PENGANTAR ILMU LINGKUNGANPERUBAHAN IKLIM AKIBAT
PEMANASAN GLOBAL
DISUSUN OLEH:
AGUS SUTIAMAN
FAKULTAS BIOLOGIUNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA – 2016
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan karunai-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Pemanasan Global ini.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengantar Ilmu Lingkungan. Namun demikian, penulis
menyadari keterbatasan yang dimiliki dalam penyusunan makalah ini
sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan agar
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan juga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Tujuan........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Prinsip Dasar Perubahan Iklim................................
B. Fakta-Fakta Perubahan Iklim.....................................................
C. Dampak Perubahan Iklim dengan Kesehatan Manusia.............
D. Penyakit yang Timbul.................................................................
E. Strategi Pengendalian Perubahan Iklim.....................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangBumi adalah tempat tumbuh dan berkembang berbagai spesies
makhluk hidup termasuk manusia didalamnya. Alam dan makhluk
hidup secara natural membentuk keseimbangan, sinergi, homeostatis,
rantai makanan, dan daur hidup. Segala sesuatunya berhubungan di
alam dan saling melengkapi satu sama lain. Namun, manusia kadang
lalai bahwa bumi ini tidak dihuni sendiri oleh mereka, banyak spesies,
flora dan fauna yang semuanya berbagi ruang kehidupan dengan
manusia. (Kuncoro Sejati., 2011
Lingkungan merupakan sumber daya alam yang dikonsumsi
pada tingkat eksponensial. Sayangnya sumber daya alam tidak dapat
dengan mudah diperbaharui. Hal ini yang telah menyebakan banyak
masalah lingkungan dan isu-isu yang perlu ditangani. Masa globalisasi
saat ini penuh dengan kekeringan, kelaparan, banjir. Dan bencana
alam. Frekuensi kejadian tersebut meningkat secara drastis. Pada saat
ini kita melihat masalah lingkungan yang sangat serius. Kebaynykan
dari masalah tersebut adalah saling terkait dan memiliki penyebab
yang sama. Salah satu hal yang paling sering dipebincangkan saat ini
yaitu adalah perubahan iklim. Perubahan iklim pada saat ini menjadi
sorotan utama masalah lingkungan. Perubahan iklim menyebabkan
perubahan pada beberapa ekosistem diseluruh dunia. Perubahan iklim
telah memberi dampak kekeringan di beberapa daerah. Efeknya tidak
hanya mematikan bagi manusia tetapi juga bagi spesies lain.
(www.wedaran.com: 2016)
Perubahan iklim global pada prinsipnya disebabkan naiknya
gas-gas karbon dioksida, gas metan, dan gas-gas lain pada beberapa
dekade ini. Gas-gas ini dikenal dengan sebutan gas rumah kaca
(GRK) karena berfungsi seperti kaca yang meneruskan cahaya
matahari, tetapi menangkap energi panas dari dalamnya. Semakin
tebal konsentrasi gasnya, semakin banyak panas bumi yang tertahan
sehingga meningkatkan suhu udara yang dekat dengan permukaan
bumi.Perubahan iklim global sebenarnya bukanlah hal baru, karena
secara alami iklim di bumi selalu berubah dari jutaan tahun lalu.
Sebagai buktinya adalah sebagian besar wilayah bumi yang saat ini
lebih hangat, sebenarnya merupakan tutupan es pada jutaan tahun
lalu, dan beberapa abad belakangan ini suhu bumi rata-rata telah naik
turun secara musiman, sebagai akibat fluktuasi radiasi matahari atau
akibat letusan gunung berapi secara berkala. Namun, di luar kejadian
alami tersebut, saat ini perubahan iklim global lebih cepat terjadi akibat
peningkatan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai
aktivitas manusia, seperti pembakaran hutan dan penggunaan secara
besar-besaran bahan bakar fosil.
Walaupun telah dilakukan usaha besar-besaran untuk
menurunkan produksi karbon dioksida, konsenterasi di atmosfer hanya
akan berkurang sedikit sekali, karena molekul karbon dioksida
bertahan selama 100 tahun di udara sebelum akhirnya diambil oleh
proses geokimia. Dengan demikian, kadar karbon dioksida di udara
semakin meningkat sejalan dengan adanya kebakaran yang sangat
besar dan pertambahan kendaraan bermotor di seluruh dunia.
(www.karyatulisilmiah.com., 2016)
B. TujuanTujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini meliputi adalah :
1. Memberikan gambaran luas penyebab perubahan iklim.
2. Menggambarkan efek kesehatan potensial yang mungkin terkait
dengan perubahan iklim.
3. Memberikan solusi atau strategi pengendalian untuk mengurangi
potensi dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Prinsip Dasar Perubahan IklimPemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-
rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Pada saat ini, Bumi menghadapi
pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan
aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran
bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang
melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas
rumah kaca ke atmosfer.
Berdasarkan United Nations Framework Convention on Climate
Change,perubahan iklim diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjuk
pada adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung
maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi
atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati
selama periode waktu tertentu.
Kegiatan manusia yang telah dilakukan dalam merubah komposisi
atmosfer adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer khususnya dalam bentuk CO2,
CH4 dan N2O. gas-gas ini yag menentukan peningkatan suhu udara
karena sifatnya seperti kaca yang dapat meneruskan radiasi gelombang
pendek yang tidak bersifat panas tetapi menahan radiasi gelombang
pendek yang bersifat panas. Akibatnya atmosfer makin memanas dengan
laju yang setara dengan laju perubahan konsentrasi gas rumah kaca
(Wijayanti, 2010).
Perubahan iklim global tidak terjadi seketika meskipun laju
perubahan lebih cepat dibandingkan dengan perubahn iklim secara alami,
perubahan terjadi dalam periode dekade sehingga issue perubahan iklim
masih menjadi hal yang menimbulkan pro dan kontra. Perubahan
konsentrasi gas rumah kaca global ini juga berpengaruh pada kenaikan
suhu lokal di Indonesia. Di Indonesia terjadi perubahan secara perlahan-
lahan lebih kurang 0,03oC per tahun. Apabila di tinjau dalam periode
puluhan tahun maka perubahn ini cukup besar. Apalagi jika kenaikan suhu
menyertai kejadian iklim ekstrim. Perubahan iklim global ini memberikan
dampak di berbagai bidang kehidupan termasuk kesehatan (Wijayanti,
2010).
B. Dampak Pemanasan Global1. Dampak pada lingkungan:
Dampak akibat perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan
global sudah mulai terlihat seperti:
a. Mencairnya Es di Kutub
Pemanasan global berdampak langsung pada terus mencairnya
es di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan. Es di Greenland yang
telah mencair hampir mencapai 19 juta ton! Volume es di Artik pada
musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4 tahun
sebelumnya! Baru-baru ini sebuah fenomena alam kembali
menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6 Maret 2008,
sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali
luas kota Surabaya) di Antartika runtuh.
b. Meningkatnya Level Permukaan Laut
Mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan berdampak
langsung pada naiknya level permukaan air laut. Para ahli
memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair, level permukaan
laut akan naik sampai dengan 7 meter! Cukup untuk menenggelamkan
seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah di seluruh dunia.
c. Perubahan Iklim yang Makin Ekstrim
Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga
menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat yang
lain. Topan dan badai tropis baru akan bermunculan dengan
kecenderungan makin lama makin kuat.
d. Gelombang Panas yang Makin Meningkat
Pemanasan global mengakibatkan gelombang panas menjadi
makin sering terjadi dan makin kuat. Gelombang panas ini juga
menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan panen merata.
Sebelas dari dua belas tahun terakhir merupakan tahun-tahun
terhangat dalam temperatur permukaan global sejak 1850. Tingkat
pemanasan rata-rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali
lipat dari rata-rata seratus tahun terakhir. Temperatur rata-rata global
naik sebesar 0.74oC selama abad ke-20, dimana pemanasan lebih
dirasakan pada daerah daratan daripada lautan.
e. Habisnya Gletser sebagai Sumber Air Bersih
Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air
bersih dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan
level air laut dunia. Gletser-gletser dunia saat ini mencair hingga titik
yang mengkhawatirkan! NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960
hingga 2005 saja, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan dunia
yang hilang tidak kurang dari 8.000 m3
Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser,
cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara
global, hingga meningkatnya level air laut merupakan bukti-bukti bahwa
planet bumi sedang terus memanas. Dan dipastikan bahwa umat
manusialah yang bertanggung jawab untuk hal ini.Berikut ini merupakan
kebenaran umum atau fakta yang mendasari adanya perubahan iklim
secara global.
f. Jumlah karbondioksida yang lebih banyak di atmosfer :
Selama 50 tahun terakhir kegiatan manusia, khususnya dalam
konsumsi bahan bakar yang berasal dari fosil, telah melepas karbon
dioksida dan gas rumah kaca lainnya dalam jumlah yang cukup besar
sehingga mempengaruhi iklim global. Konsentrasi karbon dioksida pada
atmosfer telah meningkat lebih dari 30% sejak masa pra-industri yaitu 278
ppm (parts-permillion) menjadi 379 ppm pada tahun 2005, menyaring
banyak panas di bagian bawah atmosfer. Perubahan iklim global
membawa berbagai risiko terhadap kesehatan, mulai dari kematian akibat
suhu tinggi ekstrim sampai perubahan pola penyebaran dan infeksi
penyakit (Anonim1, 2010).
g. Lebih banyak air, tetapi penyebarannya tidak merata :
Adanya peningkatan presipitasi pada beberapa dekade terakhir
telah diamati di bagian Timur dari Amerika Utara dan Amerika Selatan,
Eropa Utara, Asia Utara serta Asia Tengah. Tetapi pada daerah Sahel,
Mediteranian, Afrika Selatan dan sebagian Asia Selatan mengalami
pengurangan presipitasi. Sejak tahun 1970 telah terjadi kekeringan yang
lebih kuat dan lebih lama. Pola yang berubah pada curah hujan membawa
konsekuensi pada kondisi pasokan air tawar. Secara global, kelangkaan
air telah mempengaruhi hajat hidup empat dari setiap 10 orang.
Kurangnya air dan kualitas air yang buruk berdampak pada kondisi
kebersihan dan kesehatan. Hal ini meningkatkan risiko diare, yang
membunuh sekitar 2,2 juta orang setiap tahun, serta trachoma (infeksi
mata yang dapat menyebabkan kebutaan) dan penyakit lainnya (Anonim1,
2010).
Kelangkaan air juga memaksa orang melakukan perjalanan jarak
jauh untuk mendapatkannya dan memaksa mereka memiliki stok di
rumah. Hal ini dapat meningkatkan risiko kontaminasi air rumah tangga,
penyebab penyakit (Anonim1, 2010).
h. Pengurangan tutupan salju :
Tutupan salju semakin sedikit di beberapa daerah, terutama pada
saat musim semi. Sejak 1900, luasan maksimum daerah yang tertutup
salju pada musim dingin/semi telah berkurang sekitar 7% pada Belahan
Bumi Utara dan sungai-sungai akan lebih lambat membeku (5,8 hari lebih
lambat daripada satu abad yang lalu) dan mencair lebih cepat 6,5 hari.
2. Dampak Perubahan Iklim dengan Kesehatan ManusiaDari segi kesehatan, perubahan iklim akan berdampak pada
peningkatan frekuensi penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk
seperti malaria, demam berdarah, chikungunya, Japanese Encephalitis
dan filariasis. Ini disebabkan naiknya suhu udara yang menyebabkan
perkembangbiakan nyamuk semakin cepat. Selain itu, peningkatan suhu
juga menyebabkan peluang terbukanya daerah baru sebagai endemik
penyakit tersebut. Sementara intensitas hujan yang tinggi dengan periode
yang singkat menyebabkan bencana banjir yang mengontaminasi
persediaan air bersih. Pada akhirnya, perubahan iklim juga berdampak
pada mewabahnya penyakit seperti diare, typhoid,cholera dan
leptospirosis yang biasanya muncul pasca banjir (Wijayanti, 2010).
Selain itu perubahan iklim global akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit infeksi baru seperti SARS, flu burung, Ebola, West Nile
Virus, Hantaan virus dan Japanese Encephalitis. Perubahan iklim juga
menyebabkan terjadinya penurunan produksi pangan yang akan
meningkatkan kejadian gizi buruk (Wijayanti, 2010).
3. Dampak LangsungPerubahan iklim akan mempunyai efek langsung dan tidak
langsung terhadap kesehatan manusia. Untuk efek langsung terhadap
kesehatan manusia tidak mudah untuk dirumuskan, definisi perubahan
dan efek langsung bervariasi. Kunci perubahan iklim adalah perubahan
suhu di suatu tempat di muka bumi. Perubahan suhu akan mempengaruhi
angin, hujan, salju, tumbuh-tumbuhan dan setelah itu hewan termasuk
organisme mikro (Thabrany, 2007).
Jika menganalisis perubahan suhu permukaan salah satu bagian
bumi, maka efek yang paling langsung terhadap kesehatan manusia
adalah efek ekstrim suhu panas dan dingin. Dalam kondisi natural, sama
seperti hewan, manusia dapat bertahan tanpa kesulitan pada suhu 10oC-
35oC. tetapi pada suhu diatas 40oC, maka sebagian manusia terutama
anak-anak dan berusia lanjut akan mulai mengalami kesulitan (Thabrany,
2007).
Suhu yang terlalu tinggi disertai kelembaban rendah menyebabkan
mudahnya terjadi kekurangan air (dehidrasi) yang dapat menimbulkan
berbagai gangguan fungsi temporer sampai permanen, tergantung
lamanya dehidrasi terjadi. Contohnya pada kejadian gelombang panas
yang menyerang Perancis di bulan Juni dan Agustus 2003 yang
menewaskan lebih dari 14.800 jiwa. Kematian tersebut merupakan efek
langsung dari suhu ekstrim panas (Thabrany, 2007).
Selain itu 18 kematian akibat gelombang panas dilaporkan di India
antara tahun 1980 hingga 1998. Sedangkan di tahun 2003, tepatnya di
Andhra Pradesh, India, serangan gelombang panas menyebabkan 3000
kematian (Kamaluddin, 2010).
Sedangkan untuk efek langsung dari suhu dingin sering terjadi
pada orang-orang yang terjebak di salju untuk waktu beberapa lama. Jika
pada suhu panas terjadi heat stroke, di suhu dingin terjadi frozen bite.
Manusia dapat mati kedinginan karena sirkulasi darah ke otak terhambat.
Terjadi hambatan sirkulasi darah ke anggota badan karena otot-otot
membeku dan aliran darah terhambat menyebabkan nekrosis, jaringan di
anggota badan mati. Jika hal ini berlangsung lama maka tidak bisa
dipulihkan. Apabila jantung dan otak masih berfungsi maka orang tersebut
menjalani amputasi (Thabrany, 2007).
Selain gelombang panas dan suhu dingin, banjir juga menjadi
ancaman utama bagi kesehatan manusia. Banjir adalah bencana yang
dapat berdampak dahsyat, merusak bangunan fisik infrastruktur,
organisasi sosial dan kegembiraan manusia. Secara teoritis, banjir adalah
hasil dari interaksi dari curah hujan, run off permukaan, evaporasi, angin,
tinggi permukaan air laut, dan topografi lokal. Bencana banjir dan badai
mulai muncul dalam 2 dekade ini. Pada tahun 2003, 130 juta jiwa menjadi
korban banjir bandang di China. Sedangkan pada tahun 1999, 30.000
orang mati karena badai yang diikuti banjir dan tanah longsor di
Venezuela.
4. Dampak Tidak LangsungUntuk efek tidak langsung dari perubahan iklim jauh lebih banyak
dan lebih sulit dihitung kerugian ekonominya. Banyak faktor penyulit atau
penyerta yang turut menentukan efek iklim tidak langsung terhadap
manusia. Misalnya badai Sidr yang terjadi di Bangladesh bulan November
2007 telah merenggut korban lebih dari 2000 orang dan ratusan ribu
orang lain menderita berbagai penyakit kulit, saluran pencernaan dan
kekurangan makanan. Kejadian bencana alam ini sudah jelas akibat
perbedaan suhu di permukaan bumi (Thabrany, 2007).
Selain itu, secara tidak langsung perubahan iklim dapat mengubah
kualitas air, udara, makanan; ekologi vektor; ekosistem, pertanian,
industri, dan perumahan. Semua aspek tersebut memiliki peranan yang
sangat besar dalam menentukan kualitas hidup manusia. Perubahan iklim
telah menciptakan suatu rangkaian kausalitas kompleks yang berujung
pada dampak kesehatan (Kamaluddin, 2010).
Misalnya saja, kualitas dan suplai makanan. Variabel ini sangat
dipengaruhi oleh iklim. Bagaimana keteraturan iklim telah membuat petani
tahu kapan waktu yang tepat untuk menebarkan benih, memupuk, dan
memanen lahannya. Saat iklim berubah, cuaca juga berubah. Kekeringan
dan banjir dapat datang sewaktu-waktu. Mungkin petani masih bisa
memanfaatkan air tanah. Akan tetapi, seperti telah disebutkan dalam
penjelasan sebelumnya, aktivitas antropogenik manusia telah merubah
wajah vegetasi bumi. Kualitas dan kuantitas air tanah dan permukaan kini
juga berada dalam ancaman. Perubahan cuaca, kelembaban, suhu udara,
arah dan kekuatan angin juga mempengaruhi perilaku hama (Kamaluddin,
2010).
IPCC menyimpulkan bahwa bahwa beberapa studi
mengindikasikan meningkatnya tekanan panas, kekeringan, dan banjir
secara negatif akan mempengaruhi lahan pertanian melebihi dampak
perubahan iklim. Hal tersebut juga diperkirakan akan membentuk
kemungkinan terjadinya kejutan yang dampaknya lebih luas, muncul lebih
awal, lebih daripada yang diperkirakan. Variabilitas iklim dan perubahan
juga mengubah risiko terjadinya kebakaran, outbreak patogen dan hama,
yang berefek negatif pada ketersedian suplai makanan dan kehutanan
(Kamaluddin, 2010).
5. Dampak Sosial EkonomisPerubahan iklim cenderung mengakibatkan bencana. Hal tersebut
secara klinis akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Selain itu,
bencana-bencana tersebut juga dapat melumpuhkan kegiatan
perekonomian manusia. Bencana yang merusak bangunan fisik,
melumpuhkan sumber daya manusia lewat penyakit, serta dapat
mengancam iklim investasi. Hal tersebut dapat mengganggu kondisi sosial
dan ekonomi manusia (Kamaluddin, 2010).
6. Penyakit yang TimbulDampak terberat dari pengaruh kesehatan adalah kematian. Tabel
di bawah ini meringkas berbagai hubungan iklim dan kesehatan :
Tabel 1.Ringkasan hubungan Iklim/Cuaca dengan Morbiditas dan
Mortalitas
Dampak Kesehatan Efek yang Telah Diketahui Berhubungan dengan Cuaca/Iklim
Mortalitas karena
gangguan
Kardiovaskular,
pernafasan, dan stroke
Kenaikan mortalitas ringan selama
gelombang panas
Hubungan berbentuk hurup V dan J antara
kenaikan suhu dan kematian penduduk
Kematian karena heat stroke meningkat
selama terjadi gelombang panas
Cuaca mempengaruhi konsentrasi polutan
berbahaya
Rinitis Alergika, Alergi
hidung
Cuaca mempengaruhi insiden alergik musiman
dan produksi aeroalergen
Kematian dan
rudapaksa (injuries)
Banjir, tanah longsor, dan badai menimbulkan
rudapaksa dan kematian langsung
Penyakit menular dan
gangguan mental
Banjir memutus suplai air bersih dan
merusak sistem sanitasi dan mungkin
merusak jaringan transportasi yang pada
akhirnya membahayakan kesehatan
Banjir memungkinkan tumbuhnyatempat‐tempat pembiakan vektordan menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB)
Banjir meningkatkan gangguan stress
Kelaparan, gangguan
gizi, diare, dan
Kekeringan mengurangi persediaan air dan
higiene yang menimbulkan banyak masalah
penyakit
saluran pernafasan
kesehatan
Kekeringan juga meningkatkan risiko
kebakaran hutan yang menimbulkan polusi
dan kekurangan pangan
Penyakit menular
melalui nyamuk, roden,
dan tungau (malaria,
Demam Berdarah,
Elepantiasis, dll)
Suhu tinggi memperpendak perkembangan
patogen di dalam tubuh vektor dan
mempercepat transmisi ke manusia
Setiap vektor memiliki suhu optimum untuk
pertumbuhan vektor dan bahan patogen
Penyakit menular
melalui air dan
makanan
Suhu mempengaruhi pertumbuhan kuman di
dalam makanan dan air serte memudahkan
penularan ke manusia
Suhu juga mempengaruhi ketersediaan air
dan makanan, yang apabila jumlahnya
terbatas, risiko penularan semakin besar
Sumber : (Thabrany, 2007).
Banjir mengakibatkan kesehatan manusia terancam berbagai
penyakit menular dan penyakit mental. Leptospirosis, diare, gangguan
saluran pernapasan, scabies, dan penyakit lainnya mengancam warga
pasca banjir. Apalagi untuk mereka yang tinggal di pengungsian. Tanpa
adanya persiapan dan perencanaan yang bagus, tempat pengungsian
dapat menjadi episentrum berbagai KLB (Kejadian Luar Biasa)
(Kamaluddin, 2010).
7. Strategi Pengendalian Perubahan Iklima. CDM (Clean Development Mechanism)
CDM merupakan salah satu mekanisme yang terdapat dalam
Protokol Kyoto. Mekanisme CDM merupakan satu-satunya mekanisme
yang melibatkan negara berkembang, dimana negara maju dapat
menurunkan emisi gas rumah kacanya dengan mengembangkan proyek
ramah lingkungan di negara berkembang. Mekanisme ini sendiri pada
dasarnya merupakan perdagangan karbon, dimana negara berkembang
dapat menjual kredit penurunan emisi kepada negara yang memiliki
kewajiban untuk menurunkan emisi, yang disebut negara Annex I
(Kamaluddin, 2010).
Akan tetapi, mekanisme perdagangan karbon ini mengalami
tantangan.
Almuth Ernsting dalam tulisannya yang berjudul “Reduced Emission From
Deforestation: Can Carbon Trading Save Our Ecosystem?”
mengemukakan fakta bahwa dana hasil CDM memang dialokasikan untuk
reboisasi. Akan tetapi, reboisasi yang dilakukan tidak benar-benar dapat
mengembalikan ekosistem yang rusak (Kamaluddin, 2010).
Selama ini reboisasi yang dilakukan menggunakan monoculture-
tree plantations yang artinya dilakukan penanaman kembali lahan yang
gundul dengan satu jenis bibit pohon. Hal tersebut dianggap memberikan
efek buruk terhadap lingkungan dan komunitas di sekitar hutan yang rusak
karena reboisasi yang dilakukan hanya sekedar menghijaukan, tetapi tidak
mampu mengembalikan kualitas ekosistem. Oleh karena itu, dia
mengusulkan untuk mengintegrasikan CDM dengan REDD (Kamaluddin,
2010).
b. REDD (Reduced Emission from Deforestation on Development
Country)
REDD adalah cara mereduksi karbon dengan jalan mengatur laju
deforestasi. Mekanisme ini sebenarnya tidak mutlak menganggap CDM
buruk. Pelaksanaan REDD dapat dilaksanakan bersama dengan
pelaksanaan CDM yang sudah berlangsung. Hanya saja, dana hasil CDM
sebagian dipisahkan untuk biaya perawatan atau pelestarian hutan yang
masih ada. Dalam publikasi ilmiah yang diadakan UNFCCC pada Mei
2007, disebutkan bahwa opsi yang digunakan dikenal dengan sebutan 50-
50-50. Artinya, mengurangi laju deforestasi hingga 50% pada tahun 2050
sambil mempertahankan laju deforestasi pada kisaran tersebut diklaim
akan menyelamatkan 50 milyar ton emisi karbon (Kamaluddin, 2010).
Gambaran ini didapat dengan menggunakan Stern Review.
Memang, Stern Review tidak merekomendasikan gambaran nyata apapun
dalam mengurangi laju deforestasi. Akan tetapi, Stern menyatakan bahwa
dengan tujuan menstabilkan kadar emisi CO2 pada angka 450 ppm, maka
akan dicari cara dekarbonisasi yang cepat dan lengkap lewat emisi energi
non transportasi,menghentikan deforestasi, dan intensifikasi substansi
aktivitas penyitaan aset. Dengan mencoba untuk mengendalikan laju
deforestasi masalah mendasar dari pendekatan bak kritis dapat ditutupi
(Kamaluddin, 2010).
c. CCP (Carbon Capture and Storage)
CCS adalah suatu cara mengurangi emisi karbon dengan jalan
menyuntikkan karbon dioksida ke perut bumi. Metode ini membutuhkan
ruang kosong di perut bumi, bisa juga menggunakan sumur-sumur gas
dan minyak bumi yang sudah mengering. Akan tetapi, kendala penerapan
teknologi ini adalah mahalnya biaya investasi dan tidak semua orang bisa
melakukan transfer teknologi walaupun untuk Indonesia teknologi tersebut
mampu mengurangi emisi karbon hingga 20% pada tahun 2005
(Kamaluddin, 2010).
Alternatif lainnya adalah mempromosikan penggunaan transportasi
publik yang aman dan gerakan aktif, seperti bersepeda atau berjalan
sebagai alternatif penggunaan kendaraan pribadi, sebab bisa mengurangi
emisi karbon dioksida dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal itu
tidak hanya bisa mengurangi kecelakaan lalu lintas, tetapi juga
mengurangi polusi udara yang terkait dengan keberadaan penyakit
pernapasan dan kardiovaskular. Peningkatan tingkat aktivitas fisik juga
dapat menurunkan tingkat kematian secara keseluruhan (Anonim1. 2010)
BAB IIIPENUTUP
A. KesimpulanKesimpulan yang didapat dari tulisan ini meliputi :
1. Prinsip dasar dari perubahan iklim adalah kebenaran umum yang
dijadikan sebagai pedoman berpikir adanya perubahan pada iklim
yang disebabkan secara langsung mapun tidak langsung sebagai
akibat ulah kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer
secara global.
2. Banyak fakta yang terjadi pada perubahan iklim antara lain, gletser
yang mencair, kenaikan air laut, pemanasan global, gletser mencair dll.
3. Untuk dampaknya, perubahan iklim mempunyai efek langsung, efek
tidak langsung. Untuk efek langsung dapat dikatakan bahwa suhu
ekstrim panas dan dingin merupakan efek langsungnya. Untuk efek
tidak langsung dari perubahan iklim jauh lebih banyak dan lebih sulit
dihitung kerugian ekonominya.
4. Untuk strategi pengendalian perubahan iklim antara lain CDM, REDD
dan CCP. CDM merupakan salah satu mekanisme yang terdapat
dalam Protokol Kyoto. Mekanisme ini sendiri pada dasarnya
merupakan perdagangan karbon. REDD adalah cara mereduksi
karbon dengan jalan mengatur laju deforestasi, pelaksanaan REDD
dapat dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan CDM yang sudah
berlangsung. CCS adalah suatu cara mengurangi emisi karbon dengan
jalan menyuntikkan karbon dioksida ke perut bumi, membutuhkan
ruang kosong di perut bumi, bisa juga menggunakan sumur-sumur gas
dan minyak bumi yang sudah mongering.
B. SaranSebaiknya mulai sekarang, semua kalangan masyarakat dapat
menjaga dan melestarikan bumi dengan sebaik-baiknya dikarenakan telah
banyak fakta-fakta pemanasan global yang dapat mengancam kehidupan
semua makhluk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2016. 10 Fakta Tentang Perubahan Iklim dan Kesehatan.
http://cerlangcemerlang.com/2010/04/03/10-fakta-tentang-hubungan-
perubahan-iklim-dan-kesehatan/
http://www.pintarbiologi.com/2015/03/pemanasan-global-pengertian-
penyebab-dampaknya.html
http://staff.ui.ac.id/internal/140163956/material/
RisikoKesehatanakibatPerubahanCuaca07.pdf
http://www.dokterz.co.cc/2010/07/penyakit-penyakit-yang-meningkat.html
Kuncoro Sejati, Global Warming, Food, and Water Problems, Solutions,
and The Changes of World Geopolitical Constellation (Pemanasan
global, Pangan, dan Air Masalah, Solusi, dan Perubahan
KonstelasiGeopolitik Dunia, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press, 2011. Hal 7.
Thabrany, Hasbullah. 2007. Resiko Kesehatan Akibat Perubahan Cuaca.
Wijayanti, Krisma. 2010. Penyakit-Penyakit yang Meningkat.
www.karyatulisilmiah.com, Makalah Dampak PemanasanGlobal : 2016
www.wedaran.com,. 2016