Page 1
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Lokasi dan Letak Geografis
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis (BPPT-SP)
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat yang bergerak dibidang perbibitan. Lokasi BPPT-
SP Ciamis terletak di Dusun Kidul Blok Jentir, Desa Cijeungjing, Kecamatan
Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Balai ini berjarak 700 meter dari jalan raya
Ciamis-Banjar dan 250 m dari pemukiman penduduk sehingga mudah dijangkau
oleh transportasi, juga didukung dengan tersedianya air bersih yang berasal dari
sumur-sumur yang dibangun pada setiap kandang. BPPT-SP Ciamis memiliki luas
areal 13 ha dengan topografi areal datar-landai dengan ketinggian 224 meter
diatas permukaan laut dan kemiringan lahan 2o-7
o. Lokasi balai ini memiliki suhu
udara berkisar antara 280-32
0 C, kelembaban rata-rata 60-70% dan curah hujan
berkisar antara 1.680 mm/tahun. Jarak dari pusat kota Kabupaten Ciamis ke lokasi
BPPT sekitar 7 km.
1.2. Identitas dan Sejarah Pendirian
Permintaan terhadap daging asal sapi yang dihasilkan di Jawa Barat
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun sayang tingginya permintaan
tersebut belum dapat terpenuhi karena produksi belum mencukupi. Pada akhirnya
untuk mengatasi permasalahan ini maka didatangkan sapi potong lokal dari luar
daerah maupun sapi potong impor untuk memenuhi kebutuhan di Jawa Barat.
Page 2
2
Provinsi Jawa Barat melalui Dinas peternakan, berupaya memenuhi
kebutuhan daging sapi di wilayah Jawa Barat. Usaha pemenuhan daging sapi
tersebut salah satunya dengan mendirikan UPTD BPPT-SP Ciamis. Tujuan
pendirian UPTD BPPT-SP Ciamis antara lain untuk mewujudkan peningkatan
produksi dan penyuluhan serta penerapan teknologi tepat guna, mewujudkan
peningkatan dan pemenuhan sarana dan prasarana peternakan, meningkatkan
kualitas sumber daya manusia peternak dan pendapatan peternak, mengurangi
ketergantungan importasi, dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, juga untuk
menghadapi globalisasi dan peningkatan daya saing produk ternak dalam negeri.
UPTD BPPT-SP Ciamis didirikan pada tanggal 13 Mei 2003 oleh dinas
peternakan Provinsi Jawa Barat serta di resmikan oleh Gubernur Jawa Barat R.
Nuriana.
1.3. Struktur Organisasi
Suatu struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian
wewenang atau tugas yang jelas. Fungsi pembagian tugas adalah untuk
menumbuhkan para karyawan dalam bekerja serta menumbuhkan tanggung jawab
pada diri mereka. Sesuai dengan keputusan Gubernur Jawa Barat No. 54 Tahun
2002 tentang tugas pokok pada Unit Pelayanan Teknis Dinas di lingkungan Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat pasal 11, 12, 13, dan 14 disebutkan struktur
organisasi sebagai berikut :
Page 3
3
1. Kepala balai
Kepala balai mempunyai tugas pokok memimpin, mengkordinasikan, dan
mengendalikan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi
Potong.
2. Sub-bagian tata usaha
Sub-bagian tata usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan rencana kerja, pengolahan administrasi, kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, dan laporan hasil kegiatan.
3. Seksi pengujian
Seksi pengujian mempunyai tugas pokok melaksanakan pengujian mutu
bibit dan teknologi di bidang sapi potong serta hijauan pakan.
4. Seksi pengembangan
Seksi pengembangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengolahan
dan pengembangan bibit ternak potong dan hijauan pakan.
5. Instalasi
Instalasi adalah bagian dari BPPT-SP Ciamis yang berupa laboratorium
penyimpanan semen beku pejantan.
6. Kelompok jabatan fungsional
Kelompok jabatan fungsional tidak mempunyai jabatan resmi
dibandingkan dengan kepala balai, kepala sub-bagian tata usaha dan lain-lain.
Kelompok jabatan fungsional terdiri dari tenaga kesehatan hewan dan
paramedik.
Page 4
4
Kelompok Jabatan
Fungsional
Kepala Sub Bagian
Tata Usahal
Struktur personalia balai yaitu :
1. Kepala Balai : Drh. Susanto
2. Kelompok Jabatan Fungsional : Drh. Iting Kurniasih
3. Kepala Sub Bagian Tata Usaha : Egis Sugiat
4. Kepala Seksi Pengembangan : Ir. Wawan Hermawan
5. Kepala Seksi Pengujian : Drh. Iin Indasari
Gambar 1. Struktur Organisasi BPPT-SP Ciamis
1.4. Tenaga Kerja
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong (BPPT-SP) Ciamis
memiliki pegawai sebanyak 49 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu
pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 20 orang dan sisanya 29 orang sebagai
tenaga harian lepas (THL) seperti yang tertera pada Tabel 1.
Kepala Balai
Kepala Seksi
Pengembangan Kepala Pengujian
Instansi
Page 5
5
Tabel 1. Pegawai dan tingkat pendidikan di BPPT-SP Ciamis
No Status S1 S2 S3 D3 SLTA SLTP SD Paket
C
Jumlah
(orang)
1. PNS 2 1 3 3 4 - 3 4 20
2
Jumlah
THL
-
2
-
1
-
3
-
3
6
10
6
6
17
20
-
4
29
49
Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015
Waktu kerja di BPPT-SP Ciamis dimulai pada pukul 05.30-15.00 WIB,
dengan waktu istirahat dimulai pukul 11.00-13.00 WIB, dan waktu libur untuk
karyawan THL satu hari untuk setiap minggunya. Selain waktu kerja, karyawan
untuk kegiatan piket malam yang dilaksanakan secara bergantian. Karyawan yang
melaksanakan piket malam akan mendapat libur untuk keesokan harinya. Hari
libur tenaga kerja hanya satu hari dan dilakukan secara bergilir sesuai dengan
jadwal dari bagian administrasi. Daftar kegiatan harian karyawan di BPPT-SP
Ciamis dapat dilihat pada Tabel 2.
Page 6
6
Tabel 2. Jadwal kegiatan harian di BPPT-SP Ciamis
No Waktu (WIB) Kegiatan
1 05.30 - 07.00
-Membersihkan kandang
-Menyodok lantai kandang
-Menyapu lantai kandang
-Membersihkan bak pakan
2 07.00 – 08.30 -Memberi pakan hijauan
3 08.30 – 09.00
-Memberi pakan konsentrat
-Mengkontrol ternak
4 09.00 – 11.00
-Mencari rumput di ladang HMT
-Mengontrol ternak
5 11.00 – 13.00 -Istirahat
6
13.00 – 14.00
-Membersihkan kandang
-Menyodok lantai kandang
-Menyapu lantai kandang
-Memberi pakan konsentrat
7 14.00 – 15.00 -Memberi pakan hijauan
Keterangan : *Pembersihan bak air minum dilakukan minimal 1 kali dalam seminggu tergantung dari
keadaan bak air (tergantung dari kebijakan karyawan).
Sumber: UPTD BPPT-SP Ciamis 2015.
1.5. Kandang Pemeliharaan
Kandang ternak sapi potong adalah satu hal yang sangat penting dalam
suatu peternakan sapi. Kandang ternak sapi adalah suatu bangunan yang berfungsi
sebagai pelindung bagi ternak sapi dari kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan seperti hujan, angin kencang, banjir, udara dingin dan terik
matahari, maupun terhadap ancaman binatang buas dan gangguan pencuri.
Kandang juga sebagai penunjang produktivitas, kandang ternak sapi dirancang
agar memudahkan pemeliharaan dan pengawasan ternak baik masalah kesehatan,
produksi dan reproduksi. Luas kandang dan kapasitasnya disajikan pada Tabel 3.
Page 7
7
Tabel 3. Ukuran dan kapasitas kandang
Kandang Penggunaan
Ukuran
Kandang
(m)
Luas
Kandang
(m2)
Daya Tampung Sapi (ekor)
A Kandang bibit
60 x 9,6 576 49 (20 pen x 2 ekor)
B
Kandang sapi
dara
20,28 x 3.6
73,008
28 (8 pen x 3 ekor)
C1 Kandang beranak
30 x 2,2 66 30 (30 pen x 1 ekor)
C2 Kandang beranak 18 x 2,2 39,6 24 (12 pen x 1 ekor +
anak)
C3 Kandang beranak
12 x 2,2 26,4 15 (8 pen x 1 ekor + anak)
D
Kandang
pembesaran
31,4 x 5,7
178,98
40 (40 pen x 1 ekor)
E
Kandang pejantan
pasundan
12 x 2,2
26,4
4 (4 pen x 1 ekor)
F1 Kandang pejantan
30 x 2,2 66 10 (10 pen x 1 ekor)
F2 Kandang pejantan
12 x 2,2 26,4 4 (4 pen x 1 ekor)
F3 Kandang pejantan
18 x 2,2 39,6 6 (6 pen x 1 ekor)
F4 Kandang pejantan
8 x 2.2 17,6 4 (4 pen x 1 ekor)
G1
Kandang calon
bibit
24 x 2,2
39,6
16 (8 pen x 2 ekor)
G2
Kandang pejantan
muda
36 x 2,2
79,2
18 (18 pen x 1 ekor)
G3
Kandang sapi
Pasundan calon
bibit
40 x 2,2
88
41 (8 pen x 5 ekor)
G4
Kandang calon
bibit (PO)
48 x 2,2
105,6
34 (12 pen x 3 ekor)
H1,H2 Kandang lepas
sapih
8 x 2,2 17,7
14 (1 pen x 14 ekor)
Mini
Ranch
Kandang sapi
muda
15,5 x 3,86
59,83
17 (2 pen x 9 ekor)
Isolasi
Kandang sapi
dalam rekondisi
12 x 2,2 26,4 -(4 pen x 1 ekor)
Sumber: BPPT-SP Ciamis, 2015
Page 8
8
Tipe kandang yang digunakan di BPPT-SP Ciamis adalah kandang
individu dan koloni. Kandang pemeliharaan di BPPT-SP terdiri dari kandang A,
B, C, D, E, F1, F2, F3, F4, G1, G2, G3, H1, H2, mini ranch, dan isolasi. Kandang
pemeliharaan yang digunakan di BPPT ini juga dilengkapi dengan alley, atau
jalan diantara petak dalam tiap blok, lebar alley antara 1-1,5 meter, disamping itu
kandang juga dilengkapi dengan jalan yang menghubungkan kandang satu dengan
kandang yang lain sehingga memudahkan ternak yang akan dipindahkan dari satu
kandang ke kandang lainnya. Denah kandang tertera pada Lampiran 1.
1.6. Sarana dan Prasarana
Luas lahan UPTD BPPT-SP Ciamis adalah 80.360 m2 dengan sertifikat
Hak Pakai Nomor 12 tahun 2002, atas nama Provinsi Jawa Barat Dinas
Peternakan Jawa Barat. Balai perbibitan ini memiliki fasilitas bangunan, jalan, dan
sarana pendukung lainnya seperti pada Tabel 4 dan 5.
Page 9
9
Tabel 4. Fasilitas bangunan, jalan dan pendukung di UPTD BPPT-SP Ciamis
No Jenis Bangunan Luas (m2) Keterangan
1 Barang Kantor 100 1 Unit
2 Rumah Dinas t 54 54 1 Unit
3 Rumah Dinas t 36 72 2 Unit
4 Rumah Dinas T 21 84 4 Unit
5 Gedung Konsentrat dan Barang 144 3 lokal
6 Gudang HMT 110 2 Unit
7 Bunker Silo 75 5 lokal
8 Kandang Jepit - 1 unit
9 Gudang Kompos 35 2 unit
10 Tempat Timbangan 25 1 Unit
11 Bak Penampungan 20 1 Unit
12 Ruang Pertemuan 36 1 Unit
13 Jalan 400 1 Unit
14 Saluran Limbah 250 1 Lokal
15 Musholla 54 1 Lokal
16 Mess 100 1 Lokal
17 Tempat Penampungan Semen 54 1 Lokal
Sumber : Bagian tata usaha UPTD BPPT-SP Ciamis, 2015
Sarana pendukung produksi yang ada di BPPT-SP Ciamis, terdiri dari alat
transportasi, peralatan HMT, peralatan kandang, peralatan laboratorium, IB dan
semen beku, serta peralatan kantor, seperti tertera pada Tabel 5.
Page 10
10
Tabel 5. Sarana pendukung produksi di BPPT-SP Ciamis
No Nama Barang Jumlah Keterangan
1 Kendaraan roda 4 2 Unit
2 Chopper 1 Unit
3 Mesin Potong Rumput 1 Unit
4 Genset 1 Unit
5 Kereta Dorong 6 Buah
6 Peralatan Peternakan 1 Unit
7 Peralatan Diaknistik Klinik 1 Unit
8 Peralatan Kantor 1 Unit
9 Obat Hewan 1 Unit
10 Bahan kimia 1 Unit
11 Container 3 Buah
12 Dummy Cow 1 Buah
13 Filling Kabinet 3 Buah
14 Tempat tidur dan kasur 11 Set
15
16
17
18
Kursi Lipat
Cattle Yard
Gang Way
Loading Chute
30
1
1
1
Set
Unit
Unit
Unit
Sumber : Bagian Tata Usaha UPTD BPPT-SP Ciamis, 2015
1.7. Bangsa Sapi yang Dipelihara
Bangsa sapi yang dipelihara di UPTD BPPT-SP Ciamis meliputi sapi lokal
dan impor, yaitu sapi Simental, Brahman, Angus, Ongole, Pasundan, dan
Pranakan Ongole. Ciri-ciri dari bangsa sapi yang dipelihara di BPPT-SP Ciamis
tersaji pada Tabel 6.
Page 11
11
Tabel 6. Bangsa dan ciri-ciri ternak yang dipelihara di UPTD BPPT-SP Ciamis
No Bangsa sapi Ciri-ciri
1 Simmental Ukuran tubuh besar, pertumbuhan otot bagus,
warna bulu krem agak coklat atau sedikit merah
pada muka dan kaki berwarna putih, ukuran
tanduk kecil.
2 Brahman Warna putih sedikit abu-abu atau kemerahan,
terdapat gelambir dari bawah rahang sanpai
ujung dada bagian depan, badan besar dan
panjang, bepunuk, kepala panjang,telinga besar
dan rebah.
3 Angus Bulu halus, berwarna hitam seluruh tubuh, tidak
bertanduk, leher pendek, telinga pendek,
pnuggung lurus, badan kompak dan padat.
4 Peranakan Ongole Bulu pada umumnya berwarna putih, pada
punduknya berwarna kelabu, tanduk mencuat
kesamping.
5
6
Ongole
Pasundan
Warna putih sedikit abu-abu, terdapat gelambir
dari bawah rahang sampai ujung dada bagian
depan, kepala panjang, telinga kecil dan tagak.
Warna merah keemasan, badan pendek dan
padat, tanduk ke samping atas, sedikit bepunuk
dan bergelambir.
Sumber : Bagian Tata Usaha UPTD BPPT-SP Ciamis, 2015
1.8. Pakan
Kebutuhan pakan setiap ternak berbeda tergantung pada jenis ternak,
umur, fase (pertumbuhan, dewasa bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal,
sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban udara) serta berat
badannya. Menurut Siregar (2009) pemberian pakan yang baik diberikan dengan
perbandingan 60 : 40 (dalam bahan kering ransum), apabila hijauan yang
diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat menjadi 55 : 45 dan hijauan
Page 12
12
yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi perbandingan itu dapat menjadi
64 : 36. Pakan hijauan yang diberikan pada ternak diperoleh dari kebun rumput
UPTD BPPT-SP Ciamis. Luas lahan HMT sekitar 8 ha yang ditanami hijauan
(rumput) seperti rumput raja (king grass/pennisetum purpureophoides), rumput
setaria (setaria spacellata), rumput benggala (panicum maximum), rumput gajah
(pennisetum purpureum). Menurut Rukmana (2005), kandungan nutrien rumput
gajah terdiri atas BK 19,9 %, PK 10,2 %, LK 1,6 %, SK 34,2 %, abu 11,7 %,
BETN 42,3 %, dan kandungan nutrien jerami padi padi BK 84,74 %, PK 3,86 %,
SK 34,72 % LK, 0,56 %, abu 12,03 %, TDN 59,0 %, Ca 0,15 %, P 0,02 %.
Namun sebagian besar yang banyak ditanam adalah rumput raja. Menurut Sutardi
(1991) kandungan nutrien rumput raja yaitu BK 15,25 %, SK 26,20 %, PK 13,50
%, TDN 57,0 %, Ca 0,37 %, dan P 0,39%. Hijauan makanan ternak merupakan
bahan pakan yang cukup penting untuk keberlangsungan perbibitan sapi potong.
Produksi hijauan makanan ternak yang dihasilkan UPTD BPPT-SP Ciamis belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak di lokasi tersebut, oleh karena itu
pemberian hijauan yang dilakukan ditambahkan dengan pemberian konsentrat
agar jumlah kebuuhan ternak dan nilai gizi pakan terpenuhi sesuai dengan
kebutuhannya.
Jenis pakan yang diberikan adalah berupa konsentrat dan hijauan segar.
Pakan penguat atau konsentrat adalah pakan yang bernutrisi tinggi dengan serat
kasar yang relatif rendah. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan makanan yang
berasal dari biji-bijian dan hasil ikutan pertanian dan pabrik, berupa : pollard,
dedak, jagung, onggok, bungkil kelapa, kacang hijau. Kebutuhan vitamin dan
Page 13
13
mineral diperoleh dari pemberian kapur, ultra mineral, dan vitamin komersial.
Pakan konsentrat di BPPT-SP Ciamis langsung dibeli di perusahaan PT Cargill
Indonesia tepatnya di daerah Kabupaten Grobogan dengan kandungan nutrien
kadar protein minimal 13 %, kadar lemak maksimal 7 %, kadar serat kasar
maksimal 12 %, kadar NDF maksimal 35 %, TDN minimal 70 %, kadar abu
maksimal 12 %, kadar air maksimal 12 %, kalsium 0.8-1.0 %, phosphor 0.6-0.8
%. Sebelumnya di BPPT-SP Ciamis mengolah atau membuat konsentrat sendiri,
namun sering berjalannya waktu dikarenakan harga bahan baku konsentrat yang
fluktuatif atau tidak stabil dan kualitas bahan yang kurang baik maka diputuskan
membeli konsentrat yang sudah jadi secara langsung.
Page 14
14
II. METODE
2.1. Materi
Materi yang digunakan terdiri atas :
1. Sapi Brahman, Peranakan ongole, Passundan, Simental, Angus berjumlah 367
ekor yang ditempatkan ke dalam 18 kandang.
2. Perlengkapan kandang meliputi bak air, tempat pakan, tempat minum, sapu
lidi, sekop, kereta pendorong kotoran dan sikat.
3. Pakan ternak yang terdiri dari konsentrat, jerami, dan rumput.
4. Peralatan penulisan ear tag seperti spidol dan ear tag.
5. Mobil pengangkut pakan.
6. Tempat antrian ternak (cattle yard).
7. Tempat bongkar sapi (loading chute).
8. Kandang jepit (crush).
9. Lorong sapi berjalan dari cattle yard (gang way).
10. Timbangan rumput.
11. Alat tulis dan kamera digital untuk dokumentasi.
Jumlah dan status fisiologis sapi di perusahaan selalu berubah, karena
adanya penjualan sapi, mutasi, kelahiran, pengadaan sapi dan kematian. Populasi
sapi secara rinci tertera pada Tabel 7.
Page 15
15
Tabel 7. Jumlah dan status fisiologis sapi di BPPT-SP Ciamis Bulan Januari 2015
No. Status Fisiologis Jumlah (ekor)
1.
2.
3.
4.
5.
Meiden Heifer
Cow
Weaner
Calf
Bull
231
50
21
46
19
Jumlah 367
Sumber: UPTD BPPT-SP Ciamis, 2015
2.2. Cara Kerja
Praktik kerja dilakukan dengan cara melakukan kegiatan rutin
pemeliharaan sapi yaitu membersihkan fases dengan penyodok kayu dan kereta
dorong, membersihkan lantai kandang, memberi pakan, serta memberi minum
yang dimulai pada pukul 05.30 WIB – 15.00 WIB dengan jam istirahat pada
pukul 11.00 WIB – 13.00 WIB. Kegiatan insidental yang dilakukan meliputi
pemasangan ear tag, IB, dan penanganan penyakit. Kegiatan penunjang yang
dilakukan dengan cara diskusi serta wawancara untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dengan kepala sub bagian tata usaha, karyawan kandang dan
pengamatan langsung di lapangan selama praktik kerja berlangsung.
2.2.1. Kegiatan Rutin
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
2.2.1.1. Tatalaksana Pemeliharaan Pedet Lepas Sapih
2.2.1.2. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Dara
2.2.1.3.Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Bibit
Page 16
16
2.2.1.4. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi di Kandang Pembesaran
2.2.2. Kegiatan Insidental
2.2.2.1. Pemasangan Ear Tag
2.2.2.2. Manajemen Reproduksi
2.2.2.2.1. Deteksi Birahi
2.2.2.2.2. Perkawinan
2.2.2.2.3. Service per Conseption (S/C)
2.2.2.3. Kesehatan dan Penyakit Ternak
2.2.3. Kegiatan Penunjang
2.2.3.1. Wawancara dan diskusi
2.3. Waktu dan Tempat
Praktik kerja dilakukan selama satu bulan, yaitu pada tanggal 14 Januari
sampai dengan 12 Februari 2015. Selama praktik kerja, kegiatan dilaksanakan
mulai pukul 05.30 WIB sampai pukul 15.00 WIB dengan jam istirahat antara
jam 11.00 – 13.00 WIB. Praktik kerja dilaksanakan di UPTD BPPT-SP Ciamis
yang berlokasi di Jalan Raya Banjar-Ciamis Dusun kidul Blok Jentir, Desa
Cijeungjing, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.
Page 17
17
III. KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Kegiatan Rutin
Kegiatan rutin dilakukan setiap hari dimulai pukul 05.30 WIB sampai
dengan pukul 15.00 WIB, yang diselingi waktu untuk istirahat dari jam 11.00
WIB sampai dengan 13.00 WIB. Kegiatan rutin pada pagi hari meliputi
pembersihan kandang, pembersihan tempat pakan, pemberian hijauan baik jerami
kering maupun rumput segar, dan memberikan konsentrat. Rangkaian kegiatan
rutin ini berlaku di semua kandang. Kegiatan dilanjutkan pada siang hari dari
pukul 13.00 – 15.00 WIB, yaitu kegiatan seperti di pagi hari, hanya saja
pemberian pakan yang kedua berbeda dengan yang dipagi hari. Pemberian pakan
porsi kedua dilakukan pemberian konsentrat dahulu kemudian dilanjut hijauan,
dan pengadukan pakan karena ada sisa pemberian pakan pagi, yang berfungsi agar
pakan tidak asam karena kontaminasi saliva sapi dan untuk menimbulkan aroma,
sehingga menimbulkan selera bagi sapi tersebut untuk kembali makan.
3.1.1. Tatalaksana Pemeliharaan Pedet Lepas Sapih
Proses penyapihan merupakan proses penghentian pemberian susu secara
bertahap hingga pedet sudah tidak diberi susu sama sekali. Pada tahap ini (lepas
sapih), pedet dipelihara dalam kandang kelompok. Pedet yang ada di BPPT-SP
Ciamis akan ditempatkan di kandang lepas sapih sampai umur 7-14 bulan.
Menurut Bamualim dan Wirdahayati (2002) sapi potong umumnya disapih pada
umur 7 bulan. Namun pada penyapihan dini, pedet disapih pada umur 3-6 bulan.
Page 18
18
Penyapihan dini merupakan strategi untuk meningkatkan kemampuan hidup dan
mengurangi tingkat kematian, asalkan diiringi dengan pemberian hijauan
berkualitas. Selama pemeliharaan di kandang lepas sapih pedet diberi vitamin
setiap satu bulan sekali.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dikandang lepas sapih antara lain:
a. Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan tempat minum
Pembersihan lantai kandang dan sisa pakan dilakukan setiap pagi hari
pukul 05.30 WIB dan pukul 13.00 WIB sedangkan pembersihan tempat minum
dilakukan satu minggu sekali.
b. Pemberian pakan
Pemberian pakan hijauan dikandang lepas sapih dilakukan dua kali sehari
pada pukul 07.00 WIB dan pukul 13.30 WIB sedangkan pakan konsentrat
diberikan hanya satu kali pada pukul 09.00 WIB. Jumlah pemberian pakan
hijauan segar rata-rata 15 kg/ekor/hari dan pemberian pakan konsentrat rata-
rata 1,2 kg/ekor/hari. Berat badan rata-rata pedet lepas sapih yang diambil
sebagai sampel yaitu 121,08 kg.
Evaluasi kecukupan pemberian pakan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Evaluasi kecukupan pakan sapi pedet lapas sapih di BPPT-SP Ciamis
No Berat badan 121,08 kg BK
(kg)
TDN
(kg)
PK
(gr)
1
2
Kebutuhan pakan
Pemberian
a. Hijauan
b. Konsentrat
3,0
2,28
1,05
4,82
1,29
0,74
117,5
305
140
Selisih + 0,33 - 2,79 + 327,5
Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015
Page 19
19
Tabel 8 menunjukan bahwa evaluasi kecukupan pakan berdasarkan BK
dan PK sudah tercukupi bahkan berlebih, namun kebutuhan TDN belum
tercukupi. Tingginya konsumsi PK dibanding kebutuhan PK terjadi akibat
konsumsi BK yang tinggi dan ransum yang dikonsumsi mempunyai kandungan
protein yang cukup tinggi. Konsumsi PK yang tinggi juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah jenis bahan pakan khususnya bahan
penyusun konsentrat. Konsentrat merupakan pakan penguat dengan kadar SK
rendah dan banyak mengandung protein dan juga energi. Pakan yang tidak
mencukupi kebutuhan energinya maka lemak dalam tubuh ternak akan
dirombak untuk mencukupi kebutuhan energi untuk hidup pokok ternak yang
tidak tercukupi dari pakan. Menurut Tillman dkk. (1991) kekurangan energi
dapat mengakibatkan terhambatnya pertambahan bobot badan, penurunan
bobot badan.
c. Pemberian air minum
Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum yaitu dengan cara
mengisi bak air minum dengan memutar kran sehingga dengan sendirinya air
mengalir memenuhi bak tersebut. Pemberian air minum dilakukan satu kali
sehari yaitu pada pagi hari.
3.1.2. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Dara
Sapi dara atau heifer adalah periode sapi betina muda sampai beranak
pertama. Sapi dara yang sudah mencapai dewasa kelamin karena sudah terlihat
tanda-tanda birahi, tetapi belum dewasa tubuh maka tidak diperbolehkan untuk
dilakukan inseminasi buatan (IB). Sapi dara yang belum mengalami dewasa tubuh
Page 20
20
bila tetap dilakukan IB akan sia-sia karena mengalami keguguran. Sapi dara siap
dikawinkan pada umur 24 bulan, dan ditempatkan di kandang bibit. Sapi dara
yang ada di BPPT-SP Ciamis setiap satu bulan sekali selalu diberikan vitamin.
Tatalaksana pemeliharaan sapi dara yang bagus akan mempengaruhi tingkat
pencapaian umur pubertasnya seperti pendapat Tillman dkk. (1991) bahwa faktor
makanan memegang peranan penting dalam berbagai peristiwa fisiologis yang
terjadi dalam pencapaian dewasa kelamin serta proses-proses reproduksi.
Diperkuat dengan pernyataan Thalib dan Zulbardi (2001) bahwa perkembangan
organ reproduksi ditentukan oleh proses pemberian nutrisi dan pemeliharaan
semasa muda. Iskandar (2011) juga menyatakan bahwa nutrisi yang rendah dapat
mengakibatkan pubertas terlambat. Sapi dara yang berumur 14-20 bulan yang
berasal dari kandang lepas sapih akan dipindahkan ke kandang dara kemudian
sapi dara dipindahkan ke kandang ternak bibit setelah berumur 2-2,5 tahun.
Adapun kegiatan dalam pemeliharaan sapi dara, yaitu :
a. Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan tempat minum
Pembersihan lantai kandang dan sisa pakan dilakukan dua kali sehari pada
pukul 05.30 WIB dan pukul 13.00 WIB sedangkan pembersihan tempat minum
dilakukan satu minggu sekali.
b. Pemberian pakan
Dasar pemberian pakan untuk sapi dara di BPPT-SP Ciamis adalah untuk
memenuhi kebutuhan pokok dan pertumbuhan. Pakan yang diberikan pada sapi
dara berupa hijauan segar rata-rata 17,43 kg/ekor/hari, pemberian jerami padi
Page 21
21
rata-rata 2 kg/ekor/hari, dan pemberian konsentrat rata-rata 1,43 kg/ekor/hari.
Rata-rata berat badan sapi dara yang di ambil sebagai sampel yaitu 191,56 kg.
Evaluasi kecukupan pemberian pakan tertera pada Tabel 9.
Tabel 9. Evaluasi kecukupan pakan sapi dara di BPPT-SP Ciamis
No Berat badan 191,56 kg BK
(kg)
TDN
(kg)
PK
(gr)
1
2
Kebutuhan pakan
Pemberian
a. Hijauan
b. Jerami
c. Konsentrat
3,47
2,66
1,7
1,26
5,57
1,51
1
0,88
133,6
359
65
163
Selisih + 2,15 - 2,18 + 453,4
Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015
Tabel 9, menunjukkan bahwa evaluasi kecukupan pakan berdasarkan
kandungan BK dan PK sudah tercukupi bahkan berlebih, namun pada
kandungan TDN pakan masih kurang. Menurut Parakkasi (1999) ternak
memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi setelah kebutuhan
hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan
pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri, jika pakan yang
dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan
dirombak menjadi energi. Pemberian pakan pada sapi dara berupa konsentrat
dan hijauan segar. Konsentrat diberikan dua kali sehari pada pagi hari pukul
09.00 WIB dan siang hari pada pukul 13.00 WIB. Pemberian hijauan dan
jerami dilakukan dua kali sehari di pagi hari pada pukul 07.00 WIB dan siang
hari pukul 13.30 WIB.
Page 22
22
c. Pemberian air minum
Pemberian air minum pada sapi dara dilakukan secara adlibitum yaitu
dengan pengisian bak air minum dengan memutar kran sehingga dengan
sendirinya air akan memenuhi bak tersebut.
3.1.3. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Bibit
Sapi bibit merupakan sapi yang sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh
layak dilakukan inseminasi buatan (IB). Sapi yang memperlihatkan tanda-tanda
birahi di kandang bibit tersebut harus langsung dilakukan inseminasi buatan,
kemudian pada hari ke 60 dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PKB). Setiap satu
bulan sekali diberikan vitamin guna mendapatkan reproduksi yang optimal dan
tiap tiga bulan sekali diberikan obat cacing. Sapi bibit yang ada BPPT Ciamis
diseleksi untuk mendapatkan bibit-bibit yang berkualitas. Sapi bibit yang tidak
masuk kriteria oleh BPPT-SP Ciamis dimasukkan ke kandang pembesaran. Sapi
bibit yang sesuai kriteria dimasukkan dalam kandang kelompok, yang terbagi
dalam tiap-tiap pen.
Adapun kegiatan dalam pemeliharaan sapi bibit di BPPT-SP Ciamis yaitu :
a. Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan tempat minum
Pembersihan lantai kendang dan sisa pakan dilakukan dua kali sehari pada
pukul 05.30 WIB dan pukul 13.00 WIB sedangkan pembersihan tempat minum
dilakukan satu minggu sekali.
b. Pemberian pakan
Pemberian pakan yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis pada pemeliharan
sapi bibit berupa hijauan segar rata-rata 25 kg/ekor/hari, jerami padi rata-rata 2
Page 23
23
kg/ekor/hari, dan pemberian konsentrat rata-rata 2 kg/ekor/hari. Berat badan
rata-rata sapi bibit 250 kg.
Evaluasi kecukupan pemberian pakan tertera pada Tabel 10.
Tabel 10. Evaluasi kecukupan pakan sapi bibit di BPPT-SP Ciamis
No Berat badan 250 kg BK
(kg)
TDN
(kg)
PK
(gr)
1
2
Kebutuhan pakan
Pemberian
a. Hijauan
b. Jerami
c. Konsentrat
4,8
3,8
1,7
1,76
7,6
2,16
1
1,23
185
513
65
228
Selisih + 2,46 - 3,21 + 621
Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015
Tabel 10 menunjukan bahwa evaluasi kecukupan pakan pada BK dan PK
sudah tercukupi bahkan berlebih, namun pada evaluasi kecukupan TDN masih
kurang. Palatabilitas pakan dan jumlah pakan yang dimakan akan
meningkatkan konsumsi protein yang lebih banyak dari kebutuhan minimalnya
sehingga dapat berguna untuk meningkatkan bobot badan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sugeng (2008), yang menyatakan bahwa tubuh memerlukan
protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk
produksi. Pemberian pakan konsentrat pada sapi bibit dilakukan dua kali sehari
pada pukul 09.00 WIB dan pukul 13.30 WIB, pemberian pakan hijauan segar
dilakukan dua kali sahari yaitu pada pukul 07.00 WIB dan pukul 14.00 WIB,
dan pemberian pakan jerami padi dilakukan satu kali sehari pada pukul 10.30
WIB.
Page 24
24
c. Pemberian air minum
Pemberian air minum pada sapi bibit dilakukan secara adlibitum yaitu
dengan pengisian bak air minum dengan memutar kran sehingga dengan
sendirinya air akan memenuhi bak tersebut.
3.1.4. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi di Kandang Pembesaran
Pemeliharaan sapi di kandang pembesaran di BPPT-SP Ciamis dilakukan
pada sapi yang tidak masuk kriteria dari kandang bibit. Sapi di kandang
pembesaran dipelihara sampai bobot tertentu kemudian sebagai replacement stok
untuk calon induk. Tipe kandang pembesaran di BPPT-SP Ciamis yaitu teal to
teal.
Adapun kegiatan pemeliharaan dikandang pembesaran antara lain :
a. Pembersihan lantai kandang, sisa pakan dan tempat minum
Pembersihan lantai kandang dan sisa pakan dilakukan dua kali sehari yaitu
pada pukul 05.30 WIB dan pada pukul 13.00 WIB. Pembersihan tempat minum
dilakukan satu minggu sekali.
b. Pemberian pakan
Pemberian pakan hijauan segar pada kandang pembesaran dilakukan dua
kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB dan 14.00 WIB. Pemberian pakan
jerami padi dilakukan satu kali sehari pada pukul 10.00 dan pemberian
konsentrat juga dilakukan dua kali sehari yaitu pada pukul 09.00 WIB dan
pukul 13.30 WIB. Jumlah pemberian pakan hijauan segar rata-rata 20
kg/ekor/hari, jerami padi rata-rata 2 kg/ekor/hari, dan pemberian pakan
Page 25
25
konsentrat rata-rata 2 kg/ekor/hari. Berat rata-rata sapi di kandang pembesaran
228,03 kg.
Evaluasi kecukupan pemberian pakan pada Tabel 11.
Tabel 11. Evaluasi kecukupan pakan sapi pembesaran di BPPT-SP Ciamis
No Berat badan 228,03 kg BK
(kg)
TDN
(kg)
PK
(gr)
1
2
Kebutuhan pakan
Pemberian
a. Hijauan
b. Jerami
c. Konsentrat
4,42
3,05
1,7
1,76
7,17
1,74
1
1,23
173
411
65
228
Selisih + 2,09 - 3,2 + 531
Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015
Hasil evaluasi kecukupan pakan pada Tabel 11 berdasarkan BK dan PK
sudah tercukupi, namun pada TDN masih kurang. Kekurangan TDN dapat
menyebabkan gangguan fisiologi ternak. Hal ini didukung oleh pendapat
Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa kurangnya TDN dalam pakan
dapat mengakibatkan berkurangnya semua fungsi produksi dan terjadi
kematian bila berlangsung lama. Pernyataan ini didukung oleh pendapat
Toelihere (1985) pemberian pakan yang baik dan manajemen yang efisien
diperlukan untuk menjamin suatu proses produksi yang baik. Data perhitungan
evaluasi kecukupan pakan dapat dilihat pada lampiran 3.
c. Pemberian minum
Pemberian air minum pada sapi di kandang pembesaran dilakukan secara
adlibitum yaitu dengan pengisian bak air minum dengan memutar kran
sehingga dengan sendirinya air akan memenuhi bak tersebut.
Page 26
26
3.2. Kegiatan Insidental
3.2.1. Pemasangan Ear Tag
Pemasangan ear tag yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis yaitu pada pedet
yang akan disapih berumur 5-6 bulan dan pada sapi yang baru datang.
Pemasangan ear tag atau nomor identitas dilakukan oleh petugas kesehatan hewan
dengan tidak mengenai pembuluh darah yang ada pada telinga sapi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Siregar (2009), yang menyatakan pemberian identitas di telinga
dengan ear tag sebaiknya dilakukan dengan hati-hati. Penandaan harus ditusukkan
pada bagian telinga yang tidak dilalui saluran atau pembuluh darah yang besar.
Nomor-nomor identitas yang diberikan di BPPT-SP Ciamis untuk sapi yaitu N11
000, D 000, C2 000, D13 000, RG13 000, RG30 000, dan RC 000. Keuntungan
menggunakan ear tag antara lain mencegah terjadinya kesalahan atau tertukarnya
penomoran antara sapi yang satu dengan sapi yang lainnya.
3.2.2. Tatalaksana Reproduksi
Usaha perbibitan yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis salah satunya
bertujuan untuk mendapatkan produk utama berupa sapi bibit atau sapi bakalan
yang berkualitas unggul. Hal ini diperlukan perkawinan secara inseminasi buatan
(IB). Pelaksanaan perkawinan atau IB di BPPT-SP Ciamis dilakukan oleh petugas
BPPT. Adapun tatalaksana reproduksi yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis,
meliputi deteksi birahi, perkawinan, sevice per conception (S/C).
Page 27
27
3.2.2.1. Deteksi Birahi
Birahi pertama terjadi saat ternak mengalami dewasa kelamin. Dewasa
kelamin atau pubertas adalah periode dalam kehidupan makhluk hidup jantan dan
betina karena proses-proses reproduksi mulai terjadi, yang ditandai oleh
kemampuan untuk pertama kalinya memproduksi benih (Partodiharjo, 1980).
Dewasa kelamin pada umumnya terjadi lebih dahulu sebelum dewasa tubuh. Sapi
yang telah mencapai pubertas siap untuk dikawinkan. Sapi-sapi dara di BPPT-SP
mengalami birahi pertama pada umur 12-15 bulan.
Periode siklus birahi bervariasi antara berbagai jenis hewan, sedangkan
pada sapi antara 18-24 hari. Hewan yang tidak dalam masa birahi akan menolak
untuk kawin. Pada hewan yang tidak bunting periode birahinya dimulai sejak dari
permulaan birahi sampai ke permulaan periode selanjutnya. Deteksi birahi yang
tepat merupakan faktor yang paling penting dalam usaha peternakan karena bila
dalam masa birahi sapi tidak dikawinkan maka dalam usaha perbibitan akan
mengalami kerugian, karena harus menunggu 18-24 hari berikunya dan
menambah biaya pemeliharaan. Oleh sebab itu recording atau pencatatan sangat
diperlukan dalam usaha perbibitan. Deteksi yang tepat juga berguna untuk
mengetahui waktu konsepsi sehingga dapat menyesuaikan nutrisi yang diperlukan
untuk kebuntingan dan menentukan waktu beranak (Zeniciro dan sarastina 2002).
Menurut Partodiharjo (1980), tanda-tanda birahi pada sapi betina antara lain :
a. Keluar lendir jernih pada vulva
b. Gelisah atau tidak tenang
c. Mencoba menaiki sapi lain
Page 28
28
d. Pangkal ekor terangkat sedikit
e. Pada vulva memerah, membengkak dan hangat
Parameter yang digunakan dalam pendeteksian birahi di BPPT-SP Ciamis
adalah dengan melihat keluarnya cairan jernih disertai warna merah pada vulva,
bengkak dan hangat. Bila tanda-tanda birahi sudah tampak maka anak kandang
BPPT-SP akan menghubungi petugas inseminasi BPPT-SP Ciamis yang
selanjutnya akan dilakukan inseminasi buatan (IB).
3.2.2.2. Perkawinan
Perkawinan dapat terjadi bila sel telur bertemu dengan sel sperma.
Perkawinan dapat dilakukan dengan menggunakan pejantan maupun dengan
menggunakan IB. Perkawinan pertama pada sapi dara hendaknya dilakukan
setelah dewasa kelamin dan dewasa tubuh. Hal ini bertujuan agar bobot lahir
pedet tidak rendah dan sifat keibuan sapi dara juga dapat ditingkatkan. Umumnya
di BPPT-SP Ciamis perkawinan sapi dara dilakukan pada umur 18-24 bulan.
Sistem perkawinan yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis dengan
menggunakan IB. Straw yang digunakan di BPPT-SP Ciamis berasal dari
penampungan semen balai itu sendiri. Setelah tanda-tanda birahi sudah tampak
tidak boleh langsung dilakukan IB. Hal ini disebabkan ada waktu-waktu tertentu
untuk mengetahui kapan IB harus dilakukan. Menurut Toelihere (1985), dalam
praktik waktu permulaan datangnya estrus tidak dapat ditentukan dengan pasti,
tetapi dapat menggunakan potokan yang tertera pada Tabel 12.
Page 29
29
Tabel 12. Waktu optimum untuk inseminasi
Sumber : Toelihere (1985)
Pelaksanaan IB yang diterapkan di BPPT-SP Ciamis dengan menggunakan
metode rektovaginal, yaitu sperma disemprotkan dengan menggunakan sebuah
alat yang disebut inseminasion gun, dimasukkan melalui vagina dan melalui
cincin cervix. IB dilakukan oleh inseminator yang ada di BPPT-SP Ciamis.
Beberapa peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan IB di BPPT-SP
Ciamis diantaranya :
a. Container (untuk penyimpanan straw)
b. Straw (yang berisi semen beku dari bangsa tertentu)
c. Pipet inseminasi (untuk menyemprotkan atau melepaskan semen beku dari
straw)
d. Plastik seat (untuk menutup pipet inseminasi)
e. Plastic meaten (untuk melindungi tangan dari kotoran sekaligus menghindari
kontak langsung dengan organ reproduksi sapi)
f. Cutter straw (untuk memotong straw yang)
g. Kertas tissue (untuk mengeringkan straw setelah setelah proses thawing)
h. Termos (untuk menyimpan straw saat dikeluarkan dari container)
Pertama kali
terlihat estrus
Waktu yang tepat untuk
inseminasi
Terlambat
Pagi
Sore
Hari yang sama
Hari berikutnya (pagi-
siang)
Hari berikutnya
Sesudah jam 15.00 besoknya
Page 30
30
Langkah-langkah pelaksanaan IB dengan menggunakan metode
rektovaginal di BPPT-SP Ciamis yaitu sebagai berikut :
a. Insemination gun disiapkan, lalu diisi straw setelah di lakukan thawing dengan
memegang dengan tangan tepat di bagian tengah dengan pangkal insemination
gun di sebelah kanan.
b. Tangan kiri memakai plastik meaten yang telah dibasahi dengan air, dengan
posisi menguncup dimasukkan secara perlahan melalui rectum untuk
memfiksir atau menggenggam cervix.
c. Feses dikeluarkan bila ada dalam di rectum.
d. Posisi ekor menyilang di tangan kiri atau biasanya diikat atau dipegang oleh
anak kandang.
e. Insemination gun dimasukan melalui vagina sampai ke mulut cervix.
f. Setelah insemination gun berada di mulut cervix, lalu insemination gun masuk
pada cincin cervix yang keempat.
g. Kemudian semen beku disemprotkan secara perlahan sampai habis.
h. Insemination gun dikeluarkan dengan tangan kiri secara perlahan.
Permasalahan yang sering terjadi di manajemen perkawinan BPPT-SP
Ciamis adalah sering terjadinya birahi tersembunyi (silent heat). Menurut
Broaddus et al. (2003) bahwa kekurangan protein kasar pada pakan akan
menyebabkan peningkatan kasus silent heat. Birahi tersembunyi dapat
menyebabkan kegagalan dalam perkawinan sapi. Hal ini disebabkan adanya
keterlambatan dalam mendeteksi birahi sehingga secara tidak langsung akan
Page 31
31
membuat interval kelahiran sapi menjadi lebih panjang dan dapat menimbulkan
kerugian dalam usaha perbibitan.
3.2.2.3. Service per Conception (S/C)
Hasil perhitungan berdasarkan service per conception (S/C) di BPPT-SP
Ciamis rata-rata 2. Nilai ini menunjukkan rendahnya nilai kesuburan kelompok
betina tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasirin (2010), yang menyatakan
faktor yang mempengaruhi rendahnya presentase keberhasilan IB antara lain :
a. Fertilitas dan kualitas semen
b. Keterampilan inseminator
c. Semennya harus benar-benar hidup
d. Ketepatan waktu IB biasanya 10 jam setelah birahi
e. Gangguan Reproduksi
3.2.3. Kesehatan dan Penyakit Ternak
Penyakit merupakan ancaman yang perlu diwaspadai oleh setiap perternak,
walaupun penyakit tidak secara langsung mematikan ternak namun dapat
menimbulkan masalah kesehatan berkepanjangan bila tidak segara ditangani.
Penyakit juga dapat menghambat pertumbuhan ternak dan menggangu
produktivitas ternak. Pengendalian penyakit yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis
misalnya dengan menjaga kebersihan kandang sapi secara teratur, pemberian
pakan yang baik, dan pemberian obat dan vitamin. Obat-obat yang digunakan
untuk penyakit di BPPT-SP Ciamis tertera pada Tabel 13.
Page 32
32
Tabel 13. Obat dan vitamin yang digunakan di BPPT-SP Ciamis
Obat Kegunaan
Antibiotic Limoxin La 500 Ml
Glucortin
Biosan Stamina
Aspal Belanda
Cofavit-500
Antibiotic Spray
Limoxin Spray
Gusanex
Iodium
Aquades
Biosan
Tympanol
Contra Stress
Septivax
Antibiotic
Anti Radang
Obat Penguat (Penambah Energi)
Mengobati infeksi tanduk
Vitamin
Antiseptix Semprot
Obat Luka
Obat Lalat
Obat Antiseptic
Membersihkan Spoit
Penguat Otot
Obat Kembung
Viamin (Anti Stress)
Vaksin Sumber:BPPT-SP Ciamis, 2015
Gambar 2. Obat-obatan yang digunakan di BPPT-SP Ciamis
Page 33
33
Jenis penyakit yang pernah terjadi di BPPT-SP Ciamis adalah sebagai
berikut :
a. Kembung (bloat)
Kembung merupakan keadaan rumen (perut pertama) yang mengembang,
membesar akibat kelebihan gas yang tidak bisa keluar (Sugeng, 2008). Gejala
yang tampak adalah lambung sebelah kiri atas membesar dan terasa kencang, pada
bagian itu bila dipukul dengan jari berbunyi seperti drum akibat rentangan perut
yang begitu kencang, pernafasan berat dan kontraksi rumen sangat kuat sehingga
hewan sering berbaring ke lantai.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan pelayuan atau penjemuran
hijauan, menghindari pemberian pakan yang berasal dari jenis leguminosa yang
terlalu banyak dan di usahakan pemberian pakan hijauan yang masih basah akibat
embun atau air hujan. Pengobatan yang dilakukan di BPPT-SP Ciamis dengan
menggunakan penicillin untuk membasmi bakteri penghasil gas, tetapi jika
keadaan parah maka dilakukan dengan cara menusuk perut sebelah kiri dengan
trocar dan connula. Kemudian disuntik vitamin dan diberi minyak goreng atau air
kelapa bertujuan agar sapi bersendawa.
b. BEF (Bovine Efhenmeral Fever)
Menurut Subroto (1985), penyakit BEF dapat berupa gejala demam, lemah
dan kadang juga menyebabkan kematian setelah tiga hari. Pencegahan dengan
memberikan vaksin secara teratur serta sanitasi kandang dan lingkungan.
Pengobatan dengan vex-oxy dan vitamin B kompleks masing-masing 15 cc dengan
cara disuntik secara intra muscular.
Page 34
34
c. Cacing
Penyakit cacingan di BPPT-SP Ciamis lebih banyak menyerang pedet dari
pada sapi-sapi dewasa. Menurut Subroto (1985), penyebab penyakit cacingan ini
adalah pakan hijauan yang masih berembun serta tercemar siput yang dibawa oleh
cacing gelang. Gejala klinis penyakit ini antara lain, bulu tubuh berdiri dan kusam,
makan banyak namun kurus. Pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan
kalbazen-C, flukicidel 12,5% dan farm-O yang diberikan secara oral. Sedangkan
untuk pencegahannya setiap pedet diberi obat cacing setiap tiga bulan sekali.
d. Diare
Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Eschericia coli.
Penyakit ini dapat menular apabila kebersihan kandang dan lingkungan yang
kurang baik. Gejala klinis penyakit ini yang tampak antara lain, diare, dehidrasi,
lesu yang dalam beberapa hari dapat mengakibatkan kematian pada pedet. Sapi
yang terserang penyakit ini akan mengeluarkan fases encer. Pedet yang terserang
penyakit ini akan ambruk dalam waktu 12-24 jam.
Pencegahan yang dapat ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
kandang dan lingkungan sekitar, serta memberikan pakan yang baik untuk sapi.
Pengobatan sapi yang terkena diare di BPPT-SP Ciamis yaitu dengan memberi
obat antibiotika berupa amphopirim. Amphopirim ini berbentuk tablet dengan
dosis pemberian tiap 30 kg bobot badan pedet diberi satu tablet secara oral.
e. Scabies / Kudis
Penyakit scabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh tungau.
Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui kontak langsung, gizi hewan yang
Page 35
35
rendah. Gejala klinis yang tampak pada sapi yang terkena scabies yaitu, kulit yang
terkena menimbulkan iritasi dan gatal, luka, terdapat pendarahan, kerak, dan kulit
menebal/keras. Pencagahan dan pengobatan yang di lakukan di BPPT-SP Ciamis
terhadap penyakit ini yaitu, menghindari kontak langsung dengan hewan yang
sehat, menyemprotkan obat gusanex pada bagian yang terkena scabies, memberi
vitamin dan dilakukannya penjemuran tiga kali dalam seminggu.
f. Pincang
Sapi yang pincang biasanya terdapat di kandang kelompok akibat terkena
tanduk sapi yang lain. Tanda-tanda sapi pincang dapat diketahui dengan seringnya
sapi berbaring, sulit untuk berjalan, dan nafsu makan menjadi turun. Sapi yang
pincang parah sampai dua minggu tidak sembuh biasanya pihak balai menjual sapi
tersebut dan menggantinya dengan sapi yang baru. Pengobatan yang dilakukan
untuk sapi pincang yaitu dengan pemberian obat penicillin dan vitamin B
kompleks.
g. Prolapsus uteri
Penyakit prolapsus uteri merupakan keluarnya uterus, vagina dan cervix,
menggantung keluar melalui vulva. Kondisi ini sering terjadi pada ternak sapi
maupun kambing. Prolapsus uteri sebenarnya jarang terjadi di BPPT-SP Ciamis,
penyakit ini mirip pada estrus yang berhubungan dengan prolapsus vagina,
bagaimanapun prolapsus uteri berhubungan dengan kejadian pada waktu
melahirkan dan meliputi sekeliling dari vagina. Menurut Fossum (2002),
prolapsus uteri dapat terjadi akibat sobekan pada semua ligamentum/penggantung
dan hemoragi arteri uterina. Penanganan penyakit ini dapat di lakukan dengan
Page 36
36
menempatkan hewan di kandang dengan kemiringan 5-15 cm lebih tinggi di
bagian belakang.
Organ yang keluar dicuci hingga bersih, dan kandung kemih dikosongkan
bila perlu. Biasanya, pengosongan ini dapat dilakukan dengan mengangkat organ
yang keluar untuk memungkinkan urethra menjadi lurus. Kemudian ditempatkan
lagi ke posisi semula, serta diberi iodine povidone 1%. Setelah semua organ
masuk kembali, dilakukan penjahitan pada vulva. Pencegahan yang dapat
dilakukan untuk penyakit prolapsus uteri antara lain, penggunaan pejantan dengan
berat lahir rendah pada saat mengawinkan, ketika menarik pedet yang akan keluar
dari rahim jangan menggunakan kekuatan yang berlebihan, dan pemberian
mineral untuk sapi yang sedang bunting.
3.3. Kegiatan Penunjang
3.3.1. Wawancara dan Diskusi
Wawancara dan diskusi dilaksanakan pada tanggal 28/01/2015 di aula
UPTD BPPT-SP Ciamis dengan bagian administrasi dan bagian tata usaha.
Melalui kegiatan ini diperoleh data sekunder dan menambah wawasan tentang
peternakan. Diskusi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sistem
manajemen dan hal-hal yang berkaitan dengan balai perbibitan sapi potong.
Waktu diskusi tidak dibatasi, bisa dimana dan kapan saja serta dilaksanakan
sebagai sarana untuk memperlancar komunikasi diantara peserta praktik kerja,
staff BPPT, karyawan kandang, baik kepala kandang maupun anak kandang, serta
semua pihak yang dianggap mengetahui tentang informasi yang dibutuhkan
peserta praktik kerja lapangan.
Page 37
37
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Tatalaksana pemeliharaan sapi di BPPT-SP Ciamis masih kurang baik, karena
kebutuhan nutrien TDN belum tercukupi.
2. Pemberian pakan berdasarkan kebutuhan BK dan PK sudah tercukupi bahkan
berlebih, namun terjadi ketidak seimbangan dengan kekurangan kebutuhan
TDN.
3. Pemasangan ear tag atau nomor identitas sapi yang dilakukan di BPPT-SP
Ciamis pada umur 5-6 bulan dan sapi yang baru datang.
4.2. Saran
1. Tatalaksana perbibitan sapi potong di BPPT-SP Ciamis perlu ditingkatkan agar
produksi pedet-pedet calon bibit atau bakalan lebih berkualitas.
2. Pengontrolan tatalaksana perkawinan sebaiknya lebih diintensifkan karena
masih banyak terdapat keterlambatan deteksi birahi sehingga kegagalan
perkawinan dapat diminimalkan.
3. Pemberian pakan konsentrat yang diberikan pada sapi di BPPT sebaiknya
disesuaikan dengan umur sapi, kerana kebutuhan nutrisi tiap umur sapi
berbeda-beda.
Page 38
38
DAFTAR PUSTAKA
Bamualim, A. dan R. B. Wirdahayati. 2002. Nutrition and Management strategies
to improve Bali cattle productivity in Nusa Tenggara. ACIAR Proc. No.
110. Canberra.
Broaddus, B.A., P.D. Burns, and D.A. Philips. 2003. The Affects of Nutrition on
Reproductive Performance. J. Dairy Sci. 71:1063-1072.
Fossum,T.W. 2002. Small Animal Surgery. Mosby inc. USA.
Iskandar. 2011. Performa Reproduksi Sapi PO pada Dataran Rendah dan
Dataran Tinggi di Provinsi Jambi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi,
Jambi.
Kearl, L. C. 1982. Nutrition Requirement of Ruminant in Developing Countries,
International Feedstuffs Institute. Utah Agricultural Experiment Station,
Utah State University, Logan.
Nasirin, A. 2010. Buku Pegangan Peserta Pelatihan Inseminator 2010 Periode ke
1. Fapet Unsoed. Purwokerto.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press.
Jakarta.
Partodiharjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Jakarta.
Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Penerbit Kansius. Yogyakarta.
Siregar, S. B. 2009. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subroto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sugeng, Y.B. 2008. Berternak Sapi potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutardi, T. 1991. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, IPB. Bogor.
Thalib,A. Dan M. Zulbardi. 2001. Profitabilitas Penggemukan Sapi PO pada
daerah berbasis usaha tani padi. Laporan Hasil Penelitin, Balai Penelitian
Ternak. Bogor.
Page 39
39
Tillman, A. D, S, Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi dan s.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi Ternak. Cetakan ke-5. Penerbit PT
Angkasa. Bandung.
Zenichiro, K.H., dan Sarastina. 2002. Instruksi Praktis Teknologi Prosesing
Semen Beku pada Sapi. BBIB Singosari. Malang.
Page 40
40
Lampiran 1. Denah kandang
Keterangan :
: Pos Satpam : Musholla
: Aula : Gudang Pakan
: Kantor : Tempat Pembuatan Silase
: Mess : Penampungan Limbah
: Kandang : Laboratorium
: Warung : Penampungan Semen
: Wc
Page 41
41
Lampiran 2. Sampel berat badan sapi
a. Pedet lepas sapih
Nama / nomor ear tag LD (cm) BB (Kg) Rumus BB
Belo 110 129,96
D13 029 105 118,81
C2 096 102 112,36
D13 021 107 123,21
Jumlah 121,08
b. Sapi dara
Nama / nomor ear tag LD (cm) BB (Kg) Rumus BB
RG13 032 138 201,64
RG30 052 128 174,24
RG13 082 137 198,81
Jumlah 191,56
c. Sapi bibit
Nama / nomor ear tag LD (cm) BB (Kg) Rumus BB
N11 058 155 252,81
N11 002 160 268,96
N11 093 156 256
N11 097 146 225
Jumlah 250
d. Sapi di kandang pembesaran
Nama / nomor ear tag LD (cm) BB (Kg) Rumus BB
D 018 149 234,09
D 008 147 228
D 005 145 222
Jumlah 228,03
Page 42
42
Lampiran 3. Kebutuhan nutrien dan evaluasi kecukupan pakan
Umur sapi
BB (kg)
Kebutuhan nutrien Pemberian pakan
BK (kg) TDN (kg) PK (gr) Hijauan Konsentrat Jerami
Lepas sapih 121,08 3,0 4,82 117,5 15 kg 1,2 kg -
Sapi dara 191,56 3,47 5,57 133,6 17,43 kg 1,43 kg 2 kg
Sapi bibit 250 4,8 7,6 185 25 kg 2 kg 2 kg
Pembesaran 228,03 4,42 7,17 173 20 kg 2 kg 2 kg
Sumber : BPPT-SP Ciamis 2015 dan Kearl (1982)
a. Evaluasi pemberian pakan pedet lepas sapih
Jumlah hijauan yang diberikan 15 kg/ekor/hari
BK = 15,25 % x 15 kg = 2,28 kg
PK = 13,5 % x 2,28 kg = 0,307 kg
TDN = 57 % x 2,28 kg = 1,29 kg
Jumlah konsentrat yang diberikan 1,2 kg/ekor/hari
BK = 88 % x 1,2 kg = 1,05 kg
PK = 13 % x 1,05 kg = 0,136 kg
TDN = 70 % x 1,05 kg = 0,74 kg
Evaluasi kecukupan pakan sapi pedet lapas sapih di BPPT-SP Ciamis
No Berat badan 121,08 kg BK
(kg)
TDN
(kg)
PK
(gr)
1
2
Kebutuhan pakan
Pemberian
a. Hijauan
b. Konsentrat
3,0
2,28
1,05
4,82
1,29
0,74
117,5
307
136
Selisih + 0,33 - 2,79 + 325,5
Page 43
43
b. Evaluasi pemberian pakan sapi dara
Jumlah hijauan yang diberikan 17,43 kg/ekor/hari
BK = 15,25 % x 17,43 kg = 2,66 kg
PK = 13,5 % x 2,66 kg = 0,359 kg
TDN = 57 % x 2,28 kg = 1,51 kg
Jumlah jerami yang diberikan 2 kg/ekor/hari
BK = 84,74 % x 2 kg = 1,7 kg
PK = 3,86 % x 1,7 kg = 0,065 kg
TDN = 59 % x 1,7 kg = 1,00 kg
Jumlah konsentrat yang diberikan 1,43 kg/ekor/hari
BK = 88 % x 1,43 kg = 1,26 kg
PK = 13 % x 1,26 kg = 0,163 kg
TDN = 70 % x 1,26 kg = 0,88 kg
Evaluasi kecukupan pakan sapi dara di BPPT-SP Ciamis
No Berat badan 191,56 kg BK
(kg)
TDN
(kg)
PK
(gr)
1
2
Kebutuhan pakan
Pemberian
a. Hijauan
b. Jerami
c. Konsentrat
3,47
2,66
1,7
1,26
5,57
1,51
1
0,88
133,6
359
65
163
Selisih + 2,15 - 2,18 + 453,4
Page 44
44
c. Evaluasi pemberian pakan sapi bibit
Jumlah hijauan yang diberikan 25 kg/ekor/hari
BK = 15,25 % x 25 kg = 3,8 kg
PK = 13,5 % x 3,8 kg = 0,513 kg
TDN = 57 % x 3,8 kg = 2,16 kg
Jumlah jerami yang diberikan 2 kg/ekor/hari
BK = 84,74 % x 2 kg = 1,7 kg
PK = 3,86 % x 1,7 kg = 0,065 kg
TDN = 59 % x 1,7 kg = 1,00 kg
Jumlah konsentrat yang diberikan 2 kg/ekor/hari
BK = 88 % x 2 kg = 1,76 kg
PK = 13 % x 1,76 kg = 0,228 kg
TDN = 70 % x 1,76 kg = 1,23 kg
Evaluasi kecukupan pakan sapi bibit di BPPT-SP Ciamis
No Berat badan 250 kg BK
(kg)
TDN
(kg)
PK
(gr)
1
2
Kebutuhan pakan
Pemberian
a. Hijauan
b. Jerami
c. Konsentrat
4,8
3,8
1,7
1,76
7,6
2,16
1
1,23
185
513
65
228
Selisih + 2,46 - 3,21 + 621
Page 45
45
d. Evaluasi pemberian pakan sapi di kandang pembesaran
Jumlah hijauan yang diberikan 20 kg/ekor/hari
BK = 15,25 % x 20 kg = 3,05 kg
PK = 13,5 % x 3,05 kg = 0,411 kg
TDN = 57 % x 3,05 kg = 1,74 kg
Jumlah jerami yang diberikan 2 kg/ekor/hari
BK = 84,74 % x 2 kg = 1,7 kg
PK = 3,86 % x 1,7 kg = 0,065 kg
TDN = 59 % x 1,7 kg = 1,00 kg
Jumlah konsentrat yang diberikan 2 kg/ekor/hari
BK = 88 % x 2 kg = 1,76 kg
PK = 13 % x 1,76 kg = 0,228 kg
TDN = 70 % x 1,76 kg = 1,23 kg
Evaluasi kecukupan pakan sapi pembesaran di BPPT-SP Ciamis
No Berat badan 228,03 kg BK
(kg)
TDN
(kg)
PK
(gr)
1
2
Kebutuhan pakan
Pemberian
a. Hijauan
b. Jerami
c. Konsentrat
4,42
3,05
1,7
1,76
7,17
1,74
1
1,23
173
411
65
228
Selisih + 2,09 - 3,2 + 531
Page 46
46
Lampiran 4. Analisis ekonomi di BPPT-SP Ciamis
Biaya tetap
Uraian Jumlah (rupiah) Jumlah 1 tahun
Gaji tenaga kerja (29 0rang) : : 36.250.000 : 435.000.000
Penyusutan kandang : : 3.400.000 : 3.400.000
Penyusutan peralatan : : 2.300.000 : 2.300.000
Penyusutan kendaraan operasional : : 1.200.000 : 1.200.000
PBB : : 1.875.000 : 1.875.000
Total : : 43.337.500 : 443.775.000
Biaya Variabel
Biaya pakan konsentrat : : 2.160.000 kg x 3500 : 7.560.000.000
Hijauan tambahan : : 864.000 kg x 200 : 172.800.000
Jerami : : 600.000 x 12 : 7.200.000
Premiks : : 2190 kg x 7500 : 16.425.000
Biaya kesehatan ternak : : 11.040.000
Listrik : : 337.500 x 12 : 4.050.000
Lain-lain : : 300.000 x 12 : 3.600.000
Total : 7.775.115.0000
Penerimaan
Berdasarkan PAD 2015 : : 350.000.000
Penjualan sapi afkir : : 258.046.250
Penjualan straw : : 45.000.000
Hasil lelang : : 81.953.750
Analisis Usaha
Total biaya : Biaya tetap + biaya variabel
443.775.000 + 7.775.115.000
= 8.218.890.000
Pendapatan : Penerimaan – total biaya
350.000.000 – 8.218.890.000
= 8.183.890.000
R/C :
= 0,042
Page 47
47
Lampiran 5. Bangsa sapi yang dipelihara di BPPT-SP Ciamis
Sapi Ongole Sapi Brahman
Sapi Simental Sapi Pasundan
Sapi Angus Sapi Peranakan Ongole
Page 48
48
Lampiran 6. Kegiatan Penunjang