Oleh:
Dendy Vidianto
D24070154
Bimbingan:
Ir. Lilis Khotijah, M.Si.
Dr. Ir. Dwierra Evvyernie Amirroenas, MS, M., Sc
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
SUPLEMENTASI TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI DALAM
RANSUM AKHIR KEBUNTINGAN TERHADAP PERFORMA
REPRODUKSI INDUK DAN PERTUMBUHAN
ANAK PRA SAPIH DOMBA LOKAL
Domba bersifat prolifik
Produktifitas domba lokal selama ini masih rendah.
Bobot lahir anak yang rendah dan tingkat mortalitas yang tinggi
Kebutuhan nutrien pada akhir kebuntingan dan laktasi kurang karena dibutuhkan nutrien yang lebih tinggi dibandingkan fase lainnya.
Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah suplementasi pakan sumber protein tinggi.
Bahan yang sering dipakai sebagai sumber protein adalah bungkil kedelai dan tepung ikan.
Latar Belakang
Mengkaji pengaruh ransum dengan sumber protein tepung ikan dan bungkil kedelai pada
domba akhir kebuntingan terhadap penampilan induk dan anak pra
sapih domba lokal.
Tujuan
MATERI DAN METODE
• LOKASI DAN WAKTU
• TERNAK
• Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap
pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
• Bulan Maret-Juni 2011
Domba yang terdiri atas 15
ekor domba betina akhir
kebuntingan dengan rata-rata
17,27±8,29 hari sebelum
melahirkan dan rata-rata bobot
awal 25±2,90 kg.
• PAKAN
• Terdiri dari rumput lapang dan konsentrat komersil dari CV.
Tani Mulya Cibinong, Bogor
• Imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 40 : 60.
Bahan Pakan Ransum Penelitian
P1 P2 P3
------- % -------
Konsentrat Komersil 60 54 51
Rumput Lapang 40 40 40
Tepung Ikan 0 6 0
Bungkil kedelai 0 0 9
Tabel 1. Komposisi Bahan Makanan Ransum Penelitian
Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian*
Keterangan : *) Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB
(2010). P1 : ransum komersil, P2 : ransum komersil + 10% tepung ikan, P3 :
ransum komersil + 15% bungkil kedelai. BK : Bahan Kering, PK : Protein
Kasar, LK : Lemak Kasar, SK : Serat Kasar, TDN : Total Digestibility
Nutrient, Ca : kalsium, P : Phospor.
Zat Makanan Perlakuan
P1 P2 P3
----------- % BK ----------
BK 61,05 55,54 58,05
Abu 11,69 9,69 12,71
PK 14,29 17,69 19,92
LK 5,88 2,66 2,36
SK 18,73 18,96 18,22
Beta-N 49,41 51,00 46,80
TDN 67,71 74,90 69,86
Ca 0,64 1,06 1,90
P 0,57 0,34 1,32
PERLAKUAN
P1 = ransum komersil. P2 = ransum komersil + 10% tepung ikan. P3 =ransum komersil + 15% bungkil kedelai.
Rancangan Percobaan
Peubah yang Diamati
1. Konsumsi pakan induk
2. Konsumsi air minum
3. Litter size
4. Lambing rate
5. Rasio jenis kelamin anak
6. Rasio kelahiran kembar dan tunggal
7. Efisiensi penggunaan pakan pada akhir kebuntingan
8. Bobot induk saat setelah melahirkan
9. Bobot lahir anak
10. Mortalitas anak sampai sapih
11. Bobot sapih induk dan anak
12. PBB induk akhir kebuntingan
13. Penyusutan bobot badan induk laktasi
14. PBB anak sampai sapih
15. Produksi susu
1. Deskriptif
2. Analisa ragam (Analysis of Variance)
dan bila terjadi perbedaan
dilanjutkan dengan Uji Kontras
Ortogonal (Steel dan Torrie, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik 1. Konsumsi Bahan Kering Ransum Induk Domba yang Mendapat
Perlakuan Berbeda Selama Akhir Kebuntingan dan Laktasi
Rataan = 2,88 %BB rataan = 3,03 % BB P>0,05
Diduga dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan induk yang belum tercukupi sehingga diperlukan kuantitas yang lebih tinggi
Domba status akhir kebuntingan mempunyai rongga perut yang lebih kecil untuk menampung pakan yang dikonsumsi karena bersaing dengan perkembangan fetus (Oor et. al., 1983)
Kebutuhan domba laktasi mengalami peningkatan akibat kebutuhan produksi susu, perbaikan jaringan reproduksi setelah melahirkan dan mempersiapkan perkawinan selanjutnya (NRC, 1985)
Grafik 2. Konsumsi Air Minum Induk Domba yang Mendapat Perlakuan
Berbeda Selama Akhir kebuntingan dan Laktasi
P>0,05 Markwick (2007), konsumsi air pada domba sekitar 2-4 l/e/h
Tabel 3. Konsumsi Zat Makanan Selama Akhir Kebuntingan dan
Laktasi
Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum komersil + 10% tepung ikan, P3 : ransum
komersil + 15% bungkil kedelai. , BK = Bahan Kering, LK = Lemak Kasar, PK = Protein
Kasar, SK = Serat Kasar, Ca = Kalsium, P = Phosphor, TDN = Total Digestible Nutrient.
Perlakuan Satuan Zat Makanan
BK Abu LK PK SK Ca P TDN
Akhir Kebuntingan
P1 g/e/h 787,96 75,86 44,93 105,92 159,81 4,15 3,05 348,77
P2 g/e/h 735,09 61,68 26,07 115,98 149,58 6,02 1,82 363,88
P3 g/e/h 717,78 74,79 24,00 123,93 142,50 9,93 6,48 332,35
Laktasi
P1 g/e/h 968,90 96,60 55,53 131,61 194,02 5,27 4,04 454,82
P2 g/e/h 890,36 76,13 30,59 142,60 179,64 7,57 2,31 459,91
P3 g/e/h 879,52 95,92 27,56 156,81 171,56 13,13 8,72 436,92
rataan: 115,28 g/e/h
rataan :143,67 g/e/h
Domba akhir kebuntingan membutuhkan PK 11,6%, sedangkan laktasi membutuhkan PK 14,6% (NRC, 1985)
Tabel 4. Penampilan Reproduksi Induk Domba.
Keterangan : P1 : ransum komersil, P2 : ransum komersil + 10% tepung ikan, P3 :
ransum komersil + 15% bungkil kedelai. ♂ = Jantan, ♀ = Betina.
Peubah Perlakuan
P1 P2 P3
Jumlah Induk Awal (ekor) 5 5 5
Jumlah Anak (ekor) 7 6 7
Lambing Rate (%) 140 120 140
Litter size 1,4±0,55 1,2±0,45 1,4±0,89
Rasio ♂ : ♀ anak (%) 57 : 43 83 : 17 71 : 29
Rasio Tunggal : Kembar (%) 60 : 40 80 : 20 80 : 20
25,2
24,2 24,2
22,4
24,624,8
24,4
23,4
25,6
23,423,2
23,4
20
21
22
23
24
25
26
Bobot Awal Bobot Sesaat SetelahMelahirkan
1 Bulan Laktasi Bobot Sapih
kg P1
P2
P3
Grafik 3. Bobot Induk Akhir Kebuntingan dan Laktasi
Akhir Kebuntingan LAKTASI
P>0,05
Induk domba mengalami pemulihan pasca melahirkan. Selama laktasi penggunaan nutrien domba lebih diprioritaskan untuk pembentukan susu dibandingkan proses lainnya (Gatenby, 1986)
Rataan : 23,07 ± 3,28 kg/e
Rataan : 24,13 ± 2,92 kg/e
Grafik 4. Efisiensi Ransum Induk akhir Kebuntingan
P>0,05 Diduga dipengaruhi oleh kecernaan bahan
pakan, kecukupan nutrisi, bahan pakan
yang dikonsumsi (Cambell dan Lasley,
1985)
Grafik 5. Pertambahan Bobot Badan Induk Akhir Kebuntingan
Di duga dipengaruhi
Perkembangan dan jumlah fetus
terdapat di dalam kandungan dan
tingkat konsumsi pakan
P>0,05
Grafik 6. Penyusutan Bobot Badan Induk Laktasi
Sesuai dengan penelitian Mathius et. al., (2003), peningkatan kadar protein pakan tidak menurunkan bobot hidup induk.
P>0,05
Grafik 7. Bobot Anak lahir sampai sapih
Sesuai dengan penelitian Mathius et. al., (2003), peningkatan kadar protein pakan meningkatkan produksi susu (Tabel 9) sehingga meningkatkan bobot sapih anak.
P>0,05
rataan : 2,67±0,72 kg/e rataan : 10,19 ± 2,84 kg/e
Grafik 8. Pertambahan Bobot Badan Anak
Diduga dipengaruhi oleh produksi susu pada minggu 5-8 mengalami penurunan (Dove, 1988), dan anak telah mampu mengkonsumsi nutrisi dari ransum induk (Raharjo, 2008). Sehingga menurunkan PBB anak minggu ke 5-8.
Produksi air susu induk dan nutrisi pakan yang konsumsi
P>0,05
Grafik 9. Produksi Susu Induk
Sejalan dengan penelitian Mathius et. al., (2003), peningkatan kadar energi dan protein pakan akan meningkatkan produksi susu
P>0,05
Grafik 10. Mortalitas Anak Sampai Sapih
Pada perlakuan P3 anak domba
mengalami abnormal sebesar
14,22% karena induk tidak
menyusui salahsatu anak kembar
tiga. Hal ini diduga tingkat
kompetisi anak dalam memperoleh
susu induk tinggi sehingga
kebutuhan nutrien anak kurang.
KESIMPULAN Performa reproduksi induk
domba dengan pemberian ransum sumber protein tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap penampilan reproduksi dan
produksi induk serta produksi anak.
Campbell, J.R. & J.F. Lasley. 1985. TheScience of Animal that Serve Humanity.3rd Ed.
Mc Graw – Hill Inc., New York.
Dove, H. 1988. Estimating the Intake of Milk by Lambs, From the Turn Over Of
Deuterium Ortritium-labelled Water. British Journal of Nutrition 60, 375-387.
Gatenby, R.M. 1986. Sheep. The Tropical Agriculturalist. McMillan Education Ltd,
London
Orr, R.J., J.E. Newton & C.A. Jackson. 1983. The intake and performance of ewes
offered concentrate and grass silage in late pregnancy. Anim. Prod. 36: 21-27.
Markwick, G. 2007. Water requirements for sheep and cattle. NSW departement of
Primary Industries. New South Wales.
Matthius, I.W., Sastradipradja, D., Sutardi, T., Natasasmita, A. Sofyan, L. A., &
Sihombing, D.T. H. 2003. Studi Strategi Kebutuhan Energi-Protein Untuk
Domba Lokal : Induk Fase Laktasi. Jurnal LIPI Vol. 8 No. 1.
National Research Council (NRC). 1985. Effect of Environment on nutrient
requirements of domestic animals. National Academy Press,Washington.
Raharjo, P.P., 2008. Produksi susu induk domba lokal pada tipe kelahiran dan umur
berbeda di UP3 Jonggol. Skripsi. Fakultas Perternakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Steel. R. G. D., & J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan PT.
Gramedia. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA