1
OPTIMALISASI FORMULASI PAKAN TERNAK TERHADAP AYAM
PEDAGING DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR PROGRAMMING
Romada Andi Nugraha, 30407758
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Indusri, Universitas Gunadarma, Jakarta
Pembimbing I: Ir. Farry Firman Hidayat, MSIE.
Pembimbing II: Ina Siti Hasanah, ST., MT.
Abstract
Breeding of broiler chicken and determination of feed (ransum) is required based on amount of
chicken prepared for seeding to harvest the chicken. The limitations of resources in meeting the needs of
ransum to be very important to be optimized to increase revenue. By using linear programming methods in
the utilization of livestock ransum. Breeders tried to minimize the cost incurred for the purchase of ration CP
510 with ransum own making without reduce the nutrients needed for growth of boiler chickens.
The study was conducted on raw material requirement starter ransum in the stable phase of boiler
chickens Komar. Based on the data processing performed by software WinQSB for the calculation of linear
programming with variable raw material in the form of yellow maize, rice bran, soybean meal, coconut cake,
meat and bone meal, wheat bran, peanut meal, and flour katuk leaves. Based on proximate analysis as a
reference preparation of ransum (dry matter, crude protein, ash, crude fiber, fat, BETN, calcium,
phosphorus, and energy metabolism) obtained a minimum fee of Rp. 2.763.000,- by not including soybean
meal, coconut cake, wheat bran, and wheat leaf katuk. While the composition of the feed ransum CP 510,
feed ingredient costs incurred amounting to Rp. 4.290.000, -. Thus occurred the feed material cost savings of
Rp. 1,527,000, -
Keywords: Chicken Broiler, Linear programming, cost minimization, Nutrition, Ransum
Abstrtaksi
Pemeliharaan ayam broiler dan penentuan pakan (ransum) yang dibutuhkan berdasarkan jumlah
ayam yang dipersiapkan untuk pembibitan hingga panen ayam. Keterbatasan sumber daya dalam memenuhi
kebutuhan ransum menjadi sangat penting untuk dioptimalkan untuk meningkatkan pendapatan. Dengan
menggunakan metode pemrograman linier dalam pemanfaatan ransum ternak. Peternak berusaha untuk
meminimalkan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ransum CP 510 dengan membuat ransum sendiri
tanpa mengurangi nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam boiler.
Penelitian ini dilakukan pada kebutuhan bahan baku ransum ayam boiler fase starter kandang
Komar. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan software WinQSB untuk
perhitungan linear programming dengan variabel bahan baku berupa jagung kuning, dedak padi, bungkil
kedelai, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, dedak gandum, bungkil kacang tanah, dan tepung daun
katuk. Berdasarkan analisis proksimat sebagai acuan penyusunan ransum (bahan kering, protein kasar, abu,
serat kasar, lemak, BETN, kalsium, fosfor, dan metabolisme energi) diperoleh biaya minimum sebesar Rp.
2.763.000, - dengan tidak menyertakan bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak gandum, dan gandum daun
katuk. . Sedangkan dari komposisi ransum pakan CP 510, biaya bahan pakan yang dikeluarkan sebesar Rp.
4.290.000, -. Dengan demikian terjadi penghematan biaya bahan pakan sebesar Rp. 1.527.000, -
Kata Kunci: Ayam Ayam Boiler, Linear programming, Minimasi biaya, Nutrisi, Ransum
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan ternak (ransum) menempati
posisi penting pada usaha peternakan.
Dalam sudut pandang ekonomi, biaya
untuk pembelian ransum ternak
merupakan biaya tertinggi dalam usaha
peternakan, sehingga biaya tersebut harus
ditekan serendah mungkin untuk
memaksimalkan pendapatan. Tingginya
pertumbuhan industri ternak juga akan
meningkatkan kebutuhan ransum ternak
di Indonesia. Para pelaku usaha
peternakan membutuhkan teknik
pemberian bahan ransum yang efesien
untuk menyiasati tingginya biaya dalam
membeli bahan ransum. Ternak
memerlukan nutrisi (karbohidrat, lemak,
protein, dan lain-lain) untuk menunjang
2
hidupnya dan meningkatkan produk yang
dihasilkan, seperti daging, susu, maupun
telur. Kebutuhan nutrisi itu dipenuhi dari
berbagai jenis bahan ransum (jagung,
dedak padi, bungkil kedelai, dan lain-
lain) yang dicampurkan menjadi satu
dalam komposisi yang tepat.
CV. Cibinong Unggas Farm
merupakan pelaku usaha peternakan
ayam potong (broiler). Usaha peternakan
ayam broiler dilakukan sejak tahun 2008.
Dalam pemeliharaan ayam broiler,
penentuan ransum ternak yang
dibutuhkan berdasarkan jumlah ayam
yang disiapkan untuk pembibitan hingga
panen ayam tersebut. Perencanaan
kebutuhan ransum ternak yang digunakan
oleh pelaku usaha saat ini yaitu dengan
analisis perkiraan kebutuhan ransum
ternak. Cara ini membuat peternak tidak
dapat mengoptimalkan pendapatannya.
Pemberian ransum ternak yang
efisien dan efektif mampu meningkatkan
pendapatan pelaku usaha peternakan
dengan menggunakan metode linear
programming untuk pemberian ransum
ternak. Metode Linear programming
merupakan suatu model umum yang
dapat digunakan dalam pemecahan
masalah pengalokasian sumber-sumber
terbatas secara optimal. Dalam
memecahkan masalah linear
programming menggunakan model
matematis untuk menjelaskan persoalan
yang dihadapi. Dengan menggunakan
metode linear programming diharapkan
memperoleh hasil yang optimum dari
perencanaan aktivitas, yaitu suatu hasil
yang terbaik diantara seluruh alternatif
yang terwujud.
Permasalahan
Ransum merupakan campuran
dari beberapa bahan ransum yang
mengandung beberapa nutrient dengan
cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi unggas yang mengkomsumsinya.
Kualitas bahan ransum yang baik harus
ada keseimbangan antara protein, energi,
vitamin, mineral, dan air. Keterbatasan
yang dimiliki pelaku usaha peternakan
terhadap sumber daya yang dimiliki
dalam memenuhi kebutuhan ransum
menjadi sangat penting untuk
dioptimalkan dengan menggunakan
metode linear programming dalam
pemanfaatan ransum ternak. Metode ini
berguna untuk menentukan pemberian
ransum ternak kepada ayam broiler
secara optimal.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu
mengidentifikasi kebutuhan ransum
ternak ayam broiler pada CV. Cibinong
Unggas Farm. Kemudian dengan
mengggunakan metode linear
programming untuk memformulasikan
kebutuhan ransum yang optimal
diperoleh biaya yang paling ekonomis
dalam pemberian ransum untuk ayam
boiler sehingga dapat menyiasati
tingginya biaya dalam membeli bahan
ransum ternak untuk ayam boiler.
Pembatasan Masalah
Penelitian dilakukan di kandang
KOMAR milik CV. Cibinong Unggas
Farm yang menjadi pelaku usaha
peternakan ayam boiler di wilayah
kabupaten Bogor yang terletak di Rawa
Bago RT 03/09 No.9 Desa Pasir Mukti
Kecamatan Citereup. Agar permasalahan
sesuai tujuan dilakukan pembatasan
masalah yang meliputi:
1. Analisis terhadap pemberian ransum
ternak dilakukan dengan
menggunakan metode linear
programming untuk pengambilan
keputusan yang tepat dalam
mengoptimalkan (minimasi biaya)
pemberian ransum ternak dengan
menyesuaikan kapasitas yang telah
ditentukan.
2. Penelitian dilakukan terhadap ransum
ayam boiler fase starter (usia 0 - 7
hari) menggunakan ransum CP 510
untuk ayam boiler buatan pabrik
pakan ternak.
3
3. Data yang digunakan dalam
penyusunan ransum berupa
kandungan nutrisi bahan pakan
(proksimat) mencangkup kadar air,
kadar abu, protein kasar, serat kasar,
lemak total, bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN), dan metabolisme
energi (ME).
4. Data yang digunakan dalam
penelitian merupakan data
pengamatan secara langsung yang
dilakukan pada bulan juli 2011 pada
lokasi kandang di desa pasir mukti
dengan populasi ayam ± 4500 ekor.
5. Pengolahan data untuk formulasikan
permasalahan linear programming
dilakukan dengan menggunakan
software WinQSB.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Ayam Boiler
Istilah “ayam broiler” merupakan
sebutan pada ayam potong yang
menghasilkan daging dalam jumlah
banyak. Ayam boiler sepanjang hidupnya
memiliki masa hidup cukup singkat,
pertumbuhannnya tergantung pada
makanan. Bila makanan yang diberikan
baik (kualitas maupun kuantitas) maka
akan menghasilkan hasil yang baik.
Perlakuan peternak dalam cara
memelihara ayam dan pemberian pakan
(ransum) akan mencerminkan hasil akhir
pada ayam boiler. (Amrullah, 2004).
Pertumbuhan ayam boiler hingga
ukuran tertentu sejalan dengan jumlah
ransum yang dikomsumsinya. Ayam
broiler merupakan ayam pedaging yang
mengalami pertumbuhan pesat pada umur
1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan
bahwa ayam broiler yang berumur 6
minggu sudah sama besarnya dengan
ayam kampung dewasa yang dipelihara
selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler
tersebut didukung oleh sifat genetik dan
keadaan lingkungan yang meliputi
makanan, temperatur lingkungan, dan
pemeliharaan. Pada umumnya di
Indonasia ayam broiler sudah dipasarkan
pada umur 5- 6 minggu dengan berat 1,3
– 1,6 kg walaupun laju pertumbuhannya
belum maksimum, karena ayam broiler
yang sudah berat sulit dijual.
Ayam boiler menghasilkan daging
dengan jumlah banyak. Bagian-bagian
tubuh ayam boiler tidak sama rasanya
satu dengan lain. Bagian punggung
memiliki lebih banyak tulang. Bagian
betis lebih keras karena lebih berotot.
Sebaliknya, bagian dada lebih lunak dan
sedikit mengandung lemak. Daging ayam
boiler yang dihasilkan ukurannya
tergantung pada umur ayam saat
dipasarkan dan jumlah makanan yang
diberikan kepada ayam boiler. Karkas
yang dipasarkan sekarang dijual dalam
bentuk utuh maupun dalam bentuk
potongan-potongan komersial. Karkas
yang berukuran 0,8 – 1,0 kg umumnya
dipasarkan utuh, sedangkan karkas
berukuran lebih dari 1 kg lebih suka
didapat dalam bentuk irisan komersial.
Pengelolaan dalam memelihara
ayam pedaging (boiler) memerlukan cara
yang baik dan benar. Kesalahan dalam
merawat ternak berakibat pada
pertumbuhan. Fase pertumbuhan ayam
pedaging (boiler) dibagi kedalam tiga
tahap (fase) yaitu (Jahja, 2000):
1. Fase Starter
Merupakan fase awal mulai dari DOC
(day old chick). Pada fase ini ayam
masih peka sekali dan pemeliharaan
dilakukan secara khusus dan intensif.
2. Fase Grower
Tahapan pertumbuhan pada fase
grower pada prinsipnya sama dengan
masa starter. Perbedaannya adalah
tidak diperlukannya pemanas dan
penerangan seperti masa starter, serta
kadar protein dalam ransum dibatasi.
3. Fase Finisher
Pertumbuhan pada masa finisher
merupakan tahapan dimana ayam siap
dipotong. Makanan yang diberikan pada
masa ini berbentuk butiran pecahan
berukuran besar dibandingkan fase
starter.
4
Ransum Ayam
Ransum merupakan pakan jadi
yang siap diberikan pada ternak yang
disusun dari berbagai jenis bahan pakan
yang sudah dihitung (dikalkulasi)
sebelumnya berdasarkan kebutuhan
nutrisi dan energi yang diperlukan.
Berdasarkan bentuknya, ransum dibagi
menjadi tiga jenis yaitu mash, pelet, dan
crumble (Alamsyah, 2005).
1. Ransum bentuk mash, adalah bentuk
ransum paling sederhana yang
merupakan campuran serbuk (tepung)
dan granula berbagai jenis bahan
baku pakan.
2. Ransum bentuk pelet, adalah bentuk
ransum yang berasal dari berbagai
bahan pakan dengan perbandingan
komposisi yang diolah dengan
menggunakan mesin pelet (pelletizer)
dengan tujuan mengurangi loss nutrisi
dan dalam bentuk utuh.
3. Ransum bentuk crumble, adalah
ransum bentuk pelet yang pecah
menjadi 2 atau 3 bagian dengan
tujuan agar bisa dimakan oleh ternak.
Kebutuhan nutrisi ayam pedaging
membutuhkan unsur-unsur protein,
energi, vitamin, mineral, air, dan unsur
lainnya. Semua unsur gizi itu saling
terkait satu sama lain dan saling
mempengaruhi. Kebutuhan unsur gizi ada
batasnya. Batas ini berkisar pada nilai
minimum dan maksimum, bila
melampaui batas akan terjadi kelainan
pada anak ayam.
Bahan baku pakan merupakan
unsur penting (esensial) untuk
diperhatikan dalam penyusunan formulasi
ransum karena hasilnya akan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan.
Ransum yang dibuat harus terkomposisi
atau terbuat dari bahan yang mempunyai
kandungan nutrisi yang lengkap.
Kandungan nutrisi itu meliputi protein,
lemak, serat kasar, mineral, energi yang
diperlukan dan lainnya. Penggunaan
bahan pakan atau komposisinya
dilakukan sedemikian rupa guna
memperoleh hasil yang maksimal seperti:
1. Laju pertumbuhan karkas.
2. Laju produksi telur.
3. Ketahanan terhadap penyakit.
4. Ketahanan terhadap kondisi
lingkungan.
5. Palatabilitas, dan
6. Tingkat kecernaan yang baik.
Pengolahan bahan pakan dalam
jumlah cukup besar, perlu diperhatikan
informasi tentang keberadaan bahan baku
yang digunakan. Bahan baku pakan yang
digunakan hendaknya memenuhi
beberapa persyaratan berupa:
1. Mengandung nilai nutrisi tinggi.
2. Mudah diperoleh.
3. Mudah diolah.
4. Tidak mengandung racun (anti
nutrisi).
5. Harga murah dan terjangkau.
6. Diusahakan bukan bahan makanan
pokok manusia, dan
7. Butirannya halus atau bisa
dihaluskan.
Linear Programming Linear programming merupakan
teknik riset operasi yang digunakan
dalam berbagai jenis masalah manajemen
diantaranya keputusan manajemen dalam
penggunaan sumber daya yang dimiliki
menjadi lebih efektif. Penggunaan linear
programming bertujuan untuk membantu
manajemen dalam merencanakan dan
pengambilan keputusan tentang
pengalokasian yang optimal. Masalah
linear programming memiliki
karakteristik diantaranya (Taha, 1997):
1. Certainty (kepastian).
2. Proportionality (proporsionalitas).
3. Additivity (penambahan).
4. Divisibility (bisa dibagi-bagi).
5. Non-negative variable (variabel tidak
negatif).
Menurut Siswanto (2007), model
merupakan tiruan terhadap realitas.
Langkah untuk membuat peralihan dari
realita ke model kuantitatif. Pemahaman
terhadap unsur-unsur model akan sangat
membantu untuk mengatasi kesulitan
5
perumusan model matematis. Unsur
utama linear programming diantaranya:
1. Variabel Keputusan
Variabel keputusan adalah persoalan
yang akan mempengaruhi nilai tujuan
yang hendak dicapai. Dalam proses
pemodelan, penemuan variabel
keputusan tersebut harus dilakukan
terlebih dahulu sebelum merumuskan
fungsi tujuan dan kendala-
kendalanya.
2. Fungsi Tujuan
Dalam linear programming tujuan
yang hendak dicapai harus
diwujudkan kedalam sebuah fungsi
matematika linear. Selanjutnya,
fungsi itu dimaksimumkan atau
diminimumkan terhadap kendala-
kendala yang ada.
3. Fungsi Kendala
Kendala diumpamakan suatu
pembatas terhadap kumpulan
keputusan yang mungkin dibuat dan
harus dituangkan kedalam fungsi
matematika linear. Ada tiga macam
kendala yaitu:
a. Kendala berupa pembatas.
b. Kendala berupa syarat.
c. Kendala berupa keharusan.
Agar memudahkan model linear
programming digunakan simbol-simbol
sebagai berikut (Subagyo, 2000):
m = macam batasan-batasan sumber
atau fasilitas yang tersedia.
n = macam kegiatan yang
menggunakan sumber atas fasilitas
tesebut.
i = nomor setiap macam sumber atau
fasilitas yang tersedia (i = 1, 2, …, m).
j = nomor setiap macam kegiatan yang
menggunakan sumber atau fasilitas
yang tersedia (j = 1, 2, …, n).
xj = tingkat kegiatan ke, j. (j = 1, 2, …,
n).
aij = banyaknya sumber i yang
diperlukan untuk menghasilkan
setiap unit keluaran (output)
kegiatan j (i = 1, 2, …, m dan j = 1,
2, …, n).
bi = banyaknya sumber (fasilitas) i yang
tersedia untuk dialokasikan kesetiap
unit kegiatan (i = 1, 2, …, n).
Z = nilai yang dioptimalkan (maksimum
atau minimum).
Cj = kenaikan nilai Z apabila ada
pertambahan tingkat kegiatan (xj)
dengan satuan (unit); atau merupakan
sumbangan setiap satuan keluaran
kegiatan j terhadap nilai Z.
Tabel Data untuk Model Linear Programming Kegiatan
Sumber
Pemakaian Sumber Per unit kegiatan (keluaran) Kapasitas
sumber 1 2 3 …….. n
1
2
3
m
a11
a21
a31
am1
a12
a22
a32
am2
a13
a23
a33
am3
……..
……..
……..
……..
……..
……..
a1n
a2n
a3n
anm
b1
b2
b3
c
bm ∆Z pertambahan
tiap unit C1 C2 C3 …….. Cn
Tingkat
Kegiatan X1 X2 X3 …….. Xn
(Sumber: Subagyo, 2000) Suatu model matematis yang digunakan
untuk mengemukakan suatu permasalahan
linear programming, yaitu:
Fungsi tujuan:
Maksimumkan Z = C1X1 + C2X2 +C3X3 +
... + CnXn
Batasan-Batasan:
1). a11X1 + a12X2 + a13X3 + ... + a1nXn ≤ b1
2). a21X1 + a22X2 + a23X3 + ... + a2nXn ≤ b2
m). am1X1 + am2X2 + am3X3 + ... + amnXn ≤
bm
dan X1 ≥ 0, X2 ≥ 0, . . . . . . . Xn ≥ 0
Menurut Soekartawi (1992),
linear programming dipergunakan untuk
memecahkan masalah minimasi biaya
dan maksimasi keuntungan dalam situasi
produksi tertentu. Permasalahan linear
6
programming adalah memperhatikan
penggunaan atau alokasi yang efisien dari
sumber daya yang terbatas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Permasalahan ini dicirikan oleh sejumlah
solusi untuk memenuhi kondisi-kondisi
dasar dalam setiap permasalahan.
Pemilihan suatu solusi yang
diutamakan meliputi pemecahan terbaik
untuk suatu permasalahan yang terikat
pada beberapa tujuan atau untuk semua
tujuan. Suatu solusi yang memuaskan
semua kondisi permasalahan dari tujuan
yang telah ditetapkan dinamakan solusi
optimum. Tercapainya pemecahan
optimum, maka keutungan maksimum
atau biaya minimum dapat diketahui
besarnya. termasuk penggunaan sumber
daya yang tersedia dapat ditentukan.
Meminimisasi biaya dalam rangka
tetap mendapatkan total penerimaan atau
total keuntungan sebesar mungkin
merupakan fungsi dari penggunaan
model minimisasi linear programming.
Dalam model linear programming yang
dimaksud dengan minimisasi adalah
meminimumkan total biaya. Artinya,
bagaimana biaya yang dipergunakan
dalam proses produksi dapat ditekan
seminimum mungkin untuk mendapatkan
produksi yang optimum. Pengolahan data
dengan model linear programming dapat
menentukan pengaruh perubahan
koefisien harga, koefisien input-output
dan faktor-faktor pembatas yang dapat
disediakan untuk bermacam-macam
tingkat pengorganisasian. Tipe usaha
peternakan memiliki rencana seperti
minimisasi biaya produksi makanan atau
meminimisasi biaya produksi ternak
sampai tingkat tertentu. Dalam kasus
seperti ini mungkin terdapat kendala yang
menggambarkan tingkat minimum dari
biaya yang dikeluarkan untuk pemberian
makanan dari ransum yang tersedia.
Permasalahan linear programming
dapat diselesaikan dengan menggunakan
software untuk persiapan yang terperinci.
Bila jumlah variabel yang dipakai
banyak, maka cara atau metode simpleks
sulit di praktekkan. Penggunaan software
memudahkan dalam menyelesaikan
metode simpleks dengan jumlah variabel
banyak secara cepat dan akurat. Linear
programming dalam formulasi ransum
atau pakan jadi merupakan cara yang
paling modern dalam pengolahan pakan.
Keuntungan yang diperoleh dengan
menggunakan software untuk
penyusunan ransum diantaranya
memberikan kesempatan untuk memilih
bahan yang tersedia. Selain itu, dengan
sistem ini akan dihasilkan suatu formulasi
pakan yang akan berpatokan pada standar
nutrisi yang diberikan (misal SNI)
dengan harga bahan baku terendah.
Keuntungan menggunakan software
linear programming, yaitu:
1. Formulasi lebih cepat dihasilkan.
2. Harga yang muncul (diprogram)
adalah harga pakan terendah.
3. Formulasi yang digunakan telah
terbukti memberikan hasil yang
memuaskan.
4. Dapat meramu berbagai macam
bahan baku.
5. Mengatur jumlah bahan baku secara
proposional dan seimbang.
6. Formulasi yang dihasilkan dapat
memberikan informasi analisis
komponen pakan lain berdasarkan
perhitungan komputer.
Analisis Sensitivitas
Menurut Siswanto (2007), analisis
sensitivitas menjelaskan sampai sejauh
mana parameter-parameter model linear
programming, yaitu koefisien fungsi
tujuan dan nilai ruas kanan kendala boleh
berubah tanpa harus mempengaruhi
jawaban optimal atau penyelesaian
optimal. Analisis sensitivitas juga sering
disebut sebagai analisis pasca optimal
karena analisis ini dikembangkan dari
penyelesaian optimal. Secara matematis
perubahan Ci mungkin berakibat pada
perubahan nilai optimal Xi. selagi nilai Ci
memiliki satuan (biaya, waktu, laba, dll)
yang mungkin dikendalikan maka
informasi mengenai sangat diperlukan.
7
Pengendalian terhadap parameter Ci akan
menurunkan alternatif penyelesaian
optimal.
Penyelesaian nilai ekstrem untuk
fungsi tujuan ditentukan oleh titik sudut
ekstrem, yaitu titik sudut DMK (daerah
yang memenuhi kendala) dimana nilai
fungsi tujaun menjadi ekstrem. Selagi
titik sudut-titik sudut DMK memenuhi
kendala, maka perubahan nilai ruas kanan
kendala adalah konstan dari sebuah
fungsi kendala, maka perubahan nilai
ruas kanan kendala jelas akan
mempengaruhi ekstremitas nilai fungsi
tujuan
METODOLOGI PENELITIAN
Diagram Alir Penelitian
penelitian yang dilakukan bersifat ilmiah, dan disusun secara sistematis, obyektif,
dan terfokus. Tahapan dalam penelitian dilakukan dimulai dari adanya masalah yang dapat
digali dari sumber empiris dan teoritis hingga tahapan terakhir berupa pembuatan
kesimpulan dari data yang telah dianalisis.
Mulai
Studi Pendahuluan
Merupakan pengeksplorasian, perumusan dan penentuan masalah yang diteliti
Identifikasi dan perumusan masalah
Terbatasnya sumber daya yang ada, pemanfaatan bahan baku yang belum optimal, dan tingginya
biaya dalam membeli ransum
Studi Lapangan
Melakukan pengamatan, peninjauan dan mempelajari langsung kegiatan yang diteliti
Tujuan Penelitian
Memperoleh biaya yang paling ekonomis dalam pemberian ransum
Pengumpulan Data:
Data umum obyek penelitian, kebutuhan ransum ternak ayam boiler,
kapasitas ransum ayam boiler
Data Lengkap?
Pengolahan Data:
Formulasi permasalahan,fungsi tujuan optimalisasi, kendala dalam
penentuan keputusan.
Analisis dan Usulan Perbaikan
Ya
Tidak
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Studi Pustaka
Materi maupun teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
Gambar Diagram Alir Metodologi Penelitian
8
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Hasil Pengamatan
Teknik pemeliharaan ayam boiler
pada kandang KOMAR milik CV.
Cibinong Unggas Farm merupakan
teknik yang digunakan pada peternakan
modern. Dalam peternakan ayam modern
yang harus diperhatikan dalam
meningkatkan usaha ialah mengenai
pemilihan bibit, perkandangan,
pemberantasan penyakit, dan makanan.
Bibit harus dipilih dari jenis unggul, yaitu
yang produksinya tinggi, dapat
menyesuaikan dengan iklim setempat,
dan tahan terhadap penyakit. Ayam yang
dimiliki pelaku usaha merupakan ayam
boiler yang mampu menghasilkan karkas
dalam jumlah banyak. Perkandangan
dalam peternakan modern segalanya
harus diatur. Pembuatan kandang itu
dapat ditinjau dari berbagai segi, baik
segi ekonomis, teknis, estetis
(keindahan), bentuk, kesehatan, dan lain-
lain. Kandang yang dimiliki pelaku usaha
merupakan kandang yang layak bagi
peternakan ayam boiler karena telah
memiliki fungsi kandang yang baik bagi
pemeliharaan ayam boiler. Penyakit yang
ditimbulkan oleh ayam dapat disebabkan
oleh beberapa sebab, pencegahan
penyakit merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk menghentikan
penyebaran. Langkah yang dilakukan
untuk mencegah penyebaran penyakit
adalah dengan cara vaksinasi atau
pemberian suplemen kepada ayam untuk
meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit yang menyebar.
Masalah makanan (ransum)
memiliki perhatian khusus dalam usaha
peternakan. Fungsi makanan bagi ternak
adalah untuk kebutuhan hidup,
membentuk sel-sel dan menggantikan
bagian tubuh yang rusak serta untuk
berproduksi. Penyajian makanan yang
bermutu untuk ayam boiler bagi peternak
merupakan suatu keharusan dengan
jumlah atau perbandingan yang tepat.
Ransum ayam boiler yang digunakan
oleh CV. Cibinong Unggas Farm
merupakan pakan jadi buatan pabrik
Charoen Phokphan dengan tiga jenis
ransum yang berbeda sesuai dengan fase
pertumbuhan ayam boiler yang dimiliki.
Pelaku usaha peternakan ayam boiler
membagi fase pertumbuhan ternak
menjadi 3 fase (starter, grower, dan
finisher).
Pemeliharaan ayam boiler yang
dilakukan pada kandang KOMAR milik
CV. Unggas Farm sebelum mulai
memasuki fase starter hal yang perlu
diperhatikan adalah masalah sanitasi.
Berbagai faktor penyebab kematian anak
ayam adalah kandang yang kurang bersih
dan banyak kuman penyakit. Sebelum
anak ayam yang dipesan tiba, kandang
dibersihkan dengan melakukan disinfeksi
pada beberapa hari sebelumnya. Setelah
membersihkan, kandang perlu
diistirahatkan selama ± 14 hari tujuannya
adalah untuk memutus siklus hidup bibit
penyakit. Ayam yang dibeli oleh
peternakan adalah anak ayam umur sehari
(Day Old Chick = DOC).
Fase starter (umur ayam 1 – 7
hari) dimulai saat DOC sudah berada di
kandang. Ayam yang berada dikandang
pada masa ini membutuhkan pemanas.
Sumber pemanas yang digunakan pada
peternakan menggunakan batubara. Anak
ayam memerlukan kehangatan yang
cukup. Pemanasan yang tidak sempurna
mengakibatkan pertumbuhan yang tidak
baik dan ayam mudah sakit. Pemanas
digunakan siang-malam hingga umur 7
hari, lewat 3 minggu ayam sudah tidak
membutuhkan pemanas lagi. Pemberian
ransum pada fase ini menggunakan
ransum dengan butiran halus agar ayam
mudah mencerna makanan. Anak ayam
umumnya senang makan dan minum.
Namun, jika berlebihan dalam pemberian
minuman sebaiknya dikurangi untuk
mencegah kembung pada ayam
sebaliknya pemberian ransum jangan
sampai terlambat karena akan
mengganggu pertumbuhan ayam.
9
Tempat ransum dan minuman
untuk ayam yang telah mencapai umur 7
hari (grower) perlu ditambah karena
ayam akan saling berebutan dan
menimbulkan pertumbuhan yang tidak
merata karena sebagian kenyang dan
sebagian kelaparan. Selain itu akan
menimbulkan kanibalisme. Ransum yang
diberikan berupa butiran ukuran sedang.
Suhu yang digunakan dalam fase grower
dapat dikurangi dibandingkan saat fase
sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan
adalah ukuran kandang pada fase ini
ayam memerlukan ukuran kandang yang
lebih luas untuk mengurangi jumlah
ayam yang terlalu padat dengan cara
membuka sekat pembatas pada fase
sebelumnya. Tahapan selanjutnya pada
ayam yaitu memasuki fase finisher (umur
ayam mencapai 21 hari hingga panen)
pada tahapan ini ayam siap dipotong.
Ransum yang diberikan pada fase ini
berbentuk butiran pecahan berukuran
besar dibandingkan fase starter.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
umur ayam yang dijual pada kandang
KOMAR dilakukan bertahap yaitu pada
saat umur 23 hari hingga 28 hari.
Tabel Penjualan Ayam Boiler Kandang Komar Periode April-Mei 2011 Tanggal Jual Jumlah (Ekor) Berat Total (Kg) Rata-rata (Kg) Umur Jual (Hari ke-)
12 Mei 2011 770 809.80 1.051688 23
16 Mei 2011 1,920 2,879.60 1.499792 27
17 Mei 2011 1,715 2,482.80 1.447697 28
(Sumber: Cibinong Unggas Farm, 2011)
Ransum Ayam Boiler
Ransum merupakan campuran
dari beberapa bahan pakan. Ransum
disusun secara khusus dan mengandung
zat gizi yang mencukupi kebutuhan
ternak untuk dapat dipergunakan sebagai
bahan pakan. Bahan-bahan yang
digunakan dalam penyusunan ransum
merupakan hasil pertanian, perikanan,
peternakan, dan hasil industri yang
mengandung zat gizi dan layak
dipergunakan sebagai bahan pakan.
Penyusunan ransum untuk ternak disusun
berdasarkan standar yang ditetapkan,
termasuk dalam persyaratan mutu
meliputi analisis kimiawi (proksimat).
Tabel Analisis Kimiawi (Proksimat)
Komponen ket Fase Ayam Boiler (min)
Starter Grower Finisher
Berat kering % 86.00 86.00 86.00
Protein kasar % 19.00 18.50 18.00
Abu % 6.00 6.00 6.00
Serat kasar % 3.00 3.00 3.00
Lemak % 3.40 3.50 4.00
BETN % 50.00 50.00 50.00
Kalsium % 0.90 0.90 0.90
Fosfor % 0.40 0.40 0.40
ME KKal/g 2900 3000 3000
(Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2011)
Berdasarkan nutrisi yang
dibutuhkan untuk ayam boiler dengan
melakukan analisis proksimat
penyusunan ransum harus dapat
memenuhi standar yang ditetapkan untuk
mencukupi kebutuhan gizi yang
dibutuhkan oleh ternak. Berdasarkan data
yang diperlukan untuk menyusun ransum
maka diperoleh informasi kebutuhan gizi
yang berbeda-beda sesuai dengan fase
pertumbuhan ternak.
Pengumpulan Data
Ransum boiler fase starter yang
digunakan pada CV. Cibinong Unggas
Farm merupakan ransum buatan pabrik.
Pada peternakan ransum tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi ayam boiler fase starter. Ransum
tersebut digunakan untuk ayam umur 1
hari hingga 7 hari. Ransum CP 510
digunakan untuk komsumsi ayam ± 4500
ekor dengan kebutuhan total 750 kg.
Adapun data yang diperoleh dalam
ransum tersebut berdasarkan analisis
proksimat yang dilakukan meliputi. Tabel Komposisi Kimia CP 510*
No Komponen Komposisi
1 Berat kering 88.58 %
2 Protein kasar 22.57 %
3 Abu 6.52 %
4 Serat kasar 4.55 %
5 Lemak 4.48 %
6 BETN 50.46 %
7 Kalsium 1.37 %
8 Fosfor 0.56 %
9 ME** 3125 Kkal/kg
Sumber: *) Lab. Ilmu dan Teknologi Pakan,( 2011)
**) Charoen Phokphand, (2011)
10
Biaya yang harus dikeluarkan bila
ingin membeli bahan pakan tersebut
seharga Rp 286.000,-/50 kg (kelompok
peternak ayam, 2011). Pelaku usaha
peternakan ingin menyiasati tingginya
bahan baku dengan cara membuat ransum
sendiri. Dalam membuat ransum pelaku
usaha menggunakan standar analisis
proksimat ransum sesuai dengan CP 510.
Penggunaan standar CP 510 sebagai
kendala dalam formulasi ransum fase
starter karena berdasarkan analisis
proksimat diketahui bahwa pemakaian
produk tersebut sesuai standar yang
ditetapkan.
Bahan yang digunakan dalam
penyusunan ransum merupakan bahan
baku yang sering digunakan yaitu berasal
dari bahan baku yang umum ada dipasar.
Bahan baku tersebut diantaranya jagung
kuning, dedak padi, bungkil kedelai,
bungkil kelapa, tepung tulang dan daging,
dedak gandum, bungkil kacang tanah,
dan tepung daun katuk. Adapun bahan
baku yang digunakan untuk menyusun
ransum seperti jagung kuning, dedak
padi, bungkil kedelai, dan dedak gandum
memiliki syarat yang diperbolehkan
dalam penyusunan ransum. Adapun
syarat pengolahan ransum ayam secara
modern (laboratorium kimia makanan
ternak, fakultas peternakan IPB, 2005).
Jagung kuning sebaiknya digunakan pada
kisaran 20% hingga 50% untuk
pembuatan ransum. Dedak padi
pemakaian dalam ransum tidak lebih dari
20%. Bungkil kedelai tidak boleh
melebihi 20% penggunaannya.
Sedangkan dedak gandum yang
diperbolehkan dalam ransum tidak lebih
dari 20%. (Alamsyah, 2005)
Kandungan nutrisi dalam bahan
pakan berbeda baik jenis maupun
kadarnya, untuk itu perlu diketahui jenis
dan kadar nutrisi yang akan digunakan
oleh peternak ayam boiler. Kandungan
bahan pakan yang digunakan CV.
Cibinong Unggas Farm dalam menyusun
ransum yaitu:
Tabel Kandungan Nutrisi Bahan Pakan dan Harga
Sumber: 1)CV. Cibinong Unggas Farm, (2011) 2)Alamsyah, (2005) 3) Rasyaf, (2003) 4) Agromaret, (2011) 5) CV. Mutiara Argo, (2011)
Kandungan nutrisi tersebut saling
berkaitan dan menyangkut aspek
pemilihan, konsumsi bahan pakan,
pencernaan dan penyerapan nutrisi dalam
saluran pencernaan, serta metabolisme
nutrisi dalam sel tubuh untuk berbagai
tujuan. Istilah dari kandungan nutrisi
tersebut diantaranya:
Bahan Kering (BK), merupakan berat
konstan bahan makanan setelah
dihilangkan kandungan airnya dengan
pemanasan 1050C.
Protein Kasar, adalah semua zat yang
mengandung nitrogen.
Abu, merupakan zat-zat mineral yang
ditentukan dengan membakar makanan
(zat organik).
Kandungan Gizi
(%)
Bahan Pakan1)
Jagung Dedak Bungkil Bungkil Tepung Dedak Bungkil Tepung
Kuning2) Padi2) Kedelai2) Kelapa2) Daging & Tulang4)
Gandum2) Kacang Tanah2)
Daun Katuk3)
Berat kering 86.46 87.82 88.1 88.6 95.5 87.32 90.2 82.41
Protein kasar 10.56 11.4 46.9 21.3 56.8 11.4 45.1 33.11
Abu 2.09 10.52 3.65 0.17 28.4 3.51 6.3 7.76
Serat kasar 2.84 11.81 7.68 14.2 8.4 6.22 8.95 15.52
Lemak 4.93 12.27 3.65 10.9 10 4.01 10.7 3.51
BETN 66.99 42.01 29.66 45.5 89.9 59.85 33.29 22.51
Kalsium 0.06 0.11 0.32 0.16 9.5 0.08 0.2 1.38
Fosfor 0.36 1.4 0.64 0.62 4.4 0.63 0.6 0.44
ME (Kkal/kg) 3370 1630 4326.6 1540 1760 1300 2260 1610
Harga/Kg (Rp)5) 2200 1500 5000 2200 100004) 2550 2500 8000
11
Serat Kasar, merupakan dari bahan
makanan yang sulit dicerna.
Lemak, yaitu zat makanan yang
berfungsi sebagai cadangan energi.
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(BETN), yaitu bagian dari bahan
makanan yang mengandung
karbohidrat, gula dan pati.
Kalsium dan Fosfor, merupakan
mineral yang dibutuhkan oleh ayam
untuk menyusun tulang, sistem
kerangka, dan pertumbuhan.
Metabolisme Energi (ME), adalah nilai
energi yang terhimpun pada zat-zat
yang dapat dicerna dikurangi nilai
energi yang keluar sebagai air kencing
(urine) dan gas-gas usus.
Pengolahan data
Berdasarkan data penunjang yang
diperoleh dari komposisi kimia dan
kandungan nutrisi bahan pakan dalam
penelitian. Pengolahan data dapat
dilakukan untuk memperoleh keputusan
sesuai tujuan penelitian dengan tahapan.
Langkah awal dalam memformulasikan
ke model matematis, terlebih dahulu
menganalisa masalah tersebut. Adapun
tahapan dalam permasalahan penelitian
dengan metode linear programming
adalah:
1. Menentukan variabel keputusan
Permasalahan yang dihadapi CV.
Cibinong Unggas Farm adalah
bagaimana menentukan komposisi
yang tepat untuk membuat ransum
dengan bahan pakan ternak yang telah
ditentukan. Variabel keputusan dalam
penelitian ini adalah komposisi bahan
baku yang digunakan untuk membuat
ransum yang terdiri dari:
X1 = jagung kuning
X2 = dedak padi
X3 = bungkil kedelai
X4 = bungkil kelapa
X5 = tepung daging dan tulang
X6 = dedak gandum
X7 = bungkil kacang tanah
X8 = tepung daun katuk
2. Membuat Fungsi Tujuan
Tujuan CV. Cibinong Unggas Farm
adalah mengoptimalkan penggunaan
bahan pembuatan ransum dengan
biaya seminimal mungkin. Adapun
harga jual dari bahan baku ransum
dijadikan fungsi obyektif atau fungsi
tujuan.
Minimumkan Z
= 2200X1 + 1500X2 + 5000X3 +
2200X4 + 10000X5 + 2550X6 +
2500X7 + 8000X8
3. Menentukan kendala
Penyusunan ransum ayam boiler
yang akan dibuat berdasarkan analisis
proksimat yaitu dengan mengetahui
komposisi susunan kimia dan
kegunaannya suatu bahan pakan. Kendala
yang diketahui untuk menyusun ransum
ayam boiler fase starter disusun dalam
model matematis metode simpleks
a. Bahan kering 86.46X1 + 87.82X2 + 88.1X3 + 88.6X4 +
95.5X5 + 87.32X6 + 90.2X7 + 82.41X8 ≥
88.58
b. Protein Kasar 10.56X1 + 11.4X2 + 46.9X3 + 21.3X4 +
56.8X5 + 11.4X6 + 45.1X7 + 33.11X8 ≥ 22.57
c. Abu 2.09X1 + 10.52X2 + 3.65X3 + 0.17X4 +
28.4X5 + 3.51X6 + 6.3X7 + 7.76X8 ≥ 6.52
d. Serat kasar 2.84X1 + 11.81X2 + 7.68X3 + 14.2X4 + 8.4X5
+ 6.22X6 + 8.95X7 + 15.52X8 ≥ 4.55
e. Lemak 4.93X1 + 12.27X2 + 3.65X3 + 10.9X4 + 10X5
+ 4.01X6 + 10.7X7 + 3.51X8 ≥ 4.48
f. BETN 66.99X1 + 42.01X2 + 29.66X3 + 45.5X4 +
89.9X5 + 59.85X6 + 33.29X7 + 22.51X8 ≥
50.46
g. Kalsium 0.06X1 + 0.11X2 + 0.32X3 + 0.16X4 + 9.5X5
+ 0.08X6 + 0.2X7 + 1.38X8 ≥ 1.37
h. Fosfor 0.36X1 + 1.4X2 + 0.64X3 + 0.62X4 + 4.4X5 +
0.63X6 + 0.6X7 + 0.44X8 ≥ 0.56
i. Metabolisme energi 3370X1 + 1630X2 + 4326.6X3 + 1540X4 +
1760X5 + 1300X6 + 2260X7 + 1610X8 ≥ 3125
Pembuatan ransum untuk ayam
boiler memiliki batasan penggunaan
bahan pakan yang ditetapkan untuk dapat
diolah menjadi ransum. Syarat
12
penggunaan bahan pakan yang ditetapkan
berdasarkan standar penyusunan ransum
adalah:
Jagung kuning X1 ≥ 20, atau X1 ≤ 50
dedak padi X2 ≤ 20
bungkil kedelai X3 ≤ 20
dedak gandum X6 ≤ 20
Dimana nilai X1, X, X3, X4, X5, X6,
X7,X8 ≥ 0
Perhitungan Linear Programming
dengan Software
Model yang telah disusun kemudian
diolah dengan alat bantu komputer
menggunakan software WinQSB
(Quantitative System for Bussiness versi
1.0). output program komputer adalah
formula ransum dengan minimasi biaya
pembuatan ransum dengan bahan baku
yang ditetapkan dan analisis sensitivitas.
Formulasi ransum berguna untuk
mengetahui biaya yang harus dikeluarkan
untuk membuat ransum dengan
kandungan gizi dan harga yang berlaku.
Tabel Perhitungan dengan Software WinQSB
No Decision Solution Unit Cost or Total
Variable Value Profit c(j) Contribution
1 X1 0.5000 2,000.0000 1,100.0000
2 X2 0.2000 1,500.0000 300.0000
3 X3 0.0000 5,000.0000 0.0000
4 X4 0.0000 2,200.0000 0.0000
5 X5 0.1305 10,000.0000 1,304.9910
6 X6 0.0000 2,550.0000 0.0000
7 X7 0.3913 2,500.0000 978.2318
8 X8 0.0000 8,000.0000 0.0000
Objective Function (Min) = 3,683.2230
Berdasarkan tabel diketahui
bahwa untuk memperoleh hasil yang
optimal dalam pembuatan ransum untuk
ayam boiler fase starter diperlukan biaya
minimum Rp 3.683,2230/kg. biaya
tersebut didapat berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan software WinQSB
pada iterasi ke 26. Total biaya yang
dibutuhkan untuk membuat ransum boiler
fase starter untuk CV. Cibinong Unggas
Farm sebesar. Biaya ransum fase starter
= Rp. 3.683,2230 x 750 kg
= Rp. 2.762.417,25 ≈ Rp. 2.763.000,-
Pembuatan ransum sesuai dengan
variabel keputusan, fungsi tujuan dan
kendala dalam pembuatan ransum ayam
boiler tersebut. Bahan pakan yang
mempengaruhi keputusan dalam
pembuatan ransum diantaranya X1
(jagung kuning), X2 (dedak padi), X5
(tepung daging dan ulang), dan X7
(bungkil kacang tanah). Dengan demikian
berarti gizi yang dipasok dari bahan
pakan untuk membuat ransum tersebut
sesuai dengan tujuan pelaku usaha dalam
menyusun ransum ayam tersebut.
hasil perhitungan digunakan
untuk menggantikan ransum CP 510 yang
dibutuhkan untuk ayam ± 4500 ekor
dengan kebutuhan total 750 kg. Bahan
makanan berupa jagung kuning (X1 ≤ 0.5)
membutuhkan kapasitas maksimum 750
kg x (X1) ≈ 750 kg x 0.5 = 375 kg, dedak
padi (X2 ≤ 0.2) membutuhkan kapasitas
maksimum 750 kg x (X2) ≈ 750 kg x 0.2
= 150 kg, tepung tulang dan daging (X5 =
0.1305) yang diperlukan 750 kg x (X5) ≈
750 kg x 0.1305 = 97,875 kg, dan
bungkil kacang tanah (X7 = 0.3913) yang
diperlukan 750 kg x (X7) ≈ 750 kg x
0.3913 = 293,475 kg.
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas (analisa
kepekaan) dilakukan untuk mengetahui
sampai sejauh mana perubahan dapat
dilakukan terhadap parameter-parameter
linier programming sehingga solusi
optimum dapat dirubah. Analisis
sensitivitas dilakukan terhadap:
Tabel Analisis Sensitivitas Berdasarkan Fungsi
Tujuan dengan Software WinQSB
No Decision Solution Unit Cost or Allowable c(j)
Variable Value Profit c(j) Min. c(j) Max. c(j)
1 X1 0.5000 2,000.00 -∞ 3,522.564
2 X2 0.2000 1,500.00 -∞ 1,773.582
3 X3 0.0000 5,000.00 4,731.866 ∞
4 X4 0.0000 2,200.00 1,723.980 ∞
5 X5 0.1305 10,000.00 1,946.903 48,905.360
6 X6 0.0000 2,550.00 1,407.851 ∞
7 X7 0.3913 2,500.00 2,122.173 2,639.677
8 X8 0.0000 8,000.00 2,847.500 ∞
a. Analisa Sentisivitas Terhadap
Koefisien Fungsi Tujuan
Hasil perhitungan analisa terhadap
koefisien fungsi tujuan dengan
menggunakan software WinQSB tidak
13
akan mengubah solusi optimum jika
dan hanya jika:
-∞ ≤ C1 ≤ 3522.564
Artinya bahwa nilai optimal X1 =
0.5000 tidak akan berubah jika
koefisien fungsi tujuan C1 = 2200
dinaikkan pada kisaran 3522.5640.
-∞ ≤ C2 ≤ 1773.5820
Artinya bahwa nilai optimal X2 =
0.2000 tidak akan berubah jika
koefisien fungsi tujuan C2 = 1500
dinaikkan pada kisaran 1773.5820.
4731.8660 ≤ C3 ≤ ∞
Artinya bahwa nilai optimal X3 = 0
tidak akan berubah jika dan hanya
jika koefisien fungsi tujuan C3 = 5000
diturunkan pada kisaran 4731.8660.
1723.9800 ≤ C4 ≤ ∞
Artinya bahwa nilai optimal X4 = 0
tidak akan berubah jika dan hanya
jika koefisien fungsi tujuan C4 = 2200
diturunkan pada kisaran 1723.9800.
1946.9030 ≤ C5 ≤ 48905.3600
Artinya bahwa nilai optimal X5 =
0.1305 tidak akan berubah jika dan
hanya jika koefisien fungsi tujuan C5
= 10000 dirubah (dinaikkan
/diturunkan) pada kisaran 1946.9030
sampai dengan 48905.3600.
1407.8510 ≤ C6 ≤ ∞
Artinya bahwa nilai optimal X6 = 0
tidak akan berubah jika dan hanya
jika koefisien fungsi tujuan C6 = 2550
diturunkan pada kisaran 1407.8510.
2122.1730 ≤ C7 ≤ 2639.6770
Artinya bahwa nilai optimal X7 =
0.3913 tidak akan berubah jika dan
hanya jika koefisien fungsi tujuan C7
= 2500 dirubah (dinaikkan/
diturunkan) pada kisaran 2122.1730
sampai dengan 2639.6770.
2847.5000 ≤ C8 ≤ ∞
Artinya bahwa nilai optimal X8 = 0
tidak akan berubah jika dan hanya
jika koefisien fungsi tujuan C8 = 8000
diturunkan pada kisaran 2847.5000.
b.Analisa Sensitivitas Terhadap Nilai
Ruas Kanan (RHS).
Terdapat hubungan antara perhitungan
analisa sensitivitas terhadap nilai ruas
kanan opprtunity cost, yaitu:
Tabel Analisis Sensitivitas Berdasarkan Nilai Ruas Kanan (RHS) dengan Software WinQSB
No Constraint Left Hand
Direction Right Hand Slack Allowable RHS
Side Side or Surplus Min. RHS Max. RHS
1 C1 108.5513 ≥ 88.5800 19.9713 -∞ 108.5513
2 C2 32.6197 ≥ 22.5700 10.0497 -∞ 32.6197
3 C3 9.3203 ≥ 6.5200 2.8003 -∞ 9.3203
4 C4 8.3803 ≥ 4.5500 3.8303 -∞ 8.3803
5 C5 10.4108 ≥ 4.4800 5.9308 -∞ 10.4108
6 C6 66.6550 ≥ 50.4600 16.1950 -∞ 66.6550
7 C7 1.3700 ≥ 1.3700 0.0000 0.2562 6.0651
8 C8 1.2690 ≥ 0.5600 0.7090 -∞ 1.2690
9 C9 3,125.0000 ≥ 3,125.0000 0.0000 2,621.5950 16,904.4000
-∞ ≤ b1 ≤ 108.5513
Bila nilai ruas kanan (RHS) b1 =
88.58, dirubah (dinaikkan/diturunkan)
pada kisaran -infinity sampai dengan
108.5513 akan mempengaruhi
variabel keputusan analisis proksimat
untuk berat kering dalam menentukan
batasan kandungan gizi (%) untuk
penyusunan ransum.
-∞ ≤ b2 ≤ 32.6197
Bila nilai ruas kanan (RHS) b2 =
22.57, dirubah (dinaikkan/diturunkan)
pada kisaran -infinity sampai dengan
32.6197 akan mempengaruhi variabel
keputusan analisis proksimat untuk
protein kasar dalam menentukan
batasan kandungan gizi (%) untuk
penyusunan ransum.
-∞ ≤ b3 ≤ 9.3203
Bila nilai ruas kanan (RHS) b3 = 6.52,
dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada
kisaran -infinity sampai dengan
9.3203 akan mempengaruhi variabel
keputusan analisis proksimat untuk
abu dalam menentukan batasan
kandungan gizi (%) untuk
penyusunan ransum.
-∞ ≤ b4 ≤ 8.3803
14
Bila nilai ruas kanan (RHS) b4 = 4.55,
dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada
kisaran -infinity sampai dengan
8.3803 akan mempengaruhi variabel
keputusan analisis proksimat untuk
serat kasar dalam menentukan
batasan kandungan gizi (%) untuk
penyusunan ransum.
-∞ ≤ b5 ≤ 10.4108
Bila nilai ruas kanan (RHS) b5 = 4.48,
dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada
kisaran -infinity sampai dengan
10.4108 akan mempengaruhi variabel
keputusan analisis proksimat untuk
lemak dalam menentukan batasan
kandungan gizi (%) untuk
penyusunan ransum.
-∞ ≤ b6 ≤ 66.6550
Bila nilai ruas kanan (RHS) b6 =
50.46, dirubah (dinaikkan/diturunkan)
pada kisaran -infinity sampai dengan
66.6550 akan mempengaruhi variabel
keputusan analisis proksimat untuk
BETN dalam menentukan batasan
kandungan gizi (%) untuk
penyusunan ransum.
0.2562 ≤ b7 ≤ 6.0651
Bila nilai ruas kanan (RHS) b7 = 1.37,
dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada
kisaran 0.2562 sampai dengan 6.0651
akan mempengaruhi variabel
keputusan analisis proksimat untuk
kalsium dalam menentukan batasan
kandungan gizi (%) untuk
penyusunan ransum.
-∞ ≤ b8 ≤ 1.2690
Bila nilai ruas kanan (RHS) b8 = 0.56,
dirubah (dinaikkan/diturunkan) pada
kisaran -infinity sampai dengan
1.2690 akan mempengaruhi variabel
keputusan analisis proksimat untuk
fosfor dalam menentukan batasan
kandungan gizi (%) untuk
penyusunan ransum.
2621.5950 ≤ b9 ≤ 16904.4
Bila nilai ruas kanan (RHS) b9 =
3125, dirubah (dinaikkan/diturunkan)
pada kisaran 2621.5950 sampai
dengan 16904.4 2690 akan
mempengaruhi variabel keputusan
analisis proksimat untuk metabolisme
energi dalam menentukan besarnya
kandungan kalori (kkal/kg) untuk
penyusunan ransum.
Perbandingan antara Biaya Komposisi
Pakan Perusahaan dengan Biaya
Komposisi Pakan Buatan
Berdasarkan pengolahan data
yang dilakukan diperoleh perbandingan
biaya dan bahan pakan yang digunakan
dalam menyusun ransum sebanyak 750
kg. Solusi optimal dalam penyusunan
ransum berdasarkan mutu yang baik
sesuai dengan standarisasi nasional yaitu:
Tabel Perbandingan Ransum Ayam Broiler
Fase Starter Faktor Ransum
CP 510
Ransum
Usulan
Biaya Rp. 4.290.000,- Rp. 2.763.000,-
Komposisi Jagung kuning, dedak padi,
bungkil kedelai,
bungkil kelapa, tepung daging &
tulang, dedak
gandum, bungkil
kacang tanah,
tepung daun katuk
Jagung kuning, dedak padi,
tepung daging
& tulang, bungkil kacang
tanah.
Kandungan Gizi
SNI SNI
Kesimpulan
hasil perhitungan metode linear
programming menggunakan software
WinQSB diperoleh komposisi bahan
makanan berupa jagung kuning (X1 ≤
0.5) membutuhkan kapasitas maksimum
375 kg, dedak padi (X2 ≤ 0.2)
membutuhkan kapasitas maksimum 150
kg, tepung tulang dan daging (X5 =
0.1305) yang diperlukan 97,875 kg, dan
bungkil kacang tanah (X7 = 0.3913) yang
diperlukan 293,475 kg. Bahan baku
tersebut digunakan untuk menggantikan
ransum ayam boiler fase starter CP 510
buatan pabrik untuk komsumsi ayam ±
4500 ekor dengan kebutuhan 750 kg.
Adapun total penghematan biaya
yang diperoleh antara biaya komposisi
ransum usulan dengan biaya komposisi
ransum perusahaan adalah sebesar Rp.
1.527.000,- untuk membuat ransum.
Bahan baku pakan berupa bungkil
kedelai, bungkil kelapa, dedak gandum,
15
dan tepung daun katuk tidak
diikutsertakan dalam proses pembuatan
ransum. Karena berdasarkan kandungan
nutrisi bahan pakan (proksimat) sesuai
dengan standar CP 510 dalam
penyusunan ransum diketahui bahwa
kebutuhan nutrisi untuk ayam boiler fase
starter telah terpenuhi oleh bahan pakan
terpilih dalam metode linear
programming. Jadi, dengan metode linear
programming perusahaan bisa melakukan
penghematan terhadap biaya ransum
ayam boiler fase starter.
Daftar Pustaka
Alamsyah, Rizal, Msc, Ir. Pengolahan
Ayam dan Ikan Secara Modern.
Penebar Swadaya. Jakarta. 2005.
Amrullah, Ibnu Katsir, DR. Ir. Seri
Berternak Mandiri: Nutrisi Ayam
Boiler. Lembaga satu Gunung Budi.
Bogor. 2004.
Anonim, Badan Standarisasi Nasional:
Pakan Ras Ayam Pedaging ( Broiler).
From
http://websisni.bsn.go.id/index.php?/s
ni_main/sni/detail_sni/3279. 12
Agustus 2011.
Ayu, Media Anugrah. Seri diktat kuliah:
Pengantar Riset Operasional.
Universitas Gunadarma. Jakarta.
1996.
Darsanto. Bahan Pakan untuk Ternak
Ayam Agribiz. 2011. From
http://agromaret.com/12943/agribiz.
12 Agustus 2011.
Jahja, J, Drs. Ayam Sehat Ayam Produktif
1 (Petunjuk-petunjuk Praktis
Berternak Ayam. IPB Press. Bogor.
2000.
Rasyaf, Muhammad, DR, Ir. Beternak
Ayam Daging. Penebar Swadaya.
Jakarta. 2003.
Samiaji. Katalog Produk Bahan Baku
Ternak CV Mutiara Argo. 2011.
Form
http://agrolimasehati.indonetwork.co.i
d/2213889/bahan-baku-makanan-
ternak.htm. 12 Agustus 2011.
Soekartawi, DR. Linear Programming
Teori dan Aplikasinya Khususnya
dalam Bidang Pertanian. Rajawali
Press. Jakarta. 1992.
Subagyo, Pangestu, MBA, Drs. Dasar-
dasar Operation Reseach edisi 2.
BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. 2000.
Siswanto, Operation Research Jilid 1.
Erlangga. Jakarta. 2007..
Taha, Hamdy A. Operations Research,
an Introduction, sixth edition, Upper
Saddle River, New Jersey, Prentice
Hall, Inc. 1997.