BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA OKTOBER 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT
GANGGUAN BUATAN (FACTITIOUS DISORDER) (F68.1)
&
LAPORAN KASUS
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK
DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F31.2)
OLEH:
Monareza Restantia Shirly D. (C111 11 178)
PEMBIMBING:
dr. Uyuni Azis
SUPERVISOR:
dr. Rabiah Tanthawie, Sp. KJ
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:
Nama : Monareza Restantia Shirly Darwis
Stambuk : C11111178
Judul Referat : Gangguan Buatan
Laporan Kasus : Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini
Manik Dengan Gejala Psikotik
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik
pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Universitas
Hasanuddin.
Makassar, Oktober 2014
1
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ……………………………………………………………. 1
Daftar Isi …………………………………………………………….. 2
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………….. 3
Bab II Isi …………………………………………………………….. 5
Definisi …………………………………………………………….. 5
Epidemiologi ………………………………………………………………5
Etiologi ………………………………………………………………6
Diagnosis ………………………………………………………………7
Diagnosis Banding ………………………………………………………………12
Terapi ………………………………………………………………14
Prognosis ………………………………………………………………16
Bab III Kesimpulan ………………………………………………………………17
Daftar Pustaka ………………………………………………………………19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada gangguan buatan, pasien secara sengaja membuat
tanda gangguan medis fisik atau jiwa dan salah dalam
menunjukkan riwayat serta gejalanya. Satu-satunya tujuan
perilaku tersebut yang jelas adalah untuk mengambil peran
seorang pasien tanpa adanya dorongan dari luar. Untuk
banyak orang, mendapat pelayanan rawat inap dirumah sakit
menjadi tujuan utama dan menjadi cara hidup. Pemahaman
yang lebih dalam mengenai gangguan ini menunjukkan bahwa
pasien kuat terdorong untuk tampil sakit dan kerap telah
memiliki wawasan dari perilaku yang ditunjukkan. Menurut
sejarah psikiatri, gangguan ini diperkenalkan pertama
kali sebagai “Sindrom Munchausen” pada tahun 1951 oleh
Richard Asher, seorang klinisi yang menemukan kasus
seorang pensiun perwira kavileri Jerman, Baron Karl Von
Munchausen, yang secara dramatis menceritakan
pengalamannya berpergian dari rumah sakit ke rumah sakit
di berbagai kota untuk mendapatkan perawatan medis.(1,2,9)
Factitious Disorder atau Gangguan buatan dalam ICD-10 dan
DSM-IV-TSR ditandai dengan gejala berpura-pura sakit,
4
dapat berupa gejala fisik (misalnya nyeri abdomen) dan
gejala psikiatri (misalnya dengan berpura-pura memiliki
halusinasi, kesedihan, atau penyiksaan seksual berulang).
Gejala tertentu sengaja dibuat oleh individu untuk
mengasumsikan peran sakit, baik dengan memalsukan tanda
atau gejala dan penyebab lain dari keluhan yang diderita.
Gangguan ini juga dapat dilakukan oleh wali (Munchausen
Syndrome by Proxy), misalnya orangtua yang berpura-pura
anaknya sakit. Pasien dapat mempengaruhi anak seperti
dengan pemberian racun agar menghasilkan gejala sakit.
(1,3,9)
Kasus tanda dan gejala psikologis buatan dilaporkan
jauh lebih sedikit daripada kasus tanda dan gejala fisik
buatan. Sejumlah kumpulan data mengenai orang-orang yang
memiliki gangguan buatan kerap kali berkunjung ke banyak
rumah sakit dengan menggunakan berbagai nama lain, alamat
tempat tinggal yang tidak tetap dan biasanya tidak
memiliki dokter umum yang tetap. Pada gangguan buatan
yang berat, pasien kerap mencari prosedur yang
menyakitkan, seperti operasi pembedahan dan uji
masokhistik, yaitu rasa sakit yang berfungsi sebagai
5
hukuman terhadap dosa masa lalu, baik khayalan atau
sebenarnya. Pasien yang membuat-buat penyakit psikiatri
dapat memiliki kerabat yang sebelumnya pernah dirawat
dengan penyakit yang mereka ciptakan.(1,8,11)
6
BAB II
ISI
A. Definisi
Gangguan buatan adalah suatu gangguan jiwa dimana
pasien secara sengaja membuat tanda gangguan medis
fisik atau psikologis dengan menunjukkan riwayat serta
gejala palsu yang dimotivasi oleh faktor internal.
Tujuannya murni untuk mengambil peran sebagai pasien
tanpa adanya dorongan dari luar, meskipun terkadang
mereka tidak sepenuhnya memahami motivasi mereka.
Gangguan ini sifatnya kompulsif, tetapi dianggap
volunteer karena memiliki tujuan dan disengaja, bahkan
jika perilaku ini tidak dapat dikendalikan. Walaupun
berperan sebagai pasien, individu dengan gangguan ini
cenderung pandai dan berwawasan tidak seperti pasien
pada umumnya. Mereka tidak menceritakan riwayat pasien
secara jujur, gejala dapat berasal dari trauma atau
kecelakaan, serta cenderung sangat kooperatif terhadap
rencana terapi yang ditetapkan.(1,3)
Pasien dengan gangguan buatan sengaja membuat atau
melebih-lebihkan gejala dari penyakit dengan berbagai
7
cara. Mereka bisa membuat suatu gejala, dengan melukai
diri mereka sendiri atau mengubah tes seperti
mengkontaminasikan sample urin supaya mereka terlihat
sakit dan orang lain peduli terhadap mereka.(8)
B. Epidemiologi
Prevalensi gangguan buatan pada populasi umum tidak
diketahui walaupun sejumlah klinisi yakin bahwa
gangguan ini lebih banyak daripada yang diketahui.
Gangguan ini tampak lebih sering terdapat di rumah
sakit dan pekerja perawatan kesehatan daripada populasi
umum. Selain itu, gangguan ini lebih sering terjadi
pada perempuan dibandingkan laik-laki dan sindrom yang
lebih parah sering terjadi pada perempuan. Menurut
revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder (DSM-IV-TR), gangguan buatan di diagnosis
pada kira-kira 1 persen pasien yang ditemui di
konsultasi psikiatri di rumah sakit umum. Di Amerika
Serikat, gangguan buatan oleh perwalian (didiskusikan
terpisah) ada sebanyak kurang dari 1.000 dari hampir 3
juta kasus penganiayaan anak yang dilaporkan tiap
tahun. (1,9)
8
C. Etiologi
1. Faktor Psikososial
Dasar psikodinamika dari gangguan buatan tidak
diketahui secara pasti, pasien dapat bersikeras
bahwa gejala mereka bersifat fisik sehingga terapi
yang berorientasi psikologis tidak berguna. Suatu
laporan kasus menyatakan banyak pasien menderita
penyiksaan atau penelantaran pada masa anak-anak
yang menyebabkan seringnya mendapat perawatan
dirumah sakit selama masa perkembangan awal. Pada
keadaan ini, mendapatkan perawatan di rumah sakit
mungkin telah dianggap sebagai suatu pelarian dari
situasi rumah yang traumatik. Kondisi itu memberikan
ruang nyaman bagi pasien dan beranggapan bahwa
sejumlah tenaga medis yang memberi perawatan
(seperti dokter, perawat, dan karyawan rumah sakit)
adalah orang-orang yang dapat mengasihi merawat
mereka dengan penuh kasih sayang. (1,3)
Pasien yang mencari prosedur yang menyakitkan
seperti operasi pembedahan dan pemeriksaan yang
invasive, mungkin memiliki kepribadian masokhistik.
9
Pasien dapat menghidupkan peran pasien dan
menceritakan tentang riwayat dan gejala penyakit
yang menyiksa berulang-ulang kali sehingga bisa
mendapatkan perawatan di rumah sakit sesering
mungkin. Kemungkinan pasien memiliki kerabat yang
menderita gangguan atau penyakit yang sama yang
kemudian ditiru oleh pasien. Adanya kerja sama
antara pasien dengan yang ditiru sangat jarang
terjadi. Walaupun pasien bertindak sendiri, teman
dan kerabat turut mendukung dan membuat-buat
penyakit dalam beberapa hal.(1,3)
2. Faktor Biologis
Sejumlah peneliti mengungkapkan bahwa disfungsi
otak dapat menjadi faktor gangguan buatan. Dikatakan
bahwa pemrosesan informasi yang terganggu berperan
dalam fantastika pseudologia pasien Munchausen dan
perilaku menyimpang. Pasien ini tidak
memperlihatkan pola genetik pemeriksaan
elektroensefalografik (EEG) dan memperlihatkan tidak
adanya kelainan yang spesifik. (1,3)
D. Diagnosis
10
Kriteria diagnosis Gangguan buatan berdasarkan DSM-
IV-TR adalah: (3)
a. Pembentukan atau pembuatan tanda dan gejala fisik
atau psikologis yang disengaja
b. Motivasi perilaku ini adalah untuk mengambil peran
sakit
c. Tidak ada dorongan eksternal untuk perilaku ini
(seperti keuntungan ekonomik, menghindari tanggung
jawab hukum, atau meningkatkan kesejahteraan fisik,
seperti pada Malingering)
Tentukan kode berdasarkan jenis: (9)
- Dengan tanda dan gejala psikologis yang dominan:
Jika tanda dan gejala psikologis mendominasi
tampilan klinisnya
- Dengan tanda dan gejala fisik yang dominan: Jika
tanda dan gejala fisik mendominasi tampilan
klinisnya.
- Dengan kombinasi tanda dan gejala yang psikologis
serta fisik: Jika kedua tanda gejala psikologis
serta ada tetapi tidak mendominasi tampilan klinis.
11
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ – III) di Indonesia, gangguan ini
termasuk dalam Gangguan Kepribadian dan Perilaku
Masa Dewasa Lainnya (F68), yaitu Kesengajaan atau
Berpura-pura Membuat Gejala atau Disabilitas, baik
Fisik maupun Psikologis (Gangguan Buatan) (F68.1).
Kriteria diagnosisnya adalah: (4)
- Dengan tidak adanya gangguan fisik atau mental,
penyakit atau cacat yang pasti, individu berpura-
pura mempunyai gejala sakit secara berulang-ulang
dan konsisten.
- Untuk gejala fisik mungkin dapat meluas sampai
membuat sendiri irisan atau luka untuk menciptakan
perdarahan atau menyuntik diri dengan bahan beracun.
- Peniruan nyeri dan penekanan adanya perdarahan
dapat begitu meyakinkan dan menetap sehingga
menyebabkan diulanginya pemeriksaan dan operasi di
beberapa klinik dan rumah sakit, meskipun hasilnya
berulang-ulang negative.
- Motivasi untuk perilaku ini hampir selalu kabur
dan dianggap faktor internal dan kondisi terbaik
12
diinterpretasikan sebagai suatu gangguan perilaku
sakit dan peran sakit (disorder of illness behavior and the sick
role).
- Individu dengan pola perilaku demikian biasanya
menunjukkan sejumlah tanda dari kelainan yang berat
lainnya dari kepribadian dan hubungan dengan
lingkungan
- Perlu dibedakan dengan “Malingering”,
didefinisikan sebagai kesengajaan atau berpura-pura
membuat gejala atau disabilitas, baik fisik maupun
psikologis, yang dimotivasikan oleh stress eksternal
atau insentif (kode Z76.5 dari ICD-10). Motif yang
berkaitan dengan stress eksternal tersebut dapat
berupa penghindaran diri dari tuntutan hukuman
kriminal, untuk memperoleh obat terlarang.
Menghindari wajib militer atau tugas militer yang
berbahaya, dan upaya untuk memperoleh keuntungan
karena sakit atau mendapatkan perbaikan taraf hidup.
(4)
A. Gangguan Buatan dengan Tanda dan Gejala Psikologis
yang Dominan
13
Pasien menunjukkan gejala psikiatri yang
dianggap buatan berupa depresi, halusinasi, gejala
disosiatif dan konversi, serta perilaku bizzare.
Pasien tidak membaik setelah diberikan cara
terapeutik, dapat diberikan psikoaktif dengan dosis
yang tinggi dan terapi elektrokonvulsi.(1,3)
Gejala psikologis buatan menyerupai fenomena
Pseudomalingering, yaitu konsep pemuasan kebutuhan
untuk mempertahankan citra diri yang utuh, yang akan
terganggu dengan memberikan masalah psikologis di
luar kapasitas seseorang untuk menguasai diri
melalui upaya yang disadari. Pasien dapat tampak
depresi dan dapat menjelaskan depresinya dengan
memberikan riwayat palsu kematian teman atau kerabat
yang bermakna baru-baru ini. Unsur riwayat yang
dapat mengesankan berkabung buatan mencakup
kekerasan atau kematian berdarah, kematian yang
dramatik atau kematian seorang anak atau dewasa
muda. Pasien dapat menunjukkan hilangnya ingatan
jangka pendek dan panjang, atau halusinasi visual
maupun auditorik. Menurut DSM-IV-TR, orang ini akan
14
menggunakan zat psikoaktif secara diam-diam untuk
menghasilkan gejala yang mengesankan adanya gangguan
jiwa, seperti stimulan untuk menimbulkan kegelisahan
dan insomnia, halusinogen untuk mencetuskan
perubahan keadaan persepsi, analgetik untuk
mencetuskan euphoria, serta hipnotik untuk
mencetuskan letargi. Gabungan psikoaktif dapat
menghasilkan gejala yang sangat tidak lazim. (1,3)
Gejala lain yang timbul adalah fantastika
pseudologia dan penipuan. Dalam pseudologia, bahan
faktual yang terbatas dicampurkan dengan khayalan
yang ektensif dan penuh warna. Minat pendengar yang
menyenangkan pasien memperkuat gejala. Pasien dapat
memberikan keterangan dan bertentangan dengan
kehidupannya. Misalnya seperti kematian orangtuanya.
Banyak identitas palsu disertai dengan kebohongan
pada kasus ini. Misalkan seorang laki-laki mengaku
sebagai tentara yang telah berperang secara heroik
dan memiliki banyak bekas luka parut di perutnya.(1,3)
B. Gangguan Buatan dengan Tanda dan Gejala Fisik yang
Dominan
15
Gangguan yang paling terkenal dari jenis ini
adalah Sindrom Munchausen. Gangguan ini juga disebut
dengan ketergantungan rumah sakit atau
ketergantungan poli bedah sehingga menghasilkan
abdomen papan cuci, dan sindrom pasien professional.
Gambaran penting dari gangguan ini adalah kemampuan
mereka dalam menampilkan gejala fisik yang sangat
baik. Untuk menyokong riwayat, pasien membuat gejala
yang menyokong adanya gangguan sistem organ. Mereka
mengenali gejala suatu penyakit yang memerlukan obat
atau dirawat dirumah sakit serta mampu memberikan
riwayat yang bisa menipu klinisi bahkan yang sangat
berpengalaman sekalipun. Gambaran klinis yang sangat
banyak mencakup hematom, hemoptisis, nyeri abdomen,
demam, hipoglikemia, sidrom mirip lupus, mual,
muntah, pusing, dan keja. Urin atau tinja akan
terkontaminasi darah karena pasien mengkonsumsi anti
koagulan, insulin untuk menimbulkan hipoglikemia,
dan seterusnya. Pasien sering bersikeras ingin
dioperasi sebelumnya. Perut pasien biasanya akan
seperti besi pemanggang atau papan cuci akibat
16
akibat bahan operasi yang dijalani berulang kali.
Pada pasien yang menginginkan narkotik biasanya akan
melakukan nyeri kolik seperti nyeri batu ginjal.
Ketika di rumah sakit pasien akan banyak menuntut
terapi. Ketika hasil laboratorium negative, pasien
akan menuduh dokter tidak mampu, mengancam akan
menuntut dan umumnya menjadi kasar. Pasien
menimbulkan gejala dan tanda melalui empat
mekanisme.(1,8)
a. Sengaja menginfeksi diri
b. Menstimulasi penyakit, seperti menyebabkan urin
berdarah
c. Menghubungkan dengan lesi atau luka sebelumnya
d. Mengonsumsi sendiri obat-obatan seperti insulin
C. Gangguan Buatan dengan Kombinasi Tanda dan Gejala
Psikologis serta Fisik
Terdapat kombinasi gejala dan tanda psikologis
maupun fisik atau tidak menonjol diantaranya
keduanya. Pasien biasanya secara bergantian
menampilkan demensia, berkabung, pemerkosaan, dan
bangkitan.(1)
17
D. Gangguan Buatan yang tidak Tergolongkan
Beberapa pasien dengan tanda dan gehala
berpura-pura tapi tidak memenuhi kriteria DSM-IV-TR
untuk gangguan buatan yang spesifik, digolongkan
dalam gangguan buatan yang tidak tergolongkan.
Contohnya, gangguan buatan oleh perwalian dimana
seseorang dengan sengaja membuat tanda atau gejala
fisik pada orang lain yang berada dalam asuhannya
tujuannya agar seseorang yang telah dalam asuhannya
dinyatakan sakit dan harus di rawat sehingga dirinya
terbebas dari kewajiban mengasuh. Penipuan ini dapat
berupa riwayat medis palsu, kontaminasi sampel
laboratorium, perubahan rekam medis, atau memicu
cedara atau luka pada kepalanya.(1,3,12)
Kriteria Riset DSM-IV-TR Gangguan Buatan oleh
Perwalian: (3)
a) Menimbulkan atau membuat tanda atau gejala
fisik atau psikologis secara disengaja pada
orang lain yang berada di bawah asuhan
seseorang
18
b) Motivasi perilaku pelaku adalah mendapatkan
peranan sakit oleh perwalian
c) Tidak ada dorongan eksternal untuk perilaku
ini (seperti keuntungan ekonomik)
d) Perilaku ini tidak disebabkan oleh gangguan
jiwa lain
E. Diagnosis Banding
1. Malingering
Malingering memiliki tujuan yang jelas.
Misalnya meminta perawatan dengan menunjukkan gejala
dengan tujuan mendapatkan kompensasi keuangan,
menghindari polisi, atau hanya untuk mendapatkan
tempat tidur gratis. Pasien akan berhenti
menimbulkan gejala tidak dianggap tidak
menguntungkan lagi atau dianggap telah berlalu.(1,6)
2. Gangguan Somatoform
Gangguan buatan dibedakan dengan gangguan
somatisasi (Sindrom Briquet) karena adanya gejala
buatan yang dilakukan secara sengaja, riwayat rawat
inap berulang di rumah sakit yang ekstrim, dan
keinginan untuk menjalani prosedur yang merusak pada
19
pasien dengan gangguan buatan. Gejala dari gangguan
kesehatan yang dirasakan pasien, berada dibawah
kontrol sadar seorang pasien, sama seperti gangguan
buatan. Sedangkan yang membedakan, pada gangguan
somatoform produksi gejala tidak diketahui atau
tidak ada kelainan medis yang dapat dibuktikan. (1,6,9)
3. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian mempunyai pola perilaku
maladaptive, yaitu tidak dapat menyesuaikan diri.
Karena kebohongan patologis, tidak ada hubungan
dekat dengan orang lain, serta manipulative dan
bermusuhan, pasien gangguan buatan biasanya memiliki
gangguan kepribadian antisosial. Meskipun demikian,
orang yang antisosial, biasanya tidak secara
sukarela melakukan tindakan invasive dan menjalani
rawat inap jangka panjang dan berulang.(1,4)
Karena mencari perhatian dan dramatisasi,
pasien dengan gangguan buatan digolongkan dalam
gangguan kepribadian histrionik. Tetapi pada
gangguan buatan tidak semua pasien memiliki bakat
dramatik, banyak yang menarik diri dan terlihat
20
lemah. Orang dengan Gangguan buatan juga tidak
memiliki kebiasaan berpenampilan, pikiran dan
komunikasi yang eksentrik.(1,4)
4. Skizofrenia
Skizofrenia memiliki gejala psikotik yang
ditandai dengan abnormalitas dalam bentuk dan isi
pikiran, persepsi dan emosi serta perilaku.
Diagnosis skizofrenia biasanya ditandai dengan gaya
hidup bizzare. Tetapi pada gangguan buatan biasanya
tidak memenuhi kriteria skizofrenia kecuali jika
mereka memiliki waham dimana mereka yakin mereka
benar-benar sakit dan memerlukan perawatan.(1,4)
5. Penyalahgunaan Zat
Walaupun pasien Gangguan buatan memiliki
riwayat penggunaan zat, tetapi tidak didiagnosis
penyalahgunaan zat akan tetapi harus didiagnosis
secara bersamaan.(1)
6. Sindrom Ganser (Ganser syndrome, GS)
Gambaran terpenting sindrom ini adalah
memberikan jawaban-jawaban yang dikira aneh, dan
21
sering tidak konsisten atas pertanyaan sederhana.
Pasien dapat menjawab 2 + 2 = 5, atau ketika ditanya
warna salju, pasien menjawab “hijau”. Sindrom ini
juga ditandai dengan kesadaran berkabut,
pseudohalusinasi dan/atau halusinasi (visual atau
auditorik), dan gejala somatik. GS digolongkan di
dalam ICD-10/DSM-IV-TR sebagai Gangguan disosiatif
yang tak tergolongkan. GS banyak muncul di populasi
penjara dan merupakan varian dari Malingering dalam
hal pasien menghindari hukuman atau kewajiban atas
tindakannya. Meskipun demikian, pada gangguan buatan
dengan tanda dan gejala psikologis yang dominan,
bisa terdapat kesengajaan memberi jawaban yang tidak
akurat. (1,2)
F. Terapi
a) Psikoterapi
Tidak ada terapi psikiatrik spesifik dalam
tatalaksana gangguan buatan. Pasien menyangkal
gangguan buatan pada mereka dan akhirnya memilih
lari dan menolak pengobatan secara psikiatri oleh
karena itu sasaran pengobatan bukan penyembuhan,
22
tetapi pengelolaan untuk mencegah pasien kesakitan
dan menjalani prosedur yang menyiksa. Dengan
demikian terapi yang paling baik difokuskan pada
pengelolaan bukan pada penyembuhan. Mungkin satu-
satunya faktor yang penting dalam keberhasilan
penatalaksaan adalah pengenalan awal dokter akan
gangguan ini. Dengan cara ini, dokter dapat mencegah
pasien menjalani banyak rasa sakit dan prosedur
diagnostik yang berpotensi bahaya. Hubungan yang
baik antara psikiater dan petugas medis atau bedah
sangat disarankan. Walaupun sedikit kasus
psikoterapi individual telah dilaporkan dalam
literature, tidak ada konsesus mengenai metode terbaik.
Umumnya, bekerjasama dengan dokter perawatan primer
lebih efektif daripada bekerja dengan pasien dalam
isolasi.
Reaksi personal dokter dan petugas yang
memiliki makna besar di dalam terapi dan membangun
hubungan kerja sama dengan pasien, yang mencetuskan
rasa tidak memberikan hasil, membingungkan,
pengkhianatan, permusuhan bahkan tidak berharga.
23
Petugas dipaksa untuk mengabaikan unsur dasar
hubungan dengan pasien, penerimaan kebenaran
pernyataan pasien. Satu intervensi psikiatri yang
sesuai adalah menanamkan suatu pemahaman kepada
petugas bahwa walaupun penyakit pasien bersifat
buatan, pasien tetap sakit. (1)
Walaupun penggunaan konfrontasi adalah
kontroversial, pada suatu saat didalam terapi pasien
harus dihadapkan dengan kenyataan. Pada sejumlah
kasus, klinisi harus menempatkan kembali gangguan
buatan sebagai suatu permintaan tolong sehingga
pasien tidak memandang respons klinisi sebagai
hukuman. (1,8,9)
Edukasi mengenai Gangguan ini dan beberapa
upaya untuk memahami motivasi pasien dapat membantu
petugas mempertahankan perilaku mereka dalam
menghadapi frustasi berat. (1)
b) Farmakoterapi
Farmakoterapi pada Gangguan buatan meiliki
kegunaan yang terbatas. Selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRI) dapat berguna untuk mengurangi perilaku
24
impulsif bila perilaku tersebut merupakan komponen
utama perilaku berpura-pura. SSRI termasuk kedalam
golongan obat Anti Depressan. Obat golongan ini
diantaranya Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine,
Fluoxetine, dan Citalopram.(1,5)
Mulai dengan dosis rendah untuk penyesuaian
efek samping, Sertraline 50 mg/hari, dinaikkan
secara bertahap, sampai tercapai dosis efektif (100-
150 mg/h). Meskipun respon terhadap pengobatan SSRI
sudah dapat terlihat 1 sampai 2 minggu, untuk
mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan
waktu 2 sampai 3 bulan serta bertahan untuk jangka
waktu yang panjang (1 – 2 tahun), Sertraline dapat
diberikan sesuai dosis pemeliharaan yaitu sekitar
100 mg/h, sambil dilakukan terapi perlikau dan
psikoterapi lainnya. (1,5)
G. Prognosis
Prognosis pada sebagian besar kasus adalah
buruk. Gangguan ini mengurangi kemampuan pasien dan
sering menimbulkan trauma berat dan reaksi yang
tidak sesuai yang berkaitan.sejumlah kecil pasien
25
kadang-kadang menghabiskan waktu di penjara.
Sejumlah kecil meninggal karena penggunaan obat,
instrumentasi atau operasi yang tidak dibutuhkan.
Gambaran yang mungkin memiliki prognosis yang baik
adalah (1) adanya kepribadian depresif-masokhistik,
(2) berfungsi pada tingkat ambang, tidak selalu
psikotik, (3) atribut gangguan kepribadian
antisosial dengan gejala minimal.(1,6)
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan buatan merupakan suatu gangguan jiwa
dimana pasien secara sengaja membuat tanda gangguan
medis fisik atau psikiatri dengan menunjukkan
riwayat serta gejala palsu yang dimotivasi oleh
faktor internal. Tujuannya murni untuk mengambil
peran sebagai pasien tanpa adanya dorongan dari
luar, meskipun terkadang mereka tidak sepenuhnya
26
memahami motivasi mereka. Gangguan ini lebih sering
terjadi di rumah sakit dan jarang didapatkan pada
masyarakat umum. (1,3)
Etiologinya bisa karena faktor sosial, tetapi
belum diketahui secara pasti sedangkan sebab faktor
biologis yaitu disfungsi otak. Terdiri atas empat
jenis: Gangguan Buatan dengan Tanda dan Gejala
Psikologis yang dominan, Gangguan Buatan dengan
Tanda dan Gejala Fisik yang Dominan, Gangguan Buatan
dengan Kombinasi Tanda dan Gejala Psikologis serta
Fisik dan Gangguan Buatan yang tidak tergolongkan.
Diagnosis banding gangguan ini dapat berupa
Malingering, Gangguan Somatoform, Gangguan
Kepribadian, Skizofrenia, Penyalahgunaan Zat,
Sindrom Ganser. (1,2,3,7)
Tidak ada terapi psikiatrik yang spesifik namun
terapi ventilasi dan edukasi menjadi metode yang
baik untuk pengelolaan gejala namun suatu saat pasti
dokter akan menghadapkan pasien dengan konfrontasi,
terapi ini bertujuan agar pasien dapat belajar
menerima kenyataan. Pasien biasanya akan keluar dari
27
perawatan setelah merasa diketahui oleh dokter,
namun terapi rawat jalan dengan dokter yang tetap
akan memberikan prognosis yang baik bagi penyakit
penderita. Farmakoterapi yang dapat diberikan adalah
dari golongan Anti Depressan yaitu SSRI (Selective
Serotonin Reuptake Inhibitors) diantaranya Sertraline,
Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, dan Citalopram.
Penggunaan SSRI tidak menyebabkan ketergantungan dan
dapat dikonsumsi hingga 2 tahun dengan aturan dosis
yang sesuai.(1,5,9)
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, Benjamin J. Gangguan Buatan. Dalam: Sadock,
Benjamin J, Virginia J Sadock. Kaplan dan Sadock. Kaplan dan
Sadock: Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2010. Hal: 283-287.
2. Katona Cornelius, Cooper Claudia, Robertson Mary. At A
Glance. Psikiatri edisi IV. Penerbit Erlangga. 2012. P. 39
3. Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth Edition.
Penerbit: American Psychiatric Association. P. 471-475.c
29
4. Maslim, Rusdi. Gangguan Kepribadian dan Perilaku Dewasa
Lainnya. Dalam: Maslim, Rusdi. Buku Saku: Diagnosis Gangguan
Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta. Penerbit PT Nuh Jaya.
2003 Hal: 116.
5. Maslim, Rusdi. Obat Anti Obsesif-Kompulsif. Panduan
Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta.
Penerbit: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
2007. Hal.47-51.
6. Elvira Sylvia, Hadisukanto Gitayanti. Gangguan Berpura-
pura dan Gangguan Buatan. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta.
Penerbit: FK UI. Hal: 322-329.
7. Maramis Willy, Maramis Albert. Gangguan Obsesif-
Kompulsif. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Hal. 312-317
8. Gelder Michael, Lopez Juan, Andreasen Nancy. Factitious
Diso rder and Malingering. New Oxford Textbook of Psychiatry.
Oxford University Press. 2000.
9. Pridmore, S. (2013) Download of Psychiatry, Chapter 23. pp.
1-13.
10. Yanik Medaim, San Imran, Alatas Necat. A Case of
Factitious Disorder Involving Menstrual Blood Smeared on
The Face. INT'L Psychiatry in Medicine. Vol. 34(1) 97-101. 2004.
30
11. Guzman Jospehine, Correl Terry. Factitious Disorder.
Hosital Physician Psychiatry Board Review Manual. Vol.11(1). 3-10.
Turner White Communications, Inc. 2008.
12. Adshead Gwen, Bluglass Kerry. Attachment
Representations In Mothers with Abnormal Illness
Behaviour by Proxy. The British Journal of Psychiatry. BJP 2005,
187:326-333.
13. Bass Christoper, Jones David. Psychopathology of
Perpetrators of Fabricated or Induced Illness in
children: case series. The British Journal of Psychiatry. BJP 2011,
199:113-118
14. Shapiro Allan, Teaseel Robert. Behavioural
Intervention In The Rehabilitation of Acute V. Chronic
Non organic (Conversion/Factitious) Motor Disorders. The
British Journal of Psychiatry. BJP 2004, 185:140-146.
31