7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
1/46
POSMODERNISME DALAM NOVEL
GENERATION X: TALES FOR
ACCELERATED CULTUREDANBILANGAN FU: KAJIAN ANALISIS
WACANA KRITIS
DIKERJAKAN OLEH:NURUL NAYLA AZMI
107009015/LNG
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
2/46
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kesusasteraan merupakan tulisan yang baik ataubagus secara keseluruhan, baik dari segi bahasa,bentuk ataupun isi.
Novel merupakan salah satu jenis karya sastra
Novel menyajikan kehidupan dan kehidupansebagian besar terdiri dari kenyataan sosial,walaupun karya sastra terkadang juga menirualam dan dunia subjektif manusia
Perkembangan manusia linear denganperkembangan novel yang menyajikankehidupan manusia
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
3/46
era globalisasi pemikiran manusia telah berkembangpesat dan memasuki Pasca Modern atau yang secaraumum dikenal dengan istilahposmodernisme.
posmodernisme berasal dari bahasa inggris dengankata modern yang mendapat imbuhanpost- dan isme
Awalan Post- merujuk pada pengertian setelah yangdiikuti dengan modernisme (Walau berbeda
dibeberapa pandangan) Akhiran isme merujuk pada sistem pemikiran
ataupun ide-ide tertentu yang dalam hal ini tentunyabertentangan dengan ide-ide yang terdapat padaperiode sebelumnya yakni modernisme.
Dalam penelitian ini terdapat dua buah novel yangmenjadi objek kajian yakni novel Generation X: TalesFor Accelerated Culture (1991) karya DouglasCoupland dan Bilangan Fu (2008) karya Ayu Utami.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
4/46
Kedua novel dipilih karena kedua novel tersebutsangat populer dibicarakan jika bersinggungan denganposmodernisme.
Novel Generation X: Tales For Accelerated Culturekarya Douglas Coupland yang diterbitkan pertama kalioleh Kanada (St. Martin Press) lalu meluas ke seluruhEropa namun peneliti melakukan penelitian dengantinggal di Palm Springs, California selama beberapa
waktu dan menjadikannya sebagai setting dari novelini.
Novel ini menjadi sangat populer dan dibicarakansecara massal di seluruh Eropa dan istilah-istilah yangada dalam novel ini digunakan sejak beredar sampaisekarang seperti McJobs atau Generation X (generasi
X). Novel ini menggambarkan kehidupan globalisasi dan
pengaruh negatif kehidupan modern di Amerika danKanada
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
5/46
Novel kedua yakni Bilangan Fu karya Ayu Utami yangjuga merupakan salah satu novel posmodernismepopuler di Indonesia.
Novel ini menjadi kontroversi karenamendeskontruksi dan mengkritisi secara kritis sisispiritual dan fenomena modernisme pada tradisitradisional di Indonesia
Selain itu, karya ini dianggap mengandung wacana
posmodernisme karena estetika yang bertolakbelakang dengan karya modern yang universaldengan penggunaan istilah yang terbilang vulgarseperti vagina atau air mani.
Keduanya memiliki kesamaan yang erat dalam segi
bentuk seperti tokoh utama dalam kedua novelberjumlah 3orang, dua diantaranya pria dan satuwanita. Novelnya memiliki sub-bab dengan judul dantema berbeda masing-masing dan memiliki ilustrasigambar
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
6/46
Berangkat dari iidentiknya kemiripan novel,penulis tertarik mengatahui posmodernisme
lebih lanjut pada kedua novel tanpa berusahamemperbandingkannya.
Peneliti merasa tertarik dengan gambaranposmodernisme yang memberontak pada
kehidupan masyarakat modern Penelitian ini membahas mengenai
posmodernisme sebagai wacana yangdianalisis pada kedua objek penelitian dengan
menggunakan Analisis Wacana Kritis atauCritical Discourse Analisis (CDA)
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
7/46
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah posmodernisme padaGeneration X: Tales for AcceleratedCulture karya Douglas Coupland dan
Bilangan Fu karya Ayu Utami?2. Bagaimanakah wacana posmodernisme
yang berdasarkan konsep simulakra danhiperrealitas Bauidrillard dalam novel
Generation X: Tales for AcceleratedCulture karya Douglas Coupland danBilangan Fu karya Ayu Utami?
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
8/46
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan posmodernisme yangterdapat pada Generation X: Tales for
Accelerated Culture karya DouglasCoupland dan Bilangan Fu karya Ayu
Utami.2. Menemukan dan menganalisis wacana
posmodernisme yang berdasarkankonsep simulakra dan hiperrealitasBauidrillard dalam novel Generation X:
Tales for Accelerated Culture karyaDouglas Coupland dan Bilangan Fukarya Ayu Utami
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
9/46
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya berfokus padawacana posmodernisme dalam novelGeneration X: Tales for Accelerated
Culture dan Bilangan Fu denganmenganalisisnya menggunakan CDAFairclough
Penelitian ini tidak membahas mengenai
persamaan dan perbedaan yang ada padakedua novel karena kajian ini bukanlahkajian sastra bandingan
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
10/46
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis: memperkaya kajianwacana sastra dengan model analisis yangdilakukan secara kritis untuk menemukan
wacana posmodernisme yang terdapat didalamnya.
Manfaat praktis penelitian ini adalahsebagai acuan yang dapat digunakan oleh
mahasiswa-mahasiswa lain yang tertarikdengan kajian analisis wacana kritis.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
11/46
BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN
TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Disertasi dengan judul Desakralisasi Nilai-nilai Spiritualisme Jawa dalam Novel
Bilangan Fu Karya Ayu Utami (KajianSosiologi Sastra) karya Eista Swesti dariUniversitas Yogyakarta.
Skripsi dengan judul Alienation in NovelGeneration X: The Tale of Accelerated
Culture by Douglas Cupland yang disusunoleh Reza Fahlevi dari Universitas SumateraUtara
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
12/46
Jurnal internasional yang ditulis olehFrauke Hatchman dari universitas
Nebraska Generation X and GenerationGolf: What Advertisers Need to KnowWhen Targeting German and AmericanThirty Somethings.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
13/46
2. 2 Konsep
2.2.1 NOVEL
Abrams (1981:119) novel merupakanragam tulisan yang merupakan bagian dari
prosa fiksi. novel merupakan bentuk yang paling dekat
dengan kehidupan manusia dikarenakannovel yang mempunyai stuktur-struktur
intrinsik padu yang menjadikan novelsemakin terasa nyata dalam merekampengalaman kemanusiaan.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
14/46
karya sastra termasuk novel merupakansebuah dunia imajinasi.
Dunia imajinasi itu lahir dari sebuahpandangan pengarang terhadap dunia dan iaakan mengungkapkan pandangan tersebutpada karyanya.
Inilah sebuah wacana yang tersembunyi di
dalam karyanya dan lewat karyanyatersebutlah seorang pengarang berkomunikasidengan pembacanya.
Pengarang kedua novel objek penelitian
menyampaikan pandangan mengenaiposmodernisme dalam teks novel sebagaibentuk kritik sosial secara tidak langsung.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
15/46
Pada kedua novel ini, penggambaranfenomena masyarakat modern dikritiksecara kritis dan disandingkan kembali
dengan pemikiran tradisional laludideskontruksi kembali sehingga terlihatpemikiran yang berada di tengahkeduanya yakni pandangan
posmodernisme.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
16/46
2.2.2 Posmodernisme
Istilah ini dipakai pertama kali pada duniaseni yakni arsitektur, musik seni, rupadan lainnya yang berkembang menjadi
tren dan gerakan kultural. Lyotard merumuskanposmodernisme
sebagai suatu periode yang mana segalasesuatu itu didelegitimasikan dengankonsep Grand Narrative yakni metanarasi.
Penolakan, pemberontakan dan kritik(antitesis) terhadap kerangka berpikirmodern yang universal
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
17/46
Dalam karya sastra (novel) posmodernismeterlihat sangat bertolak belakang dari karya
modernisme yang mengusung universalitas danmencolok dalam estetika.
Ratna (2007: 94) Hilangnya batas pembacadan penikmat, antara seni populer dan seni elit,
hilangnya batas antara budaya massa danbudaya tinggi, campur tangan pembacasebagai penikmat sekaligus memberi makna,bahkan pengarang disebut sebagai anonimitasadalah konsep dasar posmodernisme.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
18/46
2.3 Landasan Teori
Teori yang digunakan adalah teoridari Jean Baudrillard mengenaiposmodernisme yang dibagi padadua konsep yakni hiperrealitas dansimulakra.
Simulakra adalah ruang dimana
mekanisme simulasi berlangsung.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
19/46
Baudrillard membagi simulakra pada tigatingkatan yakni:
1. Simulakra yang berlangsung semenjak era
Renaisans hingga permulaan Revolusi Industri(representasi dari relasi alamiah berbagaiunsur kehidupan)
2. Simulakra yang berlangsung seiring dengan
perkembangan era industrialisasi(representasi dari relasi logika sebagai unsurkehidupan)
3. simulakra yang lahir sebagai konsekuensiberkembangnya ilmu dan teknologi informasi
(silang-sengkarut tanda, citra dan kodebudaya)
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
20/46
Boneka Barbie dan Ken, tokoh Rambo,sinetron, drama korea, telenovela, iklan
televisi, Doraemon atau MickeyMousemerupakan contoh dari simulasi yangpada masa sekarang dijadikan sebagaiacuan dan dianggap sebagai bagian
dari realitas nyata. Hiperrealitas merupakan terma yang
digunakan untuk menggambarkansituasi yang mana seseorang terjebak
pada dunia simulasi sehingga tak bisalagi membedakan yang manakenyataan buatan dan asli
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
21/46
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodepenelitian kualitatif deskriptif.
metodologi kualitatif merupakan prosedurpenelitian yang menghasilkan datadeskriptif berupa kata-kata tertulis ataulisan dari orang-orang dan perilaku yangdapat diamati.
penelitian deskriptif berusahamenggambarkan suatu gejala sosial.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
22/46
3.2 Data dan Sumber Data
3.2. 1 Data
Data dalam penelitian ini adalah
kutipan yang berasal dari dua novelyang menjadi objek penelitian yakninovel Generation X: Tales for
Accelerated Culture karya Douglas
Coupland dan Bilangan Fu karyaAyu Utami.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
23/46
3.2.2 Sumber Data
Data primer adalah data pokok yang berupakutipan dari kedua novel yang menjadi objekpenelitian yakni Generation X: Tales forAccelerated Culture karya Douglas Coupland dan
Bilangan Fu karya Ayu Utami.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
24/46
data sekunder merupakan data yangdidapatkan dari berbagai karya ilmiah,buku, jurnal dan bentuk lainnya yangdapat mendukung proses analisis data
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
25/46
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknikpengumpulan data adalah dengan menggunakanteknik pustaka, simak, dan catat.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Membaca dan menyimak secara menyeluruhkedua novel secara berulang
2. Mencatat data berupa kutipan dari kedua novelyang merupakan sumber data primer
3. Membaca semua kajian pustaka, catatan dan
referensi pendukung lain yang menjadi sumberdata sekunder
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
26/46
3.3 Teknik Analisis Data
analisis data dalam penelitian ini dilakukandengan menggunakan Analisis WacanaKritis Fairclough.
Faiclough membagi teks pada 3 dimensi
yakni:1. analisis tekstual atau textual(level mikro)
yakni tahap deskripsi teks secara linguistikyakni dengan menggunakan semiotikaFerdinand de Saussare yakni penanda dan
petanda2. analisis praktik wacana atau discourse
practice yakni tahap penafsiran3. analisis praktik sosiokultural atau
sociocultural practice yakni tahap
eksplanasi (penjelasan)
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
27/46
BAB IV
ANALISIS POSMODERNISME DALAM NOVEL GENERATION X: TALES
FOR ACCELERATED CULTUREKARYA DOUGLAS COUPLAND
4.1 Novel Generation X: Tale For Accelerated
Culture dan Gambaran Posmodernisme
Novel ini menggambarkan persaingan antara dua
generasi dalam masyarakat Amerika Serikat yakniBaby Boomers (lahir sekitar tahun 1960-an)danGeneration X(lahir sekitar tahun 1990-an).
Baby Boomers merupakan generasi yangdianggap memegang tonggak ekonomi Amerika
yang sukses dan Generation Xdianggap generasislacker(pemalas), pemberontak dan frustasi.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
28/46
I was actually one of those putzes you see driving asport car down to the financial district every morningwith the roof down and a baskeball cap on his head,cocksure and pleased with how friski and complete hislook. I was both thrilled and flattered and achievedsmall thrill of power to think that most manufacturersof life-style accecories in Western world considered metheir most desirable target market. (pg. 18)
Sebenarnya aku dulu adalah salah satu dari kelompok
orang yang mengendarai mobil sportmelewati daerahpusat finansial setiap pagi dengan atap mobil yangditurunkan dan topi baseballdi kepala, terlihat kerasdan puas dengan lincah dan betapa sempurna iakelihatannya. Aku dulu merasa senang dan tersanjung
dan tidak merasa kekuatan untuk cemas sedikit punbahwa para produsen perhiasan gaya hidup di duniaBarat telah menjadikanku sebagai target pemasaranyang paling mereka perlukan (hal.18)
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
29/46
Dalam kutipan tersebut mempunyai penandadan petanda berupa lambang-lambang bendayakni mobil sport, daerah pusat finansial, atap
mobil terbuka dan topi baseball di kepala.Benda-benda tersebut merupakan aksesorispenanda gaya hidup yang dipakai oleh Yuppie(Young Urban Professional)
Petanda-petanda di atas dapat diinterpretasi
sebagai salah satu wacana posmodernismeyang mana terdapat kritik terhadap tandakesuksesan modernisme pada kalangankaryawan yang terlihat dari penggunaanbarang-barang mewah yang dirasakan oleh
Generasi X sebagai sesuatu yang melelahkankarena fungsi mereka ternyata hanya sebagaitarget market atau pasar dari suatu produksaja.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
30/46
4.2 Hiperrealitas dan Simulakradalam Novel Generation X: Tale For
Accelerated Culture4.2.1 Hiperrealitas
Dalam novel ini, Coupland menjabarkankritik terhadap masyarakat yang terjebakpada realitas nyata dan semu yangtergambar pada tiap-tiap tokohnya.
Misalnya, Andy sebagai narator ketika iamenggambarkan suasana dari salah satubagian dari Palm Springs yakni WestVillage:
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
31/46
In era when nearly all real estate is coveted and developed,West Palm Springs Village is a true rarity; a modern ruin andalmost deserted save for a few hearty souls in airstreamstraillers and mobile homes, who gives us cautious eyes uponour arrival through the towns welcoming sentry-an
abandoned texaco gasoline stations surrounded by a chainlink fence and lines of dead and blackened WashingtoniaPalms that seem to have agent-oranged. The mood isvaguely reminesent of Vietnam war movie set. (pg. 14)
Pada masa ketika hampir semua real estate didambakandan dikembangkan, West Palm Springs Village merupakansuatu tempat yang benar-benar langka, nilai modern seakan
menghilang dan menyimpan suasana sepi untuk jiwa hangatsedikit bagi jiwa yang pemberontak dan rumah yang selaluberpindah-pindah, yang memberikan kita pemandangan kearah gapura penyambut, sebuah pom bensin yangditinggalkan tanpa penjaga yang dikelilingi oleh pagar danbatasan akhir dan pohon Palem Washington yang mulaiberubah warna menjadi orange. Suasana yang mengingatkan
kita samar-samar sebuah film dengan latar perangVietnam. (hal. 14)
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
32/46
Cara Andy mendeskripsikan tempat tersebut denganmembandingkannya dengan suasana sebuah film dengan latar
perang vietnam merupakan wujud dari Andy yang terperangkapdalam sebuah hiperrealitas.
Ia membandingkan dunia yang nyata yakni sebuah tempat yangbernama West Palm Springs Villange dengan suasana sebuahdunia imaji yang menjadi latar sebuah film.
Pom bensin yang ditinggal tanpa penjaga danpohon PalemWashington yang mulai berubah warna menjadi orange yangdilihatnya pada dunia nyata diaggap sebagai penanda (signifier)
yang membawa Andy pada realita yang ada pada latar filmperang Vietnam yang menjadi petanda (signified). Kutipantersebut dapat diinterpretasi sebagai wujud dari hiperrealitayang dialami Andy.
ia memiliki kecenderungan untuk membandingkan sesuatu yangdilihat dengan tayangan televisi. Kesenjangan realita nyata dan
buatan pada tokoh Andy membuatnya tak dapat membedakanyang mana realita nyata yang dilihatnya langsung dan manayang berupa imaji buatan sajian televisi.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
33/46
4.2.2 Simulakra
masa globalisasi sekarang ini, jika disesuaikan denganketiga rumusan simulakra Baudrillard, masa kini berada
pada simulakra ketiga yakni simulakra yang lahirsebagai konsekuensi berkembangnya ilmu danteknologi informasi.
Dalam novel Generation X: Tales for AcceleratedCulture karya Douglas Coupland, juga terdapatpenceritaan mengenai mekanisme simulasi yaknibagaimana manusia dijebak dalam ruang realitas yangdianggapnya nyata padahal sesungguhnya semu danpenuh rekayasa melalui penyajian tanda, citra atausimbol-simbol tertentu pada media seperti televisi,radio dan internet.
Coupland membuat sub-bab khusus dalam novel iniuntuk menggambarkan simulacra ini dengan judul sub-babAdventure Without a Risk is Disneyland(Petualangan tanpa resiko di Disneyland).
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
34/46
Dunia simulasi yang dibahas dalam novel iniadalah Disneylandyang merupakan duniabuatan dari perusahaan Walt Disneyyangmemproduksi tokoh-tokoh kartun yangterkenal di seluruh sunia seperti Mickey Mouse,Cinderella, Donal Duck, Snow White dan lain-lain.
Tokoh rekaan yang merupakan simulasi inidengan mudah dikenali dalam kehidupan danmerata dari kalangan anak kecil hinggadewasa.
Disneylandsendiri merupakan sebuah duniasimulasi yang menjadikan simulasi yangawalnya dalam bentuk kartun menjadi nyatasehingga menjadi tempat berlibur dambaananak-anak dan orang dewasa dalma rangkaperwujudan nyata dunia fantasi akan tokohkartun pujaan.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
35/46
Today. Can you believe it? Five days after cristmast. Unbelieveable. Id madeall these plans to meet before but he kept breaking them, the knob. Finally wewere going to meet down in Soho for lunch, inspite of the fact that i feel like apig-bag after partying with Allan and his buddies the night before. I evenmanage to arrive down in Soho earlyonly to discover that the restaurant had
closed down. Bloody condos, theyre ruining everything. You wouldnt believeSoho now, Andy. Its like a theme park, exept with better haircuts andsouvenirs. Every one has an IQ of 110 but lords it up likes 140 and everysecond person on the street is Japanese and carrying out Andy wharhol andRoy Licteins prints that worth their weight in uranium. And every one looks sopleased with them selves.(pg. 154).
Hari ini. Bisakah kau percaya? 5 hari setelah natal. Tak dapat dipercaya! Akutelah lama menyusun rencana untuk bertemu tapi ia selalu sajamembatalkannya. Akhirnya kami berencana akan bertemu di Doho untukmakan siang, walaupun sebenarnya aku merasa sangat pusing setelahberpesta dengan Alan dan teman-temannya tadi malam. Aku berusaha untuksampai di Soho lebih dulu-hanya untuk menemukan kenyataan bahwarestorannya sudah lama ditutup. Kau tidak akan percaya seperti apa Sohosekarang, Andy. Tempat ini seperti taman bermain Disney saja, denganpengecualian penjunjungnya berpotongan rambut dan cindera mata yang lebihbaik. Setiap orang memiliki IQ 110 tapi berlagak seakan 140 dan hampirsetiap orang kedua yang terlihat di jalan adalah orang Jepang dan
mengenakan kaos bergambar Andy wharhol dan Roy Licteins yang membuatberat badan mereka terlihat seperti terkontaminasi uranium. Dan setiap orangterlihat begitu puas dengan diri mereka sendiri (hal. 154).
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
36/46
Pada kutipan tersebut Claire bermaksud untuk menekankanarah pembicaraannya dengan mendeskripsikan sertamemberikan perbandingan.
Ia membandingkan pengunjung pusat perbelanjaan Soho(penanda) dengan pengunjung Disneyland (penanda) yangmengalami hiperrealitas (petanda).
Hal ini dapat diinterpretasi sebagai kerangka berpikir Claireyang posmodernisme dimana ia menyadari hakekat dariDisneylandyang berbeda dengan masyarakat modern yangpasti menikmati hadirnya Disneylandsebagai suatu tempat
hiburan yang menyenangkan. Dunia pop yang disimbolkanlewat Andy wharhol and Roy Licteins yang merupakanlegenda budaya pop tahun 1960-an yang populer melaui TV,internet atau pun film teraplikasi menjadi nyata lewat gayahidup dengan kaos dan potongan rambut yang serupa.Terlihat bahwa masyarakat ini telah terjebak pada kebutaanrealita yang ada di televisi dan berusaha menerapkannya
dalam dunia nyata untuk menjadi gaya hidup yang dianggapmembawa kesenangan dan kebahagiaan yang sebenarnyaadalah semu. Namun entah menapa banyak orang yangmenyukainya.
BAB V
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
37/46
BAB VANALISIS POSMODERNISME DALAM NOVEL BILANGAN
FUKARYA AYU UTAMI
5.1 Novel Bilangan Fu dan Gambaran Posmodernisme Novel Bilangan Fu merupakan novel petualangan tiga
orang tokoh utama dalam rangka menyelamatkanperbukitan Gamping karena menyadari pentingnyaperbukitan tersebut pada sejarah Jawa
Mereka pun harus berhadapan dengan berbagai kemelutdari kurangnya pengetahuan masyarakat desaPerbukitan Gamping dan kepentingan perusahaantambang
Tokoh Parang Jati merupakan tokoh dengan ideposmodernisme yang sangat kental yang mempengaruhitokoh-tokoh utama lain yakni Sandhi Yuda dan Marja. Iamemiliki pengetahuan mumpuni mengenai perananperbukitan Gamping dalam kesejarahan Jawa yangterlupakan, pengertian terhadap karakteristikmasyarakat desa yang tradisional dan masyarakat kotayang modern, kepntingan kapitalis dan peranan militer.Ia mengkritisi secara kompleks mengenai permasalahanyang ada di perbukitan Gamping dan memperjuangkankeberlangsungannya yang mengusik beberapakalangan yang mana ia berakhir dengan menghilangsecara misteris ketika ia dibawa oleh dua perwira TNI
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
38/46
kamu jangan memakai kacamata modern untuk menilaikepercayaan tradisional, dong katanya. Setiappertanyaan menurut dia, mengandung sebuah kerangkapikir. Pertanyaanku mengandung kerangka berpikir
modern. Salah satu ciri kerangka pikir modren adalahazas manfaat. Istilah ini, Azas manfaat, memang seringdipakai orang sebagai dalih untuk sikap opurtunis. Akusesungguhnya agak tersinggung. Tapi aku inginmendengarkan ia juga. (hal. 133)
Kutipan di atas berisi beberapa penanda yakni azasmanfaatyang merupakan petanda dari kerangka berpikirmodern. Jati menjelaskan bahwa kacamata modernsangat bertolak belakang dengan kacamata tradisional.Hal ini dapat diinterpretasi sebagai upaya penggambaranwacana posmodernisme. Jati menghadapkan kerangkaberpikir tradisional dan modern sebagai dasar kerangkaberpikir posmodernisme yang berdiri diantaranya. Inilahsalah satu wacana posmodernisme yang digambarkanoleh Ayu.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
39/46
5.2 Hiperrealitas dan Simulakradalam Novel Bilangan Fu
5.2. 1 Hiperrealitas Hiperrealita merupakan salah satu hal yang paling
dibahas oleh Ayu Utami dalam novel Bilang Fu
yakni masyarakat Indonesia (baik kota maupundesa) yang terjebak pada realitas semu yangdiakibatkan oleh televisi.
Ayu menyajikan kritiknya pada fenomena inisecara keras lewat karakter Yuda yang sangat
membenci tipikal orang-orang yang terjebak padarealitas semu ini.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
40/46
Dialah yang membuat televisi menyala. Kau tahu bagaimana televisimemborbardir kita dengan jeritan hahahihi kakakkikik pembawaacara maupun kuntilanak (apa beda keduanya?), rintihan perempuansinetron (sebagian dari mereka akan menjadi kuntilanak juga,setelah diperkosa, dihamili dan dibunuh-untunglah, atau semoga,
hanya dalam sinetron; (demikianlah cara kuntilanak diproduksi),khotbah para dai yang akan membebaskan para kuntilanak ini daridendam pribadi sehingga bertobatlah mereka dan lapanglah jalanbagi mereka ke alam baka, yang berselang-seling dengan hahahihikakakikik iklan yang diulang tiga kali. Kuntilanak lagi! Suara-suarademikian ini kok membius para pembantu, ibu rumah tangga,sekretaris petugas kasir bank, budak kantor, penjaga toko, pasiendalam antrian, bahkan tukang copet yang sedang cuti.
Dan, ya Tuhan, mereka sungguh-sungguh bisa tertawa jikapembawa acara memerintahkan mereka untuk tertawa. Percayalah,pembawa acara itu sama sekali tidak melucu, apalagi lucu. Ia hanyamemerintahkan penonton untuk tertawa. Dan mereka menurut.Orang-orang yang menghadap televisi itu juga sungguh-sungguhbermuka sedih jika diperintahkan berduka oleh televisi. Ketikaremaja aku telah mencoba menonton televisi, baik dari depan
ataupun belakang. Kedua-duanya menampakkan adegan kebodohanyang sama mengerikan. Maka aku berhenti menonton televisi. (hal.25).
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
41/46
penanda-penanda berikut yakni: rintihan perempuansinetron, sebagian dari mereka akan menjadi kuntilanakjuga (setelah diperkosa, dihamili dan dibunuh-untunglah, atau semoga, hanya dalam sinetron),
khotbah para dai yang akan membebaskan parakuntilanak ini dari dendam pribadi sehingga bertobatlahmereka dan lapanglah jalan bagi mereka ke alam baka,yang berselang-seling dengan hahahihi kakakikik iklanyang diulang tiga kaliyangmerupakan petanda darihiperrealitas.
Berdasarkan penanda dan petanda di atas, Ayumengkritisi secara kritis pola pikir masyarakat yangterjebak oleh televisi yang memang nyata terlihat secaranyata bagaimana masyarakat memiliki pengetahuanyang sama dan merata melalui sosok kuntilanak sesuaidengan simulasi yang dilakukan oleh Televisi yangmenyajikan tayangan horor.
Masyarakat terjebak pada ilusi kuntilanak dan merasatakut karenanya padahal belum tentu mereka pernahmelihat kuntilanak secara langsung. Televisi telahmempengaruhi masyarakat untuk mempercayai hal yangtidak dilihatnya secara nyata melainkan hanya dilihatnyadari televisi saja dan masyarakat tersebut bahkan tidakmenyadarinya.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
42/46
4.2. 1 Simulakra
Dalam Bilangan Fu, Ayu menggambarkansimulasi yang paling efektif dan meratapada masayarakat kota ataupun desaadalah melalui media televisi.
Taruhan pertama. Kalian akan segerapunya anak. Taruhan kedua, kalian taklagi memanggil satu sama lain dengannama, atau sayang. Tapi dengan mama
atau papa. Taruhan ketiga, anakmudoyan sinetron dan pergi ke mal...(hal.22)
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
43/46
Kutipan di atas mempunyai beberapa petandayaknipertama,punya anak, kedua, mama atau
papa, ketiga, doyan sinetron,pergi ke malyangmerupakan penanda dari simulakra yangdiciptakan oleh televisi yang dalam hal inisinetron.
Berdasarkan kutipan tersebut dapatdiinterpretasi bahwa televisi menyajikanrentetan ilusi mengenai tahapan pernikahanyang disajikan sinetron yang lalu diaplikasikanoleh kebanyakan anggota masyarakat secaranyata. Hal ini memang terlihat sebagaifenomena dimana pada masa ini kebanyakanpasangan memanggil satu sama lain dengan
panggilan sayang atau yang untukmewujudkan ilusi pasangan serasi dan bahagiaala sinetron.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
44/46
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan1. Kedua novel yang menjadi objek penelitian merupakan novel yang
masing-masing mengandung representasi dari konsepposmodernisme sebagai antitesis dan kritik terhadap nilai-nilaimodernisme. Pada kedua novel yang menjadi objek penelitian,kedua pengarang melakukan penggambaran mengenai pengaruhnegatif modernisme dan pemberontakan tokoh utama terhadap
kerangka berpikir modernisme.2. Wacana posmodernisme yang berdasarkan konsep simulakra dan
hiperrealitas Baudrillard dalam novel Generation X: Tales forAccelerated Culture karya Douglas Coupland dan Bilangan Fu karyaAyu Utami juga ditemukan dalam kedua novel. Simulakra dalamGeneration X: Tales for Accelerated Culture dideskripsikan lewatteknologi yang dalam hal ini televisi atau media lainnya seperti MTVatau Disneylandsangat mempengaruhi kehidupan masyarakatbarat sehingga mengalami hiperrealita. Sementara Dalam novelBilangan Fu, masyarakat kota dan desa mengalami simulakra lewatmedia Televisi dalam hal ini Sinetron dan tayangan horor sehinggamasyarakat mengalami hiperrealitas.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
45/46
5. 2 Saran
Posmodernisme merupakan sebuah gerakankuntural yang merubah pola pemikiran dankesadaran yang dapat menjebatani modernismedan tradisional sehingga posmodernismemerupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji
lebih lanjut dalam berbagai bentuk aplikasiwacana posmodernisme tersebut baik dari seni,fenomena sosial dan lainnya.
Memandang segala sesuatu secara kritis dan tidakmemaksakan kebenaran merupakan hakekat dariposmodernisme yang menjaga harmonisme
dalam setiap aspek kehidupan. Untuk itu, pemikiran posmodernisme hendaknya
dapat diaplikasikan secara nyata dalam kehidupansehari-hari.
7/29/2019 Persentasi Seminar Hasil Nay
46/46
* THANK YOU FOR
YOUR ATTENTIONS*