TUGAS MIKROBIOLOGI I
“PARACOCCIDIODOMYCOSI
S”
O
L
E
H
LAURA FRANCISKA 02310088
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2006
DAFTAR ISI
Pendahuluan dan sejarah…………………………………………… 3
Klasifikasi Jjamur Jaringan pengikat sebenarnya………………….. 3
Mikosis yang mengenai organ Dalam …………………………….. 5
PARACOCCIDIOIDES BRASILIENSIS……………………….. 7
Morfologi dan Identifikasi……………………………………….... 8
Faktor fatogenitas dan Gambaran Klinik ………………………… 9
Penyakit yang Ditimbulkan ……………………………………… 9
Cara Diagnosa 11
Diagnosa dengan cara pemeriksaan …………….
Diagnosa dengan cara kultur…………………………
Pemeriksaan Serologi ……………………………………
Diagnosa dengan mengunakan Hibridisasi DNA…..
Diagnosa dengan Skaning dan MRI …………………
Cara pencegahan dan penanggulangan …………………… 15
Epidemologi………………………………………………………… 17
Kesimpulan…………………………………………………………… 17
Daftar Pustaka ……………………………………………………… 19
2
1. PENDAHULUAN DAN SEJARAH
Fungi adalah bentuk kehidupan yang sangt istimewa sehingga fungi ditempatkan
pada kingdom tersendiri dalam TaksonomiDilihat dari cara makan-nya Fungi dapat
dibedakan atas tiga Fungsi makan yaitu :
Fungsi Sapropik ► Menyerap zat makan dari hewan, tumbuhan dan
organisme yang telah mati. Misal fungi yang menimfeksi saluran pernapasan dan
kulit
Fungsi Parasit ► Menyerap zat makanan dari seol inang yang masih
hidup
Fungsi Mutualistik ► Menyerap makanan dari Inang, tetapi membalasnya
dengan fungsi yang menguntungkan bagi pasangannya, Mis pengambilan mineral
oleh tumbuhan tumbuhan .
Ada tiga jenis infeksi mikotik pada manusia yang dikelompokkan dalam Infeksi
jamur Superfisial, Kutan, subkutan, kulit, rambut, dan Kuku.
Mikosis profunda disebabkan oleh jamur patogenik atau jamur
oportunistik yang mengimfeksi penderita dengan gangguan
imunologi, yang terkadang bersifat fatal.
I. 1 . KLASIFIKASI JAMUR
Jamur dapat di klasifikasikan atar dasar bentuk reproduksi yang sulit untuk
diinduksi dan jarang diamati pada bahan klinik. Kebanyakan jamur dihasilkan melalui
pembentukan konidia malalui mitosis ( reproduksi Aseksual). Penjelasan mengenai
spesies datas dasar struktur aseksual yang dikenali dengan ciri morfologi hifa, ragi,
dan konidia yang mungkin membentuk konidiofora khusus.
3
Klasifikasi Jamur
= Askomikotina ( Askomises)
Spora aseksual ( konidia ) lahir secara external pada ujung hifa.
Contoh: a. Trichophyna ( Arthroderma)
b. Microsporum (Nannizzia)
c. blastomyces (Ajellomyces)
= Basidiomikotina (basidiomises)
Hasil penyatuan secara seksual pada pembentukan sebuah organ yang
berbentuk tongkat yang disebut basidium. Terdapat empat bentuk mitotic
(bsidiospora). Spora Aseksual (konidia) lahir secara eksternal pada ujung hifa
yang berkembang menjadi jamur baru.
= Deuteromikotina (Fungi imperfekta)
Kebanyakan anggota kelompok ini menyerupai askomises sevara
morfologi.
Contoh: Cryptococus neoformans (Filolobasidiella neoformans)
Contoh: 1. Spesis Epidermophyton
2. Sporothix
3. Canndida
= Zigomikotina (fikomises)
4
Miselum biasanya tidak bersekat, spora dalam jumlah terbatas dalam
sporogium. Hasil penyatuan secara seksual pada pembentukan sel tidur
berbentuk tebal yang disebut Zigospora.
Contoh: 1. Rhizopus nigrans (pathogen oportunis)
II. MIKOSIS YANG MENGENAI ORGAN DALAM
( MIKOSIS FROFUNDA/SISTEMATIK)
Jenis mikosis yang mengenai organ dalam biasanya disebabkan oleh jamur
tanah. Infeksi diperoleh melalui inhalasi dan sebahagian besar infeksi asimtomatis.
Pada penyakit yang simtomatik infeksi
dapat menyebar ke setiap organ, walupun
masing - masing jamur cenderung
menyerang organ tertentu. Jamur ini
kelihatan nya menyebabkan penyakit pada
orang tertentu, yang apabila menyebar dapat
berakibat fatal. Sifat genetic yang
menyebabkan perdisposisi terhadap infesi ini
belum dimengerti dengan jelas.
Gambar miselium ( sumber
http://tomvolkfungi.net/)
Semua jamur ini besifat dimorfik
yaitu mempunyai daya adaptasi morfologik
yang unik terhadap pertumbuhan dalam
jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37ºC.
Yang temasuk dalam jamur ini adalah:
1. Coccidioides Immitis
Coccidioides immitis adalah jamur
tanah yang menyebabkan
5
Koksidoidomikosis. Infeksisnya bersifat endemic pada beberapa daerah kering
dibarat daya Amerika Serikat dan Amerika Latin. Biasanya
infeksi ini sembuh sendiri dan jarang yang mematiakan
2. Histoplasma Capsulatum
Histoplasma Capsulatum adalah jamur tanah dimorfik ( jamur yang memiliki
dua bentuk, hifa dan ragi yang berkembang pada kondisi yang berbeda ) yang
terdapat di Amerika Serikat. Jamur ini menyebabkan Histoplasma, suatu
mikosis intrasel pada system retikulerendotel.
3. Histoplasma capsulatum Var Duboissii
Histoplsma capsulatum Var Duboisii adalah varian dari H capsulatum dan
merupakan penyebab histoplasmosis di Afrika dan sangat
sedikit perbedaan dengan histoplasmatik klasik bila
menyerang paru-paru.
4. Blastomyces Dermatitidis
Blastomyces dermatitidis adalah suatu jamur dimorfik yang tumbuh dalam
jaringan mamalia sebagi sel bertunas dan dalam diakan pada suhu 20ºC
sebagai jamur. Jamur ini menyebabkaan blastomikosis suatu penyakit
granulomatosa kronik yang sampai kini hanya ditemukan di AS, Kanada, dan
Meksiko.
5. Paracoccidioides Brasiliensis
Paracoccidioides Brasiliensis akan dibahas secara lebih terperinci dalam
makalah ini.
6
III . PARACOCCIDIOIDES BRASILIENSIS
Paracoccidioides Brasiliensis adalah suatu jamur dimorfik yang
menyebabkan Paracoccidioidomycosis suatu mikosis
sistemati yang paling sering terjadi di Amerika Latin. Infeksi ini
ditemukan di 23 derajat lintang utara di Mexiko dan meluas ke bahagian selatan
Argentina.
Inhalasi dari conidia diduga merupakan jalan dari penularan dan umumnya
infeksis ini tidak memiliki symptom. Jamur ini bias tetap “dorman” selama bertahun
tahun dalam pembuluh lympe dan bisa timbul apabila system imunitas tubuh
menurun. Menurut data paracoccidiodomycosis biasanya mengimpeksi laki-laki lebih
sering dari wanira dengan perbandingan 15 : 1 Manusia di atas 30-an atau
pemuda dan remaja pada daerah miskin juga sering terinfeksi jamur ini. Infeksi lanjut
dimanifestasikan dengan ulcus yang menyebabkan rasa sakit yang sangat dan lesi pada
mulut atau bibir.
Beberapa penampakan klinikal lainya
termasuk lesi kulit ( cutaneus lesions),
lymphadenopathy, dysphagia, dan
suara yang serak. Gambaran klinikal di paru
adalah gambar paru-paru seperti terkena
tuberculosis, demam, berat tubuh menurun, dan
batuk yang sering dan berat terkadang disertai
muscus yang bercampur darah.
7
Beberapa spesies dari:
1. Paracoccidioides brasiliensis (dimorphic)
Aleurisma brasiliensis.
Blastomyces brasiliensis.
Coccidioides brasiliensis.
Coccidioides histosporocellularis
Lutziomyces histosporocellularis.
Monilia brasiliensis
Mycoderma brasiliensis
Mycoderma histosporocellularis
Zymonema brasiliense
2. Paracoccidioides loboi (obsolut)
III.A.MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI
Paracoccidioides Brasiliensis menyerupai Blastomyces dermatidis yaitu yang
terdapat dalam jaringan, nanah atau eksudat yang tampak sebagai sel bertunas dan
multinukleat ( 8 μm – 15 μm ) dengan dinding berbias ganda. Koloni pada agar darah
yang membentuk sel-sel ragi berdinding tebal (10–60 μm dalam jarigan ).
8
Pada suhu kamar P. brasiliensis berbentuk miselium dengan konodium yang
kecil. particularly Blastomyces, Paracoccidioides memiliki kepala yang banya, dinding
sel yang tipis, dan akar yang lempeng. Pada suhu 25 derajat coloni tmenyebar denga
micliun yang putih. Pada stabouraud agar mengambil masa 2-3 minggu untuk
berkembang.
III.B.FAKTOR PATOGENITAS DAN GAMBARAN KLINIK
Penularan jamur ini dengan cara inhasi atau terhirup yang lesi-lesi awalnya
terdapat dalam paru-paru. Penyebaran lanjutanya akan bergerak ke limpa, hati, selaput
mukosa, dan kulit. Infeksi asimtosis paru-paru dapat di ikuti dengan penyebaran
yang bisa mencapai berpuluh-puluh tahun, lesi-lesi selaput mukosa mulut yang berat
sering ditemukan .
Pembesaran kelenjar getah bening dan gastrointestinal mungkin merupakan
gejala yang dapat terlihat dan didiagnos. Secara histology terdapat granuloma dengan
bahagian tengah mengalami kaseasi atau pembentukan mikroabses. Organisme ini
sering ditemukan dalm sel-sel raksasa atau naanh dan selalu ditandai dengan banyak
tunas.
Tes kulit dapat dilakukan dengan Parakoksidiodin yaitu suatu filtrate steril
kaldu biakan lama dari organisme atau ekstrak dari fase ragi. Beberapa reaksi-silang
dapat terjadi dengan histoplasmin dan blastomisin.
III.C.PENYAKIT YANG DITIMBULKAN
Jamur ini dapat menyebabakan granuloma yang kronik pada membrane mukosa,
kulit dan system pernafasan.
Jamur Paracoccidioides Brasillensis adalah jamur infeksisus, adapun penyakit –
penyakit yang apat ditimbukan oleh jamur ini tersedia dalam tabel
9
PARACOCCIDIOIDOMYCOSIS
10
Gambar dan informasi didapat dari
htpp.www myccologyonline.org
dan Murray, Medical
Microbiology
III.D.CARA DIAGNOSA
Pada individu yang terkena
paracoccidioidomycosis
dilakukan suatu diagnosa.
Sebagaimana yang dijelaskan di
atas jamur ini dapat menginfeksi
saluran pernafasan, nasal, system
nervous, kulit dan saluran
pencernaan. Penyakit ini
berkembang yang hamper sama
dengan blastomycosis dan
coccidioidomycosis.
Lokasi Yang ditimbulkan
Paru – paru Infeksi yang sistematik yang
disebabkan oleh jamur dimorfik
Paracoccidioides brasiliensis.
Yang paling umum lesi-lesi
yang sering dijumpai pada
jaringan mukosa bronchitis
System saraf
Meningitis dan
Pseudotumoral yang
kemudian meninggalkan abcesses,
granuloma, nodus, dan cysts. P.
brasilienses lebih sering
menyerang cerebral hemiper
(solitary atau multi granuloma)
dan bisa masuk ke cerebelum, pons,
bulb dan meninges dan jarang pada
spinal cord
Central nervous system
Menyebabakan hilang kesadaran
dan ganguan pernafasan yang akut
yang berakibat fatal.
Jaringan limpa
Menimbulkan lesi pada saluran
pencernaan , lesi pada hati,
kelenjar adrenal dan tulang.
Mulut dan nasal
Rasa sakit sering berkembang
didaerah gusi, lidah, bibir, ronga
mulut yang berkembang bisa
dalam berminggu minggu atau
berbulan bulan
11
Dalam makalah ini kita akan membahas cara diagnosa jamur paracoccidioidomycosis
brasillensis, yang akan ditinjau dari:
a. Diagnosa dengan cara pemeriksaan lansung b. Diagnosa dengan cara kultur
c. Pemeriksaan Serologi
d. Diagnosa dengan mengunakan Hibridisasi DNA
e. Diagnosa dengan Skaning dan MRI
III.D.1.Diagnosa dengan cara pemeriksaan
Teknik pemeriksaan sangat tergantung pada syndrome klinik dengan
mencocokan tipe penyebab yang dicurigai.
Tidak satupun uji fisik dapat mengisolasi atau menyimpulkan dengan
sempurna suatu patogenesis penyakit. Informasi klinik samgatlah penting untuk
mikrobiologi diagnostic. Perlu diingat sebelum hasil test dari laboratorium diperoleh
dokter perlu memberitahu staff laboratorium mengenai diagnosa sementara ( jenis
infeksis dan penyakit yang dicurigai) yang termasuk data klinik, nama, alamat dan
nomoer tellepon dari dokter yang meminta .
Adapun cara yang dapat dilakukan sebagiberikut:
1. Infeksi Saluran pernapasan
Paracoccidioidomycosis adalah suatu
infeksi yang sistematik yang
disebabkan oleh jamur dimorfik
Paracoccidioides brasiliensis. lesi-
lesi yang sering dijumpai pada jaringan mukosa bronchitis.
12
Pada paru-paru sering ditunjukkan dengan gejala menyerupai tuberculosis
yang diikuti oleh demam, berat tubuh menurun, dan batuk yang sering dan
berat terkadang disertai muscus yang bercampur darah.
2. Neuroparacoccidioidomycosis yang menginfeksi system saraf
Adapun bentuk infeksi ini adalah meningitis dan pseudotumoral yang
kemudian meninggalkan abcesses, granuloma, nodus, dan cysts. P.
brasilienses lebih sering menyerang cerebral hemiper (solitary atau multi
granuloma) dan bisa masuk ke cerebelum, pons, bulb dan meninges dan
jarang pada spinal cord Tanda yang bisa dijumpai seperti cephalalgia,
kesulitan dalam berbicara, seizure dengan urinary yang tidak terkendali.
3. Neuroparacoccidioidomycosis pada central nervous system
Paracoccidioidomycosis pada system cerebrospinalis juga dapat dijumpai
dan telah banyak laporan jamur ini dapat menyebabkan hilang kesadaran
yang diikuti oleh ganguan pernafasan yang akut yang sering berakibat
berakibat fatal.
4. Mucocutaneous paracoccidioidomycosis pada mulut dan nasal
Ulser yang menimbukan rasa sakit, yang sering berkembang didaerah gusi,
lidah, bibir, ronga mulut yang perkembangannya bisa dalam berminggu
minggu atau berbulan bulan
5. Lymphonodular paracoccidioidomycosis pada jaringan limpa
Haematogenes penyebaran dari P. brasiliensis bisa menimbulkan lesi pada
saluran pencernaan , lesi pada hati, kelenjar adrenal dan tulang. Ulcer lesi
pada bagian tonsil dengan edema( pembengkakan yang isa karena infeksi
maupun kurangnya protein dalam intrasel.
6. Infeksi paracoccidioidomycosis pada kulit
Untuk infeksi kulit biasanya di jumpai lesi pada jaringan kulit, yang bisa
ditandai dengan terbentuknya luka yang ber-lesi yang bisa mencapai 4 X
13
2 cm dijumpai pada supraclavicular. Gejala pada kuku yang kelihatan
lebih dan tebal dengang luas yang lebih kecil dan melengkung.
III.D.2.Diagnosa Dengan Cara Kultur
Dahak, eksudat, nanah, atau bahan lain dari lesi bisa diambil pada orang yang
disuspek atau terinfeksi jamur P.brasillensis. Beberapa aturan tentang pengambilan
bahan laboratorium yang selayaknya dikkuti adalah:
Jumlah harus Adekuat
Contoh harus dapat mewakili infesius
Kontaminasi harus dicegah dand guanakan alat yang steril
Bahan yang dibawa ke laboratorium harussegera di periksa, dengan
menggunakan transport khusus mungkin dapat membantu.
Bahan yang harus di ambil sebelum obat diberikan
( jawetz, MD hal684)
Bahan yang diambil dari suspek paracoccidioidomycosis harus di inoculasi ke
media yang utama, media ini adalah Agar infuse otak-jantung dengan 5% darah
kambing ( bisa pakai antibiotic atau tidak) atau Agar dextrose Sabouraud.
Pembenihan ini dibuat dari bahan sayuran yang merupakan habitat alami umum jamur
baik yang infeksius maupun yang non-infeksisus.
Biakan lazimnya dilakukan dalam set berpasangan Proses yang pertumbuhan
yang lambat dengan warna koloni tebal yang keputihan dan salah satu set inkubasi
pada 25 - 30˚C dan set yang lain adalah 37˚C. Jamur ini terlihat
seperti budding yeast dengan cel berdiameter 12-14 μm dengan pusat yang di kelilingi
blastoconidia ( sejenis akar ) dengan berbagai ukuran yang menempel pada pusat sel
atau batang seperti akar pada pohon-pohon monokotil
III.D.3.Pemeriksaan Serologi
14
Sistem imunologik yang dirancang untuk mendeteksi antigen mikroorganisme
dapat digunakan dalam mendiagnosa infeksi spesifik. Parakoksidioidin, Uni Imuno
Enzim (EIA) termasuk Uji Imunoasorben terkait-enzim (ELISA) dan uji aglutinasi
untuk mendeteksi antigen dapt digunakan di klinik.
Parakoksidioidin digunakan sebagai test antigen pada infeksi jamur
paracoccidioidomycosis, pada orang yang sehat tidak menunjukkan bahwa jaringan
terserang oleh penyakit dan apabila terjangkit maka titer ikatan komplemen 1:2048 atau
lebih dapat dijumpai pada orang yang terinfeksi aktif. Pada tes imunodifusi dua garis
presipitin yang beratas tegas dikatakan diagnostic positif parakoksidioidomikosis.
Prinsip uji EAI dapat ditinjau sbb:
1. Suatu cara yang sering digunakan adalah dengan mengikat antibody penangkap
dengan perigi pendulang mikrodilusi plastic( 2 hal 686) bahan di inkubasi dalam
perigi dan dilanjutkan dengan pembilasan perigi. Antigen. Peambahn subtract
untuk ezim memungkinkan mendeteksi antigen melalui reaksi kolorimetrik
2. Prisnsip lain adalah immunoblotting (“westen blot”) dengan cara menempatkan
antigen tertentu pada pota kertas nitroselulosa.
Uji aglutinasi leteks terutama untuk mendeteksi antigen karbohidrat atau
glikopolisakarida dari mikroorganisme yang terekapsulasi. Adapun cara yang bisa
digunakan adalah
Antibodi spesifik-antigen ( poliklonal atu monoclonal ) defiksasi dengan mengunakan
beads (mani-manik) lateks.
1. Setelah penambahan beads lateks natibodi yang berikatan dengan antigen pada mikroba membentuk strktur kis dan timbul agllutinasi dari beads.
2. Koagulasi sering dijumpai.
III.D.4.Diagnosa dengan mengunakan Hibridisasi DNA
15
Prinsip yang melatar belakangi diagnosa molekuler adalah hibridisasi Pemeriksaan
Asam Nukleat yang khas dimiliki tiap tiap indipidu. Bahan DNA atau RNA yang
telah dinaturasi deberi label kemudian di test. Test yang digunakan adalah reaksi
rantai polymerase (PCR).
Test ini sangat efektik dari banyak segi salah satunya karena keakuratanya. Test
DNA atau RNA sesuatu yang lebih mudah dilakukan pada masa sekarang, khususnya
kalau kita dihadapkan pada bakteri yang sangat sulit di kulturkan. Teknik ini berkembang
sangat pesat dengan keakuratan yang bisa dikatakan 100% disamping biaya yang
semakin murah, teknisi yang mengetahui tetang test DNA ini semakin banyak dan
terkualifikasi.
III.D.5.Diagnosa dengan Scaning dan MRI
Cara ini banyak dilakukan untuk mengetahui efek dari infeksi jamur
paracoccioidimicosis Brasilliensis dan bisa juga di gunakan sebagai penetuan stadium
dari infeksi.
Dalam makalah ini kita akan membahas cara diagnosa jamur paracoccidioidomycosis
brasillensis, yang akan ditinjau dari:
IV. Cara Pecegahan dan Pengobatan
Dengan mengetahui simtome yang terjadi seperti disebutkan diatas dimana bisa
ditermukan lesi danruam disekitar mulut, orban pernafasan oragan penncernaan maka
kita dapat melakukan pengobatan yang tepat dan berguna.
Pencegahan yang bisa dilakukan adalah kebersihan lingkungan dan kesehatan
tubuh yang baik khussunya pada daerah endemic dan lingkungan yang kumuh. Pathogen
jamur ini sering ditemukan ditanah dan bisa meninfeksi manusia yang melakukan kontak
deganya. Pengunaan alas kaki atau sepatu merupakan pencegahan yang minimal tetapi
16
penting. Degan memakan makanan yang sehat juga dapat meningkatakan ketahanan
system imun untuk mengeliminasi jamur yang masuk.
Pengobatan degan infeksi jamur ini biasanya sudah pada stadium menengah atau
parah karena banyaknya diagnosa yang salah pada mulanya. Pada infeksi
Paracocidiodomycosis maka pengobatan dapat dilakukan dengan obata anti jamur
Adapun obat obat yang dapat digunakan untuk pencgahan dan pengobatan infeksi
penyakit ini adalah
1. Untuk pengobatan neuroparacoccidioidomycosis pada umumnya digunakan
amphotericin B intravena dan intratekeal yang dipadukan dengan sulfonamides
baisanya menghasilkan efek farmakologi yang baik.
2. Ketoconazol telah digunakan pada banyak kasus tetapi sangat disayangkan
banyak kasus yang kurang sukses. Pengunaan obat ini dikarenakan banyk terdedia
dan condisi ekonomi pasien yang kurang mampu. Dengan pengobatan 5-12 bulan
biasanya dapat menobati infeksi kronik yang terjadi pada paru-paru denga
persentase 88-95% keberhasilan.
3. Fluconazole 200-400 mg/hari sekurangya selam 2 bulan atau denga durasi 5
bulan adalah pengobatan yang efektif. Dari 29 orang yang diteliti terdapat 27
orang yang sembuh. Obat azole ini mampu menembus jaringan darah dan masuk
kedalam sawar otak sehingga baik digunakan untuk infeksi nervous seitem.
4. Tersedia juga Itraconazol sebagai obat alternative untuk infeksi
Paraccocidioidomycosis. Hampir semua pasien yang diberi obat itraconazole 50-
100 nmg/hari dengan rentang waktu 6 bulan menampakan perbaikan yang sangat
menyenangkan dan sembuh. ( Htpp: www, scelio. Com dan Htpp: www.
Fungusworld. Com)
Jenis obat anti jamur kelompok azol biasanya sangat efektive untuk menghambat
pertumbuhan jamur infeksi. Cara kerja bahan anti jamur kelompok azol in
bekerja dengan cara merusak kemantapan membrane dengan
menghambat biosintesis ergeterol yang diperlukan oleh membrane sel
17
jamur sehingga mengakibatkan kebocoran membran melewatkan ion K +,
gula dan protein.
VII. EPIDEMOLOGI
Penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki daripada perempuan. Usia di atas
30-an juga usia yang umum ditemukakn penyakit ini. Bisa atau sering juga menyerang
para indipidu muda pada daerah yang sanitasinya kurang dan daerah miskin. Negara
seperti Brasil, Paraguai, Venezuella, Bolivia, mexico, peru dan lainya. Organisme ini
sangat jarang bisa di isolasi dari tanah dan penelitian tentang jamur ini masih terus
berkembang.
VIII.KESIMPULAN
Fungi adalah bentuk kehidupan yang sangt istimewa sehingga fungi
ditempatkan pada kingdom tersendiri dalam Taksonom. Dari segi mencari makan maka
di golongkan tiga bahagian yaitu: Saprofit, Parasit dan Mutualisme. Para alhi
mengklasifikasikan jamur menjadi empat kelas atas dasar perkawinan Askomikotina,
Basidiomikotina, Deuteromikotina, Zigomikotin. Kebanyakan jamur terdapat di alam
dan tumbuh dengan mudah bila terdapat sumber nitrogen dan kadar karbohidrat,
media yang baik untuk menumbuhkan jamur Paracoccidoides adalah Agar Sabouraud
yang mengandung glukosa dan ekstra sapi ( pH 5,0 ).
Tubuh fungi yang vegetatif yang dimilikinya umumnya berfungsi untuk
mencari sumber makanan termasuk jaringan hidup dan tidak dapat membuat makannya
sendiri karena tidak mempunyai organel sel yang dapat mengubah energi. Dalam
dunia jamur yang parasit di kenal “ Hifae” ( tunggalnya disebut hifa) yang bisa
diartikan sebagai akar untuk tumbuhan. Hifa dimodifikasi sebagai haustoria yaitu
ujung hifa yang mikro yang dapar menembus jaringan bahkan sel inang sehingga
merugikan Hifa ini kemudian membentuk miselium ( jamk-nya miselia) yaitu suatu
penjaring makanan di tempat organisme ini berada
18
Mikosis yang mengenai organ dalam dibagi atas lima yaitu: Coccidioides
immitis adalah jamur tanah yang menyebabkan Koksidoidomikosis, Histoplasma
Capsulatum adalah Jamur ini menyebabkan Histoplasma, suatu mikosis intrasel pada
system retikulerendotel, Histoplsma capsulatum Var Duboisii adalah varian dari H
capsulatum, Blastomyces dermatitidis adalah Jamur ini menyebabkaan blastomikosis
suatu penyakit granulomatosa kronik yang sampai kini hanya ditemukan di AS,
Kanada, dan Meksiko. dan yang terahir Paracoccidioides Brasiliensis
Paracoccidioides Brasiliensis menyerupai Blastomyces dermatidis yaitu yang
terdapat dalam jaringan, nanah atau eksudat yang tampak sebagai sel bertunas dan
multinukleat ( 8 μm – 15 μm ) dengan dinding berbias ganda. Koloni pada agar darah
yang membentuk sel-sel ragi berdinding tebal (10–60 μm dalam jarigan ).
Penularan jamur ini dengan cara inhasi , penyebaran lanjutanya akan bergerak ke limpa,
hati, selaput mukosa, dan kulit.
Cara diagnosa jamur paracoccidioidomycosis brasillensis, yang akan ditinjau
dari: Diagnosa dengan cara pemeriksaan lansung, cara kultur, Pemeriksaan Serologi ,
Hibridisasi DNA, dan skaning dan MRI.
Epidemologi jamur ini terdapat pada daerah daerah aerah pedesan di Amerika Latin dan
Amerika bagian selatan sepertti Brazil, Venezuela, meksico dan lainnya yang sering
menjangkiti para petani dan masyarakat yang miskin.
19
V DAFTAR PUSTAKA
1. Clinical Dermatology, Diaseas of the Skin 8 Ed …………oleh Arnold Odom and
James Andrew.
2. Campbell-Reece-Mitchell…………………Edisi ke-5 Jjilit- 3 1999 oleh Neil A.
Campbell, Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell
3. Basic Microbiology Fith Edition Publish by Harper & Row 1687……oleh Wesley
A. Volk and Margaret F. Wheeler
4. Htpp: www Fungionline.org
5. Htpp: www scielo org
6. Htpp: www botany.wish Edu
20