YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Pedoman Analisis Data

Pedoman Analisis

Data

Page 2: Pedoman Analisis Data

i

Daftar akronim, istilah, singkatan Ad-hoc Sementara; jangka pendek Akademik Ilmiah; terkait dengan penelitian sebagai proses menemukan

pengetahuan Analisis Proses sistematik penyimpulan dari data dengan menggunakan

logika/ teori tertentu Asfiksia Gangguan suplai oksigen sehingga terjadi kesulitan bernafas BBLR Bayi berat lahir rendah Bumil Ibu hamil Bulin Ibu bersalin Bufas Ibu nifas; kurun waktu dalam 40 hari setelah persalinan Data Sekumpulan nilai pengamatan/ pengukuran pada sampel Deduktif Penyimpulan dari hal umum ke hal yang lebih spesifik Denominator Populasi sasaran; dalam rate atau persentase, pembilang disebut

numerator dan penyebut disebut denominator Diare Mencret; buang air besar lebih dari 3 kali per hari dengan feses

cair atau lembek Disabilitas Tidak mampu melakukan kegiatan fisik yang normal DTPS District Team Problem Solving; Pendekatan Tim dalam pemecahan

masalah di tingkat kabupaten; sebagai alat bantu dalam proses perencanaan kesehatan

Efektif Berhasil guna; suatu program disebut efektif apabila program tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Efektivitas Keberhasilan suatu program Eklamsia Komplikasi kehamilan/ persalinan/ nifas yang ditandai dengan

hipertensi (tekanan darah tinggi), edema (pembengkakan) tungkai, dan kejang

Emerjensi Gawat-darurat; situasi yang mengancam jiwa Empirik Pengalaman; berdasar fakta atau data Fatalitas Kematian kasus; angka fatalitas kasus (case fatality rate) penyakit

D adalah jumlah kematian di antara jumlah kasus penyakit D. HIV/AIDS Human Immuno Defficiency Virus adalah virus perusak sistem

kekebalan tubuh, sedangkan Acquired Immuno Defficiency Syndroms adalah penyakit akibat hilangnya kekebalan tubuh

Hipotermia Keadaan dengan temperatur tubuh kurang dari 37º Celsius HSP Health Services Program; Program kesehatan ibu, bayi baru lahir dan

anak yang tahun 2005-2008 yang didanai USAID Ibu maternal Ibu hamil, bersalin dan nifas Immpact Organisasi internasional penelitian kematian ibu yang

berkedudukan di University of Abeerden, United Kingdom Induktif Penyimpulan dari hal-hal yang spesifik menjadi suatu hal yang lebih

umum Infeksi Masuknya kuman dalam tubuh manusia Inferensial Estimasi terhadap nilai dalam populasi (parameter) berdasarkan

nilai dalam sampel (statistik atau data)

Page 3: Pedoman Analisis Data

ii

Informasi Hasil pengolahan data menjadi fakta yang relevan dengan kebutuhan

Infra-struktur Sarana dan pra-sarana Insidensi Insidensi suatu penyakit didefinisikan sebagai jumlah kasus baru

penyakit tersebut dalam suatu kurun waktu tertentu. Rate insidensi merupakan insidensi per population at risk-nya, yaitu jumlah lama waktu "sehat" dalam tahun yang dijalani bersama oleh semua anggota penduduk dari awal sampai akhir kurun waktu pengamatan. Dalam praktek, population at risk diperkirakan dengan jumlah penduduk tengah-kurun waktu.

Institusi (lihat : Kelembagaan) Ispa Infeksi Saluran Pernafasan Akut; penyakit/infeksi pada saluran nafas

karena bakteri dengan gejala batuk, demam, dan sesak nafas Kelembagaan Institusi; sistem; menyangku banyak sistem; hubungan antar sistem K1 Kunjungan pelayanan antenatal minimal sekali triwulan pertama K4 Kunjungan pelayanan antenatal minimal sekali triwulan pertama,

minimal sekali triwulan kedua, dan minimal dua kali triwulan ketiga KB Keluarga Berencana KIA Kesehatan Ibu dan Anak KIBBLA Kesehatan Ibu, Bayu baru lahir, dan Anak KN1 Kunjungan pelayanan neonatal yang pertama Konfiden Yakin; percaya diri Kontrasepsi Pencegahan konsepsi/ kehamilan Kos-efektivitas hasil yang diperoleh sepadan dengan biaya yang dikeluarkan Kredibilitas Dapat dipercaya Juklak Petunjuk pelaksanaan Juknis Petunjuk teknis Legal Resmi, mempunyai dasar hukum Logistik perbekalan Mampu-laksana Dapat dilaksanakan dalam situasi nyata Misi Tugas strategik yang harus dikerjakan untuk mencapai visi Morbiditas Data kesakitan MS-Excell Microsoft excel untuk mengolah data Nakes Tenaga kesehatan Neonatal Bayi baru lahir umur 0 sampai dengan 28 hari Numerator pembilang Obstetri Ilmu kebidanan Operasi Cesar Persalinan dengan pembedahan Opsi Pilihan Optimal Maksimal dalam konteks keterbatasan Parameter ukuran Perinatal Masa dari janin usia 28 minggu sampai bayi baru lahir umur 1

minggu PONED Pelayanan obstetri neonatal emerjensi dasar PONEK Pelayanan obstetri neonatal emerjensi komprehensif Populasi Jumlah dan struktur penduduk

Page 4: Pedoman Analisis Data

iii

Praktis Mudah atau dapat diukur sesuai dengan keterbatasan sumber daya yang ada (tidak meninggalkan unsur penting yang legal).

Pre-eklamsi Tanda awal keracunan kehamilan Premis mayor Pernyataan pokok yang dianggap benar Premis minor Pernyataan turunan yang dianggap benar Prevalensi Prevalensi "point" merupakan suatu ukuran sensus atau survei, yaitu

frekuensi suatu penyakit pada suatu saat tertentu. Rate prevalen "point" suatu penyakit merupakan proporsi penduduk yang pada saat itu menderita penyakit. Pembilang adalah semua orang yang menderita penyakit tanpa memandang kapan penyakit dimulai, dan penyebut adalah semua penduduk baik yang menderita maupun yang tidak menderita penyakit.

Prevalensi "period" merupakan suatu ukuran yang menunjukkan jumlah kasus penyakit baik lama maupun baru selama kurun waktu tertentu. Prevalensi "period" merupakan jumlah antara prevalensi "point" (jumlah kasus saat awal kurun waktu) dan insidensi (jumlah kasus baru selam kurun waktu tersebut).

Pro-empirik Mengandalkan pada data/ angka Pro-fenomenologis Mengandalkan pada sifat Proporsi Besaran bagian yang diukur terhadap keseluruhannya. Puska-UI Pusat penelitian kesejahteraan keluarga Universitas Indonesia PWS-KIA Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak Rate Perbandingan suatu keadaan dengan konstanta tertentu Realistik Sesuai dengan dunia nyata Relevan cocok Reliabel Konsisten, hasil pengukuran tidak berbeda walaupun dikerjakan

oleh orang lain atau pada waktu yang berbeda Sampel Jenis dan jumlah tertentu yang mewakili suatu populasi SDKI Survei Demografi Kesehatan Indonesia SKDN Indikator yang dipakai untuk program Peningkatan Gizi

Masyarakat: S=jumlah seluruh Balita; K=jumlah KMS yang diberikan pada balita; D=jumlah balita yang datang untuk ditimbang dalam bulan bersangkutan; N=jumlah balita yang naik berat badannya dalam bulan bersangkutan.

Silogismus Pola berfikir dalam penalaran deduktif SP2RS Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit SK Surat Keputusan SP2TP Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas Sistem Suatu mekanisme proses mengolah ’input’ menjadi ’output’ Stakeholder Pemangku Kebijakan Statistik Data pada sampel Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional Strategik Efektif dan dapat dilaksanakan dalam situasi nyata Surveilans Pengamatan yang menggunakan kaidah epidemiologi untuk

mendeteksi perubahan yang terjadi

Page 5: Pedoman Analisis Data

iv

SWOT Strengths, weaknesses, opportunities, threats; analisis yang menilai kekuatan dan kelemahan dari penyelenggaraan pelayanan dan peluang dan tantangan yang ada di dalam masyarakat penerima pelayanan

Template Model petunjuk sebagai acuan TT1 Pemberian tetanus toxoid pertama TT2 Pemberian tetanus toxoid kedua TT3 Pemberian tetanus toxoid ketiga Transformasi Perubahan bentuk Tupoksi Tugas pokok dan fungsi UNFPA United Nations Funds for Population Activities; Dana persatuan

bangsa-bangsa untuk program kependudukan Valid Sahih Visi Gambaran keadaan yang ingin dicapai

Page 6: Pedoman Analisis Data

v

Daftar Isi halaman

Daftar Akronim/ istilah/ singkatan Kata Pengantar Pendahuluan 1

0.1 Latar belakang 1 0.2 Tujuan 2 0.3 Sasaran 2 0.4 Lingkup 2

Bagian 1. Konsep dasar 3 1.1 Data sebagai fondasi kebijakan 3

Pengertian data 3 Cara pengumpulan/ sumber data 5 Pengolahan data 6 Penyajian data 7 Indikator 7

Memilih Indikator 8 Keterbatasan Indikator 9

Analisis Data 9 Cara analisis 9 Analisis kuantitatif 9 Analisis kualitatif 10

1.2 Memahami fungsi pokok Organisasi Kesehatan 11 Fungsi pokok 1 : Asesmen 12 Fungsi pokok 2 : Pengembangan kebijakan 13 Fungsi pokok 3 : Jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan 13

Bagian 2. Analisis Data dalam Kontks Kebijakan 14 2.1 Identifikasi masalah prioritas 14

Pengertian masalah prioritas 14 Masalah Kesehatan Ibu 15 Masalah Kesehatan Bayi Baru Lahir 15 Masalah Kesehatan Bayi dan Anak 16 Masalah Program KB 16

Parameter masalah prioritas 16 Metode identifikasi masalah prioritas 17

Analisis situasi 17 Analisis besaran dan tren masalah kesehatan 18 Analisis diferensial masalah kesehatan 20

2.2 Pengembangan solusi 21 Efektifitas suatu solusi 21

Analisis masalah 22 Kemampu-laksanaan suatu solusi 25

2.3 Pelaksanaan solusi 25 Jaminan kualitas pelaksanaan 25

Page 7: Pedoman Analisis Data

vi

Monitoring dan evaluasi 26 Bagian 3. Contoh analisis data 27

Contoh analisis besaran : Cakupan pemeriksaan ibu hamil dan persalinan

28

Contoh analisis besaran dan tren : Penolong dan tempat persalinan

29

Contoh analisis besaran dan diferensial : Perilaku menyusui 30 Contoh analisis besaran dan diferensial : akses pelayanan KIA dan perilaku mencuci tangan pakai sabun

31

Contoh analisis besaran, tren dan diferensial: akses pelayanan obstetri emerjensi

32

Contoh analisis diferensial : distribusi bidan di desa 33 Daftar tabel

1.1 Rumusan indikator 8 1.2 Kriteria pemilihan inikator : akademik vs praktis 9 1.3 Kekuatan dankelemahan analisis kuantitatif 10 2.1 Contoh masalah prioritas dalam program KIA-KB 15 2.2 Pertanyaan pokok dalam analisis situasi 18 2.3 Template analisis besaran dan tren status KIA 19 2.4 Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan KIA

19

2.5 Template analisis besaran dan tren akses pelayanan gizi 20 2.6 Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan KB

20

2.7 Template analisis diferensial 21 2.8 Solusi efektif masalah kematian ibu menurut bukti hasil kajian 22 2.9 Solusi efektif masalah kematian bayi baru lahir menurut bukti hasil kajian

22

3.1 Menyusui dan pemberian dini makanan kepada bayi menurut propinsi

30

3.2 Akses pelayanan KIA menurut kota-desa dan pendidikan 30

Page 8: Pedoman Analisis Data

vii

Lampiran 1 • Cakupan kunjungan K1 • Cakupan kunjungan K4 • Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) • Ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang tertangani • Neonatus resiko tinggi / komplikasi yang tertangani • Cakupan Kunjungan Neonatus (KN1) • Cakupan Kunjungan Bayi • SKDN • Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang ditangani • Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Sebanyak 2 kali

per tahun • Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe • Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif • Vitamin A Nifas • Cakupan Peserta KB Aktif • Komplikasi KB • Kegagalan KB • Cakupan Pelayanan KB pasca salin

35 36 37 38 39 40 41 42 43

44 45 46 47 48 49 50 51

Lampiran 2 Contoh Pengolahan Data PWS-KIA dengan program Komputer Excel 52

Page 9: Pedoman Analisis Data

Kata Pengantar

Puji dan syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, telah berhasil disusun Pedoman Analisis Data yang diharapkan dapat membantu para penanggung jawab dan pengelola program Kesehatan dalam upaya perbaikan pelayanan. Sejalan dengan desentralisasi kesehatan, kebutuhan analisis data terutama yang berhubungan kesehatan ibu dan anak semakin diharapkan. Analisis data diperlukan untuk membantu mengenali masalah prioritas bidang kesehatan, merencanakan suatu pendekatan program yang sesuai, memonitor kemajuan program, dan mengevaluasi manfaat dan dampak program tersebut bagi kesehatan ibu dan anak. Buku ini dirancang sebagai pelengkap Buku Pedoman DTPS (District Team Problem Solving) dalam membantu Kabupaten/ Kota merencanakan program kesehatan ibu dan anak. Kegiatan analisis data terutama diperlukan dalam mengenali masalah prioritas kesehatan. Walaupun ditujukan kepada para penanggung jawab dan pengelola program kesehatan ibu dan anak di kabupaten/ kota, buku ini dapat juga digunakan oleh penanggung jawab program di semua tingkatan. Upaya untuk membuat buku pedoman yang praktis telah dilakukan, tetapi beberapa istilah teknis dan konsep analisis tidak dapat dihindari. Dengan demikian, saran dan masukan masih diperlukan untuk perbaikan Buku Pedoman.

Jakarta, September 2007 Penyusun.

Page 10: Pedoman Analisis Data

1

Pendahuluan 0.1 Latar-belakang

Data dan informasi adalah fondasi bagi kebijakan, perencanaan, dan program, dan juga bukti akuntabilitas. Data yang relevan, akurat dan tepat waktu merupakan kebutuhan penyelenggara pelayanan serta masyarakat. dan tidak hanya ahli statistik dan penentu kebijakan saja.

Dalam era desentralisasi, pemerintah pusat dan daerah semakin membutuhkan data dan sekaligus kemampuan menggunakan data dalam pengambilan keputusan-keputusan strategik pembangunan. Data diperlukan untuk menilai situasi masalah, menentukan masalah prioritas, mengembangkan kebijakan penanganan masalah, melaksanakan dan memantau pelaksanaan kebijakan, serta mengevaluasi dampak kebijakan terhadap perbaikan kesehatan.

Di samping penyediaan berbagai jenis pelayanan, sistem kesehatan mencakup pula sistem data, termasuk :

• Sistem Informasi Puskesmas, • Sistem Informasi Rumah Sakit;

keduanya mencatat dan melaporkan secara berjenjang data rutin pelayanan dari tempat pelayanan ke tingkat birokrasi yang lebih tinggi di kabupaten, propinsi dan pusat.

Sumber data kesehatan lain, mencakup berbagai survei, termasuk :

• Survei Demografi-Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan lima tahun sekali sejak tahun 1987,

• Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan setiap tahun (kecuali tahun dilakukan SDKI) oleh Badan Pusat Statistik,

• Survei Kesehatan Rumah Tangga yang dilakukan beberapa kali oleh Departemen Kesehatan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang mengumpulkan data pelayanan kesehatan, termasuk kesakitan dan kematian.

Sementara data kesehatan semakin tersedia dan kebutuhan terhadap data semakin meningkat, penggunaan dan pemanfaatan data masih terbatas. Belum optimalnya penggunaan data ini sering dikaitkan dengan masih belum memadainya kualitas data yang tersedia. Data kesehatan di kota/ kabupaten sering kali tidak lengkap, cakupan terbatas (tidak semua fasilitas pelayanan melapor teratur), dan data yang dilaporkan sering kurang akurat. Di pihak lain, penggunaan data belum menjadi budaya perencanaan dan manajemen kebijakan dan program.

Situasi belum optimalnya penggunaan data dipengaruhi banyak faktor, diantaranya :

• penyajian data kurang komunikatif • pengguna tidak tahu cara terbaik menggunakan data.

Page 11: Pedoman Analisis Data

2

Kemampuan menggunakan data perlu ditingkatkan untuk menumbuh-kembangkan budaya penggunaan data, yang kemudian diharapkan dapat mendorong perbaikan pencatatan dan pelaporan data, sehingga menghasilkan data dengan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya, peningkatan kualitas data akan pula menumbuhkan budaya penggunaan data.

Dalam upaya meningkatkan penggunaan data dalam perencanaan dan manajemen program, para penanggung jawab dan pengelola program perlu mempunyai kemampuan analisis data, disamping juga pemahaman secara komprehensif terhadap tujuan, strategi dan masalah program kesehatan.

Di Indonesia, kesehatan ibu dan anak merupakan masalah kesehatan prioritas, sekaligus masalah strategik pembangunan kesehatan.

Atas dasar latar-belakang di atas, buku ini dirancang sebagai pedoman analisis data bagi penanggung-jawab dan pengelola program kesehatan dalam merencanakan dan mengelola Program Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana.

0.2 Tujuan

Menyediakan pedoman analisis dan penggunaan data bagi penanggung-jawab dan pengelola program kesehatan dalam pengembangan dan perbaikan kebijakan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana. Lebih spesifik, pedoman ini bertujuan membantu penanggung-jawab dan pengelola program kesehatan dalam:

1. Mengolah dan menyajikan data kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana melalui serangkaian indikator yang telah ditetapkan menurut waktu, geografis, dan pengelompokan sosial ekonomi.

2. Memberikan interpretasi dan makna informasi besaran, tren dan distribusi masalah dalam konteks identifikasi masalah prioritas, pengembangan strategi pemecahan masalah, dan perbaikan kebijakan dan program kesehatan ibu dan anak.

0.3 Sasaran

Sasaran Buku Pedoman ini adalah penanggung-jawab dan pengelola Program Kesehatan Ibu-Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten/Kota dan Propinsi, selain dapat dimanfaatkan pula oleh pengambil kebijakan kesehatan di pusat dan mereka yang berkepentingan terhadap masalah kesehatan.

0.4 Lingkup

Bahasan buku ini membatasi pada serangkaian ukuran atau indikator yang telah disepakati dalam mengukur kemajuan program KIA dan KB. Kesehatan ibu mencakup kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas; sedangkan kesehatan anak mencakup bayi baru lahir, bayi dan anak usia di bawah lima tahun.

Isi Buku Pedoman terdiri atas dua bagian. Bagian pertama menjelaskan konsep dasar, dan bagian kedua menjelaskan prinsip dan langkah analisis data dalam pengembangan kebijakan dan program. Untuk membantu pemahaman, disertakan contoh-contoh analisis data.

Page 12: Pedoman Analisis Data

3

Bagian 1: Konsep dasar 1.1 Data sebagai fondasi kebijakan

Pengertian data

Data didefinisikan sebagai suatu kumpulan nilai pengamatan pada sampel. Data merupakan ‘informasi faktual’ (ukuran statistik) sebagai dasar perhitungan indikator, dasar penjelasan dan pembahasan. Supaya penggunaan optimal, data perlu relevan, tepat waktu, tidak bias, akurat, dan jelas definisinya.

• Relevan berarti sesuai tujuan dan kebutuhan. • Tepat waktu menggambarkan situasi terkini. • Tidak bias dalam arti mewakili parameter populasi. • Data yang akurat berarti valid dan reliabel. • Valid apabila data mengukur sasaran konsep, dan • Reliabel apabila data tetap konsisten mengukur konsep yang sama.

Supaya tidak mendua maka sebagai suatu ukuran perlu ketepatan dan kejelasan definisi data.

Data hasil pengamatan/ pengukuran perlu diolah menjadi fakta yang relevan/ sesuai kebutuhan yang disebut ‘informasi’, sedangkan hubungan antara berbagai fakta dan informasi yang membentuk suatu ’pengertian’ yang disebut ’pengetahuan’. Proses menjadikan data sebagai informasi dan kemudian menyimpulkan sebagai suatu pengetahuan ini disebut analisis.

DATA, INFORMASI, PENGETAHUANDATA, INFORMASI, PENGETAHUAN

Data‘bahan mentah’

‘observasi’‘fakta’

Sekumpulannilai

pengamatan

Informasi

‘observasirelevan’

‘fakta relevan’

Pengetahuan

‘Hubunganantara fakta’‘pengertian’

Induksi: penyimpulan dari fakta-fakta yang lebih spesifik ke lebih umum

Inferensi: penyimpulan dari statistik (sampel) ke parameter (populasi)

Analisis data menggunakan cara penyimpulan ‘induktif’ dari kasus-kasus individual

nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum, dan penyimpulan melalui teknik statistik

Page 13: Pedoman Analisis Data

4

‘inferensial’ dari gambaran data/ statistik pada sampel menjadi parameter/gambaran di ‘populasi’.

Contoh logika induktif

Kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga singa, kucing dan binatang lain. Dari fakta-fakta ini dapat ditarik kesimpulan yang bersifat umum, yaitu semua binatang mempunyai mata. Dengan logika induktif, kehidupan beraneka ragam dengan berbagai corak dapat direduksi menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah koleksi berbagai fakta, tetapi esensi dari fakta-fakta tersebut.

Kesimpulan yang bersifat umum mempunyai dua keuntungan:

(1) bersifat ekonomis

(2) dimungkinkannya penyimpulan lanjut, baik induktif maupun deduktif.

Contoh logika deduktif

Penyimpulan deduktif mempergunakan pola berfikir: silogismus, yang disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor), dan sebuah ’kesimpulan’.

Semua mahluk mempunyai mata (Premis mayor)

Si Polan adalah seorang mahluk (Premis minor)

Jadi si Polan mempunyai mata (Kesimpulan)

Benar tidaknya kesimpulan tergantung kepada kebenaran premis yang mendahuluinya dan keabsahan cara penarikan kesimpulan.

Ketiganya (informasi, pengetahuan, dan tujuan) bersamaan melandasi suatu

keputusan/ kebijakan :

o Informasi dengan sifat empirik mendasari kebijakan yang realistik/ praktis,

o Pengetahuan dengan sifat ‘generik’ dan logik mendasari kebijakan yang ‘komprehensif’ dan rasional

o Tujuan dengan sifat ‘direksi’ membuat kebijakan yang sesuai kebutuhan, bermanfaat, efektif.

Suatu kebijakan ‘strategik’ adalah suatu kebijakan yang sesuai kebutuhan, efektif, dan sekaligus mampu-laksana.

Suatu kebijakan dapat terlaksana dan berdampak di masyarakat (berhasil, bermanfaat) apabila tersedia ’instruksi’ yang jelas dan mengikat seperti SK, Peraturan, Tupoksi, Pedoman, Juklak, Juknis dan dukungan ’sumber daya’ (tenaga, biaya, sarana/ prasarana) yang dibutuhkan. Kebijakan ini biasanya dirumuskan dalam bentuk ‘strategi’ dan dijabarkan dalam bentuk ‘perencanaan’.

Supaya suatu kebijakan berjalan sesuai dengan rencana, perlu dilakukan jaminan kualitas pelaksanaan. Jaminan ini perlu mencakup :

Page 14: Pedoman Analisis Data

5

• aspek legal (termasuk UU, peraturan), • aspek kelembagaan (termasuk berbagai sistem seperti ketenagaan, pendidikan dan

pelatihan, logistik, infra-struktur, dsb.), • dukungan/ partisipasi masyarakat dan stakeholder lain.

INFORMASI PENGETAHUAN TUJUAN

KEPUTUSAN/KEBIJAKAN

INFORMASI, PENGETAHUAN sebagai dasar KEBIJAKAN

Empirik/ realistik Generik/ holistik Arah/ direksi

Strategik

KEPUTUSAN/KEBIJAKAN

KELEMBAGAANSUMBER DAYA

INSTRUKSI

EKSEKUSIProgram

(PROSES)

HASIL(OUTPUT)

EFEK(OUTCOME)

Dari

KEPUTUSAN

menuju

EFEK

Perencanaan

Jaminan kualitaspelaksanaan•Legal•Kelembagaan•partisipasi

M & E

Ase

smen

Cara pengumpulan /sumber data

Ada dua macam data menurut cara pengumpulan, yaitu:

Data tidak rutin (ad hoc), misalnya data pengetahuan dan perilaku kesehatan yang dikumpulkan sewaktu, biasanya melalui survei rumah tangga. Survei ini biasanya dilakukan periodik sekali setahun atau beberapa tahun tergantung kebutuhan dan dinamika program.

Data rutin, misalnya data pelayanan yang dikumpulkan rutin/ terus menerus di unit-unit pelayanan kesehatan, termasuk RS dan puskesmas. Data ini biasanya dicatat pada kartu status medik pasien rawat jalan atau rawat inap.

Sumber data kesehatan di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Page 15: Pedoman Analisis Data

6

• Sistem Informasi Pelayanan. Sistem ini mencakup Sistem Informasi Rumah Sakit, termasuk SP2RS (Sistem Pencatatan & Pelaporan Rumah Sakit) dan dan Sistem Informasi Puskesmas, termasuk SP2TP (Sistem Pencatatan & Pelaporan Terpadu Puskesmas) atau SP3 (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas). Untuk pengumpulan data kesehatan ibu dan anak di tingkat masyarakat, pada tingkat puskesmas diterapkan sistem PWS-KIA (Pemantauan Wilayah Setempat – Kesehatan Ibu dan Anak). Sistem ini mencakup tidak hanya pelayanan di gedung puskesmas tetapi juga pelayanan Bidan Praktek Swasta dan Klinik/ Rumah Bersalin di wilayah kerja puskesmas tersebut.

• Sistem surveilans. Sistem ini memantau dan mendeteksi penyakit-penyakit khusus melalui survei teratur prevalensi atau insidensi atau faktor-faktor yang terkait dengan penyakit-penyakit tersebut. Sebagai contoh, surveilans gizi, surveilans polio, surveilans HIV/AIDS, surveilans demam berdarah.

Pengolahan data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian proses transformasi data menjadi informasi. Data yang terkumpul perlu diolah dan dianalisis menjadi informasi untuk dasar perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Proses transformasi data menjadi informasi dapat digambarkan melalui skema langkah di bawah ini: pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, dan analisis data.

Skema 1: Proses Transformasi Data

Pada prinsipnya pengolahan data adalah proses meringkas data, dari banyak data

yang sudah dikumpulkan, diringkas menjadi serangkaian ukuran atau indikator dan disajikan

Penyajian Data

INFORMASI

Analisis Data

Pemanfaatan :

• Kebijakan • Strategi • Perencanaan • Manajemen D A T A

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Page 16: Pedoman Analisis Data

7

melalui tabel atau grafik ringkas yang mudah dimengerti. Proses ini sering memerlukan perhitungan matematika seperti penjumlahan, perkalian, atau pembagian.

Pengolahan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai paling sederhana dengan cara manual atau bantuan kalkulator sampai perhitungan dengan bantuan perangkat lunak komputer. Contoh perhitungan melalui perangkat lunak komputer (MsExcel) dapat dilihat pada lampiran.

Penyajian data

Sebagai bagian dalam proses analisis, data perlu dibedah dan disajikan dalam bentuk indikator-indikator. Penyajian data perlu dirancang sehingga:

• Sesuai konteks (misal: kesehatan ibu dan anak) dan lingkup (misal: keluarga miskin),

• Mampu bercerita, misal: perubahan menurut waktu, perbandingan antar daerah,

• Menampilkan data, ukuran atau indikator dalam berbagai bentuk sesuai tujuan, misal: persentase, estimasi, proyeksi, perbandingan.

Banyak cara penyajian, tetapi pilih yang paling sesuai atau paling efektif, dalam arti pesan mudah dimengerti oleh audien atau pengguna. Penyajian dapat berbagai bentuk: teks, grafik, gambar, dan tabel. Periksa elemen baik dan buruk setiap opsi penyajian, dan pilih opsi yang paling sesuai.

Dalam merancang penyajian data, serangkaian pertanyaan berikut dapat membantu:

• Apa yang ingin anda katakan?

• Apakah data membantu bercerita?

• Apakah data akurat, tepat waktu?

• Kepada siapa anda ingin berkata?

• Mengapa anda ingin mengatakan hal tersebut?

Penyajian data melalui ’teks’ atau ’narasi’ perlu selektif, dengan memilih data pokok, dan buat sederhana mungkin. Penyajian angka persen perlu dibulatkan, misal angka 35,62% dibulatkan menjadi 36%. Deskripsi angka dibuat sederhana, misal: 1 dalam 3; hampir 1 dalam 5; lebih dari 10,000; .. kurang dari separuh.

Indikator

Data biasanya disajikan dalam bentuk indikator atau ukuran. Indikator merupakan suatu ukuran tidak langsung, dalam bentuk angka, indeks atau tanda, terhadap suatu kondisi, keadaan, atau peristiwa. Indikator sering pula diartikan sebagai suatu variabel untuk mengukur suatu perubahan atau mengevaluasi suatu keadaan.

Indikator mempunyai banyak kegunaan, antara lain:

• Memberi gambaran seberapa jauh tujuan program dan sasaran tercapai;

Page 17: Pedoman Analisis Data

8

• Memberi motivasi kepada penanggung jawab dan pengelola program atau seseorang untuk bertindak;

• Membantu dalam menetapkan prioritas tindakan; dan

• Membantu dalam menguji asumsi strategi dan sasaran program sehingga dapat ditemukan strategi yang paling sesuai.

Indikator dapat dirumuskan dalam bentuk ’jumlah’, ’rate’, ’rasio’, ’proporsi’ atau ’persentase’. Bentuk mana yang dipakai tergantung kepada tujuan pengukuran dan sifat dari konsep atau kondisi yang diukur.

Tabel 1.1. Rumusan indikator

Rumusan Penjelasan Contoh Jumlah Angka absolut, sebagai ukuran paling

sederhana Jumlah kabupaten yang melaporkan peningkatan alokasi anggaran KIBBLA Tahun 2005-2007

Rate Mengukur frekuensi peristiwa per satuan waktu

Angka kematian bayi Tahun 2006

Rasio Membandingkan antara dua angka Rasio jenis kelamin bayi baru lahir

Proporsi Membandingkan sebagian terhadap keseluruhan

Proporsi jumlah anak balita terhadap jumlah penduduk

Persentase Suatu proporsi dikalikan 100 Persentase persalinan yang ditolong Nakes

Suatu indikator perlu kejelasan definisi tentang numerator dan denominator;

rujukan waktu; dan cakupan geografis. sehingga mempunyai makna dan dapat dibandingkan menurut waktu, tempat dan pengelompokan lainnya,

Memilih indikator

Memilih indikator merupakan sebuah keputusan kompromistik antara pertimbangan akademik yang ideal di satu pihak dan pertimbangan praktis pengukuran atau mendapatkan data di pihak yang lain. Pertimbangan akademik mencakup validitas, obyektivitas, sensitivitas, dan spesifisitas dari indikator; sedangkan pertimbangan praktis menyangkut kemudahan atau kemampu-laksanaan mengukur.

Page 18: Pedoman Analisis Data

9

Tabel 1.2. Kriteria pemilihan indikator: akademik vs. praktis

Pertimbangan akademik Pertimbangan praktis

Validitas. Relevan (logis) dengan ’kondisi’/’konsep’ yang diukur; Obyektivitas. Hasil pengukuran konsisten walaupun diukur oleh orang atau dalam waktu yang berbeda; Sensitivitas. Berubah sesuai perubahan kondisi yang diukur; Spesifisitas. Berubah apabila hanya kondisi spesifik (yang diukur) berubah, bukan kondisi yang lain.

Di pihak lain, indikator juga perlu realistik atau praktis dalam arti mudah atau dapat diukur sesuai dengan keterbatasan sumber daya yang ada.

Keterbatasan indikator

Indikator mempunyai keterbatasan, antara lain, hanya menunjukkan besaran atau arah perubahan menurut waktu, tetapi tidak menjelaskan ’mengapa’ terjadi perubahan (kalau ada perubahan). Penjelasan mengapa terjadi perubahan memerlukan dukungan studi kualitatif.

Karena sifat ‘komprehensif’ suatu konsep/ kondisi yang diukur di satu pihak, dan sifat ‘parsial’ suatu indikator di pihak yang lain, pengukuran terhadap suatu ‘perubahan’ umumnya memerlukan lebih dari satu indikator (beberapa indikator). Namun perlu dicatat bahwa penggunaan terlalu banyak indikator dapat merepotkan dan membingungkan.

Analisis data

Analisis data merupakan suatu proses sistematik penggunaan teknik statistik dan penalaran (penggunaan logika) dalam meringkaskan, membandingkan, menjelaskan dan memaknai serangkaian data.

Cara analisis

Dilihat dari jenis data yang digunakan, analisis perlu menggabung pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Analisis kuantitatif mendasarkan pada data dalam bentuk angka atau angka transformasi, sedangkan analisis kualitatif mendasarkan pada data non-numerik.

• Analisis kuantitatif menjawab pertanyaan Apa, dan pro-empirik (fakta)?

• Analisis kualitatif menjawab pertanyaan Mengapa, dan pro-fenomenologis?

Analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan pada berbagai situasi berikut:

Pada situasi di mana variabel-variabel dapat diisolasi, dan dapat didefinisikan dengan jelas, baik konseptual maupun operasional.

Page 19: Pedoman Analisis Data

10

Pada situasi di mana variabel-variabel dapat dihubungkan melalui melalui satu atau beberapa hipotesis.

Bilamana isu yang akan diteliti atau dianalisis diketahui, sederhana, dan arti tidak mendua.

Apabila diperlukan informasi faktual.

Apabila kita ingin mengetahui secara umum tentang opini, sikap, kepercayaan, dan/atau preferensi suatu masyarakat.

Apabila jumlah responden banyak.

Pada situasi yang memerlukan generalisasi.

Tabel 1.3 Kekuatan dan kelemahan analisis kuantitatif

Kekuatan Kelemahan

Objektif: nilai tidak dipengaruhi peneliti

Konfiden: kredibilitas meningkat

Waktu: data besar dapat dianalisis dalam waktu relatif cepat

Presentasi: tabel & grafik dapat digunakan sebagai cara efektif penyajian

Kualitas data berkurang karena sampel besar

Kurang informasi tentang alasan dibalik hasil pengukuran

Terlalu banyak data dapat membingungkan

Manipulasi kategori bisa kompleks

Sebagai contoh, analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab bentuk pertanyaan berikut:

• Bagaimana distribusinya?

• Berapa nilai rata-ratanya?

• Bagaimana peserta menilai tingkat penggunaan dan relevansi dari intervensi?

• Bagaimana hubungan antara program dan ukuran perubahan perilaku?

• Seberapa kuat hubungan tersebut?

• Apakah hasilnya bermakna secara statistik?

Analisis kualitatif

Analisis kualitatif biasanya digunakan pada situasi berikut:

• Memahami fenomena sosial;

• Menganalisis masalah dengan fokus pada makna, ide, dan pengalaman;

• Menelaah topik baru; mengurai suatu isu yang kompleks;

• Melakukan pendekatan holistik;

• Meneliti kelompok marjinal; dan

Page 20: Pedoman Analisis Data

11

• Menggunakan peneliti sebagai instrumen.

Analisis kualitatif membantu kita melihat masalah dari kaca mata masyarakat/ yang diteliti, bukan peneliti. Sebagai contoh, analisis kualitatif digunakan untuk menjawab bentuk pertanyaan berikut.

Contoh:

• Bagaimana masyarakat mengartikan Narkoba? Mengapa sebagian korban/ penyalah-guna Narkoba datang berobat dan yang lain tidak?

• Mengapa sebagian korban penyalah-guna Narkoba mengikuti rekomendasi dokter dan yang lain tidak?

Analisis kualitatif juga cocok dipakai pada situasi dimana kita memerlukan pemahaman mendalam tentang suatu program intervensi. Sebagai contoh, analisis kualitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan berikut:

• Apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana?

• Kesulitan apa saja yang dihadapi staf?

• Mengapa beberapa peserta drop out sejak awal?

• Pengalaman seperti apa yang dikehendaki peserta?

• Apakah ada dampak tak terduga pada keluarga dan masyarakat?

1.2 Memahami fungsi pokok Organisasi Kesehatan

Organisasi Kesehatan Masyarakat, termasuk Dinas Kesehatan, mempunyai visi dan misi umum berikut:

• Visi umum: ’penduduk sehat yang hidup di lingkungan sehat’, dan

• Misi ‘umum’:

o promosi kesehatan fisik dan mental;

o pencegahan penyakit, kecelakaan, dan disabilitas, pengobatan penyakit, dan rehabilitasi penderita penyakit.

Untuk menjalankan misi ini, setiap organisasi kesehatan perlu menjalankan tiga fungsi pokok berikut:

Tiga fungsi pokok Organisasi Kesehatan

1. Asesmen

2. Pengembangan kebijakan

3. Jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan

Page 21: Pedoman Analisis Data

12

3 Fungsi pokok organisasi kesmas

ASESMEN•Analisis situasi•Monitoring & evaluasi

PengembanganKebijakan•Strategi•Perencanaan

Jaminan kualitaspelaksanaan•Legal•Kelembagaan•Partisipasi masyarakat

Fungsi pokok 1: Asesmen

Dalam memenuhi fungsi pokok pertama ’asesmen’, Dinas Kesehatan perlu teratur dan sistematik mengumpulkan, mengelola, menganalisis, dan menyiapkan data/ informasi situasi kesehatan (masyarakat).

Fungsi ini dilakukan dengan melaksanakan kewajiban berikut:

• Memonitor status kesehatan

• Menyelidiki dan mendiagnosis masalah/ ancaman/ bahaya kesehatan

• Mengevaluasi efektivitas, aksesibilitas, dan kualitas pelayanan kesehatan

Supaya fungsi asesmen dapat berjalan baik, maka organisasi kesehatan perlu membangun Sistem Informasi Kesehatan, yang mencakup Sistem Informasi Rutin Pelayanan (basis Rumah Sakit, basis Puskesmas), survelans, survei dan studi kesehatan dan penyakit.

Situasi kesehatan masyarakat mencakup status kesehatan (kematian, kesakitan, kecelakaan, disabilitas, gizi), perilaku kesehatan (pencarian pelayanan, perilaku ‘berisiko’), akses dan kualitas pelayanan, kualitas lingkungan hidup, sistem kesehatan, dan kebijakan kesehatan. Muara: status kesehatan

Ukuran status kesehatan mencakup kematian, gizi, morbiditas/ disabilitas. Akses/ kualitas pelayanan, perilaku masyarakat dan lingkungan hidup saling terkait mempengaruhi status kesehatan. Sedangkan aspek legal dan kelembagaan/ sistem menentukan keberhasilan program pelayanan dalam memperbaiki akse dan kualitas pelayanan. Faktor sosial-ekonomi dan budaya melatar-belakangi situasi kesehatan masyarakat.

Page 22: Pedoman Analisis Data

13

SituasiSituasi kesehatankesehatan

Legal/ Kebijakan

Sistem/ kelembagaan

Status kesehatan•Kematian, gizi, morbiditas/ disabilitas

Perilaku masyarakat•Pencarian pelayanan•Perilaku ‘berisiko’

Akses & kualitaspelayanan

Lingkungan hidup

Kontek

s

Sosek -bu

d

Fungsi pokok 2: Pengembangan kebijakan

Upaya perbaikan status kesehatan dirancang melalui fungsi pokok kedua ‘pengembangan kebijakan’.

Kebijakan kesehatan perlu:

• Mendasarkan pada pengetahuan/ ilmiah dan bukti/ data/ fakta

• Komprehensif mempertimbangkan semua aspek penting terkait, dan

• Berorientasi pada kepentingan publik/ manfaat bagi masyarakat banyak.

Pengembangan kebijakan perlu mendasarkan pada pengetahuan dan bukti supaya lahir suatu kebijakan yang relevan dan berorientasi pemecahan masalah. Suatu kebijakan perlu pula komprehensif mempertimbangkan semua aspek penting terkait sehingga kebijakan tersebut dapat dilaksanakan melalui kelembagaan yang ada dan diterima masyarakat. Suatu kebijakan perlu beorientasi pada kepentingan publik dan memberi manfaat bagi masyarakat banyak sehingga efektif. Pengembangan kebijakan/ strategi/ perencanaan yang mendasarkan pada ’data’ dan melalui pendekatan tim yang mewakili stakeholder terkait merupakan esensi pendekatan DTPS (District Team Problem Solving).

Fungsi pokok 3: Jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan

Selanjutnya, fungsi pokok ketiga ‘jaminan kualitas pelaksanaan kebijakan’ diperlukan supaya kebijakan/ strategi/ perencanaan kesehatan yang telah dikembangkan dapat diterjemahkan menjadi program rutin pelayanan yang berdampak terhadap perbaikan status kesehatan. Seperti telah disebut di bagian awal, jaminan kualitas pelaksanaan ini mencakup aspek legal (UU, peraturan), kelembagaan/ sistem yang memadai, dan dukungan/ partisipasi masyarakat.

Page 23: Pedoman Analisis Data

14

Bagian 2: Analisis Data dalam Konteks Kebijakan Analisis data dalam konteks kebijakan merupakan suatu proses sistematik

menggunakan data dengan tujuan bertahap, masing-masing dengan jenis analisis tersendiri:

1. Identifikasi masalah prioritas

2. Pengembangan solusi masalah yang dianggap efektif dan kos-efektif.

3. Uji solusi.

Identifikasi masalah prioritas dilakukan melalui analisis situasi, termasuk besaran, tren dan diferensial; pengembangan solusi melalui analisis masalah dan kelembagaan; sedangkan uji solusi dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Solusi dimaksudkan sebagai kebijakan, strategi atau perencanaan.

Analisis data dalam konteks kebijakan

Identikasi masalah prioritas

Pengembangan solusi

Uji solusi

Analisis situasi: besaran, tren,

diferensial

•Analisis masalah•Analisis

kelembagaan

Monitoring & evaluasi

Prioritasmasalah

Solusi efektif, mampu laksana

Pembelajaran, perbaikan solusi

Tujuan Analisis Hasil

2.1 Identifikasi masalah prioritas

Pengertian masalah prioritas

Masalah prioritas yang dimaksudkan sebagai hal atau kondisi spesifik yang mengancam atau membahayakan kesehatan, termasuk antara lain: penyakit, gangguan, komplikasi, kecelakaan, polusi, dan sebagainya yang perlu ditanggulangi, dalam arti dihilangkan atau dikurangi. Di dalam program, masalah prioritas merupakan masalah yang perlu dihilangkan/ dikurangi besaran dan/ atau fatalitasnya.

Berikut sebagai contoh masalah prioritas dalam program KIA-KB:

Page 24: Pedoman Analisis Data

15

Tabel 2.1 Contoh masalah prioritas dalam program KIA-KB

Ibu Maternal Bayi Baru Lahir Bayi dan Anak KB

Perdarahan

Infeksi

Eklamsia

Aborsi tak-aman

Bayi berat lahir rendah

Asfiksia

Hipotermia

Ispa/ Pnemonia

Diare

Gizi

Kehamilan tidak diinginkan

Masalah kesehatan ibu

Pada contoh di atas, masalah prioritas kesehatan ibu mencakup fatalitas kasus komplikasi perdarahan, infeksi dan kemudian eklamsia. Sekitar 10% sampai 15% bumil, bulin dan bufas akan mengalami komplikasi maternal, termasuk perdarahan, infeksi atau eklamsia. Mereka dengan komplikasi ini akan meninggal apabila tidak tepat waktu menerima pelayanan obstetri emerjensi yang berkualitas di rumah sakit.

Supaya kasus komplikasi maternal terselamatkan, sistem pelayanan kesehatan ibu perlu mampu tepat waktu memberikan pelayanan obstetri emerjensi yang berkualitas kepada semua ibu dengan komplikasi maternal. Sesuai dengan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia yang berjenjang, maka penurunan atau penghindaran kematian ibu hanya dapat terjadi apabila:

• Sistem pelayanan kesehatan di desa/ masyarakat mampu mendeteksi dini setiap kasus komplikasi maternal yang timbul;

• Sistem rujukan pelayanan mampu merujuk aman tepat waktu setiap kasus komplikasi maternal dari desa ke rumah sakit;

• Sistem pelayanan obstetri emerjensi di rumah sakit mampu menangani tepat waktu dan adekuat setiap kasus komplikasi maternal.

Berdasarkan ketiga sistem diatas maka tantangan program penyelamatan ibu hamil, bulin dan bufas adalah bagaimana membuat ketiga sistem tersebut berjalan optimal. Distribusi dan kompetensi bidan di desa dan Puskesmas menentukan optimasi sistem deteksi dini kasus komplikasi maternal di desa/ masyarakat dan sistem rujukan kasus komplikasi ke rumah sakit. Sebagian Puskesmas perlu mampu menyediakan pelayanan obstetri neonatal emerjensi dasar (PONED). Distribusi rumah sakit yang siap 24 jam dengan PONEK (pelayanan obstetri neonatal emerjensi komprehensif) menjamin pelayanan adekuat tepat waktu. Setiap kabupaten diharapkan mempunyai paling sedikit satu PONEK dan empat PONED.

Masalah kesehatan bayi baru lahir

Masalah prioritas kesehatan bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), asfiksia, dan hipotermia. Ketiganya sebagai penyebab utama kematian bayi baru lahir. Dengan demikian strategi program kesehatan bayi baru lahir perlu diarahkan supaya mampu mencegah kejadian dan/ atau mengurangi fatalitas kasus tersebut. Tantangan program kesehatan bayi baru lahir adalah upaya mengembangkan strategi

Page 25: Pedoman Analisis Data

16

pencegahan kasus dan penurunan fatalitas kasus BBLR, asfiksia dan hipotermia yang cocok dengan situasi setempat.

Masalah kesehatan bayi dan anak

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan diare masih sebagai penyebab utama kematian bayi dan anak. Kasus dan fatalitas kedua penyakit ini meningkat dengan semakin memburuknya status gizi. Strategi program kesehatan anak perlu diarahkan untuk mencegah dan/ atau menurunkan fatalitas Ispa, diare dan gangguan gizi. Kejadian Campak sering terkait dengan Ispa. Tantangan program adalah upaya mengembangkan strategi pencegahan dan penanggulangan Ispa dan diare yang cocok dengan situasi setempat.

Masalah program KB

Kehamilan yang tidak diinginkan sebagai masalah prioritas kesehatan reproduksi. Salah satu pesan kunci kesehatan reproduksi adalah setiap kehamilan diinginkan. Supaya kehamilan sehat, proses reproduksi harus sehat dan kehamilan diinginkan oleh ibu yang bersangkutan.

Ibu dengan kehamilan tidak diinginkan cenderung tidak merawat kehamilannya dan sebagian dari mereka tidak jarang berupaya menghentikan kehamilannya (melalui aborsi sengaja). Aborsi sengaja tanpa alasan medis merupakan tindakan melanggar hukum, sehingga aborsi umumnya dilakukan dengan sembunyi, dengan cara tidak aman oleh tenaga tidak trampil. Aborsi tidak aman ini berisiko kesakitan dan bahkan kematian.

Program KB membantu perempuan usia reproduksi mengatur kehamilannya, sehingga setiap kehamilan aman fisik dan psikis. Kehamilan perlu persiapan dan kesiapan fisik dan mental. Strategi program KB diarahkan supaya kontrasepsi yang sesuai menjangkau dan terjangkau oleh ibu/ perempuan yang berpotensi hamil tetapi tidak ingin hamil. Perempuan/ ibu yang berpotensi hamil tetapi tidak menggunakan kontrasepsi berpeluang mengalami kehamilan tidak diinginkan.

Parameter masalah prioritas

Prioritas suatu masalah umumnya ditentukan melalui serangkaian parameter, yang mencakup antara lain:

• Besaran masalah,

• Fatalitas dan implikasi masalah,

• Kemudahan penanganan masalah.

Besaran ini menunjukkan seberapa banyak/ besar anggota masyarakat yang tersangkut masalah ini. Semakin besar/ luas suatu masalah semakin tinggi prioritas masalah tersebut. Tidak hanya besaran, tetapi fatalitas/ implikasi negatif dan kemudahan penanganan dari masalah menentukan prioritas tidaknya suatu masalah. Semakin besar besaran, semakin besar fatalitas/ implikasi negatif dan semakin mudah penanganan, semakin tinggi prioritas suatu masalah.

Page 26: Pedoman Analisis Data

17

Besaran masalah diukur melalui ukuran prevalensi atau insidensi. Prevalansi untuk penyakit/ peristiwa berdurasi panjang, sedangkan insidensi untuk penyakit/ peristiwa berdurasi pendek. Ukuran prevalensi atau insidensi dapat berbentuk rate atau proporsi.

Fatalitas suatu kasus diukur melalui angka fatalitas kasus (case fatality rate) yang menunjukkan jumlah kasus yang meninggal per jumlah kasus/ penderita. Sebagai contoh, misal angka fatalitas kasus komplikasi perdarahan pasca-persalinan di rumah sakit A dilaporkan 10%, berarti dari semua kasus komplikasi pasca persalinan di rumah sakit tersebut 10% di antaranya meninggal. Sedangkan implikasi suatu masalah dapat mencakup implikasi negatif sosial, ekonomi dan kesehatan. Semakin besar implikasi suatu masalah semakin tinggi prioritas. Semakin mudah penanganan, dalam arti terjangkau oleh sumber daya dan teknologi yang tersedia semakin prioritas masalah tersebut.

Metode identifikasi masalah prioritas

Proses identifikasi masalah prioritas seyogyanya dilakukan melalui analisis situasi masalah oleh Tim Perencanaan/ Tim DTPS Kabupaten. Supaya Tim berperan dan berfungsi optimal, keanggotaan Tim perlu mewakili berbagai sektor terkait, dan setiap anggota memahami konsep kebijakan kesehatan dan memahami peran dan tanggung jawab masing-masing sektor yang diwakilinya dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan.

Analisis situasi

Analisis situasi berupaya memetakan situasi masalah yang mencakup besaran, tren, dan diferensial dalam status kesehatan, perilaku kesehatan, akses dan kualitas pelayanan, dan faktor terkait yang melatar-belakangi. Analisis perlu menjawab serangkaian pertanyaan pokok situasi masalah kesehatan. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, analisis memadukan kedua pendekatan berikut:

• Menggunakan kerangka teori/ konsep analisis program yang relevan sebagai dasar logika/ rasionalitas penyimpulan; dan

• Memanfaatkan data yang relevan dari berbagai sumber, termasuk sistem informasi pelayanan, survei rumah tangga, dan sumber lain.

Kerangka teori/konsep analisis program menjelaskan esensi tujuan dan strategi kebijakan/ program serta ukuran-ukuran keberhasilan program. Data perlu diolah dan disapkan dalam bentuk indikator atau ukuran yang baku, yang disajikan bentuk tabel atau gambar/ grafik yang komunikatif.

Analisis bukan membaca data, tetapi menjawab pertanyaan program dengan menggunakan konsep dan data yang relevan sebagai dasar jawaban. Alur analisis jangan terjebak dari satu data ke data lainnya yang sifatnya ‘parsial’, tetapi dikemas tematik sesuai dengan tujuan dan strategi program. Data-data/ indikator-indikator dikelompokkan menurut tema, dan data-data yang terkait dalam satu tema masuk dalam kelompok yang sama.

Page 27: Pedoman Analisis Data

18

Tabel 2.2. Pertanyaan pokok dalam analisis situasi

Analisis Pertanyaan pokok

Besaran dan tren masalah Bagaimana besaran masalah tersebut, perilaku terkait, akses dan kualitas pelayanan terkait? Apakah tren masalah tersebut membaik, menetap, atau memburuk? Faktor apa saja yang melatar-belakangi?

Diferensial/ ketimpangan masalah

Bagaimana distribusi/ perbedaan masalah tersebut menurut: gender, kota-pedesaan, geografis/ administratif, kaya-miskin? Faktor apa saja yang melatar-belakangi?

Analisis besaran dan tren masalah kesehatan

Analisis besaran dan tren masalah dilakukan sebagai bagian dari analisis situasi masalah kesehatan. Analisis berupaya menjawab serangkaian pertanyaan seperti contoh berikut:

Pertanyaan dalam analisis besaran dan tren masalah

• Masalah kesehatan apa (yang mana) yang kita hadapi?

• Seberapa besar masalah kesehatan tersebut? Seberapa beda dengan besaran nasional/ daerah lain?

• Bagaimana tren masalah tersebut dalam lima tahun terakhir? Apakah membaik, menetap atau memburuk?

• Mengapa angka-angka masalah tersebut membaik, menetap atau memburuk?

• Faktor apa saja yang melatar-belakangi besaran, tren dan diferensial masalah tersebut?

Masalah KIA-KB diukur melalui serangkaian indikator sesuai kebutuhan (Lihat Daftar dan definisi indikator pada Lampiran). Indikator lain dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi lokal. Indikator perlu disiapkan dan disajikan ringkas melalui tabel dan/ atau grafik sesuai kebutuhan analisis. Berikut Template penyiapan data/ indikator untuk analisis besaran dan tren (Lihat Tabel 2.3; 2.4; 2.5 dan 2.6). Analisis menilai besaran dan tren masalah KIA dan KB dari waktu ke waktu (dari Tahun X-3, X-2, X-1, sampai X).

Tabel 2.3 merupakan template penyiapan indikator status kesehatan ibu dan anak menurut waktu. Status kesehatan diukur melalui tingkat kematian, status gizi, dan morbiditas/ kesakitan.

Page 28: Pedoman Analisis Data

19

Tabel 2.3 Template analisis besaran dan tren status KIA

Indikator Th X-3 Th X-2 Th X-1 Th X Jumlah kematian ibu/ bayi baru lahir/ bayi/ balita Jumlah kematian ibu/ bayi baru lahir/ bayi/ balita menurut penyebab kematian

Jumlah Bumil dengan KEK Data SKDN

• D/S x 100% • N/D x 100% • N/D x 100%

%BBLR % persalinan dgn komplikasi di RS

Tabel 2.4 merupakan template penyiapan indikator akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak menurut waktu. Akses dan kualitas pelayanan diukur melalui cakupan pelayanan, jumlah tenga dan kompetensi.

Tabel 2.4. Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan KIA

Indikator Th X-3 Th X-2 Th X-1 Th X • Jumlah dan distribusi tenaga kesehatan (bidan, dokter,

SpOG, SpA) • Jumlah dan distribusi sarana kesehatan (Polindes,

Poskesdes, PONED, PONEK) • Jumlah peralatan (Bidan kit, PONED kit, Bank Darah,

OK) • Jumlah dukun (terlatih / tidak) • Jumlah kader • Jumlah desa dengan BdD tinggal di desa • Jumlah & sumber anggaran KIA-KB • Kualitas tenaga kesehatan (“Uji kompetensi”,

Standarisasi KB, LSS, PONED) • % ibu dengan Imunisasi TT • % ibu dengan Imunisasi HBO • % K 1 • % K 4 • % Linakes • % K Nifas • % K Neonatal • % Penanganan Komplikasi Obstetri • % Penanganan Komplikasi Neonatal • % persalinan dengan operasi Cesar

Page 29: Pedoman Analisis Data

20

Tabel 2.5 merupakan template penyiapan indikator akses pelayanan gizi menurut waktu. Akses pelayanan gizi diukur melalui cakupan suplementasi vitamin A, zat besi, dan ASI. Indikator yang lain dapat saja dikembangkan sesuai kebutuhan dan ketersediaan data.

Tabel 2.5. Template analisis besaran dan tren akses pelayanan gizi

Indikator Th X-3 Th X-2 Th X-1 Th X • % Vit A Nifas • % Vit A Bayi & Balita • % Fe Bumil • % bayi menerima ASI s/d 6 bulan

Tabel 2.6 merupakan template penyiapan indikator akses dan kualitas pelayanan KB menurut waktu. Akses pelayanan dan kualitas pelayanan KB diukur melalui angka perseta KB aktif, angka kegagalan, angka cakupan pelayanan KB pasca-salin.

Tabel 2.6. Template analisis besaran dan tren akses dan kualitas pelayanan KB

Indikator Th X-3 Th X-2 Th X-1 Th X • % Peserta KB Aktif (CPR) • % Komplikasi KB • % Kegagalan KB • % Cakupan pelayanan KB pasca salin

Analisis diferensial masalah kesehatan

Analisis diferensial bertujuan menilai ketimpangan masalah kesehatan menurut sosial-ekonomi, termasuk gender, daerah, kota-pedesaan, pendidikan, dan kaya-miskin. Berikut contoh pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikembangkan dan perlu dijawab dalam analisis diferensial. Template penyiapan data untuk analisis diferensial adalah sebagai berikut (Lihat Tabel 2.7).

Pertanyaan dalam analisis diferensial

• Bagaimana perbedaan/ distribusi masalah kesehatan menurut gender, daerah, kota-desa, dan kaya-miskin?

• Masalah kesehatan yang mana yang paling timpang distribusinya? Variabel mana yang paling menentukan diferensial?

• Apa makna/implikasi diferensial-diferensial tersebut terhadap program?

Page 30: Pedoman Analisis Data

21

Tabel 2.7. Template analisis diferensial

Indikator* Faktor diferensial Status kesehatan Perilaku kesehatan Akses dan kualitas

pelayanan Jenis kelamin

• Laki-laki • Perempuan

Pendidikan ayah/ibu • Rendah • Tinggi

Tempat tinggal • Kota • Pedesaan

Kaya-miskin • Kuintil 1 • Kuintil 2 • Kuintil 3 • Kuintil 4 • Kuintil 5

*Lihat daftar indikator KIA-KB

2.2 Pengembangan solusi

Setelah masalah prioritas teridentifkasi, langkah berikut proses perencanaan adalah pengembangan solusi. Pengembangan ini dilakukan melalui analisis masalah berupaya menemukan berbagai solusi alternatif yang strategik. Suatu solusi strategik mempunyai karakteristik efektif dan mampu-laksana.

• Efektif, berarti mampu menghilangkan atau mereduksi masalah prioritas

• Mampu laksana, berarti arti kos-efektif sekaligus praktis.

Kos-efektif dimaksudkan hasil sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Sedangkan mampu-laksana berarti dapat dilaksanakan dalam konteks kapasitas kelembagaan penyelenggara pelayanan (termasuk sumber-daya dan teknologi) dan dapat diterima masyarakat atau sesuai dengan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat.

Efektivitas suatu solusi

Efektivitas suatu solusi dapat dinilai melalui bukti (evidence) yang ditunjukkan berbagai penelitian/ kajian dan/ atau pengalaman sebelumnya. Bukti-bukti ini sebisa mungkin dicari dari kajian di daerah/ negara kita atau paling tidak di negara lain dengan karakteristik seperti negara kita. Tabel 2.8 berikut menyajikan solusi alternatif yang efektif berdasarkan hasil penelitian.

Page 31: Pedoman Analisis Data

22

Tabel 2.8. Solusi efektif masalah kematian ibu menurut bukti hasil kajian

Penyebab kematian ibu Intervensi strategik berdasar bukti

Perdarahan berat 24% Manajemen aktif kala tiga

Eklampsia MgSO4

Infeksi 15% Tetanus toxoid Persalinan bersih Imunisasi

Penyebab penyebab tidak langsung 20% Suplemen besi Pemeriksaan intermiten & pengobatan malaria Terapi antiretroviral HIV/AIDS

Penyebab penyebab langsung lainnya 8% Manajemen kehamilan ektopik Emboli; anestesi ber hubungan dengan kematian

Persalinan terhambat 8% partogram

Aborsi tidak aman 13% KB dan perawatan pasca aborsi

Sumber: Marjorie Koblinsky, Current realities in Safe Motherhood – Improving Maternal and Newborn Health: Strategies and Issues

Tabel 2.9. Solusi efektif masalah kesehatan bayi baru lahir menurut bukti hasil kajian

penyebab utama kematian neonatal Intervensi strategik berdasar bukti

Infeksi32% Tetanus, sepsis, infeksi pernapasan, diare

Tetanus toxoid, immunization pada ibu, persalinan bersih, perawatan mata, pemberian asi dini, antibiotika

Asfixia saat lahir and injury 29% Warming and resusitasi

Congenital abnormaliti10% Pengendalian sifilis, suplementasi folat

Komplikasi permatur 24% Pencegahan prematur dg penjarangan kehamilan, nutrisi maternal, malaria control, kangaroo care

Lain lain 5% BBLR adalah kontributor bermakna terhadap kematian neonatal 40-70%

Analisis masalah

Selanjutnya analisis masalah dilakukan untuk menentukan lebih spesifik masalah mana dan di tingkat apa solusi atau intervensi akan diterapkan. Masalah-masalah hasil analisis situasi ini perlu dikemas/ diposisikan melalui suatu diagram pohon masalah sedemikian rupa sehingga tampak mana masalah pokok/ prioritas, dan mana masalah akibat dan mana masalah penyebab. Diagram pohon masalah membantu mengidentifikasi masalah prioritas yang perlu dihilangkan atau dihindari, dan masalah-masalah strategik yang layak intervensi. Suatu masalah dianggap strategik bilamana masalah tersebut relatif mudah dintervensi dan dampak intervensi bermuara terhadap pemecahan masalah prioritas.

Page 32: Pedoman Analisis Data

23

CONTOH : DIAGRAM MASALAH ATAU POHON MASALAH

MORBIDITAS KRONIS

MATERNAL

MORBIDITAS MATERNAL INFERTILITAS

ABORSI TIDAKAMAN

ABORSI DILARANG

TIDAK PAKAIKONTRASEPSI

MODERN

KONTRASEPSI MODERN TIDAK

TERSEDIA

KEPERCAYAAN TRADISIONAL

MENENTANG PENG-GUNAAN KONTRASEPSI

MODERN

AKIBAT

SEBAB

CONTOH : DIAGRAM UNTUK MENCAPAI TUJUAN

MORBIDITAS KRONIS

MATERNAL MENURUN

MORBIDITAS MATERNAL MENURUN

PERBAIKANFERTILITAS

WANITA MUDA

ABORSI TIDAKAMAN

BERKURANG

ABORSI LEGALPADA KEADAAN

TERTENTU

KONTRASEPSIMODERN

DIGUNAKAN

KONTRASEPSI MODERN

TERSEDIA

BERKURANGNYAKEPERCAYAAN

TRADISIONAL MENENTANG PENGGUNAAN KONTRASEPSI

MODERN

HASIL

PROGRAM

Page 33: Pedoman Analisis Data

24

Kematian ibumaternal

Kasusperdarahan

Contoh Analisis Masalah

Deteksi dini tanda perdarahan

belum optimal

Rujukanberjalankurang baik

PONED/ PONEKbelumoptimal

Masalah yang berdasarkan bukti

dan strategis

Masalah yang berdasarkan bukti dan strategis

Masalah yang berdasarkan bukti

dan strategis

Kematianpnemonia

Kasuspnemonia

Contoh Analisis Masalah

MTBS belumoptimal

Rujukan berjalankurang baik

Rumah Sakit/Pusk-Rujukan

belumoptimal

Masalah yang berdasarkan bukti

dan strategis

Masalah yang berdasarkan bukti dan strategis

Masalah yang berdasarkan bukti

dan strategis

Page 34: Pedoman Analisis Data

25

Kemampu-laksanaan suatu solusi

Kemampu-laksanaan atau kepraktisan berbagai solusi alternatif dapat dinilai melalui analisis kelembagaan. Analisis ini yang sering disebut dengan analisis SWOT (strengths = kekuatan, weaknesses = kelemahan, opportunities = peluang, dan threats= ancaman) menilai sejauh mana kapasitas suatu lembaga dalam menyelenggarakan pelayanan dan penerimaan masyarakat dalam menyambut pelayanan.

Analisis kelembagaan berfokus pada dua hal:

• Kekuatan dan kelemahan penyelenggaraan program kesehatan yang mencakup kebijakan dan berbagai sistem penting kesehatan, termasuk fasilitas pelayanan, ketenagaan, logistik, data, sarana dan pra-sarana, dan seterusnya;

• Peluang dan ancaman di masyarakat dalam konteks sosial-ekonomi dan budaya, termasuk pendidikan.

2.3 Pelaksanaan solusi

Setelah solusi dikembangkan, langkah berikutnya adalah melaksanakan atau menguji solusi tersebut di lapangan. Solusi yang mau dilaksanakan dijabarkan dalam bentuk perencanaan atau rencana tindakan. Sebagai suatu dokumen, perencanaan suatu program memuat tujuan di berbagai tingkatan, strategi pencapaian masing-masing tujuan, kegiatan-kegiatan pokok sebagai penjabaran strategi, mekanisme jaminan kualitas pelaksanaan, dan ukuran atau indikator kemajuan dan keberhasilan program, termasuk mekanisme monitoring dan evaluasi.

Jaminan kualitas pelaksanaan

Mekanisme jaminan kualitas pelaksanaan merupakan hal penting guna menjamin bahwa strategi dan kegiatan berjalan sesuai rencana. Supaya suatu program dapat berjalan sesuai rencana diperlukan dukungan di semua tingkatan, termasuk aspek legal dan kebijakan, kapasitas kelembagaan, dan partisipasi masyarakat.

Dukungan legal termasuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, surat keputusan, dan/ atau aturan lain yang mengikat dan dapat diterima stakeholders terkait. Kapasitas kelembagaan yang memadai diperlukan supaya suatu kebijakan dan perencanaan dapat diterjemahkan menjadi program rutin yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sasaran. Kapasitas kelembagaan ini termasuk kejelasan penanggung jawab program, kepemimpinan, dan berbagai sistem terkait, termasuk ketenagaan, logistik komoditas esensial, dan infra-struktur. Supaya program efektif mencapai tujuan, masyarakat sebagai sasaran program perlu menyambut pelayanan. Komunikasi teratur tentang program kepada masyarakat perlu dilakukan.

Page 35: Pedoman Analisis Data

26

Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan serangkaian kegiatan:

(1) mencari cara memperbaiki output dan dampak program,

(2) menggunakan pengalaman sebagai dasar perbaikan program mendatang.

Monitoring dan evaluasi membantu pengelola dan penanggung jawab program menggunakan informasi sebagai dasar dalam meningkatkan efektivitas dan kos-efektivitas program.

Monitoring dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan dan analisis periodik sekumpulan indikator terpilih dengan tujuan:

(a) Menilai sejauh mana rencana kegiatan pokok dilaksanakan, dan

(b) Menilai sejauh mana kegiatan tersebut berpengaruh terhadap kelompok sasaran.

Sedangkan evaluasi merupakan keluasan monitoring yang memanfaatkan pula data dari berbagai sumber di luar program dan bertujuan menilai dampak dan kelangsungan suatu program.

Nilai monitoring dan evaluasi adalah penggunaan sekumpulan indikator dalam mengenali masalah, melakukan tindakan koreksi, mengukur pencapaian target, dan menilai tren situasi. Kesemua ini diperlukan sebagai dasar perencanaan program mendatang. Karakteristik utama monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut:

Sebagai bagian tidak terpisahkan dari suatu program,

Suatu proses teratur, sistematik menilai pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus program,

Sebagai alat pendukung, tidak hanya memonitor pencapaian, tetapi juga menjaga supaya kegiatan program tetap berorientasi manfaat bagi masyarakat sasaran,

Membantu mengenali strategi mana yang efektif dan yang mana yang tidak.

Page 36: Pedoman Analisis Data

27

Bagian 3. Contoh analisis data

Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data:

Tip analisis data

Terus mengajukan pertanyaan tentang kebijakan dan program: apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana?

Menentukan hal-hal penting yang ditunjukkan oleh data.

Mengidentifikasi tema-tema atau isu-isu analisis. Pilah data menurut tema sehingga suatu tema didukung data-data yang saling terkait. Tuliskan pernyataan singkat untuk setiap tema.

Menentukan pola atau tren masalah. Berikan makna dan penjelasan.

Membandingkan dan mengontraskan berbagai data dari berbagai sumber: sistem informasi manajemen pelayanan, survei, laporan/ dokumen, dan sektor lain.

Kembangkan suatu peta konsepsi masalah.

Telaah, periksa dan tarik makna keterkaitan berbagai data.

Periksa apakah hasil berbeda dengan yang diharapkan? Jelaskan!

Berikan indikasi aksi atau tindakan apa yang dapat dilakukan.

Contoh analisis besaran :cakupan pemeriksaan ibu hamil dan persalinan Pemeriksaan ibu hamil sangat berperan dalam menjaga kesehatan ibu sejak dari awal kehamilan sampai pada masa persalinan dan juga menjamin kesehatan janin serta bayi yang akan dilahirkan. Tercapainya kesehatan yang optimal pada ibu hamil akan memperbesar kemungkinan bayi lahir dengan berat badan normal dan memperkecil risiko komplikasi kehamilan dan persalinan, termasuk juga gangguan pertumbuhan janin. Contoh indikator indikator berikut temasuk : %K1 dan K4, %TT2, %Fe3 dan %persalinan -nakes jumlah kematian ibu. Dalam hal ini kualitas program kesehatan diukur berdasarkan cakupan pemeriksaan ibu hamil dan pertolongan persalinan. Berdasarkan data dibawah ini kualitas pelayanan ibu hamil di suatu kabupaten belum memuaskan. Data cakupan pelayanan pada tahun yang bersangkutan menunjukkan bahwa tidak ada kesesuaian antara pencatatan pada hasil pemeriksaan ibu hamil (K4) dengan cakupan imunisasi TT. Begitu juga antara K4 dengan hasil pemberian tablet Tambah darah

Page 37: Pedoman Analisis Data

28

(Fe3). Selain itu cakupan persalinan nakes yang lebih tinggi dari cakupan pemeriksaan ibu hamil (K4). Dalam melakukan analisis kita dapat mengajukan pertanyaan : • Darimana sumber data diperoleh? • Siapa saja yang terlibat dalam menghimpun data tersebut? • Apa yang menjadi dasar untuk perhitungan denominator (penyebut) ? • Apakah data yang tersedia dapat dipergunakan? • Apakah penerapan kebijakan kesehatan ibu dalam pemeriksaan ibu hamil (K4 :1-1-2)

sudah mencakup TT dan Fe? • Apakah data persalinan nakes merupakan persalinan oleh bidan yang sudah dilatih

APN? • Apakah yang menjadi latarbelakang %persalinan nakes menjadi lebih tinggi dari %K4?

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian ibu hamil yang memeriksa kehamilan tidak melakukan persalinan pada nakes.

• Apakah distribusi tablet besi lancar? • Bagaimana koordinasi antar program? (masih banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk menganalisis data dibawah ini)

Tabel 1. b: Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu , Bayi Baru Lahir, Bayi dan Balita

INDIKATOR PENCAPAIAN Tahun 2005

PENCAPAIAN Tahun 2006

KET

1 2 3 4 a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru lahir: - ANC: - K 1

33500 (64,31 %) 35476 (68,4 %)

- K 4 29764 (57,14 %) 31303 (60,3 %) - TT 1 37338 (71,68 %) 35782 (69,1 %) - TT 2 / TT Ulang 33955 (65,18 %) 33454 (64,6 %) - Fe 1 35229 (67,63 %) 35804 (69,1 %) - Persalinan Nakes 24270 (46,59 %) 26040 (79,3 %) - Fe 3 29902 (57,40 %) 27067 (52,2 %) - N 1 ( KN 1) 31045 (63,85 %) 30181 (73,4 %) - N 2 ( KN 2) 29459 (60,59%) 29207 (70,9 %) - Kapsul Vit A Nifas 26397 (52,42 %) 27568 (59,3 %) - Bumil Risti di Rujuk 82 (1,32 %) 376 (6,8 %) - Bumil Risti Diteksi 6251 (11,96 %) 5515 - Bumil Risti di rujuk dan

ditangani 121 (0,23 %) 240 (0,5 %)

- Neonatal Risti diteksi 478 1338 - Neonatal Risti Dirujuk 31 (6,49 %) 171 (12,8 %) - Neonatal Risti di Rujuk dan

ditangani 478 (16,32 %) 1273 (95,1 %)

Page 38: Pedoman Analisis Data

29

Contoh analisis besaran dan tren: Penolong dan tempat persalinan

Persalinan di tempat yang higienis oleh tenaga trampil merupakan situasi harapan dalam program penyelamatan ibu hamil, bersalin, dan nifas. Contoh penyajian berikut menunjukkan besaran dan tren % persalinan menurut penolong (trampil, tidak trampil) di rumah dan di fasilitas pelayanan dari tahun 1996 ke 1999 di Indonesia. Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat, walaupun masih banyak persalinan ditolong oleh tenaga tak trampil. Pertanyaan dalam analisis adalah seberapa jauh tenaga kesehatan ini (bidan di desa dan yang lain) ini dapat dianggap ’trampil’.

Perlu dicatat bahwa dampak peningkatan Linakes terhadap penurunan kematian ibu akan optimum apabila tempat persalinan dijamin higienis dan pertolongan persalinan oleh tenaga yang betul-betul trampil. Tampak pula sebagian besar jumlah persalinan (lebih dari 80%) terjadi di rumah, bukan di fasilitas pelayanan. Dalam analisis kita bisa mengajukan pertanyaan apakah memang kebijakan kesehatan ibu menganjurkan persalinan di rumah atau persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Apakah persalinan di rumah ibu menjamin kondisi higienis tempat persalinan? Beberapa penelitian menunjukkan sebagian besar rumah-rumah ibu kurang higienis, dan sering kali tindakan obstetri yang benar kurang bisa optimum dijalankan di rumah-rumah ibu, karena peralatan kebidanan terlupa terbawa dan juga pengaruh ’orang tua’ di rumah tangga.

% persalinan menurut penolong dan tempat, Indonesia

0

20

40

60

80

100

1996 1999 1996 1999

Rumah Fasilitas

Tak trampil

Trampil (lain)

Trampil (BdD)

Page 39: Pedoman Analisis Data

30

Contoh analisis besaran dan diferensial: Perilaku menyusui

Menyusui dan pemberian dini makanan kepada bayi menentukan kesehatan serta gizi bayi dan anak disamping juga menentukan kelangsungan hidup,. Contoh melalui Tabel 3.1 berikut menyajikan gambaran besaran dan diferensial perilaku menyusui atau pemberian dini makanan kepada bayi menurut daerah. Data ini bersumber pada survei dasar kesehatan rumah tangga tahun 2006 yang dilakukan HSP.

Hasil survei menunjukkan hampir semua ibu di Indonesia menyusui bayinya, dan sebagian besar masih menyusui sampai bayi berusia 12 bulan, tetapi praktek menyusui dan pemberian dini makanan belum optimum. Persentase ibu yang menyusui segera dalam satu jam setelah setelah lahir masih sangat rendah, 1% di NAD dan Sumut, dan 5 sampai 15% di Jawa, padahal DepKes menganjurkan ibu menyusui segera bayinya dalam 30 menit setelah lahir. Lebih separuh bayi menerima makanan prelaktal padahal makanan ini tidak perlu, bahkan mungkin merugikan karena potensi kontaminasi bakteri dan infeksi.

Survei menunjukkan bahwa susu formula merupakan jenis makanan prelaktal terbanyak. Gambaran bahwa susu formula sebagai jenis makanan prelaktal yang banyak ditemui mengindikasikan begitu kuatnya pengaruh iklan susu formula yang gencar di masyarakat, termasuk penggunaan tenaga kesehatan atau rumah bersalin sebagai medium komunikasi susu formula. Pertanyaannya adalah bagaimana implikasi hasil survei ini terhadap kebijakan ASI?

Tabel 3.1. Menyusui dan pemberian dini makanan kepada bayi menurut propinsi

Semua NAD Sumut Banten Jakarta Jabar Jatim Jumlah ibui-bayi 7137 1185 940 721 720 1893 1678 Pernah menyusui 97.2 94.6 96.0 97.2 96.6 98.3 96.0 Masih menyusui sampai umur 12 bulan 85.4 85.7 85.3 90.8 73.5 91.0 81.6 Kontak pertama menyusui

Dalam 1 jam 9.3 0.5 1.0 6.9 7.0 9.5 17.1 Dalam 24 jam 73.6 67.5 47.8 53.2 85.0 78.0 77.4

Menerima makanan prelaktal (3 hari pertama) 60.7 54.2 78.4 65.1 62.2 53.7 62.7 Jenis makanan prelaktal

Formula bayi 73.2 43.0 93.8 63.7 86.6 53.8 88.4 Air putih 12.6 42.3 9.8 4.8 7.4 25.0 1.5 Larutan gula 2.5 14.6 0.9 3.0 1.0 3.6 2.2 Air beras 0.5 1.3 2.2 0.5 0.9 0.0 0.0 Madu 15.2 7.4 2.1 21.8 10.8 25.5 5.7 Pisang 6.6 26.5 1.3 11.3 7.3 6.1 6.3

Hanya ASI dalam 6 bulan pertama 15.1 31.1 12.1 29.0 7.7 15.4 15.4

Sumber: HSP, BHS Baseline survey 2005/2006.

Page 40: Pedoman Analisis Data

31

Contoh analisis besaran dan diferensial: akses pelayanan KIA dan perilaku mencuci tangan pakai sabun

Contoh Tabel 3.2 menyajikan perbedaan data antara kota dan desa dan menurut tingkat pendidikan dalam dua tema yang berbeda: (1) cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak; dan (2) perilaku mencuci tangan pakai sabun. Tampak bahwa angka-angka cakupan pelayanan KIA dan perilaku mencuci tangan pakai sabun lebih baik kota dibanding di desa, dan membaik dengan semakin tingginya tingkat pendidikan.

Karena pendidikan penduduk umumnya lebih tinggi dibanding di kota dibanding di desa, pertanyaan analisis mungkin saja menyelidiki apakah perbedaan angka-angka tersebut antara kota dan desa oleh karena perbedaan pendidikan. Untuk menjawab ini analisis perlu mengontrol pengaruh variabel pendidikan. Selanjutnya analisis memaknai perbedaan angka-angka ini dalam konteks pengembangan kebijakan.

Table 3.2 Akses pelayanan kesehatan ibu-anak menurut kota-desa dan pendidikan

Kota Desa <SD SLTP SLTA+ % ibu dengan 4+ kunjungan antenatal 93.1 82.5 78.5 91.4 95.9 % linakes 75.2 44.5 42.5 62.7 77.0 % ibu dengan 1+ kunjungan neonatal 7 hari pertama 63.1 42.9 41.5 57.2 62.2

% anak 12 bulan dengan imunisasi lengkap 62.3 55.0 47.8 62.2 69.8

% ibu mencuci tangan pakai sabun pada satu dari 5 waktu kritis 21.4 22.4 15.8 24.3 28.3

% ibu mencuci tangan pakai sabun pada setiap waktu kritis 3.0 2.5 1.4 3.0 4.3

Sumber: HSP, BHS Baseline survey 2005/2006.

Page 41: Pedoman Analisis Data

32

Contoh analisis besaran, tren dan diferensial: akses pelayanan obstetri emerjensi

Pelayanan operasi Caesar merupakan salah satu pelayanan obstetri emerjensi. Pelayanan ini penting bagi penyelamatan jiwa ibu dengan komplikasi maternal, terutama yang terkait dengan perdarahan dan eklamsia. Contoh gambar berikut menyajikan tren dan diferensial angka operasi Caesar menurut kuintil status kekayaan dari tahun 1991, 1994, 1997 sampai tahun 2002/3 (Sumber data: Survei Demografi Kesehatan Indonesia, Biro Pusat Statistik). Rumah tangga dibedakan dalam 5 kuintil status kekayaan, 20% termiskin pada balok paling kiri dan 20% terkaya pada balok paling kanan.

Dari awal 1990-an sampai awal 2000-an, angka operasi Cesar cenderung meninbgkat, tetapi perbedaan angka tersebut menurut kuintil status kekayaan tetap mencolok. Angka operasi Caesar yang optimum diharapkan sekitar 4 sampai 5%, tetapi angka tersebut pada kelompok miskin masih di bawah 1%, sedangkan pada kelompok terkaya pada tahun 1997 dan 2002 sudah melewati 6%.

Angka operasi Caesar di bawah 4% menunjukkan bahwa pelayanan obstetri emerjensi belum menjangkau atau terjangkau oleh masyarakat. Di pihak lain, angka operasi Caesar yang jauh di atas 5% menunjukkan bahwa sebagian operasi Caesar sebenarnya tidak perlu dilakukan. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pelayanan obstetri emerjensi belum menjangkau atau terjangkau oleh masyarakat miskin. Analisis perlu membahas makna angka-angka tersebut dalam pengembangan kebijakan kesehatan ibu.

Tren operasi Sesar menurut indeks status kekayaan

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

1991 1994 1997 2002

Pers

en p

ersa

linan

den

gan

oper

asi S

esar

1 2 3 4 5

Page 42: Pedoman Analisis Data

33

Contoh analisis diferensial: distribusi bidan di desa

Di Indonesia, bidan di desa sebagai tenaga terdepan pelayanan kesehatan ibu. Bidan di desa diharapkan mempunyai kompetensi menyediakan pelayanan profesional persalinan normal, deteksi dini komplikasi maternal, fasilitas rujukan aman tepat-waktu kasus komplikasi maternal dari desa ke rumah sakit. Kebijakan program bidan di desa adalah ditempatkannya minimal satu bidan di desa di setiap desa. Bidan di desa berarti bidan yang tinggal di desa. Contoh berikut menyajikan distribusi bidan di desa menurut desa di Kabupaten Pandeglang, Banten, tahun 2006.

Data menunjukkan bahwa dari semua desa, sekitar separuh terutama yang jauh dari fasilitas kesehatan tidak mempunyai bidan tinggal di desa, padahal desa-desa yang jauh dari fasilitas kesehatan ini lebih membutuhkan bidan di desa. Dibandingkan dengan keseluruhan jumlah penduduk, densitas bidan di desa mencukupi, tetapi sebagian besar bidan di desa bertempat tinggal di daerah yang dekat (kurang dari 30 km) dari pusat layanan kesehatan. Apa makna/ implikasi gambaran ini terhadap program kesehatan ibu?

HutanDanau

BidanTidak adaAda

10 0 10 20 Kilometers

N

EW

S

DAERAH PENELI TI AN I M M PACT

Sum ber da ta : Dinkes Serang & D in ke s Pan deg la ng 20 04Sum ber pe ta : Biro Pusat Statistik

Page 43: Pedoman Analisis Data

34

LAMPIRAN

Indikator Pelayanan :

1. Cakupan kunjungan K1 2. Cakupan kunjungan K4 3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) 4. Ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang tertangani 5. Neonatus resiko tinggi / komplikasi yang tertangani 6. Cakupan Kunjungan Neonatus (KN1) 7. Cakupan Kunjungan Bayi 8. SKDN 9. Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR yang ditangani 10. Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Sebanyak 2 kali per tahun 11. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 12. Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif 13. Vitamin A Nifas 14. Cakupan Peserta KB Aktif 15. Komplikasi KB 16. Kegagalan KB 17. Cakupan Pelayanan KB pasca salin

Page 44: Pedoman Analisis Data

35

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Cakupan kunjungan K1

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan program kesehatan ibu dan anak menjangkau dan menggerakkan masyarakat untuk mencari pelayanan antenatal sejak dini (dalam masa kehamilan 3 bulan pertama). Standar minimal pelayanan antenatal mencakup pelayanan’5T’ oleh tenaga kesehatan trampil (dokter, bidan, perawat). Pelayanan ‘5T’: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur Tekanan darah, (3) (Imunisasi) Tetanus Toksoid (TT) (4) (Ukur) Tinggi fundus uteri, dan (5) (Pemberian) Tablet besi

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan kunjungan K1 didefinisikan sebagai jumlah kunjungan pelayanan antenatal pertama atau baru (K1) ibu hamil dalam satu tahun di suatu wilayah dibagi oleh jumlah sasaran ibu hamil di wilayah dan tahun yang sama

CARA PERHITUNGAN

Rumus Cakupan kunjungan K1= [[Jumlah kunjungan antenatal baru (K1) di wilayah w tahun t]/[jumlah sasaran ibu hamil di wilayah w tahun t]] x 100% Pembilang Jumlah kunjungan pelayanan antenatal baru atau pertama kali (k1) di wilayah w tahun t. Data K1 diperoleh melalui Catatan pelayanan (kohor ibu hamil). Penyebut: Jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah w selama tahun t diperkirakan melalui Angka kelahiran kasar (Crude birth rate) dan Jumlah penduduk di wilayah w tersebut pada tahun t, dengan rumus: 1,1 x Angka kelahiran kasar x Jumlah penduduk. Angka koreksi 1,1 dalam rumus berarti dari 110 kehamilan, 100 berakhir dengan kelahiran, dan 10 berakhir dengan keguguran, digugurkan dan atau lahir mati. Apabila Angka kelahiran kasar di wilayah tersebut (kabupaten/kota) tidak tersedia, dapat digunakan Angka kelahiran kasar Propinsi, atau apabila juga tidak tersedia dapat digunakan Angka kelahiran kasar Nasional. Ukuran: Persentase (%) Contoh Perhitungan Apabila pada tahun 2005 suatu wilayah mempunyai Jumlah penduduk 500.000 jiwa; Angka kelahiran kasar 2.7%; jumlah kunjungan pelayanan antenatal K1 selama tahun tersebut = 12.000, maka cakupan kunjungan K1 adalah: [12.000/(1,1 x 2,7% x 500.000)] x 100% = 80,8% Sumber Data Pembilang: Data K1 dapat diperoleh dari buku Register Kohor Ibu (dicatat oleh Bides) yang dilaporkan ke Puskesmas, kemudian dilaporkan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Penyebut: Data Angka kelahiran kasar dan Jumlah penduduk diperoleh dari Kantor Statistik Kabupaten/ Propinsi; Badan Pusat Statistik Rujukan 1. Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2. Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) 3. Pelayanan Kebidanan Dasar 4. PWS-KIA

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 5 Juni 2007

Page 45: Pedoman Analisis Data

36

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Kunjungan K4

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi ibu hamil sehingga kesehatan janin terjamin melalui penyediaan pelayanan antenatal lengkap (sesuai standar dan tepat waktu) kepada masyarakat. Standar minimal kunjungan pelayanan antenatal mencakup pelayanan’5T’ oleh tenaga kesehatan trampil (dokter, bidan, perawat). Pelayanan ‘5T’: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur Tekanan darah, (3) (Imunisasi) Tetanus Toksoid (TT) lengkap, (4) (Ukur) Tinggi fundus uteri, dan (5) (Pemberian) Tablet besi ( yang diharapkan minimal 90 tablet selama kehamilan). Cakupan kunjungan K4 adalah jumlah ibu hamil yang melakukan paling sedikit 4 kali kunjungan pelayanan antenatal sesuai standar, dengan distribusi frekuensi kunjungan minimal satu kali pada triwulan pertama, minimal satu kali pada triwulan kedua, dan minimal dua kali pada triwulan ketiga kehamilan.

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan kunjungan K-4 didefinisikan sebagai jumlah ibu hamil dengan frekuensi kunjungan minimal satu kali pada triwulan pertama, minimal satu kali pada triwulan kedua, dan minimal dua kali pada triwulan ketiga kehamilan di suatu wilayah w selama tahun t dibagi oleh jumlah sasaran ibu hamil di wilayah dan tahun yang sama.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Cakupan kunjungan K4= [[Jumlah ibu hamil dengan K4 di wilayah w tahun t]/[jumlah sasaran ibu hamil di wilayah w tahun t]] x 100% Pembilang Jumlah ibu hamil dengan kunjungan K4 di wilayah w dan tahun t. Perlu diperhatikan tentang distribusi kunjungan, bahwasanya K4 berarti kunjungan minimal satu kali pada triwulan 1, minimal satu kali pada triwulan kedua, dan minimal dua kali pada triwulan ketiga. Penyebut: Cara perhitungan Jumlah sasaran ibu hamil sama dengan cara perhitungan sasaran ibu hamil pada K1. Ukuran Persentase (%) Contoh Perhitungan Apabila pada tahun 2005 suatu wilayah mempunyai Jumlah penduduk 500.000 jiwa; Angka kelahiran kasar 2.7%; jumlah K4 selama tahun tersebut = 10.000, maka cakupan kunjungan K1 adalah: [10.000/(1,1 x 2,7% x 500.000)] x 100% = 67,3%. Sumber Data Pembilang: Data K4 diperoleh dari buku Register Kohor Ibu (dicatat oleh Bides) yang dilaporkan ke Puskesmas, dan dilaporkan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Penyebut: Angka kelahiran kasar dan Jumlah penduduk diperoleh dari Kantor Statistik Kabupaten/ Propinsi; Badan Pusat Statistik Rujukan 1. Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2. Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) 3. Pelayanan Kebidanan Dasar 4. PWS-KIA

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 46: Pedoman Analisis Data

37

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes)

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan persalinan yang profesional. Pelayanan persalinan yang profesional berarti pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan trampil, seperti dokter kebidanan dan atau bidan sehingga dapat menghindari kematian ibu hamil dan neonatus serta dilakukan pada tempat persalinan yang memenuhi standar. Dalam situasi tertentu, persalinan yang ditolong oleh dokter umum atau perawat dapat dimasukkan pula sebagai persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan didefinisikan sebagai jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter kebidanan, dokter, bidan atau perawat) di wilayah w tahun t dibagi dengan jumlah sasaran persalinan di wilayah dan tahun yang sama.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan = (Jumlah persalinan oleh Nakes/ Jumlah sasaran persalinan) x 100% Pembilang Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter kebidanan, dokter, bidan atau perawat) di wilayah w tahun t . Penyebut: jumlah sasaran persalinan di wilayah w dan tahun t. Jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja selama tahun t diperkirakan melalui Angka kelahiran kasar (Crude birth rate) dan Jumlah penduduk di wilayah tersebut pada tahun t, dengan rumus: 1,1 x Angka kelahiran kasar x Jumlah penduduk. Angka koreksi 1,1 dalam rumus berarti dari 110 kehamilan, 100 berakhir dengan kelahiran, dan 10 berakhir dengan keguguran, digugurkan dan lahir mati. Apabila Angka kelahiran kasar di wilayah tersebut (kabupaten/kota) tidak tersedia, dapat digunakan Angka kelahiran kasar Propinsi, atau apabila juga tidak tersedia dapat digunakan Angka kelahiran kasar Nasional. Ukuran: Persentase (%) Contoh Perhitungan Jumlah penduduk 500.000 jiwa, angka kelahiran kasar (CBR) 2.3%. Hasil cakupan Pn = 10.500 ibu bersalin dari bulan Januari sampai dengan Desember 2003, maka cakupan Pn adalah : 10.500 X 100% = 86,96 % 1,05 x 2,3% x 500.000 Sumber Data Simpus dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta Rujukan 1. Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2. Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) 3. Pelayanan Kebidanan Dasar 4. PWS-KIA

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 47: Pedoman Analisis Data

38

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang tertangani

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu hamil yang memiliki risiko tinggi/komplikasi kebidanan. Ibu hamil yang memiliki risiko tinggi/komplikasi kebidanan adalah keadaaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risiko tinggi/ komplikasi kebidanan meliputi anemia dengan Hb kurang dari 8gr %, tekanan darah dengan systole lebih dari140 mmHg, diatole lebih dari 90 mmHg), oedema nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur. Pelayanan kesehatan secara profesional dilakukan sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar) dan atau PONEK (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif)

DEFINISI OPERASIONAL

Bumil risti/komplikasi yang tertangani adalah ibu hamil risti/komplikasi di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi dasar dan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif)

CARA PERHITUNGAN

Rumus Jumlah bumil risti/komplikasi yang tertangani Bumil risti/komplikasi yang tertangani = x 100% Bumil risti yang datang dan/atau dirujuk Pembilang Jumlah ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang tertangani dari satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di puskesmas perawatan dan rumah sakit pemerintah/swasta. Penyebut: Jumlah ibu hamil resiko tinggi/komplikasi yang datang dan/atau dirujuk di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama di puskesmas perawatan dan rumah sakit pemerintah/swasta. Ukuran/konstanta: Persentase (%) Contoh Perhitungan Jumlah ibu hamil risti/komplikasi yang tertangani di kabupaten A pada tahun 2003 sebanyak 300 bumil. Jumlah ibu hamil risti/komplikasi yang datang dan/atau dirujuk di kabupaten A tahun 2003 sebanyak 500 bumil. Persentase bumil risti/komplikasi yang tertangni = 300 / 500 x 100% = 60% Sumber Data SIMPUS, SIRS, dan dinkes kab/kota. Rujukan 1. Pedoman Audit Maternal dan Perinatal 2. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 3. Pedoman PONED dan PONEK 4. Pedoman Asuhan Kehamilan 5. Standar Asuhan Persalinan Normal 6. Standar Pelayanan Kebidanan 7. Standar Asuhan Kebidanan dan Neonatal 8. Dasar-dasar Asuhan Kebidanan

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 48: Pedoman Analisis Data

39

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Neonatus resiko tinggi / komplikasi yang tertangani

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus risiko tinggi/ komplikasi. Pelayanan profesional diberikan oleh tenaga kesehatan terlatih pada neonatus umur 0-28 hari dengan keadaan penyimpangan dari normal yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian neonatus meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan kongenital.

DEFINISI OPERASIONAL

Neonatus risti/komplikasi yang tertangani adalah cakupan neonatus risti/komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di puskesmas perawatan dan rumah sakit pemerintah/swasta.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Jumlah neonatus risti/komplikasi yang tertangani Neonatus risti/komplikasi yang tertangani = x 100% Neonatus risti yang datang dan/atau dirujuk Pembilang Jumlah neonatus risti/komplikasi yang tertangani dari satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di Puskesmas perawatan dan RS pemerintah/ swasta. Penyebut: Jumlah neonatus resiko tinggi/komplikasi yang datang dan/atau dirujuk di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama di puskesmas perawatan dan rumah sakit pemerintah/swasta. Ukuran/konstanta: Persentase (%) Contoh Perhitungan Jumlah neonatus hamil risti/komplikasi yang tertangani di kabupaten A pada tahun 2003 sebanyak 300 neonatus. Jumlah ibu hamil risti/komplikasi yang datang dan/atau dirujuk di kabupaten A tahun 2003 sebanyak 500 neonatus. Persentase bumil risti/komplikasi yang tertangni = 300 / 500 x 100% = 60% Sumber Data SIMPUS, SIRS, dan dinkes kab/kota. Rujukan 1. Pedoman Pelayanan Perinatal pada RSU kelas C dan D 2. Pedoman Manajemen Neonatal untuk RS kab/kota 3. Pedoman manajemen asphyxia bayi baru lair 4. Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) 5. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 6. Buku KIA

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 49: Pedoman Analisis Data

40

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Cakupan Kunjungan Neonatus (KN)

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen KIA dalam menyelenggarakan pelayanan terhadap bayi baru lahir (neonatus) secara profesional sehingga perawatan yang diberikan dapat menurunkan akibat kesakitan yang berisiko kematian neonatus. Pelayanan profesional yang diberikan berupa pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu bayi muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah maupun di tempat pelayanan kesehatan dengan menggunakan Buku KIA. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada setiap neonatus diberikan minimal 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari. Cakupan KN1 mengukur kemampuan manajemen KIA dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan neonatal dasar (terhadap bayi baru lahir/ neonatus) secara profesional dalam waktu 0-7 hari. Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan di sarana pelayanan kesehatan atau mengunjungi rumah, dengan menggunakan buku KIA. Cakupan KN2 mengukur kemampuan manajemen KIA dalam upaya melengkapi pelayanan kesehatan neonatal dasar (terhadap bayi baru lahir/ neonatus) secara profesional dalam waktu 8-28 hari. Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan di sarana pelayanan kesehatan atau mengunjungi rumah, sehingga tenaga kesehatan yang memiliki kompentensi untuk pelayanan kesehatan neonatal dasar meyakini bahwa neonatus yang bersangkutan telah mendapat pelayanan kesehatan.

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan kunjungan neonatus adalah cakupan neonatus yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling sedikit 2 kali, di satu wilayah w pada kurun waktu tertentu t.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Jumlah KN yang ditangani sesuai standar Cakupan KN = x 100% Seluruh bayi lahir hidup Pembilang Jumlah neonatus yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar, paling sedikit 2 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penyebut: Seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja pada kurun waktu sama. Jika tidak ada data dapat digunakan angka estimasi jumlah bayi lahir hidup berdasarkan data BPS atau perhitungan CBR dikalikan jumlah penduduk. Ukuran/konstanta: Persentase (%) Contoh Perhitungan Ada data jumlah bayi lahir di desa A. Jumlah pendataan seluruh bayi lahir di desa A tahun 2003 sebanyak 75 bayi. Jumlah bayi yang ditangani sesuai standar sebanyak 2 kali oleh bidan (KN) tahun 2003 sebanyak 55 bayi. Persentase cakupan KN = 55/75 x 100% = 73,33% Sumber Data Simpus, SIRS dan klinik Rujukan 1. Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2. Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) 3. Pelayanan Kebidanan Dasar 4. PWS-KIA

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 50: Pedoman Analisis Data

41

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Cakupan Kunjungan Bayi

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap bayi umur 1-11 (12) bulan secara profesional. Pelayanan kesehatan tersebut diberikan oleh dokter, bidan dan atau perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi meliputi simulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK), stimulasi perkembangan bayi, imunisasi, MTBM, MTBS, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan buku KIA. Pelayanan kesehatan diberikan minimal 4 kali pada umur 1-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9- 11 (12)bulan.

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi, paling sedikit 4 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Jumlah bayi memperoleh pelayanan Kesehatan sesuai standar Cakupan kunjungan bayi = x 100% Seluruh bayi lahir hidup Pembilang Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penyebut Seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Jika tidak ada data dapat digunakan angka estimasi jumlah bayi lahir hidup berdasarkan data BPS atau perhitungan CBR dikalikan jumlah penduduk . Ukuran/konstanta Persentase (%) Contoh Perhitungan Jumlah seluruh bayi lahir di desa A tahun 2003 sebanyak 75 bayi. Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar, 4 kali oleh bidan sebanyak 40 orang. maka cakupan kunjungan bayi = 40/75 x 100% = 86,96 % Jumlah penduduk kabupaten B sebanyak 270.000 jiwa dengan CBR 2.3%. rekapitulasi jumlah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar 4 kali, sekabupaten B sebanyak 5000. Maka estimasi jumlah lahir hidup = 2.3% x 270.000 = 6210 Persentase cakupan kunjungan bayi = 5000/6210 x 100% = 80,52% Sumber Data Simpus, SIRS dan klinik. Rujukan 1. Model Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (DDTK) 3. Buku KIA

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 51: Pedoman Analisis Data

42

Lembar Referensi Indikator Indikator : SKDN

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan program KIA yang didukung oleh program gizi dalam hal efektifitas program, keaktifan kader dan partisipasi masyarakat. Kegiatan program yang diberikan pada masyarakat meliputi penghitungan jumlah balita dalam wilayah kerja tertentu, pemberian Kartu Menuju Sehat/ KMS atau buku KIA, penggerakan masyarakat untuk berpartisipasi terhadap kegiatan penimbangan.

DEFINISI OPERASIONAL

Partisipasi masyarakat adalah jumlah balita yang datang untuk ditimbang diwilayah kerja tertentu pada waktu tertentu. Efektifitas program adalah jumlah balita yang naik berat badannya diantara balita yang ditimbang atau balita yang memiliki KMS/buku KIA. Keaktifan kader adalah jumlah KMS atau buku KIA yang telah dibagikan oleh kader kepada sasaran. S= jumlah balita dalam wilayah kerja tertentu dalam waktu tertentu, K=jumlah balita yang memiliki KMS, D=jumlah balita yang datang melakukan penimbangan dalam bulan tertentu, N=jumlah balita yang naik berat badannya pada saat penimbangan dalam bulan tertentu.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Partisipasi masyarakat : D/S x 100%; efektifitas program : N/D x 100%; Keaktifan kader : K/S x 100% Ukuran/konstanta: Persentase Contoh Perhitungan Dalam suatu wilayah terdapat 50 balita orang. Jumlah balita yang memiliki KMS pada saat itu adalah 40orang. Dari catatan penimbangan balita yang berkunjung ke posyandu berjumlah 20 orang dan 15 orang diantaranya naik berat badannya. Dari data diatas dapat diketahui : partisipasi masyarakat pada saat itu adalah 20/50 x 100%=40%; keaktifan kader adalah 40/50 x 100%= 80% dan efektifitas program adalah 15/25 x 100%= 60%. Sumber Data Buku catatan penimbangan di Posyandu Buku KIA Rujukan

REFERENSI

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 23 Mei 2007

Page 52: Pedoman Analisis Data

43

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah/ BBLR yang ditangani

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan neonatal dasar secara profesional terhadap bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Pelayanan profesional diberikan oleh dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan neonatal dan penanganan BBLR meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar; pemberian vitamin K; MTBM; penanganan penyulit/komplikasi/masalah pada BBLR dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang ditangani adalah cakupan BBLR yang ditangani sesuai standar oleh dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan neonatal dan penanganan BBLR, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Jumlah BBLR ditangani sesuai dengan standar Cakupan BBLR = x 100% Jumlah BBLR di wilayah kerja Pembilang Jumlah kunjungan BBLR yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penyebut: Jumlah BBLR di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Ukuran/konstanta: Persentase (%) Contoh Perhitungan Jumlah BBLR yang ditangani bidan MM tahun 2003 sebanyak 6 bayi.Jumlah seluruh BBLR di desa M tahun 2003 sebanyak 9 bayi, maka cakupan BBLR ditangani adalah = 6/9 x 100% = 67% Sumber Data Simpus, SIRS dan klinik Rujukan 1. Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial 2. Modul MTBS 3. Modul MTBM 4. Buku-KIA

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 53: Pedoman Analisis Data

44

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Sebanyak 2 kali per tahun

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA yang didukung oleh program Gizi kepada bayi dan anak balita dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan pendistribusian/ pemberian kapsul Vitamin A dosis tertentu sesuai dengan umur. Dosis vitamin A kapsul berwarna biru diberikan sebanyak 1 kali pada bayi umur 6-11 bulan adalah 100.000 S.I dan dosis vitamin A kapsul berwarna merah diberikan 2 kali pertahun (setiap 6 bulan) kepada anak balita umur 12-59 bulan adalah 200.000 S.I.

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A satu kali dan anak umur 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi dua kali per tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Jumlah balita yang mendapat kapsul vit A dosis tinggi Cakupan balita mendapat kapsul vit A = x 100% Balita yang ada di satu wilayah kerja Pembilang Jumlah balita mendapat kapsul vit A dosis tinggi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penyebut: Jumlah balita yang ada di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Ukuran/konstanta: Persentase (%) Contoh Perhitungan Jumlah anak usia 12-59 bulan yang mendapat kapsul vi A dosis tinggi sebanyak 100.000. Jumlah bayi usia 6-11 bulan yang mendapat kapsul vit A dosis tinggi sebanyak 20.000. Jumlah balita di wilayah kab/kota = 150.000 balita. Persentase cakupan balita mendapat kapsul vi A di kab/kota X pada tahun 2003: (100.000 + 20.000) X 100% = 80% 150.000 Sumber Data FIII Gizi, LB3-SIMPUS, kohort balita dan biro pusat statistik kab/kota. Rujukan 1. Pendataan Sasaran Balita (baseline data) 2. Perencanaan kebutuhan kapsul vit A. 3. Pengadaaan dan pendistribusian kapsul vit A 4. Sweeping pemberian kapsul vit A. 5. Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis 6. Monitoring dan evaluasi.

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 54: Pedoman Analisis Data

45

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA yang didukung oleh program Gizi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk menanggulangi/ mengantisipasi masalah anemia kekurangan zat besi pada ibu hamil. Pelayanan kesehatan yang profesional diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil sejak trimester I sampai dengan trimenster III sehingga minimal ibu hamil dapat mengkonsumsi tablet besi sebanyak 90 tablet.

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe adalah cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Jumlah ibu hamil mendapat 90 tablet Fe selamaperiode kehamilannya Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe = x 100% Jumlah ibu hamil Pembilang Jumlah ibu hamil yang mendapat tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu teretentu. Penyebut: Jumlah ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Ukuran/konstanta: Persentase (%) Contoh Perhitungan Jumlah ibu hamil mendapat tablet Fe sebanyak 7.500 ibu. Jumlah ibu hamil sebanyak 15.000 ibu. Persentase cakupan ibu hamil mendapat tablet = 7.500 / 15.000 x 100% = 50% Sumber Data Kohort LB3 ibu, PWS-KIA, perkiraan sasaran ibu bersalin di wilayah kerja yang sama dihitung dengan formula 1.05 x CBR wilayah kerja yang sama dikalikan jumlah penduduk di wilayah kerja yang sama. Rujukan 1. Pedoman Pemberian Tablet Besi-Folat dan Sirup Besi bagi Petugas Depkes RI tahun 1999 2. Booklet anemia gizi dan tablet tambah darah untuk WUS tahun 2001

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 55: Pedoman Analisis Data

46

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Cakupan Vitamin A Nifas

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan untuk peningkatan kesehatan ibu nifas sehingga dengan memberikan tablet vitamin A kesehatan ibu cepat pulih.

DEFINISI OPERASIONAL

Vitamin A Nifas adalah ibu nifas yang mendapat vitamin A setelah sebanyak 2 kali selang waktu 1 hari dalam masa nifas di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

CARA PERHITUNGAN

Jumlah ibu nifas yang mendapat vit A sebanyak 2 kali Rumus = x 100% Vitamin A nifas Jumlah seluruh ibu nifas Pembilang Jumlah ibu nifas yang mendapat vitamin A sebanyak 2 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penyebut: Jumlah ibu nifas di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Ukuran/konstanta: Persentase (%) Contoh Perhitungan. Junlah ibu nifas di suatu wilayah berjumlah 2500 orang. Jumlah ibu nifas yang mendapat vit A 2300 orang. Akupan vit A nifas adalah 2300/2500 x 100%= 92% Sumber Data Rujukan

REFERENSI

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 56: Pedoman Analisis Data

47

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan program KIA yang didukung oleh program Promosi Kesehatan untuk menggerakkan masyarakat untuk memberikan air susu ibu secara eksklusif pada bayinya sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain. ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman.

DEFINISI OPERASIONAL

Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Jumlah bayi usia 0-6 bln yang mendapat ASI saja Cakupan ASI eksklusif = x 100% Jumlah seluruh bayi usia 0-6 bln Pembilang Jumlah bayi yang mendapat hanya ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penyebut: Jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Ukuran/konstanta: Persentase (%) Contoh Perhitungan Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mendapat hanya ASI saja di satu wilayah kab/kota tahun 2003 sebanyak 500 orang. Jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan di satu wilayah kab/kota sebanyak 1.500 orang. Persentase cakupan ASI eksklusif = 500 / 1.500 x 100% = 33,3% Sumber Data Register kohort bayi atau R1-gizi, dan Pencatatan Kegiatan Puskesmas. Rujukan 1. Buku Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Tahun 2002. 2. Kepmenkes Nomor 450/Menkes/IV/2000 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia. 3. Pedoman peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI) 4. Booklet ASI eksklusif.

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 57: Pedoman Analisis Data

48

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Cakupan Peserta KB Aktif

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan pelayanan KIE terhadap program KIA/ KB dalam menyelenggarakan Keluarga Berencana kepada Pasangan Usia Subur sehingga secara aktif dapat mengatur atau menjarangkan kehamilan dengan cara mekanis atau hormonal. Pengertian : 1. Peserta KB aktif (CU) adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang

mengakhiri kesuburan. 2. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif (CU) dengan Pasangan Usia Subur (PUS). 3. Cakupan Peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara para Pasangan Usia Subur (PUS).

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan peserta KB aktif adalah cakupan peserta KB aktif dibandingkan dengan jumlah Pasangan Usia Subur di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Jumlah peserta KB aktif (CU) Cakupan peserta KB aktif = x 100% Jumlah pasangan usia subur (PUS) Pembilang Jumlah PUS yang memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penyebut: Jumlah PUS di satu wilayah kerja dan kurun waktu yang sama. Ukuran/konstanta: Persentase (%) Contoh Perhitungan Jumlah PUS yang memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai standar di kabupaten A sebanyak 12.000 PUS. Jumlah PUS di kabupaten A sebanyak 15.000 PUS., maka cakupan persentase KB aktif adalah : 12.000 / 15.000 x 100% = 80% Sumber Data 1. Hasil Pencatatan dan Pelaporan KB BKKBN 2. Hasil Pendataan BKKBN/BPS setempat.

Rujukan 1. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K) 2. Panduan Baku Klinis Program Pelayanan KB 3. Pedoman Penanggulangan efek Samping/Komplikasi Kontrasepsi 4. Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Darurat 5. Penyeliaan Fasilitatif Pelayanan KB 6. Instrumen Kajian Mandiri Pelayanan KB 7. Panduan Audit Medik Pelayanan KB 8. Analisis Situasi dan Bimbingan Teknis Pengelolaan Pelayanan KB 9. Paket Kesehatan Reproduksi.

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 58: Pedoman Analisis Data

49

Lembar Referensi Indikator Indikator : Komplikasi KB

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kualitas program Keluarga Berencana untuk memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan standar yang telah ada.

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan komplikasi KB adalah jumlah akseptor yang menderita komplikasi setelah mendapat pelayanan kontrasepsi.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Cakupan komplikasi KB : jumlah komplikasi akibat penggunaan kontrasepsi x 100% Jumlah peserta KB aktif Pembilang Jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif yang menderita komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penyebut: Jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Ukuran/konstanta: Persentase Contoh Perhitungan Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah dalam waktu tertentu 1500 orang. Jumlah yang mengalami komplikasi setelah pelayanan kontrasepsi 3 orang. Cakupan komplikasi KB : 3/1500 x 100% = 0,2% Sumber Data Rujukan

REFERENSI Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota, Depkes RI, Jakarta 2004

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 23 Mei 2007

Page 59: Pedoman Analisis Data

50

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Kegagalan KB

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur efektifitas program Keluarga Berencana dalam memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan standar yang telah ada, sehingga tidak terjadi kehamilan.

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan kegagalan KB adalah jumlah akseptor yang hamil setelah menggunakan metoda kontrasepsi dalam wilayah tertentu pada waktu tertentu.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Jumlah akseptor gagal KB : jumlah akseptor yang hamil x 100% Jumlah peserta KB aktif Pembilang Jumlah akseptor yang hamil pada saat menjadi peserta KB aktif Penyebut: Jumlah peserta KB aktif Ukuran/konstanta: Persentase Contoh Perhitungan Jumlah seluruh peserta KB aktif di suatu wilayah tertentu adalah 2000 orang. Jumlah akseptor yang gagal KB 10 orang. Kegagalan KB adalah 10/2000 x 100% = 0.5 % Sumber Data Rujukan

REFERENSI

Informasi ini terakhir diperbaharui tanggal : 2007

Page 60: Pedoman Analisis Data

51

Lembar Referensi Indikator

Indikator : Cakupan Pelayanan KB pasca salin

DEFINISI KONSEPTUAL

Indikator ini mengukur kemampuan program Keluarga Berencana dalam memanfaatkan kesempatan untuk memberikan pelayanan kontrasepsi kepada ibu pasca persalinan sehingga pengaturan/ penjarangan kehamilan dapat dimulai sejak dini.

DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan KB pasca salin adalah jumlah ibu bersalin yang mendapat pelayanan kontrasepsi setelah persalinan di wilayah kerja tertentu dalam kurun waktu tertentu.

CARA PERHITUNGAN

Rumus Cakupan pelayanan pasca salin : jumlah ibu bersalin yang ikut KB x100% Jumlah ibu bersalin Pembilang Jumlah ibu bersalin yang mendapat pelayanan kontrasepsi setelah persalinan Penyebut: Jumlah seluruh ibu bersalin Ukuran/konstanta: Persentase Contoh Perhitungan Jumlah seluruh ibu bersalin di suatu wilayah tertentu dalam tahun tertentu adalah 500 orang. Jumlah ibu bersalin yang menjadi akseptor segera setelah persalinan 100 orang. Cakupan pelayanan KB pasca salin adalah 100/500 x 100% = 20 % Sumber Data Rujukan

REFERENSI

Page 61: Pedoman Analisis Data

52

LAMPIRAN 2:

CONTOH PENGOLAHAN DATA PWS-KIA DENGAN PROGRAM KOMPUTER EXCEL

Pengolahan data PWS-KIA dapat dilakukan baik secara manual menggunakan kalkulator ataupun secara komputerisasi menggunakan perangkat lunak yang sederhana (seperti MsExel) sampai dengan perangkat lunak yang khusus didisain untuk pengolahan dan analisa PWS-KIA.

Berikut ini akan diuraikan pengolahan dan analisa data PWS-KIA dengan menggunakan perangkat lunak yang sangat sederhana dan hampir semua komputer telah memiliki program aplikasi untuk menjalankannya yaitu MsExcel. Sehingga, salah satu persyaratan petugas yang akan memanfaatkan perhitungan ini harus memiliki kemampuan dasar komputer dan MsExel.

Proses pengolahan data PWS-KIA ini dibagi menjadi beberapa langkah yang akan diuraikan secara rinci dalam penyajian berikut ini, yaitu:

1) Mengcopy File Master,

2) Menyiapkan File Kerja (Entry Nama Desa & Jumlah penduduk per Desa),

3) Entry Data Cakupan (Bulanan),

4) Pembuatan Tabel Cakupan (Bulanan),

5) Pembuatan Grafik Cakupan (Bulanan),

Page 62: Pedoman Analisis Data

53

1. Mengcopy File Master

File Master sudah tersedia dalam file Excel yang harus dicopy terlebih dahulu ke komputer. Nama file master tersebut adalah “PWS KIA LAPORAN BULANAN.XLS”. Baik Puskesmas maupun Dinas Kesehatan dapat mengcopy file tersebut ke hardisk/flasdisk, jangan lupa membuat direktory sehingga mudah untuk mencari kembali. Setelah dicopy, jangan lupa untuk mengganti nama file tersebut sesuai dengan pengguna, tambahkan nama puskesmas/Dinkes dan tahun di depan nama file, seperti contoh berikut:

“Ulee Kareng 2007 PWS KIA LAPORAN BULANAN.XLS”.

2. Persiapan File Kerja

Silakan doble klik file excel yang telah diganti namanya tersebut, secara otomatis apabila dikomputer sudah tersedia program MsExcel, maka file tersebut akan terbuka di layar komputer.

2.1. Membuat Nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, Bulan dan tahun pelaporan, dengan mengisi tanda titik titik.

Pembuatan nama Puskesmas dan Kabupaten/kota cukup dilakukan satu kali saja, yaitu pada sheet bulan Januari. Sheet bulan-bulan selanjutnya akan otomatis menampilkan nama yang sama, karena sudah dibuat link.

Nama File

Page 63: Pedoman Analisis Data

54

2.2. Mengisi angka CBR (Crude Birth Rate/Angka Kelahiran Kasar) sesuai dengan dengan CBR masing-masing Propinsi atau Kabupaten/Kota. Jika CBR kabupaten/kota tidak tersedia, dapat dipakai CBR propinsi.

Pengisian angka CBR cukup dilakukan satu kali, pada sheet bulan Januari.

2.3. Mengisi Nama Desa dan Jumlah Penduduk per Desa (kolom-B dan kolom-C).

Sebelum mengisi nama Desa, tentukan terlebih dahulu jumlah desa yang berada dalam wilayah puskesmas, misalnya ada 10 Desa, maka Desa nomor 11 dan seterusnya tidak diperlukan atau harus di delete.

Langkah-langkah untuk mendelete desa no.11 dan seterusnya, adalah sbb:

1. Tekan tombol kontrol (Ctrl), jangan dilepaskan

2. Klik semua sheet, mulai Jan sampai Des.

3. Lepaskan tombol Control

4. Blok baris ke 18 dan seterusnya (Desa no.11 dst)

5. Pilih Edit, Pilih Delete

6. Pastikan desa no.11 dst sudah didelete

Nama Puskesmas, Kabupaten/Kota

Bulan, Tahun Pelaporan

Angka CBR

Page 64: Pedoman Analisis Data

55

Gambar #. Langkah-langkah untuk mendelete desa

Setelah dipastikan bahwa desa yang tersedia hanya 10, baru kemudian dilakukan pengisian nama Desa dan jumlah penduduk per Desa. Setelah jumlah penduduk masing-masing Desa dientry, maka secara otomatis jumlah sasaran akan terisi. Jangan lupa dipastikan, harus ada total untuk masing-masing kolom (akan terisi secara otomatis).

5.Pilih Edit, Delete

2. Klik sheet Jan, Feb, … sampai Des (sambil tetap menekan tombol Ctrl)

4.Blok Baris ke-18, dst..

Catatan: Jangan lakukan perubahan apapun pada cell yang berwarna kuning

Page 65: Pedoman Analisis Data

56

Ada kalanya pada kondisi tertentu diperlukan penambahan Desa (misalnya tahun depan ada pemekaran wilayah sehingga jumlah Desa bertambah 2 desa) .

Langkah-langkah untuk menambah jumlah desa, adalah sbb:

1. Tekan tombol kontrol (Ctrl), jangan dilepaskan

2. Klik semua sheet, mulai Jan sampai Des.

3. Lepaskan tombol Control

4. Blok baris ke 16,desa no.9 (dari 10 desa), Pilih Edit, Copy

5. Pilih Insert, Copied Cell

6. Pastikan sudah ada tambahan 1-baris, untuk menambahkan satu baris lagi, ulangi kembali langkah ke.5 (Insert, Copied Cell)

2. Klik sheet Jan, Feb, … sampai Des (sambil tetap menekan tombol Ctrl)

4. Blok Baris ke-16 (desa no.9)

5.Pilih Insert, Copied Cell

Page 66: Pedoman Analisis Data

57

Setelah dipastikan bahwa desa yang tersedia hanya 10, baru kemudian dilakukan pengisian nama Desa dan jumlah penduduk per Desa. Setelah jumlah penduduk masing-masing Desa dientry, maka secara otomatis jumlah sasaran akan terisi. Jangan lupa dipastikan, harus ada total untuk masing-masing kolom (akan terisi secara otomatis).

2.4. Data “Sasaran” Bumil, Bulin, dan Bayi per Desa (kolom-D sampai kolom-G).

Setelah dipastikan bahwa desa yang tersedia hanya 10 (atau 12 sesuai keinginan), maka Ketik Nama Desa dan jumlah penduduk per desa. Sedangkan Jumlah Sasaran akan muncul secara otomatis.

Dalam pengisian data harap diperhatikan bahwa cell yang berwarna kuning jangan diutak atik, karena berisi rumus yang angkanya akan muncul secara otomatis.

Pengisian Nama Desa & Jumlah Penduduk per Desa

Page 67: Pedoman Analisis Data

58

3. Pengisian Cakupan PWS-KIA (Bulanan)

Mulai dari sheet Januari, isi kolom Cakupan “Bulan ini” (dalam jumlah absolut) ke masing-masing indikator, mulai dari K1, K4, Deteksi Risti, Neonatus, dan Nifas.

Pada bulan Januari, data “Kumulatif sampai dengan bulan lalu” akan kosong, karena bulan Januari adalah awal dimulainya kegiatan pencatan dan pelaporan. Pada bulan Februari, data “Kumulatif sampai dengan bulan lalu” akan sama isinya dengan data bulan Januari. Pada bulan Maret, data “Kumulatif sampai dengan bulan lalu” akan berisi penjumlahan antara data bulan Januari dengan bulan Februari, begitu seterusnya pula untuk bulan-bulan selanjutnya.

Data “Kumulatif ABSOLUT” akan terisi secara otomatis, yang merupakan penjumlahan antara “Kumulatif sampai dengan bulan lalu” dengan data cakupan “Bulan ini”.

Data “Persentase” akan terisi secara otomatis, yang formulanya adalah data cakupan “Bulan ini” dibagi dengan jumlah “Sasaran” dan dikali 100%.

“Kumulatif sampai dengan bulan lalu”

“Kumulatif ABSOLUT”

“Persentase”

Page 68: Pedoman Analisis Data

59

4. Pembuatan Tabel Cakupan (Bulanan)

Setelah semua data dalam satu bulan dipastikan telah terisi, maka untuk membuat Tabel Cakupan/Laporan Bulanan akan mudah sekali. Hanya dengan mengklik tanda Print Preview (File, Print Preview) maka akan muncul dilayar Format Tabel Laporan PWS-KIA, yang sudah tersedia ruang untuk Tanda Tangan Kepala Puskesmas dan Tanda Tangan Bidan Koordinator Pemegang Program KIA pada bagian bawah.

Pastikan Tabel tersebut telah sesuai, dan apabila ingin dicetak, langsung hubungkan dengan printer, kemudian pilih File, Print. Masukkan nomor halaman (posisi tabel) yang ingin di cetak, kemudian pilih OK. (Tabel terdiri dari 3 halaman kuarto/folio untuk indikator PWS-KIA yang lengkap).

5. Pembuatan Grafik Cakupan (Bulanan)

Setelah semua data dalam satu bulan dipastikan telah terisi, maka untuk membuat Grafik Cakupan/Laporan Bulanan akan mudah sekali. Karena Grafik sudah dibuat pada bagian bawah tabel, dan angkanya akan muncul secara otomatis, menyesuaikan dengan data yang ada pada persentase cakupan.

Grafik yang ada belum mempunyai judul yang lengkap, anda harus mengedit judul Grafik dan melengkapinya sesuai dengan nama Puskesmas, Bulan, dan Tahun.

Untuk menampilkan Grafik, cukup dengan mengklik tanda Print Preview (File, Print Preview) maka akan muncul dilayar Grafik PWS-KIA, yang sudah tersedia ruang untuk Tanda Tangan Kepala Puskesmas dan Tanda Tangan Bidan Koordinator Pemegang Program KIA pada bagian bawah.

Page 69: Pedoman Analisis Data

60

Pastikan Grafik tersebut telah sesuai, dan apabila ingin dicetak, langsung hubungkan dengan printer, kemudian pilih File, Print. Masukkan nomor halaman (posisi grafik) yang ingin di cetak, kemudian pilih OK.


Related Documents