PENGARUH KONSEP DIRI DAN KONFORMITAS TERHADAP
PEMBELIAN IMPULSIF PADA PNS KEMENTERIAN ESDM
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Maulida Hanifa
NIM: 11140700000137
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
MOTTO
Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini harus ada izin Allah, dan Allah
tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesulitan.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, saya persembahkan karya skripsi ku
untuk Ibu, Ayah, dan Adik-adikku
vii
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juni, 2019
C) Maulida Hanifa
D) Pengaruh Konsep Diri dan Konformitas Terhadap Pembelian Impulsif pada
PNS Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
E) XIII+70 Halaman + 3 Lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh konsep
diri dan konformitas terhadap pembelian impulsif pada PNS Kementerian
ESDM. Subjek dari penelitian ini adalah 219 pegawai Kementerian ESDM
yang diambil dengan teknik nonprobability smapling yaitu accidental
sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk menguji
validitas alat ukur dan analisis simple linear regression digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel
konsep diri dan konformitas terhadap pembelian impulsif pada PNS
Kementerian ESDM. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa hanya
konsep diri dimensi eksternal dan konfromitas yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap pembelian impulsif. Sementara itu, hasil penelitian juga
menunjukan proporsi varians dari pembelian impulsif yang dijelaskan oleh
seluruh variabel independen adalah 6,6% sedangkan 93,4% sisanya
dipenagruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Untuk penelitian ini
selanjutnya disarankan untuk meneliti pengaruh kontrol diri terhadap
pembelian impulsif dikarenakan kontrol diri seseorang bisa jadi berbeda
beda pada setiap perilaku.
G) Buku bacaan : 40; buku 3 + jurnal 34 + 3 artikel
viii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) June, 2019
C) Maulida Hanifa
D) The Effects of Self Concept and Conformity on Impulsive Buying Behavior
on Civil Servants of the ESDM Ministry
E) XIII+ 70 + appendix
This study was conducted to determine the significance of the effect of self-
concept and conformity on impulsive buying on PNS Ministry ESDM. The
subjects of this study were 219 Ministry of ESDM employees who were
taken by nonprobability sampling technique, namely accidental sampling.
CFA (Confirmatory Factor Analysis) is used to test the validity of
measuring instruments and simple linear regression analysis used to test the
research hypothesis
The results showed that there was a significant effect of self-concept
variables and conformity on impulsive buying on PNS Ministry ESDM. The
results of the minor hypothesis test showed that only eESDMternal
dimensions of self-concept and configuration had a significant influence on
impulsive buying. Meanwhile, the results of the study also show the
proportion of variance from impulsive buying eESDMplained by all the
independent variables is 6.6% while the remaining 93.4% are influenced by
other variables outside of this study. For future research is suggested to
investigate the effect of self-control on impulsive buying because one's self
control may be different for each behavior.
F) Refferences : 40 ; book : 3 + journal :34 + article: 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan
kasih sayang yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH KONSEP DIRI DAN
KONFORMITAS TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF PADA PNS
KEMENTERIAN ESDM”. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada
junjungan kita, Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam
bentuk bantuan pikiran, tenaga dan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karenanya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kesempatan penulis selama ini
untuk mengembangkan kemampuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
2. Bapak Miftahuddin, M.Si., dan Ibu Dr. Risatanti Kolopaking, M.Si., selaku
Dosen Pembimbing atas segala bimbingan, waktu dan tenaga yang
diberikan selama penulis menjalani perkuliahan. Terima kasih segala
dukungan, masukan, kritik, dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi., P.Si., Dosen pembimbing akademik kelas F
2014, terima kasih atas bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.
4. Para staf pegawai akademik, umum, keuangan, perpustakaan Fakultas
Psikologi dan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memudahkan penulis dalam proses administrasi.
5. Ayah dan Ibu yang sudah selalu memberi do’a dan semangat kepada penulis
dalam membuat skripsi ini. Tidak pernah lelah mengingatkan untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Teman-teman psikologi kelas F 2014, terima kasih untuk segala canda,
tawa, tangis, dan curhatan sehingga kita bisa mengerti satu sama lain dan
mendukung dalam penulisan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat saya Dwitasari, Irene, dan Devi, terima kasih selalu
mendukung dan mendoakan penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
8. Sahabat saya Asyifa Dewi, terima kasih telah memberikan doa dan
menemani saya dalam penulisan skripsi ini.
9. Hanina Maulidha, Afrizal Fauzan, dan Salma Zahwa terima kasih telah
mendukung saya untuk selalu semangat ke kampus untuk mengerjakan
skripsi di perpustakaan.
10. Imez Halimah dan Reka Faradilla teman yang sedang sama sama berjuang
dan sama sama bisa menyelesaikan di bulan yang sama walaupun beda
fakultas, terima kasih sudah menguatkan memberikan afirmasi positif
dalam pengerjaan skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk
segala do’a dan dukungan yang telah diberikan untuk membantu saya
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna bagi
penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yag membacanya.
Jakarta, 18 Juni 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB 1: PENDAHULUAN .................................................................................. 1-10
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................... 7-9
1.2.1 Pembatasan Masalah .............................................................................. 7
1.2.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 9-10
1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................. 10
BAB 2: KAJIAN TEORI .................................................................................... 11-29
2.1 Pembelian Impulsif ......................................................................................... 11
2.1.1 Definisi Pembelian Impulsif .................................................................. 11
2.1.2 Aspek-aspek Pembelian Impulsif .......................................................... 13
2.1.3 Faktor Pembelian Impulsif .................................................................... 14
2.1.4 Pengukuran Pembelian Impulsif............................................................ 15
2.2 Konsep Diri .................................................................................................... 16
2.2.1 Definisi Konsep Diri ............................................................................. 16
2.2.2 Dimensi Konsep Diri ............................................................................. 17
2.2.3 Pengukuran Konsep Diri ....................................................................... 21
2.3 Konformitas ................................................................................................... 22
2.4.1 Definisi Konformitas ............................................................................. 22
2.4.2 Dimensi Konformitas ............................................................................ 24
2.4.3 Pengukuran Konformitas ....................................................................... 25
2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 26
2.5 Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 29
BAB 3: METODE PENELITIAN ..................................................................... 30-48
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 30
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................................ 31
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................ 33
3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................................... 37
3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 45
BAB 4: HASIL PENELITIAN ........................................................................... 49-57
4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ........................................................ 49
4.2 Analisis Deskriptif .......................................................................................... 50
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ............................................................ 51
4.4. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ........................................................................ 52
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian .................................................... 53
4.4.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing IV .................................... 56
BAB 5: KESIMPULAN,DISKUSI DAN SARAN ........................................... 58-64
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 58
5.2 Diskusi ............................................................................................................ 59
5.3 Saran ............................................................................................................... 62
5.3.1 Saran Teoritis ....................................................................................... 63
5.3.2 Saran Praktis ......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 66
LAMPIRAN............................................................................................................ 72
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Skala Likert ..................................................................................... 35
Tabel 3.2 Blue Print Pembelian Impulsif ................................................................ 36
Tabel 3.3 Blueprint Konsep Diri .............................................................................. 37
Tabel 3.4 Blueprint Konformitas ........................................................................... 37
Tabel 3.5 Muatan Faktor Pembelian Impulsif ......................................................... 38
Tabel 3.6 Muatan Faktor Konsep Diri Dimensi Internal ......................................... 40
Tabel 3.7 Muatan Faktor Konsep Diri Dimensi Eksternal ..................................... 41
Tabel 3.8 Muatan Faktor Konformitas .................................................................... 42
Tabel 4.1 Gambaran Responden Penelitian ............................................................ 50
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ................................................... 51
Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Variabel Penelitian ................................................. 52
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .................................................... 52
Tabel 4.5 R Square .................................................................................................. 53
Tabel 4.6 Signifikansi Uji Regresi ........................................................................... 54
Tabel 4.7 Koefisien Regresi IV terhadap DV .......................................................... 54
Tabel 4.8 Proporsi Varians ..................................................................................... 57
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan, yang tersusun sesuai dengan tolak
ukurnya, dari yang bersifat pokok atau primer, seperti sandang, pangan, papan, hingga
kebutuhan lainnya yaitu sekunder dan tersier, yang pemenuhannya bersifat menunjang
kebutuhan primer Ahman (2007, dalam Octaviani & Kartasasmitra, 2017). Berbagai
macam kebutuhan yang ada, dapat dipenuhi dengan proses membeli produk atau jasa
yang diinginkan. Namun, kemajuan teknologi dalam bidang media massa ditambah
dengan menjamurnya mall-mall membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang
secara tidak sadar mempengaruhi cara pandang individu, yang kemudian berdampak
terhadap perilaku membeli seseorang (Ustadiyanto & Ariani ,2001).
Perilaku membeli awalnya difungsikan untuk memenuhi kebutuhan baik yang
bersifat primer maupun sekunder. Seiring dengan bertambahnya jumlah dan variasi
produk, kini semakin mengubah proses konsumsi menjadi gaya hidup. Proses pembelian
sering dilakukan secara spontan atau tiba-tiba, pembelian tersebut merupakan gejala
pembelian impulsif. Pola perilaku konsumen Indonesia dengan keunikannya yang
beragam adalah karena tingginya tingkat heterogenitas, antara lain karena perbedaan suku
dan regionalisme (Putra et.al 2017). Pembelian impulsif memiliki karakteristik tertentu
yang mendorong mereka dalam melakukan pembelian impulsif (Mendenhall, 2015).
2
Fenomena ini dapat disaksikan pada kehidupan sehari-hari orang dewasa yang tinggal di
kota yang memiliki kebutuhan untuk mencapai tingkat sosial tertentu.
Konsumen di Indonesia memiliki ciri khas, salah satunya cenderung melakukan
impulsif saat berbelanja. Secara psikologis, individu yang bisa melakukan pembelian
impulsif berarti individu yang kurang memerhatikan menejemen pembelian dan
pengelolaan keuangan (Putra et.al, 2017).
Menurut Verplanken & Herabadi (2001) pembelian impulsif adalah keinginan untuk
membeli suatu produk secara tiba-tiba, keinginan untuk membeli tanpa perencanaan
sebelumnya, keinginan untuk membeli hanya berdasarkan emosi. Keputusan pembelian
dibuat dengan cepat dan keputusan pembelian tidak mempertimbangkan keseluruhan
informasi dan alternatif. Menurut Rook (1987), pembelian impulsif mencakup tiga fitur
utama, yaitu pembelian yang tidak direncanakan, sulit untuk dikendalikan, dan disertai
dengan respons emosional, Ciri-ciri ini sangat mudah didapati pada masyarakat
Indonesia.
Pembelian impulsif dapat menyebabkan berbagai dampak apabila dilakukan terus
menerus. Beberapa dampaknya adalah terbentuknya pola hidup boros hingga
menimbulkan masalah finansial. Rook (1987, dalam Hoyer & Macinnis, 2013)
menjelaskan bahwa 56% konsumen mengaku bahwa para konsumen mengalami masalah
finansial sebagai dampak dari pembelian impulsif. Hal tersebut terjadi karena individu
membeli atau berbelanja melebihi daya beli yang telah disiapkan, dan individu rela
menggunakan tabunganya untuk memenuhi keinginan membelinya tersebut.
3
Survei yang dilakukan oleh State (dalam Scott, 2018) menunjukkan bahwa 62%
konsumen melakukan kegiatan membeli atau berbelanja sebagai upaya untuk
memperbaiki suasana hati, dan 82% konsumen memiliki perasaan positif mengenai
kegiatan berbelanja itu. Jadi dapat terlihat bahwa pembelian impulsif mungkin terjadi
pada individu yang sedang stress. Bupati Aceh Barat Baya saat di wawancarai oleh
reporter Tribunnews mengatakan, PNS setempat sudah melakukan pengambilan kredit
diluar batas kemampuan berdasarkan gajinya, kondisi ini berdampak serius terhadap
penurunan etos kerja, beliau menambahkan bahwa pegawai sekarang ini menjadi korban
gaya hidup mewah , contohnya membelu mobil baru dan bangunan rumah besar dengan
memanfaatkan fasilitas kredit yang diluar batas kemampuan.
Pembelian impulsif dapat terjadi karena adanya sarana yang mendukung. Sebagai
contoh, kemajuan teknologi menghadirkan pasar online atau e-commerce membuat
pembelian impulsif jadi mudah dilakukan. Berbelanja online sangat terkenal dikalangan
mahasiswi hingga pegawai bahkan anak-anak. Dengan kemudahan ini individu
cenderung membeli barang lebih sering daripada biasanya. Katadata (2019) Riset
Shopback (salah satu e-commerce) Indonesia Menurut Head of Business Developement
Shopback Indonesia, dari riset terungkap rata-rata nilai belanja online konsumen
mencapai Rp 1,22 juta. Angka tersebut meningkat 74% dibandingkan dengan 2018.
Selain itu, maraknya penawaran pembuatan kartu kredit dari berbagai bank juga
mudah ditemukan. Tidak memerlukan syarat yang sulit, individu bisa dengan mudah
membuat kartu kredit. Kartu kredit bisa sebagai awal hancurnya pengelolaan keuangan
individu apabila ia tidak bisa mengkontrol dan mengukur kemampuanya. Masalahnya
4
bunga di kartu kredit akan semakin meningkat apabila seseorang terlambat
membayarnya. Dahulu penggunaan kartu kredit digunakan untuk keadaan darurat, tetapi
sekarang sudah berubah tujuan penggunaanya yaitu untuk memenuhi gaya hidup mewah.
Peneliti melihat masih sedikit sekali penelitian tentang pembelian impulsif yang
menggunakan responden Pegawai Negeri Sipil, karena itu peneliti menggunakan Pegawai
Negeri Sipil dari salah satu Kementerian sebagai responden dalam penelitian ini.
IDNTimes (2018) memberikan data bahwa Kementerian ESDM termasuk 6 Kementerian
dengan gaji ( termasuk tunjangan dan gaji pokok) tertinggi dari Kementerian lain di
Indonesia. Dengan jumlah gaji yang tinggi individu berpeluang untuk melakukan
pembelian impulsif, termasuk Pegwai Negeri Sipili Kementerian ESDM. Dengan itu
penulis memilih Kementerian ESDM untuk menjadi responden pada penelitian ini.
Pembelian impulsif bisa terjadi karena ada pengaruh dari beberapa faktor, seperti
faktor internl, eksternl, dan demografis. Beberapa penelitian dilakukan untuk melihat
faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif. Menurut Taushif & Gupta (2013), faktor
yang bisa mempengaruhi pembelian impulsif yaitu, faktor internal, faktor eksternal ,jenis
kelamin, variabel psikologis konsumen dan faktor situasional. Menurut Hoch &
Loewenstein (1991), faktor internal yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah nilai
dan normatif sebuah perilaku. Apabila konsumen memandang pembelian impulsif adalah
sebuah hal yang positif, hubungan impulsif dan perilaku akan kuat, tetapi apabila
pembelian impulsif dinilai sebagai perilaku yang tidak tepat, maka korelasi antara
impulsif dan perilaku akan lemah.
5
Faktor yang juga mempengaruhi pembelian impulsif adalah konsep diri. Fitts (1971),
menyebutkan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya sendiri dalam
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar dan kemudian akan mempengaruhi
tingkah laku individu yang bersangkutan. Salah satu hubungan konsep diri dengan
pembelian impulsif adalah orang-orang dapat memperoleh rasa percaya diri mereka dari
sebagian barang dan jasa yang mereka konsumsi melalui simbol-simbol yang berada
dalam produk itu (Verplanken & Sato, 2011).
Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan adanya peran konsep diri terhadap
pembelian impulsif. Hasil penelitian Nisa (2015) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang negatif antara konsep diri dengan pembelian impulsif pada mahasiswi UIN Maliki
Malang. Kacen & Lee (2002) melakukan penelitian dengan tema yang sama dan hasilnya
menunjukkan bahwa konsep diri mempengaruhi pembelian impulsif seseorang. Konsep
diri dapat memberikan control dana rah perilaku individu (Mowen & Minor, 2000).
Konsep diri dapat dikatakan paling relevan dengan pembelian impulsif, karena pembelian
impulsif salah satu cara individu memandang dirinya dalam pembelian barang-barang
tersebut. Setiap individu memiliki perbedaan pandangan terhadap kepercayaan diri dan
konsep diri yang berbeda-beda sehingga memungkinkan adanya pandangan yang berbeda
terhadap pembelian impulsif juga (Swastha & Handoko, 1987).
Selain konsep diri, konformitas juga dapat memengaruhi pembelian impulsif.
Konformitas dihasilkan dari pengaruh anggota masyarakat terhadap individu dalam
masyarakat tersebut. Konformitas sangat memungkinkan terjadi dalam berbagai lingkup
termasuk lingkup Pegwai Negeri Sipil pada Kementerian ESDM. Menurut Mehrabian &
6
Stefl (1995) konformitas didefinisikan sebagai kemauan untuk mengidentifikasi orang
lain dan meniru mereka, menghindarkan diri dari konflik , dan mengikuti gagasan, nilai,
dan perilaku orang lain. Burknant dan Consineau (1975, dalam Lascu & Zinkhan, 1999)
mendefinisikan konformitas sebagai kecendrungan berpendapat untuk menetapkan
norma kelompok, harapan kelompok tentang bagaimana anggota kelompok harus
berperilaku, dan kecendrungan individu untuk mematuhi norma kelompok.
Setiap individu berhasrat untuk diterima dan disukai dalam sebuah situasi (Wu &
Huan , 2010). Dan individu memiliki cara berbeda-beda agar diterima dan disukai oleh
sekitar, termasuk melakukan pembelian impulsif. Beberapa penelitian sebelumnya
menunjukkan ada pengaruh konformitas terhadap pembelian impulsif. Penelitian
Nurmayasari (2014) menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan konformitas terhadap
pembelian impulsif. Penelitian Wu & Huan (2010) menunjukkan bahwa ada pengaruh
signifikan konformitas terhadap pembelian impulsif. Penelitian Silvera, Lavack, & Kropp
(2008) juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara konformitas terhadap
kelompok teman sebaya dengan pembelian impulsif. Selain faktor-faktor di atas,
pembelian impulsif juga dapat dipengaruhi oleh demografis seperti usia,jenis kelamin,
status pernikahan dan jumlah pendapatan.
Mai et.al (2003) menemukan hasil penelitian bahwa usia berbanding terbalik dengan
pembelian impulsif, bahwa semakin bertambah usia dan makmurnya konsumen lebih
memungkinkan terhubung dalam pembelian impulsif. Penelitian tentang pengaruh usia
terhadap pembelian impulsif juga dilakukan oleh Herabadi & Verplanken (2001) yang
memiliki hasil bahwa usia memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembelian impulsif.
7
Selain usia, jenis kelamin juga dapat memengaruhi pembelian impulsif. telah
ditemukan penelitian bahwa pria dan wanita memproses informasi secara berbeda (Peter
& Olson, 1999). Memproses informasi yang berhubungan dengan menilai dan membeli
barang untuk alasan yang berbeda ( Dittmar et.al 1995). Dengan ini jenis kelamin
dianggao sangat berkontribusi pada terjadinya pembelian impulsif (Brroughs, 1996).
Penelitian sebelumnya dilakukan Kollat & Willett (1967) membuktikan bahwa kaum
wanita memiliki daya tahan yang lebih rendah dalam menahan keinginan membeli
dibanding pria. Penelitian yang sejenis juga dilakukan ESDMu (2007) yang menujukkan
bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap pembelian impulsif. Mai et al.(2003)
mendapatkan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dan pembelian impulsif, pria lebih impulsif daripada wanita dalam keputusan
pembelian mereka. .Coley & Burgess (2003) menujukkan bahwa perempuan lebih suka
membeli apapun yang disukai dibanding laki-laki. Dengan adanya berbagai macam hasil
penelitian tentang jenis kelamin dan pembelian impulsif maka peneliti menggunakan
variabel jenis kelamin dalam penelitian ini.
Variabel selanjutnya adalah status pernikahan. Perbedaan kebutuhan pada
individu yang belum dan sudah menikah akan mempengaruhi perilaku pembelian
impulsif mereka. Dalam variabel status pernikahan telah dilakukan penelitian terdahulu
oleh Henrrietta (2014) yang menunjukkan bahwa pembelian impulsif lebih tinggi
dilakukan oleh individu yang belum menikah.
Selain itu ada variabel pendapatan yang memengaruhi pembelian impulsif.
Individu yang memiliki penghasilan tinggi lebih bebas dan santai untuk melakukan
8
pembelian impulsif (Ghani & Jan, 2011). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Mai, dkk
(2003) bahwa jumlah pendapatan yang lebih tinggi terbukti lebih impulsif dibanding
yang memiliki jumlah pendapatan yang rendah.
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul:
“Pengaruh Konsep Diri dan Konformitas Terhadap Pembelian Impulsif PNS
Kementerian ESDM”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif, antara lain faktor
internal, faktor eksternal, faktor situasional dan faktor demografi. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan faktor internal yaitu konsep diri dan faktor eksternal yaitu
konformitas dan faktor demografi. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan,
variabel-variabel ini akan dibatasi sebagai berikut:
1. Pembelian impulsif yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi dengan pembelian
tanpa perencanaan sebelumnya, keinginan membeli secara tiba-tiba, dan pembelian
dilakukan dengan irasional Herabadi & Verplanken (2001). Ada dua komponen yang
ada dalam pembelian impulsif yaitu kognitif dan afektif.
2. Konsep Diri yang digunakan peneliti adalah pengertian konsep diri oleh Fitts (1971),
bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya sendiri dalam
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar dan kemudian akan
mempengaruhi tingkah laku individu yang bersangkutan.
9
3. Konformitas yang digunakan peneliti adalah yang dikemukakan oleh Mehrabian
(1995) yang mendefinisikan konformitas sebagai kemauan untuk mengidentifikasi
orang lain dan meniru perilaku orang lain.
4. Subjek yang menjadi sampel pada penelitian ini dibatasi pada PNS Kementerian
ESDM.
1.2.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah konsep diri (dimensi internal dan eksternal), konformitas, dan faktor
demografis (usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan jumlah pendapatan) secara
bersama-sama mempengaruhi pembelian impulsif?
2. Manakah diantara variabel konsep diri ( dimensi internal dan eksternal), konformitas,
dan faktor demografis (usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan jumlah
pendapatan) yang paling besar pengaruhnya terhadap pembelian impulsif?
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua hal, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus:
1. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari konsep diri dan
konformitas terhadap pembelian impulsif.
2. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel
independen yang diajukan konsep diri (dimensi internal dan dimensi eksternal) dan
konformitas terhadap pembelian impulsif.
10
1.3.2 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, antara lain manfaat teoritis dan praktis.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya
bidang psikologi industri dan organisasi dan psikologi konsumen. Selain itu, dapat
menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan pembelian impulsif
.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan landasan atau
acuan untuk mengatasi pembelian impulsif atau membantu penanganan apabila sudah
terjadi pembelian impulsif. Serta diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
membuka wawasan dan memberikan efek positif sehingga dapat mengurangi dan
mengantisipasi perilaku yang dapat menimbulkan pembelian impulsif.
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan pada penelitian yaitu, teori tentang
pembelian impulsif, konsep diri, konformitas, karakteristik konsep diri dan
konformitas, kerangka berfikir, dan hipotesis.
2.1 Pembelian impulsif
2.1.1 Pengertian pembelian impulsif
Menurut Weinberg & Gottwald (1962) pembelian impulsif adalah
keinginan yang bersifat spontan dan datang secara tiba-tiba, yang menggabungkan
faktor kognitif dan afektif. Menurut Wood (1998) pembelian impulsif adalah
pembelian yang tidak direncanakan, tidak difikirkan dan disertai dengan emosi
yang kuat. Mowen & Minor (1998) mendefiniskan pembelian impuls sebagai reaksi
tak terkendali untuk mendapatkan dan memiliki sesuatu. Menurut Herabadi &
Verplanken (2001) pembelian impulsif adalah keinginan untuk membeli suatu
produk secara tiba-tiba, keinginan untuk membeli tanpa perencanaan sebelumnya,
keinginan untuk membeli tidak rasional dan keputusan pembelian dibuat dengan
cepat serta tidak mempertimbangkan pembelian secara keseluruhan informasi dan
alternatif.
Menurut Rook & Gardner (1993) pembelian impulsif didefinisikan sebagai
perilaku pembelian yang tidak terencana, yang dicirikan dengan keinginan yang
mendadak, sangat kuat, teguh, mendesak untuk segera membeli, dan spontan ketika
menemukan suatu produk, dan disertai dengan perasaan senang atau bersemangat .
Menurut Gasiorowska (2011) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai
12
pembelian yang tidak reflektif, sebenarnya tidak diharapkan, terjadi secara spontan,
diiringi dengan munculnya keinginan yang mendadak untuk membeli produk-
produk tertentu, dan dimanifestasikan dalam sebuah reaksi terhadap suatu stimulus
dari produk. Gasiorowska (2011) menambahkan bahwa dalam hal ini, konsumen
kurang mengenali kebutuhan diri sendiri, kurang mengevaluasi dampak dari
pembelian, konsekuensi terhadap munculnya kepuasaan yang datang secara tiba-
tiba sebelum datangnya kekecewaan atau penyesalan, dan aktivitas emosi yang
tinggi. Menurut Youn (2000) Pembelian impulsif terkait erat dengan respons yang
berasal dari rangsangan eksternal atau lingkungan serta rangsangan internal.
Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pembelian impulsif
menggunakan definisi dari Herabadi dan Verplanken (2001) yang mendefinisikan
pembelian impulsif sebagai keinginan untuk membeli suatu produk secara tiba-
tiba, keinginan untuk membeli tanpa perencanaan sebelumnya, keinginan untuk
membeli hanya berdasarkan emosi dan keputusan pembelian dibuat dengan cepat
dan keputusan pembelian tidak mempertimbangkan keseluruhan informasi dan
alternatif.
2.1.2 Aspek-Aspek Pembelian impulsif
Menurut Herabadi & Verplanken (2001) pembelian impulsif terdiri dari dua aspek
yaitu:
a. Aspek kognitif yaitu kekurangan pada unsur pertimbangan dan unsur
perencanaan dalam pembelian yang dilakukan.
b. Aspek afektif yaitu aspek afektif meliputi dorongan emosional yang secara
serentak meliputi perasaan senang dan gembira setelah membeli tanpa
13
perencanaan setelah itu secara tiba-tiba muncul perasaan atau hasrat untuk
melakukan pembelian berdasarkan keinginan hati, yang sifatnya berkali-
kali atau kompulsif, tidak terkontrol, kepuasan, kecewa, dan penyesalan
karena telah membelanjakan uang hanya untuk memenuhi keinginannya.
Menurut Rook (1987) membagi pembelian impulsif menjadi beberapa aspek, yaitu:
a. Spontanitas, dilakukan secara tiba-tiba
b. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas. Kekuatan dalam dorongan pembelian,
dan tingkat intensitas dalam melakukan pembelian.
c. Kegairahan dan stimulasi, ketertarikan dalam proses membeli dan
pendorong pembelian
d. Ketidakpedulian akan akibat, pembelian dilakukan tanpa berfikir dampak
dari pembelian tersebut.
Setelah dipaparkan uraian diatas maka peneliti memilih aspek dari Herabadi &
Verplanken (2001) karena aspek ini merupakan aspek yang paling baru dan sejalan
dengan definisi yang digunakan peneliti.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif
Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi pembelian impulsif,
diantaranya:
1. Faktor Internal
Konsep diri
Pembelian impulsif dapat dilakukan sebagai salah satu cara mengekspersikan
diri seseorang. Seseorang akan melakukan pembelian impulsif apabila ia
menganggap itu pantas dilakukan (Dittmar & Dury, 2000).
14
2. Faktor Eksternal
Konformitas.
Konformitas merupakan faktor internal yang berasal dari lingkungan sosial
yang dapat memunculkan pembelian impulsif (Aronson, 1992).
3. Faktor Situasional
a. Ketersediaan waktu dan uang
b. Karakteristik produk
Beberapa karakteristik produk yang dapat mempengaruhi pembelian impulsif
adalah produk memiliki harga yang murah, adanya sedikit kebutuhan akan
produk tersebut, ukuranya kecil dan ringan dan mudah disimpan.
4. Faktor demografi
a. Usia.
Adanya perbedaan usia pada responden pada penelitian ini membuat
peneliti menggunakan usia sebagai faktor yang mempengaruhi pembelian
impulsif.
b. Jenis kelamin. Beberapa penelitian meneliti peran gender dalam perilaku
pembelian impulsif. Secara umum dapat diamati bahwa wanita lebih
condong ke arah belanja dan wanita cenderung impulsif dibandingkan
dengan pria (Luniya & Verghese, 2015).
c. Status pernikahan. Berbagai penelitian telah melakukan penelitian antara
pembelian impulsif dan status pernikahan.
d. Jumlah pendapatan. Pembelian impulsif sebagian besar dipengaruhi oleh
pendapatan. Peneliti menemukan bahwa konsumen dengan pendapatan
15
lebih tinggi biasanya memiliki kebiasaan untuk belanja lebih banyak
(Luniya & Verghese, 2015).
2.1.4 Alat Ukur pembelian impulsif
Alat ukur pembelian impulsif telah disusun oleh beberapa ahli, antara lain:
1. The Impulse Buying Tendency Scale (Herabadi & Verplanken , 2001)
memiliki 20 butir item yang terdiri dari dua komponen, komponen kognitif
dan afeketif. Skala ini terdiri dari 5 pilihan jawaban berbentuk skala likert
2. Impulsiveness Scale (Rook & Fisher, 1995) skala ini terdiri dari 9 item. 5
item menghitung contemplative dan 4 item menghitung impulsif. skala ini
memiliki 7 pilihan jawaban dari 0 ( paling kontemplatif ) hingga 7 ( paling
impulsif).
3. The Unplanned Buying Scale (Macik 2005) terdiri dari 10 item terdiri dari
satu konstrak dan berfokus pada kurangnya perencanaan dan spontanitas
pembelian.
Dari beberapa skala yang dicantumkan diatas, penulis memilih untuk menggunakan
alat ukur The Impulse Buying Tendency Scale dari Herabadi dan Verplanken
(2001). Alasan penulisan menggunakan alat ukur ini adalah karena dimensi-
dimensi IBT (cognitive dan affective) sesuai dengan hal yang akan diukur.
2.2 Konsep Diri
2.2.1 Pengertian Konsep Diri
Pengertian umum dari konsep diri dalam psikologi adalah konsep pusat (central
construct) untuk dapat memahami manusia dan tingkah lakunya serta merupakan
suatu hal yang dipelajari manusia melalui interaksinya dengan dirinya sendiri,
16
orang lain, dan lingkungan nyata di sekitarnya. Menurut Fitts (1971) bahwa konsep
diri adalah cara individu memandang dirinya sendiri dalam berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungan sekitar dan kemudian akan mempengaruhi tingkah laku
individu yang bersangkutan. Baumeister (dalam Suminar & Meiyutari, 2015)
mendefinisikan konsep diri sebagai keyakinan individu mengenai dirinya, meliputi
atribut diri, apa dan siapa diri tersebut.
Mead (dalam Burns, 1993) mengatakan bahwa konsep diri adalah hasil
hubungan antara proses aktifitas sosial seperti pengalaman dan hubungan dengan
individu lain dalam proses tersebut. Grubb & Grathwohl (1967) menspesifikasikan
konsep diri sebagai sebuah nilai bagi individu, sehingga perilaku yang ditunjukkan
bertujuan untuk melindungi dan meningkatkan konsep diri individu tersebut. Burns
(1993) menyatakan konsep diri adalah pandangan keseluruhan yang dimiliki
individu tentang dirinya sendiri dan terdiri dari kepercayaan, evaluasi, dan
kecenderungan berperilaku. George Herbert Mead (dalam Kissner, 1979)
mengemukakan bahwa konsep diri merupakan produk sosial yang dibentuk melalui
proses internalisasi dan organisasi pengalamn-pengalaman psikologis.
Pengalaman-pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu
terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya yang diterima dari orang-
orang penting disekitarnya.
Hurlock (dalam Killing, 2015) membagi konsep diri menjadi dua bagian
yaitu konsep diri sebenarnya/ rill dan konsep diri ideal. Konsep diri riil ialah konsep
seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin,
ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan apa
17
yang kiranya reaksi orang lain terhadapnya. Konsep diri ideal ialah gambaran
seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakan. Cooley (dalam
Killing, 2015) menyebutkan bahwa masyarakat sebagai faktor penting dalam
pembentukan konsep diri seseorang.
Dari beberapa pengertian konsep diri yang dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa penulis menggunakan pengertian yang dikemukakan oleh Fitts (1971)
konsep diri adalah cara individu memandang dirinya sendiri dalam berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan sekitar dan kemudian akan mempengaruhi
tingkah laku individu yang bersangkutan .
2.2.2 Dimensi Konsep Diri
Fitts (1971) memaparkan bahwa konsep diri terdiri dari dua dimensi , diantaranya
yaitu sebagai berikut:
1. Dimensi internal
a. Diri identitas
Diri identitas merupakan dimensi yang paling mendasar pada konsep diri dan
mengacu pada pertanyaan, “siapakah saya”. Dalam pertanyaan tersebut tercakup
label-label dan symbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang
bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya.
b. Diri perilaku
Merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya yang berisikan segala
kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri” selain itu, bagian ini berkaitan
dengan diri identitas.
c. Diri penilaian
18
Diri penilaian berfungsi sebagai pengamat, penentu, standar, dan evaluator.
Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri identitas dan diri
perilaku.
2. Dimensi Eksternal
a. Diri fisik
Menyangkut persepsi seseorang terhadap dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat
persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya, dan keadan
tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).
b. Diri moral-etik
Merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan
nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan
dengan Tuhan. Kepuasan seseorang akan kehidupan keagamannya dan nilai-nilai
moral yang dipegangnya yang meliputi batasan baik dan buruk.
c. Diri personal
Merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini
tidak dipegaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi
dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh
mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.
d. Diri keluarga
Diri keluarga menunjukan perasan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya
sebagai anggota keluarga.
e. Diri sosial
19
Merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun
lingkungan di sekitarnya.
Menurut Calhoun & Acocella dalam (Killing, 2015) Konsep diri memiliki tiga
dimensi :
a. Dimensi pengetahuan
Dimensi ini adalah tentang apa yang seseorang ketahui mengenai dirinya sendiri
seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan dan lainnya. Faktor-faktor
tersebut menempatkan individu kepada suatu kelompok sosial seperti kelompok
umur, suku bangsa dan jenis kelamin. .Akhirnya individu tersebut
mengidentifikasikan dengan kelompok sosial tersebut yang menambah daftar
julukan kita, seperti kelompok menengah atas, kelompok wanita karir dan lainnya.
Julukan-julukan ini berganti setiap hari dan setiap individu tersebut menerima
julukan baru, ada informasi baru yang diterima yang individu tersebut masukan ke
dalam potret diri mentalnya.
b. Dimensi Harapan
Calhoun dan Acocella (1990) mengemukakan bahwa pada saat individu memiliki
satu set pandangan tentang siapa kita, kita juga mempunyai satu set pandangan lain
yaitu tentang kemungkinan kita menjadi apa dimasa mendatang. Artinya individu
tersebut memiliki pengharapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan ini merupakan
diri-ideal. Diri ideal ini berbeda setiap individu. Apapun harapan setiap individu,
semuanya membangkitkan kekuatan yang mendorong menuju masa depan dan
memandu kegiatan individu dalam perjalanan hidupnya.
c. Dimensi Penilaian
20
Setiap individu berkedudukan sebagai penilaian tentangnya diri sendiri setiap hari,
mengukur apakah kita bertentangan dengan a) saya-dapat-menjadi-apa, yaitu
pengharapan individu bagi dirinya sendiri; b) saya-seharusnya-menjadi-apa. Hasil
pengukuran tersebut disebut rasa harga diri. Rogers menilai bahwa semakin besar
ketidaksesuaian antara gambaran kita mengenai siapa kita dan gambaran tentang
seharusnya kita menjadi apa atau dapat menjadi apa, akan semakin rendah rasa
harga diri kita.
Setelah dipaparkan uraian diatas maka penulis memilih untuk menggunakan
dimensi konsep diri menurut Fitts (1971) karena dimensi-dimensi dari Fitts
memiliki kemampuan untuk mengukur penelitian ini.
2.2.3 Alat Ukur Konsep Diri
Alat ukur konsep diri telah disusun oleh beberapa ahli, antara lain:
1. Lipsitt (1958), Tipe pengukuran pada skala ini adalah skala penelitian yang
memakai kata-kata sifat. Instrumen dari Lipsitt ini berisi 22 kata sifat yang
menjelaskan sifat-sifat pribadi yang diawali dengan kata “Saya adalah”.
Kategori-kategori penilaian diberi skor satu sampai lima, masing-masing bagi
‘tidak sama sekali’, ‘tidak begitu sering’, ‘kadang-kadang’, ‘seringkali’, dan
‘selalu’.
2. Tennessee Self-Concept Scale: TSCS adalah alat ukur yang dikembangkan oleh
Fitts tahun 1971. Alat ukur ini dapat di administrasikan pada individu maupun
kelompok yang berusia remaja- dewasa akhir. Skala Konsep diri adalah alat
ukur yang dikembangkan oleh Fitts menggunakan dua dimensi dan terdiri dari
3 komponen pada dimensi internal (identity self, behavioral self, judging self)
21
dan 5 komponen pada dimensi eksternal (physical self, moral-ethical self,
personal self, family self, social self). Terdiri dari 40 item dan berbentuk skala
likert.
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur konsep diri berdasarkan modifikasi
skala Tennese Self-Concept Scale (TSCS). Skala TSCS dapat digunakan untuk
penelitian yang menggunakan responden yang berusia dewasa awal hingga dewasa
akhir, ini sepadan dengan responden yang akan peneliti gunakan dalam penelitian
ini.
2.3 Konformitas
2.3.1 Pengertian Konformitas
Brehm dan Kassin (dalam Suminar & Meiyuntari, 2015) mendefinisikan
konformitas sebagai kecenderungan individu untuk mengubah persepsi, opini dan
perilaku mereka sehingga sesuai atau konsisten dengan norma-norma kelompok.
Allen (1965) mendefinisikan konformitas sebagai salah satu pengaruh sosial karena
pengaruh dari anggota kelompok lain terhadap pandangan individu. Consineau &
Burknant (1975) mendefinisikan konformitas sebagai kecendrungan opini untuk
membentuk kecendrungan dalam norma kelompok. Santrock (dalam Suparno,
2013) menyatakan bahwa konformitas adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana
seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok. Turner
(dalam Bocchiaro & Zamperini, 2012) mendefiniskan konformitas sebagai norma
sosial dan cara berpikir ,perasaan dan tindakan yang ditekankan dan diharapkan
oleh anggota komunitas tertentu atau kelompok sosial karena dianggap hal yang
22
benar. Norma adalah standar acuan untuk menilai apa yang benar dan tepat untuk
dilakukan dalam situasi tertentu.
Konformitas muncul ketika individu mengikuti perilaku atau sikap orang
lain, dikarenakan oleh tekanan orang lain, baik yang nyata maupun yang
dibayangkan. Menurut Mehrabian & Stefl (1995) Konformitas didefinisikan
sebagai kemauan untuk mengidentifikasi orang lain dan meniru mereka, mengikuti
orang lain untuk menghindarkan konflik, dan mengikuti gagasan, nilai, dan perilaku
orang lain. Dalam penelitiannya, Sanaria (2006), menyatakan bahwa kelompok
biasanya terdiri dari beberapa individu dan setiap kelompok memiliki karakteristik
dan identitas sendiri yang berbeda dengan identitas masing- masing anggota
kelompok. Maka, individu yang menjadi bagian dari kelompok tersebut harus
memperlihatkan perilaku, nilai, sikap dan pola lainnya yang sama dan bisa
diidentifikasi sebagai faktor pembeda dari kelompok lainnya. Hal inilah yang
disebut dengan konformitas.
Menurut William (dalam Hotpascaman, 2008) menyebutkan bahwa konformitas
merupakan salah satu faktor kelompok sosial yang mempengaruhi seseorang dalam
melakukan perilaku membeli. Baron dan Byrne (dalam Harwanto & Haryani,2015)
menyatakan bahwa seseorang konform terhadap kelompoknya jika perilaku
individu didasarkan pada harapan kelompok atau masyarakat. Dasar- dasar yang
menyebabkannya adalah:
1. Pengaruh sosial normatif, Pengaruh sosial didasarkan pada keingingan individu
untuk disukai atau diterima oleh orang lain dan agar terhindar dari penolakan.
23
2. Pengaruh sosial informasional, Pengaruh sosial yang didasar- kan pada Menurut
Baron dan Byrne (dalam Haryani & Herwanto, 2015) konformitas adalah
penyesuaian perilaku untuk menganut norma kelompok acuan, menerima ide
atau aturan- aturan kelompok yang mengatur cara berperilaku.
Setelah dipaparkan berbagai definisi dari konformitas, dalam penelitian ini
penulis menggunakan definisi konformitas menurut Mehrabian & Stefl (1995)
melibatkan keinginan untuk mengidentifikasi karakteristik orang lain dan meniru
mereka, mengikuti orang lain untuk menghindari konflik, dan umumnya menjadi
pengikut daripada pemimpin dalam hal gagasan, nilai, dan perilaku.
2.3.2 Dimensi Konformitas
Myers (2010) terdapat dua dasar pembentuk konformitas, yaitu pengaruh normatif
dan pengaruh informasional.
1. Pengaruh normatif pada konformitas memiliki arti penyesuaian diri dengan
keinginan atau harapan orang lain untuk mendapatkan penerimaan dari anggota
kelompoknya. Pengaruh normatif mendorong terjadinya penyesuaian sebagai
akibat pemenuhan pengharapan kelompok untuk mendapat persetujuan atau
penerimaan, agar disukai dan agar terhindar dari penolakan.
2. Pengaruh informasional sebagai tekanan yang terbentuk oleh adanya keinginan
dari individu untuk memiliki pemikiran yang sama dan beranggapan bahwa
informasi dari kelompok lebih kaya daripada informasi yang dimilikinya,
sehingga individu cenderung untuk konform dalam menyamakan pendapat dan
sugesti. Pengaruh informasional mendorong individu untuk melakukan
24
penyesuaian akibat dari penerimaan pendapat kelompok, yang menjadi bukti
dalam mendapatkan pandangan akurat sehingga mengurangi ketidakpastian.
Menurut (Mehrabian & Stefl, 1995) konformitas mememiliki tiga aspek , yaitu:
a) Kemauan untuk mengidentifikasi orang lain dan meniru mereka.
b) Bergabung untuk menghindarkan konflik dari orang lain.
c) Menjadi pengikut kelompok.
Setelah dipaparkan berbagai macam aspek yang terdapat dalam konformitas, dalam
penelitian ini peneliti akan menggunakan aspek-aspek konformitas menurut
Mehrabian (1995).
2.3.4 Alat Ukur Konformitas
Alat ukur konformitas telah disusun oleh beberapa ahli, antara lain:
1. Skala Konformitas dapat diukur melalui skala konformitas yang disusun
berdasarkan dasar pembentuk konformitas yang dikemukakan oleh Myers
(2010) yaitu pengaruh normatif dan pengaruh informasional. Skala konformitas
ini terdiri dari 19 butir item dengan 5 aspek. Skala dalam penelitian ini
menggunakan skala interval dan disajikan dalam bentuk pernyataan- pernyataan
favorable (F) dan unfavorable (UF).
Item-item dalam skala penelitian in menggunakan pernyataan dengan 4 pilihan
jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak
Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable (mendukung) dan
unfavorable (tidak mendukung). Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4.
25
dimana bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: SS = 4, S = 3, TS = 2,
dan STS = 1, begitu juga sebaliknya.
2. The Conformity Scale merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh (Mehrabian
& Stefl, 1995). Alat ukur ini terdiri dari 11 item dengan pilihan jawaban dari sangat
tidak setuju sampai sangat setuju.
3. Peer Conformity Inventory (PCI) yang dirancang oleh Berndt (1979) . PCI terdiri
dari kesesuaian positif, konfidensi netral, dan kesesuaian antisosial.
4. Ratio Scale Measurement of Conformity yang dirancang oleh Bernard dan William
(1986).
Dalam penelitian ini peneliti mengukur konformitas berdasarkan adaptasi dari alat
ukur The Conformity Scale milik Mehrabian & Stefl (1995). Alasan menggunakan
alat ukur ini karena sesuai dengan teori yang digunakan.
2.4 Kerangka Berpikir
Kehidupan yang terjadi di era modern seperti ini menimbulkan banyak perubahan
pola pikir dan perilaku. Salah satu perilaku yang terbentuk adalah pembelian
impulsif. pembelian impulsif adalah melakukan pembelian yang berlebihan tanpa
ada perencanaan sebelumnya. Menurut Rook dan Fisher (1995)Pembelian impulsif
dapat terjadi saat individu percaya bahwa perilaku ini termasuk sesuai dengan
keadaan. Kepercayaan ini dapat timbul melalui pola pikir yang sudah berubah.
Banyak dampak yang akan terjadi apabila pembelian impulsif dilakukan seperti,
individu sulit menentukan prioritas dalam pembelian tidak bisa membedakan mana
keinginan mana kebutuhan, pembelian produk yang berlebihan juga dapat
menambah limbah lingkungan, hingga memicu perbuatan korupsi.
26
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pembelian impulsif adalah salah
satu cara individu mengekspresikan dirinya ( Dittmar & Dury, 2000). Selain
konformitas juga berpengaruh dalam pembelian impulsif. Individu cenderung patuh
pada kelompoknya untuk diterima dan mengindari konflik dari anggota lain, dan
juga secara sukarela menerima sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai kelompok
sehingga individu dapat mengubah pemikiran mereka agar sama dengan kelompok
(Mowen &Minor, 1998). Hipotesis peneliti pada penelitian ini adalah bahwa
pembelian impulsif dipengaruhi oleh konsep diri dan konformitas.
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya sendiri dalam berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan sekitar dan kemudian akan mempengaruhi
tingkah laku individu yang bersangkutan. Terjadinya pembelian impulsif dihasilkan
dari cara pandang individu itu sendiri. Konsep diri memiliki dua dimensi yaitu
dimensi internal dan eksternal. Konsep diri dimensi internal terdiri dari diri
identitas, diri perilaku, dan diri penilaian. Individu yang memiliki pandangan
bahwa dirinya adalah seseorang yang harus dipandang dan melakukan pembelian
impulsif untuk memenuhi keinginanaya agar dipandang, dan menilai bahwa
perilaku ini sah sah saja jika dilakukan maka akan cenderung melakukan pembelian
impulsif yang tinggi.
Konsep diri dimensi eksternal teridiri dari 5 aspek yaitu, diri fisik, diri
moral-etik, diri personal, diri keluarga, dan diri sosial. Dimensi ini dilihat dari
eksternal atau dari luar individu. Persepsi dari fisik, moral-etik, personal, keluarga
dan sosial yang tinggi akan membuat individu cenderung lebih percaya diri.
Individu yang percaya diri mampu untuk menahan perilaku impulsif karena
27
individu sudah tidak membutuhkan barang yang bisa menunjang kepercayaan
dirinya. Variabel selanjutnya adalah konformitas. Konformitas adalah keinginan
individu untuk meniru sebuah kelompok agar menghindari dari konflik, dan dapat
diakui oleh anggota kelompok tersebut (Mehrabian & Stefl, 1995). Individu dapat
meniru berbagai perilaku, termasuk pembelian impulsif. Apabila individu tidak bisa
memilih perilaku mana yang baik ditiru atau tidak maka ia berpotensi untuk
melakukan pembelian impulsif. Berdasarkan landasan teori dan konsep dasar
penelitian diatas, dibuat sebuah kerangka berfikir yang berasal dari berbagai teori
dan hasil penelitian yang berkaitan dengan konsep diri, konformitas, dan faktor
demografis terhadap pembelian impulsif.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka berpikir
Konsep diri
Konformitas
Usia
Jenis kelamin
Status pernikahan
Pembelian
Impulsif
Jumlah pendapatan
Internal
Eksternal
28
2.5 Hipotesis Penelitian
Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan diuji
adalah hipotesis nol (nihil), lalu dipaparkan juga hipotesis alternatif sebagai
informasi tambahan, sebagai berikut:
Hipotesis nol (H0 ) :
Tidak ada pengaruh yang signfikan konsep diri dan konformitas terhadap
pembelian impulsif
Hipotesis alternatif ( Ha) :
H1 : Ada pengaruh signifikan dimensi internal konsep diri terhadap pembelian
impulsif.
H2 : Ada pengaruh signifikan dimensi eksternal konsep diri terhadap pembelian
impulsif.
H3 : Ada pengaruh signifikan konformitas terhadap pembelian impulsif.
H4 : Ada pengaruh signifikan usia terhadap pembelian impulsif.
H5 : Ada pengaruh signifikan jenis kelamin terhadap pembelian impulsif..
H6 : Ada pengaruh signifikan status pernikahan terhadap pembelian impulsif.
H7 : Ada pengaruh signifikan jumlah pendapatan terhadap pembelian impulsif
29
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini terdapat pembahasan mengenai populasi, sampel serta teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional,
instrument pengumpulan data, uji validitas konstruk, teknik analisis data dan
prosedur penelitian.
3.1 Populasi, Sampel penelitian , dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini, yaitu pegawai bekerja di Kementrian ESDM yang
memiliki rentang umur 20-60 tahun. Sampel berasal dari berbagai divisi. Jumlah
populasi tidak dapat diketahui dengan pasti. Sedangkan sampel dalam penelitian ini
berjumlah 219 orang yang sesuai dengan karakteristik populasi. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
nonprobability sampling dan metode yang digunakan adalah accidental sampling.
Metode ini dipilih karena hanya orang-orang yang kebetulan ditemui penulis dan
memenuhi kriteria saja yang dipilih menjadi sampel penelitian.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pembelian impulsif. Sedangkan
variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsep diri, konformitas, dan faktor
demografis. Adapun definisi opersional yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
31
1. Pembelian Impulsif
Verplanken & Herabadi (2001) Pembelian impulsif adalah keinginan untuk
membeli suatu produk secara tiba-tiba, keinginan untuk membeli tanpa
perencanaan sebelumnya, keinginan untuk membeli hanya berdasarkan emosi dan
keputusan pembelian dibuat dengan cepat dan keputusan pembelian tidak
mempertimbangkan keseluruhan informasi dan alternatif. pembelian impulsif
terdiri dari dua aspek yaitu: Aspek kognitif dan aspek afektif.
Aspek kognitif adalah kekurangan pada unsur pertimbangan dan unsur
perencanaan dalam pembelian yang dilakukan. Aspek afektif yaitu meliputi
dorongan emosional yang secara serentak meliputi perasaan senang dan gembira
setelah membeli tanpa perencanaan setelah itu secara tiba-tiba muncul perasaan
atau hasrat untuk melakukan pembelian berdasarkan keinginan hati, yang sifatnya
berkali-kali atau kompulsif, tidak terkontrol, kepuasan, kecewa, dan penyesalan
karena telah membelanjakan uang hanya untuk memenuhi keinginannya.
2. Konsep diri
Fitts (1971) Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya sendiri dalam
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar dan kemudian akan
mempengaruhi tingkah laku individu yang bersangkutan. Konsep diri mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku seseorang. Konsep diri diukur
menggunakan alat ukur dari konsep diri yang dibuat oleh Fitts (1965) dan
dimodifikasi oleh peneliti yang mengukur dua dimensi , yaitu: internal dan
eksternal.
32
Dimensi internal:
a. Diri identitas
Mengamati dan menilai serta menggambarkan dirinya.
b. Diri perilaku
Persepsi terhadap tingkah laku atas cara bertindak individu.
c. Diri penilai
Mengamati dan mengevaluasi apa yang ada di lingkungan sekitarnya.
Dimensi Eksternal:
a. Diri fisik
Menerima keadaan fisik atau penampilan dirinya
b. Diri moral-etik
Membatasi tingkah lakunya agar sesuai dengan nilai moral dan etika.
c. Diri personal
Merasa puas terhadap dirinya karena sudah sesuai dengan standar kelompoknya.
d. Diri keluarga
Mengetahui peran dan fungsi yang dijalankan sebagai anggota keluarga.
e. Diri sosial
Membuka diri, menerima dan meyakini standar yang berlaku pada kelompoknya.
3. Konformitas
Menurut Herabadi & Verplanken (2001) konformitas merupakan skor dari skala
koformitas yang diukur dengan indikator diantaranya: kemauan untuk
33
mengidentifikasi orang lain dan meniru mereka, menghindarkan orang lain dari
konflik , dan mengikuti gagasan, nilai, dan perilaku pemimpin
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.31 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Bagian
pertama terdiri atas pertanyaan demografi yang mencakup inisial, jenis kelamin,
divisi pekerjaan, usia, status pernikahan, dan jumlah pendapatan. Bagian kedua
terdiri atas skala mengenai pembelian impulsif. Bagian ketiga terdiri atas
pernyataan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif, yaitu
konsep diri dan konformitas. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
menggunakan skala Likert sebagai alat pengumpul data. Skala yang digunakan
berisi pernyataan mengenai pembelian impulsif, konformitas, dan konsep diri.
Responden akan diminta mengisi setiap pernyataan dengan memberikan
tandan check list ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden. Setiap
jawaban yang diberikan oleh responden tidak memiliki nilai benar atau salah,
semua jawaban akan diterima tanpa mendeskriminasi. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan skala model likert dengan menggunakan empat pilihan jawaban pada
setiap pernyataan. Ketiga skala tersebut disusun dalam skala model Likert, empat
pilihan jawaban yang digunakan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Penggunaan keempat pilihan jawaban ini tidak
ada yang menggunakan jawaban netral atau ragu-ragu, untuk mengurangi
kecendrungan sentral atau mengamankan responden yang menempatkan jawaban
34
dipilihan yang netral sehingga responden harus bisa memutuskan jawaban setiap
pernyataan dengan lugas tanpa ragu-ragu.
Peneliti membagi dua kategori pernyataan yaitu, positif dan negatif. Dua
kategori ini dibagi menjadi pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.
Menentukan skor untuk masing-masing pilihan jawaban tertera pada tabel 1 sebagai
berikut.
Tabel 3.1 Skor Skala Likert
Pilihan SS S TS STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
3.3.2 Instrumen Penelitian
Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Skala pembelian impulsif
Pembelian impulsif dapat diukur dengan skala yang di adaptasi penulis dari dua
aspek oleh Herabadi & Verplanken (2001). Skala pembelian impulsif ini terdiri
dari 20 butir item dengan dua aspek. Berikut blue print skala pembelian impulsif.
35
Tabel 3.2 Blue Print Skala Pembelian impulsif
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jml
1. Kognitif Individu yang kurang mempunyai
pertimbangan dalam melakukan
suatu pembelian
1,2,3 4 7
Individu yang kurang mempunyai
rencana yang matang dalam
melakukan suatu pembelian
5,6 7
2. Afektif Individu yang memiliki dorongan
membeli yang cukup kuat
8,9,10,11,12 13
Individu yang merasa senang
ketika berbelanja
13,14 15,16,1
7
Jml
Individu yang sulit meninggalkan
barang ketika berada di toko
18,19,20 -
20
2. Skala Konsep Diri.
Alat ukur konsep diri mengacu pada skala yang dibuat oleh Fitts tahun (1971) dan
dimodifikasi oleh peniliti. Dalam skala ini terdapat dua dimensi yang di ukur, yaitu:
dimensi internal yang terdiri dari identity self, behavioral self, judging.Dimensi
eksternal yang terdiri dari physical self , moral-ethical self, personal self , family
self, dan social self . Skala ini terdiri dari 40 item yang masing-masing dimensi
terdiri dari lima item.
Tabel 3.3 Blue Print skala Konsep diri
No Dimensi Aspek Indikator F UF Jml
1 Identity
self
Memberikan label untuk
membangun identitas diri
1,9,25 17,27 5
Dimensi Internal Behavioral
self
Persepsi Individu tentang
tingkah lakunya
2,10, 26 18,28 5
Judging
self
Melakukan evaluasi diri 3,11,29 19,31 5
Physical
self
Persepsi terhadap
keadaan dirinya
4,12,30 20,33 5
36
Moral-
ethical self
Membatasi tingkah laku
yang sesuai dengan nilai
moral dan etika
5,13,32, 21,34 5
2 Dimensi Eksternal Personal
self
Perasaan puas terhadap
dirinya sebagai pribadi
yang tepat
6,14,35 22,37 5
Family self Peran dan fungsi yang
dijalankan sebagai
anggota keluarga
7,15,36 23,
38
5
Social self Penialaian terhadap
interaksi dirinya dengan
orang lain dan
lingkungannya
8,16,39 24,40 5
TOTAL 40
3. Skala Konformitas
Konformitas juga dapar diukut dengan skala yang bernama The Conformity Scale
merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Mehrabian dan Stefl (1995). Alat
ukur ini terdiri dari 11 item, berikut blue print skala konformitas:
Tabel 3.4 Blue Print skala konformitas
3.4 Uji Validitas
3.4.1 Uji Validitas Pembelian impulsif
Peneliti menguji apakah 20 item yang ada bersifat unidimensional. Artinya, item-
item tersebut benar hanya mengukur pembelian impulsif. Setelah dilakukan analisis
No Aspek Indikator F UF JML
1 Keinginan meniru
kelompok
Meniru orang lain yang dominan
2,4,6 7,9 5
2 Bergabung untuk
menghindari
konflik
Bergantung pada saran oranglain
3,5,1
1
10,1
5
5
3 Menjadi pengikut
kelompok
Mudah dibujuk oleh oranglain
12,13
14 3
TOTAL 13
37
CFA pertama dengan model satu faktor, dihasilkan model fit dengan Chi-Square =
779.80, df =170, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0,128. Namun setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 46 kali terhadap model dengan membebaskan korelasi
kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, maka kemudian
diperoleh model fit dengan Chi-Square= 150.30, df = 124, P-Value = 0.05411,
RMSEA = 0.031 Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan),
yang artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item
hanya mengukur satu faktor saja . Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
identity self disajikan dalam tabel 3.5
Tabel 3.5 Muata Faktor Pembelian Impulsif
ITEM KOEFISIEN STANDARD
ERROR
T VALUE SIGNIFIKAN
1 0.57 0.06 8.87 √
2 0.72 0.06 12.03 √
3 0.79 0.06 13.57 √
4 0.32 0.07 4.65 √
5 0.71 0.06 11.69 √
6 0.19 0.07 2.63 √
7 0.32 0.07 4.74 √
8 0.23 0.07 3.31 √
9 0.61 0.06 9.60 √
10 0.66 0.06 10.54 √
11 0.69 0.06 11.20 √
12 0.62 0.06 9.97 √
13 0.53 0.06 8.23 √
14 0.27 0.07 3.77 √
15 0.21 0.07 2.96 √
16 0.57 0.06 8.93 √
17 0.32 0.07 4.78 √
18 0.52 0.06 7.99 √
38
Pada tabel 3.5 tidak terdapat item yang t-value < 1.96 dan memiliki koefisien
muatan faktor positif. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh item dalam pembelian
impulsif dapat dilakukan analisis selanjutnya.
3.4.2 Uji Validitas Konsep Diri
1. Dimensi Internal konsep diri
Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional. Artinya, item-
item tersebut benar hanya mengukur dimensi internal ( identity self, behavior self,
dan judging self) . Setelah dilakukan analisis CFA pertama dengan model satu
faktor, dihasilkan model tidak fit dengan Chi-Square = 577.26 df = 90 P-Value =
0,0000 , RMSEA =0.158. Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak 36 kali
terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara
item-item yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-Square
= 70.42 df = 36 P-Value = 0.06597 , RMSEA =0.037. menghasilkan P-value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu dimensi
internal dari konsep diri. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran identity
self disajikan dalam tabel 3.6
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item dimensi internal
19 0.53 0.07 8.12 √
20 0.57 0.07 8.67 √
ITEM KOEFISIEN STANDARD ERROR T VALUE SIGNIFIKAN
1 0.60 0.06 9.38 √
2 0.73 0.06 11.42 √
3 0.40 0.07 6.07 √
9 0.48 0.07 7.18 √
10 0.32 0.07 4.70 √
11 0.69 0.06 11.25 √
39
Pada tabel 3.6 tidak terdapat item yang memiliki t-value < 1.96. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh item dalam dimensi internal konsep diri diikutkan
dalam analisis selanjutnya.
2. Dimensi Eksternal konsep diri
Peneliti menguji apakah 25 item yang ada bersifat unidimensional. Artinya, Item-
item tersebut benar hanya mengukur dimensi eksternal konsep diri. Setelah
dilakukan analisis CFA pertama dengan model satu faktor, dihasilkan model tidak
fit dengan Chi-Square = 319.77, df = 275 P-Value = 0,03271, RMSEA =0.027.
Namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak satu kali terhadap model dengan
membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis,
maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-Square=304.13, df = 274, P-Value
= 0.10186, RMSEA = 0.022 Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu penggunaan internet. Koefisien
muatan faktor untuk item penggunaan internet disajikan dalam tabel 3.7
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item dimensi eksternal
17 0.78 0.06 13.01 √
18 0.14 0.07 2.01 √
19 0.33 0.07 4.95 √
25 0.38 0.07 5.53 √
26 0.70 0.06 11.83 √
27 0.32 0.07 4.66 √
28 0.44 0.07 6.20 √
29 0.26 0.07 3.86 √
31 0.64 0.06 10.00 √
ITEM KOEFISIEN STANDARD
ERROR
T VALUE SIGNIFIKAN
4 0.58 0.10 5.55 √
5 0.39 0.11 3.64 √
40
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan
Pada tabel 3.7 terdapat item yang memiliki t-value < 1.96 yaitu item 15,33,35,dan
38 . Hal ini menunjukkan bahwa item 15,33,35,dan 38 di-drop, artinya item tersebut
tidak diikutkan dalam analisis selanjutnya.
3.4.3 Uji Validitas Konformitas
Peneliti menguji apakah 15 item yang ada bersifat unidimensional. Artinya, item-
item tersebut benar hanya mengukur konformitas. Setelah dilakukan analisis CFA
pertama dengan model satu faktor, dihasilkan model fit dengan Chi-Square =
692.08, df = 90, P-Value = 0,0000, RMSEA = 0,175. Namun setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 30 kali terhadap model dengan membebaskan korelasi
kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, maka kemudian
diperoleh model fit dengan Chi-Square=91.99, df = 60 , P-Value = 0,00496,
RMSEA = 0.049. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak
6 0.40 0.11 3.71 √
7 0.42 0.11 3.97 √
8 0.12 0.11 1.06 √
12 0.69 0.10 6.72 √
13 0.54 0.10 5.18 √
14 0.32 0.11 3.02 √
15 0.09 0.11 0.83 x
16 0.50 0.11 4.78 √
20 0.72 0.10 7.03 √
21 0.72 0.10 5.22 √
22 0.47 0.11 4.46 √
23 0.44 0.11 4.10 √
24 0.43 0.11 4.04 √
30 0.59 0.10 5.69 √
32 0.64 0.10 6.21 √
33 0.13 0.11 1.16 x
34 0.62 0.10 5.97 √
35 0.13 0.11 1.23 x
36 0.57 0.10 5.43 √
37 0.65 0.10 6.25 √
38 0.06 0.11 0.58 x
39 0.28 0.11 2.56 √
40 0.58 0.10 5.60 √
41
signifikan), yang artinya model satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu konformitas. . Koefisien muatan
faktor untuk item konformitas disajikan dalam tabel 3.8.
3.8 Tabel Muatan Faktor Konformitas
Keterangan : tanda √= signifikan (t>1.96), × = tidak signifikan
Pada tabel 3.8 terdapat item yang memiliki t-value < 1.96 yaitu item 8,14 dan 15.
Hal ini menunjukkan bahwa item 8,14 dan 15 di-drop, artinya item tersebut tidak
diikutkan dalam analisis selanjutnya.
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap
validitas instrumen yang dipakai, yaitu 1) skala pengukuran pembelian impulsif 2)
Konsep diri dengan menggunakan alat ukur Tennese Scale Self Concept (TSCS).
Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Confirmatory Faktor Analysis (CFA).
Sebagai prosedur konfirmasi, CFA merupakan metode untuk menilai
validitas konstruk pengukuran, bukan sarana untuk pengurangan data. Validitas
ITEM KOEFISIEN STANDARD ERROR T VALUE SIGNIFIKAN
1 0.47 0.07 6.91 √
2 0.39 0.07 5.29 √
3 0.48 0.07 6.68 √
4 0.60 0.07 8.55 √
5 0.67 0.07 6.86 √
6 0.49 0.07 6.86 √
7 0.31 0.07 4.24 √
8 -0.37 0.07 -5.14 x
9 0.25 0.07 3.34 √
10 0.36 0.07 5.03 √
11 0.60 0.07 9.18 √
12 0.53 0.07 7.55 √
13 0.63 0.07 9.27 √
14 -0.32 0.07 -4.42 x
15 -0.16 0.07 -4.42 x
42
konstruk didukung jika struktur faktor skala konsisten dengan konstruksi instrumen
yang akan diukur. Konfirmasi hipotesis struktur faktor yang paling memadai adalah
dengan teknik analisis faktor konfirmatori. Dalam analisis faktor konfirmatori,
struktur faktor secara eksplisit dihipotesiskan dan diuji untuk cocok dengan struktur
kovarians dari variabel yang diukur. Pendekatan ini juga memungkinkan untuk
menguji model fit faktor. Meskipun pendekatan ini berguna untuk konfirmasi teori,
prosedur CFA memberikan pedoman untuk "model pemangkasan," atau model
modifikasi, yang dapat menunjukkan perubahan dalam struktur faktor yang
diusulkan. Dengan demikian, prosedur konfirmasi dapat digunakan untuk merevisi
dan menyempurnakan instrumen dan struktur faktorial mereka (Floyd &
Widaman,1995).
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas
instrumen yang dipakai, yaitu 1) skala pengukuran pembelian impulsif 2) Konsep
diri dengan menggunakan alat ukur Tennese Scale Self Concept (TSCS) 3)
Konformitas dengan menggunakan alat ukur The Conformity Scale. Untuk menguji
validitas konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Confirmatory Faktor Analysis (CFA).
Semua instrument yang penulis gunakan dalam penelitian ini diuji
validitasnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan confirmatory factor
analysis (CFA) menggunakan program LISREL 8.7 (Linear Structural
Relationship). Adapun logika dari CFA (Umar dalam Adiyo, 2010) adalah :
1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling
berkorelasi (hipotesis unidimensional item). Hipotesis ini diuji dengan chi-squar.
43
Untuk memutuskan apakah memnag tidak ada perbedaan antara matriks korelasi
yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang dihitung menurut
teori/model. Jika hasil chi-square tidak signinifikan (p>0.05), maka hipotesis nihil
yang menyatakan bahwa “ tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang
diperoleh dari data dan model” diterima, yang artinya item yang diuji mengukur
satu faktor saja ( unidimensional). Sedangkan, jika nilai chi-square ignifikan (
p<0.05), artinya item-item yang diuji mengukur lebih dari satu faktor
(multidimensional). Dalam keadaan demikian maka peneliti melakukan modifikasi
terhadap model dengan cara memperbolehkan item-item saling berkorelasi tetapi
dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor (unidimensional).
Jika sudah diperoleh model yang fit (tetapi tetap unidimensional), maka dilakukan
langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang
menjadi sumber tidak fit, yaitu:
a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-masing
item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh pada sebuah item tidak
signifikan (t >1.96) maka item tersebut akan di drop karena dianggap tidak
signifikan sumbanganya terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.
b. Melihat arah koefisien maupun faktor (factor loading). Jika suatu item memiliki
muatan negatif, maka item tersebut di drop karena todak sesuai dengan pengukuran
(berarti semakin tingi nilai pada item tersebut semakin rendah nilai pada faktor yang
diukur).
44
c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya korelasi
parsial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran pada suatu item
yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada suatu item yang berkorelasi
dengan kesalahan pengukuran pada item lain. jika pda sautu item terdapat teralalu
banyak korelasi seperti ini (lebih dari tiga),maka item tersebut akan di drop.
Alasanya adalah item yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga
mengukur hal lain (multidimensional).
3. Menghitung faktor skor
Jika langkah-langkah diatas telah dilkauka, maka diperoleh item-item yang valid
untuk mengukur apa yang diuku. Item-item inilah yang kemudian diolah untuk
mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian perbedaan kemampuan
yang masing-masing item dalam mengukur apa yag hendak diukur ikut menentukan
da;am menghitung faktor skor (true score). True score inilah yang dianalisi dalam
penelitian ini.
Dalam penelitian ini, penulis tidak mnggunakan raw score / skor mentah (hasil
menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan informasi
tentang ralibilitas masing-masing alat ukur ( misalnya, Cronbach alpha) karena
true score itu realibilitasnya sama dengan satu (100%). Untuk kemudahan didalam
penafsiran hasil analisis maka penulis mentranformasikan faktor skor yang diukur
dalam skala baku (Z score) menjadi T score yang memeiliki mean = 50 dan standar
deviasi + 10sehingga tidak ada respnden yang mendapat skor negatif. Adapun
rumus T score adalah :
T score = (10 x skor faktor ) + 50
45
3.5. Teknik Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan analisis regresi
berganda. Dalam hal ini yang dijadikan dependent variable (variabel yang
dianalisis variannya) adalah pembelian impulsif sedangkan yang dijadikan
independent variable (prediktor) adalah konsep diri dan konformitas.
Setelah melakukan analisis faktor dengan metode CFA (Confirmatory
Factor Analysis), maka akan didapatkan data variabel yang berupa true-score yang
selanjutnya dijadikan input untuk dianalisis dengan regresi berganda.
Karena dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan
analisis statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil.
Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk menentukan
ketepatan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
independent variabel, yaitu konsep diri (identity self, behavioral self, judging self,
physical self, moral-ethical self, personal self, family self dan social self) dan Peer
group (compliance dan internalisasi) terhadap dependent variabel yaitu pembelian
impulsif.
Teknik regresi berganda ini merupakan metode statistika yang digunakan
untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y)
dengan lebih dari satu variabel bebas (independent; predictor; X). Pada penelitian
ini, IV sebanyak 10 buah, sedangkan dependent variable sebanyak 1 buah sehingga
susunan persamaan regresi penelitian adalah:
Y’ = a + b1X1 + b2x2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 +e
46
Keterangan:
Y’ = Pembelian impulsif
a = intercept (konstan)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Dimensi internal konsep diri
X2 = Dimensi eksternal konsep diri
X3 = konformitas
X4 = usia
X5 = jenis kelamin
X6 = status pernikahan
X7 = jumlah pendapatan
e = residu
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu koefisien
determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians dari
dependent variable yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya independent variable
secara keseluruhan.
Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut :
Di mana :
R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan independent variable
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah
diperoleh.
47
SSy = Jumlah kuadrat dari dependent variable (Y)
Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari
independent variable satu per satu signifikan atau tidak penambahannya.
Berikutnya, untuk membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau tidak,
maka dapat diuji dengan menggunakan uji F. Untuk membuktikan hal tersebut
digunakan alah rumus sebagai berikut:
dengan df= K dan (N-K-1)
Di mana K adalah banyaknya independent variable dan N adalah besarnya
sampel. Apabila nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh independent
variable secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
dependent variable.
Adapun langkah berikutnya menguji signifikansi pengaruh masing-masing
independent variable terhadap dependent variable. Hal ini dilakukan melalui uji t
(t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t > 1,96 maka berarti independent
variable yang bersangkutan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependent
variable, dan sebaliknya. Untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan predictor
variabel signifikan terhadap outcome variabel, maka penulis melakukan uji t
dengan rumus:
Di mana bi adalah koefisien regresi untuk independent variable(i) dan Sbi
adalah standar deviasi sampling dari . Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil
48
regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya. Adapun seluruh perhitungan
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 24.0.
49
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Pegawai Kementerian ESDM, pada penelitian
ini sampel diambil dari seluruh divisi yang berada di Kementerian ESDM. Subjek
dipilih berdasarkan tahap perkembangan dewasa awal dan dewasa madya dengan
rentang usia antara 21 hingga 60 tahun. Subjek dalam penelitian ini juga dijelaskan
berdasarkan data demografis yaitu jenis kelamin, status pernikahan, dan jumlah
pendapatan.
Table 4.1 Gambaran subjek penelitian
4.2 Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara terperinci tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor murni(t-
score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini ditujukan
Karakteristik Subjek
Penelitian
Jumlah Presentase
Usia
21-30 84 38.4%
31-40 81 37.0%
41-50 32 14.6%
51-60 22 10%
Jenis kelamin
Perempuan 108 49.3%
Laki-Laki 111 50.7%
Status pernikahan
Menikah 154 70.3%
Belum Menikah 65 29.7%
Jumlah Pendapatan
3.000.000 – 5.000.000 51 23.3%
5.000.000 – 10.000.000 126 57.5%
10.000.000-15.000.000 31 14.2%
>15.000.000 11 5%
50
agar mudah dalam membandingkan antar skor hasil pengukuran vaiabel-variabel
yang diteliti. Dengan demikian semua raw score menjadi z-score. Untuk
menghilangkan bilangan negatif dari z-score, semua skor ditransformasi ke skala
T. Selanjutnya untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistic deskriptif dari
variabel-variabel dalam penelitin ini, indeks yang menjadi patokan adalah mean,
median, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan nilai minimal dari masing-masing
variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Dari tabel 4.2 terdapat penjelasan mengenai gambaran umum deskripsi statistik dari
variabel-variabel yang diteliti dengan indeks yang dijadikan acuan dalam
perhitungan ini adalah skore mean, standar deviasi (SD), maksimum, dan minimum
tiap variabel penelitian.
Dependen variabel yaitu pembelian impulsif memiliki nilai minimum
29.47; nilai maksimal 82.08 dan SD= 9.36026 Variabel konsep diri internal
memilki nilai minimum 31.83; nilai maksimal 75.67 dan SD= 8.84319, Variabel
konsep diri eksternal memilki nilai minimum 27.73; nilai maksimal 78.99 dan SD=
9.20087, Variabel konformitas memilki nilai minimum 12.63; nilai maksimal 75.64
dan SD= 8.84179.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pembelian Impulsif 219 29.47 82.08 50.0000 9.36026
Internal 219 31.83 75.67 50.0000 8.84319
Eksternal 219 27.73 78.99 50.0000 9.20087
Konformitas 219 12.63 75.64 50.0000 8.84179
51
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Setelah melakukan deskripsi statistic dari masing-masing variabel penelitian, maka
hal yang perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian.
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan responden penelitian kedalam
kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur. Untuk mengelompokkan responden ke dalam
jenjang tersebut, ditetapkan norma dengan menggunakan standar deviasi dan mean
dari t-score seperti pada tabel dibawah.
Tabel 4.3 Norma Skor
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan
perolehan nilai presentase kategorisasi untuk variabel pembelian impulsif, konsep
diri, dan konformitas pada tabel 4.4 berikut
Tabel 4.4 Kategorisasi partisipan penelitian
Variabel Frekuensi (%)
Norma Kategorisasi
X ≥ Mean Tinggi
X< Mean Rendah
Rendah Tinggi
Pembelian impulsif 50.7% 49.3%
Dimensi internal 62.1% 37.9%
Dimensi eksternal 62.6% 37.4%
Konformitas 48.4% 51.6%
52
Berdasarkan tabel 4.4 pembelian impulsif pegawai Kementerian X cenderung
tinggi. Konformitas cenderung tingi. Sedangkan dimensi internal dan eksternal
dalam konsep diri cenderung rendah.
4.4. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis Regresi variabel penelitian
Pada tahap ini penulis menguji hipotesis dengan teknik anlisis regresi berganda
dengan menggunakan software SPSS 21. Seperti yang telah disebutkan pada bab 3,
dalam regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu melihat besaran R-square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh
independent variable, apakah secara keseluruhan independent variable
berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable dan melihat signifikan
atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variabel.
Tabel 4.5 Tabel R Square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .257 .066 .035 9.19408
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R-Square sebesar 0.066 atau 6.6%
artinya, proporsi varians dari pembelian impulsif yang dijelaskan oleh konsep diri
dimensi internal , eksternal, konfromitas dan demografi (usia, jenis kelamin, status
pernikahan, dan jumlah pendapatan) adalah 6.6% sedangkan 93.4% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisis pengaruh dari keseluruhan independent
variabel terhadap pembelian impulsif. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel
53
berikut:
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat pada kolom Sig bahwa (Sig< 0.05), maka
hipotesis nihil menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari konsep diri
dimensi internal , konsep diri dimensi eksternal dan demografi terhadap perilaku
konsumitf di tolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari konsep diri
dimensi internal, konsep diri dimensi eksternal, konformitas, dan faktor demografis
terhadap pembelian impulsif.
Langkah selanjutnya peneliti melihat signifikansi koefesien regresi pada
setiap variabel pada kolom signifikan. Jika signifikan < 0.05 maka koefisien regresi
berpengaruh secara signifikam terhadap pembelian impulsif. Adapun tabel
koefisein regresi setiap independent variabel terhadap dependent variable
ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Tabel koefisein regresi variabel
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 30.764 6.881 4.471 .000
Internal -.153 .111 -.145 -1.384 .168
Eksternal .210 .104 .207 2.022 .044
Konformitas .210 .074 .199 2.845 .005
Usia .012 .760 .001 .016 .987
Jenis kelamin .982 1.270 .053 .773 .440
Status pernikahan 1.433 1.510 .070 .949 .344
Jumlah pendapatan 1.246 .894 .101 .1.393 .165
Tabel 4.6 Tabel Anova
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1263.873 7 180.602 2.136 .041
Residual 17836.067 211 84.531
Total 19099.940 218
54
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:
Pembelian impulsif= 30.764- 0.157 dimensi internal *+ 0.210 dimensi
eksternal *+ 0.210 konformitas* + 0.12 usia* + 0.982 jenis kelamin* + 1.433
status pernikahan* + 1.246 jumlah pendapatan*
Keterangan Signifikansi
Pada tabel 4.7 terdapat dua koefisien regresi yang signifikan, yaitu konformitas.
Variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi yang tidak signifikan. Penjelasan
dari nilai yang diperoleh pada masing-masing independent variabel adalah sebagai
berikut:
1. Variabel dimensi internal
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.153 dengan signifikansi sebesar
0.168 (sig > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil diterima, yang berarti
tidak terdapat pengaruh yang signifikan dimensi internal terhadap
pembelian impulsif.
2. Variabel dimensi eksternal
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.210 dengan signifikansi sebesar
0.044 (sig < 0.05) .Dengan demikian hipotesis nihil ditolak, yang berarti
terdapat pengaruh yang signifikan dimensi eksternal terhadap pembelian
impulsif.
3. Variabel konformitas
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.210 dengan signifikansi sebesar
55
0.005 (sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil ditolak, yang berarti
terdapat pengaruh yang signifikan konformitas terhadap pembelian
impulsif.
4. Variabel usia
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.012 dengan signifikansi sebesar
0.987 (sig > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil diterima, yang berarti
tidak terdapat pengaruh yang signifikan usia terhadap pembelian impulsif
5. Variabel jenis kelamin
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.982 dengan signifikansi sebesar
0.440 (sig > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil diterima, yang berarti
tidak terdapat pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap pembelian
impulsif
6. Variabel status pernikahan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 1.433 dengan signifikansi sebesar
0.344 (sig > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil diterima, yang berarti
tidak terdapat pengaruh yang signifikan status pernikahan terhadap
pembelian impulsif
7. Variabel jumlah pendapatan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 1.246 dengan signifikansi sebesar
0.165 (sig > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil diterima, yang berarti
tidak terdapat pengaruh yang signifikan jumlah pendapatan terhadap
pembelian impulsive.
56
4.4.2 Pengujian proporsi varians independent variable
Penulis ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari masing-masing
independent variable terhadap pembelian impulsif. Besarnya proporsi varian pada
pembelian impulsif dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Proporsi varians variabel setiap independent variabel
Keterangan: Signifikan(*)
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel dimensi internal memberikan sumbangan 0.001 atau 0.1% secara
signifikan dengan nilai sig F change=0.667 Sumbangan tersebut tidak
signifikan
2. Variabel dimensi eksternal memberikan sumbangan 0.013 atau 1.3% secara
signifikan dengan nilai sig F change=0.092. Sumbangan tersebut tidak
signifikan
3. Variabel konformitas memberikan sumbangan 0.038 atau 3.8 % secara
signifikan dengan nilai sig F change= 0.004. Sumbangan tersebut tidak
signifikan .
4. Variabel usia memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0% secara
Model Summary
Mod
el R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .029a .001 -.004 9.39858 .001 .186 1 216 .667
2 .118 .014 .005 9.35839 .013 2.859 1 215 .092
3 .228 .052 .039 9.19754 .038 8.586 1 214 .004
4 .229 .052 .034 9.21806 .000 .048 1 213 .827
5 .232 .054 .031 9.23217 .002 .350 1 212 .555
6 .240 .058 .031 9.23519 .004 .861 1 211 .354
7 .257 .066 .035 9.21494 .009 1.928 1 210 .166
57
signifkan dengan nilai sig F change= 0.827. Sumbangan tersebut tidak
signifikan.
5. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan 0.002 atau 0.2% secara
signifikan dengan nilai sig F= 0.555. Sumbangan tersebut tidak signifikan.
6. Variabel status pernikahan memberikan sumbangan 0.004 atau 0.4% secara
signifikan dengan nilai sig F= 0.354. Sumbangan tersebut tidak signifikan.
7. Variabel jumlah pendapatan memberikan sumbangan 0.009 atau 0.9%
secara signifikan dengan nilai sig F= 0.166. Sumbangan tersebut tidak
signifikan.
58
BAB 5
KESIMPULAN,DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab 4, maka kesimpulan
yang diperoleh dari hasil penelitan ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari
konsep diri (dimensi internal dan eksternal), konformitas, faktor demografis ( usia,
jenis kelamin, status pernikahan, dan jumlah pendapatan) terhadap pembelian
impulsif.
Hasil uji koefisien regresi masing-masing independent variable
menunjukkan bahwa dari 7 variabel yang di uji yaitu konsep diri (dimensi internal
dan eksternal), konformitas, faktor demografis ( usia, jenis kelamin, status
pernikahan, dan jumlah pendapatan). Menunjukkan bahwa hanya variabel konsep
diri (dimensi eksternal) dan konformitas yang berpengaruh secara signifikan
terhadap pembelian impulsif.
5.2 Diskusi
Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa konsep diri (dimensi internal dan
dimensi eksternal), konformitas dan faktor demografis terhadap pembelian impulsif
secara keseluruhan memberikan sumbangan mempengaruhi pembelian impulsif
sebesar 6,6%. Sedangkan 93,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
Dalam penelitian ini hanya dua independent variabel yang mempengaruhi
pembelian impulsif secara signikan yaitu, konsep diri dimensi eksternal dan
konformitas. Hal ini diduga karena banyaknya penilaian dari luar terhadap diri
individu dan dorongan untuk meniru perilaku impulsif pada pns di Kementerian X.
59
Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2002) yang mengatakan pembelian impulsif
dari individu dapat dilihat dari seberapa jauh seseorang memandang dirinya sendiri
termasuk dalam memikirkan tentang kebutuhan dirinya. Oleh karena itu setiap
individu memiliki pandangan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan hingga
keinginanya dengan cara melakukan pembelian impulsif. Dari pernyataan tersebut
diketahui bahwa pns Kementerian X memandang kebutuhan diri sendiri dari
lingkunganya. Telah dilakukan penelitianyang sejalan, Hidayat (2016) yang
menjelaskan bahwa bagian dari konsep diri yaitu dimensi eksternal memiliki
pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif.
Kemudian, variabel konformitas, Callhoun (1990) berpendapat
bahwa konformitas adalah sebuah fenomena sosial dimana seseorang
menyesuaikan tingkah laku, sikap, dan pandangan agar sesuai dengan orang lain
(kelompok). Di dalam konformitas ada suatu tekanan yang tidak terlihat dari
lingkungan sekitar yang memaksa seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan
apa yang diharapkan kelompok. Bahkan tingkat konformitas itu beragam, mulai
dari yang sekedar ikut-ikutan sampai pada ketaatan total (from conformity to
obedience). Sehingga konformitas menimbulkan kecenderungan untuk dipengaruhi
oleh kelompok dan tidak menetang norma-norma yang telah digariskan oleh
kelompok, sehingga untuk mempertahankan gengsi agar individu diakui teman-
temannya mereka berusaha mengikuti tuntutan-tuntutan dari kelompok tersebut.
Dapat diasumsikan bahwa kelompok-kelompok pad pns di Kementerian X
memiliki kecendrungan melakukan pembelian impulsif. Telah dilakukan penelitian
yang sejalan oleh Park & Lennon(2006)bahwa konformitas berpengaruh signifikan
60
terhadap Pembelian impulsif , hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
konformitas, maka akan semakin tinggi juga pembelian impulsif konsumen. Sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sihotang (2009) bahwa salah satu
faktor psikologis yang berperan dalam pembentukan pembelian impulsif adalah
tingkat konformitas.
Variabel selanjutnya adalah konsep diri dimensi internal, variabel ini tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif. Dapat
diasumsikan bahwa individu yang dominan mempersepsikan diri dari dirinya
sendiri cenderung rendah melakukan pembelian impulsif.
Variabel usia pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif. Hasil ini sejalan dengan penelitian Silvera, dkk
(2008) yang memiliki hasil penelitian usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif. Tidak signifikanya usia pada penelitian ini diduga
karena responden yang digunakan dalam penelitian ini memiliki umur yang matang
dalam segi kognitif, artinya responden sudah dapat memutuskan apa saja yang
harus dibeli dan tidak dibeli.
Variabel jenis kelamin tidak memilki pengaruh yang signifikan terhadap
pembelian impulsif, serta tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan
terhadap pembelian impulsif. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Wood (1998) yang memiliki hasil penelitian bahwa jenis kelamin
tidak mempengaruhi pembelian impulsif secara signifikan. Berbeda dengan hasil
penelitian Coley & Burgess (2003) bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh yang
61
signifikan terhadap pembelian impulsif, perempuan cenderung lebih impulsif
dibandingkan laki-laki.
Variabel status pernikahan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Han &
Morgan (1991) bahwa status pernikahan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif. Berbeda dengan penelitian Phau & Lo (2004) bahwa
status pernikahan mempengaruhi pembelian impulsif secara signifikan. Individu
yang belum menikah didapati lebih impulsif dibandingkan dengan yang sudah
menikah. Kemungkinan terjadi karena individu yang telah menikah memiliki beban
keluarga yang lebih berat dibandingkan individu yang belum menikah, sehingga
mereka akan lebih memperhitungkan keadaan keuangan mereka (Santrock, 2002).
Pembentukan pembelian impulsif bisa dibentuk dari usia remaja, sehingga
seseorang yang memiliki kebiasaan pembelian impulsif saat belum menikah sudah
melekat sehingga sulit dihilangkan, dan juga individu yang belum menikah belum
memiliki beban keuangan atas keluarganya. Meningkatnya jumlah kebutuhan saat
sudah menikah juga bisa dikontrol oleh individu yang terbiasa mengontrol
keuanganya dengan baik, sehingga saat sudah menikah individu tersebut terbiasa
mengatur uang dan menghindari pembelian impulsif.
Variabel jumlah pendapatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mahmoud,Bothyana dan Layla (2013) yang mengatakan bahwa
jumlah pendapatan tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap pembelian
impulsif. Sejalan dengan penelitian Ekeng, Lifu, Asinya (2012) yang memiliki hasil
62
penelitian bahwa jumlah pendapatan tidak mempengaruhi pembelian impulsif
secara signifikan.
5.3 Saran
Pada proses penulisan penelitian ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kelemahan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai
bahan pertimbangan untuk menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya.
5.3.1 Saran teoritis
1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi varians dari konformitas
terhadap pembelian impulsif sebesar 6.6% sedangkan sisanya 93.4%
dipengaruhi oleh varibael lain diluar penelitian ini. Penulis menyarankan
untuk penelitian selanjutnya variabel- variabel tersebut dapat diteliti
kembali dengan responden yang berbeda. Selain itu, penulis juga
menyarankan penelitian selanjutnya meneliti pengaruh variabel lain agar
lebih luas gambaran penelitiannya. Misalnya pengaruh kepercayaan diri,
kontrol diri, religiusitas, tingkat pendidikan terhadap pembelian impulsif.
2. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah 219 pegawai
Kementerian ESDM. Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya
disarankan untuk mengambil sampel pada beberapa tempat sehingga
variabilitas sampel lebih memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut.
5.3.2 Saran praktis
Terkait dengan hasil penelitian, variabel yang memiliki pengaruh terhadap
63
pembelian impulsif pada pegawai Kementerian X adalah dimensi eksternal
konsep diri dan konfromitas, sehingga dapat disarankan sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa dimensi eksternal konsep diri dan
konformitas memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif.
Dalam hal ini, dimensi eksternal konsep diri dapat mempengaruhi
pembelian impulsif karena penilaian diri yang dihasilkan dari dunia luar
membuat individu sering membandingkan diri dengan orang lain dan ingin
menyetarakan status. Terlebih lagi, pegawai pada Kementerian cenderung
lebih diperhatikan secara penampilan. Salah satu contohnya adalah
penggunaan mobil mewah dan berpenampilan serba glamour menjadi
kebutuhan. Begitu pula dengan konformitas, pengaruh dari orang-orang
sekitar hingga idola juga sangat membentuk perilaku seseorang, termasuk
pembelian impulsif. Perilaku yang dibentuk karena adanya pengaruh
konfromitas diakibatkan keinginan diri untuk diakui dan memiliki
kesamaan identitas dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian,
disarankan bagi setiap individu dapat lebih memperhatikan lingkungan, dan
memfilter perilaku apa yang baik untuk di ikuti sehingga konsep diri bisa
semakin membaik karena adanya kualitas lingkungan yang dipilih.
66
DAFTAR PUSTAKA
Allen, V. L. (1965). Situational Factors In Conformity (Vol. 2). New York:
Academic Press.
Aronson , E. (1992). The Social Animal . San Fransisco: W.H Freeman & Co.
Bayley, Geoff, & Nancarrow, C. (1998). Impulse purchasing: A qualitative
exploration of the phenomenon. Qualitative Market Research: An
International Journal, 1(2), 99-114. Doi:10.1108/13522759810214271
Bocchiaro, P., & Zamperini, A. (2012). Conformity, Obedience, Disobedience: The
Power of the Situation. (D. G. Rossi, Ed.) Department of Philosophy,
Sociology, Education, and Applied Psychology.
Burns, R.B (1993). Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku).
Jakarta: Arcan.
Callhoun, F., & Acocella, J. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian Hubungan
Kemanusiaan. semarang, Jawa tengah, Indonesia: IKIP Semarang Press.
Coley, A., & Burgess, B. (2003). Gender differences in cognitive and affective
impulse buying. Journal of Fashion Marketing and Management, 7(3), 282-
295.
Cousineau, A., & Burnkrant, R. E. (1975). Informational and normative social
influence in buyer behavior. Journal of Consumer Research, 2(3), 206-215.
Daulay, Rahmawati, A., & Rola, F. (2017). Self concept differences between obese
and non-obese adolescents: A comparative study of senior high school
students in Medan City. Advances in Soial Science, Education and
Humanities Research , 136, 266-270.
Dittmar, H., & Drury, J. (2000). Self Imang is it in the bag ? A qualitative
comparison between " ordinary" and " excessive consumers. Journal of
Economic Psychology, 21, 109-142.
Enrico, A., Aron, R., & Oktavia, W. (2014). The Factors that influenced
consumptive behavior survey of university students in Jakarta. International
Journal of Scientific and Research Publication, 4(1).
Fitts, W. H. (1971). The Self Concept and Self Actualization. Los Angels: Western
Psychologica.
67
Ferani, A. A., Karini, S. M., & Nugroho, A. A. (2015). Hubungan ANtara Citra
Tubuh dan Konsep Diri dengan Motivasi Bertato pada Wanita di Surakarta.
Jurnal Psikologi.
Gasiorowska, A. (2011). Gender as a moderator of tempramental causes of impulse
buying tendency. Journal Consumer Behavior, 10(2), 119-142.
Grubb, E. L., & Grathwohl, H. L. (1967). Consumer Self Concept, Symbolism, and
Market Behavior: A theoretical Approach. Journal of Marketing, 31, 22-27.
Han, Y. K., Morgan, G. a., Kotsipulos, A., & Kang-Park, J. (1991). Impulse Buying
of Apparel Purchases. Clothing and Textiles Researches Journal, 9, 15-21.
Haryani, I., & Herwanto, J. (2015, Juni). Hubungan Konformitas dan Kontrol Diri
dengan Perilaku Konsumtif Terhadap Produk Kosmetik pada Mahasiswi.
Jurnal Psikologi, 11(1), 5-11.
Henrietta, P. (2014). Impulsive Buying Pada Dewasa Awal. Jurnal Psikologi.
Herabadi, A. G., & Verplanken , B. (2001). Individual Difference in Impulse
Buying Tendency : Feeling and no Thinking. Journal of Personality, 15, 71-
83.
Hoch, S., & Loewenstein, G. (1991). Time-Inconsistent Preferences and Consumer
Self-Control. J.Consum.Res, 17.
Hotpascaman. (2008). Hubungan Antara Perilaku Konsumtif dengan Konformitas
Pada Remaja. Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara. Universitas
Sumatera Utara.
Hoyer, W. D., & Macinnis, D. J. (2013). Consumer Behavior. Tasmania.
Jayani, Dwi ( 2019, 10 Mei). Riset Shopback: Saat Ramadhan Rata-rata Konsumen
Belanja Online Rp 1,2 Juta
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/05/10/riset-shopback-
saat-ramadan-rerata-konsumen-belanja-rp-12-juta
Kacen, J. J., & Lee, J. A. (2002). The Influence of Culture on Consumer Impulsive
Buying Behavior. Journal Consumer Psychology, 12(2), 163-176.
Kollat, D,T., & Willet, R, P.(1969). Is impulse purchasing really useful concept
in marketing decisions. Journal of Marketing. 33, 79-83.
68
Kukuh, T. (2017, April 25). JawaPos.com. Retrieved 02 11, 2019, from JawaPos
Radar: https://www.jawapos.com/jpg-today/25/04/2017/kasihan-ribuan-
pns-terlilit-utang-hingga-gadaikan-sk
Killing, B. N. (2015). Tinjauan Konsep diri dan dimensinya pada anak dalam masa
kanak-kanak akhir. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1(2), 116-
124.
Kissner, R. F. (1979). The Self Concept As A Predictor Of Juvenile Delinquency.
Simon Fraser University, Interdisciplinary Studies. Simon Fraser
University.
Lascu, D. N., & Zinkhan, G. (1999). Consumer Conformity: Review and
Applications for Marketing Theory and Practice. Journal of Marketing
Theory and Practice, 1-12.
Luniya, P., & Verghese, Dr.M. (2015). A study impulse buying and determinants;
A literature review. Pacific Business Review International. 8(1), 66-69.
Mai, Tuyet, T. N., Jung, K., Lantz, G., & Loeb, S. G. (2003). An exploratory
investigation into impulsive buying behavior in a transictional economy: a
study of urban consumers in Vietnam. Journal internatinal marketing, 11,
13-35.
Mehrabian, A., & Stefl, C. A. (1995). Basic temprament components of loneliness,
shyness, and conformity. Social Behavior and Personality: An International
Journal. 23, 253-264.
Mendenhall, C. (2015). The phenomenon of impulse buying. Diunduh tanggal 1
Desember 2017 dari http://artifactsjournal.missouri.edu/2015/01/the-
phenomenon-of-impulse-buying/.
Mowen, J., & Minor, M. (1998). Consumer Behavior (5th. ed). New Jersey .
Mulyono, F. (2012). Faktor Demografis dalam perilaku pembelian impulsif. Jurnal
Administrasi Bisnis, 8(1), 88-105.
Nisa, L. K. (2015) Hubungan konsep diri dengan pembelian impulsif (impulsive
buying) produk pakaian pada mahasiswi UIN MALIKI Malang. Tesis.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Nurmayasari, A. (2014). Pengaruh Personality Trait, Konformitas, dan Faktor
Demografi Terhadap Impulsive Buying Pengunjung Mall di Kota Bogor.
Thesis , UIN Jakarta, Fakultas Psikologi, Jakarta.
69
Octaviani, C., & Kartasasmitra, S. (2017). Pengaruh Konsep Driri Terhadap
Perilaku Konsumtif Pembelian Produk kosmetik Pada Wanita Dewasa
Awal. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(2), 126.
Phau, I., & Chin-Lo, C. (2004). A study of Self Concept, Impuls Buying and
Internet Purchase Intent. Journal of Fashion Marketing and Management,
8(4), 399-411.
Portal, T. S. (2018). Retail e-commerce sales worlwide. (Statista) Retrieved August
20, 2018, from https://www.statista.com/statistics/379046/worldwide-
retail-e-commerce-sales/:
https://www.statista.com/statistics/379046/worldwide-retail-e-commerce-
sales/
Putra, A.H.P.K., Said, S., & Hasan, S. (2017). Implication of external and internal
factors of mall consumers in Indonesia to impulse buying behavior.
International Journal of Business Accounting and Management. 2(4)1-10.
Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse . Journal of Consumer Research, 14, 189-
199.
Rook, D.W., & Fisher, R.J. (1995). Normative influrncrs on impulsive buying
behavior. Journal of Consumer Research. 22(3), 305-313.
Rook, D. W. and Gardner M. P. (1993). In the mood: impulse buyings’ affective
antecedents”. Research in Consumer Behavior. 6, 1-28.
Scott, Ms, E. (2018). Verrywellmid. Retrieved November 19, 2018, from Physical
Tech: https://www.verywellmind.com/retail-therapy-and-stress-3145259.
Semuel , H. (2007). Pengaruh stimulis media iklan, uang Saku, usia dan gender
terhadap kecendrungan perilaku pembelian impulsif. Jurnal Manajemen
Pemasaran, 2(1), 31-42.
Silvera, D. H., Lavack, A. M., & Kropp, F. (2008). Impulse buying: the role of
affec, social influence, and subjective wellbeing. Journal of Consumer
Marketing, 25(1), 23-33.
Sihotang, A. (2009). Hubungan antara konfromitas terhadap kelompok teman
sebaya dengan pembelian impulsif. Tesis. Universitas Diponegoro, Fakultas
Psikologi. Suminar, E., & Meiyutari, T. (2015). Konsep diri, konformitas, dan perilaku
Konsumtif. Persona, Jurnal Psikologi inodnesia, 4(102), 148.
70
Stern, H. (1962). The Significance of Impulse Buying Today . Journal of Marketing
, 26(2), 59-62.
Taushif, M. R., & Gupta, M. (2013). A study of factors affecting impulse buying
behavior of consumer at malls . Internatinal Journal of Research and
Development. 2(2), 46-50.
Tambunan, T. (2001). Perekonomian Indonesian: Teori dan Temuan Empiris .
Jakarta: Ghalia Publisher.
Tribunnews.com. (2017). Tribun Bisnis. Retrieved from tribunnews.com:
http://www.tribunnews.com/bisnis/2017/02/20/transaksi-e-commrece-di-
indonesia-pada-2016-mencapai-489-miliar-dolar-as
Ustadiyanto, R., & Ariani, S. R. (2002). Strategi serangan internet marketing (2
ed.). Yogyakarta, Indonesia: Andi.
Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulse buying
tendency: Feeling and no thinking . European Journal of Personality, 15 ,
71-83.
Verplanken, B., & Sato, A. (2011). The Psychology of impulse Buying: An
Integrative Self Regulation Approach . J Consum Policy, 197-210.
Weinberg,P., & Gottwald, W. (1982). Impulsive consumer buying as a results of
emotions. Journal of Business Research, 10 (1), 43-57.
Wood, M. (1998). Socio-economic status, delay of gratification, and impulse
buying. Journal od Economic Psychology, 19, 295-320.
Wu, W. C., & Huan, T.-C. (2010). The effect of purchasig situatiom and conformity
behavior on young students impulse buying . African Journal of Business
Manageent , 4(16), 3530-3540.
Xu, Y. (2007). The influence of public self-consciousness and materilsm on young
consumer compulsive buying . Journal of consumer sciences, 9(1), 37-48.
Youn, S. and Faber, R.J. (2000) Impulse buying: Its relation to personality traits
and cues. Advances in Consumer Research. 27, 179-185.
72
Assalamua’laikum Wr.Wb
Bapak/Ibu yang saya hormati.
Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang
melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi. Saya mengharapkan kesediaanya untuk
menjadi responden dalam penelitian ini.
Bapak/Ibu mengisi kuisioner ini sesuai dengan sikap dan keadaan diri masing-masing. Tidak
ada jawaban benar atau salah. Data yang anda berikan dalam penelitian ini akan dijamin
kerahasiaanya.
Atas perhatian dan bantuanya, saya mengucapkan terima kasih.
Lampiran 1
73
INFORMED CONSENT
Lembar Persetujuan Keikutsertaan Penelitian
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya setuju untuk
secara sukarela menjadi partisipan penelitian yang dilakukan oleh Maulida Hanifa. Data
yang saya berikan adalah data yang sebenar-benarnya dan saya menyetujui bahwa data
saya akan digunakan dalam keperluan penelitian.
Nama :____________________________
Usia :____________________________
Jenis Kelamin : Perempuan / Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah/Belum Menikah
Jumlah Pendapatan : Rp. 3.000.000 - Rp. 5.000.000
Rp. 5.00.000 - Rp. 10.000.000
Rp. 10.000.000 - Rp. 15.000.000
>Rp. 15.000.000
Tanda tangan dan nama jelas
( ……………………. )
74
PETUNJUK PENGISIAN
Kuesioner ini berisi pernyataan, tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum mengisi
pernyataan tersebut, baca dan pahamilah terlebih dahulu, kemudian berikan tanda checklist
() pada salah satu dari keempat kolom disamping kanan pernyataan.
Adapun pilihan kolom disamping pernyataan sebagai berikut :
SS : Sangat SetujuS : SetujuTS : Tidak SetujuSTS : Sangat Tidak Setuju
Pilihlah pernyataan yang paling menggambarkan diri Anda dengan memberikan tanda
checklist () pada salah satu dari keempat kolom disamping kanan pernyataan.
Contoh:
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa: Anda setuju dengan pernyataan bahwa “Saya
melakukan pembelian barang lebih dari 1 kali dalam sebulan”.
SKALA I
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya akan membeli produk yang kemasannya menarik
meskipun tidak saya butuhkan
2. Saya tidak segan membeli produk yang dipakai oleh idola
saya
3. Jika teman-teman saya membeli produk bermerek, saya pun
ikut membelinya meskipun harganya mahal
4. Dalam membeli produk saya mementingkan isi produk,
daripada kemasan
5. Saya selalu membeli produk keluaran terbaru
6. Saya akan membeli produk mahal, meskipun saya harus
berhutang dengan orang lain.
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya melakukan pembelian barang lebih dari 1 kali dalam
sebulan
75
7. Saya tidak harus membeli produk beremerek untuk terlihat
trendi
8. Saya tertarik membeli produk yang terdapat kupon
hadiahnya.
9. Saat membeli produk mahal saya merasa percaya diri.
10. Saya sering membeli produk yang bermerek untuk menjaga
penampilan saya.
11. Saya sedih jika tidak membeli barang yang sedang tren.
12. Saya suka membeli barang yang sejenis tetapi dengan merek
yang berbeda
13. Saya lebih senang berbelanja di Mall daripada di toko.
14. Saya merasa senang disaat orang lain memperhatikan
penampilan saya.
15. Saya tidak peduli apabila orang lain tidak memperhatikan
penampilan saya.
16. Saya tidak kecewa bila tidak membeli produk seperti teman-
teman saya.
17. Rasa percaya diri meningkat ketika saya memiliki
kemampuan, bukan karena membeli produk mahal.
18. Saya membeli dua produk sejenis ketika bingung memilih
produk
19. Saya membeli produk diskon walaupun tidak saya butuhkan.
20. Saya membeli produk untuk memenangkan sebuah hadiah
SKALA II
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya adalah orang yang tepat waktu ketika mengerjakan
tugas
76
2. Saya adalah orang yang senang melakukan kegiatan positif
3. Saya akan berubah saat saya menyadari bahwa saya salah
4. Saya memilki tubuh yang sehat
5. Saya berpakaian sopan dan rapih ketika keluar rumah
6. Saya adalah orang yang ceria
7. Saya penting untuk keluarga saya
8. Saya bisa bersosialisasi dengan cara-cara yang saya
inginkan
9. Saya adalah orang yang memiliki kontrol diri yang tinggi
10. Saya adalah orang yang akan berusaha sebaik mungkin
dalam mengerjakan sesuatu
11. Saya membicarakan kejelekan orang lain
12. Saya termasuk orang yang berpenampilan rapi
13 Saya membuang sampah di tong sampah
14. Saya puas dengan diri saya sekarang
15. Saya dari keluarga yang bahagia
16. Saya mudah bersahabat dengan siapa saja
17. Saya adalah orang yang kurang percaya diri
18. Saya kurang pandai dalam bidang akademik
19. Terkadang saya tidak jujur dengan apa yang saya katakan
20. Saya merasa orang yang penyakitan
77
21. Saya lupa mengucapkan terimakasih setelah diberikan
bantuan
22. Saya merasa banyak orang yang membenci saya
23. Saya pernah bertengkar dengan keluarga saya
24. Saya tidak tertarik pada apa yang orang lain lakukan
25. Saya adalah orang yang mudah bergaul
26. Saya senang bekerja dalam kelompok
27. Saya sulit menentukan prioritas
28. Saya mengerjakan tugas pada akhir waktu
29. Saya senang mendengar kritik dari orang lain tentang saya
30. Saya mampu mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu
waktu
31. Saya suka memberi saran kepada orang lain
32. Saya menolong orang lain walaupun saya tidak
mengenalnya
33. Saya membutuhkan alat penunjang untuk penampilan saya
34. Saya berhutang pada orang lain untuk membeli sebuah
barang yang saya inginkan
35. Saya suka mencoba hal baru
36. Orangtua saya adalah panutan saya
37. Saya menilai diri saya pribadi yang tidak ramah
38. Saya pernah berbohong pada orangtua
39. Saya memiliki banyak teman
40. Saya merasa banyak orang yang percaya pada saya
78
SKALA III
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya sering bertindak atas saran dari orang lain
2. Saya ingin sama dengan orang-orang di kelompok saya
3. Saya lebih suka mengalah dan mengikuti oranglain
daripada harus bertengkar
4. Saya cenderung mengikuti tradisi keluarga dalam membuat
keputusan
5. Teman saya yang menentukan apa yang akan dilakukan
bersama
6. Seorang guru atau ustadz dapat dengan mudah
mempengaruhi dan mengubah pendapat saya
7. Saya lebih mandiri daripada mengikuti orang lain
8. Saya tidak mudah dibujuk
9. Saya membuat aturan hidup saya sendiri
10. Saya adalah pribadi yang sangat berprinsip
11. Saya adalah pribadi yang sulit memutuskan sesuatu
12. Saya kesulitan untuk menolak sesuatu
13. Saya lebih menjaga perasaan orang lain daripada menjaga
prinsip saya
14. Saat saya menolong orang lain saya akan memperhatikan
manfaat apa yang saya dapatkan
15. Saya mampu memberikan keputusan yang tepat dalam
hidup saya
79
Lampiran Syntax
1. Syntax Perilaku Konsumtif
2. Syntax Dimensi Internal Konsep Diri
Lampiran 2
SYNTAX: UJI VALIDITAS KONSTRUK IMPULSIVE BUYING DA NI=20 NO=219 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 PM SY FI=IB.COR MO NX=20 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK IMPULSIVE FR TD 17 7 TD 17 6 TD 8 1 TD 9 4 TD 20 8 TD 19 1 TD 14 5 TD 5 4 TD 20
13 TD 17 4 FR TD 7 5 TD 19 6 TD 14 9 TD 15 14 TD 10 9 TD 11 6 TD 18 11 TD 18 2 TD
20 3 TD 14 11 FR TD 20 9 TD 8 6 TD 6 5 TD 10 6 TD 10 1 TD 13 3 TD 18 6 TD 17 16 TD
20 19 TD 15 12 FR TD 15 11 TD 15 1 TD 17 8 TD 10 11 TD 16 14 TD 18 12 TD 16 15 TD 17
15 TD 15 4 TD 15 7 FR TD 7 3 TD 20 14 TD 17 5 TD 18 17 TD 11 1 TD 19 8 PD OU SS TV MI
SYNTAX: UJI VALIDITAS KONSTRUK KONSEP DIRI INTERNAL DA NI=15 NO=219 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 PM SY FI=INTERNAL.COR MO NX=15 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK INTERNAL FR TD 8 3 TD 6 1 TD 9 4 TD 7 5 TD 10 1 TD 14 5 TD 8 5 TD 15 6 FR TD 3 1 TD 10 5 TD 12 5 TD 9 6 TD 7 4 TD 15 2 TD 15 13 TD 11 3 FR TD 12 11 TD 14 12 TD 15 1 TD 13 2 TD 12 2 TD 13 6 TD 13 8 FR TD 10 4 TD 4 1 TD 6 4 TD 9 1 TD 10 2 TD 13 7 TD 5 3 TD 7 3 FR TD 8 7 TD 13 10 TD 7 2 TD 5 2 TD 12 1 PD OU SS TV MI
80
3. Syntax Dimensi Eksternal Konsep Diri
4. Syntax Konformitas
SYNTAX: UJI VALIDITAS KONSTRUK KONSEP DIRI EKSTERNAL DA NI=25 NO=219 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 PM SY FI=EKSTERNAL.COR MO NX=25 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK EKSTERNAL FR TD 24 22 PD OU SS TV MI
SYNTAX: UJI VALIDITAS KONSTRUK KONFORMITAS DA NI=15 NO=219 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 PM SY FI=KONFORMITAS.COR MO NX=15 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK KONFORMITAS FR TD 10 9 TD 15 10 TD 8 7 TD 10 7 TD 10 4 TD 6 4 TD 13 4 TD 2 1 TD 7 2 FR TD 5 3 TD 9 4 TD 15 8 TD 10 8 TD 9 8 TD 9 7 TD 13 9 TD 15 7 TD 15 4 FR TD 15 14 TD 14 9 TD 11 6 TD 12 2 TD 12 1 TD 12 11 TD 13 8 TD 13 2 FR TD 13 12 TD 9 1 TD 10 1 TD 8 3 TD 11 3 TD 11 4 TD 14 7 PD OU SS TV MI
81
1. Path Diagram Pembelian impulsif
Lampiran 3
82
2. Path Diagram konsep diri dimensi internal
83
3. Path Diagram konsep diri eksternal
84
4. Path Diagram Konfromitas
85
LAMPIRAN TABEL SPSS
1. Tabel Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pembelian Impulsif 219 29.47 82.08 50.0000 9.36026
Internal 219 31.83 75.67 50.0000 8.84319
Eksternal 219 27.73 78.99 50.0000 9.20087
Konformitas 219 12.63 75.64 50.0000 8.84179
Lampiran 4
86
2. Tabel Kategorisasi Variabel
3. Tabel R Square
4. Tabel Anova
Model Summary
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .029a .001 -.004 9.39858 .001 .186 1 216 .667
2 .118 .014 .005 9.35839 .013 2.859 1 215 .092
3 .228 .052 .039 9.19754 .038 8.586 1 214 .004
4 .229 .052 .034 9.21806 .000 .048 1 213 .827
5 .232 .054 .031 9.23217 .002 .350 1 212 .555
6 .240 .058 .031 9.23519 .004 .861 1 211 .354
7 .257 .066 .035 9.21494 .009 1.928 1 210 .166
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .257 .066 .035 9.19408
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1263.873 7 180.602 2.136 .041
Residual 17836.067 211 84.531
Total 19099.940 218
87
5. Tabel Koefisein Regresi
6. Tabel Proporsi Varians
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 30.764 6.881 4.471 .000
Internal -.153 .111 -.145 -1.384 .168
Eksternal .210 .104 .207 2.022 .044
Konformitas .210 .074 .199 2.845 .005
Usia .012 .760 .001 .016 .987
Jenis kelamin .982 1.270 .053 .773 .440
Status pernikahan 1.433 1.510 .070 .949 .344
Jumlah pendapatan 1.246 .894 .101 .1.393 .165
Model Summary
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .029a .001 -.004 9.39858 .001 .186 1 216 .667
2 .118 .014 .005 9.35839 .013 2.859 1 215 .092
3 .228 .052 .039 9.19754 .038 8.586 1 214 .004
4 .229 .052 .034 9.21806 .000 .048 1 213 .827
5 .232 .054 .031 9.23217 .002 .350 1 212 .555
6 .240 .058 .031 9.23519 .004 .861 1 211 .354
7 .257 .066 .035 9.21494 .009 1.928 1 210 .166