1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa pergaulan zaman sekarang
sangatlah bebas, seluruh kalangan masyarakat dengan mudahnya
dapat memiliki gadget dan mengakses internet kapanpun dan
dimanapun. Internet merupakan sarana untuk memudahkan kita
mendapatkan informasi apapun dari manapun dan kapanpun.
Namun, selain manfaat yang baik itu pula internet dapat
memberikan kemudahan untuk melakukan berbagai kejahatan
ataupun perilaku tidak baik lainnya sehingga mendatangkan
kemudharatan. Dengan internet kejahatan dapat dilakukan dengan
mudah melalui berbagai modus, misalnya penipuan dengan motif
belanja online. Dalam kasus ini pembeli yang percaya kepada
penjual mentransfer sejumlah uang yang ditetapkan kepada penjual
namun, barang yang dibeli tak kunjung tiba.
Selain itu, akhir-akhir ini juga kita digegerkan dengan berita
anak Sekolah Dasar yang sudah pandai berpacaran dan
mengupload foto pacarnya di jejaring social “Facebook” dan
memposting kata-kata yang seharusnya anak seusia itu belum
memahaminya.
Antara puncak tercetusnya permasalahan ini ialah disebabkan
kurangnya pengetahuan agama dalam diri muslim menyebabkan
mereka tidak mengetahui sebab sesuatu perkara itu dibenarkan
atau dibataskan syariat. Mereka merasakan agama hanyalah
perkara biasa dan tidak mencoba mendalami hikmah yang
terkandung di dalamnya. Jika pengetahuan agama dipandang
2
enteng sudah pasti akan memberi dampak yang negatif dalam
kehidupan. Sebagaimana firman Allah dalam surah at-Taubah ayat
122 yang artinya: “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya”. Di sini dapat dipahami bahawa betapa
pentingnya pengetahuan agama bagi kebahagiaan hidup manusia.
Hal ini juga diduga terjadi, karena pengaruh tayangan-tayangan
tidak mendidik disertai luputnya pengawasan orang tua. Beranjak
dari kasus kedua tersebut kami mengambil judul makalah
“Pembacaan Pembiasaan Pembacaan Hadits dan Penerapannya
untuk Mewujudkan Akhlak Rasulullah SAW di SDIT Khalifah Serang.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu pengertian Hadits?
b. Bagaimana proses pelaksanaan program kegiatan
pembacaan Hadits di SDIT Khalifah Serang?
c. Bagaimana menerapkan akhlak Rasulullah dalam
pembiasaan pembacaan Hadits di kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Hadits.
b. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan
program kegiatan pembacaan Hadits di SDIT Khalifah
Serang.
3
c. Untuk mengetahui bagaimana menerapkan akhlak
Rasulullah dalam pembiasaan pembacaan Hadits
dikehidupan sehari-hari.
D. Manfaat
Makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang ingin
mengetahui lebih jauh mengenai pembelajaran hadits yang
diterapkan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Khalifah. Serta
dapat memberikan inspirasi bagi calon pendidik supaya bisa
menerapkan hadits seperti yang ada di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Kolifah.
E. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian dan
penyusunan makalah ini adalah metode deskriptif pada studi
kasus yang terdapat pada kegiatan di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Khalifah Serang dengan pendekatan kualitatif.
Dengan subjek penelitian siswa kelas 3 (tiga), guru kelas 3
(tiga) dan orangtua murid. Instrumen penelitian yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan pedoman
wawancara, pengumpulan data administrative sekolah, teori
pembacaan hadits, dan laporan desktiptif hasil observasi.
F. Sistematika Penulisan Makalah
4
Makalah ini terdiri atas Pendahuluan, Pembiasaan
Pembacaan Hadits dan Penerapannya untuk Mewujudkan
Akhlak Rasulullah SAW di SDIT Khalifah Serang, Penutup,
Daftar Pustaka serta lampiran berupa surat observasi dan
foto-foto selama kegiatan pembelajaran. Semua bagian
makalah tersebut kami susun dengan pemaparan dari kutipan
dan pendapat kami yang merupakan hasil diskusi, studi
pustaka dan obervasi. Pada bab Pendahuluan terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode, dan
sistematika penulisan makalah. Pada bab Pembiasaan
Pembacaan Hadits dan Penerapannya untuk Mewujudkan
Akhlak Rasulullah SAW yang terdiri dari pengertian dan
kedudukan hadits, profil sekolah Seokolah Dasar Islam
Terpadu Khalifah, sejarahnya, proses pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, proses kegiatan lain-lainnya, proses pelaksaan
program kegiatan pembacaan hadits, tujuan hambatan dan
solusinya, serta implikasi terhadap penerapan pembacaan
hadits SDIT Khalifah Serang. Dan terakhir pada bab Penutup
terdiri atas Kesimpulan dan Saran.
5
BAB II
Pembiasaan Pembacaan Hadits dan Penerapannya untuk
Mewujudkan Akhlak Rasulullah SAW di SDIT Khalifah Serang
A. Pengertian Dan Kedudukan Hadits
1. Pengertian Hadits
(Ilyas, 61) Hadits adalah apa saja yang disandarkan
kepada Nabi Saw, baik perkataan, perbuatan, maupun
diamnya Nabi. Menutur Quraisy Shihab para ulama
mendefinisikan hadits sama dengan sunnah, yaitu segala
sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad, baik
ucapan, perbuatan, taqrir (persetujuan) maupun sifat fisik
dan psikis, baik sebelum beliau menjadi Nabi maupun
sesudahnya.
Ulama ushul fiqh membatasi pengertian hadits hanya
pada ucapan-ucapan Nabi Muhammad yang berkaitan
dengan hukum; sedangkan perbuatan dan taqrir beliau
yang berkaitan dengan hukum dinamai sunnah. Dalam
6
hukum islam, hadits menjadi sumber hukum kedua setelah
Al-Qur’an. Penetapan hadits sebagai sumber kedua
ditunjukkan oleh tiga hal, yaitu Al-Qur’an sendiri,
kesepakatan (Ijma’) sebgai orang yang harus menjelaskan
kepada manusia apa yang diturunkan Allah karena itu apa
yang disampaikan Nabi harus diikuti, bahkan perilaku nabi
sebagai Rasul harus diteladani. Keberlakuan hadits sebagai
sumber hukum diperkuat pula dengan kenyataan bahwa
Al-Qur’an hanya memberikan garis-garis besar dan
petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan rincian
lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan
manusia. Karena itu, keabsahan hadits sebagai sumber
kedua secara logika dapat diterima.
Al-Qur’an sebagai sumber pokok dan hadits sebagai
sumber kedua mengisyaratkan pelaksanaan dari
keyakinan terhadap Allah dan Rasulnya yang tertuang
dalam dua kalimat syahadat. Karena itu, menggunakan
hadits sebagai sumber ajaran merupakan suatu keharusan
bagi umat islam. Setiap muslim tidak bisa hanya
menggunakan Al-Qur’an, tetapi ia juga harus percaya
kepada hadits sebagai sumber kedua ajaran islam. Taat
kepada Allah adalah mengikuti perintah yang tercantum
dalam Al-Qur’an sedang taat kepada Rasul adalah
mengikuti sunnahnya. Oleh karena itu, orang yang
beriman harus merujukan pandangan hidupnya pada Al-
Qur’an dan sunnah Rasul. Al-Qur’an dan hadits merupakan
rujukan yang pasti dan tetap bagi segala macam
perselisihan yang timbul dikalangan umat islam sehingga
7
tidak melahirkan pertentangan dan permusuhan. Apabila
perselisihan telah dikembalikan kepada ayat dan hadits,
maka walaupun masih terdapat perbedaan dalam
penafsirannya, umat islam seyogyanya menghargai
perbedaan tersebut. Al-Qur’an dan hadits merupakan dua
sumber yang tidak bisa dipisahkan. Keterkaitan keduanya
tampak antara lain :
a. Hadits menguatkan hukum yang ditetapkan Al-
Qur’an. Disini hadits berfungsi memperkuat dan
memperkokoh hukum yang dinyatakan oleh Al-
Qur’an. Misalnya, Al-Qur’an menetapkan hukum
puasa dalam firmannya :
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.s Al-
Baqarah/2:183)
Dan hadits menguatkan kewajibkan puasa tersebut:
Islam didirikan atas 5 perkara : persaksian bahwa
tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah
Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat,
puasa pada bulan ramadhan dan naik haji ke
baitullah. (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Hadits memberikan rincian terhadap pernyataan Al-
Qur’an yang masih bersifat global. Misalnya Al-
Qur’an menyatakan perintah shalat:
Dan dirikanlah oleh kamu shalat dan bayarkanlah
zakat. (Q.S Al-Baqarah/2:110)
8
Shalat dalam ayat diatas masih bersifat umum, lalu
hadits merincinya, misalnya shalat yang wajib dan
yang sunah sabda Rasulullah SAW:
Dari Thalhah bin Ubaidillah: bahwasanya telah
datang seorang arab badui kepada Rasulullah SAW.
Dan berkata: wahai Rasulullah beritahukan kepadaku
shalat apa yang difardukan untuku? Rasul berkata:
shalat 5 waktu, yang lainnya adalah sunah (HR.
Bukhari dan Muslim).
Al-Qur’an tidak menjelaskan operasional shalat
secara terperinci, baik bacaan maupun gerakannya.
Hal ini dijelaskan secara terperinci oleh hadits,
misalnya sabda Rasulullah SAW:
Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kalian melihat
aku shalat. (HR. Bukhari)
c. Hadits membatasi kemutlakkan ayat Al-Qur’an.
Misalnya Al-Qur’an mensyari’atkan wasiat:
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara
kamu kedatangan tanda-tanda kamu dan dia
meninggalakan harta yang banyak, berwasiatlah
untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara
makruf. Ini adalah kewajiban atas orang-orangyang
bertakwa. (QS. Al-Baqarah/2:180)
Hadits memberikan batas maksimal pemberian harta
melalui wasiat yaitu tidak melampaui sepertiga dari
harta yang ditinggalkan (Harta warisan). Hal ini
disampaikan Rasul dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim dari Sa’ad Bin Abi Waqash
9
yang bertanya kepada Rasulullah tentang jumlah
pemberian harta melalui wasiat. Rasulullah melarang
memberikan seluruhnya, atau setengah, beliau
menyetujui memberikan sepertiga dari jumlah harta
yang ditinggalkan.
d. Hadits memberikan pengecualian terhadap
pernyataan Al-Qur’an yang bersifat umum. Misalnya
Al-Qur’an mengharamkan memakan bangkai dan
darah:
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging babi, daging yang disembelih atas nama
selain Allah, yang dicekik, yang dipukul, yang jatuh,
yang ditanduk, yang dimakan binatang buas kecuali
yang sempat kamu menyembelihnya, dan yang
disembelih untuk berhala. Dan diharamkan pula
bagimu mengundi nasib dengan anak panah, karena
itu sebagai kefasikan. (QS, Al-Maidah/5 : 3).
Hadits memberikan pengecualian dengan
membolehkan makan jenis bangkai tertentu
(Bangkai ikan dan belalang) dan tertentu (Hati dan
limpa) sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Dari ibnu umar ra. Rasulullah SAW bersabda:
“dihalalkan kepada kita dua bangkai dan dua darah.
Adapun dua bangkai adalah ikan dan belalang dan
dua darah adalah hati dan limpa.” (HR. Ahmad, As-
Syafii, Ibn Majah, Baihaqi dan Daruqutni).
e. Hadits menetapakan hukum baru yang tidak
ditetapkan oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an bersifat global,
10
banyak hal yang hukumnya tidak di tetapkan secara
pasti. Dalam hal ini, hadits berperan menetapkan
hukum yang belum ditetapkan oleh Al-Qur’an,
misalnya hadits dibawah ini:
Rasulullah melarang semua binatang yang bertaring
dan semua burung yang bercakar untuk dimakan.
(HR. Muslim dari Ibn Abbas).
2. Ilmu Hadits
Ilmu hadits adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk yang
berkaitan dengan cara pemindahan hadis dari Nabi SAW dari
para sahabat, atau dari para tabiin dengan cara mengetahui
para prawinya dari sudut kecermatan dan ke’adalahannya
dan bagaimana keadaan sanadnya, yaitu rangkaian dari satu
rawi ke rawi lainnya, apakah bersambung atau terputus.
a. Istilah-istilah Dalam Ilmu Hadits
Ada beberapa istilah pokok yang perlu diketehui dalam
memahami ilmu tentang hadits, yaitu lafadz-lafadz khusus
yang disepakati oleh para ahli hadits. Diantaranya sanad,
matan, rawi, rijalul hadits. Untuk memahami istilah-istilah
ini perlu mengambil contoh sebuah hadits seutuhnya
sebagai berikut:
1) Sanad
Sanad adalah rangkaian para periwayat yang
menukilkan isi hadits secara berkesinambungan dari
yang satu kepada yang lain sehingga sampai kepada
periwayat (Rawi) terakhir. Dalam contoh diatas yang
disebut sanad adalah rangkaian nama-nama dari Al-
11
hamidi sampai Umar Bin Khathab (sebanyak 6
orang).
2) Matan
Matan adalah isi yang terdapat dalam hadits itu
sendiri, baik berupa perkataan, perbuatan, sifat nabi,
atau tindakan dan perbuatan para sahabat yang
dibiarkan oleh Nabi SAW. Dalam contoh diatas yang
disebut matan adalah isi hadits yang berbunyi:
“sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada
niatnya, dst…”.
3) Rawi
Rawi adalah orang yang menerima suatu hadits dan
menyampaikannya kepada yang lain. Dalam satu
hadits biasanya terdapat beberapa orang rawi
(disebut ruwat jamak dari rawi). Dalam contoh diatas
rawi-rawinya ada 6 orang yaitu Al-Hamidi Abdullah
bin Zubair, Sufyan, Yahya bin Said, Muhammad bin
Ibrahim, Al-qamah bin Waqash, dan Umar bin
Khatab.
4) Rijalul Hadits
Rijalul hadits adalah orang-orang yang terlibat dalam
periwayatan suatu hadits, yaitu para perawi hadits
itu sendiri. Sahih tidaknya suatu hadits banyak
ditentukan oleh rijalul haditsnya dari segi
kecermatan dan ketelitiannya (dhabit) dan
kepercayaannya (‘adalah). Untuk menentukan
apakah para perawi itu berkualitas atau tidak, ada
ilmu khusus untuk ini, disebut ilmu rijalul hadits,
12
yaitu ilmu yang mengkaji biografis setiap orang yang
terlibat dalam periwayatan hadits, disebut juga ilmu
tarikhur ruwat (Ilmu sejarah hidup para perawi).
3. Sejarah Penulisan dan Kodifikasi Hadits
Semasa hidup Rasulullah SAW., hadits masih berupa
ucapan nabi SAW. Yang didengar langsung oleh para sahabat
atau perbuatan Nabi SAW. Yang disaksikan oleh para sahabat.
Hadits-hadits ini disampaikan secara lisan oleh mereka
kepada para sahabat lain yang tidak mendengar atau melihat
langsung dari Nabi. Hal ini dalam rangka melaksanakan
perintah Rasulullah SAW : “falyubaligil hadhirun alal ghaibin”
artinya “hendaklah yang hadir menyampaikan kepada
mereka yang tidak hadir”. Penulisan perkataan dan perbuatan
Rasulullah SAW belum lumrah dikalanagan para sahabat.
Pada waktu itu hanya Al-Qur’an, selain berupa hapalan.
Diantara para sahabat yang banyak menghafalkan hadits
Nabi SAW. Secara langsung adalah Imam Ali ra., Abu Hurairoh
ra., Aisyah ra., Abdullah bin Umar ra., dan Abdullah bin Abas
ra. Meski demikian, ada juga sahabat yang sedikit
menuliskannya selain menghapalkannya yaitu Abdullah bin
Amr, tetapi itupun sebagai catatan pribadi.
Setelah Rasulullah wafat, perhatian terhadap pencarian
hadits-hadits dan penyebarannya kesegenap daerah islam
mulai tumbuh dan hidup. Orang-orang yang dekat
hubungannya dengan Rasulullah SAW sering menjadi sumber
untuk mendapatkan hadits-hadits Nabi SAW tersebut, seperti
Ali bin Abi Thalib, Aisyah, Abu Hurairah, Anas bin Malik,
13
Abdullah bin Abas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr, dan
sebagainya. Tetapi pada masa itu pun penyampaian hadis
dari seseorang kepada yang lainnya masih berupa riwayat
lisan. Ide penulisan hadits belum muncul.
Ide pengumpulan dan hadits baru muncul ketika Umar
bin Abdul Aziz yang gelari Umar ke II menjabat sebagai
Khalifah pada awal abad ke 2 H. Pada waktu itu Umar
memerintahkan Abu Bakar Ibn Hazn untuk mengumpulkan
hadits-hadits yang diterima dari Nabi SAW. Pertengahan abad
ke 2 munculah kumpulan-kumpulan hadits. Yang paling
menonjol adalah kumpulan hadits karya Imam Malik yang
lebih dikenal dengan kitab Al-muwatha.
Pada abad ke III H. penulisan dan pembukuan hadits
mencapai puncaknya, yaitu dengan terbitnya kumpulan haits
yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hambal (Th. 164-241 H)
yang lebih dikenal dengan kitab Musnad Ahmad bin Hambal.
Setelah itu terbit kumpulan hadits-hadits yang disusun oleh
Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Daud, Imam Tirmidzi,
Imam Ibnu Majah, dan Imam Nasa’i.
4. Tingkatan Hadits
Secara umum tingkatan hadits terbagi kedalam tiga, yaitu
hadits sahih, hadits hasan, dan hadits dha’if.
a. Hadits Sahih
Yaitu hadits yang (1) para perawinya
berkesinambungan diterima dari dan oleh perawi yang
adil dan dlabith. Adil artinya memiliki sifat ‘adalah yaitu
14
muslim, dewasa, sehat akal, dan tak pernah berbuat
dosa. Dlabith yaitu kuat hafalan, cermat, tepat
tanggapan, dan tidak pelupa. (2) tidak cacat dan (3)
tidak bertentangan dengan riwayat lain yang lebih kuat
Berdasarkan jumlah perawi, hadits sahih ada tiga jenis,
yaitu:
1) Hadits Mutawatir
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi
dan dari banyak perawi sampai waktu ditulisakannya
sehingga, karena banyaknya, tidak memungkinkan
mereka untuk melakukan kebohongan.
2) Hadits Masyhur
Yaitu hadits yang pada awalnya diriwayatkan secara
seorang perseorang tetapi pada tingkat akhirnya
diriwayatkan oleh banyak perawi.
3) Hadits Ahad
Yaitu hadits yang diriwaytakan oleh seorang ke
seseorang hingga ditulisnya.
b. Hadits Hasan
Yaitu hadits yang sanadnya berkesinambungan,
disampaikan oleh perawi yang adil tetapi kurang
kedhabitannya (kekuatan hafalannya), terbebas dari
cacat dan tidak bertentangan dengan riwayat yang
lebih kuat.
c. Hadits Dha’if
Yaitu hadits yang tidak memenuhi kriteria hadits sahih
dan hadits hasan, baik dalam sanad, rawi, matan, atau
15
mengandung cacat dan bertentangan dengan riwayat
yang lebih kuat.
B. Profil Sekolah dan Standard Operating Procedure (SOP) SDIT
Khalifah
1. Nama Sekolah : Sekolah Dasar Islam Terpadu
Khalifah
2. Alamat : Jl. TB. Suwandi Lingkar Selatan,
Serang, Kota Serang.
3. Visi Akademik : Tauhid dan Entrepreneurship
4. Misi Akademik :
a. Meningkatkan SDM berkualitas
dan Berakhlakul Kharimah
16
b. Mengoptimalkan pembinaan
murid menjadi kader pemimpin
c. Mengembangkan potensi peserta
didik agar berprestasi
5. Ciri-ciri Khalifah :
a. Kejujuran
b. Keceriaan
c. Kemandirian
d. Berani
e. Disiplin
6. Kepala Sekolah : Khaerudin, S.Pd I
7. Jumlah guru : 8 orang
8. Penelitian Kelas : 3 (tiga)
9. Program Hadits : Pembacaan hadits setiap hari
selasa-kamis pada seblum pembelajaran dimulai.
10. Pembinaan : Diberikan kepada seluruh siswa SDIT
Khalifah Serang
11. Pelaksanaan : Kegiatan telah dilakukan
semenjak didirikannya SDIT Khalifah Serang sampai
sekarang.
C. Sejarah SDIT Khalifah
Sekolah Dasar Islam Terpadu mulanya didirikan di Ciceri
Permai Jl. Sriwijaya No.1 pada tahun 2012. Jumlah siswa di
17
tahun pertama hanya mencapai 14 peserta didik. Meskipun
jumlah peserta didik yang terbilang sangat sedikit, namun
yayasan masih tetap bertahan dengan harapan dapat
mengembangkan sekolah tersebut.
Selanjutnya pada tahun ke dua jumlah peserta didik
bertambah menjadi 50 peserta didik. Pada tahun ke tiga
Sekolah Dasar Islam Terpadu berpindah tempat ke Jl. TB.
Suwandi Lingkar Selatan, Serang, Kota Serang. Setelah di
bangun gedung baru, akhirnya di buka tiga kelas untuk kelas
satu, dua dan tiga karena jumlah peserta didik mencapai 154
peserta didik.
D. Proses Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Di SDIT Khalifah
Serang
No Waktu
Kegiatan
(WIB)
Nama
Kegiatan
Keterangan
1. 07.00-07.15 Masuk ke
Kelas
Siswa mengisi sendiri
absen kelas dengan
keterangan waktu sesuai
urutan ketika mereka
datang. Walaupun siswa
datang terlambat guru
tidak menerapkan sanksi
karena dengan adanya
absen mandiri ini,
diharapkan dapat
18
memotivasi siswa yang
hadir terlambat.
2. 07.15-17.30 Ibadah
Sunnah
Shalat Dhuha
Guru kelas membimbing
peserta didik untuk
melaksakan shalat dhuha.
3. 07.30-08.00 Mengaji Guru kelas membimbing
peserta didik untuk
mengaji dan mengajarkan
tajwid yang baik dan
benar. Pada hari jumat
kegiatan ini diganti
dengan kegiatan
menghafal.
4. 08.00-08.15 Pembacaan
Hadits
Guru masing-masing kelas
memberikan satu hadits
yang ditulis dinpapan tulis
untuk selanjutnya di baca
bersama peserta didik.
5. 08.15-09.30 Kegiatan
pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di
SDIT Khalifah
menggunakan Kurikulum
2013 dengan tambahan
pembelajaran agama
islam seperti Fiqih,
Sejarah Islam, Aqidah
Akhlak, Bahasa Arab dan
Qur’an Hadits sebagai
(Mulok)
19
6 09.30-10.00 Istirahat Sekolah menyediakan
catering untuk peserta
didik, namun juga
menyediakan kantin
sekolah yang jajanannya
merupakan hasil buatan
beberapa orang tua siswa
yang mau menjualkannya.
10.00-11.45 Kegiatan
pembelajaran
Guru beserta peserta didik
melakukan proses
kegiatan belajar
mengajar.
11.45-12.15 Shalat
Dzuhur
Berjamaah
Guru membimbing
peserta didik untuk pergi
ke Mushola sekolah untuk
melakukan shalat dzuhur
berjamaah.
12.15-12.30 Persiapan
Pulang Bagi
Peserta Didik
Kelas 1 dan
Kelas 2.
Siswa dibimbing oleh guru
untuk kembali ke kelas
masing-masing dan
melakukan persiapan
untuk pulang ke rumah.
12.15-15.00 Kegiatan
Pembelajaran
Peserta didik kelas 3
melaksanakan proses
kegiatan pembelajaran.
15.00-15.30 Shalat Ashar
Berjamaah
Guru membimbing
peserta didik untuk pergi
ke musholah sekolah
20
untuk melakukan shalat
Ashar berjamaah.
15.30 Persiapan
Pulang
Siswa dibimbing oleh guru
untuk kembali ke kelas
masing-masing dan
melakukan persiapan
untuk pulang ke rumah.
1 15.30-17.00 Kegiatan
Ekstra
Kurikuler
Bagi peserta didik yang
mengikuti ekskul siswa
menlanjutkan kegiatan
ekskulnya masing-masing
sesuai dengan minatnya.
E. Proses Kegiatan Lain-Lain di SDIT Khlaifah Serang
Selain kegiatan wajib di atas, SDIT Khalifah memiliki
beberapa kegiatan ekstra kurikuler yakni; calistung yang di
adakan untuk masing-masing kelas 1 dan 2, tahfidz qur’an
yang diajarkan oleh ustadz dan 5 orang guru, menggambar
dan mewarnai yang dibimbing oleh dua orang guru,
taekwondo yang dibimbing langsung oleh ahlinya, pramuka
yang dibimbing oleh masing-masing guru kelas, bahasa
Inggris dan kaligrafi yang dibimbing langsung oleh kepala
sekolah.
SDIT Khlaifah juga melakukan berbagai macam
kegiatan lainnya seperti kegiatan perayaan Tahun baru Hijriah
islam 1 Muharram yang diwajibkan kepada seluruh peserta
didik untuk mengikutinya. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberitahukan kepada peserta didik bahwa selain tahun
21
masehi ada juga tahun hijriyah sebagai acuan tanggal
muslimin. Selain itu juga kegiatan ini bertujuan untuk melatih
kemandirian peserta didik.
Kegiatan ini berlangsung selama satu hari satu malam
pada pukul 14.00 WIB dimana kegiatan dimulai dengan check
in peserta didik, disini guru memastikan jumlah peserta didik
yang mengikuti kegiatan. Kegiatan selanjutnya yaitu mengaji
bersama, shalat maghrib berjamaah, dan makan bersama.
Setelah melakukan shalat isya berjamaah, peserta didik di
ajak ke aula sekolah untuk mendengarkan pidato dari kepala
sekolah mengenai tahun baru hijriah. Selanjutnya diadakan
beberapa lomba untuk diikuti oleh peserta didik, diantaranya
yaitu lomba adzan untuk peserta didik laki-laki dan lomba
menghafal Al-Qur’an untuk peserta didik perempuan.
Setelah peserta didik tidur, pada pukul 03.00 WIB
peseta didik dibangunkan untuk melaksanakan kegiatan
shalat sunnah tahajud. Selanjutnya dilaksanakan kegiatan
muhasabah diri kepada para peserta didik sampai
melaksanakan shalat subuh berjamaah. Kegiatan terakhir dari
perayaan ini yaitu olahraga bersama sampai pukul 06.00 WIB.
Setelah olahraga siswa mempersiapkan diri untuk pulang.
Kegiatan ini tidak ada hambatannya sama sekali, para
peserta didik bahkan menyukai kegiatan ini dan ingin
melakukan kegiatan ini lagi. Akan tetapi, ada beberapa
orangtua peserta didik yang khawatir terhadap anak mereka
sehingga pada malam hari mengunjungi para peserta didik
atau menelfon kepada wali kelas peserta didik.
22
Selain kegiatan perayaan tahun baru islam, SDIT
Khalifah juga mengadakan kegiatan parenting setiap
bulannya. Kegiatan ini mempertemukan antara pihak sekolah
dengan orang tua peserta didik yang bertujuan untuk
menjalin hubungan silaturahmi yang baik. Dalam pertemuan
ini, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan, antara lain;
kajian dan sharing kewirausahaan dengan orang tua peserta
didik, mengetahui perkembangan para peserta didik,
mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan lain sebagainya.
Selain itu SDIT Khalifah melaksanakan kegiatan evaluasi
antara guru dengan kepala sekolah setiap sekali dalam
seminggu, dan evaluasi antara sekolah dengan manajemen
setiap tiga bulan atau enam bulan sekali yang bertujuan
untuk mempererat hubungan silaturahmi pihak sekolah dan
untuk pembekalan para guru.
Kegiatan lainnya yaitu kegiatan renang dan field trip
yang dilaksanakan setiap dua kali dalam satu semester atau
dua semester. Pada tahun 2013 kegiatan field trip
dilaksanakan ke Sekolah Tinggi Ilmu Periakanan untuk
peserta didik kelas 1, untuk kelas 2 kegiatan field trip
dilaksanakan ke Peternakan sapid an untuk kelas 3 field trip
dilaksanakan ke Gerai Batik Banten.
Kegiatan lainnya juga sekolah mengadakan kegiatan
outbond dan study tour yang dilaksanakan di Tangerang
Selatan, dimana kegiatan ini mempertemukan beberapa
cabang SDIT Khalifah yang ada di seluruh Indonesia.
23
F. Proses pelaksanaan program kegiatan pembacaan Hadits di
SDIT Khalifah Serang.
Dalam pandangan Islam, segala sesuatu yang dilaksanakan,
tentulah memiliki dasar hukum baik itu yang berasal dari
dasar naqliyah maupun dasar aqliyah. Begitu juga halnya
dengan pelaksanakan pendidikan pada anak usia dini. Berkaitan
dengan pelaksanaan pendidikan anak usia dini, dapat dibaca
firman Allah berikut ini:
Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur". (An Nahl: 78)
Berdasarkan ayat tersebut di atas, dipahami bahwa anak lahir
dalam keadaan lemah tak berdaya dan tidak mengetahui (tidak
memiliki pengetahuan) apapun. Akan tetapi Allah membekali
anak yang baru lahir tersebut dengan pendengaran, penglihatan
dan hati nurani (yakni akal yang menurut pendapat yang sahih
pusatnya berada di hati).
Salah satu cara pendidikan dengan baik kepada anak adalah
mengajarkan bagaimana Rasulullah bertindak melalui hadits
yang telah disampaikan dan menjalankannya dalam bentuk
sunnah. Puji syukur, pengajaran hadits ini dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran di SDIT Khalifah Serang dengan harapan
para peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan
sehari-harinya.
Proses pelaksanaan kegiatan pembacaan hadits di SDIT
Khalifah Serang dilaksanakan setiap hari selasa sampai kamis,
24
pada saat peserta didik telah melaksanakan kegiatan shalat
dhuha dan mengaji Al-Qur’an.
Setelah melakukan ibadah shalat dhuha, peserta didik dibimbing
oleh dua orang guru di dalam kelas untuk mengaji Al-Qur’an,
setelah mengaji salah seorang guru menuliskan satu hadits di
papan tulis untuk selanjutnya di baca beserta terjemahannya
bersama oleh peserta didik. Kegiatan membaca hadits ini di
ulang beberapa kali dengan lantang. Selanjutnya guru
menjelaskan maksud dari hadits yang di baca agar siswa tidak
salah mengartikan hadits tersebut.
Salah satu contohnya yaitu hadits yang di ajarkan salah
satunya adalah cara makan, hadits Muhammad ibn Sulaiman
Luain dari Sulaiman ibn Bilal dari Abi Wajzah dari Umar ibn Abi
Salamah, Rasul SAW. bersabda: “Mendekatlah padaku hai
anakku, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu
dan makanlah yang dekat denganmu”.
Setelah dibacakan hadits tersebut guru mempraktekan
bagaimana caranya makan yang baik sesuai dengan ajaran
Rasulullah. Guru mengambil makanan yang paling dekat
dengannya menggunakan tangan kanannya untuk memasukkan
makanan ke dalam mulutnya. Selanjutnya peserta didik ikut
mempraktekan apa yang telah guru contohkan untuk
selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Selain itu guru juga memperjelas hadits satu dengan hadits
lainnya agar peserta didik dapat lebih memahaminya. Misalnya
hadits yang artinya: “Dari Jaddah ibn Umar Rasulullah berkata:
“Jika makan salah seorang diantara kamu, maka makanlah
dengan tangan kanan, dan jika minum, maka minumlah dengan
25
tangan kanan, karena sesungguhnya syaitan makan dan minum
dengan tangan kiri” (R. At-Tirmizi) ” dengan penjelasan hadits
lebih jelas seperti ini, biasanya peserta didik dapat lebih
menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya.
Karena dengan menjelaskan bagaimana cara syaitan makan
peserta didik pasti sangat tidak mau mengikutinya dan ingin
mempraktekan bagaimana cara Rasulullah makan dan minum.
Setelah mengetahui hadits tentang cara makan dan minum,
peserta didik juga dapat mempraktekannya dalam kehidupan
sehari-hari. Ketika peserta didik melihat temannya sedang
makan sambil berdiri, peserta didik yang lainnya dapat saling
mengingatkan untuk makan dengan duduk dan menggunakan
tangan kanannya.
Selain itu untuk anak kelas tiga, guru memberikan hadits
mengenai kewajiban melaksanakan shalat jumat bagi kaum laki-
laki yang artinya; "Hendaklah satu kaum berhenti dari
meninggalkan shalat Jum’at, atau kalau tidak, maka Allah akan
mencap hati-hati mereka, kemudian menjadikannya termasuk
orang yang lalai".
Selanjutnya guru memberikan penjelasan lebih lagi melalui
firman Allah.
"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu
kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" [Al
Jum’ah:9].
Dengan penjelasan dari Al-Qur’an ini anak-anak akan lebih
memahami apa yang diwajibkan kepadanya. Sekolah juga
26
mewajibkan kepada setiap peserta didik laki-laki kelas tiga untuk
melaksanakan shalat jumat di sekolah bersama-sama dengan
guru. Dan untuk peserta didik perempuan, sekolah mewajibkan
untuk mengikuti pengajian selama shalat jumat berlangsung,
namun tempatnya di kelas saja.
G. Tujuan, Hambatan dan Solusi Kegiatan Pemabacaan Hadits di
SDIT Khalifah
Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat
mengikuti sebagaimana Rasulullah melakukan kegiatannya
sehari-hari sesuai dengan hadits yang diajarkan.
Hambatan dalam kegiatan ini hampir dikatakan tidak
ada hambatan, karena peserta didik dapat mengikuti apa
yang diajarkan dengan baik. Hanya saja guru tidak dapat
memantau kegiatan peserta didik sepenuhnya, karena
kemungkinan orang tua peserta didik tidak menerapkan apa
yang telah diajarkan kepada peserta didik di rumahnya.
Solusinya dari hambatan diatas, sekolah mengadakan
pertemuan parenting setiap satu bulan sekali, dimana orang
tua peserta didik diajak untuk memantau perkembangan
anaknya di sekolah dan menerapkan apa yang sudah di
ajarkan di sekolah untuk setiap aktivitasnya.
H. Implikasi terhadap Penerapan Pembacaan Hadits untuk
mewujudkan Akhlak Rasulullah
Dalam rangka mengoptimalkan perkembangan peserta
didik dan memenuhi karakteristik peserta didik yang
merupakan individu unik, yang mempunyai pengalaman dan
27
pengetahuan yang berbeda, maka perlu dilakukan usaha
yaitu dengan memberikan rangsangan-rangsangan,
dorongan-dorongan, dan dukungan kepada peserta didik.
Agar para pendidik dapat melakukan dengan optimal maka
perlu disiapkan suatu kurikulum yang sistematis. Selain
pembentukan sikap dan perilaku yang baik, peserta didik juga
memerlukan kemampuan intelektual agar peserta didik siap
menghadapi tuntutan masa kini dan masa datang.
Dengan memberikan dan mencontohkan, satu dua
macam hadits setiap minggunya, kita dapat mengoptimalkan
perkembangan dan memenuhi karakteristik peserta didik
seperti yang kita harapkan, yakni karakter seperti Rasulullah
SAW. Seperti yang kita ketahui bahwa Rasulullah SAW.
merupakan suri tauladan bagi seluruh umat dikarenakan
akhlaknya yang sangat baik terhadap semua makhluk hidup
baik itu sesama manusia, hewan maupun tumbuhan.
Seperti yang kita ketahui bahwa Rasulullah merupakan
suri tauladan bagi seluruh umat dikarenkan akhlaknya yang
sangat baik. Nabi Muhammad SAW adalah manusia sempurna
yang telah menjadikan diri beliau sebagai pribadi Qurani. Hal
ini diketahui dari Aisyah radhiyallahuanha ketika sahabat
bertanya tentang pribadi Rasulullah. Aisyah menjawab
dengan singkat, “Beliau berkepribadian Qurani”. Allah Swt
sendiri menyatakan pujiannya akan akhlak Rasulullah dalam
salah satu ayat, “Dan sesungguhnya, engkau (Muhammad)
benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS Al Qalam [68]:
4). Selain itu Allah berfirman: “Sesungguhnya telah datang
28
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keislaman
dan keselamatan bagimu), amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin” (At Taubah [9]:
128)
Dengan penjelasan firman Allah diatas sangatlah jelas
mengapa kita harus menjadikan Rasulullah sebagai uswatun
khasanah
7 Akhlak atau 7 Pilar Pendidikan merupakan modal untuk
membangun pendidikan karakter yang bersumber dari Alquran.
Berikut uraiannya.
1. Merdeka dan memiliki kedaulatan diri
Berdasarkan dengan teologi bahwa faktanya, Allah SWT
menciptakan manusia lengkap dengan berbagai potensi yang
diberikan kepadanya, termasuk potensi kemauan dan
kehendak diri (iraadah) serta kemampuan memilih dan
berupaya untuk mandiri (ikhtiar). Dengan dua potensi itu,
manusia diberi ruang sepenuhnya guna memutuskan dan
bersikap. Termasuk dalam memilih untuk beriman atau tidak.
Tugas Rasulullah SAW hanya mengingatkan serta
menyampaikan kebenaran, adapun selanjutnya umatnya
hanya tinggal memilih. Hanya saja setiap pilihan ada
konsekuensinya masing-masing yang wajib ditanggung. Bisa
dibuka Al-Qur’an Surat Al Kahfi (18), ayat 29-30.
2. Menjunjung tinggi kemanusiaan
Landasannya bahwa manusia memiliki hak asasi yang
harus dijaga dan dihormati. Manusia merupakan makhluk
29
yang sempurna yang sudah Allah SWT ciptakan di muka bumi
ini (surat at-Tin, 95:4). Selain itu manusia pun dianugrahi
keutamaan dan kemuliaan yang lebih dibandingkan makhluk
selainnya (QS. Al Isra', 17;:70).
3. Optimis dan Berkomitmen Melakukan Perubahan
Alquran mengajarkan bahwa Allah SWT memotivasi dan
membimbing hamba-hambanya agar dapat meraih kehidupan
baik di dunia dan di akhirat dengan selamat (QS Al Baqarah,
2:200-202). Manusia dibekali dengan beragam potensi,
kesempatan, serta kenikmatan-kenikmatan lainnya.
Tujuannya, manusia agar diberi ruang seluas-luasnya untuk
tetap optimis dan senantiasa berkomitmen melakukan
perbuatan baik. Bukankah manusia terlahir tidak tahu apa-
apa, lantas Allah SWT memberinya pendengaran,
penglihatan, serta hati untuk dijadikan alat mempelajari
banyak hal. (QS. An-Nahl, 16:78). Bahkan, Alquran juga
mengingatkan bahwa Allah SWT tidak akan mengubah suatu
kaum kecuali mereka sendiri yang mengubahnya (QS. ar-
Ra'd, 13: 11).
4. Toleran dan Menghargai Perbedaan
Allah menciptakan manusia berbeda-beda; jenis
kelamin, bahasa, suku, bangsa, warna kulit, tabiat, kebiasaan,
kemampuan, dan lain sebagainya. Perbedaan ini tidak
diciptakan oleh Allah SWT sebagai dasar untuk saling ejek
atau saling tindas sesama manusia. Perbedaan merupakan
anugrah yang patut untuk disyukuri sekaligus sebagai alasan
untuk saling mengenal dan saling melengkapi (QS. Al Hujurat,
49:13).
30
5. Mengenali Diri Sendiri dan Berani Mengakui Kelemahan
Manusia diciptakan lengkap dengan berbagai
keterbatasan dan kelemahan yang dimiliki, bahkan manusia
diciptakan dengan keadaan dasar yang serba lemah. Untuk
itulah Allah SWT senantiasa menunjukkan serta memberikan
jalan yang termudah bagi manusia (QS. An Nisa', 4:28).
Dengan dasar lemah itulah manusia diajarkan untuk bersikap
rendah hati, tahu kadar kemampuan sendiri, sekaligus berani
mengakui kelemahan. Perlu disadari, bahwa tanpa bimbingan
Tuhan dan berikut kerjasama antar sesama, sepenuhnya
manusia tidak bisa berbuat banyak. Pembaca bisa
membayangkan apabila manusia dalam memenuhi
kebutuhannya dilakukan tanpa bantuan dari orang lain. Untuk
bisa berpakaian layak saja, manusia membutuhkan campur
tangan banyak orang, mulai dari penyedia bahan baku,
pembuat kain, penjhit, dan seterusnya.
6. Menghormati Hukum
Dalam Alquran surat As-Syams, 91:7 disebutkan, di
dalam diri setiap manusia terdapat energi positif yang
mendorongnya untuk bertaqwa dan taat pada aturan Allah.
Selain itu juga terdapat energi negatif yang mengajaknya
untuk berbuat maksiat dan melanggar hukum Allah SWT.
Energi negatif ini apabilal tidak bisa dikelola dan dimusnahkan
berpotensi menimbulkan kerusakan dan kehancuran yang
hebat. Energi negatif sah-sah saja dilakukan sebab hasrat
namun harus melalui jalan yang halal atau benar. Di sinilah
aturan hukum dan norma-norma tertentu ditetapkan. Karena
31
itu pula penghormatan dan ketaatan terhadap hukum harus
ditegakkan.
7. Memiliki Kesadaran Spiritual
Supaya kehidupan seseorang tetap berada di jalur yang
benar dan baik, perlu dibantu oleh pengawasan serta hukum
dari luar. Itu pun masih belum bisa dikatakan cukup. Faktor
lain yang sangat perlu untuk dipersiapkan adalah kontrol dari
dalam atau kesadaran dalam jiwa. Kesadaran senantiasa
berfungsi untuk pengingat agar tidak bertindak di luar koridor
kebenaran dan kebaikan. Inilah yang disebut dengan
kesadaran spiritual. Kesadaran ini yang akan menjadikan
manusia senantiasa merasa kehadiran Allah SWT bersamanya
di setiap ruang dan waktu. Bahkan, perbuatan manusia
sekecil apapun pasti tidak akan luput dari pantauan dan
pengamatan-Nya.
Itulah 7 Akhlak Qurani atau 7 Pilar Pendidikan yang
sangat diperlukan dalam rangka membangun pendidikan
karakter/akhlak.
Dalam mendidik peserta didik sebaiknya seorang guru
tidak hanya memberikan penjelasan ataupun memberikan
mata pelajaran yang biasa lakukan setiap pembelajaran
berlangsung. Karena pendidikan adalah bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai kedewasaan yang utuh dan
berakhlakul karimah.
Pendidik dan peserta didik serta orang tuanya harus
mempunyai kesamaan arah daalam pikiran dan perbuatan
dapat berupa pembauran dari pendidik dan penyesuaian dari
32
anak didik. jadi, kesamaan arah ini terjadi antara pembuatan
pendidik dan perbuatan peserta didik. kesamaan arah telah
melampaui kesepahaman. Karena dalam hal ini peserta didik
berbuat dan bertindak sesuai dengan kata hati dan
kehendaknya. Anak diikutsertakan dalam kehidupan orang
dewasa (pendiidk) dengan memberikan kesempatan
kepadanya turut bertanggung jawab agar anak-anak makin
mau memikul tanggung jawab sejak dini. Dalam hal-hal
tertentu anak diberikan tanggung jawab penuh, seperti selalu
memberikan makan ikan setiap harinya dan menerapkan apa
yang sudah diberikan oleh gurunya.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dewasa ini, media seringkali melaporkan permasalahan
berkaitan akhlak negatif yang berlaku dalam kalangan masyarakat
kita. Lebih mengejutkan, umum mengetahui bahawa mereka yang
terlibat dalam perkara ini terdiri daripada individu yang bergelar
Muslim. Seperti yang kita ketahui bahwa Rasulullah merupakan suri
tauladan bagi seluruh umat dikarenakan akhlaknya yang sangat
baik. Salah satu cara pendidikan dengan baik kepada anak adalah
mengajarkan bagaimana Rasulullah bertindak melalui hadits yang
telah disampaikan dan menjalankannya dalam bentuk sunnah. Puji
syukur, pengajaran hadits ini dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran di SDIT Khalifah Serang dengan harapan para peserta
didik dapat mengaplikasikannya dan menerapkannya dalam
33
kegiatan sehari-harinya. Karena satu kewajiban bagi individu
Muslim menerapkan akhlak Islamiah untuk mencapai
kecemerlangan.
B. Saran
Sebagai calon guru Sekolah Dasar dan umat muslim yang
baik untuk peserta didik sebagai hendaknya kita tahu terlebih
dahulu hadits-hadits Rasulullah sebelum kita mengajarkan dan
menanamkan kepada peserta didik.
jangan sampai seorang guru tidak menerapkannya pada
dirinya sendiri, karena kita memberikan serta menanamkan hadits-
hadits itu supaya peserta didik kita nanti bisa seperti akhlak
Rasulullah.
Daftar Pustaka
Ilyas, yasril dkk. (2004). Islam, doktrin dan dinamika umat.
Bandung:Value Press
7 Akhlak Qurani atau 7 Pilar Pendidikan. [Online]. Tersedia Sumber:
http://www.alquran-syaamil.com/2013/01/7-akhlak-qurani-atau-
7-pilar-pendidikan.html [10 Maret 2015]
Khadafi Subhan. 2008. Akhlaq Untuk Buah Hati. [Online]. Tersedia Sumber: http://darunnajah.ac.id/2012/04/20/cara-mendidik-anak-sesuai-tuntunan-islam/