Top Banner
I. PENDAHULUAN 1.1. Lokasi dan Letak Geografis Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis (BPPT-SP) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang bergerak dibidang perbibitan. Lokasi BPPT- SP Ciamis terletak di Dusun Kidul Blok Jentir, Desa Cijeungjing, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Balai ini berjarak 700 meter dari jalan raya Ciamis-Banjar dan 250 m dari pemukiman penduduk sehingga mudah dijangkau oleh transportasi, juga didukung dengan tersedianya air bersih yang berasal dari sumur-sumur yang dibangun pada setiap kandang. BPPT-SP Ciamis memiliki luas areal 13 ha dengan topografi areal datar-landai dengan ketinggian 224 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lahan 2 o -7 o . Lokasi balai ini memiliki suhu udara berkisar antara 28 0 -32 0 C, kelembaban rata-rata 60-70% dan curah hujan berkisar antara 1.680 mm/tahun. Jarak dari pusat kota Kabupaten Ciamis ke lokasi BPPT sekitar 7 km. 1.2. Identitas dan Sejarah Pendirian Permintaan terhadap daging asal sapi yang dihasilkan di Jawa Barat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun sayang tingginya permintaan tersebut belum dapat terpenuhi karena produksi belum mencukupi. Pada akhirnya untuk mengatasi permasalahan ini maka didatangkan sapi potong lokal dari luar daerah maupun sapi potong impor untuk memenuhi kebutuhan di Jawa Barat.
48

Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

Mar 30, 2023

Download

Documents

Kharis Mustofa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Lokasi dan Letak Geografis

Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis (BPPT-SP)

merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas

Peternakan Provinsi Jawa Barat yang bergerak dibidang perbibitan. Lokasi BPPT-

SP Ciamis terletak di Dusun Kidul Blok Jentir, Desa Cijeungjing, Kecamatan

Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Balai ini berjarak 700 meter dari jalan raya

Ciamis-Banjar dan 250 m dari pemukiman penduduk sehingga mudah dijangkau

oleh transportasi, juga didukung dengan tersedianya air bersih yang berasal dari

sumur-sumur yang dibangun pada setiap kandang. BPPT-SP Ciamis memiliki luas

areal 13 ha dengan topografi areal datar-landai dengan ketinggian 224 meter

diatas permukaan laut dan kemiringan lahan 2o-7

o. Lokasi balai ini memiliki suhu

udara berkisar antara 280-32

0 C, kelembaban rata-rata 60-70% dan curah hujan

berkisar antara 1.680 mm/tahun. Jarak dari pusat kota Kabupaten Ciamis ke lokasi

BPPT sekitar 7 km.

1.2. Identitas dan Sejarah Pendirian

Permintaan terhadap daging asal sapi yang dihasilkan di Jawa Barat

semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun sayang tingginya permintaan

tersebut belum dapat terpenuhi karena produksi belum mencukupi. Pada akhirnya

untuk mengatasi permasalahan ini maka didatangkan sapi potong lokal dari luar

daerah maupun sapi potong impor untuk memenuhi kebutuhan di Jawa Barat.

Page 2: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

2

Provinsi Jawa Barat melalui Dinas peternakan, berupaya memenuhi

kebutuhan daging sapi di wilayah Jawa Barat. Usaha pemenuhan daging sapi

tersebut salah satunya dengan mendirikan UPTD BPPT-SP Ciamis. Tujuan

pendirian UPTD BPPT-SP Ciamis antara lain untuk mewujudkan peningkatan

produksi dan penyuluhan serta penerapan teknologi tepat guna, mewujudkan

peningkatan dan pemenuhan sarana dan prasarana peternakan, meningkatkan

kualitas sumber daya manusia peternak dan pendapatan peternak, mengurangi

ketergantungan importasi, dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, juga untuk

menghadapi globalisasi dan peningkatan daya saing produk ternak dalam negeri.

UPTD BPPT-SP Ciamis didirikan pada tanggal 13 Mei 2003 oleh dinas

peternakan Provinsi Jawa Barat serta di resmikan oleh Gubernur Jawa Barat R.

Nuriana.

1.3. Struktur Organisasi

Suatu struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian

wewenang atau tugas yang jelas. Fungsi pembagian tugas adalah untuk

menumbuhkan para karyawan dalam bekerja serta menumbuhkan tanggung jawab

pada diri mereka. Sesuai dengan keputusan Gubernur Jawa Barat No. 54 Tahun

2002 tentang tugas pokok pada Unit Pelayanan Teknis Dinas di lingkungan Dinas

Peternakan Provinsi Jawa Barat pasal 11, 12, 13, dan 14 disebutkan struktur

organisasi sebagai berikut :

Page 3: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

3

1. Kepala balai

Kepala balai mempunyai tugas pokok memimpin, mengkordinasikan, dan

mengendalikan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi

Potong.

2. Sub-bagian tata usaha

Sub-bagian tata usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan

penyusunan rencana kerja, pengolahan administrasi, kepegawaian, keuangan,

perlengkapan, dan laporan hasil kegiatan.

3. Seksi pengujian

Seksi pengujian mempunyai tugas pokok melaksanakan pengujian mutu

bibit dan teknologi di bidang sapi potong serta hijauan pakan.

4. Seksi pengembangan

Seksi pengembangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengolahan

dan pengembangan bibit ternak potong dan hijauan pakan.

5. Instalasi

Instalasi adalah bagian dari BPPT-SP Ciamis yang berupa laboratorium

penyimpanan semen beku pejantan.

6. Kelompok jabatan fungsional

Kelompok jabatan fungsional tidak mempunyai jabatan resmi

dibandingkan dengan kepala balai, kepala sub-bagian tata usaha dan lain-lain.

Kelompok jabatan fungsional terdiri dari tenaga kesehatan hewan dan

paramedik.

Page 4: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

4

Kelompok Jabatan

Fungsional

Kepala Sub Bagian

Tata Usahal

Struktur personalia balai yaitu :

1. Kepala Balai : Drh. Susanto

2. Kelompok Jabatan Fungsional : Drh. Iting Kurniasih

3. Kepala Sub Bagian Tata Usaha : Egis Sugiat

4. Kepala Seksi Pengembangan : Ir. Wawan Hermawan

5. Kepala Seksi Pengujian : Drh. Iin Indasari

Gambar 1. Struktur Organisasi BPPT-SP Ciamis

1.4. Tenaga Kerja

Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong (BPPT-SP) Ciamis

memiliki pegawai sebanyak 49 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu

pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 20 orang dan sisanya 29 orang sebagai

tenaga harian lepas (THL) seperti yang tertera pada Tabel 1.

Kepala Balai

Kepala Seksi

Pengembangan Kepala Pengujian

Instansi

Page 5: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

5

Tabel 1. Pegawai dan tingkat pendidikan di BPPT-SP Ciamis

No Status S1 S2 S3 D3 SLTA SLTP SD Paket

C

Jumlah

(orang)

1. PNS 2 1 3 3 4 - 3 4 20

2

Jumlah

THL

-

2

-

1

-

3

-

3

6

10

6

6

17

20

-

4

29

49

Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015

Waktu kerja di BPPT-SP Ciamis dimulai pada pukul 05.30-15.00 WIB,

dengan waktu istirahat dimulai pukul 11.00-13.00 WIB, dan waktu libur untuk

karyawan THL satu hari untuk setiap minggunya. Selain waktu kerja, karyawan

untuk kegiatan piket malam yang dilaksanakan secara bergantian. Karyawan yang

melaksanakan piket malam akan mendapat libur untuk keesokan harinya. Hari

libur tenaga kerja hanya satu hari dan dilakukan secara bergilir sesuai dengan

jadwal dari bagian administrasi. Daftar kegiatan harian karyawan di BPPT-SP

Ciamis dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 6: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

6

Tabel 2. Jadwal kegiatan harian di BPPT-SP Ciamis

No Waktu (WIB) Kegiatan

1 05.30 - 07.00

-Membersihkan kandang

-Menyodok lantai kandang

-Menyapu lantai kandang

-Membersihkan bak pakan

2 07.00 – 08.30 -Memberi pakan hijauan

3 08.30 – 09.00

-Memberi pakan konsentrat

-Mengkontrol ternak

4 09.00 – 11.00

-Mencari rumput di ladang HMT

-Mengontrol ternak

5 11.00 – 13.00 -Istirahat

6

13.00 – 14.00

-Membersihkan kandang

-Menyodok lantai kandang

-Menyapu lantai kandang

-Memberi pakan konsentrat

7 14.00 – 15.00 -Memberi pakan hijauan

Keterangan : *Pembersihan bak air minum dilakukan minimal 1 kali dalam seminggu tergantung dari

keadaan bak air (tergantung dari kebijakan karyawan).

Sumber: UPTD BPPT-SP Ciamis 2015.

1.5. Kandang Pemeliharaan

Kandang ternak sapi potong adalah satu hal yang sangat penting dalam

suatu peternakan sapi. Kandang ternak sapi adalah suatu bangunan yang berfungsi

sebagai pelindung bagi ternak sapi dari kondisi lingkungan yang kurang

menguntungkan seperti hujan, angin kencang, banjir, udara dingin dan terik

matahari, maupun terhadap ancaman binatang buas dan gangguan pencuri.

Kandang juga sebagai penunjang produktivitas, kandang ternak sapi dirancang

agar memudahkan pemeliharaan dan pengawasan ternak baik masalah kesehatan,

produksi dan reproduksi. Luas kandang dan kapasitasnya disajikan pada Tabel 3.

Page 7: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

7

Tabel 3. Ukuran dan kapasitas kandang

Kandang Penggunaan

Ukuran

Kandang

(m)

Luas

Kandang

(m2)

Daya Tampung Sapi (ekor)

A Kandang bibit

60 x 9,6 576 49 (20 pen x 2 ekor)

B

Kandang sapi

dara

20,28 x 3.6

73,008

28 (8 pen x 3 ekor)

C1 Kandang beranak

30 x 2,2 66 30 (30 pen x 1 ekor)

C2 Kandang beranak 18 x 2,2 39,6 24 (12 pen x 1 ekor +

anak)

C3 Kandang beranak

12 x 2,2 26,4 15 (8 pen x 1 ekor + anak)

D

Kandang

pembesaran

31,4 x 5,7

178,98

40 (40 pen x 1 ekor)

E

Kandang pejantan

pasundan

12 x 2,2

26,4

4 (4 pen x 1 ekor)

F1 Kandang pejantan

30 x 2,2 66 10 (10 pen x 1 ekor)

F2 Kandang pejantan

12 x 2,2 26,4 4 (4 pen x 1 ekor)

F3 Kandang pejantan

18 x 2,2 39,6 6 (6 pen x 1 ekor)

F4 Kandang pejantan

8 x 2.2 17,6 4 (4 pen x 1 ekor)

G1

Kandang calon

bibit

24 x 2,2

39,6

16 (8 pen x 2 ekor)

G2

Kandang pejantan

muda

36 x 2,2

79,2

18 (18 pen x 1 ekor)

G3

Kandang sapi

Pasundan calon

bibit

40 x 2,2

88

41 (8 pen x 5 ekor)

G4

Kandang calon

bibit (PO)

48 x 2,2

105,6

34 (12 pen x 3 ekor)

H1,H2 Kandang lepas

sapih

8 x 2,2 17,7

14 (1 pen x 14 ekor)

Mini

Ranch

Kandang sapi

muda

15,5 x 3,86

59,83

17 (2 pen x 9 ekor)

Isolasi

Kandang sapi

dalam rekondisi

12 x 2,2 26,4 -(4 pen x 1 ekor)

Sumber: BPPT-SP Ciamis, 2015

Page 8: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

8

Tipe kandang yang digunakan di BPPT-SP Ciamis adalah kandang

individu dan koloni. Kandang pemeliharaan di BPPT-SP terdiri dari kandang A,

B, C, D, E, F1, F2, F3, F4, G1, G2, G3, H1, H2, mini ranch, dan isolasi. Kandang

pemeliharaan yang digunakan di BPPT ini juga dilengkapi dengan alley, atau

jalan diantara petak dalam tiap blok, lebar alley antara 1-1,5 meter, disamping itu

kandang juga dilengkapi dengan jalan yang menghubungkan kandang satu dengan

kandang yang lain sehingga memudahkan ternak yang akan dipindahkan dari satu

kandang ke kandang lainnya. Denah kandang tertera pada Lampiran 1.

1.6. Sarana dan Prasarana

Luas lahan UPTD BPPT-SP Ciamis adalah 80.360 m2 dengan sertifikat

Hak Pakai Nomor 12 tahun 2002, atas nama Provinsi Jawa Barat Dinas

Peternakan Jawa Barat. Balai perbibitan ini memiliki fasilitas bangunan, jalan, dan

sarana pendukung lainnya seperti pada Tabel 4 dan 5.

Page 9: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

9

Tabel 4. Fasilitas bangunan, jalan dan pendukung di UPTD BPPT-SP Ciamis

No Jenis Bangunan Luas (m2) Keterangan

1 Barang Kantor 100 1 Unit

2 Rumah Dinas t 54 54 1 Unit

3 Rumah Dinas t 36 72 2 Unit

4 Rumah Dinas T 21 84 4 Unit

5 Gedung Konsentrat dan Barang 144 3 lokal

6 Gudang HMT 110 2 Unit

7 Bunker Silo 75 5 lokal

8 Kandang Jepit - 1 unit

9 Gudang Kompos 35 2 unit

10 Tempat Timbangan 25 1 Unit

11 Bak Penampungan 20 1 Unit

12 Ruang Pertemuan 36 1 Unit

13 Jalan 400 1 Unit

14 Saluran Limbah 250 1 Lokal

15 Musholla 54 1 Lokal

16 Mess 100 1 Lokal

17 Tempat Penampungan Semen 54 1 Lokal

Sumber : Bagian tata usaha UPTD BPPT-SP Ciamis, 2015

Sarana pendukung produksi yang ada di BPPT-SP Ciamis, terdiri dari alat

transportasi, peralatan HMT, peralatan kandang, peralatan laboratorium, IB dan

semen beku, serta peralatan kantor, seperti tertera pada Tabel 5.

Page 10: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

10

Tabel 5. Sarana pendukung produksi di BPPT-SP Ciamis

No Nama Barang Jumlah Keterangan

1 Kendaraan roda 4 2 Unit

2 Chopper 1 Unit

3 Mesin Potong Rumput 1 Unit

4 Genset 1 Unit

5 Kereta Dorong 6 Buah

6 Peralatan Peternakan 1 Unit

7 Peralatan Diaknistik Klinik 1 Unit

8 Peralatan Kantor 1 Unit

9 Obat Hewan 1 Unit

10 Bahan kimia 1 Unit

11 Container 3 Buah

12 Dummy Cow 1 Buah

13 Filling Kabinet 3 Buah

14 Tempat tidur dan kasur 11 Set

15

16

17

18

Kursi Lipat

Cattle Yard

Gang Way

Loading Chute

30

1

1

1

Set

Unit

Unit

Unit

Sumber : Bagian Tata Usaha UPTD BPPT-SP Ciamis, 2015

1.7. Bangsa Sapi yang Dipelihara

Bangsa sapi yang dipelihara di UPTD BPPT-SP Ciamis meliputi sapi lokal

dan impor, yaitu sapi Simental, Brahman, Angus, Ongole, Pasundan, dan

Pranakan Ongole. Ciri-ciri dari bangsa sapi yang dipelihara di BPPT-SP Ciamis

tersaji pada Tabel 6.

Page 11: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

11

Tabel 6. Bangsa dan ciri-ciri ternak yang dipelihara di UPTD BPPT-SP Ciamis

No Bangsa sapi Ciri-ciri

1 Simmental Ukuran tubuh besar, pertumbuhan otot bagus,

warna bulu krem agak coklat atau sedikit merah

pada muka dan kaki berwarna putih, ukuran

tanduk kecil.

2 Brahman Warna putih sedikit abu-abu atau kemerahan,

terdapat gelambir dari bawah rahang sanpai

ujung dada bagian depan, badan besar dan

panjang, bepunuk, kepala panjang,telinga besar

dan rebah.

3 Angus Bulu halus, berwarna hitam seluruh tubuh, tidak

bertanduk, leher pendek, telinga pendek,

pnuggung lurus, badan kompak dan padat.

4 Peranakan Ongole Bulu pada umumnya berwarna putih, pada

punduknya berwarna kelabu, tanduk mencuat

kesamping.

5

6

Ongole

Pasundan

Warna putih sedikit abu-abu, terdapat gelambir

dari bawah rahang sampai ujung dada bagian

depan, kepala panjang, telinga kecil dan tagak.

Warna merah keemasan, badan pendek dan

padat, tanduk ke samping atas, sedikit bepunuk

dan bergelambir.

Sumber : Bagian Tata Usaha UPTD BPPT-SP Ciamis, 2015

1.8. Pakan

Kebutuhan pakan setiap ternak berbeda tergantung pada jenis ternak,

umur, fase (pertumbuhan, dewasa bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal,

sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban udara) serta berat

badannya. Menurut Siregar (2009) pemberian pakan yang baik diberikan dengan

perbandingan 60 : 40 (dalam bahan kering ransum), apabila hijauan yang

diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat menjadi 55 : 45 dan hijauan

Page 12: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

12

yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi perbandingan itu dapat menjadi

64 : 36. Pakan hijauan yang diberikan pada ternak diperoleh dari kebun rumput

UPTD BPPT-SP Ciamis. Luas lahan HMT sekitar 8 ha yang ditanami hijauan

(rumput) seperti rumput raja (king grass/pennisetum purpureophoides), rumput

setaria (setaria spacellata), rumput benggala (panicum maximum), rumput gajah

(pennisetum purpureum). Menurut Rukmana (2005), kandungan nutrien rumput

gajah terdiri atas BK 19,9 %, PK 10,2 %, LK 1,6 %, SK 34,2 %, abu 11,7 %,

BETN 42,3 %, dan kandungan nutrien jerami padi padi BK 84,74 %, PK 3,86 %,

SK 34,72 % LK, 0,56 %, abu 12,03 %, TDN 59,0 %, Ca 0,15 %, P 0,02 %.

Namun sebagian besar yang banyak ditanam adalah rumput raja. Menurut Sutardi

(1991) kandungan nutrien rumput raja yaitu BK 15,25 %, SK 26,20 %, PK 13,50

%, TDN 57,0 %, Ca 0,37 %, dan P 0,39%. Hijauan makanan ternak merupakan

bahan pakan yang cukup penting untuk keberlangsungan perbibitan sapi potong.

Produksi hijauan makanan ternak yang dihasilkan UPTD BPPT-SP Ciamis belum

cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak di lokasi tersebut, oleh karena itu

pemberian hijauan yang dilakukan ditambahkan dengan pemberian konsentrat

agar jumlah kebuuhan ternak dan nilai gizi pakan terpenuhi sesuai dengan

kebutuhannya.

Jenis pakan yang diberikan adalah berupa konsentrat dan hijauan segar.

Pakan penguat atau konsentrat adalah pakan yang bernutrisi tinggi dengan serat

kasar yang relatif rendah. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan makanan yang

berasal dari biji-bijian dan hasil ikutan pertanian dan pabrik, berupa : pollard,

dedak, jagung, onggok, bungkil kelapa, kacang hijau. Kebutuhan vitamin dan

Page 13: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

13

mineral diperoleh dari pemberian kapur, ultra mineral, dan vitamin komersial.

Pakan konsentrat di BPPT-SP Ciamis langsung dibeli di perusahaan PT Cargill

Indonesia tepatnya di daerah Kabupaten Grobogan dengan kandungan nutrien

kadar protein minimal 13 %, kadar lemak maksimal 7 %, kadar serat kasar

maksimal 12 %, kadar NDF maksimal 35 %, TDN minimal 70 %, kadar abu

maksimal 12 %, kadar air maksimal 12 %, kalsium 0.8-1.0 %, phosphor 0.6-0.8

%. Sebelumnya di BPPT-SP Ciamis mengolah atau membuat konsentrat sendiri,

namun sering berjalannya waktu dikarenakan harga bahan baku konsentrat yang

fluktuatif atau tidak stabil dan kualitas bahan yang kurang baik maka diputuskan

membeli konsentrat yang sudah jadi secara langsung.

Page 14: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

14

II. METODE

2.1. Materi

Materi yang digunakan terdiri atas :

1. Sapi Brahman, Peranakan ongole, Passundan, Simental, Angus berjumlah 367

ekor yang ditempatkan ke dalam 18 kandang.

2. Perlengkapan kandang meliputi bak air, tempat pakan, tempat minum, sapu

lidi, sekop, kereta pendorong kotoran dan sikat.

3. Pakan ternak yang terdiri dari konsentrat, jerami, dan rumput.

4. Peralatan penulisan ear tag seperti spidol dan ear tag.

5. Mobil pengangkut pakan.

6. Tempat antrian ternak (cattle yard).

7. Tempat bongkar sapi (loading chute).

8. Kandang jepit (crush).

9. Lorong sapi berjalan dari cattle yard (gang way).

10. Timbangan rumput.

11. Alat tulis dan kamera digital untuk dokumentasi.

Jumlah dan status fisiologis sapi di perusahaan selalu berubah, karena

adanya penjualan sapi, mutasi, kelahiran, pengadaan sapi dan kematian. Populasi

sapi secara rinci tertera pada Tabel 7.

Page 15: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

15

Tabel 7. Jumlah dan status fisiologis sapi di BPPT-SP Ciamis Bulan Januari 2015

No. Status Fisiologis Jumlah (ekor)

1.

2.

3.

4.

5.

Meiden Heifer

Cow

Weaner

Calf

Bull

231

50

21

46

19

Jumlah 367

Sumber: UPTD BPPT-SP Ciamis, 2015

2.2. Cara Kerja

Praktik kerja dilakukan dengan cara melakukan kegiatan rutin

pemeliharaan sapi yaitu membersihkan fases dengan penyodok kayu dan kereta

dorong, membersihkan lantai kandang, memberi pakan, serta memberi minum

yang dimulai pada pukul 05.30 WIB – 15.00 WIB dengan jam istirahat pada

pukul 11.00 WIB – 13.00 WIB. Kegiatan insidental yang dilakukan meliputi

pemasangan ear tag, IB, dan penanganan penyakit. Kegiatan penunjang yang

dilakukan dengan cara diskusi serta wawancara untuk memperoleh data yang

dibutuhkan dengan kepala sub bagian tata usaha, karyawan kandang dan

pengamatan langsung di lapangan selama praktik kerja berlangsung.

2.2.1. Kegiatan Rutin

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

2.2.1.1. Tatalaksana Pemeliharaan Pedet Lepas Sapih

2.2.1.2. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Dara

2.2.1.3.Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Bibit

Page 16: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

16

2.2.1.4. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi di Kandang Pembesaran

2.2.2. Kegiatan Insidental

2.2.2.1. Pemasangan Ear Tag

2.2.2.2. Manajemen Reproduksi

2.2.2.2.1. Deteksi Birahi

2.2.2.2.2. Perkawinan

2.2.2.2.3. Service per Conseption (S/C)

2.2.2.3. Kesehatan dan Penyakit Ternak

2.2.3. Kegiatan Penunjang

2.2.3.1. Wawancara dan diskusi

2.3. Waktu dan Tempat

Praktik kerja dilakukan selama satu bulan, yaitu pada tanggal 14 Januari

sampai dengan 12 Februari 2015. Selama praktik kerja, kegiatan dilaksanakan

mulai pukul 05.30 WIB sampai pukul 15.00 WIB dengan jam istirahat antara

jam 11.00 – 13.00 WIB. Praktik kerja dilaksanakan di UPTD BPPT-SP Ciamis

yang berlokasi di Jalan Raya Banjar-Ciamis Dusun kidul Blok Jentir, Desa

Cijeungjing, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.

Page 17: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

17

III. KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Kegiatan Rutin

Kegiatan rutin dilakukan setiap hari dimulai pukul 05.30 WIB sampai

dengan pukul 15.00 WIB, yang diselingi waktu untuk istirahat dari jam 11.00

WIB sampai dengan 13.00 WIB. Kegiatan rutin pada pagi hari meliputi

pembersihan kandang, pembersihan tempat pakan, pemberian hijauan baik jerami

kering maupun rumput segar, dan memberikan konsentrat. Rangkaian kegiatan

rutin ini berlaku di semua kandang. Kegiatan dilanjutkan pada siang hari dari

pukul 13.00 – 15.00 WIB, yaitu kegiatan seperti di pagi hari, hanya saja

pemberian pakan yang kedua berbeda dengan yang dipagi hari. Pemberian pakan

porsi kedua dilakukan pemberian konsentrat dahulu kemudian dilanjut hijauan,

dan pengadukan pakan karena ada sisa pemberian pakan pagi, yang berfungsi agar

pakan tidak asam karena kontaminasi saliva sapi dan untuk menimbulkan aroma,

sehingga menimbulkan selera bagi sapi tersebut untuk kembali makan.

3.1.1. Tatalaksana Pemeliharaan Pedet Lepas Sapih

Proses penyapihan merupakan proses penghentian pemberian susu secara

bertahap hingga pedet sudah tidak diberi susu sama sekali. Pada tahap ini (lepas

sapih), pedet dipelihara dalam kandang kelompok. Pedet yang ada di BPPT-SP

Ciamis akan ditempatkan di kandang lepas sapih sampai umur 7-14 bulan.

Menurut Bamualim dan Wirdahayati (2002) sapi potong umumnya disapih pada

umur 7 bulan. Namun pada penyapihan dini, pedet disapih pada umur 3-6 bulan.

Page 18: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

18

Penyapihan dini merupakan strategi untuk meningkatkan kemampuan hidup dan

mengurangi tingkat kematian, asalkan diiringi dengan pemberian hijauan

berkualitas. Selama pemeliharaan di kandang lepas sapih pedet diberi vitamin

setiap satu bulan sekali.

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dikandang lepas sapih antara lain:

a. Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan tempat minum

Pembersihan lantai kandang dan sisa pakan dilakukan setiap pagi hari

pukul 05.30 WIB dan pukul 13.00 WIB sedangkan pembersihan tempat minum

dilakukan satu minggu sekali.

b. Pemberian pakan

Pemberian pakan hijauan dikandang lepas sapih dilakukan dua kali sehari

pada pukul 07.00 WIB dan pukul 13.30 WIB sedangkan pakan konsentrat

diberikan hanya satu kali pada pukul 09.00 WIB. Jumlah pemberian pakan

hijauan segar rata-rata 15 kg/ekor/hari dan pemberian pakan konsentrat rata-

rata 1,2 kg/ekor/hari. Berat badan rata-rata pedet lepas sapih yang diambil

sebagai sampel yaitu 121,08 kg.

Evaluasi kecukupan pemberian pakan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Evaluasi kecukupan pakan sapi pedet lapas sapih di BPPT-SP Ciamis

No Berat badan 121,08 kg BK

(kg)

TDN

(kg)

PK

(gr)

1

2

Kebutuhan pakan

Pemberian

a. Hijauan

b. Konsentrat

3,0

2,28

1,05

4,82

1,29

0,74

117,5

305

140

Selisih + 0,33 - 2,79 + 327,5

Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015

Page 19: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

19

Tabel 8 menunjukan bahwa evaluasi kecukupan pakan berdasarkan BK

dan PK sudah tercukupi bahkan berlebih, namun kebutuhan TDN belum

tercukupi. Tingginya konsumsi PK dibanding kebutuhan PK terjadi akibat

konsumsi BK yang tinggi dan ransum yang dikonsumsi mempunyai kandungan

protein yang cukup tinggi. Konsumsi PK yang tinggi juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah jenis bahan pakan khususnya bahan

penyusun konsentrat. Konsentrat merupakan pakan penguat dengan kadar SK

rendah dan banyak mengandung protein dan juga energi. Pakan yang tidak

mencukupi kebutuhan energinya maka lemak dalam tubuh ternak akan

dirombak untuk mencukupi kebutuhan energi untuk hidup pokok ternak yang

tidak tercukupi dari pakan. Menurut Tillman dkk. (1991) kekurangan energi

dapat mengakibatkan terhambatnya pertambahan bobot badan, penurunan

bobot badan.

c. Pemberian air minum

Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum yaitu dengan cara

mengisi bak air minum dengan memutar kran sehingga dengan sendirinya air

mengalir memenuhi bak tersebut. Pemberian air minum dilakukan satu kali

sehari yaitu pada pagi hari.

3.1.2. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Dara

Sapi dara atau heifer adalah periode sapi betina muda sampai beranak

pertama. Sapi dara yang sudah mencapai dewasa kelamin karena sudah terlihat

tanda-tanda birahi, tetapi belum dewasa tubuh maka tidak diperbolehkan untuk

dilakukan inseminasi buatan (IB). Sapi dara yang belum mengalami dewasa tubuh

Page 20: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

20

bila tetap dilakukan IB akan sia-sia karena mengalami keguguran. Sapi dara siap

dikawinkan pada umur 24 bulan, dan ditempatkan di kandang bibit. Sapi dara

yang ada di BPPT-SP Ciamis setiap satu bulan sekali selalu diberikan vitamin.

Tatalaksana pemeliharaan sapi dara yang bagus akan mempengaruhi tingkat

pencapaian umur pubertasnya seperti pendapat Tillman dkk. (1991) bahwa faktor

makanan memegang peranan penting dalam berbagai peristiwa fisiologis yang

terjadi dalam pencapaian dewasa kelamin serta proses-proses reproduksi.

Diperkuat dengan pernyataan Thalib dan Zulbardi (2001) bahwa perkembangan

organ reproduksi ditentukan oleh proses pemberian nutrisi dan pemeliharaan

semasa muda. Iskandar (2011) juga menyatakan bahwa nutrisi yang rendah dapat

mengakibatkan pubertas terlambat. Sapi dara yang berumur 14-20 bulan yang

berasal dari kandang lepas sapih akan dipindahkan ke kandang dara kemudian

sapi dara dipindahkan ke kandang ternak bibit setelah berumur 2-2,5 tahun.

Adapun kegiatan dalam pemeliharaan sapi dara, yaitu :

a. Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan tempat minum

Pembersihan lantai kandang dan sisa pakan dilakukan dua kali sehari pada

pukul 05.30 WIB dan pukul 13.00 WIB sedangkan pembersihan tempat minum

dilakukan satu minggu sekali.

b. Pemberian pakan

Dasar pemberian pakan untuk sapi dara di BPPT-SP Ciamis adalah untuk

memenuhi kebutuhan pokok dan pertumbuhan. Pakan yang diberikan pada sapi

dara berupa hijauan segar rata-rata 17,43 kg/ekor/hari, pemberian jerami padi

Page 21: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

21

rata-rata 2 kg/ekor/hari, dan pemberian konsentrat rata-rata 1,43 kg/ekor/hari.

Rata-rata berat badan sapi dara yang di ambil sebagai sampel yaitu 191,56 kg.

Evaluasi kecukupan pemberian pakan tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Evaluasi kecukupan pakan sapi dara di BPPT-SP Ciamis

No Berat badan 191,56 kg BK

(kg)

TDN

(kg)

PK

(gr)

1

2

Kebutuhan pakan

Pemberian

a. Hijauan

b. Jerami

c. Konsentrat

3,47

2,66

1,7

1,26

5,57

1,51

1

0,88

133,6

359

65

163

Selisih + 2,15 - 2,18 + 453,4

Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015

Tabel 9, menunjukkan bahwa evaluasi kecukupan pakan berdasarkan

kandungan BK dan PK sudah tercukupi bahkan berlebih, namun pada

kandungan TDN pakan masih kurang. Menurut Parakkasi (1999) ternak

memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan

hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan

pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri, jika pakan yang

dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan

dirombak menjadi energi. Pemberian pakan pada sapi dara berupa konsentrat

dan hijauan segar. Konsentrat diberikan dua kali sehari pada pagi hari pukul

09.00 WIB dan siang hari pada pukul 13.00 WIB. Pemberian hijauan dan

jerami dilakukan dua kali sehari di pagi hari pada pukul 07.00 WIB dan siang

hari pukul 13.30 WIB.

Page 22: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

22

c. Pemberian air minum

Pemberian air minum pada sapi dara dilakukan secara adlibitum yaitu

dengan pengisian bak air minum dengan memutar kran sehingga dengan

sendirinya air akan memenuhi bak tersebut.

3.1.3. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Bibit

Sapi bibit merupakan sapi yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh

layak dilakukan inseminasi buatan (IB). Sapi yang memperlihatkan tanda-tanda

birahi di kandang bibit tersebut harus langsung dilakukan inseminasi buatan,

kemudian pada hari ke 60 dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PKB). Setiap satu

bulan sekali diberikan vitamin guna mendapatkan reproduksi yang optimal dan

tiap tiga bulan sekali diberikan obat cacing. Sapi bibit yang ada BPPT Ciamis

diseleksi untuk mendapatkan bibit-bibit yang berkualitas. Sapi bibit yang tidak

masuk kriteria oleh BPPT-SP Ciamis dimasukkan ke kandang pembesaran. Sapi

bibit yang sesuai kriteria dimasukkan dalam kandang kelompok, yang terbagi

dalam tiap-tiap pen.

Adapun kegiatan dalam pemeliharaan sapi bibit di BPPT-SP Ciamis yaitu :

a. Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan tempat minum

Pembersihan lantai kendang dan sisa pakan dilakukan dua kali sehari pada

pukul 05.30 WIB dan pukul 13.00 WIB sedangkan pembersihan tempat minum

dilakukan satu minggu sekali.

b. Pemberian pakan

Pemberian pakan yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis pada pemeliharan

sapi bibit berupa hijauan segar rata-rata 25 kg/ekor/hari, jerami padi rata-rata 2

Page 23: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

23

kg/ekor/hari, dan pemberian konsentrat rata-rata 2 kg/ekor/hari. Berat badan

rata-rata sapi bibit 250 kg.

Evaluasi kecukupan pemberian pakan tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Evaluasi kecukupan pakan sapi bibit di BPPT-SP Ciamis

No Berat badan 250 kg BK

(kg)

TDN

(kg)

PK

(gr)

1

2

Kebutuhan pakan

Pemberian

a. Hijauan

b. Jerami

c. Konsentrat

4,8

3,8

1,7

1,76

7,6

2,16

1

1,23

185

513

65

228

Selisih + 2,46 - 3,21 + 621

Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015

Tabel 10 menunjukan bahwa evaluasi kecukupan pakan pada BK dan PK

sudah tercukupi bahkan berlebih, namun pada evaluasi kecukupan TDN masih

kurang. Palatabilitas pakan dan jumlah pakan yang dimakan akan

meningkatkan konsumsi protein yang lebih banyak dari kebutuhan minimalnya

sehingga dapat berguna untuk meningkatkan bobot badan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sugeng (2008), yang menyatakan bahwa tubuh memerlukan

protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk

produksi. Pemberian pakan konsentrat pada sapi bibit dilakukan dua kali sehari

pada pukul 09.00 WIB dan pukul 13.30 WIB, pemberian pakan hijauan segar

dilakukan dua kali sahari yaitu pada pukul 07.00 WIB dan pukul 14.00 WIB,

dan pemberian pakan jerami padi dilakukan satu kali sehari pada pukul 10.30

WIB.

Page 24: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

24

c. Pemberian air minum

Pemberian air minum pada sapi bibit dilakukan secara adlibitum yaitu

dengan pengisian bak air minum dengan memutar kran sehingga dengan

sendirinya air akan memenuhi bak tersebut.

3.1.4. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi di Kandang Pembesaran

Pemeliharaan sapi di kandang pembesaran di BPPT-SP Ciamis dilakukan

pada sapi yang tidak masuk kriteria dari kandang bibit. Sapi di kandang

pembesaran dipelihara sampai bobot tertentu kemudian sebagai replacement stok

untuk calon induk. Tipe kandang pembesaran di BPPT-SP Ciamis yaitu teal to

teal.

Adapun kegiatan pemeliharaan dikandang pembesaran antara lain :

a. Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan tempat minum

Pembersihan lantai kandang dan sisa pakan dilakukan dua kali sehari yaitu

pada pukul 05.30 WIB dan pada pukul 13.00 WIB. Pembersihan tempat minum

dilakukan satu minggu sekali.

b. Pemberian pakan

Pemberian pakan hijauan segar pada kandang pembesaran dilakukan dua

kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB dan 14.00 WIB. Pemberian pakan

jerami padi dilakukan satu kali sehari pada pukul 10.00 dan pemberian

konsentrat juga dilakukan dua kali sehari yaitu pada pukul 09.00 WIB dan

pukul 13.30 WIB. Jumlah pemberian pakan hijauan segar rata-rata 20

kg/ekor/hari, jerami padi rata-rata 2 kg/ekor/hari, dan pemberian pakan

Page 25: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

25

konsentrat rata-rata 2 kg/ekor/hari. Berat rata-rata sapi di kandang pembesaran

228,03 kg.

Evaluasi kecukupan pemberian pakan pada Tabel 11.

Tabel 11. Evaluasi kecukupan pakan sapi pembesaran di BPPT-SP Ciamis

No Berat badan 228,03 kg BK

(kg)

TDN

(kg)

PK

(gr)

1

2

Kebutuhan pakan

Pemberian

a. Hijauan

b. Jerami

c. Konsentrat

4,42

3,05

1,7

1,76

7,17

1,74

1

1,23

173

411

65

228

Selisih + 2,09 - 3,2 + 531

Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015

Hasil evaluasi kecukupan pakan pada Tabel 11 berdasarkan BK dan PK

sudah tercukupi, namun pada TDN masih kurang. Kekurangan TDN dapat

menyebabkan gangguan fisiologi ternak. Hal ini didukung oleh pendapat

Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa kurangnya TDN dalam pakan

dapat mengakibatkan berkurangnya semua fungsi produksi dan terjadi

kematian bila berlangsung lama. Pernyataan ini didukung oleh pendapat

Toelihere (1985) pemberian pakan yang baik dan manajemen yang efisien

diperlukan untuk menjamin suatu proses produksi yang baik. Data perhitungan

evaluasi kecukupan pakan dapat dilihat pada lampiran 3.

c. Pemberian minum

Pemberian air minum pada sapi di kandang pembesaran dilakukan secara

adlibitum yaitu dengan pengisian bak air minum dengan memutar kran

sehingga dengan sendirinya air akan memenuhi bak tersebut.

Page 26: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

26

3.2. Kegiatan Insidental

3.2.1. Pemasangan Ear Tag

Pemasangan ear tag yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis yaitu pada pedet

yang akan disapih berumur 5-6 bulan dan pada sapi yang baru datang.

Pemasangan ear tag atau nomor identitas dilakukan oleh petugas kesehatan hewan

dengan tidak mengenai pembuluh darah yang ada pada telinga sapi. Hal ini sesuai

dengan pendapat Siregar (2009), yang menyatakan pemberian identitas di telinga

dengan ear tag sebaiknya dilakukan dengan hati-hati. Penandaan harus ditusukkan

pada bagian telinga yang tidak dilalui saluran atau pembuluh darah yang besar.

Nomor-nomor identitas yang diberikan di BPPT-SP Ciamis untuk sapi yaitu N11

000, D 000, C2 000, D13 000, RG13 000, RG30 000, dan RC 000. Keuntungan

menggunakan ear tag antara lain mencegah terjadinya kesalahan atau tertukarnya

penomoran antara sapi yang satu dengan sapi yang lainnya.

3.2.2. Tatalaksana Reproduksi

Usaha perbibitan yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis salah satunya

bertujuan untuk mendapatkan produk utama berupa sapi bibit atau sapi bakalan

yang berkualitas unggul. Hal ini diperlukan perkawinan secara inseminasi buatan

(IB). Pelaksanaan perkawinan atau IB di BPPT-SP Ciamis dilakukan oleh petugas

BPPT. Adapun tatalaksana reproduksi yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis,

meliputi deteksi birahi, perkawinan, sevice per conception (S/C).

Page 27: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

27

3.2.2.1. Deteksi Birahi

Birahi pertama terjadi saat ternak mengalami dewasa kelamin. Dewasa

kelamin atau pubertas adalah periode dalam kehidupan makhluk hidup jantan dan

betina karena proses-proses reproduksi mulai terjadi, yang ditandai oleh

kemampuan untuk pertama kalinya memproduksi benih (Partodiharjo, 1980).

Dewasa kelamin pada umumnya terjadi lebih dahulu sebelum dewasa tubuh. Sapi

yang telah mencapai pubertas siap untuk dikawinkan. Sapi-sapi dara di BPPT-SP

mengalami birahi pertama pada umur 12-15 bulan.

Periode siklus birahi bervariasi antara berbagai jenis hewan, sedangkan

pada sapi antara 18-24 hari. Hewan yang tidak dalam masa birahi akan menolak

untuk kawin. Pada hewan yang tidak bunting periode birahinya dimulai sejak dari

permulaan birahi sampai ke permulaan periode selanjutnya. Deteksi birahi yang

tepat merupakan faktor yang paling penting dalam usaha peternakan karena bila

dalam masa birahi sapi tidak dikawinkan maka dalam usaha perbibitan akan

mengalami kerugian, karena harus menunggu 18-24 hari berikunya dan

menambah biaya pemeliharaan. Oleh sebab itu recording atau pencatatan sangat

diperlukan dalam usaha perbibitan. Deteksi yang tepat juga berguna untuk

mengetahui waktu konsepsi sehingga dapat menyesuaikan nutrisi yang diperlukan

untuk kebuntingan dan menentukan waktu beranak (Zeniciro dan sarastina 2002).

Menurut Partodiharjo (1980), tanda-tanda birahi pada sapi betina antara lain :

a. Keluar lendir jernih pada vulva

b. Gelisah atau tidak tenang

c. Mencoba menaiki sapi lain

Page 28: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

28

d. Pangkal ekor terangkat sedikit

e. Pada vulva memerah, membengkak dan hangat

Parameter yang digunakan dalam pendeteksian birahi di BPPT-SP Ciamis

adalah dengan melihat keluarnya cairan jernih disertai warna merah pada vulva,

bengkak dan hangat. Bila tanda-tanda birahi sudah tampak maka anak kandang

BPPT-SP akan menghubungi petugas inseminasi BPPT-SP Ciamis yang

selanjutnya akan dilakukan inseminasi buatan (IB).

3.2.2.2. Perkawinan

Perkawinan dapat terjadi bila sel telur bertemu dengan sel sperma.

Perkawinan dapat dilakukan dengan menggunakan pejantan maupun dengan

menggunakan IB. Perkawinan pertama pada sapi dara hendaknya dilakukan

setelah dewasa kelamin dan dewasa tubuh. Hal ini bertujuan agar bobot lahir

pedet tidak rendah dan sifat keibuan sapi dara juga dapat ditingkatkan. Umumnya

di BPPT-SP Ciamis perkawinan sapi dara dilakukan pada umur 18-24 bulan.

Sistem perkawinan yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis dengan

menggunakan IB. Straw yang digunakan di BPPT-SP Ciamis berasal dari

penampungan semen balai itu sendiri. Setelah tanda-tanda birahi sudah tampak

tidak boleh langsung dilakukan IB. Hal ini disebabkan ada waktu-waktu tertentu

untuk mengetahui kapan IB harus dilakukan. Menurut Toelihere (1985), dalam

praktik waktu permulaan datangnya estrus tidak dapat ditentukan dengan pasti,

tetapi dapat menggunakan potokan yang tertera pada Tabel 12.

Page 29: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

29

Tabel 12. Waktu optimum untuk inseminasi

Sumber : Toelihere (1985)

Pelaksanaan IB yang diterapkan di BPPT-SP Ciamis dengan menggunakan

metode rektovaginal, yaitu sperma disemprotkan dengan menggunakan sebuah

alat yang disebut inseminasion gun, dimasukkan melalui vagina dan melalui

cincin cervix. IB dilakukan oleh inseminator yang ada di BPPT-SP Ciamis.

Beberapa peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan IB di BPPT-SP

Ciamis diantaranya :

a. Container (untuk penyimpanan straw)

b. Straw (yang berisi semen beku dari bangsa tertentu)

c. Pipet inseminasi (untuk menyemprotkan atau melepaskan semen beku dari

straw)

d. Plastik seat (untuk menutup pipet inseminasi)

e. Plastic meaten (untuk melindungi tangan dari kotoran sekaligus menghindari

kontak langsung dengan organ reproduksi sapi)

f. Cutter straw (untuk memotong straw yang)

g. Kertas tissue (untuk mengeringkan straw setelah setelah proses thawing)

h. Termos (untuk menyimpan straw saat dikeluarkan dari container)

Pertama kali

terlihat estrus

Waktu yang tepat untuk

inseminasi

Terlambat

Pagi

Sore

Hari yang sama

Hari berikutnya (pagi-

siang)

Hari berikutnya

Sesudah jam 15.00 besoknya

Page 30: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

30

Langkah-langkah pelaksanaan IB dengan menggunakan metode

rektovaginal di BPPT-SP Ciamis yaitu sebagai berikut :

a. Insemination gun disiapkan, lalu diisi straw setelah di lakukan thawing dengan

memegang dengan tangan tepat di bagian tengah dengan pangkal insemination

gun di sebelah kanan.

b. Tangan kiri memakai plastik meaten yang telah dibasahi dengan air, dengan

posisi menguncup dimasukkan secara perlahan melalui rectum untuk

memfiksir atau menggenggam cervix.

c. Feses dikeluarkan bila ada dalam di rectum.

d. Posisi ekor menyilang di tangan kiri atau biasanya diikat atau dipegang oleh

anak kandang.

e. Insemination gun dimasukan melalui vagina sampai ke mulut cervix.

f. Setelah insemination gun berada di mulut cervix, lalu insemination gun masuk

pada cincin cervix yang keempat.

g. Kemudian semen beku disemprotkan secara perlahan sampai habis.

h. Insemination gun dikeluarkan dengan tangan kiri secara perlahan.

Permasalahan yang sering terjadi di manajemen perkawinan BPPT-SP

Ciamis adalah sering terjadinya birahi tersembunyi (silent heat). Menurut

Broaddus et al. (2003) bahwa kekurangan protein kasar pada pakan akan

menyebabkan peningkatan kasus silent heat. Birahi tersembunyi dapat

menyebabkan kegagalan dalam perkawinan sapi. Hal ini disebabkan adanya

keterlambatan dalam mendeteksi birahi sehingga secara tidak langsung akan

Page 31: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

31

membuat interval kelahiran sapi menjadi lebih panjang dan dapat menimbulkan

kerugian dalam usaha perbibitan.

3.2.2.3. Service per Conception (S/C)

Hasil perhitungan berdasarkan service per conception (S/C) di BPPT-SP

Ciamis rata-rata 2. Nilai ini menunjukkan rendahnya nilai kesuburan kelompok

betina tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasirin (2010), yang menyatakan

faktor yang mempengaruhi rendahnya presentase keberhasilan IB antara lain :

a. Fertilitas dan kualitas semen

b. Keterampilan inseminator

c. Semennya harus benar-benar hidup

d. Ketepatan waktu IB biasanya 10 jam setelah birahi

e. Gangguan Reproduksi

3.2.3. Kesehatan dan Penyakit Ternak

Penyakit merupakan ancaman yang perlu diwaspadai oleh setiap perternak,

walaupun penyakit tidak secara langsung mematikan ternak namun dapat

menimbulkan masalah kesehatan berkepanjangan bila tidak segara ditangani.

Penyakit juga dapat menghambat pertumbuhan ternak dan menggangu

produktivitas ternak. Pengendalian penyakit yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis

misalnya dengan menjaga kebersihan kandang sapi secara teratur, pemberian

pakan yang baik, dan pemberian obat dan vitamin. Obat-obat yang digunakan

untuk penyakit di BPPT-SP Ciamis tertera pada Tabel 13.

Page 32: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

32

Tabel 13. Obat dan vitamin yang digunakan di BPPT-SP Ciamis

Obat Kegunaan

Antibiotic Limoxin La 500 Ml

Glucortin

Biosan Stamina

Aspal Belanda

Cofavit-500

Antibiotic Spray

Limoxin Spray

Gusanex

Iodium

Aquades

Biosan

Tympanol

Contra Stress

Septivax

Antibiotic

Anti Radang

Obat Penguat (Penambah Energi)

Mengobati infeksi tanduk

Vitamin

Antiseptix Semprot

Obat Luka

Obat Lalat

Obat Antiseptic

Membersihkan Spoit

Penguat Otot

Obat Kembung

Viamin (Anti Stress)

Vaksin Sumber:BPPT-SP Ciamis, 2015

Gambar 2. Obat-obatan yang digunakan di BPPT-SP Ciamis

Page 33: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

33

Jenis penyakit yang pernah terjadi di BPPT-SP Ciamis adalah sebagai

berikut :

a. Kembung (bloat)

Kembung merupakan keadaan rumen (perut pertama) yang mengembang,

membesar akibat kelebihan gas yang tidak bisa keluar (Sugeng, 2008). Gejala

yang tampak adalah lambung sebelah kiri atas membesar dan terasa kencang, pada

bagian itu bila dipukul dengan jari berbunyi seperti drum akibat rentangan perut

yang begitu kencang, pernafasan berat dan kontraksi rumen sangat kuat sehingga

hewan sering berbaring ke lantai.

Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan pelayuan atau penjemuran

hijauan, menghindari pemberian pakan yang berasal dari jenis leguminosa yang

terlalu banyak dan di usahakan pemberian pakan hijauan yang masih basah akibat

embun atau air hujan. Pengobatan yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis dengan

menggunakan penicillin untuk membasmi bakteri penghasil gas, tetapi jika

keadaan parah maka dilakukan dengan cara menusuk perut sebelah kiri dengan

trocar dan connula. Kemudian disuntik vitamin dan diberi minyak goreng atau air

kelapa bertujuan agar sapi bersendawa.

b. BEF (Bovine Efhenmeral Fever)

Menurut Subroto (1985), penyakit BEF dapat berupa gejala demam, lemah

dan kadang juga menyebabkan kematian setelah tiga hari. Pencegahan dengan

memberikan vaksin secara teratur serta sanitasi kandang dan lingkungan.

Pengobatan dengan vex-oxy dan vitamin B kompleks masing-masing 15 cc dengan

cara disuntik secara intra muscular.

Page 34: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

34

c. Cacing

Penyakit cacingan di BPPT-SP Ciamis lebih banyak menyerang pedet dari

pada sapi-sapi dewasa. Menurut Subroto (1985), penyebab penyakit cacingan ini

adalah pakan hijauan yang masih berembun serta tercemar siput yang dibawa oleh

cacing gelang. Gejala klinis penyakit ini antara lain, bulu tubuh berdiri dan kusam,

makan banyak namun kurus. Pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan

kalbazen-C, flukicidel 12,5% dan farm-O yang diberikan secara oral. Sedangkan

untuk pencegahannya setiap pedet diberi obat cacing setiap tiga bulan sekali.

d. Diare

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Eschericia coli.

Penyakit ini dapat menular apabila kebersihan kandang dan lingkungan yang

kurang baik. Gejala klinis penyakit ini yang tampak antara lain, diare, dehidrasi,

lesu yang dalam beberapa hari dapat mengakibatkan kematian pada pedet. Sapi

yang terserang penyakit ini akan mengeluarkan fases encer. Pedet yang terserang

penyakit ini akan ambruk dalam waktu 12-24 jam.

Pencegahan yang dapat ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan

kandang dan lingkungan sekitar, serta memberikan pakan yang baik untuk sapi.

Pengobatan sapi yang terkena diare di BPPT-SP Ciamis yaitu dengan memberi

obat antibiotika berupa amphopirim. Amphopirim ini berbentuk tablet dengan

dosis pemberian tiap 30 kg bobot badan pedet diberi satu tablet secara oral.

e. Scabies / Kudis

Penyakit scabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh tungau.

Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui kontak langsung, gizi hewan yang

Page 35: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

35

rendah. Gejala klinis yang tampak pada sapi yang terkena scabies yaitu, kulit yang

terkena menimbulkan iritasi dan gatal, luka, terdapat pendarahan, kerak, dan kulit

menebal/keras. Pencagahan dan pengobatan yang di lakukan di BPPT-SP Ciamis

terhadap penyakit ini yaitu, menghindari kontak langsung dengan hewan yang

sehat, menyemprotkan obat gusanex pada bagian yang terkena scabies, memberi

vitamin dan dilakukannya penjemuran tiga kali dalam seminggu.

f. Pincang

Sapi yang pincang biasanya terdapat di kandang kelompok akibat terkena

tanduk sapi yang lain. Tanda-tanda sapi pincang dapat diketahui dengan seringnya

sapi berbaring, sulit untuk berjalan, dan nafsu makan menjadi turun. Sapi yang

pincang parah sampai dua minggu tidak sembuh biasanya pihak balai menjual sapi

tersebut dan menggantinya dengan sapi yang baru. Pengobatan yang dilakukan

untuk sapi pincang yaitu dengan pemberian obat penicillin dan vitamin B

kompleks.

g. Prolapsus uteri

Penyakit prolapsus uteri merupakan keluarnya uterus, vagina dan cervix,

menggantung keluar melalui vulva. Kondisi ini sering terjadi pada ternak sapi

maupun kambing. Prolapsus uteri sebenarnya jarang terjadi di BPPT-SP Ciamis,

penyakit ini mirip pada estrus yang berhubungan dengan prolapsus vagina,

bagaimanapun prolapsus uteri berhubungan dengan kejadian pada waktu

melahirkan dan meliputi sekeliling dari vagina. Menurut Fossum (2002),

prolapsus uteri dapat terjadi akibat sobekan pada semua ligamentum/penggantung

dan hemoragi arteri uterina. Penanganan penyakit ini dapat di lakukan dengan

Page 36: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

36

menempatkan hewan di kandang dengan kemiringan 5-15 cm lebih tinggi di

bagian belakang.

Organ yang keluar dicuci hingga bersih, dan kandung kemih dikosongkan

bila perlu. Biasanya, pengosongan ini dapat dilakukan dengan mengangkat organ

yang keluar untuk memungkinkan urethra menjadi lurus. Kemudian ditempatkan

lagi ke posisi semula, serta diberi iodine povidone 1%. Setelah semua organ

masuk kembali, dilakukan penjahitan pada vulva. Pencegahan yang dapat

dilakukan untuk penyakit prolapsus uteri antara lain, penggunaan pejantan dengan

berat lahir rendah pada saat mengawinkan, ketika menarik pedet yang akan keluar

dari rahim jangan menggunakan kekuatan yang berlebihan, dan pemberian

mineral untuk sapi yang sedang bunting.

3.3. Kegiatan Penunjang

3.3.1. Wawancara dan Diskusi

Wawancara dan diskusi dilaksanakan pada tanggal 28/01/2015 di aula

UPTD BPPT-SP Ciamis dengan bagian administrasi dan bagian tata usaha.

Melalui kegiatan ini diperoleh data sekunder dan menambah wawasan tentang

peternakan. Diskusi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sistem

manajemen dan hal-hal yang berkaitan dengan balai perbibitan sapi potong.

Waktu diskusi tidak dibatasi, bisa dimana dan kapan saja serta dilaksanakan

sebagai sarana untuk memperlancar komunikasi diantara peserta praktik kerja,

staff BPPT, karyawan kandang, baik kepala kandang maupun anak kandang, serta

semua pihak yang dianggap mengetahui tentang informasi yang dibutuhkan

peserta praktik kerja lapangan.

Page 37: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

37

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Tatalaksana pemeliharaan sapi di BPPT-SP Ciamis masih kurang baik, karena

kebutuhan nutrien TDN belum tercukupi.

2. Pemberian pakan berdasarkan kebutuhan BK dan PK sudah tercukupi bahkan

berlebih, namun terjadi ketidak seimbangan dengan kekurangan kebutuhan

TDN.

3. Pemasangan ear tag atau nomor identitas sapi yang dilakukan di BPPT-SP

Ciamis pada umur 5-6 bulan dan sapi yang baru datang.

4.2. Saran

1. Tatalaksana perbibitan sapi potong di BPPT-SP Ciamis perlu ditingkatkan agar

produksi pedet-pedet calon bibit atau bakalan lebih berkualitas.

2. Pengontrolan tatalaksana perkawinan sebaiknya lebih diintensifkan karena

masih banyak terdapat keterlambatan deteksi birahi sehingga kegagalan

perkawinan dapat diminimalkan.

3. Pemberian pakan konsentrat yang diberikan pada sapi di BPPT sebaiknya

disesuaikan dengan umur sapi, kerana kebutuhan nutrisi tiap umur sapi

berbeda-beda.

Page 38: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

38

DAFTAR PUSTAKA

Bamualim, A. dan R. B. Wirdahayati. 2002. Nutrition and Management strategies

to improve Bali cattle productivity in Nusa Tenggara. ACIAR Proc. No.

110. Canberra.

Broaddus, B.A., P.D. Burns, and D.A. Philips. 2003. The Affects of Nutrition on

Reproductive Performance. J. Dairy Sci. 71:1063-1072.

Fossum,T.W. 2002. Small Animal Surgery. Mosby inc. USA.

Iskandar. 2011. Performa Reproduksi Sapi PO pada Dataran Rendah dan

Dataran Tinggi di Provinsi Jambi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi,

Jambi.

Kearl, L. C. 1982. Nutrition Requirement of Ruminant in Developing Countries,

International Feedstuffs Institute. Utah Agricultural Experiment Station,

Utah State University, Logan.

Nasirin, A. 2010. Buku Pegangan Peserta Pelatihan Inseminator 2010 Periode ke

1. Fapet Unsoed. Purwokerto.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press.

Jakarta.

Partodiharjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Jakarta.

Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Penerbit Kansius. Yogyakarta.

Siregar, S. B. 2009. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Subroto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Sugeng, Y.B. 2008. Berternak Sapi potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutardi, T. 1991. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu dan Makanan

Ternak, Fakultas Peternakan, IPB. Bogor.

Thalib,A. Dan M. Zulbardi. 2001. Profitabilitas Penggemukan Sapi PO pada

daerah berbasis usaha tani padi. Laporan Hasil Penelitin, Balai Penelitian

Ternak. Bogor.

Page 39: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

39

Tillman, A. D, S, Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi dan s.

Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi Ternak. Cetakan ke-5. Penerbit PT

Angkasa. Bandung.

Zenichiro, K.H., dan Sarastina. 2002. Instruksi Praktis Teknologi Prosesing

Semen Beku pada Sapi. BBIB Singosari. Malang.

Page 40: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

40

Lampiran 1. Denah kandang

Keterangan :

: Pos Satpam : Musholla

: Aula : Gudang Pakan

: Kantor : Tempat Pembuatan Silase

: Mess : Penampungan Limbah

: Kandang : Laboratorium

: Warung : Penampungan Semen

: Wc

Page 41: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

41

Lampiran 2. Sampel berat badan sapi

a. Pedet lepas sapih

Nama / nomor ear tag LD (cm) BB (Kg) Rumus BB

Belo 110 129,96

D13 029 105 118,81

C2 096 102 112,36

D13 021 107 123,21

Jumlah 121,08

b. Sapi dara

Nama / nomor ear tag LD (cm) BB (Kg) Rumus BB

RG13 032 138 201,64

RG30 052 128 174,24

RG13 082 137 198,81

Jumlah 191,56

c. Sapi bibit

Nama / nomor ear tag LD (cm) BB (Kg) Rumus BB

N11 058 155 252,81

N11 002 160 268,96

N11 093 156 256

N11 097 146 225

Jumlah 250

d. Sapi di kandang pembesaran

Nama / nomor ear tag LD (cm) BB (Kg) Rumus BB

D 018 149 234,09

D 008 147 228

D 005 145 222

Jumlah 228,03

Page 42: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

42

Lampiran 3. Kebutuhan nutrien dan evaluasi kecukupan pakan

Umur sapi

BB (kg)

Kebutuhan nutrien Pemberian pakan

BK (kg) TDN (kg) PK (gr) Hijauan Konsentrat Jerami

Lepas sapih 121,08 3,0 4,82 117,5 15 kg 1,2 kg -

Sapi dara 191,56 3,47 5,57 133,6 17,43 kg 1,43 kg 2 kg

Sapi bibit 250 4,8 7,6 185 25 kg 2 kg 2 kg

Pembesaran 228,03 4,42 7,17 173 20 kg 2 kg 2 kg

Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015 dan Kearl (1982)

a. Evaluasi pemberian pakan pedet lepas sapih

Jumlah hijauan yang diberikan 15 kg/ekor/hari

BK = 15,25 % x 15 kg = 2,28 kg

PK = 13,5 % x 2,28 kg = 0,307 kg

TDN = 57 % x 2,28 kg = 1,29 kg

Jumlah konsentrat yang diberikan 1,2 kg/ekor/hari

BK = 88 % x 1,2 kg = 1,05 kg

PK = 13 % x 1,05 kg = 0,136 kg

TDN = 70 % x 1,05 kg = 0,74 kg

Evaluasi kecukupan pakan sapi pedet lapas sapih di BPPT-SP Ciamis

No Berat badan 121,08 kg BK

(kg)

TDN

(kg)

PK

(gr)

1

2

Kebutuhan pakan

Pemberian

a. Hijauan

b. Konsentrat

3,0

2,28

1,05

4,82

1,29

0,74

117,5

307

136

Selisih + 0,33 - 2,79 + 325,5

Page 43: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

43

b. Evaluasi pemberian pakan sapi dara

Jumlah hijauan yang diberikan 17,43 kg/ekor/hari

BK = 15,25 % x 17,43 kg = 2,66 kg

PK = 13,5 % x 2,66 kg = 0,359 kg

TDN = 57 % x 2,28 kg = 1,51 kg

Jumlah jerami yang diberikan 2 kg/ekor/hari

BK = 84,74 % x 2 kg = 1,7 kg

PK = 3,86 % x 1,7 kg = 0,065 kg

TDN = 59 % x 1,7 kg = 1,00 kg

Jumlah konsentrat yang diberikan 1,43 kg/ekor/hari

BK = 88 % x 1,43 kg = 1,26 kg

PK = 13 % x 1,26 kg = 0,163 kg

TDN = 70 % x 1,26 kg = 0,88 kg

Evaluasi kecukupan pakan sapi dara di BPPT-SP Ciamis

No Berat badan 191,56 kg BK

(kg)

TDN

(kg)

PK

(gr)

1

2

Kebutuhan pakan

Pemberian

a. Hijauan

b. Jerami

c. Konsentrat

3,47

2,66

1,7

1,26

5,57

1,51

1

0,88

133,6

359

65

163

Selisih + 2,15 - 2,18 + 453,4

Page 44: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

44

c. Evaluasi pemberian pakan sapi bibit

Jumlah hijauan yang diberikan 25 kg/ekor/hari

BK = 15,25 % x 25 kg = 3,8 kg

PK = 13,5 % x 3,8 kg = 0,513 kg

TDN = 57 % x 3,8 kg = 2,16 kg

Jumlah jerami yang diberikan 2 kg/ekor/hari

BK = 84,74 % x 2 kg = 1,7 kg

PK = 3,86 % x 1,7 kg = 0,065 kg

TDN = 59 % x 1,7 kg = 1,00 kg

Jumlah konsentrat yang diberikan 2 kg/ekor/hari

BK = 88 % x 2 kg = 1,76 kg

PK = 13 % x 1,76 kg = 0,228 kg

TDN = 70 % x 1,76 kg = 1,23 kg

Evaluasi kecukupan pakan sapi bibit di BPPT-SP Ciamis

No Berat badan 250 kg BK

(kg)

TDN

(kg)

PK

(gr)

1

2

Kebutuhan pakan

Pemberian

a. Hijauan

b. Jerami

c. Konsentrat

4,8

3,8

1,7

1,76

7,6

2,16

1

1,23

185

513

65

228

Selisih + 2,46 - 3,21 + 621

Page 45: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

45

d. Evaluasi pemberian pakan sapi di kandang pembesaran

Jumlah hijauan yang diberikan 20 kg/ekor/hari

BK = 15,25 % x 20 kg = 3,05 kg

PK = 13,5 % x 3,05 kg = 0,411 kg

TDN = 57 % x 3,05 kg = 1,74 kg

Jumlah jerami yang diberikan 2 kg/ekor/hari

BK = 84,74 % x 2 kg = 1,7 kg

PK = 3,86 % x 1,7 kg = 0,065 kg

TDN = 59 % x 1,7 kg = 1,00 kg

Jumlah konsentrat yang diberikan 2 kg/ekor/hari

BK = 88 % x 2 kg = 1,76 kg

PK = 13 % x 1,76 kg = 0,228 kg

TDN = 70 % x 1,76 kg = 1,23 kg

Evaluasi kecukupan pakan sapi pembesaran di BPPT-SP Ciamis

No Berat badan 228,03 kg BK

(kg)

TDN

(kg)

PK

(gr)

1

2

Kebutuhan pakan

Pemberian

a. Hijauan

b. Jerami

c. Konsentrat

4,42

3,05

1,7

1,76

7,17

1,74

1

1,23

173

411

65

228

Selisih + 2,09 - 3,2 + 531

Page 46: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

46

Lampiran 4. Analisis ekonomi di BPPT-SP Ciamis

Biaya tetap

Uraian Jumlah (rupiah) Jumlah 1 tahun

Gaji tenaga kerja (29 0rang) : : 36.250.000 : 435.000.000

Penyusutan kandang : : 3.400.000 : 3.400.000

Penyusutan peralatan : : 2.300.000 : 2.300.000

Penyusutan kendaraan operasional : : 1.200.000 : 1.200.000

PBB : : 1.875.000 : 1.875.000

Total : : 43.337.500 : 443.775.000

Biaya Variabel

Biaya pakan konsentrat : : 2.160.000 kg x 3500 : 7.560.000.000

Hijauan tambahan : : 864.000 kg x 200 : 172.800.000

Jerami : : 600.000 x 12 : 7.200.000

Premiks : : 2190 kg x 7500 : 16.425.000

Biaya kesehatan ternak : : 11.040.000

Listrik : : 337.500 x 12 : 4.050.000

Lain-lain : : 300.000 x 12 : 3.600.000

Total : 7.775.115.0000

Penerimaan

Berdasarkan PAD 2015 : : 350.000.000

Penjualan sapi afkir : : 258.046.250

Penjualan straw : : 45.000.000

Hasil lelang : : 81.953.750

Analisis Usaha

Total biaya : Biaya tetap + biaya variabel

443.775.000 + 7.775.115.000

= 8.218.890.000

Pendapatan : Penerimaan – total biaya

350.000.000 – 8.218.890.000

= 8.183.890.000

R/C :

= 0,042

Page 47: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

47

Lampiran 5. Bangsa sapi yang dipelihara di BPPT-SP Ciamis

Sapi Ongole Sapi Brahman

Sapi Simental Sapi Pasundan

Sapi Angus Sapi Peranakan Ongole

Page 48: Tatalaksana pemeliharaan sapi pedet lepas sapih, sapi dara, sapi bibit

48

Lampiran 6. Kegiatan Penunjang