Pengaruh Status Pembayaran Dividen Tunai dan Corporate Governance
Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015
Angelina Puspa Sari, Hj. Asmaul Husna, SE.Ak., MM., CA & Prima
Aprilyani Rambe, SE.,M.Sc
130462201017
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Status pembayaran
dividen tunai dan Corporate governance terhadap kualitas laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Status pembayaran dividen
tunai dihitung dengan variabel dummy kemudian mekanisme corporate
governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan manajerial, dewan
komisaris, komite audit, kepemilikan institutional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015.
Sampel ditentukan dengan metode purposive sampling, sehingga diperoleh total
sampel penelitian sebesar 60 sampel. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Data dianalisis dengan
menggunakan model analisis regresi berganda dengan tingkat signifikan 5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status pembayaran dividen tunai,
kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institutional berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba. Sedangkan dewan komisaris dan komite audit tidak
berpengaruh terhadap kualitas laba.
Kata Kunci : Dividen tunai, corporate governance, kualitas laba.
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Putro, (2015) Laba merupakan ringkasan hasil bersih aktifitas
operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan.
Salah satu laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan adalah laba. Menurut (Siallagan dan Machfoedz, 2006) laba merupakan
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan.
Investor dan kreditor menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen,
memperkirakan earnings power, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan
datang. menurut Sirait, (2012) dalam pendanaan melalui ekuitas, dividen menjadi
salah satu isu yang penting karena kebijakan dividen perusahaan merupakan
bentuk dari kegiatan pengelolaan laba. Dalam era globalisasi sekarang ini, dunia
bisnis sudah mulai berkembang dengan cara menarik investor untuk menanamkan
modalnya ke perusahaan dengan imbal hasil berupa dividen kepada investor.
Menurut Surifah, (2010) Kualitas laba merupakan sesuatu yang sentral
dan penting dalam dunia akuntansi karena berdasar kualitas laba tersebut profesi
akuntansi dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan
lainnya mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan keuangan,
apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat di andalkan maka para pemangku
kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi. Oleh karena itu
berbagai upaya dan studi terus dilakukan agar dapat menyusun laporan keuangan
dengan kualitas laba yang tinggi. Kualitas laba juga sebagai kemampuan laba
dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan dan membantu memprediksi laba
mendatang untuk kemajuan perkembangan perusahaan. Laba yang berkualitas
akan membantu keputusan bagi para investor untuk menghasilkan keputusan
yang tepat untuk menanamkan sahamnya. Menurut Elvina dan Ratnaningsih,
(2014) Pengukuran kualitas laba secara objektif menjadi hal yang sangat penting
untuk dilakukan mengingat banyaknya kasus-kasus yang berkaitan dengan
manajemen laba dan telah menjadi topik yang menarik. Bagi para pengguna
laporan keuangan tindakan manajemen laba sangat merugikan karena membuat
informasi yang disajikan bias. Hal ini membuat manajemen laba jika dipandang
dari sisi kualitas laba akan mengindikasikan kualitas laba yang rendah, sebab laba
tidak disajikan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Hal tersebut dapat terjadi
karena laporan keuangan dibuat berdasarkan sistem akuntansi yang berbasis
akrual sehingga memberi kesempatan bagi manajemen untuk memilih kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam pelaporan laba.
Menurut Elvina dan Ratnaningsih, (2014). Pemilik perusahaan selaku
principal menginginkan free cash flow yang dimiliki perusahaan dibayarkan
dalam bentuk dividen. Sebaliknya, manajer selaku agent cenderung bertindak
untuk memaksimumkan kepentingannya sendiri dan mengabaikan kepentingan
principal. Perbedaan kepentingan ini menimbulkan adanya konflik keagenan.
Menurut Siallagan dan Machfoedz, (2006) Konflik keagenan yang
mengakibatkan adanya sifat opportunistic manajemen akan mengakibatkan
rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan
pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti para investor dan kreditor,
sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Berdasarkan teori keagenan,
permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya tata kelola perusahaan yang
baik beberapa mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah keagenan. beberapa mekanisme corporate governance yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah keagenan tersebut antara lain dengan
meningkatkan kepemilikan manajerial. Menurut Siallagan dan Machfoedz, (2006)
dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan
bertindak sesuai dengan keinginan principal karena manajer akan termotivasi
untuk meningkatkan kinerja. Selain itu, keberadaan dewan komisaris diharapkan
dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba
melalui fungsi pengawasan atas pelaporan keuangan.
Menurut Siallagan dan Machfoedz, (2006) Komite audit yang bertanggung
jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan
mengamati sistem pengendalian internal juga diharapkan dapat mengurangi sifat
opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings
management).
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi
tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Menurut Boediono, (2005) di
dalam Muid, (2009) kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat
pengawasan yang intens.
Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini mengambil judul “Pengaruh
Status Pembayaran Dividen Tunai dan Corporate Governance Terhadap
Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2013-2015”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Teori Agensi (Theory Agency )
Menurut Sutedi (2011:6) teori agency adalah teori yang memberikan
wawasan analisis untuk bisa mengkaji dampak dari hubungan agent dengan
principal atau principal dengan principal. selanjutnya dalam perekonomian
modern, manajemen, dan pengelolaan perusahaan semakin banyak dipisahkan dari
kepemilikan perusahan. Hal ini sejalan dengan Teori agency yang menekan
pentingnya pemilik perusahan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan
perusahaan kepada tenag-tenaga professional disebut (agents) yang lebih mengerti
dalam menjalankan bisnis sehari-hari.
Corporate Governance
Menurut Alijoyo dan Zaini (2004:2) Corporate governance adalah
Struktur hubungan pertanggung jawaban dan pembagian peran di antara berbagai
organ utama perusahaan yakni Pemilik/Pemegang Saham, Pengawas/Komisaris,
dan Pengelola/Direksi/Manajemen.
Menurut (Boediono, 2005) di dalam (Muid, 2009) Mekanisme corporate
governance adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengendalikan dan
melakukan pengawasan kegiatan yang ada dalam perusahaan. Tujuan
corporategovernance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak
yang berkepentingan(stakeholders).
Kualitas Laba (Y)
Laba dapat menjadi informasi yang sangat penting jika laba yang
diinformasikan berkualitas. (Dechow et al, 2010) di dalam (Putro, 2015)
mendefinisikan laba yang berkualitas sebagai laba yang setidak-tidaknya
mengandung karakteristik-karakteristik dasar, yakni merefleksikan kinerja operasi
perusahaan saat ini dan menjadi indikator yang baik atas persistensi kinerja
keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
Dividen Tunai (X1)
Menurut Hornngreng et.al, (2000:130) Dividen adalah distribusi
proporsional dari aktiva pemegang saham untuk mememenuhi klaim mereka atas
laba yang diperoleh. Dividen hampir selalu dibagikan dalam bentuk uang tunai.
Menurut Hery (2011:287) Dividen adalah perusahaan yang memiliki tingkat
akumulasi laba bersih yang cukup baik, dari satu priode ke priode berikutnya,
biasanya memiliki potensi untuk dapat membagikan dari laba bersih tersebut
kepada pemilik perusahaan (pemegang saham).
Dewan Komisaris (X2)
Menurut (Mayangsari, 2015) kepemilikan manajerial adalah kepemilikan
saham perusahaan perusahaan yang dimiliki oleh manajemen atau pengelola
perusahaan tersebut. Kepemilikan ini menunjukkan adanya peran ganda seorang
manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham, sebagai
manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham tidak ingin perusahaan dalam
keadaan sulit keuangan bahkan mengalami bangkrutan (Hadi,2014).
Siallagan dan Machfoedz(2006) menyatakan bahwa semakin besar
kepemilikan manajerial maka discretionary accrualsemakin rendah. Hasil
penelitian ini mendukung bukti bahwa kepemilikan manajerial mengurangi
dorongan perilaku opportunistik manajer.
Dewan Komisaris (X3)
Menurut (Wardhani,2006) peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan
lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi
Peran komisaris diharapkan akan meminimalisir permasalah agensi yang timbul
antara dewan direksi dengan pemegang saham.
Komite Audit (X4)
Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,
mengawasi audit eksternal, dan mengawasi sistem pengendalian internal.
Keberadaan komite audit diharapkan dapat mengurangi sifat opportunistic
manajemen yang melakukan manajemen laba dengancara mengawasi laporan
keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal (Siallagandan
Machfoedz, 2006).Kemampuan komite audit dalam mengawasi dan mengatasi
masalah yang muncul sangat diperlukan.
Kepemilikan Institutional (X5)
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi
insentif para manajer yang mementingkan kepentingan diri sendiri melalui tingkat
pengawasan yang intensif (Boediono, 2005) di dalam (Muid, 2009). Kepemilikan
institusional dapat menekan kecenderungan manajemenuntuk memanfaatkan
discretionary dalam laporan keuangan sehingga memberikan kualitas laba yang
dilaporkan.
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti/Tahun
Judul Peneliti Variabel Hasil Penelitian
1 Herdian Duantoro
Putro (2015)
Hubungan
antara
pembagian
dividen kas dan
kualitas laba
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan Non
Keuangan yang
Terdaftar di
BEI Periode
2011-2013)
Status
pembagian
dividen, ukuran
dividen,
kenaikan
ukuran dividen,
persistensi
pembagian
dividen,
kualitas laba,
ADA (Absolute
Value of
Performanced-
Adjusted
Dicretionary
Accruals).
Hasil penelitian
ini menunjukkan
dari keempat
variabel
menggunakan
metode analisis
Anova
berpengaruh
secara signifikan
terhadap kualitas
laba.
2 Dwi Anita Nur
Fitriani (2015)
Pengaruh
Pembayaran
Dividen
Terhadap
Kualitas Laba
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEI Periode
2008-2012)
status
pembayaran
dividen, jumlah
dividen,
kenaikan
jumlah dividen,
persistensi
dividen,
kualitas laba
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa status
pembayaran
dividen, kenaikan
jumlah dividen,
dan persistensi
deviden
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kualitas
laba, walaupun
peneliti tidak
menemukan
bukti bahwa
jumlah dividen
yang lebih besar
adalah indikator
kualitas laba
yang lebih baik.
3 Dul Muid (2009) Pengaruh
Mekanisme
Corporate
Governance
Terhadap
Kualitas Laba
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEJ Periode
2004-2005)
corporate
governance,
kepemilikan
manajerial,
dewan
komisaris,
komite audit,
kepemilikan
institutional,
kualitas laba,
discretionary
accruals
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bukti empiris
bahwa
kepemilikan
manajerial, dan
kepemilikan
institusional
secara positif dan
signifikan
berpengaruh
terhadap kualitas
laba,
sedangkan dewan
komisaris dan
komite audit
tidak
berpengaruh
secara signifikan
4 Elvina dan
Ratnaningsih
(2014)
Pengaruh Status
Pembayaran
Dividen Tunai
Terhadap
Kualitas Laba
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang Terdaftar
Di BEI
Tahun 2011 -
2013)
kualitas laba,
abnormal cash
flow, dividen
tunai
Berdasarkan
hasil penelitian
ini bahwa status
pembayaran
dividen tunai
berpengaruh
positif terhadap
kualitas laba dan
perusahaan yang
melakukan
pembayaran
dividen tunai
memiliki kualitas
laba yang lebih
baik
dibandingkan
perusahaan yang
tidak melakukan
pembayaran
dividen tunai.
5 Hamonangan
Siallagan dan
Mas’ud Machfoedz
(2006)
Mekanisme
Corporate
Governance,
Kualitas Laba
Dan Nilai
Perusahaan
tata kelola
perusahaan,
kualitas laba,
diskresioner
akrual, nilai
perusahaan
nunjukkan bahwa
pertama,
tatakelola
perusahaan
berkualitas
pengaruh laba.
(1) Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif kualitas
laba, (2) Dewan
Komisaris
negatif
mempengaruhi
kualitas laba, (3)
Komite Audit
positif
mempengaruhi
kualitas laba.
Kedua, kualitas
laba positif
mempengaruhi
nilai perusahaan.
Ketiga, tata
kelola
perusahaan nilai
pengaruh
mekanisme
perusahaan.
Akhirnya,
hasilnya
menunjukkan
bahwa kualitas
laba tidak
variabel antara
antara
mekanisme
corporate
governance dan
nilai perusahaan.
6 Herianto (2013) Pengaruh Good
Corporate
Governance
taerhadap
Kualitas Laba
perusahaan
Good Corporate
Governance,
keberadaan
komite
audit,proporsi
komisaris
Temuan
penelitian
menunjukkan
bahwa
keberadaan
komite audit,
manufaktur
yang terdaftar
di bursa efek
indonesia
independen,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial
proporsi
komisaris
independen,
kepemikan
institusional dan
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif terhadap
kualitas laba
perusahaan.
7 Sefiana (2009) Pengaruh
Penerapan
Corporate
Governance
Terhadap
Manajemen
Laba pada
Perusahaan
Perbankan yang
Telah Go
Publik Di BEI
perbankan,
corporate
governance,
manajemen laba
hasil dari
penelitian ini
bahwa variabel
independen
terbukti tidak
berpengaruh
untuk
mengurangi
tindakan
manajemen laba.
Hal ini
dikarenakan
penerapan
corporate
governance
masih terbilang
baru di Indonesia
jadi tujuannya
belum secara
efektif dapat
dirasakan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Pengembagan Hipotesis
Status Pembayaran Dividen Tunai Berpengaruh Terhadap kualitas Laba
Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-
2015
Menurut (Elvina dan Ratnaningsih, 2014) Pengawasan dari pihak kreditur
atau pihak otoritas pasar modal ini akan mengurangi kemungkinan pihak
perusahaan untuk melaporkan laba yang direkayasa sehingga laba yang dihasilkan
akan lebih berkualitas. Dengan demikian, status pembayaran dividen tunai
perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan, dimana perusahaan
yang melakukan pembayaran dividen tunai memiliki kualitas laba yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan pembayaran dividen
tunai.
H1 : Diduga Status Pembayaran Dividen Tunai Berpengaruh
Terhadap Kualitas Laba
Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap Kualitas Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015
Menurut (Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa semakin
besar kepemilikan manajerial maka discretionary accrual semakin rendah. Hasil
penelitian ini mendukung bukti bahwa kepemilikan manajerial mengurangi
dorongan perilaku opportunistic manajer.
H2 : Diduga Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap
Kualitas Laba
Dewan Komisaris Berpengaruh Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015
Menurut (Herianto, 2013) peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui
fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang dilakukan
oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris.
Peran pengawasan oleh dewan komisaris ini diharapkan akan meminimalisir
konflik keagenanyang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham.
H3 : Diduga Dewan Komisaris Berpengaruh Terhadap Kualitas
Laba
Komite Audit Berpengaruh Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015
Menurut (Herianto,2013) Dalam pencapaian Good Corporate Governance
diperlukan komite audityang efektif. Untuk membangun komite audit yang efektif
maka prinsip dan landasan yang harus dipegang oleh komite audit meliputi
independensi, transparansi dan disclousure, akuntabilitas dan tanggung jawab
serta sikap yang adil. Ada beberapa manfaat dari pembentukan komite audit
dalam perusahaan. Pertama, dalam hal penyusunan laporan keuangan perusahaan,
komite audit melaksanakan pengawasan independen atas penyusunan laporan
keuangan dan pelaksanaan audit ekstern. Kedua, komite audit memberikan
pengawasan independen atas proses pengelolaan resiko dan kontrol. Ketiga,
komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan yang
baik penting dalam mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kualitas laba.
H4 : Diduga Komite Audit Berpengaruh Terhadap Kualitas Laba
Kepemilikan Institutional Berpengaruh Terhadap Kualitas Laba Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015
Menurut (Jansendan Meckling, 1976) di dalam Muid, (2009) Kepemilikan
institutional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi
Konflik agensi. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kepemilikan
institutional maka semaki kuat tingkat pengendali yang dilakukan oleh pihak
eksternal terhadap perusahaan sehingga agency cost yang terjadi di dalam
perusahaan semakin berkurang.
Kepemilikan institutional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi
tindakan manajemen melakukan manajemen laba.
H5 : Diduga Kepemilikan Institutional Berpengaruh Terhadap
Kualitas Laba
Status Pembayaran Dividen, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris,
Komite Audit, Kepemilikan Institutional Berpengaruh Terhadap Kualitas
Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2013-2015
Menurut (Elvina dan Ratnaningsih, 2014) Pengawasan dari pihak
kreditur atau pihak otoritas pasar modal ini akan mengurangi kemungkinan pihak
perusahaan untuk melaporkan laba yang direkayasa sehingga laba yang dihasilkan
akan lebih berkualitas. Dengan demikian, status pembayaran dividen tunai
perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan, dimana perusahaan
yang melakukan pembayaran dividen tunai memiliki kualitas laba yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan pembayaran dividen
tunai.
Menurut (Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa
semakin besar kepemilikan manajerial maka discretionary accrual semakin
rendah. Hasil penelitian ini mendukung bukti bahwa kepemilikan manajerial
mengurangi dorongan perilaku opportunistic manajer.
Menurut (Herianto, 2013) peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui
fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang dilakukan
oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris.
Peran pengawasan oleh dewan komisaris ini diharapkan akan meminimalisir
konflik keagenanyang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham.
Menurut (Herianto,2013) Dalam pencapaian Good Corporate Governance
diperlukan komite audityang efektif. Untuk membangun komite audit yang efektif
maka prinsip dan landasan yang harus dipegang oleh komite audit meliputi
independensi, transparansi dan disclousure, akuntabilitas dan tanggung jawab
serta sikap yang adil. Ada beberapa manfaat dari pembentukan komite audit
dalam perusahaan. Pertama, dalam hal penyusunan laporan keuangan perusahaan,
komite audit melaksanakan pengawasan independen atas penyusunan laporan
keuangan dan pelaksanaan audit ekstern. Kedua, komite audit memberikan
pengawasan independen atas proses pengelolaan resiko dan kontrol. Ketiga,
komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan yang
baik penting dalam mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kualitas laba.
Menurut (Jansendan Meckling, 1976) di dalam Muid, (2009)
Kepemilikan institutional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
mengurangi Konflik agensi. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat
kepemilikan institutional maka semaki kuat tingkat pengendali yang dilakukan
oleh pihak eksternal terhadap perusahaan sehingga agency cost yang terjadi di
dalam perusahaan semakin berkurang.
Kepemilikan institutional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi
tindakan manajemen melakukan manajemen laba.
H1 : Diduga Status Pembayaran Dividen Tunai, Kepemilikan
Manajerial, Dewan Komisari, Komite Audit dan
Kepemilikan Institutional Berpengaruh Terhadap Kualitas
Laba
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia, dengan ruang lingkup penelitian yang didasarkan pada
laporan keuangan tahunan selama periode 2013-2015 berturut-turut.
Variabel Dependen
(Darmawan, 2014) Variabel dependen sering disebut sebagai variabel
output, kreteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat.Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah kualitas laba. Menurut (Surifah, 2015) dimana terdapat 4 ukuran untuk
memproksikan kualitas laba, yaitu Persistensi Akrual (accrual persistence),
Estimasi kesalahan dalam proses akrual (estimation error in the accruals process),
ada tidaknya manajemen laba(absence of earnings management), dan
Konservatisme (conservatism).
Dalam penelitian ini, pengukuran kualitas laba akan menggunakan ukuran
yang ketiga, yaitu ada tidaknya manajemen laba (absence of earnings
management). Manajemen laba yang digunakan adalah manajemen laba riil,
karena menurut (Roychowdhury,2006) didalam (Elvina dan Ratnaningsih,2014)
terdapat pergeseran manajemen laba dari manajemen laba akrual ke manajemen
laba riil yang dilakukan manajer. Untuk mengetahui ada tidaknya manajemen laba
riil, akan dilihat dari praktik manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi perusahaan. Alasan pemilihan arus kas sebagai proksi karena pada
akhirnya, ketiga teknik manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil yang
dikembangkan oleh (Roychowdhury,2006) didalam (Elvina dan
Ratnaningsih,2014) akan mempengaruhi arus kas kegiatan operasi perusahaan.
Ada tidaknya praktik manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
akan dideteksi dari arus kas kegiatan operasi abnormal perusahaan. Arus kas
kegiatan operasi abnormal (ABN_CFO) adalah selisih dari nilai arus kas kegiatan
operasi akrual yang diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum pengujian
dikurangi dengan arus kas kegiatan operasi normal yang dihitung dengan
menggunakan koefisien estimasi yang diperoleh dari model persamaan regresi di
bawah ini:
Model regresi untuk arus kas kegiatan operasi normal adalah sebagai berikut:
CFO𝑡
A𝑡−1= 𝛼0 +𝛼1 (
1
𝐴𝑡−1) +𝛼2 (
𝑆𝑡
𝐴𝑡−1) +(
∆𝑆𝑡
𝐴𝑡−1) +𝜀
Keterangan :
CFO : Arus kas kegiatan operasi ditahun t
At-1 : Total asset ditahun t-1
St : Penjualan ditahun t
ΔSt : Perubahan penjualan bersih ditahun t
a1, a2, a3 : Koefisien regresi persamaan CFOt/At-1
𝜀 = Error
Variabel Independen
Dividen Tunai
Dalam penelitian ini, status pembayaran dividen tunai menggunakan
variabel dummy. Status pembayaran dividen tunai akan bernilai 1 jika perusahaan
melakukan pembayaran dividen pada tahun t, dan akan bernilai 0 jika perusahaan
tidak melakukan pembayaran dividen pada tahun t.
Kepemilikan Manajerial
Dalam penelitian ini, kepemilikan manajerial diukur dengan menghitung
persentase jumlah saham manajerial dibandingkan dengan jumlah saham yang
beredar.
Dewan Komisaris
Dalam penelitian ini, dewan komisaris diukur dengan menghitung total
jumlah komisaris pada sebuah perusahaan.
Komite Audit
Dalam penelitian ini, komite audit diukur dengan menghitung total jumlah
komite audit pada sebuah perusahaan.
Kepemilikan Institutional
Dalam penelitian ini, kepemilikan manajerial diukur dengan menghitung
persentase jumlah saham institutional dibandingkan dengan jumlah saham yang
bereda.
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi
Menurut (Sugiyono: 2013) populasi adalah wilayah generalasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualits dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang telah tercatat dan menerbitkan laporan tahunan
(annual report) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015 secara berturut-
turut
Sampel
Menurut (Sugiyono: 2013) Sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakterisyik yang dimiliki oleh populasi tersebut. pemilihan Sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan
sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu untuk memperoleh sampel yang
representative terhadap populasi. Berikut Kriteria pemilihan sampel:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)berturut-turut selama periode 2013-2015.
2. Perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
melaporkan laporan keuangan selama periode 2013-2015.
3. Perusahaan yang memiliki laba positif selama priode 2013-2015.
4. Perusahaa yang menggunakan mata uang selain rupiah selama periode
penelitian 2013-2015.
5. Perusahaan yang menyajikan variabel kepemilikan manajerial, dewan
komisaris, komite audit dan kepemilikan institutional secara
lengkapselama periode 2013-2015.
Jumlah Populasi dalam penelitian ini diketahui ada 141 perusahaan. Setelah
dipilih dan diseleksi dengan kriteria-kriteria diatas. Jadi, Peusahaan Manufaktur
yang memenuhi kriteria sampel ada 60 sampel.
BAB IV
PEMBAHASAN
Deskripsi Unit Analisis
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi atau sekunder menurut Darmawan (2014) yaitu data yang memuat
informasi mengenai suatu obyek atau kejadian masa lalu yang dikumpulkan,
dicatat, dan disimpan dalam arsip serta data lainnya yang menunjang.. Data
diperoleh dari www.idx.co.id.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
Ghozali, (2013) Statistik Deskriptif digunakan untuk memberi gambaran secara
statistik atas variabel-variabel indenpenden dan dependen dalam penelitian ini.
Variabel Indenpenden dalam penelitian ini adalah Status pembayaran dividen
tunai, Kepemelikan Manajerial, Dewan komisaris, Komite audit, Kepemilikan
Institutional. Informasi yang terdapat dalam statistik deskriptif berupa nilai rata-
rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum, dan standart deviasi. Berikut adalah
hasil uji statistik deskriptif menggunakan SPSS 22 :
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KM 60 .0000 .2562 .062695 .0797639
DK 60 2.0000 12.0000 4.200000 2.3419534
KA 60 2.0000 5.0000 3.116667 .5237306
KI 60 .2248 .9609 .654214 .2109488
KL 60 -.0052 .1423 .066081 .0281659
Valid N (listwise) 60
Sumber : Data yang telah diolah, 2017
Berdasarkan dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa :
1. Variabel Kepemilikan Manajerial memiliki nilai minimum sebesar 0.0000
sedangkan nilai maksimum sebesar 0.2562 dan memiliki nilai rata-rata sebesar
0.062695 serta memiliki nilai standar deviasi sebesar 0.0797639.
2. Variabel Dewan Komisaris memiliki nilai minimum sebesar 2.0000
sedangkan nilai maksimum sebesar 12.0000dan memiliki nilai rata-rata sebesar
4.200000 serta memiliki nilai standar deviasi sebesar 2.3419534.
3. Variabel Komite Audit memiliki nilai minimum sebesar 2.0000 sedangkan
nilai maksimum sebesar 5.0000 dan memiliki nilai rata-rata sebesar 3.116667
serta memiliki nilai standar deviasi sebesar 0.5237306.
4. Variabel Kepemilikan Institutional memiliki nilai minimum sebesar
0.2248sedangkan nilai maksimum sebesar 0.9609 dan memiliki nilai rata-rata
sebesar 0.654214 serta memiliki nilai standar deviasi sebesar 0.2109488.
5. Variabel Kualitas Laba memiliki nilai minimum sebesar -0.0052
sedangkan nilai maksimum sebesar 0.1423 dan memiliki nilai rata-rata sebesar
0.066081 serta memiliki nilai standar deviasi sebesar 0.0281659.
SPDT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 18 30.0 30.0 30.0
ada 42 70.0 70.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
Sumber : Data yang telah diolah, 2017
Variabel Status pembayaran dividen tunai diukur dengan menggunakan
variabel dummy. Nilai 1 menunjukkan terdapat pembayaran dividen tunai
sedangkan nilai 0 menunjukkan tidak terdapat pembayaran dividen
tunai.Berdasarkan tabel 4.3 terdapat 18 sampel yang tidak membayarkan dividen
tunai dan 42 sampel yang membayarkan dividen tunai.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013 : 160) Uji Normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Cara untuk megetahui data terdistribusi secara normal atau tidak yaitu
dengan menggunakan distribusi pada grafik P-P plot.Selain itu, uji normalitas juga
dapat diuji dengan statistik non-parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S) dengan
menggunakan taraf signifikansi 5%.Jika, signifikansi (dapat dilihat pada Asymp.
Sig. (2-tiled) pada output SPSS) dari nilai Kolmogorov Smirnov > 5%, data yang
digunakan berdistribusi normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .02183221
Most Extreme Differences Absolute .068
Positive .060
Negative -.068
Test Statistic .068
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Data yang telah diolah, 2017
Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat
dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance
<0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013).
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
B Tolerance VIF
1 (Constant) -.039
SPDT .019 .960 1.041
KM .280 .491 2.037
DK .003 .489 2.043
KA .000 .541 1.848
KI .094 .519 1.928
a. Dependent Variable: KL
Hasil Uji Multikolinearitas menunjukkan nilai tolerance > 0.10 dan nilai
VIF < 10 untuk semua variabel penelitian yaitu status pembayaran dividen tunai,
kepemilikan manajerial, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan
institutional.Maks pada model regresi yang terbentuk tidak terjadi gejala
multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Ghozali, (2013) Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada priode t dengan
kesalahan pengganngu pada priode t-1 (sebelumnya) jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya .untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi dengan melakukan uji Durbin-Watson dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Uji Durbin – Watson (DW test)
Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat
satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen.
Hipotesis yang akan di uji adalah :
H0 : Tidak ada autokorelasi ( r = 0 )
HA : ada autokorelasi ( r ≠ 0 )
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi
positif
Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi
positif
No desicison dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No desicison 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi
positif atau negatif
Tidak ditolak du < d < 4 – du
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .632a .399 .344 .0228206 1.994
Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai DW test adalah 1.994.
besarnya du adalah 1.7671 dan 4 – du = 2.2329 dapat diketahui bahwa nilai
du < d < 4 – du yaitu 1.7671 <1.994 < 2.2329 yang artinya H0 diterima (tidak ada
autokorelasi positif dan negatif).
Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2013 : 139) Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas
atau tidak terjadi Heteroskedatisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan grafik scatterplot dan
uji spearmen rho Jika Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari tingkat signifikan
penelitian 5% maka model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
Hasil Grafik Scatterplot
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan menggunakan Uji Spearmen rho
Correlations
SPDT KM DK KA KI
Unstandar
dized
Residual
Spearman's rho SPDT Correlation
Coefficient 1.000 -.233 .247 .131 -.111 -.059
Sig. (2-tailed) . .073 .057 .319 .397 .655
N 60 60 60 60 60 60
KM Correlation
Coefficient -.233 1.000 -.444** -.158 -.431** -.161
Sig. (2-tailed) .073 . .000 .228 .001 .219
N 60 60 60 60 60 60
DK Correlation
Coefficient .247 -.444** 1.000 .542** -.121 .109
Sig. (2-tailed) .057 .000 . .000 .356 .406
N 60 60 60 60 60 60
KA Correlation
Coefficient .131 -.158 .542** 1.000 -.151 .006
Sig. (2-tailed) .319 .228 .000 . .250 .965
N 60 60 60 60 60 60
KI Correlation
Coefficient -.111 -.431** -.121 -.151 1.000 .021
Sig. (2-tailed) .397 .001 .356 .250 . .876
N 60 60 60 60 60 60
Unsta
ndardi
zed
Resid
ual
Correlation
Coefficient -.059 -.161 .109 .006 .021 1.000
Sig. (2-tailed) .655 .219 .406 .965 .876 .
N 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas, jika dilihat dari grafik scatterplot
terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa pada
model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Analisis grafik scatterplot ini
memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan
mempengaruhi hasil ploting.Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit
menginterprestasikan hasil grafik scatterplot.Oleh karena itu dilakukan uji statistik
untuk menjamin keakuratan hasil yaitu dengan uji Spearmen rho.
Hasil Uji Spearmen rho dapat diketahui bahwa tidak ada satupun variabel
indpenden yang signifikan secara statistik mempengaruhi dependen.Hal ini
terlihat dari nilai probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5%. (0.05).
Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.039 .028 -1.395 .169
SPDT .019 .007 .312 2.903 .005
KM .280 .053 .793 5.269 .000
DK .003 .002 .226 1.496 .140
KA .0002 .008 .006 .039 .969
KI .094 .020 .707 4.829 .000
a. Dependent Variable: KL
Didapat persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
Dari persamaan model regresi linier tersebut, dapat diinterprestasikan sebagai
berikut:
Konstanta (a)
Nilai konstanta (a) sebesar -0.039 nilai (a) yang negatif menunjukkan
bahwa jika nilai variabel sama dengan nol (0) Status pembayaran dividen tunai,
Kepemilikan Manajerial, Dewan komisaris, Komite Audit, dan Kepemilikan
institutional maka nilai Variabel Kualitas laba sebesar -0.039 satuan dengan
asumsi variabel lainnya konstan.
Koefisien b1 untuk Status Pembayaran Dividen Tunai
Besarnya nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0.019 nilai b1 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara variabel kualitas
laba dengan variabel status pembayaran dividen tunai yang artinya jika nilai status
pembayaran dividen tunai naik sebesar 1 (satuan) maka nilai kualitas laba akan
naik sebesar 0.019 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Koefisien b2 untuk Kepemilikan Manajerial
Besarnya nilai koefisien regresi (b2) sebesar 0.280 nilai b2 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara variabel kualitas
laba dengan variabel kepemilikan manajerial yang artinya jika nilai kepemilikan
manajerialnaik sebesar 1 (satuan) maka nilai kualitas laba akan naik sebesar 0.280
satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Koefisien b3 untuk Dewan Komisaris
Besarnya nilai koefisien regresi (b3) sebesar 0.003 nilai b3 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara variabel kualitas
laba dengan variabel dewan komisaris yang artinya jika nilai dewan komisaris
naik sebesar 1 (satuan) maka nilai kualitas laba akan naik sebesar 0.003 satuan
dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Koefisien b4 untuk Komite Audit
Besarnya nilai koefisien regresi (b4) sebesar 0.0003 nilai b4 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara variabel kualitas
laba dengan variabel komite audit yang artinya jika nilai komite audit naik sebesar
1 (satuan) maka nilai kualitas laba akan naik sebesar .0003 satuan dengan asumsi
variabel lainnya konstan.
Koefisien b5 untuk Kepemilikan Institutional
Besarnya nilai koefisien regresi (b5) sebesar 0.094 nilai b5 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara variabel kualitas
laba dengan variabel kepemilikan institutional yang artinya jika nilai kepemilikan
institutional naik sebesar 1 (satuan) maka nilai kualitas laba akan naik sebesar
0.094 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Hasil Uji Hipotesis
Uji Signifikan Simultan (Uji statistik F )
Menurut Ghozali (2013: 98) Uji-F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh
secara simultan (bersama-sama) variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .019 5 .004 7.175 .000b
Residual .028 54 .001
Total .047 59
a. Dependent Variable: KL
b. Predictors: (Constant), KI, DK, SPDT, KA, KM
Sumber : data diolah (2017)
Berdasarkan tabel 4.9 Hasil Uji f atau Uji ANOVA didapat F hitung sebesar
7.175 dengan probabilitas 0.000 dapat diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F
tabel, yaitu 7.175 > 2.39 (df = (60-6) : (6-1)), dengan nilai sig lebih kecil dari nilai
probabilitas yaitu 0.000 < 0.05. Maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi kualitas laba atau dapat dikatakan bahwa Status pembayaran dividen
tunai, Kepemilikan Manajerial, Dewan komisaris, Komite Audit, dan
Kepemilikan institutionalsecara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas laba.
Uji signifikan Parsial Indvidual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2013 : 98) Uji t ini dilakukan untuk menguji koefisien refgrensi
secara individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial
masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan atau tidak
terhadap variabel dependen.
Tabel 4.10
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.039 .028 -1.395 .169
SPDT .019 .007 .312 2.903 .005
KM .280 .053 .793 5.269 .000
DK .003 .002 .226 1.496 .140
KA .000 .008 .006 .039 .969
KI .094 .020 .707 4.829 .000
a. Dependent Variable: KL
Sumber : data yang telah diolah, 2017
1. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Status pembayaran dividen tunai
thitung sebesar 2.903 > 2.00488 (ttabel a = 0.05 df = ( 60-6 ) = 54) dan nilai sig
sebesar 0.005 < 0.05 berarti variabelStatus pembayaran dividen tunai
berpengaruh terhadap Kualitas laba. Oleh karena itu H1diterima dan Ha ditolak.
2. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan manajerialthitung
sebesar 5.269 > 2.00488 (ttabel a = 0.05 df = ( 60-6 ) = 54) dan nilai sig sebesar
0.000 < 0.05 berarti variabel Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
Kualitas laba. Oleh karena itu H2 diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian muid (2009) yang menyatakan bahwa Kepemilikan
manajerial yang diukur denga peroksi jumlah kepemilikan manajerial dibagi
saham yang beredar dikalikan 100% memiliki pengaruh terhadap kualitas laba,
yang artinya bahwa semakin besar kepemilikan dalam perusahaan maka
manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya sehingga
laba yang dihasilkan berkualitas. Hasil ini juga membuktikan bahwa kepemilikan
manajerial mampu menjadi mekanisme good corporate governace.
3. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Dewan komisaris thitung sebesar
1.496 < 2.00488 (ttabel a = 0.05 df = ( 60-6 ) = 54) dan nilai sig sebesar 0.140 >
0.05 berarti variabel Dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap Kualitas laba.
Oleh karena itu H3 ditolak dan Ha diterima.
4. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Komite audit thitung sebesar 0.039
< 2.00488 (ttabel a = 0.05 df = ( 60-6 ) = 54) dan nilai sig sebesar 0.969 > 0.05
berarti variabel Komite audit tidak berpengaruh terhadap Kualitas laba. Oleh
karena itu H4 ditolak dan Ha diterima.
5. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan institutionalthitung
sebesar 4.829 > 2.00488 (ttabel a = 0.05 df = ( 60-6 ) = 54) dan nilai sig sebesar
0.000 < 0.05 berarti variabel Kepemilikan institutional berpengaruh terhadap
Kualitas laba. Oleh karena itu H5 diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian muid (2009) yang menyatakan bahwa Kepemilikan
Institutional yang diukur denga peroksi jumlah kepemilikan institutional dibagi
saham yang beredar dikalikan 100% memiliki pengaruh terhadap kualitas laba
Artinya bahwa semakin besar kepemilikan dalam perusahaan maka manajemen
akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya sehingga laba yang
dihasilkan berkualitas.Investor institusional lebih mementingkan kinerja
perusahaan jangka panjang sehingga kepemilikan saham oleh institusi dapat
menjadi kendala bagi perilaku opportunistik manajer.
Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabel-variabel independen.
Tabel 4.11
Nilai Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .632a .399 .344 .0228206 1.994
a. Predictors: (Constant), KI, DK, SPDT, KA, KM
b. Dependent Variable: KL
Sumber : data diolah (2017)
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa nilai dari Adjusted R Square sebesar
0.344 yang berarti sebesar 34,4%. Variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variasi dari variabel indenpenden. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
sebesar 34,4%. Kualitas laba yang diproksikan dengan manajemen laba nilai Arus
kas kegiatan operasi abnormal (ABN_CFO) oleh variabel Status pembayaran
dividen tunai, Kepemilikan manajerial, Dewan komisaris, Komite audit, dan
Kepemilikan intitutional 65.6% (100% - 34,4%) dipengaruhi oleh variabel lain
selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkansebagai berikut :
1. Status pembayaran dividen tunai berpengaruh terhadap Kualitas laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2015.
2. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Kualitas laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2015.
3. Dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap Kualitas laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2015.
4. Komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015.
5. Kepemilikan institutional berpengaruh terhadap kualitas laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-
2015.
6. Status pembayaran dividen tunai, Kepemilikan manajerial, Dewan
komisaris, Komite audit dan kepemilikan institutional secara simultan
berpengaruh terhadap Kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015.
Saran
Saran yang berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian
masih terbatas diharapkan penelitian selanjutnya lebih banyak lagi dalam
pemilihan sampel misalnya dengan memperluas sampel perusahaan dan
periode penelitian.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu memberikan referensi rumus
Kualitas laba yang lebih konsisten dan relevan dalam menilai ada atau
tidaknya praktek manajemen laba.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel penelitian
seperti ukuran perusahaan dan nilai perusahaan sehingga dapat mengetahui
ada atau tidaknya praktek manajemen laba untuk meningkatkan kualitas
laba.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Glovita Brelian. 2010. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institutional, Leverage, Growth Terhadap Kualitas Laba
Perusahaan”. jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret:
Surakarta. No.19.
Alijoyo, Antonius. dan Subroto Zaini. 2004. Komisaris Independen. Gramedia:
Jakarta.
Darmawan, Deni. 2014. MetodePenelitianKuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda karya.
Elvina dan Dewi Ratnaningsih. 2014. “Pengaruh Status Pembayaran Dividen
Tunai Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun
2011-2013”. Universitas Atma Jaya Yogyakarta: Yogyakarta.
Farinha, J., & Moreira, J. A. (2007). “Dividends and earnings quality: the missing
link?”.http://www.fep.up.pt/investigacao/cempre/actividades/sem_fin/sem
_fin_01_05/PAPERS_PDF/paper_sem_fin_10jan08.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS
21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Hadi, Selfi Anggraini. 2014. “Mekanisme Corporate Governance dan Kinerja
Keuangan pada Perusahaan Mengalami Financial Distress”. Semarang:
Universitas Diponogoro, vol.3 No.5, P 1-17.
Hery, 2011. Akuntansi. Yogyakarta: Gava Media.
Hery, 2013. Akuntansi dan Auditing. Yogyakarta: Gava Media.
Herianto, 2013. “Pengaruh Good Corporate Governace Terhadap Kualitas Laba
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Universitas Hasanudin: Makassar.
Horngren, Charles.T dan Gary L.Sundem. 2000. Pengantar Akuntansi Keuangan.
Jakarta: Erlangga.
Komite Nasional Corporate Governance, 2002. Pedoman Pembentukan Komite
Governance Indonesia, www.governance-indonesia.com.
Mayangsari, Lillananda Putri. 2015. “Pengaruh Good Corporate Governance dan
Kinerja Keuangan Terhadap Financial Distress”. Jurnal Umum dan Riset
Akuntansi, Vol.04, No.04, P.1-18.
Muid, Dul. 2009. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas
Laba. Semarang: Universitas Diponogoro. Vol.4, No.2, P 94-108.
Neolaka, Amos. 2014. Metode Penelitian dan Statistik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Putro, Herdian Duantoro. 2015. “Hubungan Antara Dividen Kas dan Kualitas
Laba. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponogoro:
Semarang.
Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Cetakan
pertama. Yogyakarta: penerbit Gava Media.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui, 2007. Accounting Theory. Jakarta: Salemba.
Seliana, 2015. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Maritim Raja Ali Haji: Tanjungpinang.
Sefiana, Eka. 2009.“Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang telah Go Publik di
BEI”. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura. Universitas
Gunadharma: Jawa Barat. 12 (3), 211-222
Siallangan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. “Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan”. Proceeding
Simposium Nasional Akuntansi IX.
Sirait, Febriela dan Sylvia Veronica Siregar. 2012, “Hubungan Pembagian
Dividen Dengan Kualitas Laba pada Perushaan”, Jakarta: Universitas
Indonesia.
Sugiyono. 2013. MetodePenelitianKuantitatifKualitatif Dan R&D. Yogyakarta:
Alfabeta.
Surifah. 2010, “Kualitas Laba dan Pengukurannya, Yogyakarta”, Jurnal
Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Universitas Cokroaminoto. Vol. 8 No.
2.
Sutedi, Andrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.
Ujiyantho, Muh.Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Makasar:
Simposium Nasional Akuntansi X.
Wardhani, Ratna. 2006. “Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan
yang Mengalami Permasalahan Keuangan”. Simposium Nasional
Akuntansi IX.
www.idx.co.id