www.politikindonesia.com
Perikanan Non Konsumsi Indonesia, Punya Potensi Besar
Politikindonesia - Produksi kelautan dan perikanan konsumsi saat ini masih jauh lebih banyak dimanfaatkan daripada produk nonkonsumsi. Padahal potensi produk
nonkonsumsi, seperti ikan hias dan karang hias tak kalah menariknya. Perlu ada upaya
serius dalam mengembangkan sektor ini.
Kepala Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kelautan dan Perikanan (KP)
Suseno mengatakan Indonesia memang dikenal dengan kekayaan ikan hiasnya yang melimpah.
Karena sekitar 70 persen keanekaragaman ikan hias di dunia bisa ditemukan di Indonesia. "Perdagangan ikan hias di Indonesia pada tahun 2012 mencapai US$58 juta dan total
perdagangan hias di dunia saat ini mencapai US$5 milyar," katanya
kepada politikindonesia.comusai acara pertemuan BPSDM KP dan Direktorat Jenderal (Dirjet) Perikanan Budidaya dengan Dewan Ikan Hias Indonesia di Kantor Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) di Jakarta, Rabu (18/09).
Dijelaskan, selain ikan hias melimpah, Indonesia saat ini juga menjadi pengekspor karang hias terbesar di dunia. Sebagian besar, karang hias asal Indonesia diekspor ke Eropa dan Amerika
Serikat. Setelah Indonesia, negara Fiji juga merupakan negara kedua terbesar pengekspor karang
hias di dunia. "Karang hias yang diekspor umumnya merupakan hasil transplantasi dan alam.
Bahkan, saat ini Indonesia mampu memproduksi karang hias ramah lingkungan. Untuk negara tujuan ekspor terbesar berasal dari Amerika Serikat. Karang hias yang dijual, dihitung per pieces,"
ujarnya. Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebyakto menambahkan
salah satu usaha pihaknya untuk mengembangkan ikan hias baik air tawar dan air laut diwujudkan melalui pengembangan kawasan Minapolitan ikan hias pada tahun 2011 di Blitar, Jawa Timur.
"Kami terus berupaya membangun dan menciptakan iklim yang baik dengan pendekatan
penguatan sistem akuabisnis secara terpadu dari hulu hingga hilir, termasuk menciptakan pola-pola kemitraan," kata Slamet. Menurutnya, jumlah spesies ikan hias air tawar di Indonesia lebih
dari 450 sepesias dari total 1.100 spesies ikan hias air tawar di dunia. Sedangkan jumlah ikan hias
air laut Indonesia, jumlahnya lebih dari 700 jenis yang sebagian besar hanya terdapat di Indonesia. "Dengan keanekaragaman spesies ikan hias Indonesia, apabila ditangani secara serius
oleh semua pihak, maka Indonesia akan mampu menjadi eksportir ikan hias terbesar di dunia. Hal
itu bisa dilakukan dengan promosi melalui kontes dan lomba ikan hias," tegasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia (OKKII) Indra Wijaya menjelaskan, saat ini Indonesia memproduksi 49 jenis karang transplantasi dan alam
jumlahnya relatif dibatasi. Ukuran maksimal yang boleh diekspor berkisar 25 cm. "Selama ini yang
kita jual adalah keindahan karangnya. Jadi harus diambil dengan kehati-hatian. Ukuran maksimum 25 cm. Produknya bisa bentuk akuarium," tuturnya. Dipaparkan, karang alam lebih mudah
dihasilkan daripada karang transplantasi. Diproyeksi produksi karang Indonesia mencapai 1 juta
pieces di tahun 2013. Sementara produksi terumbu karang di dunia diperkirakan mencapai 284,300 kilometer persegi (km2).
"Saat ini, wilayah Indonesia mempunyai sekitar 18 persen terumbu karang dunia dengan
keanekaragaman hayati tertinggi di dunia yang terdiri dari 2.500 jenis ikan, 590 jenis karang batu. Sekitar 55 persen karang hias dunia terdapat di Indonesia, Filiphina, Australia Utara dan
Kepulauan Pasifik," ucap Indra. Saat ini, lanjut Indra, luas terumbu karang Indonesia mencapai
60.000 km2 yang tersebar di wilayah Indonesia bagian tengah, Sulawesi, Bali dan Lombok. Sebagian besar, terumbu karang di Indonesia dimanfaatkan untuk sumber makanandengan
protein tinggi, obat-obatan, bahan bangunan dan sumber penghasilan.
"Dengan luasnya terumbu karang itu telah memberikan keuntungan pendapatan sebesar US$1,6
miliar/tahun. Sedangkan, nilai keseluruhan pelayanan dan sumber dayanya sendiri diperkirakan mencapai US$61,9 miliar/tahun," pungkasnya.
(eva/rin/kap)
Potensi Produk Non-Konsumsi
Perlu Peningkatan Kapasitas SDM Indonesia
JAKARTA- Pemerintah perlu mensinergikan
pengembangan kapasitas pembudidaya produk
kelautan dan perikanan non-konsumsi. Pasalnya,
produk kelautan dan perikanan konsumsi saat ini
masih jauh lebih banyak dimanfaatkan dari pada
produk non-konsumsi.
“Padahal, potensi produk non-konsumsi pun tidak
kalah menariknya. Karena itu perlu ada upaya
serius dalam pengembangannya,”jelas Kepala
BPSDM KP, Suseno dalam pertemuan dengan
Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI), di Jakarta, Rabu (18/9). Hadir pada pertemuan tersebut para
stake holder terkait seperti Conservation International (CI), Coral Triangle Center (CTC) , dan
Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia.
Padahal lanjut Suseno, perdagangan ikan hias Indonesia pada tahun 2012 mencapai US $ 58 juta
dan total perdagangan ikan hias dunia saat ini mencapai US$ 5 miliar. Untuk itulah diperlukan
peningkatkan kapasitas SDM Indonesia di bidang budidaya produk kelautan dan perikanan non-
konsumsi, misalnya dengan menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan.
Senada dengan itu, Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebyakto mengatakan, perlu adanya
kesatuan visi dan misi antara pemerintah, asosiasi dan stake holder ikan hias dalam mendukung
industrialisasi ikan hias. Ia menyebutkan, salah satu upaya KKP dalam mengembangkan ikan hias
air tawar maupun air laut yaitu melalui pengembangan kawasan minapolitan ikan hias pada tahun
2011 di Blitar, Jawa Timur.
Menurut dia, dengan jumlah species ikan tawar sebanyak lebih dari 450 species dari total 1.100
species ikan tawar di dunia dan untuk ikan hias air laut Indonesia memiliki lebih dari 700 jenis
species yang sebagian besar hanya terdapat di Indonesia. “Potensi tersebut apabila ditangani
secara serius antara pemerintah dan seluruh stake holders ikan hias Indonesia, maka Indonesia
akan mampu menjadi eksportir terbesar di dunia,”tandas Slamet. (rp)
www.analisadaily.com
KKP: Thailand Ingin Belajar Budidaya Ikan Hias
Jakarta, (Analisa). Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian
Kelautan dan Perikanan (BPSDM KKP) Suseno Sukoyono menyatakan, Thailand ingin belajar
cara untuk budidaya ikan hias laut dari Indonesia. “Kami telah menerima kunjungan delegasi
Thailand. Mereka ingin belajar budidaya ikan hias air laut dari Indonesia,” kata Suseno dalam
acara “Sinergitas Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan Hias” di KKP, Jakarta, Rabu.
Menurut Suseno, di Indonesia terdapat banyak pembudidaya ikan hias laut yang ahli meski
sekitar 90 persen dari budidaya ikan hias merupakan ikan yang berasal dari air tawar. Namun
Indonesia untuk kondisi saat ini masih perlu memperhatikan sejumlah persoalan seperti keadaan
kesehatan dan kondisi lingkungan kawasan perairannya. Ia mengingatkan, Indonesia dikenal
dengan kekayaan ikan hias yang melimpah antara lain karena 70 persen keanekaragaman ikan
hias dunia ditemukan di Indonesia.
Berdasarkan data KKP, perdagangan ikan hias Indonesia pada 2012 mencapai 58 juta dolar AS
dan total perdagangan ikan hias dunia saat ini mencapai 5 miliar dolar. Karena itu, lanjutnya,
guna meningkatkan kapasitas SDM Indonesia di bidang perikanan nonkonsumsi, BPSDM
menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. “Pendidikan diberikan
secara formal kepada peserta didik Program Studi Perikanan Budidaya di satuan-satuan
pendidikan KKP di berbagai daerah di Indonesia,” kata Kepala BPSDM KKP.
Ia juga mengatakan, pelatihan diberikan pula kepada masyarakat pembudidaya melalui Badai
Pendidikan dan Pelatihan Perikanan dan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan se-
Indonesia. Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan,
pengembangan budidaya ikan hias di Indonesia membutuhkan adanya sinergi antara pemerintah
dan beragam pemangku kepentingan. “Perlu adanya kesatuan visi dan misi antara pemerintah,
asosiasi, dan pemangku kepentingan ikan hias dalam mendukung industrialisasi ikan hias
sekaligus menggalang komitmen untuk menyusun strategi nasional,” katanya.
Slamet memaparkan, upaya KKP sendiri dalam mengembangkan ikan hias, baik air tawar
maupun air laut, diwujudkan melalui pengembangan kawasan Minapolitan ikan hias di Blitar,
Jawa Timur sejak 2011. Ia juga mengemukakan, Indonesia memiliki 450 spesies ikan hias air
tawar dan lebih dari 700 spesies ikan hias air laut yang sebagian besar hanya terdapat di
Indonesia. “Potensi ini apabila ditangani secara serius akan mampu menjadikan Indonesia
eksportir terbesar di dunia,” katanya.(Ant)
www.id.berita.yahoo.com
KKP: Thailand Ingin Belajar Budidaya Ikan Hias
Jakarta (Antara) - Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan
dan Perikanan (BPSDM KKP) Suseno Sukoyono menyatakan, Thailand ingin belajar cara untuk
budidaya ikan hias laut dari Indonesia.
"Kami telah menerima kunjungan delegasi Thailand. Mereka ingin belajar budidaya ikan hias air
laut dari Indonesia," kata Suseno dalam acara "Sinergitas Pengembangan Kapasitas
Pembudidaya Ikan Hias" di KKP, Jakarta, Rabu. Menurut Suseno, di Indonesia terdapat banyak
pembudidaya ikan hias laut yang ahli meski sekitar 90 persen dari budidaya ikan hias
merupakan ikan yang berasal dari air tawar.
Namun Indonesia untuk kondisi saat ini masih perlu memperhatikan sejumlah persoalan seperti
keadaan kesehatan dan kondisi lingkungan kawasan perairannya. Ia mengingatkan, Indonesia
dikenal dengan kekayaan ikan hias yang melimpah antara lain karena 70 persen
keanekaragaman ikan hias dunia ditemukan di Indonesia. Berdasarkan data KKP, perdagangan
ikan hias Indonesia pada 2012 mencapai 58 juta dolar AS dan total perdagangan ikan hias dunia
saat ini mencapai 5 miliar dolar.
Karena itu, lanjutnya, guna meningkatkan kapasitas SDM Indonesia di bidang perikanan
nonkonsumsi, BPSDM menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan.
"Pendidikan diberikan secara formal kepada peserta didik Program Studi Perikanan Budidaya di
satuan-satuan pendidikan KKP di berbagai daerah di Indonesia," kata Kepala BPSDM KKP.
Ia juga mengatakan, pelatihan diberikan pula kepada masyarakat pembudidaya melalui Badai
Pendidikan dan Pelatihan Perikanan dan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan se-
Indonesia. Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan,
pengembangan budidaya ikan hias di Indonesia membutuhkan adanya sinergi antara pemerintah
dan beragam pemangku kepentingan.
"Perlu adanya kesatuan visi dan misi antara pemerintah, asosiasi, dan pemangku kepentingan
ikan hias dalam mendukung industrialisasi ikan hias sekaligus menggalang komitmen untuk
menyusun strategi nasional," katanya. Slamet memaparkan, upaya KKP sendiri dalam
mengembangkan ikan hias, baik air tawar maupun air laut, diwujudkan melalui pengembangan
kawasan Minapolitan ikan hias di Blitar, Jawa Timur sejak 2011.
Ia juga mengemukakan, Indonesia memiliki 450 spesies ikan hias air tawar dan lebih dari 700
spesies ikan hias air laut yang sebagian besar hanya terdapat di Indonesia. "Potensi ini apabila
ditangani secara serius akan mampu menjadikan Indonesia eksportir terbesar di dunia,"
katanya.(rr)
www.suarakarya-online.com
BUDI DAYA IKAN HIAS Thailand Ingin Belajar
JAKARTA (Suara Karya): Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian
Kelautan dan Perikanan (BPSDM KKP) Suseno Sukoyono, di Jakarta, Rabu (18/9), mengemukakan,
Thailand ingin belajar cara untuk budi daya ikan hias laut dari Indonesia.
Hal itu, dikatakannya, usai menerima kunjungan delegasi dari negara Gajah Putih tersebut. "Kami
telah menerima kunjungan delegasi Thailand. Mereka ingin belajar budi daya ikan hias air laut dari
Indonesia," ujarnya menegaskan, di sela-sela acara "Sinergitas Pengembangan Kapasitas
Pembudidaya Ikan Hias" di kantor KKP.
Dijelaskannya lebih lanjut, di Indonesia terdapat banyak pembudidaya ikan hias laut yang ahli. Walau
diakuinya, meski sekitar 90 persen dari budi daya ikan hias merupakan ikan yang berasal dari air
tawar. Di sisi lain, dikatakan Suseno, Indonesia untuk kondisi saat ini, masih perlu memperhatikan
sejumlah persoalan. Seperti keadaan kesehatan dan kondisi lingkungan kawasan perairannya.
Dia juga mengingatkan, Indonesia dikenal dengan kekayaan ikan hias yang melimpah. Tak heran,
ujarnya, kalau 70 persen keanekaragaman ikan hias dunia ditemukan di Indonesia. Berdasarkan data
KKP, perdagangan ikan hias Indonesia pada 2012 mencapai 58 juta dolar AS dan total perdagangan
ikan hias dunia saat ini mencapai 5 miliar dolar. Karena itu, lanjutnya, guna meningkatkan kapasitas
SDM Indonesia di bidang perikanan nonkonsumsi, BPSDM menyelenggarakan kegiatan pendidikan,
pelatihan, dan penyuluhan.
"Pendidikan diberikan secara formal kepada peserta didik Program Studi Perikanan Budidaya di
satuan-satuan pendidikan KKP di berbagai daerah di Indonesia," tutur Kepala BPSDM KKP itu. Dia
mengatakan, pelatihan diberikan pula kepada masyarakat pembudidaya melalui Badai Pendidikan
dan Pelatihan Perikanan dan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan se-Indonesia.
Di bagian lain, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan, pengembangan budi
daya ikan hias di Indonesia membutuhkan adanya sinergi antara pemerintah dan beragam pemangku
kepentingan. "Perlu adanya kesatuan visi dan misi antara pemerintah, asosiasi, dan pemangku
kepentingan ikan hias dalam mendukung industrialisasi ikan hias sekaligus menggalang komitmen
untuk menyusun strategi nasional," jelas dia.
Slamet memaparkan, upaya KKP sendiri dalam mengembangkan ikan hias, baik air tawar maupun air
laut, diwujudkan melalui pengembangan kawasan Minapolitan ikan hias di Blitar, Jawa Timur sejak
2011. Dia juga mengemukakan, Indonesia memiliki 450 spesies ikan hias air tawar dan lebih dari 700
spesies ikan hias air laut yang sebagian besar hanya terdapat di Indonesia. (Bayu)
www.neraca.co.id
Produk Non-Konsumsi Juga Menarik Dikembangkan
Jakarta - Selama ini produk kelautan dan perikanan masih didominasi oleh produk konsumsi.
Padahal produk non-konsumsi mempunyai potensi yang besar untuk dimanfaatkan. Oleh karena
itu, perlu optimalisasi pemanfaatan produk kelautan dan perikanan tersebut untuk mendongkrak
ekspor yang lebih tinggi lagi produk non-konsumsi.
“Saat ini pemanfaatan produk kelautan dan perikanan masih didominasi oleh ikan konsumsi,
padahal produk non-konsumsi tidak kalah menarik jika dikembangkan,” kata Suseno Sukoyono,
Kepala BPSDM Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam acara “Sinergitas
Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan Hias, di kantor KKP, Jakarta, Rabu (18/9)).
Sejauh ini presentasi ekspor ikan konsumsi dan non-konsumsi masih sangat jauh. Total ekspor
ikan konsumsi mencapai U$ 4,8 milliar. Sedangkan untuk yang non konsumsi hanya 10%-nya
saja, pada hal jika dikembangkan lagi nilai ekspornya akan jauh meningkat. “Ekspor ikan
konsumsi dan non konsumsi presentasinya masih sangat jauh. Untuk itu, perlu adanya
pengembangan untuk lebih meningkatkan produksi non konsumsi,” imbuhnya.
Padahal, sambung Suseno, untuk uang non-konsumsi seperti ikan hias saja 70%
keanekarahaman ikan hias dunia dapat ditemukan di Indonesia. Maka dari itu, produksinya
harus lebih digenjot lagi guna meningkatkan produksi ikan hias nasional. “Potensi ikan hias di
Indonesia sangat besar, jika lebih dimanfaatkan lagi tentu akan menambah profitabilitas yang
lebih kedepannya,” ujarnya.
Karena memang dilihat dari perdagangan ikan hias, dari tiap tahunnya mengalami peningkatan
yang fantastis. Lihat saja, pada tahun 2012 perdagangan ikan hias Indonesia U$ 58 juta, dan
tahun 2013 sampai dengan saat ini perdagangan ikan hias sudah U$ 5 miliar. “Market terbesar
saat ini Amerika dan Eropa. Dan kami terus membangun networking dengan negara-negara lain.
Jika terus dikembangkan, bukannya tidak mungkin market kita akan lebih luas lagi,” ungkapnya.
Untuk budidaya ikan hias sendiri sejauh ini 90% ikan tawar. Padahal ikan hias laut punya potensi
besar juga. Maka dari itu, lagi terus kita kembangkan budidaya ikan hias lautnya. Karena
memang banyak negara-negara lain yang ingin belajar budidaya ikan hias laut nasional.
“Budidaya ikan hias laut Indonesia sudah sangat bagus, maka dari itu banyak negara lain ingin
belajar budidaya ikan hias laut pada negara kita, seperti Thailand,” bebernya.
Bukan hanya ikan hias, pemanfaatan produk laut yang tidak kalah menarik yaitu terumbu karang.
Saat ini terumbu karang di diunia ada sekitar 284,300 km2, dan Indonesia memiliki sekitar
60.000 km2 yang sebagian besar di Indonesia tengah. “Indonesia mempunyai wilayah terumbu
karang yang sangat luas, dan saat ini menjadi negara terbesar untuk ekspor terumbu karang,”
ungkapanya.
Karena memang untuk saat ini terumbu karang di Indonesia memberikan keuntungan
pendapatan sekitar U$ 1,6 miliar pertahunnya. Dan nilai seluruh pelayanan dan sumber dayanya
sendiri diperkirakan mencapai sekitar U$ 61,9 milyar pertahun. “Padahala sejauh ini
pemanfaatan terumbu karang hanya untuk akuarium saja. Padahal terumbu karang bisa
dimanfaatkan untuk yang lainnya seperti bahan bangunan. Jika pemanaatannya lebih
ditingkatkan lagi, pasti nilai keuntungannya akan lebih bertambah,” tegasnya.
Disamping Ikan hias dan terumbu karang, contoh lain dari produk non konsumsi adalah mutiara.
Dan saat ini Indonesia masih menjadi pemasok mutiara terbesar dunia. “Saat ini Indonesia
menjadi pemasok terbesar mutiara dunia yaitu sekitar 43 % bersaing dengan Australia, Philipina,
Myanmar, dan Malaysia,” tukasnya.
Dukungan Penuh
Saat ini dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) sangat memberikan apresiasi dan
dukungan penuh terhadap pemanfaatan dan budidaya produksi perikanan dan kelautan non-
konsumsi. “Saat ini kami sangat mendukung adanya pengembangan budidaya produksi laut non-
konsumsi,” kata Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP.
Dan yang terpenting disini adalah bagaimana para pembudidaya non konsumsi bisa melakukan
kegiatan posistif, dan kegiatan alternatif, sehingga bisa menemukan alternatif sesuatu yang
dilakukan lama bisa dikerjakan dengan cepat. “Tentu saja dengan penambahan Sumber Daya
Manusia yang berkualitas bisa lebih banyak. Dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan
memberikan sertifikat kepada para pelaku dan pengusaha budidaya produk kelautan non-
konsumsi,” uajrnya.
Apalagi pada tahun 2015 nanati kita akan menuju pasara bebas Asia. Maka dari itu kita harus
ada sertifikasi untuk bisa bersaing untuk berkompetisi dengan pasar global. “Saat ini kita
sedanga fokus pada sustainable harves agar kita mampu menuju persaingan pasar bebas Asia
nanti,” tutupnya.
www.koran-jakarta.com
Waspada Masuknya Ikan Dari Asing
JAKARTA-Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI) memperingatkan
bahwa ancaman ikan invasif yang masuk dari luar akan
mengancam populasi serta berdampak pada penurunan
produksi ikan lokal. DIHI mengajak seluruh pemangku
kepentingan, termasuk pemerintah pusat dan daerah,
melakukan upaya preventif.
Demikian dikatakan, Sekretaris Jenderal DIHI Soeyatno menanggapi maraknya pemberitaan
mengenai spesies ikan invasif karnivora khususnya aligator dan piranha. Sesuai Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan No 17 Tahun 2009, sebanyak 11 jenis ikan piranha masuk
dalam 30 spesies ikan yang dilarang masuk Indonesia.
"Pelarangan itu wajar, karena spesies-spesies tersebut membahayakan kelestarian sumber
daya ikan, lingkungan, dan manusia," kata dia dalam acara "Sinergitas Pengembangan
Kapasitas Pembudidaya Ikan Hias" di Jakarta, Rabu (18/9). Seperti diberitakan bahwa
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo menegaskan invasi atau masuknya
ikan asing akan menggerus populasi ikan lokal sehingga harus dikembangkan strategi
nasional pelestarian perikanan.
"Pengalaman di beberapa negara menunjukkan bahwa pengenalan ikan asing yang invasif
terbukti dapat mendesak populasi ikan asli yang ada," kata Sharif. Menurut Sharif, hal
tersebut karena penguasaan ikan asing terhadap lingkungan perairan akan menekan
populasi dan bahkan memusnahkan ikan asli serta menyebarkan penyakit ikan dan hama
baru. Ia mencontohkan, pengenalan ikan redbreast sunfish ke beberapa danau di Italia dan
ikan salmon trutta ke perairan Selandia Baru juga mengakibatkan berkurangnya populasi
ikan lokal secara drastis.
"Penurunan populasi merupakan proses awal menuju kepunahan species tertentu yang
mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati yang berakhir dengan terbentuknya
komunitas ikan yang homogen, yang didominasi oleh ikan asing," katanya. Secara terpisah,
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan
(BPSDM KKP), Suseno Sukoyono menyatakan, Thailand ingin belajar cara untuk budidaya
ikan hias laut dari Indonesia.
"Kami telah menerima kunjungan delegasi Thailand. Mereka ingin belajar budidaya ikan hias
air laut dari Indonesia," kata dia. Menurut Suseno, di Indonesia terdapat banyak
pembudidaya ikan hias laut yang ahli meski sekitar 90 persen dari budidaya ikan hias
merupakan ikan yang berasal dari air tawar. Namun Indonesia untuk kondisi saat ini masih
perlu memperhatikan sejumlah persoalan seperti keadaan kesehatan dan kondisi
lingkungan kawasan perairannya.
Ia mengingatkan, Indonesia dikenal dengan kekayaan ikan hias yang melimpah antara lain
karena 70 persen keanekaragaman ikan hias dunia ditemukan di Indonesia. mza/Ant/E-3
www.bisnis.com
Target Ekspor Ikan Hias US$70 Juta
Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor ikan hias
Indonesia ditargetkan dapat mencapai US$70
juta atau naik 20% dari realisasi tahun lalu
yang mencapai US$58 juta.
Direktur Eksekutif Asosiasi Koral Kerang dan
Ikan Hias Indonesia (AKKII) Indra Wijaya
menuturkan ekspor ikan hias pada 2012
mencapai US$58 juta. "Tahun ini dan tahun
depan mungkin naik 20% menjadi sekitar
US$70 juta," ujarnya di Kementerian Keluatan
dan Perikanan, Senin (2/9/2013). Indra memaparkan pangsa pasar ekspor ikan hias Indonesia
terbesar adalah Amerika Serikat. Adapun pasar terbesar kedua ditempati oleh Uni Eropa.
Ikan hias Indonesia juga telah dipasarkan ke kawasan Asia Tenggara, terutama Singapura dan
Malaysia. Sayangnya, lantaran teknologi dan akses pasar yang lebih memadai, produk ikan hias
dari Indonesia justru dimanfaatkan untuk direekspor oleh Singapura. "Singapura itu eksportir
ikan hias terbesar, kita noomor 9, sedangkan Thailand itu nomor 5," tuturnya.
Indra menambahkan saat ini ekspor ikan hias tengah menghadapi tantangan terkait wacana
kebijakan di pasar Uni Eropa. "Saya dengar Uni Eropa itu pada 2014 hanya mau menerima ikan
hias hasil budidaya, makanya Indonesia harus siap-siap," kata Indra. Meski demikian, Indra
optimistis eksportir ikan hias di Indonesia mempu memenuhi ketentuan baru tersebut. Pasalnya,
mayoritas produk coral dan ikan hias ekspor merupakan hasil budidaya.
Suseno Sukoyono, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) KKP,
menuturkan di konteks ikan hias, Thailand merupakan salah satu pesaing Indonesia. "Ikan hias
mereka 90% budidaya air tawar, kurang dari 10% yang budidaya air laut. Mereka datang untuk
belajar budidaya ikan hias air laut karena kita lebih maju soal ini," tuturnya dalam kunjungan
delegasi Thailand.
Indonesia, imbuhnya, harus merapatkan barisan dan meningkatkan kapasitas SDM agar
pengembangan budidaya ikan hias tidak tersalip negara lain.
Target Ekspor Ikan Hias Bisa 1,1 Miliar Ekor JAKARTA —
Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP)
optimis ekspor ikan hias
Indonesia Tahun 2013
akan melebihi dari
target yang ditetapkan,
yaitu 1,1 miliar ekor.
“Kami optimis bila mengacu pada realisasi ekspor ikan hias 2 tahun sebelumnya, yang selalu lebih tinggi dari target yang ditetapkan. Apalagi
produksi ikan hias Indonesia pun semakin meningkat,” tutur Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebiyakto dalam diskusi “Perikanan non Konsumsi”, di Jakarta, Rabu (18/9).
Pada 2011 target ekspor ikan hias Indonesia sebesar 700 juta ekor tapi realisasi mencapai 945,3 juta ekor. Sedangkan tahun 2012, target 850 juta, produksinya mencapai 1,3 miliar ekor.
Jumlah tersebut, terdiri dari ikan hias air laut dan air tawar. Dengan komposisi 20 persen hasil ekspor merupakan ikan hias air laut seperti angel fish, black devil, mandarin fish. Sedangkan ikan air tawar yang paling banyak diminati yaitu arwana.
Menurutnya, meskipun ikan hias Indonesia terbilang mahal, namun tetap banyak diminati oleh para kolektor ikan hias. Pasar ekspor terbesar ikan hias Indonesia