Lab/SMF Ilmu Kesehatan Mata Tutorial Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
KONJUNGTIVITIS VIRUS OCCULI DEXTRA et SINISTRA +
PTOSIS OCCULI SINISTRA + KATARAK IMATUR OCCULI
DEXTRA et SINISTRA
Disusun oleh:
Nanik Herlina HP
Tatik Handayani
0708015050
0708015045
Pembimbing:
dr. Baswara, N.E.W., Sp.M
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
RSUD AW Sjahranie
SAMARINDA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konjungtivitis adalah salah satu penyakit pada mata yang paling banyak
dikeluhkan. Secara kondisi menceerminkan terjadinya proses inflamasi yang
melibatkan konjungtiva. Kebanyakan kasus pada konjungtivitis adalah tidak
berbahaya dan merupakan kewajiban seorang petugas medis untuk memisahkan
beberapa kondisi yang memerlukan penanganan lebih. Penyebab konjungtivitis
beserta klasifikasinya sangat banyak. Anatara lain konjungtivitis Bakteri,
Klamidia, Virus, Fungal, Imunologik, Kimiawi atau Iritatif, Autoimun.
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian
putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan
timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan
benda asing, misalnya kontak lensa.
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis
ini, mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis
bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata
dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga
mengenai kedua mata, dengan gejala mata berwarna merah, mata juga akan terasa
gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan di hidung. Produksi air mata juga
berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah
konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak.
Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata
berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata.
Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri
dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan
memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi
sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi
kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata. Obat tetes atau salep antibiotik
biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Antibiotik sistemik
juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis
bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah mata untuk
meringankan gejala. Tablet atau tetes mata antihistamin cocok diberikan pada
konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat diberikan agar mata
terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan alergen, atau
mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata. Untuk konjungtivitis papiler
raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan paparan dengan benda yang
diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa kontak. Selain
itu dapat diberikan tetesmata yang berfungsi untuk mengurangi peradangan dan
rasa gatal di mata.
Katarak adalah keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata. Katarak
terjadi apabila lensa mata berubah menjadi keruh akibat berbagai penyebab antara
lain genetik, kongenital, metabolik, traumatik, toksik, dan yang paling banyak
dijumpai adalah katarak senilis. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa
yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.1,2
Katarak senilis (age related cataract) merupakan penyebab kebutaan dan
penurunan visus terbanyak pada usia tua. Jumlah penderita katarak di seluruh
dunia saat ini lebih dari 15 juta dan akan mencapai 40 juta pada tahun 2025.
Berbagai penelitian cross sectional di Amerika Serikat mengidentifikasikan
adanya katarak pada 10 % penduduk. Angka ini meningkat 50 % untuk mereka
yang berusia 65 hingga 74 tahun. Untuk warga yang berusia lebih dari 75 tahun,
angka prevalensinya 70 %. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan riset tahun 2007,
prevalensi kebutaan nasional sebesar 0,9 %, dengan penyebab utama adalah
katarak. Prevalensi kasus katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,8 %.
Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan data tahun 2001, yaitu
1,2 %.3
Katarak memberikan gejala berupa penurunan penglihatan secara
perlahan-lahan, pandangan berkabut, pandangan silau saat siang hari ataupun bila
terkena sinar langsung. Operasi katarak merupakan satu-satunya cara untuk
mencegah kebutaan akibat katarak yang dilakukan seluruh dokter spesialis mata di
Indonesia sesuai dengan stadium katarak, baik di Rumah Sakit maupun secara
massal.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit pada mata yang
paling umum di dunia. Penyakit ini bervariasi dari hiperemi ringan dengan berair
mata sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental.
Penyebabnya umumnya eksogen, namun dapat endogen.
Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis dapat
disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok, virus, klamidia, alergi toksik,
dan molluscum contagiosum.
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi
konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang
lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, hipertrofi
papil, folikel, membran, pseudomembran, mata merasa seperti adanya benda
asing. Berikut klasifikasi konjungtivitis:
1. Konjungtivitis Bakteri
a. Etiologi
Stafilokokus, Streptokokus, Corynebacterium diphtheriae, Pseudomonas
aeruginosa, Neisseria gonorrhoea, dan Haemophilus injluenzae.
b. Manifestasi Klinis
Konjungtiva bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan sekret
mukopurulen terutama di pagi hari, pseudoptosis akibat pembengkakan kelopak,
hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, mata terasa seperti ada benda
asing. Kadang disertai keratitis dan blefaritis. Biasanya dari satu mata menjalar ke
mata yang lain dan dapat menjadi kronik.
Pada konjungtivitis gonore, terjadi sekret yang purulen padat dengan masa
inkubasi 12 jam-5 hari, disertai perdarahan subkonjungtiva dan kemosis. Terdapat
tiga bentuk, oftalmia neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore
infantum (lebih dari 10 hari), dan konjungtivitis gonore adultorum. Pada orang
dewasa terdapat kelopak mata bengkak sukar dibuka dan konjungtiva yang kaku
disertai sakit pada perabaan; pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior;
konjungtiva bulbi merah, kemosis, dan menebal; gambaran hipertrofi papilar
besar; juga tanda-tanda infeksi umum. Biasanya berawal dari satu mata kemudian
menjalar ke mata sebelahnya. Tidak jarang ditemukan pembesaran dan rasa nyeri
kelenjar preaurikular. Sekret semula serosa kemudian menjadi kuning kental, tapi
dibandingkan pada bayi maka pada dewasa sekret tidak kental sekali.
Gambar Konjungtivitis Bakteri
c. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan pewamaan Gram atau
Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas.
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret
dengan pewarnaan Metilen Biru yang akan menunjukkan Diplokok di dalam sel
leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat Diplokok Gram negatif intra dan
ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat.
d. Komplikasi
Stafilokokus dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, Gonokokus
menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan Meningokokokus dapat
menyebabkan septikemia atau meningitis.
e. Penatalaksanaan
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan
antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, polimiksin, dan sebagainya,
selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil, dihentikan dan
menunggu hasil pemeriksaan.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata
antibiotik spektrum luas tiap jam disertai salep mata untuk tidur atau salep mata 4-
5 kali sehari.
Untuk konjungtivitis gonore, pasien dirawat serta diberi penisilin salep dan
suntikan. Untuk bayi dosisnya 50.000 unit/kg BB selama 7 hari. Sekret
dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air rebus bersih atau garam fisiologis
setiap 15 menit dan diberi salep penisilin. Dapat diberikan penisilin tetes mata
dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap menit selama 30
menit, dilanjutkan setiap 5 menit selama 30 menit berikut, kemudian diberikan
setiap 1 jam selama 3 hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan
pengobatan gonokok. Terapi dihentikan setelah pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan hasil negatif selama 3 hari berturut-turut.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta
secara khusus memperhatikan higiene perorangan
f. Prognosis
Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati,
infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, jika diobati dengan memadai, 1-3
hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus ( yang dapat berlanjut menjadi
blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis
gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi
meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis
meningokokus adalah septikemia dan meningitis.
Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan
menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.
g. Pencegahan
Untuk mencegah oftalmia neonatorum dapat dilakukan pembersihan mata
bayi dengan larutan borisi dan diberikan salep kloramfenikol. Konjungtivitis
bakteri yang paling banyak adalah kojungtivitis gonore yang akan dijelaskan lebih
lanjut berikut ini.
Konjungtivitis gonore
Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang
disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen,
virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat
berat.
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan ke-
lahiran, sedang pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita
penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan
penyakit kelamin sendiri.
Gambar Blenore, konjungtivitis gonore
Pada orang dewasa terdapat 3 stadium
penyakit infiltratif, supuratif dan
penyembuhan.
Pada stadium infiltratif ditemukan
kelopak dan konjungtiva yang kaku. Disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak
mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran
pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik dan
menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih
menonjol dengan gambaran spesifik gonore dewasa. Pada orang dewasa terdapat
perasaan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda-tanda infeksi umum.
Pada umumnya menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasa kelainan ini pada
laki-laki didahului pada mata kanannya. Pada stadium supuratif terdapat sekret
yang kental. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning
kental. Kadang kadang bila sangat dini sekret dapat sereus yang kemudian
menjadi kental den purulen. Berbeda dengan oftalmia neonatorum, pada orang
dewasa sekret tidak kental sekali.
Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan pewarnaan
metilen biru dimana akan terlihat diplokok di dalam sel leukosit. Dengan
pewarnaan Gram akan terdapat sel intraselular atau ekstra selular dengan sifat
Gram negatif.
Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat.
Pengobatan segera dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok
batang intraselular dan sangat dieurigai konjungtivitis gonore. Pasien dirawat dan
diberi pengobatan dengan penisilin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000
U/kgBB selama 7 hari.
Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau
dengan garam fisiologik setiap 1,4 jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap 1/4
jam. .untuk antibiotiknya dapat diberikan ceftriaxone 1 gr IM dosis tunggal. Bila
kornea terkena atau tidak dapat ditetntukan karena pembengkakan kelopak hebat
dan kemosis, pasien dirawat dan diterapi dengan ceftriaxone 1 gr IV tiap 12 jam
sampai 24 jam. Lamanya terapi tergantung respone klinis. Pada penderita alergi
pada penisilin dapat diberikan ciprofloxacin 2 x 500 mg peroral atau Ofloxacin 2
x 400 mg Peroral(Fluoroquinolone kontraindikasi pada kehamilan dan anak2).
Kemudian salep diberikan setiap 5 menit sampai 30 menit. Disusul pemberian
salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Pada
stadium penyembuhan semua gejala sangat berkurang. Pengobatan diberhentikan
bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali
berturut-turut negatif.
2. Konjungtivitis Viral
a. Etiologi
Biasanya disebabkan Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Klamidia, New castle, Pikorna, Enterovirus, dan sebagainya.
b. Manifestasi Klinis
Terdapat sedikit kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, injeksi, nodul
preaurikular bisa nyeri atau tidak, serta kadang disertai sakit tenggorok dan
demam. Yang disebabkan Adenovirus biasanya berjalan akut, terutama mengenai
anak-anak dan disebarkan melalui droplet atau kolam renang.
Konjungtivitis herpes simpleks sering terjadi pada anak kecil, memberikan
gejala injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Terjadi
pada infeksi primer herpes simpleks atau episode rekuren herpes okuler.
Gambar Konjungtivitis Viral
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa dengan pewarnaan
Giemsa, kultur virus, dan sel inklusi intranuklear.
d. Komplikasi
Keratitis. Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak;
neuralgia; katarak; glaukoma; kelumpuhan saraf IlI, IV, VI; atrofi saraf optik; dan
kebutaan.
e. Penatalaksanaan
Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan
untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh
dengan sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat
hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.
Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat
sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres,
astringen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat diberikan antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal.
Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400
mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat
episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat
mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik untuk
menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika
terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara mengoles salep pada
ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24 jam.
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesis
Anamnesis didapatkan secara autoanamnesis dan pemeriksaan fisik
dilakukan pada tanggal 23 Maret 2013 di Poli Mata RSUD AWS.
Identitas Pasien
Nama : Ny. DJ
Umur : 79 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Sempaja Gg Rapak benuang Indah
Keluhan utama: Merah pada mata kanan dan kiri
Riwayat penyakit sekarang:
Merah pada mata kanan dan kiri dialami pasien sejak 2 hari yang lalu
diawali mata yang kiri kemudian terkena mata kanan sebelum paien berobat ke
Poli Mata, keluhan terasa lebih berat pada mata sebelah kiri. Merah pada mata
tiba-tiba saja dialami pasien saat bangun tidur pagi hari, disertai dengan mata
berair, Serta keluarnya sedikit kotoran mata saat pagi hari. Pasien tidak
mengeluhkan sillau pada mata kanan dan kiri pasien. Keluhan disertai Nyeri, rasa
gatal dan mengganjal yang menyebabkan pasien sering mengucek mata. Pasien
mengaku mengeluhkan demam, batuk serta pilek 3 hari sebelumnya, keluhan
nyeri tenggorokan tidak terlalu dikeluhkan. Tidak ada keluahan nyeri kepala,
mual, muntah. Pasien mengaku belum berobat. Pada mata kiri juga dirasakan
kelopak mata yang terasa lebih kecil dan sulit untuk mengangkat kelopak mata
tersebut, menurut pengakuan pasien dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.
Pasien juga merasakan kabur pada matanyaseperti ada yang menghalangi
sejak 2 tahun yang lalu, pada mata sebelah kiri kemudian pada mata sebelah
kanan seperti melihat kabut, awalnya terjadi pandangan kabur perlahan-lahan dan
timbul bercak putih pada mata pasien. Pasien juga mengeluhkan pandangan kabur
pada penglihatan jarak dekat sejak 1 tahun yang lalu. Pernah berobat sebelumnya
ke Poli mata dengan keluhan pandangan kabur dan disarankan untuk dilakukan
oprasi tetapi pasien menolak.
Pasien tidak mengeluhkan adanya benturan pada matanya. Pasien rutin
mengkonsumsi obat-obatan jantung.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Pasien memiliki riwayat penyakit jantung
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga dengan penyakit yang sama
Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : baik
Kesadaran : kompos mentis
Status Generalisata
Kepala dan leher : dalam batas normal
Thoraks : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Status Oftalmologi
Pemeriksaan Okuli dekstra Okuli sinistra
Visus
Pergerakan bola mata
Silia
Palpebra superior
Palpebra inferior
6/15
Baik ke segala arah
Tidak ada kelainan
edema (-)
edema (-)
6/15
Baik ke segala arah
Tidak ada kelainan
edema (+)hiperemis (+)Ptosis (+)
edema (-)
Konjungtiva tarsus
Konjungtiva bulbi
Kornea
COA
Pupil
Iris
Lensa
TIO (palpasi)
Tidak ada kelainan
Sekret serous Injeksi Konjungtivitis (+)Folikel (-), papil (-)pseudomembran (-)
Jernih
Kedalaman cukup
Bulat, regular, 3 mm, refleks cahaya langsung (+)
Warna coklat
Keruh
normal
hiperemis (-)
Tidak ada kelainan
Sekret serous,Injeksi Konjungtivitis (+)Folikel (-), papil (-)Pseudomembran (-)
Jernih
Kedalaman cukup
Bulat, regular, 3 mm, refleks cahaya langsung (+),
Warna coklat
Keruh
normal
Diagnosis Banding:
Konjungtivitis virus
Konjungtivitis Bakteri
Diagnosis kerja:
Konjungtivitis virus occuli Dextra et Sinistra + Ptosis Occuli Sinistra + Katarak
Imatur Occuli Dextra Et Sinistra
PENATALAKSANAAN:
Planning :
Diagnostik : Pemeriksaan sekret mata
Terapi : - Floxacin eye drop 8 gtt 1 ODS
- Meloxicam 1x15mg
Monitoring :
Kontrol 3 hari lagi untuk melihat perbaikan gejala pada mata yaitu mata
merah,mata berair, menular kemata yang sehat atau tidak, penurunan
visus, papil serta folikelnya.
Edukasi :
Edukasi bahwa konjungtivitis virus mudah menular, sehingga sebelum
dan sesudah membersihkan mata penderita harus mencuci tangan dengan
bersih
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah
lainnya
Jangan mengucek mata
Periksa visus mata untuk disarankan menggunakan kaca mata
PROGNOSIS:
At vitam : bonam
At functionam : bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Ny.DJ usia 79 tahun datang dengan keluhan utama Merah pada mata
kiri dan kanan dialami pasien sejak 2 hari sebelum berobat ke Poli Mata
RS.Umum. Merah pada mata kiri tiba-tiba saja dialami pasien saat bangun tidur,
disertai dengan mata berair, Serta keluarnya sedikit kotoran mata saat pagi hari.
Keluhan disertai rasa gatal dan mengganjal yang menyebabkan pasien sering
mengucek mata. Pasien mengaku belum melakukan pengobatan pada matanya
tersebut.
Secara teori, gejala awal pada pasien dengan konjungtivitis adalah seperti
ada benda asing, sensasi penuh di sekitar mata, gatal, hiperemia, lengket waktu
pagi, epifora serta bengkak pada kelopak mata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
1. Hiperemia konjungtiva : konjungtiva berwarna merah oleh karena pengisian
pembuluh darah konjungtiva dalam keadaan normal kosong
2. Epifora : keluarnya air mata berlebihan
3. Bleparospasme : nyeri pada mata
Diagnosis pada pasien ini ditegakan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yaitu konjungtivitis vitus. Konjungtivitis virus dapat
didiagnosis banding dengan konjungtivitis bakteri, perbedaannya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Keluhan Konjungtivitis virus Konjungtivitis Bakteri
Gatal minimal Minimal
Hiperemia umum Umum
Air mata profuses Edang
Eksudasi minimal Mengucur
Injeksi konjungtiva Sedang Mencolok
Hemoragi + +
Khemosis +/- +
Eksudat Jarang.serous Purulen atau
mukopurulen
Pseudomembran +/- +/-
Papil - +/-
Folikel + -
Nodus preaurikuler ++ +
Pewarnaan kerokan dan
eksudat
monosit Bakteri, PMN
Penatalaksanaan pada pasien adalah diberikan floxa 8 tetes pada mata kiri
dan kanan, meloxicam 1x7,5 mg.
Floxa mengandung ofloxacin 3 mg, yang termasuk dalam golongan
antibiotik Quinolon. Sedian ini adalah antibiotik Ofloxacin 3,00 mg yang
merupakan tetes mata steril yang berwarna kuning muda yang secara spesifik
digunakan untuk mengobati infeksi luar pada mata. Obat ini memiliki akifitas
bakterisid terutama pada bakteri gram negative seperti Pseudomonas aeruginosa,
Enterobacter aerogenes, Proteus dan Klebsiella sp, bekerja dengan cara
menghambat sintesis protein sel bakteri tersebut juga terhadap strain yang
sensitive dari Staphylococci termasuk S.aureus dan S.epdermidis (koagulase
positif dan koagulase negative termasuk strain yang tahan Penicilinase).
Streptococci termasuk juga beberapa spesies non-haemolytic dan beberapa jenis
streptococcus pneumonia. Floxa diindikasikan untuk mengobati infeksi pada mata
yang disebabkan oleh bakteri yang sensitive. Pemakaian floxa dengan dosis 1-2
tetes setiap 4-6 jam. Dosis dapat ditingkatkan 1-2 tetes tiap 2 jam selama 24-48
jam pertama. Kemudian frekuensi harus diturunkan bertahap sesuai tanda-tanda
perbaikan klinis. Pada pasien ini pemberian Floxa sudah tepat. Floxa digunakan
untuk mengurangi terjadinya infeksi sekunder dari konjungtivitis, karena pada
pasien sudah menular ke mata yang sehat.
Selain itu juga diberikan meloxicam yang merupakan obat anti inflamasi
non steroid yang berfungsi sebagai analgesik. Karena konjungtivitis adalah suatu
proses peradangan pada konjungtiva maka meloxicam diharapkan mampu
mengurangi proses peradangan yang terjadi di konjungtiva tersebut dan
mengurangi nyeri, tanpa menimbulkan efek samping eksaserbasi penyakit seperti
yang dikhawatirkan dengan penggunaan steroid. Dosis meloxicam yang
dianjurkan adalah 7,5 mg sekali sehari, dengan dosis maksimal 15 mg per hari.
Pemberian meloxicam pada pasien sudah tepat indikasi dan dosis pemberian.
Pada konjungtivits virus sebenarnya pengobatan hanya bersifat suportif,
berupa kompres dapat diberikan larutan astringen agar senantiasa bersih sehingga
infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi serta untuk mengatasi kekeringan dan
rasa tidak nyaman di mata. Pasien juga diedukasi tentang konjungtivitis virus
mudah menular, sehingga sebelum dan sesudah membersihkan mata penderita
harus mencuci tangan dengan bersih, Jangan menggunakan handuk atau lap
bersama dengan penghuni rumah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
American Optometric Association. 2004. Care of the Patient with Retinal
Detachment and Related Peripheral Vitreoretinal Disease. (Online)
http://www.aoa.org/documents/CPG-13.pdf, diakses pada 19 Maret 2012.
D’Amico DJ. Primary Retinal Detachment. N Engl J Med 2008;359:2346-54.
Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Indonesia. hal: 179-199.
Larkin GL. 2010. Retinal Detachment. (Online)
http://emedicine.medscape.com/article/798501-overview, diakses pada 19
Maret 2012.
Pennine Acute Hospitals. 2011. Retinal Detachment including Cryotherapy and
Sclera Buckle Surgery. (Online) http://www.pat.nhs.uk, diakses pada 19
Maret 2012.
Wu L, Evans T. 2011. Rhegmatogenous Retinal Detachment. (Online)
http://emedicine.medscape.com/article/1224737-overview, diakses pada 19
Maret 2012.