7/29/2019 Sepsis Case
1/26
1
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTIFIKASINama : By. SA
Umur : 0 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun II P.Betung RT.07 RW.04 Kel.P.Betung
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
No. RM : 09.18.66
Pav/kelas : Neonatus / III
MRS Tanggal : 18 Maret 2013
1.2. ANAMNESIS(alloanamnesis)
Bayi perempuan lahir SC atas indikasi JTH Preskep dari ibu G1P0A0, aterm,
hamil 38 minggu, ditolong oleh dokter di ruang kebidanan RSUD
Palembang Bari, saat lahir tidak langsung menangis, APGAR Score 7/8
dilakukan pembersihan jalan nafas, Riwayat KPSW 2 hari, ketuban hijau
(-), bau busuk (-), kental (-), mekonium (-), anus (+), BB 3400 gram, PB
50 cm, LK 32 cm, LD 34 cm.
Riwayat kehamilan
Riwayat ibu demam (+)
Riwayat ibu Hipertensi (-)
Riwayat ibu diabetes melitus (-)
Riwayat ibu anemia (-)
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit dalam keluarga (-)
7/29/2019 Sepsis Case
2/26
2
Pedigree Keluarga:
Tn. MDH 30 thn, Ny. E 23 thn,
Buruh Ibu rumah tangga
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak pertama dari Tn.MDH yang bekerja sebagai buruh,
dan Ny.S yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Secara ekonomi,
keluarga Os tergolong ekonomi menengah kebawah.
1.3.PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
Tampak sakit sedang,
Aktifitas: Aktif
Refleks hisap: kuat
Tangis: kuat
Anemis (-), ikterik (-), dypneu (-), sianosis (-)
Heart Rate : 138 x/menit
Pernapasan : 50 x/menits
Suhu badan : 36,80C
Berat badan : 3400 gram
Panjang badan : 50 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 34 cm
Pemeriksaan Khusus
Kepala :caput (+), normocephali
Rambut : hitam
Ubun-ubun : frontanemia mayor dan minor belum menutup.
Muka : tidak ada kelainan bentuk, muka oval.
Mata : simetris, sklera tidak icterus, conjungtiva tidak
anemis.
Hidung : NCH (-), sekret (-), epistaksis (-)
os
7/29/2019 Sepsis Case
3/26
3
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen.
Leher : Tidak ada pembesaran KGBThoraks
Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan simetris, retraksi (-)
Palpasi : stemfremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronchi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi (-), iktus (-), voussur cardiaque (-)
Palpasi : iktus (-), thrill (-)
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : HR= 138 x/menit, irama regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Lipat paha dan genitalia : Anus (+)
Ekstremitas : akral dingin (-), sianosis (-), CRT < 2 detik,
sindactyly -/-, polidactily -/-
1.4.DIAGNOSA SEMENTARA
Neo : Aterm 38 minggu/AGAIbu : G1P0A0
Lahir : SC
Bayi : Asfiksia ringan + Tersangka infeksi
1.5.DIAGNOSIS KERJA
Asfiksia ringan + Sepsis
7/29/2019 Sepsis Case
4/26
4
1.6. PENATALAKSANAAN
Awal :
1. Inj. Vit K 1 x 1 mg (Intramuskular)2. Zalf mata Kloramfenicol 1 %3. Perawatan tali pusat4. Stopper5. Inj. Ampicilin 2 x 170 mg (1) iv6. Inj. Gentamicin 8,5 mg/18 jam (1) iv7. Jaga suhu tubuh 36,537,50C8. Cek Laboratorium (darah rutin, golda dan CRP)
Setelah diagnosis Sepsis :
1. IVFD Dextrose 10% 500cc + Ca Glukonas 17cc2. Inj. Ampicilin 2 x 170 mg IV3. Inj. Ceftazidime 2 x 85 mg IV4. Jaga suhu tubuh 36,537,50C5. Cek Laboratorium (darah rutin)6. ASI On Demand
1.7.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (18 Maret 2013)
Hb : 21,1 g/dl
Ht : 58 %
Leukosit : 38.900 /mm3
Trombosit : 266.000/mm
3
LED : 4 mm/jam
Diff count : 0/0/2/73/15/10
CRP : (+)
Gol.Darah : B rh.+
Darah Rutin (20 Maret 2013)
Hb : 15 g/dl
Ht : 37 %
Leukosit : 13.400 /mm3
Trombosit : 266.000/mm3
7/29/2019 Sepsis Case
5/26
5
1.8.PEMERIKSAAN LANJUTAN
Lumbal Pungsi
1.9.PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsional : dubia ad bonam
1.10. RESUMEPada tanggal 18 Maret 2013 lahir seorang bayi perempuan, berkebangsaan
Indonesia, beragama Islam, lahir SC dari ibu G1P0A0, Aterm, ditolong oleh
dokter di ruang kebidanan RSUD Palembang Bari, saat lahir tidaklangsung menangis, APGAR Score 7/8 dilakukan pembersihan jalan nafas,
Riwayat KPSW 2 hari, ketuban hijau (-),kental (-), berbau busuk (-),
mekonium (-), anus(+) LK : 34 cm, anus (+), BB= 3400 gram, PB 50 cm.
Pada pemeriksaan umum didapatkan tampak sakit sedang, aktifitas: aktif,
refleks hisap: kuat, tangis: kuat, HR 138 x/menit, pernapasan 50 x/menit,
suhu badan 36,8 oC. dilakukan pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil:
hb 21,1 g/dl, ht 46 %, leukosit 38.900/mm
3
trombosit 266.000/mm
3
, LED 4mm/jam, diff count : 0/0/2/73/15/10, CRP (+) Golda B rhesus +. pasien
lalu dirawat ke Neonatus RSUD Palembang bari untuk dilakukan
perawatan.
1.11. FOLLOW UP(Tanggal 18 Januari 2013)
S : (-) BBL: 3400 gr
O: KU= Sens: CM BBS: 3400 gr
Aktifitas: Aktif U: 0 hr
Tangis: Kuat
R. Hisap: Kuat
Anemis (-), ikterik (-), dypneu (-), sianosis (-)
HR : 138x/m
RR : 50 x/mnt
Suhu : 36,8oC
KS: Kepala : NCH (-)
Leher : >KGB (-)
7/29/2019 Sepsis Case
6/26
6
Thorax : Simetris, retraksi(-)
Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-)
Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-)
Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N
Extremitas: Akral dingin (-)
A: Asfiksia ringan + T. Infeksi
Penatalaksanaan
Inj. Vit K 1 1 mg (Intramuskuler) Zalf mata Kloramfenicol 1 % Perawatan tali pusat Stopper Inj. Ampicilin 2 x 170 mg (1) iv Inj. Gentamicin 8,5 mg/18 jam (1) iv Jaga suhu tubuh 36,537,50C Cek Laboratorium (darah rutin, golda dan CRP)
(Tanggal 19 Maret 2013)
S : (-) BBL: 3400 gr
O: KU= Sens: CM BBS: 3200 gr
Aktifitas: Aktif U: 1 hr
Tangis: KuatR. Hisap: Kuat
Anemis (-), ikterik (-), dypneu (-), sianosis (-)
HR : 137x/m
RR : 48 x/mnt
Suhu : 37,5oC
KS: Kepala : NCH (-)
Leher : >KGB (-)
Thorax : Simetris, Retraksi (-)
Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-)Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-)
Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N
Extremitas: Akral hangat (-)
A: Asfiksia ringan dengan perbaikan + Sepsis
Penatalaksanaan
Asi On Demand IVFD D10% gtt 6/menit Inj. Ampicilin 2 x 145 mg (2) iv Inj. Ceftazidime 2 x 65 mg (1)
7/29/2019 Sepsis Case
7/26
7
(Tanggal 20 Maret 2013)
S : (-) BBL: 3400 gr
O: KU= Sens: CM BBS: 3350 gr
Aktifitas: Aktif U: 2 hr
Tangis: Kuat
R. Hisap: Kuat
Anemis (-), ikterik (-), dypneu (-), sianosis (-)
HR : 135x/m
RR : 48 x/mnt
Suhu : 36,6oC
KS: Kepala : NCH (-)
Leher : >KGB (-)
Thorax : Simetris, Retraksi (-)
Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-)Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-)
Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N
Extremitas: Akral hangat (-)
A: Asfiksia ringan dengan perbaikan + Sepsis
Penatalaksanaan
Asi On Demand IVFD D10% gtt 6/menit Inj. Ampicilin 2 x 145 mg (3) iv Inj. Ceftazidime 2 x 65 mg (2)
(Tanggal 21 Maret 2013)
S : (-) BBL: 3400 gr
O: KU= Sens: CM BBS: 3400 gr
Aktifitas: Aktif U: 3 hr
Tangis: Kuat
R. Hisap: Kuat
Anemis (-), ikterik (+), dypneu (-), sianosis (-)
HR : 135x/m
RR : 47 x/mnt
Suhu : 36,7oC
KS: Kepala : NCH (-)
Leher : >KGB (-)
Thorax : Simetris, Retraksi (-)
Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-)
Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-)
Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N
Extremitas: Akral hangat (-)
7/29/2019 Sepsis Case
8/26
8
A: Asfiksia ringan dengan perbaikan + Sepsis
Penatalaksanaan
Asi On Demand IVFD D10% +NaCl 6cc/kolf gtt 6/menit Inj. Ampicilin 2 x 145 mg (4) iv Inj. Ceftazidime 2 x 65 mg (3) Fototherapy
7/29/2019 Sepsis Case
9/26
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DefinisiSepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan
ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, sumsum
tulang atau air kemih.1
Sejak adanya kosensus dariAmerican College of Chest Physicians/Society
of Critical Care Medicine (ACCP/SCCM) telah timbul berbagai istilah dan
definisi di bidang infeksi yang banyak pula dibahas pada kelompok bayi baru lahir
dan penyakit anak. Istilah/definisi tersebut antara lain:
1
- Sepsis merupakan sindrom respons inflamasi sistemik (Systemic
inflammatory respons syndrome-SIRS) yang terjadi sebagai akibat infeksi
bakteri, virus, jamur ataupun parasit.
- Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi organkardiovaskuler dan gangguan napas akut atau terdapat gangguan dua organ
lain (seperti neurologi, hematologi, urogenital, dan hepatologi)
- Syok sepsis terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotermi walaupuntelah mendapatkan cairan adekuat
- Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagimempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan fungsi dua
atau lebih organ tubuh.
B. EpidemiologiInsiden sepsis neonatorum beragam menurut definisinya, dari 1-5/1000
kelahiran hidup di Negara maju dan fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan
tempat geografis. Keragaman insidens dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya
dapat dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan prenatal, pelaksanaan
persalinan, dan kondisi lingkungan di ruang perawatan. Angka sepsis neonatorum
meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir rendah dan bila
ada faktor resiko ibu (obstetrik) atau tanda-tanda korioamnionitis.3
7/29/2019 Sepsis Case
10/26
10
C. KlasifikasiDari sisi waktu terjadinya, sepsis dibagi menjadi sepsis awitan dini, awitan
lambat, dan infeksi nosokomial. Sepsis awitan dini atau infeksi perinatal terjadi
segera dalam periode pascanatal dan biasanya diperoleh pada saat proses
kelahiran atau in utero. Sepsis awitan lambat atau infeksi neonatal kemungkinan
diperoleh pada saat lahir tetapi bermaninfestasi lambat (setelah 3 hari), atau
diperoleh pascanatal sebagai infeksi nosokomial.1,4,5
Selain perbedaan waktu paparan kuman, kedua bentuk infeksi juga
berbeda dalam macam kuman penyebab infeksi. Selanjutnya baik patogenesis,
gambaran klinis ataupun penatalaksanaan penderita tidak banyak berbeda dan
sesuai dengan perjalanan sepsisnya yang dikenal dengan cascade sepsis.1
D. EtiologiEtiologi sepsis neonatorum untuk setiap rumah sakit atau daerah tidak
selalu sama. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis. Sepsis
pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri. Kuman penyebab sepsis awitan
dini berturut-turut adalah A. calcoaceticus, S. epidermidis, Klebsiella sp.,
Pseudomonas sp., danE. coli. Sedangkan penyebab sepsis awitan lambat berturut-
turut adalahA. calcoaceticus,E. aerogenes, Staphylococcus sp.,Klebsiella sp., S.
marcescens, danPseudomonas sp.4,5
E. Patofisiologi dan PatogenesisSelama dalam kandungan relatif aman terhadap kontaminasi kuman karena
terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion,
dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion. Walaupun demikian
kemungkinan kontaminasi kuman dapat timbul melalui berbagai jalan yaitu :1,5
1. infeksi kuman, parasit atau virus yang diderita ibu dapat mencapai janinmelalui aliran darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin.
Keadaan ini ditemukan pada infeksi TORCH, Trieponema Pallidum atau
Listeria dll.
2. prosedur obstetri yang kurang memperlihatkan faktor aseptik/antiseptikmisalnya saat pengambilan contoh darah janin, bahan villi khorion atau
amniosintesis.paparan pada cairan amnion saat prosedur dilakukan akan
7/29/2019 Sepsis Case
11/26
11
menimbulkan amnionitis dan pada akhirnya terjadi kontaminasi kuman pada
janin.
3. pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akanlebih berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini kuman vagina masuk
ke dalam rongga uterus dan bayi dapat terkontaminasi kuman melalui
saluran pernapasan ataupun saluran cerna. Kejadian kontaminasi kuman
pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban telah pecah
lebih dari 18-24 jam.
Setelah lahir, kontaminasi kuman terjadi dari lingkungan bayi baik karena
infeksi silang ataupun karena alat-alat yang digunakan bayi, bayi yang mendapat
prosedur neonatal invasif seperti kateterisasi umbilikus, bayi dalam ventilator,
kurang memperhatikan tindakan a/antisepsis, rawat inap yang terlalu lama dan
hunian terlalu padat, dll.1
Sepsis biasanya akan dimulai dengan adanya respon sistemik tubuh
dengan gambaran proses inflamasi, koagulopati, gangguan fibrinolisis yang
selanjutnya menimbulkan gangguan sirkulasi dan perfusi yang berakhir dengan
gangguan fungsi organ. Berlainan dengan pasien dewasa, pada bayi baru lahir
terdapat berbagai tingkat defisiensi sistem pertahanan tubuh, sehingga respons
sistemik pada janin dan bayi baru lahir akan berlainan dengan pasien dewasa.
Sebagai contoh, pada infeksi awitan dini respon sistemik pada bayi baru lahir
mungkin terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Keadaan ini dikenal dengan
fetal inflammatory response syndrome (FIRS), yaitu infeksi janin atau bayi baru
lahir terjadi karena perjalanan infeksi kuman vagina (ascanding infaction) atau
infeksi yang menjalar secara hematogen dari ibu yang menderita infeksi. Dengandemikian konsep infeksi pada bayi baru lahir, khususnya pada infeksi awitan dini,
perjalanan penyakit bermula dengan FIRS kemudian sepsis, sepsis berat, syok
septik/renjatan septik, disfungsi multi organ dan akhirnya kematian.1,4
Pada infeksi awitan lambat perjalanan penyakit infeksi tidak berbeda
dengan definisi pada anak. Dengan demikian, definisi sepsis neonatal ditegakkan
apabila terdapat keadaan SIRS/FIRS yang dipicu infeksi baik berbentuk tersangka
(suspected) infeksi ataupun terbukti (proven) infeksi. Selanjutnya dikemukakan,
7/29/2019 Sepsis Case
12/26
12
sepsis bayi baru lahir ditegakkan bila ditemukan satu atau lebih kriteria
FIRS/SIRS yang disertai gambaran klinis sepsis.1
Gambaran klinis sepsis bayi baru lahir tersebut bervariasi, karena itu
kriteria diagnostik harus pula mencakup pemeriksaan penunjuang baik
pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan khusus lainnya. Kriteria tersebut
terkait dengan perubahan yang terjadi dalam perjalanan penyakit infeksi.
Perubahan tersebut dapat dikelompokkan dalam berbagai variabel, antara lain
variabel klinik, variabel hemodinamik, variabel perfusi jaringan, dan variabel
inflamasi.Berbagai variable inflamasi tersebut di atas merupakan respons sistemik
yang ditemukan pada keadaan FIRS/SIRS. 1,3
Dalam system imun, salah satu respon sistemik yang penting pada pasien
FIRS/SIRS adalah pembentukan sitokin. Sitokin yang terbentuk dalam proses
infeksi berfungsi sebagai regulator reaksi tubuh terhadap infeksi, inflamasi atau
trauma. Jumlah sitokin yang terkait dengan SIRS terus bertambah dan mencakup
faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin (IL)-1,-6, dan -8, factor pengaktif
trombosit (platelet activating factor[PAF]) dan interferon. Sebagian sitokin (pro-
inflammatory cytokine seperti IL-1, IL-2 dan TNF-) dapat memperburuk keadaan
penyakit tetapi sebagian lainnya (anti-inflammatory cytokine seperti IL-4 dan IL-
10) bertindak meredam infeksi dan mempertahankan homeostasis organ vital
tubuh.1,6
Baik sendirian ataupun kombinasi, produk-produk bakteri dan sitokin
proradang memicu respons fisiologis untuk menghentikan penyerbu (invader)
mikroba. Respons ini adalah: (1) aktivasi system komplemen; (2) aktivasi faktor
Hagenam (faktor XII), yang kemudian mencetuskan tingkatan-tingkatan
koagulasi; (3) pelepasan hormon adrenokortikotropin dan beta-endorfin; (4)rangsangan neutrofil polimorfonuklear; dan (5) rangsangan sistem kalikrein-
kinin.TNF dan mediator radang lain meningkatkan permeabilitas vascular,
menimbulkan kebocoran kapiler difus, mengurangi tonus vaskuler, dan terjadi
ketidakseimbangan antara perfusi dan kenaikan kebutuhan metabolik jaringan.6
Perubahan sistem imun penderita sepsis menimbulkan perubahan pula
pada sistem koagulasi. Pada sistem koagulasi tersebut terjadi peningkatan
pembentukan Tissue Factor (TF) yang bersamaan dengan faktor VII darah akan
7/29/2019 Sepsis Case
13/26
13
berperan pada proses koagulasi. Kedua faktor tersebut menimbulkan aktivasi
faktor IX dan X sehingga terjadi proses hiperkoagulasi yang menyebabkan
pembentukan trombin yang berlebihan dan selanjutnya meningkatkan produksi
fibrin dari fibrinogen. Pada pasien sepsis, respon fibrinolisis yang biasa terlihat
pada bayi normal juga terganggu. Supresi fibrinolisis terjadi karena pembentukan
plasminogen-activator inhibitor-1 (PAI-1) yang dirangsang oleh mediator
proinflamasi (TNF-). Demikian pula pembentukan trombin yang berlebihan
berperan dalam aktivasi thrombin-activatable fibrinolysis inhibitor (TAFI) yaitu
faktor yang menimbulkan sepresi fibrinolisis. Kedua faktor yang berperan dalam
supresi ini mengakibatkan akumulasi fibrin darah yang dapat menimbulkan
mikrotrombin pada pembuluh darah kecil sehingga terjadi gangguan sirkulasi.
Gangguan tersebut mangakibatkan hipoksemia jaringan dan hipotensi sehingga
terjadi disfungsi berbagai organ tubuh. Manifestasi disfungsi multiorgan ini secara
klinis dapat memperlihatkan gejala-gejala sindrom distres pernapasan, hipotensi,
gagal ginjal dan bila tidak teratasi akan diakhiri dengan kematian pasien.1,6
Gambar 1. Patofisiologi sepsis
Dikutip dari :
http://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/pathohomotissuem
of.html
F. Diagnosis
http://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/pathohomotissuemof.htmlhttp://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/pathohomotissuemof.htmlhttp://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/pathohomotissuemof.htmlhttp://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/pathohomotissuemof.html7/29/2019 Sepsis Case
14/26
14
Diagnosis dini sepsis neonatal penting artinya dalam penatalaksanaan dan
prognosis pasien. Keterlambatan diagnosis berpotensi mengancam kelangsungan
hidup bayi dan memperburuk prognosis pasien. Diagnosis sepsis neonatal sulit
karena gambaran klinis pasien tidak spesifik. Gejala sepsis klasik yang ditemukan
pada anak lebih besar jarang ditemukan pada bayi baru lahir. Tanda dan gejala
sepsis neonatal tidak berbeda dengan gejala penyakit non infeksi berat lain pada
bayi baru lahir. Selain itu tidak ada satu pun pemeriksaan penunjang yang dapat
dipakai sebagai pegangan tunggal dalam diagnosis pasti pasien sepsis. Dalam
menentukan diagnosis diperlukan berbagai informasi antara lain: 1,3,4
1. Faktor resiko2. Gambaran klinik3. Pemeriksaan penunjang
ketiga faktor ini perlu dipertimbangkan saat mengahadapi pasien, karena
salah satu faktor saja tidak mungkin dipakai sebagai pegangan dalam menegakkan
diagnosa pasien.2
Faktor resiko
Faktor resiko sepsis dapat bervariasi tergantung awitan sepsis yang
diderita pasien. Pada awitan dini berbagai faktor yang terjadi selama kehamilan,
persalinan ataupun kelahiran dapat dipakai sebagai indikator untuk melakukan
elaborasi lebih lanjut sepsis neonatal. Berlainan dengan awitan dini, pada pasien
awitan lambat, infeksi terjadi karena sumber infeksi yang terdapat dalam
lingkungan pasien.1
1. Faktor resiko ibu1,4,8 Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila ketuban
pecah lebih dari 24 jam maka kejadian sepsis meningkat sekitar 1%,dan bila disertai korioamnionitis maka kejadian sepsis meningkat
menjadi 4 kali
Infeksi dan demam (lebih dari 38C) pada masa peripartum akibatkorioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh
Streptokokus grup B, kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi
obstetrik lainnya
Cairan ketuban hijau keruh dan berbau
7/29/2019 Sepsis Case
15/26
15
2. Faktor resiko neonatus1,4,8
Prematuritas dan berat lahir rendah Resusitasi pada saat kelahiran misalnya pada bayi yang mengalami fetal
distress, dan trauma pada proses persalinan
Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, kateter, infus, danpembedahan
Bayi dengan galaktosemia (prediposisi untuk sepsis olehE. coli), defekimun, atau asplenia
Asfiksia neonatorum Cacat bawaan Tanpa rawat gabung Pemberian nutrisi parenteral Perawatan di bangsal intensif bayi baru lahir yang terlalu lamaFaktor resiko awitan dini maupun lambat ini walaupun tidak selalu
berakhir dengan infeksi, harus tetap mendapatkan perhatian khusus terutama bila
disertai gejala klinis. Hal ini akan meningkatkan identifikasi dini dan tatalaksana
yang lebih efisien pada sepsis neonatal sehingga dapat memperbaiki mortilitas dan
morbiditas pasien.1
Manifestasi klinik
Pada bayi baru lahir, infeksi harus dipertimbangkan pada diagnosis
banding tanda-tanda fisik. Bila banyak system terlibat atau bila tanda-tanda
kardiorespirasi menunjukkan sakit berat, maka sepsis harus dipikirkan. Pada
sepsis awitan dini janin yang terkena infeksi mungkin menderita takikardi, lahir
dengan asfiksia dan mememerlukan resusitasi karena Apgar yang rendah. Setelah
lahir, bayi terlihat lemah dan tampak gambaran klinis sepsis seperti
hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang-kadang hiperglikemia. Selanjutnya
akan terlihat berbagai kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh.1,3
7/29/2019 Sepsis Case
16/26
16
Tabel 1. Manifestasi klinis sepsis neonatorum.3,4,8
Keadaan umum Demam, hipotermia, tidak merasa
baik,tidak mau makan, sklerema
Sistem Gastointestinal Perut kembung, muntah, diare,
hepatomegali
Sistem Pernapasan Apnea, dispnea, takipnea, retraksi,
grunting, sianosis
Sistem Saraf Pusat Iritabilitas, lesu, tremor, kejang,
hiporefleksia, hipotonia, refleks Moro
abnormal, pernapasan tidak teratur,
fontanela menonjol, tangisan nada
tinggi
Sistem Kardiovaskuler Pucat, mottling, dingin,kulit lembab,
takikardi, hipotensi, bradikardi
Sistem Hematologi Ikterus, splenomegali, pucat, petekie,purpura, perdarahan
Sistem Ginjal oliguria
Manfestasi akhir sepsis meliputi tanda-tanda edema serebral dan/atau
trombosis, gagal napas sebagai akibat sindrom distres respirasi didapat (ARSD),
hipertensi pulmonal, gagal ginjal, hepatoseluler dengan hiperbilirubinemia dan
peningkatan enzim, waktu protrombin (prothrombin time [PT]) dan waktu
tromboplasitin parsial ( partial thromboplastin time [PTT]) yang memanjang,
syok septik, perdarahan adrenal disertai insufisiensi adrenal, kegagalan sumsumtulang (trombositopenia, netropenia, anemia) dan koagulasi intravaskular
diseminata (diseminated intravascular coagulation [DIC]).4
Pemeriksaan penunjang
Bervariasinya gejala klinik dan gambaran klinis yang tidak seragam
menyebabkan kesulitan dalam menentukan diagnosis pasti. Untuk hal itu
pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan
khusus lainnya sering dipergunakan dalam membantu menegakkan diagnosis.
Upaya inipun tampaknya masih belum dapat diandalkan. Sampai saat ini
pemeriksaan laboratorium tunggal yang mempunyai sensitifitas dan spesifisitas
tinggi sebagai indikator sepsis, belum ditemukan.2,5
Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai cut off tepat
yang optimal, nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%,
spesifisitas lebih dari 85%, Positive Probable Value (PPV) lebih dari 85%,
Negative Probable Value (NPV) mendekati 100%, dan dapat mendeteksi infeksi
7/29/2019 Sepsis Case
17/26
17
pada tahap awal. Kegunaan klinis dari pertanda diagnostik yang ideal adalah
untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus, petunjuk untuk penggunaan
antibiotik, memantau kemajuan pengobatan, dan untuk menentukan prognosis.4
Teknik direk1, 7
Metode paling definitif dalam mendiagnosa sepsis neonatal terdiri atas
isolasi mikroorganisme dari darah neonatus bergejala. Biasanya dengan
menggunakan teknik yang steril, punksi vena perifer digunakan untuk
mendapatkan 0,5 1,0 ml darah. Selain itu isolasi mikroorganisme dari cairan
tubuh steril juga akan menguatkan diagnosis. Cairan tubuh ini termasuk cairan
serebrospinal (LCS), urin, dan cairan sendi,pleura dan cairan peritoneal.
Teknik indirek
Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih total,
hitung neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total
(I:T), mikro Erytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung trombosit. Tes
laboratorium yang dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes
cepat (rapid test) untuk deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.1,4,5,7,8
Sel darah putih dianggap lebih sensitif dalam menunjang diagnosis
ketimbang hitung trombosit. Enam puluh persen pasien sepsis biasanya disertai
perubahan hitung perubahan hitung neutrofil. Rasio antara neutrofil imatur dan
neutrofil total (rasio I/T)sering dipakai sebagai penunjang diagnosa sepsis
neonatal. Sensitifitas rasio I/T ini 60-90 %, karenanya untuk diagnosis, perlu
disertai kombinasi dengan gambaran klinik dan pemeriksaan penunjang lain.1,5
C-reactive protein (CRP), yaitu protein yang timbul pada fase akutkerusakan jaringan. Peninggian kadar CRP ini terjadi 24 jam setelah terjadi sepsis,
meningkat pada hari ke 2-3 sakit dan menetap tinggi sampai infeksi teratasi. Nilai
CRP akan lebih bermanfaat bila dilakukan secara serial karena dapat memberikan
informasi respons pemberian antibiotik serta dapat pula dipergunakan untuk
mentukan lamanya pemberian pengobatan dan kejadian kekambuhan pada pasien
dengan sepsis neonatal.1,5,8
7/29/2019 Sepsis Case
18/26
18
Saat ini, kombinasi petanda terbaik untuk mendiagnosis sepsis adalah
sebagai berikut: IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6
(atau IL1-ra 0, IL8, G-CSF, TNF, CRP, dan hematological indices)pada hari ke-
0; CRP, IL6 (atau GCSF dan hematological indices)pada hari ke-1; dan CRP
pada hari-hari berikutnya untuk memonitor respons terhadap terapi. Tabel 3
menjelaskan sensitivitas dan spesifisitas dari berbagai uji laboratorium.4
Tabel 2. Komponen untuk Skrining Sepsis yang Dihubungkan dengan Sensitivitas
dan spesifisitas.5
Uji Nilai Abnormal Sensitivitas Spesifisitas
C Reactive Protein (CRP) >10 mg/L 47-100% 83-94%
Hitung Leukosit Total (TLC) 15000 17-89% 81-98%
Hitung Neutrofil Absolut
(ANC)
20% 90-100% 50-78%
Tabel 3. Kriteria Diagnosis Sepsis pada Neonatus8,9
Variabel klinis
Suhu tidak stabil Denyut Jantung >180 kali/menit, 60 kali/menit ditambah merintih/retraksi atau desatusari
Letargis atau penurunan kesadaran Intoleransi glukosa (glukosa plasma >10 mmol/L) Intoleransi minum
Variabel hemodinamik
Tekanan darah 34.000/mL) Leukopenia (hitung leukosit 10% Immature : total neutrophil (IT) ratio >0,2 Trombositopenia 10 mg/dL atau >2 SD di atas nilai normal Prokalsitonin >8,1 mg/dL atau >2 SD di atas nilai normal IL-6 atau IL-8 > 70 pg/mL 16 s PCR positif
SD: standar deviasi; CRP: C- reactive protein; PCR:polymerase chain reaction
7/29/2019 Sepsis Case
19/26
19
G. Tatalaksana sepsis neonatorum
Pengobatan sepsis neonatorum dapat dibagi menjadi terapi antimikrobia
pada patogen yang dicurigai atau yang telah diketahui, dan perawatan pendukung.
Cairan, elektrokit, dan glukosa harus dipantau dengan teliti, disertai dengan
perbaikan hipovolemia, hiponatremia, hipokalsemia, dan hipoglikemia serta
pembatasan cairan jika sekresi hormon antidiuretik tidak memadai. Syok,
hipoksia, dan asidosis metabolik harus dideteksi dan dikelola dengan pemberian
inotropik, resusitasi cairan, dan ventilasi mekanik.3
Eleminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis
neonatal. Pada kenyataannya menentukan kuman spesifik pasti tidak mudah
Dengan dan membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil yang optimal
pengobatan sepsis harus cepat dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut
pemberian antibiotika secara empiris terpaksa cepat diberikan untuk
menghindarkan berlanjutnya perjalanan penyakit. Pemberian pengobatan pasien
biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang bertujuan untuk
memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita pasien.
Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mempunyai sensitifitas yang baik
terhadap kuman gram positif ataupun gram negatif. Selain pola kuman hendaknya
diperhatikan pula resistensi kuman. Namun lama pemberian antibiotik begantung
pada hasil kultur darah, dan segera setelah didapatkan hasil kultur darah, jenis
antibiotika yang dipakai disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola
reistensinya.1,3,4,8
Tabel 3. Waktu/durasi pemberian antibiotik pada sepsis neonatal.8
Diagnosis Durasi
Meningitis 21 hari
Kultur darah (+), tanda-tanda sepsis (+) 1014 hariKultur darah (-), komponen skrining sepsis (+) 710 hari
Kultur darah (-), komponen skrining sepsis (-) 57 hari
Mempertimbangkan pola kuman yang tersering ditemukan, Divisi
Perinatologi RSCM menggunakan obat golongan Ceftasidim sebagai antibiotik
pilihan pertama dengan dosis yang dianjurkan 50-100 mg/kgBB/hari, 2 kali
7/29/2019 Sepsis Case
20/26
20
sehari. Beberapa kuman Gram negatif saat ini hanya sensitif terhadap imipenem
atau meropenem dengan dosis 25 mg/kgBB/dosis, 2 kali sehari.2,6
Dalam kepustakaan dikemukakan bahwa kuman Streptokokus Grup B dan
kuman Gram positif lainnya masih sensitif terhadap penisilin (dosis 100.000-
200.000 U/kgBB/hari) atau ampisilin (dosis 100-200 mg/kgBB/hari). Sedangkan
kuman Listeria masih sensitif terhadap kombinasi antibiotik ampisilin dan
aminoglikosid, serta golongan Pseudomonas umumnya sensitif terhadap
sefalosporin. Lamanya pengobatan sangat bergantung kepada jenis kuman
penyebab. Pada penderita yang disebabkan oleh kuman Streptococcus dan
Listeria, pemberian antibiotik dianjurkan selama 10-14 hari, sedangkan penderita
yang disebabkan oleh kuman Gram negatif pengobatan kadang-kadang diteruskan
sampai 2-3 minggu.4,8
Berdasarkan Standar Penatalaksanaan Bagian Ilmu Kesehatan anak RSMH :9
Ceftazidime 50mg/KgBB/Hari dibagi dalam 2 dosis Bila dicurigai infeksi karena stafilokokus maka diberikan
sefalosporin generasi ke-2, 50mg/KgBB/Hari dalam 2 kali
pemberian, bila tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam atau
keadaan umum semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke
antibiotik yang lebih poten misalnya meropenem 20mg/KgBB IV
tiap 8 jam atau sesuai dengan tes resistensi. Antibiotika diberikan
7-10 hari (antibiotik dihentikan setelah klinis membaik 5 hari.
Pemberian cairan :o IVFD Dextrose 7,5% ATAU 10% 500CC + Ca glukonas
dengan jumlah sesuai kebutuhan bayi
o Mulai hari ketia baru ditambahkan NaCl 15% 6cc/kolfo Bila ada tanda dehidrasi atasi rehidrasio Jika ada asidosis berikan dekstrose dan Bicnat (4 : 1)
sampai secara klinis tidak ada tanda asidosis. Bila dapat
diperiksa analisa gas darah, asidosis dapat dikoreksi
langsung dengan pemberian Bicnat 4,2% secara perlahan-
lahan.
7/29/2019 Sepsis Case
21/26
21
o Bila belum bisa makan peroral beri larutan asam amino 2-3g/KgBB/hari. Bila sudah makan peroral beri asi atau susu
formula.
Pengobatan suportifo Oksigen intranasal 1-2 liter/menit bila sianosis.o Bila ada apneu disertai bradikardi dan sianosis lebih dari 2
episode sehari cari etiologinya, hipoglikemi, hiponatremi,
dll. Dapat dipertimbangkan permberian nafas mekanik.
Edukasio Penjelasan mengenai faktor risiko infeksi dan
penatalaksanaan serta komplikasi.
H.PencegahanPenatalaksanaan yang agresif diberikan pada ibu yang dicurigai menderita
korioamnionitis dengan antibiotika sebelum persalinan, persalinan yang cepat bagi
bayi baru lahir, kemoprofilaksis intrapartum selektif nampak dapat menurunkan
tingkat morbiditas dan mortilitas pada sepsis neonatal.3
Kondisi lingkungan dan prosedur invasif yang diberikan pada neonatus
merupakan predisposisi sepsis yang sangat penting. Tindakan-tindakan yang
mengkatkan koloni bakteri non-patogen sambil mencegah bakteri patogen pada
bayi baru lahir merupakan kepentingan utama.3,4
Pemberian antibiotik profilaktik dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi pada bayi neonatus. Pembersihan dan dekontaminasi peralatan ruang bayi
secara teratur, penekanan masalah dasar pencucian tangan, pengawasan teratur
adanya infeksi dalam ruangan bayi dan unit perawatan intensif bayi neonatus dan
pengenalan sumber-sumber ledakan infeksi umum mempunyai arti penting
menurunkan resiko infeksi.4
7/29/2019 Sepsis Case
22/26
22
I. PrognosisAngka kematian bayi dengan sepsis neonatal 2-4 kali lebih tinggi pada
bayi dengan berat lahir rendah. Dengan angka kematian 15-40 % pada sepsis
neonatal awitan cepat (sekitar 2-30% disebabkan oleh Streptokokus grup B
[SGB]) dan 10-20 % pada sepsis neonatal awitan lambat (2 % disebabkan oleh
SGB). Tinggi rendahnya angka kematian tergantung dari waktu timbulnya
penyakit, penyebabnya, besar kecilnya bayi, beratnya penyakit dan tempat
perawatannya. Gejala sisa neurologik yang jelas tampak adalah hidrosefalus,
retardasi mental, buta, tuli dan cara bicara yang tidak normal.4,5,7
7/29/2019 Sepsis Case
23/26
23
BAB III
ANALISIS KASUS
Bayi perempuan lahirSectio Cesarea dari ibu G1P0A0, Aterm, ditolong oleh
dokter di ruang kebidanan RSUD Palembang Bari, saat lahir langsung menangis,
APGAR Score 4/6/8 dilakukan pembersihan jalan nafas , Riwayat KPSW 2 hari ,
ketuban hijau (-), kental (-), bau (-), mekonium (-), anus (+) LK : 34 cm, BB=
3400 gram, PB 50 cm.
Pada pemeriksaan umum didapatkan tampak sakit sedang, aktifitas: aktif,
refleks hisap: kuat, tangis: kuat, HR 138 x/menit, pernapasan 52 x/menit, suhu
badan 36,5o
C. Dilakukan pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil: hb 21,1 g/dl,
ht 58 %, leukosit 38.900/mm3, trombosit 266.000/mm3,diff count : 0/0/2/73/15/10,
CRP (+), ini menunjukkan bahwa OS mengalami Sepsis Neonatorum. OS lalu
dirawat di ruang Neonatus RSUD Palembang BARI.
Pada saat lahir bayi tidak langsung menangis dan nilai APGAR SCORE
menit pertama 7, menit kelima 8, yang menandakan bahwa bayi Ny. S mengalami
asfiksia ringan. Pada pasien ini juga diperoleh data bahwa Riwayat KPSW 2
hari, ketuban hijau (-),kental (-),bau busuk (-),dan terdapat mekonium hal inimenunjukkan adanya indikasi tersangka infeksi yaitu ditemukan satu atau lebih
dari gejala temperatur ibu > 380c, Leukosit ibu > 25.000, KPSW 12 jam,
ketuban hijau (+), kental (+), berbau busuk (+) dan partus kasep.Sehingga dalam
kasus ini kemungkinan penyebabnya adalah dari faktor janin dan ibu, yaitu
asfiksia neonatorum dan ketuban pecah lebih dari 18-24 jam.
7/29/2019 Sepsis Case
24/26
24
BAB IV
KESIMPULAN
Bayi SA, perempuan, berusia 0 hari, lahir dengan Sectio Cesarea mengalamiasfiksia ringan dan sepsis neonatorum.
7/29/2019 Sepsis Case
25/26
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Aminullah A. Sepsis Pada Bayi Baru Lahir. Dalam: M. Sholeh Kosim, AriYunanto. dkk (editor). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan DokterAnak Indonesia; 2008.hal171185
2. The Merck Manuals Online Medical Library. Neonatal Sepsis (SepsisNeonatorum). Accessed Maret 2009. Available from URL:
http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279m.html
3. Gotoff SP. Sepsis dan Meningitis Neonatus. Dalam: Nelson, Behrman,Kliegman, Arvin (editor). Ilmu Kesehatan Anak. Vol 1.ed 15. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. Hal 653655
4. Rohsiswatmo R dr, SpA(K). Tatalaksana Sepsis Neonatorum. MediaAesculapius no.6/Jan-Feb 2007. Accessed Maret 2009. Available from
URL
http://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SK
MA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdf
5. Harianto A. Sepsis Neonatorum.SMF Ilmu Kesehatan Anak, FakultasKedokteran UNAIR Surabaya. Accessed Maret 2009. Available from URL
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori
=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htm
6. Powell KR. Sepsis dan Syok. Dalam: Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin(editor). Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2.ed 15. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2000. Hal 869870
7. Sankar MJ, Ramesh A, dkk. Sepsis In The Newborn. Division ofNeonatologi Department of Pediatrics. . Accessed Maret 2009. Available
from URL http://www.newbornwhocc.org/pdf/sepsis_innewborn.pdf
8. Family Practice Notebook. Neonatal Sepsis. Accessed Maret 2009.Available from URL http://www.fpnotebook.com/Nicu/ID/NntlSps.htm
9. Bermawi, Herman. 2012. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak:Infeksi Pada Neonatus. Palembang: Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH
http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279m.htmlhttp://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SKMA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdfhttp://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SKMA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdfhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htmhttp://www.newbornwhocc.org/pdf/sepsis_innewborn.pdfhttp://www.fpnotebook.com/Nicu/ID/NntlSps.htmhttp://www.fpnotebook.com/Nicu/ID/NntlSps.htmhttp://www.newbornwhocc.org/pdf/sepsis_innewborn.pdfhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htmhttp://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SKMA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdfhttp://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SKMA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdfhttp://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279m.html7/29/2019 Sepsis Case
26/26