Top Banner
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA OKTOBER 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT GANGGUAN BUATAN (FACTITIOUS DISORDER) (F68.1) & LAPORAN KASUS GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F31.2) OLEH: Monareza Restantia Shirly D. (C111 11 178) PEMBIMBING: dr. Uyuni Azis SUPERVISOR: dr. Rabiah Tanthawie, Sp. KJ DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
33

REFARAT FACTITIOUS DISORDER

Mar 01, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA OKTOBER 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT

GANGGUAN BUATAN (FACTITIOUS DISORDER) (F68.1)

&

LAPORAN KASUS

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK

DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F31.2)

OLEH:

Monareza Restantia Shirly D. (C111 11 178)

PEMBIMBING:

dr. Uyuni Azis

SUPERVISOR:

dr. Rabiah Tanthawie, Sp. KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

Page 2: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Monareza Restantia Shirly Darwis

Stambuk : C11111178

Judul Referat : Gangguan Buatan

Laporan Kasus : Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini

Manik Dengan Gejala Psikotik

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik

pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Universitas

Hasanuddin.

Makassar, Oktober 2014

1

Page 3: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

Supervisor

Pembimbing

dr. Rabiah Tanthawie, Sp. KJ

dr. Uyuni Azis

2

Page 4: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………. 1

Daftar Isi …………………………………………………………….. 2

Bab I Pendahuluan …………………………………………………………….. 3

Bab II Isi …………………………………………………………….. 5

Definisi …………………………………………………………….. 5

Epidemiologi ………………………………………………………………5

Etiologi ………………………………………………………………6

Diagnosis ………………………………………………………………7

Diagnosis Banding ………………………………………………………………12

Terapi ………………………………………………………………14

Prognosis ………………………………………………………………16

Bab III Kesimpulan ………………………………………………………………17

Daftar Pustaka ………………………………………………………………19

3

Page 5: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

BAB I

PENDAHULUAN

Pada gangguan buatan, pasien secara sengaja membuat

tanda gangguan medis fisik atau jiwa dan salah dalam

menunjukkan riwayat serta gejalanya. Satu-satunya tujuan

perilaku tersebut yang jelas adalah untuk mengambil peran

seorang pasien tanpa adanya dorongan dari luar. Untuk

banyak orang, mendapat pelayanan rawat inap dirumah sakit

menjadi tujuan utama dan menjadi cara hidup. Pemahaman

yang lebih dalam mengenai gangguan ini menunjukkan bahwa

pasien kuat terdorong untuk tampil sakit dan kerap telah

memiliki wawasan dari perilaku yang ditunjukkan. Menurut

sejarah psikiatri, gangguan ini diperkenalkan pertama

kali sebagai “Sindrom Munchausen” pada tahun 1951 oleh

Richard Asher, seorang klinisi yang menemukan kasus

seorang pensiun perwira kavileri Jerman, Baron Karl Von

Munchausen, yang secara dramatis menceritakan

pengalamannya berpergian dari rumah sakit ke rumah sakit

di berbagai kota untuk mendapatkan perawatan medis.(1,2,9)

Factitious Disorder atau Gangguan buatan dalam ICD-10 dan

DSM-IV-TSR ditandai dengan gejala berpura-pura sakit,

4

Page 6: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

dapat berupa gejala fisik (misalnya nyeri abdomen) dan

gejala psikiatri (misalnya dengan berpura-pura memiliki

halusinasi, kesedihan, atau penyiksaan seksual berulang).

Gejala tertentu sengaja dibuat oleh individu untuk

mengasumsikan peran sakit, baik dengan memalsukan tanda

atau gejala dan penyebab lain dari keluhan yang diderita.

Gangguan ini juga dapat dilakukan oleh wali (Munchausen

Syndrome by Proxy), misalnya orangtua yang berpura-pura

anaknya sakit. Pasien dapat mempengaruhi anak seperti

dengan pemberian racun agar menghasilkan gejala sakit.

(1,3,9)

Kasus tanda dan gejala psikologis buatan dilaporkan

jauh lebih sedikit daripada kasus tanda dan gejala fisik

buatan. Sejumlah kumpulan data mengenai orang-orang yang

memiliki gangguan buatan kerap kali berkunjung ke banyak

rumah sakit dengan menggunakan berbagai nama lain, alamat

tempat tinggal yang tidak tetap dan biasanya tidak

memiliki dokter umum yang tetap. Pada gangguan buatan

yang berat, pasien kerap mencari prosedur yang

menyakitkan, seperti operasi pembedahan dan uji

masokhistik, yaitu rasa sakit yang berfungsi sebagai

5

Page 7: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

hukuman terhadap dosa masa lalu, baik khayalan atau

sebenarnya. Pasien yang membuat-buat penyakit psikiatri

dapat memiliki kerabat yang sebelumnya pernah dirawat

dengan penyakit yang mereka ciptakan.(1,8,11)

6

Page 8: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

BAB II

ISI

A. Definisi

Gangguan buatan adalah suatu gangguan jiwa dimana

pasien secara sengaja membuat tanda gangguan medis

fisik atau psikologis dengan menunjukkan riwayat serta

gejala palsu yang dimotivasi oleh faktor internal.

Tujuannya murni untuk mengambil peran sebagai pasien

tanpa adanya dorongan dari luar, meskipun terkadang

mereka tidak sepenuhnya memahami motivasi mereka.

Gangguan ini sifatnya kompulsif, tetapi dianggap

volunteer karena memiliki tujuan dan disengaja, bahkan

jika perilaku ini tidak dapat dikendalikan. Walaupun

berperan sebagai pasien, individu dengan gangguan ini

cenderung pandai dan berwawasan tidak seperti pasien

pada umumnya. Mereka tidak menceritakan riwayat pasien

secara jujur, gejala dapat berasal dari trauma atau

kecelakaan, serta cenderung sangat kooperatif terhadap

rencana terapi yang ditetapkan.(1,3)

Pasien dengan gangguan buatan sengaja membuat atau

melebih-lebihkan gejala dari penyakit dengan berbagai

7

Page 9: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

cara. Mereka bisa membuat suatu gejala, dengan melukai

diri mereka sendiri atau mengubah tes seperti

mengkontaminasikan sample urin supaya mereka terlihat

sakit dan orang lain peduli terhadap mereka.(8)

B. Epidemiologi

Prevalensi gangguan buatan pada populasi umum tidak

diketahui walaupun sejumlah klinisi yakin bahwa

gangguan ini lebih banyak daripada yang diketahui.

Gangguan ini tampak lebih sering terdapat di rumah

sakit dan pekerja perawatan kesehatan daripada populasi

umum. Selain itu, gangguan ini lebih sering terjadi

pada perempuan dibandingkan laik-laki dan sindrom yang

lebih parah sering terjadi pada perempuan. Menurut

revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorder (DSM-IV-TR), gangguan buatan di diagnosis

pada kira-kira 1 persen pasien yang ditemui di

konsultasi psikiatri di rumah sakit umum. Di Amerika

Serikat, gangguan buatan oleh perwalian (didiskusikan

terpisah) ada sebanyak kurang dari 1.000 dari hampir 3

juta kasus penganiayaan anak yang dilaporkan tiap

tahun. (1,9)

8

Page 10: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

C. Etiologi

1. Faktor Psikososial

Dasar psikodinamika dari gangguan buatan tidak

diketahui secara pasti, pasien dapat bersikeras

bahwa gejala mereka bersifat fisik sehingga terapi

yang berorientasi psikologis tidak berguna. Suatu

laporan kasus menyatakan banyak pasien menderita

penyiksaan atau penelantaran pada masa anak-anak

yang menyebabkan seringnya mendapat perawatan

dirumah sakit selama masa perkembangan awal. Pada

keadaan ini, mendapatkan perawatan di rumah sakit

mungkin telah dianggap sebagai suatu pelarian dari

situasi rumah yang traumatik. Kondisi itu memberikan

ruang nyaman bagi pasien dan beranggapan bahwa

sejumlah tenaga medis yang memberi perawatan

(seperti dokter, perawat, dan karyawan rumah sakit)

adalah orang-orang yang dapat mengasihi merawat

mereka dengan penuh kasih sayang. (1,3)

Pasien yang mencari prosedur yang menyakitkan

seperti operasi pembedahan dan pemeriksaan yang

invasive, mungkin memiliki kepribadian masokhistik.

9

Page 11: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

Pasien dapat menghidupkan peran pasien dan

menceritakan tentang riwayat dan gejala penyakit

yang menyiksa berulang-ulang kali sehingga bisa

mendapatkan perawatan di rumah sakit sesering

mungkin. Kemungkinan pasien memiliki kerabat yang

menderita gangguan atau penyakit yang sama yang

kemudian ditiru oleh pasien. Adanya kerja sama

antara pasien dengan yang ditiru sangat jarang

terjadi. Walaupun pasien bertindak sendiri, teman

dan kerabat turut mendukung dan membuat-buat

penyakit dalam beberapa hal.(1,3)

2. Faktor Biologis

Sejumlah peneliti mengungkapkan bahwa disfungsi

otak dapat menjadi faktor gangguan buatan. Dikatakan

bahwa pemrosesan informasi yang terganggu berperan

dalam fantastika pseudologia pasien Munchausen dan

perilaku menyimpang. Pasien ini tidak

memperlihatkan pola genetik pemeriksaan

elektroensefalografik (EEG) dan memperlihatkan tidak

adanya kelainan yang spesifik. (1,3)

D. Diagnosis

10

Page 12: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

Kriteria diagnosis Gangguan buatan berdasarkan DSM-

IV-TR adalah: (3)

a. Pembentukan atau pembuatan tanda dan gejala fisik

atau psikologis yang disengaja

b. Motivasi perilaku ini adalah untuk mengambil peran

sakit

c. Tidak ada dorongan eksternal untuk perilaku ini

(seperti keuntungan ekonomik, menghindari tanggung

jawab hukum, atau meningkatkan kesejahteraan fisik,

seperti pada Malingering)

Tentukan kode berdasarkan jenis: (9)

- Dengan tanda dan gejala psikologis yang dominan:

Jika tanda dan gejala psikologis mendominasi

tampilan klinisnya

- Dengan tanda dan gejala fisik yang dominan: Jika

tanda dan gejala fisik mendominasi tampilan

klinisnya.

- Dengan kombinasi tanda dan gejala yang psikologis

serta fisik: Jika kedua tanda gejala psikologis

serta ada tetapi tidak mendominasi tampilan klinis.

11

Page 13: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan

Jiwa (PPDGJ – III) di Indonesia, gangguan ini

termasuk dalam Gangguan Kepribadian dan Perilaku

Masa Dewasa Lainnya (F68), yaitu Kesengajaan atau

Berpura-pura Membuat Gejala atau Disabilitas, baik

Fisik maupun Psikologis (Gangguan Buatan) (F68.1).

Kriteria diagnosisnya adalah: (4)

- Dengan tidak adanya gangguan fisik atau mental,

penyakit atau cacat yang pasti, individu berpura-

pura mempunyai gejala sakit secara berulang-ulang

dan konsisten.

- Untuk gejala fisik mungkin dapat meluas sampai

membuat sendiri irisan atau luka untuk menciptakan

perdarahan atau menyuntik diri dengan bahan beracun.

- Peniruan nyeri dan penekanan adanya perdarahan

dapat begitu meyakinkan dan menetap sehingga

menyebabkan diulanginya pemeriksaan dan operasi di

beberapa klinik dan rumah sakit, meskipun hasilnya

berulang-ulang negative.

- Motivasi untuk perilaku ini hampir selalu kabur

dan dianggap faktor internal dan kondisi terbaik

12

Page 14: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

diinterpretasikan sebagai suatu gangguan perilaku

sakit dan peran sakit (disorder of illness behavior and the sick

role).

- Individu dengan pola perilaku demikian biasanya

menunjukkan sejumlah tanda dari kelainan yang berat

lainnya dari kepribadian dan hubungan dengan

lingkungan

- Perlu dibedakan dengan “Malingering”,

didefinisikan sebagai kesengajaan atau berpura-pura

membuat gejala atau disabilitas, baik fisik maupun

psikologis, yang dimotivasikan oleh stress eksternal

atau insentif (kode Z76.5 dari ICD-10). Motif yang

berkaitan dengan stress eksternal tersebut dapat

berupa penghindaran diri dari tuntutan hukuman

kriminal, untuk memperoleh obat terlarang.

Menghindari wajib militer atau tugas militer yang

berbahaya, dan upaya untuk memperoleh keuntungan

karena sakit atau mendapatkan perbaikan taraf hidup.

(4)

A. Gangguan Buatan dengan Tanda dan Gejala Psikologis

yang Dominan

13

Page 15: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

Pasien menunjukkan gejala psikiatri yang

dianggap buatan berupa depresi, halusinasi, gejala

disosiatif dan konversi, serta perilaku bizzare.

Pasien tidak membaik setelah diberikan cara

terapeutik, dapat diberikan psikoaktif dengan dosis

yang tinggi dan terapi elektrokonvulsi.(1,3)

Gejala psikologis buatan menyerupai fenomena

Pseudomalingering, yaitu konsep pemuasan kebutuhan

untuk mempertahankan citra diri yang utuh, yang akan

terganggu dengan memberikan masalah psikologis di

luar kapasitas seseorang untuk menguasai diri

melalui upaya yang disadari. Pasien dapat tampak

depresi dan dapat menjelaskan depresinya dengan

memberikan riwayat palsu kematian teman atau kerabat

yang bermakna baru-baru ini. Unsur riwayat yang

dapat mengesankan berkabung buatan mencakup

kekerasan atau kematian berdarah, kematian yang

dramatik atau kematian seorang anak atau dewasa

muda. Pasien dapat menunjukkan hilangnya ingatan

jangka pendek dan panjang, atau halusinasi visual

maupun auditorik. Menurut DSM-IV-TR, orang ini akan

14

Page 16: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

menggunakan zat psikoaktif secara diam-diam untuk

menghasilkan gejala yang mengesankan adanya gangguan

jiwa, seperti stimulan untuk menimbulkan kegelisahan

dan insomnia, halusinogen untuk mencetuskan

perubahan keadaan persepsi, analgetik untuk

mencetuskan euphoria, serta hipnotik untuk

mencetuskan letargi. Gabungan psikoaktif dapat

menghasilkan gejala yang sangat tidak lazim. (1,3)

Gejala lain yang timbul adalah fantastika

pseudologia dan penipuan. Dalam pseudologia, bahan

faktual yang terbatas dicampurkan dengan khayalan

yang ektensif dan penuh warna. Minat pendengar yang

menyenangkan pasien memperkuat gejala. Pasien dapat

memberikan keterangan dan bertentangan dengan

kehidupannya. Misalnya seperti kematian orangtuanya.

Banyak identitas palsu disertai dengan kebohongan

pada kasus ini. Misalkan seorang laki-laki mengaku

sebagai tentara yang telah berperang secara heroik

dan memiliki banyak bekas luka parut di perutnya.(1,3)

B. Gangguan Buatan dengan Tanda dan Gejala Fisik yang

Dominan

15

Page 17: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

Gangguan yang paling terkenal dari jenis ini

adalah Sindrom Munchausen. Gangguan ini juga disebut

dengan ketergantungan rumah sakit atau

ketergantungan poli bedah sehingga menghasilkan

abdomen papan cuci, dan sindrom pasien professional.

Gambaran penting dari gangguan ini adalah kemampuan

mereka dalam menampilkan gejala fisik yang sangat

baik. Untuk menyokong riwayat, pasien membuat gejala

yang menyokong adanya gangguan sistem organ. Mereka

mengenali gejala suatu penyakit yang memerlukan obat

atau dirawat dirumah sakit serta mampu memberikan

riwayat yang bisa menipu klinisi bahkan yang sangat

berpengalaman sekalipun. Gambaran klinis yang sangat

banyak mencakup hematom, hemoptisis, nyeri abdomen,

demam, hipoglikemia, sidrom mirip lupus, mual,

muntah, pusing, dan keja. Urin atau tinja akan

terkontaminasi darah karena pasien mengkonsumsi anti

koagulan, insulin untuk menimbulkan hipoglikemia,

dan seterusnya. Pasien sering bersikeras ingin

dioperasi sebelumnya. Perut pasien biasanya akan

seperti besi pemanggang atau papan cuci akibat

16

Page 18: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

akibat bahan operasi yang dijalani berulang kali.

Pada pasien yang menginginkan narkotik biasanya akan

melakukan nyeri kolik seperti nyeri batu ginjal.

Ketika di rumah sakit pasien akan banyak menuntut

terapi. Ketika hasil laboratorium negative, pasien

akan menuduh dokter tidak mampu, mengancam akan

menuntut dan umumnya menjadi kasar. Pasien

menimbulkan gejala dan tanda melalui empat

mekanisme.(1,8)

a. Sengaja menginfeksi diri

b. Menstimulasi penyakit, seperti menyebabkan urin

berdarah

c. Menghubungkan dengan lesi atau luka sebelumnya

d. Mengonsumsi sendiri obat-obatan seperti insulin

C. Gangguan Buatan dengan Kombinasi Tanda dan Gejala

Psikologis serta Fisik

Terdapat kombinasi gejala dan tanda psikologis

maupun fisik atau tidak menonjol diantaranya

keduanya. Pasien biasanya secara bergantian

menampilkan demensia, berkabung, pemerkosaan, dan

bangkitan.(1)

17

Page 19: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

D. Gangguan Buatan yang tidak Tergolongkan

Beberapa pasien dengan tanda dan gehala

berpura-pura tapi tidak memenuhi kriteria DSM-IV-TR

untuk gangguan buatan yang spesifik, digolongkan

dalam gangguan buatan yang tidak tergolongkan.

Contohnya, gangguan buatan oleh perwalian dimana

seseorang dengan sengaja membuat tanda atau gejala

fisik pada orang lain yang berada dalam asuhannya

tujuannya agar seseorang yang telah dalam asuhannya

dinyatakan sakit dan harus di rawat sehingga dirinya

terbebas dari kewajiban mengasuh. Penipuan ini dapat

berupa riwayat medis palsu, kontaminasi sampel

laboratorium, perubahan rekam medis, atau memicu

cedara atau luka pada kepalanya.(1,3,12)

Kriteria Riset DSM-IV-TR Gangguan Buatan oleh

Perwalian: (3)

a) Menimbulkan atau membuat tanda atau gejala

fisik atau psikologis secara disengaja pada

orang lain yang berada di bawah asuhan

seseorang

18

Page 20: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

b) Motivasi perilaku pelaku adalah mendapatkan

peranan sakit oleh perwalian

c) Tidak ada dorongan eksternal untuk perilaku

ini (seperti keuntungan ekonomik)

d) Perilaku ini tidak disebabkan oleh gangguan

jiwa lain

E. Diagnosis Banding

1. Malingering

Malingering memiliki tujuan yang jelas.

Misalnya meminta perawatan dengan menunjukkan gejala

dengan tujuan mendapatkan kompensasi keuangan,

menghindari polisi, atau hanya untuk mendapatkan

tempat tidur gratis. Pasien akan berhenti

menimbulkan gejala tidak dianggap tidak

menguntungkan lagi atau dianggap telah berlalu.(1,6)

2. Gangguan Somatoform

Gangguan buatan dibedakan dengan gangguan

somatisasi (Sindrom Briquet) karena adanya gejala

buatan yang dilakukan secara sengaja, riwayat rawat

inap berulang di rumah sakit yang ekstrim, dan

keinginan untuk menjalani prosedur yang merusak pada

19

Page 21: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

pasien dengan gangguan buatan. Gejala dari gangguan

kesehatan yang dirasakan pasien, berada dibawah

kontrol sadar seorang pasien, sama seperti gangguan

buatan. Sedangkan yang membedakan, pada gangguan

somatoform produksi gejala tidak diketahui atau

tidak ada kelainan medis yang dapat dibuktikan. (1,6,9)

3. Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian mempunyai pola perilaku

maladaptive, yaitu tidak dapat menyesuaikan diri.

Karena kebohongan patologis, tidak ada hubungan

dekat dengan orang lain, serta manipulative dan

bermusuhan, pasien gangguan buatan biasanya memiliki

gangguan kepribadian antisosial. Meskipun demikian,

orang yang antisosial, biasanya tidak secara

sukarela melakukan tindakan invasive dan menjalani

rawat inap jangka panjang dan berulang.(1,4)

Karena mencari perhatian dan dramatisasi,

pasien dengan gangguan buatan digolongkan dalam

gangguan kepribadian histrionik. Tetapi pada

gangguan buatan tidak semua pasien memiliki bakat

dramatik, banyak yang menarik diri dan terlihat

20

Page 22: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

lemah. Orang dengan Gangguan buatan juga tidak

memiliki kebiasaan berpenampilan, pikiran dan

komunikasi yang eksentrik.(1,4)

4. Skizofrenia

Skizofrenia memiliki gejala psikotik yang

ditandai dengan abnormalitas dalam bentuk dan isi

pikiran, persepsi dan emosi serta perilaku.

Diagnosis skizofrenia biasanya ditandai dengan gaya

hidup bizzare. Tetapi pada gangguan buatan biasanya

tidak memenuhi kriteria skizofrenia kecuali jika

mereka memiliki waham dimana mereka yakin mereka

benar-benar sakit dan memerlukan perawatan.(1,4)

5. Penyalahgunaan Zat

Walaupun pasien Gangguan buatan memiliki

riwayat penggunaan zat, tetapi tidak didiagnosis

penyalahgunaan zat akan tetapi harus didiagnosis

secara bersamaan.(1)

6. Sindrom Ganser (Ganser syndrome, GS)

Gambaran terpenting sindrom ini adalah

memberikan jawaban-jawaban yang dikira aneh, dan

21

Page 23: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

sering tidak konsisten atas pertanyaan sederhana.

Pasien dapat menjawab 2 + 2 = 5, atau ketika ditanya

warna salju, pasien menjawab “hijau”. Sindrom ini

juga ditandai dengan kesadaran berkabut,

pseudohalusinasi dan/atau halusinasi (visual atau

auditorik), dan gejala somatik. GS digolongkan di

dalam ICD-10/DSM-IV-TR sebagai Gangguan disosiatif

yang tak tergolongkan. GS banyak muncul di populasi

penjara dan merupakan varian dari Malingering dalam

hal pasien menghindari hukuman atau kewajiban atas

tindakannya. Meskipun demikian, pada gangguan buatan

dengan tanda dan gejala psikologis yang dominan,

bisa terdapat kesengajaan memberi jawaban yang tidak

akurat. (1,2)

F. Terapi

a) Psikoterapi

Tidak ada terapi psikiatrik spesifik dalam

tatalaksana gangguan buatan. Pasien menyangkal

gangguan buatan pada mereka dan akhirnya memilih

lari dan menolak pengobatan secara psikiatri oleh

karena itu sasaran pengobatan bukan penyembuhan,

22

Page 24: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

tetapi pengelolaan untuk mencegah pasien kesakitan

dan menjalani prosedur yang menyiksa. Dengan

demikian terapi yang paling baik difokuskan pada

pengelolaan bukan pada penyembuhan. Mungkin satu-

satunya faktor yang penting dalam keberhasilan

penatalaksaan adalah pengenalan awal dokter akan

gangguan ini. Dengan cara ini, dokter dapat mencegah

pasien menjalani banyak rasa sakit dan prosedur

diagnostik yang berpotensi bahaya. Hubungan yang

baik antara psikiater dan petugas medis atau bedah

sangat disarankan. Walaupun sedikit kasus

psikoterapi individual telah dilaporkan dalam

literature, tidak ada konsesus mengenai metode terbaik.

Umumnya, bekerjasama dengan dokter perawatan primer

lebih efektif daripada bekerja dengan pasien dalam

isolasi.

Reaksi personal dokter dan petugas yang

memiliki makna besar di dalam terapi dan membangun

hubungan kerja sama dengan pasien, yang mencetuskan

rasa tidak memberikan hasil, membingungkan,

pengkhianatan, permusuhan bahkan tidak berharga.

23

Page 25: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

Petugas dipaksa untuk mengabaikan unsur dasar

hubungan dengan pasien, penerimaan kebenaran

pernyataan pasien. Satu intervensi psikiatri yang

sesuai adalah menanamkan suatu pemahaman kepada

petugas bahwa walaupun penyakit pasien bersifat

buatan, pasien tetap sakit. (1)

Walaupun penggunaan konfrontasi adalah

kontroversial, pada suatu saat didalam terapi pasien

harus dihadapkan dengan kenyataan. Pada sejumlah

kasus, klinisi harus menempatkan kembali gangguan

buatan sebagai suatu permintaan tolong sehingga

pasien tidak memandang respons klinisi sebagai

hukuman. (1,8,9)

Edukasi mengenai Gangguan ini dan beberapa

upaya untuk memahami motivasi pasien dapat membantu

petugas mempertahankan perilaku mereka dalam

menghadapi frustasi berat. (1)

b) Farmakoterapi

Farmakoterapi pada Gangguan buatan meiliki

kegunaan yang terbatas. Selective serotonin reuptake inhibitors

(SSRI) dapat berguna untuk mengurangi perilaku

24

Page 26: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

impulsif bila perilaku tersebut merupakan komponen

utama perilaku berpura-pura. SSRI termasuk kedalam

golongan obat Anti Depressan. Obat golongan ini

diantaranya Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine,

Fluoxetine, dan Citalopram.(1,5)

Mulai dengan dosis rendah untuk penyesuaian

efek samping, Sertraline 50 mg/hari, dinaikkan

secara bertahap, sampai tercapai dosis efektif (100-

150 mg/h). Meskipun respon terhadap pengobatan SSRI

sudah dapat terlihat 1 sampai 2 minggu, untuk

mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan

waktu 2 sampai 3 bulan serta bertahan untuk jangka

waktu yang panjang (1 – 2 tahun), Sertraline dapat

diberikan sesuai dosis pemeliharaan yaitu sekitar

100 mg/h, sambil dilakukan terapi perlikau dan

psikoterapi lainnya. (1,5)

G. Prognosis

Prognosis pada sebagian besar kasus adalah

buruk. Gangguan ini mengurangi kemampuan pasien dan

sering menimbulkan trauma berat dan reaksi yang

tidak sesuai yang berkaitan.sejumlah kecil pasien

25

Page 27: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

kadang-kadang menghabiskan waktu di penjara.

Sejumlah kecil meninggal karena penggunaan obat,

instrumentasi atau operasi yang tidak dibutuhkan.

Gambaran yang mungkin memiliki prognosis yang baik

adalah (1) adanya kepribadian depresif-masokhistik,

(2) berfungsi pada tingkat ambang, tidak selalu

psikotik, (3) atribut gangguan kepribadian

antisosial dengan gejala minimal.(1,6)

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan buatan merupakan suatu gangguan jiwa

dimana pasien secara sengaja membuat tanda gangguan

medis fisik atau psikiatri dengan menunjukkan

riwayat serta gejala palsu yang dimotivasi oleh

faktor internal. Tujuannya murni untuk mengambil

peran sebagai pasien tanpa adanya dorongan dari

luar, meskipun terkadang mereka tidak sepenuhnya

26

Page 28: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

memahami motivasi mereka. Gangguan ini lebih sering

terjadi di rumah sakit dan jarang didapatkan pada

masyarakat umum. (1,3)

Etiologinya bisa karena faktor sosial, tetapi

belum diketahui secara pasti sedangkan sebab faktor

biologis yaitu disfungsi otak. Terdiri atas empat

jenis: Gangguan Buatan dengan Tanda dan Gejala

Psikologis yang dominan, Gangguan Buatan dengan

Tanda dan Gejala Fisik yang Dominan, Gangguan Buatan

dengan Kombinasi Tanda dan Gejala Psikologis serta

Fisik dan Gangguan Buatan yang tidak tergolongkan.

Diagnosis banding gangguan ini dapat berupa

Malingering, Gangguan Somatoform, Gangguan

Kepribadian, Skizofrenia, Penyalahgunaan Zat,

Sindrom Ganser. (1,2,3,7)

Tidak ada terapi psikiatrik yang spesifik namun

terapi ventilasi dan edukasi menjadi metode yang

baik untuk pengelolaan gejala namun suatu saat pasti

dokter akan menghadapkan pasien dengan konfrontasi,

terapi ini bertujuan agar pasien dapat belajar

menerima kenyataan. Pasien biasanya akan keluar dari

27

Page 29: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

perawatan setelah merasa diketahui oleh dokter,

namun terapi rawat jalan dengan dokter yang tetap

akan memberikan prognosis yang baik bagi penyakit

penderita. Farmakoterapi yang dapat diberikan adalah

dari golongan Anti Depressan yaitu SSRI (Selective

Serotonin Reuptake Inhibitors) diantaranya Sertraline,

Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, dan Citalopram.

Penggunaan SSRI tidak menyebabkan ketergantungan dan

dapat dikonsumsi hingga 2 tahun dengan aturan dosis

yang sesuai.(1,5,9)

28

Page 30: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin J. Gangguan Buatan. Dalam: Sadock,

Benjamin J, Virginia J Sadock. Kaplan dan Sadock. Kaplan dan

Sadock: Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 2010. Hal: 283-287.

2. Katona Cornelius, Cooper Claudia, Robertson Mary. At A

Glance. Psikiatri edisi IV. Penerbit Erlangga. 2012. P. 39

3. Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth Edition.

Penerbit: American Psychiatric Association. P. 471-475.c

29

Page 31: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

4. Maslim, Rusdi. Gangguan Kepribadian dan Perilaku Dewasa

Lainnya. Dalam: Maslim, Rusdi. Buku Saku: Diagnosis Gangguan

Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta. Penerbit PT Nuh Jaya.

2003 Hal: 116.

5. Maslim, Rusdi. Obat Anti Obsesif-Kompulsif. Panduan

Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta.

Penerbit: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

2007. Hal.47-51.

6. Elvira Sylvia, Hadisukanto Gitayanti. Gangguan Berpura-

pura dan Gangguan Buatan. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta.

Penerbit: FK UI. Hal: 322-329.

7. Maramis Willy, Maramis Albert. Gangguan Obsesif-

Kompulsif. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Hal. 312-317

8. Gelder Michael, Lopez Juan, Andreasen Nancy. Factitious

Diso rder and Malingering. New Oxford Textbook of Psychiatry.

Oxford University Press. 2000.

9. Pridmore, S. (2013) Download of Psychiatry, Chapter 23. pp.

1-13.

10. Yanik Medaim, San Imran, Alatas Necat. A Case of

Factitious Disorder Involving Menstrual Blood Smeared on

The Face. INT'L Psychiatry in Medicine. Vol. 34(1) 97-101. 2004.

30

Page 32: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

11. Guzman Jospehine, Correl Terry. Factitious Disorder.

Hosital Physician Psychiatry Board Review Manual. Vol.11(1). 3-10.

Turner White Communications, Inc. 2008.

12. Adshead Gwen, Bluglass Kerry. Attachment

Representations In Mothers with Abnormal Illness

Behaviour by Proxy. The British Journal of Psychiatry. BJP 2005,

187:326-333.

13. Bass Christoper, Jones David. Psychopathology of

Perpetrators of Fabricated or Induced Illness in

children: case series. The British Journal of Psychiatry. BJP 2011,

199:113-118

14. Shapiro Allan, Teaseel Robert. Behavioural

Intervention In The Rehabilitation of Acute V. Chronic

Non organic (Conversion/Factitious) Motor Disorders. The

British Journal of Psychiatry. BJP 2004, 185:140-146.

31

Page 33: REFARAT FACTITIOUS DISORDER

32