BAB I PENDAHULUAN Istilah metastasis menunjukkan terbentuknya implan sekunder yang terpisah dari tumor primer. Secara umum, semakin anaplastik dan besar neoplasma primernya, semakin besar kemungkinan metastasis; namun banyak terdapat pengecualian. Selain hepar dan pulmo, organ yang paling sering terkena pada penyebaran hematogen sel kanker adalah tulang. Metastasis tulang terjadi ketika sel kanker yang berasal dari sel primer mengalami relokasi hingga ke tulang. 1-7 Metastasis tulang dapat terjadi pada hampir semua keganasan, paling sering ditemukan pada Kanker payudara (47– 85%), Paru-paru (32%), Prostat (54 – 85%), Ginjal (33 – 40%) dan Thyroid (28 – 60% ). Pasien yang mengalami metastasis tulang sering mengeluh adanya nyeri lokal pada tulang dengan berbagai intensitas akibat destruksi tulang oleh sel kanker. Fraktur patologis dan defisit neurologis juga dapat ditemukan. 3-5,7,8 Umumnya, metastasis tulang telah terjadi secara multipel pada saat didiagnosis. Pada orang dewasa, lesi dapat ditemukan pada semua tulang, namun tersering pada tulang axial yaitu tulang vertebra, pelvis, femur bagian proximal, humerus bagian proximal, kosta, dan tulang tengkorak. Lebih dari 90 % metastasis tulang di temukan pada tulang-tulang tersebut. 3-5,7,9 Pencitraan memiliki peran penting dalam mendeteksi, penegakan diagnosis, rencana pengobatan, dan follow up pasien dengan metastasis tulang. Pada pasien yang telah terbukti 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah metastasis menunjukkan terbentuknya implan sekunder yang terpisah dari
tumor primer. Secara umum, semakin anaplastik dan besar neoplasma primernya, semakin
besar kemungkinan metastasis; namun banyak terdapat pengecualian. Selain hepar dan pulmo,
organ yang paling sering terkena pada penyebaran hematogen sel kanker adalah tulang.
Metastasis tulang terjadi ketika sel kanker yang berasal dari sel primer mengalami relokasi
hingga ke tulang.1-7
Metastasis tulang dapat terjadi pada hampir semua keganasan, paling sering ditemukan
Proses metastasis ke tulang diklasifikasikan berdasarkan gangguan faktor apa
yang ditimbulkan yaitu15 :
1. Tipe osteolitik dimana terjadi penghancuran yang tidak terkendali, dan
osteoblast tidak mampu mengimbangi dengan pembentukan jaringan baru,
sehingga menyebabkan tulang tidak padat dan lemah.
2. Tipe osteoblastik (sklerotik) yang menyebabkan pembentukan sel-sel tulang
tidak terkendali dan tidak diimbangi dengan proses penghancuran oleh
osteoclast.
3. Tipe osteolitik-osteoblast
Seseorang yang menderita kanker memiliki faktor risiko untuk mengalami
metastasis tulang, meskipun tidak semua penderita kanker pasti mengalaminya. Akan
tetapi, diketahui bahwa ada beberapa keganasan yang sering (80%) bermetastasis ke
tulang diantaranya5,15 :
1. Ca. Mammae. Kira - kira 2/3 kasus menunjukkan metastasis ke tulang.
Hampir semuanya jenis osteolitik, kira-kira 10% osteoblastik, 10%
campuran.
2. Ca. Paru. 1/3 dari kasus, hampir semua jenis osteolitik
3. Ca. Prostate. Hampir semua jenis osteoblastik
4. Ca. Ginjal sering soliter sehingga sulit dibedakan dari tumor primer,
jenisnya adalah osteolitik.
D. ETIOPATOGENESIS
Tulang merupakan gudang dari berbagai sitokin dan “Growth factor” sehingga
merupakan suatu lingkungan yang sangat subur untuk sel kanker tumbuh dan
berkembang tapi sel kanker ini hanya bisa tumbuh di tulang bila bisa merusak tulang
dengan bantuan Osteoclast.3,4
Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain3,4 :
1. Perluasan secara langsung
2. Hematogen
3. Limfogen
Dapat terlihat pada gambar dibawah bahwa sel-sel dari tumor primer
mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-kapiler pada tulang. Agregasi
antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk emboli di kapiler
7
Arrest in distant capillary bed in bone
Primary malignant tumor New vessel formation Invasion Embolism
Multi-cell aggregates (lymphocytes, platelets)
Bone metastases
Tumor cell proliferation Respons to microenvironment
Extravasation Adherence
Endothelial cell
tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai
berkembang.16
Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan
tulang yang hebat. Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat
menstimulasi osteoclast seperti prostaglandin-E (PGE), beberapa jenis sitokin, dan
faktor-faktor pertumbuhan seperti Tumor Growth factor (TGF) dan Epidermal growth
factor ( EGF ), Tumor Necrosing faktor ( TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan
akan menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang
tidak padat. Proses ini disebut osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase ke
tulang oleh kanker payudara.16
Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat
menyebabkan pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik
atau osteosklerotik. Contoh proses ini yaitu metastasis tulang oleh kanker prostat.
Kedua jenis kelainan ini dapat menimbulkan rasa sakit dan tulang menjadi lebih lemah
dibandingkan tulang yang normal sehingga menjadi lebih mudah patah.16
8
Gambar 2 : Mekanisme terjadinya metastasis tulang16
E. DIAGNOSIS
1. GAMBARAN KLINIS3,7,15
Metastasis tulang pada penderita kanker akan menimbulkan morbiditas
penderita dalam hal ini timbulnya rasa nyeri dan aktivitas penderita akan
terganggu. Berikut ini adalah gambaran klinis yang dapat ditemukan pada
metastasis tulang :
a. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses
metastasis ke tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh
pasien. Nyeri timbul akibat peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada
endosteum oleh tumor. Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih terasa pada malam
hari atau waktu beristirahat.
b. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang
menjadi lebih rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang-kadang
fraktur timbul sebelum gejala-gejala lainnya. Daerah yang sering mengalami
fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta
vertebra.
c. Penekanan medulla spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis
menjadi terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri
tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati
rasa disekitar abdomen.
d. Gejala akibat hiperkalsemia
Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari
tulang. Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual,
haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran.
e. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul
sesuai dengan tipe sel darah yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila
mengenai sel darah merah. Apabila sel darah putih yang terkena, maka pasien
dapat dengan mudah terjangkit infeksi. Sedangkan gangguan pada platelet,
dapat menyebabkan perdarahan.
9
2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 7,10
a. Tumor marker
Beberapa jenis tumor melepaskan substansi yang disebut tumor
markers ke dalam darah. Peningkatan tumor marker pada penderita kanker
dapat menunjukkan bahwa kanker telah menyebar tetapi tidak dapat
menunjukkan tempat penyebarannya secara akurat.
b. Pemeriksaan lainnya
Ketika sel-sel kanker telah bermetastasis ke tulang, beberapa
substansi dapat ditemukan dalam darah :
1) Kalsium: peningkatan aktifitas osteoklas pada beberapa jenis
metastasis tulang menyebabkan terlepasnya enzim-enzim proteolitik
yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan
mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam darah
menyebabkan terjadinya hiperkalsemia.
2) Alkaline phosphatase: ketika sedang aktif menghasilkan jaringan
osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar alkaline
phosphatase yang memegang peranan penting dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari alkaline
phosphatase akan memasuki aliran darah. Dengan demikian maka
kadar alkaline phosphatase didalam darah dapat menjadi indikator
yang baik untuk melihat pembentukan tulang pada kasus metastasis
kanker ke tulang.
c. Tes urine
Beberapa substansi dapat dilepaskan ke dalam urine saat tulang
mengalami kerusakan. Salah satu substansi yang dapat diperiksa yaitu N-
telopeptide. N-telopeptide adalah petanda biokimia untuk melihat
metabolisme tulang yang khususnya memperlihatkan proses resorpsi tulang
akibat aktifitas osteoklas.
d. Biopsi
Terdapat dua tipe biopsi jarum yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis metastasis tulang, yaitu :
10
1) Fine needle biopsy (aspiration) : biopsi ini cukup sulit untuk
dilakukan pada tulang sehingga fine needle biopsy hanya dilakukan
bila tulang mulai rapuh atau jika sel kanker telah menyebar ke
jaringan sekitar tulang tersebut.
2) Core needle biopsy : jenis biopsi ini pada prinsipnya sama dengan
FNA tapi dengan menggunakan jarum yang lebih besar.
Jika dengan biopsi jarum tidak ditemukan hasil yang memuaskan, dapat
dilakukan biopsi insisi meskipun pada metastasis tulang, prosedur ini jarang
dilakukan.
3. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pencitraan memegang peranan penting dalam penegakan diagnostik untuk
metastasis tulang. Berikut ini adalah protokol untuk mendeteksi metastasis tulang8
:
Keterangan gambar :(1) Metabolisme tulang (a) lokal(2) Tulang kortikal /trabekular (b) regional (3) Sum-sum tulang/tumor (c) seluruh tubuh(4) Metabolisme tumor
Setiap modalitas menggambarkan aspek yang berbeda dari jaringan tulang atau
tumor. Algoritma diatas menunjukkan protokol klasik yang biasa digunakan untuk
mendeteksi metastasis kanker ke tulang. Bone scan atau Scintigraphy adalah teknik 11
Gambar 3 : Protokol pencitraan untuk mendeteksi metastasis tulang8
pilihan untuk screening bagi pasien yang diduga mengalami metastasis tulang namun
masih asimptomatis. Teknik ini sangat sensitif namun kurang spesifik sehingga
konfirmasi dengan menggunakan pemeriksaan tambahan seperti radiografi konvensional,
CT-scan, maupun MRI tetap dibutuhkan.8
Radiografi konvensional digunakan untuk mengevaluasi nyeri tulang (bone pain)
atau untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan menggunakan modalitas yang lain. CT-scan
dan MRI dapat menunjukkan perubahan anatomis yang lebih mendetail pada metastasis
tulang dibandingkan dengan radiografi konvensional. Apabila baik CT-scan maupun MRI
tidak berhasil mendeteksi kelainan yang ada, maka PET atau SPECT dapat dilakukan.8
a. Radiografi Konvensional
Tehnik radiografi ini sangat baik untuk mendeteksi integritas / kelainan kortex
tulang tapi lesi atau kelainan korteks baru bisa terdeteksi atau terlihat bila tumor sudah
merusak > 50% korteks.4
.
12
Gambar 4 : Foto polos lumbal dan pelvis. Tampak gambaran osteoblastik multipel pada os. ilium dextra serta vertebra L4 dan S1 pada penderita Ca. prostat5
13
Gambar 5 : Foto pelvis. Metastasis Ca. Prostate. Tampak gambaran sklerotik difus pada tulang pelvis dan gambaran osteolitik pada proximal femur. Lesi destruktif terlihat pada proximal femur dextra (tanda panah). Metastasis Ca. Prostate memberikan gambaran sklerotik, tapi juga dapat memberikan gambaran litik.17
Gambar 6 : foto polos femur. Tampak gambaran lesi litik pada diafisis femur yang khas untuk renal cell carcinoma.17
14
Gambar 7 : foto polos femur. Tampak gambaran lesi osteolitik pada femur dextra seorang penderita Ca. Mammae15
Gambar 8. Foto polos kepala posisi lateral. Tampak gambaran metastasis tulang berupa bercak osteolitik berbentuk bulat yang menyebar dari sympatoblastoma (neuroblastoma). Neuroblastoma adalah kanker yang berasal dari sel saraf dan sympatoblastoma berasal dari sistem saraf simpatis pada thorax, cervical, lebih jarang yang berasal dari otak.18
b. CT-scan
CT Scan sensitif untuk mendeteksi lesi di bawah korteks tulang tapi kurang
sensitif untuk mendeteksi lesi di medulla atau sumsum tulang. CT Scan sulit
membedakan antara destruksi tulang karena metastasis dengan osteophorosis atau
kelainan degeneratif pada tulang yang umum ditemukan pada orang tua. CT scan lebih
baik dibandingkan dengan radiografi konvensional lainnya dalam mendeteksi
metastasis tulang dan pemeriksaan ini harus dilakukan bila bone scintigraphy positif
tapi foto rontgent konvensional normal.4
15
Gambar 9 : CT- scan vertebra potongan Axial tampak gambaran campuran lesi osteolitik-sklerotik pada corpus vertebra thorakalis seorang wanita 44 tahun dengan Ca. paru.19
Gambar 10. CT –scan thorax potongan sagital. Tampak gambaran osteoblastik dan osteolitik pada vertebra thorakalis seorang penderita Ca. Paru19
c. MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan tehnik/metode yang sensitif
untuk mendeteksi lesi metastasis intra medulla demikian juga untuk tulang-tulang
dengan rongga sumsum tulang yang besar seperti vertebra.8
d. Bone Scintigraphy
Bone scintigraphy merupakan metode pemeriksaan nuclear medicine
menggunakan Technetium-99m (99m Tc) yang paling sederhana, sangat sensitif tapi tidak
spesifik dimana prinsip pemeriksaan ini adalah mendeteksi adanya peningkatan
metabolisme pada tulang yang terjadi disekitar lesi / metastasis tulang. Sehingga
pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi metastasis tulang.2,3,8
16
Gambar 11 : MRI thorakalis potongan sagital pada pasein dengan Ca. Mammae. Tampak gambaran lesi pada corpus vertebra T11 dengan intensitas sinyal T1 yang rendah (hipointens).20
Gambar 12. MRI pelvis potongan axial seorang laki-laki dengan Ca. Prostate. Tampak gambaran T1 “HighSignal” pada lesi (tanda panah).9
Bone Scintigraphy sensitif untuk mendeteksi lesi pada daerah yang mengalami
bone remodeling terutama di korteks tulang dan dapat mendeteksi lesi yang besarnya
hanya 5-10% dari tulang normal. Tehnik ini mampu mendeteksi lesi tulang 18 bulan
sebelum lesi ini bisa terdeteksi dengan radiografi konvensional dan 50 -80% lebih
sensitif.4
e. Positron Emission Tomography (PET)6,8,9
Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan salah satu modalitas
kedokteran nuklir. PET adalah metode visualisasi metabolisme tubuh menggunakan
radioisotop pemancar positron. Oleh karena itu, pencitraan yang diperoleh
menggambarkan fungsi organ tubuh. Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian
di tingkat sel yang tidak didapatkan dengan alat pencitraan konvensional lainnya.
17
Gambar 13 : 99mTc bone scintigraphy pada pasien dengan Ca. Prostate Tampak gambaran “hot lesion” pada tulang-tulang axial yang menunjukkan adanya metastasis tulang pada tulang tersebut.8
Salah satu karakteristik sel kanker adalah bahwa sel-sel kanker memerlukan tingkat
glukosa yang lebih tinggi untuk energi. Ini adalah langkah-langkah proses biologis
PET.
Positron emisi tomografi (PET) membangun sistem pencitraan medis gambar
3D dengan mendeteksi gamma sinar radioaktif yang dikeluarkan saat glukosa (bahan
radioaktif) tertentu disuntikkan ke pasien. Setelah dicerna, gula tersebut diolah
diserap oleh jaringan dengan tingkat aktivitas yang lebih tinggi / metabolisme
(misalnya, tumor aktif) daripada bagian tubuh. PET-scan dimulai dengan memberikan
suntikan FDG (Fluorodeoxyglucose) ke pasien.
Whole body PET scan sangat penting dalam melacak metastasis tulang
terutama pada kasus yang dicurigai mengalami rekurensi karena adanya tanda atau
gejala atau karena peningkatan drastis tumor marker. Secara umum FDP-PET dapat
mendeteksi lebih banyak metastasis tulang dari pada bone scanning dalam hal ini lesi
osteolitik sedang bone scan lebih sensitif untuk lesi osteoblastik.
18
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Enkondroma
Enkondroma atau kondroma sentral adalah tumor jinak sel-sel rawan
displastik yang timbul pada metafisis tulang tubular, terutama pada tangan dan
kaki. Pada pemeriksaan radiografi didapatkan titik-titik perkapuran yang berbatas
tegas, membesar, dan menipis. Tanda ini merupakan ciri khas dari tumor. Tumor
berkembang selama masa pertumbuhan pada anak-anak dan remaja.10
19
Gambar 14 . PET scan pada pasien dengan Ca. Paru. (A) 18FDG PET menunjukkan tumor primer (panah merah) dengan metastasis pada limfonodul clavicula kontralateral (panah hijau). (B) gambaran focal uptake pada tulang humerus kanan yang dicurigai sebagai metastasis tulang dari ca. Paru tersebut.8
2. Giant bone island
Giant bone island yang disebut juga osteoklastoma, merupakan lesi agresif
yang dikarakteristikkan dengan banyaknya stroma vaskular dan seluler yang terdiri
dari sel-sel berbentuk oval yang mengandung sejumlah nukleus lonjong, kecil dan
berwarna gelap. Pada pemeriksaan radiografi dapat ditemukan gambaran sklerotik
biasanya berbentuk bulat atau oval, berukuran lebih dari 2 cm dan tidak disertai
destruksi tulang dan soft tissue swelling.10
20
Gambar 15 : Foto Manus posisi AP tampak lesi osteolitik pada phalanx proximal IV (panah kuning) dengan sedikit gambaran kalsifikasi matrix disekitarnya.19
Gambar 16 : foto genu posisi lateral dan PA. Tampak lesi sklerotik (panah putih)berbatas tegas, dan berbentuk bulat pada os. Femur bagian distal.5
3. Osteomielitis
Osteomielitis merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan
struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik.
Osteomielitis dapat timbul secara akut maupun kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan
dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari ostemielitis akut yang tidak
ditangani dengan baik.10
Gambaran radiografi osteomielitis akut berupa lesi litik, reaksi periosteal,
dan soft tissue swelling sedangkan pada osteomielitis kronik gambaran radiografi
yang ditemukan dapat berupa lesi sklerotik disertai penambahan diameter tulang,
dan penipisan korteks dengan bentuk irregular.
4. Multipel mieloma
Multipel mieloma merupakan tumor ganas tulang yang paling sering
ditemukan dan terjadi akibat proliferasi ganas dari sel-sel plasma. Multipel
mieloma sangat jarang terlihat pada orang-orang berusia dibawah 40 tahun. Gejala
yang sering timbul adalah nyeri tulang dan lokasi tersering adalah pada costae dan
vertebrae. Dapat teraba lesi tulang, terutama pada tulang tengkorak dan klavikula.
21
Gambar 17. Foto polos ankle posisi AP. Tampak lesi lusen berbatas tidak tegas pada metaphysis os. Tibia distal.21
G. PENATALAKSANAAN7,22
Penanganan metastasis tulang dapat dilakukan melalui terapi sistemik maupun
terapi lokal tergantung pada luasnya kerusakan yang ditimbulkan serta lokasi tulang
yang terkena. Metastasis tulang dapat ditangani dengan terapi sistemik, terapi lokal,
ataupun keduanya secara bersamaan.
1. Terapi sistemik
Pada banyak kasus, khususnya jika kanker telah mengalami metastasis
tulang, terapi sistemik digunakan karena kemampuannya untuk mencapai sel-sel
kanker yang telah menyebar ke seluruh tubuh. Terapi sistemik dapat dilakukan
dengan cara kemoterapi, terapi hormonal, immunoterapi, radiopharmasi, dan
bifosfonat.
1) Kemoterapi
Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker di
dalam tubuh. Kemoterapi dapat diberikan per-oral maupun intravena.
Tujuan kemoterapi adalah untuk mengontrol pertumbuhan tumor,
mengurangi nyeri, dan mengurangi resiko terjadinya fraktur.
2) Terapi hormonal
Hormon yang dihasilkan tubuh dapat merangsang pertumbuhan
beberapa jenis kanker. Estrogen misalnya, suatu hormon yang dihasilkan
oleh ovarium, dapat mempercepat pertumbuhan Ca. Mammae. Androgen
22
Gambar 18. foto polos cranial posisi lateral. Tampak lesi litic multipel pada tulang cranii yang khas pada multiple myeloma.17
(seperti testosterone yang dihasilkan oleh testis) mempercepat
pertumbuhan Ca. prostate. Salah satu cara untuk menerapi Ca. mammae
dan Ca. prostat yaitu dengan menghentikan pengaruh hormon tersebut
terhadap sel-sel kanker.
Terapi hormonal dapat dilakukan dengan cara menghilangkan organ
yang memproduksi hormon terkait melalui metode pembedahan. Metode
lain yang dapat digunakan yaitu dengan memberikan luteinizing hormone-
releasing hormone (LHRH) agonists atau LHRH antagonist pada penderita
Ca. prostate, dan pemberian aromatase inhibitors yang berfungsi untuk
menghambat pembentukan estrogen pada penderita Ca. mammae.
3) Immunoterapi
Immunotherapi adalah terapi sistemik yang dapat meningkatkan sistem
pertahanan tubuh atau suatu potein buatan yang dapat digunakan untuk
membunuh sel-sel kanker. Jenis immunoterapi yang biasa digunakan untuk
terapi pasien dengan metastasis tulang adalah sitokin, monoklonal antibodi
dan vaksin tumor.
4) Radiopharmasi
Radiopharmasi adalah kelompok obat yang memiliki komponen
radioaktif. Obat ini dapat diberikan secara intravena dan diinjeksikan
langsung pada area metastasis tulang. Radiasi dapat membunuh sel-sel
kanker dan mengurangi nyeri yang disebabkan oleh metastasis tulang.
Beberapa jenis radiopharmasi yang paling sering digunakan adalah
strontium-89 (Metastron®) dan samarium-153 (Quadramet®). Jika kanker
telah menyebar ke banyak tulang, radiopharmasi lebih baik digunakan.
Pada beberapa kasus dengan keluhan nyeri hebat, radiopharmasi dapat
dikombinasikan dengan radioterapi. Radiopharmasi diberikan sebagai
dosis tunggal. Obat-obatan ini bekerja sangat baik pada metastasis tulang
dengan lesi blastik.
5) Bisphosphonat
Bisphosphonat (juga disebut diphosphonates) adalah kelas obat yang
dapat mencegah hilangnya massa tulang. Bisphosphonat ini bekerja
dengan menekan laju destruksi tulang oleh osteoklast yang aktifitasnya
dapat sangat meningkat pada beberapa jenis kanker yang mengalami