STRATEGI PEMASARAN TIWUL INSTAN DI DESA WONOSARI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR SKRIPSI Oleh: DENTRI KUSMARWANTO 13210006 SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA METRO LAMPUNG 2017
STRATEGI PEMASARAN TIWUL INSTAN DI DESA WONOSARI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
SKRIPSI
Oleh:
DENTRI KUSMARWANTO 13210006
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANAMETRO
LAMPUNG 2017
STRATEGI PEMASARAN TIWUL INSTAN DI DESA WONOSARI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
S K R I P S I
Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Pertanian
Pada Jurusan Agribisnis
Oleh:
DENTRI KUSMARWANTO
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANAMETRO
LAMPUNG 2017
ABSTRAK
STRATEGI PEMASARAN TIWUL INSTAN DI DESA WONOSARI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh Dentri Kusmarwanto
Dalam struktur perekonomian Indonesia, sektor pertanian menempati posisi yang strategis dibandingkan dengan sektorsektor lainnya, hal ini dibuktikan dari perannya dalam menyerap tenaga kerja dan kontribusinya terhadap produk domestik bruto. Tiwul mempunyai nilai ekonomi tinggi karena kandungan gizinya yang relatif besar. Karena itu, pemanfaatnnya untuk dijadikan pengganti beras dapat dimanfaatkan oleh dimasyarakatkan (Subahar, 2004). Tujuan penelitian ini adalah: untuk menganalisis strategi pemasran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis SWOT. Responden dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah sampel 20 responden yang terdiri dari 10 orang produsen dan 10 orang pedagang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang digunakan untuk meningkatkan pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur adalah hasil analisis pada matrik SWOT diperoleh koordinat (0,34 ; 0,50) yang mana koordinat ini masuk pada kuadran II, yakni meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan memiliki kekuatan yakni kualitas produksi tiwul dan meningkatkan jumlah produksi, yang dapat dimanfaatkan untuk menghadapi ancaman.
Keyword: Strategi, Pemasaran, Tiwul Instan.
Judul Skripsi :STRATEGI PEMASARAN TIWUL INSTAN DI DESA WONOSARI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Nama Mahasiswa : Dentri Kusmarwanto
No. Pokok Mahasiawa : 13210006
Program Studi : Agribisnis
Jurusan : Agribisnis
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Supriyadi, S.E., M.T.A. Zulkarnain, S.P., M.EP. NIP. 196204271992031001 NIDN. 0205058102
2. Ketua Jurusan
Dr. IsmaliaAfriani, S.P., M.Si. NIP. 197504 17200501 2 001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua :Supriyadi, S.E., M.T.A. ……………………
Penguji Utama :Kusmaria, S.P., M.Si. ……………………
Anggota : Zulkarnain, S.P., M.E.P. ……………………
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Kota Metro
Ir. Rakhmiati, M.T.A. NIP. 19630408 1989032 001
Lulus Ujian Pada Tanggal = 04 Januari 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Kota Napal, pada tanggal 02 Maret 1995
anak dari pasangan Bapak Slamet Pribadi dan Ibu Winarni.
Peneliti memulai Pendidikannya di Sekolah dasar di SD Negeri
1 Kota Napal, Kecamatan Bunga Mayang diselesaikan pada
tahun 2007. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Sungkai Utara,
Kecamatan Sungai utaradiselesaikan pada tahun 2010. Sekolah Menengah Khusus
di SMK Muhammadiyah 2 Metro, Kota Metro diselesaikan pada tahun 2013.
Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro pada Jurusan/Program Studi
Agribisnis.
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan Skripsi ini Kepada:
1. Kedua orang tuaku yang begitu bersungguhsungguh memberikan kasih
sayang sehingga dapat menghantarkan anakanaknya menempuh pendidikan
untuk masa depan.
2. Kakakku yang telah memberikan inspirasi dan motivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh dosen yang telah memberi ilmu dan wawasan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Temanteman terima kasih atas dorongan motivasi untuk ku dalam
menyelesaikan studi di STIPER Dharma Wacana Metro.
MOTTO
“Tidaklah ada pemberian dari orang tua kepada anaknya yang lebih utama daripada budi pekerti yang baik.”
(HR. Tirmidzi)
“Teman Sejati Adalah Ia yang Meraih Tangan Anda dan Menyentuh Hati Anda”
(Heather Dryon)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, kasih sayang serta hidayahNya sehingga peneliti
mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran
Tiwul Instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung
Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pertanian di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana
Metro.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bimbingan,
masukan, dan bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
peneliti menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) yang telah memberikan dukungan, fasilitas, dan kemudahan
kemudahan dalam kegiatan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER)
Dharma Wacana Metro.
2. Ibu Dr. Ismalia Afriani, S.P., M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis yang
telah memberikan dukungan dan kemudahankemudahan dalam kegiatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro.
3. Bapak Supriyadi, S.E., M.T.A. sebagai Pembimbing I, atas segala bimbingan,
bantuan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga selesainya penulisan
skripsi.
4. Bapak Zulkarnain, S.P., M.E.P. sebagai Pembimbing II, atas segala
bimbingan, bantuan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga selesainya
penulisan skripsi.
5. Temanteman seperjuangan STIPER Dharma Wacana angkatan 2013
khususnya jurusan Agribisnis yang selalu memberikan semangat dan
kebersamaan yang tak terlupakan, semoga kita dapat mewujudkan mimpi
mimpi kita.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Karya skripsi ini bukanlah akhir dari kesempurnaan pemikiran peneliti.
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan,
akan tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan Ilmu
Pengetahuan khususnya di bidang Pertanian. Aamiin.
Metro, 10 Desember 2016
Peneliti
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Permasalahan................................................................................ 9 1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 10 1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Pemasaran ...................................................................... 11 2.2 Analisis SWOT............................................................................ 13 2.3 Karakteristik Proses Pembuatan Tiwul......................................... 17 2.4 Preferensi Konsumen................................................................... 21 2.5 Bauran Pemasaran ....................................................................... 29 2.6 Kerangka Pemikiran .................................................................... 33 2.7 Hipotesis...................................................................................... 37
III. METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 38 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 39 3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 39 3.4 Populasi dan Sampel.................................................................... 40 3.5 Strategi Pengembangan Menggunakan Analisis SWOT ............... 41
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ....................................................... 46 4.1.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian .................................... 46 4.1.2 Identitas Petani.................................................................. 47
4.2 Gambaran Umum Industri Tiwul Instan di Desa Wonosari .......... 49 4.3 Proses Pembuatan Tiwul Instan ................................................... 50 4.4 Strategi Pemasaran Tiwul Instan di Desa Wonosari ..................... 52
4.4.1 Menentukan FaktorFaktor Internal ..................................... 52 4.4.2 Menentukan FaktorFaktor Eksternal .................................. 56 4.4.3 Analisis Strategi.................................................................. 58 4.4.4 Analisis Faktor Internal dan Eksternal................................. 59 4.4.5 Perumusan Perioritas Strategi dengan Analisis SWOT ........ 65
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 71 5.2 Saran .......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 72
LAMPIRAN ............................................................................................. 74
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Lampung ......................... 2 2. Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2011 2015 ..................... 3 3. Produksi Ubi Kayu menurut Kabupaten/Kota (Ton) tahun 2010 ........ 4 4. Produksi Usaha Tiwul di Desa wonosari ............................................ 7 5. IFAS (Internal Faktors Analisysis Strategic) untuk kekuatan ............. 43 6. IFAS (Internal Faktors Analisysis Strategic) untuk kelemahan........... 43 7. EFAS (Eksternal Faktors Analisysis Strategic) untuk peluang............ 43 8. EFAS (Eksternal Faktors Analisysis Strategic) untuk ancaman .......... 44 9. Sebaran Tingkat Umur Petani di Desa Wonosari ................................ 47 10. Sebaran Tingkat Pendidikan Petani di Desa Wonosari........................ 48 11. Matrik Internal Factor Analisysis Strategic (IFAS) ........................... 59 12. Matrik Eksternal Factor Analisysis Strategic (IFAS) ......................... 61 13. Matrik Strategi Kombinasi Internal dan Eksternal .............................. 66 14. Pembobotan rating IFAS dan EFAS .................................................. 67 15. Tingkat Prioritas Strategi SWOT ....................................................... 67 16. Matrik SWOT Pemasaran Tiwul Instan di DesaWonosari .................. 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Skema Bauran Pemasaran ................................................................. 32 2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................... 36 3. Kemasan Produk Tiwul Instan .......................................................... 53 4. Grafik Analisis SWOT Pengusaha Tiwul Instan ................................ 64 5. Grafik Analisis SWOT Pengusaha Tiwul Instan ................................ 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Identitas Responden .......................................................................... 78 2. Rekapitulasi Hasil Penelitian Responden Bobot Faktor Internal ........ 79 3. Rekapitulasi Hasil Penelitian Responden Bobot Faktor Eksternal...... 80 4. Bobot Faktor Internal dan Eksternal .................................................. 81
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Agraris, sehingga pembangunan yang dilakukan
sekarang ini dititikberatkan pada pembangunan ekonomi dengan prioritas
pembangunan pertanian.Dalam struktur perekonomian Indonesia, sektor
pertanian menempati posisi yang strategis dibandingkan dengan sektorsektor
lainnya, hal ini dibuktikan dari perannya dalam menyerap tenaga kerja dan
kontribusinya terhadap produk domestik bruto.Strategisnya sektor pertanian
dalam pembangunan pertanian diharapkan dapat memecahkan masalah
masalah ekonomi nasional seperti penyediaan pangan, penyediaan bahan
bakuindustri, peningkatan penerimaan devisa, penciptaan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan masyarakat tani.
Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam pembangunan
daerah di Propinsi Lampung.Berdasarkan data PDRB Propinsi Lampung
menurut lapangan usaha, menunjukkan bahwa struktur perekonomian daerah
Lampung masih didominasi oleh sekor pertanian (Tabel 1). Kontribusi sektor
pertanian dalam PDRB masih berada di urutan teratas dengan persentasi
sebesar 31,86% pada tahun 2015.
Tabel 1.Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Lampung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
15. 16. 17.
Pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan Pertambangan & penggalian Industri pengolahan Pengadaan listrik dan gas Pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang Kontruksi Perdagangan besar & eceran; reparasi modil dan sepeda motor Transportasi dan pergudangan Penyediaan akomodasi dan makan minum Informasi dan komunikasi Jasa keuangan dan asuransi Real estat Jasa perusahaan Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib Jasa pendidikan Jasa kesehatan dan kegiatan sosial Jasa lainnya
34,67 6,03 17,14 0,08 0,11
8,75 12,11
4,06 1,28 3,35 2,06 2,79 0,12 3,06
2,62 0,91 0,85
33,81 6,02 17,51 0,07 0,10
8,82 11,70
4,13 1,35 3,54 2,28 2,78 0,13 3,26
2,77 0,93 0,81
33,16 6,39 17,65 0,06 0,10
8,73 11,33
4,49 1,40 3,54 2,36 2,73 0,14 3,35
2,84 0,93 0,79
32,70 6,31 18,03 0,07 0,10
8,90 11,01
4,65 1,45 3,46 2,23 2,83 0,15 3,54
2,84 0,92 0,80
31,86 5,67 19,31 0,07 0,11
8,49 10,74
5,13 1,51 3,55 2,20 2,87 0,15 3,69
2,80 0,97 0,87
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, 2015
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa, sumbangan sektor pertanian
terhadap PDRB Propinsi Lampung terus meningkat dari tahun 2011 2015.
Besarnya peningkatan kontribusi sektor pertanian tersebut tidak lepas dari
dukungan setiap subsektor yang terdapat dalam bidang pertanian yaitu
subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor
peternakan, subsector kehutanan, subsektor perikanan. Dari kelima subsektor
tersebut, subsektor tanaman pangan memegang peranan penting dalam
perekonomian negara dan juga perekonomian rakyat yang mayoritas bermata
pencaharian sebagai petani.
Tanaman pangan merupakan komoditas strategis bagi bangsa Indonesia.Salah
satu komoditas pangan adalah ubi kayu. Potensi ubi kayu di Indonesia sangat
besar baik ditinjau dari sisi sebagai sumber bahan pangan utama karbohidarat
setelah padi dan jagung, maupun sebagai bahan pakan dan bahan baku
3
industri. Data produktivitas ubi kayu di Indonesia tahun 2011 2015 dapat
disajikan pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu Tahun 2011 2015
No. Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1. 2. 3. 4. 5.
2011 2012 2013 2014 2015
1.040.025 980.960
1.000.602 1.044.966 1.184.696
23.936.384 21.801.415 23.436.384 23.936.921 24.044.025
230,01 222,24 234,22 229,07 242,96
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa, luas panen produksi ubi kayu dari
tahun ke tahun mengalami fluktuasi, yakni pada tahun 2012 produksi ubi
kayu hanya 21.801.415 ton sedangkan pada tahun 2013 produksi uni kayu
meningkat menjadi 23.436.384 ton. Sedangkan pada tahun 2015 mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yakni dengan produksi
24.044.025 ton pada tahun 2015, dan tahun 2014 hanya 23.936.921 ton. Hal
ini dikarenakan banyaknya penyakit yang menyerang sehingga terjadi gagal
panen.Meskipun demikian. Menurut Badan Pusat Statistik (2015), propinsi
Lampung merupakan salah satu daerah pusat penghasil singkong di
Indonesia.
Provinsi Lampung berpotensi besar untuk menjadi pemasok ubi kayu.Kondisi
ini mendorong petani untuk memperluas areal tanamnya guna meningkatkan
produksi ubi kayu. Produksi ubi kayu di propinsi Lampung pada tahun 2010
2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
4
Tabel 3. Produksi Ubi Kayu meurut Kabupaten/Kota (Ton) Tahun 2010 2014
No. Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Prengsewu Mesuji Tulang Bawang Barat Pesisir Barat Bandar Lampung Metro
13.298 19.206 138.416
1.058.097 3.287.511 1.293.039 384.706 844.058 53.976 26.882 322.629
1.189.859
3.802 2.115
14.863 16.396 283.225
1.360.303 3.183.153 1.281.005 388.290 847.575 76.833 19.125 301.219
1.416.060
3.579 2.050
13.680 12.270 214.730
1.236.925 3.371.618 1.357.275 378.832 532.395 71.001 12.850 126.661
1.058.194
3.390 2.530
5.694 13.849 210.175
1.342.254 2.968.247 1.556.199 448.207 570.405 86.429 13.606 120.778 982.294 4.643 4.234 2.187
5.261 12.344 150.920
1.433.094 2.401.090 1.999.026 400.772 600.954 104.072 18.039 125.947 770.367 4.014 2.551 5.563
Lampung 8.637.594 9.193.676 8.387.351 8.329.201 8.034.016 Sumber: Badan Pusat Statistik Lampung, 2015
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa, produksi ubinkayu di Kabupaten
Lampung Timur mengalami kenaikan dari tahun ketahun.Produksi ubi kayu
di Kabupaten Lampung Timur menduduki poin ke 4 (empat) sebesar
1.433.094 ton pada tahun 2014.Sedangkan produksi ubi kayu tertinggi yakni
pada Kabupaten Lampung Tengah yakni 2.401.090 ton pada tahun 2014.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ubi kayu di Indonesia
adalah rendahnya penerapan teknologi, terbatasnya modal usaha tani,
sempitnya lahan skala usaha, terjadinya fluktuasi produksi dan harga pada
panen raya, sifat ubi kayu yang mudah rusak. Hal ini menyebabkan petani
melakukan inovasiinovasi agar ubi singkong saat harga pada panen raya
memiliki nilai jual yang tinggi.Salah satu olahan pangan yang memiliki nilai
jual tinggi adalah tiwul.
Tiwul merupakan makanan tradisional yang menjadi makanan pokok
alternatif pengganti nasi beras.Berbeda dengan nasi putih atau beras yang
5
berasal dari padi, tiwul memiliki ciri tersendiri, sedikit menggumpal dan
berwarna kekuningan, kecoklatan, kehitaman, bahkan ada yang berbentuk
putih menyerupai beras dengan aroma yang kuat.Tiwul yang biasa dijumpai
yaitu berbentuk seperti butiranbutiran beras berwarna coklat kehitaman.
Kebutuhan pokok manusia terhadap beras sebagai makanan pokok yang
bergizi tinggi, dan sudah mejadi sebuah budaya pangan yang pakem di dalam
kehidupan. Namun, dengan meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat
akan beras menjadikan persediaan beras menipis akibat gagal panen dan
harga jual yang tinggi. Hal demikian menjadikan masyarakat beralih ke
pangan alternatif yaitu tiwul.
Dalam pemasaran diperlukan beberapa strategi yang berhubungan dengan
system operasional perusahaan yang diterapkan dalam suatu perusahaan.
Strategi pemasaran merupakan suatu strategi yang penting di antara strategi
yang lain, karena strategi pemasaran berisi tentang, bagaimana perusahaan
memasarkan hasil produksinya dan orientasinya menuju kepada keuntungan.
Jika strategi pemasaran tersebut tidak berjalan maka perusahaan tersebut
sulit untuk berkembang.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih jauh pada
usaha tiwul instan yang ada di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan, yang
juga menjadi salah satu produk unggulan Kabupaten Lampung Timur.
Sehingga peneliti mengkaji tentang “Strategi Pemasaran Tiwul Instan di Desa
Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur”.
6
1.2 Permasalahan
Pada setiap usaha, masalah pemasaran merupakan suatu persoalan yang
sangat kompleks sekali, sehingga untuk merealisasikan tujuan perusahaan
secara menyeluruh diperlukan suatu strategi pemasaran secara tepat dan
terpadu, setiap perusahaan hendaknya mengetahui keinginan atau selera dari
para konsumen kemudian berusaha mewujudkannya sehingga lebih banyak
lagi konsumen yang tertarik dan pada akhirnya volume penjualan dapat
meningkat. Dalam keadaan ekonomi seperti apapun, perkembangan–
perkembangan pemasaran adalah faktor yang sangat menentukan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan di sebuah perusahaan. Ketika
perusahaan tersebut melakukan strategi pemasaran haruslah tetap berpegang
teguh pada prinsip kejujuran dan rasa tanggung jawab, perusahaan tidak boleh
membodohi ataupun membohongi para konsumennya dan tidak ada
permainan harga dari setiap produsen.
Penerapan strategi pemasaran tidak hanya pada perusahaan besar, namun
juga diterapkan di perusahaan kecil, hal ini dilakukan karena sematamata
ingin produk yang dihasilkan dikenal sehingga meningkatkan volume
penjualan. Setiap perusahaan pasti berusaha untuk selalu meningkatkan
volume penjualannya, usaha kecil semakin berkembang diberbagai daerah
khususnya di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung
Timur sebagai penghasil tiwul.
Dari situlah masyarakat Wonosari ingin membuka lapangan pekerjaan
dengan memanfaatkan hasil pertaniannya. Karena dengan pekerjaan yang
7
memanfaatkan hasil pertanian di daerah tersebut masyarakat dapat
meningkatkan taraf hidup yang semakin baik.
Penduduk Desa Wonosari mengolah hasil pertanian sedemikian rupa agar
menjadi suatu makanan yang lebih berkualitas daripada olahan ketela pohon
yang biasabiasa saja, yang sebelumnya hanya berupa olahan ketela rebus,
ketela goreng atau bahkan ketela bakar.Menjadi suatu produk yang lebih
bermutu dan mempunyai daya jual yang lebih tinggi yaitu tiwul instan.
Dari hasil penelitian di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten
Lampung Timur (2016) menunjukkan bahwa usaha tiwul sangat baik
dikembangkan.Pendapatan usaha tiwul dengan sistem pemasaran dapat
memberikan pendapatan secara cepat.Berikut ini pengaruh usaha tiwul di
Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Produksi Usaha Tiwul Di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur 2011 2015
Tahun Produksi (Kg) Pertumbuhan (%) 2011 2012 2013 2014 2015
9.560 9.729 10.440 10.620 10.800
2,27 2,00 3,41 3,90
Sumber: Data Hasil Prasurvey, 2016
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa produksi usaha tiwul di Desa
Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 hanya 9.560 kg sedangkan
pada tahun 2015 meningkat 3,90% menjadi 10.800 kg. Peningkatan tersebut
8
dikarenakan permintaan konsumen yang terus meningkat sebab tiwul
bermanfaat bagi penderita diabetes.
Tiwul mempunyai nilai ekonomi tinggi karena kandungan gizinya yang relatif
besar. Karena itu, pemanfaatnnya untuk dijadikan pengganti beras dapat
dimanfaatkan oleh dimasyarakatkan (Subahar, 2004). Walaupun bukan
makanan pokok masyarakat, akan tetapi tiwul memiliki prospek yang baik
untuk dikembangkan di wilayah nusantara, terutama bila diusahakan secara
intensif berpola agribisnis (Rukmana, 1998).
Selama ini tiwul instan untuk kebutuhan lokal saja yakni hanya di pasarkan
ke Pekalongan, Kota Metro, Kota Gajah dan Bandar Jaya.Daerahdaerah
tersebut telah menjadi sentra untuk pemasaran tiwul instan.Meski potensi
besar, saat ini sebagian besar warga tidak lagi mengenal pangan lokal di
daerahnya.Bahkan berdasarkan sebuah survey, pangan hanya dikenal oleh
20% masyarakat. Tanpa upaya berarti, pangan lokal yang potensial ini akan
terus terlupakan.
Produksi tiwul instan adalah usaha mengolah singkong untuk dijadikan bahan
tiwul. Produsen beserta para karyawannya berusaha mengolah singkong dari
bahan mentah yang semula dianggap bahan murah, kini dijadikan bahan
makanan khas dari Jawa Timur. Untuk menjaga kualitas produksi yang
berkualitas tinggi, pemasaran yang bagus dan mendatangkan kesejahteraan
bagi berbagai pihak, maka sangat diperlukan kerja yang profesional. Untuk
itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut untuk dijadikan sebuah karya ilmiah.
Khususnya pada startegi pemasaran tiwul yang dilakukan oleh pengusaha
9
tiwul instan di Desa Wonosari tersebut apakah menerapkan strategi
pemasaran sesuai dengan ekonomi masyarakat.
Keputusan para petani untuk beralih menjadi industri tiwul dikarenakan harga
dari singkong ini cenderung menurun, berbeda dengan tiwul yang harganya
relatif tinggi dan jumlah permintaan pasar semakin meningkat mengingat
kandungan yang ada dapat menjadi pengganti beras bagi penderita diabet.
Dari pada itu, produksi singkong segar tidak dapat disimpan terlaku lama
yaitu hanya berkisar antara empat sampai lima hari (Soetarto,E.S 2008). Oleh
karena itu dibuatlah tiwul. Namun sayangnya, terdapat berbagai kendala
dalam memasarkan tiwul dikarenakan makanan ini kurang digemari oleh
masyarakat dan tidak dijual ke semua toko.Padahal, tiwul memiliki Glikemik
sebesar 29 (Verawati dkk, 2011) yang berarti lebih aman dikonsumsi bagi
penderitaan diabetes dibanding nasi.
Minimnya pengetahuan tentang manfaat tiwul menjadikan tiwul belum begitu
dinikmati oleh para konsumen, ini menjadikan permintaan tiwul belum
maksimal, sehingga perlu dipertahankan eksistensi usahanya, strategi
pemasaran yang baik akan sangat membantu meningkatkan permintaan tiwul
di pangsa pasar serta menciptakan keunggulan yang mampu menghasilkan
laba yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pengusaha home industri dirasa
perlu menetapkan strategi pemasaran yang tepat untuk mendukung
perkembangan petani di masa yang akan datang.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagimana identifikasi masalah adalah “Bagaimana strategi
10
pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten
Lampung Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah “untuk menganalisis strategi pemasaran
tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung
Timur”.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Bagi para petani dapat menjadi bahan masukan dalam
mempertimbangkan dan menentukan kebijakan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan penetapan strategi pemasaran.
2. Bagi mahasiswa yang melakukan penelitian, berguna untuk menambah
wawasan dan pengalaman mahasiswa di lapangan dalam mengkaji
suatu permasalahan serta menganalisanya untuk menghasilkan suatu
informasi yang relevan bagi pihakpihak yang berkepentingan.
3. Bagi para pembaca yang lain, diharapkan dapat menjadi bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
11
II.TINJUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Pemasaran
Strategi adalah metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa
depan yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk
masalah.Menurut Siagian (2004) menyatakan bahwa strategi adalah
serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen
puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Sedangkan strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar atau
segmen pasar yang di jadikan target oleh perusahaan. Definisi strategi
pemasaran adalah sebagai berikut: “strategi pemasaran adalah logika
pemasaran yang digunakan oleh perusahaan dengan harapan agar unit bisnis
dapat mencapai tujuan perusahaan (Kotler,P 2001).
Merancang strategi pemasaran yang kompetitif dimulai dengan melakukan
analisis terhadap pesaing. Perusahaan membandingkan nilai 17 dan kepuasan
pelanggan dengan nilai yang diberikan oleh produk, harga, promosi dan
distribusi (marketing mix) terhadap pesaing dekatnya.
12
Menurut Radiosunu (2001), strategi pemasaran didasarkan atas lima konsep
strategi berikut:
a. Segmentasi pasar. Tiap pasar terdiri dari bermacammacam pembeli yang
mempunyai kebutuhan, kebiasaan membeli dan reaksi yang berbedabeda.
Perusahaan tak mungkin dapat memenuhi kebutuhan semua pembeli.
Karena itu perusahaan harus mengkelompokkelompokkan pasar yang
bersifat heterogen ke dalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogen
b. Market positioning. Perusahaan tak mungkin dapat menguasai pasar
keseluruhan. Maka prinsip strategi pemasaran kedua adalah memilih pola
spesifik pemusatan pasar yang akan memberikan kesempatan maksimum
kepada perusahaan untuk mendapatkan kedudukan yang kuat. Dengan kata
lain perusahaan harus memilih segmen pasar yang dapat menghasilkan
penjualan dan laba yang paling besar.
c. Targeting adalah strategi memasuki segmen pasar yang dijadikan sasaran
penjualan.
d. Marketing mix strategi. Kumpulan variabelvariabel yang dapat digunakan
perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen. Variabelvariabel
yang dapat mempengaruhi pembeli adalah variabelvariabel yang
berhubungan dengan product, place, promotion dan price (4P).
e. Timing strategi. Penentuan saat yang tepat dalam memasarkan produk
merupakan hal yang perlu diperhatikan. Meskipun perusahaan melihat
adanya kesempatan baik. Terlebih dulu harus dilakukan persiapan baik
produksi.
13
2.2 Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunies, Treaths)
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi petani.
1) Faktor Internal
Analisis lingkungan internal petani dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu
aspek produksi, aspek pemasaran, aspek keuangan, dan aspek sumberdaya
manusia.
2) Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal petani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor
lingkungan mikro dan faktor lingkungan makro.
a. Lingkungan Mikro
Menurut Kotler (1993) lingkungan mikro meliputi :
1. Pemasok adalah petani bisnis dan individuindividu yang
menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh petani dan para
pesaing untuk memproduksi barang dan jasa.
2. Perantara adalah petani bisnis yang membantu petani menemukan
pelanggan atau mendekatkan penjualan kepada petani.
3. Pelanggan adalah suatu petani mengaitkan dirinya dengan beberapa
pemasok dan perantara sehingga dapat memasok secara efisien
produkproduk dan jasanya kepada pasar sasaran.
4. Pesaing adalah suatu petani yang menjual sendiri ke suatu pasar
pelanggan tertentu.
14
5. Publik atau masyarakat adalah sekelompok orang yang mempunyai
kepentingan aktual/potesial atau mempunyai dampak terhadap
kemampuan petani untuk mencapai tujuannya.
b. Lingkungan Makro
Menurut Kotler (1993) lingkungan makro memiliki enam kekuatan
utama, yaitu :
1. Lingkungan demografi yakni kondisi lingkungan yang pertamatama
punya kepentingan terhadap pemasar yaitu populasi karena manusia
membentuk pasar. Pemasar sangat berkepentingan terhadap jumlah
penduduk dunia. Kedua, Distribusi yakni letak geografis dan
kepadatannya, kecenderungan pergerakannya, distribusi umurnya,
tingkat kelahirannya, perkawinannya, dan kematiannya, rasialnya,
kesukuan dan struktur keagamaannya.
2. Lingkungan Ekonomi; Lingkungan ekonomi terdiri dari fakror
faktor yang mempengaruhi daya beli konsumen dan pola
pengeluarannya. Pasar memerlukan daya beli selain jumlah orang.
Daya beli total tergantung pada pendapatan sekarang, hargaharga,
tabungan dan utang. Pemasar harus menyadari kecenderungan utama
dalam pendapatan dan pola pengeluaran konsumen yang berubah
ubah.
3. Lingkungan Alam; Kondisi lingkungan alam yang memburuk
merupakan salah satu dari masalah utama yang dihadapi bisnis dan
15
masyarakat di tahun 1990an. Pada banyak kotakota dunia polusi
udara dan air telah mencapai tingkat yang membahayakan.
4. Lingkungan Teknologi; Kekuatan yang paling dramatis yang
membentuk hidup manusia adalah teknologi. Setiap teknologi baru
merupakan kekuatan untuk penghancuran yang praktis. Tingkat
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa penemuan
teknologi baru yang besar.
5. Lingkungan Politik; Keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh
perkembangan dalam lingkungan politik. Lingkungan ini terdiri dari
Undangundang, lembaga pemerintah dan golongan yang
berpengaruh yang mempengaruhi dan membatasi berbagai organisasi
dan individu dalam masyarakat.
6. Lingkungan Kebudayaan; Lingkungan sosial dimana orang tumbuh
menjadi dewasa membentuk kepercayaan, nilai, dan normanorma
pokok mereka. Secara tidak sadar menyerap suatu pandangan umum
yang menentukan hubungan mereka dengan mereka sendiri, dengan
orang lain, dengan alam dan dengan seluruh dunia.
3) Matriks Pangsa Pasar
Pertumbuhan Pasar Boston Consulting Group (BCG) Matriks Pangsa
Pertumbuhan mengasumsikan bahwa peruasahaan harus menghasilkan kas
dari bisnis dengan posisi kompetitif yang kuat di dalam pasar yang jenuh.
Kemudian bisnis itu dapat mendanai investasi dan pengeluaran dalam
industri yang menunjukkan peluang masa depan yang menarik.
Pertumbuhan pasar (market growth rate) adalah ukuran terdekat untuk
16
kejenuhan dan daya tarik industri.Sedangkan pangsa pasar relatif (relative
market share) adalah perkiraaan untuk kekuatan kompetitifnya di dalam
industri (Boyd, 2000).Menurut Boyd (2000) Matriks pasarpertumbuhan
dibagi menjadi empat sel, setiap sel dari matriks pasarpertumbuhan
menunjukkan jenis bisnis yang berbeda dengan strategi dan kebutuhan
sumber daya yang berbeda. Implikasinya akan dibahas di bawah ini:
1. Question marks artinya bisnis di dalam industri yang tinggi
pertumbuhannya dengan pangsa pasar relatif rendah. Pemasaran ini
membutuhkan kas dalam jumlah besar, tidak hanya untuk ekspansi
dan bertahan di dalam pasar yang tumbuh dengan pesat, tetapi juga
untuk memasarkan kegiatan (atau mengurangi margin) untuk
membangun pangsa pasar dan menangkap pemimpin industri.
2. Stars. Bintang adalah pemimpin pasar dalam industri yang tinggi
pertumbuhannya, petani harus terus menanamkan modal agar
pertumbuhan pasar yang cepat tetap terjaga dan untuk mendukung
kegiatankegiatan litbang dan pemasaran yang diperlukan untuk
menahan serangan pesaing dan mempertahankan pangsa pasar.
3. Cash cows artinya bisnis dengan pangsa relatif tinggi dari pasar yang
rendah pertumbuhannya. Bisnis ini tidak membutuhkan banyak
investasi modal tambahan. Pasarnya stabil dan posisi kepemimpinan
pangsanya kuat sehingga biasanya berarti bisnis ini menikmati skala
ekonomis dan marjin laba yang relatif tinggi.
4. Dogsartinya bisnis dengan pangsa rendah di dalam pasar yang rendah
pertumbuhannya, biasanya menghasilkan laba yang rendah atau rugi.
17
2.3 Karakteristik dan Proses Pembuatan Tiwul
Tiwul, atau Thiwul adalah makanan pokok pengganti nasiberas yang dibuat
dari ketela pohon atau singkong.Penduduk Wonosobo, Wonosari, Wonogiri,
Kebumen) dikenal mengonsumsi jenis makanan ini seharihari.Tiwul dibuat
dari gaplek.Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah
daripada beras namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti
beras (Rachawati, 2010).
Tiwul adalah salah satu jenis pangan olahan dari ubi kayu.Tiwul merupakan
makanan tradisional yang menjadi makanan pokok alternatif pengganti nasi
beras. Berbeda dengan nasi putih atau beras yang berasal dari padi, tiwul
memiliki ciri tersendiri, sedikit menggumpal dan berwarna kekuningan,
kecoklatan, kehitaman, bahkan ada yang berbentuk putih menyerupai beras
dengan aroma yang kuat.Tiwul yang biasa dijumpai yaitu berbentuk seperti
butiranbutiran beras berwarna coklat kehitaman (Rachawati, 2010).
Ubi kayu yang akan diolah tentunya bukan merupakan jenis ubi kayu yang
beracun, tetapi ubi kayu manis. Sebelum diolah menjadi tiwul, daging ubi
kayu diolah terlebih dahulu menjadi gaplek. Warna kuning kecoklatan pada
tiwul diperoleh dari hasil proses pengeringan ubi kayu menjadi gaplek yang
kemudian diolah menjadi tiwul (Rachawati, 2010). Warna yang dihasilkan
pada tiwul bergantung dari proses pengeringan. Semakin tinggi intensitas
cahaya matahari saat proses pengeringan gaplek, maka warna yang dihasilkan
akan berwarna kuning kecoklatan.
18
Pembuatan tiwul cukup memakan waktu lama dan membutuhkan cahaya
matahari yang cukup pada saat proses pengeringan. Tiwul biasanya dibuat
pada musim kemarau karena pada musim tersebut intensitas cahaya matahari
relatif tinggi. Proses pembuatan tiwul pada umumnya melalui beberapa
tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengupasan dan pencucian
Ubi kayu dikupas secara manual menggunakan pisau. Ubi kayu yang akan
diolah sebaiknya masih segar sehingga kulit ubi kayu tidak dalam keadaan
layu dan sulit untuk dikupas secara manual menggunakan pisau. Pada
kondisi masih segar biasanya kulit ubi kayu cukup dikelupas sehingga
tidak perlu menggunakan pisau untuk memisahkan daging ubi kayu dari
kulitnya. Setelah itu, daging ubi kayu dicuci hingga bersih.
b. Pengirisan dalam bentuk chips Pengirisan daging ubi kayu yang sudah
bersih dilakukan menggunakan golok. Pengirisan dilakukan dengan cara
memotong atau mencacah ubi kayu menjadi ukuran yang lebih kecil.
Pencacahan ubi kayu menggunakan mesin potong akan menghasilkan
potongan chips yang seragam dan lebih praktis. Pengirisan dilakukan agar
proses pengeringan menjadi lebih cepat kering.
c. Perendaman dan penirisan ubi kayu yang sudah diiris dan dibentuk
menjadi chips direndam selama dua hingga tiga hari. Perendaman
dilakukan agar tekstur ubi kayu menjadi lunak sehingga memudahkan
dalam proses pembuatan tiwul. Air rendaman juga harus selalu diganti
agar gaplek tidak bau. Gaplek yang sudah direndam kemudian ditiriskan
19
untuk mengurangi kadar air yang terkandung pada ubi kayu (Direktorat
Bina Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2003).
d. Pengeringan Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air pada ubi
kayu dengan cara penjemuran langsung di bawah cahaya matahari atau
menggunakan mesin pengering. Pengeringan bertujuan mengurangi kadar
air umbi yang dapat menyebabkan fermentasi dan pembusukan. Alat bantu
yang digunakan saat proses pengeringan, yaitu sekop pengumpul, garu
penyebar, dan garu kayu pembalik (Direktorat Bina Usaha Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, 2003).
e. Penggilingan dan Pembentukan butiran Gaplek chips yang sudah
dikeringkan kemudian digiling. Setelah digiling halus, tepung gaplek
diberi tambahan air dan dibentuk menjadi butiranbutiran menyerupai
beras. Jika dianggap terlalu lembek, maka dapat ditambahkan tepung agar
tekstur lebih kenyal dan lebih mudah dibentuk. Proses pembentukan
butiran dilakukan secara manual dengan cara mengayak tepung gaplek
menggunakan ayakan yang berlubang atau dapat menggunakan alat
tradisional berupa tampah dan alat moderen seperti mesin granul. Namun,
pembentukan butiran tiwul dengan cara manual lebih sering digunakan
karena butiran tiwul yang dihasilkan lebih berukuran kecil dibandingkan
dengan pembentukan tiwul menggunakan alat moderen. Selain itu,
pembentukan tiwul secara manual juga dinilai lebih efesien biaya karena
tidak menggunakan bahan bakar (Direktorat Bina Usaha Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, 2003).
20
f. Pengeringan Lanjutan Butiranbutiran tiwul yang dihasilkan kemudian
dikeringkan untuk mengurangi kadar air sehingga tidak terjadi serangan
jamur atau cendawan pada tiwul. Pengurangan kadar air dilakukan dengan
cara penjemuran di bawah cahaya matahari atau menggunakan mesin
pengering. Pengeringan ke dua yang dilakukan pada tahap ini tidak
memerlukan waktu lama hanya sekitar 23 jam.
g. Pengukusan dan pendinginan Butiran yang telah setengah kering kemudian
dikukus hingga matang hingga berubah warna menjadi kuning kecoklatan.
Setelah pengukusan, butiranbutiran akan menggumpal. Gumpalan tiwul
tersebut didinginkan terlebih dahulu agar dapat dibentuk menjadi butiran
butiran kembali. Setelah proses pengukusan dan pendinginan tiwul siap
untuk disajikan dan dikonsumsi (Direktorat Bina Usaha Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, 2003).
Pada umumnya, tiwul memiliki tesktur yang lebih kenyal dan lengket
dibandingkan dengan nasi.Walaupun berbentuk seperti butiran nasi, namun
cita rasa khas dari ubi kayu itu sendiri masih terasa saat dikonsumsi. Tiwul
biasanya dijadikan makanan pokok dengan mencampurkannya dengan nasi
beras ataupun dikonsumsi dalam bentuk tiwul saja tanpa campuran nasi beras,
bahkan beberapa rumah makan menyediakan tiwul yang digoreng sehingga
memiliki cita rasa yang sama dengan nasi goreng pada umumnya. Sama
seperti konsumsi nasi, tiwul atau nasi tiwul biasa dikonsumsi dengan lauk
pauk atau jenis pangan pendamping lain. Hal tersebut akan menambah nilai
kandungan gizi pada saat dikonsumsi. Cara penyajian tiwul pun sama seperti
nasi, yaitu dikukus selama 15 hingga 20 menit Tiwul biasanya dijual ratarata
21
seharga Rp 5.000,00 per porsi/piring. Namun, di beberapa rumah makan
tertentu tiwul atau nasi tiwul disediakan secara prasmanan sehingga harga
yang diberikan oleh penjual bergantung pada sedikit banyaknya tiwul dan
lauk yang dimakan (Rachmawati, 2010).
2.4 Preferensi Konsumen
Menurut Simamora (2003) preferensi berasal dari kata prefer yang berarti
kecenderungan atau kesukaan seseorang dalam memilih sesuatu. Setiap orang
memiliki derajat kesukaan terhadap sesuatu yang berbedabeda yang disebut
dengan preferensi.Preferensi merupakan sesuatu yang diamati, suatu pilihan
utama, dan merupakan kebutuhan prioritas bagi konsumen (Wartaka, 2004).
Menurut Sanjur (1982) preferensi menggambarkan kesukaan seseorang yang
dipengaruhi oleh karakteristik individu, karakteristik produk, dan
karakteristik lingkungan. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan
konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 1992). Dengan kata
lain, untuk memilih produk mana yang akan dipilih dan dikonsumsi oleh
konsumen, maka konsumen perlu adanya alternatif pilihan sehingga dapat
membandingkan produk mana yang lebih disukai oleh konsumen tersebut.
Preferensi konsumen menggambarkan tindakan yang sesuai dengan selera
pribadinya.Sikap seseorang terhadap makanan, suka atau tidak suka,
berpengaruh terhadap konsumsi pangan orang tersebut.Pada dasarnya
preferensi seseorang terhadap makanan bergantung pada karakteristik
individu itu sendiri, karakteristik lingkungan tempat individu tersebut tinggal,
22
dan karakteristik eksternal dan internal yang melekat pada makanan.
Preferensi atau kesukaan seseorang terhadap makanan tidak hanya
bergantung pada pengaruh sosial dan budaya, namun juga pada sifat fisik
pangan, seperti warna, bentuk, dan rasa (Indriani, 2007). Menurut
Drewnowski (1997) sensoris merespon pada rasa, aroma, dan tekstur
makanan membantu untuk menentukan preferensi pangan dan kebiasaan
makan seseorang. Selain rasa dan aroma, penampilan cara memasak dan
ketidaknyamanan yang terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan juga
menyebabkan seseorang menjadi suka atau tidak suka seseorang terhadap
makanan tersebut (Sachiko, 2002 dalam Yusty, 2013).
Kondisi individu pada saat disajikan makanan juga dapat mempengaruhi
tingkat kesukaan seseorang terhadap makanan, seperti seberapa lapar orang
tersebut, mood pada saat itu, dan waktu terakhir sejak seseorang terakhir
mengonsumsi makanan tersebut. Umur dan jenis kelamin juga dapat
mempengaruhi preferensi seseorang terhadap makanan. Preferensi terhadap
makanan bersifat elastis pada orang yang berusia muda, akan tetapi
cenderung bersifat permanen bagi mereka yang berumur tua dan akhirnya
menjadi kebiasaan ataupun gaya hidup. Oleh karena itu, kebutuhan kalori pria
akan lebih banyak dibandingkan wanita, sehingga lakilaki mengonsumsi
lebih banyak makanan. Selain itu, banyak wanita yang sangat memperhatikan
citra tubuhnya sehingga banyak dari mereka yang menunda makan bahkan
mengurangi porsi makan sesuai kebutuhannya agar memiliki porsi tubuh yang
ideal.
23
Suku dan tingkat pendidikan seseorang memiliki kaitan dengan preferensi
seseorang terhadap makanan yang dikonsumsi. Setiap suku memiliki adat
istiadat dan makanan khas sehingga makanan tersebut menjadi suatu makanan
yang terbiasa dikonsumsi oleh masyarakat suku tersebut dan melekat pada
indera pengecap, contohnya pada masyarakat suku Jawa cenderung lebih
menyukai makanan dengan rasa manis dan masyarakat suku Padang
cenderung lebih menyukai makanan dengan rasa pedas. Setiap masyarakat
mengembangkan carauntuk mencari, memilih, menangani, menyiapkan, dan
memakan makanan secara turun menurun. Tingkat pendidikan mempengaruhi
pengetahuan gizi seseorang terhadap makanan.Orang yang berpendidikan
tinggi cenderung memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Seseorang yang
lebih mementingkan nilai gizi pada makanan atau alasan status kesehatan
akan tetap memilih makanan yang memiliki kandungan gizi baik walaupun
orang itu tidak begitu menyukai makanan tersebut sehingga dapat dikatakan
bahwa preferensi seseorang terhadap makanan juga dipengaruhi oleh
pengetahuan gizi dan status kesehatan. Pengetahuan gizi dan kesehatan yang
dimiliki seseorang akan mempengaruhi konsumsi pangan orang tersebut
(Khomsan, 2000).
Menurut Suhardjo (1989) sosial budaya mempengaruhi pemenuhan selera
atau tidak selera seseorang terhadap makanan. Pilihan jenis makanan dan
minuman dalam jumlah yang beragam, pada akhirnya akan mempengaruhi
preferensi individu terhadap makanan dan minuman (Sanjur, 1982).
Selanjutnya Sanjur mengatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi
preferensi konsumen, yaitu sebagai berikut.
24
a. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan,
pendapatan, dan pengetahuan gizi.
b. Karakteristik produk meliputi rasa, aroma, kemasan, dan tekstur.
c. Karakteristik lingkungan meliputi jumlah keluarga, tingkat sosial, musim,
dan mobilitas.
Menurut Simamora (2004) preferensi dapat terbentuk melalui tahap pola pikir
konsumen yang didasari oleh dua hal, yaitu:
a. Pengalaman yang diperoleh sebelumnya Apabila konsumen merasakan
kepuasan dan kecocokan dalam membeli suatu produk, maka konsumen
akan terus menerus memakai produk tersebut sehingga konsumen
memutuskan untuk membeli produk tersebut.
b. Kepercayaan turun temurun Dikarenakan kesetiaan menggunakan atau
mengonsumsi produk tersebut, konsumen dapat merasakan manfaat dalam
pemakaian produk tersebut, sehingga konsumen merasakan kepuasaan dan
manfaat dalam membeli dan mengonsumsi produk tersebut.
Preferensi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tingkat kesukaan
seseorang terhadap berbagai atribut yang melekat pada tiwul. Berdasarkan
hasil penelitian Hendaris (2013) atribut yang paling diinginkan konsumen
dalam mengonsumsi beras siger oleh rumah tangga di Desa Pancasila
Kabupaten Lampung Selatan adalah harga murah (≤ Rp7.000,00/kg), warna
coklat tua, kenyal, aroma tidak kuat. Selain itu, hasil penelitian Rochaeni
(2013) menyatakan bahwa kemudahan memperoleh juga menjadi
pertimbangan seseorang dalam mengonsumsi buah impor dibandingkan
25
dengan buah lokal, sedangkan hasil penelitan Resmawati (2013)
menunjukkan bahwa rasa merupakan atribut terpenting yang menjadi
preferensi konsumen dalam mengonsumsi produk susu. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini atributatribut yang akan diteliti meliputi harga, rasa,
warna, aroma, tekstur, dan cara memperoleh.
Preferensi seseorang terhadap sesuatu akan menjadi salah satu faktor yang
menentukan perilaku mengonsumsi seseorang. Perilaku konsumen (consumen
behavior) oleh Schiffman dan Kanuk (2004) didefinisikan sebagai perilaku
yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan menghabiskan produk dengan harapan bahwa perilaku
tersebut akan memuaskan kebutuhan hidup konsumen. Semua kegiatan,
tindakan, proses psikologis yang mendorong tindakan pada saat sebelum
membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa,
kegiatan mengevaluasi disebut juga perilaku konsumen (Sumarwan, 2002).
Berdasarkan beberapa definisi mengenai perilaku konsumen tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan konsumen
dalam mendapatkan dan menghabiskan nilai guna suatu produk barang atau
jasa guna memenuhi kebutuhan dan mencapai kepuasan.
Perilaku konsumen adalah dinamis.Itu berarti bahwa perilaku seseorang
konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan
bergerak sepanjang waktu.Salah satu implikasi dari perilaku konsumen yang
bersifat dinamis tersebut adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen
biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, dan grup tertentu
(Setiadi, 2003).Faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
26
konsumen yaitu faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi konsumen
itu sendiri.Sebagian besar adalah faktorfaktor yang tidak dapat dikendalikan
oleh pemasar. Menurut Setiadi (2003), faktorfaktor tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Faktor kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan
perilaku seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub budaya yang lebih
kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk
para anggotanya. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : (a)
kelompok nasionalisme; (b) kelompok keagaaman; (c) kelompok ras; (d) area
geografis. Selain itu, kelas sosial juga merupakan faktor yang tercakup dalam
kebudayaan yang ikut berperan dalam menentukan perilaku konsumen dalam
keputusan pembelian.Kelas sosial adalah kelompokkelompok yang relative
homogeny dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara
hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku serupa.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kelompok
referensi, keluarga, peran, dan status.Kelompok referensi seseorang terdiri
dari seluruh kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok referensi tersebut
digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) kelompok primer, seperti
keluarga, teman, tetangga, dan teman sejawat; (2) kelompok sekunder atau
kelompok aspirasi, yaitu kelompok yang seseorang ingin menjadi
anggotanya; (3) kelompok diasosiatif, yaitu kelompok yang nilai atau
27
perilakunya tidak disukai oleh individu. Orang pada umumnya sangat
dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka pada tiga cara. Pertama,
kelompok referensi memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup
baru. Ke dua, kelompok referensi mempengaruhi konsep jati diri dan sikap
seseorang karena umumnya orang tersebut ingin menyesuaikan diri.Ke tiga,
kelompok referensi menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri dan dapat
mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang.
c. Faktor pribadi
Faktorfaktor pribadi yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah umur,
tahapan dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan
kepribadian. Keadaan ekonomi seseorang yang mempengaruhi perilaku
mengonsumsi terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya,
stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang
mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap
mengeluarkan lawan menabung. Menurut Engel, dkk (1994), keadaan
ekonomi mempengaruhi keputusan kosumen dalam memilih produk dan
merek. Konsumen akan mempertimbangkannya dengan jumlah sumber daya
ekonomi yang mereka miliki sekarang atau pada masa datang untuk
keputusan pembelian. Sumber daya ekonomi tersebut dapat berupa
pendapatan atau kekayaan.Pengeluaran konsumen bergantung pada
perubahan pendapatannya.
Gaya hidup juga memiliki peran dalam menentukan perilaku seseorang
terhadap kegiatan mengonsumsinya.Gaya hidup seseorang adalah pola hidup
di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat, dan pendapat
28
seseorang.Gaya hidup mencerminkan kelas sosial seseorang.Sedangkan
kepribadian merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam
menganalisis perilaku konsumen.Kepribadian adalah karakteristik yang
berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan
yang relatif konsisten. Menurut Engel, dkk (1994) kepribadian seseorang
dapat digambarkan melalui pengetahuannya. Pengetahuan dalam hal ini
adalah apa yang sudah diketahui oleh konsumen, sehingga merupakan faktor
penentu utama dalam perilaku konsumen. Pengetahuan konsumen dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu pengetahuan harga, pengetahuan pembelian
dan pengetahuan pemakaian.
d. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah motivasi,
persepsi, proses belajar, kepercayaan, dan sikap. Kebutuhan yang mendesak
sehingga mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan
tersebut disebut motivasi.Menurut Prasetijo dan Ihalaw (2005), motivasi
adalah daya dorong bagi konsumen untuk berperilaku kepada tujuan tertentu.
Motivasi membawa konsumen untuk terlibat dalam proses perilaku beli,
terutama dalam proses mencari dan mengevaluasi. Setiadi (2003)
mendefinisikan bahwa persepsi adalah proses seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan
suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat membentuk berbagai
macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama. Faktorfaktor
persepsi meliputi perhatian yang selektif, gangguan yang selektif, dan
mengingat kembali yang selektif.Setiap orang memiliki persepsi berbeda
29
dalam melihat berbagai produk.Dengan adanya persepsi, seseorang dapat
memilih dan menentukan barangbarang yang baik bagi dirinya.
Setiadi (2003) mengemukakan bahwa proses belajar menyebabkan perubahan
dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran adalah
suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari
informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi,
observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi
terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai
feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan
dalam situasi yang sama (Schiffman dan Kanuk, 2004). Pembelajaran
seseorang dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan dan
penguatan. Melalui tindakan dan proses belajar, orang akan mendapatkan
kepercayaan dan sikap yang kemudian mempengaruhi perilaku membeli.
Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.Kepercayaan atau beliefs dapat didasarkan pada
pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler dan Amstrong, 2006).Kepercayaan
dapat berupa pengetahuan, pendapat atau sekadar percaya.
2.5 Bauran Pemasaran
a. Pasar
Konsep pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang samasama
mempunyai kebutuhan atau keinginan dalam pertukaran untuk memuaskan
kebutuhan atau keinginan (Kotler, 1993).
30
b. Pemasaran
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi adalah pada penentuan kebutuhan dan keinginan dari pasar
sasaran dan pada pemberian kepuasan yang diinginkan dengan lebih
efektif dan efisien dari pada pesaing (Kotler, 1993).Pemasaran adalah
suatu proses sosial yang melibatkan kegiatankegiatan penting yang
memungkinkan individu dan petani mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk
mengembangkan hubungan pertukaran (Boyd , 2000). Manajemen
pemasaran adalah proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan
dan mengendalikan programprogram yang menyangkut pengkonsepan,
penetapan harga, promosi dan distribusi dari produk, jasa dan gagasan
yang dirancang untuk menciptakan dan memelihara pertukaran yang
menguntungkan dengan pasar sasaran untuk mencapai tujuan petani
(Boyd, 2000).
Widjayanto (1985) menyatakan ada tiga dasar yang harus melandasi
konsep pemasaran, yaitu :
1. Adanya orientasi kepada pelanggan
2. Adanya usaha yang terintegrasi dalam petani
3. Adanya sasaran kegiatan yang berupa pencapaian laba.
c. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
petani untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran (Kotler, 1993). Bauran
pemasaran adalah kombinasi dari variabelvariabel pemasaran yang dapat
31
dikendalikan oleh manajer untuk menjalankan strategi pemasaran dalam
upaya mencapai tujuan petani didalam pasar sasaran tertentu (Boyd,2000).
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan merupakan alat bagi
pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang
perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan
positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.Peran fungsi pemasaran
adalah mencapai sasaran perusahaan dengan menghasilkan penjualan
produk / jasa yang menguntungkan di pasar sasaran(Pearce dan Robinson,
1997).
d. Produk
Perencanaan produk berkaitan dengan upaya mengembangkan produk
yang tepat bagi pasar yang di harapkan.Produk dapat berupa barang fisik,
jasa, ataupun kombinasi barang dan jasa. Unsur yang terangkum dalam
komponen produk, antara lain keistimewaan produk, alatalat ekstra
produk, instalasi, pelayanan, jaminan, bidang usaha, kemasan ataupun cap
dagang (Widjayanto, 1985).
e. Harga
Penetapan harga dilakukan petani dengan tujuan yang mungkin berbeda
beda antara satu petani dengan petani lainnya.Tujuan itu mungkin dapat
berorientasi pada laba, yang mungkin berlatar belakang bermacammacam
pula.
f. Saluran
Komponen terpenting dari saluran pemasaran antara lain adalah
pendistribusian, pengecer, dan pedagang besar atau whole saler, peranan
32
saluran pemasaran merupakan sarana yang dapat melakukan penyesuaian
masalah kuantitas dan keragaman produk untuk mencapai pasar yang
diharapkan (Widjyanto, 1985).
g. Promosi
Promosi berkaitan dengan metode untuk mengkombinasikan produk yang
tepatke pasar yang diharapkan agar terjual pada tempat yang tepat dan
dengan harga yang tepat pula. Promosi di sini meliputi kegiatan penjualan
secara perorangan, penjualan massa, dan promosi penjualan (Widjayanto,
1985). Alat dari bauran pemasaran terdiri dari 4 faktor yang disebut 4 P
:Product (Produk), Price (Harga), Place (Distribusi), dan Promotion
(Promosi). Variabelvariabel tertentu setiap P ditunjukkan pada gambar di
bawah ini:
Gambar 1. Skema Bauran Pemasaran
Bauran Pemasaran
Pasar Sasaran
Product (Produk)
Price (harga) •Daftar harga •Potongan •Bantuan • Jangka pembayaran
•Syarat kredit
Place (distribusi)
Promotion (Promosi) •Penjualan promosi • Iklan •Organisasi penjualan
•Humas •
•Macammacam produk
•Kualitas produk •Cirriciri produk •Merek dag •Kemasan ukuran •Playanan •pengembalian
•Saluran •Daya jangkau • Jumlah produk
•Lokasi •persediaan
33
2.6 Kerangka Pemikiran
Tiwul merupakan makan tradisional masyarakat Indonesia yang terbuat dari
singkong.Meskipun tiwul instan dikenal sebagai makanan tradisional, namun
penggemar tiwul saat ini juga masih banyak.Dengan demikian, peluang
usaha tiwul instan memiliki prospek yang cerah.Namun, hal tersebut
dibutuhkan stategi pemasaran agar tiwul instan semakin diburu oleh
masyarakat.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting dari seluruh aktifitas
bisnis suatu perusahaan. Tujuan kegiatan pemasaran adalah agar produk
dapat sampai ke tangan konsumen dan pihak produsen maupun konsumen
samasama memperoleh apa yang diharapkan. Produsen ingin memperoleh
kepuasan dalam harga menguntungkan, sedangkan konsumen ingin
memperoleh kepuasan dalam hal mutu yang baik dan harga yang pas.Untuk
tujuan ini diperlukan suatu strategipemasaran sehingga tujuan tersebut dapat
dicapai.
Merencanakan strategi pemasaran, perlu diketahui faktorfaktor yang
dipertimbangkan perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran. Untuk
mengetahui posisipetani sekarang dan yang akan datang perlu diketahui
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internalstrategi pemasaran tiwul
instan yakni dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk
melakukan strategi pemasaran.Kekuatan yang dimiliki pengusaha tiwul
adalah dapat melakukan pengembangan produk baru, melakukan pelayanan
terhadap konsumen dengan baik, memiliki kualitas produk yang baik,
melakukan penjualan dengan sistem promosi/periklanan lewat Koran,
34
memiliki kekuatan bisnis dan manajemen serta kolasi pabrik. Sedangkan
kelemahan yang dimiliki yaitu fasilitas pabrik kurang memadai, saluran
distribusi yang panjang, proses produksi lama apabila cuaca hujan
(mendung), persediaan modal yang terbatas saat mendapatkan order yang
banyak, mutu produk yang kurang baik saat musim hujan, dan organisasi
penjualan kurang baik. Faktor eskternal strategi pemasran tiwul instan terdiri
dari peluang yakni dengan melihat pertumbuhan pasar, siklus penjualan,
jumlah produksi, pemasaran langsung ke konsumen, pemilihan merek
dagang yang tepat, serta respon konsumen. Untuk ancaman yaitu
ketersediaan sumberdaya (bahanbaku), isu politik/peraturan pemerintahan,
perubahan teknologi, penetapan harga sarana transportasi, dan hubungan
masyarakat dalam menawarkan produk. Dengan demikian petani tetap
bertahan dan mampu bersaing di masa yang akan datang.
Hal ini sangat penting untuk melihat sejauh mana faktorfaktor tersebut
berperan dalam penyusunan strategi bauran pemasaran, maka digunakan
metode SWOT.Dalam penelitian ini, masalah yang harus dipecahkan adalah
strategi pemasaran tiwul dari masingmasing strategi bauran
pemasaran.Dalam strategi bauran pemasaran, dianalisis tindakan atau
skenario paling efektif untuk dijalankan pemasaran, sehingga pada akhirnya
didapatkan suatu strategi bauran pemasaran yang terdiri dari kombinasi
masingmasing strategi.Strategi bauran pemasaran ini adalah strategi yang
dianggap tepat dan strategis untuk dijalankan petani dalam menghadapi
persaingan yang ketat dan juga memperluas pangsa pasarnya.Pemilihan
strategi bauran pemasaran, perusahaan perlu memperhatikan tujuan yang
35
ingin dicapai oleh perusahaan dalam menjalankan strategi tersebut.Setelah
menganalisis tujuan yang paling dominan berpengaruh terhadap perusahaan,
maka perusahaan menetapkan dominasi elemenelemen strategi terhadap
penyusunan strategi bauran pemasaran.Dari elemenelemen tersebut terdapat
beberapa skenario dalam menjalankan strategi produk, harga, distribusi dan
promosi. Selanjutnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan berdasarkan
penempatan bauran pemasaran yang strategis, maka analisis skenario
skenario yang paling tepat atau paling dominan pengaruhnya terhadap tujuan
tersebut, untuk menyusun strategi bauran pemasaran yang efektif bagi
perusahaan. Untuk lebih jelasnya diagram alir kerangka pemikiran dari
penelitian ini akan diperlihatkan pada Gambar 2.
36
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir
Tiwul Instan
Matriks SWOT & Strategi SO, WO, ST, WT
Strategi Pemasaran Tiwul
Strategi Pemasaran
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan Melakukan pengembangan produk baru Pelayanan terhadap konsumen yang baik Kualitas produk yang dihasilkan Penjualan promosi/periklanan Kekuatan bisnis dan manajemen Kolasi pabrik
Peluang Pertumbuhan pasar Siklus penjualan Jumlah produksi Pemasaran langsung Pemilihan merek dagang Respon konsumen terhadap promosi yang digunakan
Kelemahan Fasilitas pabrik seperti alat produksi kurang memadai
Saluran distribusi Proses produksi yang lama Persediaan modal Mutu produk Organisasi penjulaan
Ancaman Ketersediaan sumberdaya (bahan baku) Isu politik/peraturan pemerintah Perubahan teknologi Penetapan harga Sarana transportasi Hubungan masyarakat dalam menawarkan produk
Rekomendasi
37
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pendapat sementara atau kesimpulan yang belum
final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi,
1990). Berdasarkan pemikiran tersebut hipotesis yang akan diajukan dalam
penelitian ini adalah:
“Diduga terdapat strategi pemasaran tiwulinstan yang efektif di Desa Wonosari
Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur”.
38
III. METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional
Pemasaran adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
sosial,budaya, politik, ekonomi dan manajerial.
Tiwul merupakan makanan tradisional yang menjadi makanan pokok
alternatif pengganti nasi beras.tiwul memiliki ciri tersendiri, sedikit
menggumpal dan berwarna kekuningan, kecoklatan, kehitaman, bahkan ada
yang berbentuk putih menyerupai beras dengan aroma yang kuat.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi petani.
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan petani dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi
sumber daya. Pangsa pasar relatif adalah perkiraan untuk kekuatan
kompetitifnya di dalam industri.
Periklanan merupakan bentuk kegiatan promosionil yang dibayar, disajikan
oleh sponsor yang dapat dikenal.
Hubungan masyarakat merupakan semua kegiatan promosionil lainnya yang
membantu petani untuk mempertahankan dan meningkatkan kesan baik
terhadap petani atau hasil produksi oleh masyarakat atau konsumen.
39
3.2. Lokasi dan waktu Penelitian
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Wonosari
Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.Tempat penelitian ini
dipilih karena disini terdapat industri rumah tangga yang berproduksi
tiwulinsta masih memerlukan strategi pemasaran.Sistem pemasaran dilakukan
apabila ada pesanan dari agen tiwul kemudian baru melakukan produksi tiwul
instan.Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember2016.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Menurut Supardi (2005), metode pengumpulan data selama melakukan
penelitian sebagai berikut : Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan beberapa metode sebagai berikut :
1. Observasi
Metode observasi ini dimaksudkan melakukan pengamatan secara
langsung kasus yang terjadi di lapangan yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
2. Wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab antara
peneliti dengan narasumber atau petani. Dalam melakukan wawancara,
peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan guna melengkapi data penelitian
dengan dibantu daftar pertanyaan (kuesioner) dimana hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan data yang akurat dan teliti.
40
3. Studi Pustaka
Metode studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data penelitian
dengan cara membaca berbagai referensi yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Metode ini bersifat hanya melengkapi data yang
diperoleh di lapangan.
Data yang akan dipakai sebagai bahan analisis dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari
wawancara dengan narasumber atau petani sedangkan data sekunder data
yang diperoleh dari hasil publikasi lembaga atau badan pemerintan maupun
non pemerintah.
3.4. Populasi dan Sampel
Metode pengumpulan data yang terkait dengan populasi adalah masyarakat di
Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan yang berprofesi sebagai pengusaha
tiwul instan, agen dan konsumen.Jumlah sampel penelitian diDesa Wonosari
Kecamatan Pekalonganadalah sebanyak 20 responden yang terdiri dari 10
orang produsen dan 10 orang pedagang.Pengambilan sampel diambil dengan
caranon probability sampling yakni teknik snowball sampling(Sugiyono,
2009). Namun, apabila peneliti belum mendapatkan data yang cukup,
maka peneliti dapat mencari sampel lain sampai mendapatkan data yang
cukup.
41
3.5. Strategi Pengembangan menggunakan Analisis SWOT
Analisis data yang digunakan adalah Analisis SWOT, yakni metode untuk
indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
yang diperlukan.Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)
(Rangkuti, 2008).
Dalam melakukan identifikasi pengembangan usahatani, dari data yang
diperoleh melalui survey di lapangan.Analisis SWOT dilakukan untuk
mendapatkan alternatifalternatif strategi pengembangan usahatani di Desa
Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.Alat yang
dipakai untuk menyusun faktorfaktor strategis adalah matrik SWOT.Matrik
ini dapat menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki.Analisis SWOT dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengumpulan data
(input stage), analisis (matcing stage), dan pengambilan keputusan (decision
stage).
1) Tahap Pertama
Tahap pengmpulan data dengan mengidentifikasi IFAS (Internal
Faktors Analisysis strategic) dan EFAS (Eksternal Faktors Analisysis
strategic ). Adapun tahapan yang dilakukan hingga merumuskan suatu
alternatif pemecahan masalah :
42
a. Tentukan faktorfaktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman yang tertera pada kolom 1.
b. Beri bobot masingmasing faktor mulai dari 1,0 (sangat penting
sampai 0,0 (tidak penting).
c. Hitung rating untuk masingmasing faktor dengan memberi skala
mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kondisi usaha yang
bergerak. Adapun kriterianya adalah jika rating 1 = kuarang baik, 2 =
agak baik, 3 = baik, 4 = sangat baik untuk semua variabel. Misalnya
peluang semakin besar ratingnya 3 dan ancaman semakin besar
ratingnya 1.
d. Kalikan bobot kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masingmasing faktor yang nilainya bervareasi
mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi pertanian yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukan bagaimana usaha tertentu bereaksi terhadap faktorfaktor
stategi internal dan ekasternalnya. Bentuk matrik IFAS (Internal
Faktors Analisysis strategic) pada Tabel 5 dan 6 dan EFAS (Eksternal
Faktors Analisysis strategic) dapat dilihat pada tabel 7 dan 8.
43
Tabel 5. IFAS (Internal Faktors Analisysis Strategic) untuk kekuatan (Strenght)
Kekuatan Bobot Rating Skor Pembobotan
1. Melakukan pengembangan produk baru
2. Pelayanan terhadap konsumen yang baik
3. Kualitas produk yang dihasilkan 4. Penjualan promosi/periklanan 5. Kekuatan bisnis dan manajemen 6. Lokasi pabrik
Tabel 6. IFAS (Internal Faktors Analisysis Strategic) untuk kelemahan (Weakness)
Kelemahan Bobot Rating Skor Pembobotan
7. Fasilitas pabrik seperti alat produksi yang kurang memadai
8. Saluran distribusi 9. Proses produksi yang lama 10. Persediaan modal 11. Mutu produk 12. Organisasi penjualan
Tabel 7. EFAS (Eksternal Faktors Analisysis Strategic) untuk peluang (Opportunities)
Peluang Bobot Rating Skor Pembobotan
13. Pertumbuhan pasar 14. Siklus penjulaan 15. Jumlah produksi 16. Pemasaran langsung 17. Pemilihan merek dagang 18. Respon konsumen terhadap
promosi yang digunakan
44
Tabel 8. EFAS (Eksternal Faktors Analisysis Strategic) untuk ancaman (Threats)
Ancaman Bobot Rating Skor Pembobotan
19. Ketersediaan sumberdaya (bahan baku)
20. Isu politik/peraturan pemerintah 21. Perubahan teknologi 22. Penetapan harga 23. Sarana transportasi dalam proses
pemasaran tiwul 24. Hubungan masyarakat dalam
menawarkan produk
2) Tahap kedua
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan modelmodel
kuantitatif perumusan strategi dengan lengkap dan akurat. Alat yang
digunakan untuk menyusun strategi usahatani adalah matrik SWOT.
Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikanya.
MATRIKS SWOT
IFAS EFAS
STRENGTHS (S) Tentukan 510 faktor faktor kekuatan internal
WEAKNESSES (W) Tentukan 510 faktor faktor kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O) Tentukan 510 faktor peluang eksternal
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan untuk meraih peluang
TREATHS (T) Tentukan 510 faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, 2008
45
Keterangan:
ü Strategi SO : Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran pertanian, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesarbesarnya.
ü Strategi ST : Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang
dimiliki pertanian untuk mengatasi ancaman.
ü Strategi WO : Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
ü Strategi WT : Strategi ini didasarkan pada meminimalkan kelemahan
yang ada serta menghindari ancaman.
Tahap Pengambilan Keputusan: analisis yang telah dilakukan kemudian
mendapatkan perumusan strategi dan melakukan pengambilan keputusan.
46
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
Jumlah penduduk di Desa Wonosari pada tahun 2008 sebesar 3.062 jiwa
dengan jumlah penduduk lakilaki sebesar 1.548 jiwa dan penduduk
perempuan sebesar 1.514 jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga 920 jiwa.
Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten lampung Timurmemiliki
luas wilayah 660,31 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Srisawahan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gantiwarno dan Desa
Kalibening
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Purwoasri
Sebelah Tengah Berbatasan dengan Desa Sritejo Kencono
Kondisi geografis Desa Wonosari adalah ketinggian tanah dari permukaan
laut 75 meter, banyak curah hujan 320 mm/tahun. Sedangkan topografi di
Desa Wonosari termasuk pada dataran tinggi dengan suhu udara ratarata
33 o C.
47
4.1.2 Identitas Petani
Untuk mengetahui latar belakang dan identitas petani, maka perlu diketahui
berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan petani, seperti umur,
tingkat pendidikan yang ditamatkan, pekerjaan.Pada uaraian berikut ini
disajikan informasi yang berhubungan dengan keadaan identitas petani,
pendidikan formal, mata pencaharian, dan pengalaman usaha.
a. Umur Petani
Umur petanipetani dapat mempengaruhi pada kegiatan bertani dan
produktifitas kerja disektor pertanian.Umur produktif seseorang berkisar
antara 27 – 45 tahun, termasuk pada sektor pertanian.Berdasarkan hasil
penelitian dilapangan diperoleh data petanipetani yang berkaitan dengan
umur.Umur petanipetani berbedabeda antara 27 – 68 tahun. Dalam
penelitian ini umur petani diklasifikasikan berdasar kelompok umur lima
tahun. Tabel 9 berikut ini menyajikan sebaran tingkat umur petani.
Tabel 9. Sebaran tingkat umur petani di Desa Wonosari KecamatanPekalongan Kabupaten Lampung Timur
No. Golongan Umur (Th) Jumlah Persentase %
1 22 – 32 3 15 2 33 – 37 2 10 3 38 – 43 4 20 4 44 – 49 5 25 5 50 – 55 3 15 6 56 – 61 3 15
Jumlah 20 100 Sumber: Pengolahan data penelitian 2016
48
Berdasarkan Tabel 9, usiapetani sampel tertinggi berkisar 44 – 49 tahun
sebanyak 5 dengan persentase 25%. Sedangkan usiapetani terendah yakni
pada usia 33 37 sebanyak 2 petani dengan persentase 10%. Data tersebut
menunjukkan bahwa petanitiwul berada pada umur produktif.Hal ini terlihat
bahwa umur yang tergolong produktif masih memiliki kemampuan fisik
yang baik. Tentunya kontribusi berupa kerja yang diberikan akan tetap stabil
meupun meningkat. Selain itu, pengaruh umur yang tergolong produktif
juga mempengaruhi keampuan pola pikir berupa manajemen yang baik.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh para petanipetani dapat
mempengaruhi kreatifitas mereka serta daya serap informasi dan teknologi
usahatani yang lebih maju. Rendahnya pendidikan petaniakan berpengaruh
terhadap kemampuannya dalam memahami berbagai hal yang berkaitan
dengan teknologi usahatani, terutama kesadaran dan ketersediaan petani
dalam menerima inovasi baru. Berdasarkan hasil di lapangan diperoleh data
tingkat pendidikan petanipetani seperti yang disajikan Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10.Sebaran Tingkat Pendidikan Petani di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur
No. Pendidikan Jumlah Persentase %
1 SD/Sederajat 2 10 2 SLTP/Sederajat 8 40 3 SLTA/Sederajat 7 35 4 Sarjana 4 20
Jumlah 20 100 Sumber: Pengolahan data penelitian 2016
49
Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa petani sampel di Desa Wonosari
tingkat pendidikan petanitiwul sampel yaitu 40% didominasi dengan tingkat
pendidikan SLTP/Sederajat.Hal ini mencerminkan bahwa ketrampilan
petani ampel dalam adopsi teknologi dan inovasi masih cukup rendah,
kecuali mereka yang telah terbentuk kelompok tani tersebut sehingga
mereka banyak mendapat arahan dari PPL atau instansi terkait.
4.2 Gambaran Umum Industri Tiwul Instan di Desa Wonosari Kecamatan
Pekalongan Kabupaten Lampung Timur
Tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten
Lampung Timur yakni makanan setengah basah, bertekstur lembut setengah
padat, yang dihasilkan dari pengukusan tepung gaplek atau tepung singkong
yang telah diuleni dengan ditambahkan air hingga basah dan dibentuk
butiranbutiran yang seragam dan dikukus selama 2030 menit. Tiwul dapat
pula dikeringkan menjadi tiwul instan tradisional yang tahan disimpan lebih
dari satu tahun (Rahayu, 2004). Namun, kendala yang dihadapi oleh
agroindustri tiwul instan saat ini yaitu kurangnya ketersediaan bahan baku
utama berupa ubi kayu atau singkong karena telah banyak produk olahan
berbahan baku sama sehingga produsen harus mencari ubi kayu ke daerah
lain agar proses produksi tiwul instan berjalan lancar.
Industri di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung
Timurdidirikan pada tahun 2011, jumlah tiwul yang dihasilkan antara 2030
ton per bulan yang dikelola oleh kelompok tani wanita. Dengan adanya
produksi tiwul instan yang dihasilkan oleh industri rumah tanggaakan lebih
50
beragam. Namun, saat ini belum ada pemasaran yang luas untuk proses
pemasaran tiwul. Proses pemasaran tiwul hanya di sekitar Kabupaten
Lampung Timur. Selain itu, bahan baku tepung gaplek dalam pengolahan
tiwul instan akan mempengaruhi mutu akhir tiwul instan sehingga perlu
dilakukan studi penerimaan produk agar produsen dapat mengetahui bahwa
produk yang akan dipasarkan dapat diterima atau belum dapat diterima oleh
konsumen.
4.3 Proses Pembuatan Tiwul Instan
Proses pembuatan tiwul terdiri dari beberapa tahap yaitu: pembuatan gaplek
perendaman, penggilingan, penambahan tepung kacang hijau dan gula merah,
pembuatan butira, penjemura, pengukusa, pendinginan.
i. Pembuatan gaplek: Proses ini adalah menyediakan ketela pohon yang
masih baru/ basah , kemudian kupas kulit ketela pohon, lalu dicuci dan
dipotong miring pipih dengan tebal kurang lebih 0,5 cm.
ii. Perendaman: Gaplek direndam dalam bak. setelah sehari semalam, air
rendaman diganti sambil gaplek dicuci dan direndam lagi.setelah
perendaman cukup, gaplek dicuci bersih dan ditiriskan. perendaman
dapat memakan waktu 2 hari 2 malam. tergantung tingkat kekeringan
gaplek.
iii. Penggilingan/Penumbukan: Penggilingan/Penumbukan biasanya
dilakukan pada pagi hari, agar dapat dilakukan pengukusan dan
penanganan tiwul yang telah dijemur sekaligus
51
iv. Penambahan Tepung Kacang Hijau dan Gula Merah: Tepung gaplek
yang sudah lembut ditambahi tepung kacang hijau dan gula merahsesuai
dengan kebutuhan , yaitu dengan perbandingan = 4:1:1,dicampur dan
dibuat adonan sampai benarbenar homogen, yaitu ditandai dengan warna
yang merata.
v. Pembuatan Butiran Tahap Pertama: Adonan dalan keadaan lembek,
diayak dengan "irig" yang berlubang kurang lebih 0,3 0,5 cm. hasil
ayakan kemudian di interi menggunakan tampah dengan tujuan
memisahkan butiran besar dan kecil. butiran besar dikecilkan lagi dengan
memecahkan dan meng interi lagi.
vi. Penjemuran: Butiran kemudian dijemur sampai setengah siang. pada
proses ini mungkin masih dilakukan pemisahan butiran besar dan kecil
serta pemecahan besar dan di interi.
vii. Pengukusan: Butiran setengah kering tersebut kemudian ditempatkan
pada kukusan bambu diatas dandang. Pengukusan dilakukan sampai
matang yang ditandai perubahan warna dari putih menjadi kuning
kecoklatan
viii. Pendinginan: Pendinginan dilakukan dengan meletakan dan meratakan
tiwul pada lembaran anyaman bambu lebih kurang setengah jam , dan
siap untuk disajikan
52
4.4 Strategi Pemasaran Tiwul Instan Di Desa Wonosari Kecamatan
Pekalongan Kabupaten Lampung Timur
Strategi pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan
Kabupaten Lampung Timur dengan melakukan analisis SWOT. Analisis
SWOT merupakan analisis strategi untuk melihat kelemahan, peluang dan
ancaman dalam kegiatan agrowisata.Analisis strategi yang telah ditentukan
dengan menggunakan analisis SWOT dengan pemilihan faktor internal dan
faktor eksternal untuk pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan
Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.
4.4.1 Menentukan FaktorFaktor Internal
Adapun faktorfaktor internal dalam pemasaran tiwul instan di Desa
Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur antara lain:
Kekuatan (Strengths)
1. Melakukan pengembangan produk baru
Kelompok tani di Desa Wonosari selalu melakukan pengembangan produk
baru seperti olahan tiwul siap saji dan tiwul kering.
2. Pelayanan terhadap konsumen yang baik
Adanya pelayanan terhadap konsumen yang baik yakni memberikan
pelayanan dengan sikap jujur dan sopan dapat menarik konsumen dalam
proses pemasaran.
53
3. Kualitas produk yang dihasilkan
Kualitas produksi tiwul yang dihasilkan termasuk dalam kategori baik
karena tiwul yang dihasilkan kenyal saat diolah dan memiliki rasa yang
gurih.
4. Penjualan promosi
Dalam proses pemasaran tiwul instan kelompok tani di Desa Wonosari
melakukan penjualan tiwul dengan cara promosi, dengan promosi
dilingkungan tempat industri maka masyarakat sekitar akan menyalurkan
promosi dari mulut ke mulut ke desadesa lain. Pengemasan produk yang
baik dan memeberikan merek/label pada produk.
Gambar 3. Kemasan Produk Tiwul Instan
5. Kekuatan bisnis dan manajemen
Kekuatan bisnis dan manajemen mempengaruhi proses pemasaran yakni
dengan jalinan kerjasama antar penjual atau pengepul/agen.
54
6. Lokasi pabrik
Lokasi pabrik yang dekat dengan pasar menjadikan kekuatan bagi
pengusaha 45 home industri tiwul instan untuk memasarkan tiwulnya
dalam jumlah yang besar.Serta dapat memberikan keuntungan yang besar
karena biaya tranportasi sedikit.
Kelemahan (Weaknes)
1. Fasilitas pabrik seperti alat produksi yang kurang memadai
Fasilitas pabrik seperti alat produksi yang kurang memadai menjadi
kelemahan untuk usaha tiwul instan karena disaat permintaan bertambah
maka produksi tiwul tidak dapat optimal dikarenakan proses pembuatan
tiwul instan lama apabila dilakukan secara manual.
2. Saluran distribusi
Saluran distribusi yang panjang menjadi kelemahan usaha tiwul instan
karena harga untuk pengusaha tiwul akan berkurang. Karena harga yang
ditetapkan dari pengusaha home industri cukup rendah. Hal ini terjadi agar
dari setiap distribusi mendapatkan keuntungan yang sama. Berikut ini
saluran distribusi serta harga dari setiap saluran distribusi:
1. Home industri Agen Pedagang Besar Pedagang Kecil Konsumen Rp. 8000 8.500 9.000 9.500 10.000
2. Home industri Agen Pedagang Besar Konsumen Rp. 8.000 8.500 9.000 9.500
3. Home industri Pedagang Besar Konsumen Rp. 8.000 8.500 9.000
4. Home industri Konsumen Rp. 8.000 9.000
55
3. Proses produksi yang lama
Proses produksi yang lama mempengaruhi proses pembuatan tiwul instan
apalagi jika terjadi hujan maka produksi tiwul akan semakin lama hingga 2
hari sampai lebih proses penjemuran untuk menjadi tiwul instan.
4. Persediaan modal
Persediaan modal yang terbatas menjadi kelemahan usaha tiwul instan
apabila permintaan meningkat dan pembayaran dilakukan secara tempo,
biasanya diberikan waktu selama 1 minggu sampai 2 minggu setelah tiwul
diambil.
5. Mutu produk
Mutu produk yang rendah mempengaruhi permintaan tiwul instan pada
konsumen. Apabila tiwul instan memiliki rasa yang sedikit asam, aroma
yangtidak sedap (kecut) dan berwarna hitam pekat maka permintaan
konsumen akan berkurang.
6. Organisasi penjualan
Organisasi penjualan yang buruk yakni selisih harga antara agen dengan
pengusaha home industri tidak seimbang keuntungannya maka akan
mengakibatkan pendapatan yang tidak merata antar pedagang. Hal ini
menjadikan kelemahan dalam proses pemasaran tiwul.
56
4.4.2 Menentukan FaktorFaktor Eksternal
Peluang (Opportunities)
1. Pertumbuhan pasar
Pertumbuhan pasar yang baik menjadikan peluang untuk memasarkan
produk tiwul instan karena permintaan konsumen akan tiwul meningkat
sehingga pendapatan pengusaha tiwul akan meningkat.
2. Siklus penjualan
Siklus penjualan yang baik dapat menjadi peluang padi pengusaha home
industri yakni dengan sedikitnya proses pemasaran yang ada. Semakin
sedikit rantai pemasaran maka semakin banyak pendapatan yang
dihasilkan oleh pengusaha home industri tiwul instan.
3. Jumlah produksi
Jumlah produksi tiwul instan mempengaruhi pendapatan pengusaha home
industri. Karena semakin banyak permintaan tiwul instan oleh konsumen
maka semakin membuka peluang pesar bagi pengusaha home industri
untuk memasarkan produknys dalam jumlah banyak.
4. Pemasaran langsung
Pemasaran langsung ke konsumen menjadikan peluang pengusaha home
industri mendapatan pendapatan yang optimal jika dibandingkan melalui
agen.
5. Pemilihan merek dagang
Pemilihan merek dagang memiliki peluang yang cukup baik apabila merek
dagang itu mudah dikenal oleh masyarakat serta memiliki arti yang baik.
Karena merek dagang sama saja dengan nama yang beratikan do’a. arti
57
dari merek dagang tiwuil instan yang dipakai oleh home industri Desa
Wonosari yakni “Mangestoni” yang artinya merestui. Arti dari merestui
maka masyarakat akan tertarik untuk membeli tiwul instan sehingga
pemasaran tiwul ikut meningkat.
6. Respon konsumen terhadap promosi yang digunakan
Respon konsumen terhadap promosi yang digunakan oleh pengusaha home
industri dapat mempengaruhi pemasaran tiwul instan karena apabila
konsumen tertarik akan kemasan serta rasa yang telah diberikan maka
permintaan konsumen meningkat.
Ancaman (Threats)
1. Ketersediaan sumberdaya (bahan baku)
Ketersediaan sumberdaya (bahan baku) menjadi ancaman bagi pengusaha
home industri tiwul instan, karena apabila diwaktu jumlah permintaan
meningkat jumlah bahan baku kosong maka konsumen akan kecewa
karena barang yang diminati tidak tersedia. Karena para produsen tiwul
hanya mengandalkan bahan baku yang ada di kelompok tani Desa
Wonosari saja.
2. Isu politik/peraturan pemerintah
Isu politik/peraturan pemerintah mempengaruhi permintaan tiwul instan
yakni adanya penetapan harga beras dan tiwul yang berbeda jauh maka
konsumen akan beralih pada beras yang murah harganya.
3. Perubahan teknologi
Perubahan teknologi dapat menjadi ancaman bagi produksi tiwul instan
karena banyaknya orang yang sudah gengsi untuk mengkonsumsi tiwul.
58
4. Penetapan harga
Penetapan harga yang tinggi dapat menjadi ancaman bagi pengusaha tiwul
instan karena konsumen lebih memilih beras untuk dikonsumsi jika harga
beras lebih murah.
5. Sarana transportasi dalam proses pemasaran tiwul
Sarana transportasi dalam pemasaran tiwul menjadi ancaman bagi
pengusaha tiwul instan karena apabila biaya transportasi lebih tinggi
dibandingkan dengan keuntungan yang didapat maka proses pemasaran
sulit dilakukan.
6. Hubungan masyarakat dalam menawarkan produk
Hubungan masyarakat dalam menawarkan produk sangat mempengaruhi
permintaan tiwul instan karena di masyarakat masih terdapat sistem
kekerabatan dan sistem gotong royong yang dapat mempengaruhi
permintaan tiwul instan di masyarakat.
4.4.3 Analisis Strategi
Setelah diidentifikasi faktor internal dan eksternal yang terdiri dari
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran tiwul instan di
Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan.Tahap selanjutnya adalah menyusun
table matrik Internal Faktor Analisysis Strategic (IFAS) dan Eksternal
Faktor Analisysis Strategic (EFAS).Tahap ini merupakan tahap awal dalam
merumuskan strategi pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan
Pekalongan.
59
4.4.4 Analisis Faktor Internal dan Eksternal Menggunakan Matrik IFAS dan EFAS
Berdasarkan identifikasi terhadap faktorfaktor Internal Faktor Analisysis
Strategic (IFAS) dan Eksternal Faktor Analisysis Strategic (EFAS)
diperoleh kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki
pengusaha tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan. Faktor
faktor strategi internal dan eksternal diperoleh dari hasil wawancara dan
pengisian kuesioner oleh konsumen, dan pengusaha tiwul instan di Desa
Wonosari Kecamatan Pekalongan.Pembobotan dilakukan dengan
menggunakan tabel perhitungan untuk mendapatkan bobot masingmasing
variabel internal dan eksternal. Bobot yang digunakan merupakan hasil total
pembobotan ratrata dari petani. Pemberian peringkat (rating) diperoleh dari
petani yang sama, sehingga diperoleh nilai dari faktorfaktor strategi internal
dan eksternal. Dengan memasukan identifikasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman.Kemudian diberi bobot dan peringkat maka diperoleh
skor pembobotan.
Tabel 11.Matrik Internal Faktor Analisysis Strategic (IFAS)
Faktorfaktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Pembobotan Kekuatan 25. Melakukan pengembangan
produk baru 26. Pelayanan terhadap konsumen
yang baik 27. Kualitas produk yang
dihasilkan 28. Penjualan promosi/periklanan 29. Kekuatan bisnis dan
manajemen 30. Lokasi pabrik
0,02
0,08
0,18 0,02 0,02 0,12
3,48
3,52
3,52 3,48 3,48 3,28
0,07
0,28
0,63 0,07 0,07 0,39
Total 0,44 100 1,52 Kelemahan
0,02 3,48 0,07
60
31. Fasilitas pabrik seperti alat produksi yang kurang memadai
32. Saluran distribusi 33. Proses produksi yang lama 34. Persediaan modal 35. Mutu produk 36. Organisasi penjualan
0,08 0,08 0,02 0,02 0,02
3,52 3,52 3,48 3,48 3,48
0,28 0,28 0,07 0,07 0,07
Total 0,24 100 0,84 Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan hasil pengamatan matrik IFAS, faktor strategi internal yang
merupakan kekuatan terbesar dan paling berpengaruh terhadap pemasaran
tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan adalah kualitas
produk yang dihasilkan memiliki bobot sebesar 0,18. Hal ini menunjukan
bahwa apabila kualitas produk yang dihasilkan baik maka pengusaha tiwul
instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalonganakanmemperoleh
pemasaran tiwul instan yang meningkat sehingga permintaan juga
meningkat.
Faktor strategi internal yang merupakan kelemahan terbesar dan paling
berpengaruh terhadap pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan
Pekalongan adalah saluran distribusi yaitu 0,08 dan proses produksi yang
lama yakni 0,08. Hal ini menunjukan bahwa saluran distribusi yang panjang
mempengaruhi pendapatan pengusaha tiwul instan dan proses produksi yang
lama mempengaruhi para konsumen untuk membeli tiwul instan.
Hasil analisis matrik IFAS untuk kekuatan mendapatkan skor 1,52 dan
kelemahan mendapatkan skor 0,84. Sehingga diperoleh total nilai pada
posisi internal ratarata yang dilihat dari bobot yaitu 2,36. Hal ini bahwa
61
skor kekuatan pada pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan
Pekalongan lebih baik dari pada kelemahannya.
Berdasarkan penilaian skor yang telah disusun, total skor pemasaran tiwul
instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan sebesar 2,36 termasuk
dalam kategori baik, yaitu diatas ratarata 2 dari rating yang telah ditetapkan
maksimal 4. Kelemahan pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari
Kecamatan Pekalongan harus lebih diperhatikan agar nantinya bisa
diperkecil.Dari hasil tersebut petani harus lebih bisa memanfaatkan
kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahankelemahannya.Adapun
hasil perkalian antara ratarata bobot dan rating dari petani digabungkan
dalam matrik EFAS ditunjukan pada Tabel 12.
Table 12.Matrik Eksternal Faktor Analisysis Strategic (EFAS)
Faktorfaktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Pembobotan Peluang 37. Pertumbuhan pasar 38. Siklus penjulaan 39. Jumlah produksi 40. Pemasaran langsung 41. Pemilihan merek dagang 42. Respon konsumen terhadap
promosi yang digunakan
0,07 0,27 0,57 0,17 0,27 0,17
3,23 3,23 3,23 3,23 3,23 3,23
0,23 0,87 1,84 0,55 0,87 0,55
Total 1,52 100 4,91 Ancaman 43. Ketersediaan sumberdaya
(bahan baku) 44. Isu politik/peraturan
pemerintah 45. Perubahan teknologi 46. Penetapan harga 47. Sarana transportasi dalam
proses pemasaran tiwul 48. Hubungan masyarakat dalam
menawarkan produk
0,47
0,07 0,27 1,53 1,03
0,57
3,23
3,23 3,23 0,17 1,17
3,23
1,52
0,23 0,87 0,26 1,21
1,84
62
Total 3,94 100 5,92 Sumber: Data primer, diolah
Berdasarkan Tabel 12 hasil perhitungan EFAS, faktor strategi ekternal yang
merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh terhadap pemasaran
tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan yaitu jumlah
produksi dengan nilai bobot sebesar 0,57. Hal ini menunjukan bahwa
jumlah produksi yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan pengusaha
tiwul instan.Karena jumlah produksi yang tinggi yakni dari permintaan baik
agen ataupun konsumen yang telah menjadi langganan.
Faktor strategi eksternal yang merupakan ancaman terbesar dan paling
berpengaruh terhadap pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan
Pekalongan adalah penetapan hargayang dilihat dari besarnya bobot yaitu
1,53. Penetapan harga dari tingkat produsen dapat menjadi ancaman bagi
pengusaha tiwul dalam proses pemasaran di Desa Wonosari Kecamatan
Pekalongan karena bagi pengusaha total biaya produksi yang tidak menentu
menjadikan penetapan harga yang kurang adil bagi pengusaha.
Hasil analisis matrik EFAS untuk peluang mendapatkan skor 4,91 ada
ancaman mendapatkan skor 5,92. Sehingga diperoleh total nilai eksternal
ratarata yaitu sebesar 10,83. Hal ini berarti bahwa skor peluang yang
dimiliki Pengusaha tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan
lebih kecil dari pada ancamannya.
Berdasarkan penilaian skor yang telah disusun, total skor pemasaran tiwul
instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan sebesar 10,83 termasuk
63
kategori pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan
Pekalongankurang baik yaitu berada di atas ratarata nilai 2 dari rating yang
telah ditetapkan maksimal 4. Dengan demikian,pengusaha tiwul instan di
Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan harus memiliki antisipasi yang
tinggi terhadap segala ancaman yang datang dengan memanfaatkan peluang
yang dimiliki.
Kegunaan matrik IFAS dan EFAS adalah untuk mengetahui posisi
pengusaha tiwul instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan saat
ini.Oleh sebab itu pemetaan posisi pengusaha tiwul instan di Desa Wonosari
Kecamatan Pekalongan sangat penting dalam pemilihan strategi yang
ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, total nilai pada
metrik IFAS untuk kekuatan dan kelemahan sebesar 2,36, yang artinya
faktor internal berada di atas ratarata. Sedangkan total nilai pada matrik
EFAS untuk peluang dan ancaman yaitu sebesar 10,83 yang artinya faktor
eksternal berada di atas ratarata.
Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor untuk
merumuskan strategi. Berdasarkan data faktorfaktor internal dan eksternal
didapatkan skor pembobotan sebagai berikut: faktor kekuatan = 1,52, faktor
kelemahan = 0,84, faktor peluang = 4,91 dan faktor ancaman 5,92.
64
Skor pembobotan selanjutnya diplotkan pada gambar analisis diagram
SWOT yang terdiri dari 4 kuadran yaitu:
III Peluang I
4,91
1,52 Kelemahan Kekuatan
0,84
5,92
IV Ancaman II
Gambar 4. Grafik Analisis SWOT Agrowisata Pengusaha tiwul instan
Dari perpotongan keempat garis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman, maka didapatkan koordinat (0,68 ; 1,01) yaitu:
skor kekuatan – skor kelemahan ; skor peluang – skor ancaman 2 2
1,52 – 0,84 ; 4,91 – 5,92 2 2 0,34 ; 0,50
III Peluang I
0,34 Kelemahan Kekuatan
0,50
IV Ancaman II
Gambar 5. Grafik Analisis SWOT Pengusaha Tiwul Instan
65
Analisis SWOT yang dilakukan sebelumnya dapat digunakan sebagai dasar
dalam penentuan strategi pemasaranpengusaha tiwul instan di Desa
Wonosari Kecamatan Pekalongan kedepan. SWOT matrik ini dibangun
berdasarkan hasil analisis faktorfaktor strategis internal maupun eksternal
yang terdiri dari berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Hasil analisis pada matrik SWOT diperoleh koordinat (0,34;0,50)
yang mana koordinat ini masuk pada kuadran II, yakni meskipun
menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan
dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar). Pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari
Kecamatan Pekalongan memiliki kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan
kekuatan yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan agresif.
4.4.5 Perumusan Perioritas Strategi dengan Analisis SWOT
Perumusan perioritas dan keterkaitan antar strategi berdasarkan pembobotan
rating hasil SWOT, maka dilakukan interaksi kombinasi strategi internal
eksternal, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Interaksi kombinasi strategi SO merupakan strategi menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang, jika pemasaran tiwuldi Desa
Wonosari berada pada posisi ini maka mendukung pemasaran tiwul
instan ke depannya.
66
2. Interaksi kombinasi strategi WO merupakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang, jika usaha pemasaran tiwul di
Desa Wonosari berada pada posisi ini maka masalahmasalah internal
strategi pemasaran tiwul dapat diusahakan dengan memanfaatkan
peluang yang ada.
3. Interaksi kombinasi strategi ST merupakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman, jika usaha pemasaran tiwul berada
pada posisi ini strategi yang dilakukan adalah menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman yang dihadapi oleh pengusaha tiwul instan.
4. Interaksi kombinasi strategi WT merupakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan ancaman. Apabila usaha pemasaran
tiwul sedang berada pada saat yang tidak menguntungkan. Hal ini karena
usaha pemasaran tiwul menghadapi kelemahan internal. Berdasarkan
interaksi kombinasi tersebut, kemudian digabungkan dalam matrik
seperti Tabel 13.
Tabel 13. Matrik Strategi Kombinasi Internal dan Eksternal
EFAS
IFAS KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
PELUANG (O)
ANCAMAN (T)
STRATEGI (SO)
STRATEGI (ST)
STRATEGI (WO)
STRATEGI (WT)
Hasil penggabungan perhitungan pembobotan rating IFAS dan EFAS dapat
dilihat pada Tabel 14.
67
Tabel 14.Pembobotan rating IFAS dan EFAS
O = 4,91 T = 5,91
S = 1,52
W = 0,84
SO = 6,43
WO = 5,75
ST = 7,43
WT = 6,75
Berdasarkan hasil pembobotan rating hasil kuesioner SWOT, maka dapat
disusun prioritas strategi berdasarkan kombinasi strategi yang paling tinggi
sampai dengan paling rendah, dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Tingkat Prioritas Strategi SWOT
Prioritas Strategi Bobot Nilai
I
II
III
IV
StrenghOpportunity (SO)
StrenghThreat (ST)
Weakness Opportunity (WO)
Weakness Threat (WT)
6,43
7,43
5,75
6,75
Hasil interaksi IFAS dan EFAS yang menghasikan alternatif strategi yang
mendapatkan bobot tertinggi adalah StrenghThreat (ST)dengan skor 7,43,
diterjemahkan sebagai strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang. Strategi untuk pemasraan tiwul bobot kekuatan
lebih besar daripada kelemahan, sedangkan bobot peluang lebih besar
daripada ancaman dalam pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari
Kecamatan Pekalongan.
Tujuan dari tahap analisis terhadap faktorfaktor strategi (matrik SWOT)
adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak.Berdasarkan matrik
68
SWOT dihasilkan srategi StrenghOpportunity (SO), StrenghThreats (ST),
WeaknessOpportunity (WO), dan Weakness Threats (WT).Hasil analisis
terhadap empat strategi yang disarankan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Matrik SWOT Pemasaran Tiwul Instan di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan
Internal Faktor Analisysis Strategic (IFAS)
Eksternal Faktor Analisysis Strategic (EFAS)
Kekuatan (S)
1. Melakukan pengembangan produk baru
2. Pelayanan terhadap konsumen yang baik
3. Kualitas produk yang dihasilkan
4. Penjualan promosi/periklanan 5. Kekuatan bisnis dan
manajemen 6. Lokasi pabrik
Kelemahan (W)
1. Fasilitas pabrik seperti alat produksi yang kurang memadai
2. Saluran distribusi 3. Proses produksi yang lama 4. Persediaan modal 5. Mutu produk 6. Organisasi penjualan
Peluang (O)
1. Pertumbuhan pasar 2. Siklus penjulaan 3. Jumlah produksi 4. Pemasaran langsung 5. Pemilihan merek dagang 6. Respon konsumen
terhadap promosi yang digunakan
Strategi SO
1. Melakukan pengembangan produk baru dengan melihat pertumbuhan pasar
2. Pelayanan terhadap konsumen yang baik apabila siklus penjualan semakin meningkat
3. Kualitas produk yang dihasilkan tetap baik meskipun jumlah pemasaran meningkat
4. Penjulan promosi/periklanan akan meningkat apabila dilakukan pemasaran secara langsung
5. Pemilihan merek dagang mempengaruhi kekuatan bisnis dan manajemen pengusasa tiwul
6. Respon konsumen terhadap promosi yang digunakan mempengaruhi lokai pabrik yang baik
Strategi WO
1. Fasilitas pabrik seperti alat produksi yang kurang memadai menjadi faktor kelemahan untuk menunjang pertumbuhan pasar yang semakin meningkat
2. Siklus penjualan mempengarhi saluran distribusi yang kurang baik
3. Jumlah produksi akaj berkurang apabila proses produksi lama
4. Pemasaran langsung akan mempengaruhi persediaan modal
5. Pemilihan merek dagang akan mempengaruhi mutu produk apabila tidak sesuai dengan konsisi produk yang dihasilkan
6. Respon konsumen terhadap promosi yang digunakan berpengaruh pada organisasi penjulaan
Ancaman (T)
1. Ketersediaan sumberdaya (bahan baku)
2. Isu politik/peraturan pemerintah
3. Perubahan teknologi 4. Penetapan harga 5. Sarana transportasi dalam
proses pemasaran tiwul 6. Hubungan masyarakat
dalam menawarkan produk
Strategi ST
1. Melakukan pengembangan produk baru dengan melihat kesederhanaan sumberdaya (bahan baku)
2. Pelayanan terhadap konsumen yang baik berpengaruh pada isu politik/peraturan pemerintah
3. Kualitas produk yang dihasilkan tetap baik meskipun terdapat perubahan teknologi
4. Penjulan promosi/periklanan
Strategi WT
1. Fasilitas pabrik seperti alat produksi yang kurang memadai menjadi faktor kelemahan untuk menunjang ketersediaan sumberdaya (bahan baku)
2. Isu politik/peraturan pemerintah mempengarhi saluran distribusi yang kurang baik
3. Perubahan teknologiakan mempengaruhi proses produksi
69
akan meningkat apabila penetapan harga dapat stabil
5. Sarana transportasi dalam proses pemasaran tiwul akan mempengaruhi kekuatan bisnis dan manajemen pengusasa tiwul
6. Respon konsumen terhadap promosi yang digunakan mempengaruhi hubungan masyarakat dalam menawarkan produk
yang lama 4. Penetapan harga akan
mempengaruhi persediaan modal
5. Sarana transportasi dalam proses pemasaran tiwul akan mempengaruhi mutu produk apabila tidak sesuai dengan konsisi produk yang dihasilkan
6. Hubungan masyarakat dalam menawarkan produk berpengaruh pada organisasi penjulaan
Berdasarkan hasil pembobotan nilai tertinggi adalah strategi Strengh
Threats (ST) terletak pada kuadran II. Pada kuadran ini merupakan situasi
yang sangat baik, karena pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari
Kecamatan Pekalongan memiliki kekuatan yang dimiliki pertanian untuk
mengatasi ancaman. Tingginya strategi nilai prioritas ST bukan berarti
strategi lain yang memiliki nilai lebih rendah tidak bermanfaat dan tidak
perlu diterapkan. Akan tetapi, apabila ingin mendapatkan hasil yang
maksimal strategi SO, WO, dan WT harus ikut dilaksanakan.
Strategi yang digunakan untuk meningkatkan pemasaran tiwul instan di
Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan adalah kualitas produksi tiwul
instanagar konsumen meningkat maka pemasaran tiwul dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat dengan baik. Konsep yang baik akan memberikan
pendapatan pengusaha tiwul tiwul instan. Dalam kondisi tersebut pengusaha
tiwul instan mendapatkan pendapatan untuk produksi tiwul yang ada di
Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan.Strategi pemasaran tiwul instan
yang dapat dilakukan adalah meningkatkan jumlah produksi dengan
melakukan promosi melalui iklan atau media masa lainnya.
70
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Strategi yang dapat dilakukan dalam pemasaran tiwul instan di Desa
Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur berdasarkan
hasil analisis pada matrik SWOT diperoleh koordinat (0,34 ; 0,50) yang
mana koordinat ini masuk pada kuadran II, yakni meskipun menghadapi
berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi
internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar). Pemasaran tiwul instan di Desa Wonosari
Kecamatan Pekalongan memiliki kekuatan yakni kualitas produksi tiwul
dan meningkatkan jumlah produksi, yang dapat dimanfaatkan untuk
menghadapi ancaman.
5.2 Saran
5.2.1 Meningkatkan kualitas produksi tiwul instanagar konsumen meningkat
maka pemasaran tiwul dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan
baik.
5.2.2 Meningkatkan jumlah produksi dengan melakukan promosi melalui
iklan atau media masa lainnya.
71
DAFTAR PUSTAKA
Andreasen dan Kotler. 1993. Strategi Pemasaran untuk Organisasi Nirlaba edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta. Emilia O, penerjemah ; Hasanbasri M, editor. Terjemahan dari : Strategic Marketing for Nonprofit Organizations Third Edition.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Penebar Swadaya. Jakarta
Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, 2015
Biro Pusat Statistik. 2012. Berita Resmi Statistik. www.bps.go.id
Boyd H , Walker O. C dan J.C. Larrenche. 2000.Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global edisi Kedua. Erlangga : Jakarta.
Data Hasil Penelitian di Desa Wonosari Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur 2016
Direktorat Bina Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2003
Djuwardi. 2009. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech. Yogyakarta.
Drewnowski. 1997. Teste Preferences and food intake. Annual review of nutrition.
Engel, dkk. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta. Binarupa Aksara
Hendaris, Budi. 2013. Perancangan Sistem Informasi Pembelian dan Penjualan Pada Bengkel. Vol 10 No 2 November 2013.
Indriani, 2007. Membina Kompetensi Ekonomi. Grafindo Media Pratama. Jakarta.
Khoidah, Ida. 2006. Studi Pemasaran Produk Rotan Untuk Tujuan Ekspor : Kasus Cv. Java Rattan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian.
72
Kotler P. 1992. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian edisi ke Tujuh. Fakultas Ekonomi Univarsitas Indonesia: Jakarta.
Kotler,P. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Kotler dan Amstrong, 2006. Manajemen Pemasaran. Fakultas Ekonomi Univarsitas Indonesia: Jakarta.
Pearce, J. dan Robinson, R. 1997. “Manajemen Stratejik Jilid I”. Binarupa Aksara: Jakarta.
Prasetijo dan Ihalaw. 2005. Perilaku Konsumen. Andi Offset. Yogyakarta.
Rachawati, Yeni dan Kurniati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas. Kencana. Jakarta.
Radiosunu. 2001. Manajemen Pemasaran; Suatu Pendekatan Analisis, Edisi Kedua, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,
Resmawati, T. 2013. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Produk Susu. Fakultas Ekonomi Univarsitas Indonesia: Jakarta.
Rochaeni. 2013. Preferensi Konsumen Terhadap Buah Local Hanya Berdasarkan Atribut Rasa. Universitas Negeri Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat. 1998. Teknik Memproduksi Bibit Unggul Tanaman Buah Buahan. Kanisius. Yogyakarta.
Simamora. 2003. Memenangkan Pasar Dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sanjur. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Schiffman dan Kanuk. 2004. Perilaku Konsumen (edisi 7). PT. Gramedia. Jakarta
Setiadi, Nugroho, SE. MM. 2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Imlikasi Untuk Strategi dan penelitian Pemasaran. Kencana. Jakarta.
Siagian, S.P. 2004. Manajemen Sumber Daya Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soetarto, E.S., 2008. Petunjuk praktikum mikrobiologi untuk Mahasiswa fakultas biologi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Subahar, Tati. 2004. Khasiat & Manfaat Pare si Pahit Pembasmi Penyakit. Jakarta, Agromedia Pustaka.
73
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bumi Aksara. Bogor
Sumarwan, Ujang. 2002. Prilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran). Ghalia Indonesia. Bogor.
Supardi. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Verawati, N. 2011. Pengaruh Rasio Tepung Aren:Tepung Terigu dan Penambahan Baking Powder terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Cookies. Universitas Brawijaya. Malang
Wartaka, M. 2004. Analisis Preferensi Konsumen Produk Lipstik dan Kaitannya. Rineka Cipta. Jakarta.
Widjayanto N. 1985. Pemeriksaan Operasional Perusahaan. Fakultas Ekonomi Unitersitas Indonesia : Jakarta.
Yusty. 2013. Analisa Usahatani Penangkar Benih Padi Sawah dan Permasalahannya (Studi Kasus di Desa Balah Hilir Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
74
KUESIONER PENELITIAN PEMILIHAN STRATEGI PEMASARAN YANG SESUAI
UNTUK TIWUL INSTAN
Judul Penelitian
STRATEGI PEMASARAN TIWUL INSTAN DI DESA WONOSARI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Jabatan :
Tanggal Pengisian :
Alamat :
Saya mohon Bapak/Ibu dapat mengisinya secara objektif dan benar, karena kuesioner ini adalah untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah.
Peneliti : DENTRI KUSMARWANTO
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN DHARMA WACANA METRO – LAMPUNG
TAHUN 2016
75
A. Aspek Pengembangan Tiwul Instan
Analisis Bauran Pemasaran
FaktorFaktor Penentu Alternatif Strategi Terpilih ST S KT TS
Kekuatan 1. Melakukan pengembangan produk baru 2. Memberikan pelayanan terhadap
konsumen dengan baik 3. Kualitas produk yang dihasilkan baik
yakni memiliki rasa yang gurih sehingga diminati oleh konsumen
4. Penjualan dilakukan dengan promosi/periklanan seperti brosur, Koran dan media masa lainnya
5. Kekuatan bisnis dan manajemen yang dimiliki baik sehingga banyak produsen yang melakukan kerjasama
6. Lokasi pabrik dekat dengan pasar dan memiliki akses jalan yang baik
Kelemahan 1. Fasilitas pabrik seperti alat produksi yang
kurang memadai untuk melakukan produksi tiwul dalam jumlah yang besar dalam waktu singkat
2. Saluran distribusi yang panjang membuat harga pabrik semakin turun
3. Proses produksi yang lama saat musim hujan
4. Persediaan modal yang terbatas 5. Mutu produk yang kurang baik saat musim
hujan 6. Organisasi penjualan belum ada
Peluang 1. Pertumbuhan pasar yang semakin
berkembang menjadikan permintaan tiwul meningkat
2. Siklus penjulaan yang baik memberikan pendapatan yang maksimal
3. Jumlah produksi semakin meningkat dari tahun ketahun
4. Pemasaran langsung ke konsumen memberikan pendapatan yang maksimal
5. Pemilihan merek dagang yang cepat dikenal konsumen
6. Respon konsumen terhadap promosi yang digunakan dari mulut ke mulut