TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50
[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
42
POTENSI PEMANFAATAN REKAYASA MATERIAL KAYU PADA
BANGUNAN TINGGI
James Rilatupa
Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Kristen Indonesia
ABSTRAK
Umumnya material bangunan alam lebih banyak digunakan untuk rumah tinggal,
meskipun pada jaman sekarang material bangunan lokal juga digunakan pada bangunan
berlantai banyak. Penggunaan material bangunan alam seperti kayu, bambu, rumput alang-
alang, batu kali, pasir atau perpaduan material bangunan alam dan pabrikasi modern, seperti pasir
dan semen untuk pondasi, tembok, atap banyak dijumpai dalam arsitektur tradisional atau
vernakular sehubungan dengan material bangunan sebagai suatu produk kebudayaan. Karakter
yang dihasilkan adalah bangunan yang sederhana, selaras dengan alam dan tanggap terhadap
iklim setempat (tidak panas, sejuk, hangat).
Meningkatnya permintaan untuk bangunan hijau dewasa ini, telah memposisikan kayu
sebagai solusi dan juga merupakan struktur berkelanjutan (sustainable). Kayu telah diakui
sebagai material berkelanjutan, dan dianggap menjadi sumber daya terbarukan. Material kayu
yang tumbuh secara alami, dan dengan adanya standar dalam memanen kayu secara berkelanjutan
dapat melestarikan lingkungan hutan. Selain itu dapat kayu menawarkan emisi gas rumah kaca
(CO2) yang lebih rendah, polusi udara dan air juga lebih sedikit, volume limbah padat lebih
rendah dan penggunaan sumber daya ekologis yang lebih sedikit daripada material bangunan
lainnya.
Kata kunci: bangunan, kayu, berkelanjutan.
©2019 Universitas Mpu Tantular
________________________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Arsitektur pada dasarnya terbentuk dari rangkaian teori dan pernyataan yang berada pada
lingkungan penalaran tersendiri. Dalam pengertian ini berarti bahwa nilai kebenaran teori dalam
arsitektur sifatnya tidaklah mutlak, misalnya jika dibandingkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam
dan Matematika. Meskipun demikian, konteks arsitektur dalam pandangan Ilmu Pengetahuan
dapat dibawa menjadi paradigma. Yakni karena “teori arsitektur” dan “teori-teori tentang
arsitektur” merupakan rangkaian yang terkadang berhubungan ataupun dilandaskan pada bidang
keilmuan lain. Yang jelas bahwa arsitektur sendiri tersusun dari kesepakatan-kesepakatan diantara
para ilmuwannya atas teori-teori perangkainya. Teori-teori arsitektur mengacu pada:
indrawi/fenomenologi, general semantic, struktural/ linguistik, adaptasi dan analogi-analogi.
Sedangkan dalam ilmu murni, terdapat prinsip-prinsip yaitu: tanpa keinginan atau kepentingan
pribadi (dis- interestedness), dengan cara yang sama dapat dibuktikan atau diulangi lagi proses dan
hasilnya (reproducible/repeatable), berdasarkan informasi dan analisa yang dilakukan dan dapat
memprediksi keadaan di masa depan (Antoniades, 1992).Pada awalnya, arsitektur hadir sejak
manusia menciptakan ruang tempat tinggal, yang semata-mata merupakan tempat perlindungannya
terhadap alam. Hal inipun dilakukan dalam rangka mempertahankan hidupnya. Jadi mula-mula
arsitektur hadir hanya dari kebutuhan semata-mata. Dapat dikatakan pada awalnya, unsur seni
tidak dijumpai, hanya unsur fungsi saja, sebagai tempat berlindung. Seiring dengan berjalannya
waktu, setelah berhasil mempertahankan hidupnya, manusia mulai mencari kesenangan atas
kepuasan batin dari benda-benda yang membuatnya dapat tetap mempertahankan hidupnya; salah
satunya adalah rumahnya. Dengan sedikit keahlian petukangan, pengetahuan membangun secara
praktis yang secara spontan serta dengan akal yang dipunyainya, manusia memecahkan secara
logis kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang sangat dekat dengan alam. Demikian pula juga dengan
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50
[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
43
jenis bangunan yang semakin beragam, dari rumah tinggal menjadi lumbung padi, penggilingan
padi dan sebagainya.Sementara itu, pengetahuan tentang kualitas bangunan tidak terlepas dari ilmu
arsitektur dan ilmu material bangunan. Arsitektur dan material bangunan tidak dapat berdiri
sendiri, kedua hal tersebut saling terkait dan saling membutuhkan. Dalam ilmu arsitektur,
pengetahuan akan material bangunan sangatlah penting. Tanpa adanya pertimbangan dalam
memilih material bangunan dalam sebuah proses perancangan bangunan, material-material yang
diambil secara serampangan pada akhirnya akan merugikan lingkungan manusia itu sendiri
maupun lingkungan alam. Pemilihan material bangunan dengan pertimbangan yang matang dapat
meningkatkan kualitas lingkungan pada suatu kawasan, mengurangi tingkat pemanasan global dan
memberikan kenyamanan pada penghuni bangunan itu sendiri. Dapat dipahami bahwa peran
perancangan sangatlah besar dalam menentukan material bangunan yang akan digunakan dan akan
berdampak pada kualitas bangunan dan kualitas lingkungannya.
KONSTRUKSI BANGUNAN
Bangunan merupakan wujud sebuah proses arsitektural yang bernilai seni dalam proses
rancang bangunannya. dan memiliki fungsi dari segi kegunaannya. Sebagai perwujudan karya
arsitektural, bangunan juga memiliki fungsi dan segi kegunaannya; yang juga berhubungan
dengan rencana penggunaan material bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan
merupakan perpaduan dari berbagai material bangunan. Selain itu, bangunan juga adalah suatu
wadah aktifitas manusia, sehingga dalam desainnya harus bisa mewadahi iklim dan alam sekitar.
Pada awalnya, arsitektur hadir sejak manusia menciptakan ruang tempat tinggal, yang semata-
mata merupakan tempat perlindungannya terhadap alam. Hal inipun dilakukan dalam rangka
mempertahankan hidupnya. Jadi mula-mula arsitektur hadir hanya dari kebutuhan semata-mata.
Dapat dikatakan pada awalnya, unsur seni tidak dijumpai, hanya unsur fungsi saja, sebagai tempat
berlindung. Seiring dengan berjalannya waktu, setelah berhasil mempertahankan hidupnya,
manusia mulai mencari kesenangan atas kepuasan batin dari benda-benda yang membuatnya
dapat tetap mempertahankan hidupnya; salah satunya adalah rumahnya. Dengan sedikit keahlian
petukangan, pengetahuan membangun secara praktis yang secara spontan serta dengan akal yang
dipunyainya, manusia memecahkan secara logis kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang sangat
dekat dengan alam. Demikian pula juga dengan jenis bangunan yang semakin beragam, dari
rumah tinggal menjadi lumbung padi, penggilingan padi dan sebagainya.
Bangunan sebagai sebuah karya arsitektural harus memiliki setidaknya 3 (tiga) unsur
utama yaitu kekuatan, fungsi dan keindahan. Tiga unsur ini hanya dapat diperoleh dengan
pemillihan material bangunan yang tepat pada setiap bagian bangunannya. Penggunaan material
yang tepat menjadikan bangunan tersebut berkarakter sesuai keinginan pengguna dan arsiteknya.
Pemilihan material bangunan tentunya disesuaikan dengan fungsi bangunan tersebut dan seperti
apa karakter bangunan yang dihasilkan. Secara garis besar, material bangunan ini terbagi atas 2
(dua) jenis yaitu material bangunan alam dan material bangunan pabrikasi. Material bangunan
alami seperti batu, kayu, ranting
Umumnya material bangunan alam lebih banyak digunakan untuk rumah tinggal,
meskipun pada jaman sekarang material bangunan lokal juga digunakan pada bangunan berlantai
banyak. Penggunaan material bangunan alam seperti kayu, bambu, rumput alang- alang, batu kali,
pasir atau perpaduan material bangunan alam dan pabrikasi modern, seperti pasir dan semen
untuk pondasi, tembok, atap banyak dijumpai dalam arsitektur tradisional atau vernakular
sehubungan dengan material bangunan sebagai suatu produk kebudayaan. Karakter yang
dihasilkan adalah bangunan yang sederhana, selaras dengan alam dan tanggap terhadap iklim
setempat (tidak panas, sejuk, hangat). Selain itu, material bangunan alam juga sering
diaplikasikan pada bangunan modern seperti lantai dari kayu, yang akan memberikan efek hangat
dan nyaman. Sementara itu, material bangunan yang dari pabrikasi lebih banyak digunakan pada
bangunan-bangunan yang berlantai banyak atau bangunan dengan fungsi khusus/tertentu.Secara
umum suatu bangunan baik rumah tinggal maupun bangunan berlantai banyak dengan fungsi
khusus lainnya terdiri dari 3 (tiga) bagian konstruksi utama; yaitu: konstruksi bawah, tengah dan
atas, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Masing-masing bagian ini terbentuk dari bahan-bahan
tertentu sesuai dengan fungsi dari bangunan tersebut. Masing-masing material tersebut, setelah
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50
[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
44
dipadukan dalam bentuk sebuah bangunan akan memberikan ciri atau karakteristik tertentu pada
bangunan tersebut.
− Konstruksi bawah yakni pondasi dan lantai menggunakan material lokal seperti kayu atau
material pabrikasi seperti semen, baja dan beton bertulang.
− Konstruksi tengah seperti dinding, bukaan dinding menggunakan material lokal seperti dnding batu bata, anyaman bambu ataupun dinding beton.
− Konstruksi atas, seperti atap bisa menggunakan material alam (lokal) seperti kayu atau
bahan pabrikasi seperti seng, baja ringan, cor plat beton bertulang, dan lain- lain.
− Daun; banyak digunakan dalam arsitektur tradisional. Material bangunan pabrikasi seperti beton bertulang, baja,kaca, seng, keramik dan lain-lain banyak digunakan dalam arsitektur modern. Pemilihan material bangunan ini berpengaruh besar dalam pembentukan karakteristik bangunan.
Gambar 1.1 Bagian konstruksi utama bangunan
Hingga saat ini, material bangunan terus berkembang; baik dari segi jumlahnya maupun
jenisnya. Material bangunan ini mempunyai karakteristik sendiri dan memberikan ciri khas
tersendiri dalam aplikasi terhadap wujud fisik bangunan. Bangunan menjadi lebih megah, tidak
kaku, dapat lebih dieksploitasi. Namun eksploitasi yang berlebihan juga dalam beberapa kasus
menjadi tidak seimbang dengan keadaan alam, seperti timbulnya efek rumah kaca, pemanasan
global dan lain-lain.
KAYU SEBAGAI MATERIAL BANGUNAN
Pemilihan material dalam arsitektur bukan hanya tentang pemilihan bahan terkuat,
termurah, atau paling jelas yang tersedia. Arsitek juga memilih bahan hangat, formal, fungsional,
atau lokal untuk bangunan. Dan pilihan material tidak dibatasi hanya oleh pertimbangan ini.
Proses seleksi material dilakukan melalui prasyarat, keputusan dan pertimbangan. Alat seleksi
material saat ini, lebih fokus terutama pada aspek teknis dari material. Untuk membuat pilihan
material yang dipertimbangkan dengan baik dan dapat dibenarkan, arsitek memiliki kebutuhan
akan informasi mengenai keseluruhan aspek yang dipertimbangkan selama proses perancangan
dan seleksi material bangunan
Pemilihan material bangunan berwawasan lingkungan yang hati-hati adalah cara termudah
bagi para arsitek untuk mulai memasukkan prinsip-prinsip desain yang berkelanjutan di
bangunan. Secara tradisional, harga telah menjadi pertimbangan utama saat membandingkan
material atau material serupa yang ditujukan untuk fungsi yang sama. Namun demikian, harga
"komponen off-the-shelf" dari komponen bangunan hanya mewakili biaya produksi dan
transportasi, bukan biaya sosial atau lingkungan.Menurut Romo Mangun (2000) dalam bukunya
yang berjudul “Pengantar Fisika Bangunan”, menjelaskan bahwa kita harus memberikan ruang
bicara untuk material yang tersedia di tapak untuk mewahyukan karakternya kepada bangunan.
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50
[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
45
Hal ini berarti bahwa semua yang tercipta di alam keseluruhannya telah memiliki proporsi yang
ideal, dimana material tersebut tercipta disana kebermanfaatan dari material itu sendiri. Dalam
menentukan material bangunan ke dalam perancangan arsitektur, sebenarnya ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam proses klasifikasinya menjadi material bangunan yang ideal.
Seperti kaitannya antara pemanfaatan material bangunan yang tersedia disekitar tapak dengan
konteks kebermanfaatannya untuk bangunan di lokasi tersebut.Dalam menentukan pemilihan
material juga harus dipikirkan mengenai material yang “green”, untuk mendukung prinsip desain
yang berkelanjutan pada suatu bangunan. Pertimbangan terakhir dalam pemilihan material
bangunan yang ideal ialah pemilihan material bangunan. Pemilihan material ini seharusnya
berdasarkan kesanggupan dari material tersebut untuk dapat didaur ulang kembali. Dengan
demikian, seorang arsitek dalam pemilihan material dalam desainnya, sebaiknya menggunakan
green materials atau sustainable materials. Salah satu material bangunan yang tergolong dalam
green materials adalah kayu.Di daerah tropis, seperti Indonesia yang mempunyai kondisi cuaca
panas, material kayu merupakan material bangunan yang mudah diperoleh. Selain itu, kayu
sebagai material bangunan, dalam aplikasinya dapat mengurangi tingkat panas yang disebabkan
oleh kondisi cuaca di daerah tropis. Kayu telah digunakan sebagai material bangunan selama
ribuan tahun, menjadi yang kedua setelah batu dalam hal sejarahnya yang kaya dan bertingkat di
dunia konstruksi. Sifat kimiawi kayu pada dasarnya kompleks, tetapi meskipun ada tantangan ini,
manusia telah berhasil memanfaatkan karakteristik unik kayu untuk membangun berbagai
struktur yang tampaknya tidak terbatas. Bahan yang sangat serbaguna ini biasanya digunakan
untuk membangun rumah, tempat penampungan dan perahu, tetapi juga banyak digunakan dalam
industri furnitur dan dekorasi rumah juga.Secara umum, kayu merupakan salah satu bahan
bangunan dari alam dan sangat sering digunakan. Sebagai bahan struktur, kayu mempunyai
berbagai kekuatan (Anonymous, 2007), yaitu:
− Menahan tarikan:kekuatan terbesar yang dapat ditahan oleh kayu adalah sejajar arah serat,
sedangkan kekuatan tarikan tegak lurus arah serat lebih kecil dari pada sejajar serat.
− Menahan tekanan (desak): kayu juga dapat menahan beban desak, baik tekanan sejajar serat maupun tegak lurus serat, misalnya sebagai bantalan kereta api. Daya tahan desak
tegak lurus serat lebih kecil bila dibandingkan dengan sejajar serat.
Menahan lenturan: besarnya daya tahan kayu terhadap lenturan tergantung pada jenis
kayu, besarnya penampang kayu, berat badan, lebar bentangan, sehingga dengan dapatnya kayu
menahan lenturan; maka dapat menahan beban tetap maupun beban kejut/pukulan
Kekuatan kayu adalah daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar terhadap kayu
tersebut. Dalam pengertian tentang kekuatan kayu, maka hal tersebut menunjukkan bahwa kelas
kuatnya yang dimaksud dengan kelas kuat kayu adalah penggolongan kekuatan kayu. Dasar dari
penggolongan kekuatan kayu ini merupakan hasil uji dari pemberian beban atau muatan yang
dilakukan terhadap kayu tersebut dalam lengkung mutlak dan tekanan mutlak pada berat jenis
yang sesuai (Martawijaya et.al., 2005). Dengan kata lain, kelas kuat adalah tingkat ketahanan
alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis (beban).Kelas Kuat kayu dinyatakan dalam
Kelas Kuat I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah kekuatannya. Selain itu
kekuatan kayu yangtergambarkan dalam Kelas Kuatnya berhubungan erat dengan berat jenis kayu
tersebut. Semakin tinggi berat jenisnya, maka kekuatan kayu yang tercerminkan lewat Kelas
Kuatnya juga menjadi lebih baik. Penggolongan kelas kuat kayu menurut Balai Penelitian Hasil
Hutan Bogor adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Kelas kuat kayu (sumber: Martawijaya et.al., 2005)
Kelas
Kuat
Berat Jenis Keteguhan Lengkung
Mutlak (kg/cm2)
Keteguhan Tekan
Mutlak (kg/cm2)
I > 0,90 > 1.100 > 650
II 0,60 – 0,90 725 – 1.100 425 – 650
III 0,40 – 0,60 500 – 725 300 – 425
IV 0,30 – 0,40 300 – 500 215 – 300
V < 0,30 < 300 < 215
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50
[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
46
KAYU PADA ARSITEKTUR MASA KINI
Umumnya bangunan-bangunan modern masa kini telah banyak menggunakan kayu rekayasa
sebagai material bangunannya, meskipun demikian masih ada juga yang menggunakan kayu solid.
Penggunaan kayu rekayasa lebih menguntungkan, karena dapat dibentuk sesuai dengan keinginan
arsitek atau pemilik bangunan. Hal ini disebabkan kayu rekayasa memiliki desain, kekuatan
struktural, sifat maupun bentuk sesuai dengan kebutuhan atau keinginan dari pengguna kayu
tersebut.. Berikut ini akan dijelaskan beberapa bangunan dengan arsitektur masa kini yang
menggunakan kayu sebagai material bangunannya.
a. Hotel Novotel Lombok
Bahan kayu kelapa menjadi bahan bangunan utama pada Hotel Novotel Lombok di objek wisata
pantai Mandalika, Lombok Tengah (Masud, 2013). Bangunan dan interior hotel ini di desain
sebagai refleksi dari arsitektur rumah adat suku Sasak yang didukung oleh landskap yang unik
dan kental dengan nuansa pedesaan. Material bangunan dari kayu kelapa menjadi ciri khas hotel
bintang empat ini, seperti yang terlihat pada lobby hotel Atap yang terbuat dari alang-alang
memperkaya konsep alam pedesaan dari bangunan hotel ini dan keseluruhan material
bangunannya dari alam seperti kayu kelapa, rotan, gerabah dan teraso, sehingga memberikan
kesan alami. Eksterior hotel mulai dari kusen, daun pintu, lemari dan perlengkapan mebel dan
lantai bangunan hotel yang berlokasi di pesisir pantai Mandalika itu semuanya dari bahan kayu
kelapa, sehingga benar-benar kental dengan nuansa pedesaan.
Gambar 2. Lobby Hotel Novotel Lombok menggunakan material kayu kelapa.
Penggunaan kayu kelapa sebagai material bangunan Hotel Novotel Lombok, juga terlihat
pada kamar, villa-villa, restoran, dan ruangan fitness. Selain itu, kayu kelapa menjadi material
utama pada bangunan pondok-pondok kecil yang ada di pinggir pantai dan di sekitar kolam
renang. Pondok-pondok kecil tersebut dibangun dengan menyerupai arsitektur tradisional rumah
suku Sasak. Struktur atap bangunan pada pondok-pondok kecil tersebut menggunakan batang
kayu atau bambu. Sementara itu, penutup atapnya menggunakan alang-alang yang dirangkai
dengan rapi.
(a) (b)
Gambar 3. Pondok kecil (a) di sekitar kolam renang dan (b) di pinggir pantai di Hotel Novotel Lombok yang
menyerupai arsitektur rumah tradisional suku Sasak.
Kayu kelapa sebagai material bangunan memang menjadi alternatif pilihan bagi
masyarakat ketika harga kayu hutan semakin atau kayu rimba kian meningkat akhir ini. Selain itu,
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50
[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
47
kayu kelapa lebih tahan lama, tidak mudah lapuk dan tahan terhadap serangan rayap; serta
harganya terjangkau dibandingkan dengan kayu dari pohon cepat tumbuh atau kayu dari hutan
alam. Bahan bangunan dari kayu kelapa yang sudah tua bisa bertahan puluhan tahun. Kayu kelapa
bisa dijadikan kusen pintu, jendela dan usuk (tulang rusuk rangka atap), bahkan banyak yang
memanfaatkan kayu kelapa untuk daun pintu. Warna seratnya dari kayu kelapa yang hitam
terlihat menarik, apalagi kalau menggunakan pernis serat kayu akan semakin terang.
b. Metropol Parasol
Inilah bangunan kayu terbesar dan termegah di dunia. Lokasi Metropol Parasol di Plaza de la
Encarnacion Square, kota tua Seville, Spanyol. Bangunan ini mulai dibangun pada tahun 2006,
dengan masa pembangunan selama 5 (lima) tahun, dan selsai dibangun pada tahun 2011 setelah
lima tahun pembangunannya. Bangunan kayu terbesar ini didesain oleh arsitek Jerman yaitu
Jurgen Mayer-Hermann. Metropol Parasol merupakan bangunan dari kayu terbesar di dunia
dengan tinggi 26 meter, panjang 150 meter dan lebar 70 meter dalam panjang dan lebar. Maka
dari itu Metropol Parasol sering disebut dengan bangunan kayu terbesar di dunia. Metropol
Parasol juga dikenal dengan sebutan Las Setas de la Encarnacion (Anonim, 2012).
Gambar 4. Sketsa dari Metropol Parasol
Metropol Parasol berbentuk panel-panel kayu yang menyerupai wafel seperti struktur
mahkota di Seville, Spanyol. Urutan menakjubkan dari payung bergelombang terdiri dari struktur
kayu terbesar di dunia. Proyek Parasol Metropol merupakan bagian dari pembangunan kembali
Plaza de la Encarnacion. Proyek ini menjadi ikon baru untuk Seville, yaitu sebagai tempat
identifikasi dan untuk mengartikulasikan peran Seville sebagai salah satu tujuan paling menarik
di dunia budaya.
Gambar 6. Metropol Parasol bila dilihat dari atas
Panel-panel kayu mirip waffle dari Metropol Parasol menjulang dari dasar beton yang
diperkuat dengan baja. Panel-panel kayu tersebut diposisikan sedemikian rupa untuk membentuk
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50
[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
48
tajuk dan jalan setapak di bawah payung. Metropol Parasol yang gaya desainnya organik
kontemporer ini untuk mengeksplorasi potensi bahwa Plaza de la Encarnacion menjadi pusat
perkotaan modern modern yang baru. Fungsi Metropol Parasol sebagai ruang perkotaan organik
yang unik di dalam pusat kota Seville yang padat dapat digunakan untuk berbagai kegiatan.
Infrastruktur yang sangat modern ini menjadi pusat kegiatan maupun pusat sosial dan budaya; di
mana penghuni, pengunjung, dan wisatawan dapat berkumpul di bawah arsitektur wafel yang
menyerupai mahkota. Bangunan ini berbentuk seperti sarang lebah, di dalamnya terdapat museum
arkeologi, pasar petani, dan
atap panoramic. Struktur berlubangnya menawarkan keteduhan bagi para pengunjung (Anonim,
2012).
c. Brock Commons Tallwood House
University of British Columbia, salah satu universitas yang ada di Kanada, memiliki komitmen
kuat untuk integrasi pengajaran dan penelitian yang keberlanjutan Universitas ini juga melakukan
pengembangan inovatif tentang bangunan kayu. Bangunan kayu yang dikembangkan tersebut
bersifat institusional dan operasional bangunan kayu tersebut melibatkan Pusat Ilmu Kehutanan,
Pusat Energi Kampus, dan Pusat Komunitas Wesbrook. Pada Mei 2017, University of British
Columbia menyelesaikan bangunan perumahan kayu tinggi pertama.
Gambar 7. Bangunan Brock Commons Tallwood House.
Bangunan tersebut memiliki tinggi 53 meter yang terdiri dari 18 lantai dan diberi nama
Brock Commons Tallwood House yang berada di Vancouver (University of British Columbia,
2018). Bangunan yang dapat menampung 404 mahasiswa ini, terdiri dari 101 unit kamar, dimana
tiap unit kamarnya dapat mempunyai empat tempat tidur. Pada bangunan tersebut tersedia ruang
belajar dan sosial, serta ruang kegiatan mahasiswa di lantai paling atas (Hasan, 2017).
Dengan desain dan tim konstruksi yang bekerja secara bersamaan sejak awal, proses ini
disederhanakan dengan pengujian menyeluruh mengenai koneksi kayu ke kayu sebelum
konstruksi di lokasi. Dengan demikian tim dapat melakukan pengujian mengenai stabilitas
struktural, tetapi juga membantu menyempurnakan ketepatan waktu dari proyek tersebut. Struktur
bangunan merupakan hibrida kayu secara massal. Pondasi, lantai dasar, pelat lantai dua, dan teras
tangga/elevator terbuat dari beton. Dinding bangunan terbuat dari kayu glulam (GLT: Glued
Laminated Timber), sedangkan bagan lantainya terbuat dari panel kayu lapis yang dilapisi secara
menyilang (CLT: Cross Laminated Timber). Penutup
bangunan terdiri dari bahan bangunan prefabrikasi, yaitu panel rangka baja dengan lapisan kayu
laminasi (University of British Columbia, 2018).
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50
[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
49
Gambar 8. Pemasangan dinding Brock Commons Tallwood House.
Brock Commons Tallwood House adalah salah satu demonstrasi proyek yang didukung
yang ditujukan untuk memajukan desain dan produksi produk kayu di Kanada dan menunjukkan
bahwa kayu itu layak opsi struktural untuk gedung-gedung bertingkat dan tinggi. Perintis ini
bangunan memamerkan inovasi dalam aplikasi produk kayu rekayasa dan dalam praktek desain
dan konstruksinya. Konstruksi Brock Commons Tallwood House menunjukkan bahwa inovasi
dari sistem struktural hibrid kayu-massal layak secara ekonomi. Bangunan tersebut dapat
diselsaikan lebih cepat, yaitu 70 hari setelah komponen prefabrikasi tiba di lokasi, dan dua bulan
lebih cepat daripada proyek tipikal ukuran ini (Think Wood, n.d.).
KESIMPULAN
Pemilihan material bangunan berwawasan lingkungan yang hati-hati adalah cara termudah bagi
para arsitek untuk mulai memasukkan prinsip-prinsip desain yang berkelanjutan di bangunan.
Secara tradisional, harga telah menjadi pertimbangan utama saat membandingkan material atau
material serupa yang ditujukan untuk fungsi yang sama. Namun demikian, harga "komponen off-
the-shelf" dari komponen bangunan hanya mewakili biaya produksi dan transportasi, bukan biaya
sosial atau lingkungan. Dalam menentukan pemilihan material juga harus dipikirkan mengenai
material yang “green”, untuk mendukung prinsip desain yang berkelanjutan pada suatu bangunan.
Meningkatnya permintaan untuk bangunan hijau telah memposisikan kayu sebagai solusi
(jawaban) dan juga untuk memenuhi struktur berkelanjutan yang tidak perlu menambah biaya
dalam memenuhi syarat keberlanjutan atau merusak kinerja bangunannya. Kayu telah diakui
sebagai material berkelanjutan, dan juga dianggap menjadi sumber daya terbarukan. Material
kayu yang tumbuh secara alami, dan dengan adanya standar dalam memanen kayu secara
berkelanjutan dapat melestarikan lingkungan hutan. Selain itu kayu dapat menawarkan emisi gas
rumah kaca (CO2) yang lebih rendah, polusi udara dan air juga lebih sedikit, volume limbah padat
lebih rendah dan penggunaan sumber daya ekologis yang lebih sedikit daripada material
bangunan lainnya.
Material kayu yang telah direkayasa menjadi lebih kuat dari sebelumnya, yang berarti
potensi untuk membangun gedung pencakar langit ramah lingkungan sekarang menjadi hal nyata
yang dapat digunakan para arsitek. Kayu yang dilapis silang (CLT), yang dibuat dengan
merekatkan tiga, lima atau tujuh bagian kayu pada sudut yang tepat, kuat dan dapat digunakan
untuk membuat struktur masif. Hal ini telah dibuktikan dengan keberadaan bangunan tinggi
modern yang telah ada di dunia, seperti: Brock Commons Tallwood House di Vancouver
(Kanada)
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50
[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
50
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2012), dari Metropol Parasol Desain Unik Seni Instalasi Kayu Terbesar di Dunia:
http://edupaint.com/jelajah/arsitektur-manca-negara/3249-metropol-parasol-desain- unik-
seni-instalasi-kayu-terbesar-di-dunia.html, diakses pada 20 Oktober 2016.
Antoniades, A. C. (1992), Poetics of Architecture - Theory of Design, New York: John Wiley and
Sons Inc.
Anonymous (2007), Wood Handbook: Wood As an Engineering Material, Washington: US Dept.
of Agriculture.
Hasan, Z.G. (2017), Inside Vancouver's Brock Commons, the World's Tallest Mass Timber
Building, Arch Daily 18 September 2017, https://www.archdaily.com/879625/inside-
vancouvers-brock-commons-the-worlds- tallest-timber-structured-building, diakses pada
7 September 2018.
Mangunwijaya, Y.B. (2000), Pengantar Fisika Bangunan, Jakarta: Djambatan. Martawijaya A, I
Kartasujana, K Kadir, SA Prawira (2005), Atlas Kayu Indonesia Jilid I,
Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Masud, M. (2013), Kayu Kelapa dalam Arsitektur Bangunan Tradisional Lombok, Antara
news.com 14 Februari 2013, http://mataram.antaranews.com/berita/24146/kayu- kelapa-
dalam-arsitektur-bangunan-tradisional-lombok, diakses pada 1 September 2018
Think Wood (n.d.), Brock Commons Tallwood House: Demonstrate the Viability of Mass
Wood Structures, Think Wood, https://www.thinkwood.com/our-projects/brock-
commons-tallwood-house, diakses pada 7 September 2018.
University of British Columbia (2018), Brock Commons Tallwood House: Construction
Overview, Vancouver: University of British Columbia, Student Housing and
Hospitality Services, https://seagatestructures.com/wp-
content/uploads/2017/04/brock_commons_-_construction_overview.pdf, diakses pada
8 September 2018.
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 42-50
[email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
51
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal
42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
52
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal
42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
53
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal
42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
54
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal
42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
55
TEKINFO : Jurnal Penelitian Teknik Dan Informatika Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal
42-50 [email protected] ISSN 2684-8813 (Online)
56