1
PENERAPAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE BRAIN STORMING UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS
DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs MA’ARIF 01 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Matematika
Oleh
Frediyanto Bagus Wamda NPM : 1211050202
Jurusan : Pendidikan Matematika
RADEN INTAN
LAMPUNG
2
PENERAPAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE BRAIN STORMING UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS
DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs MA’ARIF 01 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Matematika
Oleh
Frediyanto Bagus Wanda NPM : 1211050202
Jurusan : Pendidikan Matematika
Pembimbing I : Dr. H. R. Masykur, M.Pd Pembimbing II : Rosida Rakhmawati, M.Pd
3
ABSTRAK
PENERAPAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE BRAIN STORMING
UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs MA’ARIF 01
PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh FREDIYANTO BAGUS WANDA
Kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika merupakan suatu hal yang diperlukan oleh setiap peserta didik guna mempermudah poses belajar mengajar. Berdasarkan pra penelitian menunjukan bahwa kemampuan matematis matematika peserta didik MTs Ma’arif 01 Punggur masih rendah, hal ini terlihat dari ulangan semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 peserta didik yang memperoleh nilai diatas (KKM) dengan nilai �70 sebanyak 43 dari 118 dan diduga belum pernah dilakukan tes kecerdasan majemuk. Penulis tertarik untuk menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan komunikasi matematis dan dapat mengetahui kecerdasan majemuk matematika peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran brain storming dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis ditinjau dari kecerdasan majemuk peserta didik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasy Experimental Design (desain eksperimen semu) dengan rancangan penelitian faktorial 2x3. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTs Ma’arif 01 Punggur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik acak kelas dengan materi kubus dan balok. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket kecerdasan majemuk peserta didik dan tes komunikasi matematis berupa soal uraian. Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama, dengan taraf signifikan 5 % diperoleh Fa =12012,011 > Ftabel=4,027 sehingga H0A ditolak, Fb=59,159 >Ftabel = 3,175 sehingga H0B ditolak, dan Fab=0,304 < Ftabel=3,175 sehingga H0AB diterima. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) terdapat pengaruh peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara peserta didik yang memperoleh metode pembelajaran brain storming dibandingkan peserta
4
Kata Kunci: Metode pembelajaran brain storming, Komunikasi matematis, Kecerdasan majemuk.
5
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.1
(QS. An-Insyirah:6-8)
6
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur saya ucapkan Alhamdulillahirabbil’alamin kepada
Allah SWT, karena berkat-Nya saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya. Karya kecil ini ku persembahkan untuk :
Kedua Orang Tuaku tercinta, Ayahanda Sudaryoto dan Ibunda Suprapti, yang
telah bersusah payah membesarkan, mendidik, dan membiayai selama menuntut ilmu
serta selalu memberiku dorongan, semangat, do’a, nasehat, cinta dan kasih sayang
yang tulus untuk keberhasilanku. Engkaulah figur istimewa dalam hidup ku.
Betapa besarnya rasa cinta yang mengalir tulus dari kedua orang tua.
Terimakasih untuk semua pengorbanan, dukungan, kasih sayang, do’a dan nasihat
untuk ananda. Ibunda tercinta, yang tak pernah letih mendidik, memberikan kasih
sayang, cinta sepenuh hati, tidak pernah berhenti menasehati, serta do’a yang tulus
selalu mengalir sepanjang waktu dan untuk Ayahku tersayang, yang selama ini
bekerja keras untuk memberikan nafkah dan semangat untuk keberhsilanku.
Adikku tersayang Arti Dian Pertiwi dan semua kerabat keluarga yang lain, yang
turut memberikan nasihat, semangat, kecerian dan kasih sayang. Terimakasih untuk
yang telah kalian berikan selama ini.
Almamaterku tercinta UIN Raden Intan Lampung yang ku banggakan.
7
RIWAYAT HIDUP
Frediyanto Bagus Wanda, lahir di Desa Papan Rejo, Kec.Abung Timur Kab.
Lampung Utara pada tanggal 20 Juli 1994. Anak pertama dari dua saudara. Putra dari
pasangan ayah yang bernama Sudaryoto dan Ibu Suprapti.
Penulis memulai jenjang pendidikan di RA Abu Bakar Ash Shiddiq. Desa Papan
Rejo dimulai pada tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2006, setelah itu
melanjutkan ke MI Abu Bakar Ash Shiddiq. Desa Papan Rejo Kecamatan Abung
Timur Kabupaten Lampung Utara dimulai pada tahun 2000 dan diselesaikan pada
tahun 2006. Pada tahun 2006 samapai 2009, penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama di MTs Abu Bakar Ash Shiddiq. Desa Papan Rejo Kecamatan
Abung Timur Kabupaten Lampung Utara. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan
jenjang selanjutnya, yaitu ke Madrasah Aliah Negri (MAN) Kotabumi Kabupaten
Lampung Utara dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.
Kemudian pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Islam Negeri
(UIN) Raden Intan Lampung. Pada bulan Agustus 2015 penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Lebungsari Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten
8
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Subhanallah, Walhamdulillah, Wala ilahailallah, Allahuakbar.
Alhamdulillah Segala puji hanya bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam
rangka memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika UIN Raden Intan
Lampung. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung beserta jajarannya.
2. Bapak Dr. Nanang Supriyadi, M.Sc, selaku ketua jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
3. Bapak Dr. H. R. Masykur, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Rosida
Rakhmawati, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu
dan dengan sabar membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9
kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Raden Intan Lampung.
5. Bapak Suherman, M.Pd dan Bapak M. Syazali, M.Pd, selaku dosen Pendidikan
Matematika di Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung yang telah
memberikan arahan kepada penulis dalam pembuatan Instrumen penelitian.
6. Bapak Langgengno Karma, B.Sc selaku kepala sekolah MTs Ma’arif 01 Punggur,
dan Bapak Triyanto, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di MTs 01
Ma’arif Punggur serta seluruh staf, karyawan dan seluruh siswa yang telah
memberikan bantuan demi kelancaran penelitian skripsi ini.
7. Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Matematika (khususnya Matematika kelas
D angkatan 2012), Mela, Tira, Ida, Trias, Maratun, Istiqomah, Hafiza, Armutia,
Hepri, Karima dan untuk sabatku Aziz, Akbar, Roni, Ilal, Kausar, Lintang, Ari,
meraka yang telah memberi bantuan baik petunjuk atau berupa saran-saran,
sehingga penulis senantiasa mendapat informasi yang sangat berharga.
Terimakasih telah memberi semangat untukku.
8. Sahabat satu atap Kosan Perjaka (Yogi, Rahmawan Adi, Aji, Mas Yudi, Yasin,
Farid, Aldi, Lesmono, Janu) terimakasih atas kekeluargaan dan canda tawa kalian
selama ini. Semoga kesuksesan menyertai kita semua.
9. Bulek-bulekku: Arken dan Asih yang selalu memberikan semangat, motivasi,
10
Alhamdulillaahiladzi bini’matihi tatimushalihat (segala puji bagi Allah yang
dengan nikmatnya amal shaleh menjadi sempurna). Semoga segala bantuan yang
diberikan dengan penuh keikhlasan tersebut mendapat anugerah dari Allah SWT.
Aamiin Ya Robbal ‘Alamin. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan dimasa
mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Juli 2017
Penulis
Frediyanto Bagus Wanda NPM. 1211050202
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 11
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 12
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 12
12
H. Definisi Oprasianal .................................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ................................................................................................ 16
1. Metode Pembelajaran ................................................................................. 16
a. Metode Brain Storming ........................................................................... 17
b. Langkah-langkah Penggunaan Metode Brain Stroming ........................... 20
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Brain Stroming ................................. 21
2. Komunikasi Matematis ................................................................................ 23
a. Pengertian Komunikasi Matematis......................................................... 23
b. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ...................................... 26
3. Kecerdasan Majemuk .................................................................................. 27
a. Pengertian Kecerdasan ........................................................................... 27
b. Pengertian Kecerdasan Majemuk ........................................................... 30
c. Jenis-jenis Kecerdasan Majemuk ........................................................... 31
B. Penelitian Relevan ....................................................................................... 37
C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 39
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 43
13
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 49
F. Instrumen Penelitian dan Uji Coba Intrumen Penelitian ............................... 52
1. Tes komunikasi Matematis...................................................................... 53
a) Uji Validitas ....................................................................................... 54
b) Uji Tingkat Kesukaran ....................................................................... 56
c) Uji Daya Pembeda.............................................................................. 57
d) Uji Reliabilitas ................................................................................... 59
2. Angket Kecerdasan Majemuk ................................................................. 61
a) Uji Validitas Angket ......................................................................... 63
b) Uji Reliabilitas Angket ...................................................................... 64
3. Gain Ternormalisasi ................................................................................ 65
G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 67
1. Uji Normalitas ........................................................................................ 67
2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 69
3. Hipotesis ................................................................................................. 71
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data ............................................................................................... 80
1. Analisis Hasil Uji Coba Tes Komunikasi Matematis ............................... 80
B. Deskripsi Data Amatan ................................................................................ 87
14
2. Scheffe .................................................................................................... 98
E. Pembahasan Hasil Analisis Data ................................................................ 101
1. Terdapat Pengaruh Peningkatan Komunikasi Matematis Peserta Didik
Yang Mengikuti Pembelajaran Mengunakan Metode Pembelajaran
Brain Storming Dengan Peserta Didik Yang Mengikuti Pembelajaran
Dengan Menggunakan Metode Konvesional ......................................... 101
2. Terdapat Pengaruh Kecerdasan Majemuk (Kecerdasan Logis
Matematika, Kecerdasan Intrapersonal dan Kecerdasan Interpersonal
Terhadap Komunikasi Matematis Peserta Didik) ................................... 104
3. Tidak Terdapat Interaksi Antara Metode Pembelajaran dan Angket Kecerdasan
Majemuk Terhadap Komunikasi Matematis Peserta
Didik ................................................................................................... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 109
B. Saran ....................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
15
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Hasil Komunikasi Matematis .................................................................. 7
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 48
Tabel 3.2 Tabel Pemberian Skor Soal Komunikasi Matematis .............................. 53
Tabel 3.3 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ............................................ 57
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Beda .......................................................................... 59
Tabel 3.5 Skor Pilihan Jawaban Tes Kecerdasan Majemuk .................................. 61
Tabel 3.6 Kategori Skor Kecerdasan Majemuk .................................................... 62
Tabel 3.7 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ........................................................ 66
Tabel 3.8 Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ............................... 73
Tabel 3.9 Rangkuman Anava Dua Arah ............................................................... 76
Tabel 4.1 Validitas Soal Tes Komunikasi Matematis ............................................ 82
Tabel 4.2 Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Komunikasi Matematis .................. 83
Tabel 4.3 Daya Pembeda Butir Soal Tes Komunikasi Matematis ......................... 84
Tabel 4.4 Kesimpulan Instrumen Soal .................................................................. 86
Tabel 4.5 Deskripsi Data Amatan Prettes Peserta Didik ....................................... 87
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prettes ................................................................. 88
16
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas N-gain Komunikasi Matematis ......................... 93
Tabel 4.11 Deskripsi Data Amatan Angket Kecerdasan Majemuk ........................ 95
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Angket Kecerdasan Majemuk ............................ 96
Tabel 4.13 Rangkuman Analisi Variansi Sel Jalan Tak Sama ............................... 97
Tabel 4.14 Rangkuman data Amatan Rataan dan Rataan Marginal ...................... 98
Tabel 4.15 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom ........................................... 99
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Peserta Didik ............................................................................... 115
2. Kisi-kisi Uji Coba Tes Komunikasi Matematis ................................................. 116
3. Soal Uji Coba Instrumen Komunikasi Matematis ............................................. 118
4. Kunci Jawaban Soal Uji Coba .......................................................................... 121
5. Angket Kecerdasan Majemuk ........................................................................... 127
6. Uji Validitas Instrumen Tes .............................................................................. 129
7. Perhitungan Uji Validitas Tiap Butir Soal ......................................................... 131
8. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ............................................................. 132
9. Analisis Daya Pembeda .................................................................................... 135
10. Uji Daya Beda .................................................................................................. 137
11. Perhitungan Daya Beda dan Tingkat Kesukaran ............................................... 140
12. Analisis Reliabilitas .......................................................................................... 141
13. Perhitungan Uji Reliabilitas .............................................................................. 143
14. Analisis Hasil Tes Kecerdasna Majemuk .......................................................... 144
15. Perangkat Pembelajaran ................................................................................... 145
16. Kisi-kisi Soal Komunikasi Matematis ............................................................... 172
18
20. Kunci Jawaban Postes Komunikasi Matematis ................................................. 181
21. Data Nilai Pretes dan Postes Komunikasi Matematis ........................................ 184
22. Deskripsi Data Amatan Pretes Komunikasi Matematis ..................................... 185
23. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen .......................................................... 186
24. Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ................................................................. 188
25. Uji Homogenitas Pretes Komunikasi Matematis ............................................... 190
26. Perhitungan Manual Uji Homogenitas Pretes Komunikasi Matematis ............... 192
27. Deskripsi Data Amatan Postes Komunikasi Matematis ..................................... 194
28. Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen .......................................................... 195
29. Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol ................................................................ 197
30. Uji Homogenitas Postes Komunikasi Matematis............................................... 199
31. Perhitungan Manual Uji Homogenitas Postes Komunikasi Matematis .............. 201
32. Deskripsi Data Amatan N-gain Komunikasi Matematis .................................... 203
33. Uji Normalitas N-gain Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen .................... 204
34. Uji Normalitas N-gain Komunikasi Matematis Kelas Kontrol .......................... 206
35. Uji Homogenitas N-gain Komunikasi Matematis ............................................. 208
36. Perhitungan Manual Uji Homogenitas N-gain Komunikasi Matematis ............. 210
37. Deskripsi Data Amatan Angket Kecerdasan Majemuk ..................................... 212
38. Uji Normalitas Angket Kecerdasan Majemuk Kelas Eksperimen ...................... 213
19
42. Uji Prasyarat Normalitas Kecerdasan Logis Matematika................................... 221
43. Uji Prasyarat Normalitas Kecerdasan Intrapersonal .......................................... 223
44. Uji Prasyarat Normalitas Kecerdasan Interpersonal .......................................... 225
45. Uji Homogenitas Antar Kolom Kecerdasan Majemuk ...................................... 227
46. Perhitungan Manual Uji Homogenitas Antar Kolom Kecerdasan Majemuk ...... 229
47. Uji Anava ......................................................................................................... 231
48. Uji Scheffe ........................................................................................................ 237
49. Tabel “r” Product Moment …………………………………………………… 239
50. Nilai Kriteria L Untuk Uji Liliefors …………………………………………… 240
51. Tabel Distribusi Normal Baku (Z) …………………………………………….. 241
52. Tabel Nilai �2 α ; v……………………………………………………………... 242
53. Tabel Nilai F (0,05) ……………………………………………………………. 243
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat
menentukan dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Karena itu,
diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan dalam
upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya dimulai
dengan proses pendidikan yang mantap, baik dari lingkungan keluarga, sekolah,
maupun lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam
rangka mencetak generasi penerus bangsa sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, hal
ini dapat dilihat dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi
17
berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab”2.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu upaya
peningkatan mutu pendidikan di semua lembaga pendidikan, melalui lembaga
tersebut dapat dihasilkan manusia pembangunan yang tangguh dan terpercaya.
Karena itu, segala daya dan upaya yang terarah kepada pembinaan manusia
pembangunan manusia seutuhnya juga menjadi sasaran pendidikan di
Indonesia untuk mencapai tujuan itu diperlukan upaya pengkajian semua
unsur yang akan menjadi tantangan pendidikan dalam pengembangan sistem
pendidikan pengajaran yang serasi dan terarah serta relavan dengan segala
kebutuhan pembangunan jangka pendek dan panjang.
Selain berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu
bangsa, pendidikan juga mampu mengangkat derajat seseorang ke tingkat
yang lebih tinggi, sebagaimana Firman Allah dalam Q.S al-Mujaadilah ayat 11
yang berbunyi:
18
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu
berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. 3
Ilmu yang dimaksud pada ayat diatas adalah ilmu yang bermanfaat bagi
dirinya atau orang banyak dan tidak merugikan orang lain, salah satunya ilmu
mengenai matematika. Pendidikan matematika merupakan bagian dari pendidikan.
Sehingga pendidikan matematika merupakan salah satu aspek kehidupan yang
sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia
berkualitas tinggi.
Mempelajari ilmu matematika sangatlah penting bagi diri sendiri dan orang
lain. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada peserta didik sejak
pendidikan tingkat dasar dan bahkan dari pendidikan anak usia dini sampai
19
Indonesia di persiapkan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga lanjutan, yang di
persiapkan secara sistematis sehingga peserta didik mudah mempelajarinya.
Di zaman yang modern ini semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan,
merupakan hal yang wajar apabila para peserta didik sering khawatir akan
mengalami kegagalan atau ketidakberhasilan dalam meraih prestasi belajar.
Banyak peserta didik yang bersikap negatif terhadap matematika, peserta didik
menganggap matematika sebagai bidang studi yang sulit dipelajari. Pandangan
atau sikap negatif peserta didik terhadap matematika berpengaruh terhadap cara-
cara pesrta didik dalam mempelajari matematika. Berbagai usaha yang dilakukan
peserta didik untuk meraih prestasi belajar, seperti mengikuti bimbingan belajar.
Usaha semacam ini jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah
pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan
intelektual yang tinggi, yaitu kecerdasan majemuk.
Teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) ditemukan dan
dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan
profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University,
20
biopsikologi yang artinya semua makhluk yang bersangkutan mempunyai potensi
untuk menggunakan sekumpulan bakat yang dimiliki oleh jenis makhluk itu.
Sedangkan kata “majemuk”berarti terdiri atas beberapa bagian yang merupakan
satu kesatuan.4
Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan
menggunakan beberapa tes inteligensi yang sempit saja, atau sekadar melihat
prestasi yang ditampilkan seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di
sekolah belaka, tetapi kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik
pada bidang seni, spasial, olah raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.
Bila semua kecerdasan ini ditumbuhkan, dikembangkan dan dilibatkan dalam
proses pembelajaran, maka akan sangat meningkatkan efektifitas dan hasil
pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya ingin meninjau kecerdasan peserta didik
dalam aspek kecerdasan logis-matematika, intrapersonal dan interpersonalnya.
Besarnya tidaknya pengaruh kecerdasan logis-matematika, kecerdasan
intrapersonal dan kecerdasan interpersonal dalam pembelajaran di kelas sangat
21
untuk menggunakan kata-kata, mampu berfikir secara konseptual, mampu
berinteraksi baik dengan orang lain. Peserta didik dengan kecerdasan majemuk
yang baik akan mampu berfikir secara konseptual dengan baik sehingga kinerja
otak dapat berfungsi lebih baik, dapat memotivasi dirinya sendiri, serta peserta
didik juga lebih mudah dalam menerima pelajaran matematika sehingga peserta
didik dengan kecerdasan majemuk yang baik dapat mengkomunikasikan
komunikasi matematis dalam belajar matematika.
Hubungan komunikasi matematis dengan kecerdasan majemuk seperti
kecerdasan logis-matematika, kecerdasan intrapersonal dan interpersonal adalah
komunikasi matematis yang pembelajarannya membiasakan peserta didik untuk
mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk simbol, tabel, diagram, atau media
lain. Kemampuan komunikasi matematis sangat penting dimiliki oleh peserta
didik, hal ini karena salah satu komponen standar evaluasi matematika menurut
National Council of Teacer of Matematics (NCTM) adalah kemampuan
komunikasi. Kemampuan komunikasi diperlukan dalam pembelajaran matematika
karena komunikasi yang benar akan menjadikan proses pembelajaran akan
22
Artinya: “(Allah) yang maha pengasih. yang telah mengajarkan Al-Qur’an.
Dia menciptakan manusia. dan mengajarinya pandai berbicara”.5
Ayat ini menyatakan untuk mengajarkan kita untuk pandai berbicara, itu
artinya kita diajarkan untuk berkomunikasi. Dalam pembelajaran matematika
komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi matematis. Salah satu penyebab
peserta didik sulit belajar matematika adalah lemahnya membaca matematika
yang erat kaitannya dengan simbol-simbol dan istilah.
Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan penulis, peserta didik kelas VIII
MTs Ma’arif 01 Punggur Lampung Tengah pada umumnya mempunyai respon
yang kurang terhadap materi yang disampaikan guru karena tidak adanya kesiapan
peserta didik dalam menghadapi materi pembelajaran. Salah satu guru matematika
di MTs Ma’arif 01 Punggur mengatakan bahwa sebagian besar peserta didik sulit
dalam komunikasi matematis pada materi yang disampaikan oleh guru, serta
kebanyakan dari peserta didik tidak memperhatikan saat guru menerangkan
pembelajaran, dan kurang aktif dalam pembelajaran hanya beberapa peserta didik
23
setelah ditunjuk langsung oleh guru dan tidak bertanya walaupun sebenarnya
mereka belum mengerti mengenai materi yang disampaikan oleh guru, dalam
proses pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga menimbulkan kejenuhan pada
peserta didik selama proses pembelajaran. Kejenuhan yang terjadi pada proses
pembelajaran mengakibatkan peserta didik tidak berminat untuk mengikuti
pembelajaran sehingga akan berpengaruh pada komunikasi matematis dan
kecerdasan majemuk peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan
komunikasi matematis peserta didik sebagai berikut :
Tabel 1.1 Hasil Komunikasi Matematis Matematika Peserta Didik kelas VIII MTs Ma’arif 01 Punggur Lampung Tengah
No Kelas Presentasi (X)
Jumlah x<71 x≥71 1
VIIIA 16 12 28
2
VIIIB 22 8 30
3
VIIIC 20 13 33
VIIID 17 10 27
24
matematika di MTs Ma’arif 01 Punggur adalah 71, tabel di atas menunjukan
bahwa dari 118 peserta didik yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal hanya
berjumlah 43 peserta didik. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa hasil
belajar matematika kelas VIII MTs Ma’arif 01 Punggur belum memuaskan.
Kondisi di atas diduga karena dalam pembelajaran matematika peserta didik
jarang sekali diminta untuk mengkomunikasikan ide-idenya gagasan-gagasan
matematika baik melalui gambar, grafik, table atau diagram, sehingga hal ini
menyebabkan peserta didik masih mengalami kesulitan dalam penyelesaian soal-
soal, dan dalam pembelajaran belum pernah dilakuakan tes untuk mengetahui
kecerdasan majemuk untuk mengetahui komunikasi matematis peserta didik.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis peserta didik ini dapat disebabkan
karena pembelajaran di MTs Ma’arif 01 Punggur masih menggunakan metode
pembelajaran konvensional, dimana seorang guru yang dituntut untuk lebih aktif
dari pada peserta didik.
Kecerdasan majemuk peserta didik sangat penting untuk mengukur
kemampuan kecerdasan peserta didik. Seorang guru memiliki kewajiban untuk
25
ragam, guru dituntut untuk menggunakan metode yang berfariasi dalam
melaksanakan pembelajaran agar peserta didik dapat dibantu sesuai dengan
kecerdasan yang dimiliki.
Peneliti sudah melakukan tes kecerdasan majemuk untuk mengetahui kategori
kecerdasan pada diri peserta didik. Pada kenyataanya, peserta didik yang belum
mengetahui potensi kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik, khususnya dalam
cara belajar matematika yang sesuai dengan kecerdasan majemuk. Hal ini
mengakibatkan peserta didik belum dapat metingkatkan komunikasi matematis.
Pembelajaran yang melibatkan kecerdasan majemuk seharusnya menjadi
perhatian guru untuk mengetahui bagaimana komunikasi matematis antara peserta
didik. Gardner mengungkapkan bahwa hal yang paling penting dalam praktik
pembelajaran adalah guru mampu mengenali dan memelihara keragaman
kecerdasan peserta didik karena mereka memiliki kombinasi kecerdasan yang
berbeda-beda.7 Hal ini berarti untuk melaksanakan pembelajaran matematika yang
melibatkan kecerdasan majemuk dapat dilakukan dengan cara membuat peserta
didik dapat berkomunikasi matematis dalam pembelajaran matematika.
26
perlu juga maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu memberikan
dukungan belajar bagi peserta didik. Penggunaan metode pembelajaran yang
bervariasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kebosanan
dan kejenuhan pada peserta didik dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode
pembelajaran yang baik akan menyebabkan komunikasi matematis belajar yang
baik pula.
Metode Brain Storming adalah suatu teknik atau mengajar yang dilaksanakan
oleh guru di dalam kelas dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru,
kemudian peserta didik menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar
sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau
dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari
sekelompok manusia dalam waktu yang singkat.8 Pelaksanaan metode ini tugas
guru adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran peserta didik,
sehingga mereka bisa menanggapi, dan guru tidak boleh mengomentari bahwa
pendapat peserta didik itu benar atau salah. Disamping itu, pendapat yang
dikemukakan tidak perlu langsung disimpulkan, guru hanya menampung semua
27
pembelajaran matematika peserta didik akan belajar menjadi lebih aktif dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran seperti ini membuat peserta didik dapat
meningkatkan komunikasi matematis.
Metode Brain Storming didukung dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki
oleh peserta didik yang mempunyai kecerdasan logis matematis, kecerdasa
intrapersonal dan kecerdasan interpersonal diharapkan agar peserta didik dapat
meningkatkan komunikasi peserta didik. Jika dalam proses pembelajaran seorang
guru memberikan metode yang sesuai dan mengetahui kecerdasan majemuk
peserta didik maka pembelajaran di dalam kelas akan terasa lebih menyenangkan
serta peserta didik akan lebih aktif dalam belajar matematika. Sehingga peserta
didik akan dapat mengembangkan komunikasi matematis dan memperoleh nilai
pembelajaran yang baik.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang
berjudul “Penerapan Pembelajaran Menggunakan Metode Brain Storming Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Ditinjau dari Kecerdasan
Majemuk Peserta Didik Kelas VIII MTs Ma’arif 01 Punggur Lampung Tengah”.
28
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti dan dikaji
dalam penelitian ini dapt di identifikasikan sebagai berikut :
1. Tingkat ketuntasan peserta didik kelas VIII pada hasil ulangan semester ganjil
MTs Ma’arif 01 Punggur Lampung Tengah masih rendah. Hal ini disebabkan
antara lain karena kemampuan komunikasi matematis peserta didik masih
rendah.
2. Sebagian besar peserta didik masih sulit untuk bertanya, mengungkapkan
pendapat maupun menyangggah suatu pernyataan.
3. Peserta didik masih belum dapat mengembangkan kecerdasan majemuk
mereka, hal ini dilihat dari kemampuan komunikasi matematis yang masih
rendah.
4. Selama proses belajar mengajar guru masih menggunakan metode
pembelajaran konvensional.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan luasnya pembahasan serta
mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, maka penulis
29
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran Brain Storming dan metode
pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta
didik?
2. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan majemuk antara peserta didik terhadap
komunikasi matematis peserta didik?
3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Brain
Storming terhadap kecerasan majemuk untuk meningkatkan komunikasi
matematis peserta didik?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Brain Storming terhadap
kemampuan komunikasi matematis peserta didik.
30
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Peserta didik
Mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda pada pembelajaran
matematika, meningkatkan komunikasi matematis peserta didik dan
mengetahui kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh peserta didik.
2. Pendidik
Mendapatkan alternative dengan menerapkan pembelajaran dengan metode
Brain Storming khususnya dalam pembelajaran matematika dan
pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yang
di lihat dari kecerdasan majemuk peserta didik.
3. Sekolah
Sebagai salah satu literatur yang nantinya akan berpengaruh dalam
peningkatan kinerja guru serta kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
31
32
G. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dari penelitian yang dilkaksanakan, maka
ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut :
1. Sifat penelitian
Sifat penelitian adalah Kuantitatif.
2. Jenis penelitian
Eksperimen Semu
3. Objek penelitian
Objek penelitian adalah penerapan metode Brain Storming untuk
meningkatkan komukasi matematis ditinjau dari kecerdasan majemuk peserta
didik.
4. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pesrta didik kelas VIII MTs Ma’arif 01
Punggur Lampung Tengah
5. Waktu penelitian
Waktu penelitian pada tahun pelajaran 2016/2017
33
oleh pendidik, akan tetapi peserta didik yang lain tidak diberi kesempatan
untuk menyanggah, menambahkan ataupun menanggapi ide, pendapat atau
gagasan dari peserta didik yang menyampaikan pendapatnya.
2. Komunikasi matematis suatu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan
sesuatu yang diketahui melalui peristiwa dialog atau saling berhubungan yang
terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang
dialihkan berisi matematika yang dipelajari peserta didik, misalnya berupa
konsep, rumus atau strategi penyelesaian suatu masalah.
3. Kecerdasan majemuk yang dimaksud disini adalah macam kecerdasan yang
dimiliki setiap individu lebih dari satu. Kecerdasan ini diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam berpikir, bertindak dan berperilaku sesuai
dengan apa yang dihadapi. Kecerdasan majemuk peserta didik yang akan
diteliti adalah kecerdasan logis matematis kecerdasan intrapersonal dan
kecerdasan interpersonal
34
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu : “meta dan hodos”. Meta berarti
melalui dan hodos berarti jalan atau cara, jadi metode mengandung pengertian
suatu jalan atau cara yang dilalui untuk suatu tujuan.9 Dalam kamus besar bahasa
Indonesia disebutkan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.10
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada peserta didik, karena penyampaian itu
berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan
peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode
pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.11
56
tercapai tujuan pelajaran tersebut”.12
Dari beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud
dengan metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui oleh
seorang guru untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan belajar pembelajaran guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
a. Metode Brain Storming
Metode Brain Storming atau curahan pendapat atau sumbangan saran merupakan
teknik yang dikembangkan oleh Osborn yang dapat diterapkan untuk memecahkan
suatu masalah dalam kelompok kecil (sekitar 5 dampai 8 orang) dengan menggali
gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. Metode curah pendapat
Brain Storming adalah metode curah pendapat pengumpulan sejumlah besar gagasan
dari sekelompok orang dalam waktu singkat, digunakan dalam pemecahan masalah
masalah yang kreatif dan dapat digunakan sendiri atau sebagai bagian dari strategi
lain, kegiatan curah pendapat membangkitkan semangat dalam belajar berkemlompok
memunculkan ide kreatif peseta didik.13
Menurut Hasibuan dan Moedjiono, diskusi jenis Brain Storming (curah
57
anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya.14 Teknik kelompok Brain Storming
adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki
latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Kegiatan ini
dihimpun untuk menghimpun gagasan dan pendapat dalam rangka menemukan,
memilih, dan menentukan berbagai pernyataan sebagai jawaban terhadap pertanyaan
yang berkaitan dengan kebutuhan belajar, sumber-sumber, hambatan dan lain
sebagainya. Tiap peserta didik diberi kesempatan secara bergiliran untuk
menyampaikan pernyataan tentang pendapat atau gagasanya. Peserta yang tidak
sedang menyatakan buah pikiranya tidak boleh mengkritik atau mendebat terhadap
gagasan atau pendapat yang sedang disampaikan peserta didik lainya. Pendapat atau
gagasan iu ditulis di papan tulis atau kertas selembar yang telah disediakan. Selesai
ditulis, pendapat atau gagasan itu dikaji dan dinilai oleh kelompok tersebut atau oleh
suatu tim yang ditunjuk untuk melakukan kajian tersebut.15
Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai
pendaat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam
mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.16
58
Curah pendapat ini dapat digunakan untuk menghimpun sebanyak mungkin
pernyataan tentang kebutuhan, gagasan, pendapat dan jawaban tentang berbagai
alternative pemikiran yang menghadapi masalah curah pendapat dapat dilakukan pula
khususnya untuk memecahkan masalah baru atau untuk menentukan cara-cara dalam
menghadapi masalah lama. Teknik ini tepat digunakan karena dalam waktu singkat
dapat terhimpun gagasan, pendapat dan jawaban yang inovatif, asal saja tidak
terdapat kritik yang menghambat spontanitas penyampaian pernyataan oleh peserta
didik. Dengan teknik ini akan terjadi situasi belajar yang saling memupuk dan saling
melengkapi saran dan pendapat diantara peserta didik. Perlu diperhatikan bahwa
penggunaan teknik ini akan tepat apabila telah terdapat situasi saling mengenal antar
peserta didik, serta mereka telah dimotivasi terlebih dahulu.17
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode Brain Storming atau
curah pendapat atau ide-ide dari peserta didik dengan bebes tanpa seleksi yang akan
menunjang daya pikir kreatifnya dan akan lebih memperkaya pengalaman peserta
didik, dalam hal ini dapat menghubungkan idea tau hal-hal yang sebelumnya tidak
berhasil, peserta didik tidak hanya akan saling melengkapi gagasan-gagasan yang
59
1) Tidak Ada Kritik
Guru tidak boleh mengkritik ide yang disampaikan oleh peserta didik, setiap ide
diperbolehkan. Peserta didik juga tidak boleh mengkritik ide dalam tahapan
pengeluaran ide.
2) Bebas dan Santai
Setiap peserta didik bebas mengeluarkan ide setiap saat selama waktu
pengemukaan ide.
3) Fokus Pada Kuantitas Ide ( bukan kuantitas )
Tujuannya untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin pada tahap awal kegiatan.
4) Setiap Ide Harus Dicatat
Setiap ide harus ditulis, walupun bukan merupakan ide yang bagus.
b. Langkah-langkah penggunaan metode Brain Storming
1. Pendidik menyusun pertanyaan-petanyaan tentang kebutuhan belajar, sumber-
sumber dan atau kemungkinan-kemungkinan hambatan pembelajaran. Sebagai
contoh adalah sebagai berikut:
a) Untuk peningkatan kemampuan melaksanakan tugas, pekerjaan, atau kegiatan
60
b) Untuk menyelenggarakan kegiatan belajar agar kebutuhan belajar itu dapat
tercapai, sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan.
c) Dalam melakukan kegiatan belajar, hambatan-hambatan apakah yang
mungkin timbul.
2. Pendidik menyampaikan pertanyaan-pertanyaan 1a, 1b dan 1c secara berurutan
kepada peserta didik dalam kelompok. Sebelum menjawab pertanyaan, para
peserta didik diberi waktu sekitar 3-5 menit untuk memikirkn alternative
jawabanya.
3. Pendidik menjelaskan aturan-aturan yang harus di perhatikan oleh peserta didik,
yaitu: setiap orang menyampaikan satu pendapat, mengemukakan pendapat atau
gagasan dengan cepat, menyampaikan jawaban secara langsung, dan
menghindarkan diri untuk mengkritik atau menyela (menginterupsi) pendapat
orang lain.
4. Pendidik memberitahukan waktu yang akan digunakan, misalnya sekitar 15
menit, yaitu untuk menyampaikan masing-masing pertanyaan dan meminta
peserta didik untuk mengemukakan jawaban. Kemudian para peserta didik
61
mengomentari gagasan yang dikemukakan peserta didik lainya baik komentar
positif atau komentar negative.
5. Pendidik boleh menunjuk seorang penlis untuk mencatat pendapat dan jawaban
yang diajaukan oleh peserta didik dan dapat pula menunjuk sebuah tim untuk
mengevaluasi proses dan hasil penggunaan teknik ini. Pendidik dapat memimpin
kelompok dalam mengevaluasi jawaban dan pendapat yang terkumpul. Pendidik
menghindarkan kegiatan dari dominasi seorang peserta didik dalam
menyampaikan pendapat dan gagasan.
c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Brain Storming
1. Kenggulan metode Brain Storming
a) Dapat merangsang semua peserta didik untuk mengemukakan pendapat atau
gagasan baru.
b) Menghasilkan jawaban atau pendapat secara berurutan.
c) Penggunaan waktu dapat dikontrol dan teknik ini dapat diguanakan dalam
kelompok besar atau kecil.
d) Tidak memerlukan banayak alat bantu dan kehadiran pendidik professional.
62
(2) Melatih peserta didik berfikir secara tepat dan tersusun logis.
(3) Merangsang peserta didik untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan
masalah yang diberikan oleh guru.
(4) Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam menerima pelajaran.
(5) Peserta didik yang kurang aktif yang kurang aktif mendapat bantuan dari
temannya yang pandai atau dari guru.
(6) Terjadi persaingan sehat.
(7) Peserta diidk merasa bebas dan gembira.
(8) Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.19
Berdasarkan kedua pendpat diatas, dapat ditemukan keunggulan yang di
ungkapkan adalah sama, yaitu ‘anak-anak akrif menyampaikan pendapatnya’. Karena
peserta didik aktif menyampaikan pendapatnya, maka diharapkan peserta didik dapat
berpikir kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan permasalahan dalam bentuk
matematika.
2. Kelemahan metode Brain Storming
(1) Peserta didik yang kurang perhatian atau kurang berani akan merasa terpaksa
63
(3) Peserta didik cenderung beranggapan bahwa semua pendapatnya diterima.
(4) Memerlukan evalusi lanjutan untuk menentukan prioritas pendapat yang
disampaikan.20
2. Komunikasi Matematis
a. Pengertian Komunikasi Matematis
Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus Inggris-
Indonesia berarti hubungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.21 Komunikasi secara
konseptual yaitu memberitahukan dan menyebarkan berita, pengetahuan, pikiran-
pikiran dan nilai-nilai dengan maksud untuk menggunggah partisipasi agar hal-hal
yang diberitahukan menjadi milik bersama.
Komunikasi merupakan proses penyampaian ide dari seseorang kepada orang
lain sehingga diperoleh pengertian yang sama. Makna dari komunikasi sendiri adalah
berbagi, bertukar pendapat atau ide dan gagasan, perasaan, informasi dan sebagainya
ada dua bentuk komunikasi yaitu :
64
1) Komunikasi lisan (komunikasi verbal), proses penyampaian tersebut di sampaikan
secara lisan melalui apa yang diucapkan ddari mulut.
2) Komunikasi non lisan (non verbal), proses penyampaian informasi tersebut
disampaikan secara non lisan. Proses penyampaian informasi tersebut dapat berupa
tulisan, isyarat atau pun gerak gerik.22
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala
yang kita kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, persamaan
matematik, dan demonstrasi visual, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis atau
dibicarakan, semuanya adalah cara-cara berkomunikasi yang sering kali digunakan
dalam ilmu pengetahuan.23 Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai
menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam
bentuk suara, visual, atau suara visual. Komunikasi adalah suatu proses, bukan hal
yang statis. Implikasi dari hal ini adalah bahwa komunikasi memerlukan tempat,
dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi
bersama, serta melibatkan suatu kelompok.24
Bambang Sri Anggoro mengungkapkan kemampuan komunikasi matematis akan
65
maupun orang lain, sehingga akan meningkatkan sikap positif terhadap matematika
baik dari dalam diri sendiri maupun orang lain 25. Sementara itu Dona Dinda Pratiwi
mejelaskan Komunikasi matematis adalah cara untuk menyampaikan ide-ide
pemecahan masalah, strategi maupun solusi matematika baik secara tertulis maupun
lisan. Sedangkan, kemampuan komunikasi matematis dalam pemecahan masalah
menurut National Council of Teachers of Mathematics dapat dilihat ketika peserta
didik menganalisis dan menilai pemikiran dan strategi matematis orang lain dan
menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika dengan tepat.
Selain itu, menurut riset Schoen, Bean, dan Zieberth dalam Bistari kemampuan
memberikan dugaan tentang gambar-gambar geometri juga termasuk kemampuan
komunikasi matematis26.
Masalah matematika yang diberikan kepada peserta didik di sekolah,
dimaksutkan untuk melatih peserta didik mematangkan kemampuan intelektualnya
dalam memahami ide, interprestasi ide dan memperoleh solusi dari setiap masalah
yang dihadapi. Komunikasi matematis menurut NCTM adalah kemampuan peserta
didik dalam menjelaskan suatu algoritma dan cara unik ntuk pemecahan masalah,
66
kemampuan peserta didik untuk mengkontruksikan dan menjelaskan sajian fenomena
dunia nyata secara grafis, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik
atau kemampuan peserta didik memberikan dugaan tentang gambar-gambar
geometri.27
Pernyataan tentang pentingnya komunikasi matematis dikemukakan oleh
Baroody, setidaknya ada dua alasan penting yang menjadikan komunikasi dalam
pembelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian yaitu: (1) matematika
sebagai bahasa: matematika bukan hanya sebagai alat bantu berfikir, alat untuk
menemukan pola, atau menyelesaikan masalah, tetapi juga matematika sebagai alat
bantu yang baik untuk mengkomunikasikan macam-macam ide sehingga jelas, tepat,
dan ringkas, dan (2) pembelajaran matematika sebagai aktivitas sosial: dalam
pembelajaran matematika interaksi antar peserta didik, komunikasi peserta didik
dengan pengajar merupakan bagian yang cukup penting untuk mengembangkan
potensi peserta didik.28
Berdasarkan pengertian komunikasi matematis di atas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi matematis adalah kemampuan peserta didik merefleksikan gambar, table,
67
matematika dengan bahasa sendiri dalam bahasa atau simbol matematika, karena
matematika merupakan salah satu bahasa yang kaya simbol-simbol ini memiliki
makna yang tersirat yang penting untuk direpresentasikan.
b. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Idikator kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu acuan
kompetensi komunikasi matematis dapat tercapai atau tidak. Idikator-indikaor untuk
mengukur kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya:
Sumarmo mengidentifikasi indikator-indikator komunikasi matematis meliputi
kemampuan :
1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika. 2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan diagram. 3) Menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika. 4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika. 5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis. 6) Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan
generalisasi. 7) Menjelaskan dan mebuat pertanyaan tentang matematika yang di pelajari.29
68
Komunikasi matematis yang akan dicapai peserta didik dapat dilihat dari
kesanggupan atau kecakapan peserta didik dalam menyesaikan soal-soal tes
matematika yang memuat tujuh indikator komunikasi matematis.
. 3. Kecerdasan Majemuk
a. Pengertian Kecerdasan
Pengertian kata kecerdasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa artinya perihal cerdas, intelegensi, kesempurnaan perkembangan akal budi,
kepandaian ketajaman pikiran.30 Menurut Suharsono menyebutkan bahwa kecerdasan
adalah kemampuan untuk memecahkan masalah secara benar, yang secara relatif
lebih cepat dibandingkan dengan usia biologisnya.31 Sedangkan Howard Gardner
mengemukakan pengertian kecerdasan mencakup tiga kemampuan. Pertama,
kemampuan untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi, Kedua kemampuan
untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk di selesaikan dan Ketiga
kemampuan untuk menciptakan suatu yang akan muncul untuk menciptakan
penghargaan dalam budaya seorang individu.32
Inteligensi (kecerdasan) sangat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang.
69
dan positif, semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang semakin tinggi kemampuan
kognitifnya.33
Berdasarkan teori di atas kecerdasan adalah kemampuan mengembangkan
kognitif seseorang, semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang semakin tinggi
kemampuan kognitifnya. Pada umumnya orang yang cerdas memiliki prinsip pada
hidupnya, orang seperti ini tidak pernah berhenti bertanya sampai ia menemukan
jawaban dari masalahnya. Orang yang cerdas, hanya menyimpan Informasi yang
penting saja dan akan membuang masalah yang telah diselesaikan.
Setiap peserta didik memiliki perbedaan dengan peserta didik yang lain, begitu
pula dengan kecerdasan yang dimiliki. Pengalaman dari masing-masing peserta didik
dalam kehidupan menunjukkan bahwa masing-masing profil kecerdasan yang
berdeda-beda.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan :
a) Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.
Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal,
70
ada yang kurang pintar. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama,
perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
b) Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Organ baik fisik maupun psikis dapat dikatakan matang apabila dapat
menjalankan fungsinya masing-masing.
c) Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan kecerdasan. Dapat dibedakan pembentukan sengaja (seperti
yang dilakukan di sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam
sekitar).
d) Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan
bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-
motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif
menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring
71
e) Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia dapat memilih metode-metode tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia memiliki kebebasan memilih
metode, dan bebas pula memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya
menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi.34
2) Karakteristik Umum dalam Kecerdasan antara lain:
a) Kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman;
b) Kemampuan untuk belajar atau menalar secara abstrak;
c) Kemampuan untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari perubahan
dan ketidakpastian lingkungan;
d) Kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat tugas-
tugas yang perlu diselesaikan.35
b. Pengertian Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) ditemukan dan dikembangkan
oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan
72
berjudul Frames of Mind pada tahun 1983 kemudian pada tahun 1993
mempublikasikan bukunya yang berjudul Mulptiple Intelligences, setelah melakukan
banyak penelitian dan implikasi kecerdasan majemuk di dunia pendidikan. Menurut
Gardner kecerdasan adalah potensi biopsy kologi yang artinya semua makhluk yang
bersangkutan mempunyai potensi untuk menggunakan sekumpulan bakat yang
dimiliki oleh jenis makhluk itu. Suparno juga mengutip pendapat Gardner,
kecerdasan atau inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan
menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi
yang nyata. William Stern juga menyatakan bahwa intelegensi ialah kesanggupan
untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat
berpikir yang sesuai dengan tujuannya.
Sedangkan kata “majemuk” berarti terdiri atas beberapa bagian yang merupakan
satu kesatuan.36
Jadi berdasarkan beberapa pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan
pertama, kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan berpikir yang terdiri dari
beberapa bagian dan merupakan satu kesatuan dan dimiliki oleh seseorang. Kedua,
73
memecahkan suatu persoalan dan menghasilkan produk baru dalam situasi yang
nyata.
c. Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk
Gardner mengungkapkan ada sembilan kecerdasan majemuk sebagai berikut:
1) Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan bertutur kata, baik secara tulisan
maupun lisan. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini juga memiliki
keterampilan auditori (berkaitan dengan pendengaran) yang sangat tinggi dan
mereka belajar melalui mendengar. Mereka gemar berbicara dan suka
bercengkerama dengan kata-kata. Kecerdasan linguistik juga gemar dalam
permainan teka-teki silang atau bermainan scrabble dan senang menceritakan
lelucon yang lazim merupakan permainan kata.
Menurut Armstrong, kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan
kata-kata secara efektif. Kecerdasan ini terlihat dari kemampuan dan kepekaan
seseorang dalam penggunaan bahasa. Seseorang yang memiliki kecerdasan
linguistik yang baik memiliki kemampuan untuk menyusun dan mamaknai arti
74
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan berpikir secara konseptual.
Biasanya individu dengan kemampuan berpikir yang baik, suka mengeksplorasi
pola, kategori dan hubungan, juga menyukai puzzle atau sesuatu yang
membutuhkan nalar. Suparno mengutip pendapat Gardner, bahwa kecerdasan
logis-matematis adalah kemampuan yang berkaitan erat dengan penggunaan
bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis,
programer, dan logikus. Juga termasuk kepekaan terhadap pada pola logika,
abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan. Kecerdasan ini memiliki ciri antara lain:
menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, suka mengajukan
pertanyaan yang sifatnya analisis, ahli dalam permainan catur, mampu
menjelaskan masalah secara logis, suka merancang eksperimen untuk
membuktikan sesuatu, menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti
teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA. Kecerdasan ini berupa
kemampuan untuk melakukan analisis dan berfikir ilmiah. Kecerdasan ini terlihat
menonjol di kalangan peneliti dan ilmuwan-ilmuwan terkenal.
3) Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)
75
menggambarkan suatu benda/hal dalam pikiran kemudian ke dalam bentuk nyata,
dan dapat mengungkapkan data dalam suatu grafik. Kecerdasan ini memiliki
kemampuan dalam memvisualisasikan apa yang ada di benaknya lewat gambar,
susunan balok, mampu menerjemahkan gambaran dalam pikirannya ke dalam
bentuk dua atau tiga dimensi, juga memahami tata letak, arah, dan posisiyang
baik. Kecerdasan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: memberikan gambaran
visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, mudah membaca peta atau
diagram, menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, senang melihat
film, slide, foto, atau karya seni lainnya, sangat menikmati kegiatan visual,
seperti teka-teki atau sejenisnya, suka melamun dan berfantasi, mencoret-coret di
atas kertas atau buku tugas sekolah, lebih memahamai informasi lewat gambar
dari pada kata-kata atau uraian; kesembilan, menonjol dalam mata pelajaran seni.
Contoh pemilik kecerdasan ini adalah para pelaut yang menggunakan pemetaan
bintang-bintang dalam menentukan lokasinya.
4) Kecerdasan Kinestetik-Badani(Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Kecerdasan kinestetik-jasmani adalah kemampuan dalam menggunakan tubuh
76
sebagai berikut: banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, aktif
dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, perlu
menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, menikmati kegiatan melompat,
lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, memperlihatkan keterampilan dalam
bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, pandai menirukan
gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, bereaksi secara fisik terhadap
jawaban masalah yang dihadapinya, suka membongkar berbagai benda kemudian
menyusunnya lagi, berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat
kompetitif.
5) Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Menurut Gardner kecerdasan musikal ini adalah kemampuan untuk
mendengarkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan
suara, juga peka terhadap ritme, melodi dan intonasi, kemampuan: memainkan
alat musik, menyanyi, mencipta lagu, dan untuk menikamti lagu, musik dan
nyayian. Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk menyerap, menghargai,
dan menciptakan irama, dan melodi, peka terhadap nada, dapat menyanyikan
77
atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, mudah mengikuti irama
musik, mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, berprestasi bagus dalam mata
pelajaran musik.
6) Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan
berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak
hal meliputi kemampuan berempati, kemampuan memimpin dan kemampuan
mengorganisir orang lain. Menurut Anna Craft, kecerdasan ini adalah
kemampuan untuk memahami dan berhubungan dengan orang lain. Contohnya
adalah ketua kelas yang bertanggung jawab, guru, konselor dan public figure.
Kecerdasan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: mempunyai banyak teman,
suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, banyak
terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah, berperan sebagai penengah
ketika terjadi konflik antar temannya, berempati besar terhadap perasaan atau
penderitaan orang lain, sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain dan
78
Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan mengenali dan memahami diri
sendiri, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya, suasana hatinya,
temperamennya, keinginan dan motivasi dirinya. Kristanto juga menjelaskan
orang yang memiliki kecerdasan ini berhubungan dengan kesadaran dan
pengetahuan akan dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri, sangat menghargai
nilai (aturan-aturan), etika (sopan santun) dan moral. Orang yang memiliki
kecerdasan ini dapat ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, bekerja atau belajar
dengan baik seorang diri, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, banyak belajar
dari kesalahan masalalu, berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan,
banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.
8) Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)
Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang suka terhadap hal-hal yang
berbau alam yaitu kemampuan mengembangkan pengamatan, kritis terhadap
fenomena alam. Lebih lanjut Armstrong menjelaskan anak yang sangat
kompoten dalam kecerdasan ini merupakan pecinta alam, suka berada di alam
79
berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, menghabiskan
waktu didekat akuarium atau sistem kehidupan alam, suka membawa pulang
serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, berprestasi dalam mata pelajaran
IPA, Biologi, dan lingkungan hidup. Keunikan yang dikemukakan Gardner
adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja secara
spasial dalam sistem otak manusia.Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke delapan
jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang
dibutuhkan.37
Berdasarkan kedelapan kecerdasan majemuk diatas, peneliti hanya menggunkan
tiga kecerdasan manjemuk yaitu kecerdasan logis matematis, kecerdasan
interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan logis matematis yaitu
keecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik dalam berfikir secara konseptual,
kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan peserta didik untuk berinteraksi dengan
sesama temannya dan kecerdasan intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami,
mengetahui kekurangan serta kemampuan mempin dan kemampuan mengorganisir
orang lain.
80
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fentty Sukistiawati “Pengaruh Metode
Pembelajaran Brain Storming Dan Self-Esteem Terhadap Kecerdasan
Interpersonal Siswa Remaja Di SMK Negeri 7 Samarinda” hasil penelitian
diperoleh nilai korelasi antara metode pembelajaran Brain Storming dan self-
esteem dengan kecerdasan interpersonal sebesar F= 37.733, R2= 0,452 dan
p=0,000 (nilai p = 0,000 < 0,005).
Adapun yang menjadi persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Fentty
Sukistiawati dengan penelitian ini terletak pada metode pembelajaran brain
storming dan kecerdasan interpersonal sedangkan perbedaannya adalah pada
penelitian ini Fentty Sukistiawati menggunakan dua metode dan kecerdasan
interpersonal pada penelitian ini menggunakan satu metode dan tiga
kecerdasan yaitu kecerdasan logis matematis, kecerdasan intrapersonal dan
kecerdasan interpersonal.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sigit Adi Wibowo “Penerapan Model
Pembelajaran Knisley Dengan Metode Brain Storming Untuk Meningkatkan
81
menjelaskan ide/gagasan secara lisan atau tulisan dari kondisi awal (20%)
meningkat menjadi (77,14%), 2) kemampuan siswa menyatakan suatu situasi,
gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model
matematika dari kondisi awal (20%) meningkat menjadi (68,57%), 3)
kemampuan siswa mendengarkan dan berdiskusi tentang matematika dari
kondisi awal (22,86%) menjadi menjadi (71,43%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Knisley dengan metode
Brain Storming dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik.
Adapun yang menjadi persamaan antara peneliti yang dilakukan oleh Sigit
Adi Wibowo adalah pengukuran pencapaian penelitian yaitu peningkatan
komunikasi matematis dengan menggunakan metode brain storming.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan Adi Wibowo mata pembelajaran
akutansi sedangkan penelitian ini lebih focus pada mata pembelajaran
matematika.
C. Kerangka Berpikir
82
memberikan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti. Di dalam
penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Brain
Storming dengan lambang (X1) dan kecerdasan majemuk peserta didik dengan
lambang (X2), serta variabel terikat (Y) meningkatkan komunikasi matematis peserta
didik.
Kecerdasan majemuk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar peserta didik. Kecerdasan majemuk meliputi kemampuan untuk
menggunakan kata-kata, mampu berfikir secara konseptual, mampu berinteraksi baik
dengan orang lain. Peserta didik dengan kecerdasan majemuk yang baik akan mampu
berfikir secara konseptual dengan baik sehingga kinerja otak dapat berfungsi lebih
baik, dapat memotivasi dirinya sendiri, serta peserta didik juga lebih mudah dalam
menerima pelajaran matematika sehingga peserta didik dengan kecerdasan majemuk
yang baik dapat mengkomunikasikan komunikasi matematis dalam belajar
matematika.
Selain itu metode juga yang di gunakan pendidik juga dapat mempengaruhi
komunikasi matematis peserta didik, karena tidak semua peserta didik memiliki daya
83
Storming peserta didik juga diberi kebebasan untuk mencurahkan idea atau
pendapatnya secara bebas atau cara dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam
soal matematika.
Adapun kerangka pemikiran yang peneliti akan paparkan sebagai berikut :
Diagram Kerangka Berpikir
Metode Pembelajaran Brain Storming
Postest
Pretest
Gain
Kecerdasan Majemuk Kecerdasan linguistik
Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan intrapersonal
Materi Pembelajaran
Metode Konvensional
Gain
Pretest
Postest
84
Tabel 2.1 Bentuk Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Hipotesis Teoritis
a. Terdapat pengaruh metode pembelajaran Brain Storming dan metode
pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta
didik.
b. Terdapat pengaruh kecerdasan majemuk antara peserta didik terhadap
komunikasi matematis peserta didik.
c. Terdapat interaksi penggunaan metode pembelajaran Brain Storming terhadap
kecerasan majemuk untuk meningkatkan komunikasi matematis peserta didik.
2. Hipotesis Statistik
a. H0A : �i= 0 untuk setiap i = 1, 2, (tidak terdapat pengaruh metode
85
H1A : paling sedikit ada satu βi �0 (terdapat pengaruh metode pembelajaran
Brain Storming dan metode pembelajaran ekspositori terhadap
kemampuan komunikasi matematis peserta didik)
b. H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak terdapat pengaruh kecerdasan
majemuk antara peserta didik terhadap komunikasi matematis peserta
didik)
H1B : paling sedikit ada satu βj �0{terdapat pengaruh kecerdasan majemuk
antara peserta didik terhadap komunikasi matematis peserta didik)
c. H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak terdapat interaksi
penggunaan metode pembelajaran Brain Storming terhadap kecerasan
majemuk untuk meningkatkan komunikasi matematis peserta didik)
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij �0 (terdapat interaksi penggunaan metode
pembelajaran Brain Storming terhadap kecerasan majemuk untuk
meningkatkan komunikasi matematis peserta didik)
86
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode adalah suatu hal lain dalam dunia keilmuan yang diletakkan pada
masalah sistem. Dalam arti sesungguhnya, maka metode (Yunani=methodes) adalah
cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah
cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan.38 Menurut Muhibbin Syah metode diartikan sebagai cara
melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta
dan konsep-konsep secara sistematis.39 Dalam penelitian ini metode merupakan
faktor yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan suatu penelitian karena
metode ini menyangkut cara kerja yang akan dilakukan dalam suatu penelitian yang
menyangkut proses pengumpulan data sampai penulisan laporan.
Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa metode adalah suatu
cara yang dilakukan seseorang dengan metode tertentu dalam suatu proses penelitian
87
Pada penelitian ini digunakan metode penelitian Eksperimen Semu (Quasi-
Experimental Research). Quasy Eksperimental, dimana yang dilakukan oleh peneliti
adalah mencari kelompok subyek yang dikenai variabel bebas dan kelompok lain
yang tidak mengalami variabel bebas. Hal ini sesuai dengan ciri dari metode quasy
eksperimental yakni peneliti tidak mampu meletakkan subjek secara random pada
kelas eksperimental atau kelompok kontrol, yang dapat dilakukan peneliti adalah
mencari kelompok subyek yang diterpa variabel bebas dan kelompok lain yang tidak
mengalami variabel bebas, serta peneliti tidak dapat mengenakan variabel bebas
kapan dan kepada siapa saja yang dikehendakinya.40
Penelitian Eksperimen Semu (Quasi- Experimental Research) yaitu jenis
eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan. Yang
dimaksud dengan persyaratan dalam eksperimen adalah adanya kelompok lain yang
tidak dikenai eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan.41 Senada dengan
pendapat yang disampaikan oleh Sugiyono, Quasy Eksperimental Design, yaitu jenis
eksperimen yang mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.42 Hal ini berarti bahwa dalam penelitian Quasy
Eksperimental Design, faktor-faktor dari luar (selain metode pembelajaran yang akan
88
digunakan) diabaikan. Seolah-olah ada pengaruh atau tidaknya hanyalah karena
faktor yang diberikan perlakuan saja, dalam hal ini adalah metode pembelajaran.
Penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti, responden menjadi dua kelas.
Kelas pertama adalah kelas eksperimen, yaitu peserta didik mendapat pembelajaran
dengan menggunakan metode Brain Storming, sedangkan kelas kedua adalah kelas
kontrol, yaitu peserta didik mendapat pembelajaran dengan menggunakan medode
pembelajaran konvensional.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel Independen (variabel bebas) yaitu variabel yang cenderung
mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode Brain Storming dengan lambang (X1)
dan kecerdasan majemuk peserta didik dengan lambang (X2).
2. Variabel Terikat
Variabel Dependen (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dalam hal ini yang menjadi
variabel terikatnya adalah meningkatkan komunikasi matematis dengan lambang
(Y).
89
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalilasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.43 Populasi yang akan digunakan
peneliti yaitu semua peserta didik kelas VIII MTs Ma’arif 01 Punggur tahun pelajaran
2016/2017 yang berjumlah 118 peserta didik yang terbagi dalam 4 kelas yakni terdiri
dari kelas VIII A sampai dengan VIII D.
2. Sampel Penelitian
Dalam kegiatan penelitian untuk menjangkau keseluruhan dari obyek tersebut
tidak munkin dilakukan. Untuk mengatasinya perlu dipergunakan teknik sampling
yaitu “prosedur untuk mendapatkan dan mengumpulkan karakteristik yang berada di
dalam populasi meskipun data itu tidak diambil secara keseluruhan melainkan hanya
sebagian saja. Dan bagian dari populasi tersebut disebut sampele yang dianggap dapat
mewakili populasinya”.44 Suharsimi Arkuito mendefinisikan sampel adalah
“Sebagian atau wakil dari populai yang diteliti”.45 Jadi sampel adalah bagian dari
populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang dianggap bisa mewakili
populasi. Dalam penelitian ini diambil dua kelas pada kelas VIII MTs Ma’arif 01
Punggur. Kelas VIII pertama sebagai sampel yang pembelajarannya menggunakan
90
pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran konvensional. Setelah
dilakukan pengambilan sampel diperoleh data sebagai berikut:
a) Kelas VIII B sebagai kelas eksperimen, pembelajaran pada kelas ini
menggunakan metode Brain Storming, dengan jumlah 30 peserta didik.
b) Kelas VIII A sebagai kelas kontrol, pembelajaran pada kelas ini menggunakan
pembelajaran konvensional dengan jumlah 28 peserta didik.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel, pada penelitian ini
teknik sampling yang digunakan adalah dengan teknik acak kelas, yaitu strategi
pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih kertas secara acak.
Penerapan teknik sampling pada penelitian ini dilakukan dengan cara undian. Adapun
langkah-langkahnya adalah 1) Membuat undian dari keempat kelas yaitu dengan cara
menuliskan huruf subyek kelas VIII A sampai dengan kelas VIII D pada kertas kecil,
satu huruf untuk setiap kelas. 2) Kertas digulung dan diundi dengan melakukan dua
kali pengambilan, hingga terpilih 2 buah huruf. 3) Pada undian tersebut yang pertama
kali muncul berfungsi sebagai kelas eksperimen yaitu metode Brain Storming dan
yang muncul pada undian berikutnya berfungsi sebagai kelas kontrol yaitu dengan
metode pembelajaran konvensional.
D. Desain Penelitian
91
Penelitian ini menggunakan faktorial 2 x 3, dengan maksud untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kecerdasan Majemuk (Bj) Metode Pembelajaran (Ai)
Logis-matematika
(B1)
intrapersonal (B2)
interpersonal (B3)
Metode Brain Storming (A1) (A1B1) (A1B2) (A1B3)
Metode pembelajaran Konvensional
(A2)
(A2B1)
(A2B2)
(A2B3)
Keterangan:
Ai : Metode Pembelajaran
Bj : Kecerdasan Majemuk
A1 : Metode Brain Storming
A2 : Metode pembelajaran konvensional
B1 : Kecerdasan logis-matematika
B2 : Kecerdasan intrapersonal
B3 : Kecerdasan interpersonal
A1B1: Kecerdasan logis-matematika peserta didik melalui metode Brain
Storming
A1B2: Kecerdasan intrapersonal peserta didik melalui metode Brain Storming
92
A2B2: Kecerdasan intrapersonal peserta didik melalui metode pembelajaran
konvensional
A2B3: Kecerdasan interpersonal peserta didik melalui metode pembelajaran
konvensional
E. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan keterangan mengenai sesuatu. Keterangan ini berbentuk angka
atau bilangan ini disebut data kwantitatif dan berbentuk kalimat atau uraian disebut
data kwalitatif.46
1. Metode Tes
Tes meerupakan seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
skor angka.47 Dalam penelitian ini tes yang dilakukan adalah tes awal (pretest) dan
tes akhir (posttest) dengan soal yang sama berupa soal uraian (essay). Tes awal
(pretest) dilakukan untuk mengetahui penguasaan materi awal peserta didik, tes akhir
(posttest) dilakukan untuk mengetahui komunikasi matematis peserta didik setelah
dilakukan penerapan metode pembelajaran Brain Storming.
2. Angket
Kuesioner/angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
93
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden.48
Dari segi penyampainnya metode kuesioner dapat dibedakan dalam bentuk
pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Bentuk kuesioner yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner pertanyaan tertutup dimana responden
disediakan alternatif jawaban dalam bentuk checklist. Kuesioner ini ditujukan kepada
peserta didik MTs Ma’arif 01 Punggur Lampung Tengah untuk mengetahui
kecerdasan majemuk peserta didik.
Dalam penelitian ini angket kecerdasan majemuk yang digunakan adalah angket
baku, tujuannya yaitu agar dapat mengetahui kecerdasan majemuk peserta didik.
Angket kecerdasan majemuk terdiri 21 butir angket, yang terdiri 7 anket kecerdasan
logis matematis, 7 angket kecerdasan interpersonal dan 7 angket kecerdasan
intrapersonal.
Metode Observasi
Penelitian berpijak pada fakta lapangan. Bagaimana pelaksanaan tes peserta didik
oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar matematika. Untuk itu dibutuhkan
informasi sebanyak mungkin untuk mengumpulkan informasi. Menurut Sutrisno Hadi
observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-
fenomena yang diteliti.49
94
Observasi yang dilakukan digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
proses pembelajaran yang terjadi pada peserta didik kelas VIII MTs Ma’arif 01
Punggur dan untuk mengetahui keadaan MTs Ma’arif 01 Punggur.
3. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka
antara pencari informasi dan sumber informasi.50 Wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi yang jelas untuk kebutuhan penelitian.
Metode ini di lakukan peneliti untuk mewawancarai guru mata pelajaran
matematika di MTs Ma’arif 01 Punggur. Tujuan dari wawancara ini peneliti untuk
memperoleh informasi tentang metode pembelajaran disekolah.
4. Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.51 Metode
dokumentasi digunakan untuk mengambil data berbentuk tertulis, seperti daftar nama
guru, nama peserta didik, profil sekolah dan daftar nilai yang berhubungan dengan
pembahasan penelitian.
95
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk memperoleh,
mengolah, dan menginterprestasikan informasi yang diperoleh dari para responden
yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.52 Instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes. Tes yang diberikan berupa butir
soal untuk mengukur komunikasi matematis peserta didik. Data mempunyai
kedudukan paling tinggi didalam penelitian ini karena data merupakan penggambaran
variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena
itu, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.
Berikut adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian:
1. Tes Komunikasi Matematis
Tabel 3.2 Pemberian Skor Soal Komunikasi Matematis
Skor Menulis Menggambar Expresi Matematis 0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada jawaban berisi tentang informasi yang
terkait dengan soal/masalah 1 Hanya sedikit dari
penjelasan yang benar Hanya sedikit dari gambar, diagram, atau table yang benar
Hanya sedikit dari model matematika yang benar
2 Penjelasan secara matematika masuk akal namun hanya sebagian yang benar
Melukiskan diagram, gambar, atau table kurang lengkap dan benar
Membuat model matematika dengan benar, namun salah mendapatkan solusi
3 Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak
Melukis diagram, gambar atau tabel dengan benar dan
Membuat model matematika dengan benar kemudian
96
lengkap 4 Penjelasan secara
matematis masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis
- -
Skor maksimal = 4 Skor maksimal = 3 Skor maksimal = 3 Sumber :Nofriyandi, Model pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu yang disertai dengan LKS Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMP, Skripsi upi 2012
Pada penelitian ini digunakan standar mutlak (standart Absolute) untuk
menentukan nilai yang diperoleh peserta didik, yaitu dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
Nilai = ���� ��������� �������� �����
x 100
Keterangan :
Skor mentah = Skor yang diperoleh peserta didik
Skor maksimum ideal = Skor maksimal x banyaknya soal
Instrumen yang baik dan dapat dipercaya adalah instrumen yang memiliki tingkat
validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji yang digunakan dalam uji coba instrumen
penelitian tes komunikasi matematis adalah uji validitas, uji tingkat kesukaran, uji
daya beda, dan uji reliabilitas.
a. Uji Validitas
97
mengukur apa yang hendak diukur.53 Vailiditas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas yang rendah.54 Validitas atau kesahihan adalah
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur.55
Untuk mengetahui kevalidan instrumen, maka digunakan korelasi product moment
sebagai berikut:
rxy = � ∑ �� �∑ ���∑����� ∑ ��� �∑ ������ ∑ ����∑ ����
keterangan:
rxy = Koefesien validitas x dan y
x = Skor masing-masing butir soal
y = Skor total butir soal
n = Jumlah peserta tes56
Menurut Arikunto penafsiran harga koefisien korelasi ada dua macam yaitu:
1) Dengan melihat harga r dan diinterpresentasikan dengan koefisien korelasi
2) rhitung dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5%, jika rhitung > rtabel
maka soal dikatakan valid.57
98
Mengacu pada pendapat tersebut, penafsiran harga koefisien korelasi dalam
penelitian ini menggunakan cara yang kedua, yaitu soal dikatakan valid jika rhitung >
rtabel.
b. Uji Tingkat Kesukaran
Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya
subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul. Jika banyak subjek yang
menjawab dengan benar maka taraf kesukaran tes tersebut tinggi. Sebaliknya jika
hanya sedikit dari subjek yang dapat menjawab benar maka taraf kesukarannya
rendah. Sudijono mengatakan bermutu atau tidaknya butir-butir tes hasil belajar
diketahui dari derajat kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir item
tersebut. Menurut Witherington dalam Anas Sudijono angka indeks kesukaran item
besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00.58 Oleh karenanya, untuk
mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut:
NSx
Pm
Keterangan
P : Tingkat kesukaran
x : Banyaknya peserta tes yang menjawab benar
99
N : Jumlah peserta tes59
Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut L.
Thorndike dan Hagen dalam Sudijono sebagai berikut:
Tabel 3.3 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes60
Besar P Interpretasi
0,00 ≤ P ≤ 0,30 Terlalu Sukar
0,31 ≤ P ≤ 0,70 Cukup (Sedang)
0,71 ≤ P ≤ 1,00 Terlalu Mudah Sumber : tabel klasifikasi daya pembeda (Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan)
Lebih lanjut Sudijono menyatakan butir-butir item tes hasil belajar dapat
dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak
terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu
adalah sedang atau cukup.61 Oleh karena itu, untuk keperluan pengambilan data alam
penelitian ini digunakan butir-butir soal dengan kriteria cukup (sedang) yaitu dengan
membuang butir-butir soal dengan kategori terlalu mudah dan terlalu sukar.
c. Uji Daya Beda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal
dapat membedakan peserta didik yang berkemampuan tinggi dan peserta didik yang
berkemampuan rendah. Suatu butir soal mempunyai daya pembeda baik jika peserta
100
kelompok bawah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari
peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi sampai peserta didik yang memperoleh
nilai terendah. Kemudian diambil 27% peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi
(disebut kelompok atas) dan 27% peserta didik yang memperoleh nilai terendah
(disebut kelompok bawah). Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda tes
dalam penelitian ini adalah rumus korelasi Karl Pearson dalam Arikonto, sebagai
berikut:62
� ���
���
��
��� �� � ��
Keterangan:
� = Daya beda suatu butir soal.
�� = Jumlah siswa kelompok atas.
�� = Jumlah siswa kelompok bawah.
�� = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
�� = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.
�� = Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab dengan benar.
�� = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab dengan benar.63
Adapun klasifikasi intepretasi untuk daya pembeda yang digunakan adalah :
101
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi
≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,21 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,41 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik Sumber :Tabel klasifikasi daya pembeda (Daryanto, evalusi pendidikan)
Semua butir soal yang mempunyai daya pembeda negatif tidak dipakai. Butir
soal yang dipakai pada penelitian ini adalah jika DP > 0,40.64
d. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan
responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.65 Secara internal dapat diuji
dengan menganalisa konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan tekhnik
tertentu.66 Penulis menggunakan pengujian reliabilitas secara internal menggunakan
rumus Alpha Cronbach dalam Anas Sudijono sebagai berikut.67
��� � ��
� � 1� �1 �∑ ��
�����
��� �
102
��� = Koefisien reliabilitas soal
� = Jumlah butir item yang dikeluarkan dalam soal
∑ s���
��� = Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir soal;
s�� = Varians total.68
Rumus untuk menentukan nilai varians butir ke-i
s�� �
∑ ��� � �∑ ����
��
Rumus Untuk Varians total
s�� �
∑ ��� � �∑ ����
��
Keterangan:
s�� = Varians butir ke-i
∑ ��� = Jumlah kuadrat butir ke-i
�∑ ��� = Jumlah butir soal ke-i
∑ ��� = Jumlah total kuadrat butir ke-i
�∑ ��� = Jumlah total butir soalke-i
� = Jumlah peserta tes
Dalam pemberian interprestasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya
digunakan patokan sebagai bxerikut :
103
1) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 berarti tes hasil belajar
yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang
tinggi (reliabel).
2) Apakah r11 lebih kecil dari pada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang
diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-
reliabel).69
Berdasarkan pendapat tersebut, reliabilitas dari tes hasil belajar dikatakan tinggi
apabila r11 memiliki koefisien reliabilitas sama dengan atau lebih dari 0,70.
2. Angket kecerdasan majemuk
Kecerdasan majemuk setiap siswa dapat diketahui dari hasil tes kecerdasan
majemuk dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:
Tabel 3.5 Skor Pilihan Jawaban Tes Kecerdasan Majemuk
Sumber : table pensekoran tes kecerdasan majemuk (Rogers Indicator of Multiple Intelligences)
1) Menjumlahkan skor untuk setiap kecerdasan, yaitu linguistik, musikal, logis
Pilihan Jawaban Skor
TP (Tidak pernah) 1 J (Jarang) 2 KD (Kadang-kadang) 3 SR (Sering) 4 SL (Selalu) 5
104
2) Mengelompokkan tingkat kecerdasan majemuk peserta didik berdasarkan
kategori berikut:
Table 3.6 Kategori Skor Kecerdasan Majemuk
No Kategori Skor 1 Rendah ≤ 15 2 Sedang 15 < skor < 27 3 Tinggi � 27 Sumber : (Rogers Indicator of Multiple Intelligences)
3) Menentukan kecerdasan dominan berdasarkan urutan tiga atau empat skor
tertinggi yang diperoleh peserta didik.
4) Menjumlahkan kecerdasan dominan peserta didik dalam satu kelas.70
Setelah instrumen untuk mengukur kecerdasan majemuk peserta didik disusun,
perlu dilakukan uji validitas dan reliabelitas agar layak untuk dijadikan instrumen
penelitian, kemudian dilakukan uji coba validitas dan reliabelitas. Rumus validitas
dan reliabelitas untuk uji coba angket sama dengan rumus validitas dan reliabelitas
untuk uji coba soal tes. Uji yang digunakan dalam uji coba instrumen penelitian
angket kecerdasan majemuk adalah sebagai berikut :
a) Uji Validitas Angket
Butir instrumen angket dikatakan valid jika skor-skor pada butir angket yang
bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, atau
dengan bahasa statistik yaitu ada korelasi positif yang signifikan antara skor tiap butir
105
instrumen dengan skor totalnya.71 Validitas angket pada penelitian ini dihitung
dengan koefisien korelasi menggunakan product moment sebagai berikut:
rxy = � ∑ ����∑ ���∑����� ∑ ��� �∑ ������ ∑ ����∑ ����
Keterangan:
rxy = Koefesien validitas x dan y
x = Skor masing-masing butir soal
y = Skor total butir soal
n = Jumlah peserta tes72
Menurut Arikunto penafsiran harga koefisien korelasi ada dua macam yaitu:
1. Dengan melihat harga r dan diinterpresentasikan dengan koefisien korelasi
2. rhitung dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5%, jika rhitung > rtabel
maka soal dikatakan valid.73
Mengacu pada pendapat tersebut, penafsiran harga koefisien korelasi dalam
penelitian ini menggunakan cara yang kedua, yaitu soal dikatakan valid jika rhitung >
rtabel.
b. Uji Reliabilitas Angket
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan
mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil
yang tetap. Untuk menentukan tingkat reliabilitas tes digunakan metode satu kali tes
106
dengan teknik Alpha Cronbach. Perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan
teknik Alpha Cronbach, yaitu :
��� � ��
� � 1� �1 �∑ ��
�����
��� �
Keterangan:
��� = Koefisien reliabilitas soal
� = Jumlah butir item yang dikeluarkan dalam soal
∑ s���
��� = Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir soal;
s�� = Varians total.74
Rumus untuk menentukan nilai varians butir ke-i
s�� �
∑ ��� � �∑ ����
��
Rumus Untuk Varians total
s�� �
∑ ��� � �∑ ����
��
Keterangan:
s�� = Varians butir ke-i
∑ ��� = Jumlah kuadrat butir ke-i
�∑ � �
107
�∑ ��� = Jumlah total butir soalke-i
� = Jumlah peserta tes
Dalam pemberian interprestasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya
digunakan patokan sebagai bxerikut :
1) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 berarti tes hasil belajar
yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang
tinggi (reliabel).
2) Apakah r11 lebih kecil dari pada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang
diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-
reliabel).75
Berdasarkan pendapat tersebut, reliabilitas dari tes hasil belajar dikatakan tinggi
apabila r11 memiliki koefisien reliabilitas sama dengan atau lebih dari 0,70.
3. Gain Ternormalisasi
Perhitungan N-Gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
komunikasi matematis pesrta didik. Perhitungan tersebut tersebut diperoleh dari nilai
pretest dan postest masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi sebelum dan
sesudah pembelajarn.
���������
�
108
g : Gain
Spre : Skor pretest
Spos : Skor posttest
Smaks : Skor maksimal.76
Selanjutnya nilai N-gain yang diperoleh diklasifikasikan sesuai kriteria peroleh
N-gain yang dilihat dari tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi77 Indeks Gain (g) Kriteria
g > 0,7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah Sumber : Heni Puji Astuti, Pembelajaran Inquiry Co-operation Model untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Self-Esteem Matematis Peserta didik SMP
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan merupakan data
yang berdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji yaitu data kelas eksperimen dan
data kelas kontrol. Uji normalitas yang digunakan peneliti adalah uji Liliefors.
Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
109
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Taraf Signifikansi
(∝) = 0,05
c. Statistik Uji
Lhitung = max |����� � �����| , Ltabel = L(α,n)
Langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
1) Mengurutkan data populasi dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2) Menentukan nilai z dari tiap-tiap data, atau ��, ��,….., �� dijadikan bilangan
baku ��, ��,…., �� dengan menggunakan rumus:
s
XXz ii
Keterangan :
�� = Bilangan baku
��= Data dari hasil pengamatan
X bar = Rata-rata sampel, � ��� ∑ ������
�
S = Standar deviasi, s = �∑ ��������������
�
3) Menentukan besar F(��), yaitu peluang ��
110
F(��) = P (Z≤ ��) ; Z ~ N(0,1)
S (��) = proporsi cacah z ≤ �� terhadap seluruh cacah ��
d. Daerah Kritik (DK) ={ L L > L n; } ; n adalah ukuran sampel
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik
f. Kesimpulan
1) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika tidak tolak H0.
2) Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal jika tolak H0.78
2. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas variansi ini digunakan
metode Bartlett dengan prosedur sebagai berikut:
������� � �ln 10� �� � �∑ �� log ��
�� ;
������� � ��
��,����
Hipotesis dari uji Bartlett sebagai berikut:
H0= Data Homogen
111
Kriteria penarikan kesimpulan uji Bartlett sebagi berikut:
������� � ��
����� , maka H0 diterima.
Langkah-langkah uji Bartlett sebagai berikut:
a. Merumuskan Hipotesis Statistik
H0 : ��� = μ�
� (variansi data homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (variansi data tidak homogen)
b. Taraf Signifikansi
c. Statistik Uji
χ� = �ln 10� �� � �∑ �� log �����
Dengan:
��= varians gabungan, dimana �� � ∑ �� ���
∑ ��
B = nilai Bartlett, di mana B=�∑ �� log ����
��� = varians data untuk setiap kelompok ke-i, di mana
���= ∑�����̅��
�����
��= derajat kebebasan (n-1)
�
05,0)(
112
DK = { χ� │ χ� χ� �,��� } jumlah beberapa � dan (k – 1) nilai χ� �,���. dapat
dilihat pada tabel chi kuadrat dengan derajat kebebasan �� – 1�.
e. Keputusan Uji
H0 = ditolak jika harga statistik χ�, yakni χ������� � χ2 �,��1 berarti variansi dari
populasi tidak homogen.
f. Kesimpulan
1) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika terima H0.
2) Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal jika tolak H0.79
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji anava dua arah. Uji
anava dua arah ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ke 1, 2, dan 3.
Pengujian hipotesis ini akan menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama
dengan model sebagai berikut:
���� � � � �� � �� � ������ � ����
Keterangan:
���� =data ( nilai ) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
� = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
�� = efek baris ke-i pada variabel terikat, dengan i = 1, 2
�� = efek kolom ke-j pada variabel terikat, dengan j = 1,2,3
����
113
���� =deviasi data data ���� terhadap rerata populasinya (��� �
yangberdistribusi normal dengan rerata 0, deviasi amatan terhadap rataan
populasi juga disebut eror (galat).
i= 1,2 yaitu 1 = pembelajaran dengan metode metode Brain Storming
2 = pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional
j = 1,2,3 yaitu 1 = kecerdasan logis-matematika
2 = kecerdasan intrapersonal
3 = kecerdasan interpersonal
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan, yaitu:
1) Hipotesis
a) H0A : α1 = α2 (tidak terdapat pengaruh efek antar baris
terhadap variabel terikat)
H1A : paling sedikit ada satu αi ≠ 0 (terdapat pengaruh efek antar baris
terhadap variabel terikat)
b) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak terdapat pengaruh efek antar
kolom terhadap variabel terikat)
H1B : paling sedikit ada satu βj ≠ 0 (terdapat pengaruh efek antar kolom
terhadap variabel terikat)
c) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak terdapat interaksi
baris dan kolom terhadap variabel terikat)
114
2) Komputasi
a) Notasi dan tata letak
Bentuk tabel analisis variansi dua arah berupa bentuk baris dan kolom, adapun
bentuk tabelnya sebagai berikut:
Tabel 3.8
Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadran Deviasi
Bj Kecerdasan majemuk
Ai logis-matematika
(B1)
intrapersonal (B2)
interpersonal (B3)
Metode Pembelajaran
Metode Brain Storming
(A1)
� ����
���
�
� �����
�̅��
�
��� ����
� ���
���
�
� ����
�̅��
�
��� ����
� ���
���
�
� �����
�̅��
�
��� ����
Metode konvensional
(A2)
� ����
���
�
� �����
�̅��
�
��� ����
� ���
���
�
� ����
�̅��
�
��� ����
� ���
���
�
� �����
�̅��
�
��� ����
Dengan:
115
A1 = Metode Brain Storming untuk meningkatkan komunikasi
matematis.
A2 = Metode konvensional
B1 = kecerdasan logis-matematika
B2 = kecerdasan intrapersonal
B3 = kecerdasan interpersonal
ABij = Hasil tes kemampuan belajar matematis peserta didik dengan
metode i dengan kecerdasan j = (i = 1,2 dan j = 1, 2,3)
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
��� = rerata harmonik frekuensi seluruh sel. ��� � ��∑ �
����,�
N = banyaknya seluruh data amatan
N= ∑ �����
���� = jumlah kuadrat deviasi data amatan sel ij
���� � � ����� �
�∑ ����� ��
����
�������� = rerata pada sel ij
�� � � ���������
= jumlah rerata pada baris ke-i
116
� � � ���������,�
= jumlah rerata semua sel
b) Komponen Jumlah Kuadarat
JKA = �∑ ���
��� � � ��
� ; JKG = ∑ ����
� �∑ ����,�
�
��,�,�
JKB = �∑ ���
��� � � ��
� ; JKT = ∑ ����
� � ��
��,�,�
JKAB = ∑ ����,�
�
�� �∑ ��
�
��� � � �∑ ���
��� � � ��
�
Dengan:
JKA = Jumlah Kuadrat Baris
JKB = Jumlah Kuadrat Kolom
JKAB = Jumlah Kuadrat Interaksi Antar Baris dan Kolom
JKG = Jumlah Kuadrat Galat
JKT = Jumlah Kuadrat Total
c) Derajat Kebebasan
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p – 1)( q – 1)
dkT = N – 1
dkG = N – pq
117
RKB = ������
RKG = ������
(1) Statistik Uji
(a) Untuk ��� adalah �� � ������
(b) Untuk ��� adalah �� � ������
(c) Untuk ���� adalah ��� � �������
(2) Taraf Signifikansi (�) = 0,05
(3) Kriteria uji
(a) ���ditolakjika�� � ���;���, �����
(b) ���ditolakjika�� � ���;���, �����
(c) ����ditolakjika��� � ���;����������, �����
3) Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
Tabel 3.9 Rangkuman Anova Dua Arah
Sumber
Keragaman (SK)
JK Dk RK ���� ��
Baris (A) JKA p-1 RKA �� F*
Kolom (B) JKB q-1 RKB �� F*
Interaksi (AB) JKAB (p-1)( q-1) RKAB ��� F*
118
4) Keputusan Uji
a) H0A ditolak jika Fa � DK
b) H0B ditolak jika FB � DK
c) H0AB ditolak jika FBA � DK
5) Apabila datanya tidak berdistribusi normal (non parametrik), maka menggunakan
uji kruskal wallis. Uji kruskal wallis adalah uji non parametrik yang digunakan
untuk membandingkan tiga atau lebih kelompok data sampel. Uji kruskal wallis
digunakan ketika asumsi ANAVA tidak terpenuhi. Rumus untuk uji kruskal
wallis adalah sebagai berikut:
� �12
��� � 1� ���
�
��� 3�� � 1�
�
���
Keterangan:
n = jumlah data keseluruhan
ri = jumlah kolom ke-I (setelah ranking)
ni = banyak data tiap kolom
6) Uji Lanjut Anova (Komparasi Ganda)
Uji lanjut anova (komparasi ganda) adalah tindak lanjut dari analisis variansi,
jika hasil analisis variansi menunjukkan hipotesis nol ditolak. Tujuannya untuk
119
Beberapa langkah dalam menerapkan metode Scheffe yaitu:
1. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
2. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
3. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Komparasi Rerata Antar Baris
Dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model pembelajaran,
apabila ��� di tolak tidak perlu dilakuk`an komparasi pasca anova antar baris.
Untuk mengetahui metode pembelajaran yang lebih baik cukup dengan
membandingkan rerata marginal dari masing-masing metode pembelajaran. Jika
rerata marginal untuk metode pembelajaran Brain Storming lebih besar dari
pada rerata marginal metode pembelajaran konvensional, maka metode
pembelajaran Brain Storming lebih baik dibandingkan metode pembelajaran
konvensional demikian sebaliknya.
b. Komparasi Rerata Antar Kolom
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah:
�� : �.� � �.�
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar kolom adalah:
�.��.� ����.� � ��.���
��� � 1�.�
� 1�.�
�
�� � � �� � 1����;�����, �����
120
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
adalah:
�� : ��� � ���
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama adalah:
������ ������ � ������
��� � 1���
� 1���
�
Kriteria uji:�� ditolak jika � � ��� � 1����;������, �����
d. Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang Sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada baris yang sama
adalah: �� : ��� � ���
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama adalah:
������ ������ � ������
��� � 1���
� 1���
�
Kriteria uji:�� ditolak jika � � ��� � 1����;������, �����
121
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Penelitian ini dilakukan di MTs Ma’arif 01 Punggur, MTs Ma’arif 01 Punggur
adalah salah satu MTs yang terdapat di Lampung Tengah. MTs ini berdiri sejak tahun
1990, terdiri dari 15 kelas dengan jumlah peserta didik 489. Penelitian ini dilakukan
di kelas VIII yaitu kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan VIII D sebagai kelas
kontrol. Data nilai komunikasi matematis dan angket kecerdasan majemuk diperoleh
dengan melakukan uji coba tes dan angket yang terdiri dari 15 butir soal uraian untuk
tes komunikasi matematis dan 21 butir angket kecerdasan majemuk pada populasi di
luar sampel penelitian. Data uji coba instrumen dapat dilihat pada Lampiran 1.
1. Analisis Hasil Uji Coba Tes Komunikasi Matematis
a. Validitas
Validitas soal ini menggunakan validitas isi. Penilaian terhadap kesesuaian
butir pernyataan soal dengan kisi-kisi soal dan kesesuaian bahan yang digunakan
dalam soal dengan kemampuan bahasa peserta didik. Validitas isi dilakukan
dengan menggunakan daftar check list oleh tiga validator yaitu 2 pakar dari dosen
pendidikan matematika, dan 1 dari guru matematika di MTs Ma’arif 01 Punggur.
Validator yang pertama untuk validasi instrumen tes komunikasi matematis
122
setiap indikator dari komunikasi matematis memuat lebih dari satu butir soal.
Validator yang kedua adalah dengan dosen pendidikan matematika yaitu bapak
M. Syazali, M.Si. Hasil validasi 15 butir soal dengan beliau adalah ada beberapa
soal yang bahasanya perlu diperbaiki yaitu pada butir soal nomor 1, 4 dan 8. Hasil
instrumen yang telah divalidasikan kepada 2 dosen pendidikan metematika
selanjutnya divalidasikan kepada guru matematika di MTs Ma’arif 01 Punggur
yaitu bapak Triyanto, S.Pd. Hasil validasi dengan beliau adalah instrumen tes
sudah sesuai dan layak untuk diuji cobakan kepada peserta didik kelas VIII di
MTs Ma’arif 01 Punggur.
Instrumen yang telah divalidasikan kepada validator, selanjutnya dijadikan
pedoman dan acuan dalam menyempurnakan isi data tes komunikasi matematis
Lampiran 16 dengan butir soal yang dipakai Lampiran 17 dan Lampiran 19.
b. Konsistensi Internal
Tes yang peneliti gunakan untuk diujikan pada kelas eksperimen dan kontrol
sebelum diujicoba diluar populasi. Upaya untuk mendapatkan data yang akurat
maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria yang baik.
Berdasarkan hasil uji coba konsistensi internal dengan menggunakan rumus
korelasi product moment diperoleh 12 soal yang konsisten (valid). Data hasil
penelitian terhadap tes dapat dilihat pada Lampiran 6.
Hasil analisis butir soal tes komunikasi matematis dapat dilihat pada tabel di
123
Tabel 4.1 Validitas Soal Tes Komunikasi Matematis
No. Soal rxy Interpretasi Kriteria
1 0.489 rxy > 0,349 Valid 2 0.519 rxy > 0,349 Valid 3 0.505 rxy > 0,349 Valid 4 0.407 rxy > 0,349 Valid 5 0.501 rxy > 0,349 Valid 6 0.055 rxy < 0,349 Tidak valid 7 0.652 rxy > 0,349 Valid 8 0.589 rxy > 0,349 Valid 9 0.519 rxy > 0,349 Valid 10 0.194 rxy < 0,349 Tidak valid 11 -0.071 rxy < 0,349 Tidak valid 12 0.698 rxy > 0,349 Valid 13 0.666 rxy > 0,349 Valid 14 0.696 rxy > 0,349 Valid 15 0.671 rxy > 0,349 Valid
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 6)
Berdasarkan tabel di atas, perhitungan uji instrumen tes komunikasi
matematis berbentuk soal uraian sebanyak 15 butir soal dengan responden
sebanyak 32 peserta didik dimana α = 0,05 dan rtabel = 0,349 maka didapat 12 soal
yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 12, 13, 14 dan 15. Soal tersebut
dikatakan valid karena rhitung > rtabel dan didapat 3 soal yang tidak valid karena
rhitung < rtabel yaitu nomor 6, 10 dan 11.
c. Uji Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui soal
124
Tabel 4.2 Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Komunikasi Matematis
No. Soal Tingkat Kesukaran Keterangan
1 0,789 Terlalu Mudah 2 0,547 Sedang 3 0,539 Sedang 4 0,648 Sedang 5 0,828 Terlalu Mudah 6 0,297 Terlalu Sukar 7 0,445 Sedang 8 0,609 Sedang 9 0,547 Sedang
10 0,219 Terlalu Sukar 11 0,258 Terlalu Sukar 12 0,328 Sedang 13 0,578 Sedang 14 0,328 Sedang 15 0,555 Sedang
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 8)
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran terhadap 15 butir soal yang
diuji cobakan menunjukan terdapat 2 butir soal yang tergolong dalam tingkat
kesukaran terlalu mudah (0,71 ≤ P ≤ 1,00) yaitu soal nomor 1 dan 5. Terdapat 10
butir soal yang tergolong dalam tingkat kesukaran sedang (0,31 ≤ P ≤ 0,70) yaitu
nomor 2, 3, 4, 7, 8, 9, 12, 13, 14 dan 15. Selebihnya soal lainnya tergolong dalam
tingkat kesukaran terlalu sukar (0,00 ≤ P ≤ 0,30) yaitu butir soal nomor 6, 10 dan
11.
125
berkemampuan tinggi dan peserta didik yang berkemampuan rendah. Adapun
hasil analisis daya pembeda butir soal tes komunikasi matematis dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Daya Pembeda Butir Soal Tes Komunikasi Matematis
No. Soal Daya
Pembeda Keterangan 1 0,234 Cukup 2 0,219 Cukup 3 0,266 Cukup 4 0,172 Jelek 5 0,188 Jelek 6 0,125 Jelek 7 0,203 Cukup 8 0,219 Cukup 9 0,219 Cukup 10 0,000 Jelek Sekali 11 0,016 Jelek 12 0,469 Baik 13 0,344 Cukup 14 0,469 Baik 15 0,359 Cukup
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 9)
Berdasarkan perhitungan daya pembeda butir soal menyatakan bahwa terdapat
1 butir soal tergolong jelek sekali karena mempunyai daya pembeda nol yaitu
nomor 10 dan 4 butir soal tergolong jelek yaitu butir soal nomor 4, 5, 6, 11. Soal
tersebut dikatakan jelek karena (0,00 < DP ≤ 0,20) sedangkan 8 butir soal
tergolong cukup (0,21 < DP ≤ 0,40) yaitu butir soal nomor 1, 2, 3, 7, 8, 9, 13, 15
126
Setelah butir soal dilakukan uji validitas, uji tingkat kesukaran, dan daya
pembeda selanjutnya butir soal diujikan kedalam reliabilitas. Uji reliabilitas ini
bertujuan untuk mengetahui soal reliabil atau tidak (layak untuk digunakan atau
tidak). Uji reliabilitas soal menggunakan rumus alpha. Berdasarkan uji reliabilitas
yang telah dilakukan didapat nilai r11 = 0,780 karena r11 ≥ 0,70 sehingga dapat
disimpulkan bahwa butir-butir soal tersebut telah reliabil dan dapat digunakan
untuk penelitian. Perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 12.
f. Hasil Kesimpulan Instrumen Soal
Berdasarkan hasil perhitungan validitas, uji tingkat kesukaran, daya pembeda
dan reliabilitas maka dapat dibuat tabel kesimpulan sebagai berikut:
Tabel. 4.4 Kesimpulan Instrumen Soal
No
Soal Validitas Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda Reliabilitas Keterangan
1 Valid Terlalu Mudah Cukup Reliabil Tidak digunakan 2 Valid Sedang Cukup Reliabil Digunakan 3 Valid Sedang Cukup Reliabil Digunakan 4 Valid Sedang Jelek Reliabil Tidak digunakan 5 Valid Terlalu Mudah Jelek Reliabil Tidak digunakan 6 Tidak valid Terlalu Sukar Jelek Reliabil Tidak digunakan 7 Valid Sedang Cukup Reliabil Tidak digunakan 8 Valid Sedang Cukup Reliabil Digunakan 9 Valid Sedang Cukup Reliabil Tidak digunakan 10 Tidak valid Terlalu Sukar Jelek Sekali Reliabil Tidak digunakan 11 Tidak valid Terlalu Sukar Jelek Reliabil Tidak digunakan 12 Reliabil Digunakan
127
Dari 15 soal yang diujikan terdapat 12 soal yang valid, yaitu nomor 1, 2, 3, 4,
5, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15. Keduabelas butir soal tersebut peneliti hanya akan
menggunakan 7 soal yang akan diuji cobakan kedalam kelas eksperimen dan
kelas kontrol yaitu 2, 3, 7, 8, 12, 14, dan 15. Hal ini dikarenakan ke-7 soal
tersebut telah melalui uji validitas, uji tingkat kesukaran, uji daya pembeda dan
uji reliabilitas yang baik, serta ketujuh soal tersebut telah mencangkup indikator
komuniaksi matematis.
B. Deskripsi Data Amatan
Pengambilan data dilakukan setelah proses pembelajaran pada materi kubus dan
balok. Perangkat pembelajaaran dapat dilihat di Lampiran 15. Setelah data dari setiap
variabel terkumpul yaitu data tentang kemampuan komunikasi matematis dan
kecerdasan majemuk peserta didik, selanjutnya data tersebut dipergunakan untuk
menguji hipotesis penelitian. Data hasil penelitian dapat dilihat pada lampiran yang
diuraikan sebagai berikut.
C. Hasil Uji Prasyarat Untuk Pengujian Hipotesis
1. Hasil Tes Awal (Prettes) Komunikasi Matematis
Data kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada materi kubus dan
128
Tabel 4.5 Deskripsi Data Amatan Prettes Peserta Didik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Metode Pembelajaran (Xmax) (Xmin) Ukuran Tendensi Sentral �� Me Mo
Brain Storming 70,00 25,00 43,47 42,00 25,00 Konvensional 70,00 20,00 41,57 40,00 25,00
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 22)
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa nilai tertinggi pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 70,00, nilai terendah pada kelas
eksperimen adalah 25,00 dan 20,00 untuk kelas kontrol. Rata-rata (X�) pada kelas
eksperimen 43,47 dan pada kelas kontrol 41,57. Nilai tengah (median) pada kelas
eksperimen 42,00 dan untuk kelas kontrol 40,00 dan nilai yang sering muncul
(modus) pada kelas ekperimen dan kelas control sama yaitu 25,00. Selanjutnya,
penulis melakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh komunikasi
matematis peserta didik yang mendapatkan metode pembelajaran brain storming
dengan peserta didik yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
a) Hasil Uji Normalitas Tes Awal (Prettes) Komunikasi Matematis
Uji normalitas data dengan menggunakan metode Liliefors terhadap hasil
tes komuniksi matematis peserta didik dilakukan pada masing-masing
kelompok data yaitu kelas eksperimen (A1), kelas kontrol (A2). Rangkuman
hasil uji normalitas kelas data tersebut disajikan pada tabel berikut:
129
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prettes Data Komunikasi Matematis
No Kelas Lobservasi L0,05;n Keputusan
uji 1 Eksprimen (A1) 0,103 0,161 H0 diterima 2 Kontrol (A2) 0,078 0,167 H0 diterima
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 23 dan 24)
Hasil uji normalitas pada prettes yang terangkum dalam tabel di atas,
dengan taraf signifikan 5% tampak bahwa pada kelas eksperimen diperoleh
Lobservasi = 0,103 dan L0,05;n = 0,161. Hal ini berarti bahwa H0 diterima karena
Lobservasi < L0,05;n sehingga data pada kelas eksperimen normal. Pada kelas
kontrol, diperoleh Lobservasi = 0,078 dan L0,05;n = 0,167, karena Lobservasi < L0,05;n
maka hipotesis nol diterima, sehingga data pada kelas kontrol normal. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas data prettesnya berdistribusi normal.
b) Hasil Uji Homogenitas Tes Awal (Prettes) Komunikasi Matematis
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sempel memiliki
karakter yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan pada data variabel
terikat yaitu komunikasi matematis. Uji homogenitas data penelitian ini
menggunakan metode Bartlett. Hasil pengujian uji homogenitas dengan taraf
signifikan (α) 5% diperoleh dari χ2 tabel = 3,841 dan χ2 hitung = 0,095 untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut χ2
hitung ≤ χ2 tabel, sehingga H0 tidak ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan
130
2. Hasil Tes Akhir (posttes) Komunikasi Matematis
Data kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada materi kubus dan
balok baik dari kelas eksperimen maupun dari kelas kontrol diperoleh nilai
tertinggi (Xmax) dan nilai terendah (Xmin) baik kelas eksperimen maupun kelas
kontrol dan dicari ukuran tendensi sentral meliputi rataan (X�) yang dapat
dirangkum pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Deskripsi Data Amatan Posttes Peserta Didik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Motode Pembelajaran (Xmax) (Xmin) Ukuran Tendensi Sentral �� Me Mo
Brain Storming 100,00 53,00 72,20 72,00 70,00 Konvensional 90,00 50,00 70,00 71,00 78,00
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 27) Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai tertinggi pada kelas eksperimen
100,00 dan kelas kontrol 90,00 dan nilai terendah pada kelas eksperimen adalah
53,00 dan 50,00 untuk kelas kontrol. Rata-rata (X�) pada kelas eksperimen 72,00
dan pada kelas kontrol 70,00. Nilai tengah (median) pada kelas eksperimen 72,00
dan 71,00 untuk kelas kontrol, dan nilai yang sering muncul (modus) pada kelas
ekperimen adalah 70,00 dan 78,00 untuk kelas kontrol. Selanjutnya, penulis
melakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh komunikasi matematis
peserta didik yang mendapatkan metode pembelajaran brain storming dengan
131
a) Hasil Uji Normalitas Tes Akhir (Posttes) Komunikasi Matematis
Uji normalitas data dengan menggunakan metode Liliefors terhadap hasil
tes komunikasi matematis peserta didik dilakukan pada masing-masing
kelompok data yaitu kelas eksperimen (A1), kelas kontrol (A2). Rangkuman
hasil uji normalitas kelas data tersebut disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Posttes Data Komunikasi Matematis
No Kelas Lobservasi L0,05;n Keputusan uji 1 Eksprimen(A1) 0,088 0,161 H0 diterima 2 Kontrol(A2) 0,081 0,167 H0 diterima
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 28 dan 29)
Hasil uji normalitas pada posttes yang terangkum dalam (Tabel 4.8),
dengan taraf signifikan 5% tampak bahwa pada kelas eksperimen diperoleh
Lobservasi = 0,088 dan L0,05;n = 0,161. Hal ini berarti bahwa H0 diterima karena
Lobservasi < L0,05;n sehingga data pada kelas eksperimen normal. Pada kelas
kontrol, diperoleh Lobservasi = 0,088 dan L0,05;n = 0,167 karena Lobservasi < L0,05;n
maka hipotesis nol dietrima, sehingga data pada kelas kontrol normal. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas data posttesnya berdistribusi normal.
b) Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir (Posttes) Komunikasi Matematis
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sempel memiliki
karakter yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan pada data variabel
terikat yaitu komunikasi matematis. Uji homogenitas data penelitian ini
132
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut χ2
hitung ≤ χ2 tabel, sehingga H0 tidak ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sampel berasal dari populasi yang sama (homogen).
3. Data Nilai Tes Peningkatan Komunikasi Matematis Peserta Didik
Kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi (Xmax) dan nilai terendah (Xmin) baik
untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan dicari ukuran tendensi sentral
meliputi rataan (X�), median (Me), modus (Mo) yang dapat dirangkum pada tabel
berikut:
Tabel 4.9 Deskripsi Data Amatan N-gain Komunikasi Matematis
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Metode Pembelajaran (Xmax) (Xmin) Ukuran Tendensi Sentral �� Me Mo
Brain storming 1,000 0,277 0,529 0,518 0,500 Konvensional 0,714 0,091 0,497 0,500 0,500
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 32)
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa (Xmax) N-gain komunikasi
matematis pada kelas eksperimen adalah 1,000 dan kelas kontrol 0,714 dan (Xmin)
N-gain komunikasi matematis pada kelas eksperimen adalah 0,277 dan 0,091
untuk kelas kontrol. Rata-rata (X�) pada kelas eksperimen 0,529 dan pada kelas
kontrol 0,497. Nilai tengah (median) pada kelas eksperimen 0,518 dan 0,500
untuk kelas kontrol, dan nilai yang sering muncul (modus) pada kelas ekperimen
133
mendapatkan metode pembelajaran brain storming dengan peserta didik yang
mendapatkan pembelajaran konvensional.
a) Normalitas N-gain Komunikasi Matematis
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat yang
pertama dalam menentukan uji hipotesis yang akan dilakukan. Uji normalitas
data dengan menggunakan metode Liliefors terhadap hasil tes komunikasi
matematis peserta didik dilakukan dengan masing-masing kelompok data
yaitu kelas eksperimen (A1), kelas kontrol (A2). Perhitungan uji normalitas
komunikasi matematis peserta didik pada masing-masing kelas selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 33 dan 34. Rangkuman hasil uji normalitas kelas
data tersebut disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas N-gain Data Komunikasi Matematis
No Kelas Lobservasi L0,05;n Keputusan uji 1 Eksprimen(A1) 0,153 0,161 H0 diterima 2 Kontrol(A2) 0,131 0,167 H0 diterima
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 33 dan 34)
Hasil uji normalitas N-gain data komunikasi matematis yang terangkum
dalam tabel di atas, dengan taraf signifikan 5% tampak bahwa pada kelas
eksperimen diperoleh Lobservasi = 0,153 dan L0,05;n = 0,161. Hal ini berarti H0
diterima karena L < L sehingga data N-gain komunikasi matematis
134
sehingga data N-gain komunikasi matematis pada kelas kontrol normal. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas data N-gain komunikasi matematis
berdistribusi normal.
b) Homogenitas N-gain Komunikasi Matematis
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varians
populasi data adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat yang
kedua dalam menentukan uji hipotesis yang akan digunakan. Uji homogenitas
varians data penelitian ini menggunakan uji Bartlett. Hasil pengujian uji
homogenitas dengan taraf signifikan (α) = 5% diperoleh χ2 tabel = 3,841 dan
hasil perhitungan diperoleh χ2 observasi = 0,339.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa harga statistik
uji tidak melebih harga kritiknya, sehingga H0 diterima atau sampel berasal
dari populasi yang sama (homogen). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
Lampiran 35.
4. Hasil Angket Kecerdasan Majemuk
Data kecerdasan majemuk peserta didik pada materi Kubus dan Balok baik
dari kelas eksperimen maupun dari kelas kontrol, diperoleh nilai tertinggi (Xmax)
dan nilai terendah (Xmin) baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan dicari
ukuran tendensi sentral meliputi rataan (X�) yang dapat dirangkum pada tebel
135
Tabel 4.11 Deskripsi Data Amatan Angket Kecerdasan Majemuk Peserta Didik
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Metode
Pembelajaran (Xmax) (Xmin) Ukuran Tendensi Sentral
�� Me Mo Brain storming 95,00 66,00 75,37 74,00 67,00 Konvensional 90,00 60,00 72,39 71,00 68,00
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 37) Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa nilai tertinggi pada kelas eksperimen
95,00 dan kelas kontrol 90,00 dan nilai terendah pada kelas eksperimen adalah
66,00 dan 60,00 untuk kelas kontrol. Rata-rata (X�) pada kelas eksperimen 75,37
dan pada kelas kontrol 72,39. Nilai tengah (median) pada kelas eksperimen 74,00
dan 71,00 untuk kelas kontrol dan nilai yang sering muncul (modus) pada kelas
ekperimen 67,00 dan 68,00 untuk kelas kontrol. Selanjutnya, penulis melakukan
uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh kecerdasan majemuk peserta didik yang
mendapatkan metode pembelajaran brain storming dengan peserta didik yang
mendapatkan pembelajaran konvensional.
a) Hasil Uji Normalitas Angket Akhir Kecerdasan Majemuk
Uji normalitas data dengan menggunakan metode Liliefors terhadap hasil
angket kecerdasan majemuk peserta didik dilakukan pada masing-masing
kelompok data yaitu kelas eksperimen (A1), kelas kontrol (A2). Rangkuman
hasil uji normalitas kelas data tersebut disajikan pada tabel berikut:
136
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 38 dan 39)
Hasil uji normalitas pada angket kecerdasan majemuk dalam table 4.12,
dengan taraf signifikan 5% tampak bahwa pada kelas eksperimen diperoleh
Lobservasi = 0,158 dan L0,05;n = 0,161. Hal ini berarti H0 diterima karena Lobservasi
< L0,05;n sehingga data pada kelas eksperimen normal. Pada kelas kontrol,
diperoleh Lobservasi = 0,118 dan L0,05;n = 0,167, karena Lobservasi < L0,05;n, maka
hipotesis nol diterima, sehingga data pada kelas kontrol normal. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas data angket kecerdasan majemuk berdistribusi
normal.
b) Hasil Uji Homogenitas Angket Akhir Kecerdasan Majemuk
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sempel memiliki
karakter yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan pada data variabel
terikat yaitu kecerdasan majemuk. Uji homogenitas varians data penelitian ini
menggunakan uji Bartlett. Hasil pengujian uji homogenitas dengan taraf
signifikan (α) 5% diperoleh dari χ2tabel = 3,841, dan χ2
hitung = 0,249 untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
χ2hitung ≤ χ2
tabel, sehingga tidak tolak H0, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sampel berasal dari populasi yang sama (homogen).
D. Uji Hipotesis Penelitian
1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
137
menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dapat dilakukan.
Hasil perhitungan anava dua jalan sel tak sama disajikan pada tabel sebagai
berikut. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 47.
Tabel 4.13 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
Sumber JK Dk RK Fobs Fα
Metode Pembelajaran(A) 269834.482 1 269834.482 12012.011 4.027 Kecerdasan Majemuk(B) 2657.871 2 1328.935 59.159 3.175 Interaksi (AB) 13.660 2 6.830 0.304 3.175 Galat 1168.114 52 22.464 - - Total 273674.126 57 - - -
Sumber: Pengolahan Data (Perhitungan pada Lampiran 47)
Berdasarkan tabel 4.13, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Fobs = 12012,011 dan Ftabel = 4,027, karena Fobs > Ftabel, sehingga H0A ditolak.
Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran brain storming
terhadap peningkatan komunikasi matematis peserta didik.
2. Fobs = 59,159 dan Ftabel = 3,175, karena Fobs > Ftabel, sehingga H0B ditolak. Hal
ini berarti bahwa terdapat pengaruh kecerdasan majemuk (kecerdasan logis
matematika, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal) terhadap
peningkatan komunikasi matematis peserta didik.
3. Fobs = 0,304 dan Ftabel = 3,175, karena Fobs < Ftabel, sehingga H0AB diterima.
138
2. Uji Scheffe
1) Dari hasil perhitungan anava diperoleh bahwa H0A ditolak, tetapi karena
metode pembelajaran hanya memiliki dua kategori maka untuk antar baris
tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda. Meskipun dilakukan komparasi
ganda, dapat dipastikan bahwa hipotesis nol ditolak. Hasil perhitungan untuk
rataan dan rataan marginal telah terangkum pada Tabel 4.14
Tabel 4.14 Rangkuman Data Amatan, Rataan dan Rataan Marginal
Metode Kecerdasan Majemuk Rataan
Pembelajaran Logis matematika intrapersonal Interpersonal Marginal
Brain storming 87.167 71.923 73.000 77.363 Konvensional 87.000 69.214 71.000 75.738 Rataan Marginal 87.083 70.569 72.000
Sumber : pengolahan data (perhitungan lampiran 47) Dari Tabel 4.14, diperoleh hasil bahwa untuk rataan marginal pada
metode pembelajaran brain storming lebih besar dari pada rataan marginal
pada metode pembelajaran konvensional, sehingga dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran brain storming lebih baik dibandingkan metode
pembelajaran konvensional.
2) Dari hasil perhitungan anava diperoleh hasil bahwa H0B ditolak. Kecerdasan
majemuk peserta didik terdiri dari tiga kategori yaitu kecerdasan logis
139
kelompok data, yaitu kelompok rataan marginal dari kecerdasan logis
matematika dengan rataan marginal dari kecerdasan intrapersonal (µ1 vs µ2),
kelompok rataan marginal dari kecerdasan logis matematika dengan rataan
marginal dari kecerdasan interpersonal (µ1 vs µ3), dan kelompok rataan
marginal dari kecerdasan intrapersonal dengan rataan marginal dari
kecerdasan interpersonal(µ2 vs µ3). Uji komparasi ganda antar kolom telah
terangkum pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
No Komparasi Fhitung Ftabel Keputusan 1 μ1 vs μ2 88,597 6,350 H0 ditolak 2 μ� vs μ3 68,607 6,350 H0 ditolak 3 μ2 vs μ3 1,077 6,350 H0 diterima
Hasil perhitungan uji komparasi ganda antar kolom selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 62. Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi ganda antar
kolom pada Tabel 4.22 dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1) Antara μ1vs μ2 diperoleh Fhitung = 88,597 dan Ftabel = 6,350. Berdasarkan
perhitungan tersebut terlihat bahwa DK = {F │F > (2) (3,175)} = {F │F >
6,350}; Fhitung = 88,597 ∈ DK. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh peningkatan komunikasi
matematis antara peserta didik yang memiliki kecerdasan logis matematis dan
140
2) Antara μ1vs μ3 diperoleh Fhitung = 68,607 dan Ftabel = 6,350. Berdasarkan
perhitungan tersebut terlihat bahwa DK = {F │F > (2) (3,175)} = {F │F >
6,350}; Fhitung = 68,607 ∈ DK. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh peningkatan komunikasi
matematis antara peserta didik yang memiliki kecerdasan logis matematis dan
interpersonal pada peserta didik yang memperoleh metode pembelajaran brain
storming dari pada peserta didik yang memperoleh metode pembelajaran
konvensional.
3) Antara μ2vs μ3 diperoleh Fhitung = 1,077 dan Ftabel = 6,350. Berdasarkan
perhitungan tersebut terlihat bahwa DK = {F │F > (2) (3,175)} = {F │F >
6,350}; Fhitung = 1,077 ∈ DK. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh peningkatan komunikasi
matematis antara peserta didik yang memiliki kecerdasan intrapesonal dan
kecerdasan interpersonal pada peserta didik yang memperoleh metode
pembelajaran brain storming dari pada peserta didik yang memperoleh
metode pembelajaran konvensional.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Terdapat pengaruh peningkatan komunikasi matematis peserta didik yang mengikuti pembelajaran mengunakan metode pembelajaran brain storming
141
Penelitian ini mempunyai tiga variabel yang menjadi objek penelitian, yaitu
variabel bebas berupa metode pemelajaran brain storming dan kecerdasan
majemuk, sedangkan variabel terikatnya komunikasi matematis peserta didik. Pada
penelitian ini penulis mengambil sample kelas VIII D dan VIII E yang berjumlah
58 peserta didik. Penulis meneliti dengan sampel dua kelas yaitu kelas VIII D
mengunakan metode pembelajaran konvesional dan kelas VIII A menggunakan
metode pembelajaran brain storming. Pembelajaran dalam penelitian ini
menggunakan materi kubus dan balok, kemudian untuk mengumpulkan data-data
untuk pengujian hipotesis, penulis mengajarkan materi kubus dan balok dengan
menggunakan metode pembelajaran brain storming dan konvesional.
Berdasarkan teori menyatakan bahwa metode brain storming (curah pendapat)
adalah kelompok menyalurkan ide-ide tanpa dinilai segera dan setiap anggota
kelompok mengeluarkan pendapatnya. Kegiatan dalam pembelajaran ini untuk
menghimpun gagasan dan pendapat dalam rangka menemukan, memilih, dan
menentukan berbagai pernyataan sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang
berkaitan dengan kebutuhan belajar, sumber-sumber, hambatan dan lain
sebagainya. Langkah-langkah pembelajaran brain storming diantaranya, 1) guru
menyampaikan materi pembelajaran tujuan pembelajaran matematika 2) guru
membentuk kelompok-kelompok secara hererogen dengan 4–6 tiap kelompok 3)
guru memberikan suatu permasalahan (berupa LKK) kepada peserta didik 4) tiap
142
6)apabila permasalahan belum ditemukan penyelesaiannya maka guru
memberikan gambaran penyelesaian soal, 7) salah satu kelompok
mempersentasikan hasil diskusinya 8) peserta didik menyimpulkan penyelesaian
permasalahan sesuai petunjuk guru, 9) evaluasi. Pembelajaran yang seperti ini
akan melatih peserta didik untuk memperkirakan sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki oleh peserta didik dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di
samping kecakapan kognitif, dan peserta didik memiliki dua bentuk tanggung
jawab belajar yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan belajar untuk membantu
sesama anggota kelompoknya.
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang ditransformasikan
langsung oleh guru kepada peserta didik sehingga perhatian lebih berpusat kepada
guru sedangkan peserta didik hanya menerima secara pasif yaitu hanya
mendengarkan, menyimak, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru
sementara tidak semua peserta didik memiliki keterampilan dalam hal-hal
tersebut, sehingga guru masih harus mengajarkannya kepada peserta didik. Ketika
menghadapi soal, peserta didik hanya mengerjakan secara individu. Peserta didik
cenderung enggan untuk bertanya kepada guru, karena peserta didik belum
terbiasa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
Selain berdasarkan teori di atas, faktor lain yang menyebabkan kemampuan
komunikasi lebih baik jika diajar dengan metode pembelajaran brain storming
143
Dalam proses pembelajaran peserta didik diberikan materi dan LKK untuk di
diskusikan dengan kelompok. Dengan diberikan LKK peserta didik terlihat
antusias dalam mengerjakan soal, peserta didik saling berlomba untuk terlebih
dahulu mengerjakan soal yang ada dalam LKK. Soal yang ada dalam LKK adalah
soal-soal yang menyangkut materi kubus dan balok, peneliti juga memberikan
nilai tambah untuk peserta didik yang berani mempersentasikan hasil diskusinya,
dengan adanya nilai tambah peserta didik terlihat saling berlomba dalam
mengerjakan soal. Dengan bekerjasama, berdiskusi kelompok peserta didik lebih
aktif dan peserta didik mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan baik.
Berdasarkan hal tersebut, tentunya peserta didik akan menghasilkan
kemampuan komunikasi matematis yang lebih baik jika diajar dengan metode
pembelajaran brain storming dari pada menggunakan metode pembelajaran
konvensional. Hal tersebut sesuai dengan hasil pada penelitian ini yang
menyatakan bahwa peserta didik yang memperoleh metode pembelajaran brain
storming lebih baik dari pada peserta didik yang memperoleh metode
pembelajaran konvensional terhadap kemampuan komunikasi matematis.
2. Terdapat pengaruh kecerdasan majemuk (kecerdasan logis matematika,
kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal terhadap komunikasi matematis peserta didik) Bedasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa terdapat
144
metode pembelajaran konvensional. Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui
perbedaan yang signifikan hanyalah antara kecerdasan logis matematika dan
kecerdasan intrapersonal serta kecerdasan logis matematika dan kecerdasan
intrepersonal saja. Berdasarkan hal tersebut, kesimpulannya adalah peserta didik
dengan kecerdasan logis matematika lebih baik dari peserta didik dengan
kecerdasan intrapersonal dan interpersonal terhadap peningkatan kemampuan
komunikasi matematis.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil perhitungan pada Tabel 4.14 antara
kecerdasan logis matematika dan kecerdasan interpersonal. Peserta didik dengan
kecerdasan logis matematika cenderung lebih aktif dan ikut serta dalam
pembelajaran, seperti banyak mengajukan pertanyaan yang bersifar analisis,
menggunakan keterampilan matematika yang beragam, menghitung dengan cepat
di luar kepala, maju kedepan untuk mengerjakan soal, mudah untuk menangkap
dan menerima materi pembelajaran sehingga kemampuan komunikasi
matematisnya akan lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki kecerdasan
intrapersonal dan kecerdasan interpersonal.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang
memiliki kecerdasan logis matematika memiliki peningkatan kemampuan
komunikasi matematis yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang
memiliki kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal.
145
3. Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan angket kecerdasan majemuk terhadap komunikasi matematis peserta didik Pengujian hipotesisi ini menggunakan analisis variasi dua jalan dengan sel tak
sama. Berdasarkan hasil uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama bahwa
H0AB diterima, penolakan H0 mengenai perbedaan metode pembelajaran menurut
interaksi komunikasi matematis bahwa tidak terdapat hubungan antara kecerdasan
majemuk dengan metode pembelajaran.
Ditinjau dari kecerdasan majemuk secara menyeluruh, terdapat juga
perbedaaan kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada setiap kategori
kecerdasan. Peserta didik dari kategori kecerdasan logis matematika, kemampuan
komunikasi matamatis lebih baik dibandingkan dengan peserta didik dengan
kategori kecerdasan intrapersonal, peserta didik dari kategori kecerdasan
intrapersonal kemampuan komunikasi mateamtis lebih baik dibandingkan dengan
peserta didik dengan kategori kecerdasan interpersonal, yang paling buruk
kemampuan komunikasi matematis yaitu peserta didik dari kategori kecerdasan
interpersonal.
Hasil uji coba menyatakan tidak terdapat hubungan antara kecerdasan
majemuk dengan metode pembelajaran. Hal ini bererti bahwa kecerdasan
majemuk dan metode pembelajaran tidak memberikan pengaruh yang signifikan
146
melalui uji statistik menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada
kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang memperoleh metode
pembelajaran brain storming dengan peserta didik yang memperoleh metode
pembelajaran konvesional. Hal ini menunjukkan bahwa dengan metode brain
storming kemampunan komunikasi peserta didik akan lebih baik.
Secara teori bahwa terdapat hal yang dapat mempengaruhi peningkatan
kemampuan komunikasi matematis, yaitu metode pembelajaran dan kecerdasan
majemuk peserta didik. Peserta didik dengan kecerdasan logis matematis akan
lebih cocok dengan metode pembelajaran brain storming, namun tidak dengan
peserta didik yang memiliki kecerdasan intrapersonal. Hal ini dikarenakan dalam
menggunakan metode pembelajaran brain storming, peserta didik perlu
memahamai berbagai materi pembelajaran dan menggunakan prosedur dalam
mempelajari dan mengerjakan soal. Proses belajar mengajar yang seperti itu yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik.
Proses belajar mengajar yang menggunakan metode pembelajaran konvensional,
peserta didiknya lebih terkesan pasif karena peserta didik hanya menerima apa
saja yang disampaikan oleh guru. Peserta didik yang memiliki logis matematis
akan merasa lebih cocok ketika menggunakan metode pembelajaran brain
storming. Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan bahwa peserta didik yang
memiliki kecerdasan logis matematis akan lebih cepat beradaptasi dengan metode
147
didik. Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori tersebut diduga disebabkan
adanya peserta yang tidak jujur dalam mengisi angket dan adanya kerjasama
dalam mengerjakan soal tes. Akibatnya akan berpengaruh terhadap hasil yang
tidak sesuai dengan teori, yang seharusnya ada interaksi antara metode
pembelajaran dan kecerdasan majemuk peserta didik terhadap peningkatan
kemampuan komunikasi matematis peserta didik.
148
149
LAMPIRAN
150
Lampiran 1
DAFTAR NAMA PESERTA DIDIK UJI COBA INSTRUMEN KELAS IX A
No Nama Kode 1 Ahmad Alfian UC-01 2 Ahmad Ramdhoni UC-02 3 Ajeng Yuswanita UC-03 4 Annisa UC-04 5 Arif Istiqmal UC-05 6 Asqo Lika Nugraha UC-06 7 Cahya Zila Asriani UC-07 8 Cindy Salsabila UC-08 9 Devi Sagitha A UC-09
10 Dwi Septiani UC-10 11 Ekantari Magandha P UC-11 12 Erika Tri Risca UC-12 13 Fahruniza UC-13 14 Faisal Aqil R UC-14 15 Fitria Wulandari R UC-15 16 Hana Salsabila Putri UC-16 17 Khalid Ahmad R UC-17 18 M. Galib Riswandi UC-18 19 M. Fadhil Surya UC-19 20 Melani Yunisa B UC-20 21 Nabilah Dwi Sendika UC-21 22 Nurul Salsabila UC-22 23 Orizawati UC-23 24 Rafi Putra Al Hari UC-24 25 Rahma Ayu Nuansa P UC-25 26 Ricky Surisno Putra UC-26 27 Rizki Ayu Savitri UC-27 28 Salma Shakira UC-28 29 Siti Aisah UC-29 30 Tiara Kurnia F UC-30 31 Yoga Pratama Putra UC-31 32 Yudhatama Dimas S UC-32
151
Lampiran 2
KISI-KISI UJI COBA TES UNTUK MENGETAHUI
KOMUNIKASI MATEMATIS
Nama Sekolah : MTs Ma’arif 01Punggur
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII/ Genap
Kompetensi Inti :
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perlakuan jujur, disiplin,
tanggungjawab,peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyajika, dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
152
4.Menghitung luas dan permukan volume kubus dan balok
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
1. Memahami
sifat-sifat kubus,
balok, dan
bagian-
bagiannya, serta
menentukan
ukurannya.
1. Mengidentifikasi
bagian dan sifat-sifat
kubus, balok.
1. Mengidentifikasi sifat-sifat
kubus, balok, serta bagian-
bagiannya.
2. Membuat jaring-
jaring kubus dan
balok.
2. Membuat serta melukiskan
jaring-jaring pada kubus dan
balok.
3. Menghitung luas
permukaan dan
volume kubus dan
balok.
3. Menyelesaikan soal-soal
dengan perhitungan volume
serta luas permukaan pada
kubus dan balok.
No. Indikator
Komunikasi Matematis No. Item
Tes
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika. 9, 12
2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan diagram.
13, 14
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika. 7, 10
153
6. Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi. 6, 8, 11
7. Menjelaskan dan mebuat pertanyaan tentang matematika yang di pelajari 1, 15
154
Lampiran 3
SOAL UJI COBA INSTRUMEN KOMUNIKASI MATEMATIS
1. Sebuatkan minimal tiga bagian-bagian kubus dan balok !
2. Perhatikan balok ABCD. EFGH di samping
sebutkan titik sudut, rusuk-rusuk, bidang sisi, dan diagonal ruangnya !
3. Perhatikanlah kubus di bawah ini.
Jika diketahui panjang sisi kubus adalah a, maka tentukanlah rumus Volume dan
Luas permukaan kubus tersebut !
4. Perhatikanlah kubus di bawah ini.
155
5. Sebutkan minimal tiga sifat dari gambar balok dibawah ini yang kamu ketahui!
6. Sebuah kubus memiliki volume 343 cm3. Jika panjang rusuk kubus tersebut
diperbesar menjadi tiga kali panjang rusuk semula, tentukan volume kubus yang
baru !
7. Seorang tukang kayu ingin membuat sebuah almari kayu berbentuk balok dengan
ukuran panjang 1,5 m, lebar 0,5 m, dan tinggi 0,3 m, berapakah uang yang
dibutuhkan tukang kayu tersebut untuk membeli kayu jika harga kayu untuk
membuat almari tersebut adalah rp. 25.000 tiap m ?
8. Panjang rusuk dua buah kubus masing-masing berbanding 3 cm : 9 cm berapakah
perbandingan volume kedua kubus tersebut ?
9. Titin membawa kado ulang tahun untuk Dika.
Kado tersebut berbentuk kubus. Panjang rusuk kado tersebut adalah 22 cm. Hitunglah volume kado tersebut!
10. Ibu Siti akan membuat etalase toko dari kaca yang berbentuk balok yang
berukuran panjang 100 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 70 cm, jika harga kaca
Rp.50.000,- permeter persegi, hitunglah biaya yang dibutuhkan untuk membuat
etalase tersebut!
156
4 cm
8 cm
8 cm
11. aaa
Pada gambar di atas terdapat sebuah balok yang diatasnya terletak sebuah kubus. Apabila balok tersebut memiliki panjang 10 cm, lebar 3 cm, dan tinggi 4 cm. Hitunglah volume balok dan kubus yang ada di atasnya!
12. Raisa dibri tugas oleh pak Toto untuk membuat sebuah jaring-jaring kubus yang
panjang rusuknya 8 cm. Jika jaring-jaring kubus tersebut terbuat dari kawat,
berapakah panjang kawat yang dibutuhkan untuk membuat jaring-jaring tersebut,
gambar jaring-jaring kubus seperti di bawah ini !
13. Gambarkan 3 jaring-jaring kubus yang berbeda!
14. Buatlah gambar jaring-jaring kubus yang panjang rusuknya 2 cm dan jaring-
jaring balok dengan panjang 3 cm, lebar 2 cm dan tinggi 1 cm! :
3 cm 10 cm
157
Lampiran 5
ANGKET KECERDASAN MAJEMUK
Nama :
No. Absen :
Kelas :
Petunjuk:
1. Pada angket berikut terdapat 21 butir pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap
pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu! 2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya.
Jangan terpengaruh oleh jawaban terhadap pernyataan lain maupun jawaban orang
lain!
3. Catat tanggapanmu pada kolom yang tersedia dengan memberikan tanda check
( √ ) sesuai keterangan pilihan jawaban!
TP = Tidak Pernah J = Jarang KD = Kadang-kadang SR = Sering SL = Selalu
4. Semua pertanyaan mohon dijawab tanpa ada yang terlewatkan
5. Semua pertanyaan hanya ada satu jawaban
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
TP J KD SR SL
1. Teman-teman meminta bantuan saya ketika mereka menemui masalah dalam matematika atau
158
4. Pelajaran yang saya sukai adalah matematika.
5. Saya menyukai tes profil kepribadian dan cara lain untuk mencari tahu tentang diri saya
6. Saya memberi masukan atau membantu orang lain untuk memecahkan masalah mereka.
7. Saya bisa menghitung dengan cepat dan tepat di ‘luar kepala’.
8. Saya menyadari perasaan, emosi, dan keyakinan diri sendiri dalam berbagai situasi.
9. Saya mengerti sesuatu yang bisa memotivasi orang lain, bahkan ketika mereka mencoba untuk menyembunyikannya
10. Saya memiliki cita-cita menjadi seorang kimiawan, ahli mesin, fisikawan, astronot atau matematikawan
11. Saya adalah orang yang penyendiri 12. Saya nyaman dan percaya diri dengan sekelompok
orang dalam kondisi apapun
13. Saya menemukan kepuasan pribadi ketika berurusan dengan angka
14. Saya yakin pada pendapat saya sendiri dan saya tidak mudah terpengaruh oleh orang lain
15. Saya mempunyai teman yanng banyak dan dalam jangkauan yang luas
16. Saya lebih suka pertanyaan yang memiliki jawaban yang pasti "Benar" atau "salah"
17. Saya lebih suka pergi ke suatu tempat tenang daripada tempat yang berisik
18. Saya lebih memilih pergi ke perkumpulan sosial daripada di rumah sendirian
19. Saya mengingat fakta, angka, dan rumus dengan Mudah
20. Saya suka menghabiskan waktu sendirian 21. Saya lebih suka bekerja sebagai bagian dari tim
daripada sendirian
Sumber : Rogers indicator of multiple intelligences
129
VALIDITAS UJI COBA INSTRUMEN TES KOMUNIKASI MATEMATIS
Soal ∑Y
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 2 4 2 4 2 2 4 2 1 1 4 4 4 4 44 3 2 4 4 2 1 3 3 0 1 0 4 0 2 33 2 0 3 4 0 1 1 2 1 0 0 4 0 2 23 2 4 4 4 1 2 2 2 0 1 1 2 1 4 34 3 2 4 4 2 3 3 3 0 2 1 1 1 2 35 2 3 2 2 0 2 2 2 2 0 1 0 1 3 23 2 4 2 4 0 2 2 2 1 1 4 3 4 4 39 4 2 4 2 0 2 2 4 0 0 4 2 4 4 36 3 2 2 3 1 1 1 3 2 1 0 1 0 4 27 2 1 2 4 2 2 2 2 1 2 3 4 3 2 33 3 1 4 4 1 3 4 3 3 1 4 4 4 2 45 4 1 4 3 1 3 3 4 0 1 3 3 3 1 38 2 3 4 4 4 1 1 2 2 0 0 3 0 3 32 1 4 2 4 1 0 4 1 0 1 0 0 0 0 20 2 3 2 2 3 2 4 2 1 1 1 3 1 3 34 3 4 1 4 0 4 4 3 0 2 3 4 3 4 43 1 0 1 2 1 1 1 1 0 2 0 1 0 2 14 1 2 3 4 1 2 2 1 0 1 1 2 1 0 24 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 0 1 0 20 2 2 1 4 1 2 2 2 1 1 4 1 4 2 33 2 0 2 4 1 2 2 2 2 1 0 2 0 1 22
130
2 1 1 2 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 15 2 2 4 4 1 2 2 2 2 1 0 3 0 2 31 1 1 3 2 1 2 2 1 0 1 0 2 0 1 21 2 2 2 2 2 4 4 2 1 2 0 4 0 2 31 3 2 2 4 2 1 4 3 0 2 0 4 0 2 33 2 4 4 4 1 2 2 2 4 1 1 2 1 4 38 3 2 2 2 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 18 2 0 1 4 1 1 4 2 1 1 0 3 0 2 24 3 4 3 4 1 3 4 3 0 0 3 4 3 4 43 1 3 4 4 0 1 4 1 1 0 1 4 1 3 32 2 2 3 2 1 1 1 2 1 1 2 0 2 2 24
0.519 0.505 0.407 0.501 0.055 0.652 0.589 0.519 0.194 -0.071 0.696 0.666 0.696 0.671 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
V V V V TV V V V TV TV V V V V
131
Lampiran 7
PERHITUNGAN UJI VALIDITAS TIAP BUTIR SOAL
Berikut ini perhitungan validitas untuk butir soal nomor 1:
��� ���∑ ��� � �∑ ���∑ ��
����∑���� � �∑ �������∑ ��� � �∑ ����
��� �32�3181� � �101 x 962�
��32�357� � �101����32�31212� � �962���
= ������������ ������� �
= ����√��������
= ��������,���
= 0,489 ≥ 0,349, karena rhitung ≥ rtabel, maka instrumen dinyatakan valid.
132
ANALISIS TINGKAT KESUKARAN TES KOMUNIKASI MATEMATIS
SOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 4 2 4 2 4 2 2 4 4 3 2 4 4 2 1 3 3 2 0 3 4 0 1 1 4 2 4 4 4 1 2 2 4 3 2 4 4 2 3 3 1 2 3 2 2 0 2 2 4 2 4 2 4 0 2 2 2 4 2 4 2 0 2 2 3 3 2 2 3 1 1 1 1 2 1 2 4 2 2 2 4 3 1 4 4 1 3 4 4 4 1 4 3 1 3 3 3 2 3 4 4 4 1 1 2 1 4 2 4 1 0 4 4 2 3 2 2 3 2 4 4 3 4 1 4 0 4 4 1 1 0 1 2 1 1 1 3 1 2 3 4 1 2 2 4 1 2 1 2 2 1 1 4 2 2 1 4 1 2 2 1 2 0 2 4 1 2 2 3 2 1 1 2 2 0 0 4 2 2 4 4 1 2 2 4 1 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 3 2 2 4 2 1 4 4 2 4 4 4 1 2 2
133
4 3 2 2 2 0 1 1 2 2 0 1 4 1 1 4 4 3 4 3 4 1 3 4 4 1 3 4 4 0 1 4 2 2 2 3 2 1 1 1
101 70 69 83 106 38 57 78
4 4 4 4 4 4 4 4
32 32 32 32 32 32 32 32
128 128 128 128 128 128 128 128 0.789 0.547 0.539 0.648 0.828 0.297 0.445 0.609
Mudah Sedang Sedang Sedang Mudah Sukar Sedang Sedang
KODE Soal 9 10 11 12 13 14 15
UC-01 2 1 1 4 4 4 4 UC-02 3 0 1 0 4 0 2 UC-03 2 1 0 0 4 0 2 UC-04 2 0 1 1 2 1 4 UC-05 3 0 2 1 1 1 2 UC-06 2 2 0 1 0 1 3 UC-07 2 1 1 4 3 4 4 UC-08 4 0 0 4 2 4 4 UC-09 3 2 1 0 1 0 4 UC-10 2 1 2 3 4 3 2 UC-11 3 3 1 4 4 4 2 UC-12 4 0 1 3 3 3 1 UC-13 2 2 0 0 3 0 3 UC-14 1 0 1 0 0 0 0 UC-15 2 1 1 1 3 1 3 UC-16 3 0 2 3 4 3 4 UC-17 1 0 2 0 1 0 2 UC-18 1 0 1 1 2 1 0
134
UC-19 1 1 2 1 0 1 0 UC-20 2 1 1 4 1 4 2 UC-21 2 2 1 0 2 0 1 UC-22 2 0 2 0 0 0 0 UC-23 2 2 1 0 3 0 2 UC-24 1 0 1 0 2 0 1 UC-25 2 1 2 0 4 0 2 UC-26 3 0 2 0 4 0 2 UC-27 2 4 1 1 2 1 4 UC-28 3 0 0 0 0 0 0 UC-29 2 1 1 0 3 0 2 UC-30 3 0 0 3 4 3 4 UC-31 1 1 0 1 4 1 3 UC-32 2 1 1 2 0 2 2 70 28 33 42 74 42 71
Skor max 4 4 4 4 4 4 4 32 32 32 32 32 32 32
Skor max, N 128 128 128 128 128 128 128 0.547 0.219 0.258 0.328 0.578 0.328 0.555
Kriteria Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang
135
136
ANALISIS DAYA PEMBEDA
Soal ∑Y
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 3 1 4 4 1 3 4 3 3 1 4 4 4 2 45 2 4 2 4 2 2 4 2 1 1 4 4 4 4 44 3 4 1 4 0 4 4 3 0 2 3 4 3 4 43 3 4 3 4 1 3 4 3 0 0 3 4 3 4 43 2 4 2 4 0 2 2 2 1 1 4 3 4 4 39 4 1 4 3 1 3 3 4 0 1 3 3 3 1 38 2 4 4 4 1 2 2 2 4 1 1 2 1 4 38 4 2 4 2 0 2 2 4 0 0 4 2 4 4 36 3 2 4 4 2 3 3 3 0 2 1 1 1 2 35 2 4 4 4 1 2 2 2 0 1 1 2 1 4 34 2 3 2 2 3 2 4 2 1 1 1 3 1 3 34 3 2 4 4 2 1 3 3 0 1 0 4 0 2 33 2 1 2 4 2 2 2 2 1 2 3 4 3 2 33 2 2 1 4 1 2 2 2 1 1 4 1 4 2 33 3 2 2 4 2 1 4 3 0 2 0 4 0 2 33 2 3 4 4 4 1 1 2 2 0 0 3 0 3 32 1 3 4 4 0 1 4 1 1 0 1 4 1 3 32 2 2 4 4 1 2 2 2 2 1 0 3 0 2 31 2 2 2 2 2 4 4 2 1 2 0 4 0 2 31 3 2 2 3 1 1 1 3 2 1 0 1 0 4 27 1 2 3 4 1 2 2 1 0 1 1 2 1 0 24 2 0 1 4 1 1 4 2 1 1 0 3 0 2 24 2 2 3 2 1 1 1 2 1 1 2 0 2 2 24
137
2 0 3 4 0 1 1 2 1 0 0 4 0 2 23 2 3 2 2 0 2 2 2 2 0 1 0 1 3 23 2 0 2 4 1 2 2 2 2 1 0 2 0 1 22 1 1 3 2 1 2 2 1 0 1 0 2 0 1 21 1 4 2 4 1 0 4 1 0 1 0 0 0 0 20 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 0 1 0 20 3 2 2 2 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 18 2 1 1 2 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 15 1 0 1 2 1 1 1 1 0 2 0 1 0 2 14
138
KELOMPOK ATAS
Soal 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 3 1 4 4 1 3 4 3 3 1 4 4 4 2 2 4 2 4 2 2 4 2 1 1 4 4 4 4 3 4 1 4 0 4 4 3 0 2 3 4 3 4 3 4 3 4 1 3 4 3 0 0 3 4 3 4 2 4 2 4 0 2 2 2 1 1 4 3 4 4 4 1 4 3 1 3 3 4 0 1 3 3 3 1 2 4 4 4 1 2 2 2 4 1 1 2 1 4 4 2 4 2 0 2 2 4 0 0 4 2 4 4 3 2 4 4 2 3 3 3 0 2 1 1 1 2 2 4 4 4 1 2 2 2 0 1 1 2 1 4 2 3 2 2 3 2 4 2 1 1 1 3 1 3 3 2 4 4 2 1 3 3 0 1 0 4 0 2 2 1 2 4 2 2 2 2 1 2 3 4 3 2 2 2 1 4 1 2 2 2 1 1 4 1 4 2 3 2 2 4 2 1 4 3 0 2 0 4 0 2 2 3 4 4 4 1 1 2 2 0 0 3 0 3 42 43 47 59 23 35 46 42 14 17 36 48 36 47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
0.656 0.672 0.734 0.922 0.359 0.547 0.719 0.656 0.219 0.266 0.563 0.750 0.563 0.734
139
KELOMPOK BAWAH
Soal 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 3 4 4 0 1 4 1 1 0 1 4 1 3 2 2 4 4 1 2 2 2 2 1 0 3 0 2 2 2 2 2 2 4 4 2 1 2 0 4 0 2 3 2 2 3 1 1 1 3 2 1 0 1 0 4 2 2 3 2 1 1 1 2 1 1 2 0 2 2 1 2 3 4 1 2 2 1 0 1 1 2 1 0 2 0 1 4 1 1 4 2 1 1 0 3 0 2 2 0 3 4 0 1 1 2 1 0 0 4 0 2 2 3 2 2 0 2 2 2 2 0 1 0 1 3 2 0 2 4 1 2 2 2 2 1 0 2 0 1 1 1 3 2 1 2 2 1 0 1 0 2 0 1 1 4 2 4 1 0 4 1 0 1 0 0 0 0 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 0 1 0 3 2 2 2 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 2 1 1 2 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 1 1 0 2 0 1 0 2 28 26 36 47 15 22 32 28 14 16 6 26 6 24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
0.438 0.406 0.563 0.734 0.234 0.344 0.500 0.438 0.219 0.250 0.094 0.406 0.094 0.375
140
HASIL UJI DAYA BEDA
Soal 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.438 0.406 0.563 0.734 0.234 0.344 0.500 0.438 0.219 0.250 0.094 0.406 0.094 0.375 0.438 0.406 0.563 0.734 0.234 0.344 0.500 0.438 0.219 0.250 0.094 0.406 0.094 0.375 0.219 0.266 0.172 0.188 0.125 0.203 0.219 0.219 0.000 0.016 0.469 0.344 0.469 0.359
C C JLK JLK JLK C C C JS JLK B C B C
140
Lampiran 11
Perhitungan Manual Daya Beda Dan Tingkat Kesukaran
Uji Coba Tes Komunikasi Matematis
Daya Beda Tingkat Kesukaran D = ������ ����� ����������� ����� �����
���� ��������
= �,�����,�����
= 0,234
P � ∑ ��� �
= ��������
= 0,789
141
ANALISIS RELIABILITAS
Soal ∑Y
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 2 4 2 4 2 2 4 2 1 1 4 4 4 4 44 3 2 4 4 2 1 3 3 0 1 0 4 0 2 33 2 0 3 4 0 1 1 2 1 0 0 4 0 2 23 2 4 4 4 1 2 2 2 0 1 1 2 1 4 34 3 2 4 4 2 3 3 3 0 2 1 1 1 2 35 2 3 2 2 0 2 2 2 2 0 1 0 1 3 23 2 4 2 4 0 2 2 2 1 1 4 3 4 4 39 4 2 4 2 0 2 2 4 0 0 4 2 4 4 36 3 2 2 3 1 1 1 3 2 1 0 1 0 4 27 2 1 2 4 2 2 2 2 1 2 3 4 3 2 33 3 1 4 4 1 3 4 3 3 1 4 4 4 2 45 4 1 4 3 1 3 3 4 0 1 3 3 3 1 38 2 3 4 4 4 1 1 2 2 0 0 3 0 3 32 1 4 2 4 1 0 4 1 0 1 0 0 0 0 20 2 3 2 2 3 2 4 2 1 1 1 3 1 3 34 3 4 1 4 0 4 4 3 0 2 3 4 3 4 43 1 0 1 2 1 1 1 1 0 2 0 1 0 2 14 1 2 3 4 1 2 2 1 0 1 1 2 1 0 24 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 0 1 0 20 2 2 1 4 1 2 2 2 1 1 4 1 4 2 33 2 0 2 4 1 2 2 2 2 1 0 2 0 1 22 2 1 1 2 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 15 2 2 4 4 1 2 2 2 2 1 0 3 0 2 31
142
1 1 3 2 1 2 2 1 0 1 0 2 0 1 21 2 2 2 2 2 4 4 2 1 2 0 4 0 2 31 3 2 2 4 2 1 4 3 0 2 0 4 0 2 33 2 4 4 4 1 2 2 2 4 1 1 2 1 4 38 3 2 2 2 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 18 2 0 1 4 1 1 4 2 1 1 0 3 0 2 24 3 4 3 4 1 3 4 3 0 0 3 4 3 4 43 1 3 4 4 0 1 4 1 1 0 1 4 1 3 32 2 2 3 2 1 1 1 2 1 1 2 0 2 2 24
1.233 0.673 1.684 1.281 0.867 0.867 0.951 1.544 0.673 1.016 0.483 2.351 2.286 2.351 1.854
73.931 20.1149
0.780 0.349
Reliabel
143
Lampiran 13
Perhitungan Manual Reliabilitas Uji Coba
Tes Komunikasi Matematis
��� �
∑ ��� � �∑ ����
� ��
� ����������
����
= 1,233
��� �
∑ ��� � �∑ ����
� ��
�31212 � �962��
3232
� 73, 931
��� ��
� � 1 �1 �∑ ��
�
��� �
143
��� �1514
�1 � 0,272�
��� � 1,071 x 0,728
��� �0,780 ≥ 0,349. Karena rhitung ≥ rtabel, maka instrumen tersebut dinyatakan
reliabel.
144
Analisi Hasil Tes Kecerdasan Majemuk ( kecerdasan yang dominan pada peserta didik)
Kelas Eksperimen
Nama (Kode) 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 23 23 24 14 19 23 21 22 18 22 22 13 11 25 26 25 25 17 19 17 21 26 17 23 18 23 25 24 19 19 27 18 23 22 29 21 24 30 11 31 29 29 20 19 24 24 26 21 19 29 23 19 18 25 19 20 21 20 25 23 13 19 19 20 22 19 27 22 22 25 21 27 19 19 22 19 24 20
Kelas Kontrol
Nama (Kode) 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 15 21 25 11 20 16 15 15 12 18 8 14 25 16 18 15 19 12 23 23 17 17 14 15 26 22 20 23 22 22 23 22 18 28 27 20 23 21 18 20 21 18 20 22 27 20 25 16 19 26 19 24 26 21 21 18 22 21 20 24 22 19 22 21 30 22 21 22 28 26 20 22