegang beberapa peranan dalam proses pengembangan suatu sistem dan mampu bekerja sama dengan baik dalam sebuah tim.
3. Management.
Komitmen pihak manajemen amatlah penting sehingga hambatan-hambatan yang bersifat birokrasi dan politik diharapkan tidak akan muncul. Pengembangan sistem dengan cepat akan terwujud tentunya jika tidak ada kendala-kendala dari pihak manajemen. Selain itu pihak manajemen juga harus benar-benar memperhatikan motivasi para individu yang terlibat dalam pekerjaan pengembangan menggunakan RAD.
4. Tools.
Peralatan atau tools yang digunakan pada RAD adalah berbagai program yang menggunakan bahasa generasi ke-empat dan alat-alat rekayasa perangkat lunak dengan bantuan computer (Computer-Aided System Engineering – CASE) yang dapat membantu dalam proses koding dan desain. Umbrello adalah salah satu contoh CASE tools yang dapat digunakan dalam pengembangan sistem.
Tampilan Umbrello
Umbrello membantu dalam mendesain Entity Relationship Diagaram (ERD) yang akan dibahas pada bab perancangan database.
Pengembangan sistem yang cepat dapat dilakukan menggunakan RAD dengan mengoptimalkan beberapa aspek yang terlibat yaitu metodologi yang singkat, manusia yang terlibat didalamnya, dukungan pihak manajemen dan penggunaan berbagai perangkat untuk mendukung pengembangan sistem. Semua aspek tersebut bersinergi dengan baik sehingga sistem baru yang dikembangkan atau software baru yang dibuat dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat.
Keunggalan Rapid Application Development
1. Pengembangan sistem dapat dikerjakan lebih cepat
2. Kualitas dari sistem yang dibuat dapat ditingkatkan
3. Pengguna terus terlibat selama pekerjaan berlangsung memungkinkan revisi, koreksi dan perbaikan dilakukan dengan cepat.
4. Biaya pengembangan relatif lebih murah
Kekurangan Rapid Application Development
1. Pekerjaan RAD tidak akan berhasil jika motivasi pekerja rendah dan tidak dapat bekerja sama dengan baik.
2. Sangat bergantung pada keahlian para pekerjanya dan juga komitmen dari mereka untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya.
3. Hanya untuk pekerjaan dalam skala besar.
Phased Development Model
Pada model pengembangan berfase (Phased Development Model), sebuah sebuah konsep sistem dibangun terlebih dahulu lalu pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan sistem seperti pengguna, anggota tim proyek pengembangan, manajemen memilah-milah konsep sistem tersebut menjadi serangkaian versi berseri. Versi-versi tersebut kemudian dikembangkan secara bertahap.
Versi pertama yang dikembangkan merupakan versi yang paling penting dan mendasar dari keseluruhan konsep sistem yang akan dibangun. Versi pertama dibangun terlebih dahulu melalui proses desain dan implementasi hanya untuk versi pertama saja. Jika versi pertama telah selesai dan diimplementasikan maka pekerjaan dilanjutkan ke versi kedua, analisis dilakukan lagi berdasarkan kebutuhan pengguna yang telah diidentifikasi dan juga dimungkinkan adanya penambahan atau perbaikan berdasarkan pengalaman pengguna saat menggunakan versi pertama.
Versi kedua kemudian di desain dan diimpelemntasikan, jika pekerjaan versi kedua telah selesai dan diimplementasikan maka pekerjaan untuk versi selanjutnya diteruskan. Proses seperti pengerjaan terus dilakukan versi demi versi hingga keseluruhan sistem selesai.
Planning Analysis
Analysis
Design
Implementation
Analysis
Design
Implementation
Analysis
Design
Implementation
Versi 1 Versi 2 Versi 3
Phased Development
Keunggulan Phased Development.
1. Walaupun versi pertama dapat digunakan oleh pengguna/user meskipun sebenarnya bukan versi utuh sehingga metode ini dapat dengan segera dapat digunakan oleh pengguna untuk membantu mengatasi permasalahan.
2. Kualitas diharapkan akan menjadi lebih baik dengan adanya masukkan dari pengguna setelah menggunakan versi sebelumnya, masukkan tersebut digunakan pada pengembangan versi berikutnya.
3. Biaya dapat diharapkan untuk ditekan dibandingkan dengan langsung membuat sistem secara utuh.
Kekurangan Phased Development.
1. Hanya cocok untuk sistem yang kecil dan tidak kompleks.
2. identifikasi mana bagian dari sistem yang paling mendasar dan krusial menjadi penting karena jika terjadi kesalahan identifikasi kemudian versi pertama dikembangkan maka akibatnya akan fatal pada versi-versi selanjutnya.
BAB 7
Database
Database atau basis data sangat diperlukan dalam sistem informasi. Hampir semua sistem informasi memiliki database sebagai fondasi untuk menyediakan berbagai informasi yang selanjutnya digunakan sebagai pengambilan keputusan oleh seorang manajer, salah satu kegunaan database adalah mempercepat pencarian
Sebagai contoh jika kita menyimpan data teman saya pada sebuah kertas kecil berukuran 6cm x 6cm, didalam selembar kertas kecil tersebut saya tulis nama dari teman saya, alamatnya, nomer telefon, dan tanggal lahir. Setiap teman baru yang saya kenal maka saya tulis informasi mengenai teman saya tersebut, nama, telefon, dan tanggal lahir pada selembar kertas baru. Begitu seterus, apa yang kemudian terjadi? Saya akan memiliki banyak sekali kertas-kertas berukuran 6cm x 6cm yang satu lembarnya mewakili informasi mengenai teman saya. Tentu sangat memakan tempat dan merepotkan ketika kita mencari informasi seorang teman yang ingin saya telefon, yang berada dalam tumpukan kertas-kertas kecil tersebut.
Kesulitan saya akan mudah teratasi dengan menggunakan database, jadi untuk kasus saya diatas saya hanya cukup membuat tabel dengan kolom nama, kolom alamat, kolom nomer telefon, kolom alamat dan kolom tanggal lahir. Saya bisa susun namanya berdasarkan abjad untuk memudahkan pencarian. Dijaman informasi digital seperti saat ini database bukanlah sesuatu yang aneh, setiap saat kita berinteraksi dengan database misalkan saat mencari nomer telefon teman kita di handphone kita, atau mencari sebuah web dengan kata kunci tertentu melalui Google. Teknologi informasi yang sekarang semakin canggih membuat penggunaan database menjadi semakin luas dan mudah.
7.1 pengertian data base
Jadi apa itu database? Menurut O'Brien dan Marakas database adalah kumpulan data elemen yang terintegrasi dimana data elemen tersebut juga memiliki hubungan secara logik. Database umumnya
Table mhs
Table dosen
Table mata kuliah
Database Kampus
digambar dalam bentuk silinder dimana didalamnya terdapat data-data dalam bentuk tabel-tabel yang memiliki hubungan.
Gambar 7.1
Contoh penggambaran data base
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, database terdiri dari tabel-tabel misalkan untuk database kampus dapat saja terdiri dari tabel mahasiswa, tabel dosen, tabel matakuliah dan tabel-tabel lainnya. Setiap tabel memiliki hubungan dengan tabel yang lain misalkan mahasiswa mengambil matakuliah, dosen mengajar matakuliah.
Tabel 7.2
Contoh Tabel mata kuliah
Kode Mata Kuliah Nama Mata KuliahBHI102 Bahasa InggrisMKT304 MarketingSTA220 StatistikaAKT200 Akutansi KeuanganAKT201 Akutansi BiayaSIM301 Sistem Informasi Manajemen
7.2 Hirarki Data.
Kita perlu mengenal hirarki data yang terdiri dari Data field, Record, File. Data field adalah unit terkecil dari data, jangan bingung denga unit terkecil yang lain seperti Bit. Data field berkaitan dengan tabel sementara Bit berhubungan dengan storage. Kumpulan Data field yang saling berhubungan dinamakan Record, dan kumpulan Record yang saling berhubungan dinamakan File.
NPM Nama Tempat Lahir
15195031 Ivan Bogor15195032 Sujana Bandung15195033 Bimo Surabaya
Sementara NPM, Nama dan Tempat Lahir merupakan atribut dari tabel mahasiswa diatas. Data Field pada tabel diatas adalah 15195031, lalu jika Data field 15195031, data field Ivan dan data field bogor digabungkan maka disebut record. Gabungan dari record-record tersebut dinamakan File. Kumpulan dari file-file akan membentuk database.
Struktur Database
Suatu database sudah pasti akan diproses, untuk mempermudah proses pada database tersebut maka dibentuk struktur database. Buku ini akan membahas tiga struktur dasar dari database yaitu struktur hirarki, struktur jaringan dan struktur hubungan (relational). Agar struktur database dapat dibuat, disimpan dan diubah maka diperlukan aplikasi database yang disebut database management system (DBMS). DBMS akan mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan database seperti menyimpan struktur dari database, data itu sendiri dan hubungan antara data didalam database. Selain itu DBMS juga memberikan kecepatan dan kemudahan akses dalam mengambil informasi yang disimpan dalam database sehingga DBMS berperan sebagai jembatan yang menghubungkan database dengan pengguna. Contoh aplikasi yang termasuk sebagai DBMS adalah Microsoft access.
Data field Record
File
Database
DBMS
User
Universitas(data-data mengenai
Universitas)
Prodi Manajemen(data-data mengenai
prodi manajemen)
Prodi Akutansi(data-data mengenai
prodi akutansi)
Mhs Manajemen(data-data mengenai
mhs manajemen)
Dosen Manajemen(data-data mengenai dosen manajemen)
Struktur Hirarki.
Struktur ini gunakan pada awal-awal mainframe digunakan, seperti namanya hubungan antar elemen data membentuk hirarki atau struktur yang menyerupai pohon. Dikembangkan pertama kali pada tahun 1964 oleh GE, struktur ini memiliki root elemen sebagai bagian paling atas dan akses ke semua data dilakukan dari root elemen turun menuju cabang-cabang dari struktur hirarki yang telah dibuat.
Data-data dalam struktur hirarki dapat diakses melalui root elemen lalu memasuki cabang-cabang pada ranting hirarki seperti pada gambar, jadi jika ingin mengakses data mahasiswa manajemen maka kita
harus masuk dari Universitas yang berisi data-data mengenai kemudian masuk ke Prodi Manajemen lalu masuk ke Mhs Manajemen. Jika ingin mengambil data dosen manajemen kita harus naik dulu ke Prodi Manajemen baru masuk ke data Dosen Manajemen.
Struktur hirarki lebih mudah untuk dibuat karena sederhana mampu menggunakan sumberdaya komputer secara efisien, bekerja baik pada sistem pemrosesan transaksi misalnya pengendalian persediaan. Awalnya struktur ini cukup populer namun permasalahan kemudian muncul karena semua database harus digunakan padahal saat ini banyak manajer yang hanya menginginkan record-record yang terpilih saja