NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH NABI NUH AS
DALAM SURAT NUH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Dan Melengkapi
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh :
Ani Maslihatul Maghfiroh
NIM : 111 03 024
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2007
DEPARTEMEN AGAMASEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Yedi Efriadi, M.Ag.
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 3 EksemplarHal : Pengajuan Naskah Skripsi
KepadaYth. Ketua STAIN Salatiga
DiSalatiga
A ssa lam u 'a la ikum wr. wb.Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya,
maka skripsi Saudari:
Nama : Ani Maslihatul MaghfirohNIM : 111 03 024Jurusan : TarbiyahProgram Studi: Pendidikan Agama Islam (PAI)Judul : Nilai-Nilai Edukatif Pada Kisah Nabi Nuh as Dalam Surat Nuh
Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah. Demikian surat ini, harap menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
W assalam u'alaikum wr. wb.
Salatiga, 21 September 2007
Pembimbing
ffiadi, M.Ag.
NIP. 150 318 023
n
DEPARTEMEN AGAMASEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
PENGESAHAN
Skripsi Saudari : Ani Maslihatul Maghfiroh dengan Nomor Induk Mahasiswa
: 111 03 024 yang berjudul : Nilai-Nilai Edukatif Pada Kisah Nabi Nuh as Dalam
Surat Nuh, telah dimunaqasahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah
STAIN Salatiga, pada hari Senin_tanggal 19 Ramadhan 1428 H yang bertepatan
dengan tanggal 1 Oktober 2007 M, dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Salatiga, 19 Ramadhan 1428 H 1 Oktober 2007 M
Panitia Ujian,
Drs. Masykur Minan, M. A. NIP. 150182685
Sekretaris Sidang
Penguji II
tDrs. Ahmad Sultoni, M.Pd. NIP. 150284602
Pembimbing
Yedi Efriadi, M.Ag, NIP. 150318023
MOTTO
"Emasmu adalah agamamu,
perhiasanmu adalah budi pekertimu,
dan hartamu adalah sopan santunmu".
“JCemwiin adalah mimpi yon# telah bentala,
c&ok fuvd adalah cita-cita yang- indah,
dan dani ini adalah kenyataan”
PERSEMBAHAN
Karya Ini teudedlteasltean teepada :
❖ ibu (Aterom Tarblyah) danB>apafe (i^arocjjl) yang telah mengasuh
dlrlleu, terima teaslh atas segala pengorbanannya balte lahir m.aupuiA,
batin.
❖ Abah Habib dan u.m.1 inayah yang senantiasa kuharapkan berkah
Ilmu darlruya.
❖ A dikku ishlah dan TKosyad terlila kasih atas bantuan kailan
berdua.
♦♦♦ Mas A ' a u. yang selalu menemani dalam, meniti langkahku terlupa
kasih atas spirit daia,juga d o 'a n y a.
❖ Teman-teman PA i 2003 : Lala, onnle, tsna, Tsai^l, yatl, N a'lm , ils,
6 ny, wlda, wldle,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan
salam semoga Allah swt senantiasa melimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, dan
semoga kita semua termasuk umat yang mendapat syafa'at beliau besok di Yaumul
Qiyamah. Amiin....
Skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Edukatif Pada Kisah Nabi Nuh as Dalam
Surat Nuh ” ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam rangka memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (SI) dalam Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan
Agama Islam.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Fatchurrahman, M.Pd., S.Ag. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. yang telah membimbing dan memberi pengarahan
sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
4. Semua Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan yang telah memberi bekal
pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.
vi
5. Suluruh keluarga dan rekan-rekan yang telah membantu dan memberi
dorongan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, maka penulis memohon
kepada para pembaca atas saran dan perbaikan yang membangun bilamana skripsi ini
terdapat kesalahan.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca umumnya.
Salatiga, 22 September 2007
Penulis
Ani Maslihatul M NIM 111 03 024
Vll
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...
Nota Pembimbing
Pengesahan................................................................................................................. iii
Motto.......................................................................................................................... iv
Persembahan................................................................................................................ v
Kata Pengantar.............................................................................................................vi
Daftar I s i ................................................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
D. Penjelasan Istilah..................................................................................... 5
E. Manfaat Hasil Penelitian........................................................................... 7
F. Metodologi Penelitian............................................................................. 8
G. Sistematika Penulisan Skripsi................................................................. 9
BAB II.
A. Pengertian Kisah.................................................................................... 11
B. Konsep Kenabian................ .................................................................. 15
viii
1. Pengertian Nabi........................................................................ 15
2. Sifa-sifat Nabi dan Rasul........................................................... 19
3. Fungsi Kenabian........................................................................ 21
C. Kata Nuh Dalam Al-Qur'an.................................................................. 24
BAB III. KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA................................ 27
A. Masa Hidup Nabi Nuh a s ....................................................................... 27
B. Dakwah Nabi Nuh as Kepada Kaumnya............................................... 30
1. Isi Dakwah Nabi Nuh a s ............................................................ 31
2. Cara Dakwah Nabi Nuh a s ........................................................ 34
3. Berbagai Tuduhan Dilontarkan Terhadap Nabi Nuh a s ............ 36
C. Nabi Nuh as Membuat Kapal................................................................ 40
BAB IV. PENDttWKAN DALAM KISAH NABI NUH A S ............................... 47
A. Peran Nabi Nuh as Sebagai Pendidik................................................ . 47
B. Kegagalan Nabi Nuh as Dalam Mendidik Kaum dan Puteranya...........53
BAB V. KESIMPULAN DAN PENUTUP........................................................... 59
1. Kesimpulan............................................................................................ 59
2. Penutup.................................................................................................. 62
ix
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah. Manusia
diciptakan oleh Allah swt dengan mempunyai naluri beragama, yaitu agama
tauhid. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Lingkunganlah yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya.
Lingkungan yang terdekat adalah keluarga, setelah itu masyarakat sekitar dan
dunia pada umumnya. Seorang anak akan mendapatkan pendidikan yang pertama
dalam keluarga. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan contoh yang baik
bagi anak-anaknya, serta mengajak anak-anak untuk meneladani sikap-sikap yang
baik.
Rasulullah SAW telah bersabda :
1 2 s * o £ , sH o ̂ .X 2 X > %.* A ' ? .t, ^ f ',0 f. . J) j ) 4jO^J d)J j \ j Oj&AJI JujJ i
/ / ✓
“Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam fitrah (kesucian), maka orang tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.... ” . (H.R. Al-Bukhari)
Sejalan dengan hadist di atas, Abudin mengutip pendapat Al-Ghazali yang
mengatakan bahwa jika anak menerima ajaran dan kebiasaan hidup yang baik,
maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan melakukan
1 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Thoha Putra, Semarang, t.t., him. 104.
1
2
perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang jahat, maka anak itu akan
berakhlak jelek.2
Manusia lahir ke dunia dalam keadaan suci seperti kertas putih yang bersih.
Kertas putih ini nantinya akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh
lingkungan. Lingkungan keluarga, terutama orang tua mempunyai pengaruh yang
besar terhadap pendidikan anak. Apabila anak mempunyai orang tua yang baik
dan mengajarkan kepada dirinya prinsip-prinsip iman dan islam, maka anak akan
tumbuh dalam akidah iman dan islam.
Ngalim Purwanto ketika menguraikan pentingnya pendidikan dalam
keluarga, ia mengutip pendapat Comenius yang menekankan betapa pentingnya
pendidikan keluarga bagi anak-anak. Comenius menegaskan bahwa tingkatan
permulaan bagi pendidikan anak-anak dilakukan dalam keluarga yang disebutnya
scola materna (sekolah ibu).3
Selain dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, pendidikan anak juga
dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau masyarakat. Apabila lingkungan itu baik,
maka seorang anak akan menjadi baik. Sebaliknya, apabila lingkungan sosial itu
tidak baik, maka seorang anak akan menjadi tidak baik pula.
Tidak semua anak yang dilahirkan dan hidup dalam keluarga yang baik akan
tumbuh dengan baik. Seorang anak yang dijuluki nakal dan brutal ternyata cukup
2Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, cet. Ke-1, 1997,him. 162.
J M. Ngalim Purwanto., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hlm.79.
3
banyak yang muncul dari kalangan keluarga berada, terpelajar dan taat beragama.
Sebaliknya, tidak sedikit anak pintar dan berakhlak baik yang lahir dari keluarga
bodoh dan miskin atau bahkan tidak taat beragama.
Dalam Al-Qur'an terdapat kisah seorang putra nabi yang hidup dalam
keadaan tidak beriman kepada Allah swt, yaitu putra Nabi Nuh as yang bernama
Kan an. Kan an adalah seorang anak yang kafir dan tidak mau menaati perintah
ayahnya. Dia tidak mau mentaati perintah ayahnya meskipun ayahnya seorang
nabi, bahkan Kan an juga bergabung dengan kaum Nabi Nuh as yang
menentangnya. Nabi Nuh as sudah berusaha menyadarkan dan menghimbau agar
anaknya mau mengikuti perintah ayahnya untuk senantiasa menyembah Allah swt
dan minta perlindungan kepada-Nya, tetapi dia tidak menghiraukan nasihat
ayahnya.
Nabi Nuh as merupakan salah satu utusan Allah yang diberi gelar “ULUL
‘AZMI”. Disebut ULUL 'AZMI karena berhati teguh dan berkemauan keras
menghadapi cobaan-cobaan yang sangat berat. Ada di antara rasul yang bersabar
menghadapi cobaan dan pendustaan kaumnya selama berabad-abad. Abad demi
abad berlalu, karena nabi ini berumur panjang, namun seluruh hidupnya berlalu
penuh dengan ujian dan penderitaan yang berat. Nabi Nuh as hidup di tengah
kaumnya selama hampir seribu tahun, sedangkan yang beriman kepadanya dari
kaumnya hanya sedikit saja4.
4 M. Ali ash-Shabuni, Kenabian dan Riwayat Para Nabi, Lentera, Jakarta, November 2001,hlm.26.
4
Selain sebagai Rasul Ulul 'Azmi, Nabi Nuh as juga merupakan manusia
pilihan Allah yang diutus untuk memberi peringatan kepada kaumnya. Nabi Nuh
as memberi peringatan dan nasihat kepada mereka, menyeru mereka ke jalan
Allah swt, namun dia hanya mendapat pengingkaran dan penindasan dari
kaumnya.
Nabi Nuh as merupakan manusia pilihan Allah sebagaimana telah dijelaskan
dalam Al-Qur'an sebagai berikut:
r*"- . ' ' n *4&I (1)̂
Artinya Sesungguhnya Allah swt telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (dari masa mereka masing- masing) ”.5(Q.S. Ali Imran : 33)
Kisah Nabi Nuh as dijelaskan secara khusus dengan namanya yaitu Surat
Nuh. Isi surat Nuh ini di antaranya adalah ajakan Nabi Nuh as kepada kaumnya
untuk beriman kepada Allah swt serta bertaubat kepada-Nya; perintah
memperhatikan alam semesta dan kejadian manusia yang merupakan manifestasi
kebesaran Allah swt; siksaan Allah di dunia dan akhirat bagi kaum Nuh yang
tetap kafir dan do'a Nabi Nuh as.6
Nabi Nuh as menghadapi semua ini dengan penuh kesabaran kemudian
diakhiri dengan datangnya azab yang menimpa mereka yang ingkar yaitu air bah
5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an Dan Terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 1995, him. 80.
6 Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur'an, Amzah, Wonosobo, 2005, him. 226.
5
yang menenggelamkan segala sesuatu serta selamatnya orang-orang yang beriman
pada ajarannya.
Dari satu sisi Nabi Nuh as adalah manusia terpilih untuk membimbing
kaumnya. Terpilihnya ia pasti karena Allah swt Maha Mengetahui kredibilitas dia
untuk mendidik umatnya. Namun, di sisi yang lain ternyata Nabi Nuh as tidak
berhasil mendidik umatnya, termasuk anaknya untuk menjadi lebih baik.
B. Rumusan Masalah.
Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peran Nabi Nuh as sebagai pendidik dalam Al-Qur'an ?
2. Mengapa Nabi Nuh as gagal memperbaiki sebagian besar umatnya termasuk
anaknya ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran Nabi Nuh as sebagai pendidik dalam Al-
Qur'an.
2. Untuk mengetahui mengapa Nabi Nuh as gagal memperbaiki sebagian besar
umatnya termasuk puteranya.
D. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan tejadinya penafsiran yang berbeda
dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini,
maka perlu penjelasan beberapa istilah sebagai berikut:
6
1. Nilai Edukatif
Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan. Edukatif adalah berbagai hal yang bersifat mendidik.
Maksud dari nilai-nilai edukatif dalam penelitian ini adalah hal-hal yang
penting dan berguna dalam rangka membimbing dan membentuk manusia
agar sesuai dengan fitrahnya.
2. Kisah Nabi Nuh as dalam Surat Nuh
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kisah adalah riwayat, cerita,
suatu peristiwa/kejadian.7 8 9 Kisah berasal dari Bahasa Arab Qishah, yang
berarti kisah, cerita, berita atau kejadian. Qashash, bentuk jamak dari Qishah
yang secara istilah berarti kisah-kisah (dalam Al-Qur'an) tentang para nabi
dan rasul, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini
dan masa sekarang.10 *
Sedangkan Nabi Nuh as adalah nama di antara para nabi dalam
kepercayaan Islam.11 Nuh as adalah rasul pertama yang diutus Allah Yang
Maha Pengasih dengan sebuah kitab suci kepada umat manusia.12
7 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him.677.
8 Djaka P, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Pustaka Mandiri, Surakarta, t.t., him. 82.9 Ibid., hlm.207.10H. Ahmad Syadali & H. Ahmad Rofi'i, Ulumul Qur'an II, Pustaka Setia, Bandung, 1997,
him. 27." W.Al-Hafidz, op.cit., him. 225.12 Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i, Inilah Islam: Upaya Memahami Seluruh Konsep
Islam Secara Mudah, Pustaka Hidayah, Bandung, 1996, him. 67.
7
Surat Nuh adalah nama sebuah surah yang ke-71 di antara surah-surah
dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 28 ayat dan termasuk dalam golongan
surah-surah makkiyah.13
Maksud dari kisah Nabi Nuh as dalam penelitian ini adalah riwayat
perjalanan hidup Nabi Nuh as sebagai seorang nabi, dalam menyebarkan misi
dan ajarannya, cara-cara mendidik kaumnya, serta cobaan-cobaan berat yang
dialaminya.
Jadi, secara keseluruhan maksud dari judul * Nilai-nilai edukatif pada
kisah Nabi Nuh as dalam Surat Nuh ” adalah pemahaman tentang nilai-nilai
pendidikan yang dapat diambil dari kisah perjalanan hidup Nabi Nuh as yang
terdapat dalam Surat Nuh.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi ilmiah maupun
dari segi sosial.
1. Dari segi ilmiah diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan
pemikiran tentang pendidikan melalui kisah dalam Al-Quran pada khalayak
umum, khususnya bagi para pendidik.
2. Sedangkan dari segi sosial, diharapkan dapat membuka cakrawala baru
tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, khususnya bagi
penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
13 W. Al-Hafidz, op.cit., him 226.
8
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian literer karena didasarkan
pada studi kepustakaan dari buku-buku yang berkaitan langsung dengan
pokok permasalahan. Dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan, pertama-
tama dicari segala buku yang ada mengenai tokoh dan topik yang
bersangkutan.14
2. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui 2 sumber data yaitu :
a. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung berkaitan dengan
objek riset yaitu Al-Quran.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang digunakan untuk
melengkapi dan merupakan penunjang yang dijadikan sebagai alat bantu
dalam menganalisa permasalahan yang muncul, yaitu melalui literatur-
literatur tafsir dan sumber lain yang mendukung, seperti buku-buku
tentang pendidikan, ensiklopedi, filsafat dan sejarah nabi. Literatur tafsir
yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Tafsir An-Nuur, Al-
Mishbah, Al-Mizan dan tafsir terjemahan Al-Qur'an.
14Anton Bakker & Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990, him. 63.
9
3. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk
menarik kesimpulan penelitian. Analisis dalam penelitian ini penulis
menggunakan Content Analysis (analisis isi). Content Analysis merupakan
analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.15 Penulis mengumpulkan
data dari berbagai sumber data yang digunakan, kemudian data yang telah
tersusun dipahami untuk dianalisis dan ditarik beberapa kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini disusun dalam 5 bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi:
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Penjelasan Istilah
E. Manfaat Hasil Penelitian
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan Skripsi
15 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1996, him. 49.
10
BAB II
BAB III
BAB IV
BABY
: Pada bab ini akan dijelaskan tentang :
A. Pengertian kisah
B. Konsep Kenabian, meliputi:
1. Pengertian Nabi dan Rasul
2. Sifat-sifat Nabi dan Rasul
3. Fungsi kenabian
C. Kata Nuh dalam Alqur’an
: KISAH NABI NUH AS DALAM SURAT NUH
A. Masa hidup Nabi Nuh as
B. Dakwah Nabi Nuh as kepada kaumnya
C. Nabi Nuh as membuat kapal
: PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH AS
A. Peran Nabi Nuh as sebagai pendidik
B. Kegagalan Nabi Nuh as dalam mendidik kaum dan puteranya
: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran serta kata-kata penutup
dari penulis.
BAB II
A. PENGERTIAN KISAH ^
Banyak perbedaan pendapat dalam memberikan interpretasi tentang kisah,
baik secara bahasa maupun secara istilah. Namun, pada intinya adalah sama.
5* **Secara etimologi, kisah berasal dari Bahasa Arab Qishah ( ^ bentuk
jamaknya adalah Qishash ( ), yang berarti cerita, kisah, hikayat.1
Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kisah berarti riwayat, cerita,
suatu peristiwa atau kejadian.1 2
Dalam Ulumul Qur'an, Qashashul Qur'an ialah kisah-kisah dalam Al-
Qur'an tentang para nabi dan rasul, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.3
Menurut Hasbi ash-Shiddieqy, kisah ialah pengajaran-pengajaran dan
petunjuk-petunjuk yang berguna bagi para penyuruh kebenaran dan bagi orang-
orang yang diseru kepada kebenaran.4
Dalam Al-Qur'an terdapat sekian banyak kisah indah dan mengesankan
yang pantas dan perlu diceritakan kepada anak-anak, seperti kisah-kisah Nabi dan
1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Ponpes Al-Munawwir, Yogyakarta, 1984, him. 1211.
2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982,hlm.207.
3H. Ahmad Syadali, & H. Ahmad Rofi'i, Ulumul Qur'an II, Pustaka Setia, Bandung, 1997,him. 27.
4Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an/tafsir, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, him. 160.
11
Rasul, kisah Luqman, Raja Iskandar Dzulqamain, Ashabul Kahfi, kisah Kan an,
kisah Fir'aun, Abrahah dan sebagainya.
Kisah-kisah tersebut akan lebih mengena, membekas dan memberikan
pengaruh pada jiwa anak. Anak akan bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah
itu, apalagi kisah-kisah Al-Qur'an seluruhnya adalah kisah-kisah faktual,
nonfiksi, benar-benar teijadi, bukan rekaan dan khayalan.
Pada prinsipnya, kisah-kisah dalam Al-Qur'an memuat asas-asas
pendidikan, tidak hanya pendidikan sosiologis, tetapi aspek rasio juga.5 Pada
kisah-kisah tersebut dapat juga kita temukan sejumlah pelajaran untuk dijadikan
dasar dalam membina individu. Ayat yang menerangkan tujuan diuraikannya
kisah-kisah dalam Al-Qur'an bukanlah sekedar hiburan dan pelepas lelah
melainkan untuk diambil pelajaran adalah sebagai berikut:
Artinya : “Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai a ka l...”(Q. S. Yusuf: 111 )6
Ayat lain juga mengisyaratkan untuk mengambil manfaat dari kisah-kisah
Al-Qur'an dengan menggunakan pemikiran serta merenungi riwayat-riwayat itu,
serta mengikuti jejak para nabi dan rasul Allah swt.
5 Syaikh M. Al-Ghazali, Berdialog dengan Al-Qur'an, Mizan, Bandung, 1997, hlm.68.6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Thoha Putra,
Semarang, 1995, hlm.366.
13
' 0 f ' ss 0 % ̂s ' s s ' ° f ° "". p^l*J j 0 ^2 Jijl j& « a i 1 3 ----
Artinya : "... Ceritakanlah kisah-kisah itu semoga mereka berfikir”. (Q.S. Al-A'raf :176)7
Dalam memaparkan riwayat atau kisah, Al-Qur'an mempunyai berbagai
tujuan. Di antara tujuan kisah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengukuhkan wahyu dan risalah.
Al-Qur'an menerangkan bahwa kisah-kisah itu datang melalui wahyu.
Para Rasul menyampaikan agama yang mereka bawa melalui wahyu dari
Allah swt. Disampaikannya kisah-kisah dalam Al-Qur'an dengan teliti dan
uraian indah menjadi bukti yang kuat bahwa kisah-kisah itu adalah wahyu
yang diturunkan oleh Allah swt.
2. Untuk menerangkan bahwa agama itu sepenuhnya dari sisi Allah.
Sejak Nabi Nuh as sampai Nabi Muhammad saw, agama semuanya
berasal dari Allah swt. Orang-orang yang beriman merupakan umat yang satu
dan hanya Allah tuhan mereka semua.
3. Menerangkan dakwah para rasul.
Sarana yang digunakan oleh para nabi dalam berdakwah adalah sama.
Para nabi dan rasul memusatkan perhatian pada satu tujuan yaitu meyakini
kepercayaan terhadap Allah Yang Maha Tunggal yang menjadi sasaran
dakwah dari para rasul.
7 Ibid., him. 251.
S
4. Menunjukkan sikap umat terhadap nabinya.
Tanggapan setiap umat terhadap dakwah para nabi adalah hampir
sama, walaupun agama yang mereka sampaikan berasal dari sisi Allah swt,
dan bahwa agama itu berdiri di atas landasan yang sama. Mereka memperolok
dakwah para rasul, tidak hanya dengan kata-kata kasar tetapi juga
berkeinginan untuk membunuh para rasul.
5. Menunjukkan hubungan erat antara semua syariat dan agama.
Semua agama datang dari sumber yang satu yaitu Allah swt penguasa
alam semesta. Setiap nabi datang membawa ajaran yang sifatnya melanjutkan
atau menyempurnakan ajaran yang sebelumnya, menyeru orang untuk
beriman kepada ajaran yang disampaikan serta meyakini agama yang datang
dari Allah swt.
6. Menerangkan kemenangan bagi para nabi.
Pada akhirnya Allah swt menolong para nabi-Nya dan membinasakan
orang-orang yang mendustakan. Yang demikian adalah untuk menguatkan
jiwa para nabi, memberi harapan dan menghibur mereka, di mana Allah akan
membahagiakan mereka di dunia dengan membinasakan mereka yang
mendustakan para nabi dan rasul.
7. Menerangkan kekuasaan Allah swt dalam menampilkan hal-hal luar biasa
atau mukjizat.
Salah satu tujuan kisah dalam Al-Qur'an adalah untuk menerangkan
kekuasaan Allah terhadap peristiwa-peristiwa luar biasa, seperti kisah
penciptaan Adam dan kelahiran Isa anak Maryam. Adam lahir tanpa bapak
tanpa ibu, Isa lahir dari seorang ibu tanpa bapak. Semua itu sebagai bukti
kekuasaan Allah yang luar biasa.
8. Menerangkan akibat kebaikan dan akibat kejahatan.
Kisah dalam Al-Qur'an bertujuan untuk menerangkan akibat sesudah
kebaikan dan akibat sesudah kejahatan dan kerusakan. Semua kisah
diceritakan untuk menerangkan akibat kebaikan yaitu akan menghasilkan
pahala dan kebaikan, sedangkan akibat kejahatan akan mengakibatkan
keburukan dan azab yang pedih. Contoh dalam hal ini adalah kisah kedua
putra Adam (Qabil dan Habil), kisah pemilik dua buah kebun, kisah
“Ashhabul Ukhdud” (orang-orang yang dimasukkan ke dalam parit berapi).
B. KONSEP KENABIAN
1. Pengertian Nabi dan Rasul
Kata nabi berasal dari kata naba' yang berarti berita. Menurut bahasa,
nabi berarti orang yang menyampaikan berita. Sedangkan menurut istilah,
18
disebutkan dalam Al-Qur'an, setiap muslim wajib percaya dan beriman
bahwasannya ada nabi-nabi selain mereka yang 25 itu.
Berapa sebenarnya jumlah nabi, tidak ada orang yang tahu. Al-Qur'an
melalui ayat-ayatnya di berbagai tempat, hanya menyebutkan nama-nama
rasul Allah yang berjumlah 25 orang. Mereka itulah yang wajib dipercayai
oleh kaum muslimin.
Para nabi dan rasul yang suci ini, mempunyai derajat atau tingkatan
yang berbeda-beda. Ada 4 orang rasul yang diberi kitab suci, yaitu Nabi Musa
as, Nabi Daud as, Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw. Masing-masing
dengan kitabnya Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an.
Di antara ke-25 nabi yang wajib diimani setiap muslim terdapat lima
nama dengan status ulul 'azmi atau yang diunggulkan karena dianggap telah
menghadapi tantangan besar dalam perjuangan sebagai nabi, yaitu Nuh as,
Ibrahim as, Musa as, Isa as dan Muhammad saw.13
Ulul 'Azmi artinya adalah orang-orang yang mempunyai keteguhan hati.
Maksudnya telah mempunyai keteguhan hati dalam menyampaikan wahyu
Allah kepada umat mereka masing-masing, sekalipun mendapatkan
perlawanan dan berbagai reaksi hebat dari musuh-musuhnya.14
13 Ash-Shabuni, op.cit., him. 158.14 Humaidi Tatapangarsa, Kuliah Aqidah Lengkap, Bina Ilmu, Surabaya, 1990, him. 134.
diterima dari Allah kepada manusia, sekalipun untuk itu harus
menghadapi berbagai macam rintangan.
4) Fathonah, artinya cerdas.
Allah swt tidak mengutus seorang nabi melainkan dilengkapi dengan
kecerdasan luar biasa, di samping kesempurnaan akal dan kecerdasan
pribadi. Allah menganugerahkan atas mereka akal yang sehat dan
kedewasaan jiwa, kecerdikan dan ketanggapan supaya dapat mengajukan
argumentasi yang tepat kepada kaumnya. Daya pikir dan kekuatan akal
mereka tidak mungkin menjadi lemah atau lumpuh, karena yang demikian
itu merupakan karunia Allah yang dianugerahkan kepada orang yang
dikehendaki-Nya.
5) Ishmah, artinya terpelihara dari berbuat salah dan dosa.
Pengertian “ishmah” adalah perlindungan yang diberikan oleh Allah
swt kepada para nabi dan rasul sehingga tidak teijerumus melakukan
maksiat dan perbuatan dosa, munkar dan haram. Para nabi dan rasul
adalah pemimpin, maka bagaimana mungkin seorang pemimpin
memerintah bawahannya melakukan kebajikan dan melarang mereka
melakukan kejahatan padahal dia sendiri melakukan berbagai kekejian dan
perbuatan mungkar.
3. Fungsi Kenabian (Nubuwah)
Nubuwah adalah anugerah Ilahi dan pilihan khusus oleh Allah Yang
Maha Tinggi, Maha Kuasa bagi makhluk yang dikehendaki-Nya. Nubuwah
tidak dapat diperoleh dengan keija keras atau dengan usaha dan jerih payah,
atau dengan ketaatan dan banyak melakukan ibadah kepada Allah swt. Tidak
ada yang dapat memperoleh nubuwah kecuali orang-orang yang memang
layak untuk mengembannya, sebab nubuwah merupakan beban yang berat.
Nubuwah tidak juga diwariskan atau melalui cara merampas dan menguasai.
Para nabi dan rasul merupakan manusia pilihan dari hamba-hamba
Allah. Allah swt telah memuliakan para nabi dan rasul dengan nubuwah.
Allah swt memilih mereka untuk menjadi perantara antara Tuhan dengan
hamba-hamba-Nya, menyampaikan perintah Allah, memperingatkan agar
manusia terhindar dari murka dan siksa-Nya serta memberi petunjuk kepada
hal-hal yang akan membahagiakan manusia di dunia dan akhirat.
Nabi dutus Allah untuk mencegah kejahatan dan menyampaikan kabar
gembira kepada orang-orang yang shaleh.15 Manusia membutuhkan rasul
sebagaimana manusia membutuhkan agama atau wahyu, sebab agama atau
wahyu itulah yang dibawa oleh seorang rasul. Dibutuhkannya rasul oleh
manusia terutama disebabkan karena kelemahan akal manusia dalam
memecahkan problema-problema tertentu yang dihadapi dalam hidupnya.
15 Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur'an, Pustaka, Bandung, 1996, hlm.l 19.
Wahyu bukan sekedar kata-kata ghaib atau magis, melainkan berisi
hukum dan undang-undang yang mengatur semua tatanan hidup manusia,
mulai dari masalah yang paling kecil hingga yang paling besar. Agama datang
dari Tuhan sedangkan Tuhan tidak menampakkan diri-Nya secara langsung,
maka dibutuhkanlah seorang nabi.
Fungsi nabi adalah menyampaikan semua kemauan, perintah, aturan,
syariah, undang-undang dari Tuhan kepada umat manusia. Seorang nabi tidak
diberi wewenang untuk menciptakan ajaran sendiri. Seorang nabi mendapat
wahyu dari Tuhan serta mendapatkan penjagaan dan pemeliharaan agar tidak
melakukan kesalahan. Fungsi seorang nabi yang tidak boleh dilupakan yaitu
sosok diri seorang nabi dijadikan suri tauladan , contoh hidup yang nyata, dan
model untuk bisa ditiru oleh manusia.16
Wahyu atau agama tidak dapat diterima langsung oleh sembarang
manusia, sebab untuk itu diperlukan kualitas spiritual yang tidak dimiliki oleh
kebanyakan manusia. Maka diperlukanlah manusia istimewa yang berfungsi
sebagai perantara atau penghubung antara alam kemanusiaan dengan
kehendak-kehendak Tuhan. Selanjutnya lewat dia inilah wahyu atau agama
Allah itu disampaikan kepada umat manusia. Manusia istimewa yang
berfungsi sebagai penghubung atau perantara itulah yang disebut Rasul.
Fungsi kenabian ini menjadi suatu keharusan karena pada dasarnya
manusia adalah umat yang satu. Manusia semula berada dalam kebenaran dan
16 Karakteristik Agama Samawi, di http : eramuslim.com, 28 Juni 2007.
agama yang suci, namun kemudian mereka berselisih, merusak bumi ini,
mereka menyimpang dari jalan yang lurus, maka Allah swt mengutus kepada
mereka para nabi.
Allah swt telah menjadikan para nabi sebagai penyelamat bagi kaumnya
dari gelapnya kebodohan dan kesesatan. Allah swt menerangkan diutusnya
para rasul dalam firman-Nya sebagai berikut:
Artinya : “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana". (Q.S. An-Nisa' : 165)17
Para nabi telah mengeluarkan umat manusia dari kesesatan kepada
petunjuk yang benar atau hidayah. Misi para nabi adalah menyelamatkan
umat-umat dari cengkeraman syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu
yang lain) dan keberhalaan, mensucikan masyarakat dari kotornya kerusakan
moral dan disintegrasi, anarki dan kekacauan.
17 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., him. 151.
C. KATA NUH DALAM AL-QUR'AN18
Dalam Al-Qur'an, kata NUH terdapat dalam beberapa surat sebagai berikut:
1. Kata NUH (£ JA) dengan huruf ha (£ ) berharakat fathah —► (nuhan).
terdapat dalam surat dan ayat sebagai berikut:
NO SURAT AYAT
1. 3 (Ali Imran) 33
2. 6 (Al-An'am) 84
3. 7 (Al-A'raf) 59
4. 11 (Huud) 25
5. 21 (Al-Anbiya) 76
6. 23 (Al-Mukminuun) 23
7. 29 (Al-Ankabut) 14
8. 42 (Asy-Syuura) 13
9. 57 (Al-Hadid) 26
10. 71 (Nuh) 1
18 Ali Audah, Konkordansi Al-Qur'an, Litera Antar Nusa, Jakarta, 1991, hlm.481-482.
s
2. Kata NUH dengan huruf ha (£ ) berharakat kasrah —► ( nuhin)
terdapat dalam surat dan ayat berikut:
NO SURAT AYAT
1. 4 (An-Nisa') 163
2. 7 (Al-A'raf) 69
3. 9 (At-Taubah) 70
4. 10 (Yunus) 71
5. 11 (Huud) 36 & 89
6. 14 (Ibrahim) 9
7. !7 (Al-Isra) 3 & 17
8. 19 (Maryam) 58
9. 22 (Al-Hajj) 42
10. 25 (Al-Furqan) 37
11. 26 (Asy-Syu'ara) 105
12. 33 (Al-Ahzab) 7
13. 37 (Ash-Shaffaat) 79
14. 38 (Shaad) 12
15. 40 (Al-Mukmin) 5 & 31
16. 50 (Qaaf) 12
17. 51 (Adz-Dzariyaat) 46
%
28. 53 (An-Najm) 52
19. 54 (Al-Qamar) 9
20. 66 (At-Tahrim) 10
3. Kata NUH (^_^) dengan huruf ha (£ ) berharakat dhommah —> £ J-5
(nuhun) terdapat dalam surat dan ayat berikut:
NO SURAT AYAT
1. 11 (Huud) 32,42,45,
46 & 48
2. 26 (Asy-Syu'ara) 106 & 116
3. 37 (Ash-Shaffaat) 75
4. 71 (Nuh) 21 & 26
BAB III
KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA
Nabi Nuh as sebagai manusia pilihan Allah diutus kepada penduduk bumi untuk
memberi peringatan dan memberi ancaman kepada kaumnya dari siksa Allah swt. Ia
memperingatkan manusia untuk senantiasa menyembah Allah swt dan bukan
menyembah selain Dia. Allah swt juga memerintahkan kepada Nabi Nuh as untuk
mengancam kaumnya yang ingkar bahwa azab Allah akan datang yaitu banjir
bandang yang akan menenggelamkan seluruh manusia yang ingkar dan kafir.
Kehidupan Nabi Nuh as merupakan kehidupan yang penuh dengan
penderitaan. Dia adalah rasul yang paling panjang usianya dan paling gigih
perjuangannya. Dia hidup dalam masa yang sangat panjang dan hidup beratus-
ratus tahun. Hidup di tengah kaumnya sembilan ratus lima puluh tahun, memberi
peringatan dan nasihat kepada kaumnya, serta menyeru mereka ke jalan Allah
swt.
A. Masa Hidup Nabi Nuh as
Nabi Nuh as adalah generasi yang ke sepuluh dari Nabi Adam as.1 Nuh
adalah bin (anak) Lamak bin Metusylah bin Akhnukh, yaitu Idris. Silsilah (nasab)
• • • • . 9mi berkelanjutan sampai syith bin Adam as, bapak semua manusia. 1 2
1 Rafi'uddin, Kisah Keteladanan Para Rasul Allah, Intermasa, Semarang, 2001, him. 17.2 M. Ali ash-Shabuni, Kenabian & Riwayat Para Nabi, PT Lentera Basritama, Jakarta,
November 2001, him. 168.
27
28
Nabi Nuh as mempunyai empat orang putera, mereka adalah Sam, Ham,
Yafith dan Qan'an. 3 Qan'an adalah putera Nabi Nuh as yang tenggelam dalam
taufan karena dia tidak mau mengikuti seruan ayahnya. Dia adalah anak yang
inkar dan kafir sehingga dia tidak berhasil menyelamatkan diri dari banjir yang
menenggelamkan seluruh umat Nabi Nuh as yang kafir. Adapun ketiga puteranya
yang lain, mereka telah selamat.
Sam adalah bapak bangsa Arab (Smith). Ham adalah bapak orang-orang
Ethiopia. Yafith adalah bapak bangsa Romawi. Ada beberapa hadist yang
berhubungan dengan soal ini, di antaranya ash-Shabuni mengutip hadist riwayat
Imam Ahmad dari Nabi saw, sabdanya :”Sam bapak bangsa Arab, Ham bapak
bangsa Ethiopia dan Yafith bapak bangsa Romawi”.4
Nabi Nuh as menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa “fatrah”
yaitu masa kekosongan di antara dua rasul di mana manusia secara berangsur-
angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan
mereka. Ketika Nabi Nuh as datang ke tengah-tengah kaumnya, mereka sedang
melakukan penyembahan berhala. Mereka memberi nama berhala-berhala itu
Wad, Suwa', Yaghuts, Ya'uq danNasr.5
3 Ibid., him. 182.4 Ibid., him. 183.5Munawwaroh, Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul, Eska Media, Jakarta, September 2005, him.
24.
29
Mereka adalah nama orang-orang saleh dari kaum Nuh as dan setelah
mereka meninggal dunia, setan membisikkan kepada kaumnya agar mendirikan di
tempat tinggal mereka patung-patung mereka dan berikan pada patung-patung itu
nama-nama mereka. Orang-orang melakukannya dan mereka tidak menyembah
patung-patung itu, namun setelah orang-orang ini meninggal dunia dan
melupakan ilmu lalu disembahlah patung-patung itu.6
Sekian lamanya kaum Nuh as menyembah berhala. Mereka menjadikan
berhala-berhala tersebut sebagai sesembahan yang diharapkan darinya kebaikan
dan memohon perlindungan kepadanya dari segala kejahatan, menyerahkan
segala urusan dalam kehidupan ini kepadanya.
Oleh karena itu, Allah swt mengutus Nabi Nuh as untuk menyeru dan
memberi peringatan kepada mereka. Allah swt telah berfirman sebagai berikut:
* O f X%* . ? i 0„ O ✓ 1^0» o * °, f ° 'i ̂ Op-JI j l { j* j \ 4j» L S e "
0 £ i
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya: ‘Hendaklah engkau memberikan peringatan kepada kaummu, sebelum siksaan
yang pedih menimpamu’”.(Q. S. Nuh : 1)
Allah swt mengutus Nabi Nuh as, seorang yang jelas ucapannya, cerdas dan
lembut. Allah telah memberikan kekuatan kepadanya untuk berdebat dan
kemampuan mengemukakan argumentasi untuk mematahkan semua alasan yang
disampaikan oleh kaumnya. Nabi Nuh as menyeru kaumnya agar beribadah
6 Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i, Al-Mizan f i Tafsiril Qur'an, juz 20, Beirut, Libanon, 1991, him. 38.
30
kepada Allah saja, namun mereka berpaling. Ia juga memberikan peringatan
dengan siksa yang pedih, serta memberikan kabar gembira dengan ganjaran yang
besar, namun mereka tetap buta dan tidak mau mendengar, serta menyombongkan
diri.
Betapa berat penderitan Nuh as dalam perjuangan ini serta musibah besar
yang dialami nabi ini dalam masa yang panjang. Kehidupan yang merupakan
rentetan penderitaan, siksa dan bencana yang tidak dapat ditanggung kecuali oleh
nabi-nabi yang sangat sabar dan teguh hati. Oleh karena itu Nabi Nuh as termasuk
salah satu rasul Ulul' Azmi.
Nuh as, sebagai rasul Allah, di samping meluruskan kembali
penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia, ia pun
merupakan tonggak pemacu perkembangan sosial budaya umat manusia. Dia
telah mencoba mengadakan revolusi pemikiran terhadap kaumnya dari
menyembah berhala kepada menyembah Allah swt. Nuh as, dengan bimbingan
Allah, telah membuat perahu guna menyelamatkan umatnya dan budaya manusia
dari kehancuran (bencana alam/banjir besar).
B. Dakwah Nabi Nuh as Kepada Kaumnya.
Nabi Nuh as hidup di tengah-tengah kaumnya beberapa abad, namun yang
dijumpai dari kaumnya hanyalah telinga-telinga yang tersumbat, hati-hati yang
terkunci serta akal pikiran yang telah membatu. Nasihat dan peringatan tidak
ada manfaatnya bagi mereka. Ancaman akan adanya pembalasan tidak mampu
31
menjauhkan mereka dari perbuatan jahat. Setiap kali diperingatkan akan azab
Allah, mereka bertambah jauh menempuh jalan kesesatan, tidak memperdulikan
seruan Nabi Nuh as.
1. Isi Dakwah Nabi Nuh as.
Nabi Nuh as berdakwah memberi peringatan kepada kaumnya supaya
meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah Allah, Tuhan
Penguasa Alam Semesta. Hal tersebut tertuang dalam Surat Nuh ayat 2 dan 3
berikut in i:
' l 0 >0 . 'i- f O ' ' i * . . -*-*«, . r ■* ° . S D » C . ' ' i . c,U y u b \ j oj AjIj J ' >j3b J l i
Artinya : ”JViiA mengatakan: Wahai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang terang kepadamu. Sembahlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya, serta turutilah perintahku”. (Q.S. Nuh : 2-3)
Nabi Nuh as memberi peringatan kepada kaumnya untuk menyelamatkan
mereka dari kesesatan, menjauhkan mereka dari penyembahan berhala dan
mengajak mereka untuk menyembah Allah swt supaya mereka terhindar dari
azab Allah yang akan menimpa mereka.
Dalam An-Nuur dijelaskan tentang ajakan Nuh as kepada kaumnya untuk
menyembah Allah swt. Perintah menyembah Allah mencakup perintah
mengeijakan semua yang wajib dan yang sunnat, baik dengan perbuatan hati
maupun dengan perbuatan anggota tubuh7 Nabi Nuh as memerintah kaumnya
7 Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nuur, Jilid 5, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2003, him. 4359.
32
supaya bertakwa kepada Allah dan takut kepada azab-Nya, dengan jalan
menjauhkan semua yang diharamkan oleh Allah dan segala dosa, menaati
perintah dan menjauhi larangan-N y a serta menerima nasihat yang disampaikan
oleh Nabi Nuh as.
Quraish Shihab mengutip pendapat Thabathaba'i bahwa ayat ketiga di atas
mengandung tiga prinsip pokok akidah keagamaan. Perintah menyembah Allah
berarti perintah mengesakan-Nya, perintah bertaqwa berarti perintah
mempercayai hari kemudian di mana akan ada perhitungan atas amal-amal
manusia, maka ketaqwaaan yang diajarkan agama akan muncul, yakni rasa takut
yang mendorong seseorang beramal saleh dan menghindari amal-amal buruk.
Sedang perintah untuk taat kepada beliau adalah keyakinan akan kenabian.8
Nabi Nuh as mengalihkan perhatian kaumnya agar melihat alam semesta
yang diciptakan oleh Allah berupa langit dan matahari, bulan dan bintang-
bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atasnya
memberi kenikmatan hidup bagi manusia, pergantian malam menjadi siang dan
siang menjadi malam. Kesemuanya itu menjadi bukti dan tanda nyata akan
adanya keesaan Allah yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang
mereka buat dengan tangan mereka sendiri.9 Nabi Nuh juga memberitakan
kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan diterima oleh manusia atas
segala amalannya di dunia yaitu surga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi
8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, vol 14, Lentera Hati, Jakarta, 2002, him. 459.
9 Munawaroh, op.cit., him. 25.
33
segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan
kemaksiatan. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Surat Nuh ayat 15
sampai 18 berikut:
Artinya:(15) Tidakkah kamu memperhatikan, bagaimana Allah menciptakan tujuh langit
yang berlapis-lapis.(16) Dan Dia menciptakan bulan bercahaya terang, dan Dia menciptakan
cahaya matahari berbagai pelita.(17) Dan Dia menjadikan kamu dari bumi.(18) Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam bumi dan mengeluarkan
kamu seperti keadaan semula.
Allah telah menjadikan Adam dari tanah. Dengan lain perkataan, Allah
telah menjadikan seluruh manusia dari tanah. Mereka dijadikan dari nuthfah
yang merupakan olahan makanan yang berupa tumbuh-tumbuhan yang
dihasilkan oleh bumi. Kemudian Allah mengembalikan manusia ke dalam
tanah, tempat asalnya. Pada suatu ketika kelak manusia akan dikeluarkan
kembali dalam keadaan hidup.10
10 Hasbi ash Shiddieqy, op.cit., him. 4364.
35
Nabi mulia itu mengadu kepada Allah. Dia berkata Tuhanku,
sesungguhnya aku telah menyeru kaumku untuk beriman kepada-Mu dengan
berbagai ragam cara, dengan hikmah, nasihat serta diskusi yang terbaik dan itu
kulakukan malam dan siang yakni secara terus menerus tanpa henti maka
seruanku itu tidaklah menambah sesuatu dari keadaan mereka kecuali lari dari
kebenaran dan menghindar dari agama-Mu.12
Nabi Nuh as melanjutkan pengaduannya kepada Allah seperti dalam ayat
berikut:
l* i' ° ( O t O S O «X O %'* * ^ t , ^ O f * O S S 2 6*
•'j W ?->
Artinya . ’’Sesungguhnya aku telah menyeru mereka dengan terang- terangan. Aku juga telah berbicara dengan mereka di muka umum dan aku telah pula berbicara dengan mereka secara sembunyi ”.(Q.S. Nuh : 8-9)
Bermacam-macam cara dakwah telah Nuh as lakukan, namun mereka
tetap saja menolaknya. Terkadang dia menghadapi mereka dengan rahasia,
terkadang dengan terang-terangan. Tetapi tidak ada yang memberi faedah.13
Thabathaba'i menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan cara “terang-
terangan” ( 'jLpr) adalah ajakan dengan suara keras.14 Quraish Shihab
menjelaskan ayat di atas sebagai berikut : Sungguh Nuh as telah mengajak
mereka secara khusus buat mereka dengan cara terang-terangan yakni dengan
12 M. Quraish Shihab, op.cit., him. 461.13 Hasbi ash-shiddieqy, op.cit., him. 4361.14 Sayyid Muhammad Husain ath-Thabathaba'i, op.cit., him. 33.
36
suara yang keras dan di hadapan umum, kemudian pada kesempatan lain
sungguh dia telah menyeru kepada mereka dengan menggabung dua cara yakni
dengan terang-terangan dan juga merahasiakan ajakannya, yakni mengajak
orang-perorang secara diam-diam.15
Walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaga dalam berdakwah
kepada kaumnya, namun hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat
menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya. Mereka yang beriman terdiri
dari orang-orang fakir miskin, berkedudukan sosial rendah. Perjuangan yang
penuh kesabaran terhadap perlawanan kaumnya merupakan hal yang luar biasa
dan sangat berat. Siksaan dan gangguan dari kaumnya tidak membuat Nabi Nuh
melemah atau merasa jemu memberi nasihat dan menyampaikan peringatan,
dengan tujuan semata-mata mengharap ridha Allah swt.
3. Berbagai Tuduhan Dilontarkan Terhadap Nabi Nuh as.
Kaum musyrikin (yang menyekutukan Allah) menggunakan berbagai
macam olok-olok untuk mengalihkan Nuh as dari dakwahnya, namun kesabaran
dan ketabahan Nabi Nuh tidak terguncang. Perdebatan panjang pun dilakukan
oleh Nabi Nuh as dengan kaumnya. Mereka menuduhnya dengan berbagai
macam tuduhan, menyebarluaskan berbagai macam fitnah. Berbagai macam
tuduhan yang dilancarkan terhadap Nabi Nuh as antara lain sebagai berikut:
15 M. Quraish Shihab, op.cit., him. 462.
37
1. Nabi Nuh as dituduh sebagai orang yang kurang waras (pikirannya) dan
sesat. Firman Allah swt:
“Pemuka-pemuka kaumnya berkata Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata ’. Nuh menjawab : ’Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam ’”.(Q.S. al-A'raf :60-61)
2. Nabi Nuh as dituduh gila. Allah swt berfirman :
“Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh, maka mereka
mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan : ’Dia seorang gila dan
dia sudah pernah diberi ancaman. ”’(Q.S. al-Qamar : 9)
3. Nabi Nuh as dituduh banyak berdebat dan berdusta atas nama Allah, seperti
dalam ayat in i:
“Mereka berkata: ‘Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami dan kamu telah memperbanyak bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar. ’” (Q.S. Huud : 32)
4. Nabi Nuh as pernah diancam akan dirajam (dilempari) dengan batu hingga
tewas:
“Mereka berkata : ’Sesungguhnya jika kamu tidak mau berhenti hai Nuh,
niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang
dirajam. ”’(Q.S. asy-Syu'ara' :116)
5. Kaum Nabi Nuh as menyambut dakwah Nabi Nuh as dengan olok-olok dan
ejekan yang melecehkan :
38
“Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh : ’Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami pun mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami. (Q.S. Huud : 38)
Pada suatu hari Nabi Nuh as mendatangi kaumnya untuk menyampaikan
risalah yang diembannya, tetapi kaumnya senantiasa merendahkannya seraya
berkata : “ Wahai Nuh, bukankah telah beratus-ratus kali kami mengatakan
bahwa kami tetap menganggap dirimu sebagai manusia biasa seperti kami. Buat
apa kami harus mengikuti kata-kata bualanmu itu? Seandainya ada seorang
malaikat diutus kepada kami, mungkin kami dapat mengikutinya serta
membenarkan apa yang dikatakan olehnya. Dan perlu engkau ketahui bahwa
orang-orang yang mengikutimu adalah orang-orang yang bodoh dan rendah,
sedangkan kami ini adalah orang-orang mulia, mempunyai pekerjaan serta
kedudukan yang tinggi. Maka ketahuilah bahwa kami semua tidak perlu lagi
bertukar pikiran ataupun meminta pertolongan orang lain, cukup dengan
kepintaran serta kepandaian kami saja, sedangkan engkau sendiri juga tidak
mempunyai kelebihan daripada kami, baik mengenai harta benda, akal pikiran
maupun mengenai wawasan dalam kehidupan ini. Maka berhentilah dari omong
kosong atau bualanmu itu”.
Cercaan dan hinaan mereka itu kemudian dijawab oleh Nabi Nuh as
:”Baiklah, aku memang tidak lebih pandai dari kalian semua, namun kalau
kalian merasa lebih pandai, dapatkah kalian memutar jalannya matahari dengan
kepintaran kalian itu atau meraih bintang-bintang di langit dengan tangan
39
kalian? Juga bisakah kalian mendapatkan cahaya terang kalau tidak lantaran
matahari yang telah diciptakan oleh Allah Ta'ala, dan bisakah kalian hidup
tanpa udara yang dijadikan oleh Allah Ta'ala?”
Kaum Nabi Nuh as diam sejenak, kemudian mereka kembali berkata
dengan sanggahan baru yang memang sengaja dibuat-buat: “Wahai Nuh, kalau
engkau ini benar-benar merupakan manusia yang mencintai sesama, cintailah
orang-orang yang mengikutimu itu saja, dan biarkanlah kami karena kami tidak
dapat mengikuti langkah mereka. Kami tidak dapat mengikuti agama yang
mereka anut, yaitu agama yang telah engkau ajarkan kepada mereka, sehingga
dengan demikian akan nampak perbedaan yang jelas antara raja dan rakyat
jelata, orang-orang mulia dan orang yang hina dina, antara orang-orang kaya
dan orang-orang miskin yang tidak mempunyai apa-apa”.
Nabi Nuh berkata Wahai kaumku, perlu kalian ketahui, bahwa agama
Allah itu tidak membedakan antara si pintar dan si bodoh, antara raja atau
budak, antara yang sedang kuasa dengan yang dikuasai, antara si kaya dan si
miskin. Hal-hal seperti itu tidak berlaku di hadapan Allah, hanya takwalah yang
membedakan antara manusia satu dengan manusia lainnya” .
Kaum Nabi Nuh menjawab :”Wahai Nuh, sesungguhnya kami ini sudah
sering kali berdebat sehingga kami sudah merasa muak dan bosan. Oleh karena
itu datangkanlah siksaan dari Tuhanmu sebagaimana yang sering kali engkau
katakana kepada kami kalau engkau memang orang yang benar. Tapi kami
merasa bahwa engkau tidak akan mampu mendatangkan siksaan tersebut”.
40
Itulah jawaban kaum Nabi Nuh disebabkan mereka benar-benar sudah
merasa tersudutkan dan merasa sempit dada mereka. Mendengar tantangan dari
kaumnya yang seperti itu, dengan sabar Nabi Nuh menjawab :”Sungguh kalian
adalah orang-orang yang sangat bodoh, bukannya rahmat Allah yang kalian
minta, tetapi siksaan Allah. Hendaklah kalian ketahui bahwa Allah itu Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Apabila Allah menghendaki siksaan atas dirimu,
maka akan disegerakanlah siksaan itu, di mana kamu kelak akan menyesalinya”.
Kaum Nabi Nuh berkata :” Ah sudahlah, hentikan saja bualanmu dan
segerakanlah siksaan itu kepada kami niscaya kami tidak akan takut apalagi
sampai menyesal. Pokoknya engkau tidak usah lagi mengajak-ajak kami,
mengerti?”.
Demikianlah, mereka menggunakan berbagai cara yang aniaya, menuduh
dan menteror supaya dapat melemahkan hati dan mematahkan semangat Nabi
Nuh as. Tuduhan-tuduhan palsu dan dusta ini merupakan senjata orang-orang
durjana setiap masa dalam menghadapi seorang nabi mulia atau seorang dai
yang akan mengusahakan perbaikan.
C. Nabi Nuh as Membuat Kapal.
Nabi Nuh as berada di tengah-tengah kaumnya dalam kurun waktu yang
sangat panjang, menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan
penyembahan berhala dan mengajak menyembah kepada Allah Yang Maha
41
Kuasa. Akan tetapi, dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh as tidak berhasil
menyadarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya.
Bahkan kaum Nabi Nuh as tidak akan ada lagi yang beriman kecuali orang-orang
yang telah dahulu beriman.
Setelah perdebatan yang sengit dengan kaumnya berlalu, akhirnya Nabi Nuh
as lebih mendekatkan diri kepada Allah swt dan berdo a kepada-Nya,
sebagaimana terdapat dalam surat Nuh ayat 25 dan 26 berikut in i:
.Cur vi v} \°jL4 oi
Artinya:(25) Nuh berdo'a Wahai Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan orang-
orang kafir berkelana di muka bumi ”.(26) Sesungguhnya jika mereka Engkau biarkan tinggal, niscaya mereka akan
menyesatkan hamba-hanba-Mu. Mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak mau berterimakasih.
Nabi Nuh as memohon kepada Allah agar seluruh orang kafir dimusnahkan
dan mereka jangan dibiarkan hidup. Sebab, jika di antara mereka ada yang
dibiarkan hidup, tentulah yang masih hidup itu nantinya akan berusaha
menyesatkan hamba-hamba Allah yang beriman. Selain itu, mereka yang
dibiarkan hidup akan melahirkan anak-anak yang kafir.16 Selain memohon kepada
Allah swt agar membinasakan kaumnya, Nabi Nuh as juga memohon agar Allah
16 Hasbi ash-Shiddieqy, op.cit., hlm.4366.
42
swt mengampuni kesalahannya, kedua orang tuanya dan orang-orang yang
bersamanya.
Do'a Nabi Nuh as tertulis dalam Surat Nuh ayat 28 sebagai berikut:
Artinya : “ Wahai Tuhanku, ampunilan aku dan ibu bapakku, dan orang- orang yang masuk ke rumahku dengan beriman serta orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, dan janganlah engkau berikan tambahan kepada orang yang zhalim, melainkan kebinasaan. ” (Q.S. Nuh : 28)
Thabathaba'i memberi penjelasan tentang ayat di atas, bahwa yang
dimaksud dengan “orang-orang yang masuk ke rumahnya dengan beriman”
adalah semua orang dari kaumnya yang beriman kepadanya, dan orang-orang
mukmin laki-laki dan mukmin perempuan pada umumnya sampai Hari
Qiyamat.17
Permohonan Nuh as akhirnya dikabulkan oleh Allah swt dan Allah akan
menghancurkan mereka dengan taufan. Kemudian Allah memerintah Nuh as
untuk membuat sebuah kapal. Nabi Nuh as mengumpulkan para pengikutnya dan
mereka mulai mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk membuat kapal. Nabi
Nuh as membuat kapal tersebut atas perintah dan petunjuk wahyu dari Allah swt.
17 Sayyid Muhammad Husain ath-Thabathaba'i, op.cit., him 40.
43
Dalam menyelesaikan pembuatan kapal, Nabi Nuh as tidak luput dari ejekan
kaumnya yang kebetulan lewat atau sengaja melalui tempat pembuatan kapal
tersebut. Hampir setiap orang yang lewat di tempat itu, mereka mengejek Nabi
Nuh as dengan berbagai macam ejekan, seperti kata mereka :”Hai Nuh, kemarin
kamu mengaku nabi, tiba-tiba kini kamu telah menjadi tukang kayu”. Mereka
berkumpul menonton dan sekali-kali tertawa lantang pada saat Nuh as
bersungguh-sungguh dan bekeija keras.18
Ada pula yang mengejek Nabi Nuh beserta kaumnya yang setia
sebagaimana katanya :”Wahai Nuh, apa manfaatnya kapal yang saat ini tengah
engkau buat itu sedangkan di sekitar sini kami tidak menjumpai lautan atau
sungai? Apakah untuk menjalankan kapal itu akan engkau tarik dengan belasan
ekor lembu? Atau barangkali engkau terbangkan ke udara seperti layaknya seekor
burung raksasa?”.19
Para pemuka masyarakat di sekitat Nabi Nuh as menuduh Nabi Nuh as
berusaha meraih keunggulan atas kaumnya, yaitu mencari keuntungan pribadi
seperti status, kekuasaan dan kekayaan. Mereka mengatakan bahwa Nabi Nuh as
sebagai orang kesurupan.
Ejekan kaum yang zhalim tidak hanya sampai di situ saja, bahkan pada
suatu malam ketika Nabi Nuh as dan para pengikutnya tertidur disebabkan terlalu
lelah bekeija di siang hari, kaum yang zhalim tersebut membuang kotoran (tinja)
18 M. Ali ash-Shabuni, op.cit., him. 180.19 Rafi'udin, op.cit., hlm.22.
44
dan air kencingnya di atas kapal yang belum selesai tersebut. Tentu saja pada pagi
harinya di sana sini terdapat kotoran dan air kencing manusia-manusia duijana
tersebut, sehingga Nabi Nuh menganggap mereka sudah melampaui batas. Di
bawah ejekan dan gangguan kaumnya yang kafir serta zhalim tersebut Nabi Nuh
beserta para pengikutnya meneruskan pekerjaan tersebut.
Tidak berapa lama kemudian pekerjaan pembuatan kapal itu pun telah
selesai dengan baik. Allah swt memerintah Nuh as supaya menaikkan keluarga
dan orang-orang yang beriman serta berbagai jenis hewan yang berpasang-
pasangan untuk melestarikan keturunannya. Setelah itu akan terjadi taufan yang
akan menenggelamkam orang-orang yang menolak kebenaran dan melakukan
kesalahan.
Pada saat azab Allah datang, air yang sangat deras menyembur dari dalam
tanah dibarengi dengan hujan yang sangat lebat, sehingga menyebabkan banjir
dahsyat. Dengan iringan “Bismillahi majreha w a mursaha”, kapal Nabi Nuh as
mulai berlayar menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah
lembut dan kadang kala ribut.
Sewaktu Nabi Nuh as tengah berdiri di haluan kapal, tiba-tiba
pandangannya tertuju pada salah satu orang yang timbul tenggelam di tengah
dahsyatnya air yang bergolak tersebut yang tiada lain adalah seorang anaknya
yang bernama Kan'aan, seorang anak yang kafir, ingkar, tidak mau mentaati
perintah ayahnya. Melihat keadaan seperti itu, Nabi Nuh as berusaha
menyadarkan dan menghimbau anaknya seraya berkata Wahai Kan an anakku,
45
marilah bersama-sama dengan kami dan janganlah engkau bersama-sama orang
yang kafir itu.20 21
Meskipun ia putera nabi, tetapi tetap mengalami nasib yang menyedihkan
karena tergolong orang-orang yang kafir. Pada saat itu timbullah rasa cinta kasih
seorang ayah terhadap petera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas
menghadapi maut ditelan gelombang. Kan an yang tersesat dan telah terkena
rayuan setan serta hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak
dengan keras ajakan ayahnya. Akhirnya seluruh manusia ditenggelamkan,
termasuk Kan an, putera Nabi Nuh as yang semula berfikir bahwa dia bisa
selamat dengan berlindung ke gunung terdekat. Namun ternyata dia tidak berhasil
menyelamatkan diri dari azab Allah tersebut.
Banjir bandang yang dahsyat serta gelombangnya yang bergulung-gulung
tersebut telah memporak porandakan serta menelan seluruh kaum Nabi Nuh as
yang kafir serta zhalim. Semua pintu langit seakan tertutup kembali, curahan air
hujan telah berhenti, sedangkan bumi telah pula menghisap air yang ada di
permukaannya. Adapun Nabi Nuh as berlabuh di atas sebuah bukit kecil bernama
“Judiy” yang hingga kini bekas-bekasnya tengah dicari oleh orang-orang ahli
sejarah. Untuk selanjutnya Nabi Nuh as beserta para pengikutnya kembali ke
kampung halaman untuk menghirup udara dan suasana baru yang penuh dengan
91pertolongan serta berkah dari Allah Ta'ala.
20 Ibid., hlm.24.21 Ibid., hlm.26.
46
Ketika berlabuh di bukit Judi, Allah memerintah Nuh dan orang-orang yang
menaiki kapal bersamanya untuk turun dengan aman selamat dan keberkahan dari
Yang Maha Perkasa Maha Pengasih. Mereka mendarat dari kapal pada hari
'Asyura (sepuluh Muharram) setelah berada di atas kapal selama seratus lima
puluh hari. Maka pada hari itu Nabi Nuh as melakukan puasa untuk menyatakan
rasa syukur kepada Allah serta memerintahkan kepada pengikutnya untuk
berpuasa pula.
Ash-Shabuni mengutip pendapat Ibnu Katsir dalam kitabnya “al-Bidayah
Wa an-Nihayah”, sebagai berikut: “Orang-orang yang bersama Nabi (Nuh) as di
kapal adalah delapan puluh orang bersama keluarganya. Mereka tinggal di kapal
selama seratus lima puluh hari dan bahwasannya Allah mengarahkan kapal itu ke
arah Mekah. Kapal itu kemudian mengelilingi Ka'bah 40 hari, lalu diarahkan ke
bukit Judi dan berlabuh di atasnya.”
Nuh wafat setelah tinggal di tengah kaumnya 950 tahun sebelum taufan,
sedangkan sesudahnya hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui. Menurut Ibnu
' Abbas masa hidup Nuh adalah 1780 tahun dan itu merupakan masa hidup
manusia terpanjang. Setelah wafat Nabi Nuh dimakamkan di dekat Masjid Haram
Mekah.22 23 24
22 M. Ali ash-Shabuni, op.cit., him. 183.23 Ibid., him 184.24 M. Ali ash-Shabuni, loc.cit.,
48
BAB IV
PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH AS
A. Peran Nabi Nuh as Sebagai Pendidik
Banyak ayat Al-Qur'an yang mengisyaratkan tentang pendidikan. Surat Al-
Alaq ayat 1-5, wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah saw,
adalah salah satu ayat yang mengisyaratkan pendidikan. Pendidikan dalam ayat
ini dijelaskan dengan menggunakan perintah membaca dengan menyebut nama
Allah semata-mata, dan perintah untuk mempelajari kejadian manusia dan
kejadian alam semesta.
Pendidikan dalam artinya yang luas bermakna merubah dan memindahkan
nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam masyarakat.1 Pendidikan dalam
pengertian tersebut dapat terlihat dalam kisah Nabi Nuh as dengan kaumnya.
Nabi Nuh as adalah rasul yang pertama diutus oleh Allah swt ke bumi untuk
menyampaikan peringatan Allah swt. Dia diutus oleh Allah swt dalam masa
' fatrah " yaitu masa kekosongan di antara dua rasul. Manusia secara berangsur-
angsur meninggalkan ajaran agama yang telah dibawa oleh nabi yang
meninggalkan mereka. Dengan demikian, mereka telah menjauh dari Tuhan,
meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan menyembah berhala.
1 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam , Pustaka Al-Husna. Jakarta cet. ke-3. J 985, him. 3.
48
Kaum Nabi Nuh as tidak luput dari proses tersebut. Ketika Nabi Nuh as
datang ke tengah-tengah mereka, mereka sedang melakukan penyembahan
berhala. Penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum Nuh as merupakan
kebudayaan yang sudah mendarah daging dan bertentangan dengan ajaran yang
dibawa oleh Nabi Nuh as.
Nabi Nuh as telah nencobakan revolusi pemikiran. Dia berusaha merubah
kebudayaan kaumnya yang melakukan penyembahan berhala tersebut untuk
senantiasa menyembah Allah swt. Nabi Nuh as bukan penguasa, bukan raja dan
bukan pula orang yang paling kaya, melainkan dia hanyalah individu dalam
masyarakatnya.
Nabi Nuh as telah menunjukkan keteladanan kepada peserta didiknya. Dia
telah mempraktekkan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari pada keluarganya.
Di dalam dirinya terhimpun sifat-sifat baik yang sepatutnya dimiliki oleh manusia
sebagai pendidik. Sifat-sifat baik yang dimiliki oleh Nabi Nuh as sebagai
pendidik adalah sabar, bijaksana, ikhlas, dan tawakkal. Sifat-sifat baik tersebut
harus dimiliki oleh pendidik demi tercapainya tujuan yang diharapkan dalam
pendidikan.
Misi kenabian Nuh as sebagai pendidik adalah untuk menyampaikan risalah
Tuhan, bukan berusaha meraih keunggulan atas kaumnya dan bukan mencari
keuntungan pribadi seperti status, kekuasaan dan kekayaan. Dia hanya
melaksanakan perintah Allah swt dan hanya mengharap ridho dari-Nya.
49
Misi pendidikan seperti ini pernah diungkap oleh Muhaimin. Dia mengutip
pendapat Al-Ghazali yang menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam
yaitu:
1. Mendekatkan diri kepada Allah swt.
2. Mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.2
Tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt bukan
untuk mencari kedudukan, kemegahan dan kegagahan atau mendapatkan
kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan
bukan pada mendekatkan diri kepada Allah swt, akan dapat menimbulkan
kedengkian, kebencian dan permusuhan.3
Nabi Nuh as telah mempraktekkan misi pendidikan tersebut kepada
kaumnya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dia tidak bermaksud agar
diberi penghormatan dari kaumnya, tidak juga menginginkan cium tangan dari
kaumnya. Pendidikan yang dia berikan hanyalah untuk mengajak kaumnya
mendekatkan diri kepada Allah swt dan bukan karena tujuan yang lain. Hal itu
yang menjadikan Nabi Nuh as tidak merasa bosan dan tetap bertahan mendidik
kaumnya selama berabad-abad.
Dari situ dapat dijadikan pelajaran bagi para pendidik maupun bagi para da'i
bahwa perjuangan yang bertujuan hanya semata-mata karena Allah swt tidak akan
2 Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Trigenda Karya, Bandung, Juni, 1993, him. 160.
3 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, cet. ke-1, 1997, him.162.
50
membuat jenuh dalam menjalankan tugasnya. Sebaliknya jika perjuangan mereka
hanya bermaksud untuk mencari status atau juga mencari kemuliaan, maka
peijuangan mereka tidak akan bertahan lama.
Usaha Nabi Nuh as dalam mewujudkan misi pendidikannya dimulai dengan
mengajarkan kaumnya tentang pengenalan terhadap Tuhan sebagai Sang
Pencipta. Mengajarkan tauhid adalah sebagai materi pertama yang Nabi Nuh as
ajarkan kepada kaumnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abdul Aziz yang
mengatakan bahwa akidah tauhid merupakan ajaran pokok yang dibawa oleh para
nabi.4 5
Untuk mempermudah kaumnya dalam memahami ajarannya, Nuh as
menerapkan metode visualisasi. Dia mengajak kaumnya untuk memperhatikan
penciptaan manusia dan fenomena-fenomena alam yang merupakan manifestasi
kebesaran Allah swt. Dia berkata kepada kaumnya sebagaimana yang tercantum
dalam terjemah Surat Nuh ayat 13-16 berikut in i:
“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah ? Padahal sesungguhnya Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat ? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita r
Penciptaan manusia melalui fase-fase menunjukkan betapa luas kekuasaan
ilmu Allah swt. Dari setetes sperma yang bertemu dengan ovum, lahir anak yang
4 H. Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid 3, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2003,, him. 10.
5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 1995, him. 979.
51
sebelum kelahirannya melalui aneka fase dalam perut. Setelah kelahiran pun
manusia mengalami aneka pergantian fase, dari kanak-kanak, remaja, dewasa, tua
dan pikun. Kesemuanya adalah fase-fase yang dapat dialami manusia sekaligus
menunjukkan kuasa, ilmu dan rububiyah Allah dalam penciptaan manusia.
Penciptaan alam raya seperti langit, matahari, bulan, bintang, bumi, dan
sebagainya juga menunjukkan sistem yang mengagumkan sebagai tanda
kebesaran Allah swt. Nabi Nuh as mengajak kaumnya untuk memperhatikan
fenomena-fenomena tersebut agar mereka dapat merenungkan ciptaan dan
sistemnya, sehingga mereka memahami bahwa sesungguhnya ada Sang Pencipta
di dunia ini. Dengan mengenal Allah, diharapkan mereka dapat mendekatkan diri
kepada Allah swt.
Berdasarkan masalah tersebut, maka jelas bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Allah swt telah
menciptakan manusia, memberi rizki dan menganugerahi akal kepada mereka.
Maka Nuh as mengajak kaumnya agar menggunakan akal mereka dan
memperhatikan fenomena-fenomena alam yang teijadi di dunia ini.
Tujuan Pendidikan Islam yang kedua adalah agar mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Allah swt menyelamatkan Nuh as dan orang-orang
yang beriman dari banjir yang melanda kaum Nuh as adalah sebagai bukti bahwa
Allah swt telah melaksanakan janji-Nya kepada Nabi Nuh as untuk
membinasakan orang-orang yang kafir dan menyelamatkan orang-orang yang
beriman. Janji Allah adalah pasti, bahwa orang-orang yang mengikuti kebenaran
52
akan mendapatkan kebahagiaan sedangkan mereka yang tidak beriman mendapat
siksa dari Allah swt, sehingga mereka tidak mendapatkan kebahagiaan.
Nabi Nuh as diperintah oleh Allah swt untuk membuat bahtera guna
menyelamatkan dirinya dan kaumnya yang beriman dari adzab Allah swt. Bahtera
tersebut adalah bahtera keselamatan yang berisi petunjuk sebagai wasilah Allah
swt untuk menolong nabinya dan para pengikutnya. Barang siapa yang mau
mengikuti petunjuk Allah swt dan masuk dalam bahtera, maka mereka akan
diselamatkan. Sedangkan orang-orang yang menentang dan tidak mau naik ke
bahtera, maka mereka akan celaka dan tenggelam dalam gelombang kesesatan.
Di situ jelas bahwa bahtera tersebut sebagai petunjuk keselamatan dari
adzab Allah swt. Bahkan bahtera tersebut dianalogikan dengan keluarga Nabi
Muhammad saw, sebagaimana dalam hadist berikut in i:
l«Ifj £°J &L* jL Jif 1
. . . ' S j f
Artinya Sesungguhnya perumpamaan Ahlul baitku di tengah-tengah
kalian bagaikan bahtera Nuh, barang siapa menaikinya ia selamat dan barang
siapa meninggalkannya ia pasti tenggelam ... Ath-Thabrani)
53
Selain analogi yang didapat dari kisah itu, Nabi Nuh as juga menunjukkan
dirinya sebagai manusia yang pertama kali membuat bahtera. Bahtera Nuh
merupakan alat transportasi laut yang pertama kali Allah swt kenalkan kepada
manusia. Secara jelas dia mengajarkan kepada kaumnya tentang cara membuat
bahtera. Di situ terdapat isyarat tentang pengembangan teknologi khususnya di
bidang industri perkapalan.
B. Kegagalan Nabi Nuh as Dalam Mendidik Kaum dan Puteranya
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan, di
antaranya adalah faktor lingkungan keluarga atau orang tua dan faktor lingkungan
tempat tinggalnya. Apabila salah satu dari faktor-faktor tersebut ada yang tidak
terpenuhi, maka pendidikan tidak akan berhasil.
Muhaimin mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Syari'ati bahwa ada
lima faktor yang membangun personalitas anak didik, yaitu :
1. Faktor ibu yang memberi struktur dan dimensi kerohanian yang penuh dengan
kasih sayang dan kelembutan.
2. Faktor bapak yang memberikan dimensi kekuatan dan harga diri.
3. Faktor sekolah yang membantu terbentuknya sifat lahiriyah.
4. Faktor masyarakat dan lingkungan.
54
5. Faktor kebudayaan umum masyarakat yang memberi corak kehidupan
manusia.6
Manusia, termasuk kaum Nabi Nuh as, selalu menginginkan sesuatu yang
nyata dan benar. Sementara Tuhan yang diperkenalkan oleh Nabi Nuh as kepada
kaumnya bersifat ghaib sehingga tidak dapat dilihat oleh mata mereka. Sehingga
mereka menolak dan tidak mau mengakui kebenaran yang dibawa oleh Nabi Nuh
as. Mereka lebih percaya kepada berhala-berhala yang nampak di hadapan
mereka.
Manusia kadang-kadang tidak dapat merasakan manisnya kebenaran
disebabkan nafsu (keinginan) yang meluap-luap. Meskipun dia mengetahui hal
yang benar, tetapi dia tidak mau mengikutinya. Dia selalu menentangnya karena
dalam dirinya terdapat nafsu yang senantiasa membawa manusia kepada
kejahatan. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah swt Surat Yusuf Ayat
53 sebagai berikut:
/ / / x
Artinya ; Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun Lagi Maha Penyayang”.(Q.S. Yusuf :53)7
6 Muhaimin & Abdul Mujib, op.cit., him. 30.7 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., him. 375.
1
55
Nabi Nuh as memiliki kesabaran yang tinggi dalam melaksanakan
pendidikan kepada kaumnya. Dia tidak merasa lengah meskipun berada di tengah-
tengah kaumnya dalam waktu yang sangat panjang, menyampaikan risalah Tuhan.
Berbagai cara ditempuhnya, namun Nabi Nuh as tidak berhasil untuk membuat
kaumnya menjadi lebih baik, bahkan puteranya, sampai mati tetap dalam keadaan
tidak beriman.
Meskipun Kan'an putera seorang nabi, tetapi ia tetap kafir dan tidak mau
mengikuti ajakan ayahnya. Ia lebih cenderung mengikuti para penguasa kaum
Nuh as yang menentang ajaran Nuh as. Dari situ dapat diketahui bahwa faktor
lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang lebih besar bagi pendidikan
anak dari pada faktor lingkungan keluarga.
Kan'an telah menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan di
hadapan ayahnya. Dengan demikian dia telah munafik karena antara perbuatan
dan keyakinan yang ada dalam hatinya bertentangan. Padahal, yang diharapkan
dalam pendidikan bukanlah seperti itu. Pendidikan yang diharapkan adalah untuk
sepanjang masa, tidak hanya ketika berada di hadapan Nabi Nuh as saja.
Allah swt memberi tahu kepada Nabi Nuh as tentang ilmu ghaib yang
khusus dimiliki-Nya. Allah swt ingin berkata kepada nabi-Nya dan memberi tahu
keadaan sebenarnya bahwa anaknya bukan termasuk keluarganya karena ia tidak
beriman kepada Allah swt. Di sana terdapat pelajaran bahwa hubungan darah
bukanlah hubungan hakiki di antara manusia. Anak seorang nabi adalah anak
yang meyakini akidah, dan bukan anak yang menentangnya
56
Nabi Nuh as adalah seorang yang mengembalikan segala sesuatu kepada
Allah swt. Dia bertawakkal kepada Allah swt setelah upaya maksimal
dilakukannya. Manusia hanya berusaha sekuat kemampuan sedangkan
keberhasilan atau kegagalan kembali kepada Allah swt.
Setelah mengetahui hal tersebut maka Nabi Nuh as berdo'a kepada Allah
swt. Do'a adalah permohonan pribadi seorang hamba kepada Tuhannya. Bentuk
permohonan ini memberi sang hamba kesempatan mencurahkan isi hatinya,
mengungkapkan kerinduan, ketakutan dan kebutuhan akan Tuhannya.8
Nabi Nuh as dalam do anya menegaskan bahwa anak-anak orang kafir itu
akan menjadi kafir dan durhaka pula. Dari do'a yang diucapkan oleh Nabi Nuh as
dapat diketahui bahwa pengaruh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sangat
besar. Sehingga, jika orang tua yang kafir dibiarkan hidup dan mendidik anak-
anaknya, tentulah sang anak tidak jauh berbeda dari orang tua yang mendidiknya.
Dengan demikian, ucapan Nabi Nuh as dalam do'anya merupakan salah satu
isyarat tentang besarnya pengaruh orang tua dalam mendidik dan membentuk
kepribadian anak. Hal ini sejalan pula dengan hadits yang menyatakan bahwa
“Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam fitrah (kesucian), maka
orangtuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau
Majusi”.
8 Amatullahh Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, Mizan, Bandung, 1996, him. 60.
57
Jelaslah bahwa kegagalan Nuh as dalam mendidik puteranya disebabkan
karena pengaruh lingkungan masyarakat dan kebudayaan kaumnya yang sudah
mendarah daging. Mereka telah menjauh dari kebenaran dan menyembah kepada
selain Allah yang pengaruh buruknya telah mengotori akal mereka.
Nabi tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam merubah nasib suatu
kaum karena dia hanya menyampaikan risalah. Keimanan seseorang tidak akan
dapat berubah kecuali mereka sendiri yang mau merubahnya. Begitu juga dengan
nasib mereka.
Allah swt telah berfirman dalam Surat Ar-Ra'du ayat 11 berikut in i:
° *.*{ %* f **
58
Jadi, walaupun dia seorang nabi, dia tetap tidak dapat mengubah nasib kaum
dan puteranya untuk menjadi baik jika mereka tidak mau mengubahnya sendiri.
Besarnya gelombang air laut tidak dapat mengalahkan ketetapan hati mereka. Hati
mereka telah tertutup untuk menerima petunjuk, meskipun telah jelas bahwa
adzab Allah telah berada di hadapan mereka dan telah jelas pula bahwa jika
mereka naik ke kapal pastilah mereka selamat.
BABY
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis tentang kisah Nabi Nuh ini, maka
kesimpulan dapat ditarik dari pembahasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Peran Nabi Nuh as sebagai pendidik adalah :
a. Sebagai seorang pendidik yang memperkenalkan sifat-sifat:
1) Sabar
2) Ikhlas
3) Bijaksana
4) Tawakal
b. Sebagai seorang pendidik yang mengajarkan materi-materi pendidikan :
1) Tauhid
2) Intelektual
3) Pengembangan teknologi melalui pembuatan bahtera
c. Sebagai seorang pendidik yang memperkenalkan metode-metode
pendidikan :
1) Metode dakwah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara
terang-terangan.
2) Metode visualisasi
59
60
2. Kegagalan Nabi Nuh as dalam memperbaiki sebagian besar umatnya dan
puteranya disebabkan oleh hal-hal berikut in i:
a. Adanya nafsu dalam diri manusia yang selalu mengajak kepada kejahatan,
sehingga hati mereka tidak dapat menerima kebenaran yang dibawa oleh
Nabi Nuh as, bahkan hati mereka telah tertutup untuk menerima petunjuk
dari Allah swt.
b. Manusia selalu menginginkan yang nyata sedangkan Tuhan yang
diperkenalkan oleh Nabi Nuh as bersifat ghaib, sehingga mereka lebih
percaya kepada berhala-berhala yang dapat dilihatnya.
c. Kepercayaan yang ada dalam diri mereka telah menjadi budaya yang
mendarah daging. Sehingga iman mereka tidak dapat diubah oleh
siapapun kecuali mereka sendiri yang mengubahnya.
d. Faktor lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap kepribadian anak didik. Kan'an lebih cenderung mengikuti ajaran
yang dianut oleh sebagian besar kaum Nuh as dan tidak mau mengikuti
ajakan ayahnya.
3. Nilai-nilai edukatif dapat dirangkumkan dari jawaban permasalahan di atas
adalah sebagai berikut:
a. Sifat-sifat baik yang harus dimiliki oleh seorang pendidik sebagaimana
yang telah dicontohkan oleh Nabi Nuh as adalah sabar, ikhlas, bijaksana
dan tawakal.
61
b. Proses penciptaan manusia dan fenomena-fenomena alam yang terjadi di
dunia ini merupakan manifestasi kebesaran Allah swt. Hal itu dapat
diajarkan kepada peserta didik untuk memudahkannya dalam mengenal
Allah swt sebagai Sang Pencipta.
c. Faktor lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang lebih besar
daripada faktor lingkungan keluarga dalam melaksanakan pendidikan.
d. Hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan
kepercayaan atau persamaan aqidah, adalah lebih erat dan lebih berkesan
daripada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran.
Kan’aan, walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh as, oleh Allah swt
dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya, karena ia menganut
kepercayaan dan agama yang berlainan dengan yang dianut dan diajarkan
oleh ayahnya, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan
menentangnya.
62
B. Penutup
Ucapan syukur kepada Allah swt atas terselesaikannya penyusunan skripsi
ini. Pepatah mengatakan “Tak ada Gading Yang Tak Retak”. Sebagai manusia
biasa yang jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan skripsi ini tentunya terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu,
penulis berharap kepada para pembaca atas kritik dan saran yang membangun
apabila menjumpai kekurangan dalam tulisan ini
Selanjutnya, penulis juga menyadari bahwa penulis tidak dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini tanpa adanya bimbingan dan pengarahan
dari Bapak/Ibu Dosen dan berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dan dukungannya.
Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur ’an,
Rineka Cipta, Jakarta, cet. ke-3, Desember 2005.
Al-Ghazali, Syaikh Muhammad, Berdialog Dengan Al-Qur ’an, Mizan, Bandung,
1977.
Al-Hafidz, Ahsin W., Kamus Ilmu Al-Qur’an, Amzah, Wonosobo, 2005.
Amstrong, Amatullah, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, Mizan, Bandung, 1996.
Ash-Shabuni, M. Ali, Kenabian dan Riwayat Para Nabi, Lentera, Jakarta,
November 2001.
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/ Tafsir,
BulanBintang, Jakarta, 1977.
_________________ , Tafsir Al-Quranul Majid An-Nuur, Jilid 5, PT Pustaka
Rizki Putra, Semarang, cet. ke-2, Maret 2003.
At-Thabathaba’i, Sayid Muhammad Husain, Al-Mizan Fi Tafsiril Qur’an, Beirut,
Lebanon, 1991.
_________________ , Inilah Islam: Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam
Secara Mudah, Pustaka Hidayah, Bandung, cet. ke-2, Maret 1996.
Audah, Ali, Konkordansi Al-Qur’an, Litera Antar Nusa, Jakarta, cet. ke-1,
Agustus 1991.
Bakker, Anton & Zubair, Achmad Charris, Metodologi Penelitian Filsafat,
Kanisius, Yogyakarta, 1990.
Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, Thoha Putra, Semarang, tt.
Dahlan, H. Abdul Aziz, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, jilid 3, PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, Jakarta, 2003.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Thoha
Putra, Semarang, 1995.
Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Islam, Pustaka Al-Husna,
Jakarta, cet. ke-3, 1985.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta,
1996.
Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Trigenda Karya, Bandung, Juni
1993.
Munawaroh, Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, Eska Media, Jakarta, September
2005.
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir, Ponpes Al-Munawwir,
Y ogyakarta, 1984.
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, cet. ke-1,
1997.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1982.
Purwanto, M Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1995.
Quthb, Sayyid, Keindahan Al-Qur'an yang Menakjubkan, teij. Bahrun Abu
Bakar, Robbani Press, Jakarta, cet. ke-1, September 2004.
Rafi’uddin, Kisah Keteladanan Para Rasul Allah, Intermasa, Semarang, 2001.
Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al-Qur’an, Pustaka, Bandung, cet. ke-2, 1996.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur ’an,
vol. 14, Lentera Hati, 2002.
Su’ud, Abu, lslamologi: Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam peradaban
Umat Manusia, PT Rineka Cipta, Jakarta, cet. ke-1, Juni 2003.
Syadali, H. Ahmad, dan H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, Pustaka Setia,
Bandung, 1997.
Syari’ati, Ali, Islam Agama “Protes ”, Pustaka Hidayah, Bandung, 1996.
Tatapangarsa, Humaidi, Kuliah Aqidah Lengkap, Bina Ilmu, Surabaya, cet. ke-7,
1990.
DEPARTEMEN AGAMASEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
mor: ST.27/K-1/PP.00.9/I-1.1.149/2007 6 Juni 2007mp. : Proposal Skripsi 1 : Pembimbing dan Asisten
Pembimbing Skripsi
Yth. Yedi Efriadi, M.Ag
A ssalam ualaikum w. w.