i
PERAN ORANG TUA MUALLAF DALAM MENINGKATKAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK
DI DESA BARUKAN KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
Arfias Wirda Muftihah
NIM: 11113140
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
و وسلم قال : صلي للا عل للا عنو أن النب زة رض ىز عن أب
جل لو فلنظز احذكم الز ن خل من خا لل )رواه أبو داود علي د
والتزمذ بإسناد صحح وقال التزمذى حذث حسن(
Dari Abi Hurairah r.a. bahwasannya Nabi Saw bersabda: “seseorang
bergantung pada agama temannya, maka hendaknya ia melihat dengan siapa
dia berteman” (HR. Abu Dawud dan al-Turmudzy dengan sanad yang sahih
dan al-Turmudzy berkata bahwa hadis ini Hasan)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Mahsun Arifin dan Siti Asiyah yang selalu
membimbingku, memberikan do’a, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam
kehidupanku.
2. Kedua adikku yang telah memberikan motivasi yang tak ada hentinya dan
selalu mendo’akanku, Lu’lu’ Afifah Khoiru Munaa dan Lavia Zahra Sabila.
3. Sahabatku “Wanita Karier” adzkia, puji, faiq, dian, bastia, fatin, mar’ah, dan
anggun yang semoga nama itu menjadi do’a kelak bagi kita.
4. Sahabatku faiq, zaenab, qisti, dan diyah teman seperjuangan yang selalu ada
di saat suka dan duka.
5. Teman dekatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu
menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2013 khususnya jurusan PAI.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah
Swt yang selalu memberikkan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peran
Orang Tua Muallaf dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Pada Anak Di
Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Tidak lupa shalawat serta salam semog senantiasa tercurahkan kepada nabi
agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang
selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya
umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
3. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk
penulis sehinga skripsi ini terselesaikan.
4. Bapak Yahya S. Ag., M.H.I. selaku pembimbing akademik.
ix
x
ABSTRAK
Muftihah, Arfias Wirda. 2017. Peran Orang Tua Muallaf dalam Meningkatkan
Pendidikan Agama Islam Pada Anak Di Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Kata kunci: Keluarga Muallaf dan Pendidikan Agama Islam
Sebagai orang tua menjadi kewajiban untuk memberikan pendidikan
agama untuk anaknya, agar mempunyai bekal agama yang kuat untuk menjalani
kehidupan selanjutnya. Namun demikian, tidak semua keluarga mempunyai latar
belakang pendidikan agama yang kuat. Misalnya dalam keluarga muallaf yang
mempunyai latar belakang agama yang kurang dalam mendidik anak. Dengan
demikian muncullah beberapa pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui
penelitian ini adalah: 1).Bagaimanakah sejarah muallaf di Desa Barukan
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ? 2).Bagaimanakah penerapan
pendidikan agama Islam pada keluarga muallaf di Desa Barukan Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang ? 3).Bagaimana peran orang tua muallaf dalam
meningkatkan pendidikan agama Islam pada anak di Desa Barukan Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang ? 4). Faktor apa sajakah yang mendukung dan
menghambat orang tua muallaf dalam meningkatkan pendidikan agama Islam
pada anak di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ?
Penelitian ini berupaya untuk mengetahui peranan orang tua muallaf
dalam meningkatkan pendidikan agama Islam pada anak di Desa Barukan
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat deskriptif, menjelaskan secara detail dari
suatu objek yang diteliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian
ini adalah keluarga muallaf di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1). Sejarah muallaf di Desa
Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang banyak yang termotivasi
karena sebuah pernikahan. 2). Penerapan pendidikan agama Islam pada keluarga
muallaf yang terjadi di Desa Barukan berbeda-beda. Ada yang bisa dikatakan
berhasil ada pula yang dikatakan kurang berhasil. 3). Peran orang tua muallaf
dalam meningkatkan pendidikan anak yaitu dengan memberikan motivasi, turut
dalam manajemen waktu anak, dan memberikan fasilitas terkait dengan
pendidikan anak. 4). Faktor pendukung yaitu adanya peran suami, saudara dan
kerabat, adanya pembelajaran TPQ dan pengajian di masjid, lingkungan rumah
sekitar yang baik, serta adanya Kuliah Kerja Nyata (KKN). Sedangkan faktor
penghambat yaitu pendidikan orang tua yang kurang memadai, lingkungan sosial
yang tidak mendukung, dan ekonomi keluarga yang sederhana.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN BERLOGO ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
PENGESAHAN KELULUSAN iv
DEKLARASI v
MOTTO vi
PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
ABSTRAK x
DAFTAR ISI xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Fokus Penelitian 6
C. Tujuan Penelitian 7
D. Kegunaan Penelitian 7
E. Definisi Operasional 8
F. Kajian Penelitian Terdahulu 11
G. Sistematika Penulisan 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peran Orang Tua Muallaf
1. Pengertian Orang Tua Muallaf 15
2. Macam-macam Muallaf 16
xii
3. Motif Seseorang Menjadi Muallaf 17
4. Tanggung jawab Orang Tua Terhadap Anak 18
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam 19
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam 22
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam 24
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam 25
C. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak 26
D. Perbedaan Pola Asuh Orang Tua Muslim dan Orang
Tua Muallaf terhadap Anak
1. Pola Asuh Orang Tua Muslim terhadap
Anak 34
2. Pola Asuh Orang Tua Muallaf terhadap
Anak 35
3. Titik beda antara Pola Asuh Orang Tua Muslim
dan Orang Tua Muallaf terhadap Anak 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 37
B. Lokasi Penelitian 38
C. Sumber Data 39
D. Prosedur Pengumpulan Data 40
E. Analisis Data 42
F. Pengecekan Keabsahan Data 43
G. Tahap-tahap Penelitian 44
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Letak Geografis 46
2. Keadaan Penduduk 46
3. Keadaan Sosial Budaya 48
xiii
4. Keadaan Sosial Pendidikan 54
5. Sarana Prasarana 55
6. Struktur Organisasi Desa Barukan 56
B. Analisis Data
1. Muallaf 58
2. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
Muallaf 66
3. Peran Orang Tua Muallaf dalam Meningkatkan
Pendidikan Agama Islam pada Anak 72
4. Fakor Pendukung dan Penghambat Penerapan
Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
Muallaf 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 87
B. Saran 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
1. Tabel I Nama-nama Keluarga Muallaf 39
2. Tabel II Jumlah penduduk menurut jenis kelamin 47
3. Tabel III Jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan 47
4. Tabel IV Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan 54
5. Tabel V Jumlah sarana dan prasarana 55
6. Tabel VI Struktur Organisasi Desa Barukan 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam adalah usaha mengembangkan fitrah
manusia dengan ajaran Islam agar terwujud kehidupan manusia yang
makmur dan bahagia. Definisi tersebut mengandung masalah pokok yang
harus diuraikan terlebih dahulu agar bisa dipahami mengenai apa
sebenarnya pendidikan Islam itu, yakni usaha mengembangkan fitrah
manusia, ajaran Islam, serta kehidupan manusia yang makmur dan
bahagia. Usaha mengembangkan merupakan kegiatan objek yang harus
dikembangkan dalam pendidikan Islam. Ajaran agama Islam merupakan
ilmu dan nilai yang hendak ditransformasikan dan diharapkan bisa
mengkarakter dalam perkembangan fitrah manusia. Sedangkan kehidupan
manusia yang makmur dan bahagia merupakan tujuan atas
dikembangkannya fitrah manusia dengan ajaran Islam (Ahid, 2010: 15).
Pendidikan terutama pendidikan agama Islam merupakan hal yang
urgen dalam kehidupan manusia sebagai orang muslim, sehingga manusia
dituntut untuk selalu menanamkan pada dirinya untuk berusaha menambah
pengetahuannya dan selalu belajar dan belajar hingga akhir hayat serta
mengamalkan pengetahuannya yang diperoleh tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Maka diperlukan sebuah proses belajar. Proses belajar sesuai
dengan keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Lilik
2
Sriyanti (2013: 24-25) terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar
yaitu faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri
individu. Dan faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar.
Pendidikan utama yang sangat dibutuhkan bagi anak adalah
pendidikan agama, dimana hal tersebut secara langsung berpengaruh
terhadap perilaku dan perkembangan anak. Pendidikan beragama pada
anak merupakan awal pembentukan kepribadian, baik atau buruk
kepribadian anak tergantung pada orang tua serta lingkungan yang
mengasuhnya. Bekal pendidikan agama yang diperoleh anak dari
lingkungan keluarga akan memberinya kemampuan untuk mengambil
haluan di tengah-tengah kemajuan yang demikian pesat. Keluarga
mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mendidik generasi-
generasinya untuk mampu terhindar dari berbagai bentuk tindakan yang
menyimpang. Oleh sebab itu, perbaikan pola pendidikan anak dalam
keluarga merupakan sebuah keharusan dan membutuhkan perhatian yang
serius.
Permasalahannya masih banyak orang yang belum sadar akan
pentingnya sebuah pendidikan terutama pendidikan agama Islam. Fakta
tersebut terbukti dengan adanya masih banyak anak-anak yang belum
mendapatkan pendidikan. Pendidikan tidak hanya dilakukan dalam
sekolah saja melainkan pendidikan juga bisa dilaksanakan di lingkungan
keluarga. Dalam pandangan Islam keluarga menjadi fondasi bagi
3
berkembang majunya masyarakat Islam. Oleh karena itu Islam sangat
memberikan perhatian terhadap masalah keluarga. Sejak pra perkawinan
sampai kepada memfungsikan keluarga sebagai dinamisator dalam
kehidupan anggotanya terutama anak-anak sehingga betul-betul menjadi
tiang penyangga masyarakat Islam. Lebih lanjut Zakiah Daradjat
mengatakan : “Apabila tiap-tiap keluarga hidup tenteram dan bahagia
maka dengan sendirinya masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga
yang bahagia itu akan bahagia dan aman tenteram pula (Ahid, 2010: 96).
Pendidikan di dalam rumah merupakan pendidikan awal dan utama
yang diterima oleh seorang anak sejak dilahirkan. Karena anak mulai
belajar berbagai macam hal terutama nilai-nilai, keyakinan, akhlak, dan
bersosialisasi. Anak belajar dari kedua orang tuanya, dan mereka
menirukan seperti apa yang dilakukan orang tuanya (Helmawati, 2014:48).
Jadi, pendidikan di dalam rumah bertujuan untuk membentuk karakter
dalam diri anak, karena perilaku anak dapat terbentuk oleh perilaku yang
diajarkan oleh orang tunya dan selain itu, pendidikan di dalam rumah juga
memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pendidikan anak
di sekolah. Selain itu kenyamanan, kedamaian, dan ketentraman hidup
seorang anak tergantung kepada keluarganya. Karena sebagai penentu
kehidupan anak tersebut apakah diajarkan menuju jalan yang baik atau
yang buruk. Karena tanggung jawab orang tua terhadap anak tidak hanya
merawat dan membesarkan anaknya namun setiap orang tua harus dapat
4
mencetak anaknya untuk dapat menjadi manusia yang bertaqwa kepada
Allah SWT.
Para ahli psikologi dan pendidikan menyatakan bahwa tahun-tahun
pertama kehidupan anak merupakan masa paling penting bagi
pembentukan kepribadian dan penanaman sifat-sifat dasar. Ini tidak berarti
bahwa perkembangan anak terbatas hanya sampai pada tahun-tahun
tersebut sehingga tidak ada perubahan sesudah masa itu. Yang dimaksud
adalah bahwa dasar-dasar yang paling penting di dalam kehidupan anak
diletakkan pada masa-masa tersebut. Keluarga pernah dan masih tetap
merupakan pusat pendidikan pertama tempat anak berinteraksi dan
memperoleh kehidupan emosional. Keutamaan ini membuat keluarga
memiliki pengaruh yang dalam terhadap anak. Keluarga merupakan
lingkungan alami yang memberikan perlindungan dan keamanan serta
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak. Keluarga juga merupakan
lingkungan pendidikan yang urgen tempat anak memulai hubungannya
dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman-pengalaman yang
membentuknya untuk berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial (Aly
dan Munzier, 2003: 201-203).
Akan tetapi bagaimanakah jadinya jika dalam keluarga tersebut
sangat minim pengetahuannya tentang pendidikan agama Islam. Maka
yang terjadi adalah peran dan fungsi pendidikan dalam keluarga belum
terlaksana dengan baik. Dalam hal ini yang terjadi pada sebuah kasus di
Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang adalah
5
minimnya pengetahuan agama Islam pada beberapa keluarga di desa
tersebut dikarenakan keluarga tersebut adalah keluarga muallaf. Orang tua
adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta didik. Hal itu
dimungkinkan karena merekalah yang paling awal bergaul dengan
anaknya, paling dekat dalam komunikasi dan paling banyak menyediakan
waktu untuk anak terutama ketika ia masih kecil (Umar, 2010: 107).
Dalam hal ini orang tua juga berkewajiban untuk mendalami pengetahuan
agama guna untuk memberikan pengetahuan agama pula terhadap anak.
Namun kenyataannya yang terjadi pada kasus di desa yang penulis ingin
teliti yaitu di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupten Semarang
adalah keluarga muallaf yang jika ditelusuri salah satu faktor dominan
mengapa mereka memutuskan menjadi seorang muallaf yakni dikarenakan
berorientasi pada pernikahan, dan kesadaran yang tumbuh ketika melihat
anaknya pandai dalam beribadah. Berdasarkan beberapa fakta di atas
diketahui bahwa minimnya pengetahuan agama jika mereka baru menjadi
muallaf dan mereka masih mempunyai kewajiban untuk membimbing
keluarga bahagia sesuai tuntutan agama Islam. Tidak mudah tentunya bagi
seorang muallaf untuk mendidik anaknya dengan ajaran-ajaran agama
Islam sesuai yang disyariatkan. Ini tentu menjadi persoalan tersendiri bagi
seorang muallaf dalam menerapkan pendidikan agama kepada anaknya.
Perkembangan dan kematangan jiwa seseorang anak dipengaruhi
oleh faktor pembawaan dan lingkungan (Djamarah, 2000: 54). Selain itu
juga sebagai orang tua tentunya merupakan kewajiban untuk memberikan
6
pendidikan agama untuk anak, agar mempunyai bekal agama yang kuat
untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Maka dengan adanya hal ini
diperlukan penelitian yang lebih lanjut dan nantinya dapat dijadikan bahan
refleksi diri dan dapat memberikan suatu manfaat. Dengan demikian
penelitian ini mengambil judul “PERAN ORANG TUA MUALLAF
DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA
ANAK DI DESA BARUKAN KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di
atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sejarah muallaf di Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang ?
2. Bagaimanakah penerapan pendidikan agama Islam pada keluarga
muallaf di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ?
3. Bagaimana peran orang tua muallaf dalam meningkatkan pendidikan
agama Islam pada anak di Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang ?
4. Faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat orang tua
muallaf dalam meningkatkan pendidikan agama Islam pada anak di
Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ?
7
C. Tujuan Penelitian
Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah muallaf di Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
2. Mengetahui penerapan pendidikan agama Islam pada keluarga muallaf
di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
3. Mengetahui peran orang tua muallaf dalam meningkatkan pendidikan
agama Islam pada anak di Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
4. Mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat orang
tua muallaf dalam meningkatkan pendidikan agama Islam pada anak
di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
jelas bagi pembaca. Terdapat 2 manfaaat yakni manfaat teoritis dan
manfaat praktis yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a) Dapat mengetahui sejarah tentang muallaf di Desa Barukan
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
b) Mengetahui penerapan pendidikan agama Islam pada keluarga
muallaf di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang.
8
c) Dapat mengetahui bagaimana peran orang tua muallaf dalam
meningkatkan pendidikan agama Islam pada anak di Desa
Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
d) Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi
keluarga yang diteliti yakni keluarga muallaf tentang pentingnya
pendidikan agama Islam dalam keluarga.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi muallaf, sebagai pembelajaran untuk lebih meningkatkan
ilmunya dalam bidang keagamaan terkait dengan ajaran-ajaran
agama Islam agar dapat memberikan pendidikan kepada anaknya
secara maksimal.
b) Bagi tokoh agama, guru ngaji, dan pihak yang terkait untuk lebih
memperhatikan keluarga muallaf dan memberikan bantuan moral
berupa pendidikan agama agar keluarga muallaf mampu
menjalankan segala perintah agama Islam dengan baik.
c) Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi
bagi peneliti lain di bidang terkait.
E. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman terhadap pokok
masalah yang dimaksud maka sebelumnya penulis menguraikan tentang
batasan pengertian yang dimaksud dalam judul ini adalah :
9
1. Peran
Peran berarti pemain sandiwara (film). Peran juga bisa berarti
watak (peran yang utama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang
sifatnya khas dan istimewa). Kata peran mempunyai arti fungsi,
kedudukan, bagian kedudukan (Ahmad Maulana, dkk, 2003:392).
Dari pengertian di atas istilah peran yang dimaksud di sini yaitu
yang memegang pimpinan utama, yang mempunyai ciri-ciri individual
yang sifatnya penting dan utama. Dalam hal ini yang memegang peran
tersebut adalah orang tua muallaf. Dalam keluarga sangat penting
dalam menanamkan pendidikan agama Islam karena menjadi pondasi
dalam sebuah keluarga mendidik anaknya. Akan tetapi bagaimana jika
orang tua muallaf yang mempunyai pengetahuan agama sangat minim.
Maka hal inilah yang akan diteliti oleh penulis.
2. Orang Tua Muallaf
Orang tua dapat diartikan sebagai orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Tim
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005:802). Sedangkan muallaf adalah
orang yang baru masuk Islam (KBBI, 2008: 1021).
Menurut penulis sendiri orang tua muallaf adalah orang tua yang
baru masuk Islam yang bertanggung jawab atas perkembangan anak
dan mengemban tugas terhadap keberhasilan dengan segala upaya,
usaha, didikan, dan bimbingan yang dilakukan agar nantinya dapat
tercapai keinginan dan cita-cita terhadap anak dimasa depan.
10
3. Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiyah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati
tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan
Islam sebagai tujuan hidup. Sedangkan menurut A. Tafsir, pendidikan
agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004: 130).
Sedangkan pengertian Pendidikan Agama Islam secara formal
dalam kurikulum berbasis kompetensi dikatakan bahwa “Pendidikan
agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan
hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman.” Dibarengi tuntutan untuk menghormati
penganut agama lain dalam masyarakat hingga terwujudnyakesatuan
dan persatuan bangsa (Abdul Rachman Shaleh, 2005: 7).
4. Anak
Anak adalah manusia yang masih kecil (Tim Penyusun Kamus
Pusat Bahasa, 2005:41). Individu yang membutuhkan bimbingan,
didikan, ajaran dan asuhan oleh orang tua agar dapat membentuk
11
pribadi yang seutuhnya dan dapat mengembangkan potensi dan
kemampuan yang dimiliki.
F. Kajian Penelitian Terdahulu
Setelah penulis melaksanakan penelusuran yang membahas
mengenai peran orang tua muallaf dalam meningkatkan pendidikan agama
Islam maka penulis telah menemukan beberapa referensi khususnya dari
skripsi dan beberapa buku. Diantaranya yang dapat dijadikan sumber
kajian penelitian terdahulu sebagai berikut:
Skripsi Mutoharoh (2016) Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Yang menulis dengan judul “Pola Asuh Nenek dan
Implikasinya Terhadap Akhlak Anak di Dusun Ngrawing, Desa
Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan. Yang melatar
belakangi penulis dalam penelitian ini yaitu orang tua seharusnya
mendidik dan mengasuh anaknya, tetapi pada zaman sekarang orang tua
yang tidak ada atau karena suatu hal lebih mempercayakan pengasuhan
anak kepada nenek. Nenek merupakan sumber kasih sayang kepada
cucunya. Di sisi lain pola asuh yang diterapkan nenek jadi salah, karena
perbedaan zamanlah yang membedakannya. Rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana pola asuh yang digunakan nenek di
Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab.
Grobogan tahun 2016 ? 2) Bagaimana penanaman nenek terhadap akhlak
anak di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab.
Grobogan tahun 2016 dan 3) Bagaimana implikasi akhlak anak yang
12
berada dalam pengasuhan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo,
Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan tahun 2016 ?.
Skripsi Faiz Khuzaimah (2016) Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Yang menulis dengan judul ”Pendidikan Agama
Islam Pada Anak Nelayan Rawa pening di Desa Rowoboni, Kab.
Semarang tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pendidikan agama Islam pada anak nelayan Rawa Pening di Desa
Rowoboni, Kab. Semarang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana pendidikan agama Islam pada anak nelayan di Desa
Rowoboni ? 2) Kendala apa yang dihadapi keluarga dalam pendidikan
agama Islam pada anak nelayan Rawa Pening di Desa Rowoboni ? 3)
Bagaimana upaya orang tua memenuhi kebutuhan pendidikan agama Islam
anak nelayan di Desa Rowoboni ?
Berdasarkan kajian penelitian di atas, terdapat persamaan dan
perbedaan dengan yang peneliti lakukan, persamaannya membahas tentang
pendidikan agama Islam pada anak, sedangkan perbedaannya terdapat
pada subjek penelitian yang diteliti, yang mana dalam penelitian ini
merupakan keluarga muallaf di Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
G. Sistematika Penulisan Penelitian
Untuk mempermudah pembahasan penulisan ini maka disusun
sistematika penulisan sebagai berikut :
13
BAB I PENDAHULUAN bab ini menjelaskan tentang pokok
permasalahan yang menjadi landasan awal penelitian yaitu membahas
tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, definisi operasional, kajian penelitian terdahulu, serta
sistematika penulisan. Pada bagian ini merupakan kerangka dasar dan
mengarah aktivitas penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA bab ini membahas tentang peran
orang tua muallaf yang meliputi : pengertian orang tua muallaf, macam-
macam muallaf, motif seseorang menjadi muallaf, tanggung jawab orang
tua terhadap anak. Pendidikan Agama Islam yang meliputi : pengertian
pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, fungsi
pendidikan agama Islam, dan ruang lingkup pendidikan agama Islam.
Peran orang tua dalam pendidikan agama anak. Serta perbedaan pola asuh
orang tua muslim dengan orang tua muallaf terhadap anak yang meliputi :
pola asuh orang tua muslim terhadap anak, pola asuh orang tua muallaf
terhadap anak, dan titik beda antara pola asuh orang tua muslim dan orang
tua muallaf terhadap anak.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
membahas tentang metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian.
14
BAB IV PEMBAHASAN pada bab ini peneliti akan menjelaskan
tentang paparan data dan analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi
data. Dalam paparan data membahas tentang gambaran tempat meliputi,
letak geografis Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang,
keadaan penduduk, keadaan sosil budaya, keadaan sosial pendidikan,
sarana prasarana, struktur organisasi Desa Barukan dan temuan data
berupa karakteristik keluarga muallaf di Desa Barukan Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang. Sedangkan dalam analisis data untuk
menjawab rumusan masalah tentang muallaf, pendidikan agama Islam
dalam keluarga muallaf, peran orang tua muallaf dalam meningkatkan
pendidikan agama Islam pada anak, serta faktor pendukung dan faktor
penghambat pendidikan agama dalam keluarga muallaf di Desa Barukan
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
BAB V PENUTUP penulis menjabarkan pada bab ini dengan
mengurutkan kesimpulan dari hasil penelitian, dan saran-saran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Orang Tua Muallaf
1. Pengertian Orang Tua Muallaf
Orang tua sebagai individu-individu yang mengasuh, melindungi,
dan membimbing anak dari bayi hingga tahap dewasa dan memberikan
tanggung jawab dan perhatian yang mencakup pendidikan intelektual dan
moral (Fajar, 2011: 10). Menurut Hurlck dalam Muallifah (2009: 44)
pengasuhan orang tua berfungsi untuk memberikan kelekatan dan ikatan
emosional atau kasih sayang antara orang tua dan anaknya, juga
penerimaan dan tuntunan dari orang tua. Cara orang tua dalam mengasuh
anak termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai-nilai atau
norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap
dan perilaku yang baik, sehingga dapat dijadikan sebagai contoh atau
panutan bagi anaknya.
Menurut bahasa, mu’allafati qulubuhum artinya adalah orang-
orang yang lemah hatinya. Adapun yang dimaksud dengan istilah ini
adalah orang-orang yang dibujuk hatinya, atau orang yang baru masuk
Islam, yang dengan demikian iman mereka masih lemah dan perlu
pembinaan lebih lanjut. Karena itu mereka termasuk delapan golongan
asnaf (kelompok) yang berhak menerima zakat (QS. At-Taubat, 9: 60).
Syarifuddin (2003:49) menyatakan bahwa muallaf secara leksikal
berarti orang-orang yang diijinkan hatinya untuk tetap berada dalam Islam.
16
Sedangkan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
muallaf adalah orang yang baru masuk Islam (KBBI, 2008: 1021). Jadi
orang tua muallaf adalah dua atau lebih dari dua individu yang baru masuk
Islam yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain.
2. Macam-macam Muallaf
Menurut Madzhab Syafi’i muallaf itu ada empat yaitu sebagai
berikut :
a) Orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah.
b) Orang Islam berpengaruh yang diharapkan bisa menarik kaumnya
untuk masuk Islam.
c) Orang Islam yang berpengaruh terhadap orang kafir. Dengan pengaruh
itu kaum muslimin dapat terhindar dari kejahatan orang kafir.
d) Orang yang menolak kejahatan orang anti zakat (Al Hafidz, 2002: 184-
185).
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga muallaf, terdapat
beberapa macam keluarga muallaf yaitu sebagai berikut
1) Keluarga muallaf terdiri dari suami muallaf dan istri muslimah.
Proses suami menjadi muallaf terjadi sebelum atau sesudah menikah.
Suami yang menjadi muallaf sebelum pernikahan, karena dia mengikuti
ajaran agama istrinya agar proses pernikahan dapat berlangsung secara
Islami dan mendapatkan restu orang tua dari sang istri.
17
2) Keluarga muallaf terdiri dari istri muallaf dan suami muslim.
Model keluarga muallaf yang inipun mempunyai alasan sama seperti
model keluarga muallaf yang pertama. Istri menjadi muallaf sebelum
pernikahan karena agar bisa menjalankan proses pernikahan secara
Islami dan mendapat restu dari orang tua suami. Istri yang menjadi
muallaf sesudah pernikahan karena mendapatkan hidayah setelah
menjalani kehidupan berumah tangga bersama suaminya.
3. Motif Seseorang menjadi Muallaf
Terdapat beberapa motif seseorang memutuskan menjadi muallaf
yaitu sebagai berikut :
a. Pernikahan.
Mayoritas seseorang menjadi muallaf karena mtif pernikahan. Sepasang
calon suami istri yang salah satunya non muslim dan mendapatkan
jodoh seorang muslim memutuskan untuk mengikuti keyakinan calon
suami atau istrinya dengan menjadi muslim.
b. Belajar dan menemukan secara keilmuan.
Muallaf ini biasanya adalah pelajar, atau mereka cendekia yang memang
dari akademis, mereka menemukan hidayah setelah mereka belajar dan
mempelajari Islam. Kasus ini banyak terjadi para misionaris dengan misi
kristenisasi. Dengan sengaja mereka mempelajari Islam untuk mencari
kelemahan Islam. Para misionaris mempelajari al-Qur’an dan
memahami kandungannya sehingga menemukan perbedaan dan
kejanggalan yang ada pada kitab agama yang dianutnya (alkitab). Pada
18
akhirnya mereka menemukan kebenaran yang hakiki pada Islam dan
memutuskan untuk memeluk Islam.
c. Pengalaman pribadi yang menyentuh.
Pengalaman pribadi beragama seseorang yang menyentuh seperti
mendengar lantunan ayat suci al-Quran, mendengar lantunan adzan, dan
lain-lain menjadi jaln hidayah seseorang menjadi muallaf. Allah SWT
memberikan hidayahnya melalui ayat-ayat suciNya. Lantunan ayat suci
al-Quran dan adzan terasa menggetarkan siap saja yang
mendengarkannya penuh dengan penghayatan. Tidak terkecuali para
non muslim yang mendengarnya dan bergetar hatinya sehingga mereka
memutuskan untuk menjadi muslim (Saiful Amin Ghofur, 2010: 31-36).
4. Tanggung jawab orang tua terhadap anak
ويحسه ان ي حسه اسمو والده الىلد على حق قال النبي صلى هللا عليو وسلم :
)رواه البيهقى( ويحسه ادبو مىضعو
Artinya : ’’Hak anak terhadap orang tuanya adalah membaguskan namanya,
memperindah tempatnya, dan memperbaiki pendidikannya’’ (HR. Baihaqi)
Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab kepada anak-
anaknya menurut hadis di atas tugas orang tua terhadap anaknya yaitu
memberikan nama yang bagus, memperindah tempatnya, dan memperbaiki
pendidikannya. Hendaknya setiap orang tua memperhatikan sepenuhnya
perkembangan serta masa depan anak-anaknya, masa depan yang bukan
hanya berorientasi pada kehidupan duniawi namun yang terpenting adalah
sukses hingga akhiratnya. Dengan demikian orang tua tidak boleh egois
19
hanya mementingkan diri sendiri misalnya memaksakan kehendak orang tua
terhadap anak dalam hal pendidikan padahal hanya untuk kepentingan riya
atau sombng terhadap orang lain. Karena yang menetukan baik atau tidak
baiknya anak tergantung dari orang tua dalam mendidik. Dan orang
tuanyalah yang akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah kelak.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam banyak pakar yang
memberikan definisi, diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Prof. Dr.
Zakiyah Darajat yaitu :
a. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya
sebagai pandangan hidup (way of life).
b. Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yaang dilaksanakan
berdasarkan ajaran agama Islam.
c. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran
agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik
agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
mengkhayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam
itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan hidup di dunia
20
maupun di akhirat (Zakiyah Darojat dalam Abdul Rachman Shaleh,
2005: 6).
Sedangkan pengertian Pendidikan Agama Islam secara formal
dalam kurikulum berbasis kompetensi dikatakan bahwa “Pendidikan
agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,
bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam
dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan hadist, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.” Dibarengi
tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam masyarakat
hingga terwujudnyakesatuan dan persatuan bangsa (Abdul Rachman
Shaleh, 2005: 7).
Pendidikan Agama Islam menurut Sahilun A. Nasir seperti yang
dikutip oleh (Syafaat 2008: 15) adalah suatu usaha yang sistematis dan
pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan
cara yang sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar
dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Sehingga
ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan
menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan,
pemikiran dan sikap mental. Sedangkan menurut M. Arifin seperti yang
dikutip oleh Syafaat (2008: 16) mendefinisikan Pendidikan Agama Islam
adalah proses yang mengarahkan manusia terhadap kehidupan yang lebih
baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan
21
dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar). Pendidikan
Agama Islam adalah usaha memelihara dan mengembangkan fitrah
manusia serta sumber daya insani yang berada pada subjek didik menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (Achmadi, 2000:20).
Menurut Djumransjah (2007: 19-20), definisi Pendidikan Agama
Islam adalah:
a) Pendidikan Agama Islam adalah usaha bimbingan ditujukan untuk
mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani menurut
ajaran Islam.
b) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk mengarahkan dan
mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan
kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama Islam dalam proses
kependidikan melalui latihan-latihan, akal fikiran (kecerdasan),
kejiwaan, keyakinan, kemauan, dan perasaan, serta pancaindera dalam
seluruh aspek kehidupan manusia.
c) Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan secara sadar dan terus
menerus yang sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan
kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar), baik secara individual
maupun secara kelompok sehingga manusia mampu memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam secara utuh dan
benar. Ajaran utuh meliputi aqidah (keimanan), syari’ah (ibadah,
muamalah) dan akhlak (budi pekerti). Dengan keimanan yang benar
memimpin ke arah budi pekerti luhur (akhlak mulia), dan akhlak
22
mulia memimpin manusia ke arah manusia mendalami hakikat, dan
menuntut ilmu yang benar, sedangkan ilmu yang benar memimpin
manusia ke arah amal sholeh.
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
berupa bimbingan atau asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah
selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan Agama Islam
serta menjadikannya pandangan hidup. Dari berbagai pengertian di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan
usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa
kemampuan. Kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga
terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk
individual dan sosial dalam hubungannya dengan alam sekitar dimana ia
hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai Islam, yaitu
nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlak karimah yang
menjadikan pedoman dalam kehidupan agar dapat bertindak sesuai dengan
yang disyariatkan oleh agama.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Setiap proses yang dilakukan dalam pendidikan harus dilakukan
secara sadar dan memiliki tujuan. Tujuan pendidikan secara umum adalah
mewujudkan perubahan positif yang diharapkan ada pada peserta didik
setelah menjalani proses pendidikan, baik perubahan pada tingkah laku
individu dan kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan masyarakat
23
dan alam sekitarnya di mana subjek didik menjalani kehidupan (Roqib,
2009: 25).
Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Fadlil Al-
Jamaly dalam Soebahar (2002) adalah sebagai berikut:
1. Mengenalkan manusia akan peranannya diantara sesame (makhluq)
dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup.
2. Mengenalkan manusia akan interaksi social dan tanggung jawabnya
dalam tata hidup bermasyarakat.
3. Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajar mereka untuk
mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan
kepada mereka untuk mngambil manfaat dari alam tersebut.
4. Mengenalkan manusia akan penciptaan ini (Allah) dan
memerintahkan beribadah kepadanya (Soebahar, 2002: 20).
Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dri
tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan
dan dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu :
a) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agam Islam.
24
b) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan
peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
c) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta
didik dalam menjalankan ajaran agama Islam.
d) Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang
telah diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta
didik itu mampu menumbuhkan motivasi dirinya untuk
menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-
nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan
merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (Muhaimin, 2004: 78).
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
tujuan pendidikan agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang
beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur, akhlaq
yang mulia, serta memiliki pengetahuan yang luas tentang ajaran agama
Islam dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan seharai-hari.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Dari beberapa definisi yang dicermati dalam Pendidikan Agama
Islam, maka fungsi pendidikan agama Islam adalah untuk menghasilkan
manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di dunia dan
kehidupan indah di akhirat serta terhindar dari siksaan Allah yang Maha
pedih (Ramayulis, 2008: 27). Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi
25
sebagai suatu usaha atau aktifitas manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi yang terdapat di
dalam diri manusia itu sendiri yaitu potensi rohani (pikir, karsa, rasa) dan
jasmani (panca indra dan keterampilan atau skill)
Menurut Darajat berpendapat dalam bukunya Metodik khusus
pengajaran Agama Islam bahwa :
a. Menanam tumbuhkan rasa keimanan yang kuat.
b. Menanam kembangkan kebiasaan (Habit Varming) dalam melakukan
amal ibadah, amal shaleh, dan akhlak yang mulia.
c. Menumbuh kembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar
sebagai anugerah Allah SWT kepada manusia (Darajat, 2011: 174).
Dari beberapa pendapat ahli di atas mengenai fungsi pendidikan
agama Islam, maka penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Agama
Islam mempunyai fungsi sebagai media untuk meningkatkan iman dan
taqwa kepada Allah, serta sebagai wahana pengembangan sikap religious
dengan mengamalkan apa saja yang didapat dari pross pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Konsep pendidikan Islam mencakup kehidupan manusia seutuhnya,
tidak hanya memperhatikan dan mementingkan segi akidah (keyakinan),
ibadah (ritual), dan akhlaq (norma-etika) saja, tetapi jauh lebih luas dan
dalam dari pada semua itu (Roqib, 2009: 22). Para pendidik Islam pada
26
umumnya memiliki pandangan yang sama bahwa pendidikan Islam
mencakup berbagai bidang:
1) Bidang keagamaan.
2) Akidah dan amaliah.
3) Akhlaq dan budi pekerti.
4) Fisik-biologis, eksak, mental-psikis dan kesehatan.
Ruang lingkup pendidikan / pengajaran agama Islam ini harus
memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia, maka pengajaran agama Islam, sebenarnya harus berarti
pengajaran tentang tata hidup yang berisi pokok yang akan digunakan oleh
manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan untuk menyiapkan
kehidupan yang sejahtera di akhirat nanti (Daradjat, 2011: 60).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup bidang keagamaan
yakni pendidikan agama Islam berkembang berdasarkan ruh ajaran Islam,
perpaduan keseimbangan antara pendidikan jasmani, keimanan,
ketaqwaan, intelektual, mental, emosi, spiritual, individual dan sosial.
C. Peran Orang tua dalam Pendidikan Agama Anak
Peran orang tua terhadap anak, dapat dilakukan dengan
memberikan motivasi, turut dalam manajemen waktu anak, dan memberikan
fasilitas terkait dengan pendidikan anak. Motivasi sebagai salah satu peran
orang tua yang sangat penting untuk melakukan sesuatu perbuatan yang
mendorong seseorang untuk lebih yakin dalam memantapkan sesuatu yang
27
akan dicapai. Misalnya seorang anak yang tidak mau belajar, hal itu karena
tidak ada motivasi atau dorongan untuk belajar.
Orang tua sebagai guru di rumah harus berusaha agar anaknya
dapat mendapatkan motivasi pendidikan keluarga, karena orang tua dinilai
gagal dalam tugasnya apabila motivasi kepada anaknya lemah. Motivasi
sangat penting dalam hal belajar karena:
1. Mempergunakan dan menghubungkan motif yang mendorong individu
untuk melakukan sesuatu kegiatan di dalam situasi belajar.
2. Reinforcement atau menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang
dapat digunakan dalam rangka reinforcement yaitu:
a) Mengemukakan pertanyaan.
b) Memberi ganjaran.
c) Memberi hadiah.
d) Memberi hukuman.
Sehingga, tugas memotivasi perihal anak didik bukan hanya
tanggung jawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi
anak untuk lebih giat belajar. Jika anak tersebut memiliki prestasi yang bagus
hendaknya orang tua memberikan dorongan lebih lanjut kepada anaknya agar
prestasi yang diraihnya bisa kian meningkat. diantara bentuk motivasi kepada
anak berprestasi bisa dengan memberikan sesuatu penghargaan atau hadiah
tertentu. Hal ini sangat berguna bagi anak karena dengan penghargaan anak
akan timbul rasa bangga, mampu atau percaya diri dan berbuat yang lebih
maksimal lagi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi (Basri, 2004: 95-96).
28
Sebaliknya bila prestasi belajar anak itu kurang, maka tanggung
jawab orang tua tersebut adalah memberikan motivasi kepada anak untuk
lebih giat dalam belajar. Dorongan orang tua kepada anaknya yang
berprestasi jelek atau kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan
kurangnya dorongan dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan
bahkan menimbulkan keputusasaan.
Kemudian, agar anak semakin termotivasi, orang tua sebaiknya
tidak mengeluarkan ungkapan-ungkapan baik oral maupun perbuatan yang
menunjukan gambaran membanding-bandingkan di antara anak-anaknya
seperti kakak dengan adiknya, mengingat setiap anak mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda. Anak yang sering dibanding-bandingkan
dapat kehilangan kepercayaan diri. Justru, peran orang tua dituntut untuk
mampu membangkitkan rasa percaya diri anak dengan menghargai setiap
usaha yang telah dilakukan.
Karena dengan menerima anak atas segala kelebihan dan
kekurangan akan membantu anak dalam mengatasi masalahnya. Termasuk
bila anak memang membutuhkan guru les, maka orang tua tidak boleh
mengukur pengalaman dirinya dengan anaknya seperti mengukur anak
dengan kemampuannya sendiri hanya karena ayah dan ibunya dahulu tidak
pernah les.
Selain memberikan motivasi anak, peran orang tua terhadap anak
yang lainnya adalah memenuhi kebutuhan belajar atau menyiapkan segala
sarana prasaranayang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak.
29
Pengawasan anak dengan manajemen waktu anak juga akan memudahkan
peran orang tua dalam mengontrol peningkatan atau kemunduran anaknya
dalam hal belajar. Sehingga orang tua mudah mencari penyebabnya untuk
dicarikan solusinya. Perihal demikian, Musbikin (2009: 113) menilai apabila
proses kehidupan dalam sebuah keluarga adalah proses belajar pertama bagi
anak sebelum mereka hidup dalam lingkungan yang lebih luas, sekolah dan
masyarakat. Maka dari itu sebagai orang tua semestinya memfungsikan
perannya dan dapat memanfaatkan masa-masa ini untuk menggali dan
mengembangkan potensi anak.
Musbikin (2009: 114) menjelaskan lebih lanjut apabila setiap orang
tua tentunya berharap anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan berguna
bagi nusa bangsa dan agama. Jadi untuk mewujudkan hal itu jadilah orang tua
sekaligus guru bagi anak di rumah dengan menyajikan materi-materi yang
mereka butuhkan, suasana yang tenang tanpa pertengkaran dan kekerasan
serta kasih sayang dan perhatian yang cukup dari sosok seorang ibu dan ayah.
Peranan orang tua seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya
dalam Islam sendiri mendapatkan tempat yang serius. Islam mengarahkan
pemahaman terhadap orang tua agar sadar apabila hadirnya seorang anak
secara intrinsik membawa tanggung jawab besar yang harus dipikulnya.
Tanggung jawab tersebut berkenaan dengsn upaya-uapaya yang harus
dipenuhi oleh orang tua untuk mengangkat dan mempertahankan martabat
kemanusiaan (karomah insaniah) anaknya (Syaifullah, 2008: 163). Di sini
30
kita melihat ajaran-ajaran Islam yang secara spesifik menegaskan tugas dan
kewajiban orang tua terhadap anaknya.
Islam secara tegas mengungkapakan apabila orang tua memikul
amanah dunia akhirat terkait dengan anak. Islam memerintahkan agar orang
tua berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta
berkewajiban untuk memelihara keluarganya dari api neraka sebagaimana
firman Allah swt dalam surat at-tahrim/66 ayat 6 :
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.
Apabila arahan yang digariskan oleh Islam bisa diimplementasikan
secara konsekuen dam konkret maka anak keturunan yang diperoleh akan
memberikan kebahagiaan yang besar dan mudah dirasakan oleh pihak orang
tua (Syaifullah, 2008: 163).
Lebih dari itu dalam hal pendidikan, Islam juga sangat
memperhatikan soal pengangkatan martabat manusia. Sehubungan dengan hal
ini misalnya Islam melarang perbuatan zina karena zina dapat menimbulkan
cacat moral abadi pada anak yang dihasilkannya. Dirasakan efeknya secara
31
kultur sosial misalnya, masih sering kita dengar sebutan yang sangat
merendahkan seperti kata-kata anak haram (Syaifullah, 2008: 163).
Selain itu menurut Al-Fattah Abu Ghuddah (2005: 57-182) terdapat
beberapa pengajaran yang dilakukan Rasulullah terhadap para sahabat
dintaranya adalah :
1) Metode keteladanan dan akhlak mulia
Rasulullah adalah orang pertama yang melakukn sesuatu sebelum
menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Dengan begitu orang lain pun
akan dapat mengikuti dan melakukan sebagaimana yang mereka lihat
dari beliau. Pengaruh metode pengajaran dengan memberikan contoh-
contoh perbuatan atau teladan sebagaimana yang dilakukan Rasulullah
akan lebih kuat bersemayam di dalam hati dan memudahkan pemahaman
serta ingatan. Metode ini sangat membantu orang tua dalam mengajar
dan mendidik anak dari pada model melalui nasehat.
Untuk itu bagi umat Islam, keteladanan yang paling bak dan utama,
terdapat didalam diri dan pribadi Rasulullah SAW sebagaimana
difirmankan Allah SWT di dalam surat Al-Ahzab ayat 21, yaitu :
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
32
Dengan keteladanan anak dapat mencontoh atau meniru segala
sesuatu yang baik didalam perbuatan dan perkataan pendidiknya.
Sungguh sangat mustahil bagi orang tua melarang melarang anak-
anaknya berkata kotor atau keji, meminum minuman keras, berjudi,
bergadang dimalam hari dan lain lain jika orang tua itu sendiri senang
atau sering melakukannya. Demikian juga sangat sulit mendidik anak
bertakwa dengan menyuruhnya sholat, berpuasa dan lain sebagainya jika
orang tua sendiri tidak pernah melakukannya.
Bagi orang tua yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu
menampilkan prilaku sabar, ramah, menjauhi semua larangan dan taat
mengerjakan perintah Allah SWT dan amal perbuatan lainnya, sebagai
pendidik di dalam dirinya terdapat keteladanan untuk ditiru anak-
anaknya.
2) Metode Tamtsil (membuat perumpamaan/analogi)
Metode tamstsil dan analogi biasa digunakan Rasulullah ketika
mengajarkan masalah-masalah berikut sebab-sebab penetapannya. Hal ini
untuk menjadikan hukum dapat dipahami dengan benar, jelas dan tepat
dalam pemahaman orang yang mempelajarinya yaitu para sahabat. Oleh
karena itu metode atau srategi pengajaran membuat perumpamaan atau
analogi dirasakan sangat efektif bagi para sahabat dalam mempelajari
hukum-hukum syariat beserta tujuan-tujuannya.
33
3) Metode memberikan dorongan (motivasi) dan menakut-nakuti (memberi
peringatan)
Metode pengajaran ini memberikan dorongan (motivasi) kepada
para sahabat untuk mencintai dan melakukan amal kebaikan dan
menjauhkan diri dari berbuat kejahatan. Rasulullah biasanya
menyebutkan pahala dan manfaat-manfaat yang akan diperoleh apabila
kebajikan tersebut dilaksanakan. Sebaliknya dalam hal memberi
peringatan agar menjauhi perbuatan tercela beliau menyebutkan siksa
dan bahaya yang akan diterima bila perbuatan keji yang dilakukan.
4) Metode menceritakan kisah dan berita-berita masa lalu
Rasulullah sering memberikan pelajaran kepada para sahabat
dengan cara berkisah tentang kehidupan dan kejadian-kejadian di masa
lalu. Metode ini dianggap akan lebih membekas dalam jiwa orang-orang
yang mendengarkannya serta lebih menarik perhatian para sahabat. Allah
sendiri sesungguhnya telah mengenalkan model pengajaran semacam ini
kepada Rasulullah.
5) Metode dialog/tanya jawab
Metode ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu Rasulullah
mengajukan pertanyaan, lalu menjelaskan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan tersebut. Metode ini ditempuh Rasulullah dalam rangka
memberi kesan perhatian kepada peserta didik sekaligus memberikan
dorongan atas jiwa dan akal mereka untuk dapat menjelaskan apa yang
telah mereka ketahui.
34
6) Metode memperlihatkan alat peraga
Metode ini biasanya digunakan Rasulullah dalam mengajarkan atau
menginformasikan sesuatu yang dilarang atau diharamkan. Cara beliau
dengan menunjukkan atau memperlihatkan sesuatu yang menjadi objek
pembahasan kepada orang yang sedang belajar kepada beliau. Dalam
metode ini Rasulullah memadukan dua pendekatan sekaligus, yaitu
pendekatan verbal (lisan) dan pendekatan dengan menggunakan alat
peraga. Metode ini lebih mempersiapkan pemahaman para saabat dan
lebih menegaskan suatu hukum atas haramnya sesuatu.
D. Perbedaan Pola Asuh Orang Tua Muslim dan Orang tua Muallaf
terhadap Anak
1. Pola asuh orang tua muslim terhadap anak
Pola asuh orang tua muslim kepada anak pada umumnya itu
dimulai sejak kelahiran sudah mulai ditanamkan nilai-nilai keislaman,
seperti saat anak lahir diadzani dan di-iqamat-kan agar sejak kecil sudah
kenal dan dekat dengan Allah SWT, saat berumur 40 hari dipotong
rambut dengan diiringi al berzanji dan sholawat, sebelum bisa bicara
dengan lancar sudah dilatih mengucapkan kalimat-kalimat Allah, setelah
sudah fasih bicara diajarkan membaca atau menghafalkan surat-surat
pendek yang terpenting adalah surat al-fatikhah. Selain itu orang tua pasti
mengajarkan dan menginginkan anak yang berbakti pada orang tua,
pandai dibidang akademik, pandai mengaji dan lain sebaganya. Orang tua
biasanya memasukan anaknya ke dalam sebuah tempat khusus untuk
35
mendalami agama atau yang biasa disebut TPQ, akan tetapi orang tua
pasti juga berusaha setiap harinya diberi ceramah atau medidik dalam
hal agama, tidak hanya mengandalkan dari pengajaran luar rumah saja
atau TPQ. Orang tua pasti memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan
masa depan anak terutama anak yang berakhlakul karimah dan semua itu
harus dididik sejak lahir sampai dewasa.
2. Pola asuh orang tua muallaf terhadap anak
Pola asuh orang tua muallaf kepada anak, pada umumnya keluarga
muallaf itu memasukan anaknya atau mempercayakan sepenuhnya
kepada lembaga islam baik itu formal ataupun non formal, lembaga non
formal biasanya tempat-tempat TPQ. Orang tua hanya sedikit dalam
mengajarkan agama kepada anak, karena orang tua muallaf itu merasa
kurang mampu dan kurang maksimal dalam pengetahuan agama, jadi
untuk menghindari kesalahan dalam mengajarkan ilmu agama kepada
anak itu orang tua memilih jalan sepenuhnya dipasrahkan pada yang
lebih berpengetahuan. Misalnya diundangkan guru privat untuk
mengajari lebih mendetail tentang agama seperti sholat, mengaji, doa-
doa, dan lain sebagainya.
3. Titik beda antara pola asuh orang tua muslim dan orang tua muallaf
terhadap anak
Jadi pada intinya titik beda antara pola asuh orang tua muslim dan
orang tua muallaf terhadap anak, terletak pada pengajaran yang diberikan
orang tua terhadap anak. Kalau pola asuh orang tua muslim pada
36
umumnya, pengajaran agama ditanamkan sejak lahir sampai dewasa
meskipun banyak orang tua yang juga memasukan anaknya ke TPQ
ataupun tempat lembaga pengajaran agama lainnya. Namun tidak
sepenuhnya dipercayakan kepada lembaga tersebut. Kalau pola asuh
orang tua muallaf kepada anak itu hampir sepenuhnya dipercayakan dan
dipasrahkan kepada lembaga-lembaga yang ada pengajaran agamanya,
orang tua sedikit andil didalamnya, dengan tujuan karena minimnya
pengetahuan agama orang tua dan merasa takut akan kekeliruan yang
fatal tentang agama. Namun pendidikan moral dan sosialnya sudah
ditanamkan sejak kecil baik itu dari orang tua muslim pada umumnya
ataupun pada orang tua muallaf.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Disini
penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan
penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai
masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Adapun jenis
penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif, yaitu kajian berbagai studi dan kumpulan berbagai
jenis materi empiris, seperti studi kasus, kisah hidup, pengalaman
personal, pengkuan introspektif, wawancara, artifak, berbagai teks dan
produksi kultural, pengamatan, sejarah, interaksional, dan berbagai teks
visual (Septiawan, 2007: 5).
Menurut Strauss dan Corbin (2007:4) Istilah penelitian kualitatif
dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Dengan demikian, penelitian kualitatif ini menggambarkan secara
sistematis dan mendalam tentang fakta atau karakteristik subjek
penelitian tertentu atau bidang tertentu. Fakta tersebut diperoleh melalui
riset lapangan dengan mencari informasi dan data tentang masalah yang
diteliti.
38
Penelitian kualitatif memperoleh data-data yang dikumpulkan
melalui riset kepustakaan dengan membaca dan menelaah buku-buku,
tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan variabel yang akan diteliti.
Selain itu data dikumpulkan melalui riset lapangan dengan mencari
informasi dan data tentang masalah yang diteliti ke objek penelitian.
Setelah mendapatkan data atau informasi tentang Peran Orang Tua
Muallaf dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Pada Anak di
Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dan informasi
kegiatannya, maka langkah selanjutnya yang ditempuh oleh peneliti yaitu
menggambarkan informasi atau data tersebut secara sistematis untuk
kemudian dianalisis oleh peneliti.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena
lokasi tersebut memiliki karateristik yang berbeda dari dusun lain yaitu di
desa tersebut termasuk desa yang mempunyai keberagaman agama,
sebagian penduduk lokasi tersebut beragama non muslim selain itu juga
masih minimnya pengetahuan agama penduduk di desa tersebut dan juga
terdapat beberapa keluarga muallaf di desa tersebut. Maka dari itu, peneliti
merasa tertarik dan ingin melakukan penelitian di desa tersebut tentang
peran orang tua muallaf dalam meningkatkan pendidikan agama Islam
pada anak.
39
C. Sumber Data
Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder yaitu :
a. Sumber data utama (primer) yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan
disajikan peneliti dari sumber pertama. Adapun sumber data yang
diambil dari penelitian ini adalah hasil dari wawancara dengan Kepala
Desa, dan keluarga muallaf. Adapun sumber data langsung penulis
dapatkan dari para keluarga muallaf dalam penelitian ini, subjek
penelitiannya adalah keluarga muallaf di Desa Barukan Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semrang. Adapun nama-nama keluarga muallaf
tersebut adalah:
Tabel I. Nama-nama Keluarga Muallaf
No Nama Usia Pekerjaan Lama Menjadi
Muallaf
1. Amara
Wahyu H
34 Tahun Karyawan 5 Tahun
2. Prihantini 48 Tahun Ibu Rumah
Tangga
1 Tahun
3. Ari S 25 Tahun Ibu Rumah
Tangga
6 Tahun
4. Wagimin 52 Tahun Tukang Kayu 22 Tahun
5. Evi 36 Tahun Ibu Rumah
Tangga
6 Tahun
40
b. Sumber data tambahan (sekunder) yaitu data yang dikumpulkan,
diolah, dan disajikan oleh pihak lain biasanya dalam bentuk publikasi,
jurnal, atau lainnya. Adapun data yang diambil dalam penelitian ini
adalah berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan-catatan
meliputi: profil Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang, struktur organisasi, dan data penduduk. Penulis
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara
langsung dengan para narasumber.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah sebagai berikut :
a. Metode Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu (Mulyana, 2004: 180). Wawancara yang akan dilakukan
dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti melakukan deskripsi
dan orientasi awal tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua
melakukan wawancara mendalam sehingga menemukan informasi
yang lebih banyak dan penting.
41
Adapun sumber data yang akan penulis jadikan sebagai sumber
wawancara adalah :
1) Kepala Desa Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang.
2) Muallaf yang berada di Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
3) Tokoh agama Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang.
b. Metode Observasi
Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu objek
dengan sistematika fenomena yang akan diselidiki (Sukandar Rumidi,
2004: 67). Metode ini digunakan untuk membantu dalam pengumpulan
data kondisi secara umum yaitu dengan mendatangi secara langsung
objek yang diteliti.
c. Metode Dokumentasi
Menurut Irawan dalam (Sukandar Rumidi, 2004: 100)
mendefinisikan sebagai berikut : studi dokumntasi merupakan teknik
pengumpulan data yang ditujukan pada subjek penelitian. Dokumen
dapat berupa catatan, rekaman, video, foto, dan lain sebagainya. Dalam
hal ini peneliti akan mengambil sumber data berupa dokumen penting
guna memperoleh data pendukung dalam penelitian yang meliputi :
42
1) Foto dengan Kepala Desa Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
2) Foto dengan muallaf Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
3) Foto dengan tokoh agama Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
4) Foto sarana pra sarana seperti masjid dan gereja.
E. Analisis Data
Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian
dasar (Moleong, 2002: 103). Analisis data juga dapat diartikan sebagai
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif untuk mengolah data
dari lapangan:
a. Pengumpulan data
Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang diperoleh
dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi.
b. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh sumber data yang
diperoleh dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, abstraksi
43
merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan
pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga dalam penelitian.
c. Penyajian Data
Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai
dengan data yang telah direduksi terlebih dahulu.
d. Kesimpulan
Simpulan dari rangkaian penelitian yang dilakukan.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Pengambilan data-data melalui tiga tahapan diantaranya yaitu
tahapan pendahuluan, tahap penyaringan, dan tahap melengkapi data yang
masih kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data
banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu jika terdapat
data yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan
penyaringan data sekali lagi di lapangan sehingga data tersebut memiliki
kadar validitas yang tinggi.
Adapun tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang akan dipakai
dalam penelitian ini adalah Trianggulasi Data yaitu dengan cara
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data
hasil wawancara dengan dokumentasi dan data hasil pengamatan dengan
dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan
persepsi atas data yang diperoleh.
44
G. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian yang akan penulis lakukan ada empat tahap
yaitu: tahap sebelum pelaksanaan penelitian lapangan, tahap pelaksanaan
penelitian lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan.
Tahap-tahap pelaksanaan penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah sebagai berikut :
a) Tahap Sebelum Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini meliputi kegiatan :
1) Mengajukan judul penelitin.
2) Menyusun proposal penelitian.
3) Konsultasi kepada pembimbing.
b) Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini meliputi :
1) Melaksanakan penelitian di tempat yang telah ditentukan.
2) Mengumpulkan data yang sesuai dengan fokus penelitian.
3) Pencatatan data yang sudah terkumpul.
4) Mengembangkan data yang terkumpul.
c) Tahap Analisis Data
Tahap ini meliputi kegiatan :
1) Mencoding data.
2) Menganalisis dengan analisis diskriptif.
3) Penemuan hal-hal penting dalam penelitian.
4) Mengecek keabsahan data.
45
d) Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini meliputi kegiatan :
1) Melaporkan hasil penelitian.
2) Konsultasi kepada pembimbing.
46
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data
1. Letak Geografis
Desa Barukan Kecamatan Tengaran merupakan salah satu desa di
Kabupaten Semarang. Desa Barukan udaranya sejuk dan nyaman. Di
desa ini masih banyak di kelilingi sawah dan kebun penduduk sekitar.
Secara administratif Desa Barukan terletak di Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Desa Barukan berbatasan
dengan:
1) Sebelah Utara : Desa Nyamat.
2) Sebelah Selatan : Desa Tegalwaton.
3) Sebelah Timur : Desa Plumbon.
4) Sebelah Barat : Desa Tingkir.
2. Keadaan Penduduk
Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang terdiri
dari 3 dusun yaitu Dusun Barukan yang terdiri dari 9 RT dan 1 RW.
Kemudian Dusun Karanglo yang terdiri dari 13 RT dan 2 RW, serta
Dusun Duren yang terdiri dari 5 RT dan 1 RW. Berikut penduduk dan
kehidupan masyarakat Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang sebagaimana tertulis dalam tabel-tabel di bawah ini :
47
Tabel II. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa
1. Laki-laki 1.032 jiwa
2. Perempuan 1.568 jiwa
Jumlah 2.600 jiwa
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa populasi perempuan lebih
banyak dari laki-laki yang berselisih sebanyak jiwa.
Tabel III. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Persentase
1. Dosen 5%
2. PNS 4%
3. Karyawan Swasta 15%
4. Petani 45%
5. Pedagang 2%
6. Peternak 1%
7. Buruh 15%
8. Ibu Rumah Tangga 13%
48
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa secara umum penduduk
Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang berprofesi
sebagai petani. Yang lainnya hanya terdapat beberapa persen.
3. Keadaan Sosial Budaya
a. Kegiatan Umum
1) Kerja bakti dan membersihkan makam yang dilaksanakan oleh
seluruh warga di Desa Barukan.
2) PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) dilaksanakan oleh
seluruh ibu-ibu di Desa Barukan.
3) Kumpulan rutin RT, setiap bulannya yang diikuti oleh seluruh
warga Desa Barukan yang diikuti oleh setiap kepala keluarga
atau bapak-bapak. Kepala RW atau RT tidak memandang status
agama, agama Islam dan agama Kristen berhak menjadi
perangkat desa atau RW dan RT. Pemilihan dilakukan secara
voting dan bisa juga langsung ditunjuk untuk menjadi perangkat
desa namun sesuai musyawarah dan mufakat warga Desa
Barukan.
4) Merti Desa, adalah kegiatan sedekah bumi yang biasanya
dilakukan dengan membawa tumpeng berukuran besar yang
disusun dari buah-buahan hasil bumi tersebut. Diarak beramai-
ramai warga dari berbagai RT di wilayah Barukan menuju
makam setempat. Pada malam harinya, dilakukan pagelaran
wayang kulit semalam suntuk oleh dalang di rumah warga.
49
Dalam kirab itu iring-iringan warga dengan membawa nasi
berkat dan jajanan pasar dibawa menuju makam Ringin di
wilayah setempat bersama tumpeng bersama itu. Selanjutnya
setelah nasi berkatan dari segala penjuru masyarakat telah
terkumpul maka acara ritual ini baru dimulai dibagi. Puncak
acara adalah dengan pembagian seluruh nasi berkatan kepada
semua pengunjung setelah dilakukan do’a-do’a. Dalam acara
ritual ini banyak dihadiri pengunjung dari dalam desa maupun
luar desa. Pengunjung berharap mendapatkan nasi tumpeng dan
buah-buahan. Sebagian besar para pengunjung mempercayai
kalau memperoleh nasi atau penghias tumpeng tersebut akan
mendapatkan berkah. Kegiatan seperti ini berlangsung setiap
tahun dan turun temurun. Kirab ini merupakan ungkapan rasa
syukur atas pemberian Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini
sekaligus nguri-nguri budaya yang merupakan kearifan lokal.
5) Nyadran, yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Nyadran
adalah suatu rangkaian budayayang berupa pembersihan makam
leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan
di makam leluhur. Nyadran adalah salah satu tradisi dalam
menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kegiatan yang biasa
dilakukan saat nyadran adalah menyelenggarakan kenduri,
dengan pembacaan ayat al-Qur’an, dzikir, tahlil, dan do’a
kemudian ditutup dengan makan bersama. Melakukan besik
50
yaitu pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan.
Meskipun nyadran dilakukan pada warga yang beragama Islam
dan dilakukan dengan cara Islam tetapi warga yang beragama
kristiani mengikuti kegiatan tersebut. Saat warga muslim
melakukan tahlil, dzikir, dan do’a warga kristiani hanya
mengamini saja.
6) Bakti Sosial yang dilakukan setahun sekali.
b. Kegiatan Agama
Di Desa Barukan Kecamatan Tengaran penduduknya cukup
banyak dan di Desa ini terdapat dua pemeluk agama yang berbeda.
Yakni agama Islam dan agama kristen. Jumlah pemeluk agama Islam
sebanyak 80% dan agama Kristen 20%. Di desa ini lebih banyak
beragama Islam. Walupun demikian antara agama Islam dengan
agama kristen saling mengormati dan menghargai.
1) Agama Islam
Agama Islam mulai banyak dianut dan berkembang pada
masyarakat Desa Barukan kurang lebih pada tahun 1970. Proses
masuknya Islam di Desa Barukan itu beriringan dengan
penyebaran pengajaran Sunan Kalijaga di Jawa. Sunan Kalijaga
adalah tokoh atau sosok ulama yang sangat kreatif dalam
melihat potensi masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk
berdakwah menyiarkan Islam. Cara Sunan Kalijaga dalam
menyiarkan Islam terbilang kreatif karena Sunan Kalijaga selalu
51
menggunakan simbol-simbol budaya jawa sebagai media
dakwah. Sepetri media wayang, gamelan, tembang, dan segala
hal yang berbau kebudayaan, Sunan Kalijaga menyisipkan
ajaran-ajaran Islam di dalamnya. Pada mulanya agama yang
dianut oleh warga masyarakat di Desa Barukan adalah Islam,
Islam yang masih campur kejawen, dan budha. Warga yang
memeluk agama budha tersebut tidak mempunyai tujuan yang
pasti hanya mengikuti nenek moyang mereka.
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara
mengajarkan turun temurun dari nenek moyang kepada cucunya.
Ilmu yang diajarkan masih sederhana yakni berlatih membaca
Al-Qur’an. Tidak ada sebutan khusus untuk guru mengaji pada
saat itu. Berbeda dengan sekarang guru mengaji atau orang yang
sering mengajarkan ilmu-ilmu agama disebut dengan ustadz,
ustadzah, ataupun kyai. Tempat untuk belajar mengaji juga
belum menetap terkadang bisa dilakukan di langgar atau bahkan
pergi ke RW lain. Hal ini disebabkan minimnya orang yang mau
mengajarkan mengaji Al-Qur’an, masih sedikit orang-orang
yang paham tentang Islam dan belum mempunyai tempat yang
layak dan khusus untuk pembelajaran Islam. Tempat ibadah
pertama kali didirikan pada tahun 1995 yang disebut dengan
“Langgar”. Langgar merupakan sebutan untuk tempat
beribadahyang mempunyai bentuk dan ukuran lebih kecil dari
52
masjid. Yang berfungsi untuk sholat 5 waktu dan bukan sholat
jum’at. Serta berfungsi untuk tempat pendidikan dan pengajian
bagi orang dewasa maupun anak-anak. Langgar ini sudah
direnovasi bangunannya sebanyak 3 kali sampai saat ini.
Sekarang bangunan langgar itu menjadi masjid yang sering
digunakan sholat dan kegiatan-kegiatan keagamaan bagi warga
Desa Barukan. Dan hingga sekarang sudah banyak masjid yang
berdiri di sekitar Desa Barukan yang berjumlah 5 masjid. Selain
itu di Desa Barukan juga sudah terbentuk organisasi-organisasi
Islam seperti NU, Muhamadiyah, dan MTA. Walaupun mereka
menganut aliran yang berbeda-beda namun tetap menjaga
kerukunan dan saling menghormati.
2) Agama Kristen
Penyebaran agama Kristen dilakukan dengan cara
mengajak warga Desa Barukan dengan memberikan makanan
dan sembako untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Sasaran
penyebaran agama kristen tersebut adalah pada warga yang
kurang mampu atau yang ekonominya sulit. Dan gereja juga
menjanjikan barang siapa yang bisa mengajak atau membawa
seseorang masuk agama kristen, maka akan diberikan upah atau
hadiah dari pihak gereja. Selain itu mereka juga memberikan
biaya sekolah gratis untuk anak-anak yang masih sekolah
dijenjang SD sampai SMA. Mereka dibiayai selain gratis SPP
53
bulanan juga diberi subsidi untuk memenuhi kebutuhan mereka
setiap harinya. Sumber dana dari Gereja itu berasal dari luar
negeri yang berupa uang dollar, kemudian dikelola oleh gereja
untuk sarana prasarana gereja, biaya sekolah, memenuhi
kebutuhan warga kristiani dan lain sebagainya. Tetapi ada pula
biaya dari luar negeri itu langsung diberikan kepada orang tua,
bagi anak yang memiliki prestasi untuk memenuhi kebutuhan
sekolah dan kebutuhan sehari-hari.
Kegiatan rutin yang dilakukan warga kristiani di Gereja
adalah doa pagi, doa malam yang dilakukan setiap hari, dan
kegiatan PPA (Pusat Pembelajaran Agama) untuk anak-anak
kristiani. Dalam PPA tersebut ada guru tersendiri sesuai dengan
bidangnya, misalnya ada guru komputer, guru agama dan guru
bahasa asing dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan PPA
bertujuan untuk menunjang pengetahuan mereka yang tidak
mereka dapatkan di sekolah umum. Kegiatan-kegiatan di gereja
tersebut aktif dilakukan setiap hari oleh umat kristiani.
Meskipun mereka mempunyai keyakinan masing-masing namun
mereka tetap toleran dalam bermasyarakat. Setiap hari di sore hari di
Desa Barukan terdapat pembelajaran Islam di TPQ. Malam jum’at
ibu-ibu di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
mengadakan kegiatan rutin yaitu dzibaan, yasinan, tahlil, dan bapak-
bapak setiap malam senin. Selain itu juga ada pengajian akbar yang
54
dilakukan setiap 2 tahun sekali yang dilakukan pada saat hari-hari
besar misalnya adalah Isro’ Mi’roj. Yang diikuti oleh seluruh warga
muslim di Desa Barukan akan tetapi warga non muslim sangat
menghormati dan menghargai adanya kegiatan-kegiatan tersebut
yang sudah dilaksanakan di Desa Barukan. Kemudian pada agama
Kristen selain beribadah pada hari minggu juga ada kegiatan TPA
yang dilaksanakan satu kali dalam satu minggu. Yang diikuti oleh
seluruh anak-anak kristen di Desa Barukan.
4. Keadaan Sosial Pendidikan
Tabel IV. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Status Pendidikan Persentase
1. Anak-anak bersekolah 90%
2. Anak tidak bersekolah 10%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 90% anak-anak di Desa Barukan
bersekolah baik ditingkat SD, SMP, SMA, maupun kuliah. Hanya ada
10% anak yang tidak sekolah dikarenakan beberapa faktor :
a.) Keadaan ekonomi orang tua yang tidak mampu membiayai sekolah
anaknya. Padahal anak mempunyai motivasi yang tinggi untuk
melanjutkan sekolah. Sehingga menyebabkan anak tidak
melanjutkan ke jenjang sekolah seperti pada anak umumnya.
55
b.) Keadaan fisik dan psikis anak yang mengalami keterbelakangan
mental sehingga anak tidak mampu mengikuti pelajaran sekolah.
Baik itu di sekolah umum maupun di Sekolah Luar Biasa.
c.) Tidak ada minat dari anak serta tidak ada dukungan dan motivasi
dari orang tua ataupun keluarga.
5. Sarana Prasarana
Tabel V. Jumlah Sarana dan Prasarana
No Sarana Prasarana Jumlah
1. Masjid 5
2. Mushola 4
3. Gereja 2
4. Posyandu 5
5. TK 3
6. SD 2
7. TPQ 2
8. TPA 1
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa agama Islam lebih banyak
dari pada agama non Islam. Dapat dilihat dari jumlah sarana ibadah
yaitu 5 unit bangunan masjid.
56
6. Struktur Organisasi Desa Barukan
Tabel VI. Struktur Organisasi Desa Barukan
No. RW Ketua
1. 01 Sarifudin
2. 02 Nurcholis
3. 03 Rusdiyanto
4. 04 Geger
No. RT Ketua
1. 01 Eko Saptono
2. 02 Narwanto
3. 03 Rusmin
4. 04 Tri Wuryanto
5. 05 Romadhon
6. 06 Parno
7. 07 Muhdi
8. 08 Sumarno
9. 09 Sarman
10. 10 Ruslan
11. 11 Muhsuyudi
12. 12 Jamali
57
13. 13 Jumali
14. 14 Sumargi
15. 15 Ansori
16. 16 Muhdi
17. 17 Kirno
18. 18 Gito
19. 19 Badi
20. 20 Sodikin
21. 21 Parno
22. 22 Dawud
23. 23 Jumaedi
24. 24 Tri Yunanto
25. 25 Bero Utomo
26. 26 Salimin
27. 27 Suwarli
Tabel di atas menunjukan struktur organisasi Desa Barukan masa jabatan
mulai tahun 2013 sampai 2017.
58
B. Analisis Data
1. Sejarah Muallaf desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang
a. Profil Keluarga Muallaf
1) Keluarga Bapak Amara Wahyu Hidayat
Dalam keluarga Bapak Wahyu yang menjadi muallaf
adalah Bapak Wahyu. Motivasi Bapak Wahyu dalam masuk Islam
yaitu karena menurutnya agama Islam bisa mendo’akan orang yang
sudah meninggal terutama bisa mendo’akan ayahnya yang sudah
meninggal. Ayah Bapak Wahyu beragama Islam sebelum menikah
dengan Ibu Bapak Wahyu. Namun setelah menikah berubah
menjadi kristen. Orang tuanya memberikan kebebasan dalam
memeluk agama. Selain itu motivasi yang lain Bapak Wahyu
masuk agama Islam adalah karena ingin menikahi istrinya. Karena
istrinya beragama Islam dan dalam pernikahan diharuskan
mempunyai keyakinan yang sama.
Semenjak tahun 2012 Bapak Wahyu memutuskan untuk
menjadi muslim namun tahun 2013 baru mendapatkan bukti
otentik yang berupa surat pernyataan memeluk agama Islam dari
Kantor Urusan Agama. Yang harus dihadiri oleh saksi dan pihak
keluarga. Sebelumnya dari Ibu Bapak Wahyu tidak membolehkan
masuk Islam. Namun seiring berjalannya waktu akhirnya ibunya
menyetujui Bapak Wahyu masuk Islam.
59
2) Keluarga Bapak Satiman
Pada tahun 1999 Ibu Prihantini yang beragama kristen
memutuskan untuk menikah dengan Bapak Satiman yang
beragama Islam. Pernikahan mereka berlangsung dengan cara
Islam walaupun Ibu Prihantini belum bersyahadat resmi untuk
masuk Islam. Namun pernikahan mereka tetap berlangsung dan
langgeng sampai saat ini, walaupun dengan adanya berbagai
tantangan dan cobaan yang mereka hadapi. Dan pada akhirnya Ibu
Prihantini memberanikan diri untuk mengambil keputusan masuk
agama Islam dengan bersyahadat resmi yang disaksikan banyak
orang. Meskipun banyak pemberontakan dari keluarga Ibu
Prihantini terutama pamannya seorang pendeta yang sangat marah
dan mendiamkannya ketika mendengar keputusan Ibu Prihantini
yang masuk Islam. Para tetangga menyambut dengan baik dan
penuh bahagia. Dan pada akhirnya keluarga Ibu Prihantini tidak
mempersoalkan masalah perbedaan keyakinan itu, karena
menyadiri bahwa anaknya (Ibu Prihantini) sudah dewasa dan tidak
ada paksaan atau kekangan dari keluarga Ibu Prihantini tentang
perpindahan keyakinannya. Pada bulan Juli tahun 2016 Ibu
Prihantini masuk agama Islam dengan mengucapkan syahadat yang
disaksikan para tetangga dalam acara pengajian rutinan. Proses
masuk Islam yang dilakukan Ibu Prihantini dibuktikan dari Kantor
Urusan Agama dan dihadiri saksi serta perwakilan dari keluarga.
60
3) Keluarga Bapak Ragil Widiyanto
Ibu Ari adalah seorang muallaf yang memutuskan masuk
Islam atas dasar ajakan suaminya Bapak Ragil yang beragama
Islam, sebelum melangsungkan pernikahan Ibu Ari melakukan
syahadat resmi masuk Islam yang disaksikan banyak warga.
Dahulu agama yang dianutnya adalah agama Kristen dan semua
keluarganya beragama Kristen. Ibu Ari mempunyai 4 saudara, 2
kakak dan 1 adik yang berasal dari Banjaran. Dalam keluarga Ibu
Ari memberikan kebebasan dalam memilih agama. Dahulu Ibu Ari
belum mengetahui ajaran agama Islam sama sekali, akan tetapi
setelah menikah dan resmi masuk Islam Ibu Ari semangat dan
berusaha keras belajar tentang ajaran agama Islam terutama sholat.
Ibu Ari belajar agama Islam dari berbagai sumber yaitu dari buku-
buku, tetangga, teman kerja, terutama suami dan mertuanya. Ibu
Ari membaca buku-buku tentang sholat, ketika ada waktu luang
belajar dengan tetangga, ketika dahulu masih bekerja di pabrik
konveksi juga diajari teman-temannya tentang sholat. Pada
awalnya sang suami selalu mengajari tentang Islam akan tetapi
lambat laun sang suami mulai jenuh untuk mengajari istrinya, hal
itu dikarenakan kesibukan suaminya bekerja yang berangkat pagi
pulang malam, namun Ibu Ari tidak patah semangat dalam
memahami agama Islam karena dia menyadari dia sudah memilih
agama Islam sehingga mau tidak mau harus memperdalam agama
61
Islam. Ibu Ari sangat memaklumi akan kesibukan suaminya
walaupun suaminya tidak bisa mengajarkan agama Islam secara
maksimal tetapi sebenarnya Ibu Ari merasa bingung minimnya
pengajaran yang dia dapat. Menurut Ibu Ari ajaran agama Islam
dengan agamanya Kristen yaitu sama-sama meyakini adanya
Tuhan, larangan berbuat keburukan, perintah berbuat kebaikan, dan
lain sebagainya.
4) Keluarga Bapak Wagimin
Bapak Wagimin adalah seorang muallaf yang sejak lahir
menganut agama kristen. Yang merupakan agama dari orang
tuanya. Bapak Wagimin sejak kecil bersekolah di sekolah umum.
Ketika Bapak Wagimin bekerja sebagai tukang kayu di Desa
Barukan dia bertemu dengan Ibu Fatimah dan merasa suka
kemudian ingin menikahinya. Namun Bapak Wagimin beragama
non Islam. Bapak Wagimin kemudian memutuskan untuk masuk
Islam dengan bersyahadat dan disaksikan oleh warga RT 02 RW
01 Desa Barukan. Tidak semua keluarga Bapak Wagimin
beragama kristen jadi tidak terlalu banyak hambatan dan
perdebatan mengenai perpindahan keyakinan khususnya pada
keluarga Bapak Wagimin. Bahkan ada dukungan dari keluarga
yaitu pamannya yang beragama Islam. Istrinya yaitu Ibu Fatimah
selalu membimbing dan mengajarkan tentang Islam kepada Bapak
Wagimin. Terutama mengajari dalam hal sholat karena menurut
62
Ibu Fatimah sholat merupakan suatu hal yang terpenting yang
harus dijalankan dalam memeluk agama Islam. Selain itu Ibu
Fatimah juga menyuruh suaminya untuk mengikuti pengajian-
pengajian atau kegiatan keagamaan lainnya. Dan pada akhirnya
Bapak Wagimin melakukan apa yang dikatakan oleh istrinya
hingga saat ini.
5) Keluarga Bapak Agus
Dalam keluarga Agus yang menjadi seorang muallaf adalah
istrinya yang bernama Ibu Evi. Ibu Evi sebelum menjadi seorang
muallaf menganut agama Kristen, seluruh keluarga Ibu Evi
termasuk ibu yang melahirkannya beragama Kristen. Akan tetapi
mereka hidup ditengah-tengah lingkungan yang beragama Islam,
berawal dari kekaguman Ibu Evi kepada Bapak Agus yang ketika
mudanya Bapak Agus itu menjadi pemuda yang ramah, sopan,
cerdas, rajin kemasjid serta parasnya yang menawan, sehingga Ibu
Evi tertarik kepada Bapak Agus. Dan akhirnya mereka menjalin
hubungan dan memutuskan untuk menikah.
Ketika mereka memutuskan untuk menikah ada
permasalahan dalam keluarga Bapak Agus, mereka menentang
rencana pernikahan tersebut dikarenakan perbedaan agama. Setelah
banyak pertimbangan akhirnya keluarga Bapak Agus
menyetujuinya. Namun setelah memutuskan menikah dengan
Bapak Agus, Ibu Evi berubah keyakinan memilih agama Islam
63
mengikuti calon suaminya dan menikah secara Islam. Ibu dari Ibu
Evi tidak melarang ketika anaknya ingin berpindah agama. Setelah
berkeluarga dengan Bapak Agus, Ibu Evi rajin melaksanakan
sholat dan mengikuti kajian Islam yang ada di Desa Barukan.
b. Faktor pendukung dan penghambat masuk muallaf
Faktor pendukung Bapak Wahyu menjadi muallaf yaitu
mendapatkan semangat, nasehat, bimbingan dari orang-orang
terdekatnya. Seperti istri, keluarga, dan sahabat-sahabatnya. Sedangkan
faktor penghambat Bapak Wahyu dalam mempelajari agama Islam
yaitu masih belum bisa membaca al-Qur’an. Bapak Wahyu sampai saat
ini masih belum bisa membaca al-Qur’an namun masih belajar pada
tahap iqra’. Jika ada waktu luang Bapak Wahyu selalu menyempatkan
untuk membaca iqra’. Selain itu Bapak Wahyu juga merasa kesulitan
ketika menghafal bacaan-bacaan sholat. Setiap melaksanakan sholat
Bapak Wahyu membaca bacaan sholat sebisanya terkadang juga
membaca buku panduan sholat.
Faktor penghambat Ibu Prihantini masuk Islam yaitu dia masih
takut dengan keluarganya yang mayoritas beragama kristen. Terutama
pada pamannya yang sudah menjadi pendeta di suatu gereja. Namun
Ibu Prihantini tidak menjadikan alasan tersebut sebagai permasalahan
yang besar untuk memeluk agama Islam. Sedangkan faktor pendukung
Ibu Prihantini masuk agama Islam diantaranya adalah :
64
1. Adanya perasaan yang tinggi untuk mengenal lebih jauh tentang
agama Islam.
2. Adanya bimbingan dari sang suami tentang ajaran agama Islam.
3. Adanya teman dan lingkungan sekitar yang sering melakukan
kajian atau kegiatan Islam, sehingga dapat memotivasi Ibu
Prihantini untuk masuk Islam.
4. Adanya kegiatan-kegiatan sosial yang disela-sela kegiatan sosial
tersebut membahas tentang agama Islam.
5. Dengan melihat perkembangan anak yang setiap harinya rajin
mengaji, suara bagus, rajin sholat, dan patuh terhadap siapa pun,
membuat Ibu Prihantini menangis bangga dan ingin seperti apa
yang dilakukan oleh anaknya.
Faktor pendukung Ibu Ari menjadi muallaf yaitu karena pengaruh
dari suaminya yang ingin menikahinya sedangkan faktor penghambat
Ibu Ari masuk agama Islam diantaranya:
1. Kesulitan dalam membaca al Quran, dalam hal membedakan huruf-
huruf hijaiyahnya.
2. Kurangnya perhatian dari sang suami dalam mengajarkan agama
Islam.
3. Kurangnya motivasi dalam diri untuk lebih memperdalam ilmu
agama Islam.
65
Faktor pendorong Bapak Wagimin ingin masuk Islam yaitu karena
ingin menikahi istrinya dan ingin memperdalam agama Islam yang
sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan faktor penghambat Bapak
Wagimin ketika masuk Islam tidak banyak karena keluarga Bapak
Wagimin banyak yang memeluk agama Islam. Hanya saja masih
susah dalam membaca al-Qur’an. Bapak Wagimin termasuk orang
yang taat beribadah saat ini karena selalu menjalankan sholat tepat
waktu dan berjamaah di masjid dekat dengan rumahnya.
Faktor pendorong Ibu Evi diantaranya ajaran dari suami yang
selalu sabar membimbing Ibu Evi dalam melaksanakan dan
mendalami agama Islam karena Bapak Agus sadar akan tugasnya
sebagai suami yang bertanggung jawab kepada istrinya. Faktor
pendukung yang lain adalah lingkungan yang begitu islami serta
warga yang rajin dalam melaksanakan beribadah kepada Allah,
terutama dalam menjalankan sholat berjamaah di masjid, berkumpul-
kumpul dalam mengikuti pengajian-pengajian, sehingga Ibu Evi
simpati terhadap warga-warga sekitar yang taat beribadah serta merasa
bahwa agama yang telah dipilihnya itu benar. Karena melihat
semangat dan kegigihannya Bapak Agus dan Ibu Evi dalam beribadah,
membuat hati ibu dari Ibu Evi terketuk sehingga ibunya ikut memilih
agama Islam. Sedangkan faktor penghambat Ibu Evi masuk agama
Islam yaitu dari keluarag terutama ibunya yang tidak memperbolehkan
untuk menjadi seorang muallaf.
66
2. Penerapan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Muallaf
a. Keluarga Amara Wahyu Hidayat
Bapak Wahyu mengatakan bahwasannya agama Islam merupakan
agama yang berbeda dari agama yang lain. Karena dalam agama Islam
banyak mengajarkan hal-hal baru yang belum pernah Bapak Wahyu
ketahui sebelumnya. Bapak Wahyu belum pernah belajar agama Islam
sebelumnya. Namun Bapak Wahyu sangatlah ingin memperdalam
agama Islam. Menurut Bapak Wahyu tujuan agama Islam yaitu ingin
menuju ke jalan yang benar jalan yang diridhoi oleh Allah dengan
menjalankan segala perintah Allah seperti sholat, puasa, zakat, berbuat
baik, dan menjauhi segala larangan Allah.
Walaupun Bapak Wahyu sebagai kepala keluarga namun Bapak
Wahyu tidak malu belajar agama dengan istrinya. Istrinya yang selalu
membimbing Bapak Wahyu dan mengingatkan beribadah. Karena
Bapak Wahyu termasuk orang yang mempunyai iman yang kuat
meskipun baru sebentar masuk Islam. Istri Bapak Wahyu Ibu Devi
selalu mengingatkan kepada Bapak Wahyu bahwasannya ibadah yang
wajib tidak boleh ditinggalkan. Ibadah wajib tersebut adalah
melaksanakan sholat 5 waktu dimanapun berada dan kapanpun harus
dilaksanakan ibadah sholat tersebut.
67
b. Keluarga Satiman
Ibu Prihantini pernah mengatakan bahwa sebelum beragama Islam
dia memeluk agama kristen. Namun setelah Ibu Prihantini masuk Islam
dia bukanlah seorang yang mendalami pengetahuan Islam secara
mendalam saat ini. Minimnya pengetahuan tentang Islam menjadi
kendala tersendiri bagi Ibu Prihantini untuk mengajarkan anak untuk
mempelajari Islam sebagaimana yang diajarkan orang tua yang Islam
dengan anak yang juga beragama Islam.
Ibu Prihantini sering mengajarkan kepada anaknya dalam berbagai
kesempatan di saat berkumpul di rumah bersama keluarganya, bahwa
kita saling menghormati, saling tolong menolong, dan bekerja sama
dengan warga setiap kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama.
Ibu Prihantini sering mengajarkan kepada anaknya secara berulang-
ulang selain itu juga mengingatkan dan menyuruh anaknya untuk
belajar TPA di masjid, mengikuti pengajian-pengajian agama yang
diadakan oleh warga.
Tujuan pendidikan agama Islam di keluarga Bapak Satiman dan
Ibu Prihantini dapat dilihat dari pengajaran yang dilakukan oleh
anaknya. Lebih banyak pada aspek akidah dan aspek ibadah. Mereka
menilai bahwa akidah aspek penting dalam pendidikan, dan aspek
ibadah adalah implementasi keberimanan terhadap Allah swt. Tujuan
dari pendidikan yang dilakukan oleh Bapak Satiman dan Ibu Prihantini
adalah supaya anaknya menjadi orang yang taat menjalankan agama
68
Islam dan mengetahui agama dengan baik, sehingga menjadi pegangan
hidup untuk masa-masa selanjutnya. Bapak Satiman dan Ibu Prihantini
mengajarkan tentang kehidupan bersosial yang baik. Tujuannya adalah
untuk menjalankan kehidupan dan mengamalkan ajaran agama dengan
rukun dan damai di tengah komunitas masyarakat yang multi agama.
c. Keluarga Ragil Widiyanto
Pendidikan agama Islam bagi anak adalah sesuatu yang wajib dan
penting dari orang tua yang Muslim. Akan tetapi Bapak Ragil dan Ibu
Ari tidak banyak berperan dalam pendidikan agama anaknya, karena
mereka menganggap masalah agama adalah masalah individu. Jadi
setiap individu berhak memilih agamanya sendiri tanpa ikut campur
orang tua, begitu pula dengan pendidikan agama anaknya. Ibu Ari
setelah memutuskan menjadi muallaf dia mempelajari agama Islam
dari pengajian-pengajian yang dilakukan di Desa Gunungsari. Selain
itu Ibu Ari juga memperluas pengetahuan Islamnya dengan banyak
bertanya pada tetangga, dan warga lainnya mengenai Islam. Meskipun
suaminya tidak mengajarkan tentang Islam sepenuhnya.
Ibu Ari kadang mengikuti pengajian-pengajian dengan mengajak
anaknya, akan tetapi di situ tidak menjelaskan bagaimana tata cara
pelaksanaan sholat, tidak juga mengajarkan bagaimana membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar sehingga sampai sekarang Ibu Ari dan
anaknya tetap belum bisa sholat dan membaca Al-Qur’an.
Sebagaimana anak-anak di Desa Gunungsari lainnya yang baru bisa
69
sholat dan membaca Al-Qur’an setelah belajar TPA di masjid. Akan
tetapi anak Ibu Ari yang bernama Safara tidak mau belajar agama di
TPA, dan orang tuanyapun hanya membiarkan ketidakmauan anaknya.
Ibu Ari tidak membuat tujuan yang besar untuk pendidikan agama
anaknya. Yang terpenting bagi Ibu Ari adalah anaknya menjadi orang
yang baik dan dapat bergaul dengan warga dan temannya dalam
kehidupan masyarakat merupakan sebuah kebanggaan tersendiri.
d. Keluarga Wagimin
Pendidikan agama Islam dalam keluarga Bapak Wagimin
berlangsung sebagaimana yang terjadi pada keluarga lainnya. Bapak
Wagimin yang berprofesi sebagai tukang kayu dan selalu
menyempatkan waktunya untuk mengajarkan kepada anak-anaknya
yang dibimbing oleh istrinya Ibu Fatimah pada sore hari di saat semua
anggota keluarganya sedang berada di rumah. Namun tidak
berlangsung setiap sore, malampun sambil bersantai beristirahat Bapak
Wagimin tidak bosan-bosannya meminta pengajaran agama kepada
Ibu Fatimah yang juga ikut memberikan andil dalam pendidikan agama
Islam dalam keluarga. Meskipun tidak semaksimal seperti istrinya
dalam mendidik anak-anaknya Bapak Wagimin mendatangkan guru les
mengaji dan pengajaran agama untuk anak-anaknya. Karena Bapak
Wagimin menyadari bahwa belum bisa mendidik anaknya dalam hal
agama secara maksimal.
70
Bapak Wagimin dan Ibu Fatimah sering mengajarkan tentang
toleransi dalam beragama, saling tolong menolong, dan bekerja sama
dengan orang lain. Sebagai komunitas masyarakat yang berbeda agama
Bapak Wagimin juga mengajarkan kepada anaknya dalam hal-hal yang
dilakukan oleh warga yang memberi manfaat bagi orang banyak, juga
harus diikuti oleh anak-anaknya. Kesempatan terbesar bagi anak-anak
Bapak Wagimin untuk belajar agama Islam adalah ketika didatangkan
guru les ngaji. Anak-anak mempunyai kesempatan yang luas untuk
bertanya dan memperdalam ajaran agama Islam yang belum mereka
ketahui.
Tujuan pendidikan Agama Islam pada keluarga Bapak Wagimin
adalah menjadi anak yang shaleh dan taat. Karena ilmu agama yang
diyakini adalah sebagai arah dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ilmu
agama yang diperoleh menurutnya tidak hanya dari sekolah namun
dari membaca buku ataupun bergaul dengan orang yang paham tentang
agama Islam. Karena keluarga Bapak Wagimin termasuk keluarga
yang berpengahasilan ekonomi tinggi maka tidak sulit untuk mencari
ilmu agama.
e. Keluarga Agus
Orang tua wajib mengajarkan agama Islam kepada anaknya yang
juga beragama Islam. Bagaimanapun juga, kemampuan orang tua
dalam memahami agama juga ikut mempengaruhi pendidikan anaknya.
Materi yang diajarkan Bapak Agus dan Ibu Evi meliputi keimanan
71
kepada Allah swt, ajaran akidah akhlak yang berupa perilaku baik dan
buruk kepada orang tua, tetangga, keluarga, teman sebaya, cara
berbicara yang sopan, menghormati orang tua, dan lain sebagainya.
Selain itu juga mengajarkan tentang beribadah kepada Allah seperti
sholat, puasa, zakat, dan lain sebagainya. Bapak Agus juga
mengajarkan tentang slogan lebih baik tangan di atas dari pada tangan
di bawah. Yang mempunyai maksud bahwasannya lebih baik kita
memberikan shodaqoh kepada orang yang membutuhkan, dari pada
kita menerima shodaqoh dari orang lain. Bahkan meminta-minta.
Jangan sampai hal itu terjadi bukan bermaksud riya’ tetapi
mengajarkan kepada anaknya untuk tidak mempunyai sifat pelit dan
kikir.
Tujuan pendidikan agama Islam bagi Keluarga Bapak Agus adalah
untuk menjadi muslim yang taat, sholeh, mampu mencapai masa depan
yang mandiri, dan lebih baik dari sekarang. Tujuan adalah suatu hal
atau hasil akhir yang ingin dicapai dalam setiap proses tindakan.
Sebagaimana halnya pendidikan Islam yang diharapkan oleh Keluraga
Bapak Agus untuk anak-anaknya adalah hasil akhir dari setiap proses
yang dilakukan dalam pendidikan agama Islam pada keluarga ataupun
di luar rumah. Karena Bapak Agus sangat memperhatikan ilmu agama
baginya agama adalah kunci segala-galanya, hal yang terpenting dari
yang penting. Hingga sampai saat ini Bapak Agus sudah dapat
dikatakan berhasil dalam mengajak istri dan anak-anaknya untuk
72
mendekatkan diri beribadah kepada Allah. Karena Bapak Agus dan Ibu
Evi menanamkan hal-hal yang baik sejak kecil maka anak-anaknya
juga menjadi terbiasa berbuat baik kepada saudara, teman, ataupun
tetangga di sekitar rumahnya.
3. Peran Orang Tua Muallaf dalam Meningkatkan Pendidikan Agama
Islam Pada Anak
a. Keluarga Amara Wahyu Hidayat
Peran Bapak Wahyu dalam mendidik anaknya belum begitu
banyak karena anaknya masih berumur 11 bulan. Namun demikian
Bapak Wahyu tetap mengajarkan anaknya dari masih di dalam
kandungan membiasakan dengan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an.
Hal ini yang diajarkan orang tua Ibu Devi karena Ibunda Ibu Devi
adalah salah satu ustadzah TPQ yang ada di Desa Barukan. Sejak
anaknya lahir Bapak Wahyu juga mempunyai andil yang sangat besar.
“Anak saya harus masuk Islam dan saya mengajarkannya sejak
kecil. Saat anak saya lahir saya yang mengadzani, mengadakan
aqiqah pengajian bapak-bapak, memberikan nama yang bagus yang
mempunyai harapan terhadap anak saya, mendidiknya dengan ajaran
Islam. Walaupun yang lebih banyak berperan dalam mendidik anak
saya adalah istri karena saya bekerja pulangnya sore atau malam”
(Wahyu/01/03/2017).
Bapak Wahyu menginginkan anaknya kelak menjadi anak yang
sholihah dan dapat mendoakan orang tuanya kelak ketika sudah
73
meninggal. Dalam Keluarga Bapak Wahyu dan Ibu Devi yang lebih
berperan dalam mendidik anaknya adalah Ibu Devi karena Ibu Devi
sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anaknya di rumah dan lebih
dalam ilmu agamanya. Bukan berarti Bapak Wahyu tidak mempunyai
peran dalam mendidik anak tetapi karena Bapak Wahyu bekerja
pulangnya sore atau malam yang mana intensitas bertemu dengan
anaknya sedikit dan juga ilmu agamanya yang masih sedikit
dibandingkan dengan Ibu Devi.
b. Keluarga Satiman
Sejak anak saya lahir sudah beragama Islam sesuai dengan agama
suami saya. Metode yang sering kami gunakan dalam mendidik anak
kami adalah metode ceramah. Biasanya suami saya mengajarkan
tentang budaya-budaya Islam. Dan memberikan contoh sebelum
menyuruh anak saya menghormati orang lain, kami melakukan
terlebih dahulu bagaimana menghormati dan menghargai orang lain.
Sebelum mengajarkan untuk selalu berbicara yang baik kami terlebih
dahulu mengucapkan hal-hal yang baik”(Prihantini/02/03/2017).
Metode yang sering digunakan oleh Bapak Satiman dan Ibu
Prihantini dalam mendidik anaknya adalah metode ceramah. Metode
ini lebih mudah digunakan dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Dan
tanpa harus banyak persiapan. Selain itu juga menggunakan metode
keteladanan. Penerapan pendidikan agama Islam pada anak di dalam
keluarga muallaf yaitu Bapak Satiman dan Ibu Prihantini dapat
74
dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari sejak kelahiran anak
tunggalnya yang bernama Pundi Prasetyo mengikuti agama ayahnya
yaitu agama Islam. Dengan keterbatasan ilmu agama yang dimiliki Ibu
Prihantini karena seorang muallaf dia mendidik anaknya dengan
menyekolahkan anaknya pada sekolah umum dan disamping itu Ibu
Prihatin juga memasukan anaknya ke tempat pendidikan Al-Qur’an
yang ada di desanya di luar jam sekolah, yaitu pada waktu sore hari,
dengan tujuan anaknya bisa mendapatkan pengetahuan agama yang
lebih karena Ibu Prihantini menyadari akan minimnya pengetahuan
agamanya dan ayahnya sibuk bekerja dan tidak ada waktu untuk
mengajarkan agama pada anaknya. Akan tetapi Ibu Prihantini juga
tidak lepas dari tanggungjawabnya sebagai seorang ibu yang tugasnya
mendidik anaknya, yaitu dia mendidik akhlak dan perbuatan yang baik
kepada siapapun, dan larangan berbuat keburukan kepada siapapun,
baik itu mendiskriminasi orang, mencuri, berbohong, dan lain
sebagainya meskipun dalam pengetahuan agamanya belum maksimal.
Hal yang paling membanggakan dari anaknya adalah keunggulan
prestasi akademik dan spiritual yang dimiliki.
Jadi dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Keluarga Bapak
Satiman dalam mendidik anaknya, yang lebih banyak berperan adalah
Bapak Satiman karena yang menjadi muallaf adalah Ibu Prihantini.
Walaupun yang mendidik tentang hal keagamaan hanyalah Bapak
Satiman namun kualitas anak dalam hal keagamaan tidak kalah dengan
75
anak yang berasal dari keluarga Islam sejak lahir. Hal ini dapat
dibuktikan dengan perilaku anak yang berbakti dengan orang tua, rajin
sholat, rajin mengaji, rajin pergi ke TPQ tanpa harus dipaksa oleh
orang tua. Meskipun ibunya belum bisa melakukan ibadah-ibadah
secara sempurna seperti yang dilakukan oleh anaknya. Tujuan yang
ditanamkan bapak Satiman kepada Pundi dapat disimpulkan bahwa
agama merupakan suatu pedoman dan dasar hidup yang harus dimiliki
dan diyakini. Dengan mempunyai pedoman hidup seperti itu maka
hidupnya akan terarah dan sesuai dengan ajaran syariat Islam.
c. Keluarga Ragil Widiyanto
“Metode yang digunakan keluarga saya adalah metode ceramah.
Dalam berkumpul bersama saya menjelaskan berbagai hal yang
kemudian didengarkan oleh anak saya yang berhubungan dengan
agama. Karena ilmu agama kami tidak begitu banyak maka dari itu
kami membiarkan anak kami mendapat ilmu agama dari sekolah atau
dari orang lain”(Ari/03/03/2017).
Penerapan Pendidikan Agama Islam pada anak dalam keluarga
muallaf yaitu Bapak Ragil dan Ibu Ari dapat disimpulkan
bahwasannya kurang maksimal dalam mendidik anaknya menurut
ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dari anaknya yang disekolahkan di
sekolah umum akan tetapi juga tidak dimasukan ke tempat pendidikan
Al-Quran atau TPA yang ada di lingkungan sekitar. Selain itu anaknya
juga tidak ditanamkan nilai-nilai agama sejak kecil, contoh kecilnya
76
anaknya tidak diajarkan memakai jilbab sehingga sampai sekarang
anaknyapun tidak mau memakai jilbab.
Jadi dalam keluarga Bapak Ragil dan Ibu Ari ajaran agama Islam
tidak terlalu ditekankan. Karena kepercayaan adalah suatu kebebasan
dan anak mereka dapat memilihnya kelak ketika dewasa. Karena
minimnya faktor pendukung dari suami, keluarga, dan lingkungan.
Dengan minimnya ilmu agama serta tidak ada ajaran dari suami maka
tujuan agama tidak begitu penting. Yang terpenting hanyalah
berakhlak yang baik sesama manusia tanpa menghiraukan ajaran
agama Islam yang telah dipilihnya sebagai agama yang diyakini.
d. Keluarga Wagimin
“Saya sering mengajarkan tentang toleransi dalam beragama,
saling tolong menolong, dan bekerja sama dengan orang lain. Sebagai
masyarakat yang berbeda agama saya juga mengajarkan kepada anak
saya dalam hal-hal yang memberi manfaat bagi orang banyak. Saya
juga mendatangkan guru les ngaji agar anak-anak saya mempunyai
kesempatan yang luas untuk bertanya dan memperdalam ajaran
agama Islam yang belum mereka ketahui”(Wagimin/04/03/2017).
Dalam keluarga Bapak Wagimin yang lebih mendalami ilmu
agama Islam adalah Ibu Fatimah namun Bapak Wagimin juga
mempunyai peran yang sangat penting dalam mendidik anaknya
karena ia menjadi kepala rumah tangga. Mereka juga menggunakan
metode keteladanan yakni sebelum menyuruh anak-anaknya Ibu
77
Fatimah melakukan terlebih dahulu untuk menjadi contoh dari anak-
anaknya. Misalnya dalam mendidik menyuruh sholat 5 waktu.
Penerapan pendidikan agama Islam dalam keluarga Bapak
Wagimin dapat dikatan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari anak-
anaknya yang selalu taat dan patuh pada orang tua. Serta selalu bergaul
dengan baik di sekolah maupun di masyarakat. Banyak warga yang
mengatakan bahwa anak dari Bapak Wagimin adalah anak yang baik,
ramah, dan sering melaksanakan sholat berjamaah di masjid.
Jadi dalam keluarga Bapak Wagimin dan Ibu Fatimah dalam
pendidikan agama anaknya, mereka mempunyai tujuan yang jelas.
Karena bisa mendatangkan guru private agama untuk mendidik
anaknya dalam mendalami agama. Selain itu dengan uang pula dapat
membeli buku-buku Islami yang berkualitas sesuai dengan yang
dibutuhkan.
e. Keluarga Agus
“Saya tidak mempunnyai metode khusus dalam mendidik anak
semua mengalir dan berjalan begitu saja. Tetapi lebih sering metode
ceramah ketika sedng mengajarkan kepada anak saya. Materi yang
saya ajarkan meliputi keimanan kepada Allah swt, ajaran akidah
akhlak yang berupa perilaku baik dan buruk kepada orang tua,
tetangga, keluarga, teman sebaya, cara berbicara yang sopan,
menghormati orang tua, dan lain sebagainya. Selain itu saya juga
mengajarkan tentang beribadah kepada Allah seperti sholat, puasa,
78
zakat, dan lain sebagainya. Suami saya juga mengajarkan tentang
slogan lebih baik tangan di atas dari pada tangan di bawah. Yang
mempunyai maksud bahwasannya lebih baik kita memberikan
shodaqoh kepada orang yang membutuhkan, dari pada kita menerima
shodaqoh dari orang lain”(Evi/05/03/2017).
Dalam mendidik anak-anaknya Bapak Agus menjadi orang yang
berperan sangat penting. Karena ilmu pengetahuan Bapak Agus lebih
luas dan mendalam. Hal-hal yang diajarkanpun lebih jelas dan
mendetail. Sedangkan Ibu Evi juga ikut berpartisipasi dalam mendidik
anaknya dalam hal agama. Ibu Evi adalah salah satu muallaf yang
mempunyai ilmu pengetahuan agama yang lebih dibandingkan dengan
muallaf yang lain. Karena semangat dan banyak faktor pendukungnya.
Sehingga dalam mengajarkan anaknya baik itu bersosial, bergaul
dengan teman, berakhlak yang mulia, Ibu Evi tidak terlalu kesulitan
kecuali dalam hal bacaan sholat dan mengaji. Karena Ibu Evi belum
fasih dalam hal tersebut. Tetapi sudah hafal semua bacaan sholat dan
sedikit bisa membaca Al-Qur’an namun tidak sefasih suaminya. Jadi
dalam hal sholat dan membaca Al-Qur’an dipasrahkan kepada
suaminya. Ibu Evi juga selalu membimbing anak-anaknya supaya
mereka rajin mengikuti kegiatan TPQ yang ada di Desa Barukan.
Jadi dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
Bapak Agus adalah keluarga yang sangat patuh terhadap ajaran agama,
walaupun istrinya Ibu Evi seorang muallaf namun tidak menjadi
79
kendala dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi anaka-anak
yang taat, sholeh, rajin mengaji, sholat dan menjadi seseorang yang
berakhlakul karimah. Dengan menggunakan metode ceramah dan
peneladanan dapat dismpulkan bahwa metode yang digunakan Bapak
Agus dan Ibu Evi berhasil, meskipun anak-anaknya masih kecil akan
tetapi jiwa-jiwa Islami sudah mulai terlihat dan muncul.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat
a. Faktor Pendukung Penerapan Pendidikan Agama Islam dalam
Keluarga Muallaf
1) Peran suami, istri, saudara dan kerabat
Pendidikan agama Islam bagi anak-anak tidak hanya
dilakukan oleh orang tua saja tetapi juga dapat dilakukan dari
saudara dan kerabat ataupun orang tua dari istri atau suami yang
muslim. Dengan minimnya ilmu agama yang dimiliki oleh ibu
atau ayah yang seorang muallaf dan dengan kesibukan ayahnya
yang mencari rezeki maka seseorang anak muallaf juga dapat
memperoleh ilmu agama dari saudara dan kerabat. Karena pada
dasarnya saudara dan kerabat memberikan peranan yang sangat
besar dalam mendidik anak karena ilmu agama adalah sebagai
landasan seorang anak dari kecil. Yang mana saudara dapat
membantu membimbing dan menjelaskan ilmu agama sesuai
dengan kemampuan saudara tersebut miliki.
80
2) Pembelajaran TPQ dan pengajian di masjid
TPQ merupakan singkatan dari Taman Pendidikan Al
Qura’an, merupakan sebuah tempat yang dijadikan pusat
pembelajaran membaca Al Qur’an, dimana setiap anak yang
sama sekali tidak pernah mengenal huruf-huruf hijaiyah di TPQ
anak dapat belajar membaca Al Qur’an mulai dari nol. Selain itu
juga banyak tambahan kajian-kajian agama misalnya pendidikan
akhlak dan moral, pendidikan fiqih, dan lain sebagainya.
Pembelajaran TPQ yang ada di Desa Barukan dilaksanakan pada
sore hari di masjid yang bertujuan untuk membantu anak-anak
Desa Barukan untuk mempelajari agama Islam, terutama
membaca Al-Qur’an, menulis Al-Qur’an dan praktek sholat.
TPQ dilaksanakan setiap hari. Anak-anak tetap melanjutkan
belajar mengaji dengan baik di rumah ataupun di tempat
ustadzah mereka. Ustadzah di TPQ tersebut adalah Mbah
Zainal. Mbah Zainal adalah salah satu tokoh agama yang berada
di Desa Barukan.
3) Lingkungan Rumah
Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar
dari sebuah kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah
berada dalam lingkungan baru dan asing baginya yang tidak
dikenalinya. Lingkungan juga merupakan sebuah tempat yang
menjadi salah satu faktor utama yang ikut mempengaruhi
81
seseorang dalam membentuk karakter dalam bergaul mulai dari
akhlak, moral, cara berbahasa, cara bergaul. Lingkungan yang
baik akan membentuk pribadi yang baik, sementara lingkungan
yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk pula.
Anak-anak berkembang dari suatu hubungan interaksi antara
gerakan-gerakan dalam dan kondisi lingkungan luar. Di Desa
Barukan ada salah satu dari keluarga muallaf mempunyai
lingkungan agama yang sangat mendukung sehingga salah satu
alasan muallaf masuk Islam karena lingkungannya. Lingkungan
tersebut dapat mendukung karena banyaknya warga yang
beragama Islam serta melakukan aktivitas agama secara rutin
dan tekun, misalnya warga sering melakukan sholat berjamaah
di masjid, sering adanya pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak,
dan anak-anak yang rajin berangkat TPQ. Sehingga dapat
menggugah hati muallaf untuk ikut bergabung bersama mereka.
4) Adanya Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Barukan Kecamatan
Tengaran Kabuputen Semarang biasanya dari UNNES. Pada
saat itu mahasiswa ikut membantu dan mengajar anak-anak di
Desa Barukan untuk mempelajari ilmu pendidikan umum, dan
membaca Al-Qur’an. Namun lebih banyak yang diajarkan
adalah ilmu pendidikan umum karena mereka berasal dari
kampus negeri yang bukan dari universitas Islam. Para
82
mahasiswa dapat membantu pembelajaran di SD Desa Barukan
secara intensif dengan metode yang lebih baik serta penguasaan
ilmu agama yang lebih mapan, sehingga kehadiran mahasiswa
KKN dapat menambah kreativitas guru dalam mengajar, karena
belajar dari mahasiswa KKN tersebut. Namun KKN belum ada
dari universitas Islam atau institut Islam. Selain dari UNNES
juga ada mahasiswa KKN dari UNDIP. Pada mahasiswa KKN
UNDIP ini lebih mengajarkan bukan pada hal keagamaan juga
namun pada pendidikan orang tua yang buta aksara. Program ini
dilaksanakan untuk membantu orang tua agar dapat membaca
dan menulis.
b. Faktor Penghambat Penerapan Pendidikan Agama Islam dalam
Keluarga Muallaf
1) Pendidikan orang tua yang kurang memadai
Islam mewajibkan orang tua untuk mengajarkan agama
Islam kepada anak-anaknya sedari kecil. Orang tua wajib
mendidik dan menuntun anak-anak mereka dengan baik dan benar
sesuai dengan tuntutan yang disyariatkan, seperti perintah sholat,
tidak hanya diajarkan kepada anak ketika sudah baligh tapi
diajarkan saat anak itu masih usia dini. Karena termasuk dalam
usia yang mudah menerima pengajaran. Hal ini mengindikasikan
betapa pentingnya pendidikan agama sejak dini dari orang tua.
Faktor pendidikan orang tua muallaf yang hanya tamatan sekolah
83
dasar menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam mendidik
anak-anak mereka. Bahkan ada pula orang tua muallaf yang
belum bisa membaca dan menulis. Apalagi anak-anak yang
mempunyai orang tua muallaf mempunyai kesulitan tersendiri
dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi tentunya. Anak-anak
yang beragama Islam dengan orang tua muallaf mereka belajar
dari sekolah dan belajar dari TPQ yang diadakan di masjid
bersama anak-anak yang beragama Islam dengan orang tua yang
beragama Islam juga. Dari situ mereka mengetahui dan
mempelajari agama Islam. Karena orang tua muallaf lebih sedikit
mengajarkan pendidikan agama Islam kepada anak mereka
bahkan jika orang tua muallaf mereka mempunyai ilmu
pengetahuan yang terbatas maka kualitas ilmu yang diajarkan
pula lebih rendah. Orang tua muallaf mencari ilmu juga dari orang
lain misalnya dari tokoh agama, saudara, tetangga, maupun teman
kerja mereka. Jadi diantara anak dengan orang tua juga masih
sama-sama mencari ilmu agama kepada orang lain karena
keterbatasan ilmu yang mereka miliki.
2) Lingkungan sosial yang tidak mendukung penerapan
pendidikan agama Islam
Sebuah kemustahilan jika lingkungan tidak mempengaruhi
terhadap pendidikan anak, baik pendidikan umum maupun
pendidikan agama. Lingkungan yang agamis, cenderung
84
memotivasi anak-anak mempunyai semangat yang tinggi untuk
mempelajari agama. Karena otomatis dengan sendirinya kesalehan
dan ketekunan juga akan dijadikan tolok ukur dalam pergaulan
dan kehidupan sosial di tengah masyarakat. Desa Barukan
merupakan sebuah komunitas masyarakat yang tidaka terlalu
agamis. Hal ini dapat dilihat dari contoh Desa Barukan sudah
banyak orang yang beragama Islam tapi sedikit yang mendalami
ilmunya dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Minimnya
orang yang menguasai ilmu dan pendidikan Islam di desa tersebut,
mempengaruhi pengetahuan masyarakat terhadap agama Islam.
Sehingga agama Islam tidak selalu dijadikan arah dan pegangan
hidup yang selalu dijalankan dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat Desa Barukan. Masih sangat banyak orang-orang yang
melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran agama
Islam. Kemaksiatan masih sering terjadi dan bukan menjadi hal
yang asing lagi. Kemaksiatan itu dapat mempengaruhi orang lain
dengan mudah. Hal itu terjadi karena minimnya ilmu agama yang
mereka miliki serta tidak adanya rasa takut kepada Allah Sang
Maha Pencipta. Upaya pendidikan agama haruslah dilakukan pada
usia dini. Pendidikan pada anak ini umumnya lebih disiplin dan
ketat jika terjadi di lingkungan yang mengetahui agama secara
mendalam dan kuat menjalankan agama, serta mempunyai agama
yang sama dengan anaknya. Namun yang terjadi di Desa Barukan
85
orang tua sendirilah yang masih sering memberikan pengaruh
buruk terhadap anak mereka. Yang mengakibatkan anak mereka
berkembang menjadi anak yang kurang baik dan tidak sesuai
dengan tuntunan ajaran agama Islam dan norma-norma sosial.
Mengajarkan anak tentang pendidikan agama Islam oleh orang tua
dengan agama orang tua sendiri yang berbeda dengan anaknya
juga menjadi masalah tersendiri bagi orang tua. Sekalipun orang
tuanya mengetahui tentang agama Islam. Bagi orang tua muallaf
menjadi sebuah tantangan dalam mendidik anak-anak mereka agar
ilmu yang mereka miliki bisa setara atau bahkan melebihi dari
anak-anak mereka.
3) Ekonomi Keluarga yang Sederhana
Kebutuhan ekonomi adalah kebutuhan primer yang tidak
bisa ditawar-tawar lagi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika
kebutuhan pokok seperti makan dan minum belum terpenuhi
dapat dipastikan kebutuhan pokok lainnya seperti pendidikan,
agama, dan kesehatan dengan tersendirinya akan terpinggirkan.
Kesibukan orang tua yang sehari-hari bekerja dan pulang malam
untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka merupakan kendala
dalam penerapan pendidikan agama Islam pada anak. Mereka
tidak berani mendatangkan guru private atau guru les yang khusus
mempelajari pendidikan agama Islam sebagaimana halnya terjadi
dalam masyarakat kota dengan kehidupan ekonomi yang mapan.
86
Mereka hanya mengandalkan TPQ yang berjalan degan keuangan
yang tersendat-sendat. TPQ yang ada di Desa Barukan juga tidak
membebankan biaya kepada orang tua mereka. Jadi wajar saja
jika TPQ yang ada di desa itu belum berkembang dengan baik
karena salah satu masalahnya adalah biaya. Dalam kegiatan TPQ
juga tidak bisa berjalan secara maksimal dibandingkan jika
mendatangkan guru private. Kegiatan TPQ yang ada di Desa
Barukan juga bisa dikatakan kurang maju hal ini dapat dilihat dari
ustadzah yang mengajarkan hanya satu dan ilmu yang diajarkan
juga masih terbatas. Ustadzah TPQ menyadari bahwa yang
terpenting adalah anak-anak mau berangkat TPQ secara rutin dan
tidak terpengaruh kepada agama lain. Pengaruh agama lain sangat
besar di Desa Barukan apalagi dengan keterbatasan ilmu agama
yang dimiliki dan keterbatasan ekonomi dalam keluarga beberapa
warga mudah saja berubah keyakinan hanya untuk mendapatkan
bantuan sembako dan menawarkan pendidikan gratis bagi anak-
anak mereka yang masih sekolah di jenjang SMP dan SMA.
Selain itu mereka akan memberikan uang bulanan dan juga uang
saku. Warga Desa Barukan masih banyak sekali yang bekerja
sebagai petani penggarap, pegawai bangunan, dan karyawan atau
buruh yang berpenghasilan rendah. Hal ini yang sangat
dikhawatirkan oleh para ulama dan tokoh agama yang ada di Desa
Barukan.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian terhadap penerapan pendidikan agama Islam
pada keluarga muallaf di Desa Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang, peneliti menyimpulkan sebagai berikut :
1. Sejarah para muallaf yang masuk agama Islam di Desa Barukan banyak
yang termotivasi karena sebuah pernikahan. Selain itu ada beberapa hal
yang mempengaruhi para muallaf masuk Islam diantaranya masuk
menjadi muallaf adalah dari pihak suami atau istri yang beragama Islam
selalu mengajarkan dan membimbing dalam setiap beribadah, adanya
rasa ingin tau untuk memperdalam ilmu agamanya, dan hal-hal yang
menghambat lebih kepada keluarga yang tidak mengizinkan, sulit ketika
belajar membaca al-Qur’an karena baru pertama kali tahu dan
mempelajarinya, serta kurang adanya rasa ingin mempelajari dan
mendalami ilmu agama yang dianutnya sekarang yaitu agama Islam.
2. Penerapan pendidikan agama Islam yang terjadi di Desa Barukan dalam
keluarga muallaf berbeda-beda. Ada yang bisa dikatakan berhasil ada
pula yang dikatakan kurang berhasil. Dikatakan berhasil karena
mempunyai tujuan pendidikan yang jelas untuk anak supaya anak
menjadi orang yang taat menjalankan agama Islam dan mengetahui
agama dengan baik sehingga menjadi pedoman hidup untuk di masa yang
akan datang. Dikatakan kurang berhasil karena dalam tidak mempunyai
88
tujuan yang jelas dalam pendidikan agama anaknya. Yang terpenting
anak menjadi orang yang baik dan dapat bergaul dengan warga dan
temannya dalam kehidupan masyarakat merupakan sebuah kebanggaan
tersendiri dan membiarkan anak untuk memilih agama yang diyakininya.
Tidak mengarahkan pada agama Islam yang menjadi status agamanya
sekarang.
3. Peran orang tua muallaf dalam meningkatkan pendidikan agama Islam
pada anak yaitu dengan memberikan motivasi, turut dalam manajemen
waktu anak, dan memberikan fasilitas terkait dengan pendidikan anak.
Selain itu cara orang tua muallaf menerapkan pendidikan agama Islam
pada anak yaitu dengan metode ceramah, metode keteladanan, metode
bercerita. Selain dengan metode-metode di atas para orang tua muallaf
juga mendatangkan guru private dan menyekolahkan di TPQ yang ada di
sekitar rumah untuk mengajarkan pendidikan agama Islam terutama agar
bisa membaca al-Qur’an.
4. Faktor pendukung penerapan pendidikan agama Islam dalam keluarga
muallaf yaitu adanya peran suami, saudara dan kerabat yang selalu
membantu dalam mengajarkan ajaran agama Islam kepada anak mereka,
adanya pembelajaran TPQ dan pengajian di masjid, lingkungan rumah
sekitar yang baik, serta adanya Kuliah Kerja Nyata (KKN). Sedangkan
faktor penghambat penerapan pendidikan agama Islam di keluarga
muallaf yaitu pendidikan orang tua yang kurang memadai, lingkungan
sosial yang tidak mendukung, dan ekonomi keluarga yang sederhana.
89
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang
peneliti sarankan sebagai pertimbangan untuk masa yang akan datang di Desa
Gunungsari Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, sebagai berikut :
a. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Untuk para guru PAI yang memiliki peserta didik yang orang tuanya
muallaf dapat memberikan bimbingan keIslaman yang lebih intens kepada
peserta didik. Hal tersebut dikarenakan saat peserta didik berada di
lingkungan keluarga, orang tua muallaf belum dapat memberikan
pendidikan agama Islam secara baik kepada anaknya karena keIslamannya
yang belum mapan.
b. Bagi orang tua muallaf, untuk lebih meningkatkan kualitas mendidik pada
anak. Maka terlebih dahulu orang tua harus meningkatkan kualitas
pendidikannya sendiri, yaitu dengan cara semangat mengikuti kegiatan
pengajian, dan mengikuti kajian-kajian Islam lainnya yang ada di Desa
Barukan.
c. Bagi tokoh agama atau ulama, dengan melihat minimnya pengetahuan
tentang Islam pada keluarga warga Desa Barukan terutama pada keluarga
muallaf, tokoh agama harus memperhatikan tentang pendidikan agama dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan karena warga Desa Barukan
sangat membutuhkan tokoh agama dan ulama yang bersedia mengajarkan
kepada warga tentang agama Islam secara mendalam dan komprehensif.
90
d. Bagi para remaja Desa Barukan, agar lebih aktif dalam mengikuti
kegiatan. Karena kegiatan remaja di Desa Barukan tidak berkembang
dengan baik. Maka dari itu mendatangkan fasilitator pendidikan agama
Islam di Desa Barukan untuk para remaja. Karena merekalah yang akan
melanjutkan kehidupan untuk masa yang akan datang. Selayaknya mereka
memikirkan pendidikan agama Islam untuk anak-anak yang beragama
Islam, dan mencari terobosan baru untuk pendidikan Islam yang kuat dan
mengakar.
e. Bagi para pejabat desa, lebih mendukung kegiatan keagamaan dengan cara
memfasilitasinya. Salah satu contoh adalah memberikan tempat yang
layak dan nyaman untuk kegiatan keagamaan serta melengkapi fasilitas di
dalamnya. Bagi pembaca, agar dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan
pengalaman tentang dunia pendidikan dalam keluarga muallaf.
f. Bagi para muallaf yang sudah taat kepada Allah, agar dapat mendampingi
para muallaf yang baru masuk Islam untuk membimbing dalam kegiataan
agama dan mendalami ilmu-ilmu agama. Serta meyakinkan muallaf baru
bahwa agama Islam adalah agama yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2000. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
Aditya Media.
Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Al-Mundziri, Hafizh. 2002. Mukhtasar Shahih Muslim. Bandung: Penerbit
Mizan.
Aly, Noer Hery dan Munzier. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta:
Friska Agung Insani.
Basri, Hasan. 2004. Remaja Berkualitas. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka
Setia.
Daradjat, Zakiyah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djumransjah & Abdul Malik Karim Amrullah. 2007. PENDIDIKAN ISLAM
Menggali “Tradisi”, Meneguhkan Eksistensi. Malang: UIN
Malang Press.
Fajar, Rahmat. 2011. The Process Of Parenting. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta: Depdiknas.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Maulana, Ahmad dkk. 2003. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut.
Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Jogjakarta: Diva Press.
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di sekolah. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Dedi. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Rosdakarya.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rumidi, Sukandar. 2004. Metodogi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Roqib. 2009. Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan Pendidikan Integratif
di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat). Yogyakarta: PT LKIS
Printing Cemerlang.
Santana, Septiawan. 2010. Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitaif.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Shaleh, Abdul Rachman. 2005. Pendidikan Agama dan Pembangun Watak
Bangsa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soebahar, Abdul Halim. 2002. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta:
Kalam Mulia.
Sriyanti, Lilik. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Strauss, Anselm & Juliet Corbin. 2007. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: pustaka pelajar offset.
Syafaat, H. TB.Aat. 2008. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam
Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Dilequency). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Syaifullah, KH. Badri Mashduqi. 2008. Kiprah dan Keteladanan. Jakarta:
Pelangi Aksara.
Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh. Edisi Pertama, cetakan
ke-2. Jakarta: Kencana.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Umar, Bukhori. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
INSTRUMEN PENELITIAN
I. Pedoman Observasi
1. Letak dan kondisi geografis Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
2. Kondisi kehidupan beragama pada keluarga muallaf Desa Barukan
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
II. Pedoman Dokumentasi
1. Data keluarga muallaf Desa Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
2. Identitas Responden.
III. Pedoman Wawancara
1. Kapankah Bapak/Ibu masuk Islam dan sudah berapa lama ?
2. Apa yang menjadi motivasi untuk masuk Islam ?
3. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami saat pertama masuk
Islam ?
4. Upaya apa sajakah yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-
hambatan tersebut ?
5. Sejauhmana Bapak/Ibu mendalami Islam ?
6. Bagaimana latar belakang agama saudara Bapak / Ibu ?
7. Metode apa yang digunakan dalam mengajar pendidikan agama
terhadap anak ?
8. Materi apa saja yang diajarkan kepada anak saat pertama kali ?
9. Bagaimana cara menanamkan pendidikan akhlak terhadap anak ?
HASIL WAWANCARA
Nama : Amara Wahyu Hidayat
Usia : 34 Tahun
Hari, tanggal : Rabu, 01 Maret 2017
Tempat : Rumah Bapak Wahyu
Pukul : 19.00 WIB
1. Masuk Islam semenjak tahun 2012 namun tahun 2013 baru mendapat
bukti otentik yang berupa surat pernyataan memeluk agama Islam dari
Kantor Urusan Agama Semarang dengan mengucpkan syahadat yang
dihadiri oleh saksi dan pihak keluarga. Yang mewakili dari pihak
keluarga adalah ibu saya. Sebelumnya ibu saya tidak mengizinkan saya
masuk Islam. Tapi seiring berjalannya waktu akhirnya ibu saya
menyetujui saya masuk Islam. Jadi saya sudah 5 tahun memeluk agama
Islam.
2. Motivasi karena menurut saya agama Islam bisa mendo’akan orang tua
yang sudah meninggal, karena bapak saya sudah meninggal selain itu
juga karena ingin menikahi istri saya.
3. Hambatannya saat belajar membaca iqra’, belajar sholat, bacaan-bacaan
sholat. Karena sampai sekarang masih ada yang belum bisa bacaan
sholat.
4. Mendengarkan bacaan-bacaan sholat dengan headset di hp, belajar dari
isteri, dari teman-teman di pekerjaan.
5. Banyak hal yang saya dapat pelajari ketika saya masuk agama Islam,
saya tidak merasa menyesal ketika masuk agama Islam dan berusaha
memperdalam ajaran agama Islam. Saya selalu berusaha melaksanakan
sholat 5 waktu, melaksanakan puasa di bulan ramadhan, dan mengikuti
kegiatan-kegiatan keagamaan dengan tetangga.
6. Dulu ayah saya beragama Islam dan Ibu saya beragama kristen. Saya
mempunyai 3 kakak, kakak saya yang pertama menjadi muallaf, kakak
yang kedua beragama kristen, dan kakak yang ketiga sudah meninggal.
Kakek dan nenek saya yang berasal dari ibu saya juga berbeda
agamanya. Kakek beragama Islam dan nenek beragama kristen.
7. Ya, anak saya harus masuk Islam mengajarkannya sejak kecil. Saat anak
saya lahir saya yang mengadzani, mengadakan aqiqah, pengajian bapak-
bapak. Mendidiknya dengan ajaran Islam. Yang lebih banyak berperan
dalam mendidik anak saya adalah istri karena saya bekerja pulangnya
sore atau malam.
8. Yang diajarkan dengan mendengarkan musik-musik Islami setiap akan
tidur baik itu di pagi, siang, sore, ataupun malam.
9. Menurut saya tujuan pendidikan Islam yaitu ingin menuju ke jalan yang
benar jalan yang diridhoi oleh Allah dengan menjalankan segala
perintah Allah seperti sholat, puasa, zakat, berbuat baik, dan menjauhi
segala larangan Allah.
Nama : Prihantini
Usia : 48 Tahun
Hari, tanggal : Kamis, 02 Maret 2017
Tempat : Rumah Bapak Satiman & Ibu Prihantini
Pukul : 10.00 WIB
1. Saya masuk agama Islam pada bulan Juli 2016 dengan mengucapkan
syahadat yang disaksikan para tetangga dalam acara pengajian rutinan.
Disahkan juga dari Kantor Urusan Agama Salatiga yang dihadiri saksi
serta perwakilan keluarga. Jadi saya masuk Islam belum ada 1 tahun
baru 8 bulan.
2. Saya ingin mengenal lebih jauh tentang agama Islam, suami saya yang
selalu ingin membimbing tentang ajaran agama Islam kepada saya,
sering melihat tetangga ketika ada kegiatan pengajian, ketika kumpul-
kumpul dengan tetangga mereka membahas tentang agama Islam, dan
termotivasi melihat anak saya yang rajin sholat, mengaji suaranya bagus,
patuh terhadap siapapun yang membuat saya bangga dan ingin seperti
yang dilakukan anak saya.
3. Saya masih merasa takut dengan keluarga saya yang mayoritas
beragama kristen. Terutama pada paman saya yang sudah menjadi
pendeta di sebuah gereja.
4. Adanya perasaan yang tinggi untuk mengenal lebih jauh tentang agama
Islam, adanya bimbingan dari suami tentang ajaran agama Islam, adanya
teman dan lingkungan sekitar yang sering melakukan kajian atau
kegiatan Islam sehingga dapat memotivasi saya untuk masuk Islam,
adanya kegiatan-kegiatan sosial yang disela-sela kegiatan sosial tersebut
membahas tentang agama Islam, dengan melihat perkembangan anak
yang setiap harinya rajin mengaji, suara bagus, rajin sholat, dan patuh
terhadap siapa pun membuat saya menangis bangga dan ingin seperti
apa yang dilakukan oleh anak saya.
5. Saya bukanlah seorang yang mendalami pengetahuan Islam secara
mendalam saat ini. Minimnya pengetahuan tentang Islam menjadi
kendala tersendiri bagi saya untuk mengajarkan anak untuk mempelajari
Islam sebagaimana yang diajarkan orang tua yang Islam dengan anak
yang juga beragama Islam.
6. Semua keluarga saya termasuk ayah dan Ibu saya beragama kristen.
Bahkan paman saya menjadi pendeta di sebuah gereja. Sejak kecil saya
sudah beragama kristen karena ajaran dari orang tua saya.
7. Sejak anak saya lahir sudah beragama Islam sesuai dengan agama suami
saya. Metode yang sering kami gunakan dalam mendidik anak kami
adalah metode ceramah. Biasanya suami saya mengajarkan tentang
kebudayaan Islam. Juga melalui keteladanan sebelum menyuruh anak
saya menghormati orang lain, kami melakukan terlebih dahulu
bagaimana menghormati dan menghargai orang lain. Sebelum
mengajarkan untuk selalu berbicara yang baik mereka terlebih dahulu
mengucapkan hal-hal yang baik dan lain sebagainya.
8. Materi yang diajarkan lebih kepada saling menghormati, saling tolong
menolong, dan bekerja sama dengan warga setiap kegiatan yang
dilakukan secara bersama-sama karena sangat penting dalam sosial dan
implementasi keberimanan terhadap Allah swt misalnya menyuruh anak
saya untuk belajar TPA di masjid, mengikuti pengajian-pengajian agama
yang diadakan oleh warga.
9. Tujuan pendidikan agama Islam bahwa aspek akidah penting dalam
pendidikan, dan aspek ibadah adalah implementasi keberimanan
terhadap Allah swt. Tujuan yaitu supaya anak saya menjadi orang yang
taat menjalankan agama Islam dan mengetahui agama dengan baik,
sehingga menjadi pegangan hidup untuk masa-masa selanjutnya. Selain
itu untuk menjalankan kehidupan dan mengamalkan ajaran agama
dengan rukun dan damai di tengah komunitas masyarakat yang multi
agama.
Nama : Ari Sulistyowati
Usia : 25 Tahun
Hari, tanggal : Jum’at, 03 Maret 2017
Tempat : Rumah Bapak Ragil Widiyanto & Ibu Ari Sulistyowati
Pukul : 13.00 WIB
1. Saya memutuskan menjadi muallaf pada tahun 20011 sebelum
melangsungkan pernikahan dengan suami saya ketika itu saya
melakukan syahadat resmi masuk Islam yang disaksikan banyak warga.
Saya menikah pada tahun 2011 dan sekarang sudah punya 2 anak dua
orang anak yang bernama Safara Putri Widyawati berusia 5 tahun, dan
Karina Riski Widyawati berusia 7 bulan.
2. Motivasi saya masuk Islam karena atas dasar ajakan suami saya yang
beragama Islam.
3. Pada awalnya suami saya selalu mengajari tentang Islam akan tetapi
lambat laun suami saya mulai jenuh untuk mengajari saya, hal itu
dikarenakan kesibukan suami saya bekerja yang berangkat pagi pulang
malam, namun saya tidak patah semangat dalam memahami agama
Islam karena dia menyadari dia sudah memilih agama Islam sehingga
mau tidak mau harus memperdalam agama Islam. Saya sangat
memaklumi akan kesibukan suami saya walaupun suami saya tidak bisa
mengajarkan agama Islam secara maksimal tetapi sebenarnya saya
merasa bingung minimnya pengajaran yang saya dapat.
4. Belajar agama Islam dari berbagai sumber yaitu dari buku-buku,
tetangga, teman kerja, terutama suami dan mertuanya. Saya membaca
buku-buku tentang sholat, ketika ada waktu luang belajar dengan
tetangga, ketika dahulu masih bekerja di pabrik konveksi juga diajari
teman-temannya tentang sholat.
5. Menurut saya ajaran agama Islam dengan agamanya kristen itu sama
yaitu sama-sama meyakini adanya Tuhan, larangan berbuat keburukan,
perintah berbuat kebaikan, dan lain sebagainya.
6. Dahulu agama yang dianut saya adalah agama kristen dan semua
keluarga saya beragama kristen. Saya mempunyai 4 saudara, 2 kakak
dan 1 adik yang berasal dari Banjaran, Salatiga. Dan keempat saudara
saya beragama kristen. Dalam keluarga saya memberikan kebebasan
dalam memilih agama. Dahulu saya belum mengetahui ajaran agama
Islam sama sekali, akan tetapi setelah menikah dan resmi masuk Islam
saya berusaha belajar tentang ajaran agama Islam terutama sholat.
7. Metode yang digunakan keluarga saya adalah metode ceramah. Dalam
berkumpul bersama saya menjelaskan berbagai pokok pikiran yang
kemudian didengarkan oleh anak saya yang berhubungan dengan agama.
Karena ilmu agama kami tidak begitu banyak maka dari itu kami
membiarkan anak kami mendapat ilmu agama dari sekolah atau dari
orang lain.
8. Materi yang saya ajarkan yaitu mengikuti pengajian-pengajian dengan
mengajak anak saya, akan tetapi di situ tidak menjelaskan bagaimana
tata cara pelaksanaan sholat, tidak juga mengajarkan bagaimana
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sehingga sampai sekarang
saya dan anak saya tetap belum bisa sholat dan membaca Al-Qur’an.
Sebagaimana anak-anak di Desa Barukan lainnya yang baru bisa sholat
dan membaca Al-Qur’an setelah belajar TPA di masjid. Tetapi Safara
tidak mau belajar agama di TPA.
9. Saya tidak membuat tujuan yang besar untuk pendidikan agama anak
saya. Yang terpenting adalah anak saya menjadi orang yang baik dan
dapat bergaul dengan warga dan temannya dalam kehidupan masyarakat
merupakan sebuah kebanggaan tersendiri.
Nama : Wagimin
Usia : 52 Tahun
Hari, tanggal : Sabtu, 04 Maret 2017
Tempat : Rumah Bapak Wagimin
Pukul : 19.00 WIB
1. Saya adalah seorang muallaf yang sejak lahir menganut agama kristen.
Yang merupakan agama dari orang tuanya. Saya sejak kecil bersekolah
di sekolah umum. Ketika saya bekerja sebagai tukang kayu di Desa
Barukan saya bertemu dengan istri saya dan merasa suka kemudian saya
ingin menikahinya. Namun saya saat itu beragama non Islam. Saya
kemudian memutuskan untuk masuk Islam dengan bersyahadat dan
disaksikan oleh warga RT 02 RW 01 Desa Barukan pada tahun 1990.
2. Karena akan menikah dengan istri saya yang beragama Islam dan ingin
mempelajari lebih dalam ilmu agama terutama agama Islam.
3. Susah ketika membaca al-qur’an karena bahasanya asing dan belum
pernah mempelajari sebelumnya.
4. Tekun mempelajari yang diajarkan oleh istri saya, setiap hari setiap ada
waktu luang dan mendatangkan guru ngaji yang lebih memperdalam
ilmu agama.
5. Sampai saat ini alhamdulillah saya sudah memahami ajaran agama Islam
seperti dengan syariat Islam seperti melaksanakan sholat 5 waktu dan
sholat-sholat sunnah, berpuasa di bulan ramadhan, dan sebagainya
namun masih kurang dalam hal mendidik anak.
6. Orang tua saya sudah meninggal dunia dan mereka menganut agama
kristen dahulu. Saya adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara dan semuanya
beragama kristen kecuali saya yang kini sudah memutuskan menjadi
muallaf.
7. Pada sore hari ketika semua anggota keluarga sedang berada di rumah
berkumpul dan bercerita. Namun tidak berlangsung setiap sore,
malampun sambil bersantai beristirahat saya tidak juga meminta
pengajaran agama kepada istri saya yang juga ikut memberikan andil
dalam pendidikan agama Islam dalam keluarga. Meskipun tidak
semaksimal seperti istri saya dalam mendidik anak-anaknya namun saya
juga berusaha mendidik sebisa saya.
8. Saya sering mengajarkan tentang toleransi dalam beragama, saling
tolong menolong, dan bekerja sama dengan orang lain. Sebagai
komunitas masyarakat yang berbeda agama saya juga mengajarkan
kepada anak saya dalam hal-hal yang memberi manfaat bagi orang
banyak. Saya juga mendatangkan guru les ngaji agar anak-anak saya
mempunyai kesempatan yang luas untuk bertanya dan memperdalam
ajaran agama Islam yang belum mereka ketahui.
9. Tujuan pendidikan Agama Islam agar anak saya menjadi anak yang
shaleh dan taat. Karena ilmu agama yang diyakini adalah sebagai arah
dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ilmu agama yang diperoleh
menurutnya tidak hanya dari sekolah namun dari membaca buku
ataupun bergaul dengan orang yang paham tentang agama Islam.
Nama : Evi
Usia : 36 Tahun
Hari, tanggal : Minggu, 05 Maret 2017
Tempat : Rumah Bapak Agus dan Ibu Evi
Pukul : 14.00 WIB
1. Sejak saya memutuskan untuk menikah dengan suami karena harus
sama keyakinannya pada tahun 2010.
2. Saya sebelum menjadi seorang muallaf menganut agama Kristen, akan
tetapi kami hidup di tengah-tengah lingkungan yang beragama Islam,
berawal dari kekaguman saya kepada suami saya yang ketika mudanya
suami saya itu menjadi pemuda yang ramah, sopan, cerdas, rajin ke
masjid serta parasnya yang menawan, sehingga saya merasa tertarik
kepada suami saya. Dan akhirnya kami menjalin hubungan dan
memutuskan untuk menikah.
3. Ketika saya memutuskan untuk menikah ada permasalahan dalam
keluarga suami saya, yaitu keluarga suami saya menentang rencana
pernikahan kami dikarenakan perbedaan agama. Setelah banyak
pertimbangan akhirnya keluarga suami saya menyetujuinya.
4. Upaya untuk mengatasi hambatan tersebut saya memutuskan menikah
dan berubah keyakinan memilih agama Islam mengikuti calon suaminya
dan menikah secara Islam. Ibu saya tidak melarang ketika saya ingin
berpindah agama. Setelah berkeluarga alhamdulillah saya melaksanakan
sholat dan mengikuti kajian Islam yang ada di desa ini.
5. Setelah berkeluarga dengan suami, saya lebih rajin melaksanakan sholat
dan mengikuti kajian Islam
6. Seluruh keluarga Ibu Evi termasuk ibu yang melahirkannya beragama
Kristen. namun karena melihat semangat dan kegigihan suami saya dan
saya dalam beribadah, membuat hati ibu saya terketuk sehingga ibu saya
ikut memilih agama Islam.
7. Saya tidak mempunnyai metode khusus dalam mendidik anak semua
mengalir dan berjalan begitu saja. Tetapi lebih sering metode ceramah
ketika sedng mengajarkan kepada anak saya.
8. Materi yang saya ajarkan meliputi keimanan kepada Allah swt, ajaran
akidah akhlak yang berupa perilaku baik dan buruk kepada orang tua,
tetangga, keluarga, teman sebaya, cara berbicara yang sopan,
menghormati orang tua, dan lain sebagainya. Selain itu saya juga
mengajarkan tentang beribadah kepada Allah seperti sholat, puasa,
zakat, dan lain sebagainya. Suami saya juga mengajarkan tentang slogan
lebih baik tangan di atas dari pada tangan di bawah. Yang mempunyai
maksud bahwasannya lebih baik kita memberikan shodaqoh kepada
orang yang membutuhkan, dari pada kita menerima shodaqoh dari orang
lain.
9. Tujuan pendidikan agama Islam untuk keluarga saya adalah untuk
menjadi muslim yang taat, sholeh, mampu mencapai masa depan yang
mandiri, dan lebih baik dari sekarang. Saya berharap anak-anak saya
bisa memperhatikan ilmu agama karena agama adalah kunci segala-
galanya, hal yang terpenting dari yang penting.
Lampiran Foto
Foto bersama Bapak Kadus Desa Barukan
Foto bersama tokoh agama Desa Barukan
Foto bersama Kelurga Bapak Wahyu salah satu Keluarga Muallaf
Foto bersama Ibu Prihantini salah satu Keluarga Muallaf
Foto bersama Ibu Ari salah satu Keluarga Muallaf
Foto bersama Bapak Wagimin dan istri sala satu Keluarga Muallaf
Foto bersama Ibu Efi salah satu Keluarga Muallaf
Masjid Al-Muttaqin salah satu masjid di Desa Barukan
Masjid Al-Irsyad salah satu masjid di Desa Barukan
Masjid Baituddua’in salah satu masjid di Desa Barukan
Gereja Isa Almasih di Desa Barukan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Arfias Wirda Muftihah
2. Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 19 April 1995
3. Jurusan : Pendidikan Agama Islam
4. Alamat : Sanggrahan, RT02/RW01, Kelurahan
Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga
5. HP : 085225025731
B. Riwayat Pendidikan
2001-2007 : SD N Tingkir Lor 2 Salatiga
2007-2010 : SMP N 4 Salatiga
2010-2013 : SMA N 2 Salatiga
2013-2017 : S1 IAIN Salatiga
DAFTAR NILAI SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Arfias Wirda Muftihah
Nim : 111-13-140
Jurusan : PAI
Dosen PA : Yahya S. Ag., M.H.I.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1. OPAK STAIN SALATIGA ”Rekonstruksi
Paradigma Mahasiswa yang Cerdas, Peka, dan
Peduli”
26-27 Agustus
2013
Peserta 3
2. OPAK TARBIYAH 2013 ’’Menjunjung Tinggi
Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sebagai Identitas
Pendidikan Indonesia’’
29 Agustus
2013
Peserta 3
3. UPT PERPUSTAKAAN ’’Library User Education
(Pendidikan Pemakai Perpustakaan)’’
16 September
2013
Peserta 2
4. Training Pembuatan Makalah 18 September
2013
Peserta 2
5. Training Motivasi dan Lomba Ranking 1 26 September
2013
Peserta 2
6. Mendetakkan Jantung Bangsa dengan Jurnalisme 07 Oktober
2013
Peserta 8
7. Seminar Nasional Bahasa Arab ’’Upaya Menjaga
Eksistensi dan Masa Depan Pembelajaran Bahasa
Arab’’
09 Oktober
2013
Peserta 8
8. Kursus Pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar
(KMD)
03-08 Maret
2014
Peserta 8
9. ’’Analisa Sosial dengan Memaksimalkan Potensi
Ekonomi Nasional untuk Kesejahteraan
Masyarakat Indonesia’’
13-14 Oktober
2014
Pengisi
Acara
4
10. Seminar Nasional ’’Berkontribusi untuk Negeri
melalui Televisi/TV”
5 November
2014
Peserta 8
11. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjut
(KML)
05-10 Januari
2015
Peserta 8
12. Survival English Program 13 Januari – 7
Februari 2015
Peserta 2
13. International Seminar ’’ASEAN Economic
Community 2015, Prospects and Challenges for
Islamic Higher Education’’
28 Februari
2015
Peserta 8
14. Pelatihan Manajemen TPQ 04 Juli 2015 Peserta 2
15. ’’Be Scholarship Hunter of Home Country
(Indonesia) and Abroad University’’
29 September
2015
Peserta 2
16. Literasi Keuangan Syariah dan Kebijakan
Mikroprudensial dalam Stabilitas Ekonomi
12 Oktober
2015
Petugas 4