HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS
MAS PERSADA ULAKAN KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS
Disusun oleh :
ADE SURYA
Dosen Pembimbing : 1. Taufik, M.Pd2. Zulkarnaini, S.Pd.Kons
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahPendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang
dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.
Dengan belajar akan terjadi perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat pengetahuan, sikap dan keterampilan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses pembelajaran yang berkualitas.
• Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono (1996 :178) adalah : “Hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya.
• Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.
• Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi.
• Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama
• Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa
• Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi belajar seseorang
Menurut Goleman (2002 : 59), khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
• Karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi (EQ) yang positif pada diri siswa. Jika siswa mengalami emosi positif, mereka dapat menggunakan IQ untuk tugas-tugas belajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
• Pada penelitian ini, penulis mengambil sampel pada sekolah MAS Persada Ulakan kelas XI jurusan IPS. Berdasarkan data nilai ujian mata pelajaran ekonomi semester I yang diterima dari guru mata pelajaran pada tanggal 1 April 2013, menunjukkan hasil belajar kurang memuaskan.
• Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) akan berdampak pada prestasi belajar.
B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah :1. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar2. Kurangnya kedisiplinan terhadap aturan sekolah 3. Rendahnya daya tangkap siswa dalam pembelajaran4. Siswa kurang mampu dalam mengontrol emosi5. Kurang terarahnya EQ anak dalam menjalani
kegiatan yang ada sekolah6. Kurangnya perhatian dan dukungan orang tua
terhadap anak dalam pendidikan7. Kurangnya sarana dan prasarana dalam menunjang
pembelajaran
C. Batasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah diatas penulis memberikan batasan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan Emosional dengan prestasi belajar siswa”
D. Tujuan PenelitianTujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.
E. Manfaat Penelitian1. PenelitiDiharapkan dapat digunakan oleh peneliti sebagai wahana penerapan ilmu dalam kuliah dan dapat memperbanyak ilmu pengetahuan yang didapat sehingga dapat menjadi bekal dimasa depan.
2. SekolahHasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan akan pentingnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap peningkatan prestasi belajar siswa serta dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas lulusan yang dicetak oleh MAS Persada Ulakan Kecamatan Ulakan Tapakis.
3. Perguruan TinggiHasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperluas pengetahuan dalam bidang pendidikan yang terkait dengan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Wawasan pengetahuan ini juga dapat menjadi wacana pengetahuan bagi mahasiswa di lingkungan pendidikan, khususnya pada Prodi Ekonomi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Nasional Padang Pariaman.
BAB II KAJIAN TOERI
A. EmosiMenurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.
b. Kecerdasan EmosionalIstilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan
• Ary Ginanjar (2005 : 39) dalam pengkajiannya ditemukan bahwa inti kemampuan pribadi dan sosial yang sama, terbukti menjadi inti utama keberhasilan (Kecerdasan emosional). Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
C. Faktor Kecerdasan Emosional
Mengenali Emosi DiriMengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
Mengelola EmosiMengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.
Memotivasi Diri SendiriPresatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu.
Mengenali Emosi Orang LainKemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati
Membina HubunganKemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002 : 59).
• Belajar Menurut Logan, dkk (1976) dalam Sia Tjundjing (2001:70) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan .
Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997:193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap, Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
• Menurut Irwanto (1997 :105) belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu
• Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.
• Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa
• Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2002:44).
Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buku laporan yang disebut rapor.
• Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar • Faktor Internal
Faktor Fisiologis Kesehatan badan,Pancaindera
Faktor Psikologis Intelligensi,Sikap,Motivasi
• Faktor Eksternal Faktor lingkungan keluarga
Sosial ekonomi keluarga, Pendidikan orang tua, Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
Faktor lingkungan sekolah
Sarana dan prasarana,Kompetensi guru dan siswa,Kurikulum dan metode mengajar
Faktor lingkungan masyarakat Sosial budaya, Partisipasi terhadap pendidikan
Pengukuran prestasi belajar
Penelitian RelevanPenelitian yang sejenis diteliti oleh peneliti sebelumnya yaitu sebagai berikut:– Amalia Sawitri Wahyuningsih, (2004). Meneliti tentang kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar menggunakan metode pemeriksaan dokumen dengan melihat nilai hasil ujian semester, dan dalam pengumpulan data menggunakan metode skala untuk kecerdasan emosional berdasarkan teori Daniel Goleman yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Maka penelitian ini menemukan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.
– Hj. Teti Salehati (2008). Meneliti untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dan motif berprestasi dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran pendidikan lingkungan hidup. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metoda deskriptif, sebab penelitian ini berkenaan dengan peristiwa-peristiwa atau fenomena-fenomena yang telah dan sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi objek penelitian masa kini. Maka penelitian ini menemukan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada pelajaran pendidikan lingkungan hidup.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ilmiah sering juga disebut oleh pakar penelitian dengan kerangka berfikir, kerangka ini disusun berdasarkan hubungan variable, antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.
Kecerdasan Emosional (EQ)(Variable bebas)
Prestasi Belajar (Variable terikat)
Hipotesis
• (Ha) : “Ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan Prestasi belajar”
• (Ho) : “Tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan Prestasi belajar”
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel PenelitianPada penelitian yang menjadi variabel bebas adalah kecerdasan emosional dan variable terikatnya adalah prestasi belajar.
B. Definisi Operasional• Prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu aktivitas belajar
yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil kegiatan belajar. Pada penelitian ini menggunakan nilai raport kelas XI jurusan IPS mata pelajaran ekonomi semester 1.
• Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
C. Populasi dan Pengambilan Sampel
Populasi• Menurut Arikunto (2010 : 173) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila
seseorang meneliti semua elemen yang ada diwilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah siswa jurusan IPS kelas XI MAS Persada Ulakan yang berjumlah sebanyak 30 orang.
Sampel• Menurut Arikunto (2010 : 174) jika kita hanya akan meneliti sebagian populasi, maka
penelitian tersebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
• Apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil diantara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung pada :• Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana• Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek• Besar kecilnya resiko yang ditanggung.
Maka peneliti disini mengambil 30 sampel, karena menurut Arikunto jika subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil seluruhnya
D. Metode Pengambilan Data
1. Angket• yaitu suatu metode pengambilan data di mana data-data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh melalui pernyataan atau pertanyaan tertulis yang diajukan responden mengenai suatu hal yang disajikan dalam bentuk suatu daftar pertanyaan (Koentjaraningrat, 1994 : 173).
Lanjutan
2. Dokumentasi• Menurut Kartini Kartono (1990 : 73) teknik pemeriksaan dokumen adalah pengumpulan informasi dan data secara langsung sebagai hasil pengumpulan sendiri. Data yang dikumpulkan tersebut adalah bersifat orisinil untuk dapat dipergunakan secara langsung. Teknik pemeriksaan dokumen ini khusus digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap prestasi belajar.
E. Metode Analisis Instrumen
• Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh para ahli psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel.
Lanjutan
1. Validitas• Menurut Sutrisno Hadi (1990 : 102) Validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur, artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut
2. Reliabilitas Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Saifuddin Azwar, 2000 : 3). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 for windows.
Lanjutan
F. Metode Analisis Data • Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional dengn prestasi belajar adalah dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson. Cara penghitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 16 for window.
TERIMA KASIH
Good Lucky