PENGARUH INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP
INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI)
TAHUN 2012-2019
SKRIPSI
Oleh:
PUTRI SARI ALIANDARU
NIM. 210716092
Pembimbing
MAULIDA NURHIDAYATI, M.Si
NIP. 198910222018012001
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ABSTRAK
Aliandaru, Putri Sari. Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Tahun 2012-2019. Skripsi. Jurusan Ekonomi
Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing. Maulida Nurhidayati, M.Si
Kata kunci : Hubungan Jangka Panjang, Hubungan Jangka Pendek dan Fluktuasi
Indek Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang
mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks Saham Syariah Indonesia dari tahun ke tahun mengalami naik turun
atau fluktuasi karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Fluktuasi ISSI menyebabkan keadaan ISSI menjadi tidak stabil. Masalah dalam penelitian ini adanya keraguan dari para investor saham syariah, apa benar peristiwa
penurunan Inflasi dan Suku Bunga meningkatkan Indeks Saham Syariah Indonesia selama ini, sebab data pada bulan Juni tahun 2017 ke 2018
menunjukkan sebaliknya yaitu ketika Inflasi turun tetapi ISSI juga turun dan ketika Suku Bunga turun ISSI juga ikut turun. Hal tersebut bertentangan dengan teori. Oleh karena itu, penelitian ini meneliti Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2012-2019.
Metode dalam penelitian ini untuk menjawab keraguan investor saham syariah. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitif dengan menggunakan data
Sekunder yang terdiri dari data bulanan variabel ISSI, Inflasi dan Suku Bunga. Metode analisis yang digunakan adalah error correction model dengan tahapan Uji Stasioner, Uji Kointegrasi, Uji Hubungan Jangka Pendek, Uji Asumsi Klasik,
Uji Hubungan Jangka Panjang, Pengolahan data tersebut dilakukan dengan menggunakan aplikasi eviews 9.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji hubungan jangka panjang dan
uji hubungan jangka pendek variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal ini dikarenakan nilai t-
statistik (t-hitung) lebih kecil dari pada t-kritis (1,657707 ˂ 1,66177) pada uji jangka pendek. Dan nilai t-statistik (t-hitung) lebih kecil dari pada t-kritis (0,402822 ˂ 1,66159) pada uji jangka panjang. Variabel suku bunga berpengaruh
secara signifikan pada uji hubungan jangka panjang dan uji hubungan jangka pendek terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal ini dikarenakan t-
statistik (t-hitung) lebih besar dari pada t-kritis (1,70692 ˃ 1,66177) pada uji jangka pendek. Dan nilai t-statistik (t-hitung) lebih besar dari pada t-kritis (18,33209 ˃ 1,66159) pada jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian suku
bunga berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Oleh karena itu dapat dijadikan acuan untuk berinvestasi
Scanned by CamScanner
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan kegiatan yang sangat potensial untuk
mengembangkan perekonomian Indonesia. Investasi memiliki banyak
sekali manfaat dan keuntungan. Investasi merupakan penggunaan
sejumlah dana pada masa sekarang untuk kemudian mendapatkan imbalan
pada masa yang akan datang. Investasi ada 2 yaitu Investasi aset-aset
finansial dan aset-aset riil. Investasi aset-aset finansial dapat dilakukan di
pasar uang dan pasar modal. Investasi yang dapat dilakukan dipasar uang
misalnya sertifikat deposito, commercial paper, dan surat berharga pasar
uang. Investasi yang dapat dilakukan dipasar modal contohnya obligasi,
saham, reksadana, dan derivatif. Sedangkan investasi aset-aset riil
misalnya investasi pembelian tanah untuk usaha, investasi membangun
pabrik, dan membuat gedung. Saat ini investasi yang paling dicari oleh
para investor adalah investasi aset-aset financial, karena sangat mudah
penjualannya dibandingkan dengan investasi aset-aset riil.1
Pasar modal memiliki dua fungsi penting bagi perekonomian suatu
negara yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam menjalankan
fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan tempat untuk digunakan
1 Achmad Ath Thobarry, “Analisis pengaruh nilai tukar, suku bunga, laju inflasi dan
pertumbuhan GDP terhadap Indeks Sahamsektor properti (kajian empiris pada Bursa Efek
Indonesia periode pengamatan tahun 2000-2008)” (PhD Thesis, PROGRAM PASCA SARJANA)
1
2
sebagai pemindahkan dana kepeda pihak yang membutuhkan dana
(borrowers) dari pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders/investor).
Investor berharap akan mendapatkan imbalan dari penyerahan dana
tersebut. Sedangkan borrowers akan menggunakan dana tersebut untuk
kepentingan perusahaan tanpa harus menunggu tersedianya dana dari
operasi perusahaan. Fungsi kedua dari pasar modal yaitu fungsi keuangan
yang memungkinkan adanya kesempatan untuk mendapatkan imbalan
(return) bagi pemilik dana (lenders/investor) atas investasi yang dipilih.
Fungsi pasar modal secara umum sama dengan lembaga perantara
keuangan lainya seperti perbankan, perbedaannya adalah kalau perbankan
menyediakan dana dalam jangka pendek seperti kredit perbankan
sedangkan kalau pasar modal menyediakan dana jangka panjang.
Pengertian dari pasar modal adalah tempat bertemunya pihak investor
(pihak kelebihan modal) dan borrowers (pihak yang memerlukan modal).2
Salah satu kegiatan investasi yang dapat dipilih oleh investor
adalah berinvestasi di pasar modal. Di Indonesia investor yang berminat
untuk berinvestasi di pasar modal dapat berinvestasi di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Ada beberapa sektor-sektor investasi di BEI yaitu Sektor
Agraria (Pertanian), Sektor Mining (Pertambangan), Sektor Industri Dasar
dan Kimia, Sektor Properti Real Estate Dan Konstruksi Bangunan, Sektor
Industri Barang Konsumsi, Sektor Aneka Industri, Sektor Infrastruktur,
2 Achmad Ath Thobarry, “Analisis pengaruh nilai tukar, suku bunga, laju inflasi dan
pertumbuhan GDP terhadap Indeks Sahamsektor properti (kajian empiris pada Bursa Efek
Indonesia periode pengamatan tahun 2000-2008)” (PhD Thesis, PROGRAM PASCA SARJANA.
3
Utilitas, Dan Transportrasi, Sektor Finansial, Perdangan, Jasa, Dan
Investasi.3
Saat ini di Indonesia sudah mulai berkembang instrumen keuangan
berbasis syariah seperti bank syariah, pasar modal syariah, dan pasar
komoditi syariah. Pasar modal syariah merupakan salah satu alternatif
yang menggunakan saham syariah. Munculnya produk syariah di Pasar
Modal pada mulanya berawal dari keinginan Umat Islam untuk
berinvestasi secara syariah. Hal tersebut melatarbelakangi PT Danareksa
Investment Management untuk meluncurkan Danareksa Syariah pada
tanggal 3 Juli 2000. PT Bursa Efek Indonesia kemudian bekerja sama
dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan indeks
saham syariah yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index
terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham pling liquid yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.4
Pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah pada awalnya
melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah yaitu PT Danareksa
Investment Management. Akan tetapi, selanjutnya tugas pemilihan saham-
saham tersebut dilakukan oleh Bapepam-LK bekerja sama dengan Dewan
Syariah Nasional. Hal ini tertera dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor
3 Irfan Syauqi Beik & Sri Wulan Fatmawati, ”Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah
Internasional Dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index” Al-Iqtishad, 02 (Ju li
2016), 106.
4Irfan Syauqi Beik dan sri wulan fatmawati, ”Pengaruh Indeks Harga Saham
SyariahInternasional Dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index,“ Al-Iqtishad ,
2, (Juli 2014), 15
4
II.K.1 yaitu tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Kemudian, muncul produk investasi syariah lainnya di pasar modal yaitu
instrumen obligasi syariah (sukuk), reksadana syariah, dan Daftar Efek
Syariah (DES) yang kemudian berubah menjadi Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI).5
Pergerakan harga saham dalam jangka pendek tidak dapat
diprediksi secara pasti. Hukum permintaan dan penawaran menentukan
harga saham. Harga saham cenderung bergerak naik apabila makin banyak
orang yang membeli saham. Sebaliknya, harga saham cenderung bergerak
turun apabila banyak orang yang ingin menjual saham. Indeks Saham
tersebut merupakan catatan terhadap perubahan perubahan maupun
pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada
suatu saat tertentu.6
Walaupun baru dibentuk pada pertengahan Mei 2011, namun
perkembangan saham syariah yang terdaftar di ISSI menampakkan trend
positif. Pada setiap tahunnya pertumbuhan saham syariah selalu
mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
5 Ibid. 157
6Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal (Yogyakarta: AKADEMI
MANAJEMEN PERUSAHAAN YKPN, 2000), 124
5
2,000,000
2,400,000
2,800,000
3,200,000
3,600,000
4,000,000
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
ISSI
Sumber: www.ojk.go.id diolah
Gambar 1.1
Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia
Gambar 1.1 tersebut merupakan perkembangan Indeks Saham
Syariah Indonesia selama periode 2012 sampai 2019. Data ini disajikan
dalam periode bulanan dan dibuat untuk mengetahui perkembangan indeks
harga saham Syariah. Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa
Indeks Saham Syariah Indonesia di Otoritas Jasa Keuangan mengalami
penurunan pada tahun 2017 ke 2018 dari 3.491.398,41 ke 3.427.582,42.
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa Indeks Saham Syariah
cenderung mengalami peningkatan, meskipun tergolong tidak stabil.
Menurut Syahrir (1995) terdapat beberapa variabel makroekonomi
yang mampu mempengaruhi perkembangan indeks syariah. Faktor
Eksternal yang mempengaruhi indeks saham syariah seperti Sertifikat
Bank Indonesia Syariah, inflasi, jumlah uang beredar (JUB), nilai tukar
dan Suku Bunga. Sedangkan faktor internal yang mampu mempengaruhi
adalah seperti kondisi ekonomi nasional, keamanan, kondisi politik, dan
6
kebijakan pemerintah.7 Dalam penelitian ini variabel makroekonomi yang
akan digunakan untuk penelitian adalah tingkat Suku Bunga BI (BI-Rate)
dan Inflasi.
Secara teori, Investasi berbanding terbalik dengan inflasi dan suku
bunga. Ketika Inflasi naik hal tersebut menjadi sinyal negatif bagi para
investor. Meningkatnya Inflasi menyebabkan perubahan pada pendapatan
dan profit perusahaan, bila biaya operasional perusahaan lebih tinggi
dibandingkan profit perusahaan akan menyebabkan keuntungan yang
diperoleh perusahaan kecil sehingga berpengaruh terhadap return yang
diperoleh oleh Investor. Hal tersebut menyebabkan para investor enggan
untuk menanamkan modalnya diperusahaan tersebut.8
Inflasi adalah kenaikan harga yang bersifat umum secara terus
menerus, dikatakan mengalami inflasi jika terjadi peningkatan harga
secara umum dan bersifat terus menerus. Dari sisi teori ekonomi, gejala
inflasi menunjukkan terjadinya kelebihan permintaan (excess demand)
ditingkat makro, dari gejala inflasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
seluruh atau hampir seluruh industri dalam perekonomian mengalami
7 Yudhistira Ardhan, “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham
Syariah Di Indonesia : Model Ecm,” Jurnal Bisnis dan Manajemen, 01 (April 2016),19
8Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Di Indonesia : Model
Ecm,” Jurnal Bisnis dan Manajemen, 01 (April 2016),19
7
permintaan (excess demand). Adapun indikator Inflasi adalah IHK (Indeks
Harga Konsumen)9
Tingkat inflasi di Indonesia yang selalu mengalami fluktuasi tidak
menutup kemungkinan akan mempengaruhi tingkat investasi di pasar
modal. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2019 Indonesia
mengalami inflasi sebesar 2,72% atau lebih rendah dibandingkan dengan
Inflasi yang terjadi sepanjang 2018 sebesar 3,13%. Dengan demikian
tingkat Inflasi sepanjang 2019 lebih rendah dari target yang telah
ditetapkan pemerintah di angkat 3,5% plus minus 1. Inflasi Desember
2019 merupakan tingkat inflasi terendah selama 10 tahun.10
2
3
4
5
6
7
8
9
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Inflasi
Sumber: www.BPS.go.id diolah
Gambar 1.2
Perkembangan Inflasi
9Ana Hasanah, “Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukr Rupiah, Dan Tingkat Suku Bunga
Domestik Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI),” E-JRA, (Agustus 2019), 39
10 Ilham Ramadhan, “Inflasi Desember 2019 Tercatat 0,34%,” dalam
https://mediaindonesia.com/read/detail/280901-iflasi-desember-2019-tercatat-034, (dia kses pa da
tanggal 10 Maret 2020, jam 21.25).
8
Dari data diatas dapat terlihat jelas bahwa Inflasi di Indonesia
masih dibawah 10%. Namun Inflasi tersebut tidak selalu stabil dan
cenderung mengalami penurunan. Pada Gambar 1.2 dapat di lihat pada
bulan Juni tahun 2017 ke 2018 mengalami penurunan dari 4,37% ke
3,12% sedangkan Indeks Saham Syariah juga mengalami penurunan pada
bulan Juni tahun 2017 ke 2018 dari 3.491.398,41 ke 3.427.582,42. Hal ini
bertentang dengan teori yang menyatakan ketika Inflasi naik maka indeks
harga saham turun, padahal pada kenyataannya inflasi mengalami
penurunan pada bulan Juni tahun 2017 ke 2018 diikuti dengan penurunan
indeks saham syariah Indonesia.
Pergerakan suku Bunga bank melalui bank sentral akan
meningkatkan minat masyarakat untuk menabung. Naiknya suku bunga
akan menyebabkan permintaan uang untuk investasi akan berkurang. Bank
Sentral menaikkan suku bunga untuk menarik uang yang beredar dalam
masyarakat. Setelah uang yang beredar dapat dikurangi jumlahnya, maka
pemberian kredit untuk investasi harus melalui seleksi yang ketat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ketika suku bunga naik maka Investasi
akan menurun, karena masyarakat lebih memilih untuk menabung
daripada investasi.11
11 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, 125
9
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
2.2
2.4
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Suku Bunga
Sumber: www.BI.go.id data diolah
Gambar 1.3
Perkembangan Suku Bunga
Berdasarkan Gambar 1.3 dapat diketahui suku bunga mengalami
penurunan dari tahun 2017 ke 2018 yaitu 1,445 ke 1,29%. Akibat yang
muncul dari penurunan suku bunga adalah turunnya indeks saham syariah
Indonesia yaitu dari 3.491.398,41 ke 3.427.582,42. Suatu fenomena yang
tidak sesuai dengan teori yang terdapat di buku karangan Sunariyah dengan
judul Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Ketika suku bunga naik maka
Investasi akan menurun, karena masyarakat lebih memilih untuk
menabung daripada investasi.12
Dari fenomena yang terjadi menunjukkan adanya perbedaan antara
teori dengan kondisi yang ada. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti
lebih lanjut tentang “Pengaruh Inflasi, dan Suku Bunga Terhadap Indeks
Saham Syariah (ISSI) Tahun 2012-2019.”
12 Ibid.
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang permasalahan,
maka dapat di uraikan beberapa rumusan masalah permasalahan dari
penelitian yang di lakukan. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
periode 2012-2019?
2. Apakah Suku Bunga berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia periode 2012-2019?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan penjabaran Latar Belakang dan rumusan masalah di
atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia periode 2012-2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh Suku Bunga terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia periode 2012-2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Mengembangkan Ilmu Ekonomi Syariah
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
pengalaman, dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu
11
meteode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan
tentang pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia tahun 2012-2019. Dan terdapat perbedaan
metode pengolahan data yang biasanya dilakukan dengan
menggunakan Regresi Linier Berganda, pada penelitian ini
dilakukan dengan metode Error Correction Model dengan
software Eviews.
c. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Investor
Untuk mengetahui keadaan ekonomi terkait dengan pengaruh
inflasi dan suku bunga terhadap indeks saham syariah untuk
kemudian dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan bagi
investor.
b. Bagi Pemerintah
Adapun hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk menilai
kinerja portofolio saham
E. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan kemudahan dalam memahami terhadap
penulisan skripsi ini peneliti menyajikan dalam bentuk beberapa bab.
Adapaun pembahasan dalam skripsi ini sebagai berikut:
12
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASASAN TEORI
Berisi tentang deskripsi teori tentang Indeks Saham Syariah
Indonesia, Pasar Modal, Suku Bunga, dan Inflasi. Dan berisi kajian
pustaka atau penelitihan terdahulu, Kerangka Berfikir, dan
Hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang Jenis dan Pendekatan Penelitian, Lokasi dan Periode
Penelitian, Rancangan Penelitian, Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional, populasi dan Sampel, dan Teknik Pengumpulan data
dan analisis data.
BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DATA
Berisi temuan dan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum
Analisi Data, Pengujian Hipotesis, dan Pembahasan
BAB V PENUTUP
Merupakan penutup dari laporan penelitian yang berisi kesimpulan
dan saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Indeks Saham
a. Pengertian Indeks Harga Saham
Pengambilan keputusan membutuhkan data historis mengenai
berbagai kejadian dimasa lalu. Semakin detail dan terinci yang
diperoleh, pengambil keputusan dapat merumuskan kebijakannya
dengan lebih tepat. Hal ini mengingat setiap pengambil keputusan
membutuhkan pemetaan permasalahan dan alternatif keputusan
yang akan diambilnya. Dengan demikian informasi yang
dibutuhkan bukanlah hanya sekedar data atau fakta yang disajikan
begitu saja, tanpa diklasifikasi berdasarkan sistem tertentu. Ini
berarti suatu informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
harus jelas strukturnya berdasarkan pedekatan sistem.1
Keputusan investor memilih suatu saham sebagai obyek
investasinya, membutuhkan data historis terhadap pergerakan
saham yang beredar di Bursa. Baik secara individual, kelompok,
maupun gabungan. Mengingat transaksi investasi saham terjadi
pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang sangat rumit
dan berbeda-beda, pergerakan harga saham memerlukan
1 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal (Yogyakarta: AKADEMI
MANAJEMEN PERUSAHAAN YKPN, 2000), 124
13
14
identifikasi khusus dan penyajian informasi. Ribuan kejadian-
kejadian dan fakta historis tersebut, harus dapat disajikan dengan
sistem tertentu agar dapat mengahasilkan suatu informasi yang
sederhana, konsisten dan mudah di tafsirkan oleh para pelaku pasar
modal. Informasi yang sederhana namun dapat mewakili suatu
kondisi tertentu akan mewujudkan peta permasalahan yang
disimbolkan oleh tanda-tanda angka ataupun peristilahan tertentu.
Dapat disimpulkan Indeks harga saham adalah suatu indikator yang
menunjukkan pergerakan harga saham saat ini.2
b. Jenis-jenis Indeks Harga Saham
PT. Bursa Efek Indonesia memiliki 12 jenis Indeks Harga
Saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media
cetak maupun elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor
untuk berinvestasi di pasar modal. Ke sebelas jenis indeks tersebut
adalah:3
1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua
emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
Saat ini beberapa emiten tidak dimasukkan dalam perhitungan
IHSG, misalnya emiten-emiten eks Bursa Efek Surabaya
2 Ibid.
3 Sukma Febrianti, “Analisis Perbandingan Kinerja Indeks Saham Syariah dengan Indeks
Saham Konvensional Periode 2015-2017 (Studi Kasus Pada Jii Dan Lq45)” Prosiding SENDI_U
2018, 548
15
karena alasan tidak(atau belum ada) aktivitas transaksi
sehingga belum tercipta harga di pasar.
2) Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada
masing-masing sektor.
3) Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar,
dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
4) Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang
masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang
diterbitkan oleh Bapepam-LK) dan termasuk saham yang
memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.
5) Indeks Kompas 100, menggunakan 100 emiten yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar,
dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
6) Indeks BISNIS-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu an merupakan kerjasama antara
PT. Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia.
7) Indeks PPEFINDO25, menggunakan 25 emiten yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerjasama antara
PT. Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO.4
4 Ibid.
16
8) Indeks SRI-KEHATI, merupakan kerjasama antara PT. Bursa
Efek Indonesia dengan Yayasan KEHATI dan menggunakan
25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
9) Indeks Papan Utama, menggunakan emiten-emiten yang masuk
dalam kriteria papan utama.
10) Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang
masuk dalam kriteria papan pengembangan.
11) Indeks Individual, yaitu Indeks Saham masing-masing emiten.
Perbedaan utama pada masing-masing indeks adalah jumlah
emiten dan nilai dasar yang digunakan untuk perhitungan
indeks (Buku Panduan Indeks Saham BEI, 2010).5
12) Indeks Saham Syariah Indonesia, yaitu seluruh cerminan
Saham Syariah yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
c. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Di Indonesia, investasi syariah ditandai dengan peluncuran
Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa
Investment Management. Kemudian diresmikannya Jakarta
Islamic Index (JII) oleh Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan
PT. Danareksa Investment Management (DIM) pada tahun 2000
menjadi panduan baru bagi investor yang ingin menanamkan
dananya secara syariah. Di JII terdapat 30 perusahaan dengan
saham unggulan yang dianggap memenuhi sejumlah kriteria
5 Ibid., 549
17
syariah. Perusahaan-perusahaan tersebut di evaluasi secara rutin
setiap 6 bulan sekali yaitu pada bulan Januari dan pada bulan Juli.
Pemilihan saham-saham yang terdaftar di JII dilakukan oleh
Bapepam bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional. Kriteria
syariah yang dikeluarkan adalah:6
1) Tidak melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
(a) Perjudian dan permainan yang tergolong judi.
(b) Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain,
(1) perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa.
(2) Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu.
(c) Jasa keuangan ribawi, antara lain:
(1) bank berbasis bunga
(2) perusahaan pembiayaan berbasis bunga
(d) Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian
(gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi
konvensional
(e) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan,
dan/atau menyediakan antara lain:
(1) barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi)
(2) barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram
lighairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI
6 Ibid., 550
18
(3) barang atau jasa yang merusak moral dan/atau bersifat
mudarat
(f) Melakukan transaksi yang mengandung unsure suap
(risywah);
2) Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
a) Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan
total asset tidak lebih dari 45%.
b) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan
pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10%. (Amalia dan
Kartikasari, 2016).
Indek Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks
saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada saat Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011,
jumlah saham syariah yang tercatat di BEI sebanyak 214 saham.
Keberadaan Indek Saham Syariah Indonesia (ISSI) melengkapi
indeks syariah yang sudah ada sebelumnya yaitu Jakarta Islamic
Index (JII). Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terdaftar dalam Daftar
Efek Syariah (DES). Konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan
dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga
19
dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru
tercatat atau dihapuskan dari Daftar Efek Syariah (DES).7
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Indeks Saham Syariah
Indonesia
Menurut Syahrir terdapat beberapa faktor-faktor penting
yang mampu mempengaruhi perkembangan Indeks Saham Syariah
Indonesia yaitu oleh beberapa variabel makroekonomi. Faktor
Eksternal yang mempengaruhi indeks saham syariah seperti
Sertifikat Bank Indonesia Syariah, inflasi, jumlah uang beredar
(JUB), nilai tukar dan Suku Bunga. Sedangkan faktor internal yang
mampu mempengaruhi adalah seperti kondisi ekonomi nasional,
keamanan, kondisi politik, dan kebijakan pemerintah.8
e. Pasar Modal
1) Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal memiliki peran sangat penting bagi
perekonomian di Indonesia karena Pasar Modal menjalankan
dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana pendanaan usaha atau
sebagai sarana bagai perusahaan untuk mendapatkan dana dari
masyarakat pemodal (Investor). Kedua, Pasar Modal dapat
menjadi saran bagi masyarakat untuk berinvestasi pada
7 Ibid.
8 Siti Aisiyah Suciningtias, Rizki Khoiroh, “Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi)”FE UINSULLA, 01 (May 2015), 401
20
instrumen keuangan. Berdasarkan undang-undang No. 08 Tahun
1995 Pasal 1 angka 13 dijelaskan bahwa Pasar Modal adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
pedagang efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkan serta lembaga dan profesi yang diberikan
dengan efek.
Masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya
sesuai dengan karakteristik keuntungan dan resiko masing-
masing Instrumen. Sehingga dapat dikatakan bahwa Pasar
Modal merupakan tempat bertemunya investor sebagai pemilik
dana dan perusahaan yang memerlukan dana.9
2) Manfaat Pasar Modal
Beberapa manfaat pasar modal antara lain;
a) Menyediakan sumber Pendanaan untuk pihak yang
kekurangan dana.
b) Mendorong Penerapan Prinsip Good Corporate Goverment
(CGC) pada perusahaan
c) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja
d) Sebagai sarana peningkatan pendapatan negara dan sebagai
indikator perekonomian Negara.
9 Otoritas Jasa keuangan, Buku Saku Otoritas jasa Keuangan edisi II (Jakarta: OJK,
2015), 186-187.
21
e) Sebagai sarana pemerataan dan sebagai sarana peningkatan
kapasitas produksi.10
3) Peranan Pasar Modal dalam Suatu Negara
Fungsi Pasar Modal, pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana
yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja, dan
lain-lain. Kedua pasar modal menjadi saran bagi masyarakat
untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham,
obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian,
masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai
dengan karakteristik keuntungan dan resiko masing-masing
instrumen.11
Peranan pasar modal pada suatu negara adalah:
a) Sebagai fasilitas dalam melakukan interaksi antar pembeli
dan penjual untuk menetukan harga saham atau surat
berharga yang diperjual belikan.
b) Pasar Modal memberikan kesempatan kepada investor
untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan.
Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten)
10 Ibid.
11 Ibid., 188
22
untuk memenuhi keinginan para investor. Pasar Modal
meneciptakan peluang bagi perusahaan untuk memuaskan
keinginan para pemegang saham melalui kebijakan deviden
dan stabilitas harga sekuritas yang relatif normal.
c) Pasar modal memberi kesempatan kapada investor untuk
menjual kembali saham yang dimiliki atau surat berharga
lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal, para investor
dapat melikuidasi surat berharga yang dimilikinya tersebut
setiap saat.
d) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat
untuk berpasrtisipasi dalam perkembangan suatu
perekonomian. Masyarakat umum mempunyai kesempatan
untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang
mereka.12
e) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi
surat berharga. Bagi para investor, keputusan investasi
harus didasarkan pada tersedianya informasi yang akurat
dan dapat dipercaya. Pasar modal dapat menyediakan
kebutuhan terhadap informasi bagi para investor secara
lengkap, yang apabila hal tersebut dicari sendiri maka akan
memerlukan biaya yang sangat mahal.
12 Ibid., 189
23
Sementara itu, peranan pasar modal di Indonesia menurut
Rusdin antara lain:
a) Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara
efisien.
b) Pasar modal sebagai alternatif investasi
c) Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan
sehat dan berprospek baik untuk berinvestasi
d) Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan
transparan agar perusahaan dapat dipercaya Investor.
e) Peningkatan aktiitas ekonomi nasional.13
f. Saham
1) Pengertian saham
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan dan pemegang saham
memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.
Saham adalah surat bukti kepemilikan atas sebuah
perusahaan yang melakukan penawaran umum (go publik)
dalam nominal atau prosentase tertentu. Sementara itu,
saham adalah jumlah satuan sari modal kooperatif yang
sama jumlahnya bisa diputar dengan berbagai cara
berdagang, dan harganya bisa berubah sewaktu-waktu
13 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang; UIN-MALIKI Press,
2010), 59
24
tergantung keuntungan dan kerugian atau kinerja
perusahaan tersebut.
Adaapun saham menurut Ridwan, merupakan surat
berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas atau yang disebut emiten. Saham adalah
surat tanda penyerahaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemilik (berapa pun porsinya) dari suatu
perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, sesuai porsi
kepemilikannya yang tertera pada saham.14
Dari beberapa definisi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa saham menunjukkan kepemilikan atas
suatu perusahaan dan memberikan hak kepada pemiliknya.
Kepemilikan tersebut memberikan kontribusi kepada
pemegangnya berupa return yang dapat diperolehnya, yaitu
keuntungan modal (capital gain) atas saham yang memiliki
harga jual lebih tinggi daripada harga belinya, atau deviden
atas saham tersebut, disamping hak lainnya yaitu non-
financial benefit berupa hak suara dalam rapat umum
pemegang saham. Peluang untuk mendapatkan return dan
14 Ibid.,58
25
capital gain ini memotifasi para investor untuk melakukan
perdagangan saham di padar modal(Bursa Efek).15
2) Faktor yang mempengaruhi Fluktuasi Harga Saham
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap
harinya. Oleh karena itu, investor harus mampu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi haga
saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga
saham dapat berasal dari internal maupun eksternal.
Adapun faktor internalnya anataralin adalah Laba
Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva Tahunan, Likuiditas,
Nilai Kekayaan Total, Dan Penjualan. Sementara itu, faktor
eksternalnya adalah Kebijakan Pemerintah Dan
Dampaknya, Pergerakan Suku Bunga, Inflasi, Fluktuasi
Nilai Tukar Mata Uang, Rumor, Dan Sentimen Pasar, Dan
Penggabungan Usaha (Bussines Combination). Pada
umumnya saham yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan
(emiten) yang melakukan penawaran umum ada dua macam
yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa
(prefect stock).16
15 Ibid., 59
16 Dewi Kusuma Wardani dan Devita Fajar Tri Andarini, “Pengaruh Kondisi
Fundamental, Inflasi, Dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Harga Saham (Study
Kasus Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2013)”, Jurnal Akuntamsi, 02 (Desember 2016), 78.
26
3) Proses Pengambilan keputusan Investasi dalam Saham
Dalam melakukan investasi pihak investor akan
mempertimbangkan banyak hal. Baik itu menyangkut
kinerja perusahaan ataupun perhitungan secara matematis
mengenai tingkat return dan risk masing-masing saham.
Dengan mempertimbangkan dilarangnya kita untuk
melakukan transaksi secara sembarangan (gharar), perlu
dilakukan suatu analisis yang cukup terhadap masing-
masing saham. Ada dua macam tipe pemain saham menurut
Subekti yaitu investor dan spekulan. Investor melakukan
investasi jangka panjang dan berbasis fundamental
perusahaan, sedangkan spekulan berbasis pada pergerakan
harga saham dalam jangka waktu yang pendek. Tentunya
hal-hal yang berau spekulasi sangat dilarang dalam syariah
Islam, karena sama dengan judi. Menurut Tandelilin ada
lima tahap dasar dalam melakukan investasi sebagaimana
berikut:17
a) Menetapkan Tujuan Investasi
Tahap pertama dalam proses keputusan investasi
adalah menentukan tujuan investasi yang akan
dilakukan. Tujuan investasi masing-masing investor
bisa berbeda-beda tergantung pada investor yang
17 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan, 61.
27
membuat keputusan tersebut. Misalnya bagi institusi
penyimpanan dana seperti bank misalnya, mempunyai
tujuan untuk memperoleh return yang lebih tinggi
diatas biaya investasi yang dikeluarkan. Biasanya
mereka lebih menyukai investasi pada sekuritas yang
mudah diperdagangkan ataupun pada penyaluran kredit
yang lebih berisiko tetapi memberikan return yang
tinggi.
b) Penentuan Kebijakan Investasi
Tahap kedua ini merupakan tahap penentu
kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi yang telah
ditetapkan. Tahap ini dimulai dengan keputusan alokasi
asset. Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana
yang dimiliki pada berbagai klas-klas asset yang
tersedia (saham, obligasi, real estate, ataupun sekuritas
luar negeri). Investor juga harus memperhatikan
berbagai batasan yang mempengaruhi kebijakan
investasi seperti seberapa besar dana yang dimiliki dan
porsi pendistribusian dana tersebut serta beban pajak
dan pelaporan yang harus ditanggung.
c) Pemilihan Strategi Portofolio
Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten
dengan dua tahap sebelumnya. Ada dua strategi
28
portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio
aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio
aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang
tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk
mencari kombinasi portofolio yang lebih baik. Strategi
portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada
portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar.
Asumsi strategi pasif ini adalah bahwa semua informasi
yang tersedia, diserap pasar dan direfleksikan pada
harga saham.18
d) Pemilihan Asset
Setelah tahap pemilihan strategi portofolio
selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
pemilihan asset yang akan dimasukkan dalam
portofolio. Tujuannya, untuk mencari kombinasi yang
efisien, yaitu portofolio yang menawarkan return
diharapkan tertinggi sengan tingkat resiko tertentu atau
sebaliknya menawarkan return diharapkan tertentu
dengan tingkat resiko terendah.
e) Pengukuran dan evaluasi Kinerja portofolio
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses
keputusan investasi, namun jika dalam tahap
18 Ibid., 63
29
pengukuran dari evaluasi kinerja telah dilewati dan
ternyata hasilnya kurang baik, maka proses
pengambilan keputusan investasi harus dimulai lagi
dari tahap pertama. Sehingga akan dicapai keputusan
investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran dan
evaluasi kinerja ini meliputi pengukuran kinerja
portofolio dan membandingkan hasil pengukuran
tersebut dengan kinerja portofolio lainnya.19
2. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Permulaan abad ke-18 kata inflasi diartikan sebagai
keadaan ekspansi penawaran uang yang ditimbulakn oleh
diedarkannya uang kertas yang dicetak bank-bank atau pemerintah
sebagai pelengkap (Suplemen) uang logam. Penambahan uang baru
dipercaya akan menyebabkan tingkat kemakmuran masyarakat
lebih tinggi tanpa mempengaruhi harga. Menjelang akhir abad ke-
18 dan permulaan abad ke-19, ekonomiawan klasik, seperti
Richard canttilon, David Hume, Adam Smith, dan David Ricardo
menyatakan bahwa akibat penambahan permintaan uang eperti
19 Ibid.
30
mencetak uang kertas, yang disebutkan diatas, akan menyebabkan
Inflasi.20
Definisi singkat mengenai Inflasi adalah keadaan yang
menunjukkan kenaikan harga-harga umum secara terus menerus.
Perkataan terus-menerus menunjukkan bahwa kenaikan herga,
walaupun melonjak tajam tapi sekali saja, tidak terkategorikan
sebagai inflasi. Definisi lain Inflasi adalah keadaan dimana terjadi
kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang dan jasa
secara keseluruhan.21
b. Jenis-jenis Inflasi
1) Jenis Inflasi menurut sifat
a) Inflasi Ringan
Inflasi ringan ditandai dengan laju inflasi yang
rendah, biasanya bernilai satu digit per tahun (kurang dari
10%). Kenaikan harga pada jenis inflasi ini berjalan secara
lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka
yang relatif lama.
b) Inflasi Menengah
Inflasi menengah ditandai dengan kenaikan harga
yang cukup besar (biasanya duoble digit, yaitu diantara
20 Elvis Purba & Ridho MB Simangungsong, Uang dan Lembaga Keuangan (Medan:
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSE 2005), 41
21 Prasetyo Eko, Fundamental Makro Rkonomi, (Yogyakarta; Beta Offset Yogyakarta,
2012), 198.
31
10% sampai < 30% per tahun) dan kadangkala berjalan
dalam waktu yang relatif pendek. Artinya, harga-harga
minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan
seterusnya.22
c) Inflasi tinggi
Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah
akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali (lebih dari
30%). Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk
menyimpan uang. Perputaran uang makin cepat, harga naik
secara akselerasi
2) Jenis Inflasi menurut sebab
a) Demand full inflation
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian
sedang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan
selanjutnya daya beli sangat tinggi. Daya beli yang tinggi
akan mendorong permintaan melebihi total produk yang
tersedia. Permintaan aggregate meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian,
akibatnya timbul inflasi.
22 Adrian Sutawijaya, “Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi Terhadap Inf lasi di Indonesia ,”
Jurnal Organisasi dan Manajemen 8, no. 2 (2012): 85–101.
32
b) Cost push inflation
Inflasi ini terjadi bila biaya produksi mengalami
kenaikan yang terus-menerus. Kenaikan biaya produksi
dapat berawal dari kenaikan harga input seperti kenaikan
upah minimum, kenaikan bahan baku, kenaikan tarif listrik,
kenaikan BBM, dan kenaikan-kenaikan input lainnya yang
mungkin semakin langka dan harus diimpor dari luar
negeri.23
c) Imported inflation
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-
harga barang yang diimpor, terutama barang yang diimpor
tersebut mempunyai perananan penting dalam setiap
kegiatan produksi.
d) Ekpektation inflation
Inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam
menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan
kegiatan ekonominya. Ekspektasi tersebut apakah
disebabkan oleh adanya perilaku masyarakat yang secara
umum bersifat adaptif atau forward looking, karena
masyarakat melihat harapan di masa datang akan lebih baik
daripada sebelumnya. Harapan masyarakat ini dapat
23 Prasetyo Eko, Fundamental Makro Ekonomi, 200
33
menyebabkan demand full inflation maupun cost push
inflation tergantung dari harapan masyarakat yang mana
yang lebih baik dan bagaimana kondisi persediaan barang
dan faktor produksi saat itu dan masa datang.24
3) Jenis Inflasi menurut asal
a) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi ini dapat timbul antara lain karena defisit
anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang
baru ataupun terjadinya kegagalan panen.
b) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).
Inflasi ini merupakan inflasi yang timbul karena
kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau di luar
negara tersebut. Dalam hubungan ini pengaruh inflasi dari
luar negeri ke dalam negeri dapat terjadi melalui kenaikan
harga barang-barang impor maupun kenaikan harga
barangbarang ekspor.25
c. Dampak Inflasi
Dampak inflasi terhadap suatu perekonomian diantaranya
sebagai berikut:
1) Nilai suatu mata uang akan mengalami penurunan dan daya
beli mata uang tersebut menjadi semakin rendah. Penurunan
24 Ibid.
25 Ibid., 202
34
daya beli mata uang selanjutnya akan berdampak pada
individu, dunia usaha dan APBN. Dengan kata lain, laju inflasi
yang tinggi dapat berdampak buruk terhadap perekonomian
secara keseluruhan.26
2) Inflasi mendorong redistribusi pendapatan diantara anggota
masyarakat, hal inilah yang disebut dengan efek redistribusi
dari inflasi. Inflasi akan mempengaruhi keseahteraan ekonomi
anggota masyarakat, sebab redistribusi pendapatan yang terjadi
akibat inflasi akan mengakibatkan pendapatan riil satu orang
meningkat, tetapi pendapatan riil yang lain akan jatuh.
Umumnya bagi mereka yang berpendapatan tetap seperti
pegawai negeriakan mengalami dampak negatif inflasi, hal
tersebut dikarenakan inflasi yang tinggi pendapatan riil mereka
akan turun. Inflasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam
output dan kesempatan kerja. Hal tersebut terjadi dikarenakan
inflasi memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau
kurang dari yang telah dilakukan selama ini
3) Inflasi menyebabkan sebuah lingkungan yang tidak stabil bagi
kondisi ekonomi. Jika konsumen memperkirakan tingkat inflasi
di masa mendatang akan naik, maka akan mendorong mereka
untuk melakukan pembelian barang-barang dan jasa secara
26 Adrian Sutawijaya, “Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi Terhadap Inflasi di Indonesia ,”
Jurnal Organisasi dan Manajemen 8, no. 2 (2012): 102.
35
besar-besaran pada saat sekarang dari pada mereka menunggu
tingkat harga sudah meningkat lagi.
4) Inflasi cenderung memperendah tingkat bunga riil dan
menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan di pasar modal.
Hal tersebut menyebabkan penawaran dana untuk investasi
menurun, dan sebagai akibatnya, investor sektor swasta
berkurang sampai ke bawah tingkat keseimbangannya.27
d. Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam mengatasi Inflasi
Mewujudkan Inflasi Nol persen secara terus menerus dalam
perekonomian yang sedang berkembang adalah sulit untuk dicapai.
Oleh sebab itu, dalam jangka panjang yang perlu diusahakan
adalah menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu menjalankan
kebijakan menurunkan tingkat inflasi karena bagimanapun
pemerintah mempunyai peranan penting dalam mengendalikan laju
inflasi sebab terjadi atau tidaknya inflasi tergantung dari kebijakan-
kebijakan pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian.
Kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mengatasi masalah
inflasi yaitu kebijakan Fiskal dan kebijakan moneter.28
1) Kebijakan Fiskal
Ada dua kebijakan fiskal yang bisa dilaksanakan oleh
pemerintah untuk menekan tingkat Inflasi, yaitu
27 Ibid., 103
28 Prasetyo Eko, Fundamental Makro Ekonomi, 203
36
(a) Meningkatkan pajak
Makin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap
pendapatan, maka semakin kecil konsumsi masyarakat.
Dengan naiknya pajakyang dikenakan pemerintah terhadap
pendapatan masyarakat akan menekan tingkat konsumsi.
(b) Mengurangi pengeluaran pemerintah
Kebijakan yang akan dilaksanakan adalah dalam bentuk
mengurangi pengeluaran pemerintah, langkah ini
menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi
pengeluaran dalam perekonomian. Maka untuk
menerangkan tentang efek dari kebijakan fiskal dalam
mengatasi inflasi perlu dibedakan dalam dua keadaan, yaitu
pertama keadaan dimana inflasi berlaku tanpa kontrol
pemerintah, kedua inflasi yang di atasi melalui kebijakan
fiskal.29
2) Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter ialah peraturan dan ketentuan yang
dikeluarkan oleh otoritas moneter (bank sentral) untuk
mengendalikan jumlah uang yang beredar. Agar ekomomi
tumbuh lebih cepat, bank sentral bisa bisa memberikan lebih
banyak kredit kepada sistem perbankan mellui operasi pasar
terbuka, atau bank sentral menurunkan persyaratan cadangan
29 Ibid., 204
37
dari bank-bank atau menurunkan tingkat diskonto, yang harus
dibayar oleh bank jika hendak meminjam dari bank sentral.
Akan tetapi, apabila ekonomi tumbuh terlalu cepat dari inflasi
menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat
melakukan operasi pasar terbuka (open market operation),
menarik uang dari sistem perbankan, menaikkan persyaratan
cadangan minimum (Reserve requirement), atau menaikkan
tingkat diskonto (interest or discount rate), sehingga dengan
demikian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Instrumen kebijakan moneter lain berkisar dari kebijakan kredit
selektif sampai moral situation, suatu kebijakan yang
sederhana, tetapi sering sangat efektif.30
Secara teori, investasi berbanding terbalik dengan Inflasi
dan tingkat suku Bunga. Ketika Inflasi naik hal tersebut
menjadi sinyal negatif bagi para investor. Meningkatnya Inflasi
menyebabkan perubahan pendapatan perusahaan dan profit
perusahaan, apabila biaya operasional perusahaan lebih tinggi
dibandingkan profit perusahaan akan menyebabkan keuntungan
yang diperoleh perusahaan kecil sehingga berpengaruh
terhadap Return yang diperoleh oleh Investor. Hal tersebut
menyebabkan para investor enggan untuk menanamkan
30 Nur Rianto Al arif, Teori MakroEkonomi Islam (Bandaung; Alfabeta, 2010), 97-99
38
modalnya diperusahaan tersebut. Adapun indikator Inflasi
adalah IHK (Indeks Harga Konsumen).31
Sedangkan menaikkan suku Bunga bank melalui bank
sentral akan meningkatkan minat masyarakat untuk menabung,
dengan naiknya suku bunga yang disebabkan naiknya suku
bunga bank sentral akan menyebabkan permintaan uang untuk
investasi akan berkurang. Maksud menaikkan suku bunga ini
adalah untuk menarik uang yang beredar dalam masyarakat.
Setelah uang yang beredar dapat dikurangi jumlahnya, maka
pemberian kredit untuk investasi harus melalui seleksi yang
ketat. Investasi hanya diberikan untuk tujuan produktif,
sehingga penambahan uang yang beredar dapat diimbangi
dengan penambahan produksi barang, sehingga sektor riil pun
dapat berkembang.32
3. Suku Bunga
a. Pengertian Suku Bunga
Suku bunga adalah jumlah yang diterima oleh orang yang
meminjam dana dan dibayar oleh peminjam dana sejumlah
persentase yang disepakati oleh kedua belah pihak. Suku bunga
merupakan instrumen konvensional untuk mengendalikan atau
menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi. Suku bunga yang tinggi
31 Ibid., 100
32 Ibid.
39
akan mendorong orang-orang untuk menanamkan dananya di bank
daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau sektor
industri yang risikonya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
menanamkan uang di bank terutama dalam bentuk deposito.33
Suku bunga sebagai harga dari penggunaan uang untuk
jangka waktu tertentu, atau harga dari penggunaan uang yang
dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan pada suatu saat
mendatang. Pengertian tingkat bunga sebagai “harga” ini juga
dapat dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi
“pertukaran” antara satu rupiah di waktu yang akan datang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suku bunga deposito
adalah harga yang akan diperoleh dari penggunaan uang untuk
jangka waktu tertentu atau harga dari penggunaan uang yang
dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan pada suatu saat
mendatang.34
b. Fungsi Suku Bunga
Menurut sumiyah ada 3 fungsi dari suku bunga yang diterapkan
oleh pemerintah, yaitu
1) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana
lebih untuk di investasikan dalam bentuk saham
33 Elvis Purba dan Ridhon Simangungsong, Uang dan Lembaga Keuangan, 51
34 Ibid.
40
2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam
rangka mengendalikan penawaran dan perminataan uang yang
beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah
mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila
perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meimnjam
dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih
rendah dibandingjan ssektor lain. Pemerintah dapat
memanfaatkan Suku Bunga untuk mengontrol jumlah uang
beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang
dalam suatu perekonomian.35
B. Studi Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Studi Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Perbedaan Hasil
1. Milliati
Azka
Pengaruh
Tingkat
Bunga,
Tingkat
Inflasi, dan
Nilai
Tukar
Rupiah
Terhadap
Indeks
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis
Tingkat Bunga, Tingkat
Inflasi, dan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia
(ISSI) tahun 2011-2016.
Variabel yang digunakan
juga berbeda yaitu ada
Tingkat Bunga, Tingkat
` Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa,
Tingkat Inflasi dan
Tingkat Bunga tidak
berpengaruh terhadap
Indeks Saham Syariah,
sedangkan Nilai tukar
berpengaruh terhadap
Indeks Saham Syariah.36
35 Nasir dan Mirza , “Penga ruh Nilai Kurs, Inflasi, Suku Bunga Deposito da n Volume
Perdagangan Saham Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.”
36 Milliati Azka, “Pengaruh Tingkat Bunga, Tingkat Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2011 -2016”, SKRIPSI (UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2016).
41
No. Nama Judul Perbedaan Hasil
Saham
Syariah
Indonesia
(ISSI)
tahun
2011-2016
Inflasi, dan Nilai Tukar
Rupiah sedangkan dalam
penelitian ini
mengguanakn dua
variabel X saja yaitu
Inflasi dan Suku Bunga.
Terdapat perbedaan
dalam tahunnya pada
penelitian ini periode
penelitiannya yaitu 2012-
2016 sedangkan
penelitian saya pada
tahun 2012-2019.
Sedangkan metode
penelitian yang
digunakan oleh Miliati
Azka yaitu Analisis
Regresi Linier Berganda
meggunakan software
SPSS, dan untuk
penelitian ini
menggunakan metode
Error Correction Model
dengan software Eviews.
2. Siti
Qomari
yah
Pengaruh
Inflasi,
Nilai
Tukar
(Kurs), Bi
7 Day
Repo Rate,
Dan Harga
Minyak
Dunia
Terhadap
Indeks
Saham
Syariah
Indonesia
(Issi)
Tahun
2014-2017
Perbedaan Penelitian ini
adalah Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui apakah
variabel inflasi, nilai
tukar (kurs), bi 7 day
repo rate dan harga
minyak dunia
berpengaruh terhadap
Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) di Bursa
Efek Indonesia.
Sedangkan penelitian ini
bertujuan untuk meneliti
seberapa besarkah
pengaruh Inflasi dan
Suku Bunga terhadap
Indeks Saham Syariah
Indonesia. Metode
penelitian yang
digunakan oleh Siti
Qomariyah yaitu
Analisis Regresi Linier
Dari penelitian ini dapat
disimpulkan berdasarkan
uji statistik variabel
inflasi, nilai tukar (kurs),
bi 7 day repo rate, dan
harga minyak dunia
secara bersama-sama (uji
simultan-Uji F) memiliki
pengaruh terhadap
Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI).
Berdasarkan uji t,
variabel inflasi (X1)
tidak memiliki pengaruh
terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)
(Y), variabel nilai tukar
(kurs) (X2) memiliki
pengaruh negatif
terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)
(Y), variabel bi 7 day
repo rate (X3) memiliki
42
No. Nama Judul Perbedaan Hasil
Berganda meggunakan
software SPSS,
sedangkan penelitian ini
menggunakan metode
Error Correction Model
dengan software Eviews
9.0
pengaruh negatif
terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)
(Y), dan variabel (X4)
memiliki pengaruh
negatif terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia
(ISSI) (Y).37
3. Reza
Fahmi
Novind
ra
Analisis
Pegaruh
Inflasi,
Nilai
Tukar
Rupiah
(KURS),
dan
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS)
terhadap
Indeks
Saham
Syariah
Indonesia
(ISSI)
periode
2012-2016
Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui
pengaruh inflasi, nilai
tukar (kurs), indeks
saham gabungan (ISHG),
dan sertifikat bank
Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)
periode januari 2012
sampai Desember 2016.
Sedangkan pada
penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui
pengaruh Inflasi dan
Suku Bunga terhadap
Indeks Saham Syariah
Indonesia. terdapat juga
perbedaan pada tahun
penelitian ini yaitu
penelitian Reza Fahmi
pada tahun 2012-2016,
sedangkan dalam
penelitian ini
menggunakan periode
2012-2019. Untuk
metode penelyian Reza
Fahmi menggunakan
VAR (Vector
Auotoregresive) dengan
Hasil penelitian
menunjukkan
berdasarkan uji
Kausalitas tidak ada
variabel yang
menunjukkan hubungan
Kausalitas sa tu arah
ataupun dua arah
terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia,
berdasarkan uji Impulse
Response Fuction Indeks
Saham Syariah Indonesia
menunjukkan respon
yang tidak stabil
terhadap guncangan pada
variabel Nilai Tukar
(KURS) tetapi
guncangan yang
ditimbulkan oleh
variabel nili tukar
direspon positif oleh
variabel Indeks Saham
Syariah Indonesia.38
37 Siti Qomariyah “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Bi 7 Day Repo Rate, Dan Harga
Minyak Dunia Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi) Tahun 2014-2017”, SKRIPSI
(IAIN Surakarta, 2018).
38 Reza Fahmi Novindra, “Analisis Pegaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah (KURS), dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Sya riah Indonesia (ISSI) periode
2012-2016, SKIPSI (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018).
43
No. Nama Judul Perbedaan Hasil
menggunakan software
Eviews, sedangkan pada
penelitian menggunakan
ECM dengan software
Eviews 9.0
4. Rega
Saputra
Pengaruh
BI RATE,
Inflasi,
Nilai
Tukar
Rupiah,
dan SBIS
terhadap
Indeks
Saham
Syaeiah
Indonesia
(ISSI)
Penelitian bertujuan
untuk mengetahui
pengaruh variabel makro
ekonomi yang meliputi
BI-RATE, Inflasi, Nilai
Tukar, dan Surat
Berharga bank Indonesia
Syariah terhadap Indeks
Saham Syariah
Indonesia. Variabel X
dalam penelitian tersebu t
ada 4 yaitu BI-RATE,
Inflasi, Nilai Tukar, dan
SBIS dalam penelitian
ini variabel X nya hanya
ada dua yaitu Inflasi da n
Suku Bunga. Metode
penelitian yang
digunakan oleh Rega
Saputra yaitu Analisis
Regresi Linier Berganda
meggunakan software
SPSS, sedangkan
penelitian ini
menggunakan metode
Error Correction Model
dengan software Eviews.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
variabel BI-RATE secara
parsial berpengaruh
signifikan terhadap
Indeks Saham Syariah
Indonesia , Variabel
inflasi secara parsial
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Indeks Saham Syariah
Indonesia Variabel Nilai
Tukar secara parsial
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Indeks Saham Syariah
Indonesia , Variabel SBIS
secara parsia l
berpengaruh signifikan
terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia.39
5. Arie
Rusma
y
Niswan
ti
Umima
Pengaruh
Inflasi,
Jumlah
Uang
Beredar,
dan Suku
Bunga
Terhadap
Indeks
Sahamdija
Penelitian bertujuan
untuk menganalisis
pengaruh inflasi, jumlah
uang beredar dan suku
bunga terhadap Indeks
Sahamdi Jakarta Islamic
Index (JII). Penelitian ini
menggunakan data time
series bulanan yang
dianalisis dengan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
inflasi tidak berpengaruh
terhadap Indeks Sahamdi
Jakarta Islamic Index
(JII), yang artinya
apabila terjadi kenaikan
atau penurunan tingkat
inflasi tidak akan
mempengaruhi kenaikan
39 Reza Saputra , “ Pengaruh BI RATE, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan SBIS terhadap
Indeks Saham Syaeiah Indonesia (ISSI)” SKRIPSI (UIN Raden Fatah Palembang, 2017)
44
No. Nama Judul Perbedaan Hasil
karta
Islamic
Index (JII)
periode
2012-2017
menggunakan regresi
linier berganda. Tiga
variabel yang terdiri dari
inflasi, jumlah uang
beredar dan suku bunga
terhadap Indeks Sahamdi
Jakarta Islamic Index
(JII). Perbedaan
penelitian yaitu terletak
pada variabel X nya 3
yaitu Inflasi, Jumlah
Uang Beredar, dan Suku
Bunga. Sedangkan dalam
penelitian ini hanya ada
2 variabel ya itu Inflasi
dan Suku Bunga. Metode
penelitian yang
digunakan oleh Arie
Rusmay Niswanti
Umima yaitu Analisis
Regresi Linier Berganda
meggunakan software
SPSS, sedangkan
penelitian ini
menggunakan metode
Error Correction Mode
dengan software Eviews.
ataupun penurunan
Indeks Sahamdi Jakarta
Islamic Index (JII).
Sedangkan jumlah uang
beredar berpengaruh
positif terhadap Indeks
Sahamdi Jakarta Islamic
Index (JII), yang artinya
apabila terjadi kenaikan
jumlah uang beredar
akan berpengaruh
terhadap kenaikan Indeks
Sahamdi Jakarta Islamic
Index (JII) begitupula
sebaliknya. Selanjutnya
suku bunga tidak
berpengaruh terhadap
Indeks Sahamdi Jakarta
Islamic Index (JII), yang
artinya apabila terjadi
kenaikan atau penurunan
suku bunga tidak
mempengaruhi kenaikan
ataupun penurunan
Indeks Sahamdi Jakarta
Islamic Index (JII).40
Peneliti mengembangkan konsep atau teori yang menunjukkan
adanya pengaruh variabel Makroekonomi terhadap peregerakan Indeks
Saham Syariah Indonesia yang sebelumnya teori nya berbunyi ketika
Inflasi naik maka Investasi turun dan ketika Suku Bunga turun maka
Investasi naik.
40 Arie Rusmay Niswanti Umima, “Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan Suku
Bunga Terhadap Indeks Sahamdijakarta Islamic Index (JII) periode 2012-2017”, SKRI PSI (I AI N
Surakarta, 2018).
45
C. Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan
dua variabel X terhadap variabel Y. Maka dari itu, peneliti menggunakan
metode Error Corection Model untuk menganalisis penelitian. Menurut
Uma Sekaran, kerangka berfikir adalah model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidenifikasi sebagai masalah yang penting dalam penelitian. Kerangka
berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang kan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independent dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel
moderator atau intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel
itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut,
selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk hubungan antar variabel
penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian
harus didasarkan pada kerangka berfikir. 41
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila
dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila
penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri,
maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis
untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran
variabel yang diteliti.
41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2018), 95.
46
Peneliti yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya
ddirumuskan hipotesis yang berbentuk koparasi maupun hubungan. Oleh
karena itu dalam rangka menyusun hipoetsis penelitian yang berbentuk
hubungan maupun koparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir.
Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka kerangka
berfikir dalam penelitian ini adalah
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Input Data
Variabel Independen
(Inflasi dan Suku Bunga)
Variabel Dependen
Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
Uji Stasioner, Uji
Kointegrasi, Uji
Hubungan Jangka Pendek
dan Asumsi Klasik, Uji
Hubungan Jangka
Panjang
Interpretasi hasil
ECM
47
Alur dalam penelitian ini yaitu diawali dengan Input data yang
dioeroleh dari website yang berkaitan dengan variabel penelitian. Variabel
dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu variabel Variabel
Independen (Inflasi dan Suku Bunga) dan variabel Independen (ISSI).
Selanjutnya dilakukan pengujian data dengan tahapan Uji Stasioner, Uji
Kointegrasi, Uji Hubungan Jangka Pendek dan Asumsi Klasik, Uji
Hubungan Jangka dengan analisis Error Corection Model. Kemudian
setelah di analisis baru kia mengetahui hasil penelitian dengan cara
membuat Interpretasi Hasil.
D. Hipotesis
Perumusan Hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam
penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka
berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus
merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan sering juga
dalam penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis.42
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan maslah penelitian biasanya disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
42 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung;
Alfabeta, 2010), 60
48
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang mepirik.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitaif, pada penelitian kualitatif tidak
merumuskan hipotesis tetapi justru menemukan hipotesis. Selanjutnya
hipotesis tersebut akan diuji oeleh peneliti dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif.43
a. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Secara teori, investasi berbanding terbalik dengan Inflasi. Ketika
Inflasi naik hal tersebut menjadi sinyal negatif bagi para investor.
Meningkatnya Inflasi menyebabkan perubahan pendapatan dan profit
perusahaan, apabila biaya operasional perusahaan lebih tinggi
dibandingkan profit perusahaan akan menyebabkan keuntungan yang
diperoleh perusahaan kecil sehingga berpengaruh terhadap Return yang
diperoleh oleh Investor. Hal tersebut menyebabkan para investor
enggan untuk menanamkan modalnya diperusahaan tersebut. Adapun
indikator Inflasi adalah IHK (Indeks Harga Konsumen).
Inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan
harga saham yang terdapat di ISSI. Asumsi yang mendasari yaitu ketika
inflasi terjadi secara cepat dan meningkat tajam dari sebelumnya, minat
investor untuk melakukan investasi akan berkurang. Menurunnya minat
43 Ibid., 61-62
49
investor untuk berinvestasi akan menurunkan harga saham perusahaan
dan menurunkan indeks saham.44
Tidak sejalan dengan penelitian Siti Qomariyah dan Rega Saputra
Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI). Tingkat inflasi di Indonesia mengalami
penurunan dari tahun ke tahun walaupun pada tahun 2017 sedikit
mengalami kenaikan. Pergerakan inflasi pada beberapa tahun terakhir
masih dalam koredor moderat atau tergolong inflasi ringan sehingga
inflasi tidak terlalu mempengaruhi Indeks Saham Syariah Indonesia.
H01 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara antara jangka pendek
dan Inflasi.
Ha1 = Ada pengaruh yang signifikan antara jangka pendek dan Inflasi.
H02 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara antara jangka
panjang dan Inflasi.
Ha1 = Ada pengaruh yang signifikan antara jangka panjang dan Inflasi.
b. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI)
Secara teori, investasi berbanding terbalik dengan Suku Bunga.
Menaikkan suku Bunga bank melalui bank sentral akan meningkatkan
minat masyarakat untuk menabung, dengan naiknya suku bunga yang
disebabkan naiknya suku bunga bank sentral akan menyebabkan
permintaan uang untuk investasi akan berkurang. Maksud menaikkan
44 Nur Rianto Al arif, Teori MakroEkonomi Islam, 100
50
suku bunga ini adalah untuk menarik uang yang beredar dalam
masyarakat. Setelah uang yang beredar dapat dikurangi jumlahnya,
maka pemberian kredit untuk investasi harus melalui seleksi yang ketat.
Investasi hanya diberikan untuk tujuan produktif, sehingga penambahan
uang yang beredar dapat diimbangi dengan penambahan produksi
barang, sehingga sektor riil pun dapat berkembang.
Apabila terjadi kenaikan pada suku bunga tabungan maka akan
memicu turunnya harga saham dan sekaligus menurunkan indeks saham
karena masyarakat akan lebih menginvestasikan dana yang dimilikinya
dengan tabungan ketimbang di pasar modal, dan apabila suku bunga
mengalami penurunan maka akan menyebabkan masyarakat beralih ke
saham sehingga akan menaikkan harga saham dan sekaligus menaikan
indeks saham syariah.45
Sejalan dengan penelitian Siti Qomariyah dan Rega Saputra bahwa
Suku Bunga berpengaruh secara signifikan terhadap ISSI Membawa
implikasi bahwa terdapat hubungan jangka panjang negatif antara
variable suku bunga terhadap ISSI, dimana apabila suku bunga
mengalami peningkatan satu persen maka akan menurunkan ISSI begitu
pula sebaliknya apabila suku bunga mengalami penurunan sebesar satu
persen maka akan meningkatkan ISSI.
H03 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara hubungan jangka
pendek dan Suku Bunga
45 Ibid., 101
51
Ha3 = Ada pengaruh yang signifikan antara hubungan jangka pendek
dan Suku Bunga
H04 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara hubungan jangka
panjang dan Suku Bunga
Ha4 = Ada pengaruh yang signifikan antara hubungan jangka panjang
dan Suku Bunga.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang dibangun berdasarkan
filsafat Positifisme. Positifisme adalah satu aliran filsafat yang
menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Filsafat
Positifisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya digunakan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis dan bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah penelitian menggunakan angka-angka yang jumlahnya
sebagai data yang kemudian sebagai data yang kemudian di analisis.
Metode ini menjelaskan fenomena dengan menggunakan data-data
numerik, serta time series kemudian dianalisis yang umum
menggunakan statistik. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi dan Suku
Bunga terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia menggunakan
software eviews 9.1
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2010), 70
52
53
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data
sekunder. Time Horizon yang digunakan dalam penelitian ini adalah
time series dimana pengambilan data atau informasi dikumpulkan
dalam satu seri waktu yaitu periode tahun 2012-2019. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber
dari data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui hasil laporan
keuangan yang didapatkan dari buku, dokumen, maupun situs lembaga
tertentu. Data penelitian ini bersumber dari situs www.ojk.go.id berupa
data Indeks Saham Syariah, kemudian dari www.bps.go.id berupa data
tingkat inflasi, dan www.BI.go.id berupa data suku Bunga. Semua data
yang diambil adalah data bulanan periode 2012-2019.
B. Lokasi dan Periode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Syariah yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data-data yang diperlukan
melalui website yang berkaitan dengan variabel penelitian. Data Inflasi
diperoleh dari www.BPS.go.id data suku bunga diperoleh dari
www.BI.go.id dan data Indeks Saham Syariah Indonesia diperoleh dari
www.OJK.go.id. Waktu penellitian dilakukan pada bulan Maret 2020.
Sementara itu untuk periode penelitian adalah Januari 2012 sampai
Desember 2019.
54
C. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Kata “variabel” hanya ada pada penelitian kuantitatif, karena
penelitian kuantitatif berpandangan bahwa suatu gejala dapat
diklarifikasikan menjadi variabel-variabel. Jadi variabel penelitian
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.2
Macam-macam variabel:
a) Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel Stimulus..
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Yang termasuk variabel bebas (independen) dalam
penelitian ini adalah3
1) Inflasi (X1) adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari
arang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu
tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2018), 102
3 Deni Darmawan, Metodelogi Penelitian Kuantitatif (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,
2013), 108
55
karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan
moneter terhadap suatu komoditas.4
2) Suku Bunga (X2) adalah jumlah yang diterima oleh orang
yang meminjamkan dan dibayar oleh peminjam dana
sejumlah persentase yang disepakati oleh kedua belah
pihak.5
b) Variabel Dependen
Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konskuen.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Yang dimaksud
variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Indeks Saham
Syariah merupakan indikator utama yang menggambarkan
pergerakan harga saham syariah. Salah satu informasi yang
diperlukan tersebut adalah harga saham Syariah Indenesia sebagai
cerminan dari pergerakan harga saham Syariah Indonesia.6
4 Adrian Sutawijaya, “Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi Terhadap Inflasi di Indonesia,”
Jurnal Organisasi dan Manajemen 8, no. 2 (2012): 85–101.
5 Nasir dan Mirza, “Pengaruh Nilai Kurs, Inflasi, Suku Bunga Deposito dan Volume
Perdagangan Saham Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.”, jurnal Ekonomi, 2 (2016), 78
6 Deni Darmawan, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, 109
56
2. Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis,
Instrumen, serta sumber pengukuran berasal dari mana:7
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. NAMA
VARIABEL
DEFINISI
VARIABEL
INDIKATOR SUMBER
1. Inflasi Inflasi adalah
keadaan yang
menunjukkan
kenaikan
harga-harga
umum secara
terus menerus.
Keterangan:
IHKn = indeks harga
konsumen periode 1
IHKn-1 = indeks harga
konsumen periode 2
Elvis Purba dan
Ridhon
Simangungsong,
Uang dan
Lembaga
Keuangan
(medan:
Universitas
HKBP
Nommensen,
2005), 41
2. Suku Bunga Suku bunga
adalah
sejumlah dana
yang diterima
oleh orang
yang
meminjamkan
dan dibayar
oleh
peminjam
dana sejumlah
persentase
yang
disepakati
oleh kedua
belah pihak.
SI = P X R X T
Keterangan
SI = simple interest
R = interest rate (tingkat
bunga tahunan)
T = time
Nasir dan
Mirza,
“Pengaruh Nilai
Kurs, Inflasi,
Suku Bunga
Deposito dan
Volume
Perdagangan
Saham
Terhadap
Return Saham
Pada
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia.”
3. Indeks Indek Saham HIS = Siti Aisiyah
7Wiratna Sujarweni, Metodelogi Penelitian Bisnis Ekonomi (Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS, 2015), 90
57
No. NAMA
VARIABEL
DEFINISI
VARIABEL
INDIKATOR SUMBER
Saham
Syariah
Indonesia
Syariah
Indonesia
(ISSI)
merupakan
indeks saham
yang
mencerminkan
keseluruhan
saham syariah
yang tercatat
di Bursa Efek
Indonesia
(BEI).
Keterangan
Ht = Harga pada waktu
berlaku
H0 = harga pada waktu
dasar
Suciningtias,
Rizki Khoiroh,
“Analisis
Dampak
Variabel Makro
Ekonomi
Terhadap Indeks
Saham Syariah
Indonesia
(Issi)”FE
UINSULLA, 01
(May 2015),
401
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini yang dimaksud populasi yaitu wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek
atau obyek itu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Inflasi, Suku Bunga, dan Indeks Saham Syariah.8
8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 95
58
2. Sampel dan Teknik Sampling
Dalam penelitian kuantitatif, sampel adalah sebagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada satu
waktu, maka peneliti dapat dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betuk-betul representatif.9
Sampel data dalam penelitian ini diambil dengan teknik sampling
jenuh. Metode/teknik sampling jenuh istilah lainnya sensus yang
merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah data
time series/ bulanan dari data Inflasi, Suku Bunga dan Indeks Saham
Syariah dengan periode pengamatan 8 tahun yaitu tahun 2012-2019.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulkan
data berupa data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan
serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan
masalah yang diteliti. Pengolahan data adalah suatu proses dalam
memperoleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-
9 Ibid.
59
rumus tertentu.10 Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan dan
digunakan adalah inflasi, suku bunga dan indeks saham syariah Indonesia.
F. Teknik Analisis Data
Error corection model atau yang dikenal dengan model koreksi
kesalahan adalah suatu model yang digunakan untuk melihat pengaruh
jangka panjang dan jangka pendek masing-masing perubah bebas,
terhadap perubah terikat. Menurut sargan error correction model adalah
teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka panjang, serta dapat
menjelaskan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas pada
waktu sekarang atau waktu lampau.11
ECM diterapkan dalam analisis ekonometrika untuk data runtun waktu
karena kemampuan yang dimiliki ECM dalam meliput banyak variabel
untuk menganalisis fenomemna ekonomi jangka panjang dan mengkaji
kekonsistenan, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap persoalan
variabel runtun waktu yang tidak stasioner dalam analisis ekonomterika.
Dalam menentukan regresi linier melalui pendekatan ECM, terdapat
beberapa asumsi yang harus dipenuhi:
1. Uji Kestasioneran
Proses yang bersifat random atau stokastik merupakan kumpulan
dari variabel random atau stokastik dalam urutan waktu, setiap data
10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 240
11 Agus Tri Basuki dan Nano Prawoto, Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi dan
Bisnis (Dilengkapi Aplikasi Spss dan Eviews), (Jakarta; RAJAWALI PRESS, 2016), 2
60
time series yang kita punyai merupakan suatu data dari hasil proses
Stokastik. Suatu data hasil proses random dikatakan stasioner jika
memenuhi tiga kriteria yaitu jika rata-rata dan variannya konstan
sepanjang waktu dan kovarian antara dua data runtut waktu hanya
tergantung dari kelambaian antara dua periode waktu tersebut.12
Pengujian untuk mengukur stasioneritas data dilakukan dengan
menggunakan Augmented Dickey Fuller i (ADF) test atau uji akar unit
(unit root test). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah
H0 = data tidak stasioner (mengandung unit root)
H1 = data stasioner (tidak mengandung unit root)
Penolakan H0 menunjukkan data yang dianalisis sudah stasioner. Data
dikatakan stasioner jika ADF test statistic lebih kecil dari nilai kritis.13
2. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji akar unit. Uji
kointegrasi dimaksudkan untuk menguji apakah residual regresi yang
dihasilkan stasioner atau tidak. Menurut firdaus variabel yang tidak
stasioner sebelum dideferensikan namum stasioner pada fist14
difference, besar kemungkinan akan terjadi kointegrasi. Uji kointegrasi
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjanya kestabilan jangka
panjang antar variabel yang ada sehingga dapat digunakan dalam
12 Immanudi Yuliadi, “Analisis Nilai tukar Rupiah dan implikasinya pada Perekonomian
Indonesia; Pendekatan Error Correction Model (ECM), “ Jurnal Ekonomi Pembangunan, 02
(Desemeber 2007), 153
13 Ibid.
14 Ibid., 154
61
sebuah persamaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Augmented Dickey Fuller (ADF). Langkah pertama yang dilakuakn
dengan meregresikan persamaan variabel dependen dengan variabel
independen yang digunakan. Kemudian didapatkan residual (u) dari
persamaan tersebut. Langkah selanjutnya dilakukan dengan menguji
akar-akar unit (unit root) terhadap residual menggunakan metode ADF
dengan hipotesis yang sama dengan hipotesis unit root ADF
sebelumnya. Jika hipotosis nol ditolak atau signifikan maka residual
adalah stasioner pada level. Artinya meskipun variabel-variabel yang
digunakan tidak stasioner namun dalam jangka panjang variabel-
variabel tersebut cenderung menuju pada keseimbangan.15
3. Hubungan Jangka Pendek dan Asumsi Klasik
a Uji Hubungan Jangka pendek
Hubungan jangka pendek adalah residual (e) yang stasioner pada
persamaan jangka panjang. Model hubungan jangka pendek adalah
∆ISSI = C + ∆INFL + ∆SB
T.ISSI = C + tINFL + tSB
Keterangan =
ISSI = Indeks Saham Syariah Indonesia
INFL = Inflasi
SB = Suku Bunga
15 Ibid.
62
b Asumsi klasik
1) Normalitas
Normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana
error term terdistribusi normal. Jika asumsi ini tidak terpenuhi,
prosedur pengujian menggunakan statistik t menjadi tidak sah.
Uji normalitas error term yang dilakukan adalah uji Jargue-
Bera. Jika probability Obs*R-squared lebih besar
dibandingkan taraf nyata maka error term terdistribusi normal.
Pelanggaran terhadap asumsi kenormalan tidak dianggap
penting, sebab sebaran data yang normal sangat tergantung
pada jumlah sampel atau bagaimana data itu diambil atau
dikumpulkan. Apabila jumlah pengamatan n ˃ 30 sampel,
maka uji kenormalan tidak perlu dilakukan.16
2) Heterokedastivitas
Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier
klasik adalah varian residual bersifat homoskedastisitas atau
konstan. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka varian
residual tidak lagi bersifat konstan atau yang disebut dengan
heteroskedastisitas. Konsekuensi dari adanya
heteroskedastisitas adalah:17
16 Eka Rahmawati Pangesti, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Equity Financing pada BPRS Amanah Ummah Leuwilliiang Bogor,” Skripsi (Bogor; IPB Bogor,
2016), 17
17 Ibid., 18
63
Pengujian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
apakah data yang diamati terjadi heteroskedastisitas atau tidak
adalah dengan uji ARCH- Heteroskedasticity test. Apabila nilai
Probability Obs*R-squared lebih kecil dari taraf nyata berarti
terdapat gejala heteroskedastisitas pada model.18
3) Autokorelasi
Masalah autokorelasi merujuk pada hubungan error term
antar dua pengamatan. Autokorelasi terjadi pada serangkaian
data runtut waktu, dimana error term pada satu periode waktu
secara sistematik tergantung pada error term pada periode-
periode waktu yang lain. Konsekuensi dari adanya autokorelasi
yaitu:19
a) Ragam yang diperoleh dari estimasi dengan ECM bersifat
under estimate yaitu nilai varian parameter yang diperoleh
lebih kecil daripada nilai varian yang sebenarnya.
b) Prediksi yang didasarkan pada metode ECM bersifat
inefisien artinya memiliki varian yang lebih besar
dibandingkan dengan metode ekonometrika lainnya.
Uji yang digunakan untuk mendeteksi apakah pada data
yang diamati terjadi autokorelasi atau tidak adalah uji Breusch-
18 Eka Rahmawati Pangesti, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Equity Financing pada BPRS Amanah Ummah Leuwilliiang Bogor,” Skripsi (Bogor; IPB Bogor,
2016), 19
19 Ibid.
64
Godfrey Serial Correlation LM. Apabila nilai probability
Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata maka tidak
ditemukan gejala autokorelasi pada model.20
4. Uji Hubungan Jangka panjang
Hubungan jangka panjang adalah persamaan regresi biasa
dengan variabel y dan x, yang tidak stasioner pada level. Apabila e
stasioner pada level, maka y dan x saling berkointegrasi.
Persamaan jangka panjang ini sering disebut sebagai persamaan
keseimbangan dan hanya dapat digunakan apabila residual nya
stasioner pada tingkat level. Model Hubungan jangka panjang
∆ISSI = C + ∆INFL + ∆SB
T.ISSI = C + tINFL + tSB
Keterangan =
ISSI = Indeks Saham Syariah Indonesia
INFL = Inflasi
SB = Suku Bunga21
20 Eka Rahmawati Pangesti, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Equity Financing pada BPRS Amanah Ummah Leuwilliiang Bogor,” Skripsi (Bogor; IPB Bogor,
2016), 19
21 Ibid.
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Fokus penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang sudah
terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2019. ISSI merupakan indeks pasar modal yang
diterbitkan oleh Bapepam-LK sebagai regulator yang berwenang dan
bekerjasama dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) pada tanggal 12 Mei 2011. Konstituen ISSI direview setiap 6
bulan sekali (Mei dan November) serta dipublikasikan pada awal bulan
berikutnya.
Perusahaan yang terdaftar dalam yang terdaftar dalam ISSI terdiri
dari berbagai sektor, yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri dasar
dan kimia, aneka industri barang konsumsi, properti dan konstruksi
bangunan, insfrastruktur dan transportasi, perdagangan dan investasi.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar
dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode Januari 2012
sampai Desember 2019. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu dengan sampel jenuh.
Sumber data penelitian ini diperoleh dari website yang berkaitan
dengan variabel penelitian. Data inflasi diperoleh dari www.bps.go.id,
65
66
suku bunga diperoleh dari www.bi.go.id dan data Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) diperolah dari www.ojk.go.id.
B. Analisis Deskriptif
1. Indeks Saham Syariah Indonesia
Indek Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham
yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Total saham syariah yang tercatat dalam DES
sampai periode Agustus tahun 2019 berdasarkan statistik saham
syariah Agustus 2019 yang diterbitkan OJK dan Keputusan Dewan
Komisioner OJK Nomor KEP-29/D.04/019 tentang Daftar Efek
Syariah adalah 412 saham periode pertama bulan Agustus 2019 dari
336 saham pada tahun 2013. Jika dipresentase pertumbuhan saham
yang masuk dalam DES dari tahun ke tahun ada diangka 25,3%.
Kenaikan signifikan tersebut menunjukan bahwa minat perusahaan
untuk mencatatkan sahamnya dalam DES terus menunjukkan tren
positif. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diluncurkan pada
tanggal 12 Mei 2011 adalah indeks komposit saham syariah yang
tercatat di BEI. ISSI merupakan indikator dari kinerja pasar saham
syariah Indonesia. Konstituen ISSI adalah seluruh saham syariah yang
67
tercatat di BEI dan masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang
diterbitkan oleh OJK.1
2,000,000
2,400,000
2,800,000
3,200,000
3,600,000
4,000,000
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
ISSI
Sumber: www.ojk.go.id diolah
Gambar 4.1
Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia
Gambar 4.1 menjelaskan tentang perkembangan Indeks Saham
Syariah Indonesia selama periode 2012-2018 yang cenderung
mengalami kenaikan namun tidak stabil. Kenaiakan tertinggi terjadi
pada tahun 2019 bulan Januari yaitu sebesar 3.861.714,08 dan terendah
terjadi pada tahun 2012 pada bulan mei yaitu sebesar 2.019.080,03.
Pada tahun 2018 Indeks Saham Syariah Indonesia mengalami kenaikan
karena banyak Investor yang menanamkan modalnya di Indonesia,
karena pada tahun 2018 Indonesia menjadi tempat pergelaran Event
dunia yaitu ASIAN Games 2018. Angka tersebut terus merangkak naik
sampai Januari 2019.
1 Yunni Utami, “Indeks Saham Syariah Indonesia: Pergerakan Harga dari Perspektif
Asimetris Informasi,” Jurnal Inovasi ekonomi, 02 (September 2019), 42
68
2. Inflasi
Inflasi adalah keadaan yang menunjukkan kenaikan harga-harga
umum secara terus menerus. Perkataan terus-menerus menunjukkan
bahwa kenaikan harga, walaupun melonjak tajam tapi sekali saja, tidak
terkategorikan sebagai inflasi.2 investasi berbanding terbalik dengan
Inflasi dan tingkat suku Bunga. Ketika Inflasi naik hal tersebut
menjadi sinyal negatif bagi para investor. Meningkatnya Inflasi
menyebabkan perubahan pendapatan perusahaan dan profit
perusahaan, apabila biaya operasional perusahaan lebih tinggi
dibandingkan profit perusahaan akan menyebabkan keuntungan yang
diperoleh perusahaan kecil sehingga berpengaruh terhadap Return
yang diperoleh oleh Investor. Hal tersebut menyebabkan para investor
enggan untuk menanamkan modalnya diperusahaan tersebut.3
2
3
4
5
6
7
8
9
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Inflasi
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
Gambar 4.2
Perkembangan Inflasi
2 Elvis Purba dan Ridhon Simangungsong, Uang dan Lembaga Keuangan (medan:
Universitas HKBP Nommensen, 2005), 41
3 Ibid., 100
69
Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui pergerakan Inflasi selama 8 tahun
terakhir diketahui bahwa tingkat inflasi di Indonesia mengalami naik
turun dari tahun ke tahun. Kenaikan tertinggi pada bulan agustus 2013
yaitu sebesar 8,79% dan terendah pada bulan Februari 2019 yaitu sebesar
2,48%. Pergerakan inflasi pada beberapa tahun terakhir masih dalam
kategori ringan sehingga inflasi tidak terlalu mempengaruhi Indeks
Saham Syariah Indonesia.
Kenaikan inflasi pada 2013 disebabkan oleh kenaikan harga BBM
yang kurang diprediksi sejak awal. Kenaikan BBM tersebut terjadi
menjelang lebaran, sehingga harga naik berarapun konsumen akan tetap
membeli. Hal lain yang menyebabkan kenaikan adalah naiknya bawang
dan daging karena pengurangan kebijakan Impor.4 Sedangkan inflasi 2019
sangat rendah karena kapasitas produksi atau pasokan masih memadai
meskipun permintaan meningkat dan tingkat inflasi rendah juga didukung
stabilnya nilai tukar Rupiah sepanjang tahun 2019.5
3. Suku Bunga
Suku bunga adalah jumlah yang diterima oleh orang yang
meminjamkan dan dibayar oleh peminjam dana sejumlah persentase
yang disepakati oleh kedua belah pihak. Suku bunga yang tinggi akan
4 Tim Redaksi Katadata, “Inflasi Sepanjang 2013 capai 8,39%”, diakses pada 31 Mret
2020 pukul 05.20 dalam https://katadata.co.id/berita/2014/01/02Inflasi-sepanjang2013-capai-
839%.
5 Yohana Artha Uly, “Inflasi 2019 Rendah, Begini Penjelasan bank Indonesia,” diakses
pada 31 Maret 2020 pukul 05.30 dalam
https://economy.okezone.com/read/2020/01/30/2020/2148934/inflasi-2019-begini-penjelasan-
bank-indonesia.
70
mendorong orang-orang untuk menanamkan dananya di bank daripada
menginvestasikannya pada sektor produksi atau sektor industri yang
risikonya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan menanamkan
uang di bank terutama dalam bentuk deposito.6
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
2.2
2.4
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Suku Bunga
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
Gambar 4.3
Perkembangan Suku Bunga
Berdasarkan gambar 4.2 suku bunga mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. Penurunan suku bunga sejalan dengan perkiraan
inflasi. Kebijakan ini dibuat untuk membuat imbal balik investasi,
yaitu penggunaan aset keuangan yang lebih mendukung stablitas
ekonomi. Kenaikan tertinggi suku bunga terjadi pada Januari 2012
sebesar 2,7% dan terendah pada Desember 2019 yaitu sebesar 1,12%.
Suku bunga tinggi karena rendahnya Inflasi pada tahun 2012 dan Suku
6 Nasir dan Mirza, “Pengaruh Nilai Kurs, Inflasi, Suku Bunga Deposito dan Volume
Perdagangan Saham Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.”
71
bunga Rendah tahun 2019 diharapkan dapat mendorong perekonomian
dengan mengalihkan dana ke UMKM.
C. Analisis Data
1. Uji Stasioneritas
Uji Stasioneritas dilakukan dengan uji Unit Root Augmented
Dickey-Fuller test pada semua variabel. Jika hasil yang diperoleh dari
uji stasioneritas ADF menunjukkan variabel belum stasioner dapat
dilakukan dengan differencing data, yaitu mengurangi data tersebut
dengan data periode sebelumnya. Langkah tersebut dilakukan hingga
semua variabel berada pada tingkat stasioneritas yang sama. Hasil
pengujian Augmented Dickey-Fuller ditunjukkan oleh tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Uji Augmented Dickey Fuller Pada Level
Variabel Nilai ADF
test statisti
Test Critical Values Keterangan
1% 5% 10%
Inflasi -3,254924 -4,058619 -3,458326 -3,155161 Tidak
Stasioner
Suku
Bunga
-3,975570 -3,458326 -2,888669 -3,155161 Stasioner
ISSI -2,837380 -4,057528 -3,457808 -3,154859 Tidak
Stasioner
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa terdapat 2 variabel yang Tidak
Stsioner pada tingkat level yaitu Inflasi dan ISSI (problabilitas ADF lebih ˃
0,05). Variabel yang menunjukkan angka yang tidak stasioner pada tingkat
level, sehingga diperlukan pengujian lebih lanjut pada tingkat fisrts
difference. Adapun ringkasan hasil uji stasioneritas tingkat fisrt difference
untuk semua variabel adalah sebagai berikut:
72
Tabel 4.2
Hasil Uji Augmented Dickey Fuller Pada first dirrefents
Variabel Nilai ADF
test statisti
Test Critical Values Keterangan
1% 5% 10%
Inflasi -7,522569 -4,059734 -3,458856 -3,155470 Stasioner
Suku
Bunga
-10,71982 -4,059734 -3,458856 -3,155470 Stasioner
ISSI -9,205596 -4,058619 -3,458326 -3,155161 Stasioner
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
Berdasarkan hasil tersebut, maka kembali dilakukan pengujian
ADF test lanjutan pada tingkat first difference yang dapat dilihat pada
tabel 4.2. uji unit root pada tinkat first difference ini dilakukan sebagai
konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada tingkat
level, tabel 4.2 menunjukkan bahwa semua data yang digunakan dalam
penelitian ini stasioner pada first difference sehingga terintegrasi pada
derajat 1.
2. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka
panjang yang stabil antara variabel-variabel yang terintegrasi pada
derajat yang sama. Berdasarkan hasil uji stasioneritas, seluruh variabel
dalam penelitian ini terintegrasi pada derajat yang sama yaitu first
difference. Dengan demikian dapat dilakukan uji kointegrasi dengan
menggunakan uji augmented Dickey Fuller (ADF). Syarat bahwa
untuk memenuhi kriteria diantara variabel-variabel yang diteliti
terkointegrasi adalah dengan melihat perilaku residual dari regresi
73
persamaan yang digunakan, yaitu residualnya harus stasioner. Hasil
stasioner terhadap residual adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Stasioneritas Residual Regresi
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa residual regresi stasioner,
yaitu dengan melihat problabilitas 0,0125 yang lebih kecil dari 0,05.
Hal tersebut menunjukkan bahwa residualnya stasioner.
3. Uji Model Hubungan Jangka Pendek
a. Model Hubungan jangka pendek
Tabel 4.4
Hasil Regresi Jangka Pendek
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
Persamaan dibawah ini merupakan hasil estimasi jangka pendek dalam
penelitian:
74
∆ISSI= 1261,68 – 28893,88∆INFLASI – 361443,3∆SUKUBUNGA
t = (1,173800) (-1,657707) (-1,70692)
berdasarkan penjelasan variabel dari tabel 4.4 hasil regresi jangka
pendek adalah sebagai berikut :
Variabel d(inflasi) dengan nilai t-statistik 1,657707, hasil
pengolahan data penelitian menunjukkan bahwa untuk variabel inflasi
memiliki koofisien bertanda negatif. Kemudian didapatkan t-kritis
pada tabel-t dengan α = 5% dan df = n-k (df = 94 - 3 = 91) yaitu
sebesar 1,66177, dapat dilihat bahwa t-statistik (t-hitung) lebih kecil
dari pada t-kritis (1,657707 ˂ 1,66177) maka menerima H01 artinya
dalam jangka pendek Inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia.
Variabel d(suku_bunga) dengan nilai t-statistik 1,70692, hasil
pengolahan data penelitian menunjukkan bahwa untuk variabel suku
bunga memiliki koofisien bertanda negatif. Kemudian didapatkan t-
kritis pada tabel-t dengan α = 5% dan df = n-(df = 94 - 3 = 91) yaitu
sebesar 1,66177, dapat dilihat bahwa t-statistik (t-hitung) lebih besar
dari pada t-kritis (1,70692 ˃ 1,66177) maka menerima HA3 artinya
dalam jangka pendek suku bunga berpengaruh terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia.
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa Koofisien suku
bunga signifikan secara statistik. Berarti suku bunga dapat dikatakan
mempengaruhi variabel Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal
75
ini dapat diartikan bahwa variabel ISSI tidak menyesuaikan perubahan
tingkat inflasi pada periode 2012-2019. Atau dengan kata lain,
penyesuain periode berikutnya untuk menuju keseimbangan jangka
panjang sangat berarti. Hal tersebut dapat terlihat dari koofsien suku
bunga yang begitu besar.
b. Asumsi Klasik
1) Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi antara variabel dependen dan independen
maupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas histogram
residual. Berikut adalah hasil dari uji normalitas dengan
histogram residual :
Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
14
-200000 -100000 0 100000 200000
Series: Residuals
Sample 2012M02 2019M11
Observations 94
Mean 4.33e-12
Median 3539.322
Maximum 243820.6
Minimum -256674.1
Std. Dev. 99616.22
Skewness -0.081406
Kurtosis 3.072241
Jarque-Bera 0.124263
Probability 0.939759
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
Gambar 4.4
Hasil uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 4.4 diatas dapat disimpulkan bahwa
tidak ada masalah normalitas. Hal tersebut bisa dilihat dari
76
nilai probabilitas yaitu 0.939759 lebih besar dari 0.05 (α = 5%)
dengan demikian residual dapat dikatakan berdistribusi
Normal.
2) Heterokedastivitas
Salah satu asumsi penting dalam model ini adalah varian
dari residual yang konstan atau homoskedastisitas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastivitas
maka peneliti menggunakan metode Glejser.
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastivitas Metode Glejser
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
Berdasarkan Tabel 4.5 hasil uji heteroskedastivitas dengan
menggunakan uji glejser maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi tidak terdapat masalah heteroskedastivitas.
Karena nilai Prob Chi-Square sebesar 0.0917 lebih besar dari α
= 5% (0.05), maka hasilnya tidak signifikan atau gagal
menolak hipotesis nol sehingga tidak terjadi masalah
heteroskedastivitas.
3) Autokorelasi
Auotokorelasi adalah adanya hubungan atau korelasi antar
anggota observasi yang berbeda-beda. Autokorelasi biasa
terjadi pada kasus data time series yaitu adanya hubungan atau
77
korelais antara variabel gangguan (erros term) periode satu
dengan variabel gangguan periode lainnya. Pada penelitian ini
uji autokorelasi menggunakan metode Breusch-Godfrey yang
lebih umum dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM)
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
Berdasarkan Gambar 4.5 P.Value Obs*R-squared =
1,403663 dan nilai probabilitasnya adalah 0,4957 lebih besar
dari α = 5% (0,05) yang berarti tidak signifikan, maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut tidak terdapat adanya
masalah autokorelasi.
4) Multikolinieritas
Uji multikolinieritas yang digunakan adalah Centered VIF.
Dimana, jika nila VIF lebih kecil dari 10 berarti signfikan,
maka menerima hipotesis atau tidak terjadi Multikoliniertas.
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
78
Berdasarkan hasil uji Multikoliniertas dapat kita lihat
Centered VIF inflasi adalah 1,012207 dan Centered VIF suku
bunga adalah 1,077985 lebih kecil dari 10, hal tersebut berarti
tidak terjadi Multikolinieritas.
4. Uji Model Hubungan Jangka Panjang
Tabel 4.8
Hasil uji Hubungan Jangka Panjang
Sumber : hasil pengolahan menggunakan Eviews 9.0
Persamaan dibawah ini merupakan hasil estimasi jangka panjang
dalam penelitian:
ISSI = 59117289,0 + 5807,894INFLASI – 1799434,0SUKUBUNGA.
t = (45,30300) + (0,402822) (-18,33209)
Variabel inflasi dengan nilai t-statistik 0,402822, hasil pengolahan
data penelitian menunjukkan bahwa untuk variabel inflasi memiliki
koofisien bertanda positif. Kemudian didapatkan t-kritis pada tabel-t
dengan α = 5% dan df = n-k (df = 95 – 3 = 92) yaitu sebesar 1,66159,
dapat dilihat bahwa t-statistik (t-hitung) lebih kecil dari pada t-kritis
(0,402822 ˂ 1,66159) maka menerima H02 artinya dalam jangka
79
panjang Inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia.
Variabel suku bunga dengan nilai t-statistik 18,33209, hasil
pengolahan data penelitian menunjukkan bahwa untuk variabel suku
bunga memiliki koofisien bertanda negatif. Kemudian didapatkan t-
kritis pada tabel-t dengan α = 5% dan df = n-k (df = 95 – 3 = 92) yaitu
sebesar 1,66159, dapat dilihat bahwa t-statistik (t-hitung) lebih besar
dari pada t-kritis (18,33209 ˃ 1,66159) maka menerima HA4 artinya
dalam jangka panjang suku bunga berpengaruh terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia.
D. Pembahasan
Setelah melakukan pengujian statistik dengan menggunakan software
Eviews 9.0 maka untuk Indeks Saham Syariah Indonesia selama periode
Januari 2012 sampai Desember 2019 menunjukkan bahwa dari kedua
variabel yaitu Inflasi dan Suku Bunga terdapat pengaruh yang signifikan
dan tidak signifikan secara individual.
1. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
Inflasi erat kaitannya dengan penurunan kemampuan daya beli,
baik dalam ruang lingkup individu maupun perusahaan. Dalam
beberapa definisi, inflasi merupakan suatu kenaikan harga terus
menerus dari barang-barang dan jasa secara umum. Harga suatu
komoditas atau barang dapat dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi
80
daripada harga pada periode sebelumnya. Tujuan jangka panjang
pemerintah Indonesia adalah agar menjadi tingkat inflasi yang berlaku
pada masyarakat rendah.7
Menurut boediono (2011) menyatakan inflasi yang timbul karena
permintaan masyarakat akan berbagai barang dan jasa terlalu kuat.
Inflasi semacam ini disebut demand inflation. Yaitu inflasi yang terjadi
karena adanya kelebihan permintaan dan penawaran barang yang
tersedia. Pada keadaan ini, perusahaan dapat membebankan
peningkatan biaya kepada konsumen dengan proporsi yang lebih besar
sehingga keuntungan perusahaan meningkat. Dengan demikian, akan
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden dan
akan memberikan penilaian positif terhadap harga saham. Pada
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa inflasi berbanding lurus
dengan indeks harga saham, artinya setiap kenaikan inflasi maka
indeks harga saham turun.8
Namun berdasarkan uji jangka pendek dan jangka panjang inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham syariah
tahun 2012-2019. Hal ini dinyatakan berdasarkan hasil uji hubungan
jangka pendek variabel tingkat inflasi dapat dilihat bahwa t-statistik (t-
7 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi; Teori Pengahantar Edisi III, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), 333
8 Siti Aisiyah Suciningtiyas dan Rizki Khoiriyah, Ananlisis Dampak Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jurnal Vol.2 No1, (Semarang,
Universitas Islam Sultan Agung, 2015), 402
81
hitung) lebih besar dari pada t-kritis (1,657707 ˂ 1,66177) maka
menerima H01 artinya dalam jangka pendek Inflasi tidak berpengaruh
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Sementara pada uji jangka
panjang dapat dilihat bahwa t-statistik (t-hitung) lebih besar dari pada
t-kritis (0,402822 ˂ 1,66159) maka menerima H02 artinya dalam jangka
panjang Inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia.
Inflasi yang terjadi tergolong jenis inflasi ringan atau berkategori
merayap, yang ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari
10% per tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan
persentase yang kecil serta dalam jangka relatif yang lama.
Berdasarkan penelitian ini maka naik turunnya inflasi tidak akan
mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi di pasar modal
syariah, karena investor percaya walaupun mengalami inflasi yang
menyebabkan naiknya harga-harga barang secara menyeluruh namun
suatu saat Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) akan kembali menguat
dan stabil. Ini dapat dilihat bahwa selama periode pengamatan tingkat
inflasi tidak mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi dalam
bentuk saham secara langsung. Investor tidak menggunakan inflasi
sebagai tolak ukur dalam investasi.
Tidak benar adanya pengaruh, dalam penelitian ini penurunan
Inflasi tidak mempengaruhi peningkatan Indeks Harga Saham Syariah.
Oleh karenanya Investor Saham Syarih untuk lebih memperhatikan
82
variabel selain inflasi yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Jumlah
Uang beredar, dan Nilai Tukar.
2. Pengaruh Suku Bunga terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
Pergerakan suku Bunga bank melalui bank sentral akan
meningkatkan minat masyarakat untuk menabung. Naiknya suku
bunga akan menyebabkan permintaan uang untuk investasi akan
berkurang. Bank Sentral menaikkan suku bunga untuk menarik uang
yang beredar dalam masyarakat. Setelah uang yang beredar dapat
dikurangi jumlahnya, maka pemberian kredit untuk investasi harus
melalui seleksi yang ketat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ketika suku bunga naik maka Investasi akan menurun, karena
masyarakat lebih memilih untuk menabung daripada investasi.9
Berdasarkan hasil uji hubungan jangka pendek dan jangka pendek
penelitian ini menunjukkan ada pengaruh dan tidak ada pengaruh yang
signifikan Suku Bunga dan Indeks Saham Syariah Indonesia. Pada Uji
jangka pendek dapat dilihat bahwa t-statistik (t-hitung) lebih besar dari
pada t-kritis (1,70692 ˃ 1,66177 ) maka menolak H03 artinya dalam
jangka pendek suku bunga berpengaruh terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia. Pada uji jangka panjang dapat dapat dilihat bahwa
t-statistik (t-hitung) lebih besar dari pada t-kritis (18,33209 ˃ 1,66159)
maka menolak H04 artinya dalam jangka panjang suku bunga
berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.
9 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, 125
83
Berdasarkan uji jangka pendek dan jangka panjang dapat diketahui
suku bunga berpengaruh terhadap indeks saham syariah Indonesia,
sesuai dengan teori pada buku karangan Sunariyah berjudul
Pengetahuan Pasar Modal yaitu Pergerakan suku Bunga bank melalui
bank sentral akan meningkatkan minat masyarakat untuk menabung.
Naiknya suku bunga akan menyebabkan permintaan uang untuk
investasi akan berkurang. Bank Sentral menaikkan suku bunga untuk
menarik uang yang beredar dalam masyarakat. Setelah uang yang
beredar dapat dikurangi jumlahnya, maka pemberian kredit untuk
investasi harus melalui seleksi yang ketat.10 Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ketika suku bunga naik maka Investasi akan
menurun, karena masyarakat lebih memilih untuk menabung daripada
investasi. Dan Suku bunga dapat dijadikan acuan untuk berinvestasi.
Benar adanya, dalam penelitian ini penurunan Suku Bunga
berpengaruh terhadap peningkatan Indeks Saham Syariah Indonesia.
oleh karenanya investor saham syariah untuk tetap mempertahankan
variabel Suku Bunga dalam pengambilan keputusan Investasinya.
10 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, 125
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Inflasi tidak berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.
Inflasi yang terjadi tergolong jenis inflasi ringan atau berkategori
merayap, yang ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari
10% per tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan
persentase yang kecil serta dalam jangka relatif yang lama.
Berdasarkan penelitian ini maka naik turunnya inflasi tidak akan
mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi di pasar modal
syariah, karena investor percaya walaupun mengalami inflasi yang
menyebabkan naiknya harga-harga barang secara menyeluruh namun
suatu saat Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) akan kembali
menguat dan stabil.
2. Suku Bunga berpengaruh terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.
Hal tersebut sesuai dengan teori pada buku karangan Sunariyah
berjudul Pengetahuan Pasar Modal. bahwa ketika suku bunga naik
maka Investasi akan menurun, karena masyarakat lebih memilih untuk
menabung daripada investasi. Dan Suku bunga dapat dijadikan acuan
untuk berinvestasi.
84
85
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini
1. Agar ISSI menjadi stabil diharapkan peneliti selanjutnya untuk menambah
instrumen makro ekonomi lainnya sebagai variabel penelitian, seperti
Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Jumlah Uang Beredar, dan Nilai Tukar
Rupiah.
2. Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat memperpanjang periode
penelitian dan menggunakan variabel penelitian yang lebih banyak
sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al arif, Nur Rianto. Teori MakroEkonomi Islam, Bandung; Alfabeta, 2010.
Darmawan, Deni. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Eko, Prasetyo. Fundamental Makro Rkonomi, Yogyakarta; Beta Offset
Yogyakarta, 2012.
Kasmir. Manajemen perbankan, Jakarta: RajawaliPress, 2012.
Otoritas Jasa keuangan. Buku Saku Otoritas jasa Keuangan edisi II Jakarta: OJK,
2015.
Purba, Elvis & Ridho MB Simangungsong, Uang dan Lembaga Keuangan,
Medan: UNIVERSITAS HKBP NOMMENSE 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif , Bandung: Alfabeta, 2018.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung; Alfabeta, 2010.
Sujarweni, Wiratna. Metodelogi Penelitian Bisnis Ekonomi, Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS, 2015.
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi; Teori Pengahantar Edisi III, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010.
Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: AKADEMI
MANAJEMEN PERUSAHAAN YKPN, 2000.
Tri Basuki, Agus dan Nano Prawoto. Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi
dan Bisnis (Dilengkapi Aplikasi Spss dan Eviews), Jakarta; RAJAWALI
PRESS, 2016.
Yuliana, Indah. Investasi Produk Keuangan Syariah, Malang; UIN-MALIKI
Press, 2010.
Aisiyah Suciningtias, Siti dan Rizki Khoiro. “Analisis Dampak Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi)”FE
UINSULLA, 01 (May 2015).
Ardhan, Yudhistira. “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham
Syariah Di Indonesia: Model Ecm,” Jurnal Bisnis dan Manajemen, 01
(April 2016).
Ath Thobarry, Achmad. “Analisis pengaruh nilai tukar, suku bunga, laju inflasi
dan pertumbuhan GDP terhadap Indeks Sahamsektor properti (kajian
empiris pada Bursa Efek Indonesia periode pengamatan tahun 2000-
2008)” (PhD Thesis, PROGRAM PASCA SARJANA)
Febrianti, Sukma. “Analisis Perbandingan Kinerja Indeks Saham Syariah dengan
Indeks Saham Konvensional Periode 2015-2017 (Studi Kasus Pada Jii
Dan Lq45)” Prosiding SENDI_U 2018.
Hasanah, Ana. “Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukr Rupiah, Dan Tingkat Suku
Bunga Domestik Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI),” E-
JRA, (Agustus 2019).
Kusuma Wardani, Dewi dan Devita Fajar Tri Andarini. “Pengaruh Kondisi
Fundamental, Inflasi, Dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Terhadap Harga Saham (Study Kasus Pada Perusahaan Real Estate
Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-
2013)”, Jurnal Akuntamsi, 02 (Desember 2016).
Nasir dan Mirza. “Pengaruh Nilai Kurs, Inflasi, Suku Bunga Deposito dan
Volume Perdagangan Saham Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
Pangesti, Eka Rahmawati. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Equity Financing pada BPRS Amanah Ummah
Leuwilliiang Bogor,” Skripsi (Bogor; IPB Bogor, 2016).
Suciningtiyas, Siti Aisiyah dan Rizki Khoiriyah, Ananlisis Dampak Variabel
Makro Ekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI),
Jurnal Vol.2 No1, (Semarang, Universitas Islam Sultan Agung, 2015).
Sutawijaya, Adrian. “Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi Terhadap Inflasi di
Indonesia,” Jurnal Organisasi dan Manajemen 8, no. 2 (2012).
Sutawijaya,Adrian. “Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi Terhadap Inflasi di
Indonesia,” Jurnal Organisasi dan Manajemen 8, no. 2 (2012).
Syauqi Beik, Irfan dan sri wulan fatmawati. ”Pengaruh Indeks Harga Saham
SyariahInternasional Dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta
Islamic Index,“ Al-Iqtishad, 2, (Juli 2014).
Tasya. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Di
Indonesia: Model Ecm,” Jurnal Bisnis dan Manajemen, 01 (April
2016).
Utami, Yunni. “Indeks Saham Syariah Indonesia: Pergerakan Harga dari
Perspektif Asimetris Informasi,” Jurnal Inovasi ekonomi, 02
(September 2019).
Yuliadi, Immanudi. “Analisis Nilai tukar Rupiah dan implikasinya pada
Perekonomian Indonesia; Pendekatan Error Correction Model (ECM),
“ Jurnal Ekonomi Pembangunan, 02 (Desemeber 2007).
Azka, Milliati. “Pengaruh Tingkat Bunga, Tingkat Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun 2011-2016”,
SKRIPSI (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).
Novindra, Reza Fahmi. “Analisis Pegaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah (KURS),
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) periode 2012-2016, SKIPSI (UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018).
Qomariyah, Siti. “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Bi 7 Day Repo Rate, Dan
Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(Issi) Tahun 2014-2017”, SKRIPSI (IAIN Surakarta, 2018).
Saputra, Reza. “Pengaruh BI RATE, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan SBIS
terhadap Indeks Saham Syaeiah Indonesia (ISSI)” SKRIPSI (UIN
Raden Fatah Palembang, 2017)
Umima, Arie Rusmay Niswanti. “Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan
Suku Bunga Terhadap Indeks Sahamdijakarta Islamic Index (JII)
periode 2012-2017”, SKRIPSI (IAIN Surakarta, 2018).
Katadata, Tim Redaksi. “Inflasi Sepanjang 2013 capai 8,39%”, diakses pada 31
Mret 2020 pukul 05.20 dalam
https://katadata.co.id/berita/2014/01/02Inflasi-sepanjang2013-capai-
839%.
Ramadhan, Ilham. “Inflasi Desember 2019 Tercatat 0,34%,” dalam
https://mediaindonesia.com/read/detail/280901-iflasi-desember-2019-
tercatat-034, (diakses pada tanggal 10 Maret 2020, jam 21.25).
Uly, Yohana Artha. “Inflasi 2019 Rendah, Begini Penjelasan bank Indonesia,”
diakses pada 31 Maret 2020 pukul 05.30 dalam
https://economy.okezone.com/read/2020/01/30/2020/2148934/inflasi-
2019-begini-penjelasan-bank-indonesia.